Gambar 1. Cengkeh kering 5

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 1. Cengkeh kering 5"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cengkeh Cengkeh (Syzygium Aromaticum) adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari Maluku. Tanaman perkebunan ini menyebar di Indonesia sejak tahun 1870 dan kini sudah banyak dibudidayakan untuk diambil bunga dan minyaknya. Tanaman cengkeh dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim tropis. 2 Indonesia merupakan negara penghasil cengkeh terbesar di dunia dengan kapasitas produksi sebesar ton/tahun, disusul Madagaskar dan Tanzania dengan total produksi 1/6 total produksi cengkeh Indonesia yaitu sekitar ton/tahun. 3 Cengkeh adalah jenis tumbuhan perdu yang memiliki batang pohon yang besar dan berkayu keras. Pohon cengkeh dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 20 meter dan umumnya pohon cengkeh membutuhkan waktu sekitar 5 tahun untuk tumbuh dewasa dan siap dipanen. Daun cengkeh berwarna hijau berukuran 3-6 inci berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan pangkalnya menyudut. Bunga cengkeh yang muda berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijauan dan berwarna merah muda apabila sudah tua, sedangkan bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman. 4,5 Gambar 1. Cengkeh kering 5

2 fosfor. 4 Eugenol merupakan senyawa yang berperan dalam memberikan aroma khas Taksonomi Cengkeh Berdasarkan ilmu taksonomi, cengkeh diklasifikasikan menjadi: 4 Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Filum : Angiosperma Kelas : Dicotyledonae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Syzygium Spesies : Syzygium aromaticum (L.) Kandungan Cengkeh United States Department of Agriculture (USDA) melaporkan bahwa dalam 100 gram cengkeh terkandung beberapa mineral seperti kalsium sebesar 44 mg, 0,231 mg tembaga, 1,28 mg zat besi, 60 mg magnesium, 0,256 mg mangan, dan 90 mg menyegarkan dan pedas pada cengkeh, dan mempunyai efek analgesik, antiinflamasi, antimikroba, antiviral, antifungal, antiseptik, sehingga senyawa ini banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi. 6,7,17 Senyawa eugenol merupakan komponen utama yang terkandung dalam minyak cengkeh, dengan kandungan dapat mencapai 72-90%, kandungan lain pada minyak cengkeh antara lain: 4,6,7,10 a. Asetil eugenol yang berfungsi sebagai antioksidan dan aktivitas antiplatelet; beta-kariofilen, asam krategolik, dan vanillin yang berfungsi sebagai agen antiinflamasi, antioksidan, dan antitumor. b. Tannin seperti asam galatanat dan metil salisilat yang dapat meningkatkan ketahanan terhadap asam pada enamel gigi. c. Flavonoid seperti eugenin, kaempferol, rhamnetin, dan eugenitin yang berfungsi sebagai agen antiinfalamasi, antifungal, dan antioksidan.

3 d. Triterpenoid seperti asam oleanolik yang berfungsi sebagai antimikroba dan antikanker Manfaat Cengkeh Cengkeh merupakan tanaman herbal yang mempunyai banyak manfaat, dengan aroma khasnya yang harum dan sedikit pedas, cengkeh dapat digunakan untuk membuat lemari dan laci-laci menjadi harum. Kandungan kimia pada minyaknya yang sangat bermanfaat membuatnya banyak digunakan sebagai bumbu masakan dan obat berbagai masalah kesehatan sejak ribuan tahun yang lalu. 4,5 Cengkeh mempunyai peran terapeutik dalam kondisi berikut: 4,5-7,17-20 a. Anti-septik: minyak cengkeh dapat digunakan untuk mengurangi infeksi, luka, dan sakit akibat gigitan serangga. b. Anti-fungal: cengkeh bermanfaat dalam mengurangi infeksi jamur seperti athlete s foot. Ali dkk di Dubai (2009) juga mengemukakan bahwa kandungan eugenol yang ada pada cengkeh terbukti dapat menghambat perkembangan jamur Candida albicans. c. Anti-bakteria: minyak cengkeh dapat secara efektif membunuh bakteri infeksi pada kasus keracunan makanan. Chaiya A dkk di Thailand (2013) mengemukakan bahwa kandungan eugenol dalam obat kumur cengkeh dapat menghambat tumbuhnya bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus viridans yang dapat menyebabkan terjadinya plak gigi. d. Anti-kasinogenik: asam oleanolik yang merupakan salah satu komponen dari etil asetat dalam ekstrak cengkeh berperan dalam aktivitas antitumor dengan menginduksi proses apoptosis. e. Aktivitas antiplatelet: cengkeh dapat melancarkan peredaran darah karena kandungan eugenol dan asetil eugenol yang ada pada cengkeh dapat menghambat agregasi platelet. f. Berkumur dengan kandungan cengkeh dapat mengurangi sakit kerongkongan dan bau mulut.

4 g. Hipertensi: mengunyah cengkeh secara teratur setidaknya selama 6 minggu atau lebih dapat membantu mengurangi hipertensi. h. Analgesik: serbuk cengkeh yang diaplikasikan pada gusi gigi yang sakit dapat mengurangi rasa sakit, selain itu dapat juga mengurangi sakit pada sakit telinga dan sakit kepala, dan sakit gigi. i. Cengkeh dapat membantu dalam meredakan masalah pencernaan seperti muntahmuntah, diare, dan perut kembung. j. Antioksidan: minyak cengkeh dapat berfungsi sebagai antioksidan yang kuat. USDA (United States Department of Agriculture) menetapkan skala yang bernama ORAC (Oxygen Radical Absorption Capacity), dimana semakin tinggi skor ORAC, semakin mampu bahan tersebut merusak radikal bebas, dan minyak cengkeh mempunyai skor ORAC tertinggi yaitu disusul minyak thyme dengan skor , sehingga cengkeh dikenal sebagai sang juara dari seluruh bahan antioksidan. Selain dalam bidang kesehatan, cengkeh dapat juga dimanfaatkan untuk mengusir nyamuk dan ngengat. Dalam bidang industri pabrik, cengkeh digunakan sebagai bahan dalam pasta gigi, sabun, kosmetik, obat kumur, parfum, dan rokok. Cengkeh juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat gosok balsam untuk mengurangi rasa sakit karena rematik, dan produk aroma terapi (Jirovets, 2010) Manfaat Cengkeh Terhadap Kekerasan Enamel Penelitian oleh Al-lami AHK dan Al-lousi WS di Irak (2011) menunjukkan bahwa larutan ekstrak cengkeh 1%, 5%, dan 10% dapat meningkatkan kekerasan enamel pada gigi yang terdemineralisasi secara signifikan karena terdapat kandungan ion Ca 2+ dan PO 3-4 di dalamnya, dimana ion Ca dan PO 4 merupakan komponen mayor dari kristal hidroksiapatit. 10 Ion Ca dan PO 4 yang ada pada obat kumur cengkeh akan membantu proses remineralisasi. Mikroporositas yang disebabkan oleh minuman asam mengakibatkan enamel gigi memiliki energi tegangan permukaan yang tinggi sehingga memungkinkan mineral kalsium dan fosfor masuk ke dalam mikroporositas tersebut. 21 Cengkeh juga mengandung tannin yang dapat meningkatkan ketahanan terhadap asam. 10 Marya CM dkk di India (2012) juga

5 lain. 23 Kandungan mineral yang tinggi membuat enamel mempunyai sifat yang keras, menunjukkan bahwa komponen mayor dalam cengkeh seperti eugenol dan asetil eugenol dalam minyak cengkeh 0,05% dapat menghambat dekalsifikasi enamel oleh jus apel dan menyebabkan terjadinya proses remineralisasi Enamel Gigi tersusun atas jaringan keras yang terdiri dari enamel, dentin, dan sementum. Enamel adalah lapisan terluar gigi yang menutupi seluruh mahkota gigi dan dibentuk oleh sel-sel yang disebut ameloblast. Enamel berwarna putih, namun enamel memiliki sifat translusen sehingga memungkinkan warna dentin yang sedikit kekuningan terlihat. 22,23 Enamel terdiri atas 96% materi anorganik berupa mineral, 3% air, dan 1% materi organik. Komponen mineral utama pada enamel adalah kalsium dan fosfat yang tersusun dalam hidroksiapatit (Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 ), sedangkan komponen organiknya adalah rod sheath dan protein-protein enamel. 9,22,24 Enamel mengandung dua jenis protein yaitu amelogenin dan enamelin yang akan membantu dalam pembentukan kristal dengan mengikat kalsium dengan komponen hidroksiapatit yang bahkan merupakan jaringan yang paling keras pada tubuh manusia. Walaupun enamel merupakan struktur yang sangat keras, namun enamel bersifat semi-permeabel sehingga memungkinkan ion dan beberapa jenis cairan, bakteri, dan produk bakteri dalam rongga mulut berdifusi ke dalam enamel. 21 Enamel tidak mempunyai sel, pembuluh darah, dan saraf sehingga tidak dapat memperbaharui dirinya jika rusak atau patah, tetapi dapat mengalami mineralisasi apabila mengalami kehilangan substansi enamel yang ringan. 24 Secara mikroskopis, struktur dasar enamel adalah susunan prisma enamel atau enamel rod. Prisma enamel tersusun pada enamel dengan dasarnya tegak lurus pada DEJ (pertautan dentino-enamel) dan puncaknya pada permukaan luar gigi. Setiap prisma terbentuk dari empat ameloblas. Satu ameloblas membentuk kepala prisma, dua ameloblast membentuk leher prisma, dan ekor prisma terbentuk dari ameloblas

6 yang keempat. Pada potongan melintang, prisma enamel tampak seperti lubang kunci dengan kepala dan ekor, sedangkan pada potongan memanjang tampak seperti persegi panjang. Prisma enamel merupakan massa kristal-kristal hidroksiapatit pada pola yang teroganisir. 21,24 Gambar 2. Prisma enamel, struktur dasar dari enamel. A: Diagram prisma enamel dan hubungannya dengan enamel gigi. B: Potongan melintang prisma enamel. C dan D: Potongan memanjang prisma enamel Demineralisasi dan Remineralisasi Demineralisasi enamel adalah lepasnya sebagian maupun seluruh mineral dalam hidroksiapatit enamel karena larut dalam asam. Kondisi demineralisasi enamel terjadi bila ph larutan disekeliling permukaan enamel lebih rendah dari 5,5, dimana dilaporkan bahwa ph kritis enamel gigi berada diantara 5,2 dan 5,5. Semakin rendah ph saliva, maka akan menyebabkan ion hidrogen semakin meningkat sehingga dapat merusak ikatan hidroksiapatit (Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 ) pada enamel gigi. Adapun pengaruh ph terhadap koefisien laju reaksi menunjukkan, bahwa semakin kecil atau semakin asam media, maka semakin tinggi laju reaksi pelepasan ion kalsium dari enamel gigi. 8,9,21 Demineralisasi dapat dibedakan menjadi demineralisasi yang disebabkan oleh karies dan demineralisasi non karies yang terdiri atas atrisi, abrasi, dan erosi.

7 Demineralisasi oleh karies disebabkan oleh asam yang berasal dari fermentasi karbohidrat oleh bakteri. Sedangkan demineralisasi non karies seperti pada erosi terjadi karena asam yang berasal dari makanan dan minuman, obat-obatan, asam lambung dan dari lingkungan pekerjaan yang berkontak langsung dengan gigi tanpa melibatkan aktifitas bakteri. Pada tahap awal, erosi kurang disadari oleh penderita sebab tidak terjadi perubahan warna dan bukan berbentuk lubang. Gejala awal erosi adalah suatu bercak putih yang secara mikroanatomi terlihat bulat, licin, dan mengkilap. Pada tahap lanjut, semakin banyak enamel hilang, permukaan gigi semakin licin dan mengkilap, serta permukaan yang membulat pada elemen gigi menjadi rata. 25 Pada saat asam berkontak dengan enamel maka ion hidrogen pada larutan asam mulai melarutkan kristal enamel. Mula-mula, daerah selubung prisma (prisma sheath) melarut dan berlanjut ke inti prisma, membentuk permukaan dengan gambaran seperti sarang lebah. Kemudian asam yang tidak berionisasi (anion) berdifusi ke dalam daerah interprismatik pada enamel gigi dan melarutkan lebih lanjut mineral pada daerah bagian bawah permukaan enamel. Struktur prisma enamel menjadi irreguler diikuti dengan derajat hilangnya enamel yang bervariasi dari satu tempat ketempat lain. 14 Reaksi kimia pelepasan ion kalsium dari enamel gigi dalam suasana asam ditunjukkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut: 26,27 Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 10Ca PO OH - Padat Larut Dari reaksi di atas, ketika ph menjadi asam, ion OH - akan diubah oleh ion [H + ] ke bentuk H 2 O dan PO 3-4 menjadi bentuk HPO HPO 4 tidak dapat dikontribusi kepada keseimbangan hidroksiapatit yang normal karena dalam hidroksiapatit normal yang terkandung di dalamnya adalah PO 4 dan bukan HPO 4 sehingga mengakibatkan hidroksiapatit melarut. 26,27 Demineralisasi yang terus-menerus akan membentuk poripori kecil atau porositas pada permukaan enamel yang sebelumnya tidak ada sehingga nantinya dapat menyebabkan penurunan kekerasan enamel. 9

8 Remineralisasi merupakan proses dimana ion mineral kalsium dan fosfat kembali membentuk kristal hidroksiapatit pada enamel. Kunci utama dalam proses remineralisasi adalah dengan mengembalikan ph rongga mulut ke tingkat yang lebih tinggi daripada ph kritis enamel gigi dan terdapat ion Ca 2+ dan PO 3-4 yang cukup pada rongga mulut. 8,21,28 Remineralisasi dapat terjadi jika terdapat sebagian kristal yang terdemineralisasi sehingga kristal yang terdemineralisasi tersebut dapat kembali ke ukuran semula ketika terekspos dengan cairan yang mengandung ion Ca 2+ dan PO 3-4. Ion kalsium dan fosfat akan menghambat proses penguraian hidroksiapatit dan menyebabkan terjadinya rebuilding atau pembangunan kembali sebagian kristal hidroksiapatit yang larut. Mikroporositas yang disebakan oleh karena minuman asam mengakibatkan enamel gigi memiliki energi tegangan permukaan yang tinggi sehingga memungkinkan mineral Ca dan PO 4 masuk ke dalam mikroporositas tersebut. Mikroporositas enamel yang terjadi akan terisi Ca dan PO 4 karena mikroporositas enamel hanya akan diisi dengan ion mineral yang memiliki jari-jari ionik yang sama dengan jari-jari ionik mineral yang hilang. Pergantian mineral pada mikroporositas enamel akan stabil hanya bila ion Ca dan PO 4 yang larut juga tergantikan dengan kedua ion tersebut. 8,21 Remineralisasi enamel tidak selalu dapat terjadi, dalam prosesnya selalu dipengaruhi oleh banyak hal, seperti waktu perendaman, supersaturasi larutan terhadap gigi, laju endapan reaktan dan ph larutan. Jika faktor tersebut tidak memenuhi maka remineralisai enamel akan terhambat. Proses remineralisasi adalah proses penting yang memiliki pengaruh secara signifikan pada kekerasan dan kekuatan gigi. 8,21,28, Kekerasan Enamel Kekerasan merupakan ketahanan material terhadap penetrasi dari beban yang diberikan dimana beban yang diberikan hanya mengenai sebagian kecil luas permukaan material dalam jangka waktu tertentu. Kekerasan permukaan enamel berbeda-beda tergantung pada lokasinya dan kekerasannya akan berkurang dari

9 permukaan luar enamel menuju ke dentin. Hal ini disebabkan kandungan mineral anorganik pada dentin dan sementum lebih rendah dari enamel. 15,23 Penurunan kekerasan permukaan gigi membuat gigi lebih rentan terhadap erosi dan kehilangan mineral gigi. 30 Kekerasan permukaan gigi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tingkat keasaman, suhu, dan mineral pada makanan atau minuman: a. Mineral yang ada di dalam makanan atau minuman Benjakul dkk di Thailand (2011) menunjukkan bahwa Kapi yang ditambahkan pada makanan sejenis kari yang berasal dari Thailand (Kangsom) dapat mengurangi erosi pada enamel. Kapi adalah udang yang telah difermentasi hingga berbentuk pasta yang mengandung kalsium cukup tinggi. Penelitian ini membuktikan bahwa mineral yang terkandung dalam makanan dan minuman dapat mempengaruhi kekerasan enamel. 31 b. Tingkat keasaman makanan atau minuman Semakin asam makanan dan minuman akan semakin berpotensi mengakibatkan erosi gigi. Tahmassebi dkk di Inggris (2006) menunjukkan bahwa Makanan dan minuman yang memiliki ph di bawah ph kritis (5,5) dengan kuantitas asam yang tinggi dapat menyebabkan erosi gigi yang lebih progresif. 30 Pernyataan ini didukung oleh Seow WK dan Thong KM di Australia (2005) yang menunjukkan bahwa minuman ringan, minuman olahraga, jus buah, serta minuman beralkohol dengan ph asam (<5,5) dapat menimbulkan erosi dan penurunan kekerasan enamel yang signifikan. 32 c. Suhu makanan atau minuman Machado C dkk di Amerika (2008) menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur jus jeruk dan minuman ringan, semakin besar efeknya pada erosi enamel Ketebalan Enamel Enamel memiliki ketebalan yang bervariasi dan berbeda pada setiap area gigi. Ketebalan enamel yang paling tinggi berada pada daerah cusp maupun insisal, sedangkan tertipis pada daerah cemento-enamel junction. 23 Pada gigi anterior (insisal

10 edge) ketebalan enamel sebesar 2 mm, gigi premolar (cusp) sebesar 2,3-2,5 mm, dan gigi molar (cusp) sebesar 2,5-3 mm. Gigi premolar satu permanen memiliki ketebalan enamel sebesar 0,904 mm (dari puncak cusp lingual), 0,625 mm (dari puncak cusp buccal), 0,95 mm (dari lingual occlusal), dan 0,68 mm (dari buccal occlusal). Schwartz GT (2000) mendeskripsikan ketebalan enamel pada gigi premolar, molar 1, molar 2, dan molar 3 melalui tabel berikut. 33 Tabel 1. Nilai rerata ketebalan enamel manusia pada rahang atas dan rahang bawah. 33 Daerah pengukuran gigi Rerata ketebalan enamel gigi (mm) Molar 1 Molar 2 Molar 3 Premolar Lingual cusp tips 1,77 1,80 1,81 0,90 Buccal cusp tips 1,98 2,05 2,26 0,62 Lingual occlusal 1,53 1,55 1,59 0,95 Buccal occlusal 1,91 1,81 1,96 0, Alat Penguji Kekerasan Enamel Kekerasan enamel umumnya diukur dengan menggunakan alat pengukur kekerasan mikro yaitu Knoop Hardness Tester dan Vickers Hardness Tester. Gutierrez-salazar MP dan Reyes-Gasga J melaporkan kekerasan enamel yang diukur berkisar VHN (Vickers Hardness Number), Chuenarrom C dkk melaporkan kekerasan enamel berkisar dari VHN, Mettu S dkk melaporkan kekerasan enamel berkisar ±5.97 VHN, sedangkan Cirano FR dkk melaporkan sebesar 398,41±24,74 VHN. Variasi kekerasan enamel dapat terjadi karena faktor gambaran histologi gigi, komposisi kimiawi yang terkandung pada gigi, dan persiapan sampel. 15,16,29,34 a. Metode Knoop Metode Knoop biasanya digunakan untuk mengukur nilai kekerasan obyek yang kecil atau tipis. Beban pengujian kekerasan Knoop berkisar antara 10 hingga

11 1000 gram. Indentor diamond Knoop menghasilkan indentasi kecil yang berbentuk belah ketupat yang elongasi dimana ratio antara diagonal yang panjang dibanding diagonal pendek adalah 7:1, yang diukur adalah panjang diagonal terbesar. Kemudian, daerah yang terjejas dibagi dengan beban yang diberikan sehingga menghasilkan Knoop Hardness Number (KHN). 35,36 Gambar 3. Bentuk indentasi alat kekerasan Knoop 36 b. Metode Vickers Vickers hardness tester adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur nilai kekerasan enamel. Pengujian kekerasan Vickers dilakukan dengan membuat indentasi pada permukaan obyek yang diuji dengan indentor diamond yang berbentuk piramida dengan dasar persegi dan sudut 136 o antara satu permukaan dengan permukaan yang berlawanan seperti di gambar 4. Beban yang diinginkan ditekan pada permukaan obyek selama 10 sampai 15 detik. Setelah itu, panjang kedua garis diagonal pada lekukan yang dihasilkan diukur di bawah mikroskop untuk mendapatkan nilai rata-ratanya. 35,36 Kemudian, nilai kekerasan Vickers (HV) dapat dihitung dengan rumus: 29 HV = 1,854 x F d 2 Petunjuk: F= beban yang diterapkan d= rata-rata panjang kedua garis diagonal pada lekukan

12 Pengujian kekerasan enamel menggunakan metode Vickers lebih banyak digunakan dibandingkan metode Knoop karena bentuk persegi yang dihasilkan oleh indentor Vickers lebih mudah diukur dan hasil juga lebih akurat. Perubahan kecil pada bentuk persegi yang dihasilkan oleh indentor dapat dideteksi dengan mudah, sementara lekukan yang dihasilkan oleh indentor Knoop berbentuk rhomboid sehingga pendeteksian kesalahan sulit dilakukan. Untuk menghindari bias nilai kekerasan sampel, beberapa indentasi harus dilakukan pada setiap sampel dan diambil nilai rata-ratanya. 15,29 Gambar 4. Bentuk indentasi alat kekerasan Vickers Gigi Premolar Pertama Maksila Permanen Gigi premolar pertama maksila permanen erupsi pada usia tahun, dengan pembentukan akar yang lengkap pada usia Gigi ini tumbuh di sebelah distal gigi kaninus maksila permanen dan merupakan gigi pengganti dari gigi molar pertama maksila sulung. Gigi ini berfungsi untuk membantu pengunyahan makanan. 24 Gigi premolar pertama maksila memiliki dua cusp yang tajam, yaitu buccal cusp dan palatal cusp. Buccal cusp lebih panjang 1 mm daripada palatal cusp. Dibandingkan dengan gigi kaninus, gigi ini lebih pendek 1,5-2 mm. Radiks gigi lebih pendek daripada radiks gigi kaninus. Bila belum terjadi perubahan akibat pemakaian, bagian mesial buccal cusp lebih panjang daripada bagian distalnya. Umumnya gigi

13 premolar satu maksila mempunyai dua akar dan dua saluran akar. Pada gigi premolar satu maksila dengan satu radiks, saluran radiksnya tetap dua. 24,37 Bukal D M Palatal Oklusal Mesial Distal Gambar 5. Gigi premolar pertama maksila permanen kanan dilihat dari berbagai aspek Obat Kumur Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk membilas rongga mulut dengan tujuan untuk menyingkirkan plak, menyegarkan mulut, membantu menyembuhkan inflamasi dan mencegah karies gigi. Obat kumur dapat digunakan sebagai tambahan dari pemeliharaan kebersihan mulut seperti sikat gigi dan flossing. 38 Obat kumur pada umumnya terdiri dari 3 komponen utama, yaitu: 38 a. Bahan aktif yang dipilih untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut secara spesifik, seperti antikaries, antimikroba, atau untuk mengurangi plak. b. Air atau alkohol sebagai pelarut.

14 c. Surfaktan untuk menjaga kestabilan struktur zat yang terkandung dalam larutan obat kumur. Kandungan alkohol pada obat kumur berfungsi sebagai pelarut dan pengawet. Penelitian telah menunjukkan bahwa konsentrasi alkohol yang tinggi (diatas 20%) pada obat kumur dapat berefek pada keratosis, ulserasi mukosa, gingivitis, petechiae, bahkan resiko kanker mulut. 38 Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memverifikasi kelebihan obat kumur herbal, karena obat kumur herbal mengandung bahan alami yang disebut phytochemicals, bahan ini mempunyai efek antimikrobial dan antiinflamasi. 39 Komposisi yang terdapat dalam obat kumur yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Air yang berfungsi sebagai pelarut. b. Xylitol (5%) berfungsi untuk menekan jumlah bakteri patogen rongga mulut. 40,41 c. Minyak cengkeh (0,35%) berfungsi sebagai antibakteri alami. Penelitian yang dilakukan oleh Chaiya A dkk di Thailand (2013), Aneja KR dkk di India (2010), dan Ali HS dkk di Dubai (2009) menunjukkan bahwa minyak cengkeh dapat menghambat tumbuhnya bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya plak gigi, juga mengurangi bau mulut d. Sodium benzoate berfungsi sebagai pengawet dan antibakteri. Sodium benzoate dapat bekerja maksimal pada suasana asam e. Minyak mint berfungsi sebagai antibakteri dan antifungal alami. Penelitian yang dilakukan oleh Al-Sum BA et al (2013) di Saudi Arabia dan Sulieman AME et al (2011) di Sudan menunjukkan bahwa minyak mint dapat menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri penyebab plak gigi. 46,47 f. Minyak peppermint berfungsi sebagai antibakteri. Penelitian yang dilakukan oleh Surjana P dkk di India (2013) dan Singh R dkk di Libya (2011) menunjukkan bahwa minyak peppermint dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif dalam rongga mulut. 48,49 g. Cl berfungsi untuk memberikan warna kuning pada obat kumur.

15 2.5 Saliva Saliva merupakan cairan mulut yang kompleks terdiri dari campuran sekresi kelenjar saliva mayor dan minor yang ada dalam rongga mulut. Saliva sebagian besar dihasilkan saat makan yang merupakan reaksi atas rangsangan yang berupa pengecapan dan pengunyahan makanan. 50 Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi, menetralkan suasana asam, dan juga membantu mempertahankan kestabilan sistem buffer dalam rongga mulut. 50 Laju alir saliva normal berkisar dari 1-3 ml/menit. 51 Keberadaan saliva merupakan faktor penting dalam proses remineralisasi enamel, dimana difusi komponen saliva seperti kalsium dan fosfat dapat memperlambat proses kelarutan enamel dan meningkatkan remineralisasi gigi Komposisi Saliva Saliva terdiri dari 94-99,5% air, bahan organik, dan anorganik. Komponen organik dalam saliva yang utama adalah protein-protein seperti α-amilase, musin, protein kaya prolin, musin, urea dan sialin. Urea dan sialin memegang peranan penting dalam meningkatkan ph biofilm setelah paparan dengan karbohidrat. 51 Komponen anorganik saliva antara lain natrium (Na + ), kalium (K + ), magnesium (Mg2 + ), klor (Cl - ), sulfat (SO 2-4 ), bikarbonat (HCO 3- ), kalsium (Ca 2+ ), dan fosfat (PO 4 ). Kadar kalsium dan fosfat dalam saliva sangat penting untuk remineralisasi enamel karena dapat mengisi kembali kristal hidroksiapatit yang telah terurai pada proses demineralisasi. Ion bikarbonat juga merupakan ion buffer terpenting dalam saliva yang menghasilkan 85% dari kapasitas buffer saliva Landasan Teori Enamel adalah lapisan terluar gigi yang menutupi seluruh mahkota gigi dan merupakan bagian tubuh yang paling keras. Enamel bersifat semi-permeabel sehingga memungkinkan ion dan beberapa jenis cairan, bakteri, dan produk bakteri dalam rongga mulut berdifusi ke dalam enamel. 21,22,23

16 Enamel gigi yang terpapar dalam suasana asam melewati ph kritis enamel (5,5) akan mengalami demineralisasi. Demineralisasi enamel adalah lepasnya sebagian maupun seluruh mineral dalam hidroksiapatit akibat proses kimia. Semakin rendah ph atau semakin asam media, maka semakin tinggi laju reaksi pelepasan ion kalsium dari enamel gigi. ph saliva yang rendah juga akan menyebabkan ion hidrogen semakin meningkat sehingga dapat merusak ikatan hidroksiapatit (Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 ) pada enamel gigi. 2,8,9,21,28 Akhir-akhir ini semakin banyak masyarakat mengkonsumsi minuman ringan, salah satunya adalah jus jeruk kemasan. Minuman ringan seperti jus jeruk mempunyai ph <5,5 dan terbukti dapat menyebabkan erosi dan penurunan kekerasan pada enamel ,32 Remineralisasi merupakan proses dimana ion kalsium dan fosfat kembali masuk kedalam kristal hidroksiapatit. Remineralisasi dapat terjadi jika terdapat sebagian kristal yang terdemineralisasi sehingga kristal yang terdemineralisasi tersebut dapat kembali ke ukuran semula ketika terekspos dengan cairan yang mengandung ion kalsium dan fosfat. Ion kalsium dan fosfat akan menghambat proses penguraian hidroksiapatit dan hal ini memungkinkan pembentukan kembali kristal apatit yang telah terpisah. 3,8,9 Cengkeh (Syzygium Aromaticum) merupakan tanaman herbal asli Indonesia yang berasal dari Maluku. Cengkeh dilaporkan mempunyai kandungan kalsium dan fosfat, dimana kedua kandungan tersebut dapat berperan dalam meningkatkan kekerasan permukaan enamel. 2,4,10 Keberadaan saliva juga merupakan faktor penting dalam proses remineralisasi enamel, dimana difusi komponen anorganik saliva seperti kalsium, fosfat, dan ion bikarbonat juga komponen organik seperti urea dan sialin dapat menurunkan kelarutan enamel dan meningkatkan remineralisasi gigi. Proses remineralisasi merupakan proses penting yang memiliki pengaruh pada kekerasan dan kekuatan gigi. 8,21,28,29 Kekerasan enamel adalah suatu sifat dari enamel yang dapat diukur dan memegang peranan penting dalam eksperimen demineralisasi dan remineralisasi. Melalui pengukuran kekerasan permukaan enamel awal, sebelum, dan sesudah perlakuan, dapat diketahui apakah enamel mengalami demineralisasi atau remineralisasi. Kekerasan permukaan enamel umumnya diukur dengan menggunakan

17 alat pengukur kekerasan mikro yaitu Knoop Hardness Tester dan Vickers Hardness Tester, namun pengukuran kekerasan permukaan enamel dengan metode Vickers lebih banyak digunakan dibandingkan metode Knoop karena bentuk persegi yang dihasilkan oleh indentor Vickers lebih mudah diukur dan hasil juga lebih akurat. Perubahan kecil pada bentuk persegi yang dihasilkan oleh indentor dapat dideteksi dengan mudah, sementara lekukan yang dihasilkan oleh indentor Knoop berbentuk rhomboid sehingga pendeteksian kesalahan sulit dilakukan. 15,29,35,36

18 Kerangka Teori Jaringan keras gigi Enamel Komposisi 96% mineral Hidroksiapatit Dentin Sementum 3% air 1% materi organik Kekerasan enamel ph < 5,5 Demineralisasi Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 10Ca PO OH - Cengkeh Penurunan kekerasan enamel Eugenol - Fenol (asam lemah) Mineral: - Ca 2+ - PO Menghambat dekalsifikasi enamel Saliva: - Ca 2+ - PO HCO 3- - Urea Remineralisasi 10Ca PO OH - Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 Peningkatan kekerasan enamel

19 2.8 Kerangka Konsep Gigi premolar pertama maksila permanen Enamel Kekerasan enamel awal Jus jeruk kemasan ph 3,6 Obat kumur cengkeh (Eugenol, Ca 2+, PO 4 3- ) Obat kumur cengkeh (Eugenol) + saliva buatan (Ca 2+, PO 4 3-, HCO 3-, Urea) Demineralisasi Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 10Ca PO OH - Remineralisasi 10Ca PO OH - Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 Kekerasan enamel yang di demineralisasi Perendaman 30 detik Perendaman 1 menit Perendaman 2 menit Perendaman 4 menit Kekerasan enamel setelah perendaman obat kumur Perbedaan kekerasan enamel

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian pretest and posttest control group design. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman sekarang banyak produk-produk yang menawarkan makanan dan minuman secara instant. Promosi dari masing-masing produk tersebut telah menarik pembeli terutama

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan Saat ini konsumsi minuman ringan pada anak maupun remaja mengalami peningkatan hingga mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Minuman ringan yang telah beredar

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Skema Alur Pikir 1. Penggunaan jangka panjang obat kumur berbahan dasar kimia berefek samping menimbulkan diskolorisasi gigi, rasa kurang enak, ulserasi mukosa mulut, dan parestesi. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

Efek obat kumur mengandung cengkeh terhadap kekerasan enamel gigi

Efek obat kumur mengandung cengkeh terhadap kekerasan enamel gigi 25 Efek obat kumur mengandung cengkeh terhadap kekerasan enamel gigi 1 Yumi Lindawati, 2 Novia 1 Departemen Biologi Oral 2 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara e-mail: drg.yumi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erosi merupakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Asam penyebab erosi berbeda dengan asam penyebab karies

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Struktur Gigi Desidui Gigi desidui atau lebih dikenal dengan gigi susu adalah gigi yang pertama kali muncul di rongga mulut. Gigi desidui sudah mulai berkembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena memiliki kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, berbagai vitamin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum terjadi pada individu di seluruh dunia (Selwitz dkk, 2007). Menurut data riskesdas tahun 2013, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies dan penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua kelompok umur di Indonesia (Tampubolon,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat, baik dibidang kedokteran maupun kedokteran gigi yang dapat dipertanggung jawabkan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan pada 90% dari populasi dunia. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obar kumur memiliki banyak manfaat bagi peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur digunakan untuk membersihkan mulut dari debris atau sisa makanan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan gaya hidup sehat semakin meningkat. Salah satunya adalah adanya kecenderungan masyarakat untuk mengonsumsi makanan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan pada spesimen adalah sebagai berikut:

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan  pada spesimen adalah sebagai berikut: 26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil rata rata pengukuran kekerasan email pada spesimen adalah sebagai berikut: Tabel 5.1. Kekerasan Email Rata-rata Microhardness Kontrol Perlakuan p Konsentrasi xylitol 20%

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengukuran Nilai Kekerasan Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui besar nilai kekerasan gigi desidui sebelum dan sesudah perendaman pada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur email dan dentin pada gigi merupakan faktor penting terjadinya karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi (Samaranayake,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L)

KARAKTERISTIK  GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L) KARAKTERISTIK EMAIL GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L) Latar Belakang Provinsi Aceh merupakan penghasil asam sunti yang merupakan bumbu masakan seperti kuah asam keueng, tumeh eungkot sure,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia (RI) dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mulut merupakan tempat yang ideal untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme karena mulut memiliki kelembaban serta memiliki asupan makanan yang teratur. Mikroba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas mikroba dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu hal paling penting bagi kesehatan setiap masyarakat. Pada era modern seperti saat ini, masyarakat memiliki gaya hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di seluruh dunia dan dialami oleh hampir seluruh individu pada sepanjang hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi Karies Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin, dan sementum yang disebabkan aktifitas bakteri flora mulut yang ada dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan di masyarakat. 1 Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2004,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan secara komprehensif dikarenakan latar belakangnya yang berdimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karies menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut pada anak-anak. Target WHO tahun 2010 adalah untuk mencapai indeks caries 1,0. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah gigi yang paling sering dijumpai. Hipersensitivitas dentin ditandai sebagai nyeri akibat dentin yang terbuka jika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar saliva mayor dan minor yang ada pada mukosa mulut. 1 Saliva terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal pada anak usia 12-15 tahun di Indonesia cenderung meningkat dari 76,25% pada tahun 1998 menjadi 78,65% pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak dialami masyarakat di Indonesia adalah karies gigi. Penyakit tersebut menyerang semua golongan umur, mulai dari anak-anak

Lebih terperinci

Gambar 1. Kelenjar saliva 19

Gambar 1. Kelenjar saliva 19 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva adalah cairan yang terdiri atas sekresi yang berasal dari kelenjar saliva dan cairan sulkus gingiva. 90% dari saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva mayor yang

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penilitian Desain: Eksperimental Laboratorik 4.2. Spesimen Spesimen diambil dari gigi yang diekstraksi dari beberapa klinik di Jakarta. Spesimen gigi terdiri dari delapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktifitas berbagai mikroorganisme yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang, merupakan hasil, tanda, dan gejala dari demineralisasi jaringan keras gigi secara kimia, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan RI tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva adalah cairan oral kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk di rongga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasta gigi adalah produk oral yang digunakan untuk membersihkan gigi dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah penampilan estetik gigi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia adalah karies gigi. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva merupakan cairan komplek yang dapat dihasilkan dari kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter, yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh manusia jauh sebelum mengenal gula. Madu baik dikonsumsi saat perut kosong (Suranto, Adji :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rongga mulut merupakan tempat masuknya berbagai zat yang dibutuhkan oleh tubuh dan salah satu bagian di dalamnya ada gigi yang berfungsi sebagai alat mastikasi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Gigi dan S-ECC Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan demineralisasi. Demineralisasi terjadi akibat kerusakan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada pengobatan tradisional untuk perawatan kesehatan mereka. Salah satu tanaman obat yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia dikatakan sehat tidak hanya dari segi kesehatan umum saja tetapi juga meliputi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluhan masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut yang sering diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey kesehatan rumah tangga

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Gambar 5.1. Elektromikrograf Permukaan Email Gigi Kontrol Negatif dari Sampel Email Gigi Premolar (Spesimen yang sama digunakan pada Gambar 5.2.) dengan identifikasi SEM pada perbesaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan kadar gula yang tinggi) dapat menyebabkan manusia rentan terkena

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan kadar gula yang tinggi) dapat menyebabkan manusia rentan terkena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup yang tidak sehat dapat menimbulkan efek negatif bagi kesehatan. Kebiasaan mengkonsumsi makanan atau minuman yang tidak sehat (seperti makanan cepat saji, minuman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan alam telah lama digunakan di bidang kedokteran maupun kedokteran gigi untuk keperluan preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pengobatan dengan menggunakan tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada rongga mulut terdapat berbagai macam koloni bakteri yang masuk melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang masuk melalui makanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan, untuk itu dalam memperoleh kesehatan rongga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius oleh tenaga kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi, hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Menurut Dr. WD

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Menurut Dr. WD BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Menurut Dr. WD Miller (1980), karies merupakan akibat dari kerusakan gigi yang berasal dari asam yang terbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia sering terjadi di masyarakat indonesia. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan Streptococcus viridans yang dapat mengeluarkan toksin sehingga sel-sel pejamu rusak dan bersifat aerob serta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka, sehingga penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang (Herdiyati, 2006 dalam Syafriadi dan Noh, 2014). Diskolorasi gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang (Herdiyati, 2006 dalam Syafriadi dan Noh, 2014). Diskolorasi gigi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi yang mengalami perubahan warna, atau dikenal dengan diskolorasi merupakan salah satu alasan pasien datang ke klinik dokter gigi (Perdigȃo, 2010 dalam Torres dkk.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Obat kumur sering digunakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Obat kumur sering digunakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat kumur sering digunakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut. Kegiatan menyikat gigi dua kali sehari dan penggunaan dental floss merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan melarutnya bahan anorganik, dan diikuti kerusakan pada matriks organik pada gigi. Penyebab karies adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit yang umum terjadi dan mengenai 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2001

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK 4.2. SPESIMEN DAN SAMPEL Spesimen diambil dari gigi yang diekstraksi dari beberapa klinik di Jakarta. Spesimen gigi terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Gigi Desidui Gigi desidui atau yang umumnya dikenal sebagai gigi susu akan erupsi secara lengkap saat anak berusia kurang lebih 2,5 tahun. Gigi desidui berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (>25,9%) dan sebanyak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (>25,9%) dan sebanyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (>25,9%) dan sebanyak 15 provinsi memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur hidup seseorang, mengingat fungsi gigi dan mulut yang sangat berpengaruh dalam fungsi pencernaan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keju merupakan makanan yang banyak dikonsumsi dan ditambahkan dalam berbagai makanan untuk membantu meningkatkan nilai gizi maupun citarasa. Makanan tersebut mudah diperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk.,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk., I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit kronis paling umum di dunia dengan prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk., 2002). Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan fraktur gigi berbeda antara enamel dengan dentin akibat adanya perbedaan komposisi yang terkandung dalam kedua jaringan keras tersebut. Komposisi enamel terbesar tersusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Ilmu yg mempelajari susunan / struktur dan bentuk / konfigurasi gigi, hubungan antara gigi dgn gigi yang lain dan hubungan antara gigi dengan jaringan sekitarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi atau yang biasa dikenal dengan gigi berlubang adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet khususnya

Lebih terperinci

MANFAAT KULIT MANGGIS. OKTOBER 2013 Abdul Malik

MANFAAT KULIT MANGGIS. OKTOBER 2013 Abdul Malik MANFAAT KULIT MANGGIS OKTOBER 2013 Abdul Malik - 649226 Manggis (Garcinia mangostana) adalah tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara. Buah manggis adalah buah musiman dengan kulitnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinikmati dengan diseduh (Silaban, 2005). Tanaman teh (Camellia sinensis)

BAB I PENDAHULUAN. dinikmati dengan diseduh (Silaban, 2005). Tanaman teh (Camellia sinensis) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman favorit yang banyak disukai dan dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh dunia serta sebagian besar masyarakat memanfaatkan teh sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 7 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indera pengecap merupakan salah satu alat untuk merasakan rasa yang ditimbulkan oleh makanan atau bahan lainnya. Lidah adalah sebagai indra pengecapan. Fungsi lidah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak dapat berkalsifikasi menjadi kalkulus atau tartar. Plak dapat terlihat dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak dapat berkalsifikasi menjadi kalkulus atau tartar. Plak dapat terlihat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plak gigi adalah istilah umum untuk komunitas kompleks mikroba yang berkembang pada permukaan gigi, tertanam dalam matriks polimer bakteri dan saliva. Plak dapat berkalsifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ASI atau Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik untuk bayi dan tidak ada satupun makanan lain yang dapat menggantikan ASI. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini karies gigi masih merupakan penyakit utama di bidang kesehatan gigi dan mulut. Karies adalah salah satu masalah kesehatan rongga mulut yang dapat

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranahta

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranahta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keanekaragaman floristik di kawasan timur Indonesia beserta keanekaragaman budayanya cukup menarik, namun belum banyak yang diungkapkan termasuk di kabupaten

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK. Kontrol. Perlakuan larutan remineralisasi + Xylitol 20%

BAB 4 METODE PENELITIAN JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK. Kontrol.  Perlakuan larutan remineralisasi + Xylitol 20% 19 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK 4.2. SPESIMEN Spesimen diambil dari gigi yang diekstraksi dari beberapa klinik di Jakarta. Spesimen gigi terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan satu kesatuan dari kesehatan pada umumnya yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Gigi dan mulut merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan 27 November 2008 bertempat di klinik ortodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI. Selama periode tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 90% yaitu kelenjar parotis memproduksi sekresi cairan serosa, kelenjar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 90% yaitu kelenjar parotis memproduksi sekresi cairan serosa, kelenjar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva merupakan cairan rongga mulut yang terdiri dari sekresi kelenjar saliva dan cairan krevikuler gingiva. Produksi saliva oleh kelenjar mayor sekitar 90%

Lebih terperinci

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah*** PENGARUH KUMUR SARI BUAH BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) (Studi terhadap Anak Usia 12-15 Tahun Pondok Pesantren Al-Adzkar, Al-Furqon, Al-Izzah Mranggen Demak) Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang paling sering dialami oleh masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang dilakukan oleh Departemen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan. Data Riskesdas 2013 menunjukkan 25,9% penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang bidang pekerjaannya sangat menuntut penampilan seperti pramugari

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang bidang pekerjaannya sangat menuntut penampilan seperti pramugari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Estetika adalah salah satu hal yang diperhatikan masyarakat terutama mereka yang berkecimpung di bidang hiburan seperti bintang film, model, penyanyi, serta mereka

Lebih terperinci

Asam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam

Asam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam Asam Basa dan Garam Asam Basa dan Garam A Sifat Asam, Basa, dan Garam 1. Sifat asam Buah-buahan yang masih muda pada umumnya berasa masam. Sebenarnya rasa masam dalam buah-buahan tersebut disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir (Hunter) Roxb. Tanaman ini merupakan komoditas utama Provinsi Sumatera Barat. Sekitar 80%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5%. Menurut hasil RISKESDAS tahun 2013, terjadi peningkatan

Lebih terperinci