ARTIKEL. Ditulis Kepada Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARTIKEL. Ditulis Kepada Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S."

Transkripsi

1 EKSISTENSI ORGANISASI GREENPEACE SEBAGAI SUBJEK HUKUM LINGKUNGAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 DALAM RANGKA PENYELAMATAN HUTAN DI PROVINSI RIAU ARTIKEL Ditulis Kepada Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: ARIANTO SANTOSO NPM: Bagian Hukum Tata Negara FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG

2 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA PERSETUJUAN ARTIKEL Nama : ARIANTO SANTOSO Nomor Pokok Mahasiswa : Program Kekhususan : Hukum Tata Negara Judul Skripsi : Eksistensi Organisasi Greenpeace Sebagai Subjek Hukum Lingkungan Menurut Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 Dalam Rangka Penyelamatan Hutan Di Provinsi Riau Telah dikonsulatasi dan disetujui oleh pembimbing untuk upload wesite 1. Nurbeti, S.H., M.H. (Pembimbing I) 2. Drs. Suparman Khan, M.Hum. (Pembimbing II) 2

3 Eksistensi Organisasi Greenpeace Sebagai Subjek Hukum Lingkungan Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Dalam Rangka Penyelamatan Hutan Di Provinsi Riau Arianto Santoso 1) Nurbeti 1 Suparman Khan 2 1) Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta yokel_adventure2@yahoo.com ABSTRACT Based on consideration of the government regarding the effect of environmental management on a lot of things, then formed the Law, the Law No. 32 Year 2009 on Environmental Protection and Management. Because there is still lack of effective implementation of the existing policy, the emerging environmental concern is to protect and assist the process of handling environmental damage, one of the Greenpeace organization. But as a non-profit organization, activities and their rights are also regulated in Law Number 17 Year 2013 on Community Organization. The problem posed is what activities, constraints and Greenpeace efforts in saving natural forests and peatlands in Riau. The study was conducted using the method of socio-juridical. From the research, it was concluded that the activity of the Greenpeace campaign, investigation, advocacy, monitoring, procurement facilities, and consultation. Constraints faced by Greenpeace that limited authority possessed by Greenpeace that has no sovereignty in the decisions and sanctions. Efforts made by Greenpeace is asking the government to establish a moratorium on forest (moratorium), and reinforce the existing rules. KEYWORDS: Greenpeace, the environmental organization, production forests Pendahuluan Kerusakan hutan alam dan lahan gambut di Riau telah sering terjadi belakangan ini. Kerusakan ini diakibatkan oleh adanya penebangan pohon di kawasan hutan alam, dan pembukaan lahan gambut dengan cara membakarnya. Penebangan hutan ini dilakukan oleh beberapa perusahaan besar yang bergerak dalam bidang pertambangan, produksi kayu dan kertas, dan perkebunan kelapa sawit. Kerusakan hutan yang diakibatkan perusahaan penebang pohon ini telah menimbulkan beberapa dampak yang buruk terhadap keseimbangan ekosistem hutan di Riau. Dampak buruk tersebut seperti polusi air, udara, berkurangnya populasi hewan seperti Harimau Sumatera dan Gajah Sumatera yang merupakan hewan yang hampir punah. Selain itu, dampak buruk lainnya adalah adanya konflik sosial pada masyarakat adat asli yang mendiami hutan yang ada di Riau. Melihat semakin parahnya kerusakan yang terjadi pada hutan alam dan lahan gambut di Riau, membuat pemerintah berinisiatif untuk membuat peraturan 1

4 perundangan yang berisi tentang aturan pengelolaan hutan dan lingkungan yang baik. Undang-Undang yang pertama mengatur adalah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dengan perkembangannya, Undang-Undang tersebut di ganti menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pemerintah juga mengeluarkan beberapa kebijakan lain di tahun-tahun berikutnya, yaitu moratorium hutan, yaitu penghentian sementara pemberian ijin pembukaan lahan baru untuk dijadikan hutan produksi kepada perusahaanperusahaan yang ada di Riau. Di tahun-tahun berikutnya pemerintah mengeluarkan sebuah laporan yang berisi mengenai data-data vegetasi maupun hewan yang terdapat dalam hutan di Riau dan mengenai kerusakan hutan yang terjadi tiap tahunnya. Semua regulasi tersebut masih sangat kurang dan dianggap lemah bagi beberapa pihak karena tidak direalisasikan dengan baik oleh pemerintah sehingga masih terjadi penebangan hutan oleh perusahaan. Melihat kurangnya efektifitas dari kebijakan yang ada, muncul beberapa pihak, yaitu NGO bidang lingkungan hidup yang ingin membantu proses penanganan kerusakan hutan alam dan lahan gambut di Riau. Salah satu organisasi lingkungan hidup itu adalah Greenpeace. Greenpeace merasa perlu turun tangan untuk mempengaruhi penanganan kerusakan hutan alam dan lahan gambut di Riau karena melihat tidak adanya tindak lanjut dari pemerintah untuk menangani permasalahan ini. Greenpeace sendiri adalah organisasi internasional yang bergerak dalam bidang lingkungan. Pada tahun 1971, suatu motivasi dan visi untuk menjadikan dunia menjadi hijau dan damai, berawal dari sekelompok aktivis yang berlayar dari Vancouver, Canada dengan kapal nelayan tua. Mereka adalah aktivis, pendiri dari Greenpeace, percaya bahwa setiap orang dapat melakukan perubahaan. Misi mereka untuk "menjadi saksi kerusakan" karena percobaan nuklir yang dilakukan AS di Amchitka, sebuah pulau kecil di lepas pantai Alaska. Amchitka adalah tempat perlindungan terakhir 3000 berang-berang dan rumah untuk elang kepala botak dan hewan liar lainnya. Walaupun mereka menggunakan kapal tua bernama Phyllis Cormack, yang mengalami berbagai halangan sebelum sampai di Alaska, dalam perjalanan mereka menimbulkan banyak perhatian publik. Amerika Serikat masih terus mendonasikan untuk uji coba Nuklir itu, tapi suara dari suatu masalah harus didengar. Uji coba Nuklir berakhir pada tahun yang sama dan pulau tersebut dideklarasikan menjadi suaka untuk burung. Sekarang, Greenpeace adalah suatu organisasi internasional yang berkampanye untuk kampaye lingkungan secara global. Amsterdam, Belanda adalah kantor pusat 2

5 dari Greenpeace, telah mempunyai 2,8 juta pendukung di seluruh dunia, nasional dan kantor regional di 41 negara. Secara kelembagaan, Greenpeace memang bukan termasuk organisasi kemasyarakatan, tapi lebih kepada badan hukum sebuah perkumpulan. Hal ini dapat dilihat dengan terdaftarnya Greenpeace di Kementerian Hukum dan HAM sebagai suatu perkumpulan. Greenpeace dalam hal ini terdaftar di bagian perkumpulan, yang didaftarkan atas nama Istiaty Aisyah Soepono di Jakarta dengan nama Perkumpulan Greenpeace Sea Indonesia Chapter, Nomor SKI AHU-128.AH pada tanggal 4 Desember Saat ini, kerusakan hutan alam dan hutan lahan gambut di Riau terjadi sejak tahun 1997 ketika aktivitas illegal logging mulai terjadi di Propinsi Riau. Melihat kondisi hutan alam dan lahan gambut di Riau yang terusmenerus mengalami kerusakan, maka Greenpeace kemudian melakukan upayaupaya untuk mendesak pemerintah agar segera menghasilkan kebijakan yang mendukung pelestarian hutan. Riau merupakan wadah dari lahan gambut tropis terbesar di Indonesia, yang berlokasi di Semenanjung Kampar pantai timur Riau dan meliputi area lebih dari 700 ribu hektar. Lapisan dalam lahan gambut di Semenanjung Kampar ini menyimpan jumlah karbon yang sangat besar setiap hektarnya, yakni sekitar dua milyar ton persediaan karbon/tahun. Hal ini menjadikan ekosistem lahan gambut di Semenanjung Kampar sebagai kunci pertahanan menghadapi perubahan iklim global. Keberadaan Greenpeace di Riau bertujuan untuk menghentikan deforestasi yang terjadi pada hutan alam dan lahan gambut. Metode Penelitian Bahan atau materi penelitian Penelitian ini menggunakan dua sumber yaitu: a. Data primer Data yang diperoleh melalui teknik wawancara tidak berstruktur, yaitu tidak melakukan wawancara berdasarkan sejumlah pertanyaan yang telah disusun dengan mendetail dengan alternatif jawaban yang telah dibuat sebelum melakukan wawancara, melainkan hanya mempunyai pertanyaan umum yang kemudian didetailkan dan dikembangkan ketika melakukan wawancara atau setelah melakukan wawancara untuk melakukan wawancara berikutnya (Afrizal Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Laboratorium Sosiologi FISIP Unand.) b. Data Sekunder Data tambahan atau data pendukung yang memiliki kekuatan mengikat ke dalam, yang diperoleh dari bahan-bahan berupa catatan, koran, dokumen, laporan yang berhubungan dengan aktifitas yang dilakukan Greenpeace. 3

6 Bahan hukum yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bahan hukum primer yang mengikat antara lain: a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun b) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. c) Undang-Undang Nomor. 37 Tahun 1999 tentang hubungan luar negeri. d) Undang-Undang Nomor. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan. e) Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup f) Undang-Undang Nomor. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan 2. Bahan hukum sekunder Meliputi bukubuku yang berkaitan dengan penelitian, hasil penelitian, karangan ilmiah dan lain-lain. Teknik pengumpulan data Dalam penelitian menggunakan dua teknik pengambilan data, antara lain: a. Studi dokumen, dalam mengumpulkan data digunakan studi dokumen yang bertujuan untuk mengumpulkan data utama untuk mengarahkan penulis dalam melakukan penelitian. Contoh: data kegiatan Greenpeace dalam melakukan aksi penyelamatan lingkungan di Riau. b. Wawancara, pengumpulan data dengan cara melakukan percakapan atau tatap muka langsung untuk memperoleh data dan keterangan baik secara lisan maupun tulisan kepada pihak Greenpeace dan Masyarakat di Riau. c. FGD (Focus Group Discussion), yaitu dengan cara mengumpulkan beberapa orang untuk melakukan diskusi yang terfokus pada pembahasan tentang Organisasi Greenpeace. Analisis Data Setelah data diperoleh/dikumpulkan dari lapangan, maka analisis data dilaksanakan secara kualitatif yaitu mengelompok kan data menurut aspek-aspek yang diteliti/diambil suatu kesimpulan dengan/tanpa menggunakan angka statistik. Hasil Penelitian dan Pembahasan Sebagai organisasi yang mempunyai visi dan misi dan tujuan tertentu sebagai alasan didirikannya, maka Greenpeace wajib melaksanakan apa yang telah mereka impikan, dan menjalankan visi misi tersebut, yaitu: Visi: untuk menjadikan dunia menjadi hijau dan damai. Misi: melindungi hak-hak lingkungan, mengekspose dan menghentikan kejahatan lingkungan, dan mengedepankan pembangunan bersih. Dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan, yaitu: 4

7 Ormas berhak: a. Mengatur dan mengurus rumah tangga organisasi secara mandiri dan terbuka. b. Memperoleh hak atas kekayaan intelektual untuk nama dan lambang Ormas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Memperjuangkan cita-cita dan tujuan organisasi. d. Melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. e. Mendapatkan perlindungan hukum terhadap keberadaan dan kegiatan organisasi. f. Melakukan kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, Ormas lain, dan pihak lain dalam rangka pengembangan dan keberlanjutan organisasi. Dan pasal 21 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang kewajiban sebuah organisasi: Ormas Berkewajiban: a. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan tujuan organisasi. b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. c. Memelihara nilai agama, budaya, moral, etika, dan norma kesusilaan serta memberikan manfaat untuk masyarakat. d. Menjaga ketertiban umum dan terciptanya kedamaian dalam masyarakat. e. Melakukan pengelolaan keuangan secara transparan dan akuntabel. f. Berpartisipasi dalam pencapaian tujuan negara. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, maka Greenpeace sebagai salah satu organisasi yang berbadan hukum, bisa aktif beraktifitas dengan tujuan dari organisasi tersebut, yaitu melindungi lingkungan yang ada di seluruh wilayah Indonesia dari kehancuran. Walaupun organisasi Greenpeace sudah ada sebelum penetapan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tersebut, namun seperti yang tertera dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Undang-Undang Ketentuan Peralihan yang menyatakan: Pada saat Undang Undang ini mulai berlaku: a. Ormas yang telah berbadan hukum sebelum berlakunya Undang-Undang ini tetap diakui keberadaannya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini b. Ormas yang telah berbadan hukum berdasarkan Staatsblad 1870 Nomor 64 tentang Perkumpulan-Perkumpulan Berbadan Hukum (Rechtspersoonlijkheid van Vereenigingen) yang berdiri sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dan konsisten 5

8 mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetap diakui keberadaan dan kesejarahannya sebagai aset bangsa, tidak perlu melakukan pendaftaran sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini c. Surat keterangan terdaftar yang sudah diterbitkan sebelum Undang-Undang ini berlaku, tetap berlaku sampai akhir masa berlakunya d. Ormas yang didirikan oleh warga negara asing, warga negara asing bersama warga negara Indonesia, atau badan hukum asing yang telah beroperasi harus menyesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang ini dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan. Secara struktur, Greenpeace Indonesia tergabung di sebuah NRO (National Regional Offices) South East Asia (SEA), dimana terdapat tiga buah kantor perwakilan masing-masing di Indonesia, Thailand, dan Filipina. Dimana setiap NRO ini berhubungan langsung dengan Greenpeace International. Setiap NRO memiliki struktur yang hampir sama di seluruh dunia, pucuk kepemimpinan Greenpeace di setiap NRO ada di Senior Management Team (SMT) yang terdiri dari executive director, campaign director, communication director, dan organizational support director. Campaign director fokus mengerjakan kampanye-kampanye yang sedang dilakukan oleh Greenpeace serta unit pendukung kampanye lainnya dan membawahi kampanye-kampanye di setiap kantor seperti Indonesa, Filipina, dan Thailand. Begitu pula organizational support yang fokus mengurusi administrasi kantor serta keuangan dan membawahi organizational support di setiap kantor perwakilan Greenpeace, sedangkan communication director fokus mengurusi strategi komunikasi Greenpeace, yang mencangkup media, new media (media di dunia maya), serta public outreach. Dia pun membawahi communication unit di setiap kantor perwakilan Greenpeace di SEA. Sedangkan executive director sendiri merupakan kepala dari sebuah NRO itu sendiri. Sebagai salah satu organisasi lingkungan yang ada di Indonesia, Greenpeace sangat gencar mengkampanyekan pemakaian energi terbarukan, seperti pemanfaatan tenaga matahari, tenaga angin, air, dan himbauan untuk menghentikan pemakaian sumber energi yang tidak ramah lingkungan kepada semua pihak, seperti penggunaan batubara dan minyak fosil yang sangat berdampak buruk bagi lingkungan saat ini, dan menginformasikan sekaligus mengkampanyekan kepada semua pihak mengenai dampak dari pemakaian sumber energi yang tidak ramah lingkungan dan aktifitas-aktifitas yang perlahan-lahan telah menghancurkan lingkungan di sekitar kita. 6

9 Bukan hanya berkampanye saja, Greenpeace juga menawarkan solusi yang bijak kepada semua pihak dan kepedulian terhadap lingkungan serta merangkul masyarakat untuk mendukung aktifitas mereka melakukan aksi langsung, protes ke pihak-pihak yang ikut terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pengrusakan hutan dan lingkungan yang ada di seluruh Indonesia, baik itu dari perusahaan lokal, perusahaan asing, maupun instansi pemerintah yang memberikan ijin kepada perusahaan-perusahaan itu untuk melakukan pembukaan lahan dengan cara menebang hutan alam untuk diolah menjadi bubur kertas dan akhirnya dijadikan hutan produksi. Beberapa peranan Greenpeace dalam hal penyelamatan hutan dan lahan gambut di Riau yaitu: 1. Dalam hal advokasi, yaitu yang terkait dengan rehabilitasi dan perlindungan terhadap hutan alam dan lahan gambut. 2. Dalam hal monitoring, yaitu pengawasan dan memonitoring langsung pada program pelestarian hutan alam dan lahan gambut yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah. 3. Dalam hal fasilitasi, yaitu pemberian solusi dan memfasilitasi programprogram yang telah direncanakan. 4. Dalam hal konsultasi, yaitu menjadi pihak yang memfasilitasi terjalinnya komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah. Masing-masing peranan tersebut saling terhubung dan mendukung satu sama lain. Menurut kepala Greenpeace Riau yang akrab dipanggil bang Kecang, kerusakan hutan di Propinsi Riau setiap tahunnya semakin parah, hal ini diakibatkan dari aktifitas yang dilakukan oleh perusahaanperusahaan penghasil bubur kertas dan perkebunan kelapa sawit yang mendominasi di Riau. Perusahaan-perusahaan itu melakukan pembukaan lahan secara besarbesaran, tanpa adanya niat dan upaya untuk memelihara lingkungan secara baik, bahkan aktifitas mereka juga sudah sampai keluar dari batas wilayah hak pengelolaan hutan mereka yang dikeluarkan oleh pejabat pemerintahan. Beberapa perusahaan besar yang melakukan aktifitas penebangan dan pembukaan lahan baru di Riau adalah APRIL, APP, SINAR MAS, RAPP. Selain itu, Greenpeace sudah sering memberikan peringatan kepada pihak-pihak yang melakukan pengrusakan hutan alam dan lahan gambut, serta melakukan himbauan kepada pihak perusahaan supaya menghentikan penghancuran hutan lebih lanjut yang tidak disertai tahap rehabilitasi hutan kembali dengan segera, karena pohon butuh waktu yang sangat lama untuk bisa tunbuh dan dipanen setelah ditanam, dan 7

10 butuh waktu yang sangat sebentar untuk menebang dan mengambil hasilnya, dan hal tersebut akan berdampak buruk pada perubahan iklim global yang saat ini sudah kita rasakan jika tidak segera dicari solusi yang baik dan ramah lingkungan. Pelanggaran-pelanggaran atas penyalahgunaan hak dalam pengelolaan hutan, jelas telah merugikan pemerintah dan masyarakat yang ada disekitar daerah aktifitas perusahaan-perusahaan tersebut, bahkan tanah mereka juga ikut diambil oleh perusahaan tersebut yang ditebangi pohonnya dan dijadikan bagian dari lahan olahan perusahaan-perusahaan itu tanpa adanya ganti rugi yang layak dari pihak perusahaan, sehingga masyarakat yang menjadi korban kesewenang-wenangan pihak perusahaan, harus mengalami kerugian secara materi, bahkan harus meninggalkan tanah dan lahan tempat mereka biasa beraktifitas mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan perekonomian seharihari. Dari hasil survey pembukaan lahan yang dilakukan oleh pihak Greenpeace dan Jikalahari Riau (Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau), dapat dilihat bahwa semakin luasnya hutan alam yang dijadikan hutan produksi dari tahun ke tahun, dan semakin sedikitnya hutan alam yang tersisa sampai saat ini. Pembukaan lahan tersebut juga tidak luput dari aksi pembakaran lahan gambut dengan tujuan mempercepat proses pembukaan lahan yang akan dijadikan hutan produksi. Proses deforestasi dan degradasi hutan alam di Propinsi Riau berlangsung sangat cepat. Dalam melakukan aktifitasnya mengkampanyekan penyelamatan hutan dan lingkungan, Greenpeace tidak selalu berjalan dengan lancar, Banyak tantangan dan kendala yang dihadapi oleh Greenpeace. Tetapi itu tidak menyurutkan semangat dari organisasi ini untuk melanjutan perjuangannya menjadikan lingkungan yang kembali bersih, hijau dan damai. Masih banyak yang harus dilakukan untuk melindungi hutan alam dan lahan gambut di Propinsi Riau. Susahnya untuk memberi pengertian kepada pihak perusahaan yang melakukan aktifitas penebangan, bahwa apa yang mereka lakukan itu tidak sehat bagi lingkungan apabila tidak dilakukan penghijauan kembali dan mengontrol cara operasional dengan tidak mengambil isi hutan secara membabi buta. Masih banyaknya aktifitas illegal loging dan pembukaan lahan dengan cara membakar, adalah salah satu kendala yang dihadapi oleh pihak Greenpeace dan pihak-pihak terkait lainnya dalam upaya melakukan perindungan terhadap hutan dan lingkungan. Padahal semua itu ada aturannya yang telah diatur dalam undang-undang tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Keterbatasan wewenang yang dimiliki oleh Greenpeace juga menjadi 8

11 kendala dalam membuat keputusan dan memberikan sanksi kepada para perusak ekosistem lahan gambut merupakan salah satu hambatan dalam upaya perlindungan hutan lahan gambut. Keterbatasan wewenang tersebut dikarenakan Greenpeace tidak memiliki kedaulatan untuk pengambilan keputusan di Indonesia. Kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak Greenpeace dalam kegiatannya dari beberapa hal, yaitu: 1. Pemerintah pusat: a. Masih kurang tegasnya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat terhadap perlindungan hutanhutan yang ada. b. Tidak mempertimbangkan pemberian ijin HPH (Hak Pengusahaan Hutan) kepada perusahaan-perusahaan, dan meninjau kembali apakah perusahaan tersebut berkomitmen untuk merehabilitasi hutan itu kembali setelah diproduksi. 2. Pemerintah daerah: Upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah tidak maksimal, karena pihak perusahaan telah melakukan permainan orang dalam, atau memanfaatkan kekuasaan dari penguasa daerah ataupun pemerintah daerah dalam melindungi aktifitas mereka. 3. Pihak perusahaan: a. Pihak perusahaan melakukan pembukaan lahan dengan menebang semua hutan, dan membakar lahan gambut untuk selanjutnya dijadikan perkebunan kelapa sawit. b. Mereka juga sering melakukan pembukaan lahan sampai melewati batas dari wilayah yang boleh mereka kelola. 4. Masyarakat: a. Sulitnya mensosialisasikan kepada masyarakat untuk tidak melakukan penebangan hutan yang tidak terkontrol, atau mengambil hasil hutan tanpa melakukan pengrusakan terhadap hutan itu sendiri. b. Masih banyaknya warga yang melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar lahan gambut untuk mempercepat dan memperkecil biaya proses pembukaan lahan baru mereka, padahal hal tersebut dapat berdampak buruk untuk lingkungan. c. Masih minimnya rasa peduli masyarakat untuk terlibat dalam melindungi lingkungannya, sehingga banyak masyarakat yang melakukan pembakaran lahan. Sekarang ini, dengan semakin meningkatnya kerusakan kerusakan hutan dan lingkungan akibat penebangan dan pembukaan lahan, telah menjadi salah satu penyebab terjadinya pemanasan global. Oleh karena itu Greenpeace mulai memberikan perhatian yang lebih besar untuk melindungi lingkungan dan keragaman hayati yang ada 9

12 di planet ini. Upaya-upaya yang dilakukan Greenpeace yaitu untuk mengurangi perubahan iklim saat ini menjadi masalah utama pemanasan global dengan cara mendesak pihak-pihak yang terlibat dalam perusakan hutan untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan memakai prinsip nol deforestasi, yaitu tidak adanya pembukaan lahan baru untuk dijadikan hutan produksi, cukup dengan mengelola lahan yang sudah dibuka sebelumnya. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Greenpeace dalam melindungi bumi ini dari kehancuran akibat perubahan iklim adalah dengan cara memberikan solusi yang ramah lingkungan kepada semua pihak-pihak yang sebelumnya ikut terlibat dalam aktifitas kerusakankerusakan yang terjadi di lingkungan. Upaya-upaya yang dilakukan Greenpeace sangat banyak, mulai dari ajakan, memberikan solusi, melakukan konservasi, dan mendesak pihak-pihak dan pemerintah untuk membuat sebuah kebijakan yang berpihak kepada lingkungan. Greenpeace dan beberapa lembaga lainnya pernah mendesak presiden untuk membuat kebijakan guna mencegah semakin luasnya pembukaan lahan menjadi HTI (Hutan Tanaman Industri), yaitu Instruksi Presiden nomor 10 tahun 2011 Tentang Penundaan Pemberian Izin Baru Dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer Dan Lahan Gambut. Dengan diberlakukannya Inpres tersebut, bisa mengurangi semakin berkurangnya pembukaan hutan alam yang tersisa di propinsi Riau. Dengan segala persoalan kehutanan yang terjadi saat ini di Riau, penataan kembali akan sangat sulit untuk direalisasikan apa bila segala aktivitas konversi atau eksploitasi hutan masih terus berlangsung. Untuk itu sangat diperlukan penghentian sementara (Moratorium) segala bentuk aktivitas yang berkaitan dengan merubah fungsi hutan yang masih tersisa di Riau. kenapa moratorium, akan di jelaskan di bawah ini: 1. Definisi Moratorium / Jeda Tebang Moratorium atau Jeda Tebang adalah Penghentian sementara segala bentuk aktivitas yang berpotensi merusak hutan baik kualitas maupun kuantitas dikawasan hutan dan kawasan non hutan guna menjamin kelestarian ekosistem hutan dan keselamatan hidup manusia di Riau. Kawasan hutan Yang dimaksud dalam definisi tersebut adalah wilayah tertentu dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaanya sebagai hutan tetap, baik berfungsi sebagai hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi, sedangkan kawasan non hutan yang dimaksud adalah wilayah tertentu yang masih memiliki hutan alam diluar kawasan hutan dan pada arahan pengembangan kawasan perkebunan. 10

13 2. Maksud dan Tujuan Jeda Tebang Memberlakukan kebijakan dan melakukan tindakan kehati-hatian dini guna menjamin kepastian hukum bagi terpenuhinya hak-hak rakyat terhadap keselamatan, produktifitas dan jasa alam secara berkelanjutan. Memberlakukan kebijakan dan melakukan tindakan pembenahan guna menjamin kepastian hukum bagi berlangsungnya kegiatan pembangunan yang tepat dan optimal di Provinsi Riau tanpa mengorbankan keselamatan dan produktifitas rakyat serta keberlanjutan jasa alam. 3. Ruang lingkup Jeda Tebang a. Jeda tebang berlaku di seluruh wilayah administrasi propinsi Riau yang telah memiliki dan atau sedang dalam proses Ijin Prinsip, Ijin Lokasi, Hak Guna Usaha, Hak Pengusahaan Hutan, Hutan Tanaman Industri, Hutan Tanaman Rakyat dan Kuasa Penambangan serta wilayah yang berada dalam wilayah pengaruh/dampak dari perubahanperubahan yang terjadi pada kawasan yang dimaksud diatas. b. Kegiatan yang harus dihentikan sementara selama jeda tebang hutan di wilayah Provinsi Riau meliputi tidak ada lagi pemberian dan rekomendasi ijin baru serta melakukan peninjauan kembali terhadap ijin-ijin yang ada pada kawasan-kawasan yang dimaksudkan. c. jeda tebang hutan di wilayah Provinsi Riau berlaku hingga prinsip dan syarat dipenuhi melalui proses pemeriksaan yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan yang dibahas melalui proses konsultasi publik, dimana hasilhasil proses tersebut diumumkan secara terbuka kepada khalayak luas. 4. Prinsip-prinsip a. Tindakan dan kebijakan Pemerintah yang bersifat kehati-hatian dini (early precaution policy action) bagi segala bentuk ancaman terhadap beberapa hal, yaitu: 1) Kemampuan rakyat mendapatkan dan menjaga keselamatan diri dari bencana ekologis. 2) Kemampuan rakyat mendapatkan dan mempertahankan produktifitas guna memenuhi kualitas hidup terbaik sesuai dengan sosial-politik, budaya, ekonomi dan ekologis setempat. 3) Kemampuan rakyat mendapatkan dan mempertahankan keberlanjutan jasa alam dan lingkungan. b. Tindakan dan kebijakan Pemerintah untuk mencegah berulangnya dan meluasnya kejadian bencana ekologis yang selama ini berlangsung secara berkala, yang meliputi: 1) Kebakaran lahan dan asap. 2) Banjir. 3) Kekeringan dan peningkatan suhu secara ekstrim. 11

14 4) Longsor. 5) Perembesan/intrusi air laut ke kawasan daratan. 6) Peracunan sumber-sumber air bersih akibat penurunan permukaan gambut. 7) Kelangkaan air bersih. 8) Pencemaran sungai. 9) Lahan pangan. c. Tindakan dan kebijakan percepatan kepastian hukum yang menjadi landasan kegiatan pembangunan di Provinsi Riau, yang meliputi: 1) Pemenuhan jaminan hukum terhadap hak-hak rakyat dalam penguasaan dan kepemilikan atas tanah. 2) Penataan Ruang Wilayah Provinsi yang mempertimbangkan kerentanan daya dukung lingkungan. 3) Penanaman modal daerah yang mampu mendorong distribusi belanja daerah dengan proporsi belanja publik secara merata di seluruh Kabupaten dan Kota, serta perbaikan dan penguatan kemampuan produksi warga guna memenuhi kualitas hidup terbaik sesuai konteks sosial-politik, budaya, ekonomik dan ekologik setempat. 4) Penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, transparan dan bertanggung jawab secara hukum. d. Pemberian izin harus dilakukaan secara transparan berdasarkan prinsip penerimaan dengan informasi tanpa paksaan. 5. Keuntungan secara ekologis a. Memberikan waktu guna melakukan penataan ulang terhadap pengelolaan hutan di Riau. b. Mempertahankan dan melindungi kandungan karbon pada hutan alam terutama pada kawasan gambut dan mencegah proses oksidasi. c. Melindungi sistem tata-air. d. Melindungi keanekaragaman hayati yang terdapat di provinsi Riau. e. Menurunkan emisi CO2 dari lahan gambut yang sudah mengalami alih fungsi. f. Menyediakan faktor-faktor pendukung bagi kegiatan ekonomi yang mampu menjamin kelestarian ekosistim hutan. g. Memberikan jaminan keselamatan hidup bagi masyarakat Riau. Selain itu, Greenpeace juga melakukan kampanye lingkungannya melalui media masa. media massa memiliki pengaruh yang besar dalam pencapaian tuntutan Greenpeace kepada pemerintah maupun perusahaan di Riau. Greenpeace memiliki media massa sendiri, seperti facebook, twiter, dan situs resmi Greenpeace yang didalamnya terdapat informasi terbaru mengenai aktifitas penyelamatan lingkungan dan informasi tentang kerusakan hutan yang terjadi di Riau. Publikasi media massa dilakukan Greenpeace dengan 12

15 memanfaatkan teknologi internet. Teknologi sangat membantu Greenpeace dalam menyalurkan aspirasinya kepada pemerintah dan perusahaan. Greenpeace mencoba untuk membuat sebuah film pendek, video, dan foto-foto dokumentasi yang dipublikasikan ke situs resmi Greenpeace. Hal ini diharapkan akan membuat masyarakat semakin sadar lingkungan sehingga dapat mempengaruhi pemerintah dan perusahaanperusahaan yang melakukan penebangan pohon bisa untuk mengurangi deforestasi dan berkeinginan untuk merealisasikan perbaikan hutan alam dan lahan gambut yang sudah rusak. Semua strategi Greenpeace ini dilakukan dengan tujuan untuk menggalang dukungan dari masyarakat, mengingat Greenpeace merupakan organisasi lingkungan yang tidak dapat menjalankan misinya tanpa dukungan dan campur tangan masyarakat. Peran media juga sangat membantu Greenpeace untuk melancarkan aksinya pada pemerintah dan perusahaan. Semua hal itu dilakukan agar terwujudnya ekosistem yang seimbang dan dunia yang lebih hijau dan damai seperti tujuan Greenpeace. Simpulan 1. Aktifitas Greenpeace dalam penyelamatan hutan alam dan lahan gambut di Riau seperti: a. Melakukan kampanye lingkungan. b. Melakukan investigasi kerusakan hutan dan lingkungan di Riau. c. Advokasi terkait dengan rehabilitasi dan perlindungan hutan d. Monitoring langsung terhadap program-program pelestarian lahan gambut yang dilakukan masyarakat dan pemerintah. e. Pengadaan fasilitas, yang ditujukan kepada masyarakat sipil, baik secara langsung maupun melalui lembaga yang sudah ditunjuk. f. Konsultasi juga digunakan oleh Greenpeace dengan memfasilitasi komunikasi antar pemerintah dan masyarakat. 2. Kendala-kendala yang dihadapi Greenpeace dalam melakukan aksi kampanye penyelamatan hutan alam dan lahan gambut di Riau yaitu keterbatasan wewenang yang dimiliki oleh Greenpeace sebagai NGO 62 (Non Goverment Organitation) yang tidak memiliki kedaulatan dalam pengambilan keputusan serta pemberian sanksi kepada para perusak ekosistem hutan alam dan lahan gambut. Selain itu, penulis juga melihat bahwa ketidakseriusan pemerintah dalam menangani kerusakan hutan alam dan lahan gambut juga menyebakan lambatnya restorasi hutan alam dan lahan gambut di Riau. Upaya yang dilakukan oleh Greenpeace aktifitasnya melindungi hutan alam dan lahan gambut guna mengurangi kerusakan hutan yang diakibatkan oleh 13

16 perusahaan penghasil bubur kertas dan kelapa sawit telah cukup banyak memberikan hasil yang positif dalam rangka menurunkan angka kerusakan hutan alam dan lahan gambut di Riau. Keberhasilan Greenpeace tersebut dapat dijadikan panutan untuk program pelestarian lingkungan di daerah-daerah lain di Indonesia. Saran 1. Dalam hal aktifitas kepedulian terhadap lingkungan, Greenpeace sebagai Organisasi lingkungan harus melakukaan semua aktifitasnya sesuai dengan aturanaturan yang telah ada, dan melibatkan semua kalangan agar usaha yang dilakukan lebih cepat tercapai demi lingkungan yang lebih baik. 2. Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi pihak Greenpeace dalam melakukan aktifitasnya, diperlukan kerjasama yang lebih luas terhadap pihak pemerintahan, maupun masyarakat dan berbagi informasi mengenai dampak akan kerusakan lingkungan. 3. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus selalu mengkaji ulang dalam pemberian HPH kepada perusahaan, dan melakukan monitoring, agar semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan maupun masyarakat dalam pengelolaan hutan dan lingkungan tidak sampai merusak lingkungan lebih parah lagi. Daftar Pustaka SejarahGreenpeace. org/seasia/id/about/sejarah- Greenpeace. Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Greenpeace Menuju Nol Bagaimana Greenpeace Menghentikan Deforestasi di Indonesia dan Selanjutnya. Greenpeace: Jakarta Siti Sundari Rangkuti Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional. Airlangga University Press. Surabaya. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-Undang Nomor. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Ucapan terima kasih Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang sudah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi. Pihak-pihak yang dengan sabar membimbing dan selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi. 14

RESUM SKRIPSI PERANAN GREENPEACE DALAM PELESTARIAN HUTAN RAWA GAMBUT DI SEMENANJUNG KAMPAR RIAU

RESUM SKRIPSI PERANAN GREENPEACE DALAM PELESTARIAN HUTAN RAWA GAMBUT DI SEMENANJUNG KAMPAR RIAU RESUM SKRIPSI PERANAN GREENPEACE DALAM PELESTARIAN HUTAN RAWA GAMBUT DI SEMENANJUNG KAMPAR RIAU Disusun oleh : ELISABETH NIGA BEDA (151070007) JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

Lebih terperinci

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias

Lebih terperinci

sumber pembangunan ekonomi dan sumber kehidupan masyarakat, tetapi juga sebagai pemelihara lingkungan global.

sumber pembangunan ekonomi dan sumber kehidupan masyarakat, tetapi juga sebagai pemelihara lingkungan global. BAB V KESIMPULAN Greenpeace sebagai organisasi internasional non pemerintah yang bergerak pada bidang konservasi lingkungan hidup telah berdiri sejak tahun 1971. Organisasi internasional non pemerintah

Lebih terperinci

RESUME. Greenpeace merupakan NGO (Non Goverment. Organization) internasional yang bergerak dalam bidang

RESUME. Greenpeace merupakan NGO (Non Goverment. Organization) internasional yang bergerak dalam bidang RESUME Greenpeace merupakan NGO (Non Goverment Organization) internasional yang bergerak dalam bidang lingkungan. Salah satu perjuangan Greenpeace adalah menyelamatkan kelestarian lingkungan dunia. Dalam

Lebih terperinci

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA SOLUSI Masa depan perdagangan internasional Indonesia tidak harus bergantung pada deforestasi. Sinar Mas Group adalah pemain terbesar dalam sektor-sektor pulp dan kelapa sawit, dan dapat memotori pembangunan

Lebih terperinci

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut SUMBER DAYA AIR Indonesia memiliki potensi lahan rawa (lowlands) yang sangat besar. Secara global Indonesia menempati urutan keempat dengan luas lahan rawa sekitar 33,4 juta ha setelah Kanada (170 juta

Lebih terperinci

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: Nita Murjani n.murjani@cgiar.org Regional Communications for Asia Telp: +62 251 8622 070 ext 500, HP. 0815 5325 1001 Untuk segera dipublikasikan Ilmuwan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa hutan dan lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca BAB V KESIMPULAN & SARAN A. Kesimpulan Perlindungan terhadap hutan tentunya menjadi sebuah perioritas di era pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca di beberapa

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta ribuan pulau oleh Tuhan Yang Maha Esa, yang mana salah satunya adalah hutan. Hutan merupakan sesuatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumberdaya hutan tropis yang dimiliki negara Indonesia, memiliki nilai dan peranan penting yang bermanfaat dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Manfaat yang didapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu tipe ekosistem yang memiliki kemampuan menyimpan lebih dari 30 persen karbon terestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi serta

Lebih terperinci

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA LBH Pekanbaru Yayasan Mitra Insani HaKI FWI ICW Yayasan Auriga PWYP Indonesia Yayasan HAkA MaTA YCMM Perkumpulan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki prospek di masa mendatang dan menjadi komoditas menarik bagi Indonesia. Produk industri kehutanan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

ABSTRAK DUKUNGAN AUSTRALIA DALAM PENANGGULANGAN DEFORESTASI HUTAN DI INDONESIA TAHUN

ABSTRAK DUKUNGAN AUSTRALIA DALAM PENANGGULANGAN DEFORESTASI HUTAN DI INDONESIA TAHUN ABSTRAK DUKUNGAN AUSTRALIA DALAM PENANGGULANGAN DEFORESTASI HUTAN DI INDONESIA TAHUN 2004-2009 AKRIS SERAFITA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL 2012 Hubungan Indonesia dan Australia memiliki peranan penting

Lebih terperinci

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI Oleh Ir. H. BUDIDAYA, M.For.Sc. (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi) Disampaikan pada Focus Group

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ... itj). tt'ii;,i)ifir.l flni:l l,*:rr:tililiiii; i:.l'11, l,.,it: I lrl : SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI DAFTAR SINGKATAN viii tx xt xii... xviii BAB

Lebih terperinci

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut www.greenomics.org KERTAS KEBIJAKAN Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut 21 Desember 2009 DAFTAR ISI Pengantar... 1 Kasus 1:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia tersebut. Upaya upaya pembangunan ini dilakukan dengan banyak hal,

BAB I PENDAHULUAN. dunia tersebut. Upaya upaya pembangunan ini dilakukan dengan banyak hal, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara negara dunia pasca perang dunia II gencar melaksanakan pembangunan guna memperbaiki perekonomian negaranya yang hancur serta memajukan kesejahteraan penduduknya

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

HUTAN HUJAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA PENTING BAGI IKLIM, SATWA LIAR DAN MASYARAKAT HUTAN

HUTAN HUJAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA PENTING BAGI IKLIM, SATWA LIAR DAN MASYARAKAT HUTAN RISIKO Jutaan hektar ekosistem hutan hujan Indonesia dan lahan gambut yang kaya karbon tetap terancam penghacuran untuk perkebunan kelapa sawit dan kayu pulp, walaupun moratorium telah di tandatangani

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional UNFCCC dan juga telah menyepakati mekanisme REDD+ yang dihasilkan oleh rezim tersebut dituntut

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Strategi Nasional, Pengembangan Kelembagaan, dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Perhatian khusus terhadap hutan bukan hal baru 2007 2008 2009 Jan 2010 Mei 2010

Lebih terperinci

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 GAMBARAN SEKILAS Praktek-Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBANGUN DASAR KERANGKA PENGAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA Apa» Kemitraan dengan Ratah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Riau dengan luas 94.560 km persegi merupakan Provinsi terluas di pulau Sumatra. Dari proporsi potensi lahan kering di provinsi ini dengan luas sebesar 9.260.421

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Laporan ini berisi Kata Pengantar dan Ringkasan Eksekutif. Terjemahan lengkap laporan dalam Bahasa Indonesia akan diterbitkan pada waktunya. LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Pendefinisian

Lebih terperinci

24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace

24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace 24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace Publikasikan Peta, Hentikan Kebakaran, Selamatkan Hutan Transparansi sangat penting untuk mencegah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam 2 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, di kawasan mangrove terjadi interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati di dunia. Indonesia dijuluki sebagai Megadiversity Country,

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati di dunia. Indonesia dijuluki sebagai Megadiversity Country, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara tropis yang memiliki keindahan alam dan hutan yang sangat luas. Keindahan alam dan hutan yang dimiliki mulai dari Sabang sampai Merauke.

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove bagi kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup memiliki fungsi yang sangat besar, yang meliputi fungsi fisik dan biologi. Secara fisik ekosistem

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK RAFIKA DEWI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Ilmu Ekonomi 2016 Dosen pembimbing: Bapak Ahmad Ma ruf, S.E., M.Si.

Lebih terperinci

Shared Resources Joint Solutions

Shared Resources Joint Solutions Lembar Informasi Shared Resources Joint Solutions Sawit Watch - Padi Indonesia SRJS di Kabupaten Bulungan Program dengan pendekatan bentang alam ini memilih Daerah Aliran Sungai Kayan dengan titik intervensi

Lebih terperinci

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra - Analisa titik deforestasi Riau, Sumatra- 16 Maret 2011 oleh Eyes on the Forest Diserahkan kepada : Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, Kepala Unit

Lebih terperinci

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012 Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan

Lebih terperinci

MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN.

MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN. MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN Faisyal Rani 1 1 Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Riau 1 Dosen

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2013 HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pendirian-Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5430)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

West Kalimantan Community Carbon Pools

West Kalimantan Community Carbon Pools Progress Kegiatan DA REDD+ Mendukung Target Penurunan Emisi GRK Kehutanan West Kalimantan Community Carbon Pools Fauna & Flora International Indonesia Programme Tujuan: Pengembangan proyek REDD+ pada areal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEADILAN IKLIM: PERBAIKAN TATA

KEADILAN IKLIM: PERBAIKAN TATA PLATFORM BERSAMA KOALISI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PENYELAMATAN HUTAN INDONESIA DAN IKLIM GLOBAL KEADILAN IKLIM: PERBAIKAN TATA KELOLA SDA DAN LINGKUNGAN YANG MELAMPAUI KARBON Kami, jaringan masyarakat sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah menyebabkan kerusakan yang parah terhadap sumberdaya hutan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah menyebabkan kerusakan yang parah terhadap sumberdaya hutan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya penggunaan hutan dan beragamnya alih fungsi hutan di Indonesia telah menyebabkan kerusakan yang parah terhadap sumberdaya hutan. Sumberdaya hutan di Indonesia

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN Oleh: Dini Ayudia, M.Si. Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA & LH Lahan merupakan suatu sistem yang kompleks

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

DEGRADASI EKOLOGI SUMBERDAYA HUTAN DAN LAHAN (Studi Kasus Hutan Rawa Gambut Semenanjung Kampar Propinsi Riau)

DEGRADASI EKOLOGI SUMBERDAYA HUTAN DAN LAHAN (Studi Kasus Hutan Rawa Gambut Semenanjung Kampar Propinsi Riau) DEGRADASI EKOLOGI SUMBERDAYA HUTAN DAN LAHAN (Studi Kasus Hutan Rawa Gambut Semenanjung Kampar Propinsi Riau) Rifardi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau ABSTRACT The purpose of this

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer akibat berbagai aktivitas manusia di permukaan bumi, seperti

Lebih terperinci

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA Peringatan Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia 5 Juni 2010 PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, baik tumbuhan maupun hewan. Sampai dengan

Lebih terperinci

Penting Bagi Kehidupan, Harusnya Mangrove Tidak Dirusak

Penting Bagi Kehidupan, Harusnya Mangrove Tidak Dirusak Penting Bagi Kehidupan, Harusnya Mangrove Tidak Dirusak Ekosistem mangrove di Aceh Tamiang, Aceh, ini harus dijaga karena tidak hanya melindungi wilayah pesisir tetapi juga sebagai penyedia sumber daya

Lebih terperinci

KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN

KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN TENTANG PERCEPATAN PENYELESAIAN KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK ABSTRAK : Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cisolok Kabupaten Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Cisolok Kabupaten Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak hutan tropis, dan bahkan hutan tropis di Indonesia merupakan yang terluas ke dua di dunia setelah negara Brazil

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan Center for International Forestry Research Siapakah kami Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (Center for International Forestry Research)

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN SAHAM DAN BATASAN LUASAN LAHAN DALAM PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DAN PEMANFAATAN PERAIRAN DI SEKITARNYA DALAM RANGKA

Lebih terperinci

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut Jakarta, 12 November 2015 Asia Pulp & Paper Group (APP) menyambut baik instruksi Presiden Indonesia untuk perbaikan pengelolaan lahan gambut,

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2011-2030 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan basah memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia dan lingkungan. Fungsi lahan basah tidak saja dipahami sebagai pendukung kehidupan secara langsung seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF Peran Penting Masyarakat dalam Tata Kelola Hutan dan REDD+ 3 Contoh lain di Bantaeng, dimana untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, pemerintah kabupaten memberikan modal dan aset kepada desa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG SISTEM SERTIFIKASI KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL CERTIFICATION SYSTEM /ISPO)

Lebih terperinci

Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah

Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah Negara Indonesia yang terdiri dari 17.058 pulau itu memiliki keanekaragaman tumbuhan, hewan jasad renik yang lebih besar daripada negara-negara tetangganya.

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Lingkungan adalah semua yang berada di

Lebih terperinci

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa UPAYA DEPARTEMEN KEHUTANAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DEPARTEMEN KEHUTANAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL Planet in Peril ~ CNN Report + Kenaikan

Lebih terperinci

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Tim Teknis PWP dalam KLH

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Tim Teknis PWP dalam KLH RAKOTER TNI TAHUN 2009 Tema Melalui Rapat Koordinasi Teritorial Tahun 2009 Kita Tingkatkan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan di Jajaran Komando Kewilayahan TNI CERAMAH KETUA TIM TEKNIS KETAHANAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian NGO dan Sustainable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian NGO dan Sustainable 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian selanjutnya berkaitan dengan pengaruh NGO dalam pelestarian lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian NGO dan Sustainable Development:

Lebih terperinci

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PEMDA RIAU HARUS MELIBATKAN PUBLIK DALAM GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (GNPSDA) KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI PENGANTAR Hasil kajian Jikalahari menunjukkan

Lebih terperinci

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hubungan antara manusia dengan lingkungan adalah sirkuler. Perubahan pada lingkungan pada gilirannya akan mempengaruhi manusia. Interaksi antara manusia dengan lingkungannya

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumber daya alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya yang termasuk ke dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial budaya. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang

I. PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial budaya. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan modal pembangunan nasional yang memiliki manfaat ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

KERUSAKAN LINGKUNGAN

KERUSAKAN LINGKUNGAN bab i KERUSAKAN LINGKUNGAN A. KONSEP KERUSAKAN LINGKUNGAN Kerusakan lingkungan sangat berdampak pada kehidupan manusia yang mendatangkan bencana saat ini maupun masa yang akan datang, bahkan sampai beberapa

Lebih terperinci

Oleh : Sri Wilarso Budi R

Oleh : Sri Wilarso Budi R Annex 2. The Training Modules 1 MODULE PELATIHAN RESTORASI, AGROFORESTRY DAN REHABILITASI HUTAN Oleh : Sri Wilarso Budi R ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Hutan tropis ini merupakan habitat flora dan fauna (Syarifuddin, 2011). Menurut

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau

Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau Laporan Investigatif Eyes on the Forest Januari 2016 Eyes on the Forest (EoF) adalah koalisi

Lebih terperinci