BAB I PENDAHULUAN. dimana didalamnya terdapat pengetahuan, keahlian, dan perilaku yang dapat

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetensi dapat didefinisikan sebagai suatu sifat atau karakteristik yang diperlukan oleh seorang pekerja agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik (Byars et al, 2003:303). Kompetensi juga merupakan bukti dari karakteristik seseorang, dimana didalamnya terdapat pengetahuan, keahlian, dan perilaku yang dapat mendukung pekerjaan (Dessler,2004:231). Dalam kata lain, kompetensi dapat didefinisikan sebagai suatu sifat yang didasari oleh pengetahuan, kemampuan pengalaman, dan persyaratan lain yang diperlukan agar dapat berhasil dalam melakukan pekerjaan (Harris, 2000:19). Definisi yang sama juga disampaikan oleh Raymond et al (2012:360) kompetensi merupakan sekumpulan keterampilan, pengetahuan, kemampuan, dan karakteristik pribadi yang memungkinkan karyawan untuk berhasil dalam melakukan pekerjaan mereka. Kompetensi sendiri sangat berhubungan erat dengan bidang akuntansi. Teori yang dibuat oleh Warren et al (2004:267) mengungkapkan operasi yang sukses dari suatu sistem akuntansi memerlukan prosedur untuk memastikan bahwa orang dapat melaksanakan tugas yang mereka dapatkan dengan baik (The successful operation of an accounting system requires procedures to ensure that people are able to perfom the duties to which they are assigned), dimana salah satu unsur penting dari sistem akuntansi adalah pelaporan keuangan. 1

2 2 Pelaporan keuangan adalah proses pengkomunikasian informasi akuntansi mengenai sebuah perusahaan kepada pengguna eksternal (Loren et al,2003 :6). Selain itu proses persiapan dan penerbitan informasi keuangan mengenai sebuah perusahaan dapat juga didefinisikan sebagai pelaporan keuangan (William et al,1984:686). Kieso et al (2007:3) juga menjelaskan pelaporan keuangan adalah informasi keuangan yang disediakan oleh perusahaan untuk membantu pengguna dalam memutuskan pengalokasian modalnya dalam suatu perusahaan. Pelaporan keuangan didasarkan pada informasi akuntansi yang dikumpulkan dalam organisasi dan kemudian dipersiapkan untuk dipresentasikan kepada pihak eksternal melalui pengungkapan dalam laporan eksternal. (Schaltegger et al, 2006:3). Definisi lain juga diungkapkan oleh William (2011:80) bahwa pelaporan keuangan didefinisikan sebagai suatu perangkat yang berfungsi untuk mengurangi masalah pemilihan kerugian, sehingga dapat meningkatkan operasi dari pasar sekuritas dan mengurangi ketidaklengkapan. Sudibyo (1987) dalam Suwardjono (2005: 18) menjelaskan pelaporan keuangan adalah struktur dan proses tentang bagaimana informasi keuangan untuk semua unit usaha dan pemerintahan harus diselesaikan dan dilaporkan dalam suatu negara untuk tujuan pengambilan keputusan ekonomik. Dewasa ini, masih terdapat banyak pelaporan keuangan sektor publik yang memiliki kualitas yang buruk. Seperti pada tahun 2009, Anwar Nasution (Ketua BPK saat itu) & Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan saat itu) mengungkapkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota memang mengalami kemunduran. Dari 440-an kabupaten/kota, hanya delapan yang mendapatkan opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). Sri Mulyani Indrawati (2009) mengakui, di tingkat daerah, perkembangan kualitas

3 3 akuntansi dan pelaporan keuangan memang tersendat. Beliau pun mengakui bahwa kualitas sebagian besar pegawai Pemda memang belum mampu memenuhi standar akuntansi yang diminta BPK. Pelaporan keuangan dapat berfungsi untuk menambah pengetahuan pembuat keputusan tentang keputusannya di masa lalu, sekarang atau masa datang. Pelaporan keuangan juga berfungsi untuk menambah keyakinan para pemakai mengenai probabilitas terealisasinya suatu harapan dalam kondisi ketidakpastian, selain itu fungsi lain dari pelaporan keuangan adalah mengubah keputusan atau perilaku para pemakai (Suwardjono,2005: ), oleh karena itu penting adanya untuk memastikan akuntabilitas pelaporan keuangan terutama untuk bidang sektor publik. Menurut Public Sector Committee IFAC (1996), tujuan pelaporan keuangan sektor publik dapat dibagi menurut ruang lingkupnya, yaitu: 1. Tujuan Secara umum a. Memberikan informasi yang bermanfaat. b. Memenuhi kebutuhan pemakai. 2. Tujuan secara khusus a. Mengidentifikasi sumber daya yang didapat dan digunakan sesuai dengan anggaran yang telah disetujui secara umum. b. mengidentifikasi sumberdaya yang didapat dan digunakan sesuai dengan kontrak keuangan yang telah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (Daerah). c. Menyediakan informasi tentang sumber daya alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan.

4 4 d. Menyediakan informasi tentang cara organisasi sektor publik membiayai aktivitas dan memenuhi kebutuhan uang kas. e. Menyediakan informasi yang berguna dalam mengevaluasi kemampuan manajemen dalam membiayai aktivitasnya dan memenuhi komitmen kewajibannya. f. Menyediakan informasi tentang kondisi keuangan dan perubahannya organisasi sektor publik. g. Menyediakan informasi untuk mengevaluasi performansi organisasi sektor publik terutama yang terkait dengan biaya operasi efisiensi dan pencapaian target. Menurut Mardiasmo (2002:20) akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: Akuntabilitas Vertikal (Vertical Accountability) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi Akuntabilitas Horisontal (Horizontal accountability) adalah pertanggung jawaban kepada masyarakat luas. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Devi Roviyantie (2012) menemukan bahwa kompetensi SDM berpengaruh terhadap penerapan sistem akuntansi keuangan daerah di setiap dinas. Jika SDM tidak memahami akuntansi

5 5 pemerintahan dan keuangan daerah, maka sangat sulit bagi sistem akuntansi keuangan daerah diterapkan dengan baik. Artinya bahwa semakin kompeten SDM pembuat laporan keuangan, maka semakin baik pula kualitas laporan keuangan daerah yang dihasilkan. Kenyataannya di dalam laporan keuangan pemerintah daerah masih banyak disajikan data-data yang tidak sesuai dan tidak mengikuti prinsip akuntansi berlaku umum. Kadek dkk(2014) menguraikan banyak laporan keuangan yang mendapatkan opini tidak wajar dan disclaimer, salah satunya di Kabupaten Buleleng karena dalam penyusunannya belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan belum memenuhi kelengkapan yang telah ditentukan serta kurangnya bukti-bukti transaksi yang dapat ditemukan. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini akan meneliti hubungan antara kompetensi sumber daya manusia dengan akuntabilitas pelaporan keuangan sektor publik dengan mengambil judul Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Sektor Publik (Studi Pada Pemerintahan Kota Bandung) 1.2 Identifikasi Masalah Untuk dapat mengarahkan dan memudahkan dalam penelitian yang terfokus sistematis, penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut : 1. Seberapa besar kompetensi sumber daya manusia memiliki pengaruh terhadap akuntabilitas pelaporan keuangan sektor publik?

6 6 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka maksud dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi sumber daya manusia terhadap akuntabilitas pelaporan keuangan sektor publik Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis dari penelitian ini adalah untuk meninjau ulang teori yang mengatakan bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap akuntabilitas pelaporan keuangan sektor publik. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar atau acuan bagi pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah khususnya bagian akuntansi agar mampu melaksanakan tugas dan fungsi akuntansi dengan baik dalam melakukan pelaporan keuangan. 2. Bagi organisasi sektor publik lainnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta sumbangan pemikiran dalam mengembangkan keilmuan akuntansi sektor publik, khususnya untuk mengetahui dan memahami cara meningkatkan akuntabilitas pelaporan keuangan organisasi sektor publik.

7 7 3. Bagi institusi pendidikan, dapat menjadi referensi bagi calon peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian menyangkut bidang akuntansi sektor publik.