BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup. Dalam. memenuhi kebutuhan dasar bagi manusia, lingkungan di sekitar kita,

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup. Dalam memenuhi kebutuhan dasar bagi manusia, lingkungan di sekitar kita, pembangunan baik sosial dan ekonomi semua sangat bergantung pada air. Karakteristik yang unik yang dimiliki oleh air merupakan tantangan tersendiri dalam proses pengelolaan air yang baik, seperti siklus hidrologi yang kompleks dan sifat air yang tidak merata dalam ruang dan waktu. Pengelolaan air tidaklah semudah yang dibayangkan sebab air sebagai salah satu sumber daya alam di dalamnya memiliki potensi sebagai pemicu konflik dalam kehidupan masyarakat. Pemanfaatan air berkaitan dengan infrastruktur dan dari mana sumberdaya air tersebut dihasilkan (Awang, 2005), Infrastruktur terkait dengan untuk apa air tersebut digunakan sedangkan sumberdaya terbagi menjadi dua yaitu buatan dan alam. Sumberdaya air buatan berhubungan dengan cara menampung air seperti checkdam, irigasi dll. Sementara sumberdaya air alam lebih kepada pengelolaan dan pemanfaatan sumber-sumber mata air pegunungan, air tanah, dan sungai di bawah tanah. Sumberdaya air tersebut memerlukan pengelolaan secara menyeluruh dan terpadu, terus menerus dinilai dan dievaluasi manfaatnya, sumber-sumber air harus dilindungi dan harus dikembangkan untuk kemanfaatan seluas-luasnya bagi kepentingan masyarakat.

2 2 Menurut Sesmenko kesra, Indroyono Soesilo dalam harian Pos Kota tanggal 18 Januari 2012, bahwa pemenuhan kebutuhan air bersih merupakan masalah serius selain masalah makanan dan energi. Pada 2020 penduduk dunia akan kekurangan air bersih, dua per tiga dari tujuh miliar penduduk dunia akan mengalami masalah pemenuhan air bersih. Indroyono mengatakan, kebutuhan air semakin besar dengan bertambahnya jumlah penduduk maka kelestarian sumberdaya air harus terus dijaga sehingga generasi yang akan datang bisa terus mendapatkan air bersih. Menurut Suparmoko (2012), ada beberapa permasalahan pokok pada penggunaan sumberdaya air, dalam pencapaian penggunaan sumber daya air yang optimal dan berjangka panjang, antara lain : a) Bagaimana pengalokasian air yang tersedia (water supply ) di antara berbagai penggunaan atau sektor (among uses); b) Bagaimana mendistribusikan air di antara pemakai air (among users); c) Bagaimana mengalokasikan air itu di antara daerah yang berbeda; d) Bagaimana mendistribusikan air antar waktu; dan e) Bagaimana seharusnya pengelolaan atau siapa pengelola sumber daya air itu. Salah satu sumber air adalah air tanah. Air tanah merupakan salah satu alternatif yang paling mudah untuk dieksploitasi bilamana daerah tersebut berpotensi dan air permukaan tidak menjangkau kebutuhan masyarakat. Namun perlu juga dipertimbangkan aspek untung-ruginya penggunaan air tanah untuk jangka panjang. Seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan kegiatan pembangunan maka pemanfaatan air tanah untuk kebutuhan tersebut juga semakin meningkat. Namun di sisi lain, ketersediaan air tanah terus berkurang

3 3 keberadaannya. Sehingga berpotensi menimbulkan masalah kekurangan air bersih apabila pengelolaan sumberdaya tersebut tidak dikelola secara bijak. Secara teknis air tanah termasuk sumber daya alam yang dapat diperbaharui, namun demikian proses yang diperlukan untuk pembaruan sumberdaya tersebut memerlukan waktu yang sangat lama. Adanya pengambilan air tanah yang telah melampaui kemampuan pengimbuhannya atau over eksploitasi telah mengakibatkan terjadinya krisis air tanah di beberapa daerah. Bahkan telah dijumpai gejala gangguan lingkungan seperti: penurunan muka air tanah, penurunan permukaan tanah dan pencemaran air serta penyusupan air laut pada daerah pantai. Hal tersebut sangat memungkinkan timbulnya kerugian lain yang lebih besar. Menurut Undang-Undang No 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air bahwa pemakaian air tanah merupakan alternatif terakhir setelah air permukaan karena proses terjadinya air tanah memerlukan proses waktu cukup lama. Keberadaan air tanah mempunyai fungsi sosial, lingkungan dan ekonomi. Oleh karena itu, pengelolaannya harus dapat menjamin kelestarian dan ketersediaannya secara berkesinambungan. Dengan berlakunya otonomi daerah memberikan kewenangan seluasnya kepada daerah untuk mengelola air tanah yang tersedia di wilayahnya guna mencegah terjadinya konflik kepentingan antar daerah dalam pengambilan air tanah yang tidak terkendali sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap air tanah dan lingkungan sekitarnya. Berdasarkan Perda Kab. Banyumas No 22 Tahun 2011 tentang Air Tanah bahwa Pengelolaan Air Tanah didasarkan pada Cekungan Air Tanah yang diselenggarakan berdasarkan pada kebijakan

4 4 pengelolaan air tanah dengan prinsip keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan air tanah. Selanjutnya menurut Dyah A.W. (2011), bahwa sebagai wujud konkret peranan masyarakat dalam mendukung usaha konservasi air tanah adalah dengan diberlakukannya pajak air tanah. Pajak Air Tanah pada dasarnya dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan konservasi air tanah dalam kaitannya dengan pemanfaatan dan pengambilan air tanah, terkecuali untuk keperluan rumah tangga sehari-hari dan keperluan pertanian rakyat. Pajak Air Tanah ini bersumber dari pemikiran bahwa eksploitasi air tanah secara berlebihan seyogyanya dapat dihindari, diantaranya dengan menetapkan beban pungutan terhadap pemanfaatan dan pengambilan air tanah. Untuk itu pajak air tanah merupakan salah satu aspek dalam pengelolaan air tanah yang mempunyai fungsi ganda yaitu dalam segi budgeter sebagai salah satu sumber pendanaan untuk kegiatan pengelolaan air tanah dan dalam segi konservasi sebagai pembatas agar eksploitasi air tanah tidak dilakukan secara besar-besaran. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bahwa Pajak Air Tanah merupakan salah satu jenis Pajak Kabupaten/Kota. Pengertian dari Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Jadi Pajak Air Tanah bagi Kabupaten / Kota merupakan pajak baru setelah sebelumnya merupakan pajak daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota hanya

5 5 menerima bagi hasil dari Provinsi. Menurut Prakosa (2003) yang membedakan antara pajak umum (pusat) dan pajak daerah adalah pihak pemungutnya, untuk pajak umum adalah pemerintah pusat sedangkan pajak daerah adalah pemerintah daerah provinsi (untuk pajak provinsi) dan pemerintah daerah kabupaten/kota (untuk pajak kabupaten/kota). Kabupaten Banyumas merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan data dari buku Banyumas Dalam Angka 2012 bahwa jumlah penduduk Kabupaten Banyumas pada akhir Tahun 2011 adalah jiwa, yang terdiri dari laki-laki, dan perempuan. Dengan luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar kilometer persegi, maka kepadatan penduduk Kabupaten Banyumas adalah sebanyak orang per kilometer persegi. Dari segi industri, konsentrasi industri Kabupaten Banyumas terletak di kota Purwokerto, dengan luas area 2% dari luas wilayah Kabupaten Banyumas. Menurut hasil penelitian Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2007, bahwa dengan pertumbuhan industri rata-rata 1,63%. Hasil proyeksi pertumbuhan penduduk dari tahun 2007 dan proyeksi tahun 2014 terhadap kebutuhan air bersih serta poyeksi kebutuhan air bersih untuk industri sebagaimana dalam tabel berikut :

6 6 Tabel I.1 Kebutuhan Air untuk Penduduk dan Industri di Kabupaten Banyumas Tahun Kebutuhan Air untuk Penduduk Jumlah Penduduk Kebutuhan Air (m3/tahun) Kebutuhan Air untuk Industri (m3/tahun) Sumber : Diolah dari Laporan Akhir Sistem Informasi Air Tanah Kabupaten Banyumas- Dinas ESDM Kabupaten Banyumas Tahun 2009 Berdasarkan data tersebut, apabila dilakukan penjumlahan antara kebutuhan untuk keperluan rumah tangga dan untuk keperluan industri pada tahun 2009, maka kebutuhan air tersebut mencapai angka m 3 /th. Sebagian kebutuhan air bersih untuk penduduk Kabupaten Banyumas dipenuhi oleh PDAM Kabupaten Banyumas. Dalam hal ini PDAM mengambil air dari Sungai Serayu (air permukaan), dan selanjutnya dilakukan penyehatan (teratment) sebelum didistribusikan kepada pelanggan. Pemakaian air yang bersumber dari PDAM terbanyak disalurkan kepada rumah tempat tinggal dengan angka mencapai m 3 atau sebesar 75,81% dari total air yang disalurkan. Dengan asumsi kebutuhan air bersih sekitar 130 liter/hari/orang (untuk kota kecil) dan 160 titer/hari/orang (untuk kota sedang), maka kebutuhan air bersih yang dapat dipenuhi oleh PDAM sangatlah terbatas, sehingga pemanfaatan air tanah yang dilakukan oleh penduduk baik melalui sumur gali, bor, maupun pompa juga air permukaan masih sangat banyak dilakukan (ESDM, 2009).

7 7 Jumlah pemanfaatan air tanah di Kabupaten Banyumas secara pasti memang sulit untuk diketahui, namun berdasarkan karakteristik dan hasil survey lapangan oleh Dinas ESDM Kab. Banyumas bahwa pemanfaatan air tanah umumnya dilakukan melalui sumur gali, sumur pantek, dan sumur bor, dan diperkirkan pengambilan air tanah belum terlalu banyak. Penggunaan air tanah ini pada umumnya atau paling banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan domestik atau rumah tangga, serta perhotelan dan industri dalam skala kecil (ESDM, 2009). Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan inventarisasi pengguna air tanah yang dilakukan oleh Dinas ESDM pada tahun 2010, dan tahun 2011, diperoleh data bahwa trend pengguna air tanah khususnya untuk usaha mengalami kenaikan. Hasil ini sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk yang meningkat dengan pertumbuhan penduduk per kecamatan dari 0,12% sampai dengan 15,55% (Tahun ) dan pertumbuhan di sektor industri dengan rata-rata 1,63% (Tahun 2006). Terkait dengan fakta tersebut dan dilandasi dengan telah terbitnya Peraturan Pemerintah tentang pengelolaan air tanah yaitu PP No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah, pada Tahun 2011 Kabupaten Banyumas memandang perlu untuk menyusun Perda terkait dengan pengelolaan air tanah. Beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran tentang perlunya Peraturan Daerah tentang air tanah adalah sebagai berikut (ESDM, Laporan Akhir Kajian Naskah Akademis Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas tentang Air Tanah, 2011):

8 8 1. Dari aspek peraturan daerah, bahwa belum adanya peraturan pengelolaan air tanah yang komprehensif, perlu adanya peraturan yang bersifat mengikat semua stakeholder pengelola air tanah (pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha) untuk berperan dalam pengelolaan air tanah (hak & kewajiban), serta belum adanya pengaturan sanksi terhadap institusi pengelola air tanah dan resolusi konflik antar pemda dengan masyarakat, pemda dengan pengusaha, dan antar pemda. 2. Dari aspek adanya potensi dampak permasalahan air tanah yang berskala regional: - Dampak Sosial : berpotensi menimbulkan konflik antar daerah, penolakan masyarakat terhadap pengambilan dan pemanfaatan sumber-sumber air tanah. - Dampak terhadap lingkungan : Pengambilan atau pemanfaatan air tanah kurang/tidak memperhatikan kelestarian daerah imbuhan/resapan air tanah, sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan antara masukan air tanah (groundwater recharge) dan keluaran air tanah (groundwater discharge) 3. Dari aspek sistem pengelolaan air tanah yang meliputi : kegiatan pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan dalam kegiatan konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air tanah. Selanjutnya pada tanggal 31 Desember 2011 terbitlah Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Banyumas No. 22 Tahun 2011 tentang Air Tanah.

9 9 Pajak Air Tanah di Kabupaten Banyumas dipungut berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas No. 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Dalam Perda tersebut bahwa Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah, dan terdapat pengecualian yaitu untuk pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, peribadatan, serta Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah oleh pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah daerah. Selanjutnya akan disajikan data perkembangan perolehan Pajak Air Bawah Tanah dari Tahun 1995 sampai dengan tahun 2008 di Kabupaten Banyumas yang pada saat tersebut masih merupakan Pajak Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut :

10 10 Tabel I.2 Data perkembangan perolehan Pajak Air Bawah Tanah dari Tahun 1995 sampai dengan tahun 2008 di Kabupaten Banyumas No Tahun 1995 / / / / / *) Pajak (Rp) *) Tahun 2008 sampai dengan 31 Juli 2008 Sumber : (Widiadi, 2009) Berasarkan uraian di atas, bahwa kewenangan Pemerintah Kabupaten Banyumas dalam hal pengelolaan air tanah dan pemungutan pajak air tanah merupakan hal baru karena sebelumnya merupakan kewenangan Provinsi Jawa Tengah, dan sesuai dengan prinsip pengelolaan air tanah berdasarkan PP No 43

11 11 tentang air tanah dan Perda Kabupaten Banyumas No 22 Tahun 2011 tentang Air Tanah dimana harus terdapat keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan air tanah, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap implementasi Perda Kab. Banyumas No. 22 Tahun 2011 tentang Air Tanah dan Perda Kab. Banyumas No. 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah, sejauh mana implementasi kedua peraturan daerah tersebut dan sejauh mana upaya-upaya konservasi yang telah dilakukan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dimana Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah yaitu Perda Kab. Banyumas No 22 Tahun 2011dan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah khususnya Pajak Air Tanah masih dalam tahap awal implementasinya, selanjutnya bahwa Pengelolaan Air Tanah diselenggarakan dengan prinsip keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan air tanah, dan dengan memperhatikan seluruh aspek pengelolaan air tanah yang salah satunya adalah diberlakukannya pajak air tanah sebagai wujud konkret peranan masyarakat dalam mendukung usaha konservasi air tanah, maka perumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pengelolaan air tanah dan perannya terhadap konservasi Air Tanah di Kabupaten Banyumas?

12 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan yang ada maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengevaluasi implementasi Perda Kab. Banyumas No 22 Tahun 2011 tentang Air Tanah dan Perda Kab. Banyumas No. 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah khususnya terkait dengan upaya pelaksanaan konservasi air tanah Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi kepentingan akademis maupun praktis. Bagi kepentingan praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan yang berarti dalam Implementasi Perda No. 1 tahun 2011 tentang Pajak Daerah khususnya Pajak Air Tanah dan Perda No 22 Tahun 2011 tentang Air Tanah. Masukan sangat diperlukan terutama bagi Pemerintah Kabupaten Banyumas yang akan melaksanakan kebijakan pengelolaan air tanah di Kabupaten Banyumas Sedangkan bagi kepentingan akademis, beberapa manfaat penelitian ini adalah, memperkaya pengetahuan tentang upaya pengelolaan air tanah di Kabupaten Banyumas dengan memperhatikan isu-isu strategis terhadap keseimbangan dalam upaya konservasinya.