BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk
|
|
- Doddy Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis Pengertian Produk Produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk diperhatian, dimiliki, digunakan atau di konsumsi yang dapat memuaskan kebutuhan atau keinginan yang mencakup obyek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi dan ide (Kotler dan Amstrong, 2004:8). Menurut Tjiptono (2002:95), produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk bisa berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan pelanggan. Secara konseptual, produk adalah pemahaman subjektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar Atribut Produk Definisi atribut produk menurut Simamora (2001:147) adalah faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh pembeli pada saat membeli produk, seperti harga, kualitas, kelengkapan fungsi (fitur), desain, layanan purna jual, dan lain-lain. Menurut Tjiptono (2002:103) adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut
2 produk meliputi merek, kemasan, pemberian label, dan jaminan. a. Merek Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol/lambang, desain, warna, gerak, atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. b. Kemasan Pengemasan merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah atau pembungkus (wrapper) untuk suatu produk. c. Pemberian label Label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual. Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan, atau bisa pula merupakan tanda pengenal yang ada pada produk. d. Jaminan Jaminan adalah janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen, dimana para konsumen akan diberi ganti rugi bila produk ternyata tidak bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan Pengertian Label Label adalah bagian sebuah produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau tentang penjualnya. Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan atau pula etiket (tanda pengenal) yang dicantumkan pada produk. Stanton dan J william (2004:282) membagi label kedalam tiga klasifikasi yaitu :
3 a. Brand Label, yaitu merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan pada kemasan b. Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi objektif mengenai penggunaan, konstruksi/pembuatan, perhatian/perawatan, dan kinerja produk, serta karakteristik - karakteristik lainnya yang berhubungan dengan produk. c. Grade Label, yaitu label yang mengidentifikasikan penilaian kualitas produk (product s judged quality) dengan suatu huruf, angka, atau kata. Misal buahbuahan dalam kaleng diberi label kualitas A,B dan C Fungsi Label Label pangan pada undang-undang ini diartikan sebagai setiap keterangan maupun pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimaksukan kedalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Wadji (2003:2) mengatakan secara normatif-empiris label dan iklan pangan memiliki beberapa fungsi : 1. Sebagai sumber informasi label pangan dan iklan merupakan sumber informasi bagi konsumen tentang suatu produk pangan karena konsumen tidak dapat langsung bertemu dengan pelaku usahanya. Pelaku usaha dapat saja memasukan unsur-unsur supaya memikat atau membujuk konsumen untuk membeli produknya. Akan tetapi label dan iklan tidak diperkenankan hanya sekedar menginformasikan sesuatu yang hanya menguntungkan dari sisi
4 pelaku saja. Informasi yang benar, jelas dan jujur harus di sampaikan kepada konsumen termasuk higeinis dan kehalalannya (pasal 4 UU No 8 tahun 1999) 2. Label dan iklan dapat digunkan sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen untuk menentukan pilihan. Konsumen kritis tentu saja terlebih dahulu membaca label dan iklan dengan cermat, teliti dan melakukan perbandingan dengan produk lain dari segi komposisi, berat bersih, harga dan lain-lain sebelum membeli dan menjatuhkan pilihan (pasal 4 UU No 8 tahun 1999). 3. Label dan iklan dapat digunakan sebagai sarana memikat transaksi. Label dan iklan harus bersifat mengikat, segala sesuatu yang di informasikan dalam label dan yang di janjikan dalam iklan, harus dapat di buktikan kebenarannya Maka pada dasarnya label adalah suatu tanda yang dilekatkan pada suatu produk yang dapat di konsumsi oleh konsumen, dimana label tersebut menentukan kesadaran serta keterangan dari produk yang bersangkutan. Keterangan yang harus dimuat pada label/etiket sebagai berikut: a. Nama makanan dan merek dagang b. Komposisi c. Isi netto d. Nama dan alamat perusahaan yang memproduksi atau mengedarkan; nomor pendaftaran e. Kode produksi Untuk jenis makanan tertentu yang ditetapkan oleh menteri kesehatan, harus dicantumkan tanggal kadaluarsa, nilai gizi, petunjuk penggunaan dan cara penyimpanannya
5 2.1.5 Pengertian Halal Pengertian Halal menurut Departemen Agama yang dimuat dalam KEPMENAG RI No 518 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal adalah: tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, dan pengolahannya tidak bertentangan dengan syariat Islam. Segala sesuatu yang diciptakan Allah di muka bumi ini pada asalnya adalah halal dan mubah. Tidak ada satupun yang haram, kecuali karena ada nas yang sah dan tegas dari syari (yang membuat hukum itu sendiri), yaitu Allah dan Rasul-Nyayang mengharamkannya. Sebagaimana firman Allah dalam al-quran: Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui. (Q.S. Al- Baqarah: 29) Halal dalam bahasa Arab berasal dari kata halla, yahillu, hillan, yang berarti membebaskan, melepaskan,memecahkan, membubarkan dan membolehkan.sedangkansecara etimologi halal berarti hal-hal yang boleh dan dapatdilakukan karena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan-ketentuanyang melarangnya. Suatu benda atau perbuatan tidak terlepas dari lima perkara, yaitu halal, haram, syubhat, makruh dan mubah. Terhadap barang yang halal secara mutlak kita disuruh oleh Allah untuk memakannya; sedangkan terhadap yang haram kita disuruh untuk menjauhinya. Karena makanan yang halal itu dapat menambah cahaya iman dan membuat terkabulnya do a.
6 2.1.6 Syarat Halal Proses suatu produk makanan atau minuman agar termasuk dalam klasifikasi sertifikasi halal adalah proses yang sesuai dengan standard halal yang telah ditentukan oleh agama Islam. Diantara standard-standard tersebut adalah: a. Tidak mengandung babi atau produk-produk yang berasal dari babi serta tidak menggunakan alkohol sebagai ingridient yang sengaja ditambahkan. b. Daging yang digunakan berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara syariat Islam. c. Semua bentuk minuman yang tidak beralkohol. d. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat pengelolaan dan tempat transportasi tidak digunakan untuk babi atau barang tidak halal lainnya, tempat tersebut harus terlebih dahulu dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut syari at Islam Pembagian hewan halal dalam islam ada dua yaitu: 1. Hewan-hewan yang dapat dikendalikan atau dijinakkan, seperti unta, sapi, kambing dan hewan jinaklainnya seperti burung-burung yang pelihara di rumah. 2. Hewan- hewan liar dan tidak dapat dikendalikan. Hewan-hewan tersebut agar dapat dimakan dengan halal, maka Islam memberikan persyaratan yaitu dengan menyembelihnya sesuai aturan syara. Penyembelihan yang sesuai menurut syariat, hanya bisa sempurna jika telah terpenuhinya syarat-syarat sebagai berikut:
7 1. Hewan tersebut harus disembelih atau ditusuk dengan suatu alat yang tajam yang dapat mengalirkan darah dari hewan tersebut. Sebagaimana hadist Rasulullah SAW Alirkanlah darahnya dengan apa saja yang kamu suka, dan sebutlah nama Allah atasnya. ( Riwayat Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim dan Ibnu Hibban). 2. Penyembelihan harus dilakukan di leher hewan tersebut. Yaitu kematia hewan tersebut adalah sebagai akibat dari terputusnya urat nadi atau kerongkongannya. 3. Tidak menyebut nama selai Allah. Yang disembelih atas nama selain Allah dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. (Al- Maidah:3) 4. Menyebut nama Allah ketika menyembelih, Al-quran mengatakan, Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman pada ayat-ayat-nya. (Al-An am:118) Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesengguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. (Al-An am:121) Dan sabda Rasulullah SAW: Apa saja yang dapat mengalirkan darah dan disebut nama Allah atasnya, maka mkanlah dia. (Riwayat Bukhari)
8 2.1.7 Labelisasi Halal Labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud berstatus sebagai produk halal. Kegiatan labelisasi halal dapat diperoleh dari lembaga pengawasan dan peredaran obat dan makanan Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) berupa sertifikasi halal. Sertifikasi halal dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan pengujian secara sistematik untuk mengetahui apakah suatu barang yang diproduksi suatu perusahaan telah memenuhi ketentuan halal.dari proses sertifikasi halal akan di peroleh setifikat halal MUI untuk produk. Sertifikat Halal MUI adalah fatwa tertulis Majelis Ulama Indonesia yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari at Islam. Sertifikat Halal MUI ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin pencantuman label halal pada kemasan produk dari instansi pemerintah yang berwenang Manfaat Labelisasi Kesadaran konsumen terhadap produk yang akan dibeli semakin lama semakin tinggi, seiring dengan meningkatnya peran media dan proses edukasi produk oleh produsen. Kasus keracunan makanan, halal tidaknya makanan, keinginan untuk melakukan pemeliharaan makanan, kesehatan atau diet mendorong konsumen harus lebih mengetahui kandungan nutrisi atau bahan baku lainnya yang ada, dalam suatu produk.
9 Manfaat labelisasi halal untuk melindungi konsumen dari tindakan curang produsen terhadap produk makanan yang diproduksinya. Adanya label halal yang tertera dalam kemasan produk berfungsi sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen dalam membuat keputusan pembelian produk yang halal. Maka dari itu setiap produsen makanan baik makanan olahan maupun non olahan hendaknya mendaftarkan produknya untuk mendapatkan sertifikasi halal yang berfungsi untuk mencantumkan label halal Lembaga Yang Mengeluarkan Label Halal Label halal yang di cantumkan produsen pada kemasan produk nya adalah yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia kepada suatu perusahaan makanan, minuman, kosmetik, atau obat-obatan yang telah diperiksa asal bahan bakunya, sumber bahan bakunya, proses produksinya dan hasil akhirnya. Pemeriksaan ini dilakukan oleh Lembaga Pengkajian pangan obat-obatan atau kosmetik yang di lakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (LP POM MUI ). Hasil pemeriksaan ini akan diseminarkan di depan rapat auditor LP POM MUI yang kemudian hasilnya akan diajukan kepada Komisi Fatwa Halal. Kemudian fatwa halal ini diberikan kepada perusahaan yang mengajukan permohonan dalam bentuk label dengan menggunakan (tiga) bahasa yakni Indonesia, Arab, dan Inggris. Label halal ini merupkan petunjuk bagi konsumen bahwa makanan yang memiliki label halal tersebut memang telah diperiksa kehalalannya dan dijamin kehalalannya oleh lembaga yang memeriksanya.
10 Tanggal 6 januari 1989 bertepatan dengan 28 jumadil awal 1409 H melalui SK Kep 018/MUI/I/1989 tentang pembentukkan lembaga pengkajian pangan obat-obat dan kosmetik MUI maka terbentuklah LP-POM MUI dengan tugas : 1. Mengkaji dan menyusun konsep-konsep dalam upaya yang berkaitan dengan memproduksi, memperjualbelikan dan menggunakan makanan, obat-obatan dan kosmetik sesuai dengan ajaran islam. 2. Mengkaji dan menyusun kosep-konsep yang berkitan dengan peraturanperaturan yang mengenai penyelenggaraan rumah makan, restoran, perhotelan, hidangan dalam pelayaran dan penerbangan, pemotongan hewan serta penggunaan berbagai jenis bahan bagi pengolahan pangan. 3. Dengan persetujuan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia lembaga mengadakan kegiatan-kegiatan dalaam rangka kerja sama dengan pemerintah dan swasta, serta melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia. Label halal MUI berlaku selama 2 tahun, diantara interval waktu 2 tahun akan diadakan pemeriksaan mendadak terhadap perusahaan yang telah mendapatkan label halal tersebut. Sidak dilakukan paling sedikit 3 kali dalam interval waktu 2 tahun tersebut. Jika dalam sidak diketahui perusahaan tersebut melakukan pelanggaran perjanjian sertifikasi halal maka perusahaan tersebut akan diberi sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jika masa berlakunya label sudah berakhir maka perusahaan berkewajiban mengembalikan label tersebut kepada MUI. Dan jika perusahaan ini tetap mendapatkan sertifikasi halal tersebut
11 maka perusahaan diwajibkan untuk mengajukan permohonan sertifikasi halal kembali sesuai dengan prosedur awal Keamanan Produk Keamanan produk adalah produk yang aman dikonsumsi yang terhindar dari bahan yang berbahaya serta kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Pemerintah menetapkan persyaratan sanitasi dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredarannya. Keamanan produk juga adalah sebuah tanggung jawab yang mengikat semua pihak, dari produsen hingga konsumen yang menyiapkan makanan. Jika tanggung jawab tersebut diabaikan maka resiko yang akan dihadapi adalah keracunan yang dapat menyebabkan kematian. Pemerintah telah mengatur masalah keamanan pangan ini dalam UU RI No.7 Tahun1996 tentang Perlindungan Pangan. Pengembangan sistem mutu dan keamanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, industri yang meliputi produsen bahan baku, industri pangan dan distributor, serta konsumen (WHO 1998). Keterlibatan ketiga sektor tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sistem mutu dan keamanan pangan. Pemerintah Indonesia juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 69 Tahun 1999 tentang label dan iklan produk dengan tujuan dan pertimbangan supaya : (1) Setiap industri pangan memberi informasi
12 mengenai produk yang disampaikan kepada masyarakat adalah benar dan tidak menyesatkan, (2) Konsumen/masyarakat berhak menuntut dan mengetahui bagaimana produk dihasilkan mulai dari hulu sampai di hilirnya baik menyangkut aspek gizi, mutu dan keamanan maupun lingkungannya Sementara itu, didalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pada pasal 4 ayat a dan b disebutkan bahwa konsumen mempunyai hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang serta jaminan yang dijanjikannya (Ditjen Perdagangan Dalam Negeri 1999) Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka (American Marketing Association dalam Setiadi 2003:3). Dari defenisi tersebut terdapat tiga ide penting: 1. Perilaku koonsumen adalah dinamis 2. Hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan kejadian disekitar 3. Hal tersebut melibatkan pertukaran Perilaku konsumen menjadi dasar yang penting dalam manajemen pemasaran. Hasil dari kajiannya akan membantu pemasar untuk: 1. Merancang bauran pemasaran 2. Menetapkan segmentasi
13 3. Merumuskan positioning dan pembedaan produk 4. Memformulasikan analisis lingkungan bisnisnya 5. Mengembangkan riset pemasarannya Menurut Setiadi (2003:7) Perilaku konsumen menghasilkan tiga informasi penting yaitu: 1. Orientasi/arah/cara pandang konsumen (a consumer orientation). 2. Berbagai fakta tentang perilaku berbelanja (fact abaout buying behavior). 3. Konsep/teori yang member acuan pada proses berpikirnya manusia dalam berkeputusan (theories to guide the thinking process) Keputusan Pembelian Suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan di antara duaatau lebih alternatif tindakan (perilaku). Keputusan selalu mensyaratkan pilihan di antara beberapa perilaku yang berbeda. Perusahaan berusaha untuk memahami proses keputusan pembelian pelanggan secara penuh dan semua pengalaman mereka dalam pembelajaran, memilih, menggunakan, dan bahkan menyingkirkan produk. Menurut Kotler dan Keller, 2006: proses keputusan pembelian melalui lima tahap, yaitu:
14 Pengenalan Masalah PencarianInformasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pascapembelian Sumber: Kotler dan Keller, 2006: 185, Manajemen Pemasaran Edisi 13 Gambar 2.1 Proses Keputusan Pembelian 1. Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suantu masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh ransangan internal atau eksternal. Ransangan internal salah satu dari kebutuhan normal seseorang seperti rasa lapar, haus naik ke tingkat maksimum dan menjadi dorongan, atau bisa timbul akibat rangsangan eksternal misalnya seseorang melewati toko makanan yang memicu rasa lapar.
15 2. Pencarian Informasi Tahap dimana konsumen mencari informasi tentang produk. Sumber informasi utama konsumen dibagi empat kelompok: a. Pribadi. Keluarga, teman, tetangga, rekan. b. Komersial. Ikaln, situs Web, wiraniaga, penyalur, kemasan, tampilan. c. Publik. Media massa, organisasi pemeringkat konsumen. d. Eksperimental. Penganganan, pemeriksaan, penggunaan produk. 3. Evaluasi Alternatif Merupakan tahap dimana konsumen memperoleh informasi tentang suatu objek dan membuat penilaian akhir. Pada tahap ini konsumen menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih berdasarkan besarnya kesesuaian antara manfaat yang diinginkan dengan yang bisa diberikan oleh pilihan produk yang tersedia. 4. Keputusan Pembelian Merupakan tahap dimana konsumen telah memiliki pilihan dan siap melakukan transaksi pembelian atau pertukaran antara uang atau janji untuk membayar dengan hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa. 5. Perilaku Pascapembelian Merupakan tahap dimana konsumen melakukan proses evaluasi setelah mempelajari dan mengetahui lebih dalam tentang produk yang dibeli. Tiga kemungkinan hasil evaluasi pasca pembelian : kepuasan, ketidakpuasan, dan pertentangan. Indikator adanya kepuasan atau ketidak puasan konsumen dapat dilihat dari tingkat pembelian ulang terhadap produk perusahaan.
16 2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Metode Analisis Rabusa (2013) Pengaruh Labelisasi Halal Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Indomie Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Variabel independen adalah Lebelisasi Halal Variabel dependen adalah keputusan pembelian Analisis Linear Berganda Hasil Hasil uji signifikan parsial (Uji-t) variabel labelisasi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk mie instan Indomie pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.Nilai Adjusted R2 dalam penelitian ini adalah sebesar 5.25% menjelaskan bahwa kontribusi labelisasi halal dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen pada produk mie instan Indomie cukup besar
17 Lanjutan Tabel 2.1 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Metode Analisis Utami (2013) Pengaruh Label Halal Terhadap Keputusan Membeli ( Survey Pada Pembeli Produk Kosmetik Wardah Di Yogyakarta) Variabel independen adalah Lebelisasi Halal Variabel dependen adalah keputusan pembelian Analisis regresi linier berganda Metode Analisis Label halal yang terdapat pada kosmetik wardah mempunyai hubungan yang signifikan terhadap keputusan pembelian, ditunjukkan dengan nilai sebesar 0,666 > r tabel (0,207). Hal tersebut membuktikan bahwa keberadaan label halal pada produk kosmetik memberikan nilai positif yang memiliki peluang besar dalam mempengaruhi keputusan membeli konsumen Zani (2013 Analisis Pengaruh Label Halal Dan Aman Produk Pangan Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Malang Variabel independen adalah Lebel Halal dan Aman Pangan Variabel dependen adalah keputusan pembelian Analisis Regresi Linear Sederhana Menunjukkan bahwa label halal (X1) dan label aman pangan (X2) memiliki hubungan positif searah dengan keputusan pembelian konsumen dan dua variabel independen terhadap variabel dependen tersebut memberikan pengaruh secara signifikan. Pengaruh label halal dan label aman produk pangan terhadap keputusan pembelian sebesar 43% dan sisanya atau 57%nya dipengaruhi oleh faktor lain
18 Lanjutan Tabel 2.1 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Metode Analisis Agustian (2012) Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Kasus Pada Produk Wall s Conello) Variabel independen adalah Lebelisasi Halal Variabel dependen adalah keputusan pembelian Analisis Regresi dan Korelasi Metode Analisis Hasil dari koefisien determinasi yang diperoleh dari konsumen Muslim ialah sebesar 0,497 yang artinya bahwa labelisasi halal memiliki kontribusi sebesar 49,7 % dalam menciptakan keputusan pembelian, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Wibisono (2007) Hubungan Antara Persepsi Konsumen Muslim Terhadap Lebelisasi Halal Makanan Kaleng Dengan Pengambilan Keputusan Pembelian Pada Konsumen Muslim Di Surabaya Sumber: Data Diolah Variabel independennya adalah Lebelisasi Halal Variabel dependen adalah keputusan pembelian Analisis Korelasi Hasil korelasi kedua variabel menunjukkan hubungan yang positif sebesar 0,191 dengan signifikansi 0,000, dengan demikian hipotesis kerja yang menyatakan bahwa ada hubungan antara persepsi konsumen muslim terhadap labelisasi halal makanan kaleng dengan pengambilan keputusan pembelian konsumen muslim di Surabaya diterima
19 2.3 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan gambaran tetang hubungan antara variabel yang diteliti, yang tersusun dari teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2012:88).Berikut adalah penjelasan hubungan keterkaitan antara variabel independent dengan variabel dependent. 1. Pengaruh Label Halal Terhadap Keputusan Pembelian Kehalalan suatu produk memberi pengaruh kepada konsumen yang beragama Islam. Konsumen musim cenderung memperhatikan kehalalan suatu produk sebelum membeli. Dengan adanya label halal pada produk akan mendorong konsumen Muslim untuk dapat memastikan produk mana saja yang boleh mereka konsumsi, yaitu produk yang memilki dan mencantumkan Label Halal pada kemasannya. 2. Pengaruh Keamanan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Keamanan produk adalah produk yang aman dikonsumsi yang terhindar dari bahan yang berbahaya serta kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Setiap konsumen akan memikirkan dampak dari produk yang digunakan, maka tahap sebelum membeli suatu produk konsumen akan memastikan apakah produk tersebut anam atau tidak.
20 Berdasarkan uraian tersebut, maka di buat kerangka konseptual sebagai berikut: Labelisasi Halal (X1) KeamananProduk (X2) KeputusanPembelia n (Y) Gambar 2.2 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, bukan nerdasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2012:93). Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan, dapat disimpulkan beberapa hipotesis yaitu: 1. Labelisasi halal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian makanan olahan Sosis So Nice pada mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Muslim Nusantara Al-washliyah. 2. Keamanan produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian makanan olahan Sosis So Nice pada mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Muslim Nusantara Al-washliyah. 3. Labelisasi halal dan Keamanan produk secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian makanan olahan Sosis So
21 Nicepada mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Muslim Nusantara Alwashliyah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditawarkan bisa meliputi barang fisik (tangible) atau meliputi barang jasa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Produk Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dan informasi dalam dunia usaha atau bisnis, informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada konsumen. Konsumen semakin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELABELAN. informasi verbal tentang produk atau penjualnya. 17
18 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELABELAN A. Pengertian Label Label merupakan suatu bagian dari sebuah produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau penjualnya. 17 Menurut Tjiptono label merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi saat ini, maka kebutuhan hidup manusia kian berkembang pula. Tidak hanya kebutuhan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan dasar yang dirasakan atau disadari. Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, terlebih
Lebih terperinciBAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan masyarakatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam segala bidang di Indonesia akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya perubahan perilaku konsumen, kebijakan
Lebih terperinciKeputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL
Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan sebagai isi dari apa yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Produk Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk diperhatikan, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi demi memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita tentu ingin selalu tampil cantik di mana pun dan kapan pun. Banyak yang dilakukan untuk mendapatkan tampilan yang diinginkan agar terlihat menawan. Hal yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam dekade terakhir ini kesadaran beragama umat Islam semakin kuat. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya artis-artis
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Menurut American Marketing Association ( AMA ) dalam Kotler dan Keller
II. LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut American Marketing Association ( AMA ) dalam Kotler dan Keller (2009:5) bahwa Pemasaran adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses
Lebih terperinciMAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR
MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR Konsep dasar halal dan haram dalam islam Halal dan Haram adalah Hak absolut Allah dan RasulNya Kejelasan halal dan haram Dalam islam sesuatu itu terbagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengeni suatu produk tertentu yang ingin digunakannya. tentang produk yang tercetak pada kemasan. Dalam label, konsumen dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali informasi tentang produk yang akan digunakan. Informasi tentang produk dapat diperoleh melalui beberapa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di bidang makanan dan minuman seperti usaha membuka tempat makan (restoran/rumah makan), camilan dan kuliner
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu 1. Baros (2007) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh atribut produk terhadap terbentuknya citra merek (Brand Image) di PT. Radio Kidung Indah Selaras
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Ahmad Alhadi (2008) dengan judul Analisis Pengaruh Bauran
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebagai landasan penelitian terdahulu, peneliti mengambil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Alhadi (2008) dengan judul Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dan perdagangan bebas, dengan dukungan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan masuknya barang dan jasa melintasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Ketatnya persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri kosmetik belakangan ini memang menjadi magnet yang dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Ketatnya persaingan bisnis industri kosmetik menuntut
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA. konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan
8 BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku konsumen Pengertian perilaku konsumen seperti diungkapkan oleh Mowen, (2002) mengatakan: Studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2014 PERINDUSTRIAN. Produk Halal. Jaminan. Bahan. Proses. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5604) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPELABELAN DAN IKLAN PANGAN
PELABELAN DAN IKLAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan Pengertian (1) Label
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat. Jumlah populasi muslim telah mencapai seperempat dari total populasi dunia dan diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peningkatan taraf hidup masyarakat dan perkembangan zaman telah mempengaruhi banyak hal, salah satunya gaya hidup dan kebutuhan yang semakin meningkat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87% beragama Islam merupakan potensi pasar yang sangat besar bagi produk-produk halal. Apabila
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI. penyampai informasi produk kepada konsumen. Sebuah label biasanya berupa
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Labelisasi Halal 2.1.1 Pengertian Label Label berhubungan erat dengan pemasaran. Label merupakan media penyampai informasi produk kepada konsumen. Sebuah label biasanya berupa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:7) pemasaran adalah proses sosial dan
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Definisi Pemasaran Menurut Kotler dan Amstrong (2008:7) pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STANDAR SERTIFIKASI PENYEMBELIHAN HALAL DAN URGENSINYA. A. Analisis Terhadap Standar dan Prosedur Sertifikasi Penyembelihan Halal
60 BAB IV ANALISIS STANDAR SERTIFIKASI PENYEMBELIHAN HALAL DAN URGENSINYA A. Analisis Terhadap Standar dan Prosedur Sertifikasi Penyembelihan Halal 1. Analisis terhadap standar sertifikasi penyembelihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi yang dapat diperoleh konsumen akan semakin banyak dan turut pula mempengaruhi pola
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. CV. Semar yang merupakan salah satu produsen pembuat bakso di Bandung
69 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan CV. Semar yang merupakan salah satu produsen pembuat bakso di Bandung yang mempunyai sertifikasi halal dan mencantumkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran dan Orientasi Pada Konsumen Perusahaan yang sudah mengenal bahwa pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses utamanya, akan mengetahui adanya cara
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN PANGAN AMAN DAN HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciSERTIFIKASI HALAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH
86 SERTIFIKASI HALAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH Pujiati Utami Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh PO BOX
Lebih terperinciKERANGKA PENDEKATAN TEORI. 1. Makanan olahan cepat saji sosis dan nugget. Daging restrukturisasi (restructured meat) merupakan salah satu bentuk
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Makanan olahan cepat saji sosis dan nugget Daging restrukturisasi (restructured meat) merupakan salah satu bentuk teknologi pengolahan daging dengan
Lebih terperinciSERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM
SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM UMKM ( Usaha Mikro Kecil dan Menengah ) merupakan pelaku ekonomi nasional yang mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian. Karena. kegiatan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dimana banyak muncul produk-produk kosmetik dengan jenis dan
BAB II LANDASAN TEORI A. Customer Switching Dalam menghadapi persaingan yang kompetitif di dunia kecantikan, dimana banyak muncul produk-produk kosmetik dengan jenis dan keunggulan yang hampir sama, konsumen
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Produk merupakan salah satu aspek penting dalam variabel marketing mix.
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Produk Produk merupakan salah satu aspek penting dalam variabel marketing mix. Produk juga merupakan salah satu variabel yang menentukan dalam kegiatan usaha,
Lebih terperinciBAB II. LANDASAN TEORI
9 BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2011) pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERINDUSTRIAN. Produk Halal. Jaminan. Bahan. Proses. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 295) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB II LITERATUR REVIEW
BAB II LITERATUR REVIEW 2.1 Produk Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk perhatian, akuisisi, penggunaan dan konsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan (Kotler dan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS. A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen
BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen 1. Pengertian Konsumen Pengertian konsumen menurut Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen sebelum berlakunya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka pangan harus tersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi, dan beragam jenisnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Oleh karena itu pemenuhan akan kebutuhannya merupakan hak asasi setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah muslim terbesar didunia, lebih kurang 80% penduduknya menganut agama Islam. Dalam Islam, halal dan haram adalah bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah. Mayoritas konsumen Indonesia sendiri adalah konsumen makanan, jadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya dan khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunitas Muslim di seluruh dunia telah membentuk segmen pasar yang potensial dikarenakan pola khusus mereka dalam mengkonsumsi suatu produk. Pola konsumsi ini diatur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada adanya pertambahan penduduk (Smith Adam, 1776). Dengan penduduk
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era modern ini, perkembangan ekonomi Indonesia sangat cepat. Pada tahun 2014 Indonesia mengalami peningkatan ekonomi diatas pertumbuhan ekonomi dunia. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan konsumen merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat. Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya dan khususnya di bidang perindustrian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali informasi tentang produk yang akan mereka gunakan. Informasi tentang produk dapat diperoleh melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semua manusia ingin tampil menarik dan menyenangkan, khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia ingin tampil menarik dan menyenangkan, khususnya wanita. Untuk tampil menarik banyak cara yang ditempuh antara lain perawatan kecantikan, pengaturan
Lebih terperinciRegulasi Pangan di Indonesia
Regulasi Pangan di Indonesia TPPHP Mas ud Effendi Pendahuluan (1) Pangan adalah hak asasi setiap rakyat Indonesia karena pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar yang berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB II KAJIAN YURIDIS TENTANG LABEL HALAL PADA MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI)
BAB II KAJIAN YURIDIS TENTANG LABEL HALAL PADA MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) A. Pengertian dan Jenis-jenis Label Label memiliki kegunaan untuk memberikan informasi yang benar, jelas dan lengkap baik mengenai
Lebih terperinciSejauh mana penanganan label halal yang dilakukan oleh MUI (LPPOM) sekarang?
{mosimage} KH M Anwar Ibrahim, Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat Rancangan Undang-undang (RUU) Jaminan Produk Halal kini dalam pembahasan di DPR. Selama proses pembahasan itu mulai terasa ada upaya 'melengserkan'
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. Menurut An- Nabhani sekumpulan aturan yang
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. Harahap (2010), dengan judul penelitian: Pengaruh Ekuitas Merek
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Harahap (2010), dengan judul penelitian: Pengaruh Ekuitas Merek Minuman Berkarbonasi Merek Fanta Terhadap Keputusan Pembelian Pada Mahasiswa Fakultas Matematika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Banyak ahli yang telah memberikan definisi atas pemasaran ini. Definisi tersebut sering berbeda antara para ahli yang satu dengan ahli yang lain. Perbedaan ini
Lebih terperinciWALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PRODUK HALAL DAN HIGIENIS
WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PRODUK HALAL DAN HIGIENIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, makanan mempunyai peranan yang penting bagi manusia. Peran tersebut antara lain untuk mempertahankan kelangsungan hidup, melindungi
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.5.12.11.09955 TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang halal, karena setiap makanan yang kita konsumsi akan mendarah. daging dalam tubuh dan menjadi sumber energi yang penting untuk
BAB I PENDAHULUAN A LATAR BELAKANG MASALAH Dalam Islam umat muslim diwajibkan mengkonsumsi makanan yang halal, karena setiap makanan yang kita konsumsi akan mendarah daging dalam tubuh dan menjadi sumber
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. persepsi yang baru dari seseorang. Inovasi adalah produk atau jasa yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Inovasi Produk Menurut Kotler dan Keller (2009) inovasi adalah produk, jasa, ide, dan persepsi yang baru dari seseorang. Inovasi adalah produk atau jasa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan globalisasi yang berkembang saat ini, gaya hidup masyarakat pada umumnya mengalami banyak perubahan. Perubahan tersebut dapat
Lebih terperinciMenimbang : Mengingat :
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.5.1.2569 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENILAIAN PRODUK PANGAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : Mengingat
Lebih terperinciKIAT MEMILIH PRODUK HALAL
Serial artikel sosialisasi halalan toyyiban PusatHalal.com Materi 5 KIAT MEMILIH PRODUK HALAL Oleh DR. Anton Apriyantono Mengkonsumsi pangan yang halal dan thoyyib (baik, sehat, bergizi dan aman) adalah
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XV/2017 Produk Halal
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XV/2017 Produk Halal I. PEMOHON Paustinus Siburian, SH., MH II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat besar dalam membantu perekonomian rakyat. UKM Menurut UU No. 20 tahun 2008 Usaha Kecil dan Menengah adalah usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran UKM telah teraktualisasi sejak masa krisis sampai saat sekarang ini. Selama masa krisis hingga saat ini, keberadaan UKM mampu menjadi motor penggerak utama ekonomi
Lebih terperinciIII. TINJAUAN PUSTAKA
III. TINJAUAN PUSTAKA A. PANGAN HALAL Pangan di dalam UU RI No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label
PENDAHULUAN Latar Belakang Label merupakan salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label yang disusun secara baik akan memudahkan konsumen
Lebih terperinciII. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dalam BAB XA mengenai Hak Asasi Manusia pada pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerapkan ajaran agama dalam kehidupan. Al-Qur an menegaskan kepada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam merupakan agama mayoritas yang dipeluk oleh penduduk Indonesia. Sebagai agama, Islam memberikan warna kepada setiap aspek kehidupan pemeluknya. Dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketentraman. emosional, karena hal itu merupakan pengalaman subyektif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN
PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN UMUM Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab merupakan salah satu tujuan penting
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Manajemen Pemasaran 2.1.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Kotler (2007:6), definisi manajemen pemasaran adalah Manajemen Pemasaran
Lebih terperinciMasyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA
Konferensi Tingkat Tinggi Association of South East Asia Nations (ASEAN) ke-9 tahun 2003 menyepakati Bali Concord II yang memuat 3 pilar untuk mencapai vision 2020 yaitu ekonomi, sosial, budaya, dan politik
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035 menjadikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produk Pangan 1. Pengertian Pangan Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan yang selanjutnya disingkat UUP, Pangan adalah segala sesuatu
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak mendapat perlindungan
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN BAB I. Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, LATAR BELAKANG. rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan
BAB I: PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, BAB I LATAR BELAKANG rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. BAB II: TINJAUAN
Lebih terperinciFATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 52 Tahun 2012 Tentang HUKUM HEWAN TERNAK YANG DIBERI PAKAN DARI BARANG NAJIS
FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 52 Tahun 2012 Tentang HUKUM HEWAN TERNAK YANG DIBERI PAKAN DARI BARANG NAJIS (MUI), setelah : Menimbang : 1. bahwa produk pangan ternak ada yang telah dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah mengatur segala aspek kehidupan manusia, mulai dari hal-hal yang besar hingga bagian terkecil dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan pemasaran yaitu membuat agar penjualan
Lebih terperincisyarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan (makanan dan minuman) yang halal dan baik merupakan syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan
Lebih terperinciPengaruh Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Sosis di Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang
Pengaruh Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Sosis di Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Tengku Putri Lindung Bulan Fakultas Ekonomi, Universitas Samudra email: tengkuputrilindungbulan@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. usaha organisasi atau perusahaan dalam mendesain, promosi, harga dan distribusi
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Green marketing Green marketing (pemasaran hijau) sebagai salah satu usaha strategis dalam menciptakan suatu bisnis yang berbasis
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN
KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. persaingan bisnis, perusahaan harus mampu memberikan nilai (value) yang lebih
BAB II LANDASAN TEORI Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, menggunakan (memakai, mengkonsumsi dan menghabiskan produk (barang dan jasa) termasuk proses yang mendahului
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, dan pengalaman
Lebih terperinciPENGARUH ATRIBUT PRODUK DAN LABEL HALAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK WARDAH DI KOTA SEMARANG ABSTRAK
PENGARUH ATRIBUT PRODUK DAN LABEL HALAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK WARDAH DI KOTA SEMARANG Oleh Vivi Rahmawati Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]
UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 55 Barangsiapa dengan sengaja: a. menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. periklanan secara komprehensif menurut Kotler, Philip & Armstrong
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori 1. Pengertian dan Tujuan Iklan a. Pengertian Iklan Kata periklanan atau iklan berasal dari bahasa Yunani, yang artinya lebih kurang adalah menggiring orang pada
Lebih terperinci