BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN"

Transkripsi

1 BAB VI Pemerintah Provinsi Banten STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi merupakan Langkah langkah yang berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi, misi, pembangunan daerah, setiap strategi bisa untuk satu atau beberapa sasaran atau sebaliknya satu sasaran menggunakan beberapa strategi. Strategi memiliki parameter keberhasilan dan kegagalan yang berupa capaian indikator kinerja, pengelolaan kapasitas birokrasi, sistem menejemen atau implmentasi teknologi. 6.1 STRATEGI Strategi pada RPJPD Provinsi Banten Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten tahun tahap akselerasi I berakhir dan dilanjutkan dengan RPJMD Provinsi Banten Tahap akselerasi II. Dalam menyelaraskan perencanaan daerah tersebut merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Provinsi Banten tahun yang setiap tahapannya memiliki strategi dengan prioritas pembangunan sebagaimana tabel berikut : Tabel 6.1 Tahap RPJPD Provinsi Banten RPJMD Ke-1 ( ) RPJMD Ke-2 ( ) RPJMD Ke-3 ( ) RPJMD Ke-4 ( ) RPJMD Ke-5 ( ) Tahap Revitalisasi-I Tahap Revitalisasi-II Tahap Akselerasi-I Tahap Akselerasi-II Tahap Modernisasi Peningkatan Cakupan Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah; Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia; 3 PeningkatanPertumbu han Perekonomian; 4 5 Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan TAHAPAN DAN SKALA PRIORITAS RPJPD PROVINSI BANTEN 1.Peningkatan Cakupan dan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah; 2 Penanggulangan Kemiskinan, Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia; Pemulihan dan Peningkatan Daya Saing Perekonomian Daerah; Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan 1 Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; 2 Pemantapan Kualitas Sumber Pemantapan Kualitas dan 3 Pemerataan Perekonomian; 4 5 Pemantapan Kualitas Pelayanan Sarana dan Prasarana Wilayah; Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; Peningkatan Daya Saing Sumber Daya Peningkatan Daya Saing Perekonomian; Peningkatan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana wilayah; Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup; Penyelenggaraan Tata Penyelenggaraan Tata Penyelenggaraan Penyelenggaraan Peningkatan Kesejahteraan Sosial ; Pemantapan Daya Saing Sumber Daya Pemantapan Daya Saing Perekonomian; Pemantapan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah; VI-1 Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup; Penyelenggaraan Pemerintahan

2 Tahap Revitalisasi-I Tahap Revitalisasi-II Tahap Akselerasi-I Tahap Akselerasi-II Tahap Modernisasi 1 Peningkatan Cakupan Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah; 6.2. ARAH KEBIJAKAN 1.Peningkatan Cakupan dan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah; 1 Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; Pemerintah Provinsi Banten 6 Pemerintahan yang 6 Pemerintahan yang 6 Tata Pemerintahan 6 Tata Pemerintahan 6 Arah kebijakan merupkan rumusan yang merasionalisasi pilihan strategi yang Baik agar dan agar lebih Perencanaan terarah dan mencapai Percepatan tujuan sasaran Pengembangan dalam dan waktu Pengembangan 5 tahun, dan memiliki Optimalisasi fokus Pelabuhan Lokal, Pertumbuhan dan Pertumbuhan dan Optimalisasi Fungsi Pusat berdasarkan Identifikasi permasalahan isu strategis, mengarahkan target kinerja yang akan dicapai pada tingkatan strukur yang diperlukan untuk dapat menguatkan penyelesaian masalah sesuai dengan target indikator kinerja outcome. 1 Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; 1 Peningkatan Kesejahteraan Sosial ; 2 Peningkatan Kualitas 2 Penanggulangan 2 Pemantapan Peningkatan Daya Pemantapan Daya 2 2 Sumber Daya Manusia; Kemiskinan, Kualitas Sumber Saing Sumber Daya Saing Sumber Daya 3 RPJMD Ke-1 RPJMD Ke-2 Pemantapan RPJMD Ke-3 RPJMD Ke-4 RPJMD Ke-5 PeningkatanPertumbu Pemantapan Daya ( ) Peningkatan Kualitas Kualitas dan Peningkatan Daya 3 ( ) 3 ( ) 3 ( ) 3 Saing ( ) han Perekonomian; Sumber Daya Manusia; Pemerataan Saing Perekonomian; Tahap Revitalisasi-I Tahap Revitalisasi-II Perekonomian; Perekonomian; Tahap Akselerasi-I Tahap Akselerasi-II Tahap Modernisasi Penanggulangan Pemulihan dan Pemantapan Kemiskinan, Penanggulangan Peningkatan Penanggulangan Pemantapan Kualitas.Peningkatan Daya Cakupan Kualitas Pelayanan Kualitas Pelayanan 4 Pengangguran, Peningkatan Cakupan dan 4 4 Kemiskinan, 4 Pelayanan Kemiskinan, Prasarana 4 Peningkatan Saing dan Kualitas Perekonomian Sarana dan Prasarana dan 1 Peningkatan Pelayanan Prasarana 1 1 Pengangguran dan 1 dan Pengangguran, Sarana wilayah; dan 1 Kesejahteraan Daerah; Pelayanan Prasarana Prasarana Wilayah; Sarana Wilayah; Kesejahteraan dan Sarana Wilayah; Sosial; Peningkatan Peningkatan Sosial ; dan Sarana Wilayah; Pengelolaan dan Pengelolaan dan Pengelolaan Kesejahteraan dan Sosial; Pengelolaan Kesejahteraan Tata Sosial; Pengelolaan Tata Revitalisasi Tata Revitalisasi Tata Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Ruang, Sumber 5 Peningkatan Kualitas Ruang, Sumber Daya 2 Ruang, Sumber Daya 2 Ruang, Peningkatan Daya Pemantapan Daya Sumber Daya 2 Alam, dan 2 Daya Alam dan Sumber Daya Manusia; Kemiskinan, Alam, dan Lingkungan Alam, dan Lingkungan Kualitas Sumber Saing Sumber Daya Saing Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup; Lingkungan Hidup; Pemantapan Penyelenggaraan Penyelenggaraan Tata Penyelenggaraan Tata Penyelenggaraan Penyelenggaraan 3 PeningkatanPertumbu Pemantapan Daya Peningkatan Kualitas Kualitas dan Peningkatan Daya Pemerintahan Saing 6 Pemerintahan Perekonomian; yang 6 Pemerintahan Sumber Daya Manusia; yang 6 Tata Pemerataan Pemerintahan 6 Tata Saing Pemerintahan Perekonomian; 6 yang Perekonomian; Baik dan Baik dan Bersih; Baik dan Bersih; yang Perekonomian; Baik dan Bersih; yang Baik dan Bersih; Bersih; 74 Penanggulangan Perencanaan dan Percepatan Pemulihan dan Pengembangan Pemantapan dan Pengembangan dan Optimalisasi Pemantapan Kemiskinan, Peningkatan Kualitas Penataan Pelabuhan- Pengembangan Peningkatan Daya Pusat Pembangunan Kualitas Pelayanan Pusat Pembangunan serta Fungsi Kualitas dan Pelayanan Peran Pengangguran, dan Pelayanan Prasarana 74 Pelabuhan Lokal, Pertumbuhan Saing Perekonomian dan Pertumbuhan Sarana dan dan Optimalisasi Fungsi Pusat Prasarana dan Peningkatan Nasional, dan Kawasan Daerah; Strategis;. dan Sarana wilayah; Kawasan Prasarana Strategis. Wilayah; dan Peran Pusat Pertumbuhan Sarana Wilayah; dan Kesejahteraan Sosial; Pengelolaan dan Pengelolaan dan 5 Revitalisasi Tata Revitalisasi Tata 5 Ruang, Sumber Daya Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Penyelenggaraan Tata Baik dan Bersih; Penataan Pelabuhan- Nasional, dan TAHAPAN DAN SKALA PRIORITAS RPJPD PROVINSI BANTEN 7 Alam, dan Lingkungan Penyelenggaraan Tata Baik dan Bersih; Pengembangan Pusat Kawasan Strategis;. 7 Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Penyelenggaraan yang Baik dan Bersih; Pembangunan Pusat Kawasan Strategis. 7 Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup; Penyelenggaraan yang Baik dan Bersih; Pembangunan serta dan Peran Pusat 7 Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup; Penyelenggaraan Pemerintahan Bersih; Fungsi dan Peran Pertumbuhan dan Sebagaimana tabel 6.2 Uraian Strategi dan arah kebijakan (terlampir) VI-2

3 Visi Misi Tabel 6.2 Uraian Strategi dan Arah Kebijakan : BANTEN YANG MAJU, MANDIRI, BERDAYA SAING, SEJAHTERA DAN BERAKHLAQUL KARIMAH : 1. Menciptakan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance) NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Mewujudkan kelembagaan Meningkatnya akuntabilitas 1.01 Meningkatkan Kualitas 1.01 Peningkatan Akuntabilitas pemerintahan daerah yang kinerja, Efektifitas, dan kelembagaan dan Pengelolaan Pelaksanaan berakhlakul karimah dengan efektif, Kualitas Penyelenggaraan ketatalaksaan perangkat Program Kegiatan efisien,transparan, akuntabel,dan pemerintahan daerah daerah sumber daya aparatur berintegritas, berkompetensi serta melayani masyarkat 1.02 Meningkatkan pelayanan publik yang dilakukan setiap perangkat daerah yang melayani langsung kepada masyarakat 1.03 Meningkatkan kinerja peneyelenggaraan pemerintah daerah 1.04 Meningkatkan akses keuangan daerah 1.05 Meningkatkan akses perekonomian masyarakat 1.02 Melakukan standarisasi bisnis proses pada setiap perangkat daerah dan mendetailkannya pada standar operasional dan prosedur (sop) pelayanan, serta meminta respon angket langsung untuk menuju pelayanan prima 1.03 Peningkatan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah 1.04 Peningkatan kesejahteraan masyarakat masyarakat melalui kemudahan akses ke lembaga keuangan pelayanan prima 1.05 Peningkatan kualitas kebijakan yang berpihak kepada peningkatan perekonomian masyarakat VI-3

4 NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Meningkatkan kualitas dan 1.06 Peningkatan kualitas dan kuantitas produk hukum kuantitas kebijakan peraturan daerah perundangan daerah 1.07 Meningkatkan akses 1.07 Peningkatan kualitas kebijakan infrastruktur bagi akses infrastruktut bagi masyarakat masyarakat 1.08 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat 1.08 Peningkatan kualitas kebijakan bidang kesejahteraan rakyat 1.09 Meningkatkan kinerja 1.09 Peningkatan kualitas kebijakan Administrasi Pembangunan bidang administrasi pembangunan 1.10 Meningkatkan kualitas 1.10 Peningkatan kualitas pelayanan pelayanan pimpinan pimpinan 1.11 Meningkatkan kualitas 1.11 Meningkatkan kualitas pelayanan pelayanan secretariat daerah pimpinan daerah 1.12 Meningkatkan Fasilitasi, 1.12 Peningkatan Koordinasi, mediasi Koordinasi pelaksanaan dan fasilitasi pelaksanaan urusan urusan pemerintahan pemerintahan Meningkatnya Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Meningkatnya Pengawasan dan Pembinaan penyelenggaraan Pemerintahan untuk Mewujudkan pemerintahan yang bebas dari korupsi 1.33 Meningkatkan Fasilitasi Tugas dan Fungsi Anggota DPRD 1.13 Meningkatkan Kualitas Tata kelola Pemerintahan 1.14 Mengoptimalkan peran Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) 1.34 Peningkatan Pelayanan Tugas dan Fungsi Anggota DPRD 1.13 Peningkatan Kualitas Penatausahaan Keuangan dan aset daerah 1.14 Peningkatan Peran APIP Terhadap Capaian Opini BPK VI-4

5 NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Meningkatkan Penerapan 1.31 Peningkatan Peran OPD dalam SPIP pelaksanaan SPIP 1.30 Meningkatkan Pembinaan 1.32 Peningkatan Peran APIP dalam penyelenggaraan pemerintahan pencegahan Korupsi Mewujudkan Pelayanan 1.15 Meningkatkan pelayanan 1.15 Peningkatan sarana prasarana Pemerintah Yang Berbasis berbasis teknologi informasi teknologi informasi dan Sumber Teknologi Informasi daya manusia 1.16 Meningkatnya 1.16 Peningkatan aksesbilitas serta penyelenggaraan dan kapasitas Telekomunikasi, pelayanan aksesbilitas serta informasi dan teknologi kapasitas Telekomunikasi, informatika informasi dan teknologi informatika sebesar 100% Meningkatkan Kualitas 1.17 Meningkatkan kualitas 1.17 Peningkatan perencananan dan Perencanaan dan perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja dan Penganggaran Pembangunan Daerah penganggaran pembangunan daerah teknologi informasi 1.18 Meningkatkan kualitas 1.18 Peningkatan Kualitas Analisis Penelitian kebutuhan Penelitian Mewujudkan Reformasi Birokrasi Melalui Peningkatan Profesionalisme aparatur 1.19 Meningkatkan kualitas pelayanan data dan informasi pembangunan daerah 1.21 Meningkatkan Profesionalisme Aparatur 1.19 Peningkatan Kualitas Pelayanan data dan Informasi berbasis Teknologi Informasi 1.21 Peningkatan Pengelolan Sumber daya Aparatur 1.22 Peningkatan Disiplin dan Kesejahteraan Aparatur VI-5

6 NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Mewujudkan Reformasi 1.20 Meningkatkan kompetensi 1.20 Peningkatan Kualitas Sarana, Birokrasi melalui aparatur Prasarana dan Sumber daya Peningkatan Kompetensi dan Integritas Aparatur manusia serta standarisasi dan sertifikasi kompetensi Meningkatkan Pendapatan 1.22 Meningkatkan Pelayanan 1.23 Peningkatan Tata Kelola Pelayanan Daerah Pendapatan Daerah pendapatan Daerah dan Pemanfaatan teknologi Informasi Mewujudkan ketentraman dan ketertiban umum daerah Mewujudkan Wawasan Kebangsaan, Keamanan dan Stabilitas Daerah untuk mendukung NKRI Mewujudkan Sistem Penanggulangan Kebencanaan yang efektif 1.23 Meningkatkan Penegakan Peraturan Daerah Serta ketentraman dan ketertiban umum daerah 1.24 Meningkatkan Wawasan Kebangsaan 1.31 Meningkatkan keamananan dan stabiitas daerah 1.25 Meningkatkan Mitigasi dan Pengurangan Resiko Bencana 1.26 Meningkatkan Ketersediaan Peralatan dan Logistik, Prabencana dan Tanggap Darurat Bencana 1.27 Meningkatkan Pemulihan Kondisi sosial ekonomi, sarana dan prasarana pasca bencana 1.24 Penegakan Peraturan daerah yang mendukung pelayanan publik dalam menciptakan ketentraman dan ketertiban umum daerah 1.25 Peningkatan Peran Masyarakat dan Organisasi Kemasyarakatan 1.33 Peningkatan Peran Masyarakat dan Organisasi Kemasyarakatan dalam menjaga keamanan dan stabilitas daerah 1.26 Peningkatan koordinasi penanggulangan kebencanaan 1.27 Meningkatkan Ketersediaan Peralatan dan Logistik, Prabencana dan Tanggap Darurat Bencana 1.28 Meningkatkan Pemulihan Kondisi sosial ekonomi, sarana dan prasarana pasca bencana VI-6

7 NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Terkendalinya Laju 1.28 Meningkatkan Pengendalian 1.29 Peningkatan Kerjasama dengan Pertumbuhan Penduduk Penduduk Kabupaten Kota untuk pengendalian pertumbuhan penduduk Meningkatnya kualitas 1.32 Meningkatkan Tertib 1.30 Peningkatan Kerjasama dengan administrasi kependudukan Administrasi Kependudukan Kabupaten Kota untuk tertib administrasi Kependudukan Misi : 2. Membangun dan Meningkatkan Kualitas Infrastruktur NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Meningkatkan infrastruktur daerah yang Meningkatnya kualitas 2.01 Meningkatkan Kualitas 2.01 Pembangunan dan berkualitas dalam mendukung infrastuktur jalan, jembatan, infrastruktur Jalan Pemeliharaan infrastruktur kelancaran arus barang, orang dan jasa Penanggulangan Banjir dan Jalan yang mendukung yang berorientasi pada peningkatan Abrasi, serta Ketersediaan Air kawasan strategis, potensi pembangunan wilayah dan Baku Kemaritiman, Pariwisata, perekonomian daerah Ekonomi Kreatif dan Kawasan Agrobisnis 2.02 Meningkatkan Kualitas 2.02 Pembangunan dan infrastruktur Jembatan Pemeliharaan infrastruktur Jembatan yang mendukung kawasan strategis, potensi Kemaritiman, Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kawasan Agrobisnis 2.03 Meningkatkan Sarana dan Prasarana pengendali Banjir 2.04 Meningkatkan Kualitas Tampungan dan Penyediaan Air Baku 2.03 Peningkatan Sarana dan Prasarana pengendali Banjir 2.04 Pembangunan, Pemeliharaan dan Pengembangan Tampungan dan Penyediaan Air Baku VI-7

8 NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Pembangunan Bendung, empang dan situ 2.05 Meningkatkan Sarana dan Prasarana jaringan irigasi 2.06 Pembangunan, Pemeliharaan dan Pengembangan jaringan Irigasi 2.06 Meningkatkan 2.07 Penigkatan SumberDaya Profesionalisma Badan Badan Usaha Jasa Usaha Jasa Konstruksi Konstruksi Meningkatnya Penataan, Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang Terwujudnya Perumahan dan Pemukiman yang layak. Ketersediaan Air Minum dan Sanitasi lingkungan, Pengelolaan Sampah regional, dan Penyediaan Sarana dan prasarana gedung Strategis Provinsi 2.07 Meningkatkan Kualitas Perencanaan Penataan Ruang dan Pemanfaatan Ruang 2.08 Meningkatkan penataan dan penatagunaan kawasan perumahan dan permukiman 2.09 Meningkatkan Sistem Tata Air Terpadu 2.10 Meningkatkan pengeloaan sarana dan prasarana lingkungan yang sehat 2.11 Meningkatkan pengeloaan sarana dan prasarana persampahan 2.08 Peningkatan kualitas Regulasi Penataan dan Pemanfaatan Ruang 2.17 Penataan Kawasan Permukiman, Infrastruktur Permukiman kumuh 2.09 Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) Regional 2.10 Peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana lingkungan yang sehat 2.11 Pembangunan TPST Regional VI-8

9 NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Meningkatkan pengelolaan 2.12 Peningkatan pengelolaan gedung, sarana dan prasarana strategis provinsi gedung, sarana dan prasarana strategis provinsi Meningkatnya keselamatan dan kenyamanan lalulintas 2.13 Meningkatkan manajemen rekayasa lalulintas 2.14 Meningkatkan sarana dan prasarana kelengekapan jalan 2.15 Penyusunan Regulasi dan Pedoman Standar Pelayanan Transportasi 2.16 Meningkatkan sarana dan prasarana transportasi 2.13 Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi 2.14 Pembangunan sarana dan Prasarana kelengkapan Jalan 2.15 Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana transportasi 2.16 Pembangunan Sarana dan prasarana trasnportasi Misi : 3. Meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan Pendidikan berkualitas NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Mewujudkan Akses dan kualitas Meningkatnya Aksesibilitas 3.01 Meningkatkan Akses 3.01 Peningkatan Akses layanan pendidikan menuju kualitas sumber dan Kualitas Pendidikan Pendidikan dan penyedian pendidikan menengah serta daya manusia yang berakhlakul Menengah dan Khusus biaya operasional sekolah relevansi pendidikan karimah dan berdaya saing Menengah Terwujudnya Sumberdaya Manusia yang Berkarakter 3.09 Meningkatkan Mutu Pendidikan dan penyedian biaya operasional sekolah Khusus 3.02 Meningkatkan perlindungan, pemanfaatan dan pengembangan kebudayaan 3.09 Peningkatan kualitas layanan pendidikan khusus serta relevansi pendidikan 3.02 Revitalisasi museum, pengembangan taman budaya VI-9

10 NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Meningkatnya kualitas peran 3.03 Meningkatkan partisipasi 3.03 Peningkatan kelembagaan pemuda dan Olah Raga aktif pemuda dalam karang taruna dan/atau pembangunan berbasis organisasi lain yang komunitas berafiliasi dengan kepemudaan 3.04 Meningkatkan prestasi 3.04 Peningkatan sarana dan olahraga di berbagai event prasarana olahraga Meningkatkan kualitas 3.05 Meningkatkan 3.05 Peningkatan peran kelembagaan PUG pengarusutaaman gender perempuan yang dapat (Pengarusutamaan Gender) dan pada semua sektor meningkatkan partisipasi PUHA pendidikan, kualitas kesehatan serta peningkatan perekonomian keluarga 3.06 Meningkatkan Peran 3.06 Peningkatan/Penurunan Masyarakat dalam Penurunan Angka Kekerasan terhadap angka Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan dan Anak Meningkatkan Minat Baca 3.07 Meningkatkan Minat Baca 3.07 Peningkatan sarana dan Masyarakat masyarakat dengan prasrana perpustakaan dan peningkatan sarana dan penerapan teknologi prasarana perpustakaan informasi Meningkatnya pengelolaan arsip pemerintah daerah yang berkualitas 3.08 Meningkatkan pengelolaan arsip pemerintah daerah yang tertib, rapi, dan handal 3.08 Peningkatan pengelolaan arsip pemerintah daerah secara profesional yang didukung dengan teknologi dan Informasi VI-10

11 Misi : 4. Meningkatkan Akses dan Pemerataan Pelayanan Kesehatan Berkualitas NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Mewujudkan kualitas pelayanan Meningkatknya Akses dan 4.01 Meningkatkan akses dan 4.01 Peningkatan Derajat Kesehatan kesehatan banten menuju sumber daya Kualitas Pelayanan kualitas Upaya Kesehatan Masyarakat melalui Peningkatan manusia banten yang berdaya saing Kesehatan Perorangan pelayanan kesehatan, Peningkatan sumber daya kesehatan dan kefarmasian 4.02 Meningkatkan 4.02 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lansia Keluarga 4.03 Meningkatkan akses dan 4.03 Peningkatan Derajat Kesehatan kualitas Upaya Kesehatan Masyarakat melalui Peningkatan Masyarakat kesehatan masyarakat, Pencegahan dan pengendalian penyakit Misi : 5. Meningkatkan Kualitas Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Meningkatan perekonomian Meningkatnya Investasi PMA 5.01 Meningkatkan iklim banten melalui kualitas dan PMDN serta investasi, dan pengelolaan keuangan daerah Meningkatnya Peringkat Meningkatkan promosi yang baik, pengembangan sumber Banten pada Kemudahan Potensi investasi daya alam dan Inovasi daerah Berusaha bahan baku local yang memberikan solusi terhadap pengangguran dan kemiskinan 5.02 Meningkatkan melalui pelayanan kemudahan perizinan, serta meningkatkan kepuasan masyarakat 5.01 Peningkatan investasi dalam negeri (PMDN), dan PMA dengan mendorong kemitraan PMA dan PMDN, serta kebijakan pemanfaatan 5.02 Peningkatan pelayanan perizinan melalui peningkatan infrastruktur pelayanan perizinan, kepastian prosedur dan jenis layanan, serta kapasitas SDM pelayanan VI-11

12 NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Meningkatnya Pertumbuhan 5.03 Meningkatkan 5.03 Pengembangan perwilayahan Industri Ekonomi Sektor pengembangan sektor melalui pembentukan sektra industri Perindustrian industri Kecil pada kawasan dan luar kawasan industri 5.04 Pengembangan SDM yang berkualitas dan berdaya saing 5.05 Peningkatan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan pengawasan barang/jasa yang beredar 5.06 Pengembangan kualitas produk industri kecil Meningkatnya Pertumbuhan 5.04 Meningkatkan Stabilitas 5.07 Peningkatkan Efesiensi Sistem dan Ekonomi Sektor Perdagangan Harga Komoditas penting Distribusi Logistik melalui dan menjaga Stabilitas Inflasi dan stratgeis Pembangunan Pusat Distribusi provinsi dan sistem informasi komoditas penting dan strategis Meningkatnya Pertumbuhan Sektor Perikanan 5.05 Memperluas pangsa pasar Ekspor dan luar Daerah 5.06 Meningkatkan daya saing Produk berbasis keunggulan lokal 5.08 Meningkatkan produksi, Nilai Tambah daya saing Produk Kelautan dan perikanan 5.08 Pemanfaatan peran Perwalikan perdagangan di luar negeri dan luar daerah dalam meningkakan akses pasar komidatas unggulan provinsi banten 5.09 Peningkatan Standarisasi, Mutu Produk, kelembagaan dan Regulasi Pro Konsumen 5.11 Meningkatkan pembangunan kelautan dan perikanan melalui pengelolaan SDKP yang bertanggung jawab, berdaya saing dan berkelanjutan VI-12

13 NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Meningkatkan ketersediaan 5.09 Meningkatkan ketahanan 5.12 Peningkatan Ketersedian Pangan yang bahan pangan pangan dengan upaya di dukung oleh Infrasruktur yang meningkatkan Ketersediaan berkualitas untuk menjamin Pangan, mengoptimalkan kestabilan stok pangan Sumberdaya Pangan, daerahpemeliharaan infrastruktur Cadangan Pangan dan Jalan jembatan dan irigasi yang Distribusi Pangan.serta mendukung kestabilan stok pangan kestabilan harga pangan daerah Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pariwisata 5.10 Meningkatkan jumlah Kunjungan Wisatawan melalui Pengelolaan Destinasi Pariwisata, Pemasaran Produk Pariwisata, Pengembangan Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pengembangan SDM Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan menggunakan teknologi informasi 5.13 Peningkatan jumlah destinisasi wisata yang berkualitas dan didukung oleh akses infrastruktur 5.14 Peningkatan Pengelolaan Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi 5.15 Peningkatan Pengembangan pangsa pasar, kelembagaan dan kemitraan pariwisata 5.16 Peningkatan pengembangan bidang usaha dan industri kreatif pariwisata VI-13

14 NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Meningkatnya Omset 5.11 Meningkatkan koperasi 5.17 Kemudahan perizinan kelembagaan Koperasi aktif melalui penataan pembinaan dan pengawasan koperasi, kelembagaan dan untuk mencapai jumlah Pertumbuhan pengawasan,pemberdayaan koperasi aktif dan sehat Koperasi, kemitraan strategis, pemanfaatan teknologi informasi 5.18 Kemudahan akses inovasi produk, informasi teknologi dan pembiayaan bagi koperasi aktif Meningkatnya jumlah wirausaha Menengah baru (WUB) 5.12 Meningkatkan Akses permodalan dan layanan kredit, pendampingan dan pengembangan usaha serta mendorong terwujudnya kemudahan kepastian dan perlindungan usaha Menurunnya PMKS 5.13 Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat Miskin Meningkatkan cakupan pelayanan kelistrikan dan energi terbarukan Meningkatkan pengendalian, pengawasan dan perijinan Geologi, Air Tanah, Mineral dan Batubara 5.14 Meningkatkan sapras kelistrikan dan EBT 5.15 Meningkatkan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan geologi, Air Tanah, Mineral dan Batubara 5.19 Peningkatan tumbuhnya wirausaha kelas menengah baru yang bergerak di sektor Usaha Kecil melalui pelatihan budaya usaha dan kewirausahaan, dan bimbingan teknis manajemen usaha, serta akses permodalan 5.20 Peningkatan pemberdayaan Sosial, Penanganan Fakir Miskin, Rehabilitasi Sosial, Perlindungan dan jaminan sosial, serta Penanganan Kelembagaan perawatan dan pengasuhan 5.21 Penyediaan peraturan, dokumen teknis, pengawasan dan pengendalian jaringan bidang ketenagalistrikan 5.22 Penyediaan peraturan, dokumen teknis, pengawasan dan pengendalian jaringan bidang geologi dan minerba VI-14

15 NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Meningkatnya kualitas 5.16 Mengurangi jumlah desa 5.23 Peningkatkan Penataan, pembinaan pertumbuhan ekonomi tertinggal dan pengembangan Desa melalui Penataan dan Pembinaan Desa Adat serta Pembinaan Kelembagaan dan kerjasama desa Meningkatnya Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan 5.17 Memperluas kesempatan dan penyediaan lapangan kerja 5.18 Meningkatkan Perlindungan dan pengawasan tenaga kerja 5.22 Meningkatkan jaminan ketenagakerjaan Meningkatnya Kualitas 5.19 Meningkatkan Lingkungan Hidup pengendalian pengawasan lingkungan hidup 5.20 Meningkatkan Konservasi Daerah Aliran Sungai Meningkatnya kualitas 5.21 Meningkatkan Fungsi perencanaan, pengendalian Hutan dan Kawasan dan perlindungan serta Lindung pemeliharaan Kehutanan 5.24 Penurunan tingkat pengangguran terbuka dengan meningkatkan layanan pencari kerja melalui pelatihan, pemagangan, kelembagaan dan akreditasi serta pembinaan produktifitas 5.25 Peningkatan perlindungan dan pengawasan tenaga kerja, termasuk norma kerja, serta norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, dan menciptakan hubungan industrial yang kondusif 5.26 Memperluas Cakupan BPJS ketenagakerjaan pada Pekerja sektor formal dan informal 5.27 Peningkatan kualitas air dan udara melalui pengelolaan sampah dan limbah 5.28 Peningkatan Konservasi Daerah Aliran Sungai 5.29 Peningkatan fungsi hutan dan kawasan lindung serta kesadaran masyarakat peduli hutan VI-15

16 NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian 5.07 Meningkatkan intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, mekanisasi, dan rehabilitasi bidang pertanian 5.10 Peningkatan produksi dan produktifitas pertanian, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri (agroindustri) VI-16

17 6.2.2 ARAH KEBIJAKAN TATARUANG WILAYAH 1. Peningkatan kualitas fungsi-fungsi pelayanan pada pusat-pusat pelayanan dalam wilayah Provinsi Banten; mengembangkan dan meningkatkan fasilitas dan sarana yang sesuai dengan fungsi dan hierarki pusat-pusat pelayanan; mensinergikan pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Provinsi Banten dengan sistem pusat pelayanan nasional (PKN dan PKW); 2. Peningkatan akses pelayanan pusat-pusat dalam wilayah Provinsi Banten yang merata dan berhierarki, dan peningkatan akses dari dan ke luar wilayah Provinsi Banten; mewujudkan kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya. mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan; 3. Peningkatan kualitas pelayanan dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air yang merata di seluruh wilayah Provinsi Banten. mewujudkan interaksi infrastruktur jaringan transportasi (jalan dan kereta api) di Provinsi Banten yang nyaman sesuai ketentuan teknis, dan terhubung dengan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi/kabupaten/kota dan simpul transportasi antar moda di Kota Cilegon, Tangerang, dan Bandara Panimbang melalui pembangunan jaringan jalan tol; Rencana Sistem Perkotaan Arahan Sistem Pusat tersebut mengidentifikasikan bahwa di Provinsi Banten akan terdapat beberapa jenjang sistem pusat, yaitu sebagai berikut. 1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang meliputi perkotaan antara lain KawasanPerkotaan Tangerang dan Tangerang Selatan sesuai VI-17

18 ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur, selain itu Kawasan Perkotaan Serang dan Cilegon sesuai ketentuan dalam PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. 2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang meliputi perkotaan antara lain Pandeglang dan Rangkasbitung sesuai ketentuan dalam PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional serta RTRW Provinsi Banten PKW tersebut merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Penyediaan prasarana dan fasilitas pendukung sesuai jenjangnya diperlukan dalam rangka penguatan fungsi kota-kota tersebut. Adapun yang diusulkan sebagai PKW Promosi (PKWp) antara lain perkotaan Panimbang, Bayah, Maja, Balaraja dan Teluk Naga. 3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang meliputi perkotaan antara lain Labuan, Cibaliung, Malingping, Tigaraksa, Kronjo, Anyar, Baros, Kragilan. Dengan demikian, maka kotakota tersebut perlu didorong sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. Penyediaan prasarana dan fasilitas pendukung sesuai jenjangnya diperlukan dalam rangka penguatan fungsi kota-kota tersebut sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Pada Arahan Sistem perkotaan terdapat dua arahan pegelolaan kawasan yaitu : VI-18

19 1. Arahan Pengelolaan Kawasan Perkotaan Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Dalam rencana struktur ruang nasional, Provinsi Banten ditetapkan sebagai kawasan andalan dengan mengembangkan sistem kota-kota yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta fungsi kegiatan dominannya. Adapun arahan pengelolaan kawasan perkotaan di Wilayah Provinsi Banten, meliputi: a. Fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan dan distribusi hasil pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, serta transportasi, pergudangan dan sebagainya. b. Fungsi perkotaan sedang dan kecil sebagai pemasok kebutuhan dan lokasi pengolahan agroindustri dan berbagai kegiatan agrobisnis. c. Kota sebagai pusat pelayanan, pusat prasarana dan sarana sosial ekonomi mempengaruhi pedesaan dalam peningkatan produktifitasnya. d. Menjaga pembangunan perkotaan yang berkelanjutan melalui upaya menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan, mewujudkankesimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan, dan meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman 2. Arahan Pengelolaan Kawasan Perdesaan Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian,termasuk di dalamnya pengelolaan sumberdaya alam dengan VI-19

20 susunan fungsi kawasansebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Pengembangan kawasan perdesaan dilakukan dengan dasar pertimbangan ekonomi keruangan dan lingkungan dengan mempertimbangan hirarki perdesaan sesuai dengan kriteria pusat desa pertumbuhan. Pertimbangan ekonomi keruangan dalam hal ini adalah untuk menciptakan keseimbangan perkembangan kawasan perdesaan dengan kawasan perkotaan, dalam struktur perekonomian. Kawasan perdesaan akan dikembangkan sebagai kawasan ekonomi berbasis kepada kegiatan pertanian. Dengan pertimbangan tersebut di atas, maka arahan pengelolaan kawasan perdesaan yang berada di Provinsi Banten merupakan sistem perkotaan dalam wilayah provinsi yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya terdiri dari Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan pusat- pusat kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pengembangan untuk meningkatkan fungsi desa-desa lainnya serta perlu diikuti dengan peningkatan sarana dan prasarana, sehingga pengelolaan kawasan perdesaan dapat diarahkan sebagai berikut: a. Kegiatan yang dikembangkan pada kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan agropolitan. b. Kegiatan budidaya lain yang berkaitan dengan pengembangan pertanian, seperti industri pengolahan hasil pertanian, dapat dilaksanakan pada kawasan ini. c. Fungsi kegiatan pelayanan perkotaan dikembangkan pada pusatpusat permukiman perdesaan potensial, sebagai daerah penyangga antara perdesaan dengan perkotaan. d. Pola permukiman perdesaan dikembangkan dengan sedapat mungkin adanya satu pusat permukiman perdesaan untuk setiap kawasan tertentu, yang menjadi pusat kegiatan ekonomi, sosial, dan pemerintahan. VI-20

21 Rencana Sistem Jaringan Transportasi 1. Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat Arahan pengembangan sistem transportasi darat di Provinsi Banten, dikelompokkan ke dalam golongan prasarana berikut ini : jaringan jalan nasional, jaringan jalan propinsi, terminal penumpang jalan, jaringan kereta api, jaringan penyeberangan, dan jaringan penghubung antar pulau. a. Arahan Pengembangan Jaringan Jalan Nasional Perkembangan jalan nasional di wilayah Banten sudah baik, tertata sesuai dengan hirarki dan tingkat perkembangan wilayah, arahan struktur wilayah Banten, arahan pengembangan wilayah perkotaan dan perdesaan maupun sentra-sentra perekonomian wilayah. Rencana pengembangan jaringan jalan nasional di Provinsi Banten meliputi jaringan jalan arteri primer, kolektor primer, dan jalan tol/bebas hambatan. a. Arahan Pengembangan Jaringan Jalan Provinsi Jalan propinsi berfungsi sebagai jalan kolektor primer dalam sistem jaringan jalan primer. Jalan ini merupakan jalan penghubung antara PKN (Pusat Kegiatan Nasional) dengan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) dan antar PKW (Pusat Kegiatan Wilayah). Jaringan jalan ini menghubungkan ibukota propinsi dengan Ibukota Kabupaten/Kota, antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis propinsi. Jalan strategis propinsi adalah jalan yang diprioritaskan untuk melayani kepentingan propinsi berdasarkan pertimbangan untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan keamanan propinsi. Rencana pengembangan jaringan Jalan Provinsi diarahkan pada ruas jalan : VI-21

22 1. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan provinsi pada ruas Tangerang Serpong Batas Provinsi Jawa Barat sebagai akses penghubung wilayah Provinsi Banten Provinsi Jawa Barat. 2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan provinsi pada ruas Bayah Cikotok Citorek Majasari Cigelung Rangkasbitung Kopo Cisoka Tigaraksa Serpong untuk mewujudkan pengembangan jaringan jalan ring selatantimur Provinsi Banten. 3. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan pada ruas Pontang Ciruas Warung Gunung Gunung Kencana Malingping, ruas Warung Gunung Cipanas, Rangkasbitung Citeras Tigaraksa untuk melengkapi perwujudan pengembanganjaringan jalan cincin Provinsi Banten 4. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan provinsi dan kabupaten pada ruas Panimbang Angsana Munjul Cikeusik Muarabinuangeun, Panimbang Citeureup Banyuasih Cimanggu Cigeulis Wanasalam Malingping, Citeurep Cibaliung Cikeusik Wanasalam - Malingping, Bayah Cilograng Cibareno Batas Provinsi Jawa Barat untuk akses penghubung dan sekaligus pengembangan wilayah Banten Selatan. b. Arahan Pengembangan Terminal Arahan pengembangan terminal di Provinsi Banten meliputi terminal tipe A dan B, yaitu : 1. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan terminal penumpang Tipe A meliputi Terminal Merak (Kawasan Terminal Terpadu Merak - Kota Cilegon), Terminal Pakupatan (Kota Serang), Terminal Poris Plawad (Kota Tangerang), VI-22

23 Terminal Kadubanen (Kabupaten Pandeglang), Terminal Kaduagung (Kabupaten Lebak). 2. Pengembangan terminal penumpang Tipe B untuk melayani angkutan antar kota dalam provinsi dan angkutan kota/pedesaan meliputi Terminal Pandeglang (KabupatenPandeglang), Labuan (Kabupaten Pandeglang), Rangkasbitung (Kabupaten Lebak), Bayah (Kabupaten Lebak), Malingping (Kabupaten Lebak), Ciputat (Kota Tangerang Selatan), Balaraja (Kabupaten Tangerang), Cipocokjaya (Kota Serang), Ciledug (Kota Tangerang), Cimone (Kota Tangerang), Cadas (Kota Tangerang), Jatiuwung (Kota Tangerang), Tanara (Kabupaten Serang), Cibeber (Kota Cilegon). 3. Pengembangan terminal pada kawasan-kawasan strategis untuk mendukung sektor pariwisata dan industri di wilayah Bojonegara, Pulomerak, Ciwandan, Cikande, Balaraja, Anyer, Carita, Banten Lama, Tanjung Lesung, Panimbang, Sumur. 4. Pengembangan Terminal Agribisnis di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang yang melayani perpindahan barang hasil pertanian. 5. Pengembangan alat pengawasan dan pengamanan jalan berupa pembangunan jembatan timbang tetap (statis) pada lokasi-lokasi strategis sesuai dengan kebutuhan transportasi dan kepentingan penanggulangan muatan lebih. c. Arahan Pengembangan Jaringan Kereta Api Provinsi Banten dilalui jalur kereta api Jakarta-Merak yang melewati wilayah DKI Jakarta Kabupaten Tangerang Serang Kota Cilegon dan Kabupaten Lebak. Optimalisasi penggunaan moda angkutan kereta api merupakan salah satu alternatif terbaik untuk mengatasi masalah kongesti lalu lintas jalan raya, di samping melakukan peningkatan kondisi jaringan jalan. VI-23

24 Arahan pengembangan prasarana transportasi perkeretaapian meliputipengembangan jaringan jalur kereta api umum, jaringan jalur kereta api khusus, dan stasiun kereta api. d. Arahan Pengembangan Jaringan Penyeberangan Kondisi sistem jaringan penyeberangan lebih diarahkan untuk meningkatkan interaksi antar pulau. Adapun arahan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan di Provinsi Banten adalah mengembangkan pelayanan angkutan penyeberangan yang melayani pulau-pulau berpenghuni diantaranya penyeberangan Cituis/ Tanjungkait/ Tanjungpasir Kep. Seribu, Karangantu Pulau Tunda, Grenjang Pulau Panjang, Sumur Pulau Panaitan, Muarabinuangeun Pulau Deli, Labuan Pulau Sangiang, Merak Kepulauan anak Gn. Krakatau. e. Arahan Pengembangan Jaringan Penghubung Antar Pulau Pembangunan Jembatan Selat Sunda yang menghubungkan Pulau Jawa denganpulau Sumatera untuk mendukung kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan pada koridor regional dan nasional Jawa Sumatera sebagai alternatif pelayanan penyeberangan lintas Merak Bakauheuni. 2. Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut Adapun rencana pengembangan transportasi laut diarahkan pada : a. Mewujudkan pengembangan Pelabuhan Bojonegara sebagai pelabuhan utama dalam satu sistem dengan Pelabuhan Tanjung Priok (DKI Jakarta). b. Mengoptimalkan pelayanan Pelabuhan Pengumpul Merak dengan mengembangkan prasarana, sarana dan sistem pengoperasian pelabuhan dan penambahan pelayanan kapal yang memenuhi persyaratan pelayaran dalam rangka mewujudkan VI-24

25 kelancaran dankeselamatan pelayanan angkutan penyeberangan lintas Merak Bakauheni. c. Mengoptimalkan pelayanan Pelabuhan Ciwandan dan Pelabuhan Cigading sebagai terminal untuk kepentingan sendiri pada kawasan industri di wilayah Cilegon. d. Mewujudkan Pelabuhan Kubangsari sebagai pelabuhan pengumpul. e. Mewujudkan pengembangan dan pengelolaan pelabuhan pengumpan antara lain Pelabuhan Anyer, Pelabuhan Labuan, Pelabuhan Muarabinuangeun, Pelabuhan Bojonegara Wadas, dan Pelabuhan Bayah. f. Pengembangan terminal khusus untuk mendukung potensi industri, pariwisata, pertanian dan pertambangan di wilayah Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, dan Kawasan Reklamasi Pantai Utara Teluk Naga Kabupaten Tangerang merupakan terminal khusus sebagai bagian dari pengembangan Terminal Pelabuhan Tanjung Priok (DKI Jakarta). g. Pengembangan pelabuhan perikanan yaitu kewenangan pusat meliputi peningkatan Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu sebagai Pelabuhan Nusantara di Kota Serang. Kewenangan provinsi meliputi Pangkalan Pendaratan Ikan Binuangeun di Kabupaten Lebak, Pangkalan Pendaratan Ikan Labuan, Carita, Sukanegara, Sidamukti, Panimbang, Citeureup, Sumur, Cikeusik, Tamanjaya di Kabupaten Pandeglang. Kewenangan kabupaten meliputi Pangkalan Pendaratan Ikan Tanjungpasir dan Kronjo di Kabupaten Tangerang, serta Pangkalan Pendaratan Ikan Cituis di Kabupaten Tangerang. Kewenangan kota meliputi Pangkalan Pendaratan Ikan Merak di Kota Cilegon. VI-25

26 h. Mengembangkan pelayanan sarana dan prasarana pelabuhan laut dan penyeberangan perintis yang melayani pulau-pulau kecil dan terisolir. i. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan penyelenggaraan terminal khusus dalam rangka mewujudkan tatanan kepelabuhanan yang efisien dan efektif. j. Meningkatkan kelancaran dan keselamatan pelayaran angkutan laut dengan penyediaan fasilitas sarana bantu navigasi pelayaran dan falitas keselamatan lainnya. mengembangkan sistem pelayanan administrasi yang terpadu dalam rangka mendukung pelayanan jasa kepelabuhanan dan kepabeanan. 3. Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Udara Kondisi sistem jaringan transportasi udara lebih diarahkan untuk meningkatkan interaksi antar kawasan, sehingga arahan pengembangan bandar udara di Provinsi Banten adalah: a. Mengembangkan pelayanan sarana, prasarana dan sistem pengoperasian Bandar Udara Soekarno Hatta sesuai dengan fungsinya sebagai bandara pusat penyebaran primer yang secara langsung melayani pergerakan orang dan barang dalam negeri dan ke luar negeri. b. Bandar Udara Budiarto di Kabupaten Tangerang sebagai bandar udara yang diperuntukan khusus sebagai pusat pendidikan penerbangan di Indonesia. c. Kawasan Lapangan Terbang Pondok Cabe di Kota Tangerang Selatan keberadaannya disesuaikan dengan pengembangan potensi unggulan dan penataan ruang wilayah nasional dan daerah serta dengan mempertimbangkan kepentingan pertahanan dan keamanan. VI-26

27 d. Mewujudkan pengembangan Bandar Udara Gorda di Kabupaten Serang sebagai bandar udara khusus untuk kepentingan pertahanan dan sipil.. e. Mewujudkan pengembangan Bandar Udara Banten Selatan di Kabupaten Pandeglang untuk mendukung pengembangan potensi unggulan daerah pada sektor pariwisata, perikanan, perkebunan dan pertambangan. f. Mewujudkan pengembangan bandar udara khusus untuk mendukung pertumbuhan kebutuhan pelayanan angkutan barang ekspor impor. g. Mengembangkan dan memantapkan jaringan pelayanan angkutan udara pada rute-rute penerbangan domestik dan internasional. h. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan pada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP).Untuk mendukung kelancaran pergerakan orang dan barang dari dan ke Provinsi Banten dengan menggunakan Bandar Udara Soekarno-Hatta, maka yang diperlukan adalah rencana pembangunan jalan bebas hambatan untuk meningkatkan aksesibilitas ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta 5. Arahan Pengembangan Angkutan Massal Arahan pengembangan angkutan masal cepat di wilayah perkotaan meliputipengembangan angkutan masal cepat di wilayah Jabodetabekpunjur dalam sistem transportasi yang saling terkait dengan sistem transportasi Provinsi DKI Jakarta dan pengembangan angkutan massal perkotaan Cilegon Serang Pandeglang Rangkasbitung (CISEPARANG). Penentuan teknologi angkutan masal cepat yang akan diterapkan harus dilakukan melalui kajian teknis berdasarkan penetapan trayek, kondisi medan, prakiraan VI-27

28 permintaan dan kemampuan pendanaan oleh Pemerintah. Layanan angkutan umum massal perkotaan merupakan sebuah Public Service Obligation (PSO) yang menjadi kewenangan dan tanggungjawab pemerintah. Penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan dapat dilakukan oleh pemerintah, swasta, atau kerjasama antara pemerintah dan swasta Rencana Sistem Jaringan Energi Arahan pengembangan prasarana energi menekankan pada keberadaan prasarana kelistrikan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Provinsi Banten terhadap energi listrik, meliputi : a. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU 1 Suralaya Kota Cilegon dengan kapasitas 600 s.d 700 MW; b. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU 2 Labuan Kabupaten Pandeglang dengan kapasitas 300 s.d 400 MW; c. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU 3 Lontar Kabupaten Tangerang dengan kapasitas 300 s.d 400 MW; d. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Banten atau PLTN Banten perlu diatur kemudian dalam kawasan strategis pada wilayah yang tidak bertentangan dengan kepentingan ekonomi dan masyarakat; e. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi atau PLT Panas Bumi Kaldera Danau Banten di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang. Prasarana migas adalah jaringan/distribusi minyak dan gas bumi melalui pipa di darat dan laut, perkeretaapian dan angkutan jalan raya. Sampai sekarang pertamina telah memiliki jaringan pipa bawah laut yang menghubungkan dengan jalur Sumatera Selatan hingga ke Stasiun MR/S di Bojonegara yang diteruskan hingga Kabupaten Tangerang, VI-28

29 yang sedang dikembangkan oleh PT. Perusahaan Gas Negara. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana transmisi dan distribusi gas Adapun arahan pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi dikembangkan untuk : a. Menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas produksi ke kilang pengolahan dan/atau tempat penyimpanan setelah melalui koordinasi dengan kabupaten/kota. b. Menyalurkan minyak dan gas bumi dari kilang pengolahan atau tempat penyimpanan ke konsumen setelah melalui koordinasi dengan kabupaten/kota. c. Pengembangan kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang meliputi : a. Pelaksanaan dan pengendalian usaha eksplorasi dan eksploitasi secara berdaya guna, berhasil guna serta berdaya saing tinggi dan berkelanjutan; b. Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan daerah untuk lebih mampu bersaing di tingkat nasional dan regional; c. Mendorong terciptanya lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup; d. Rencana transmisi dan distribusi gas diarahkan di Kota Cilegon, Kota Serang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi Prasarana telekomunikasi adalah perangkat komunikasi dan pertukaran informasi yang dikembangkan untuk tujuan-tujuan pengambilan keputusan di ranah publik ataupun privat. Prasarana telekomunikasi yang dikembangan, meliputi : a. Jaringan terestrial b. Jaringan satelit Arahan Pengembangan Prasarana telekomunikasi terus ditingkatkan VI-29

30 perkembangannya hingga mencapai pelosok wilayah yang belum terjangkau sarana prasarana telekomunikasi mendorong kualitas perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Untuk meningkatkan pelayanan di wilayah terpencil, pemerintah memberi dukungan dalam pengembangan kemudahan jaringan telekomunikasi. Perkembangannya hingga mencapai pelosok wilayah yang belum terjangkau sarana prasarana telekomunikasi mendorong kualitas perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Untuk meningkatkan pelayanan di wilayah terpencil, pemerintah memberi dukungan dalam pengembangan kemudahan jaringan telekomunikasi, dalam pengembangan sambungan kabel, telah dikembangkan teknologi Fiber Optik yang mampu meningkatkan kualitas suara dan jumlah sambungan, sedangkan pengembangan teknologi seluler untuk mempercepat jumlah satuan sambungan merupakan alternatif pengembangan telekomunikasi. Pengembangan teknologi seluler mampu menumbuhkan peningkatan jumlah satuan sambungan, mengingat teknologi ini lebih murah dibandingkan dengan teknologi kabel Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Arahan pengembangan prasarana sumberdaya air adalah upaya-upaya pengembangan prasarana sumberdaya air dalam rangka memenuhi berbagai kepentingan.pengembangan prasarana sumberdaya air untuk air bersih diarahkan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah yang sudahdikembangkan sebagai suplai sumber daya air CAT Rawa Danau di Serang-Pandeglang. Adapun arahan pengembangan sumberdaya air di Provinsi Banten dikembangkan padalokasi : b. Bendungan Karian di Kabupaten Lebak untuk memenuhi kebutuhan air baku di wilayah Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. VI-30

31 c. Bendungan Sindangheula di Kabupaten Serang untuk kebutuhan air baku industri dalam mendukung kawasan industri juga sebagai jaringan air baku untuk kebutuhan air minum di Wilayah Kabupaten Serang dan sekitarnya. d. Bendungan Cidanau di Kabupaten Serang untuk kebutuhan air baku industri dalam mendukung kawasan industri juga sebagai jaringan air baku untuk kebutuhan air minum di Wilayah Kabupaten Serang dan sekitarnya. e. Bendungan Pasir Kopo di Kabupaten Lebak untuk kebutuhan pertanian. d. Bendung Ciliman di Kabupaten Lebak untuk kebutuhan pertanian. f. Bendungan Cibaliung di Kabupaten Pandeglang untuk kebutuhan pertanian. g. Bendung Pamarayan di Kabupaten Serang untuk kebutuhan pertanian. h. Bendung Ranca Sumur di Kabupaten Tangerang untuk kebutuhan pertanian. i. Bendungan Pasar Baru di Kota Tangerang untuk pengendalian banjir. j. Bendung Cisadane pintu sepuluh di Kota Tangerang untuk pengendalian banjir. k. Cekungan Air Tanah (CAT) Rawa Danau di Serang-Pandeglang. l. Cekungan Air Tanah (CAT) Serang-Tangerang. m. Cekungan Air Tanah (CAT) Labuhan. n. Cekungan Air Tanah (CAT) Malimping. o. Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta. p. Situ/Waduk/Danau/Rawa yang terdapat di Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kota Cilegon diarahkan untuk kolam penyimpanan (retention pond). VI-31

32 Pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi terkait dengan pengelolaan sumber daya air, dilakukan dengan mempertimbangkan : a. Daya dukung sumber daya air. b. Kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat. c. Kemampuan pembiayaan d. Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air. e. Posisi Banten sebagai lumbung nasional. Di samping itu, area lahan beririgasi teknis harus dipertahankan agar tidakberubah fungsi menjadi peruntukan yang lain. Jika areal tersebut terpaksa harus berubah fungsi maka perlu disediakan lahan areal baru yang menggantikannya dengan luasan minimal sama. Berkenaan dengan hal tersebut, perencanaan prasarana pengairan harus disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan sawah irigasi teknis. Dalam revisi tata ruang wilayah Banten ini tidak direncanakan perluasan sawah, tetapi peningkatan pengairan dari irigasi non teknis atau setengah teknis menjadi irigasi teknis. Di samping itu direncanakan pula beberapa pemindahan sawah yang menempati lahan dengan fungsi lindung mutlak, ke lahan dengan fungsi semusim sesuai dengan daya dukung lingkungannya. VI-32

33 Gambar 6.1 Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya Prasarana lingkungan merupakan arahan pengelolaan prasarana yang digunakanlintas wilayah administratif, prasarana yang digunakan lintas wilayah secara administratif, meliputi arahan pengembangan : a. Kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah sampah terutama di wilayah perkotaan perbatasan antara Kabupaten/Kota serta dengan Provinsi DKI. Arahan Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah yang terpadudikelola bersama untuk kepentingan antar wilayah harus sesuai dengan persyaratan teknis yang diamanatkan oleh UU No.18/2008 tentang Pengelolaan Sampah bahwa pengelolaan TPA Regional pada tahun 2010 harus menggunakan System t SanitaryLandfill. Pengembangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Regional diarahkan pada TPST Bojong Menteng di Kabupaten Serang VI-33

34 yang nantinya dapat dimanfaatkan bekerjasama dengan Kota Serang, pengembangan TPST ini telah memenuhi syarat berdasarkan kajian site selection terhadap beberapa calon lokasi TPS, analisis berdasarkan SK SNI Dep. PU dan SK SNI Dep. PU, kriteria dari direktorat geologi tata lingkungan. Selain itu pengembangan TempaPengolahan Sampah Terpadu (TPST) lainnya diarahkan di Desa Ciangir Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang yang merupakan program kerjasama antar daerah yakni Kabupaten Tangerang Provinsi Banten dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan mengacu pada PP Nomor 50 Tahun Dewasa ini, kegiatan sehari-hari masyarakat semakin memperburuk kondisi lingkungan hidup. Jumlah konsumsi yang berlebihan dan banyaknya pembuangan sampah, merupakan penyebab utama dari semakin memburuknya kondisi lingkungan hidup. Wilayah yang dikembangkan sebagai tempat pembuangan akhir terletak di masingmasing Kabupaten dan Kota, yang digunakan sebagai pembuangan sampahnya. Untuk itu diperlukan adanya perbaikan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat yang dikelola secara bersama antar wilayah, dan upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut: - Pemahaman hubungan manusia dan lingkungan hidup, dengan berperan aktif dalam mengenal alam sekitar. - Anjuran untuk memilih barang kebutuhan yang dapat di recycle dan sedikit ebannya terhadap lingkungan hidup. - Menggunakan energi secara efektif serta mengurangi jumlah sampah dan lain-lain. - Berperan aktif dalam kegiatan recycle, penghijauan, dan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi masyarakat. - Berkerjasama dengan pemerintah dan organisasi masyarakat lainnya. VI-34

35 b. Pengembangan tempat pengelolaan limbah industri B3. Kawasan industri di Provinsi Banten memerlukan suatu pengolah limbah B3, maka limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh kegiatan Kawasan Industri yang dibuang ke lingkungan hidup dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan hidup. Dengan demikian diperlukan prasarana pengolah limbah terpadu yang lokasinya di arahkan di Kota Cilegon. c. Pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis. d. Pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan daya dukung lingkungan. e. Setiap kabupaten/kota diwajibkan menyediakan ruang untuk TPA dan/atau TPA terpadu KEBIJAKAN DAN STRATEGI PADA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG 1. Peningkatan kualitas kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi perlindungannya; mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah; mewujudkan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung; 2. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup; menetapkan proporsi luas kawasan berfungsi lindung dalam wilayah Provinsi Banten paling sedikit 30% dari luas wilayah. 3. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup; VI-35

36 menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup; mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; 4. Perwujudan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang; mengelola sempadan sungai untuk menjamin tidak terjadinya kerusakan pada pinggiran sungai dan tidak terganggunya aliran sungai dan beban di kawasan sekitarnya; mengamankan, memelihara, dan mengembangkan hutan mangrove sebagai pengamanan terhadap abrasi dan erosi pantai; ARAH KEBIJAKAN POLA RUANG Dinamika penggunaan lahan suatu daerah dapat dilihat dari potensi yang dimiliki serta kecenderungan perubahan fungsi lahan mungkin terjadi. Kecenderungan perubahan fungsi dan pola penggunaan lahan sangat berkaitan dengan kondisi eksisting serta kestabilan pemanfaatannya. Berikut kebijakan pola ruang Provinsi Banten POLA RUANG KAWASAN LINDUNG 1. Peningkatan kualitas kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi perlindungannya; mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah; mewujudkan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung; VI-36

37 2. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup menetapkan proporsi luas kawasan berfungsi lindung dalam wilayah Provinsi Banten paling sedikit 30% dari luas wilayah. 3. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup; menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup; mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; 4. Perwujudan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang; mengelola sempadan sungai untuk menjamin tidak terjadinya kerusakan pada pinggiran sungai dan tidak terganggunya aliran sungai dan beban di kawasan sekitarnya; mengamankan, memelihara, dan mengembangkan hutan mangrove sebagai pengamanan terhadap abrasi dan erosi pantai; VI-37

38 VI-38

39 VI-39

40 POLA RUANG KAWASAN BUDI DAYA 1. Peningkatan produktivitas kawasan budidaya memanfaatkan lahan yang tidak atau kurang produktif yang berada di luar kawasan lindung serta kawasan bekas pertambangan harus direhabilitasi menjadi kawasan budidaya sesuai dengan sifat dan kondisi lahannya; 2. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan budidaya beserta prasarana pendukungnya secara sinergis dan berkelanjutan untuk VI-40

41 mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya dengan mengalokasikan ruang dan akses masyarakat; mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk mendukung perwujudan ketahanan pangan; 3. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan mengembangkan kawasan perkotaan dengan bangunan bertingkat terutama untuk kegiatan-kegiatan dengan fungsi komersial atau bernilai ekonomi tinggi guna penghematan ruang dan memberikan ruang terbuka pada kawasan tersebut; mengendalikan kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya. VI-41

42 VI-42

43 VI-43

44 VI-44

45 KEBIJAKAN KAWASAN STRATEGIS 1. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan. mengendalikan pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis Provinsi Banten yang dapat memicu perkembangan kegiatan budidaya; menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang secara produktif dan berkelanjutan melalui pengendalian pembangunan kawasan- VI-45

46 kawasan strategis dan pengendalian ruang terbuka hijau di wilayah kabupaten/kota. 2. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer dan ramsar; melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan ekosistemnya; meningkatkan kepariwisataan; 3. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional dan daerah yang produktif, efisien dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional dan internasional; menciptakan iklim investasi yang kondusif; mewujudkan penataan kawasan andalan melalui pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan industri dan pariwisata secara produktif; 4. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan; ARAH KEBIJAKAN WILAYAH KERJA PEMBANGUNAN Perwilayahan Provinsi Banten direncanakan dalam Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) dengan kedalaman penataan struktur pusat permukiman perkotaan, merupakanupaya untuk mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan yang berkembang cenderung terus membesar dan berpotensi mendorong perkembangan mega urban di WKP I, menyeimbangkan perkembangan perkotaan lain di wilayah Banten dan mengendalikan perkembangan kawasan terbangun di perkotaan sesuai daya dukung dan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Penataan Satuan Wilayah Pengembangan dengan kedalaman hingga penataan struktur pusat permukiman perkotaan, adalah upaya untuk mendorong perkembangan perkotaan yang serasi dengan kawasan perdesaan secara optimal dan berkelanjutan. Untuk mendorong perkembangan wilayah maka perkotaan VI-46

47 menengah dan kota kecil perlu didorong perannya melalui penyediaan berbagai fasilitas dan infrastruktur yang memadai. Efisiensi pelayanan perkotaan ditentukan melalui skala pelayanan wilayah dengan membentuk perwilayahan, dimana masing-masing WKP memiliki satu pusat. Untuk itu, maka Propinsi Banten dibagi menjadi 3 Wilayah Kerja Pembangunan (WKP), yakni: WKP I meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan, WKP II meliputi Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kota Cilegon, WKP III meliputi Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Adapun arahan fungsi dan peranan masing-masing Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) tersebut meliputi : a. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) I diarahkan untuk pengembangan kegiatan industri, jasa, perdagangan, pertanian, dan permukiman/ perumahan; b. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) II diarahkan untuk pengembangan kegiatan pemerintahan, pendidikan, kehutanan, pertanian, industri, pelabuhan, pergudangapariwisata, jasa, perdagangan, dan pertambangan; c. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) III diarahkan untuk pengembangan kegiatan kehutanan, pertanian, pertambangan, pariwisata, kelautan dan perikanan. VI-47

48 Gambar 6.2 Wilayah Kerja Pembangunan ARAH KEBIJAKAN HOLISTIK TEMATIK INTEGRATIF SPASIAL PEMBANGUNAN PROVINSI BANTEN HOLISTIK TEMATIK Pengertian holistik adalah cara pandang yang menyatakan keseluruhan sebagai satu kesatua lebih penting dari pada bagian-bagiannya,kamuslife.com. Kata holistik berasal dari bahasa inggris Holistic yang artinya menekankan pentingnya keseluruhan dan saling terkait dari bagin-bagiannya. Pengertian tematik dalam kamus besar bahasa indonesia mengadung pengertian segala seseuatu berhubungan dengan tema ( menjadi pokok permasahan ). Dalam pendekatan tematik di artikan sebagai sebuah pola yang menyatukan unsur yang dikaitkan/terpusat pada suatu tema/pokok permasalahan sehingga terjadi keterpaduan antara satu dengan yang lain. VI-48

49 Pendekatan tematik holistik adalah pendekatan yang menekankan pada pentingnya keseluruhan dengan terdapat keterkaitan antara bagian-bagiannya untuk mencapai tujuan utama. Jadi pendekatan ini mengutamkan pada kegiatankegiatan yang mendukung prioritas nasional, prioritas pembangunan di Provinsi dengan indikasi kegiatan sampai koodinasi antar kementrian dan lembaga, serta antar perangkat daerah bertujuan mencapai sasaran prioritas nasioanl dan prioritas tingkat provinsi yang didukung oleh kementrian dan lembaga, perangkat daerah pada tingkat provinsi dan tingkat kabupaten /kota. PENDEKATAN INTEGRATIF Pengertian integratif sebagai penyatuan berbagai aspek kedalam satu keutuhan yang padu yang dapat diartikan sebagai pendekatan yang menyatukan beberapa aspek kedalam satu proses. Jika dihubungkan dengan perencanaan pembangunan, pendekatan integratif melakukan proses mengidentifkasi dan mengarahkan agar output dari kegiatan yang terdapat pada perangkat daerah agar dapat saling terintegrasi dengan kegiatan pada perangkat daerah lainnya dalam mendukung keberhasilan kebijakan priioritas. PENDEKATAN SPASIAL Pengertian spasial dalam kamus besar bahasa indonesia diartika sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan ruang dan tempat. Pendekatan spasial lebih sering digunakan dalam bidang geografi (keuruangan) yang merupakan pendekatan yang khas, karena merupakan studi tentang keragaman ruang muka bumi dengan menelaah masing-masing aspek keruangannya. Dalam pembangunan daerah pendekatan spasial instrumen bagi penentuan alokasi sumber daya pembangunan dan lokasi kegiatan pembangunan yang telah direncanakan, pembahasan spasial digunakan saat pembahasan menyepakati lokus dari suatu kegiatan prioritas yang terdapat pada beberapa ajuan perangkat daerah untuk diintegrasikan yang selanjutnya diselaraskan dengan usulan kabupaten / kota. VI-49

50 Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah Provinsi Banten tahun melakukan pendekatan holistik tematik, integratif spasial pembangunan dengan mempertimbangkan pada 6 tema 1. Tematik tersebut merupakan agenda pembagunan nasional yang selaras dengan solusi yang ingin di selesaikan terhadap persoalan yang ada di Provinsi Banten. 2. Tematik tersebut merupakan isu stratetis pembangunan daerah yang selaras dengan solusi yang ingin diselesaikan terhadap persoalan yang ada di Provinsi Banten. 3. Tematik tersebut merupakan bagian dari prioritas pembangunan daerah yang selaras dengan solusi yang ingin di selesaikan terhadap persoalan yang ada di Provinsi Banten. 4. Tematik tersebut merupakan pilihan tema pembangunan daerah yang selaras dengan sasaran strategis dalam rencana pembangunan jangka panjang daerah yang ingin dikembangkan diprovnsi Banten Arah kebijakan tematik tersebut yaitu : 1. Penanggulangan Kemiskinan dan pengaangguran 2. Ketahanan Pangan 3. Parawisata 4. Kota Metropolitan Serang 5. Daya saing daerah 6. Daya saing perekonomian daerah VI-50

51 Gambar 6.3 Tematik-Holistik Integratif Spasial Penataan dari masing masing tematik- holistik integrasi spasial sebagai barikut : VI-51

52 ARAH KEBIJAKAN TEMATIK KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN LEVEL 1 : Meningkatkan taraf hidup penduduk ekonomi desa miskin dan peluang bekerja 1.Perencanaan, pengendalian pertumbuhan ekonomi tinggi,ketimpangan dan inflasi rendah 5.Pengurangan beban penduduk miskin Meningkatkan taraf hidup penduduk ekonomi desa miskin dan peluang bekerja 2.Penciptaan lapangan kerja dengan memperbesar investasi padat karya 4.Pembangunan kewirausahaan KUKM dan ekonomi kreatif 3.Perkuatan infrastruktur desa miskin VI-52

53 LEVEL 2 : 1. Perencanaan, pengendalian pertumbuhan ekonomi tinggi,ketimpangan dan inflasi rendah 6. kaji terap strategi naker dalam intervensi pengangguran 5. Kaji terap penelitian intervensi kemiskinan dan pengangguran 1. Penyusunan program dan kegiatan kemisikan dan pengangguran terealisir baik 1. Perencanaan, pengendalian pertumbuhan ekonomi tinggi,ketimpangan dan inflasi rendah 4. Kebijakan ekonomi dalam intervesi kegiatan kimisikan dan penganguran 2. Arahan kegiatan intervensi kemiskinan dan pengangguran versi BPS 3. Arahan kegiatan intervensi kemiskinan dan pengangguran versi BI VI-53

54 LEVEL 2 : 2. Penciptaan lapangan kerja dengan memperbesar investasi padat karya 9. Kegiatan bersama mitra strategi naker intervensi kemiskinan dan pengangguran 1. Kegiatan padat karya pembangunan jalan jembaatan dalam intervensi kemiskinan dan pengangguran. 2. Kegiatan padat karya pembangunan praswil dalam intervensi kemiskinan dan pengangguran 8. Target pertumbuhan pangan intervensi kemiskinan dan pengangguran 2.Penciptaan lapangan kerja dengan memperbesar investasi padat karya 3. target penanaman modal dalam solusi kemiskinan dan pengagguran 7. Kegiatan intervensi kemiskinan dan pengangguran pada kelautan dan perikanan 6.Kegiatan manunggal pada opd terkait dalam intervensi kemiskinan dan pengangguran 5. Kegiatan intervensi kemiskinan dan pengangguran pada pertanian 4.Kegiatan intervensi kemiskinan dan pengangguran pada parawisaa VI-54

55 LEVEL 2 : 3. Perkuatan infrastruktur desa miskin 1. Kegiatan perbaikan lingkungan pemukiman desa miskin 4. Kegiatan perbaikan infrastruktur pertanian desa miskin 3. Perkuatan infrastruktur desa miskin 2. Kegiatan perbaikan infrastruktur desa miskin 3. Kegiatan perbaikan akses transpportasi desa miskin VI-55

56 LEVEL 2 : 4. Pembangunan kewirausahaan KUKM dan ekonomi kreatif 9. Pengadaan sarpras pembangunan bidan nakertrans bagi miskin dan pengangguran 1. Pengadaan sarpras pembangunan umkm bagi miskin dan pengangguran 2. Pengadaan sarpras pembangunan indag bagi miskin dan pengangguran 8. Pengadaan sarpras pembangunan bidan energi sdm bagi miskin dan pengangguran 7. Pengadaan sarpras pembangunan bidan kelautan dan perikanan bagi miskin dan pengangguran 6. Pengadaan sarpras pembangunan bidang pora bagi miskin dan pengangguran 4. Pembangunan kewirausahaan KUKM dan ekonomi kreatif 5. Pengadaan sarpras pembangunan pertanian bagi miskin dan pengangguran 3. Pengadaan sarpras pembangunan parawisata bagi miskin dan pengangguran 4. Sisinfokemiskina n dan ketenagakerjaa n VI-56

57 LEVEL 2 : 5. Pengurangan beban penduduk miskin 8. Kebijakan dalam intervensi beban kemiskinan dan pengangguran 1. Pelayanan kesehatan bagi masyarkat miskin 2. Penangan masyarakat miskin 7. Kegiatan dengan mitra strategis pertanian dalam penanggulangan kemiskinan 5. Pengurangan beban penduduk miskin 3. Subsidi masyarakat miskin 6. Kegiatan dengan mitra strategis nakertransdalam penanggulangan kemiskinan 5. Penanganan masyarkat miskin pesisir 4. Bea siswa masyarkat miskin VI-57

58 MATRIK TEMATIK PENANGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN SASARAN (Meningkatkan taraf hidup penduduk ekonomi desa miskin dan peluang bekerja INDIKATOR KINERJA UTAMA 1 Angka kemiskinan 2 Tingkat pengangguran terbuka 1 2 INTEGRASI TEMA PERANGKAT DAERAH Perencanaan, pengendalian pertumbuhan ekonomi tinggi,ketimpangan dan inflasi rendah Penciptaan lapangan kerja dengan memperbesar investasi padat karya PERANGKAT DAERAH Bappeda 1 BPS banten 2 Bank Indonesia 3 Biro ekonomi 4 Balitbangda 5 Dinas tenaga kerja dan transmigrasi 6 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 2 1 INDIKASI KEGIATAN Penyusunan program dan kegiatan kemisikan dan pengangguran terealisir baik Arahan kegiatan intervensi kemiskinan dan pengangguran versi BPS Arahan kegiatan intervensi kemiskinan dan pengangguran versi BI Kebijakan ekonomi dalam intervesi kegiatan kimisikan dan penganguran Kaji terap penelitian intervensi kemiskinan dan pengangguran kaji terap strategi naker dalam intervensi pengangguran Kegiatan padat karya pembangunan jalan jembaatan dalam intervensi kemiskinan dan pengangguran VI-58

59 3 INTEGRASI TEMA PERANGKAT DAERAH Perkuatan infrastruktur desa miskin PERANGKAT DAERAH Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Dinas Penanaman Modal dan PTSP 3 Dinas Pariwisata 4 Dinas Pertanian 5 TNI 6 Dinas Kelautan dan Perikanan 7 Dinas Ketahanan Pangan 8 Dinas tenaga kerja dan transmigrasi 9 Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dinas Perhubungan INDIKASI KEGIATAN Kegiatan padat karya pembangunan praswil dalam intervensi kemiskinan dan pengangguran target penanaman modal dalam solusi kemiskinan dan pengagguran Kegiatan intervensi kemiskinan dan pengangguran pada parawisata Kegiatan intervensi kemiskinan dan pengangguran pada pertanian Kegiatan manunggal pada opd terkait dalam intervensi kemiskinan dan pengangguran Kegiatan intervensi kemiskinan dan pengangguran pada kelautan dan perikanan Target pertumbuhan pangan intervensi kemiskinan dan pengangguran Kegiatan bersama mitra strategi naker intervensi kemiskinan dan pengangguran Kegiatan perbaikan lingkungan pemukiman desa miskin Kegiatan perbaikan infrastruktur desa miskin Kegiatan perbaikan akses transpportasi desa miskin VI-59

60 4 INTEGRASI TEMA PERANGKAT DAERAH Pembangunan kewirausahaan KUKM dan ekonomi kreatif PERANGKAT DAERAH Dinas Pertanian 4 Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah 1 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 2 Dinas Pariwisata 3 Dinas Komunikasi Informatika, Statistik dan Persandian Dinas Pertanian 5 Dinas Kepemudaan dan Olahraga 6 Dinas Kelautan dan Perikanan 7 Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 8 Dinas tenaga kerja dan transmigrasi INDIKASI KEGIATAN Kegiatan perbaikan infrastruktur pertanian desa miskin Pengadaan sarpras pembangunan umkm bagi miskin dan pengangguran Pengadaan sarpras pembangunan indag bagi miskin dan pengangguran Pengadaan sarpras pembangunan parawisata bagi miskin dan pengangguran Sisinfokemiskinan dan ketenagakerjaan Pengadaan sarpras pembangunan pertanian bagi miskin dan pengangguran Pengadaan sarpras pembangunan bidang pora bagi miskin dan pengangguran Pengadaan sarpras pembangunan bidan kelautan dan perikanan bagi miskin dan pengangguran Pengadaan sarpras pembangunan bidan energi sdm bagi miskin dan pengangguran Pengadaan sarpras pembangunan bidan nakertrans bagi miskin dan pengangguran VI-60

61 5 INTEGRASI TEMA PERANGKAT DAERAH Pengurangan beban penduduk miskin PERANGKAT DAERAH 2 INDIKASI KEGIATAN Dinas Kesehatan 1 Pelayanan kesehatan bagi masyarkat miskin Dinas Sosial 2 Penangan masyarakat miskin BPJS 3 Subsidi masyarakat miskin Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 4 Bea siswa masyarkat miskin Dinas Kelautan dan Perikanan 5 Penanganan masyarkat miskin pesisir Kegiatan dengan mitra strategis Dinas tenaga kerja dan transmigrasi 6 nakertransdalam penanggulangan kemiskinan Kegiatan dengan mitra strategis Dinas Pertanian 7 pertanian dalam penanggulangan kemiskinan Biro KESRA 8 Kebijakan dalam intervensi beban kemiskinan dan pengangguran VI-61

62 ARAH KEBIJAKAN TEMATIK MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN LEVEL 1 : Pembangunan ketahanan pangan 6. Pemanfaatan teknologi dalam peningkatan produksi dan nilai tambah produk pangan 5. Penguatan kelembagaan petani 1. Peningkatan produksi padi dan pangan lainnya Pembangunan ketahanan pangan 4. Penanganan gangguan terhadap produksi pangan 2. Kelancaran distibusi pangan dan akses pagan masyarakat 3. Peningkatan mutu kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat VI-62

63 LEVEL 2 : 1. Pembangunan ketahanan pangan 1. Sistem pengendalian ketahanan pangan 5. Luasan lahan hijau produktif 1. Pembangunan ketahanan pangan 2. Penataan kawasan produktifitas 4. Peningkatan produksi perikanan 3. Peningkatan produksi padi VI-63

64 LEVEL 2 : 2. Kelancaran distibusi pangan dan akses pagan masyarakat 1. Jumlah titik distribusi startegis 5. Pengaturan siklus produksi perikanan 2. Kelancaran distibusi pangan dan akses pagan masyarakat 2. Dukungan atribusi distribusi 4. Pengaturan siklus kawasan produksi 3. Jumlah ruas jalan dukungan titik distribusi VI-64

65 LEVEL 2 : 3. Peningkatan mutu kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat 1. Ketersediaan pangan lokal 5. gerakan makan produk ikan 3. Peningkatan mutu kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat 2. Tingkat kesehatan pangan 4. Ketersediaan pangan lokal 3. Tingkat kesehatan pangan dan halal VI-65

66 LEVEL 2 : 4. Penanganan gangguan terhadap produksi pangan 1. Wilayah cegah hama tanaman 4. Penanganan gangguan terhadap produksi pangan 3. Wilayah cegah penyakit ikan 2. Wilayah cegah penyakit ternak VI-66

67 LEVEL 2 : 5. Penguatan kelembagaan petani 1. Kelompok petani katagori baik 5. Kelompok nelayan katagori baik 5. Penguatan kelembagaan petani 2. Kelompok koperasikatagori baik 4. Penanganan gangguan terhadap produksi pangan 3. Kelompok UMKM katagori baik VI-67

68 LEVEL 2 : 6. Pemanfaatan teknologi dalam peningkatan produksi dan nilai tambah produk pangan 7. Kebijakan infrastruktur ekonomi banten 1. Tersedia teknologi pengolahan ikan 2. Tersedia teknologi dan menjm umkm berkelanjutan 6. Kebijakan peningkatan ekonomi banten 6. Pemanfaatan teknologi dalam peningkatan produksi dan nilai tambah produk pangan 3. Tersedia teknologi alat detesi ikan 5. sisdaketpa (sistem pengendalian ketahanan pangan banten) 4. Sismonev pengembangan umkm VI-68

69 MATRIK TEMATIK KETAHANAN PANGAN SASARAN Pembangunan ketahanan pangan dalam meningkatkan indeks ketahanan pangan daerah INDIKATOR KINERJA UTAMA 1 Indeks Ketahanan Pangan INTEGRASI TEMA PERANGKAT DAERAH Peningkatan produksi padi dan pangan lainnya Kelancaran distibusi pangan dan akses pangan masyarakat Peningkatan mutu kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat PERANGKAT DAERAH 2 INDIKASI KEGIATAN Dinas Ketahanan Pangan 1 Sistem pengendalian ketahanan pangan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 2 Penataan kawasan produktifitas Dinas Pertanian 3 Peningkatan produksi padi Dinas Kelautan dan Perikanan 4 Peningkatan produksi perikanan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan 5 Luasan lahan hijau produktif Dinas Perindustrian dan Perdagangan 1 Jumlah titik distribusi startegis Dinas Perhubungan 2 Dukungan atribusi distribusi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 3 Jumlah ruas jalan dukungan titik distribusi Dinas Pertanian 4 Pengaturan siklus kawasan produksi Dinas Kelautan dan Perikanan 5 Pengaturan siklus produksi perikanan Dinas Perindustrian dan Perdagangan 1 Ketersediaan pangan lokal Dinas Kesehatan 2 Tingkat kesehatan pangan BPOM 3 Tingkat kesehatan pangan dan halal VI-69

70 4 5 6 INTEGRASI TEMA PERANGKAT DAERAH Penanganan gangguan terhadap produksi pangan Penguatan kelembagaan petani Pemanfaatan teknologi dalam peningkatan produksi dan nilai tambah produk pangan PERANGKAT DAERAH 2 INDIKASI KEGIATAN Dinas Pertanian 4 Ketersediaan pangan lokal Dinas Kelautan dan Perikanan 5 Gerakan makan produk ikan Dinas Pertanian 1 Wilayah cegah hama tanaman Dinas Pertanian 2 Wilayah cegah penyakit ternak Dinas Kelautan dan Perikanan 3 Wilayah cegah penyakit ikan Dinas Pertanian 1 Kelompok petani katagori baik Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah 2 Kelompok koperasikatagori baik Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah 3 Kelompok UMKM katagori baik Dinas Kelautan dan Perikanan 4 Kelompok nelayan katagori baik Dinas Perindustrian dan Perdagangan 1 Tersedia teknologi pengolahan ikan Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah 2 Tersedia teknologi dan menjm umkm berkelanjutan Dinas Kelautan dan Perikanan 3 Tersedia teknologi alat detesi ikan Dinas Komunikasi Informatika, Statistik dan Persandian 4 Sismonev pengembangan umkm Dinas Ketahanan Pangan 5 sisdaketpa (sistem pengendalian ketahanan pangan banten) Biro BINA PEREKONOMIAN 6 Kebijakan peningkatan ekonomi banten Biro INFRASTRUKTUR & SDA 7 Kebijakan infrastruktur ekonomi Banten VI-70

71 ARAH KEBIJAKAN TEMATIK METROPOLITAN SERANG LEVEL 1 : Pembangunan tematik metropolitan serang 1. Implementasi Tata kelola pemerintahan yang baik 6. Meningkatkan kapasitas pengelolaan kota 5. Mengembangka n kota cerdas, dan hijau secara berkelanjutan Pembangunan tematik metropolitan serang 4. Pemenuhan standar pelayanan perkotaan (SPP) 2. Peningkatan kualitas Sumber daya manusia 3. Infrastruktur Katerkaitan Antar Kota metropolitann serang Dalam Sistem Perkotaan VI-71

72 LEVEL 2 : 1. Implementasi Tata kelola pemerintahan yang baik 1. Perencanaan kinerja kota metropolitan serang 1. Implementasi Tata kelola pemerintahan yang baik 3. Kerjasama pemerintahan kota serang 2. Penilaian kompetesi aparatur kota serang VI-72

73 LEVEL 2 : 2. Implementasi Tata kelola pemerintahan yang baik 1. Standar pelayanan pendiidikan kota serang 2. Implementasi Tata kelola pemerintahan yang baik 2. Standar pelayanan kesehatan kota serang VI-73

74 LEVEL 2 : 3. Infrastruktur Katerkaitan Antar Kota metropolitann serang Dalam Sistem Perkotaan 1. Konektifitas dengan pusat kawasan nasional 5. konektiftas moda transportasi antar kawasan 3. Infrastruktur Katerkaitan Antar Kota metropolitann serang Dalam Sistem Perkotaan 2. Pengembangan kawasan perkotaan metropolitan serang 4. Konektifitas dengan pusat kawasan strategis kota (Parawisata, perdangangan, pendidikan, industri,iptek) 3. Konektifitas dengan pusat kawasan wilayah VI-74

75 LEVEL 2 : 4. Pemenuhan standar pelayanan perkotaan (SPP) 1. Ketersediaan sarana dan prasarana dasar perkotaan 5. Penanggulanga n Kemiskinan Perkota serang 4. Pemenuhan standar pelayanan perkotaan (SPP) 2. Ketersediaan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sosial budaya yang berkualitas 4. Ketersediaan sistem transportasi publik 3. Ketersediaan sarana permukiman VI-75

76 LEVEL 2 : 5. Mengembangkan kota cerdas, dan hijau secara berkelanjutan 6. Ketersediaan city brandig destinasi wisata kota metropolitan serang 5. Ketersediaan Transportasi cerdas dan ramah lingkungan 1. Penataan, Pengelolaan, dan Pemanfaatan ruang dan kegiatan perkotaan yang efisien dan berkeadilan 5. Mengembangkan kota cerdas, dan hijau secara berkelanjutan 4. ketersediaan Sistem informasi kualitas lingkungan perkotaan 2. ketersediaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK dalam mengelolan kota metropolitan serang 3. Pembangunan kapasitas masyarakat yang inovatif, kreatif dan produktif. VI-76

77 LEVEL 2 : 6. Meningkatkan kapasitas pengelolaan kota 1. ketersedian perencanaan, peraturan,prosedur Kota metropolitaan serang Berkelanjutan 3. ketersediaan Basis data informasi dan peta perkotaan yang terpadu kota metropolitan serang 6. Meningkatkan kapasitas pengelolaan kota 2. ketersediaan kelembagaan Badan Koordinasi dan kerjasama Pembangunan Kawasan antar Perkotaan metropolitan VI-77

78 MATRIK TEMATIK KOTA METROPOLITAN SERANG SASARAN Meningkatnya aktifitas penataan wilayah serang yang mengukur kinerja pencapaian menuju kota metropolitan serang 1 INDIKATOR KINERJA UTAMA Prosentase kinerja pengembangan kota metropolitan serang INTEGRASI TEMA PERANGKAT DAERAH Implementasi Tata kelola pemerintahan yang baik Peningkatan kualitas Sumber daya manusia Infrastruktur Katerkaitan Antar Kota metropolitann serang Dalam Sistem Perkotaan PERANGKAT DAERAH 2 INDIKASI KEGIATAN Bapeda 1 Perencanaan kinerja kota metropolitan serang Badan Kepegawaian Daerah 2 Penilaian kompetesi aparatur kota serang Bidang pemerintahan 3 Kerjasama pemerintahan kota serang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 1 Standar pelayanan pendiidikan kota serang Dinas kesehatan 2 Standar pelayanan kesehatan kota serang Kementrian PUPR, Dinas PUPR BANTEN dan PUPR Kota serang Dinas PUPR BANTEN dan PUPR Kota serang Dinas PUPR BANTEN dan PUPR Kota serang Dinas PUPR BANTEN dan PUPR Kota serang, dinas terkait Dinas PUPR,dishub BANTEN dan PUPR, dishub Kota serang, 1 Konektifitas dengan pusat kawasan nasional 2 Pengembangan kawasan perkotaan metropolitan serang 3 Konektifitas dengan pusat kawasan wilayah 4 Konektifitas dengan pusat kawasan strategis kota (Parawisata, perdangangan, pendidikan, industri,iptek) 5 konektiftas moda transportasi antar kawasan VI-78

79 4 5 INTEGRASI TEMA PERANGKAT DAERAH Pemenuhan standar pelayanan perkotaan (SPP) Mengembangkan kota cerdas, dan hijau secara berkelanjutan PERANGKAT DAERAH 2 INDIKASI KEGIATAN Dinas PUPR BANTEN dan PUPR Kota serang Dinas pendidikan Banten dan Dinas pendidikan kota serang Dinas Praswil Banten dan Dinas Praswil kota serang Dinas Perhubungan Banten dan Dinas Perhubungan kota serang Dinas sosial Banten dan Dinas sosial kota serang Dinas PUPR Banten dan Dinas PUPR kota serang 1 2 Ketersediaan sarana dan prasarana dasar perkotaan Ketersediaan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sosial budaya yang berkualitas 3 Ketersediaan sarana permukiman 4 Ketersediaan sistem transportasi publik 5 Penanggulangan Kemiskinan Perkota serang 1 Penataan, Pengelolaan, dan Pemanfaatan ruang dan kegiatan perkotaan yang efisien dan berkeadilan Dinas kominfo Banten dan Dinas kominfo kota serang Dinas kominfo,indag,kop ukm Banten dan kominfo,indag,kop umkm kota serang Dinas kominfo,dis LH hutan,banten dan kominfo,dis LH hutan kota serang Dinas kominfo,dis LH hutan,dishub Banten dan Dinas kominfo,dis LH hutan,dishub kota serang ketersediaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK dalam mengelolan kota metropolitan serang Pembangunan kapasitas masyarakat yang inovatif, kreatif dan produktif ketersediaan Sistem informasi kualitas lingkungan perkotaan Ketersediaan Transportasi cerdas dan ramah lingkungan VI-79

80 6 INTEGRASI TEMA PERANGKAT DAERAH Meningkatkan kapasitas pengelolaan kota PERANGKAT DAERAH 2 INDIKASI KEGIATAN Dinas kominfo,dinas parawisata Banten dan Dinas Dinas kominfo,dinas parawisata kota serang Bapeda, Biro hukum, setwan, Banten dan Dinas Dinas Bapeda, Biro hukum, setwan kota serang Bapeda, Biro pemerintahan Banten dan Bapeda, Biro pemerintahan kota serang Bapeda, Diskominfo, Banten dan Bapeda, Diskominfo kota serang Ketersediaan city brandig destinasi wisata kota metropolitan serang ketersedian perencanaan, peraturan,prosedur Kota metropolitaan serang Berkelanjutan ketersediaan kelembagaan Badan Koordinasi dan kerjasama Pembangunan Kawasan antar Perkotaan metropolitan ketersediaan Basis data informasi dan peta perkotaan yang terpadu kota metropolitan serang VI-80

81 TEMATIK DAYA SAING DAERAH LEVEL 1 Pembangunan parawisata Banten 1. Tata kelola pemerintahan 6. Meningkatkan aktivitas Perbankan dan Lembaga Keuangan 5. Membangun konektivitas yang terintegrasi antara sistem transportasi, logistik serta komunikasi dan informasi dalam rangka membuka akses daerah seluasluasnya Pembangunan daya saing daerah yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kesempatan bekerja 4. Menciptakan lingkungan usaha produktif yang dapat menarik minat dunia usaha untuk melakukan kegiatan usaha 2. Mendorong aktivitas perekonomian daerah 3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan ketenagakerjaan VI-81

82 LEVEL 2 : 1. Tata kelola pemerintahan 1. Laporan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah 4. Tingkat kompetensi aparatur daerah 1. Tata kelola pemerintahan 2. laporan hasil BPK 3. Hasil pemeringkatan e_goverment VI-82

83 LEVEL 2 : 2. Mendorong aktivitas perekonomian daerah 1. Jumlah PAD 2. Mendorong aktivitas perekonomian daerah 3. Jumlah investasi daerah 2. Jumlah APBD VI-83

84 LEVEL 2 : 3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan ketenagakerjaan 7. Tingkat kesempatan kerja 1. Angka partisipasi murni (APM) SMA/SMK 2. Jumlah guru s1 yang berkompenten si baik 6. Angka Kematian Bayi (balita), 3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan ketenagakerjaan 3. Persentase penduduk lulus S1.S2.S3 5. Angka Harapan Hidup 4. Angka ketergantunga n VI-84

85 LEVEL 2 : 4. Menciptakan lingkungan usaha produktif yang dapat menarik minat dunia usaha untuk melakukan kegiatan usaha 1. Perda kemudahaan investasi 4. Penurunan angka kejahatan 4.Menciptakan lingkungan usaha produktif yang dapat menarik minat dunia usaha untuk melakukan kegiatan usaha 2. Pengurangan waktu perizinan usaha 3. Teknologi online Pelayanan terpadu satu pintu VI-85

86 LEVEL 2 : 5. Membangun konektivitas yang terintegrasi antara sistem transportasi, logistik serta komunikasi dan informasi dalam rangka membuka akses daerah seluas-luasnya 1. Panjang jalan pada akses distribusi dalam kondisi baik 4. Jumlah akses ketersediaan jaringan komunikasi 5. Membangun konektivitas yang terintegrasi antara sistem transportasi, logistik serta komunikasi dan informasi dalam rangka membuka akses daerah seluasluasnya 2. Jumlah jembatan pada akses distribusi dalam kondisi baik 3. Jumlah ketersediaan listrik untuk usaha/industri VI-86

87 LEVEL 2 : 6. Meningkatkan aktivitas Perbankan dan Lembaga Keuangan 1. Ketersediaan jumlah kantor cabang bank untuk melayani masyarakat 5. Jumlah UKM yang memanfaatkan perbankan 6. Meningkatkan aktivitas Perbankan dan Lembaga Keuangan 2. Ketersediaan jumlah lembaga keuangan non untuk melayani masyarakat 4. Jumlah masyarakat yang memanfaatkan perbankan 3. Ketersediaan produk perbankan untuk melayani masyarakat VI-87

88 MATRIK TEMATIK DAYA SAING DAERAH SASARAN Pembangunan daya saing daerah yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kesempatan bekerja INDIKATOR KINERJA UTAMA 1 Meningkatkan PDRB HK terhadap angkat kerja Meningkatkan PDRB ADHB Terhadap jumlah 2 penduduk 3 Tingkat kesempatan kerja INTERGRASI TEMA PERANGKAT DAERAH PERANGKAT DAERAH Column2 INDIKASI KEGIATAN 1 Tata kelola pemerintahan Inspektorat 1 Laporan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah Inspektorat 2 laporan hasil BPK Dinas Komunikasi Informatika, Statistik dan Persandian 3 Hasil pemeringkatan e_goverment Badan Kepegawaian Daerah 4 Tingkat kompetensi aparatur daerah 2 Mendorong aktivitas perekonomian daerah Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 1 Jumlah PAD Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 2 Jumlah APBD Dinas Penanaman Modal dan PTSP 3 Jumlah investasi daerah 3 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan ketenagakerjaan VI-88

89 4 INTERGRASI TEMA PERANGKAT DAERAH Menciptakan lingkungan usaha produktif yang dapat menarik minat dunia usaha untuk melakukan kegiatan usaha PERANGKAT DAERAH Column2 INDIKASI KEGIATAN Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 1 Angka partisipasi murni (APM) SMA/SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 2 Jumlah guru s1 yang berkompentensi baik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 3 Persentase penduduk lulus S1.S2.S3 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 4 Angka ketergantungan Dinas Kesehatan 5 Angka Harapan Hidup Dinas Kesehatan 6 Angka Kematian Bayi (balita), Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 7 Tingkat kesempatan kerja Biro BINA PEREKONOMIAN 1 Perda kemudahaan investasi Dinas Penanaman Modal dan PTSP 2 Pengurangan waktu perizinan usaha Dinas Komunikasi Informatika, Statistik dan Persandian 3 Teknologi online Pelayanan terpadu satu pintu Satuan Polisi Pamong Praja dan Damkar 4 Penurunan angka kejahatan VI-89

90 5 6 INTERGRASI TEMA PERANGKAT DAERAH Membangun konektivitas yang terintegrasi antara sistem transportasi, logistik serta komunikasi dan informasi dalam rangka membuka akses daerah seluas-luasnya Meningkatkan aktivitas Perbankan dan Lembaga Keuangan PERANGKAT DAERAH Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Dinas Komunikasi Informatika, Statistik dan Persandian Column2 Biro BINA PEREKONOMIAN INDIKASI KEGIATAN Panjang jalan pada akses distribusi dalam kondisi baik Jumlah jembatan pada akses distribusi dalam kondisi baik Jumlah ketersediaan listrik untuk usaha/industri 4 Jumlah akses ketersediaan jaringan komunikasi Ketersediaan jumlah kantor cabang bank untuk melayani masyarakat Biro BINA PEREKONOMIAN 2 Ketersediaan jumlah lembaga keuangan non untuk melayani masyarakat Biro BINA PEREKONOMIAN 3 Ketersediaan produk perbankan untuk melayani masyarakat Biro BINA PEREKONOMIAN 4 Jumlah masyarakat yang memanfaatkan perbankan Biro BINA PEREKONOMIAN 5 Jumlah UKM yang memanfaatkan perbankan VI-90

91 ARAH KEBIJAKAN TEMATIK PARAWISATA LEVEL 1 Pembangunan parawisata Banten 1. Promosi Wisata Banten 5. Jaminan keselamatan, kebersihan, keamanan dan ketertiban destinasi Pembangunan parawisata Banten 2. Pengembangan destinasi wisata 4. Penciptaan ekonomi lokal dan sikap masyarakat 3. Peningkatan SDM, kelembagaan dan pemanfaatan teknologi VI-91

92 LEVEL 2 : 1 Promosi Wisata Banten 1. Strategi pengembangan parawisata banten 1. Promosi Wisata Banten 3. Sistem informasi parawisata banten 2. Minimalisir perizinan parawista VI-92

93 LEVEL 2 : 2. Pengembangan destinasi wisata 1. Destnasi wisata banten ( 7 woderful) 5. Peningkatan Sekolah parawisata 2.Pengembangan destinasi wisata 2. Penataan wilayah parawisata 4. pembangunan atribut pusat parawisata 3. pembangunan ruas pusat parawisata VI-93

94 LEVEL 2 : 3. Peningkatan SDM, kelembagaan dan pemanfaatan teknologi 1. Organisasi parawisata penumbuh sdm 6. Sisinfo parawisata, kelembagaan umkm, lembaga pendidikan parawisata 5. Kesertaan umkm penunjang parawista. 3. Peningkatan SDM, kelembagaan dan pemanfaatan teknologi 4. Kesertaan organisasi masyarkat dalam parsiwata dalam sdm dan lembaga 2. Pelatihan sdm parawisata kerjasama 3. Penumbuhan jurusan parawisata VI-94

95 LEVEL 2 : 4. Penciptaan ekonomi lokal dan sikap masyarakat 1. penciptaan produk umkm penunjang parawisata 5. Kemitraan strategis untuk membangun jenis kearifan lokal yang akan kembangkan 4. Penciptaan ekonomi lokal dan sikap masyarakat 2. penciptaan pola dukungan produk umkm penunjang parawisata 4. Penciptaan kurikulum khusus budaya parawitas lokal pada sekolah parawisata di banten 3. pengembangan budaya lokal dukungan penunjang parawisata VI-95

96 LEVEL 2 : 5. Jaminan keselamatan, kebersihan, keamanan dan ketertiban destinasi 1. Sop pengamanan parawisata kemitraan 5. Kebijakan peningkatan infrastruktur mendukung parawisata 5. Jaminan keselamatan, kebersihan, keamanan dan ketertiban destinasi 2. Kebijakan pengamanan di lokasi wisata 4. Kebijakan peningkatan ekonomi melalui parawisata 3. Sop pengamanan parawisata kemitraan dengan pol pp damkar VI-96

97 MATRIK TEMATIK PARAWISATA BANTEN SASARAN Pembangunan keparawisataan dalam meningkatkan kunjungan wisatawan INDIKATOR KINERJA UTAMA 1 Kunjungan wisatawan 2 Destinasi wisata INTEGRASI TEMA PERANGKAT DAERAH PERANGKAT DAERAH 2 INDIKASI KEGIATAN 1 Promosi Wisata Banten Dinas Pariwisata 1 Strategi pengembangan parawisata banten Dinas Penanaman Modal dan PTSP 2 Minimalisir perizinan parawista 2 3 Pengembangan destinasi wisata Peningkatan SDM, kelembagaan dan pemanfaatan teknologi Dinas Komunikasi Informatika, Statistik dan Persandian 3 Sistem informasi parawisata banten Dinas Pariwisata 1 Destnasi wisata banten ( 7 woderful) Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman 2 Penataan wilayah parawisata Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 3 pembangunan ruas pusat parawisata Dinas Perhubungan 4 pembangunan atribut pusat parawisata Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 5 Peningkatan Sekolah parawisata Dinas Pariwisata 1 Organisasi parawisata penumbuh sdm Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 2 Pelatihan sdm parawisata kerjasama BLKI 3 Penumbuhan jurusan parawisata VI-97

98 4 5 INTEGRASI TEMA PERANGKAT DAERAH Penciptaan ekonomi lokal dan sikap masyarakat Jaminan keselamatan, kebersihan, keamanan dan ketertiban destinasi PERANGKAT DAERAH 2 INDIKASI KEGIATAN Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Dinas Komunikasi Informatika, Statistik dan Persandian Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas Pariwisata 3 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Polisi 1 4 Kesertaan organisasi masyarkat dalam parsiwata dalam sdm dan lembaga 5 Kesertaan umkm penunjang parawista 6 Sisinfo parawisata, kelembagaan umkm, lembaga pendidikan parawisata 1 penciptaan produk umkm penunjang parawisata penciptaan pola dukungan produk umkm penunjang parawisata pengembangan budaya lokal dukungan penunjang parawisata Penciptaan kurikulum khusus budaya parawitas lokal pada sekolah parawisata di bante n Kemitraan strategis untuk membangun jenis kearifan lokal yang akan kembangkan Sop pengamanan parawisata kemitraan dengan polisi Dinas Pariwisata 2 Kebijakan pengamanan di lokasi wisata Satuan Polisi Pamong Praja dan Sop pengamanan parawisata kemitraan dengan pol 3 Damkar pp damkar Biro BINA PEREKONOMIAN 4 Kebijakan peningkatan ekonomi melalui parawisata Biro INFRASTRUKTUR & SD 5 Kebijakan peningkatan infrastruktur mendukung parawisata VI-98

99 TEMATIK DAYA SAING PEREKONOMIAN DAERAH LEVEL 1 Daya saing perekonomian daerah yang dapat menguatkan pertumbuhan ekonomi dan meninkatkan investasi daerah 8. Teknologi informasi dan inovasi daerah 1. Kebijakan Tata kelola pemerintahan 2. Perekonomia daerah 7. Sumber daya manusia Daya saing perekonomian daerah yang dapat menguatkan pertumbuhan ekonomi dan meninkatkan investasi daerah 3. Kerjasama perekonomian antar daerah 6. Sumber daya alam 4. Perbankan dan keuangan 5. Infrastruktur VI-99

100 LEVEL 2 : 1 Kebijakan Tata kelola pemerintahan 1. Pengelolaan regulasi Politik 6. Kerjasama dan sinergi perusahaan daerah 2. Regulasi Perda kemudaan usaha daerah 1. Kebijakan Tata kelola pemerintahan 5. Capaian kompetesi aparatur daerah 4. Investasi daerah dan pelayanan terpadu satu pintu 3. Pengelolaan aspek Kemanan/krimi nalitas VI-100

101 LEVEL 2 : 2 Penguatan terhadap sektor perekonomian daerah 9. Kebijakan kinerja Jasa- Jasa 1. Kebijakan kinerja Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2. Kebijakan kinerja Sektor Pertambangan dan Penggalian 8. Kebijakan kinerja Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 2. Penguatan terhadap sektor perekonomian daerah 3. Kebijakan kinerja Sektor Industri Pengolahan 7. Kebijakan kinerja Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 6. Kebijakan kinerja Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 5.Kebijakan kinerja Sektor Konstruksi 4. Kebijakan kinerja Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih VI-101

102 LEVEL 2 : 3 Kerjasama perekonomian antar daerah 1. Kerjasama antar daerah dalam propinsi 4. Kerjasama internasional 3. Kerjasama perekonomian antar daerah 2. Kerjasama antar daerah luar provinsi 3. Kerjasama antar provinsi VI-102

103 LEVEL 2 : 4. Peningkatan peran Perbankan dan keuangan 1. Ketersediaan jumlah kantor cabang bank untuk melayani masyarakat 5. Jumlah UKM yang memanfaatkan perbankan 4. Peningkatan peran Perbankan dan keuangan 2. Ketersediaan jumlah lembaga keuangan non untuk melayani masyarakat 4. Jumlah masyarakat yang memanfaatkan perbankan 3. Ketersediaan produk perbankan untuk melayani masyarakat VI-103

104 LEVEL 2 : 5. Peningkatan Infrastruktur daerah 1. Panjang jalan dalam kondisi baik 4. Jumlah akses ketersediaan jaringan komunikasi 5. Peningkatan Infrastruktur daerah 2. Jumlah jembatan dalam kondisi baik 3. Jumlah ketersediaan listrik untuk rumah tangga/usaha/in dustri VI-104

105 LEVEL 2 : 6. Pengelolaan Sumber daya alam yang berdaya saing 1. Pengelolaan Sumber daya kemaritiman 7. Pengelolaan posisi geografis strategis Banten 2. Pengelolaan Sumber daya kehutanan 6. Pengelolaan potensi parawisata 6. Pengelolaan Sumber daya alam yang berdaya saing 3. Pengelolaan Sumber daya pertanian,peter nakan dan perkebunan 5. Pengelolaan potensi perdagangan dan industri 4. Pengelolaan Sumber daya alam tambang VI-105

106 LEVEL 2 : 7. Pengeloaan Sumber daya manusia yang berdaya saing 1. Ketersedian dan daya saing sdm usaha kecil menengah 5. Tingkat produktifitas sdm Banten 7. Pengeloaan Sumber daya manusia yang berdaya saing 2. Ketersediaan dan daya saing sdm industri 4. Keselarasan pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja 3. Ketersediaan sdm industri kreatif VI-106

107 LEVEL 2 : 8. Implementasi Teknologi informasi dan inovasi daerah 1. Implentasi TI pelayanan pemerintahan 6. Inovasi penumbuhan perekonomian daerah 5. Inovasi pelayanan publik 8. Implementasi Teknologi informasi dan inovasi daerah 2. Implentasi TI pelayanan industri / ukm 3. Implentasi TI pelayanan perencanaan daerah 4. Implentasi TI pengendalian kinerja daerah VI-107

108 MATRIK TEMATIK DAYA SAING PEREKONOMIAN SASARAN Daya saing perekonomian daerah yang dapat menguatkan pertumbuhan ekonomi dan meninkatkan investasi daerah INDIKATOR KINERJA UTAMA 1 Laju Pertumbuhan ekonomi 2 Investasi Daerah 1 2 INTEGRASI TEMA PERANGKAT DAERAH Kebijakan Tata kelola pemerintahan Penguatan terhadap sektor Perekonomia daerah PERANGKAT DAERAH 2 INDIKASI KEGIATAN Sekret riat Dewan 1 Pengelolaan regulasi Politik BIRO HUKUM 2 Regulasi Perda kemudaan usaha daerah SATPOL PP 3 Pengelolaan aspek Kemanan/kriminalitas Dinas Penanaman Modal dan PTSP 4 Investasi daerah dan pelayanan terpadu satu pintu Badan Kepegawaian Daerah 5 Capaian kompetesi aparatur daerah Biro bina perekonomian 6 Kerjasama dan sinergi perusahaan daerah Biro bina perekonomian 1 Kebijakan kinerja Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Biro bina perekonomian 2 Kebijakan kinerja Sektor Pertambangan dan Penggalian Biro bina perekonomian 3 Kebijakan kinerja Sektor Industri Pengolahan Biro bina perekonomian 4 Kebijakan kinerja Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Biro bina perekonomian 5 Kebijakan kinerja Sektor Konstruksi Biro bina perekonomian 6 Kebijakan kinerja Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran VI-108

109 3 4 5 INTEGRASI TEMA PERANGKAT DAERAH Kerjasama perekonomian antar daerah Peningkatan peran Perbankan dan keuangan Peningkatan Infrastruktur daerah PERANGKAT DAERAH 2 INDIKASI KEGIATAN Biro bina perekonomian 7 Kebijakan kinerja Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Biro bina perekonomian 8 Kebijakan kinerja Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan Biro bina perekonomian 9 Kebijakan kinerja Jasa-Jasa Biro bina perekonomian 1 Kerjasama antar daerah dalam propinsi Biro bina perekonomian 2 Kerjasama antar daerah luar provinsi Biro bina perekonomian 3 Kerjasama antar provinsi Biro bina perekonomian 4 Kerjasama internasional Biro bina perekonomian 1 Ketersediaan jumlah kantor cabang bank untuk melayani masyarakat Biro bina perekonomian 2 Ketersediaan jumlah lembaga keuangan non untuk melayani masyarakat Biro bina perekonomian 3 Ketersediaan produk perbankan untuk melayani masyarakat Biro bina perekonomian 4 Jumlah masyarakat yang memanfaatkan perbankan Biro bina perekonomian 5 Jumlah UKM yang memanfaatkan perbankan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 1 Panjang jalan dalam kondisi baik Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 2 Jumlah jembatan dalam kondisi baik VI-109

110 6 7 8 INTEGRASI TEMA PERANGKAT DAERAH Pengelolaan Sumber daya alam yang berdaya saing Pengeloaan Sumber daya manusia yang berdaya saing Implementasi Teknologi informasi dan inovasi daerah PERANGKAT DAERAH 2 INDIKASI KEGIATAN Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 3 Dinas Komunikasi Informatika, Statistik dan Persandian Jumlah ketersediaan listrik untuk rumah tangga/usaha/industri 4 Jumlah akses ketersediaan jaringan komunikasi Dinas Kelautan dan Perikanan 1 Pengelolaan Sumber daya kemaritiman Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2 Pengelolaan Sumber daya kehutanan Dinas Pertanian 3 Pengelolaan Sumber daya pertanian,peternakan dan perkebunan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 4 Pengelolaan Sumber daya alam tambang Dinas Perindustrian dan Perdagangan 5 Pengelolaan potensi perdagangan dan industri Dinas Pariwisata 6 Pengelolaan potensi parawisata Biro bina perekonomian 7 Pengelolaan posisi geografis strategis Banten Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah 1 Ketersedian dan daya saing sdm umk Dinas Perindustrian dan Perdagangan 2 Ketersediaan dan daya saing sdm industri Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 3 Ketersediaan sdm industri kreatif Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 4 Keselarasan pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 5 Tingkat produktifitas sdm Banten Dinas Komunikasi Informatika, Statistik dan Persandian 1 Implentasi TI pelayanan pemerintahan VI-110

111 INTEGRASI TEMA PERANGKAT DAERAH PERANGKAT DAERAH 2 INDIKASI KEGIATAN Dinas Komunikasi Informatika, Statistik dan Persandian 2 Implentasi TI pelayanan industri / ukm Dinas Komunikasi Informatika, Statistik dan Persandian 3 Implentasi TI pelayanan perencanaan daerah Dinas Komunikasi Informatika, Statistik dan Persandian 4 Implentasi TI pengendalian kinerja daerah Biro ORGANISASI 5 Inovasi pelayanan publik Biro bina perekonomian 6 Inovasi penumbuhan perekonomian daerah VI-111

112 6.2.7 ARAH KEBIJAKAN KORIDOR EKONOMI BANTEN Koridor ekonomi dalam pengertian Asian Development Bank adalah jaringan infrasturktur terintegrasi dalam geografi yang dicanangkan untuk menstimulasi pengembangan ekonomi, koridor tersebut berkembang antar negara, dalam sebuah negara atau antar kawasan-kawasan. Koridor ekonommi membuat infrastruktur terintegrasi seperti jalan tol, jalur kerta api, dan pelabuhan serta menghubungan antar kota-kota atau negera-negara. Di indonesia telah dikembangkan 6 koridor ekonomi sebagai berikut : 1. Koridor ekonomi Sumatara : Sebagai sentra produksi dan pengelolaan hasil bumi dan lumbung energi nasional. 2. Koridor ekonomi jawa : Sebagai pendorong industri dan jasa nasional 3. Koridor ekonomi kalimantan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi. 4. Koridor ekonomi Sulawesi maluku utara : sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian perkebunan dan perikanan nasional. 5. Koridor ekonomi Bali Nusa tenggara : Pintu gerbang parawisata dan pendukung pangan nasional. 6. Koridor ekonomi Papua Maluku sebagai Pengolahan sumber daya alam yang melimah dan sumber daya manusia yang sejahtera. Gambar 6.4 Koridor Ekonomi Nasional VI-112

113 Terdapat pembangunan sarana strategi di Provinsi Banten yang telah ditetapkan dalam beberapa keputusan antara lain; 1. Peraturan presiden no 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka menengah Nasional tahun mencantukkan 15 proyek strategis nasional 2. Peraturan presiden No 3 Tahun 2016 tentang Percepatan proyek strategis nasional. 3. Perda No. 2 Tahun 2011 tentang RTRW Provinsi Banten. Tentang Rencana Jalan Kerata Api Serang-Cikande-Cikupa--Serpong Jalan Kerata Api ini merupakan salah satu angkutan massal baik untuk penumpang maupun barang. Hal ini dilaksanakan untuk mengantisipasi peningkatan lalu lintas barang dan jasa dengan selesainya pembangunan Tol Trans Sumatera diharapkan mampu mengurangi beban jalan Tol Jakarta Merak, 4. Pembangunan jalan tol Serang Panimbang yang merupkan jalur transportasi strategis yang menghubungkan transportasi utara menuju ke selatan Gambar 6.5 Proyek Starategis Nasional di Provinsi Baanten dalam RPJMN VI-113

114 Gambar 6.6 Proyek Starategis Nasional di Provinsi Banten dalam Perpres No Gambar 6.7 Jalur Kerata Api Serang Cikande- Cikupa Serpong VI-114

115 Gambar 6.8 Jalur Pembangunan Tol Serang-Panimbang Berdasarkan rencana pengembangan proyek nasional tersebut dikembangkan Transit Oriented Devlopment TOD yaitu model orientasi pengembangan transit yang merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan masal seperti kereta api, bus umum. Dengan demikian perjalanan/ Trip akan didominasi menggunakan angkutan umum yang terhubung langsung dengan tujuan perjalanan, tempat pemberhentian angkutan umum yang mempunyai kepadatan relatif tinggi. Untuk itu kebijakan model TOD ini harus di tempatkan 1) pada jaringan utama angkutan masal, 2) pada koridor jaringan bus yang berfrekuensi tinggi, 3) pada jaringan penumpang bus yang waktu tempuhnya kurang dari 10 menit dari jaringan utama angkutan masal. Ada beberapa tataruang campuran yang yang berorientasi pada pengembangan transit antara lain ; VI-115

116 1. Penggunaan ruang campuran yang terdiri dari pemukiman, perkantoran serta fasilitas pendukung. 2. Kepadatan penduduk yang tinggi ditandai dengan berkembangnya perumahan. 3. Tersedianya fasilitas perbelanjaan 4. Fasilitas kesehatan 5. Fasilitas pendidikan 6. Fasilitas hiburan 7. Fasilitas olah raga 8. Fasilitas perbankan KORIDOR EKONOMI BANTEN Dalam mengembangkan pembangunan yang telah di tetapkan sebagaimana telah dijabarkan, telah kembankan koridor ekonomi Banten yang dijelaskan sebagai berikut : 1. Koridor Utara : Menghubungkan sentra-sentra pertumbuhan primer Tangerang Balaraja Cikupa Serang Cilegon Merak yang memfokuskan pada sektor industri manufaktur, perdagangan, logistik, permukiman dan jasa. 2. Koridor Tengah : Dibangun sepanjang jalur tol serang panimbang menghubungkan sentra sentra Serang Pandegelang Rangkasbitung Panimbang. Yang memfokuskan pada sektor agrobisnis industri, pertanian, pengolahan hasil bumi dan laut, Peternakan, Perikanan dan Parawosata. 3. Koridor Selatan : Dirancang pembangunan Jalan tol Panimbang Cikeusik Simpang Bayah Sukabumi VI-116

117 Gambar 6.9 Pengembangan Koridor Ekonomi Banten ARAH KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL BUMD Kebijakan penyertaan modal pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) diarahkan untuk mempercepat pencapaian Visi dan Misi Gubernur dan kebijakan strategis daerah. PT BGD (Holding) - Pengembangan usaha baru yg diawali dengan pembentukan anak perusahaan dalam bentuk sub holding - Menjalin kerjasama dengan mitra penyandang dana yang mempunyai keahlian tertentu untuk pengembangan usaha. - Mendapat penugasan khusus Bidang Keuangan - PT Bank Banten, Tbk - PT Jamkrida - BUMD Banten Modal Ventura Bidang Aneka Usaha - BUMD Pasar - BUMD Banten Agri VI-117

PROVINSI BANTEN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PROVINSI BANTEN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PROVINSI BANTEN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PERIODE : 2017-2022 Visi : Misi : BANTEN YANG MAJU, MANDIRI, BERDAYA SAING, SEJAHTERA DAN BERAKHLAQUL KARIMAH 1. Menciptakan tata

Lebih terperinci

RANCANGAN RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

RANCANGAN RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Disampaikan Oleh : Dr. H. WAHIDIN HALIM, M.Si. GUBERNUR BANTEN Serang, 20 JUNI 2017 1 KONDISI EKSISTING 2 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO CAPAIAN IPM CAPAIAN LPE 2014 2015 2016

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN TAHUN Menimbang : PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2010-2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2010-2030

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2010-2030 PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2010-2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pemerintah Provinsi Banten Tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan untuk mencapai Visi dan Misi selanjutnya dipertegas melalui strategi pembangunan

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan

Lebih terperinci

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (TIPE A) LAMPIRAN I NOMOR 21 TAHUN 2016 LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH TENTANG NOMOR : PERENCANAAN, DAN BMD PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PEMBINAAN SMA PEMBINAAN SMK PEMBINAAN

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN PERIODE : 2017-2022 NO 1 1 1106 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU 1 : PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU PAUD dan Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Non

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah

Lebih terperinci

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Perumusan Kebutuhan Pendanaan dalam perencanaan jangka menengah ini berlandaskan kaidah Budget follows Program. Selaras dengan penganggaran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum 1.3. Gambaran Umum 1.3.1. Kondisi Geografis Daerah 1.3.2. Gambaran Umum Demografis 1.3.3.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis dan Demografis... 4 2. Perkembangan Indikator Pembangunan Jawa Barat...

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Kebijakan umum bertujuan menggambarkan keterkaitan antar bidang urusan pemerintahan daerah dengan rumusan indikator kinerja sasaran, dan berfungsi

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang II. Dasar Hukum III. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Gambaran Umum Demografis 3. Kondisi Ekonomi BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS Pembangunan yang diprioritaskan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mendesak yang memberikan dampak luas bagi masyarakat, sebagai berikut : 8.1. Indikasi Program

Lebih terperinci

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , ,

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , , Anggaran (Sebelum 21 Program Pengadaan, Peningkatan Sarana Dan 4.654.875.000,00 18.759.324.259,00 15.731.681.490,00 83,86 Prasarana Rumah Sakit 22 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rumah 39.808.727.000,00

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

REKAPITULASI ANGGARAN DAN REALISASI BERDASARKAN MISI PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG TAHUN 2012

REKAPITULASI ANGGARAN DAN REALISASI BERDASARKAN MISI PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG TAHUN 2012 Misi 1 163 358,829,768,129 302,555,469,461 84.32% Urusan Pendidikan 79 233,617,961,655 200,628,537,308 85.88% 1 Program Pendidikan Anak Usia Dini 5 1,300,000,000 1,275,743,850 98.13% 2 Program Wajib Belajar

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA 2.1 RPJMD Tahun 2008-2013 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Perumusan Kebutuhan Pendanaan dalam perencanaan jangka menengah ini berlandaskan kaidah Budget follows Program. Selaras dengan penganggaran

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2012 merupakan periode tahun kedua dari implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN Prioritas pembangunan Kabupaten Lingga Tahun diselaraskan dengan pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan sesuai dengan amanat dari Peraturan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Dengan memperhatikan target capaian Indikator Kinerja Utama yang termuat dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019 dan capaian tahun 2014 maka ditetapkan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Pada dasarnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2011-2016 diarahkan untuk menjadi

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan serta pencapaian target-target pembangunan pada tahun 2016, maka disusun berbagai program prioritas yang

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Sarana dan Prasarana

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Sarana dan Prasarana MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Sarana dan Prasarana No / Fokus / Kegiatan Rencana Tahun 2010 Prakiraan Rencana Tahun 2011 Prakiraan Maju I SUMBER DAYA AIR I SUMBER DAYA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi 3. Status Pembangunan Manusia 4. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Rencana program dan kegiatan Prioritas Dearah Tahun 2013 yang dituangkan dalam Bab V, adalah merupakan formulasi dari rangkaian pembahasan substansi

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH A. KEBIJAKAN UMUM Pembangunan Daerah harus didasarkan pada sasaran tertentu yang hendak dicapai; untuk itu, kebijakan yang dibuat dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Untuk mewujudkan misi pembangunan daerah Kabupaten Sintang yang selaras dengan strategi kebijakan, maka dibutuhkan adanya kebijakan umum dan program

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Kebijakan Umum adalah arahan strategis yang berfungsi sebagai penunjuk arah pembangunan Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk jangka panjang. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR Pemerintah Provinsi Banten Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil

Lebih terperinci

Visi Mewujudkan Kabupaten Klaten yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing. Misi ke 1 :

Visi Mewujudkan Kabupaten Klaten yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing. Misi ke 1 : Tabel 6.1 Strategi, dan Arah Kebijakan Kabupaten Klaten Tahun 016-01 Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Cerdas, Sehat, dan Berbudaya 1 Mewujudkan pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi Terwujudnya pemenuhan.1

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 Prioritas Misi Prioritas Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah 2 1 jalan dan jembatan Kondisi jalan provinsi mantap

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.396.506.021 27.495.554.957 7.892.014.873 639.818.161 102.423.894.012 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.384.518.779

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 70.623.211.429 31.273.319.583 8.012.737.962 316.844.352 110.226.113.326 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 70.609.451.524

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan dirumuskan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA

Lebih terperinci

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN 2009-2014 No AGENDA PROGRAM Pagu Indikatif Tahunan dan Satu Tahun Transisi (%) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Meningkatkan Kualitas

Lebih terperinci

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2013 periode tahun kedua dari implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA Sungailiat, 14 Maret 2017 Oleh: Dr. YAN MEGAWANDI, SH., M.Si. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung OUTLINE PERIODESASI DOKUMEN PERENCANAAN CAPAIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH - 125 - BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan untuk mencapai Visi dan Misi selanjutnya dipertegas melalui strategi pembangunan daerah yang akan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO 1 PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

SKPD : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar Indikator Kinerja

SKPD : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar Indikator Kinerja NO NAMA SKPD HALAMAN 1 SKPD : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar 2 2 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Denpasar 3 3 SKPD : RSUD Wangaya Kota Denpasar 4 4 SKPD : Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan merupakan upaya pemerintah daerah secara keseluruhan mengenai cara untuk mencapai visi dan melaksanakan misi, melalui penetapan kebijakan dan program

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. STRATEGI Untuk mencapai tujuan daerah yang merupakan hasil akhir dari tolok ukur pembangunan lima tahun yang akan datang dalam menjalankan misi guna mendukung terwujudnya

Lebih terperinci

BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Visi Kabupaten Sleman adalah Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih sejahtera, mandiri, berbudaya dan terintegrasinya sistem e-government menuju smart

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

RENCANA KINERJA TAHUNAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BIMA RENCANA KINERJA TAHUNAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BIMA Sasaran Strategis 1. Terwujudnya peningkatan sosial keagamaan 2. Terwujudnya peningkatan pengamalan nilai-nilai religius dalam masyarakat 3. Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaiman pemerintah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan

Lebih terperinci

Strategi dan Arah Kebijakan

Strategi dan Arah Kebijakan dan Dalam rangka pencapaian visi dan misi yang diuraikan dalam tujuan dan sasaran, penyusunan strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan. adalah langkah-langkah

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 821 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN SERANG DITERBITKAN OLEH BAGIAN ORGANISASI

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) 1 Menurunnya angka 1 Angka Kemiskinan (%) 10-10,22 kemiskinan 2 Pendapatan per kapita

Lebih terperinci

Lampiran 6. Menteri Keuangan RI DAFTAR BIDANG DAN PROGRAM. Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 13/PMK.06/2005 URAIAN BIDANG DAN PROGRAM

Lampiran 6. Menteri Keuangan RI DAFTAR BIDANG DAN PROGRAM. Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 13/PMK.06/2005 URAIAN BIDANG DAN PROGRAM 6 KODE POLITIK DAFTAR BIDANG DAN PROGRAM URAIAN BIDANG DAN PROGRAM 01 01 Program Penyempurnaan dan Penguatan Kelembagaan Politik 01 02 Program Peningkatan Kapasitas Poltik dan Hubungan Luar Negeri 01 03

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN NOMOR 83 TAHUN 2016 SERTA TATA KERJA PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA BEKASI DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN PERINDUSTRIAN METROLOGI PASAR PERDAGANGAN DALAM NEGERI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH. 1. Menanggulangi kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan;

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH. 1. Menanggulangi kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan; BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH VII.1 Program Pembangunan Daerah Berdasarkan visi, misi serta tujuan yang telah ditetapkan, maka upaya pencapaiannya dijabarkan secara sistematik melalui

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN Upaya untuk mewujudkan tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan dari setiap misi daerah Kabupaten Sumba Barat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET

STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET LAMPIRAN PERATURAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 4 TAHUN 2015 TANGGAL : 19 JUNI 2015 STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET Sekretaris Kabinet Wakil Sekretaris Kabinet Deputi Bidang Politik,

Lebih terperinci

KEPALA DINAS. Subbag Penyusunan Program dan Pelaporan. Bidang Perlindungan Tanaman dan Pembinaan Usaha. Seksi Identifikasi dan Pengendalian OPT

KEPALA DINAS. Subbag Penyusunan Program dan Pelaporan. Bidang Perlindungan Tanaman dan Pembinaan Usaha. Seksi Identifikasi dan Pengendalian OPT SUSUNAN ORGANISASI DANTATA KERJA DINAS PERKEBUNAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH Bidang Prasarana dan Sarana Bidang Produksi Bidang Perlindungan Tanaman dan Pembinaan Usaha Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi pembangunan daerah Kabupaten Ngawi 2010 2015, Pemerintah Kabupaten Ngawi menetapkan strategi yang merupakan upaya untuk

Lebih terperinci

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Pada Tahun 2014, rencana program dan kegiatan prioritas daerah adalah: Program indikatif prioritas daerah 1 : Agama dan syariat islam. 1. Program Peningkatan

Lebih terperinci

Oleh: Tim IPB1 Serpong, 24 Mei 2016 EVALUASI SEMENTARA

Oleh: Tim IPB1 Serpong, 24 Mei 2016 EVALUASI SEMENTARA Oleh: Tim IPB1 Serpong, 24 Mei 2016 EVALUASI SEMENTARA Perbaikan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Visi Tangerang Selatan Terwujudnya Tangerang Selatan kota cerdas, berkualitas, berdaya saing, berbasis teknologi

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. Strategi Pembangunan Daerah Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi pembangunan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi kepada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Lebih terperinci

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN 3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN Manajemen pembangunan berbasis kinerja mengandaikan bahwa fokus dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan program/ kegiatan yang sudah direncanakan. Esensi dari manajemen

Lebih terperinci