BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIV/AIDS Pengertian dan Cara Penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh kita untuk melawan penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh melemah maka tubuh akan mudah terserang penyakit dan mengalami berbagai masalah kesehatan. Gejala yang umumnya timbul meliputi demam, batuk dan diare yang terus-menerus. Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit akibat berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang (Green, 2007). HIV dapat ditularkan apabila terjadi kontak langsung dengan virus, selain itu penularan HIV juga tergantung dari dosis virus. Semakin besar jumlah virus, maka semakin tinggi kemungkinan seseorang untuk terinfeksi HIV. HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara meliputi (Santoso, 2008): 1. Melakukan hubungan seksual baik melalui vagina, oral ataupun anal tanpa perlindungan (kondom) dengan seseorang yang terinfeksi HIV/AIDS. 2. Kontak langsung dengan darah atau produk darah/transfusi darah yang tercemar HIV. 3. Pemakaian jarum suntik, tindik, tatto, pisau cukur secara bersama-sama dengan orang yang terinfeksi HIV. 7

2 8 4. Penularan secara perinatal dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi pada saat di dalam kandungan, pada saat melewati jalan lahir atau selama menyusui. HIV dapat menular kepada siapa saja tanpa memandang ras, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan atau status ekonominya. Dalam Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2011, terdapat beberapa kelompok yang berisiko untuk tertular HIV/AIDS. Kelompok pertama yaitu populasi berisiko tinggi yang terdiri dari wanita pekerja seks langsung (WPSL) dan tidak langsung (WPSTL), pria potensial berisiko tinggi (Pria Potensial Risti) yang terdiri dari supir truk, pelaut, tenaga bongkar muat dan tukang ojek. Kelompok kedua adalah populasi rawan yaitu remaja (Kemenkes RI, 2011). Melakukan hubungan sosial dengan penderita AIDS seperti sekolah bersama, tinggal bersama, makan bersama, bersalaman dan bersentuhan dengan pakaian dan tempat yang habis dipakai oleh pengidap HIV/AIDS tidak akan menularkan HIV. Selain itu HIV juga tidak akan menular melalui gigitan nyamuk atau serangga lainnya dan tidak akan menular jika orang dengan HIV/AIDS (ODHA) bersin ataupun batuk didekat kita (Santoso, 2008) Pencegahan HIV/AIDS HIV/AIDS merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dicegah. Pencegahan dengan cara ABCDE yaitu abstinence, be faith full, condom, don t inject dan educative merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah HIV. Pencegahan tersebut meliputi melakukan puasa seksual atau tidak melakukan hubungan seksual khususnya dengan penderita HIV (Abstinence), setia

3 9 kepada pasangan (Be faithfull), selalu menggunakan kondom jika melakukan hubungan seks berisiko (Condom), tidak menggunakan jarum suntik yang bergantian dengan orang lain (Don t inject) dan mencari informasi yang benar dan tepat tentang HIV/AIDS (Education) (Santoso, 2008). Dalam mengurangi peningkatan kasus HIV/AIDS, UNICEF melakukan kerjasama dengan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Kementerian Kesehatan, dinas pendidikan dan kesehatan di daerah, serta masyarakat dan jaringan-jaringan pemuda untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang HIV/AIDS serta bagaimana masyarakat dapat melindungi diri sendiri dai HIV/AIDS. Beberapa program UNICEF tersebut diantaranya menyediakan informasi yang akurat bagi guru dan siswa, mengaitkan pendidikan HIV dengan kegiatan-kegiatan remaja lainnya seperti olahraga dan mendukung aktivis pemuda untuk melakukan pendidikan sebaya di dalam komunitasnya (UNICEF, 2004). Pusat Promosi Kesehatan RI menerapkan beberapa strategi dalam meningkatkan perilaku pencegahan HIV dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat HIV/AIDS. Adapun beberapa strategi tersebut antara lain (Kemenkes RI, 2010): 1. Bina Suasana Untuk menciptakan opini dan mengkondisikan lingkungan agar dapat mendorong individu, keluarga dan kelompok dalam melakukan perilaku pencegahan. Kegiatan Bina Suasana dilakukan melalui: a. Mass Media Campaign (MMC) yaitu penyampaian pesan tentang HIV/AIDS dilakukan dengan memanfaatkan media masa seperti televisi, radio, koran atau majalah dengan sasaran utama adalah penduduk usia tahun.

4 10 b. Targeted-Multi Media Campaign (TMMC) yaitu penyampaian pesan dengan menggunakan media yang lebih segmented dan terfokus yang diterapkan pada populasi di daerah dengan jenis media tertentu seperti Website, Facebook, Twitter, SMS, gateway dan Hotline dengan sasaran utama penduduk usia tahun. 2. Pemberdayaan Masyarakat Merupakan upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam menanggulangi HIV/AIDS. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan (Kemenkes RI, 2010). a. Intervensi Berbasis Sekolah Pelaksanaan strategi ini dilakukan langsung dilingkungan sekolah atau kampus dengan memanfaatkan kegiatan intra dan ekstrakurikuler yang ada. Strategi ini juga akan mewadahi serangkaian kegiatan intervensi kebijakan dan kemitraan agar lingkungan yang kondusif di sekolah dapat diciptakan dan diadopsi oleh sekolah atau kampus tersebut dengan harapan akan muncul keberlanjutan kegiatan dan terbentuk Health Promoting School/Campus. b. Intervensi Berbasis Luar Sekolah (Tempat Kerja, Komunitas dan Tempat Nongkrong) Strategi ini menyasar kelompok penduduk usia tahun yang tidak bersekolah atau mereka yang bersekolah tetapi lebih mudah disasar diluar sekolah. Penduduk kategori ini termasuk: mereka yang ada di tempat kerja, mal, warnet, kafé, bioskop, tempat-tempat ibadah, jalanan dan lain-lain. Penciptaan lingkungan yang kondusif akan dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan pemilik tempat kerja/nongkrong sehingga tercapai health promoting workplace atau health promoting public space.

5 Faktor yang Berhubungan dengan Pencegahan HIV/AIDS Remaja merupakan salah satu populasi yang rawan terhadap penularan HIV/AIDS karena perilaku remaja yang cenderung mengarah ke perilaku berisiko seperti seks bebas, penyalahgunan narkoba, merokok ataupun mengkonsumsi alcohol (Lestary dan Sugiharti, 2011). Oleh karena itu, Untuk menyelamatkan remaja dari bahaya HIV/AIDS maka sangat penting untuk melakukan pencegahan HIV/AIDS. Dalam melakukan pencegahan HIV/AIDS ada berbagai faktor yang mempengaruhi individu meliputi: 1. Pengetahuan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui terhadap suatu obyek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan perilaku. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tampi, dkk., pada Siswa SMA Manado International School pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebanyak 47,5% responden dengan pengetahuan baik dan 18,3% responden dengan pengetahuan cukup tentang HIV/AIDS memiliki perilaku yang baik dalam pencegahan HIV/AIDS. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahman dan Yuandari pada siswa SMAN 9 Banjarmasin pada tahun 2014 menunjukkan bahwa sebanyak 20% responden dengan pengetahuan kurang dan 54% dengan pengetahuan baik tentang HIV/AIDS memiliki perilaku yang baik dalam pencegahan HIV/AIDS. Menurut Notoatmodjo (2003) penerimaan atau adopsi perilaku baru melalui proses yang didasari oleh pengetahuan maka perilaku tersebut akan bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh

6 12 pengetahuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan dapat membentuk suatu keyakinan tertentu, sehingga seseorang dapat bertindak sesuai keyakinan tersebut (Notoatmodjo, 2003). 2. Sumber Informasi Pengetahuan remaja dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh remaja tentang HIV/AIDS. Informasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Informasi tentang HIV/AIDS dapat diperoleh melalui media cetak atau elektronik, internet, informasi dari petugas kesehatan, keluarga atau teman. Azwar menyebutkan bahwa walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individu secara langsung, tetapi media massa memiliki pengaruh yang besar dalam proses pembentukan pengetahuan dan sikap (Azwar (2011) dalam Rizyana, 2012). Terbatasnya bekal informasi remaja tentang HIV/AIDS menjadikan remaja masih perlu mendapatkan perhatian dan pengarahan mengenai dampak dari perilaku berisiko tersebut (Rahman & Yuandari, 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahman dan Yuandari tentang faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS pada siswa SMAN 9 Banjarmasin tahun 2014 menunjukkan bahwa sebanyak 40% remaja yang terpapar sumber informasi dan 34% remaja yang tidak terpapar sumber informasi memiliki perilaku pencegahan HIV/AIDS yang baik (Rahman dan Yuandari, 2014). Penelitian lain yang dilakukan oleh Rizyana tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS oleh pelajar SMAN 8 Padang tahun 2012 menunjukkan bahwa sebanyak 37% remaja yang sering terpapar dengan media massa memiliki tindakan pencegahan HIV/AIDS yang kurang baik (Rizyana, 2012).

7 13 Menurut Wibowo (2004) dalam Supriati dan Fikawati (2008) menyatakan bahwa media massa baik cetak ataupun elektronik memiliki peranan penting dalam penyampain suatu informasi. 3. Sikap Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi sikap merupakan pre-disposisi tindakan atau perilaku. Sikap merupakan salah satu faktor yang penting dalam suatu proses pembentukan perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Angriyani dan Trisnawati (2011) tentang hubungan antara seks pranikah dengan perilaku seks remaja pada SMK Kerabat Kita Bumiayu Kabupaten Brebes menunjukkan bahwa dari 48 responden yang memiliki perilaku seksual berisiko sebanyak 24% diantaranya memiliki sikap yang baik sedangkan 63,6% memiliki sikap yang tidak baik. Penelitian lain yang dilakukan oleh Tampi. dkk., (2013) menunjukkan bahwa sebanyak 45% responden yang memiliki sikap positif terhadap HIV/AIDS telah melakukan tindakan pencegahan HIV/AIDS dan sebanyak 20,8% responden dengan sikap negatif terhadap HIV/AIDS tidak melakukan pencegahan HIV/AIDS. Penelitian Rizyana (2012) menunjukkan bahwa sebanyak 60,7% remaja dengan sikap negatif dan 24,2% dengan sikap positif memiliki perilaku pencegahan HIV/AIDS yang kurang baik. Selain itu, Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan sikap akan bertahan lebih lama dibandingkan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan sikap. 4. Pola Asuh Orang Tua

8 14 Dalam KBBI pola asuh orang tua adalah cara orang tua dalam merawat, menjaga, mendidik, membimbing anaknya sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Dalam memberikan didikan kepada anak, terdapat tiga tipe pola asuh orang tua (Subakti, 2009): a. Otoriter Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter akan berupaya untuk membentuk, mengendalikan dan mengevaluasi sikap serta perilaku anak berdasarkan nilainilai kepatuhan, tradisi, tidak saling memberi dan menerima dalam komunikasi verbal. Orang tua dengan pola asuh otoriter lebih suka memberikan hukuman, memaksa, kaku/keras dan terkadang menolak anak (Subakti, 2009). b. Demokratis Pola asuh demokratis lebih mengarahkan anaknya secara rasional, berorientasi pada permasalahan yang dihadapi, menghargai komunikasi, saling memberi dan menerima, keputusan orang tua selalu dipertimbangkan terlebih dahulu oleh anak-anaknya. Orang tua tetap memiliki kuasa penuh dalam setiap pengambilan keputusan (Subakti, 2009). c. Permisif Orang tua dengan pola asuh permisif akan berperilaku menerima dan berpikiran positif terhadap perilaku anaknya, jarang memberikan hukuman, memberikan sedikit tanggung jawab rumah tangga, anak memiliki kuasa untuk mengatur aktivitasnya sendiri dan tidak mengontrol, anak diberikan kelonggaran yang luas dalam melakukan segala aktivitas yang dikehendaki (Subakti, 2009).

9 15 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sabrita dan Pranianto pada siswa SMAN 5 Surakarta menunjukkan bahwa mayoritas pola asuh orang tua siswa adalah pola asuh demokratis dengan persentase sebesar (63,3%). Penelitian yang dilakukan oleh Rizyana (2012) menunjukkan bahwa persentase remaja yang memiliki tindakan pencegahan HIV/AIDS yang kurang baik, lebih tinggi pada remaja dengan peranan orang tua yang kurang yaitu sebesar 51,4% dibandingkan remaja dengan peranan orang tua yang banyak (25,5%). Baer dan Corado dalam Nasution menyebutkan bahwa anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia dimana orang tua tidak memberikan pola asuh yang benar kepada anaknya akan cenderung memiliki perilaku yang tidak baik. Begitu pula sebaliknya, jika remaja berasal dari keluarga baik maka remaja cenderung akan memiliki pribadi dan perilaku yang baik pula (Baer dan Corado dalam Nasution, 2007). 5. Peran Teman Sebaya Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia teman sebaya merupakan anak-anak yang memiliki tingkat usia dan kematangan yang kurang lebih sama. Teman sebaya dapat mempengaruhi perkembangan pribadi dan sosial individu, yaitu dengan menjadi agen sosialisasi yang membantu membentuk perilaku dan keyakinan individu tersebut (National Association of Social Workers, 2001). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahman dan Yuandari tahun 2014 pada siswa SMAN 9 Banjarmasin menunjukkan bahwa sebanyak 45% responden yang mendapatkan pengaruh dari teman sebaya memiliki perilaku yang baik dalam pencegahan HIV/AIDS sedangkan sebanyak 29,4% responden yang kurang mendapatkan pengaruh dari teman sebaya memiliki perilaku yang baik dalam

10 16 pencegahan HIVAIDS. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rizyana (2012) menunjukkan bahwa sebanyak 75% remaja yang kurang mendapat pengaruh teman sebaya dan sebanyak 29,5% remaja yang mendapat pengaruh teman sebaya memiliki perilaku pencegahan HIV/AIDS yang kurang baik. Dalam pergaulan remaja, kebutuhan untuk dapat diterima oleh setiap individu merupakan hal yang harus dilakukan. Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku terbentuk melalui suatu proses tertentu dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Jika lingkungan memberikan peluang positif kepada remaja maka perkembangan sosial remaja akan matang dan jika lingkungan memberikan peluang negatif maka perkembangannya akan terhambat. 2.2 Remaja Pengertian Remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan perubahan dalam diri remaja salah satunya adalah perubahan fisik yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda seks primer dan seks sekunder. Masa remaja merupakan tahapan yang penting karena pada masa ini terjadi pematangan organ reproduksi yang disebut masa pubertas (Sarwono, 2012). United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) 2013 menyatakan bahwa batasan umur remaja adalah dari umur tahun, yang terdiri dari dua kategori yaitu kelompok umur tahun merupakan remaja (adolescent) dan kelompok umur tahun merupakan pemuda (youth). Dalam penelitian ini, remaja yang akan menjadi responden penelitian adalah pemuda (youth) umur tahun (UNAIDS, 2013).

11 Remaja dan HIV/AIDS HIV/AIDS merupakan salah satu jenis penyakit menular yang dapat menyerang siapa saja tanpa mengenal batasan. Cara penularan HIV/AIDS yang paling dominan adalah melalui hubungan seksual dan penggunaan napza suntik. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun 2012 diketahui bahwa proporsi kasus AIDS berdasarkan umur sebagaian besar berada pada umur tahun (25,3%), umur tahun (26%), dan umur tahun (11,6%), dimana umur tersebut merupakan kelompok usia produktif. Khusus untuk kelompok umur tahun, kasus AIDS berdasarkan faktor risiko didominasi oleh hubungan heteroseksual (9,29%) dan pengguna narkoba suntik (8,7%) (Kemenkes RI, 2013). Kasus AIDS pada kelompok umur tahun tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar remaja mulai terinfeksi HIV sejak remaja bahkan anak-anak mengingat masa yang dibutuhkan HIV menjadi stadium AIDS membutuhkan waktu yang lama sekitar 5-10 tahun. Kurangnya perhatian atau asuhan dari orang tua dapat menyebabkan perilaku remaja cenderung mengarah pada pergaulan bebas yang dapat berdampak negatif bagi remaja tersebut. Adapun risiko atau dampak negatif yang sering dihadapi oleh remaja yaitu risiko-risiko yang berkaitan dengan seksualitas (kehamilan tidak diinginkan, aborsi dan terinfeksi Penyakit Menular Seksual), penyalahgunaan NAPZA dan HIV/AIDS (Nurachmah & Mustikasari, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Musthofa & Winarti (2010) tentang faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah mahasiswa di Pekalongan tahun menunjukkan bahwa 11,9% responden melakukan perilaku seks pranikah berisiko.

12 18 Responden yang melakukan perilaku seks, lebih banyak dijumpai pada responden yang sering mengakses media pornografi (16,3%) dibandingkan responden yang jarang mengakses media pornografi (3,2%). Penelitian lain yang dilakukan oleh Anggriyani dan Trisnawati (2011) tentang hubungan seks pranikah dengan perilaku seks remaja di SMK Kerabat Bumiayu Kabupaten Brebes menunjukkan bahwa 53,9% responden memiliki perilaku seks berisiko terhadap seks pranikah. Syarif dan Zarfiel juga melakukan penelitian pada tahun 2008 tentang karakteristik remaja pengguna narkoba suntik dan perilaku berisiko HIV/AIDS di Kecamatan Ciledug Kota Tangerang menunjukkan bahwa sebanyak 55,3% remaja penasun yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang memiliki perilaku berisiko untuk tertular HIV/AIDS. Berdasarkan STBP tahun 2009 pada remaja di empat kota meliputi kota Yogyakarta, Tangerang, Pontianak dan Samarinda tentang perilaku penggunaan napza diketahui bahwa 11,5% remaja laki-laki pernah menggunakan Napza dan 4,9% diantaranya pernah memakai napza suntik (Kemenkes RI, 2010). Untuk menyelamatkan remaja dari risiko dan bahaya HIV/AIDS maka perlu dilakukan suatu tindakan untuk mencegah HIV/AIDS. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tampi, dkk., (2013) pada Siswa SMA Manado International School menunjukkan bahwa sebanyak 47,5% responden dengan pengetahuan baik sudah melakukan tindakan pencegahan HIV/AIDS dan 22,5% responden tidak melakukan pencegahan HIV/AIDS. Sedangkan, sebanyak 70% responden memiliki sikap positif terhadap HIV/AIDS dann 30% responden memiliki sikap negatif terhadap HIV/AIDS. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahman dan Yuandari (2014) menunjukkan bahwa dari sebanyak 50,6% responden terpapar dengan sumber informasi dan 49,4% kurang

13 19 terpapar sumber informasi (Rahman & Yuandari, 2014). Sejalan dengan hasil tersebut, hasi STBP tahun 2009 yang dilakukan pada remaja remaja di empat kota yakni Yogyakarta, Tanggerang, Pontianak dan Samarinda menunjukkan bahwa hampir semua remaja yang menjadi responden mengaku pernah mendengar tentang AIDS, akan tetapi hanya 26,9% yang memiliki pengetahuan tentang HIV secara komprehensif (Kemenkes RI, 2010). 2.3 Perilaku Manusia Pengertian Perilaku adalah berbagai macam pengalaman dan interaksi antara manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan serta tindakan manusia sebagai makhluk hidup yang dilengkapi dengan akal yang dapat berfungsi untuk mengontrol dan mengendalikan perilaku agar sesuai dengan yang diharapkan (Lokollo, 2009). Menurut Notoatmodjo perilaku merupakan totalitas dari pengahayatan dan aktivitas yang mempengaruhi proses perhatian, pengamatan, pikiran, daya ingat dan fantasi seseorang (Notoatmodjo, 2007). Bentuk operasional perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu (Notoatmodjo, 2010): 1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan yaitu mengetahui situasi atau rangsangan dari luar. 2. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri subyek, yang menimbulkan perasaan suka atau tidak suka.

14 20 3. Perilaku dalam bentuk tindakan/praktik yang sudah nyata yaitu perbuatan terhadap situasi atau rangsangan dari luar. Penerimaan atau adopsi perilaku baru melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Seperti halnya himbauan pemerintah terkait pemakaian kondom pada pelanggan PSK. Walaupun pemerintah telah mendistribusikan dan menyediakan kondom di setiap lokasi prostitusi, tanpa adanya pengetahuan dan kesadaran dari PSK atau pelangganya akan bahaya HIV/AIDS maka perilaku penggunaan kondom tidak akan bertahan lama (Raharja, 2014) Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perilaku manusia secara garis besar dapat dilihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Menurut Lawrence Green perilaku manusia terbentuk atau berawal dari sisi kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes), dan faktor di luar perilaku (non behavior causes) (Pieter & Lubis, 2011). Menurut Green perilaku manusia tersebut terbentuk dari tiga faktor meliputi : a. Faktor predisposisi yang dapat diwujudkan dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. Sedangkan pengetahuan dipengaruhi oleh umur, pekerjaan, pendidikan, sosial budaya, dan sumber informasi.

15 21 b. Faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik yang tersedia terhadap ketersediaan fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obatobatan, alat kontrasepsi, jamban, program-program kesehatan dan sebagainya. c. Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, pendapat, dukungan sosial,pengaruh teman, kritik baik dari teman-teman sekerja atau lingkungan maupun petugas yang lainnya sebagai kelompok panutan di masyarakat (Widiyanto, 2008). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat digambarkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. Selain itu, fasilitas atau sarana-prasarana kesehatan serta sikap dan perilaku petugas kesehatan akan mendorong terbentuknya perilaku (Pieter & Lubis, 2011) Perilaku Kesehatan Menurut Notoatmodjo, perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Notoatmodjo, 2003): 1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) merupakan usaha seseorang untuk memelihara kesehatan agar tidak sakit atau usaha untuk penyembuhan bila sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari tiga aspek, yang pertama adalah

16 22 perilaku pencegahan, penyembuhan dan pemulihan penyakit, yang kedua adalah perilaku peningkatan kesehatan dan yang terakhir adalah perilaku gizi. 2) Perilaku pencarian dan penanganan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau pencarian pengobatan (health seeking behavior). Perilaku tersebut menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat sakit atau kecelakaan. Perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri. 3) Perilaku kesehatan lingkungan Perilaku kesehatan lingkungan adalah cara seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatan. Perilaku sehat tidak hanya menyangkut motivasi atau keyakinan untuk berperilaku sehat, tetapi sudah mencapai tahap penerapan dalam kehidupan seharihari. Perubahan perilaku kesehatan sebagai tujuan dari promosi atau pendidikan kesehatan mempunyai 3 dimensi yaitu mengubah perilaku negatif (tidak sehat) menjadi perilaku positif (sesuai dengan nilai nilai kesehatan),mengembangkan perilaku positif (pembentukan atau pengambangan perilau sehat), memelihara perilaku yang sudah positif atau perilaku yang sudah sesuai dengan norma/nilai kesehatan (perilaku sehat) (Khasanah, 2011). Berkaitan dengan hal tersebut membangun kesadaran remaja untuk berperilaku sehat lebih mengarah kepada bagaimana memberikan pengertian pada para remaja tentang perlunya memelihara kesehatan. Begitu juga dengan mencegah penularan HIV/AIDS di kalangan remaja, tanpa adanya pengetahuan dan kesadaran

17 23 dari remaja akan bahaya HIV/AIDS maka perilaku berisiko tertular HIV seperti seks bebas dan pemakaian narkoba suntik tidak akan dapat dicegah (Khasanah, 2011). Surveilans terpadu biologis dan perilaku (STBP ) yang dilakukan pada remaja di empat kota yakni Yogyakarta, Tangerang, Pontianak dan Samarinda tahun 2009 menunjukkan bahwa sekitar 60-70% remaja di sekolah pernah menerima penyuluhan tentang HIV dan 70-80% pernah menerima penyuluhan Napza tetapi hanya 26,9% yang memiliki pengetahuan tentang HIV secara komprehensif dan hanya 2,8% yang mengetahui cara pencegahannya. Oleh karena itu, upaya edukasi untuk pencegahan yang lebih dini akan membantu menyelamatkan lebih banyak remaja agar tidak masuk menjadi kelompok dengan perilaku yang berisiko tinggi terinfeksi HIV (Kemenkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Fakta bahwa sekitar 2000 anak diseluruh dunia umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kesehatan yang dikenal dengan promosi kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan kemampuan (ability) masyarakat untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 Noorhidayah 1, Asrinawaty 2, Perdana 3 1,2,3 Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kehamilan diluar nikah pada remaja di pedesaan dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang rendah akan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang jumlah penderitanya meningkat setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini salah satu aspek kesehatan yang menjadi bencana bagi manusia adalah penyakit yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immuno-deficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan pandemi terhebat dalam kurun waktu dua dekade terakhir. AIDS adalah kumpulan gejala penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah internasional dalam bidang kesehatan adalah upaya menghadapi masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang tertuang pada target keenam Millennium Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masih terdapat banyak penyakit di dunia yang belum dapat diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang sebelumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau BAB II 2.1. HIV/AIDS TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian HIV/AIDS Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil data dari United Nations Children s Fund (UNICEF) (2005), penduduk usia15-24 tahun karena HIV (Human Immunodeficiency Virus)

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil data dari United Nations Children s Fund (UNICEF) (2005), penduduk usia15-24 tahun karena HIV (Human Immunodeficiency Virus) BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil data dari United Nations Children s Fund (UNICEF) (2005), ditemukan Case Fatality Rate (CFR) sebanyak 12 kematian per 100.000 penduduk usia15-24 tahun karena HIV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus). Kasus HIV dan AIDS pertama kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit menular akibat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh serta

Lebih terperinci

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia

Lebih terperinci

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH HIV/AIDS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Definisi HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cara penularan HIV/AIDS Program penanggulangan HIV/AIDS Cara menghindari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemik.

Lebih terperinci

Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna.

Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna. Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna. Jangan Menunda Masalah Adakan dialog terbuka dengan anak, jangan menuduh anak pada saat dalam pengaruh narkoba

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia, berdasarkan data sensus penduduk jumlah remaja 10-24 tahun mencapai 64 juta pada tahun 2010 atau 28,64% dari total

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka A. HIV/AIDS 1. Definisi HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sistem kekebalan tubuh dianggap menurun

Lebih terperinci

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA MAHASISWA TINGKAT I TAHUN AJARAN 2013-2014 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mengalami pubertas dan mulai mencari jati diri mereka ingin menempuh jalan sendiri dan diperlakukan secara khusus. Disinilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah global yang melanda dunia. Menurut data WHO (World Health Organization) tahun 2012,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi HIV adalah melalui kontak seksual;

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promiskuitas merupakan aktifitas seksual yang dilakukan dengan banyak atau lebih dari satu pasangan yang telah dikenal ataupun baru dikenal. Dampak perilaku promiskuitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan permasalahan sosial yang komplek. Keberadaan anak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan permasalahan sosial yang komplek. Keberadaan anak BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak jalanan merupakan fenomena nyata bagian dari kehidupan yang menimbulkan permasalahan sosial yang komplek. Keberadaan anak jalanan sering diabaikan dan tidak dianggap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIV dan AIDS AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Menurunya kekebalan tubuh ini oleh virus

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV-AIDS DAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) SERTA KESIAPAN MENTAL MITRA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN KE KLINIK VCT DI SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ialah virus yang

BAB I PENDAHULUAN. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ialah virus yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ialah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga membuat tubuh manusia rentan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu human immuno deficiency virus (HIV), yang telah di. identifikasi pada tahun 1983 (Depkes RI ).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu human immuno deficiency virus (HIV), yang telah di. identifikasi pada tahun 1983 (Depkes RI ). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang untuk pertama kali dilaporkan pada tahun 1981 di Amerika Serikat. Penyebabnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan  hasil Riset Kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan Kemitraan Kementerian Kesehatan www.depkes.go.id hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi merupakan hal yang sangat penting dalam skala global. Pada tahun 2005, terdapat 1.21 miliar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Infeksi menular seksual merupakan infeksi yang rute transmisinya terutama adalah melalui hubungan seksual. Infeksi menular seksual dapat disebabkan oleh bakteri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang berada pada masa yang potensial, baik dilihat dari segi kognitif, emosi maupun fisik. Berdasarkan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA Rosnancy Sinaga : Email: sinagaantyj@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh karena adanya peningkatan penderita HIV/AIDS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah terinfeksi HIV. Penyebaran dan penularan HIV/AIDS dominan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Hal ini dilihat dari prevalensi

Lebih terperinci

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS (Aquired Immune Deficiency Sindrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah virus yang mengurangi kekebalan tubuh secara perlahan-lahan.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dengan menyerang sel darah putih CD4 yang berada pada permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Epidemi HIV/AIDS di Indonesia Epidemi HIV di Indonesia telah berlangsung selama 25 tahun dan sejak tahun 2000 sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya. LAMPIRAN 1 KUESIONER LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER Saya bertandatangan di bawah ini: Nama : Umur : Setelah membaca penjelasan di atas, maka dengan ini menyatakan saya bersedia ikut berpatisipasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut International Cooperation Populatiom and Development (ICPD) 1994 adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial bagi remaja semakin menjadi perhatian di seluruh dunia sejalan dengan rekomendasi International Conference

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau

Lebih terperinci

2015 KAJIAN TENTANG SIKAP EMPATI WARGA PEDULI AIDS DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK

2015 KAJIAN TENTANG SIKAP EMPATI WARGA PEDULI AIDS DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran warga negara dalam terselenggaranya pemerintahan dalam suatu negara adalah penting hukumnya. Pemerintahan dalam suatu negara akan berjalan dengan baik dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum mendapat pengakuan dari masyarakat. Karena dalam hukum negara Indonesia hanya mengakui

Lebih terperinci

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan sendirinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek kesehatan pada akhir abad ke-20 yang merupakan bencana bagi manusia adalah munculnya penyakit yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa anakanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis maupun

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) yang bermarkas besar di United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang melaporkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang berisiko di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat individu rentan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia, tidak dapat diperkirakan secara tepat. Di beberapa negara disebutkan bahwa

Lebih terperinci

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 TANGGAL 1 DESEMBER 2015 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan kelompok yang unik dengan kebutuhan yang khas, yaitu kebutuhan untuk mengenal identitas/ jati dirinya. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, remaja

Lebih terperinci

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 1 PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 TANGGAL 1 DESEMBER 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Remaja adalah suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, ini berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Remaja terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang yang terjangkit HIV di dunia sampai akhir tahun 2010 diperkirakan 34 juta orang. Dua pertiganya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. AIDS merupakan singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrome. Aquired

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. AIDS merupakan singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrome. Aquired BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIV dan AIDS 2.1.1 Pengertian AIDS merupakan singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrome. Aquired artinya didapat, bukan keturunan. Immune terkait dengan sistem kekebalan

Lebih terperinci

Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI. Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan

Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI. Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan PENDAHULUAN Secara umum Indonesia adalah negara dengan epidemi rendah, tetapi terkonsentrasi

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. b. c. bahwa dalam upaya untuk memantau penularan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang dapat merusak sistem pertahanan tubuh manusia. Sejalan dengan berkembangnya proses infeksi, mekanisme pertahanan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masa remaja merupakan masa yang membutuhkan perhatian dan perlindungan khusus. 1 Remaja merupakan individu berusia 10-19 tahun yang mengalami transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan reproduksi remaja diintegrasikan dalam program kesehatan remaja di Indonesia, sejak tahun 2003. Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin,

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan Juni 2012, kasus HIV/AIDS tersebar di 378 (76%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun sesama jenis tanpa ikatan dengan berganti-ganti pasangan (Sarwono, 2008). Menurut Irawati dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang mudah menular dan mematikan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya.

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV/AIDS sebagai salah satu epidemik yang paling menghancurkan pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health Organization (WHO) 2012 menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syindrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di dunia. Di tingkat global,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan pandemi global yang menimbulkan dampak kesehatan, sosial, ekonomi, dan politik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) adalah sindrom kekebalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti oleh masyarakat, selain karena mematikan, virus HIV juga merupakan penyakit menular yang penyebarannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983). Sedangkan Glanz, dkk.,

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983). Sedangkan Glanz, dkk., BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci