BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Jama an (2008:4), Signaling Theory mengemukakan tentang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Jama an (2008:4), Signaling Theory mengemukakan tentang"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Sinyal (Singnalling Theory) Menurut Jama an (2008:4), Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Dalam teori sinyal membahas masalah informasi asimetri di pasar. Teori ini menjelaskan bagaimana informasi asimetri dapat dikurangi dengan cara, salah satu pihak memberikan signal informasi kepada pihak lain. Singnaling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal, karena terdapat asimetri informasi (Asymmetri Information) antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan (agent) mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi asimetri informasi. 10

2 11 Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Menurut Jogiyanto (2009: 392) bahwa: Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, informasi Non-keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi harga saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Efisiensi pasar merupakan konsep dasar yang bisa membantu kita memahami bagaimana sebenarnya mekanisme harga yang terjadi di pasar modal.

3 12 2. Pengertian Asuransi Kata asuransi berasal dari bahasa Belanda yaitu assurantie dan dalam hukum Belanda disebut Verzekering yang berarti pertanggungan. Sedangkan di Indonesia definisi asuransi tercantum dalam Undang-Undang RI tahun 1992 tentang perasuransian. Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Menurut Ardiansyah (2013) asuransi adalah institusi ekonomi yang mengurangi risiko dengan menggabungkan di bawah satu manajemen dan kelompok objek dalam suatu kondisi sehingga kerugian besar yang terjadi yang diderita suatu kelompok dapat diprediksi dalam lingkup yang lebih kecil. Sedangkan Supriyono (2013) mendefinisikan asuransi sebagai suatu alat untuk mengurangi risiko dengan menggabungkan sejumlah unit-unit yang berisiko agar kerugian individu secara kolektif dapat diprediksi. Kerugian yang dapat diprediksi tersebut kemudian dibagi dan didistribusikan secara proporssional di antara semua unit-unit dalam gabungan tersebut. Ardiansyah (2013) melihat asuransi dari dua sudut pandang. Pertama, asuransi adalah perlindungan terhadap risiko finansial oleh penanggung dan yang

4 13 kedua, asuransi adalah alat yang mana risiko dua orang atau lebih atau perusahaan-perusahaan digabungkan melalui kontribusi premi yang pasti atau yang ditentukan sebagai dana yang dipakai untuk membayar klaim. Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan asuransi adalah sebuah lembaga keuangan yang berfungsi untuk menanggung risiko finansial. Dimana risiko tersebut dialihkan dari tertanggung (orang atau lembaga yang menghadapi suatu risiko) kepada penanggung (orang atau lembaga yang menerima risiko) dengan pembayaran berupa premi asuransi (Ardiansyah, 2013). Sesuai dengan perkembangan yang terjadi, usaha asuransi pun mengalami perkembangan. Pada awalnya asuransi hanya berupa jaminan terhadap barang dagang yang didistribusikan melalui laut. Saat sekarang ditengah perkembangan ekonomi yang semakin pesat dan tuntutan dari masyarakat akan asuransi, maka timbullah berbagai jenis asuransi demi memenuhi tuntutan tersebut. Ada beberapa jenis asuransi yang berkembang pada saat ini, yaitu asuransi jiwa, asuransi kerugian, asuransi syariah, serta asuransi sosial (Ardiansyah, 2013). Asuransi jiwa adalah asuransi yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup maupun meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Asuransi kerugian adalah suatu usaha perasuransian yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti (Ardiansyah, 2013).

5 14 Asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset atau tabaru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Sedangkan asuransi sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib berdasarkan suatu undang-undang, yang berasal dari iuran, guna memberikan perlindungan dasar bagi kesejahteraan masyarakat atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya (Ardiansyah, 2013). Menurut T Steele, John (2010) prinsip dasar asuransi tidak akan tetap untuk selamanya, melainkan dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Lima prinsip yang dikemukakannya adalah sebagai berikut: 1) Kepentingan berasuransi (insurable interest) 2) Itikad baik (utmost good faith) 3) Sebab terdekat (proximate cause) 4) Ganti rugi (indemnity) 5) Subrogasi dan Kontribusi (Subrogation and Contribution) 6) Hukum bilangan besar (Law of the large Number) 1. Kepentingan berasuransi (insurable interest) Adanya kepentingan berasuransi merupakan hal yang yang sangat mendasar pada sebuah perjanjian asuransi. Insurable interest adalah hak atau adanya hubungan dengan persoalan pokok dari kontrak, seperti menderita

6 15 kerugian finansial sebagai akibat terjadinya kerusakan, kerugian, atau kehancuran harta benda. Tanpa insurable interest, suatu kontrak merupakan kontrak taruhan atau perjudian, selain itu dapat menimbulkan suatu iktikad yang tidak baik untuk menyebabkan terjadinya kerugian dengan maksud memperoleh santunan (T Steele, John 2010). Dalam berasuransi, seseorang mempunyai kepentingan yang dapat diasuransikan atas hidupnya sendiri, dan mungkin pula mempunyai kepentingan atas hidup orang lain, atas dasar hubungan keluarga, maupun atas dasar pertimbangan lainnya. Sebagai contoh misalnya seorang ayah mengasuransikan anak-anaknya kedalam asuransi pendidikan. Ia bermaksud agar pendidikan anakanaknya dapat terjamin pada masa yang akan datang, jika sang ayah tidak dapat lagi membiayai biaya pendidikan anak-anaknya dikarenakan sebab-sebab tertentu. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa ada suatu kepentingan (insurable interest) yang menyebabkan seseorang berasuransi. Dasar hukum mengenai insurable interest di Indonesia adalah pasal 250 KUHD yang menyebutkan apabila seorang yang telah mengadakan suatu pertanggungan untuk diri sendiri, atau apabila seorang, yang untuknya telah diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak mempunyai suatu kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkannya itu, maka si Penanggung tidaklah diwajibkan memberi ganti rugi

7 16 2. Adanya iktikad baik (utmost good faith) Iktikad baik pada dasarnya tanggung jawab dari masing-masing pihak terhadap kontrak yang menjamin keduanya bertindak jujur dan tidak menyembunyikan (concealment) fakta-fakta atas risiko yang diketahuinya. Di Indonesia, hal ini diatur dalam pasal 251 KUHD yang berbunyi: setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si Tertanggung, betapapun itikad baik ada padanya yang demikian sifatnya, sehingga seandainya si Penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya perjanjian ini tidak akan ditutup dengan syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan. 3. Sebab terdekat (proximate cause) Dalam perjanjian asuransi perlu dicatat terhadap peristiwa kerugian apa jaminan asuransi tersebut diberikan, sehingga akan dapat dengan mudah ditentukan dan dimengerti oleh kedua belah pihak. Sebagai contoh misalnya dikatakan bahwa luasnya jaminan asuransi adalah akibat menabrak sesuatu. Pada suatu hari, kendaraan yang diasuransikan menghindari seseorang yang menyeberang jalan sehingga menabrak pohon. Adapun yang menjadi pertanyaan adalah apakah kecelakaan tersebut akibat menghindari penyeberang jalan atau akibat menabrak pohon? Hal ini penting ditegaskan untuk menentukan apakah suatu penyebab kejadian dijamin kondisi polis atau tidak. Contoh lain misalnya pada suatu malam, sebuah lampu mercusuar tidak menyala karena sesuatu hal. Ketika sebuah kapal melewati daerah tersebut, maka terjadilah kecelakaan di mana kapal tersebut menabrak karang. Pertanyaannya apakah penyebab

8 17 kecelakaan tersebut karena mercusuar padam ataukah akibat kapal menabrak karang? Dengan demikian jelaslah bahwa penyebab yang menjadi dasar pada perjanjian asuransi haruslah penyebab yang terdekat, merupakan rangkaian kejadian yang menimbulkan akibat, tanpa pengaruh dari kejadian lainnya, dimulai secara aktif sejak awal dan merupakan kejadian yang berdiri sendiri. Secara tegasnya adalah bahwa penyebab yang menjadi dasar pada perjanjian asuransi adalah penyebab terdekat (Proximate Cause) bukanlah penyebab terjauh (Remota Cause) (T Steele, John 2010). 4. Ganti rugi (indemnity) Indemnity atau kontrak penggantian kerugian adalah kontrak dimana penanggung menyediakan penggantian untuk kerugian yang nyata diderita tertanggung dan tidak lebih besar daripada kerugian yang dideritnya itu atau dapat dikatakan sebagai kepastian atas kompensasi keuangan dengan menempatkan kembali tertanggung kepada keadaan keuangan semula sebelum terjadinya peristiwa tersebut. Batas tertinggi kewajiban penanggung berdasarkan prinsip ini adalah memulihkan tertanggung pada posisi finansial yang sama dengan posisi sebelum terjadinya kerugian. Hal itu bisa berarti jumlah yang tercantum dalam polis bukanlah merupakan jumlah yang harus dibayarkan, tetapi menyatakan batas maksimum dari pertanggungan yang dapat dibayarkan. Pada asuransi jiwa prinsip ini tidak diterapkan (T Steele, John 2010).

9 18 5. Subrogasi dan Kontribusi (subrogation and contribution) Pada umumnya seseorang yang menyebabkan suatu kerugian bertanggung jawab atas kerusakan/kerugian itu. Dalam hubungannya dengan asuransi, pihak penanggung mengambil alih hak menagih ganti rugi pada pihak yang menyebabkan kerugian setelah penanggung melunasi kewajibannya pada tertanggung (T Steele, John 2010). 6. Hukum bilangan besar (Law of the large number) Hukum bilangan besar adalah suatu konsep statistik yang menyatakan bahwa semakin besar jumlah kesempatan/peluang terjadinya suatu kejadian, maka kemungkinan kejadian itu terjadi diperhitungkan secara probabilitas matematika. Dalam bisnis persuransian diartikan bahwa asuransi tidak dapat diperhitungkan secara individual, melainkan diperhitungkan dalam jumlah yang besar. Hal ini dikarenakan konsep asuransi yang saling menanggung satu dengan lainnya (T Steele, John 2010). 3. Asuransi Jiwa Asuransi jiwa sendiri pada hakekatnya adalah suatu perjanjian (polis asuransi) yang mana satu pihak mana pihak (pemilik polis) membayar premi kepada pihak penanggung sebagai imbalan persetujuan penanggungan untuk membayar jumlah tertentu jika orang yang ditanggung meninggal atau hidupnya seseorang, atau asuransi jiwa bertujuan menanggung orang terhadap kerugian

10 19 finansial tak terduga yang disebabkan karena meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya terlalu lama (Ardiansyah, 2013). Risiko yang dilimpahkan kepada penanggung bukanlah risiko hilangnya jiwa seseorang, melainkan kerugian keuangan sebagai akibat hilangnya jiwa seseorang atau karena mencapai umur tua sehingga tidak produktif lagi. Pengertian penanggung disini adalah nama lengkap dari perusahaan yang menerima risiko pertanggungan dari si tertanggung. Sedangkan pengertian tertanggung disini adalah nama personal yang atas jiwanya diadakan pertanggungan (Ardiansyah, 2013). Tercantum dalam Undang Undang RI Nomor 2 Tahun 1992 Asuransi jiwa pada dasarnya dibutuhkan bagi setiap individu terutama bagi mereka yang menginginkan perlindungan finansial dimasa yang akan datang. Pada hakikatnya fungsi asuransi yaitu untuk memberikan kepastian keberlangsungan penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruh penghasilan yang hilang. Pada dasarnya terdapat 3 (tiga) jenis asuransi jiwa, dan seiring perkembangan waktu maka perkembangan menjadi 4 (empat) yaitu: 1. Asuransi Jiwa Berjangka (Term Insurance) 2. Asuransi Jiwa Seumur Hidup (Whole Life Insurance) 3. Asuransi Jiwa Dwiguna (Endowment Insurance) 4. Unit link

11 20 1. Asuransi Jiwa Berjangka Yaitu program asuransi jiwa yang memberikan jaminan finansial terhadap risiko meninggal dunia jika tertanggung meninggal dalam jangka waktu tertentu (Ardiansyah, 2013). 2. Asuransi Jiwa Seumur Hidup Yaitu program asuransi jiwa yang akan membayarkan sejumlah uang pertanggungan ketika tertangggung meninggal dunia kapanpun. Merupakan polis permanen yang tidak dibatasi tanggal berakhirnya polis seperti pada asuransi jiwa berjangka. Perbedaan lainnya, pada asuransi jiwa seumur terdapat nilai tunai sebagai unsur tabungan yang dapat dipinjam oleh nasabah atau digunakan untuk membayar premi berikutnya (Ardiansyah, 2013). 3. Asuransi Jiwa Dwiguna Yaitu program asuransi jiwa yang merupakan penggabungan antara asuransi jiwa berjangka dengan asuransi jiwa seumur hidup. Premi asuransi dwiguna relatif lebih mahal bila dibandingkan asuransi seumur hidup dan berjangka (Ardiansyah, 2013). 4. Unit Link Unit Link merupakan asuransi yang disamping memberikan manfaat perlindungan juga manfaat investasi. Hanya saja oleh perusahaan asuransi dana itu ditempatkan pada reksa dana dalam bentuk unit link. Bersamaan dengan menurunnya bunga bank produk unit link makin digemari. Walau risiko investasi ada pada pemegang polis tapi returnnya lebih tinggi dari asuransi

12 21 endowment. Pemegang asuransi unit link akan diminta untuk memilih instrumen investasinya apakah deposito, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, reksa dana saham atau pasar uang. Pemegang asuransi unit link dapat mengubah jenis investasi yang ditempatkan sesuai dengan persepsi dan perkembangan pasar (Ardiansyah, 2013). B. Rasio Profitabilitas Profitabilitas digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari pinjaman dan investasi. Faktor - faktor yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan asuransi dapat bersumber dari berbagai kinerja profitabilitas yang ditunjukkan beberapa indikator. (Adyani, 2011). Supriyono (2014) mendefinisikan profitabilitas sebagai dasar dari adanya keterkaitan antara efisiensi operasional dengan kualitas jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan asuransi jiwa. Profitabilitas adalah ukuran spesifik dari performance sebuah perusahaan asuransi, dimana ia merupakan tujuan dari manajemen perusahaan dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang saham, optimalisasi dari berbagai tingkat return, dan meminimalisir risiko yang ada (Adyani, 2011). Menurut Weygandt et al. (2011), rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan secara keseluruhan, yang ditunjukkan dengan besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Rasio profitabilitas dianggap sebagai alat yang paling valid dalam mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan, karena rasio profitabilitas merupakan alat pembanding pada

13 22 berbagai alternatif investasi yang sesuai dengan tingkat risiko. Semakin besar risiko investasi, diharapkan profitabilitas yang diperoleh semakin tinggi pula. Tujuan analisis profitabilitas sebuah perusahaan asuransi adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan asuransi yang bersangkutan. Kinerja keuangan perusahaan dari sisi manajemen, mengharapkan laba bersih sebelum pajak (earning before tax) yang tinggi karena semakin tinggi laba perusahaan semakin fleksible perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Sehingga EBT (earning before tax) perusahaan akan meningkat bila kinerja keuangan perusahaan meningkat. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total aset merupakan rata-rata volume usaha atau aktiva (Dendawijaya, 2010). a) Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis. Return on Asset (ROA) adalah rasio keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan (Bambang R, 2010). Reurn on Asset (ROA) yang positif menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika Reurn on Asset (ROA) negatif menunjukan total

14 23 aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan atau rugi (Riyanto, 2010). Return on Asset = Net Profit Total Assets b) Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang membandingkan antar laba bersih (net profit) perusahaan dengan aset bersihnya (ekuitas atau modal). Rasio ini mengukur berapa banyak keuntungan yang dihasilkan oleh Perusahaan dibandingkan dengan modal yang disetor oleh Pemegang Saham (Bambang R, 2010). Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan dari investasi yang ditanamkan pemegang saham. Pengembalian dana dalam investasi dapat dijadikan ukuran apakah suatu perusahaan dalam kondisi keuangan baik atau buruk. Dapat juga mengalkulasikan return on equity, dimana Stockholder s Equity digantikan oleh total aktiva perusahaan. Return on Equity = Net Profit Total Equity

15 24 C. Risk Based Capital (RBC) Pengertian Risk Based Capital berdasarkan peraturan ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan Lembaga Keuangan Nomor: PER- 02/BL/2008 adalah suatu jumlah minimum tingkat solvabilitas yang ditetapkan, sebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Semua perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi wajib memiliki tingkat solvabilitas (Risk Based Capital) minimal 120% dari risiko yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban atau serendahnya-rendahnya mencapai angka 100% sehingga dapat diberi kesempatan untuk melakukan penyesuaian dan meningkatkan batas solvabilitasnya dalam jangka waktu tertentu. Peraturan tersebut telah ditetapkan oleh pemerintah dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi Pasal 2. Risk Based Capital dapat menunjukkan kriteria bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan sehat dan terjamin atau tidak. Terkadang ukuran Risk Based Capital yang telah memenuhi standarnya sering dijadikan salah satu alat promosi untuk menarik minat masyarakat agar membeli polisnya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2012 menetapkan standar minimal besar Risk Based Capital (RBC) sebesar 120 persen.

16 25 Perusahaan yang mencapai RBC 120% akan selalu dalam posisi untuk selalu mampu membayar kewajibannya, khususnya klaim. Risk Based Capital (RBC) diperoleh dari membandingkan selisih kekayaan yang diperkanankan dengan kewajiban dengan batas minimum tingkat solvensi. Kekayaan yang diperkenankan diantaranya adalah deposito berjangka, tanah - bangunan, kas - bank, tagihan premi kurang dari 3 bulan, tagihan reasuransi, tagihan hasil investasi kurang dari 3 bulan dan mesin komputer. Rumus untuk menghitung Risk Based Capital (RBC) adalah: RBC = Tingkat Solvabilitas Batas Tingkat Solvabilitas Minimum D. Solvency Margin Ratio (SMR) Solvency Margin Ratio (SMR) adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan keuangan perusahaan dalam menanggung risiko yang ditutup (Ningrum, 2014). Rumus untuk menghitung Solvency Margin Ratio (SMR) adalah: SMR = Modal Sendiri Premi Neto Solvency Margin Ratio (SMR) penting dalam memberikan gambaran seberapa besar penutupan yang ditanggung sendiri oleh perusahaan (retensi sendiri) serta seberapa besar kemampuan permodalan perusahaan sebenarnya (Ningrum, 2014). Perbandingan antara retensi sendiri dengan modal perusahaan

17 26 asuransi akan menentukan tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang bersangkutan. Tingginya Solvency Margin Ratio (SMR) mencerminkan penggunaan modal yang tidak optimal. Seperti yang dikemukakan oleh Marcela dan Tomas (2009) menyatakan bahwa Solvency Margin Ratio (SMR) dapat mempengaruhi Return On Equity (ROE) secara negatif, hal ini karena modal yang terlalu besar belum tentu optimal dalam meningkatkan keuntungan usaha.

18 27 E. Investment Yield Ratio (IYR) Investment Yield Ratio (IYR) adalah rasio yang digunakan untuk menentukan sehat tidaknya perusahaan asuransi karena merupakan komponen penting dalam menentukan jumlah laba yang diperoleh (Ningrum, 2014). Adapun rumus untuk menghitung Investment Yield Ratio (IYR) adalah sebagai berikut: IYR = Pendapatan Bersih Investasi Rata rata Investasi 2 Tahun Rata-rata investasi yang dimaksud adalah jumlah dari investasi tahun berjalan dan investasi tahun lalu dibagi dua. Investment Yield Ratio (IYR) dapat digunakan untuk menilai kebijaksanaan investasi yang dijalankan oleh perusahaan asuransi jiwa. Mengingat investasi mengandung risiko yang tinggi, investasi yang dilakukan harus aman. Dana yang dihimpun oleh perusahaan asuransi, selain digunakan untuk pembayaran klaim, dana tersebut juga disisihkan untuk melakukan investasi. Dalam hal perusahaan asuransi menerima banyak klaim, maka return dari investasi dapat diandalkan untuk membantu memelihara kesehatan keuangan perusahaan sehingga investasi yang dilakukan juga harus memberikan hasil yang tinggi. Selain itu, investasinya juga harus memiliki likuiditas yang tinggi, yaitu dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa harus menderita kerugian yang berarti (Ningrum, 2014).

19 28 F. Penelitian Terdahulu Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Profitabilitas. Hasil dari beberapa penelitian akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini. Antara lain sebagai berikut: Cummins dan Gregory (2000) melakukan penelitian untuk memastikan apakah jumlah Solvency Margin Ratio (SMR) yang berlebihan dengan penggunaan yang tidak optimal dapat mempengaruhi efisiensi revenue dan Return On Equity (ROE). Objek penelitian pada perusahaan asuransi umum di Amerika Serikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara Solvency Margin Ratio (SMR) yang berlebihan dan tidak optimal penggunaannya terhadap efisiensi revenue dan Return on Equity (ROE). Carayannopoulos dan Kelly (2003) meneliti perusahaan asuransi di Kanada yang terdaftar di Best via Win Trac pada tahun Populasi pada penelitian ini sebanyak 174 perusahaan dan sampel sebanyak 68 perusahaan. Penelitian dilakukan untuk mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Return on Equity (ROE) perusahaan asuransi umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Solvency Margin Ratio (SMR) memiliki pengaruh yang negatif terhadap Return on Equity (ROE). Underwriting ratio dan auto concentration berpengaruh negatif signifikan terhadap Return on Equity (ROE). Investment Yield Ratio (IYR) dan Adjusted Loss Reserve to Net Profit Margin (NPW) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Equity (ROE).

20 29 Di tahun selanjutnya (2004), Carayannopoulos dan Kelly melakukan penelitian yang serupa pada perusahaan asuransi di Kanada. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 244 perusahaan dan sampel sebanyak 107 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Surplus to Net Profit Margin (NPW) or Solvency Margin Ratio (SMR) dan Group Membership memilik pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Return On Equity (ROE). Sedangkan Investment Risk Ratio, Investment Yield, dan Index of Premium memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Return on Equity (ROE). Underwriting Ratio, Adjusted Loss Reserves to Net Profit Margin (NPW), Growth in Net Profit Margin (NPW) mempunyai pengaruh negatif terhadap Return on Equity (ROE). Marcela dan Tomas (2009) melakukan penelitian mengenai kestabilan keuangan bisnis asuransi. Penelitian mengkaji mengenai pengaruh capital holdings terhadap Return on Equity (ROE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan - perusahaan besar, yang ditandai dengan Solvency Margin Ratio (SMR) yang tinggi memiliki nilai terhadap Return on Equity (ROE) yang rendah. Besarnya jumlah pemegang saham dari luar akan meningkatkan jumlah modal sehingga Solvency Margin Ratio (SMR) pun ikut meningkat, tetapi perusahaan mempunyai konsekuensi untuk memberikan return yang besar pula pada pemengang saham. Sehingga hal ini akan menurunkan nilai Return On Equity (ROE). Berbeda dengan perusahaan kecil yang justru walapun modalnya kecil atau jumlah pemegang saham luar sedikit. Perusahaan ini terbukti mampu meningkatkan Return on Equity (ROE)-nya.

21 30 Rimulanti (2009) melakukan penelitian tentang faktor-fakor yang mempengaruhi nilai Return on Equity (ROE) pada perusahaan asuransi kerugian atau umum. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 11 perusahaan dan sampel sebanyak 10 perusahaan. Karena jumlah sampel yang terbatas, penelitian ini menggunakan periode pengamatan lima tahun, dari Hasil penelitian menunjukkan bahwa Solvency Margin Ratio (SMR) dan Investment Yield Ratio (IYR) memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap Return On Equity (ROE), sedangkan underwriting ratio memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Return On Equity (ROE). Premium growth ratio memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap Return on Equity (ROE), sedangkan rasio cadamgan teknis memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Return on Equity (ROE). Kirmizi dan Agus (2011) melakukan penelitian pada industri asuransi umum di Indonesia periode Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besar Risk Based Capital (RBC), Return on Equity (ROE) dan Pertumbuhan Premi Netto. Hasil penelitiannya adalah pertumbuhan modal sendiri memiliki pengaruh positif terhadap Risk Based Capital (RBC). Sedangkan pertumbuhan aset memiliki pengaruh negatif terhadap Risk Based Capital (RBC). Selanjutnya pertumbuhan modal sendiri dan pertumbuhan aset memiliki pengaruh postif terhadap Return On Equity (ROE), sedangkan Risk Based Capital (RBC) dan pertumbuhan premi netto memiliki pengaruh negatif terhadap Return On Equity (ROE). Hasil penelitian pun menunjukkan terhadap pengaruh positif Risk Based Capital (RBC)

22 31 terhadap pertumbuhan premi netto. Demikian pula dengan pertumbuhan aset memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan premi netto, sedangkan pertumbuhan modal sendiri memiliki pengaruh negatif pertumbuhan premi netto. Supriyono (2013) melakukan penelitian pada PT Asuransi Tafakul Umum dan PT Asuransi Tafakul Keluarga. Periode penelitian yang digunakan adalah selama tujuh tahun, yaitu dari Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh Risk Based Capital (RBC) terhadap profitabilitas (ROA dan ROE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Risk Based Capital (RBC) memiliki pengaruh negatif terhadap Return on Aset (ROA) maupun Return on Equity (ROE). Secara ringkas, hasil penelitian dari peneliti-peneliti terdahulu dapat disajikan dalam tabel berikut:

23 32 Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Variabel Hasil 1 J. David Cummins dan Independen: SMR. SMR berpengaruh negative terhadap Nini Gregory (2000). Dependen: ROE. ROE. 2 Peter Carayannopoulos dan Mary Kelly (2003) 3 Peter Carayannopoulos dan Mary Kelly (2004) 4 Rybysarova Marcela dan Lelek Tomas (2009) 5 Agnes Veni Rimulanti (2009) 6 Kirmizi dan Susi Surya Agus (2011) 7 Agung Eko Supriyono(2013) Alat analisis : Regresi Independen :Underwriting ratio,surplus to NPW /SMR, Auto Concentration,Investment Yield,Adjusted Loss Reserve to NPW / TRR. Dependen: ROE. Alat Analisis : Regresi Independen : Surplus to NPW / SMR,Underwriting Ratio,Adjusted Loss Reserve to NPW / TRR, Growth in NPW, IYR,Index of Premium, Group Membership dan IRR Dependen: ROE. Alat Analisis : Regresi Independen : SMR /Capital Holdings. Dependen: ROE. Alat Analisis : Regresi Independen : SMR, Underwriting ratio, IYR,PGRdan Rasio Cadangan Teknis. Dependen: ROE. Alat analisis : Regresi Independen : Pertumbuhan modal sendiri, pertumbuhan aset, RBC, dan pertumbuhan premi neto. Dependen: ROE. Alat analisis : Regresi Independen : RBC Dependen : ROA dan ROE Alat analisis : Regresi Sumber: Berbagai Jurnal, Skripsi dan Tesis. Underwriting ratio, Surplus to NPW/SMR dan auto concentration berpengaruh negative terhadap ROE. Investmen Yield dan Adjusted Loss Reserve to NPW/ TRR berpengaruh positif terhadap ROE Surplus to NPW/SMR, Investment Risk Ratio, Group Membership,IYR dan Index of Premium berpengaruh positif terhadap ROE.Underwriting Ratio, Adjusted Loss Reserves to NPW /TRR, Growth in NPW berpengaruh negative terhadap ROE. SMR berpengaruh negatif terhadap ROE. SMR, underwriting ratio, dan IYR berpengaruh positif terhadap ROE. PGR dan Rasio cadangan teknis berpengaruh negative terhadap ROE Pertumbuhan modal sendiri dan pertumbuhan asset berpengaruh positif terhadap ROE. RBC dan pertumbuhan premi neto berpengaruh negative terhadap ROE. RBC berpengaruh negatif terhadap ROA dan ROE Terdapat perbedaan dan persamaan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Persamaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan beberapa penelitian terdahulu adalah menganalisis faktor

24 33 faktor yang mempengaruhi Profitabilitas, sedangkan perbedaannya di antara lain adalah dalam periode penelitian, dimana dalam penelitian ini menggunakan periode waktu tahun 2010 sampai Selain itu variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Risk Based Capital (RBC), Solvency Margin Ratio (SMR), dan Investment Yield Ratio (IYR). G. Kerangka Pemikiran Berdasarkan pada perumusan masalah dan landasan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengujii secara empiris apakah Risk Based Capital (RBC), Solvency Margin Ratio (SMR), Investment Yield Ratio (IYR), memiliki pengaruh terhadap Profitabilitas pada perusahaan asuransi. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teroritis RBC H1 (-) SMR H2 (-) PROFITABILITAS IYR H3 (-)

25 34 H. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberap hipotesis sebagai berikut: H1 : Risk Based Capital (RBC) berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas pada perusahaan asuransi. H2 : Solvency Margin Ratio (SMR) berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas pada perusahaan asuransi. H3 : Investment Yield Ratio (IYR) berpengaruh positif terhadap Profitabilitas pada perusahaan asuransi. 1. Pengaruh Risk Based Capital (RBC) terhadap Profitabilitas Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53/PMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, setiap perusahaan asuransi wajib memiliki Risk Based Capital (RBC) minimal 120%. RBC diarahkan untuk melihat tingkat keamanan yang dapat diberikan oleh perusahaan kepada pemegang polis sehingga dapat memberikan kepercayaan yang tinggi kepada masyarakat terhadap perusahaan asuransi. Risk Based Capital (RBC) yang tinggi menunjukkan tingkat kecukupan modal yang tinggi bagi perusahaan asuransi dalam memenuhi kewajibankewajibannya. Namun hal ini akan membuat perusahaan tidak efisien, karena tingkat solvensi yang terlalu tinggi, sehingga semakin tinggi Risk Based Capital (RBC) maka akan semakin rendah Return On Equity (ROE) asuransi. Penelitian

26 35 Kirmizi dan Agus (2011) serta Supriyono (2013) juga menyatakan bahwa Risk Based Capital (RBC) memiliki pengaruh negatif terhadap Return On Equity (ROE). Berdasarkan penjelasan teoritis tersebut di atas, maka dapat diajukan Hipotesis 1 sebagai berikut: Equity (ROE). H1: Risk Based Capital (RBC) berpengaruh negatif terhadap Return on 2. Pengaruh Solvency Margin Ratio (SMR) terhadap Profitabilitas Menurut Cummins dan Gregory (2000), Solvency Margin Ratio (SMR) yang tinggi cenderung mengakibatkan revenue yang tidak efisien. Hal ini disebabkan karena adanya penggunaan dana yang tidak optimal. Solvency Margin Ratio (SMR) yang tinggi juga menunjukkan tingginya modal perusahaan dengan tingkat penerimaan risiko yang rendah. Ketidakefisienan penggunaan modal tersebut membuat Return on Equity (ROE) perusahaan menjadi rendah. Selain penelitian Cummins dan Gregory (2000) yang menyatakan pengaruh negatif antara Solvency Margin Ratio (SMR) terhadap Return On Equity (ROE), penelitian Marcela dan Tomas (2009) juga sejalan dengan hasil tersebut. Berdasarkan penjelasan teoritis tersebut di atas, maka dapat diajukan Hipotesis 2 sebagai berikut: H2: Solvency Margin Ratio (SMR) berpengaruh negative terhadap Return on Equity (ROE).

27 36 3. Pengaruh Investment Yield Ratio (IYR) terhadap Profitabilitas Rendahnya Investment Yield Ratio (IYR) dapat menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan kurang tepat, yang dapat disebabkan oleh penempatan investasi yang salah dalam harta tetap, investasi spekulatif atau alasan lain seperti metode penilaian aktiva, stabilitas dan likuidasi investasi (Ningrum, 2014). Karena adanya risiko investasi yang dapat merugikan perusahaan, maka perusahaan asuransi perlu memilih instrument investasi yang tidak terlalu berisiko. Ketepatan investasi akan memberikan return yang besar bagi perusahaan yang akan berpengaruh positif pada tingkat profitabilitas. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa Investment Yield Ratio (IYR) memiliki hubungan searah dengan Return on Equity (ROE). Pengaruh positif Investment Yield Ratio (IYR) terhadap Return on Equity (ROE) dapat pula dilihat dari hasil penelitian Carayannapoulos dan Kelly (2004) serta Rimulanti (2009). Berdasarkan penjelasan teoritis tersebut di atas, maka dapat diajukan Hipotesis 3 sebagai berikut: H3 : Ada pengaruh positif antara Investment Yield Ratio (IYR) terhadap Return on Equity (ROE) atau Profitabilitas pada perusahaan asuransi.

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. Asuransi Ramayana Tbk

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. Asuransi Ramayana Tbk BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. Asuransi Ramayana Tbk Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Pada sub bab ini peneliti terduhulu yang sudah melakukan penelitian adalah: 1. Kirmizi dan Susi Surya Agus, 2011 Peneliti ini mengambil judul Pengaruh Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu Peneltian pertama yang dilakukan oleh Karuniawati (2007) dengan objek penelitian yang dilakukan pada PT. Asuransi Jiwasraya. Hasil penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Asuransi 2.1.1 Pengertian Asuransi Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk mengatur bagaimana perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Signaling Theory 2.1.1. Pengertian Signaling Theory Menurut Jama an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN ON EQUITY PADA PERUSAHAAN ASURANSI UMUM

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN ON EQUITY PADA PERUSAHAAN ASURANSI UMUM ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN ON EQUITY PADA PERUSAHAAN ASURANSI UMUM SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Salah satu faktor yang memotivasi investor dalam melakukan kegiatan investasi yaitu adanya return saham yang merupakan imbalan atas keberanian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. a 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Persinyalan (Signaling Theory) Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi akuntansi memberikan

Lebih terperinci

http://www.hadiborneo.wordpress.com/ Secara bahasa Berasal dari kata assurantie dari bahasa Belanda yang berakar dari bahasa latin yaitu assecurare yang berarti meyakinkan orang. Menurut UU No. 2 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan komersial. Potensi pengembangan industri asuransi di Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN. bukan komersial. Potensi pengembangan industri asuransi di Indonesia sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, asuransi memegang peranan penting dalam memberikan kepastian proteksi bagi manusia yang bersifat komersial maupun bukan komersial.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Asimetri informasi dapat

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Asimetri informasi dapat BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal (signalling theory) menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitianpenelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Perusahaan Asuransi Istilah asuransi mengacu pada pertanggungan atau perlindungan finansial yang terkait dengan pergantian kerugian

Lebih terperinci

ASURANSI. Prepared by Ari Raharjo

ASURANSI. Prepared by Ari Raharjo ASURANSI Prepared by Ari Raharjo Email: ariraharjo2013@gmail.com Definisi Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi masa krisis keuangan global, asuransi adalah solusi yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi masa krisis keuangan global, asuransi adalah solusi yang dapat menjadi BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Menghadapi masa krisis keuangan global, asuransi adalah solusi yang dapat menjadi payung untuk mengantisipasi krisis keuangan, karena dana asuransi yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pecking Order Theory Pecking order theory adalah teori struktur modal yang di rumuskan oleh Myes dan Majluf 1984. Disebut sebagai

Lebih terperinci

PERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/

PERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/ PERUSAHAAN ASURANSI 1. PENGERTIAN USAHA DAN KARAKTERISTIK ASURANSI Definisi (UU no. 2 tahun 1992) Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan nama penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik BAB III PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter yang mampu merubah perekonomian menjadi sangat terpuruk. Hal ini berakibat kepada perusahaanperusahaan yang ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin majunya perkembangan perekonomian saat ini semakin banyak pula bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber dana yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. saham agar dapat meminimalkan kemungkinan risiko yang akan terjadi.

BAB II LANDASAN TEORITIS. saham agar dapat meminimalkan kemungkinan risiko yang akan terjadi. BAB II LANDASAN TEORITIS A. Signaling Theory (Teori Sinyal) Bagi investor atau calon investor informasi yang mencerminkan kondisi suatu perusahaan sangat dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal sebagai salah satu sarana penghimpun dana dari masyarakat sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang terhimpun digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian bisa

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap aspek kehidupan manusia yang menjadi kepentingan tidaklah selalu berada dalam keadaan aman, namun seringkali dikelilingi oleh berbagai macam bahaya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Bank Secara Umum Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda-beda. Definisi definisi tersebut antara lain : dapat terjadi dengan cara membayar premi asuransi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda-beda. Definisi definisi tersebut antara lain : dapat terjadi dengan cara membayar premi asuransi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asuransi dan Premi Asuransi Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi, sepintas definsi tersebut tidak ada kesamaan antara definisi satu dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal (signalling theory) menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan

Lebih terperinci

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun 2007-2010 Tugas Manajemen Keuangan Lanjutan Dosen: Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME Oleh: Junita Nelly Panjaitan NIM. 127019020 Kelas A Pararel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Bank Syariah Perbankan syariah dalam dunia internasional dikenal sebagai Islamic Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanggungan. Dalam bahasa Belanda asurantie yang dalam hukum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanggungan. Dalam bahasa Belanda asurantie yang dalam hukum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Asuransi a. Pengertian Asuransi Istilah asuransi berasal dari bahasa inggris insurance, yang berarti pertanggungan. Dalam bahasa Belanda asurantie yang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Pada Desember

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Pada Desember BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan syariah di Indonesia cukup pesat, hal ini terlihat dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Pada Desember 2003 terdapat 2 Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan pengembalian dalam bentuk deviden maupun capital gain. Di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Fundamental Teori fundamental adalah teori yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teori ini menitikberatkan pada rasio finansial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap hari aktivitas manusia selalu berhubungan dan bergantung pada berbagai jenis jasa, seperti jasa transportasi, telekomunikasi, hiburan, pendidikan, jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Telaah pustaka tersebut berasal dari berbagai sumber yaitu text book

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Telaah pustaka tersebut berasal dari berbagai sumber yaitu text book BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Bab ini membahas mengenai telaah pustaka yang relevan dengan topik penelitian. Telaah pustaka tersebut berasal dari berbagai sumber yaitu text book dan jurnal-jurnal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling theory) Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Risiko Risiko adalah bahaya, akibat, atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Hal ini mungkin disebabkan karena tingginya kesadaran penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Hal ini mungkin disebabkan karena tingginya kesadaran penduduk di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini, perusahaan perusahaan asuransi di negara maju, khususnya Amerika Serikat dan Kanada mempunyai peran yang besar dalam perekonomian di negara mereka. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal menurut Husnan (2003:3) dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dari modal yang dimiliki (Sartono, 2001:119). Oleh karena itu, perlu diupayakan agar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dari modal yang dimiliki (Sartono, 2001:119). Oleh karena itu, perlu diupayakan agar BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2. 1 Landasan Teoritis dan Konsep 2.1.1 Profitabilitas Profitabilitas adalah bagaimana suatu perusahaan dapat menghasilkan laba dari modal yang dimiliki (Sartono,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini menggunakan dua peneliti terdahulu sebagai rujukan. Rujukan yang pertama menggunakan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini Pudji

Lebih terperinci

SOSIALIASI ASURANSI Dalam Rangka Penggunaan Transaksi Non Tunai Dalam Asuransi TKI. Jakarta, Februari 2015

SOSIALIASI ASURANSI Dalam Rangka Penggunaan Transaksi Non Tunai Dalam Asuransi TKI. Jakarta, Februari 2015 SOSIALIASI ASURANSI Dalam Rangka Penggunaan Transaksi Non Tunai Dalam Asuransi TKI Jakarta, Februari 2015 Pengertian Asuransi Pasal 1 angka 1 UU NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN Asuransi adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Dalam dunia usaha untuk meningkatkan kegiatan usaha pemilik usaha selalu dihadapkan dengan suatu masalah. Salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini, penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, factual dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 1. Modal Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu memerlukan modal, tersedianya modal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perusahaan asuransi saat ini sangat pesat. Sampai tahun 2013 jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98 perusahaan, untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.4 Landasan Teori 2.4.1 Teori Signalling Signalling theory menjelaskan bahwa laporan keuangan yang baik merupakan sinyal atau tanda bahwa perusahaan juga telah beroperasi dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Laporan keuangan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi seakan menjadi mata rantai yang harus di koneksikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi seakan menjadi mata rantai yang harus di koneksikan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring era globalisasi dimana perkembangan perusahaan di dunia sangat pesat, sehingga menimbulkan persaingan antar perusahaan sejenis yang sangat ketat. Manufaktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syariah sebagai salah satu lembaga keuangan nonbank yang penting peranannya.

BAB I PENDAHULUAN. syariah sebagai salah satu lembaga keuangan nonbank yang penting peranannya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertumbuhan sektor ekonomi syariah di Indonesia berkembang pesat. Tidak hanya pertumbuhan positif yang ditunjukkan oleh perbankan syariah, hal itu

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston, 18 II. LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecenderungan untuk menghindari atau mengalihkan risiko kepada pihak lain

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecenderungan untuk menghindari atau mengalihkan risiko kepada pihak lain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era sekarang, industri asuransi merupakan hal yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, pada situasi dimana sebagian besar pengusaha dan anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia masih dirasakan berdampak negatif sampai sekarang ini. Penyebabnya yaitu didahului dengan terjadinya krisis moneter, krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Kemudian dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri perusahaan asuransi di Indonesia sangat membantu pemerintah dalam menanggulangi risiko yang dihadapi oleh masyarakat setiap saat, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia perusahaan perbankan merupakan suatu lembaga keuangan yang diberikan kepercayaan oleh masyarakat guna penyimpanan kelebihan dana yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemenuhan dana sebuah perusahaan dapat berasal dari sumber dana internal ataupun dari sumber dana eksternal perusahaan. Sumber dana internal perusahaan merupakan

Lebih terperinci

Sindi Nurfadila Raden Rustam Hidayat Sri Sulasmiyati Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Sindi Nurfadila Raden Rustam Hidayat Sri Sulasmiyati Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang ANALISIS RASIO KEUANGAN DAN RISK BASED CAPITAL UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI (Studi pada PT. Asei 20112013) Sindi Nurfadila Raden Rustam Hidayat Sri Sulasmiyati Fakultas Ilmu Administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan iklim di dunia bisnis yang pesat dewasa ini, kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam. Kondisi ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan dibandingkan adalah kondisi dari PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk., PT Panin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan dibandingkan adalah kondisi dari PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk., PT Panin BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan suatu kondisi dengan kondisi lainnya, pada penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Fungsi Kredit Menurut Dahlan Siamat (2005 : 349), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Asuransi 2.1.1.1 Pengertian Asuransi DAN HIPOTESIS Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari kata assuradeur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pada saat ini kemajuan teknologi didalam dunia usaha khususnya di Indonesia sangatlah berkembang. Maka dari itu dilihat dari sisi perusahaan untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu 50 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu perusahaan. Salah satu

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme asuransi atau pertanggungan. Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme asuransi atau pertanggungan. Undang-Undang Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Manusia selalu dihadapkan dengan berbagai risiko dalam kehidupan sehari-hari, seperti risiko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan yaitu: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan yaitu: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan yaitu: 1. Komang Adik dan I Made (2016) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jogianto (2003:109), return merupakan hasil yang diperoleh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jogianto (2003:109), return merupakan hasil yang diperoleh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Stock Return a. Pengertian Stock Return Menurut Jogianto (2003:109), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Menurut Hardiningsih (2000:284),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Current Ratio (CR) Pengertian rasio aktiva lancar menurut Suad Husnan dan Enny Pujiastuti (2006:72): Rasio aktiva lancar adalah rasio mengukur seberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah diteliti sebelumnya. Berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah diteliti sebelumnya. Berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sub bab ini, menjelaskan tentang penelitian-penelitian terdahulu yang telah diteliti sebelumnya. Berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang

Lebih terperinci

Mengenal Hukum Asuransi di Indonesia. Oleh: Mustari Soleman Masiswa Fakultas Hukum Univ.Nasional

Mengenal Hukum Asuransi di Indonesia. Oleh: Mustari Soleman Masiswa Fakultas Hukum Univ.Nasional Mengenal Hukum Asuransi di Indonesia Oleh: Mustari Soleman Masiswa Fakultas Hukum Univ.Nasional Sejarah Singkat Asuransi Asuransi berasal dari masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang dikenal dengan perjanjian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian mengunakan dua peneliti terdahulu sebagai bahan acuan. Penelitian yang pertama yaitu Tri Yulianina Wulandari (2013) dengan topik Pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bertahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bertahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri manufaktur memicu perkembangan sektor industri jasa dan perdagangan, perkembangan industri yang pesar membawa implikasi pada persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat dilihat dan diukur dari kinerja perusahaan, yaitu melihat perkembangan dan pertumbuhan perusahaan tersebut melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan asuransi merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan non bank yang memberikan jasa perlindungan kepada masyarakat dalam hampir semua aspek kehidupan baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembangunan perekonomian tidak dapat lepas dari sektor perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan Asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan nonbank

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan Asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan nonbank BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan Asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan nonbank mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dengan bank yaitu perusahaan investasi yang bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perasurasian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perasurasian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasurasian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas ekonomi suatu negara. Sebab sektor perbankan mempunyai tugas utama sebagai lembaga penghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal didefinisikan sebagai tempat terjadinya transaksi jual beli berbagai instrumen atau sekuritas jangka panjang (Gunawan, 2012). Kehadiran pasar modal ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Signal (Signalling Theory) Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan

Lebih terperinci

PENGENALAN ASURANSI. Sistem Informasi Asuransi dan Keuangan

PENGENALAN ASURANSI. Sistem Informasi Asuransi dan Keuangan PENGENALAN ASURANSI Sistem Informasi Asuransi dan Keuangan APAKAH ASURANSI ITU? Asuransi adalah: Suatu mekanisme pemindahan risiko dari tertanggung (nasabah) kepada penanggung (pihak asuransi). Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan asuransi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan asuransi mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan nonbank yang mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dari bank, yaitu bergerak dalam bidang layanan jasa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal Indonesia telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal Indonesia telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk dapat menyalurkan

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BANK. Alat likuid: uang kas di bank dan rekening giro yang disimpan di Bank Indonesia

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BANK. Alat likuid: uang kas di bank dan rekening giro yang disimpan di Bank Indonesia BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BANK A. Analisis Rasio Likuiditas Analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajibankewajiban jangka pendek atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Rasio

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan, keputusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam prosedur penebusan polis asuransi, kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi di Indonesia serta ketidak stabilan mata uang dollar terhadap rupiah.

BAB I PENDAHULUAN. investasi di Indonesia serta ketidak stabilan mata uang dollar terhadap rupiah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan perekonomian semakin tidak stabil. Dimana melemahnya nilai investasi di Indonesia serta ketidak stabilan mata uang dollar terhadap rupiah. Ketidak stabilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dana pensiun. (Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, 2008: 48) (2012), tiga diantaranya merupakan asuransi jiwa syariah.

BAB I PENDAHULUAN. dan dana pensiun. (Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, 2008: 48) (2012), tiga diantaranya merupakan asuransi jiwa syariah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga intermediasi secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, yaitu lembaga depositori, lembaga intermediasi investasi, dan lembaga intermediasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk

Lebih terperinci