SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN"

Transkripsi

1 SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 6.1 Sarana Kesehatan Sumber daya Kesehatan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas kesehatan. Sumber daya kesehatan dapat berupa sumber daya manusia/tenaga kesehatan, sarana prasarana kesehatan dan Pembiayaan Kesehatan. a) JUMLAH SARANA KESEHATAN PEMERINTAH Rumah Sakit Umum : 1 Puskesmas : 35 Puskesmas Rawat Inap : 1 Puskesmas Non Rawat Inap : 25 Puskemas Akreditasi : 5 Puskesmas Pembantu : 67 Poskesdes/Polindes : 225/52 BP : 5 b) JUMLAH SARANA KESEHATAN SWASTA Rumah Sakit Umum : 1 Balai Pengobatan/Klinik : 68 dr. Praktek Umum : 86 Bidan Praktek : 195 Rumah Bersalin : 5 Apotik : 15 Toko Obat : 19 Batra : 1 Radiologi : 4 Laboratorium : 8 Profil Kesehatan Kabupaten Sumedang Tahun 215 Page IV - 1

2 Gambar 6.1 Sebaran tenaga kesehatan dan non kesehatan Tahun 216 Di Kabupaten Sumedang Puskesmas Rumah Sakit Dinas Kesehatan Sarkes Swasta Tenaga Kesehatan Tenaga Penunjang Berdasarkan gambar diatas dapat terlihat bahwa sebaran tenaga kesehatan paling banyak berada di puskesmas yang tersebar di 35 puskesmas dan rumah sakit, dimana tenaga di rumah sakit ini berasal dari data rsud kab, sumedang, rsu pakuwon dan rsu harapan keluarga (yang baru berdiri pada akhir tahun 216). Sedangkan tenaga penunjang dalam hal ini asisten tenaga kesehatan dan penunjang administrasi paling banyak berada di sarana kesehatan swasta sebanyak 188 orang yang tersebar di klinik, apotek dan praktek mandiri tenaga kesehatan.

3 Tabel 6.1 Sumber Daya Manusia Bidang Kesehatan Di Kabupaten Sumedang Tahun 216 No Tenaga Kesehatan Berdasarkan Tempat Praktik Berdasarkan Orang 1 Dokter Umum Dokter Gigi Dokter Spesialis Perawat Farmasi Kesehatan Masyarakat Gizi Sanitarian Bidan Tenaga Teknis Medis Fisoterapis 6 3 Tabel diatas mengambarkan keadaan tenaga kesehatan di Kabupaten sumedang dimana terlihat tenaga kesehatan dengan jumlah paling banyak adalah tenaga perawat sebanyak 768 orang dimana sebaran tenaga perawat paling banyak terdapat di rumah sakit tepatnya di RSUD dan tenaga kesehatan yang masih jarang atau bahkan belum ada tenaganya yaitu tenaga dalam rumpun tenaga teknis medis. Data Tenaga Kesehatan diatas merupakan hasil penjumlahan tenaga PNS dan non PNS baik yang bekerja di Puskesmas, Rumah Sakit Umum Daerah, RS Pakuwon, RS Harapan Keluarga (yang baru berdiri pada akhir tahun 216), dan fasiltas kesehatan swasta seperti klinik dan praktek mandiri tenaga kesehatan.

4 SITUASI KESEHATAN 5.1 Pelayanan Kesehatan Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. UUD 1945 mengamanatkan bahwa jaminan kesehatan bagi masyarakat, khususnya yang miskin dan tidak mampu, adalah tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Pada UUD 1945 Perubahan, Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah menjalankan UUD 1945 tersebut dengan mengeluarkan UU No 4 Tahun 24 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) untuk memberikan jaminan sosial menyeluruh bagi setiap orang dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Dalam UU No 36 Tahun 29 tentang Kesehatan juga ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau Pelayanan Kesehatan Dasar a. Kesehatan Ibu dan anak 1. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk Ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan Antenatal sesuai dengan standar dalam penerapannya terdiri dari 1T. Cakupan K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit 4 kali dengan distribusi 1 kali pada trimester ke- 1, 1 kali pada trimester ke- 2, dan 2 kali pada trimester ke 3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

5 Pada tahun 216 sasaran bumil sebesar bumil,cakupan K1 dan K4 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya tapi untuk penilaian cakupan program masih diatas target program, dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Gambar 5.2 Trend Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Di Kabupaten Sumedang tahun K1 K4 2. Pertolongan persalinan Cakupan persalinan adalah adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan disuatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan sasaran Estimasi jumlah Bulin adalah hasil pencapaian cakupan persalinan tahun 216 sebanyak 2.6 ibu bersalin yang ditolong tenaga kesehatan didapat cakupan sebesar 1% dari sasaran estimasi.

6 KOTAKALER CIMANGGUNG TANJUNGSARI PAMULIHAN WADO SITU PASEH CISITU DARMARAJA SUMEDANG SELATAN SAWAHDADAP MARGAJAYA SUKASARI CIBUGEL GANEAS CISARUA JATINUNGGAL HAURNGOMBONG CIMALAKA UJUNGJAYA SITURAJA PADASUKA JATINANGOR SUKAGALIH SUKAMANTRI CISEMPUR RANCAKALONG SURIAN HARIANG TANJUNGMEDAR TANJUNGKERTA TOMO CONGGEANG BUAHDUA JATIGEDE Gambar 5.3 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan Di Kabupaten Sumedang tahun Berikut adalah cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dipuskesmas Kabupaten Sumedang tahun 216, masih ada Puskesmas yang cakupannya kurang dari 8% Gambar 5.4 Sebaran Cakupan Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan Di Kabupaten Sumedang tahun

7 3. Kunjungan Neonatus Cakupan kunjungan neonatal (KN) adalah cakupan neonates yang mendapat pelayanan sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada hari ke 3- hari ke 7, dan 1 kali pada hari ke 8- hari ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan pelayanan kesehatan neonatal. Jumlah kelahiran hidup di Kabupaten Sumedang adalah 2.55, kunjungan neonatus 1 kali yang ditolong tenaga kesehatan yaitu (1%), sedangkan kunjungan neonatus lengkap (KN3) adalah (1%). Trend Cakupan KN 1 dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Gambar 5.5 Trend Cakupan kunjungan neonatus Tahun 212 s/d 216 di Kabupaten Sumedang Sebaran Cakupan KN 1 dan KN3 di Puskesmas cukup bervariasi pada tahun 216 dan lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

8 CIMANGGUNG KOTAKALER TANJUNGSARI SITU PAMULIHAN PASEH CISITU WADO DARMARAJA SUMEDANG SELATAN MARGAJAYA SUKASARI CISARUA GANEAS CIBUGEL JATINUNGGAL SAWAHDADAP HAURNGOMBONG CIMALAKA PADASUKA SUKAGALIH SITURAJA SUKAMANTRI JATINANGOR RANCAKALONG UJUNGJAYA TANJUNGKERTA CISEMPUR SURIAN HARIANG TANJUNGMEDAR TOMO CONGGEANG BUAHDUA JATIGEDE CIMANGGUNG KOTAKALER TANJUNGSARI SITU PAMULIHAN CISITU WADO PASEH DARMARAJA SAWAHDADAP SUMEDANG SELATAN MARGAJAYA CIBUGEL SUKASARI GANEAS CISARUA JATINUNGGAL HAURNGOMBONG CIMALAKA PADASUKA CISEMPUR SITURAJA SUKAGALIH UJUNGJAYA SUKAMANTRI JATINANGOR RANCAKALONG SURIAN HARIANG TANJUNGKERTA TOMO TANJUNGMEDAR CONGGEANG BUAHDUA JATIGEDE Gambar 5.6 Cakupan KN 1 Di Kabupaten Sumedang Tahun Berdasarkan grafik diatas semua Puskesmas cakupannya lebih dari 8 % kecuali puskesmas jatigede cakupannya (72,5%) berdasarkan hasil analisa ketidak tercapainya cakupan disebabkan mobilisasi penduduk ke luar wilayah akibat perendaman desa sebagian wilayah Jatigede. Gambar 5.7 Cakupan KN Lengkap Di Kabupaten Sumedang Tahun

9 Cakupan KN (1%) dan cakupan KN lengkap (1%) tahun 216, semua puskesmas cakupannya telah lebih dari 8 %, hal ini dikarenakan meningkatnya kinerja tenaga kesehatan khususnya bidan di Kabupaten Sumedang. Seperti diketahui bahwa kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi : 1. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir Perawatan Tali pusat Melaksanakan ASI Eksklusif Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1 Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik Pemberian Imunisasi Hepatitis B- 2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI. Pemberian Imunisasi Hepatitis B- bila belum diberikan pada waktu perawatan bayi baru lahir Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan Buku KIA. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir. Tenaga kesehatan yang dapat

10 SITU CIMALAKA PADASUKA RANCAKALONG PAMULIHAN UJUNGJAYA SUKASARI CIMANGGUNG DARMARAJA SAWAHDADAP HAURNGOMBONG MARGAJAYA KOTAKALER CISARUA TANJUNGSARI CISITU JATINANGOR SUKAMANTRI SURIAN GANEAS WADO PASEH SUKAGALIH SUMEDANG SELATAN CIBUGEL JATINUNGGAL TANJUNGMEDAR CISEMPUR SITURAJA HARIANG TOMO TANJUNGKERTA CONGGEANG BUAHDUA JATIGEDE memberikan pelayanan kesehatan neonatus adalah : dokter spesialis anak, dokter, bidan dan perawat. 4. Kunjungan bayi Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan yang mendapat pelayanan paripurna minimal 4kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari 2 bulan, 1 kali pada umur 3 5 bulan dan 1 kali pada umur 6 8 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan sesuai standar disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan bayi tahun 216 sebesar 2743 (1%). Pencapaian persentase cakupan kunjungan bayi per Puskesmas pada tahun 216 yang cakupannya diatas 8 % untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Gambar 5.8 Cakupan Kunjungan bayi Menurut Puskesmas Di Kabupaten Sumedang Tahun b. Keluarga Berencana Cakupan peserta KB aktif adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat kontrasepsi (Alkon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Keberhasilan program keluarga berencana dapat diketahui dari beberapa indikator ditunjukan melalui pencapaian cakupan KB aktif dan peserta KB baru terhadap pasangan usia subur (PUS). Pencapaian KB Aktif di Kabupaten Sumedang pada tahun 216 menjadi 9 %.

11 Jenis Kontrasepsi tertinggi pada peserta KB baru menggunakan kontrasepsi Suntik (64,3%). Gambar 5.9 Persentase Cakupan Peserta KB aktif terhadap Pasangan Usia subur Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang tahun c. Imunisasi Program immunisasi merupakan salah satu program prioritas yang dinilai sangat efektif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah oleh immunisasi. 1) Immunisasi bayi Cakupan imunisasi pada tahun 216 pada umumnya mengalami kenaikan, setiap jenisnya sejalan dengan hal tersebut cakupan UCI desa mengalami kenaikan dari 92,6 % pada tahun 215 menjadi 1 % pada tahun 216. Untuk melihat perkembangan cakupan imunisasi secara lengkap dapat dilihat pada table dibawah ini :

12 Jatinangor Cisempur Cimanggung Sawahdadap Tanjungsari Margajaya Sukasari Haurngombong Pamulihan Rancakalong Sumedang Selatan Sukagalih Kotakaler Situ Padasuka Ganeas Situraja Cisitu Darmaraja Cibugel Wado Jatinunggal Jatigede Tomo Ujungjaya Conggeang Paseh Cimalaka Cisarua Sukamantri Tanjungkerta Tanjungmedar Buahdua Hariang Surian Gambar 5.1 Trend CakupanImmunisasi Di KabupatenSumedangTahun BCG DPTIII+HBIII Polio 4 Campak 2) Immunisasi Ibu Hamil Cakupan ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT1 pada tahun 216 sebesar 96,8 % dari sasaran ibu hamil sebanyak orang, sedangkan cakupan TT2 sebesar 92. %. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada grafik di bawah ini. 1,6. 1,4. 1,2. 1, Gambar 5.11 Cakupan Immunisasi TT1 dan TT2 Di KabupatenSumedangTahun 216 TT2 TT1 3) Cakupan UCI desa Persentase Desa/Kelurahan yang mencapai Universal Child Immunization (UCI). Desa yang mencapai UCI adalah desa/kelurahan yang cakupan imunisasi dasar 8%.Padatahun 216 Cakupan Desa/Kelurahan UCI adalah 1%. Jumlah desa/kelurahan yang telah mencapai UCI yaitu sebanyak 277 dari 277 desa/kelurahan. 1 % UCI Puskesmas, dari 35 Puskesmas dan 1 % UCI Kecamatan dari 26 Kecamatan.

13 Jatinangor Cisempur Cimanggung Sawahdadap Tanjungsari Margajaya Sukasari Haurngombong Pamulihan Rancakalong Sumedang Selatan Sukagalih Kotakaler Situ Padasuka Ganeas Situraja Cisitu Darmaraja Cibugel Wado Jatinunggal Jatigede Tomo Ujungjaya Conggeang Paseh Cimalaka Cisarua Sukamantri Tanjungkerta Tanjungmedar Buahdua Hariang Surian Gambar 5.12 Cakupan Universal Child Immunization (UCI) Di Kabupaten Sumedang Tahun Pelayanan Kesehatan Gizi Masyarakat Pelayanan Gizi Masyarakat Pembangunan gizi merupakan salah satu pokok RPJMN Tahun Perbaikan dan peningkatan status gizi masyarakat tetap merupakan agenda yang penting untuk dijalankan di setiap tingkat pemerintahan di seluruh wilayah NKRI. Sejalan dengan prinsip Nawacita maka hendaknya seluruh aparat pemerintah senantiasa tanggap terhadap berbagai masalah gizi masyarakat bukan hanya dalam tindakan yang bersifat intervensi sesaat melainkan juga dalam seluruh lingkup pelayanan gizi masyarakat. Gerakan global scalling up nutrition sejak Tahun 211 dan Perpres Nomor 43 Tahun 212 tentang Percepatan Perbaikan Gizi telah menuntut upaya perbaikan gizi masyarakat untuk lebih efektif dan fokus pada 1 HPK. Dengan demikian, seluruh upaya gizi harus meliputi perbaikan dan pencegahan masalah gizi pada ibu hamil, ibu nifas, anak baduta, dan anak balita. Dalam dukungan rencana strategis Kementerian Kesehatan Tahun serta dengan memperhatikan RPJMD Pemerintah Kabupaten Sumedang Tahun maka

14 program perbaikan gizi masyarakat di Kabupaten Sumedang dilaksanakan dengan fokus pada pengurangan berbagai masalah gizi yang ada. Terdapat 6 indikator kinerja pembinaan gizi masyarakat yang telah ditetapkan target nya secara nasional dan 3 indikator kinerja pencapaian RPJMD Pemerintah Kabupaten Sumedang dalam target daerah. Seluruh indikator tersebut didukung oleh kegiatan surveilans untuk penyediaan data secara cepat dan tepat. Profil pelayanan gizi di Kabupaten Sumedang Tahun 216 dapat diperjelas sebagai berikut: 1. Pelayanan gizi ibu hamil Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil diberikan sejak triwulan I. Pelayanan gizi tersebut dinyatakan sebagai cakupan Fe 1. Pada tahun 216 cakupan Fe 1 di Kabupaten Sumedang adalah sebesar 14,% secara proyeksi, sedangkan dilihat dari sasaran riil cakupannya sebesar 1% (21.617). Data ini menunjukkan bahwa seluruh ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester I telah mendapatkan pelayanan gizi berupa pemberian TTD. Efektifitas pemberian TTD terhadap status anemia ibu hamil akan tercapai dengan konsumsi minimal 9 tablet secara berturut-turut selama kehamilan. Ibu hamil dengan kadar Hb yang diintervensi oleh TTD memiliki risiko yang lebih kecil untuk mengalami anemia dan pendarahan saat persalinan. Dampak lebih besar lagi dari hal tersebut adalah semakin berkurangnya risiko kematian ibu melahirkan yang dominan akibat pendarahan. Cakupan ibu hamil mendapat TTD 9 tablet (Fe 3) di Kabupaten Sumedang pada Tahun 216 mencapai 96,56%

15 (Tabel 32). Meskipun turun namun selalu melampaui target yang telah ditetapkan. Gambar 5.13 Trend Cakupan Fe 1 dan Fe 3 Di Kabupaten Sumedang tahun FE 1 FE 3 2. Pelayanan gizi bayi a. Pelayanan gizi bayi baru lahir Bayi baru lahir hidup di Kabupaten Sumedang Tahun 216 sebanyak 2.55 bayi, sebagian besar adalah bayi berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 1.34 bayi. Bayi-bayi yang lahir hidup tersebut kemudian seluruhnya mendapatkan pelayanan gizi berupa penimbangan berat badan. Bayi dengan berat badan lahir < 25 gram dinyatakan sebagai bayi dengan berat badan lahir rendah. Pada Tahun 216 persentase BBLR di Kabupaten Sumedang menurun dan terkendali di bawah target 5% dibandingkan dengan Tahun 215. Secara absolut jumlah BBLR Tahun 215 adalah 839 bayi sedangkan Tahun 216 sebanyak 757 bayi (Tabel 37). Penurunan

16 angka kelahiran BBLR tidak terlepas dari keberhasilan tentang peningkatan kemampuan petugas dalam memberikan konseling dan peningkatan pengetahuan ibu hamil mengenai zat besi sehingga memberikan dampak kepatuhan kepada ibu hamil dan keluarganya. Gambar 5.14 Trend Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Kabupaten Sumedang tahun BBLR b. Pemberian ASI Eksklusif pada bayi berusia kurang dari 6 bulan Proses untuk keberhasilan ASI eksklusif bayi 6 bulan dilaksanakan selama rentang usia bayi sampai 5 bulan cakupannya sebesar 75.64% (Tabel 39). Grafik dibawah ini menunjukkan bahwa proses tersebut pada Tahun 216 memberikan hasil yang menurun jika dibandingkan dengan Tahun 215. Dengan kata lain jumlah bayi ASI eksklusif yang gugur sebelum usia 6 bulan pada Tahun 216 lebih banyak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Walaupun demikian target kinerja sebesar 33% dapat tercapai. Capaian ini merupakan hasil dari kegiatan pemantauan, pendampingan, dan

17 konseling menyusui oleh petugas Puskesmas sebagai proses yang dibutuhkan untuk keberhasilan ASI eksklusif bayi 6 bulan. Gambar 5.15 Trend Cakupan ASI Eksklusif Di Kabupaten Sumedang tahun ASI EKSKLUSIF c. Pemberian kapsul vitamin A Grafik di bawah ini menunjukkan bahwa persentase balita 6-59 bulan mendapat Vitamin A di Kabupaten Sumedang Tahun 216 sudah mencapai target secara riil tetapi belum mencapai target yang diharapkan secara proyeksi. Capaian bila dibandingkan dengan sasaran proyeksi hanya sebesar 92,87% (Tabel 44).

18 Gambar 5.16 Persentase balita 6-59 bulan mendapat Vitamin A di Kabupaten Sumedang Tahun PROYEKSI RIIL TARGET VITA 216 Capaian kegiatan distribusi Vitamin A Tahun 216 tiap Puskesmas menunjukkan sebagian besar Puskesmas tidak memenuhi target. Hal ini disebabkan karena pada saat pemberian kapsul vitamin yaitu bulan februari dan agustus sebagian besar balita tidak berada di tempat, sehingga kehilangan informasi mengenai pemberian kapsul vitamin A terutama di beberapa wilayah puskesmas yang mobile penduduknya tinggi. 3. Pemantauan pertumbuhan baduta (-23 bulan) dan balita (-59 bulan) a. Penimbangan Tingkat partisipasi masyarakat di Posyandu (D/S) Kabupaten Sumedang Tahun 216 hanya mengalami sedikit peningkatan baik itu pada katagori baduta (-23 bulan) ataupun kategori balita (-59 bulan) jika dibandingkan dengan Tahun 215 (Tabel 45 dan 47).

19 Gambar 5.17 Trend Tingkat Partisipasi Masyarakat di Posyandu Di Kabupaten Sumedang tahun D/S Meskipun telah melampaui target 7% tetapi pola tingkat partisipasi masyarakat di Posyandu Tahun 216 masih tetap sama dengan Tahun 215, yaitu menonjol pada Bulan Pebruari dan Agustus dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Karena pada bulan tersebut seiring dengan kegiatan pemberian kapsul vitamin A.

20 Gambar 5.18 Tingkat partisipasi masyarakat di Posyandu Kabupaten Sumedang Bulan Januari-Desember Tahun b. Deteksi Bawah Garis Merah (BGM) Balita dengan hasil plotting berat badan di bawah garis merah pada kurva KMS adalah balita dengan berat badan sangat kurang. Hal tersebut dapat mengindikasikan masalah pertumbuhan lainnya seperti kurus dan pendek. Dengan demikian, BGM merupakan deteksi awal bagi kejadian masalah gizi balita. Persentase balita BGM di Kabupaten Sumedang Tahun 216 menurun baik itu pada katagori baduta (-23 bulan) ataupun kategori balita (-59 bulan) jika dibandingkan dengan Tahun 215 dan terkendali tetap di bawah batas target yang ditetapkan <5%. Gambar 5.19 Trend Balita BGM (Bawah Garis Merah) Di Kabupaten Sumedang tahun

21 Baduta Balita c. Perawatan Gizi Buruk Seluruh balita gizi buruk yang ada pada Tahun 216 telah mendapatkan perawatan menurut tata laksana gizi buruk, baik secara rawat inap maupun rawat jalan. Dengan demikian, seperti tahun-tahun sebelumnya balita gizi buruk mendapat perawatan di Kabupaten Sumedang Tahun 216 mencapai 1% (Tabel 48). Balita gizi buruk yang menjalani rawat inap Tahun 216 tercatat sebanyak 1 orang, sedangkan yang menjalani rawat jalan sebanyak 43 orang. Grafik di bawah ini menunjukkan penurunan kasus gizi buruk di 5 (lima) tahun terakhir.

22 Gambar 5.2 Trend Kasus Gizi Buruk Di Kabupaten Sumedang Tahun Kasus Gizi Buruk d. Status Gizi Balita Kinerja pembinaan gizi masyarakat adalah perbaikan dan peningkatan status gizi yang ditandai dengan penurunan maupun pengendalian masalah gizi masyarakat. Saat ini masalah gizi ganda tengah dialami oleh seluruh negara termasuk Indonesia. Masalah kekurangan gizi yang belum tuntas dibayangbayangi oleh masalah kelebihan gizi yang terus meningkat. Demikian pula hal nya dengan Kabupaten Sumedang, masalah kurang gizi pada level kronis saat ini disertai pula dengan peningkatan gizi lebih dari tahun ke tahun. Berbagai kinerja positif dalam capaian indikator yang dihasilkan cukup efektif mengendalikan berbagai masalah gizi sehingga capaiannya tetap di bawah ambang batas yang telah ditentukan secara daerah (RPJMD yaitu <1%) sesuai dengan trend capaian dalam 3 (tiga) tahun terakhir, yaitu status gizi buruk Tahun 216 sebanyak 567 balita (.68%). Tetapi, pengendalian tersebut tidak disertai

23 dengan penurunan masalah gizi lebih pada balita yang selalu meningkat persentasenya sejak Tahun 214. Hal ini disebabkan karena hingga saat ini belum ada intervensi langsung terhadap kasus-kasus gizi lebih tersebut. Selanjutnya untuk perkembangan status gizi balita antara tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini. Gambar 5.21 Perkembangan Prevalensi Status Gizi pada Balita (-4 Tahun) Di Kabupaten Sumedang Tahun Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Sumber : Hasil BPB Tahun 216 e. Status Gizi Ibu Hamil Masalah gizi yang dialami oleh balita sangat terkait dengan status gizi ibu pada saat hamil. Ibu hamil dengan status gizi kurang akan melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) dan stunting, yang apabila tidak ditangani dalam rentang usia 2 tahun akan menyebabkan masalah kurang gizi permanen pada balita. Data masalah gizi ibu hamil di Kabupaten Sumedang Tahun (Grafik 5.21 )

24 menunjukkan adanya peningkatan persentase ibu hamil KEK dalam 3 tahun terakhir. Masalah gizi yang banyak dialami oleh ibu hamil di Kabupaten Sumedang tersebut kemungkinan disebabkan oleh umur ibu hamil yang sebagian besar kurang dari 2 tahun (Laporan Program KIA). Selain itu, berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 216 disebabkan oleh masih belum optimalnya asupan gizi ibu hamil termasuk konsumsi Tablet tambah Darah (TTD) selama kehamilan. Gambar 5.22 Trend Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Ibu Hamil Anemia Di Kabupaten Sumedang tahun KEK Anemia Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Pelayanan kesehatan usia lanjut berada di Tupoksi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi. Pengertian dari usia lanjut adalah umur 6 tahun ke atas. Pelaksanaan pelayanan kesehatan usia lanjut dilaksanakan di 35 puskesmas di Kabupaten Sumedang, dengan hasil laporan sebagai berikut:

25 Gambar 5.23 Trend Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Di Kabupaten Sumedang Tahun Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Berdasarkan grafik di atas cakupan pelayanan kesehatan lanjut usia mengalami penurunan pada Tahun 216, Hal ini disebabkan karena sumber anggaran yang terbatas sehingga program lanjut usia ini tidak dapat berjalan dengan optimal. Terlepas dari hal itu diperlukan adanya peningkatan partisipasi masyarakat di posbindu. Berikut adalah jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah KabupatenSumedang dan RSU Pakuwon.

26 Gambar 5.14 Trend Rawat Jalan dan Rawat Inap di RSUD Sumedang Tahun Rawat Jalan Rawat Inap Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa trend kasus rujukan rawat jalan dan rawat inap di RSUD Sumedang meningkat. Hal ini dimungkinkan karena mekanisme rujukan sudah lebih baik dan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di RSUD Sumedang lebih lengkap. Kondisi ini dipengaruhi juga dengan adanya rujukan dari luar wilayah kabupaten Sumedang. Didukung pula dengan adanya program JKN untuk pembiayaan kesehatan baik PBI maupun non PBI. Gambar 5.15 Grafik Rawat Jalan dan Rawat Inap di RSU Pakuwon Tahun Rawat Jalan Rawat Inap Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah kasus rawat jalan di RSU Pakuwon lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kasus rawat inap. Hal ini menunjukan bahwa jumlah kasus yang dirujuk ke RSU Pakuwon kondisinya masih cukup baik dan masih bisa ditangani dengan rawat jalan.

27 SITUASI DERAJAT KESEHATAN 4.1 MORTALITAS Kontribusi bidang kesehatan terhadap peningkatan IPM sangat dipengaruhi oleh Usia harapan hidup (UHH), yang sangat erat kaitannya dengan Angka Kematian Bayi (AKB), angka kematian balita (AKABA) dan angka kematian ibu (AKI). Kecenderungan harapan penduduk berumur panjang dan sehat diukur dengan Usia Harapan Hidup (AHH) waktu lahir. Oleh karena itu, angka harapan hidup waktu lahir (e o ) memiliki korelasi yang sangat erat dengan angka kematian bayi atau infan mortality rate (AKB/IMR). Kemudian angka kematian bayi dipengaruhi pula oleh pemeriksaan dan perawatan kehamilan, pertolongan persalinan, perawatan neonatus dan status gizi bayi (-11 bulan). 1. Usia Harapan Hidup Kondisi di Kabupaten Sumedang untuk angka harapan hidup dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Gambar 4.1 Angka Harapan Hidup di Kabupaten Sumedang Tahun Sumber data : BPS Propinsi Jawa Barat Dari gambar IV.1 terlihat bahwa angka harapan hidup di Kabupaten Sumedang mengalami peningkatan menandakan adanya keberhasilan dari

28 beberapa program kesehatan yang telah dilaksanakan oleh Kabupaten Sumedang, diantaranya terdapatnya penurunan jumlah kematian bayi, jumlah kematian ibu, dan penurunan prevalensi gizi buruk pada Balita. 2. Angka Kematian Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan ukuran bagi kemajuan kesehatan Suatu negara khususnya yang berkaitan dengan masalah kesehatan ibu dan anak. AKI merupakan indikator yang mencerminkan status kesehatan Ibu. Untuk mengetahui gambaran kematian bayi di Kabupaten Sumedang dapat dilihat pada grafik trend jumlah kematian bayi, pada tahun 216 jumlah pencatatan kematian bayi yaitu 12 bayi dari 2.55 kelahiran hidup. Gambar 4.2 Trend Jumlah Kematian Bayi di Kabupaten Sumedang Tahun Jumlah Kematian Bayi Sumber : Laporan Tahunan KIA, Bidang Kesga Dinkes Kab. Sumedang, 216 Jumlah Kematian bayi di atas merupakan penjumlahan dari jumlah kematian Neonatal dengan penyebab kematian yaitu BBLR (29), Asfiksia (21), Kel Congenital (11), sepsis (2), Ikterus (1) lain-lain (18) dan Jumlah Kematian bayi dengan penyebab Pneumonia (7), kelainan saluran pencernaan (7), Diare (1), Kelainan Syaraf (1) dan lainnya (22). Angka kejadian kematian neonatal karena Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sampai tahun 216 masih merupakan penyebab tertinggi kematian neonatal. Namun kasus kematian neonatal karena Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) untuk tahun 216 disebabkan karena

29 kelahiran gemeli, bukan lagi disebabkan karena Kekurangan Energi Kronis (KEK) Anemia, seiring dengan peningkatan kemampuan petugas kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) dalam penanganan ibu hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan Anemia yang sudah baik. Pendukung program penurunan BBLR dari kasus Kekurangan Energi dan Kronis (KEK) dan anemia merupakan suatu keberhasilan program gizi dalam pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dengan dibantu pemantauan minum Tablet Tambah Darah (TTD) oleh keluarga dengan kartu pemantauan Tablet Tambah Darah (TTD). a. Angka Kematian Balita Angka Kematian Balita dari BPS belum diketahui, namun untuk gambaran jumlah kematian Balita di Kabupaten Sumedang dapat dilihat pada gambar IV Gambar 4.3 Trend Jumlah Kematian Balita di Kabupaten Sumedang Tahun Jumlah Kematian Balita Sumber : Laporan Tahunan KIA, Bidang Kesga, Dinkes Kab. Sumedang, 216 Dilihat dari Trend jumlah kematian Balita dapat diketahui bahwa kematian Balita pada tahun 216 mengalami peningkatan dibanding tahun 215 sebanyak 12 kasus, penyebab kematian balita adalah Diare (1), Ispa (2), Campak (1) dan lain-lain (21). b. Angka Kematian Ibu Angka kematian Ibu di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan dan merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara, tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan kualitas pelayanan kesehatan selama hamil, penanganan persalinan dan masa nifas. Untuk gambaran jumlah kematian ibu

30 di Kabupaten Sumedang dapat dilihat pada grafik 4.4.Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di daerah tertentu. Gambar 4.4 Trend Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten Sumedang Dari Tahun 212 s/d Jumlah Kematian Ibu Sumber : Laporan Tahunan KIA, Dinkes Kab. Sumedang, Tahun 216 Dilihat dari gambar 4.4 diatas dapat diketahui bahwa Trend kematian ibu di Kabupaten Sumedang tahun 212 ke tahun 213 terjadi peningkatan, kemudian dari tahun 213 ke tahun 215 terjadi penurunan, tahun 215 ketahun 216 terjadi peningkatan. Berdasarkan hasil evaluasi terjadinya peningkatan kematian ibu penyebab kematian Ibu adalah Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) (5), pendarahan (5), Infeksi (1) dan penyebab terbesar ada di lain-lainnya (6). Trend kematian Ibu tahun 216 mengalami pergeseran yang selama ini perdarahan menjadi penyebab tertinggi, tahun 216 kematian ibu di sebabkan karena penyakit tidak menular. Kasus ibu hamil dengan penyakit tidak menular kebanyakan tidak terdeteksi dari awal di sebabkan masih rendah nya kemampuan tenaga kesehatan dalam penggalian riwayat penyakit dan pengendalian penyakit tidak menular yang diderita ibu hamil. 4.2 MORBIDITAS Masalah kesehatan adalah gangguan kesehatan yang dinyatakan dalam ukuran kesakitan (Morbiditas) dan kematian (mortalitas). Kesehatan merupakan unsur penting dalam kesejahteraan hidup, baik perorangan, kelompok dan masyarakat. Perubahan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat pada

31 umumnya digambarkan dengan perubahan Pola Penyakit dan Jumlah kasus penyakit yang dicatat dan diamati di fasilitas-fasilitas kesehatan dalam bentuk angka dan data, sehingga cukup baik untuk dijadikan bahan analisis tolak ukur derajat kesehatan masyarakat itu sendiri. Sebagai gambaran umum angka kesakitan di Kabupaten Sumedang pada tahun 216 dapat melalui data sepuluh besar penyakit berdasarkan total kunjungan pasien yang datang ke 35 Puskesmas yang ada di Kabupaten sumedang. Dari sumber data Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas dapat diketahui bahwa sepuluh besar penyakit yang ada di Kabupaten Sumedang pada tahun 216 adalah sebagai berikut : Gambar 4.5 Sepuluh Besar Penyakit Berdasarkan Total Kunjungan Pasien di Puskesmas Tahun Besar Penyakit Myalgia Gejala dan tanda umum lainnya 1, 1% Hipertensi Primer (esensial) 32, 32% 1, 1% Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak Spesifik Gastroduodenitesis tidak spesifik Nasofaringitis Akuta (Common Cold) 1, 1% Dermatitis lain, tidak spesifik (eksema) Dispepsia 3, 3% 9, 9% Tukak Lambung 3, 3% 3, 3% 4, 4% 8, 8% 8, 8% Gangguan lain pada kulit dan jaringan subkutan yang tidak terklasifikasikan Penyakit Lainnya Sumber : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Tahun 216 Berdasarkan grafik di atas bahwa penyakit Myalgia merupakan prosentasi terbesar sebanyak 1,1 % dari 1 besar penyakit yang ada. Myalgia adalah rasa sakit atau nyeri yang muncul pada bagian otot, ini adalah kondisi yang umum dan bisa terjadi pada semua orang.penyakit ini secara

32 umum disebabkan karena ketegangan otot biasanya terkait dengan tingkat ketegangan, terlalu banyak aktifitas atau cedera dari olahraga dan atau bekerja.myalgia adalah gejala dari suatu penyakit,untuk mengatasinya seseorang sebaiknya istirahat dan minum obat penghilang nyeri Gambaran Penyakit Menular a. Penyakit menular bersumber binatang Malaria Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak, balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktifitas kerja. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasite Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P falciparum dan P vivax, sedangkan P. Malariae dapat ditemukan di beberapa Provinsi antara lain : Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Papua. Manifestasi klinis malaria dapat bervariasi dari ringan sampai membahayakan jiwa. Gejala utama sering didiagnosi dengan infeksi lain seperti demam typhoid, demam dengue, leptospirosis, chikungunya dan infeksi saluran napas. Adanya trombositopenia sering di diagnosis dengan demam dengue atau typhoid. Bila ada demam dengan ikterik bahkan sering diinterpretasikan dengan diagnosa hepatitis. Penurunan kesadaran dengan demam sering juga diagnosa dengan meningitis/ encephalitis atau bahkan stroke. Masa inkubasi penyakit ini tergantung dari spesies plasmodium. P falciparum masa inkubasi 9 14 hari, P.vivax hari, P.ovale hari dan P.Malariae 18 4 hari. Diagnosa malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosa pasti malaria apabila

33 ditemukan parasit malaria dalam darah. Keluhan utama apada malaria adalah demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Penderita malaria berat harus segera ditujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki sarana dan prasarana yang lebih lengkap untuk mendapatkan perawatan yang lebih lanjut. Kasus malaria di Kabupaten Sumedang dari tahun 211 sampai dengan 216 dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Gambar 4.6 Kasus Penyakit Malaria Di Kabupaten Sumedang Tahun Positif 2 15 Klinis Positif Pada tahun 216 ditemukan kasus malaria sebanyak 3 (tiga) kasus yang merupakan kasus import karena mobilitas penduduk Kabupaten Sumedang yang cukup tinggi yaitu pasien bekerja di tempat endemis malaria seperti di Papua Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2 7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit

34 (trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura, hipoalbuminemia). Dapat disertai gejala-gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot & tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata. Berdasarkan data laporan tiap Puskesmas di Kabupaten Sumedang Tahun 217 jumlah kasus DBD tercatat sebanyak 944 kasus. Kasus DBD tertinggi ditemukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sumedang Selatan yaitu sebanyak 12 kasus sedangkan kasus terendah ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Sawahdadap, Hariang dan Tomo yang hanya ditemukan masing-masing 1 kasus. Gambaran sebaran penemuan kasus DBD di Kabupaten Sumedang Tahun 216 dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 4.7 Sebaran Kasus DBD Menurut Puskesmas di Kabupaten SumedangTahun 216 Sumedang Selatan Situ Cimalaka Kotakaler Situraja Jatinunggal Paseh Cimanggung Jatinangor Padasuka Cisitu Sukagalih Rancakalong Darmaraja Buahdua Pamulihan Cisarua Tanjungkerta Conggeang Wado Margajaya Ganeas Sukamantri Tanjungmedar Jatigede Tanjungsari Haurngombong Sukasari Surian Tomo Cibugel Cisempur Sawahdadap Hariang Ujungjaya Sumber: Bidang P2P, Dinkes Kab. Sumedang Tahun 216

35 Gambar 4.8 Sebaran Kasus DBD, Kematian, dan CFR di Kabupaten Sumedang Kasus M CFR Sumber: Bidang P2P, Dinkes Kab. Sumedang Tahun 216 Dengan adanya kenaikan jumlah kasus dari tahun sebelumnya yaitu pada Tahun 216 sebanyak 944 kasus maka bertambah pula Case Fatality Rate (CFR) DBD pada Tahun 216 yang mencapai,64 % dengan kematian 6 sedangkan tahun sebelumnya hanya mencapai,44 % dengan kematian sebanyak 3 kasus. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya pengetahuan petugas dalam penemuan kasus DBD dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan/cuaca saat ini yang tidak menentu sehingga meningkatkan perkembangbiakan nyamuk penular DBD yaitu Aedes Aegypti Filariasis Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat merusak sistem limfe, menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, glandula mammae, dan scrotum, menimbulkan cacat seumur hidup serta stigma sosial bagi penderita dan keluarganya. Secara tidak langsung, penyakit yang ditularkan oleh jenis nyamuk ini dapat berdampak pada penurunan produktifitas kerja penderita, beban kleuarga, dan menimbulkan kerugian ekonomi negara yang tidak sedikit. Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya penyakit ini, tetapi faktor penyebab yang paling besar adalah penyakit ini disebabkan oleh

36 cacing yang bentuknya seperti benang yang disebut filaria yang berasal dari genus wuchereria dan brugia. "Cacing yang dikenal sebagai penyebab filariasis adalah wuchereria bancrofti, brugia malayi dan brugia timori," Di Indonesia hingga saat ini telah teridentifikasi 23 spesies nyamuk dari 5 genus yaitu : Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes, dan Armigeres yang menjadi vektor filariasis. Sepuluh spesies nyamuk Anopheles diidentifikasi sebagai vektor Wuchereria bancrofti tipe pedesaan. Culex quinquefasciatus merupakan vektor Wuchereria bacrofti tipe perkotaan. Enam spesies Mansonia merupakan vektor Brugia malayi. Di Indonesia timur, Mansonia dan Anopheles barbirostris merupakan vektor filariasis yang penting. Beberapa spesies Mansonia dapat menjadi vektor Brugia malayi tipe sub periodik nokturna. Sementara Anopheles barbirostris merupakan vektor penting terhadap Brugia timori yang terdapat di Nusa Tenggara Timur dan Kepulauan Maluku Selatan. Trend penderita filariasis dari tahun 211 s/d 216 di Kabupaten Sumedang adalah sebagai berikut: Gambar 4.9 Kasus Penyakit Filariasis Di Kabupaten Sumedang Tahun Kasus Filariasis Sumber: Bidang P2P, Dinkes Kab. Sumedang Tahun 216 Berdasarkan gambar diperoleh bahwa di Kabupaten Sumedang pada Tahun 216 tidak ditemukan kasus baru filariasis.

37 5 Penyakit menular langsung Penyakit Tuberculosis TB Paru Berdampak langsung terhadap biaya pelayanan kesehatan (diagnosis, pengobatan dan transportasi kontrol) pasien dan keluarga yang menyebabkan kinerja dan produktivitas penderita menurun, SDM melemah (3-4 bulan masa kerja hilang) dan menyebabkan penurunan angka penghasilan keluarga (Annual household income) sebesar 2-3%, selain itu juga TBC adalah jumlah penemuan kasus penderita BTA positif (case Detection Rate/ CDR) dan angka kesembuhan/cure rate. Upaya pencegahan dan pemberantasan TB Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy) atau pengobatan TB paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Pada tahun 216 terdapat kasus BTA (+) sebanyak 683 orang, untuk melihat sebaran BTA (+) di Kabupaten Sumedang dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Gambar 4. 1 Jumlah Penemuan Kasus TBC (BTA+) Menurut Puskesmas di Kabupaten Sumedang Tahun 216 Jatinangor Ujungjaya Cimanggung Darmaraja Tomo Sumedang Selatan Wado Situraja Paseh Situ Cimalaka Jatinunggal Cisitu Kotakaler Pamulihan Conggeang Rancakalong Jatigede Ganeas Tanjungkerta Tanjungsari Cibugel Surian Sukamantri Cisarua Padasuka Margajaya Sawahdadap Hariang Sukagalih Haurngombong Buahdua Sukasari Cisempur Tanjungmedar PT. KAHATEX RSUD SUMEDANG LAPAS SUMEDANG PT. DEWHIRST Sumber: Bidang P2P, Dinkes Kab. Sumedang Tahun 216

38 Berdasarkan data diperoleh bahwa angka penemuan kasus TB BTA Positif (CDR BTA Positif - Target RPJMD) yaitu 56,45 % (683 orang), masih belum mencapai target minimal 8 %. Angka penemuan kasus TB semua kasus (CDR All Kasus - Target SPM) yaitu 53,66 % (1845 orang), sudah mencapai target dari target minimal 44 %. Proporsi pasien TB anak diantara semua pasien TB 13,12 %, melebihi target 8-12 %, hal ini menggambarkan tingginya angka penularan TB pada anak atau over diagnosis pada penegakkan diagnosa TB anak. Jumlah kasus BTA + terbanyak terdapat di wilayah Puskesmas Jatinangor sebanyak 42 kasus Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ISPA merupakan penyakit yang berada pada sepuluh besar penyakit di Kabupaten Sumedang berdasarkan laporan Sistem Pencatatan Pelaporan Puskesmas (SP3). Upaya dalam rangka pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan akut lebih difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita pneumonia balita yang ditemukan. Pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada balita sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan balita diduga karena pneumonia merupakan penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaan masih belum memadai. Jumlah balita penderita pneumonia di Kabupaten Sumedang pada tahun 216 yakni balita dengan cakupan penemuan kasus pneumonia balita sebesar 98,3%. Sebaran cakupan penemuan penyakit ISPA khususnya Penumonia pada Balita di Kabupaten Sumedang pada tahun 216 dapat dilihat pada gambar berikut.

39 Gambar 4.11 Sebaran Penyakit ISPA (Penumonia pada Balita) Menurut Puskesmas di Kabupaten SumedangTahun 216 Cisempur Sumedang Selatan Pamulihan Jatinangor Cimanggung Cimalaka Rancakalong Buahdua Margajaya Situ Haurngombong Darmaraja Sukasari Paseh Wado Sawahdadap Cisitu Tomo Hariang Tanjungsari Conggeang Jatigede Tanjungmedar Ujungjaya Sukagalih Cibugel Jatinunggal Padasuka Sukamantri Ganeas Situraja Cisarua Kotakaler Surian Tanjungkerta Sumber : Bidang P2P, Dinkes Kab. Sumedang Tahun 216 Berdasarkan data diperoleh bahwa penemuan kasus pneumonia balita terbanyak terdapat di wilayah kerja Puskesmas Cisempur sebanyak 675 kasus dan kasus terendah ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Tanjungkerta dan Surian masing-masing ditemukan 2 kasus pneumonia pada balita Penyakit Diare Diare termasuk penyakit berbasis lingkungan yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa/out break bahkan sampai pada wabah yang menjalar dalam waktu cepat dengan mortalitas tinggi, dan juga termasuk penyakit dengan program eliminasi yang memerlukan tindakan segera.

40 Gambar 4.12 Sebaran Penyakit Diare Menurut Puskesmas di Kabupaten SumedangTahun 216 Cimanggung Rancakalong Cimalaka Tanjungsari Kotakaler Sumedang Selatan Tomo Jatinunggal Wado Sukasari Margajaya Ujungjaya Cisempur Padasuka Sawahdadap Darmaraja Buahdua Haurngombong Sukagalih Jatinangor Situ Paseh Pamulihan Sukamantri Surian Cisarua Cisitu Ganeas Jatigede Tanjungkerta Tanjungmedar Cibugel Hariang Conggeang Situraja Diare Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Tahun 216 Berdasarkan gambar 4.12 dapat diperoleh bahwa jumlah penderita penyakit diare di kabupaten Sumedang pada Tahun 216 masih relatif tinggi, dengan urutan Puskesmas yang jumlah kasusnya terbanyak terdapat di Puskesmas Cimanggung (1.747 kasus), hal ini dipengaruhi oleh banyaknya penduduk dan juga dipengaruhi faktor lingkungan yang mendukung meningkatnya jumlah kasus diare di wilayah tersebut seperti sarana sanitasi dasar yang belum memenuhi syarat kesehatan baik dari sarana air bersih, jamban keluarga dan saluran pembuangan air limbah dikarenakan wilayah kerja Puskesmas Cimanggung banyak terdapat pabrik. Sedangkan jumlah terkecil ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Situraja (44 kasus) Penyakit Kusta Kusta yang merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae (M.leprae). Kuman ini adalah kuman aerob, berbentuk batang dengan ukuran 1-8 μ, lebar,2,5 μ, sifatnya tahan asam sehingga tidak mudah untuk diwarnai. M.leprae biasanya

41 berkelompok dan ada pula yang tersebar satu-satu.kuman ini hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat dikultur dalam media buatan. Masa belah diri kuman kusta ini memerlukan waktu yang sangat lama dibandingkan dengan kuman lain, yaitu hari. Sehingga masa tunas pun menjadi lama, yaitu sekitar 2 5 tahun. Dari sisi medis, Kusta diklasifikasikan berdasarkan banyak faktor, hal tersebut bertujuan untuk mempermudah cara penanganan dari penyakit kulit ini. Namun, pada umumnya Kusta terbagi menjadi dua, yakni kusta pausibasilar (PB) atau kusta tipe kering dan kusta multibasilar (MB) atau kusta tipe basah. Penyakit Kusta dapat mengakibatkan kecacatan pada penderita.masalah ini diperberat dengan masih tingginya stigma di kalangan masyarakat dan sebagian petugas.akibat dari kondisi ini, sebagian penderita dan mantan penderita dikucilkan sehingga tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka kemiskinan. Berdasarkan data diperoleh bahwa proporsi cacat tingkat II Kusta di kab. Sumedang pada tahun 216 masih tinggi yaitu 15,4 %. (Proporsi cacat tingkat II, tidak boleh lebih dari 5 %). Hal ini dikarenakan penemuan pasien terlambat, sehingga pasien ditemukan dan diobati sudah dalam keadaan cacat tingkat II. Petugas Puskesmas diharapkan dapat menemukan pasien Kusta lebih dini, melalui kegiatan pencarian kontak/rapid village survey/school survey Penyakit menular seksual Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dalam upaya bersama mengurangi bahaya dampak buruk Narkoba dan mencegah adanya infeksi baru HIV-AIDS di Kabupaten Sumedang, dituangkan dalam Permenkes No. 21 Tentang Program Pengendalian HIV/AIDS dan Surat Edaran Menteri No. 129 Tentang Perluasan Akses untuk Tes dan Terapi ARV (Pedoman PDP, 213) Epidemi HIV di Kabupaten Sumedang telah terjadi perubahan dari low level epidemic menjadi concentrate level epidemic dimana HIV telah menyebar dengan cepat dalam suatu sub-populasi tertentu namun belum menyebar di populasi umum. Tingkat epidemic ini menunjukkan tingkat

42 perilaku berisiko yang cukup aktif menularkan di dalam sub populasi tersebut. Perjalanan epidemic ditentukan oleh jumlah dan sifat hubungan antara kelompok beresiko tinggi dengan populasi umum. Dampak penyebaran infeksi HIV/AIDS dan tingginya prevalensi di Kabupaten Sumedang dalam beberapa tahun terakhir ini, menganggap masalah HIV/AIDS bukan hanya masalah medis dari penyakit menular saja tetapi sudah menjadi aspek kehidupan manusia baik dari segi kesehatan, psikologi, sosial dan budaya. Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil dari pada kenyataan di lapangan. Tetapi dengan semakin giatnya usaha petugas dalam penemuan kasus HIV/AIDS maka semakin banyak pula kasus yang ditemukan sehingga semakin tinggi pula upaya dalam pengendaliannya. Trend jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Sumedang dari tahun 211 s.d 216 dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Gambar 4.13 Data Kasus HIV, AIDS dan Kematian Tahun % 8% % 4% KEMATIAN 2% % 12 AIDS HIV Sumber : Bidang P2P, Dinkes Kab. Sumedang Tahun 215

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT A.UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK Salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah pelayanan kesehatan dasar. UU no.3 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I 1 DERAJAT KESEHATAN (AHH, AKB DAN AKI) 2 STATUS GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA 3 JUMLAH RUMAH SAKIT BERDASARKAN KEPEMILIKAN DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS KESEHATAN Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 KESEHATAN Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Sarana Kesehatan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

Profile Daerah Kabupaten Sumedang Tahun

Profile Daerah Kabupaten Sumedang Tahun B A B PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH 6.1 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Beberapa penjelasan mengenai pengertian PDRB yaitu PDRB atas dasar harga berlaku, PDRB atas dasar harga konstan, pendapatan

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

Penyakit Endemis di Kalbar

Penyakit Endemis di Kalbar Penyakit Endemis di Kalbar 1. Malaria Penyakit Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2009 (tabel 11) terdapat

Lebih terperinci

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 1 2 1.E. UPAYA PENCEGAHAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR PELAYANAN IMUNISASI DASAR 1.E.1. BCG Bayi adalah anak berumur 0-11 bulan adalah Proporsi (%) dari satu indikator Imunisasi BCG adalah Pemberian imunisasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. KETENAGAAN Situasi ketenagaan di Puskesmas Banguntapan III berubah dari tahun ke tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 Desember

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR 29 BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR Pembangunan kesehatan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat semua orang sehingga terwujudnya derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR 29 BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR Pembangunan kesehatan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat semua orang sehingga terwujudnya derajat kesehatan

Lebih terperinci

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA I.Upaya Promosi Kesehatan A. Penyuluhan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat 1. Rumah Tangga : Rumah di Periksa : 1050 Target : 75 % x 1050 = 788 2. Institusi Pendidikan sekolah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN Jalan Poros Andoolo Kel.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan 2. URUSAN KESEHATAN Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 Profil Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 37,117 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5891 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses kehamilan, persalinan, nifas, neonatus dan pemilihan metode keluarga berencana merupakan suatu mata rantai yang berkesinambungan dan berhubungan dengan kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

Profile Daerah Kabupaten Sumedang Tahun

Profile Daerah Kabupaten Sumedang Tahun B A B PEMERINTAHAN UMUM 4.1 Aparatur Pemerintahan Jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah pada setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebanyak 14.504 pegawai yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Dinas,

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS PROVINSI BANTEN 2012-2017 DATA CAPAIAN Persentase Balita Ditimbang Berat 1 2 1 PROGRAM BINA GIZI DAN Badannya

Lebih terperinci

JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN

JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN 2016 270 202 167 153 177 131 144 109 93 81 80 87 69 44 33 15 25 15 19 17 10 6 10 12 6 5 12 8 5 4 JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN JUMLAH

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. L P L + P Satuan Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 315 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 59 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 86,900 88,800

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH Sasaran No. Strategis 1. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi swasta, organisasi profesi dan dunia usaha dalam rangka sinergisme, koordinasi diantara pelaku

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN DHARMASRAYA KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, atas anugerah, rahmat dan karunia-nya akhirnya profil Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria di Indonesia tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR : 440 / 104 / KPTS / KES / 2015 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR : 440 / 104 / KPTS / KES / 2015 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS DINAS KESEHATAN Jl. Pangeran Moehamad Amin Komplek Perkantoran Pemkab Musi Rawas Telp. 0733-4540076 Fax 0733-4540077 MUARA BELITI KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

INDIKATOR DAN TARGET SPM. 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

INDIKATOR DAN TARGET SPM. 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 1406 TAHUN 2015 TANGGAL 31-12 - 2015 INDIKATOR DAN TARGET SPM 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Masyarakat Esensial dan Keperawatan Masyarakat 1 Pelayanan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci