BAB II TEORI DASAR.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TEORI DASAR."

Transkripsi

1 BAB II TEORI DASAR 2.1 Alat Bongkar Muat Crane Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari suatu tempat ke tempat lain dalam jarak yang tidak jauh, misalnya pada bagian atau departemen pabrik, pada tempat-tempat penumpukan bahan, lokasi konstruksi, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan, dan sebagainya. Mesin pemindah bahan hanya memindahkan muatan dalam jumlah besar serta jarak tertentu dengan arah perpundahan bahan vertikal, horizontal, dan atau kombinasi antar keduanya. Berdasarkan desainnya, mesin pemindah bahan (material handling equipment) dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: a. Peralatan Pengangkat (lifting device) yaitu peralatan yang ditujukan untuk memindahkan muatan satuan dalam satu batch seperti mesing pengangkat, crane, elevator dan lain-lain. b. Peralatan Pengangkut (konveyor) yaitu peralatan yang ditujukan untuk menindahkan muatan curah (banyak partikel atau homogen) maupun muatan satuan secara kontinu seperti screw conveyor, belt conveyor, pneumatic conveyor, vibratic conveyor, dan lain-lain. c. Peralatan Permukaan dan overhead yaitu peralatan yang ditujukan untuk memindahkan muatan curah dan satuan, baik batch maupun kontinu seperti scrapper, eskavator, bulldozer, dan lain-lain. Setiap kelompok mesin pemindah bahan dibedakan oleh sejumlah ciri khas dan bidang penggunaan yang khusus. Perbedaan dalam desain kelompok ini juga ditentukan oleh keadaan muatan yang akan ditangani, arah gerak kerja, dan keadaan proses penanganannya. Umumnya mesin pengangkat digunakan untuk muatan satuan, seperti bagian-bagian mesin atau mesin secara keseluruhan, bagian dari struktur bangunan logam, hopper, baja bentangan, bahan bangunan, dan sebagainya. Conveyor dapat menangani baik muatan tumpahan curah maupun muatan satuan, sedangkan fasilitas permukaan dan overhead dapat mengani keduanya sekaligus. 4

2 Definisi Umum Quay Container Crane adalah gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah, dengan rangka untuk mengangkat atau sekaligus mengangkat dan memindahkan muatan yang dapat digantung secara bebas atau diikatkan pada crane. crane jenis Quay, yaitu Quay Container yang digunakan untuk bongkar muat kontainer yang ada di lapangan penumpukan (Container Yard). Pada dasarnya sebuah crane adalah alat pengangkat dan pemindah material yang bekerja dengan prinsip kerja tali. Crane digunakan untuk angkat muatan secara vertikal dan secara horisontal bergerak secara bersama dengan gerak vertikal dan menurunkan muatan ke tempat yang dituju. Fungsi dan gerakan pada masing-masing bagian utama QCC adalah sebagai berikut: a. Boom Hoist Yaitu gerakan naik dan turun terhadap boom yang digerakkan oleh motor boom hoist. Dalam keadaan tidak beroperasi / stand-by, posisi boom pada sebuah crane harus pada posisi up/naik. b. Gantry Travel Yaitu merupakan gerakan keseluruhan unit Crane pada jalur rel baik ke arah kiri dan ke kanan. Gerakan ini berfungsi untuk memposisikan unit crane dalam pemindahan container baik dalam hal muat ke dalam kapal ataupun bongkar dari kapal untuk kemudian diangkut oleh truck container (terminal trucktor) c. Trolley Travel Yaitu gerakan pemindahan spreader ke depan atau belakang (ke arah laut atau ke daratan) untuk menempatkan container baik dalam proses muat ke kapal ataupun bongkar untuk kemudian diangkut oleh truck container. d. Sistem Hidraulic pada Spreader Sistem hidraulic pada spreader akan menyesuaikan besar peti kemas dan menguci peti kemas sehigga spreader dan peti kemas menyatu. e. Main Hoist Gerakan ini adalah gerakan naik/ turun beban yang telah dipasang pada kait spreader, diangkat atau diturunkan dengan menggunakan tali (seling) yang digulung pada drum, dalam hal ini putaran drum disesuaikan dengan drum yang sudah direncanakan. Drum digerakkan oleh motor listrik dan gerakan drum, dihentikan dengan rem sehingga beban tidak akan naik atau turun setelah posisi yang ditentukan sesuai dengan yang direncanakan. Gerakan ini bertujuan untuk mengangkat (hoist 5

3 up) atau menurunkan (lowering) spreader. Gerakan pada QCC dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini: Boom Hoist Trolley Travel Main Hoist Gantry Travel Gambar 2.1. Fungsi gerakan QCC Definisi Umum Gantry luffing Crane adalah gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah, dengan rangka untuk mengangkat atau sekaligus mengangkat dan memindahkan muatan yang dapat digantung secara bebas atau diikatkan pada crane. Dari berbagai jenis crane di atas, yang selanjutnya dibahas adalah crane jenis gantry, yaitu Gantry luffing Crane (GLC) yang digunakan untuk bongkar muat curah yang ada di dermaga. Gerakan pada Gantry luffing Crane GLC dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini: 6

4 Boom Hoist (Luffing) Main Hoist Slewing Gantry Travel Gambar 2.2. Fungsi gerakan GLC Adapun fungsi dan gerakan pada masing-masing bagian utama pada Gantry luffing Crane adalah sebagai berikut: a. Boom Hoist / Luffing Yaitu gerakan naik dan turun terhadap boom yang digerakkan oleh motor boom hoist. Dalam keadaan tidak beroperasi / stand-by, posisi boom pada sebuah crane harus pada posisi up/naik. b. Gantry Travel Yaitu merupakan gerakan keseluruhan unit Crane pada jalur rel baik ke arah kiri dan ke kanan. Gerakan ini berfungsi untuk memposisikan unit crane dalam operasional muat ke dalam kapal ataupun bongkar dari kapal. 7

5 c. Slewing Gerakan Slewing merupakan gerakan rotasi moving part pada GLC. Pengerak menggunakan motor yang terhubung dengan gear. d. Main Hoist Gerakan ini adalah gerakan naik/ turun beban yang telah dipasang pada kait (hook) diangkat atau diturunkan dengan menggunakan tali (seling) yang digulung pada drum, dalam hal ini putaran drum disesuaikan dengan drum yang sudah direncanakan. Drum digerakkan oleh motor listrik dan gerakan drum, dihentikan dengan rem sehingga beban tidak akan naik atau turun setelah posisi yang ditentukan sesuai dengan yang direncanakan. 2.2 Sistem Jaringan Listrik Unit Pembangkitan Unit Transmisi Gardu Induk distribusi Unit Distribusi Generator G Trf PMT Transformator Pemutus Tenaga Konsumen Besar PMT Konsumen Umum Distribusi Primer Distribusi sekunder Gambar 2.3 Blok diagram jaringan listrik Dari blok diagram di atas dapat diketahui bahwa sistem jaringan Penyaluran listrik oleh Perusahaan Listrik Negara di Indonesia dibagi menjadi empat tahap yaitu: a. Sistem pembangkitan tenaga listrik Pada tahap ini tegangan yang dihasilkan oleh unit generator merupakan tegangan menengah dari 6 kv sampai 24 kv yang dinaikkan oleh Transformer Step Up menjadi tegangan 150 kv atau 500 kv. Penggerak generator bisa berbentuk turbin air, turbin uap, turbin gas, diesel engine, gas engine, combined cycle turbine dan lain sebagainya. Pembangkitan skala besar di Perusahaan Listrik Negara selalu dalam bentuk pembangkit listrik tenaga uap atau pembangkit listrik tenaga air. 8

6 b. Sistem transmisi Pada tahap ini tegangan yang udah di naikan di sisi pembangkit akan disalurkan ke jalur distribusi. Adapun pembagian tegangan pada sisi transmisi ini diantaranya dikisaran 70 kv, 150 kv, 275 kv dan 500 kv pada Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi dengan tujuan untuk memperkecil kerugian daya listrik pada sisi penghantar jaringan transmisi. c. Sistem Distribusi Pada tahap ini biasa disebut dengan jaringan tegangan menengah dikisaran tegangan 20 kv dan tegangan rendah 220/380 V. Jaringan distribusi TM 20 kv pada umumnya berupa saluran udara tegangan menengah dan saluran kabel bawah tanah. d. Konsumen Pada tahap ini merupakan Instalasi rumah tangga dengan langganan listrik tegangan rendah, sedangkan pelanggan besar seperti pelabuhan mempergunakan tegangan menengah hingga tegangan tinggi Sistem Jaringan Distribusi Tegangan Menengah Sistem distribusi berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke konsumen. Sistem distribusi diklasifikasikan menurut beberapa cara, antara lain: a. Saluran Udara Tegangan Menengah terdiri atas tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan peralatan perlengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus. b. Saluran Kabel tegangan Menengah terdiri atas kabel tanah, indoor dan outdoor termination dan lain-lain. c. Gardu tramsformer terdiri atas transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo, Low Volatage panel, pipa - pipa pelindung, arester, kabel - kabel, transformer band, peralatan grounding, dan lain sebagainya d. Saluran Udara Tegangan rendah dan Saluran Kabel Tegangan Rendah yang mempunyai material mirip dengan perlengkapan/material Saluran Udara Tegangan Menengah yang membedakan hanya dimensinya. 9

7 Secara umum sistem tenaga listrik jaringan PLN dapat dilihat pada gambar 2.4 Gambar 2.4 Sistem jaringan PLN [7] Sistem distribusi dibedakan menjadi dua yaitu sistem distribusi primer dan sistem distribusi sekunder. a. Jaringan sistem distribusi primer Jaringan sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban. Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer, yaitu: 10

8 Jaringan distribusi radial, dengan model: radial tipe pohon, radial dengan tie dan switch pemisah, radial dengan pusat beban dan radial dengan pembagian phase area. Jaringan distribusi ring Jaringan distribusi jaring-jaring Jaringan distribusi spindle Saluran radial interkoneksi b. Jaringan sistem distribusi sekunder Jaringan sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatan: Papan pembagi pada trafo distribusi, Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder). Saluran layanan pelanggan (SLP) ke konsumen/pemakai Alat pembatas dan pengukur daya (kwh meter) serta fuse atau pengaman pada pelanggan. Sumber daya utama PLN pada jaringan system eksisting berasal dari jaringan TM 20 kv dari GI Suralaya. Dalam hal ini dapat diasumsikan bahwa pada sistem di GI PLN menggunakan trafo tenaga dengan kapasitas 60 MVA. Untuk trafo tenaga yang terpasang di Gardu Induk dengan pasokan jauh, maka perlu diperhatikan adalah impedansi trafo tenaga. Perhitungan arus gangguan listrik maksimum dari trafo dapat dihitung dengan persamaan: I max trafo = E I T Xt (2.1) S = 3 x V x I max trafo (2.2) Dengan: I max trafo = arus gangguan maksimum tarfo (A) E Xt IT = tegangan trafo tenaga (1 per unit) = reaktansi trafo (per unit) = arus nominal trafo (A) 11

9 S = daya maksimum (VA) Dengan menggunakan persamaan di atas, maka kapasitas dan arus maksimum trafo tenaga dapat dilihat pada table 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1 Kapasitas dan arus maksimum trafo tenaga [1] Kapasitas Trafo Tenaga Reaktansi Trafo Xt (%) Arus Maksimum (A) Breaking Capacity (MVA) 100 MVA 15 % 19, MVA 12 % 14, MVA 11 % 7, MVA 10 % 5, MVA 9,5 % 3, MVA 7,5 % 1, Sistem Jaringan Distribusi Tegangan 6,6 Kv pada Crane Tugas akhir ini membahas tindakan pengalihan suplai daya listrik pada peralatan bongkar muat crane di pelabuhan Ciwandan berupa perencanaan dan penyiapan suplai daya listrik dari PLN dengan tujuan menggantikan fungsi penyediaan daya dari generator set Dalam hal ini, generator set pada masing-masing crane akan digunakan sebagai sumber daya cadangan jika terjadi pemadaman daya listrik dari PLN. seluruh crane di Pelabuhan Ciwandan generator set sebagai sumber daya listrik utama bagi seluruh peralatan pada saat boom hoist, hoist, trolley, gantry slewing dan alat bantu pada saat rem, control, ventilasi, air conditioner, lift, lampu penerangan dan lain sebagainya. generator set ini diletakkan di platform generator set gantry luffing crane dan di ruang mesin untuk quay container crane. generator set yang digunakan di masing-masing crane memiliki spesifikasi teknis yang sama sesuai kapasitas angkutnya (safe working load). Perlu diketahui motor penggerak dan sistem kontrol motor pada quay container crane dan gantry luffing crane yaitu menggunakan motor arus bolak balik dan motor AC drive. Secara garis besar, sistem kelistrikan pada sebuah crane dapat dilihat pada gambar

10 GENS MDP = Main Distribution Panel Aux Load = Auxiliary Load MD Hoist Drive Gantr y Boom Drive Slewi ng Aux Load AC AC AC AC Gambar 2.5. Single Line Jaringan Listrik Crane Penyediaan daya untuk operasi alat bongkar muat (crane) pada pelabuhan Ciwandan selama ini masih menggunakan generator set. Tegangan keluaran generator set adalah 400V AC, 50 Hz pada quay container dan gantry luffing. Kapasitas generator set dipilih agar mampu mencatu kebutuhan daya motor - motor penggerak crane dan beban instalasi seperti beban kontrol, penerangan, rem, air conditioner dan lain - lain Sistem Proteksi pada Distribusi Proteksi pada saluran distribusi terdiri atas Relay, Pada dasarnya relay adalah suatu alat yang mendeteksi besaran yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo a. Relay Arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, dan akan bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai settingnya (I set). Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh melewatinya disebut dengan setting. Adapun karakterisitk dari relay arus adalah Relay arus lebih waktu seketika (instantaneous relay) Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir melebihi nilai settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 20 ms). Karakteristik relay waktu seketika dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut: 13

11 Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan relay arus lebih dengan karakteristik yang lain.. (a) (b) Gambar 2.6. Karakteristik relay arus lebih waktu seketika [2] (a) Skematik relay arus lebih waktu seketika (b) Kurva arus terhadap waktu relay arus lebih waktu seketika Relay arus lebih waktu tertentu (definite time relay) Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan jangka waktu kerja relay mulai pick up sampai kerja relay diperciwandan dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang mengerjakan relay. Karakteristik relay arus lebih waktu tertentu dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut: (a) Gambar 2.7. Karakteristik relay arus lebih waktu tertentu [2] (b) 14

12 (a) Skematik relay arus lebih waktu tertentu (b) Kurva arus terhadap waktu relay arus lebih waktu tertentu Relay arus lebih waktu terbalik (invers time relay) Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara terbalik (inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini bermacam-macam, setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik waktunya dibedakan dalam tiga kelompok : standar inverse, very inverse, extremely inverse. Karakteristik relay arus lebih waktu terbalik dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut: (a) (b) Gambar 2.8. Karakteristik relay arus lebih waktu terbalik [2] (a) Skematik relay arus lebih waktu terbalik (b) Kurva arus terhadap waktu relay arus lebih waktu terbalik b. Relay Gangguan ke Tanah (GFR) Relay gangguan tanah merupakan proteksi cadangan pada busbar. Proteksi ini bekerja dengan cara mendeteksi besaran arus pada daerah yang diamankan. Apabila besaran arus tersebut melampaui setting relay, relay akan bekerja membuka PMT setelah waktu tundanya tercapai. GFR juga digunakan sebagai proteksi cadangan lokal pada proteksi penghantar untuk mengamankan penghantar dari gangguan fasatanah. 15

13 Cable Reel Sistem (CRS) Gerakan gantry pada crane memungkinkan crane berpindah tempat menyesuaikan posisinya dengan kapal yang akan dibongkar-muat. Pergerakan ini memerlukan sebuah mekanisme yang dapat menyesuaikan panjang-pendeknya kabel fleksibel selama crane melakukan pergerakan gantry dengan jalan menggulung atau mengulur kabel fleksibel yang terbentang antara crane dengan titik sambung kabel di jointing pit. Mekanisme ini disebut sebagai cable reel sistem (CRS) yang sekaligus berfungsi menerima daya 6,6 kv dari gardu distribusi dan meyaklurkannya ke CSS melalui slip ring. Cable reel sistem (CRS) terdiri atas: 1. Motor listrik, digunakan untuk memutar cable reel. Motor yang paling umum digunakan adalah motor induksi rotor sangkar, IP 55, insulation class F. 2. Magnetic couplers merupakan kopling magnetic antara poros motor dengan gearbox. 3. Main gearbox, fungsinya adalah mengurangi kecepatan putar poros motor penggerak agar sesuai dengan putaran yang dibutuhkan oleh cable reel. Main gear box ini merupakan tempat dipasangnya cable reel sehingga harus mampu menanggung beban statis dan dinamis yang dihasilkan oleh cable reel selama beroperasi ataupun diam. 4. Secondary gearbox, fungsinya adalah untuk menyamakan kecepatan dari main gearbox ke kecepatan crane dan memenuhi torsi yang dibutuhkan untuk menggulung kabel. 5. Additional gearbox fungsinya adalah untuk menyamakan kecepatan dari poros putar magnetic couplers ke secondary gearbox 6. Slip ring digunakan sebagai media penyaluran daya listrik dari struktur bergerak ke struktur yang diam atau sebaliknya. Terdiri atas sikat arang di bagian yang statis, dan metal ring di bagian yang bergerak. Pada saat metal ring berputar, arus listrik disalurkan menuju sikat arang yang disentuhkan ke metal ring. Sikat arang ini dihubungkan dengan penghantar yang berada diatas crane menuju CSS. 7. Spool / Cable reel tempat kabel fleksibel digulung atau diulur. Bagian-bagian pada cable reel sistem dapat dilihat pada gambar 2.18 berikut: 16

14 (a) (b) Gambar 2.9 Bagian dari sebuah Cable Reel System [15] (a) Motor listrik, magnetic coupler, dan gearbox (b) Slipring dan spool Automatic Transfer Switch dan Automatic Mains Failure Automatic Transfer Switch atau dingkat ATS, yaitu peralatan yang digunakan untuk memindahkan catuan daya dari generator set menjadi catuan daya PLN atau sebaliknya. Automatic Transfer Switch ini bisa difungsikan secara otomatis maupun manual. Diutamakan pengoperasiannya adalah otomatis, tetapi bila terjadi gangguan fungsi otomatis, maka bisa memilih mode manual. Automatic Transfer Switch dilengkapi dengan electrical interlock antara kedua Circuit Breaker generator set dan Circuit Breaker PLN agar tidak terjadi penyuplaian daya secara bersamaan. 17

15 Automatic Transfer Switch ini dipasang di dalam panel PP-ATS, bekerja pada tegangan rendah 400V quay crane dan gantry lauffing. Automatic Mains Failure atau disingkat AMF berfungsi untuk memantau kondisi tegangan sumber daya PLN dan akan memerintahkan start generator set secara otomatis bila terjadi gangguan/pemadaman sumber daya PLN. Pada kondisi ini beban akan dicatu oleh generator set. Selama generator set bekerja, Automatic Mains Failure tetap memantau kondisi tegangan PLN dan bila ternyata sudah sehat/pulih kembali akan terjadi perintah stop generator set dan beban kembali dicatu oleh PLN. Proses pemindahan catuan dikerjakan oleh Automatic Transfer Switch Jatuh Tegangan / Voltage Drop jatuh tegangan pada saluran adalah selisih antara tegangan sisi kirim/pangkal pengiriman (sending end) dengan tegangan pada sisi terima/ujung penerimaan (receiving end) pada suatu jalur kabel distribusi. Pada saluran/kabel yang dialiri arus bolak-balik besarnya tegangan jatuh tergantung pada dari impedansi dan admitansi saluran, besar beban dan faktor daya. Jatuh tegangan relatif dinamakan regulasi tegangan (voltage regulation), dan dinyatakan oleh rumus: VR % V R NL R FL V V R FL 100% atau VR VS VR % 100% (2.3) V R Dengan : VR(NL) = VS = tegangan pangkal pengiriman (sending end) pada beban nol. VR(FL) = VR = tegangan pada ujung penerimaan pada beban full load. Penurunan tegangan maksimum pada beban penuh, yang dibolehkan dibeberapa titik pada jaringan distribusi adalah (SPLN 72:1987) turun tegangan pada JTM dibolehkan: a. 2% dari tegangan kerja untuk sistem spindel dan gugus b. 5% dari tegangan kerja untuk sistem radial dan simpul Untuk drop tegangan ini dipengaruhi oleh konfigurasi sistem letak kabel saluran karena sistem letak kabel ini akan mempengaruhi nilai impedansi saluran, hal ini dapat dilihat dari rumus: 18

16 Vr = Vs I.Z (2.4) Dimana: Vr = tegangan sisi terima (volt) Vs = tegangan sisi kirim (volt) Z = impedansi saluran ( ) I = Arus (A) Karena saluran yang dipakai merupakan saluran jarak pendek maka nilai impedansi saluran hanya dipengaruhi oleh besarnya nilai reaktansi induktif dan resistansinya, hal ini dapat dinyatakan dengan rumus: Z = R + jxl (2.5) Dimana: XL = reaktansi induktif yaitu 2..f..L (Ω) L = induktansi saluran (H) f = frekuensi (Hz) Untuk saluran distribusi pada saluran jarak pendek, kapasitansinya dapat diabaikan. Secara umum hal ini dapat diterapkan pada sistem yang tegangannya sampai dengan 66 kv. Untuk menghitung jatuh tegangan, diperhitungkan reaktansinya, maupun faktor dayanya yang tidak sama dengan satu. Dalam penyederhanaan perhitungan, diasumsikan beban bebannya merupakan beban tiga fasa yang seimbang dan faktor dayanya (Cos φ) antara 0,6 s/d 0,85. Jatuh tegangan dapat dihitung berdasarkan rumus pendekatan hubungan sebagai berikut [6] : V = I R cos + I X L sin (2.6) Dengan: V = I (R cos + 2πfL sin ) (2.7) V I L R X L = jatuh tegangan (V) = arus maksimal (A) = panjang penghantar (km) = nilai resistansi penghantar (Ω/km) = nilai resistansi penghantar (Ω/km) 19

17 f = frekwensi (Hz) L = induktansi penghantar per-phasa (mh/km) cos = faktor daya 2.5. Arus Gangguan Hubung Singkat PUIL 2000 mendefinisikan arus hubung pendek adalah arus lebih yang diakibatkan oleh gangguan impedansi yang sangat kecil mendekati nol antara dua penghantar aktif yang dalam kondisi operasi normal berbeda potensialnya (short circuit current). Perhitungan arus hubungan singkat bertujuan untuk menentukan besarnya arus hubungan singkat yang dapat timbul pada suatu sistim tenaga listrik, sehingga mampu memberikan aksi terhadap perbandingan besarnya arus yang lewat pada suatu sistim dengan rating ketahanan peralatan di dalam sistim tersebut melalui suatu alat proteksi arus lebih (Over Current Protection Device) sehingga terhindar dari arus yang dapat merusaknya. Hubungan singkat dapat menyebabkan kerusakan serius pada komponen dan peralatan dalam sistim distribusi daya. Perhitungan dan analisa yang mendalam perlu dilakukan untuk mengetahui kemungkinan besarnya arus hubungan singkat yang dapat timbul pada sebuah sistim distribusi sehingga dapat dilakukan pencegahan melalui pengaturan setting pada alat proteksi arus lebih dan juga pemilihan peralatan atau komponen listrik yang akan digunakan dengan menyesuaikan rating ketahanannya terhadap arus hubugnan singkat disesuaikan dengan hasil analisa dan perhitungan arus hubungan singkat. Rangkaian sederhana untuk arus hubung singkat 3 fasa dapat dilihat pada gambar 2.10 berikut ini: (a) (b) Gambar Contoh rangkaian arus hubung singkat 3 fasa [15] (a) Rangkaian hubung singkat 3 fasa (b) Rangkaian ekivalen hubung singkat 3 fasa 20

18 Dari gambar di atas dapat diketahui besarnya arus hubung singkat 3 fasa dengan persamaan: (Wahyudi SN; Proteksi sistem distribusi tenaga listrik. 2012) Isc = E (2.8) 3 Zsc Zsc = R 2 + X 2 (2.9) Dengan: Isc = arus hubung singkat (A) E = tegangan fasa ke fasa (V) Zsc = impedansi hubung singkat (ohm) R = resistansi hubung singkat (ohm) X = reaktansi hubung singkat (ohm) Gangguan dikatakan simetris, terjadi bila ketiga penghantar fasanya tersambung solid (tanpa adanya impedansi gangguan). Bila ada impedansi gangguan yang menghubungkan ketiga fasa atau anatara dua fasa atau anatara fasa ke tanah dikatakan sebagai gangguan tidak simetris (asimetris). Gelombang sinusoidal yang terjadi mempunyai nilai tidak sama pada puncak gelombangnya, hal inilah yang dikatakan sebagai gangguan tidak simetris. Arus dari gangguan tidak simetris diperhitungkan untuk menentukan making capacity dari pengaman (circuit breaker) dan electrodynamic forces dari instalasi listrik di pusat listrik atau gardu induk. Arus hubung singkat asimetris dapat diperhitungkan sebagai berikut: I P = k. 2. I k (2.10) Dengan: I P I k k = arus maksimum (puncak pertama) saat terjadi ganguan hubung singkat asimetris = arus hubung singkat maksimum simetris = faktor koefisien Karakteristik besarnya nilai k terhadap nilai R / X atau R/L dapat dilihat pada gambar 2.23 berikut ini: 21

19 Gambar Kurva koefisien K tergantung nilai R/X Sistem distribusi tenaga listrik merupakan salah satu bagian dari suatu sistem tenaga listrik yang dimulai dari PMT incoming di Gardu Induk sampai dengan Alat Penghitung dan Pembatas (APP) di instalasi konsumen yang berfungsi untuk menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari Gardu Induk sebagai pusat beban ke pelanggan-pelanggan secara langsung atau melalui gardu-gardu distribusi dengan mutu yang memadai sesuai standar pelayanan yang berlaku. Sehingga sistem distribusi ini menjadi suatu sistem tersendiri karena unit distribusi ini memiliki komponen peralatan yang saling berkaitan dalam operasinya untuk menyalurkan tenaga listrik 2.6. Demand Factor dan Load Factor Demand factor adalah perbandingan antara beban puncak dengan beban terpasang pada suatu beban listrik. Besar demand factor dapat diketahui dari persamaan dibawah ini: Load factor adalah perbandingan antara daya rata-rata dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah kapasitas terpasang pada suatu pusat listrik. Besar load factor dapat diketahui dari persamaan dibawah ini: 22

20 2.7. Generator Set Generator Set adalah sebuah perangkat yang berfungsi menghasilkan daya listrik, terdiri atas mesin diesel dan generator atau alternator. Mesin diesel merupakan penggerak utama berbahan bakar solar berpendingin air, sedangkan generator atau alternator merupakan mesin yang berfungsi sebagai pengubah energi poros menjadi energi listrik melalui kumparan atau gulungan tembaga yang terdiri atas stator (kumparan statis) dan rotor (kumparan berputar). Gambar 2.12 berikut menunjukkan salah satu genset yang terpasang di QCC. Gambar Genset pada QCC-01 Gambar 2.13 berikut menunjukkan salah satu genset yang terpasang di GLC. Gambar Bangunan genset pada GLC 23

21 Mesin diesel digunakan sebagai penggerak utama alternator dengan jalan memutar poros pada kecepatan tetap yaitu 1500 rpm. Mesin ini menggunakan udara dan bahan bakar solar dengan kompresi tinggi untuk menghasilkan langkah usaha (gerak putar). Kelebihan mesin diesel adalah memiliki konstruksi yang kuat terhadap beban kerja yang tinggi, torsi yang besar, dan konsumsi bahan bakar yang efisien karena bahan bakar disuntikkan langsung ke ruang bakar. Oleh karena itu mesin diesel banyak dipakai untuk industri alat-alat berat, seperti lokomotif, truk, traktor, dan lain sebagainya. Generator atau alternator berfungsi sebagai pengubah energi gerak putar yang dihasilkan oleh mesin diesel menjadi energi listrik arus bolak-balik yang digunakan untuk mencatu energi listrik ke beban yang dipasangkan. Generator yang digunakan di seluruh crane adalah generator 3 tingkat tanpa sikat (brushless generator) terdiri atas beberapa bagian komponen dasar, yaitu permanent magnet generator (PMG), rotating dioda, pilot exciter, main generator dan AVR. Generator ini dikatakan 3 tingkat karena memiliki 3 tingkatan generator yang terpasang satu poros (main generator, pilot exciter, dan permanent magnet generator). Komponen-komponen tersebut memiliki fungsi-fungsi yang berbeda sebagai berikut: a) Rotor PMG (permanent magnet generator) merupakan generator bolak-balik tiga fasa dengan rotor berupa magnet permanen yang terpasang seporos dengan pilot exciter dan main rotor. Magnet permanen tersebut akan menginduksi tegangan bolak balik 3 fasa pada Stator PMG begitu mesin diesel berputar. Keluaran stator PMG ini digunakan sebagai sumber daya AVR untuk selanjutnya disearahkan dan diatur besarnya oleh AVR sebagai arus eksitasi stator pilot exciter. b) Main generator adalah generator utama yang berfungsi menghasilkan daya /energi listrik yang akan disalurkan ke beban. Bagian stator merupakan tempat belitan jangkar (armature) yang akan terinduksi tegangan bolak-balik tiga fasa dengan tegangan sesuai setting AVR dan frekuensi sesuai dengan kecepatan putar mesin diesel dan jumlah kutub. Sedangkan bagian rotor merupakan tempat belitan penguat (exciter) yang akan menghasilkan medan magnit penguat dengan besaran sesuai arus searah yang dialirkan oleh rotating diode. c) Rotating diode merupakan diode tiga fasa dengan konfigurasi bridge, terpasang pada poros yang sama dengan PMG, pilot exciter dan main generator. Biasanya rotating 24

22 diode dipasang di bagian paling luar berdekatan dengan PMG untuk memudahkan perbaikan. Rotating diode ini berfungsi sebagai penyearah tegangan bolak-balik tiga fasa yang terbentuk pada rotor pilot exciter untuk selanjutnya disalurkan ke rotor main generator yang berfungsi sebagai exciter pada main generator. d) Pilot exciter merupakan generator arus bolak-balik yang berfungsi sebagai sumber daya penguatan (eksitasi) utama bagi Main Generator. Pilot exciter menerima arus searah dari AVR di sisi statornya dan akan menginduksikan tegangan bolak-balik di rotor pilot exciter untuk selanjutnya disearahkan oleh rotating diode. Besar arus searah yang dikeluarkan oleh AVR menuju stator pilot exciter sesuai dengan setting tegangan AVR dan besarnya beban reaktif yang sedang terjadi di main generator. e) Automatic voltage regulator (AVR), merupakan komponen elektronis yang pada umumnya dipasang di kotak khusus dekat dengan main generator. Fungsi utama AVR adalah menyediakan arus eksitasi ke pilot exciter sesuai dengan nilai setting tegangan keluaran main generator yang diinginkan dan sesuai dengan besar daya reaktif yang sedang mengalir di main generator. Makin tinggi nilai setting tegangan dan makin besar daya rekatif induktif yang mengalir di main generator makin besar pula arus searah yang dihasilkan oleh AVR. Untuk memungkinkan pengaturan yang teliti dibutuhkan penginderaan tegangan keluaran Main Generator. Masukan/sumber daya AVR berasal dari tegangan tiga fasa yang terjadi pada stator PMG, bukan diambil dari tegangan keluaran main generator sebagaimana generator dua tingkat tanpa PMG. Oleh karena eksitasi PMG berasal dari magnet permanen yang tidak membutuhkan catuan arus searah maka selama poros berputar selalu tersedia sumber daya bagi AVR. Keunggulan ini sangat bermanfaat pada saat terjadi arus start motor (beban) yang besar pada main generator, PMG masih mampu menyediakan arus eksitasi yang besar untuk mengatasi jatuh tegangan pada terminal keluaran main generator (sampai 300 % selama 10 detik). Juga pada saat terjadinya hubung singkat yang mengalirkan arus cukup besar di keluaran main generator, sehingga arus hubung singkat tetap mengalir pada waktu yang cukup untuk koordinasi relay di sisi beban sampai terjadi pembukaan circuit breaker (CB) di posisi terdekat dengan titik terjadinya hubung-singkat tersebut. 25

23 Skema generator 3 tingkat dapat dilihat pada gambar ` Gambar Skema generator 3 tingkat [4] 2.7. Motor Arus Bolak-balik (Motor AC) Motor AC yang banyak digunakan pada crane sebagai motor penggerak adalah motor induksi rotor sangkar atau motor induksi rotor sangkar (selanjutnya disebur MIRS). Motor ini menggantikan motor DC karena berbagai keunggulan, antara lain konstruksi sederhana, kokoh, andal dan mudah dirawat karena tidak mempunyai komutator dan sikat sebagaimana motor DC. Kekurangan motor ini adalah dimensi yang lebih besar dan lebih berat dibandingkan dengan motor DC untuk daya keluaran poros yang sama sehingga membutuhkan luasan tapak yang lebih besar dan membutuhkan konstruksi struktur yang lebih kokoh. Disamping itu, kekurangan motor AC adalah rugi-rugi yang lebih besar karena inersia rotor dan kipas pendingin yang lebih besar dibandingkan dengan motor DC. Harga lebih murah merupakan pertimbangan utama walaupun dibutuhkan pengatur putaran (motor drive) yang lebih rumit daripada pengatur putaran motor DC. Konstruksi MIRS dapat dilihat pada gambar 2.15 berikut: 26

24 Gambar Nama bagian motor induksi rotor sangkar [4] Konstruksi rotor sangkar dapat dilihat pada gambar 2.16 berikut: Short circuits all rotor bars. /rotor winding Gambar Konstruksi rotor sangkar [3] Belitan stator terdiri atas tiga set belitan yang disediakan untuk masing-masing fasa tegangan sumber, misalnya belitan a-a untuk fasa R, b-b untuk fasa S dan c-c untuk fasa T. Gambar 2.16 berikut menunjukkan posisi ke tiga belitan fasa di suatu motor induksi rotor sangkar sederhana dua kutub. 27

25 Gambar 2.17 Posisi belitan fasa di motor induksi rotor sangkar [4] Medan putar yang terjadi di dalam MIRB sederhana dua kutub bisa dilihat pada gambar 2.18 berikut (pada posisi 0): Gambar Medan putar di dalam motor induksi rotor sangkar [4] Prinsip kerja motor induksi rotor sangkar adalah sebagai berikut: - Medan putar ini memotong belitan/batang rotor sehingga terbentuk tegangan induksi di belitan/batang rotor. - Kecepatan putar medan putar adalah sebesar ns = 120 f p (2.11) Dengan: n s = kecepatan putar medan putar atau kecepatan sinkron (rpm), f = frekuensi sumber tegangan (Hz) p = jumlah kutub. - Oleh karena belitan atau batang rotor pada MIRS terhubung-singkat, akan mengalir arus induksi di belitan/batang rotor. - Arus rotor ini akan membentuk medan magnet lainnya (medan magnet rotor, BR) 28

26 - Terbentuk momen akibat interaksi antara medan putar stator dengan medan magnit rotor. Momen inilah yang akan memutar rotor searah dengan putaran medan putar. - Kecepatan putar rotor tidak akan pernah secepat putaran sinkron ns karena pada saat rotor berputar secepat putaran sinkronnya tidak terjadi pergerakan relatif antara medan putar dengan belitan rotor sehingga tidak akan terbentuk momen ind sehingga rotor melambat. Saat rotor melambat, terjadi kembali pergerakan relatif antara medan putar dengan belitan rotor sehingga terbentuk kembali momen ind dan motor dipercepat kembali menuju kecepatan sinkronnya dan kembali terjadi perlambatan rotor dan seterusnya. Dengan kejadian ini rotor tidak akan pernah berputar secepat putaran sinkron sehingga motor ini disebut juga sebagai motor asinkron. - Selisih antara kecepatan medan putar (kecepatan sinkron, ns) dengan kecepatan putar rotor nr disebut sebagai slip s. S dapat dihitung dari persamaan s = (ns nr) ns - Pada saat beban poros bertambah besar, motor melambat (slip membesar) dan terjadi pergerakan relatif yang lebih besar antara medan putar dan belitan rotor sehingga induksi tegangan di rotor yang juga membesar. Dengan membesarnya tegangan induksi, arus rotor juga membesar dan medan magnet rotor BR juga membesar sehingga momen motor ind juga membesar dan terjadi keselimbangan antara momen beban dan momen motor. - Dengan bertambahnya beban, kecepatan putar motor akan berkurang dan slip membesar. 29

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi yang merupakan motor arus bolak-balik yang paling luas penggunaannya. Penamaan ini berasal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

GENERATOR SINKRON Gambar 1

GENERATOR SINKRON Gambar 1 GENERATOR SINKRON Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak mula (prime mover)

Lebih terperinci

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Generator Sinkron Ahmad Qurthobi, MT. Teknik Fisika Telkom University Ahmad Qurthobi, MT. (Teknik Fisika Telkom University) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) 1 / 35 Outline 1

Lebih terperinci

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN Distribusi Tenaga Listrik Ahmad Afif Fahmi 2209 100 130 2011 REGULASI TEGANGAN Dalam Penyediaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.

Lebih terperinci

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik SISTEM DISTRIBUSI Sistem Distribusi Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik

Lebih terperinci

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem terpadu yang terbentuk oleh hubungan-hubungan peralatan dan komponen - komponen listrik, seperti generator,

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Awalnya energi listrik dibangkitkan di pusat-pusat pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dengan tegangan menengah 13-20 kv. Umumnya pusat

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PENGOPERASIAN GENERATOR SINKRONISASI

BAB IV SISTEM PENGOPERASIAN GENERATOR SINKRONISASI BAB IV SISTEM PENGOPERASIAN GENERATOR SINKRONISASI 4.1 Prinsip Kerja Sinkronisasi Genset di PT. ALTRAK 1978 Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan magnet homogen, maka akan terinduksi

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Generator sinkron (alternator) adalah mesin listrik yang digunakan untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik dengan perantara induksi medan magnet. Perubahan

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan A. SALURAN TRANSMISI Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. saluran udara (overhead lines); saluran transmisi

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

Standby Power System (GENSET- Generating Set)

Standby Power System (GENSET- Generating Set) DTG1I1 Standby Power System (- Generating Set) By Dwi Andi Nurmantris 1. Rectifiers 2. Battery 3. Charge bus 4. Discharge bus 5. Primary Distribution systems 6. Secondary Distribution systems 7. Voltage

Lebih terperinci

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator. BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA II.1. Umum Mesin Induksi 3 fasa atau mesin tak serempak dibagi atas dua jenis yaitu : 1. Motor Induksi 3 fasa 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

Lebih terperinci

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Pengertian dan fungsi distribusi tenaga listrik : Pembagian /pengiriman/pendistribusian/pengiriman energi listrik dari instalasi penyediaan (pemasok) ke instalasi pemanfaatan

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II1 Umum Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teorema Thevenin (1) Pada teorema ini berlaku bahwa : Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah sumber tegangan yang dihubungserikan dengan

Lebih terperinci

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG 4.1 Tinjauan Umum Pada dasarnya proteksi bertujuan untuk mengisolir gangguan yang terjadi sehingga tidak

Lebih terperinci

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK Motor induksi Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah

Lebih terperinci

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Sistem Tenaga listrik di Indonesia tersebar dibeberapa tempat, maka dalam penyaluran tenaga listrik dari tempat yang dibangkitkan sampai ke tempat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) M. Arfan Saputra, Syamsul Amien Konsentrasi Teknik Energi

Lebih terperinci

Mesin AC. Dian Retno Sawitri

Mesin AC. Dian Retno Sawitri Mesin AC Dian Retno Sawitri Pendahuluan Mesin AC terdiri dari Motor AC dan Generator AC Ada 2 tipe mesin AC yaitu Mesin Sinkron arus medan magnet disuplai oleh sumber daya DC yang terpisah Mesin Induksi

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Sistem Pengisian Konvensional Pembangkit listrik pada alternator menggunakan prinsip induksi yaitu perpotongan antara penghantar dengan garis-garis gaya magnet.

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron BAB II MTR SINKRN Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada rotor.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK )

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) BAB I GENERATOR SINKRON (ALTERNATOR) Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit Listrik Tenaga Angin memberikan banyak keuntungan seperti bersahabat dengan lingkungan (tidak menghasilkan emisi gas), tersedia dalam

Lebih terperinci

Universitas Medan Area

Universitas Medan Area BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori Generator listrik adalah suatu peralatan yang mengubah enersi mekanis menjadi enersi listrik. Konversi enersi berdasarkan prinsip pembangkitan tegangan induksi

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Secara umum suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, pusat pembangkitan listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Perlu dikemukakan

Lebih terperinci

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR UBOH Banten 3 Lontar merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang memiliki kapasitas daya mampu 315 MW sebanyak 3 unit jadi total daya mampu PLTU Lontar 945 MW. PLTU secara

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Lebih terperinci

DA S S AR AR T T E E ORI ORI

DA S S AR AR T T E E ORI ORI BAB II 2 DASAR DASAR TEORI TEORI 2.1 Umum Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (altenator)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Sistem Eksitasi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Sistem Eksitasi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Eksitasi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi 4.1.1. Umum Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi merupakan pembangkit listrik tenaga air dengan tipe

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Generator sinkron adalah mesin pembangkit listrik yang mengubah energi mekanik sebagai input menjadi energi listrik sebagai output. Tegangan output dari generator sinkron

Lebih terperinci

MODUL III SCD U-Telkom. Generator DC & AC

MODUL III SCD U-Telkom. Generator DC & AC MODUL III SCD U-Telkom 2013 Generator DC & AC Pengertian Generator DC Generator DC merupakan sebuah perangkat mesin listrik dinamis yang mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Generator DC menghasilkan

Lebih terperinci

D. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN...

D. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... v MOTTO... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv INTISARI...

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Gangguan adalah suatu ketidaknormalan ( interferes) dalam sistem tenaga listrik yang mengakibatkan mengalirnya arus yang tidak seimbang dalam sistem tiga fasa. Gangguan

Lebih terperinci

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang BAB 2II DASAR TEORI Motor Sinkron Tiga Fasa Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor ini beroperasi

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG)

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG) BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG) II.1 Umum Motor induksi tiga phasa merupakan motor yang banyak digunakan baik di industri rumah tangga maupun industri skala besar. Hal ini dikarenakan konstruksi

Lebih terperinci

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives Oleh PUSPITA AYU ARMI 1304432 PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 SYNCHRONOUS

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 TEORI DASAR GENSET Genset adalah singkatan dari Generating Set. Secara garis besar Genset adalah sebuah alat /mesin yang di rangkai /di design /digabungkan menjadi satu kesatuan.yaitu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA 3.1. Pengertian Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu induk, dimana pemutus tenaga dari penyulang-penyulang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya berasal

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum )

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum ) STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum ) Makruf Abdul Hamid,Panusur S M L Tobing Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan

Lebih terperinci

SYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010

SYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010 SYNCHRONOUS GENERATOR Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010 1 Kelompok 7: Ainur Rofiq (0706199022) Rudy Triandi (0706199874) Reza Perkasa Alamsyah (0806366296) Riza Tamridho (0806366320) 2 TUJUAN

Lebih terperinci

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Pendahuluan Generator arus bolak balik berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik arus bolak balik. Generator arus bolak balik sering disebut juga sebagai alternator,

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi BAB II GENERATOR SINKRON 2.1. UMUM Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (altenator) merupakan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI 3.1 Umum Sebaik apapun suatu sistem tenaga dirancang, gangguan pasti akan terjadi pada sistem tenaga tersebut. Gangguan ini dapat merusak peralatan sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU FASA. Motor induksi adalah adalah motor listrik bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II MOTOR INDUKSI SATU FASA. Motor induksi adalah adalah motor listrik bolak-balik (ac) yang putaran BAB II MOTOR INDUKSI SATU FASA II.1. Umum Motor induksi adalah adalah motor listrik bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR. Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic

BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR. Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic 42 BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR 4.1 Pendahuluan Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic Voltage Regulator (AVR) dalam tugas akhir ini dilakukan pada generator

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL (PLTD)

BAB II PRINSIP KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL (PLTD) BAB II PRINSIP KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL (PLTD) II.1. Umum Pada dasarnya pembangkitan tenaga listrik AC biasanya menggunakan mesin sinkron yang bekerja sebagai generator. Beberapa kelebihan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA PHASA. berupa putaran menjadi energi listrik bolak-balik (AC).

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA PHASA. berupa putaran menjadi energi listrik bolak-balik (AC). BAB II GENERATOR SINKRON TIGA PHASA 2.1 Umum Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan generator sinkron. Oleh sebab itu generator sinkron memegang peranan penting dalam sebuah pusat

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL Analisis Teoritis Penempatan Transformator Distribusi Menurut Jatuh Tegangan Di Penyulang Bagong ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU

Lebih terperinci

Studi Pengaturan Arus Eksitasi untuk Mengatur Tegangan Keluaran Generator di PT Indonesia Power UBP Kamojang Unit 2

Studi Pengaturan Arus Eksitasi untuk Mengatur Tegangan Keluaran Generator di PT Indonesia Power UBP Kamojang Unit 2 Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.4 No.1 Studi Pengaturan Arus Eksitasi untuk Mengatur Tegangan Keluaran Generator di PT Indonesia

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gardu Induk Gardu induk adalah sub sistem dari sistem penyaluran (tranmisi) tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran, gardu induk memiliki peran yang

Lebih terperinci

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA I. MOTOR LISTRIK 1 FASA Pada era industri modern saat ini, kebutuhan terhadap alat produksi yang tepat guna sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan effesiensi waktu dan biaya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Rujukan penelitian yang pernah dilakukan untuk mendukung penulisan tugas akhir ini antara lain sebagai berikut : a. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

Lebih terperinci

BAB II MOTOR KAPASITOR START DAN MOTOR KAPASITOR RUN. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya

BAB II MOTOR KAPASITOR START DAN MOTOR KAPASITOR RUN. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya BAB MOTOR KAPASTOR START DAN MOTOR KAPASTOR RUN 2.1. UMUM Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran

Lebih terperinci

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis. MESIN LISTRIK 1. PENDAHULUAN Motor listrik merupakan sebuah mesin yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik atau tenaga gerak, di mana tenaga gerak itu berupa putaran dari pada

Lebih terperinci

UPAYA PENGEMBANGAN GREEN PORT MELALUI PENGGANTIAN CAPTIVE POWER PADA GANTRY JIB CRANE

UPAYA PENGEMBANGAN GREEN PORT MELALUI PENGGANTIAN CAPTIVE POWER PADA GANTRY JIB CRANE UPAYA PENGEMBANGAN GREEN PORT MELALUI PENGGANTIAN CAPTIVE POWER PADA GANTRY JIB CRANE Rahman Azis Prasojo 1, Epiwardi 2,Gatot Joelianto 3 1 Mahasiswa Program Studi Sistem Kelistrikan, Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing) BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Proteksi Panel Tegangan Menegah Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang terganggu sehingga bagian sistem lain dapat terus beroperasi dengan cara sebagai

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan

Lebih terperinci

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI Bab V JARINGAN DISTRIBUSI JARINGAN DISTRIBUSI Pengertian: bagian dari sistem tenaga listrik yang berupa jaringan penghantar yang menghubungkan antara gardu induk pusat beban dengan pelanggan. Fungsi: mendistribusikan

Lebih terperinci

I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi

I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi Mengetahui macam-macam pengereman pada motor induksi. Menetahui karakteristik pengereman pada motor induksi. II. Alat dan bahan yang digunakan Autotrafo

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci :

ABSTRAK Kata Kunci : ABSTRAK Transformator 3 pada GI Pesanggaran mendapat penambahan 4 blok pembangkit dengan daya maksimum sebesar 60 MW daya dari keempat blok pembangkit tersebut digunakan untuk mensuplai beban penyulang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Motor Sinkron Tiga Fasa. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Motor Sinkron Tiga Fasa. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Sinkron Tiga Fasa Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor ini

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA 2.1 UMUM Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik yang paling banyak dipakai dalam industri dan rumah tangga. Dikatakan motor induksi karena arus rotor motor ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA Dosen Tetap Yayasan Pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Palembang

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

Transformator (trafo)

Transformator (trafo) Transformator (trafo) ф 0 t Transformator adalah : Suatu peralatan elektromagnetik statis yang dapat memindahkan tenaga listrik dari rangkaian a.b.b (arus bolak-balik) primer ke rangkaian sekunder tanpa

Lebih terperinci

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH I K.Windu Iswara 1, G. Dyana Arjana 2, W. Arta Wijaya 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Umum Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci