BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosial Konsep framing berdasarkan dari Teori Konstruksi Sosial, itulah sebabnya mengapa teori Kontruksi Sosial ini digunakan dalam penelitian ini. Teori Konstruksi Sosial (social construction),di perkenalkan oleh Peter.L.Berger dan Thomas Luckman. Teori Konstruksi Sosial bisa dikatakan berada diantara Teori Fakta Sosial dan Teori Definisi Sosial. Dalam Teori Fakta Sosial, standar yang eksislah yang penting. Tindakan dan persepsi manusia ditentukan oleh struktur yang ada dalam masyarakat. Sedangkan dalam Teori Definisi Sosial manusialah yang yang membentuk masyarakat. Manusia yang membentuk realitas, menyusun institusi dan norma yang ada (Eriyanto, 2002). Menurut Berger, manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis yang melalui tahapan eksternalisasi yang merupakan usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia kedalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Tahapan yang kedua adalah objektivasi yaitu hasil yang dicapai dari eksternalisasi manusia. Manusia juga mempengaruhi realitas sosial yang subyektif melalui proses internalisasi yaitu penyerapan kembali dunia objektif kedalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subyektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia luar. Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat. Menurut teori ini realitas tidak dibentuk secara ilmiah melainkan dibentuk dan dikostruksi. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Dalam perspektif konstruksi sosial, seseorang akan mencurahkan ketika bersinggungan dengan kenyataan (eksternalisasi), sebaliknya juga akan dipengaruhi oleh kenyataan objektif yang ada (internalisasi). 13

2 Sebuah teks berupa berita harus dipandang sebagai konstruksi atas realita. karenanya sangat memungkinkan terjadi peristiwa yang sama dikonstruksi secara berbeda. Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti yang riil. Teori ini mempunyai penilaian tersendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat. Penilaian tersebut antara lain: (Eriyanto, 2002, hal 20-40) Fakta/Peristiwa adalah hasil Konstruksi Menurut kaum konstruksionis realitas itu ada, karena dihadirkan oleh konsep subyektif wartawan. Tidak ada realita yang bersifat obyektif, karena realita tercipta lewat kontruksi dan sudut pandang tertentu. Dan realita itu bisa berbeda-beda tergantung bagaimana pemahaman wartawan dengan sudut pandang mereka masing-masing. Fakta/realitas pada dasarnya dikonstruksi, karena fakta bukanlah sesuatu yang telah ada dan menjadi bahan berita, melainkan diproduksi dan ditampilkan secara simbolik. Itulah mengapa satu fakta bisa menjadi banyak fakta dengan pemahaman yang berbeda-beda. Media adalah agen Konstruksi Dalam pandangan positivis media tidak berperan dalam membentuk realitas melainkan hanya saluran untuk menggambarkan realita/peristiwa yang sedang terjadi dengan riil. Namun pandangan konstruksionis melihat media sebagai sunyek yang mengkontruksi realita lengkap dengan pandangan, bias, dan keterpihakannya. Media secara aktif menafsirkan realitas yang kemudian disajikan kepada khalayak. Media sendiri juga, yang memilih realitas mana yang dicantumkan dan tidak dicantumkan. Berita bukan hasil dari Realitas, melainkan Konstruksi dari Realitas 14

3 Berbeda dengan pandangan positivis bahwa berita adalah cerminan dari realita, pandangan kontruksionis memahami berita sebagai hasil kontruksi sosial yang melibatkan ideologi, sudut pandang wartawan atau media itu sendiri. Berita bersifat Subyektif/Konstruksi atas Realitas Karena berita merupakan hasil dari konstruksi dan pemaknaan realita, maka sudah tentu berita tidak bisa di nilai dengan ukuran standar yang rigrid. Adanya perbedaan anatara berita dan realitas sebenarnya bukanlah suatu kesalahan melainkan memang begitulah pemaknaan media terhadap realitas tersebut. Berita bersifat subyektif karena ketika meliput peristiwa, wartawan melihat perspektif dan pertimbangan subjektif, jadi secara tidak langsung opini pasti ada dan tidak dapat dihilangkan dari sebuah berita. Wartawan agen Konstruksi Realitas Jurnalis yang baik adalah jurnalis yang mampu memindahkan realitas kedalam berita. Sesuai atau tidaknya berita dengan realitas itu sangan tergantung kepada wartawan. Akan tetapi dalam konstruksionis, wartawan merupakan agen konstruksi yang tidak hanya melaporkan fakta tetapi juga memaknai peristiwa. Wartawan tidak bisa menyembunyikan pilihan moral dan keterpihakannya, karena dalam proses peliputan dan penulisan suatu peristiwa, secara sengaja atau tidak sengaja wartawan menggunakan persepsinya dalam memahami masalah.sehingga realitas yang tidak beraturan ditulis dan dimaknai sehingga dipahami oleh khalayak. Etika, Pilihan Moral, dan Keberpihakan Wartawan adalah bagian integral dalam Produksi Berita 15

4 Nilai, etika, dan keberpihakan wartawan tidak dapat dipisahkan dari proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa. Karena pada dasarnya semua kerja jurnalistik merupakan proses yang subyektif, sebab tidak hanya melibatkan fakta, namun juga keinginan yang semuanya menyiratkan hal-hal yang berbau subyektif. Nilai, Etika, dan Pilihan Moral Peneliti menjadi bagian integral dalam Penelitian Salah satu sifat dasar dari penelitian yang bertipe konstruksionis adalah pandangan yang menyatakan peneliti bukanlah sunyek yang bebas nilai. Pilihan etika, moral, dan keberpihakan peneliti menjadi bagian yang sukar dihilangkan dari proses penelitian. Peneliti memiliki berbagai nilai dan pandangan ataupun keberpihakan yang berbeda-beda. Bisa jadi obyek penelitian yang sama akan menghasilkan temuan yang berbeda dari masing-masing peneliti. 2.2 Teori Analisis Framing Teori ini akan menjadi dasar pengerjaan penelitian karena dalam teori ini akan dijelaskan secara rinci mengenai definisi analisis framing dan aspek apa saja yang terdapat di dalamnya,efek yang di timbulkan dari framing, dan model analisis framing yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini. Dalam teori ini menjelaskan bahwa pemahaman seseorang dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan sekitarnya Definisi Framing 16

5 Akhir-akhir ini, konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur komunikasi. Secara sederhana, framing dapat dianalogikan seperti kita sedang memotret. Misalnya kita hendak memotret sebuah mobil, objek yang menjadi fokus perhatian adalah bagian interior dari mobil tersebut. Padahal kita tahu bahwa mobil meliputi bagian interior, ekterior, mesin dan bagian lainnya. Namun, yang menjadi fokus perhatian adalah bagian interior. Sisi bagian depan, tepatnya pada dashboard mobil, lebih diperlihatkan ketimbang interior pada bagian lain. Saat mengambil gambar ini, fotografer memiliki maksud dan tujuan sendiri. Ada sesuatu yang hendak ia tonjolkan sehingga orang yang melihat foto ini diarahkan tepat sesuai dengan keinginan dari si fotografer, tanpa harus melihat sisi atau bagian lain dari mobil tersebut. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut. Seperti halnya seorang fotografer dalam memilih objek gambar dan memotretnya sesuai dengan angle yang ia inginkan. Robert M. Entman (Sobur, 2009) lebih lanjut mendefinisikan framing sebagai seleksi dari berbagai aspek realitas yang diterima dan membuat peristiwa itu lebih menonjol dalam suatu teks komunikasi. Dalam banyak hal itu berarti menyajikan secara khusus definisi terhadap masalah, interpretasi sebab akibat, evaluasi moral, dan tawaran penyelesaian sebagaimana masalah itu digambarkan. Meskipun berbeda dalam penekanan dan pengertian, ada titik singgung utama dari definisi framing tersebut. Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media. Aspek-aspek yang 17

6 tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak. Framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media Aspek Framing Ada 2 aspek framing yaitu : Memilih fakta/realitas Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan: apa yang dipilih (included) dan apa yang dibuang (exluded). Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angle tertentu, memilih fakta tertentu, dan melupakan fakta yang lain Menuliskan fakta Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan ini diungkapkan dengan, kalimat dan proposisi apa, dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa, dan sebagainya. Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan pemakaian perangkat tertentu: penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan, atau bagian belakang), pengulangan, pemaikaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang/ peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap symbol budaya, generalisasi, simplikasi, dan pemakaian kata yang mencolok, gambar, dsb. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok, 18

7 mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. 2.3 Ideologi Media Massa Teori ini menjelaskan tentang definisi ideologi dan keterlibatan ideologi dalam media massa. Teori ini dicantumkan oleh peneliti karena ideologi dalam media massa adalah unsur yang menjadi bagian dari berita di media massa tersebut. Ideologi yang dipresentasikan mempengaruhi kontruksi media massa tentang suatu realita Definisi Ideologi Istilah ideologi adalah salah satu istilah yang paling banyak digunakan, terutama dalam ilmu-ilmu sosial. Menurut arti kata Ideologi ialah pengucapan dari yang terlihat atau pengutaraan apa yang terumus di dalam pikiran sebagai hasil dari pemikiran (Sukarna, 1981). Ideologi memang mempunyai banyak arti, atau dengan kata lain ideologi dipergunakan dalam arti yang berbeda-beda. Dalam pengertian paling umum, ideologi adalah pikiran yang terorganisir, yakni nilai, orientasi, dan kecenderungan yang saling melengkapi sehingga membentuk perspektif-perspektif ide yang diungkapkan melalui komunikasi dengan media teknologi dan komunikasi antar pribadi. Masih banyak lagi pendapat mengenai makna dari ideologi dengan versinya sendiri-sendiri. Menurut Magis-Suseno, meskipun ada berbagai macam arti yang digunakan untuk memaknai ideologi itu, pada hakikatnya semua arti itu dapat dikembalikan pada salah satu dari tiga arti, yakni : (1) ideologi sebagai kesadaran palsu; (2) ideologi dalam arti netral; dan (3) ideologi adalah keyakinan yang tidak ilmiah (Sobur, 2009). 19

8 2.3.2 Ideologi Media Massa Ideologi merupakan konsep dasar cara berfikir seseorang atau golongan, konsep ini dihasilkan melalui proses berpikir mendalam atas realita dan atau keadaan yang terjadi di sekitarnya. Dan akhirnya konsep tersebut akan mempengaruhi cara berpikir dan sudut pandang atas segala sesuatu. Sering terjadi seseorang atau kelompok berusaha mempengaruhi atau sekedar mensosialisasikan sudut pandang mereka kepada orang lain,agar memiliki konsep berpikir yang sama. Media massa kerap menjadi sarana yang paling efektif untuk mensosialisasikan ideologinya. Selain untuk kepentingan bisnis,pemilik media massa lebih bertujuan mempengaruhi banyak orang agar mengetahui dan turut serta dalam setiap peristiwa yang terjadi di negara Indonesia.. Tujuan dan kepentingan itulah yang membentuk ideologi sebuah media. Pada penerapannya ideologi sebuah media tercermin dari visi dam misi media tersebut. Akan tetapi ideologi juga bisa berubah seiring waktu. Hal ini dikarenakan ideologi media massa juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar tempat dia berada. Keadaan politik, ekonomi, pengiklan, agama juga merupaka faktor faktor yang mampu mempengaruhi pembentukan ideologi media massa. 2.4 Peradilan Media Teori ini menjelaskan tentang Peradilan media dan keterlibatan media dalam pemberitaannya. Teori ini dicantumkan oleh peneliti karena peradilan media adalah masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Peneliti ingin melihat apakah dalam pemberitaannya media melakukan bias peradilan media Definisi Peradilan Media 20

9 Pers sebagai lembaga yang memiliki kemampuan untuk memberikan informasi kepada publik tentang berbagai peristiwa sekaligus dapat memberikan tanggapan atas berbagai peristiwa yang di informasikan. Pers dalam tatanan negara demokrasi merupakan pilar yang berfungsi sebagai kontrol bagi kekuasaan. Tentunya tidak hanya pers yang dapat secara bebas menyajikan berbagai peristiwa saja yang mampu menjalankan fungsi pengawasan terhadap berbagai aktivitas kebijakan negara, akan tetapi haruslah pers yang bersifat independen. Saat ini dapat dilihat bagaimana pers menjalankan perannya. Berbagai peristiwa aktual dapat dengan sangat cepat diketahui perkembangannya melalui berbagai media pers seperti koran, majalah, radio, televisi dan situs-situs internet. Berbagai macam informasi berseliweran dengan sangat cepat menembus batas ruang dan waktu. Apa yang telah terjadi di belahan dunia lain sangat dengan cepat diketahui peristiwanya oleh bagian masyarakat belahan dunia lainnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendukung dan mendorong aktivitas pers untuk dapat bekerja dengan lebih baik dan menjalankan fungsingya secara maksimal. Berbagai peristiwa hukum adalah salah satu bagian yang sangat menarik untuk disajikan oleh pers. Dapat dilihat bagaimana kasus-kasus hukum begitu banyak mewarnai berbagai media pers setiap hari melebihi pemberitaan bidang-bidang sosial lainnya, mulai dari kasus pencurian sandal sampai dengan kejahatan-kejahatan terkategori seperti korupsi, terorisme dan kejahatan hak asasi manusia. Disamping pers memiliki kekuatan untuk memantau penegakan hukum, pers juga memiliki kemampuan untuk menggiring massa menciptakan persepsi masyarakat melalui opini-opini yang dibentuknya. Seperti misalnya Kasus Prita versus RS. Omni Internasional, kasus Antasari Azhar, kasus Gayus Tambunan, kasus Ariel Peter Pan, kasus Abu Bakar Ba asyir, dan berbagai kasus hukum yang pastinya mampu melibatkan partisipasi aktif pers 21

10 untuk menginformasikan perkembangan kasus hukum, dan memberitakan kasus tersebut dengan mencari narasumber yang beragam seperti pakar hukum, aparat penegak hukum, politisi, kalangan birokrat, wakil dari LSM dan menghadirkan pengacara-pengacara pihak yang terkait kasus hukum, bahkan menelusuri jejak-jejak kehidupan oknum yang terlibat kasus tersebut. Dan itulah yang kemudian menghasilkan berbagai persepsi tertentu di masyarakat. Kadang publik atau masyarakat lebih percaya kepada apa yang diberitakan pers dibandingkan putusan-putusan hukum yang dibuat hakim peradilan negara disebabkan oleh antara lain (1) ketidakpercayaan masyarakat yang akut dan kronis pada penegakan hukum oleh lembaga-lembaga hukum negara (2) Mudahnya akses informasi masyarakat pada media pers, sedangkan pada peradilan resmi akses untuk mengikuti perkembangan kasus sangatlah terbatas mengingat peradilan terikat erat oleh ruang dan waktu (3) Keterbatasan pemahaman masyarakat terhadap ilmu hukum dan perkembangan teori-teori hukum. Masyarakat hanya melihat hukum pada kejahatan yang didakwakan dan vonis hukumnya, tanpa memperhatikan proses hukum acara di peradilan (4) Kemampuan pers mengemas kasus-kasus hukum dengan penyajian yang sangat apik dan menarik. ( m) Pada dasarnya bias media terjadi karena media massa tidak berada diruang vakum. Media sesungguhnya berada ditengah realitas sosial yang sarat dengan bergabagi kepentingan. Media massa bukanlah sesuatu yang bebas, tetapi memiliki keterkaitan dengan realitas sosial. Bias menurut Macnamara (Sobur, 2009: 34) terjadi karena berbagai alasan. Kadang-kadang terjadi dengan sengaja, karena wartawan atau editor memproyeksikan pandangan pribadi mereka dalam cerita atau pandangan yang telah di tunjukkan kepada mereka. Ini terjadi karena sistem tuntutan media yang menghimpit akan kecepatan dan rasa haus yang tidak pernah terpuaskan terhadap 22

11 berita pada batas waktu yang sedikit. Kadang-kadang terjadi karena standar pelatihan dan pendidikan yang kurang memadai diantara wartawan. Selain itu para wartawan juga editor berkuasa penuh atas pilihan kata yang akan dipakainya. Secara tidak sadar bias peradilan media akan terus muncul, padahal seharusnya media merasa sadar akan salah satu fungsi pers adalah menyajikan informasi seakurat mungkin dan sebagai lembaga sub sistem dari negara yang bertugas mengawasi penegakan hukum di negara. Kehidupan pers yang berkembang di Indonesia diharapkan adalah lembaga pers yang bersifat independen/netral, pers yang ber-etika, pers yang tidak mengutamakan keuntungan atau menaikkan rating semata, pers yang dijiwai semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, pers yang secara konsisten meneguhkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dan pers yang berjuang menyatukan kehidupan berbangsa. Peradilan Media merupakan informasi yang harus dilihat dan dibaca dalam kerangka berpikir kritis, mengingat informasi bukanlah sesuatu yang bersifat mutlak netral. Informasi merupakan serangkaian konsep-konsep, ide-ide, nilai-nilai, pahampaham, kerangka berpikir yang ingin ditegakkan/ mempengaruhi publik oleh penyaji informasi. Penilaian secara komprehensif atas peradilan media mutlak dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman pada kasus-kasus hukum yang ada. Mengingat pers seringkali dimiliki oleh seseorang yang kaya dan memiliki kepentingan politis, artinya pers tidak selalu bersifat netral, tidak selalu menyajikan berita tanpa distorsi. 23

12 2.5 Kerangka Pikir Penelitian Kasus Penyuapan Wisma Atlet SEA Games Oleh Nazaruddin Kompas Wacana Kompas Kerangka framing Robert N. Entman Problem Identification Casual Interpretation Moral Evaluation Treatment Recomendation Konstruksi Kompas Peradilan Media Gambar 2.5 Model Kerangka Pikir Penelitian 24

13 Berdasarkan proses pada gambar 2.5 yang merupakan model kerangka pemikiran di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kasus penyuapan wisma atlet SEA Games oleh Nazaruddin merupakan berita yang sedang hangat-hangatnya di beritakan di berbagai media. Pada kolom kerangka pikir yang pertama menjelaskan bahwa kasus Nazaruddin tersebut adalah kasus yang menarik banyak perhatian masyarakat, pemerintah dan oknum-oknum politik juga hukum. 2. Kompas : Kompas merupakan harian nasional ternama di Indonesia. Kompas juga media yang memuat berita dari awal kasus Nazaruddin. pada penelitian ini peneliti memilih Kompas sebagai media yang akan diteliti terkait pemberitaan Nazaruddin. 3. Wacana Kompas : pada kolom ke tiga menjelaskan bahwa dalam penmelitian ini akan dilihat bagaimana wacana yang di bentuk Kompas dalam pemberitaannya mengenai kasus Nazaruddin. 4. Kerangka Framing Robert N. Entman : kolom ini menjelaskan teori yang digunakan untuk menganalisa berita-berita kompas yang diteliti. Adapun elemen penelitiannya adalah sebagai berikut: a. Problem Identification: merupakan elemen awal yang melihat bagaimana suatu peristiwa/ isu dilihat. Sebagai apa. Atau sebagai masalah apa. 25

14 b. Casual Interpretation : dalam proses ini dilihat bagaimana peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa. Apa yang dianggap penyebab dari suatu masalah. Atau Siapa (who/aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah c. Moral Evaluation: proses ini menerangkan nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah. Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suati tindakan d. Treatment Recomendation: proses yang terakhir adalah bagaimana penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu. Jalan apa yang ditawarkan dn harus di tempuh untuk mengatasi masalah. 5. Konstruksi Kompas: dari analisa framing yang dilakukan selanjutnya akan terlihat bagaimana konstruksi yang di bentuk Kompas dalam pemberitaan kasus Nazaruddin. 6. Peradilan Media: merupakan salah satu bentuk bias yang terjadi di media. Dalam penelitian ini akan dilihat apakah dalam pemberitaan Kompas mengenai kasus Nazaruddin ini terdapat bias peradilan Media atau tidak. 26

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Modul ke: Analisis Framing Memahami analisis framing dalam Pemberitaan Media. Jenis analisis framing, framing dan ideologi. Fakultas 09Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, hasil analisis berupa artikel berupa artikel opinion adalah bahasa (verbal dan

Lebih terperinci

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep dan Model-Model Analisis Framing Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) terhadap sebuah isu atau peristiwa melalui berita atau opini yang diterbitkannya. Praktik pembingkaian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini memiliki fokus penelitian yang kompleks dan luas. Ia bermaksud memberi makna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan 49 BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan konstruksionis. Dan pendekatan ini mempunyai paradigma yang mempunyai posisi dan pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu korupsi, suap, pencucian uang, dan semua bentuk penggelapan uang negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia. Para aparatur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi saat ini berkembang sangat pesat. Setiap harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi mereka. Media menjadi pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam menjembatani atau sebagai penghubung informasi kepada khalayak luas dalam bidang politik, sosial, keamanan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian berita berjudul Maersk Line Wins European Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini media massa semakin memiliki peranan dalam kehidupan masyarakat. Media massa mampu menjadi alat kontrol massa yang paling utama. Hal ini dikarenakan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa berfungsi mengkonstruksi realitas yang terjadi. Bagi kaum konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, merupakan penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi 41 PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS (Studi Analisis Framing head line Pemberitaan Kasus Korupsi Sport Center di Hambalang Pada Surat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang 50 BAB III METODE PENELITIAN Fungsi penelitian adalah untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Oleh karena itu diperlukan metodelogi penelitian, yakni seperangkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik 1 Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik dalam diri seseorang, terutama wartawan. Seorang wartawan sebagai penulis yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Peristiwa Bom Thamrin yang terjadi pada tanggal 14 Januari 2016 ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan banyak pihak karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28

BAB I PENDAHULUAN. rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana kenaikan harga bahan bakar minyak mulai kuat berhembus setelah rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28 Februari 2012.

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA NEGARA ISLAM INDONESIA (NII) DALAM SITUS BERITA ONLINE KOMPAS.COM DAN DETIK.COM SKRIPSI. Oleh : ARIS SAPTAHADI

PEMBINGKAIAN BERITA NEGARA ISLAM INDONESIA (NII) DALAM SITUS BERITA ONLINE KOMPAS.COM DAN DETIK.COM SKRIPSI. Oleh : ARIS SAPTAHADI PEMBINGKAIAN BERITA NEGARA ISLAM INDONESIA (NII) DALAM SITUS BERITA ONLINE KOMPAS.COM DAN DETIK.COM SKRIPSI Oleh : ARIS SAPTAHADI 0543010011 YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa pada masa kini telah menjadi salah satu komponen terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Melalui media massa, masyarakat dapat mengetahui segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan informasi semakin cepat, dan di era informasi seperti sekarang ini banyaknya pemberitaan, informasi yang datang ke masyarakat. Penyebaran informasi

Lebih terperinci

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat (Studi Analisis Framing Pemberitaan Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat periode 27 Juli

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan rekan-rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan tolak ukur penelitian. Tinjauan pustaka tentang penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik (Sobur, 2009: 30). Dalam hal ini, media digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. komunikasi tertentu. Membahas teori konstruksi sosial (social

BAB II URAIAN TEORITIS. komunikasi tertentu. Membahas teori konstruksi sosial (social BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Media Massa dan Konstruksi Sosial Realitas sosial adalah hasil konstruksi sosial dalam proses komunikasi tertentu. Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoristisuntuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jasse Deli dan rekan-rekan sejawatnya. Teori

Lebih terperinci

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing)

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing) EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing) oleh : Erma Restiani (056056) Galih Pratiwi (056471) Irma Yulita Silviani (057160) Rini Septiani (056411) FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS II.I MEDIA MASSA DAN KONSTRUKSI REALITAS Teori yang dikembangkan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckman yaitu, seorang pakar sosiologi ini berpandangan bahwa realitas tidak dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konflik merupakan permasalahan sosial yang dihadapi oleh banyak negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi dan telah menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa memiliki peran strategis sebagai saluran yang menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa, kita dapat memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari peranan media yang menyebarkan visi dan misi mereka dalam kampanye untuk meraih suara pemilih.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara

Lebih terperinci

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) Arlinda Nurul Nugraharini (D2C009105) Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Lebih terperinci

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA 1Pratiwi Asri, 1 Abdurrahman Jemat, M.S. 1Program Studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SIMULATOR SIM SKRIPSI

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SIMULATOR SIM SKRIPSI PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SIMULATOR SIM (Analisis Framing Berita Tentang Kasus Korupsi Simulator SIM Yang Melibatkan Djoko Susilo Pada Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas Edisi Desember 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir masyarakat. Fenomena media online (new media) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir masyarakat. Fenomena media online (new media) di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan perkembangan teknologi komunikasi saat ini, ilmu komunikasi pada saat ini lebih banyak tertuju pada media massa, baik cetak seperti koran dan majalah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Framing Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan analisa dengan menggunakan analisis framing model Robert N.Entman dan Urs Dahinden terhadap teks berita di okezone.com dan kompas.com pada bab

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan Bikien, paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi massa merupakan proses organisasi media menciptakan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi massa merupakan proses organisasi media menciptakan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Media Massa Komunikasi massa merupakan proses organisasi media menciptakan dan menyebarkan pesan-pesan pada masyarakat luas dan proses pesan tersebut dicari, digunakan, dipahami,

Lebih terperinci

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan analisis framing, analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berita adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan primer

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Secara harafiah, metodologi dibentuk dari kata metodos, yang berarti cara, teknik, atau prosedur, dan logos yang berarti ilmu. Jadi metodologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam berbagai aspek, paradigma membantu merumuskan apa yang harus dipelajari. Ia merupakan suatu kesatuan konsensus yang terluas dalam suatu bidang ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan kritis secara ontologi berpandangan bahwa realitas yang teramati (virtual reality) merupakan realitas semu yang telah terbentuk oleh proses

Lebih terperinci

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Online Media online memiliki kategori yang membedakan dengan media konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang ditulis nyaris bersamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15).

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa telah berfungsi sebagai alat propaganda paling efektif, di samping dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. Media

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Maman (2002; 3) penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala

Lebih terperinci

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012 0 KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN BAB IV KESIMPULAN dan SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis secara menyeluruh pada level teks dan konteks di masing-masing Koran, peneliti kemudian memperbandingkan temuan-temuan tersebut khususnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa memiliki peran signifikan yang besar dalam pembentukkan persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian tercerminkan wacana dominan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita merupakan tugas pokok wartawan, kemudian menyusunnya menjadi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Media Massa Media adalah pengantara atau saluran dalam menyebarkan suatu informasi atau pesan dari komunikator kepada komunikan. Menurut McLuhan (Nova. 2009: 204) media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa menjadi penting dalam kehidupan politik dan proses demokrasi, yang memiliki jangkauan luas dalam penyebaran informasi, mampu melewati batas wilayah, kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Judul penelitian ini adalah : Konstruksi Nilai Rancangan Pesan ESQ 165 Dalam Pembangunan Karakter Indonesia Emas (Analisis Framing Program Indonesia Emas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha BAB I PENDAHULUAN Salah satu TV Lokal yang konsisten dalam mengangkat isu/konten daerah adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Yayasan Buddha Tzu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini paradigma yang digunakan yakni pradigma kontruksionis. Paradigma menurut Bogdan dan Bikien adalah kumpulan longgar dari sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis framing (bingkai), yang dalam penelitian ini selanjutnya menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari model analisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Media Massa 2.2 Framing

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Media Massa 2.2 Framing BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Media Massa Media massa dapat diartikan sebagai sarana pembawa pesan kepada khayalak. Media massa terdiri dari media cetak berupa koran dan majalah serta media elektronik berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari manusia pasti melakukan komunikasi, baik dengan antar individu, maupun kelompok. Karena

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik perhatian besar beberapa surat kabar dan menjadi berita hangat di beberapa surat kabar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia. Dengan bahasa, baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat, orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau member informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi seperti saat ini, menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi seperti saat ini, menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi seperti saat ini, menuntut manusia untuk selalu mengetahui dan mengikuti perkembangan berbagai informasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penelitian ini adalah analasis framing tentang kasus KPK versus Polri di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penelitian ini adalah analasis framing tentang kasus KPK versus Polri di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini adalah analasis framing tentang kasus KPK versus Polri di Kompas Petang KOMPAS TV adalah Program informasi dalam bentuk diskusi serius dengan topik-topik

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. teori yang memuat pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah

BAB II URAIAN TEORITIS. teori yang memuat pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah BAB II URAIAN TEORITIS Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pikiran yang

Lebih terperinci

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA Tuesday, April 29, 2014 http://www.esaunggul.ac.id/article/framing-berita-gayus-tambunan-di-surat-kabar-media-indonesia-dan-r

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai tahun 1998 setelah peristiwa pengunduran diri Soeharto dari jabatan kepresidenan. Pers Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. surat kabar telah ada sejak ditemukannya mesin cetak di Jerman oleh Johann Gutenberg pada

BAB I PENDAHULUAN. surat kabar telah ada sejak ditemukannya mesin cetak di Jerman oleh Johann Gutenberg pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Surat kabar sudah dikenal semenjak lama, selama enam abad. Sejarah mencatat keberadaan surat kabar telah ada sejak ditemukannya mesin cetak di Jerman oleh Johann Gutenberg

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau jenis penelitian ini adalah penelitian interpretif dengan pendekatan kualitatif. Paradigma merupakan sebuah konstruksi manusia yaitu gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media menjadi sarana informasi yang dibutuhkan masyarakat. Tujuannya memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dari skala terbatas hingga melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita buruh merupakan salah satu berita yang jarang dilihat dalam tayangan pemberitaan media TV. Berita buruh masih belum mendapatkan porsi yang pas dalam

Lebih terperinci