BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan sarana dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan sarana dalam"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan sarana dalam berinteraksi sebagai suatu usaha atau kegiatan untuk menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain. Berdasarkan sifatnya lingkup komunikasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu komunikasi verbal yang berupa bahasa dan komunikasi nonverbal sebagai subtitusi pesan verbal, pelengkap pesan verbal, dan sebagai aksentuasi pesan verbal. Salah satu bentuk komunikasi nonverbal adalah simbol. Simbol berupa artefak adalah hasil kerajinan manusia (seni), baik yang melekat pada diri manusia maupun yang ditujukan untuk kepentingan umum. Selain berfungsi estetik, artefak juga dapat menunjukkan status atau identitas diri seseorang, misalnya baju, topi, pakaian dinas, cincin, gelang, alat transportasi, alat rumah tangga, arsitektur, patung, dan lain sebagainya (Cangara, 1998:109). Benda atau artefak sebagai media komunikasi nonverbal sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan dikenal dengan istilah simbol. Simbol merupakan suatu hal atau keadaan yang memimpin pemahaman subjek kepada objek, artinya simbol memimpin komunikan untuk lebih memahami isi pesan yang terkandung di dalamnya. Hal ini disebabkan sifat simbol yang multi fungsi, yaitu selain sebagai media komunikasi juga dapat mengekspresikan emosi isi pesan yang tidak bisa disampaikan hanya dengan cara verbal. Dari uraian tersebut maka komunikasi simbolik adalah proses komunikasi yang menggunakan simbol atau lambang yang mengandung maksud tertentu dan yang memimpin 1

2 pemahaman terhadap simbol atau lambang tersebut serta sesuai dengan kesepakatan bersama. Komunikasi merupakan salah satu aktifitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia. Setiap aktifitas tidak lepas dari komunikasi, termasuk aktifitas adat istiadat. Sifat manusia untuk menyampaikan keinginannya dan untuk mengetahui hasrat orang lain, merupakan awal keterampilan manusia berkomunikasi secara otomatis melalui lambang-lambang isyarat, kemudian disusul dengan kemampuan untuk memberi arti setiap lambang-lambang itu dalam bentuk bahasa verbal (Cangara, 1998:4). Semua perilaku manusia disertai dengan simbol-simbol sebagai media dalam berkomunikasi sebagai bentuk interaksinya. Penggunaan simbol ini dalam ilmu komunikasi dikaji dalam komunikasi nonverbal. Berdasarkan pada fungsinya sebagaimana yang dikatakan oleh Mark L. Knapp dalam Devito (1997 : 177), bahwa komunikasi nonverbal yang disampaikan melalui simbol berfungsi sebagai subtitusi komunikasi verbal, untuk melengkapi pesan verbal, dan aksentuasi pesan verbal. Simbol merupakan salah satu inti dari sebuah adat istiadat yang dapat terlihat pada setiap suku bangsa yang ada di Indonesia termasuk suku Batak. Suku Batak terbagi dalam berbagai sub suku yang didasarkan atas pemakaian bahasa Batak yang mempunyai perbedaaan di antara masing-masing sub suku, yaitu 1) Batak Karo di bagian utara Danau Toba, 2) Batak Pakpak atau Dairi di bagian barat Tapanuli, 3) Batak Toba di tanah Batak pusat dan di utara Padang Lawas, 4) Batak Simalungun di timur Danau Toba, 5) Batak Angkola/Mandailing di Angkola, Sipirok, Padang Lawas Tengah dan Sibolga bagian selatan (Antonius, 2006:180). 2

3 Suku Batak khususnya sub suku Batak Toba tersebar ke berbagai daerah sebagai perantau termasuk ke provinsi Sumatera Utara, hal ini ditandai dengan adanya masyarakat Batak Toba yang bekerja sebagai parengge-rengge (pedagang), supir angkutan kota, pegawai negeri, pegawai swasta, dan lain-lain. Sebagai masyarakat perantau tentunya masyarakat Batak Toba juga harus memenuhi keperluan kehidupan kekerabatan, meneruskan keturunan, dan mempertahankan silsilah. Salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut adalah melalui pranata perkawinan. Sistem perkawinan masyarakat Batak Toba adalah bentuk keluarga yang berdasarkan monogami, yaitu satu suami dan satu istri dan garis keturunan ditarik berdasarkan garis ayah atau patrilineal. Sistem perkawinan masyarakat Batak Toba tidak terlepas dari falsafah Dalihan Na Tolu. Secara harafiah arti kata Dalihan Na Tolu ialah Tungku Nan Tiga, yang merupakan lambang jika diasosiasikan dengan sistem sosial Batak yang mempunyai tiga tiang penopang, yaitu Hula-Hula atau pihak pemberi gadis (wife giving party), Dongan Tubu atau saudara semarga, dan Boru atau pihak penerima gadis (wife receiving party). Tiga tiang penopang inilah yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba (Siahaan, 1982:18). Upacara perkawinan sampai saat ini masih tetap dilakukan oleh masyarakat Batak Toba, namun perkembangan zaman mengakibatkan pergeseran pandangan masyarakat akan nilai-nilai upacara perkawinan tersebut khususnya pesan yang disampaikan melalui simbol-simbol adat sehingga mengakibatkan timbulnya perubahan tata cara pelaksanaan upacara adat perkawinan di setiap 3

4 daerah termasuk daerah perantauan. Apalagi ditambah dengan tingginya tingkat pendidikan yang menyebabkan meluasnya tingkat kognitif masyarakat, serta faktor agama dan status sosial yang banyak berperan dalam penentuan afeksi mereka terhadap upacara adat perkawinan serta simbol-simbol yang ada di dalamnya. Namun pada dasarnya pelaksanaan adat perkawinan itu tetap sama yaitu berdasarkan adat dalihan na tolu (tiga peranan penting dalam masyarakat adat Batak Toba) (Pasaribu, 2002:74-79). Demikian halnya dengan masyarakat Batak Toba di perantauan khususnya masyarakat Batak Toba di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai telah banyak melakukan pengurangan terhadap upacara perkawinan sehingga menjadi lebih ringkas, seperti pengurangan tahapan-tahapan tata cara upacara perkawinan, sebagian tahapan upacara sebelum dan sesudah perkawinan disatukan dengan upacara pelaksanaan perkawinan. Namun penggunaan benda adat yang menjadi pelengkap dalam melaksanakan upacara perkawinan masih tetap dilakukan, khususnya benda adat yang diberikan kepada pengantin dengan bantuan seorang Tokoh adat (Raja Adat/ parhata), yaitu seseorang yang sudah dituakan dan benar-benar mengerti tentang adat. Tokoh adat sangat diperlukan dan berperan penting dalam upacara-upacara adat Batak Toba termasuk upacara perkawinan Batak Toba. Sianipar (1991 : ) menyebutkan benda adat yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada pengantin adalah sebagai berikut : 1. Ihan atau Dekke (ikan mas), simbol ini diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula (pemberi gadis) merupakan simbol kesuburan/keturunan yang banyak. 4

5 2. Mandar Hela (sarung pengantin laki-laki), simbol ini diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula (pemberi gadis) supaya pengantin laki-laki tersebut rajin mengikuti acara-acara adat. 3. Ulos Hela (ulos pengantin), simbol ini diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula (pemberi gadis). Ulos yang diberikan kepada pengantin disebut ulos hela artinya supaya pengantin laki-laki menjadi pemimpin yang bijaksana dan dapat melindungi keluarga. 4. Boras (beras), merupakan simbol sumber kehidupan, supaya pengantin mempunyai mata pencaharian yang baik. Penelitian ini penting dilakukan karena mengingat suku bangsa Batak Toba merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia yang banyak menggunakan simbol berupa benda adat dalam aktifitas adat istiadat termasuk adat perkawinan. Semua benda adat tersebut merupakan simbol komunikasi dan mengandung makna yang baik untuk pembinaan kehidupan rumah tangga dan kehidupan bermasyarakat sehingga perlu dilestarikan serta dipahami. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana persepsi pasangan suami-istri yang tinggal di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai, terhadap bentuk komunikasi simbolik yang digunakan sebagai pelengkap pesan verbal berupa nilai-nilai perkawinan yang diberikan kepada pengantin dalam upacara perkawinan adat Batak Toba di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai, Dimana pada lingkungan ini populasi masyarakat Batak Toba yang banyak khususnya pasangan suami istri yang sudah melaksanakan upacara perkawinan adat Batak Toba. Persepsi timbul karena adanya stimulus, yaitu bentuk komunikasi simbolik yang digunakan dalam upacara perkawinan. Bentuk komunikasi simbolik yang digunakan dalam upacara 5

6 perkawinan adat Batak Toba dapat menimbulkan persepsi yang berbeda dari pasangan suami-istri yang telah melaksanakan upacara perkawinan tersebut termasuk pada pasangan suami istri yang telah melaksanakan upacara perkawinan adat Batak Toba di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai. I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimanakah persepsi pasangan suami-istri terhadap bentuk komunikasi simbolik yang digunakan pada upacara perkawinan masyarakat adat Batak Toba di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai? 1.3. Pembatasan Masalah Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas, maka peneliti perlu membuat pembatasan masalah yang akan diteliti. Hal ini juga berfungsi juga agar masalah yang diteliti dapat dilakukan dengan maksimal. Adapun pembatasan masalah yang ditetapkan adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini bersifat kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi pasangan suami istri terhadap bentuk komunikasi simbolik yang diberikan kepada pengantin dalam upacara perkawinan masyarakat adat Batak Toba di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai. 2. Subjek dari penelitian ini adalah dengan penentuan informan sebagai berikut: a. Informan yang dipilih sebagai informan utama adalah penduduk Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai, yang 6

7 merupakan pasangan suami-istri yang bersuku Batak Toba dan telah melaksanakan upacara perkawinan secara adat Batak Toba. b. Informan kedua yang dipilih selain informan utama yaitu informan pembanding yang berperan sebagai tokoh adat adalah penduduk Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai. 3. Penelitian terbatas pada pasangan suami-istri di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai, usia perkawinannya antara 5 tahun keatas. 4. Penelitian hanya sampai kepada persepsi pasangan suami istri terhadap empat bentuk komunikasi simbolik yang diberikan kepada pengantin dalam upacara perkawinan masyarakat Adat Batak Toba di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai. 5. Penelitian dilakukan pada bulan April Mei Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui empat bentuk komunikasi simbolik yang diberikan oleh pihak pengantin perempuan kepada pasangan pengantin pada upacara perkawinan masyarakat adat Batak Toba. 2. Untuk mengetahui persepsi pasangan suami-istri terhadap bentuk komunikasi simbolik yang digunakan pada upacara perkawinan masyarakat adat Batak Toba. 7

8 1.5. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis 1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Ilmu Komunikasi khususnya tentang bentuk komunikasi tradisional berupa simbol yang terdapat pada masyarakat adat. 2. Menjadi sumbangan pemikiran bagi penelitian sejenis. 2. Secara Praktis 1. Diharapkan generasi muda, khususnya generasi muda masyarakat Batak Toba mempelajari serta melestarikan kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan nasional. 2. Dapat digunakan sebagai literatur bagi masyarakat Batak Toba untuk mengetahui persepsi mayarakat Batak Toba terhadap bentuk komunikasi simbolik atau benda adat Kerangka Teori Untuk lebih memantapkan pembahasan masalah yang telah dikemukakan maka perlu kiranya didukung oleh kerangka teori. Menurut Hadari Nawawi setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari mana masalah penelitian disorot 8

9 1.6.1 Persepsi Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atua hubunganhubungan yang diperoleh dangan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2004: 51). Gulo (1982: 207) mendefinisikan bahwa persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya. Bagi Atkinson, persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Menurut Verbeek (1978), persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu fungsi yang manusia secara langsung dapat mengenal dunia riil yang fisik. Brouwer (1983; 21) menyatakan bahwa persepsi (pengamatan) ialah suatu replika dari benda di luar manusia yang intrapsikis, dibentuk berdasar rangsangan-rangsangan dari objek. Sedangkan Pareek (1996:13) memberikan definisi yang lebih luas ihwal persepsi ini; dikatakan persepsi dapat di definisikan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indra atau mata (Sobur,2003: 465). Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu hal yang penting yang dialami setiap orang. Setiap orang akan menerima segala sesuatau berupa informasi ataupun segala rangsangan yang datang dari lingkungannya, dalam batas-batas kemampuannya, segala rangsangan yang diterimanya tersebut diolah, dan selanjutnya di proses. Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi bisa dikatakan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian-balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini tampak 9

10 jelas pada definisi John R. Wenburg dan William W. Wilmot: persepsi dapat didiefinisikan sebagai cara organisme memberi makna, sedangkan Rudolph F.Verderber: Persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi, atau J. Cohen: Persepsi didefinisikan sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representative objek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada di luar sana (Mulyana, 2005: 168). Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering merka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Manusia secara ilmiah ingin mengetahui dunia di luar dirinya dan seberapa tepat mereka menggambarkannya. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama, yaitu: 1. Seleksi, adalah sutu proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. 2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang 10

11 diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana. 3. Reaksi, yaitu persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja. Tentulah ada faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut. Secara umum terdapat tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya persepsi, yaitu: 1. Diri orang yang bersangkutan sendiri. Apabila seorang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman, dan harapannya. 2. Sasaran persepsi tersebut. Sasaran itu mungkin berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat- sifat seperti itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan cirri-ciri lain dari sasaran persepsi turut menentukan cara pandang orang yang melihatnya. 3. Faktor situasi Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi seseorang. I.6.2 Komunikasi Simbolik Perkawinan Batak Toba Simbol merupakan suatu hal atau keadaan yang memimpin pemahaman subjek kepada objek, artinya simbol memimpin komunikan untuk lebih 11

12 memahami isi pesan yang terkandung di dalamnya. Hal ini disebabkan sifat simbol yang mempunyai fungsi sebagai media komunikasi dan dapat mengekspresikan emosi isi pesan yang tidak bisa disampaikan hanya dengan cara verbal. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang, yang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 630) simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda (lukisan, lencana, dan sebagainya) yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu. Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan komunikasi simbolik adalah proses komunikasi yang menggunakan simbol atau lambang yang mengandung maksud tertentu dan yang memimpin pemahaman terhadap simbol atau lambang tersebut serta sesuai dengan kesepakatan bersama. Bentuk komunikasi simbolik yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah komunikasi simbolik yang menggunakan benda atau artefak sebagai media penyampaian pesannya. Benda atau artefak tersebut mempunyai sifat tertentu yang dapat mempresentasikan pesan yang ingin disampaikan. Adapun bentuk komunikasi simbolik yang digunakan pada perkawinan adat Batak Toba yaitu: 1. Dekke (ikan mas), simbol ini diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula (pemberi gadis). Dekke (ikan mas) merupakan simbol kesuburan/keturunan yang banyak, simbol restu dari orang tua pengantin perempuan, mata pencaharian yang baik serta simbol kasih sayang dari orang tua pengantin perempuan. 12

13 2. Mandar Hela (sarung pengantin laki-laki), simbol ini diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula (pemberi gadis). Sesuai dengan namanya mandar hela atau sarung ini diberikan kepada hela (menantu atau pengantin laki-laki), pemberian sarung ini mengandung pesan supaya pengantin laki-laki tersebut rajin mengikuti acara-acara adat. 3. Ulos Hela (ulos pengantin), simbol ini diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula (pemberi gadis). Ulos yang diberikan kepada pengantin disebut ulos hela dan jenis ulos yang lazim diberikan berupa ulos ragi hotang. Dilihat dari bentuk ulos ini yang terdiri dari ragi pangolat (pembatas) melambangkan keperkasaan pengantin laki-laki, artinya supaya menjadi pemimpin yang bijaksana dan dapat melindungi keluarga, ragi keturunan (keturunan) melambangkan supaya pengantin mempunyai keturunan yang banyak sehingga regenerasi marga tetap terjaga. 4. Boras (beras), merupakan simbol sumber kehidupan, supaya pengantin mempunyai mata pencaharian yang baik. Simbol kekuatan, supaya pengantin selalu sehat dan jiwanya selalu kuat dalam menghadapi hidup sehari-hari. Sebagai simbol kasih sayang dari keluarga dekat pengantin perempuan kepada pengantin. I.6.3 Teori Interaksi Simbolik Interaksi simbolik dilakukan dengan menggunakan bahasa sebagai salah satu simbol yang penting dan isyarat (decoding). Akan tetapi simbol bukanlah merupakan faktor-faktor yang telah terjadi namun meruakan suatu proses yang berlanjut. Maksudnya, ia merupakan suatu proses penyampaian makna. Penyampaian makna dan simbol inilah yang menjadi subject matter dalam interaksi simbolik. 13

14 Interaksi simbolik juga didefenisikan secara implicit melalui gerakan tubuh. Dalam gerakan tubuh ini akan terimplikasi ataupun terlihat seperti suara atau vokal, gerakan fisik, dan sebagainya yang mengandung makna. Hal-hal yang dicontohkan itu adalah simbol yang signifikan dari interaksi simbolik. Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia yaitu komunikasi dan pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Defenisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek, dan bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka. Manusia hanya bertindak hanya berdasarkan defenisi atau penafsiran mereka atas objek-objek disekeliling mereka. Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegakkan aturan-aturan, bukan sebaliknya. Dalam konteks ini makna sikonstruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah sesuatu medium yang netral yang memungkinkan kekuatan sosial memainkan perannya melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi sosial dan kekuatan sosial (Mulyana, 2001:68) Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Secara singkat interaksionalisme simbolik didasarkan pada premis-premis berikut: pertama individu merespons sebuah situasi simbolik. Mereka merespon lingkungan, 14

15 termasuk objek fisik dan sosial berdasarkan makna yang dikandung komponenkomponen lingkungan tersebut bagi mereka. Kedua makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Ketiga makna diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu kewaktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial Kerangka Konsep Sebagai makhluk sosial dan juga makhluk komunikasi, manusia dalam menjalin suatu hubungan sosial dapat melalui berbagai bentuk interaksi sosial, salah satu interaksi tersebut adalah interaksi dengan menggunakan simbol sebagai media pengantar pesan, pelengkap pesan, aksentuasi pesan verbal, dan sebagai subtitusi pesan verbal tersebut. Manusia memiliki keterampilan berkomunikasi yang lebih canggih dibanding dengan makhluk lainnya, yaitu penggunaan simbolsimbol dalam menyampaikan maksud dan tujuan terhadap manusia lainnya, yang disertai dengan pemahaman makna simbolisasi tersebut. Inilah yang disebut dengan interaksi simbolik. Interaksi melalui simbol-simbol ini, dalam ilmu komunikasi dikaji sebagai komunikasi simbolik. Komunikasi simbolik ini merupakan landasan dari perilaku nonverbal yang diterapkan dalam aktifitas adatistiadat masyarakat tertentu. Salah satunya adalah dalam masyarakat adat Batak Toba, yang menggunakan komunikasi simbolik dalam pelaksanaan upacara perkawinan. Bentuk komunikasi simbolik berupa benda-benda adat yang digunakan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba dapat berupa dekke (ikan mas), mandar hela (sarung pengantin laki-laki), ulos hela (ulos pengantin laki-laki), dan 15

16 boras (beras) (Sianipar,1991: ). Benda tersebut disampaikan terutama kepada kedua pengantin. Namun beberapa hal seperti seperti pengalaman, proses belajar, perhatian, dan pengetahuan dapat mempengaruhi tanggapan atau persepsi masyarakat Batak Toba terhadap bentuk komunikasi simbolik tersebut. Adapun konsep-konsep yang akan diteliti adalah: a. Persepsi pasangan suami istri terhadap simbol Ihan atau Dekke(ikan mas) Ihan atau Dekke (ikan mas) adalah simbol yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula (pemberi gadis). Ihan atau Dekke (ikan mas) merupakan simbol kesuburan/keturunan yang banyak, simbol restu dari orang tua pengantin perempuan, mata pencaharian yang baik serta simbol kasih sayang dari orang tua pengantin perempuan. b. Persepsi pasangan suami istri terhadap simbol Mandar Hela(sarung pengantin laki-laki) Mandar Hela (sarung pengantin laki-laki) adalah simbol yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula (pemberi gadis). Sesuai dengan namanya mandar hela atau sarung ini diberikan kepada hela (menantu atau pengantin laki-laki), pemberian sarung ini mengandung pesan supaya pengantin laki-laki tersebut rajin mengikuti acara-acara adat. c. Persepsi pasangan suami istri terhadap simbol Ulos Ulos Hela (ulos pengantin) adalah simbol yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula (pemberi gadis). Ulos yang diberikan kepada pengantin disebut ulos hela dan jenis ulos yang lazim diberikan berupa ulos ragi hotang. Dilihat dari bentuk ulos ini yang terdiri dari ragi 16

17 pangolat (pembatas) melambangkan keperkasaan pengantin laki-laki, artinya supaya menjadi pemimpin yang bijaksana dan dapat melindungi keluarga, ragi keturunan (keturunan) melambangkan supaya pengantin mempunyai keturunan yang banyak sehingga regenerasi marga tetap terjaga. d. Persepsi pasangan suami istri terhadap simbol Boras(beras) Boras (beras) merupakan simbol sumber kehidupan, supaya pengantin mempunyai mata pencaharian yang baik. Simbol kekuatan, supaya pengantin selalu sehat dan jiwanya selalu kuat dalam menghadapi hidup sehari-hari. Sebagai simbol kasih sayang dari keluarga dekat pengantin perempuan kepada pengantin Analisis Data Menurut Miles dan Huberman (1986) menyatakan bahwa analisis data kualitatif tentang mempergunakan kata-kata selalu disusun dalam sebuah teks yang diperluas dan dideskriptifkan. Pada saat memberikan makna pada data yang dikumpulkan, maka penulis menganalisis dan menginterpretasikan. Karena penelitian yang bersifat kualitatif maka dilakukan analisis data pertama hingga penelitian terakhir secara simultan dan terus menerus. Selanjutnya interpretasi atau penafsiran dilakukan dengan mengacu kepada rujukan teoritis yang berhubungan atau berkaitan dengan permasalahan penelitian dalam Endah Rundika (2011: 15). Proses analisis data diawali dengan mengevaluasi data-data yang diperoleh, baik dari hasil wawancara mendalam, observasi, maupun tinjauan pustaka guna memastikan keakuratan data. Setelah itu data direduksi (edit), 17

18 ditafsirkan, dan diorganisasikan. Untuk kemudian dipaparkan sebagai hasil penelitian dan membuat kesimpulan. Proses Analisis Data Kualitatif Fakta Empiris Berbagai Data di Lapangan Analisis/klasifika si/kategorisasi ciri-ciri umum Pemaknaan/Interp retasi Ciri-ciri umum Kesahihan Data: -Kompetensi subjek -Authenticity -Intersubjectivity BERTEORI & KONTEKSTUAL Sumber: Kriyantono (Bungin, 2008:195) Model Analisis Semiotik Ferdinand Saussure Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data semiotik Ferdinand Saussure di mana analisis semiotik Saussure berupaya menemukan makna tanda/simbol termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda/simbol tersebut (Rachmat, 2009:264). Pemikiran pengguna tanda/simbol merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda/simbol tersebut. Dari model analisis semiotik Ferdianand, peneliti memilih semiotik kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam 18

19 kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat sebagai makhluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah turun temurun dipertahankan dan dihormati. Model analisis semiotik dari Saussure dapat digambarkan sebagai berikut: SIGN Composed of Signifier Signification Signified Referent (Eksternal Reality) Sumber: Kriyantono (Bungin,2009:268) Menurut Saussure, tanda terdiri dari: 1. Bunyi-bunyi dan gambar (Sounds and images), disebut Signifier Pada penelitian ini tanda atau gambar itu adalah ihan atau dekke(ikan mas), mandar hela (sarung pengantin laki-laki), ulos, dan boras(beras). 2. Konsep-konsep dari bunyi-bunyi dan gambar (The concepts these sounds and images), disebut Signified berasal dari kesepakatan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan konsep-konsep dari bunyi atau gambar adalah konsep atau makna dari gambar ihan atau dekke(ikan mas), mandar hela (sarung pengantin laki-laki), ulos, dan boras (beras) yang telah disepakati secara turun-temurun dalam perkawinan masyarakat adat Batak Toba. 19

20 Dalam penafsiran tentang makna dari setiap benda adat tersebut tentulah berbeda-beda dari setiap orang yang berkaitan langsung dengan benda tersebut. Seperti halnya pasangan suami istri masyarakat Batak Toba yang melakukan perkawinan adat Batak Toba akan menerima keempat benda adat tersebut. Mereka akan memberikan persepsi yang berbeda-beda tentang keempat benda adat tersebut sesuai dengan defenisi persepsi sebagai proses menerima, menyeleksi, mengartikan, dan memberikan reaksi kepada benda adat tersebut sebagai rangsangan panca indra atau mata. Tanda atau sign adalah sesuatu yang berbentuk fisik (Any sounds image) yang dapat dilihat dan didengar yang biasanya merujuk kepada sebuah objek atau aspek dari realitas yang ingin disampaikan. Objek tersebut dikenal dengan referent. Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Syaratnya komunikator dan komunikan harus mempunyai bahasa atu pengetahuan yang sama terhadap sistem tanda. Dalam suatu proses komunikasi memerlukan sedikitnya dua unsur komunikasi yang menjadi pelaku utama dalam kelancaran proses komunikasi tersebut. Adapun unsur tersebut adalah komunikator dengan komunikan. Hubungannya dengan penelitian ini adalah proses komunikasi simbolik yang terjadi dalam upacara perkawinan adat Batak Toba yang disampaikan melalui tanda atau simbol yakni: ihan atau dekke (ikan mas), mandar hela (Sarung pengantin laki-laki), ulos, dan boras (beras) yang melibatkan unsur komunikator dengan komunikan. Siapa yang menyampaikan dan kepada siapa ditujukan makna dari komunikasi simbolik tersebut. 20

21 Pelaku komunikasi simbolik yang menjadi komunikator utama dalam upacara perkawinan adat Batak Toba adalah pihak pihak pengantin perempuan beserta unsur Dalihan Na Tolu dari pihak perempuan, dan yang menjadi komunikan utama adalah kedua pengantin. Adapun pesan-pesan simbolik yang melalui benda adat yang dikomunikasikan kepada kedua pengantin adalah sebagai berikut: 1. Ihan atau Dekke (Ikan Mas) Ihan atau Dekke (ikan mas) adalah simbol yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula (pemberi gadis). Ihan atau Dekke (ikan mas) merupakan simbol kesuburan/keturunan yang banyak, simbol restu dari orang tua pengantin perempuan, mata pencaharian yang baik serta simbol kasih sayang dari orang tua pengantin perempuan 2. Mandar Hela (Sarung pengantin laki-laki) Mandar Hela (sarung pengantin laki-laki) adalah simbol yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula (pemberi gadis). Sesuai dengan namanya mandar hela atau sarung ini diberikan kepada hela (menantu atau pengantin laki-laki), pemberian sarung ini mengandung pesan supaya pengantin laki-laki tersebut rajin mengikuti acara-acara adat. 3. Ulos Ulos Hela (ulos pengantin) adalah simbol yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula (pemberi gadis). Ulos yang diberikan kepada pengantin disebut ulos hela dan jenis ulos yang lazim diberikan berupa ulos ragi hotang. Dilihat dari bentuk ulos ini yang terdiri dari ragi pangolat (pembatas) 21

22 melambangkan keperkasaan pengantin laki-laki, artinya supaya menjadi pemimpin yang bijaksana dan dapat melindungi keluarga, ragi keturunan (keturunan) melambangkan supaya pengantin mempunyai keturunan yang banyak sehingga regenerasi marga tetap terjaga. 4. Boras (Beras) Boras (beras) merupakan simbol sumber kehidupan, supaya pengantin mempunyai mata pencaharian yang baik. Simbol kekuatan, supaya pengantin selalu sehat dan jiwanya selalu kuat dalam menghadapi hidup sehari-hari. Sebagai simbol kasih sayang dari keluarga dekat pengantin perempuan kepada pengantin. Keempat tanda/simbol tersebut bisa dilihat dengan mata dan dikomunikasikan kepada kedua pengantin oleh pihak pengantin perempuan (pemberi gadis), dan pengantin akan menginterpretasikan tanda/simbol tesebut. 22

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku memiliki bahasa daerah tersendiri yang membedakan bahasa suku yang satu dengan bahasa

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Sebagaimana telah kita ketahui, Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari berbagai-bagai pulau dari Sabang sampai Merauke, dan didiami oleh berbagai-bagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnis dengan berbagai nilai budaya dan beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan ide-ide di dalam pikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: ) 11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Upacara Adat Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Marauke yang terdiri dari lima pulau besar yaitu pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang memiliki kebiasaan, aturan, serta norma yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya. Ragam budaya yang terdapat di Indonesia memiliki nilai-nilai budaya yang tinggi di tiap-tiap penganutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri satu dengan yang lainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Batak Toba merupakan salah satu suku besar di Indonesia. Suku Batak merupakan bagian dari enam ( 6) sub suku yakni: Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terkenal akan keanearagaman budaya yang dimiliki setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya. Kemajemukan Indonesia tercermin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki ciri khas dengan berbagai macam bentuk keberagaman. Keberagaman tersebut terlihat dari adanya perbedaan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok masyarakat tertentu. Dalam budaya, kita

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi PERSEPSI Fakultas 06FIKOM Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM PERSEPSI? Kata persepsi seringkali diucapkan dalam proses komunikasi sehari-hari. Ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan masalah dan rumusan masalah. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. dijadikan sebagai suatu temuan penelitian yang akan mengupas

BAB IV ANALISIS DATA. dijadikan sebagai suatu temuan penelitian yang akan mengupas BAB IV ANALISIS DATA Salah satu proses analisis data ini telah dikembangkan lebih lanjut yang materinya diambil dari hasil deskripsi data penelitian untuk nantinya dijadikan sebagai suatu temuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan bermasyarakat. Salah satu dari benda budaya itu adalah ulos. mengandung makna sosial dan makna ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan bermasyarakat. Salah satu dari benda budaya itu adalah ulos. mengandung makna sosial dan makna ekonomi. BAB I PENDAHULUAN Suku Batak Toba memiliki berbagai benda budaya yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat. Salah satu dari benda budaya itu adalah ulos. Ulos adalah sejenis kain adat hasil kerajinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing dan Pakpak Dairi. Namun sekarang ini sebutan Batak hanya ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Pak-pak, Toba, Mandailing dan Angkola. (Padang Bolak), dan Tapanuli Selatan (B. G Siregar, 1984).

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Pak-pak, Toba, Mandailing dan Angkola. (Padang Bolak), dan Tapanuli Selatan (B. G Siregar, 1984). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman budaya, suku, agama, dan ras. Salah satu provinsi yang ada di Indonesia adalah provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penganutnya. Indonesia merupakan negara penganut budaya Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. penganutnya. Indonesia merupakan negara penganut budaya Timur dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beranekaragam budaya, di mana setiap budaya yang ada memiliki sistem nilai masing-masing dan dipelihara oleh anggota masyarakat penganutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna bagi mereka. Fenomena dari

BAB I PENDAHULUAN. menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna bagi mereka. Fenomena dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi kehidupan mereka yang menonjol adalah fenomena stratifikasi (tingkat-tingkat) sosial. Perbedaan itu tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi sumatera utara dewasa ini mencatat adanya suku Batak dan Suku Melayu sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang membentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Makna Pekerjaan Dalam Masyarakat Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan hidup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudaya Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera merupakan pulau keenam terbesar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologi semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu Semion yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologi semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu Semion yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan 2.1.1 Semiotik Secara etimologi semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu Semion yang berarti tanda. Jika dilihat dari kata asalnya maka semiotik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut. BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural, hal ini terbukti dengan banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mempunyai budaya berbedabeda. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian selalu berkesinambungan, bahkan juga merupakan serangkaian urutan kegiatan yang sambung- menyambung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan kebahagiaan, kebanggaan, penerus keturunan, serta harta kekayaan pada sebuah keluarga. namun tidak semua keluarga dapat memperoleh keturunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan tradisi, baik kebudayaan yang bersifat tradisional ataupun modern. Setiap daerah memiliki tradisi yang bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional maupun bahasa daerah. Masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I. diperhitungkan berdasarkan garis keturunan laki-laki, artinya laki-lakilah yang. menjadi patokan dalam penghitungan garis keturunan.

BAB I. diperhitungkan berdasarkan garis keturunan laki-laki, artinya laki-lakilah yang. menjadi patokan dalam penghitungan garis keturunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ditinjau dari aspek-aspek kesamaan atau kemiripan dari berbagai kebudayaan yang dimiliki etnis Pakpak merupakan sub etnis Batak, seperti adanya kesamaan struktur sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau member informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan buah pikiran dan perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak Merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Batak Toba merupakan kelompok kesatuan sosial dari bagian subsuku masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal lahirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum, 1 dimana setiap perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum, 1 dimana setiap perilaku dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, 1 dimana setiap perilaku dan tindakan masyarakatnya diatur oleh hukum. Salah satu hukum di Indonesia yang telah lama berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahkluk Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia memiliki kodrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki acara adat yang berbeda-beda dalam upacara adat perkawinan, kematian dan memasuki rumah baru.dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Angkola sampai saat ini masih menjalankan upacara adat untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi masyarakat Angkola. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batak merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang mana sebagian besar bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak yaitu Batak Toba, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, beribadah, dan dilatarbelakangi oleh lingkungan budaya di mana ia hidup. Budaya memiliki norma-norma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Kulango Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Budaya merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan proses-proses perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan proses-proses perubahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi media massa mempunyai peran yang sangat penting untuk menyampaikan berita, gambaran umum serta berbagai informasi kepada masyarakat luas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara merupakan kebanggaan yang luar biasa bagi negaranya sendiri. Begitu juga dengan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian pustaka.kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA. Irawati (2011 : 6) menyatakan bahwa konsep merupakan ide-ide, penggambaran halhal

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA. Irawati (2011 : 6) menyatakan bahwa konsep merupakan ide-ide, penggambaran halhal BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Irawati (2011 : 6) menyatakan bahwa konsep merupakan ide-ide, penggambaran halhal atau benda-benda ataupun gejala sosial yang dinyatakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Manusia sebagai makhuk sosial tidak terlepas dari komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Manusia sebagai makhuk sosial tidak terlepas dari komunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian itu, karena orang-orang Batak kota pun tetap berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian itu, karena orang-orang Batak kota pun tetap berpedoman pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak sebagai salah satu golongan ethnis di Sumatera sejak dahulu sampai kini menempuh kebudayaannya menurut kepribadian sendiri. Tampaknya moderenisasi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan adalah suatu upacara daur hidup manusia yang dilakukan secara turun-temurun untuk melanjutkan roda kehidupan. Dalam Undang- Undang Perkawinan no. 1 tahun

Lebih terperinci