LAPORAN RISKESDAS 2007 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN RISKESDAS 2007 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR"

Transkripsi

1

2 I INDONESIA SE HAT 2010 LAPORAN RISKESDAS 2007 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DEPARTEMEN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN JI. Percetakan Negara 29 Jakarta 2008

3 KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr. Wb. Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunianya, kita bisa menyelesaikan Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang kita persiapkan sejak tahun 2006 dan dilaksanakan pada tahun 2007 di 28 provinsi dan tahun 2008 di 5 provinsi di Indonesia Timur. Perencanaan Riskesdas dimulai tahun 2008, dimulai oleh tim kecil yang berupaya menuangkan gagasan dalam proposal sederhana, kemudian secara bertahap dibahas tiap Kamis Jum'at di PL.lslitbang Gizi Begor, dilanjutkan pertemuan dengan para pakar kesehatan masyarakat, para perhimpunan dokter spesialis, para akademisi dari Perguruan Tinggi termasuk Poltekkes, lintas sektor khususnya Sadan Pusat Stattistik, jajaran kesehatan di daerah dan tentu saja seluruh peneliti Balitbangkes sendiri. Dalam setiap rapat atau pertemuan, selalu ada perbedaan pendapat yang terkadang sangat tajam, terkadang disertai emosi, namun didasari niat untuk menyajikan yang terbaik bagi bangsa. Setelah cukup matang, dilakukan uji coba bersama BPS di Kabupaten Bogor dan Sukabumi yang menghasilkan penyempurnaan instrumen penelitian, kemudian bermuara pada "launching" Riskesdas oleh Menteri Kesehatan pada tanggal 6 Desember lnstrumen penelitian meliputi: 1. Kuesioner: Rumah Tangga -7 7 blok, 49 pertanyaan tertutup + beberapa pertanyaan terbuka lndividu -7 9 blok, 178 pertanyaan Susenas -7 9 blok, 85 pertanyaan (15 khusus tentang kesehatan) 2. Pengukuran: Antropometri (TB, BB, Lingkar Perut, LILA), tekanan darah, visus, gigi, kadar iodium ga~~-. dll_ Lab Biomedis: darah, h~matologi Gian g;t.jkos~ darah diperiksa di lapangan Tahun 2007 merupakan tahun pelaksanaan di 28 propinsi, diikuti tahun 2008 di 5 propinsi (NTT. Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat). Kami mengerahkan enumerator, seluruh (502) peneliti Balitbangkes, 186 dosen Poltekkes, Jajaran Pemda khususnya Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Labkesda dan Rumah Sakit serta Perguruan Tinggi. Untuk kesehatan masyarakat, kami berhasil menghimpun data dasar kesehatan dari 33 propinsi, 440 kabupaten.kota, blok sensus, rumah tangga dan individu. Untuk biomedis, kami berhasil menghimpun khusus daerah urban dari 33 propinsi, 352 kabupaten/kota, 856 blok sensus, rumahtangga dan spesimen. Tahun 2008 disamping pengumpulan data di 5 propinsi, ditandai pula dengan manajemen data, editing, entry dan cleaning, dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data yang sungguh memakan waktu, stamina dan pikiran, sehingga tidaklah mengherankan bila diwarnai dengan protes, dari sindiran melalui jargon-jargon riskesdas sampai protes keras. Kini kami menyadari, telah tersedia data dasar kesehatan yang meliputi seluruh kabupaten/kota di Indonesia meliputi hampir seluruh status dan indikator kesehatan termasuk data biomedis, yang tentu saja amat kaya dengan berbagai informasi di bidang kesehatan. Kami berharap data itu bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk para peneliti yang sedang mengambil pendidikan master dan doktor. Kami memperkirakan akan muncul ratusan doktor dan ribuan master dari data Riskesdas ini. lnilah sebuah rancangan karya "kejutan" yang membuat kami terkejut sendiri, karena

4 demikian berat, rumit dan hebat kritikan dan apresiasi yang kami terima dari berbagai pihak. Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus atas atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh peneliti, litkayasa dan staf Balitbangkes, rekan sekerja dari BPS, para pakar dari Perguruan Tinggi, para dokter spesialis dari Perhimpunan Dokter Ahli, Para Dosen Poltekkes, PJO dari jajaran Dinas Kesehat m Provinsi dan Kabupaten/Kota, seluruh enumerator serta semua pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan Riskesdas. Simpati mendalam disertai doa kami haturkan kepada mereka yang mengalami kecelakaan sewaktu melaksanakan riskesdas (ada orang enumerator/peneliti yang mengalami kecelakaan dan diberikan ganti rugi dari asuransi) termasuk mereka yang wafat (ada orang yang wafat) selama riskesdas dilaksanakan. Kami telah berupaya maksimal, namun sebagai langkah perdana pasti masih banyak kekurangan, kelemahan dan kesalahan. Untuk itu kami mohon kritik, masukan dan saran, demi penyempurnaan Riskesdas ke-2 yang lnsya Allah akan dilaksanakan pada tahun 2010 nanti. Billahit taufiq walhidayah, Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Jakarta,Desember2008 Kepala Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Oepartemen Kesehatan RI Dr. Triono Soendoro, PhD ii

5 demikian berat, rumit dan hebat kritikan dan apresiasi yang kami terima dari berbagai pihak. Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus atas atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh peneliti, litkayasa dan staf Balitbangkes, rekan sekerja dari BPS, para pakar dari Perguruan Tinggi, para dokter spesialis dari Perhimpunan Dokter Ahli, Para Dosen Poltekkes, PJO dari jajaran Dinas Kesehat-in Provinsi dan Kabupaten/Kota, seluruh enumerator serta semua pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan Riskesdas. Simpati mendalam disertai doa kami haturkan kepada mereka yang mengalami kecelakaan sewaktu melaksanakan riskesdas (ada orang enumerator/peneliti yang mengalami kecelakaan dan diberikan ganti rugi dari asuransi) termasuk mereka yang wafat (ada orang yang wafat) selama riskesdas dilaksanakan. Kami telah berupaya maksimal, namun sebagai langkah perdana pasti masih banyak kekurangan, kelemahan dan kesalahan. Untuk itu kami mohon kritik, masukan dan saran, demi penyempurnaan Riskesdas ke-2 yang lnsya Allah akan dilaksanakan pada tahun 201 O nanti. Billahit taufiq walhidayah, Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Jakarta, Desember 2008 Kepala Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Oepartemen Kesehatan RI Dr. Triono Soendoro, PhD ii

6 SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Assalamu'alaikum wr. wb. Syukur alhamdulillah, impian saya agar Departemen Kesehatan mempunyai data dasar berbasis komunitas dari seluruh kabupaten/kota, kini menjadi kenyataan. lni baru litbang, ini litbang baru, penelitian dan pengembangan yang bisa menjadi lokomotif pembangunan kesehatan masyarakat. Sungguh sebuah lompatan besar telah berhasil kita lakukan, yaitu menghimpun data status dan indikator kesehatan dengan keterwakilan sampai tingkat kabupaten/kota. Data yang besar dan kaya informasi ini pasti akan menghasilkan terobosan-terobosan baru, termasuk implikasi kebijakan baru yang benar-benar berbasis penelitian. Saya minta semua program bersama para peneliti Balitbangkes mengkaji semua data Riskesdas sehingga menghasilkan kebijakan baru, perbaikan kebijakan atau minimal penajaman sasaran, agar program kesehatan bisa berjalan lebih terarah, lebih efektif dan lebih efisien. Dengan kata lain, hasil Riskesdas harus digunakan untuk melakukan perencanaan kesehatan berbasis bukti (evidence based health planning), dari tingkat nasional, provinsi sampai kabupaten/kota. lnilah era baru pembangunan kesehatan yang dirancang berdasarkan hasil penelitian berbasis komunitas dengan skala besar sampai bisa mewakili kabupaten/kota. Saya juga mengundang para pakar baik dari Perguruan Tinggi, pemerhati kesehatan dan juga peneliti Balitbangkes, untuk mengkaji apakah bisa dikeluarkan berbagai angka standar yang lebih pas untuk Indonesia, mengingat sampai saat ini sebagian besar standar yang kita pakai berasal dari luar. lni juga suatu wujud kemandirian bangsa, menggunakan starrdar -yang. dlhasllkan dart penqukuran bangsartya senditi. Meski Riskesdas baru pertarna l(ali dilaksanakan, narnun data dan -informasi- yang dihasilkan telah mengantarkan kita pada "point of no return", artinya Departemen Kesehatan mempunyai komitmen bahwa Riskesdas harus dilaksanakan setiap 3 tahun sekali, sehingga bangsa Indonesia bisa secara berkala mengetahui perkembangan kesehatan masyarakat di setiap wilayah, dari tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun nasional. lni juga sebagai wujud dari salah satu nilai yang kita anut: transparan dan akuntabel. Secara terbuka Departemen Kesehatan bisa melaporkan apa yang kita capai secara berkala 3 tahun sekali. Untuk tingkat kabupaten/kota, perencanaan berbasis bukti akan semakin tajam bila keterwakilan data dasarnya sampai tingkat kecamatan/puskesmas. Oleh karena itu saya menghimbau agar Pemerintah Darah balk provinsi maupun kabupaten/kota mau berpartiipasi dengan menambah sampel Riskesdas agar keterwakilannya sampai ke tingkat kecamatan/puskesmas. Saya akan bangga bila Pemda Provinsi dan Kabupaten/Kota bisa berpartisipasi pada Riskesdas ke 2 tahun 2010, sehingga ada kerjasama yang saling menguntungkan, Departemen Kesehatan membiayai Riskesdas sampai tingkat kabupaten/kota, sementara Pemerintah Daerah membiayai perluasan Sampelnya sehingga bisa mewakili sampai tingkat kecamatan/puskesmas. Saya menyampaikan ucapan selamat, salut dan penghargaan yang tinggi kepada para penliti Balitbangkes, para enumerator, para penanggung jawab teknis dari Balitbangkes dan Poltekkes, para penanggung jawab operasional dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, jajaran labkesda dan rumah sakit, para pakar dari Universitas dan BPS serta semua yang teribat dalam Riskesdas ini. Karya anda telah mengubah secara iii

7 mendasar perencanaan kesehatan di negen iru, yang pada gilirannya akan mempercepat pencapaian target pembangunan nasional di bidang kesehatan. Khusus untuk para peneliti Balitbangkes, teruslah berkarya, tanpa bosan mencari terobosan baik dalam lingkup kesehatan masyarakat, kedokteran klinis maupun biomolekuler, dengan tetap menjunjung tinggi nilai yang kita anut, integritas, kerjasama tim serta transparan dan akuntabel. Billahit taufiq walhidayah, Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Jakarta, Desember 2008 iv

8 RINGKASAN EKSEKUTIF Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 adalah survei tingkat naslonal yang dilakukan oleh Sadan Penelitian dan Pengembangan Departefnen Kesehatan 'RI dengan melibatkan BPS, organlsasl profesi, perguruan tinggi, lembaga peneiitian, pemerintah daerah, dan partisipasi masyarakat, untuk menyediakan informasi kesehatan yang berbasis bukti (evidence-based) untuk menunjang perencanaan bidang kesehatan kabupaten/kota. Riskesdas mencakup sampel yang jauh lebih besar dari survei-survei kesehatan sebelumnya seperti SKRT atau SDKI dan mencakup aspek kesehatan yang lebih luas. Riskesds 2007 dilaksanakan untuk menjawab pertanyaan tentang status kesehatan masyarakat di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota, faktor-faktor yang melatarbelakanginya dan masalah kesehatan masyarakat yang spesifik di setiap wilayah. Metodologi Populasi dalam Riskesdas 2007 Provinsi NTI adalah seluruh rumah tangga di seluruh pelosok Provinsi NTI. Sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2007 Provinsi NTT identik dengan daftar sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga Susenas 2007 Provinsi NTI. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metodologi penghitungan dan cara penarikan sampel untuk Riskesdas 2007 Provinsi NTT identik pula dengarr two stage sampling yang digunakan dalarn Susenas 2007 Provinsi NTT. Berikut ini adalah uraian singkat cara penghitungan dan cara penarikan sampel dimaksud. Dari setiap kabupaten/kota yang masuk dalam kerangka sampel kabupaten/kota diambil sejumlah blok sensus yang proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Kemungkinan sebuah blok sensus masuk kedalam sampel blok sensus pada sebuah kabupaten/kota bersifat proporsional terhadap jumlah rumah tangga pada seouatrrabupat fr111{cf~f{,oro6aoility prop<sftioriarto size). Bila dalam sebuah blok sensus terdapat lebih dari 150 (seratus llrna- puluh) rumah tangga- rnaka dalam penarikan sampel di tingkat ini akan dibentuk sub-blok sensus. Secara keseluruhan, berdasarkan sampel blok sensus dalam Susenas 2007 yang berjumlah 608 (enam ratus delapan) sampel blok sensus, Riskesdas Provinsi NTT 2007 berhasil mengunjungi 605 blok sensus dari 16 jumlah kabupaten/kota yang ada. Jumlah BS Terpilih Sebagai Sampel Kesehatan Masyarakat dan Biomedis per kabupaten/kota di Provinsi NTT dapat dilihat pada Tabel 2.1. Dari setiap blok sensus terpilih kemudian dipilih 16 (enam belas) rumah tangga secara acak sederhana (simple random sampling}, yang menjadi sampel rumah tangga dengan jumlah rumah tangga di blok sensus tersebut. Secara keseluruhan, jumlah sampel rumah tangga dari 16 kabupaten/kota Susenas 2007 Provinsi NTT adalah (sembilan ribu tujuh ratus dua puluh delapan), dimana Riskesdas Provinsi NTI berhasil mengumpulkan rumah tangga. Selanjutnya, seluruh anggota rumah tangga dari setiap rumah tangga yang terpilih dari kedua proses penarikan sarnpel tersebut di atas maka diambil sebagai sampel individu. Dari 16 kabupaten/kota pada Susenas 2007 Provinsi NTT terdapat sampel anggota rumah tangga. Riskesdas Provinsi NTT berhasil mengumpulkan individu yang sama dengan Susenas. Sampel untuk pengukuran biomedis adalah anggota rumah tangga berusia lebih dari 1 (satu) tahun yang tinggal di blok sensus dengan klasifikasi perkotaan. Di Provinsi NTI, dari 16 kabupaten/kota terpilih beberapa BS dari 9 kabupaten/kota yang terkena sampel v

9 biomedis, dengan total 15 BS. Khusus untuk pengukuran gula darah, sampel diambil dari anggota rumah tangga berusia lebih dari 15 tahun. Ada 2 (dua) pengukuran iodium. Pertama, adalah pengukuran kadar iodium dalam garam yang dikonsumsi rumah tangga, dan kedua adalah pengukuran iodium dalam urin. Pengukuran kadar iodium dalam garam dimaksudkan untuk mengetahui jumlah rumah tangga yang menggunakan garam beriodium. Sedangkan pengukuran iodium dalam urin adalah untuk menilai kemungkinan kelebihan konsumsi garam iodium pada penduduk. Pengukuran kadar iodium dalam garam dilakukan dengan tes cepat menggunakan "iodina" dilakukan pada seluruh sampel rumah tangga. Status Gizi Balita Secara umum, prevalensi gizi kurang+buruk di propinsi NTT adalah 33.6% berarti belum mencapai target nasional perbaikan gizi tahun 2015 (20%) dan MDGs 2015 (18.5%). Dari 16 kabupaten/kota hanya ada 1 kabupaten yang sudah mencapai target nasional dan target MDGs 2015, yaitu Kota Kupang (14.:3%). Sedangkan prevalensi tertinggi gizi kurang+buruk ada di Kabupaten Rote Ndao (40.8%). Untuk Provinsi NTT prevalensi gizi lebih masih cukup rendah (2.0%). Dari 16 kabupaten/kota di Provinsi NTT, prevalensi gizi lebih balita yang di atas 5% hanya terdapat di Kata Kupang. Semua kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur menghadapi permasalahan gizi akut dan 15 kabupaten menghadapi permasalahan gizi akut dan kronis. Hanya satu kota yaitu kota Kupang yang masalah gizi kronisnya lebih kecil dari angka nasional dan masalah gizi akutnya belum mencapai kondisi serius. Prevalensi obesitas sentral yang diukur dari lingkar perut menunjukkan relatif lebih tinggi yaitu 11.9%. Dan 11 dari 16 kabupaten/kota di Provinsi NTT memiliki prevalensi lebih dari 10% dengan 3 kabupaten/kota dengan prevalensi obesitas sentral yang tinggi sama dengan prevalensi kegemukan dan obesitas yaitu Kota Kupang, Lembata, dan Flores Timur. Sebanyak 3 kabupaten dengan rerata angka konsumsi energi di bawah rerata angka konsumsi energi nasional, yaitu Kabupaten Belu, Alor, dan Kota Kupang. Sebanyak 10 kabupaten denqan rerata angka konsurnsi protein di bainah angka nasional yaitu Sumba Barat, Sumba Timur, Kupang, Timer Tengah Selatan, Timer Tengah Utara, Alor, Lembata, Ngada, Manggarai, dan Rote Ndao. Konsumsi Energi dan Protein Rata-rata konsumsi per kapita per hari penduduk Indonesia adalah kkal untuk energi dan 55.5 gram untuk protein. Untuk konsumsi energi, Provinsi NTT sedikit lebih tinggi dari pada angka nasional ( kkal), sedangkan untuk konsumsi protein Provinsi NTT sedikit lebih rendah dari pada angka nasional (51.3 gram). Kabupaten dengan angka konsumsi energi terendah adalah Kota Kupang ( gram}, dan kabupaten dengan angka konsumsi energi tertinggi adala Kabupaten Ngada ( gram). Kabupaten dengan konsumsi protein terendah adalah Kabupaten Kupang (41 gram), dan kabupaten dengan konsumsi protein tertinggi adalah Kabupaten Flores Timur (62.4 gram). Sebanyak 3 kabupaten dengan rerata angka konsumsi energi dibawah rerata angka konsumsi energi nasional, yaitu Kabupaten Belu, Alar dan, Kata Kupanq, Sebanyak 1 O kabupaten dengan rerata angka konsumsi protein dibawah anqka nasipnal yaitu Sumba Barat, Sumba Timur, Kupang, Timar Tengah Selatan, Timqr Tengah Utara, Alor, Lembata, Ngada, Manggarai, dan Rote Ndao. Status lmunisasi Cakupan 5 imunisasi dasar menurut kabupaten/kota. Cakupan imunisasi BCG di Provinsi NTT sebesar 86.1 %, tertinggi di Kabupaten Ngada '(99.2%), terendah di vi

10 Kabupaten Rote Ndao (59.1 %). Cakupan irnunisasi, Polio 3 (Polio lengkap) mencapai 69.6%, tertinggi di Kabupaten Ngada (95.8%), terendah di Kabupaten Rote Ndao (34.3%). Cakupan imunisasi DPT3 (DPT lengkap) mencapai 63.0%, tertinggi di Kabupaten Ngada (93.3%), terendah di Kabupaten Rote Ndao.(' 23.0%). Cakupan imunisasi HB3 (Hepatitis B Lengkap) mencapai 56%. t~rtinggi di Kabupaten Sikka (81.6%),,terendah di Kabupaten Rote Ndao (13.7%). Selanjutnya, cakupan imunisasi Campak mencapai 86,1%, tertinggi di Kabupaten Ngada dan Rote Ndao (97,5%), terendah di Kabupaten Alor (54,1%). cakupan 5 imunisasi dasar lengkap menurut kelompok umur balita. Bila dilihat menurut kelompok umur balita, maka 'tarnpak tidak ada perbedaan yang nyata antara cakupan imunisasi BCG, Polio3, DPT, HB3 dan Campak bagi keempat jenis kelompok umur balita, yakni bulan, bulan, bulan, dan bulan. Pola ini bisa dipahami, karena kelulusan imunisasi lengkap balita adalah pada umur 9 bulan. Perkembangan Balita Persentase penimbangan enam bulan terakhir anak usia 6-59 bulan menurut kabupaten/kota. Secara umum proporsi penimbangan ;::: 4 kali dalam enam bulan terakhir adalah 69.5%. Kabupaten dengan proporsi penimbangan :2:, 4 kali dalam enam bulan terakhir tertinggi adalah Kabupaten Lembata (93.9%). terndah adalah Kabupaten Alor (41.4%). Secara umum cakupan capsul vitamin A di Provinsi NTT adalah 74.3%. Kabupaten dengan cakupan capsul Vitamin A tertinggi adalah Kabupaten Sikka (90.0%), dan terendah adalah Kabupaten Alar (50.9%). Gambaran tentang persentase cakupan kapsul vitamin A pada anak 6-59 bulan menurut karakteristik. Terlihat bahwa balita yang tinggal di pedesaan proporsi mendapat capsul Vitamin A lebih tinggi dibanding dengan balita perkotaan. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antar jenis kelamin, pendidikan KK, tingkat pengeluaran per kapita per bulan, dan jenis pekerjaan. Pelayanan Kesehatan lbu _dan..bayi - _ Secara umum prevalensi BB Lahir Normal menurut persepsi ibu adalah sebesar 59.5%.. kecil sebesar 21.1 % dan besar 19.4%. Prevalensi BB lahir kecil tertinggi ada di Kabupaten Kupang (38.5%). terendah di Kata Kupang. Sumba Timur. Lembata. dan Flores Timur (0%). Secara umum cakupan penimbangan bayi lahir di Provinsi NTT adalah 55.8%. Prevalensi penimbangan bayi lahir tertinggi ada di Kabupaten Flores Timur dan Lembata (100%). terendah di Kabupaten Sumba Timur (0%) Secara umum prevalensi BBLR di Provinsi NTT adalah sebesar 20.0%. Prevalensi BBLR tertinggi ada di Kabupaten Sikka (38.1 %). Kabupaten terendah ada di Kabuaten Rote Ndao. Untuk bayi besar (>= 4000 gram) prevalensi tertinggi ada di Kabupaten Sumba Timur (21.4%). terendah di Kabupaten Sumba Barat. Manggarai Barat. Flores Timur. Sikka. Ende. dan Ngada (0%). Prevalensi Malaria, DBD dan Filariasis Prevalensi malaria dalam sebulan terakhir di Provinsi Nusa Tenggara Timur dijumpai sebesar 14.9%. dengan rentang %. Periyakit ini dapat bersifat akut dan kronis (kambuhan) dan kemungkinan bisa menjadikan kasus-kasus malaria import untuk wilayah Jawa-Bali yang disebabkan karena perkembangan penduduk (mobilitas penduduk). Terdapat 4 kabupaten yang prevalensinya antara % lebih tinggi dari prevalensi malaria di Provinsi Nusa Tenggara Timur secara keseluruhan yaitu kabupaten Sumba Barat. Lembata. Sumba Timur dan Manggarai Barat. vii

11 Dalam Riskesdas ini. juga ditanyakan berapa banyak penderita penyakit malaria klinis dalam sebulan terakhir yang minum obat program untuk malaria. Tampak bahwa di empat Kabupaten dengan prevalensi malaria relatif tinggi di atas. persentase orang yang minum obat program masih di bawah 60%. Berbeda dengan 5 kabupaten dengan prevalensi lebih rendah dari prevalensi malaria di Propinsi Nusa Tenggara Timur. persentase orang yang minum obat program di atas 60% ( %). Prevalsnsl ISPA, Pneumonia, TBC dan Campak lnfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) tersebar di seluruh Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan rentang prevalensi yang sanqat bervariasi ( %). Angka prevalensi ISPA dalam sebulan terakhlr di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah 44.1 %; prevalensi di atas 44.1 % ditemukan di 7 Kabupaten yaitu : Kabupaten Sumba Barat. Sikka. Ende. Ngada. Manggarai. Rote Ndao. dan Manggarai Barat. Terdapat 2 kabupaten kota yang rnernpunyal prevalensi di bawah 25 %. yaitu Kabupaten Timar Tengah Utara dan Kota Kupang. Kasus ISPA yang berlarut-larut akan menjadi Pneumonia. Secara umum. di Provinsi Nusa Tenggra Timur rasio prevalensi Pneumonia sebulan terakhir adalah 10.2% dari prevalensi ISPA. yaitu 4.5% (rentang %). Prevalensi Pneumonia yang relatif tirrggi dijumpai di Kabupaten Manggarai. Ngada dan Surnba Barat. Tidak semua daerah dengan plevalensi ISPA tinggi juga mempunyal prevalensi Pneumonia tinggi. seperti di Kabupaten Sikaa. Hal ini sangat tergantung dari tingkat kesadaran ibu untuk mengenali kasus ISPA pada anaknya dan membawanya segera ke fasilitas pengobatan. dan tergantung pada kemampuan fasilitas kesehatan tersebut. sehingga kejadian Pneumonia dapat dicegah. Tuberkulosis (TB) rnerupakan salah satu penyakit yang menjadi prioritas nasional untuk program pengendalian penyakit. Di provinsi ini TB terdeteksi dengan prevalensi 18 per tersebar di hampir seluruh Kabupaten/Kota (rentang : 2 di Kabupaten Sumba Timur dan Kota Ku pang - 76/1000 di Kabupaten Manggarai). Campak merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. dan termasuk dalam program imunisasi nasional. Di Provinsi Nusa Tenggara Timur. dalam 12 bulan terakhir penyakit ini masih terdeteksi dengan prevalensj 1.6 % (rentang %). Di beberapa Kabupaten/Kota prevalensinya masih 1.6% atau lebih tinggi. yaitu di Kabupaten Kupang. Belu. Lembata. Ngada. Manggarai dan Rote Ndao. Prevalensi Tifoid, Hepatitis dan Diare Dalam 12 bulan terakhir. tifoid klinis dapat dideteksi di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan prevalensi 2.2%. dan tersebar di seluruh kabupaten/kota dengan rentang %. Prevalensi tifoid tertinggi dilaporkan dari Kabupaten Manggarai. Alor. Manggarai Barat. Sumba Barat. Kupang dan Belu. yaitu lebih dari 2.2%. Sedangkan untuk hepatitis. penyakit ini tidak teridentifikasi di Kabupaten Sumba Timur. Prevalensi hepatitis tertinggi ditemukan di Kabupaten Manggarai (10.0%) dan Sumba Barat (2.9%) dibandingkan dengan prevalensi Provinsi Nusa Tenggara Timur yang hanya 1.5%.. Penyebaran diare dalam satu bulan terakhir di Provinsi Nusa Tenggara Timur merata di seluruh kabupaten/kota. Prevalensi di provinsi ini sebesar 11.7%. tertinggi ditemukan di Kabupaten Manggarai Barat (30.0%). Kabupaten Manggrai. Sumba Barat. Timar Tengah Selatan. Lembata dan Rote Ndao mempunyai prevalensi diare di atas 10%. Cukup menarik untuk melihat data di K6ta Kupang. Kabupaten Kupang. Timor Tengah Utara dan Belu. meskipun prevalensi diare dibawah prevalensi propinsi. tetapi penggunaan oralitnya cukup tinggi yaitn lebih besar dari 60%. Penyakit Sendi, Hipertensi dan Stroke Rerata 38.0% penduduk Provinsi NTT mengalami gangguan persendian dan angka ini lebih tinggi dari prevalensi Nasional yaitu 22.6%. Sementara prevalensi penyakit viii

12 persendian berdasarkan 'diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 12.3,% tidak jauh berbeda dengan angka Nasional yaitu 15.02%. Menurut Kabupaten/Kota. prevalensi penyakit persendian di NTT berkisar antara 15.3% %.:dan prevalensidi Kabupaten Lembata. Pulau Flores ditemukan lebih tinggi dibandingkan Kabupaten/Kota lainnya. sebaliknya Kota Kupang mempunyai prevalensi paling rendah. Sementara prevalensi penyakit persendian yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan berkisar antara %. dan prevalensi tertinggi juga ditemukan di Kabupaten Lembata. Sebaliknya prevalensi terendah di Kabupaten nu.. Prevalensi hipertensi di NTT berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah adalah 22.8%. dan hanya berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 5.4%. sementara berdasarkan diagnosis dan atau riwayat minum obat hipertensi adalah 5.5%. Menurut Kabupaten/Kota. prevalensi hipertensi berdasarkan tekanan darah berkisar antara 18.6% %. dan prevalensi tertinggi ditemukan di Kabupaten Ende. Pulau Flores. sedangkan terendah di Kabupaten Rote Ndao. Sementara prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan. atau minum obat hipertensi berkisar antara 1.8% %. Memperhatikan angka prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis atau minam obat dengan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah di setiap Kabupaten/Kota di Nl'T. pada umumnya nampak perbedaan prevalensi yang cukup besar. Perbedaan preva_lensi paling besar ditemukan di Kabupaten Manggarai. Data ini menunjukkan banyak kasus hipertensi di Kabupaten Manggarai maupun di wilayah lainnya di Nl'T belum ditanggulangi dengan baik. Berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan atau gejala yang menyerupai stroke. prevalensi stroke di Nl'T adalah 11 per 1000 penduduk. Menurut Kabupaten/Kota prevalensi stroke berkisar antara 2%o - 21%0. dan Kabupaten 'Sumba Barat mempunyai prevalensi lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya berdasarkan diagnosis dan gejala. Penyakit Asma, Jantung, Diabetes dan Tumor. Prevalensi penyakit asma di provinsi NTT sebesar 4.7% (kisaran %) tertinggi di Kabupaten Sumba Barat diikuti Manggarai, Ende, Manggarai Barat serta terdapat di semua kabupatenlko.ta. Prevalensi penyakit jantung_. 8.8,% (kisaran :18.9% )Jertinggi di Kabupaten L~mb fa: djikuti Alor dan terdapat di sernua kabu pa~en/kota._ Prevalensi penyakit diabetes sebesar 1.2% (kisaran %) tertinggi di Kabupaten TTS dan terdapat di semua kabupaten/kota. Prevalensi penyakit tumar/kanker sebesar 0.3% ( kisaran %) tertinggi di Kabupaten Sumba Barat dan terdapat hampir di semua kabupaten/kata. Penyakit Gangguan Mental Emosional Secara umum prevalensi gangguan mental ernoslonal 14.5%. Prevalensi tertinggi di Manggarai (32.4%). Ngada (27.9%) dan Lembata (19.7%). Prevalensi terendah di Kabupaten Kupang (4.4%). Kata Kupang (5.3%) dan Sikka (6.2%). Kesehatan Mata Proparsi low vision di Provinsi Nl'T berkisar antara 0.6 (Kota Kupang) sampai 11.1 (Belu). sedangkan proporsi kebutaan berkisar 0.2 (Kota Kupang) sampai 4.3 (Belu). Rendahnya proporsi low vision dan kebutaan di Kota Kupang kemungkinan di ibukota provinsi lebih mudah mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan mata. Dibandingkan dengan proporsi low vision di tingkat provinsi. 9 dari 16 kabupaten yang ada masih memiliki proparsi lebih tinggi (Proporsi nasional low vision: 4.29%. Proporsi kebutaan tingkat provinsi sebesar 1.4. lebih tinggi dari proporsi tingkat nasional (0.9) dan terdapat 11 kabupaten yang menunjukkan proparsi lebih tinggi dibanding proporsl tingkat provinsi. Proporsi operas! katarak dalam 12 bulan terakhir untuk tingkat provinsi adalah sebesar 15.1 dengan kisaran terendah di Kata Kupang (13.3%) dan tertinggi kabupaten nu ix

13 (50.0%) tidak ada operasi katarak di TTS. Belu dan Alor (diagnosis katarak oleh nakes masing-masing 3.8%. 2.5%. 0.8%). Cakupan operasi ini masih sangat rendah sehingga dapat mengakibatkan penumpukan kasus katarak pada tahun terkait (2007) adalah sebesar 84.9% di tingkat provinsi. Kesehatan Gigi Prevalensi yang memiliki masalah dengan gigi di Provinsi NTT 25.1 % dengan kabupaten/kota yang memiliki masalah tertinggi Manggarai Barat (51.0%) d.ikuiti Ngada (35.5%) dan Sumba Barat (28.3%). Sedangkan kab yang paling rendah prevalensi bermasalah gigi adalah Belu (14.4%). Selanjutnya prevalensi yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi sedikit lebih rendah yaitu 23.1 di Provinsi NTT. Dimana kabupaten/kota yang paling banyak menerima perawatan gigi oleh tenaga medis gigi yaitu Kota Kupang (49.9%). Lembata (34.2%). dan Ende (33.7%). Sedangkan kabupaten/kota yang paling sedikit menerima perawatan medis gig yaitu Sumba Barat (11.7%). Manggarai Barat (12.9) dan Sumba Timur (15.1%). Dan daerah dengan prevalensi edentulous terbanyak yaitu Sumba Barat. Sumba Timur serta Alor dan Ngada. Di Provinsi NTT prevalensi yang mendapatkan pengobatan gigi 92.0% dengan prevalensi tertinggi di Batu (96.6%). Ende (96.2%). dan Rote Ndao (95.7%). Prevalensi yang terendah mendapatkan pengobatan gigi yaitu di Kab Sikka (86.1 %). Sedangkan prevalensi yang menerima penambalan. pencabutan/bedah gigi tertinggi di Kota Kupang (52.2%) diikuti Sumba Timur (36.1 %) dan Manggarai Barat (34.9%); sedangkan prevalensi yang terendah di Manggarai (6.3%). Lembata (11.1%) dan Ngada (12.2%). Di Provinsi NTT. rata-rata prevalensi tanpa lubang sebesar 59.3% dimana yang terendeh di kabupaten Manggarai Barat (45.5%). diikuti dengan Ende (46.4%) dan Flores Timur (47.9%). Sedangkan rata-rata prevalensi karies aktif sebesar 40.7% dimana kabupaten yang dengan prevalensi yang terendeh yaitu Belu (21.3%0. Lembata {26.9%). dan TTS (33.2%). Untuk prevalensi yang tanpa pengalaman karies. rata-rata sebesar 35.6% dimana yang terendah di kabupaten Flores Timur (19.9%) diikuti dengan Manggarai Barat (23.4%) dan Ende (27.3%). Sedangkan rata-rata prevalensi tanpa pengalaman karies sebesar 64.4% dimana kabupaten yang dengan prevalensi yang terendah yaitu Belu (42.8c;10) diikuti dengan Sumba Timur. (55.0%) dan Alor (58.7%). Disabilifas Di Provinsi NTT persentase status disabilitas yang sangat bermasalah rata-rata sebesar 3.5% dengan yang paling rendah di Kota Kupang (0.6%) dan yang tertinggi di Sumba Barat (6.0%) kemudian diikuti Flores Timur (5.4%0 dan Manggarai (4.6%). Sedangkan yang bermasah atau memiliki masalah tetapi tidak memerlukan bantuan orang lain. presentase rata-rata sebesar 31.1 % dengan daerah yang paling rendah juga di Kota Kupang (11.4%) sedangkan yang tertinggi di Sumba Barat (49.3%) diikuti di Lembata (41.9%) dan di Manggarai Barat (40.1 %). Sedangkan presentase rata-rata yang tidak bermaslah 65.4% dengan presentasi terendah di Timor Tengah Selatan. Cedera Prevalensi cedera dan penyebab cedera menurut kelompok umur. Prevalensi tertinggi cedera terjadi pada kelompok umur tahun dan tahun, 1-4 tahun dan 5-14 tahun (15,4%). Bila dilihat dari penyebab cedera terdapat perbedaan yang nyata penyebab cedera antar kelompok umur. Penyebab terbanya,k dari semua kelompok umur adalah jatuh (29%), kemudian disusul terluka benda tajam/tumpul, dan kecelakaan transportasi. Kabupaten dengan prevalensi cedera tertinggi adalah Kabupaten Ngada (21,3 %), terendah Kota Ku pang (7, 1 %). Bila dilihat dari penyebab cedera, penyebab karena kecelakaan transportasi darat proporsi tertinggi terjadi di Kota Kupang (35,8%): terendah x

14 di Kabupaten Ngada (7,9%). Penyebab karena terluka karena benda tajam/turnpul proporsi tertinggi terjadi di Kabupaten Belu (50,9%), ferendah di Kabupaten Alor (8, 1 %). " '... Pada kelompok umur balita bagiah tubuh yang banyak terkena cedera adalah kepala dan'nada. Sementara sernakin dewasa, bagian tubuh yang. banyak' tnengalami cedera adalah an~gota gerak (tangan dan kaki). Untuk.Jenis. cedera t5enjuran' tarnpak bahwa Kabupaten Ngaqa menernpati proporsi tertinggr(65,0o/~). tef~ndah Kabupaten Belu (12,9%). Ontuk jc;iiiis cederaluka.lecet,..kota Kupang menernpaf proporsi tertinggi (74,3%), terendah Kabupaten Kupang (74,3%). Selanjutnya untuk Iuka terbuka, proporsi tertinggi terdapat di Kabupaten Kupang (55,3%). terendah di Kabupaten Merokok Prevalensi merokok tertinggi ada di Kao Sumqa Barat (36'.9%) terendah di Kabupaten Timor Tengah Utara. Rerata jumlah batang rokok per hari tertinggi pada Kab Manggarai ( batang) terendah di Kab Ende (8, 11 batang). Perilaku Penduduk Makan Buah dan Sayur Secara garis besar prevalensi penduduk Y-ang memiliki kecukupan. sayur dan buah sangat kecil. Bila dilihat menurut kelompok urnur, harnpir tidak ada perbedaan nyata dalam kecukupan konsumsi buah dan sayur menurut kelompok umur. Dilihat dari jenis kelamin. tarnpaktidak ada perbedaan nyata antar laki dan perempuan dalam konsumsi buah dan sayur. Dilihat dari tingkat pendidikan semakin tinggi 'tingkat pendidikan proporsi makan buah dan sayur semakin tinggi. Dilinat rdarl tempat tirtggal individu. mereka yar;ig tinggal di perkotaan makan buah dan sayur sedikit lebih banyak dibanding perkotaan. Dilihat dari kuintil pendapatan. tidak terdapaf pola yang jelas antar kuintil pendapatan. Alkohol Secara umum prevalensi peminum alkohol di Prov NTT adalah 17.6%. angka ini jauh lebih tinggi dari angk.cl prevalensi nasional (3.2%). Prevalensi tertinggi terdapat pi_ Kab Ngada (38.3%). _ter~_ndah di Kabupaten Sumba Barat (7.7~o). persentase terbesar penduduk yang mengkonsumsi alkohol 12 bulan terakhlr adalarr umur tahun (23.6%) dan hanya 18.3% yang tetap mengkonsumsi alkohol 1 bulan terakhir. Persentase laki-laki yang mengkonsumsi minuman keras sebesar 32.9 %. jauh lebih besar dibandingkan perempuan (4.0%). Dari status ekonomi dapat terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara kuintil pendapatan dalam mengkonsumsi alkohol. Aktifitas Fisik Secara umum prevalensi penduduk yang cukup melakukan-aktivitas fisik adalah 27.4%. tidak berbeda jauh dengan angka nasional 29.8%. Bila dilihat menurut kabupaten/kota. prevalensi aktivitas cukup tertinggi 'terdapat di Kota Kupang (53.9%). terendah di Manggarai Barat (9.2%). Pengetahuan Tentang Flu Burung Penduduk yang berumur antara tahun yang pernah mendenqar tentang flu burung memiliki persentase yang paling besar (52.5%). Begitu juga dengan pengetahuan yang benar tentang flu burung kelompok umur ini memiliki persentase yang paling besar (52.5%). Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Penduduk yang berumur antara tahun yang pernah mendengar tentang HIV/AIDS memiliki persentase yang paling besar (30.9%). Begitu juga dengan pengetahun tentang pencegahan HIV/AIDS (30.9%). Sedangkan kelompok yang xi

15 bersikap benar tenta_ng pecegahan HIV/AIDS proporsi te,rtinggi terdapat pada kelompok umur tahun (53.4%). Dilihat dari jenis kelamin. kelompok perempuan lebih aware. berpehgetahuan dan bersikap benar tentang HIV/AIDS dari dapa kelompok laki-laki. Dilihat dari tingkat pendidikan, terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya maka akan semakin aware berpengetahuan.dan bersikap benar tentang pencegahan HIV/AIDS. Bila dilihat dari tempat tinggal individu mereka yang tinggal di perkotaan lebih aware berpengetahuan dan bersikap benar tentang pencegahan HIAV/AIDS. Selanjutnya, bila dilihat menurut kuintil pendapatan maka semakin tinggi pendapatan semakin baik pula dalam awareness pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan HIV/AIDS. Perilaku Higienis Dari 16 kabupaten/kota di Prov NTT prevalensi tertinggi berperilaku benar dalam BAB terdapat di Kota Kupang (40~5%) terendah di Kabupaten Kupang (6.0%). Prevalensi tertinggi berperilaku benar cuci tangan dengan sabunterdapat di' Kota Kupang (40.5%) terendah 'di Kabupaten TTU (5.6%). Akses dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Dilihat dari jarak, kabupaten dengan akses termudah adalah Kota Kupang dan tersulit ITS. Dilihat dari waktu tempuh, ~apupaten dengan waktu tempuh termudah adalah Kota Kupang dan tersulit adalah Kabupaten TIS. Analog dengan, akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan (RS. Puskesmas. Puskesmas Pembantu. Dokter Praktik). Kabupaten dengan akses termudah adalah Kota Kupang dan tersulit adalah Kabupaten TTS. Dari sekian banyak jenis pelayanan posyandu/poskesdes yang dimanfaatkan Rumah Tangga. penimbangan menernpatl urutan' yang pertama. diikuti oleh pengobatah dan imunisasi; sedangkan konsultasi resiko penyakit menempati urutan yang terakhir. Pernantaatan POD/WOO tiap kabupaten/kota cukup bervariasi namun pemanfaatannya asngat rendah (4.7%). Pemanfaatan tertinggi pada Kabupaten Belu. terendah pada Kabupaten Alor -, Sehingga perlu adanya penelusuran alasan.tidak memanfaatkan POD/WOO. Tempat Berobat dan Sumber Biaya Sebagian besar Rumah Tangga yang Rawat lnap menggunakan fasilitas RS pemerintah. kemudian disusul oleh puskesmas dan rumah sakit swasta. Yang paling tinggi proporsinya menggunakan RS pemerintah adalah Kabupaten Sikka. RS Swasta Kabupaten Sumba Barat. sedanqkan puskesmas Kabupaten Kupang. Proporsi terbesar pembiayaan rawat inap tampak masih didominasi oleh pembayaran langsung (52.8%). kemudian diiukuti oleh Askeskin/SKTM. Dana Sehat. dan Askes/Jamsostek. Terdapat vartasl antar kabupaten/kota mengenai sumber pembiayaan rawat inap. untuk pembayaran langsung (bayar sendiri) terbesar di Kabupaten Manggarai Barat. Askes/Jamsostek terbesar di Kota Kupang. Askeskin/SKTM terbesar di Kabupaten Sumba Barat. Dana Sehat terbesar di Kabupaten Rote Ndao. Ketanggapan Pelayanan Kesehatan Semua aspek ketanggapan yang dinilai menunjukkan bahwa penilaian kategori baik lebih dari 85%. Aspek ketanggapan yang pencapaiannya rendah adalah kebersihan ruangan (85.8%) dan pencapaian tertinggi adalah kerahasiaan (91.6%). Ketanggapan pelayanan kesehatan rawat jalan menurut kabupaten/kota tidak menunjukkan banyak variasi yang nyata. Bila dilihat per aspek ketanggapan rawat [alan. tampak bahwa aspek keramahan dan kerahasiaan menempati penilaian terbaik (95.2%). xii

16 disusul kebebasan memtllh.fasilitas dan kebersihan ruangan. aspek yang. terjelek adalah waktu tunggu. Namun demikian. kesemua aspek nilainya di atas ~0.%. Kesehatan Lingkungan Konsurnsi air per orang perhari di Provinsi NIT kurang 'leblh oua pertiganya (64.8%) berada pada.konsurnsl 5-50 liter. sedangkan sisanya tersebar pada konsumsi kurang dari 5 liter dan lebih dari 51 liter. Apabila tlibandingkari antar wilay1ah kabupaten/kota. persentase tertinggi masyarakat dengan xonsumsi air lebil'l dari 50 liter per hari adalah Kota Kupang. Dibandingkan dengan angka nasional yakni konsumsi per orang per hari lebih dari 100 liter adalah 4.3.8%. konsumsi air per orang per hari Provinsi NIT di bawah nasional. Berdasarkan ketersediaan air bersih. hampir 50% Rumah T'angga mengalami kesulitan mendapatkan air bersih pada muslm kemarau. khususnya Kabupaten Timer Tengah Utara dan Flores Timur. Dalam hal jarak dan waktu untuk menjangkau sumber air. pada umumnya rurnah tangga di kabupaten/kota dapat menjangkau sumber air dalam waktu kurang dari 30 menit dan jarak kurang dari 1 km. Akses baik jarak maupun waktu terhadap air bersih Rumah Tangga Provinsi NIT secara umum di bawah angka nasional. Persentase RT di Provinsi NIT dengan waktu tempuh <30 menit ke sumber air sebesar 89.3% (angka nasional 97.7%). Persentase RT di Provinsi NIT yang mudah mendapatkan air sepanjang tahun sebesar 52.4% (angka nasional 73.6%). Lebih dari 80% Rumah Tangga di Provinsi NIT mempunyai kualitas fisik air baik. Terdapat keberagaman kualitas air (keruh. bau. warna. rasa. busa) di antara kabupaten/kota di Provinsi NTT. Jenis sumber air minum di Provinsi NTT kebanyakan berasal dari sumur dan mata air baik terlindung maupun tidak terlindung. Untuk Kota Kupang. Kabupaten Sikka dan Sumba Timur lebih dari 20% Rumah Tangga menggunakan air ledeng. Untuk penggunaan fasilitas Buang Air Besar (BAB). masih terdapat 25% Rumah Tangga yang belum memakai fasilitas BAB. Sebagian besar yang menggunakan fasilitas BAB merupakan fasilitas yanq.berslfat digunakan sendiri (60.8%). Dilihat dari Jenis tempat Buang Air Besar (BAB). masih 6% Rumah Tangga yang tidak menggunakan Jamban. Dari yang menggunakan jamban. proporsi terbesar adalah menggunakan leher angsa (39.5%). diikuti cemplung (31.9%) dan plengsengan (22.6%). Sebagian besar Rumah Tangga (77.6%) di Provinsi NTT tidak mempunyai Saluran Pembuangan Air Limbah. Dari mereka yang mempunyai Saluran Pembuangan Air Limbah. sebagian besar (17.7%) merupakan Saluran Pembuangan Air Limbah terbuka. Secara keseluruhan akses air bersih di Provinsi NTT adalah sebesar 39.5%. akses terbaik ada di Kota Kupang (57.3%). akses terjelek ada di Kabupaten Sumba Barat (11.4%). Akses sanitasi secara keseluruhan di Provinsi NTT adalah sebesar 23%. akses sanitasi terbaik di Kota Kupang (67.0%) dan akses sanitasi terjelek ada di Kabupaten Manggarai (5.5%). Dilihat dari kepemilikan penampungan sampah. secara keseluruhan sebagian besar Rumah Tangga (80.6%) tidak memiliki penampungan sampah di dalam rumah dan 73.6% tidak memiliki penampungan sampah di luar rumah. Dari mereka yang mempunyai tempat penampungan sampah. proporsi terbesar adalah penampungan sampah terbuka (23.3%). Secara umum jenis bahan bakar Rumah Tangga di Provinsi NTT menggunakan kayu bakar (84.9%). Hampir semua kabupaten/kota menggunakan bahan kayu bakar untuk memasak. kecuali Kota Kupang menggunakan minyak tanah. Proporsi Rumah Tangga dengan jenis lantai tanah masih sebesar 44.4% dengan proporsi tertinggi terdapat di Kabupaten Timor Tengah Selatan (76.0%) dan proporsi I xiii

17 terendah di Kata Kupang (8.5%). Hunian denqan kepadatan per kapita < 8 m2 proporsi terbesar terdapat di Kabupaten Sumba Barat (62.0%). sedangkan proporsi terkecil terdapat di Flores Timur (21.2%). Penggunaan bahan beracun berbahaya oleh Rumah Tangga. proporsi terbanyak adalah penghilang noda pakaian (14.4?/o). diikuti racun serangga (10.8%). pernbersih lantai (6.9%). spray rambut. dan pengharum. Terdapat keberagaman antar kabupaten/kota dalam penggunaan bahan beracun., narrum tampak bahwa Kota Kupang.menempati proporsi terbesar dalam penggunaan bahan beracun untuk semua jenis bahan beracun. Rumah tangga di Provinsi Ntl kebanyakan memelihara ternak sedang (46.2%) dan ternak unggas (27.6%) dlsusul ternak besar (6.1 %). T erdapat keberagaman dalam pemeliharaan dan tempat pemeliharaan antar kabupaten/kota; Kabupaten Sumba' Barat dan Sumba Timur menempati urutan tertinggi dalam pemelinaraan ternak. Secara umum. propers: terbesar penernpatan ternak sudah menggunakan kandang dl luar rumah. xiv

18 DAFTAR ISi Kata Pengantar Sambutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Ringkasan Eksekutif Daftar isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Singkatan Daftar Lampi ran 1.9 Persetuiuan Etik Riskesdas :.:...~.. -.~ :.: ~.. -~.. -.: 6 BAB 2. Metodologi Riskesdas Desain Lokasi Populasi dan Sampel Penarikan Sampel Blok Sensus (dalam Susenas 2007) Penarikan Sampel Rumah Tangga Penarikan Sampel Anggota Rumah Tangga Penarikan Sampel Biomedis Penarikan Sampel lodium Response Rate Respons Rate Kesehatan Masyarakat Variabel Alat Pengumpul Data dan Cara Pengumpulan Data Manajemen Data 14 xv i iii v xv xviii xxxv xxxvi xxxix BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Ruang Lingkup Riskesdas Pertanyaan Penelitian Tujuan Riskesdas Kerangka Pikir Mekanisme Kerja Riskesdas Pengorganisasian Riskesdas Manfaat Riskesdas,,,,, ".,-,.' r, r-e-,.,. rt,,,,,,, rr r., r, -r, '.,. - ' '

19 Editing Entry Cleaning Pengorganisasian dan Jadual Pengumpulan Data Keterbatasan Riskesdas O Has ii Pengolahan dan Analisis Data 17 BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Status Gizi Status Gizi Balita Status Gizi Penduduk Umur 6-14 Tahun (Usia Sekolah) Status Gizi Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Konsumsi Energi Dan Protein Konsumsi Garam Beriodium Kesehatan lbu Dan Anak Status lmunisasi Pemantauan Pertumbuhan Balita Distribusi Kapsul Vitamin A Cakupan Pelayanan Kesehatan lbu Dan Bayi Peny_.akit Menular Prevalensi Filariasis, Demam Berdarah Dengue dan Malaria Prevalensi ISPA, Pneumonia, TB, dan Campak Prevalensi Tifoid, Hepatitis dan Diare Penyakit Tidak Menular Penyakit Tidak Menular Utama, Penyakit Sendi, Penyakit Keturunan dan Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular Gangguan Mental E:.mosional Penyakit Mata Kesehatan Gigi Cedera dan Disabilitas 121 Ced era Status Disabilitas/ Ketidakmampuan Perilaku Merokok Perilaku Penduduk Makan Buah dan Sayur xvi

20 3.7.3 Alkohol Aktivitas Fisik Pengetahuan dan Sikap Terhadap Flu Burung Pengetahuan dan Sikap Terhadap HIV/AIDS Perilaku Hioienis Akses. Pemanfaatan Cara Pembiayaan dan Ketanggapan Pelayanan Kesehatan Akses Pelayanan Kesehatan Sarana dan Sumber Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Ketanggapan Pelayanan Kesehatan Kesehatan Lingkungan Air Keperluan Rumah Tangga Fasilitas Buang Air Besar Sarana Pembuangan Air Limbah Pembuangan Sampah Perumahan 222 Daftar Pustaka 230 Lampi ran xvii

21 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 lndikator Riskesdas dan Tingkat Keterwakilan lnformasi 2 Tabel 2.1 Jumlah BS Terpilih Sebagai Sampel Kesehatan Masyarakat dan Biomedis, di Provinsi NTT, Rskesdas Tabel 2.2 Response Rate Rumah Tangga, di Provinsi NTT, Riskesdas dan Susenas Tabel 2.3 Response Rate lndividu, di Provinsi NTT, Riskesdas dan Susenas 2007, 10 Tabel 2.4 Response Rate Konsumsi RT, di Provinsi NTT, Riskesdas dan Susenas Tabel 3.1 Perkembangan Jumlah Populasi per Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT Tabel 3.2 Kepadatan Penduduk per Orang per km2 Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT 20 Tabel 3.3 Gross Regional Domestic Product Penduduk Provinsi NTT pada Tingkat Harga Berjalan Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT Tabel 3.4 Persentase Balita Menurut Status Gizi BB/U dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.5 Persentase Balita Menurut Status Gizi TB/U dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.6 Persentase Balita Menurut Status Gizi BB/TB dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.7 Persentase Balita Menurut Status Gizi BB/U dan Karakteristik, di Provinsi NIT, Riskesdas Tabel 3.8 Persentase Balita Menurut Status Gizi TB/U dan Karakteristik, di Provinsi NIT, Riskesdas Tabel 3.9 Persentase Balita Menurut Status Gizi BB/TB dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.10 Prevalensi Balita Menurut Tiga lndikator Status Gizi dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas xviii

22 . Tabel 3.11 Standar Penentuan Kurus dan Berat Sadan (BB) Lebih Menurut Nilai Rerata IMT, Umur, dan Jenis Kelamin, WHO Tabel 3.12 Prevalensi Kekurusan dan BB Lebih Anak Umur 6-'14 Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.13 Persentase Status Gizi Dewasa (15 Tahun ke Atas) Menurut IMT dan Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.14 Prevalensi Obesitas Umum Penduduk Dewasa (15 Tahun ke Atas) Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3. t5 Persentase Status Gizi Dewasa (15 Tahun ke Atas) Menurut IMT dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.16 Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.17 Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.18 Nilai Rerata LI LA Wanita Umur Tahun, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.19 Prevalensi Risiko KEK Penduduk Wanita Umur Tahun Menurut.. ~ Kabupaten/Kota, di Prcvinsi.NTT, Riskesdas 2007 ;.-:-, 38 Tabel 3.20 Prevalensi Risiko KEK Penduduk Perempuan Umur Tahun Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.21 Konsumsi Energi dan Protein per Kapita per Hari Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.22 Persentase RT dengan Konsumsi Energi dan Protein Lebih Kecil dari Angka Rerata Nasional Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 ; 40 Tabel 3.23 Prevalensi Konsumsi Energi dan Protein Lebih Kecil dari Angka Rerata Nasional Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskedas Tabel 3.24 Prevalensi Konsumsi Energi Lebih Kecil dari Angka Rerata Nasional Menurut Kabupaten/Kota dan Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga per Kapita, di Provinsi NTT, Riskedas xix

23 Tabel 3.25 Prevalensi Konsumsi Protein Lebih Kecil dari Angka Rerata Nasional Menurut Kabupaten/Kota dan Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga per Ka pita, di Provinsi NTT, Risked as Tabel 3.26 Prevalensi Konsumsi Energi Lebih Kecil dari Angka Rerata Nasional Menurut Kabupaten/Kota dan Tipe Daerah, di Provinsi NTT, Riskedas Tabel 3.27 Prevalensi Konsumsi Protein Lebih Kecil dari Angka Rerata Nasional Menurut Kabupaten/Kota dan Tipe Daerah, di Provinsi NTT, Riskedas Tabel 3.28 Persentase RT Mengkonsumsi Garam Mengandung Cukup lodium Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.29 Persentase RT Mengkonsumsi Garam Cukup lodium Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.30 Persentase Cakupan lmunisasi Dasar Anak Umur Bulan Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.31 Persentase Cakupan lmunisasi Dasar Anak Balita Menurut Umur, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.32 Persentase Cakupan lmunisasi Dasar Anak Umur Bulan Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas? Tabel 3.33 Persentase Cakupan lmunisasi Lengkap -Anak Umur Bulan Menu rut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.34 Persentase Cakupan lmunisasi Dasar Anak Balita Umur Bulan Menu rut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.35 Persentase Penimbangan Enam Bulan Terakhir Anak 6-59 Bulan Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.36 Persentase Penimbangan Enam Bulan Terakhir Anak 6-59 Bulan, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.37 Persentase Tempat Penimbangan Anak Paling Sering dalam 6 Bulan Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.38 Persentase Tempat Penimbangan Anak Paling Sering dalam 6 Bulan, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.39 Persentase Anak 6-59 Bulan Yang Mempunyai KMS Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas xx

24 '.. Tabel 3.40 'Persentase Anak 6-59 Bulan yang Mempunyai.KMS Menurut.. Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.41 Persentase Anak 6-59 Bulan yang Mempunyai Buku KIA Menurut Kabupaten/Kcta, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.42 Persentase Anak 6-59 Bulan yang Mempunyai Buku KIA Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.43 Persentase Cakupan Kapsul Vitamin A Pada Anak 6-59 Bulan Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.44 Persentase Cakupan Kapsul Vitamin A pada Anak 6-59 Bulan Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3~45 Persentase Berat Bayi Lahir Menurut Persepsi lbu Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.46 Persentase Berat Bayi Lahir Menurut Persepsi lbu Menurut Karakteristik di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.47 Persentase Cakupan Penimbangan Bayi Lahir Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.48 Persentase Cakupan Penimbangan Bayi Lahir Menurut Karakteristik di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.49 Persentase Berat Sadan Lahir Berdasarkan Catatan Menurut Kabupaten/Kota,.di Provins! NTT,.Riskesdas 20~7,.y....v. "-65 Tabel 3.50 Persentase Berat Badan Lahir Berdasarkan Catatan Menurut Karakteristik di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.51 Persentase Cakupan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.52 Persentase Cakupan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.53 Persentase Jenis Pelayanan pada Pemeriksaan Kehamilan Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.54 Persentase Jenis Pelayanan pada Pemeriksaan Kehamilan Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.55 Persentase Cakupan Pelayanan Neonatal Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.56 Persentase Cakupan Pelayanan Neonatal Menurut Karakteristik di Provinsi NTT, Riskesdas xxi

25 Tabel 3.57 Sebaran Penolong Persalinan Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.58 Sebaran Penolong Persalinan Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.59 Sebaran Kecukup an ANC Trisemester 123 Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.60 Sebaran Kecukupan ANC Trisemester 123 Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.61 Prevalensi Filariasis, Demam Berdarah Dengue, Malaria dan Pemakaian Obat Program Malaria Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.62 Prevalensi Filariasis. Demam Berdarah Dengue. Malaria dan Pemakaian Obat Program Malaria Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.63 Prevalensi ISPA, Pneumonia, TBC, Campak Menurut Kabupaten/kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.64 Prevalensi ISPA, Pneumonia, TBC, Campak Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.65 Prevalensi Tifoid, Hepatitis, Diare Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.66 Prevalensi Tifoid, Hepatitis, Diare Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.67 Prevalensi Penyakit Kronis (Persendian, Hipertensi, Stroke pada Penduduk*) dalam 1 Tahun Terakhir Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.68 Prevalensi Penyakit Persendian, Hipertensi dan Stroke Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.69 Prevalensi Penyakit Asma*, Jantung*, Diabetes* dan Tumor" Menu rut Kabupaten/Kota,di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.70 Prevalensi Penyakit Asma*, Jantung*, Diabetes*, dan Tumor** Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Rlskescas Tabel 3.71 Prevalensi Penyakit Keturunan* (Gangguan Jiwa Berat, Buta Warna, Glaukoma, Sumbing, Dermatitis, Rhinitis, Thalasemia, Hemofilia) Menu rut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas xxii

26 Tabel 3.72 Prevalensi Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (Kurang Konsumsi Sayur Buah dan Kurang Aktifitas Fisik) pad a Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.73 Prevalensi Faktor Risiko PTM Utama (Ku.rang Konsumsi SayurBuah, Kurang Aktifitas Fisik) pada Penduduk 2:10 Tahun Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabet 3.74 Prevalensi Masalah Kesehatan Jiwa pada Penduduk C! 15 Tahun, (Berdasarkan SRQ-20) Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Penyakit Gangguan Mental M~nurut Karakteristik dan Diagnosis Oleh Nakes atau Gejala Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.76 Proporsi Penduduk Usia > 5 Tahun dengan Low Vision dan Kebutaan dengan Koreksi Kacamata Maksimal atau Tidak Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.77 Proporsi Penduduk Usia > 5 Tahun dengan Low Vision dan Kebutaan dengan Koreksi Kacamata Maksimal atau Tidak Menurut Karakteristik di P_rovinsi N"I_T, Risk~s9~~-?Q07_,... :~... _... :~-,~,,_ 99 Tabel 3.78 Proporsi fendl:jduk Usia > 30-Tat:i-un y~ng _.Pernah- Didlagnosis Katarak Oleh Tenaga Kesehatan Atau Dengan Gejala/ Masalah Penglihatan dalam 12 Bulan Terakhir Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.79 Proporsi Penduduk Usia > 30 Tahun yang Pernah Didiagnosis Katarak Oleh Tenaga Kesehatan Atau Dengan Gejala/Masalah Penglihatan Dalam 12 Bulan Terakhir Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, di Riskesdas Tabel 3.80* Proporsi Penduduk Usia > 30 Tahun Dengan Katarak yang Pernah Menjalani Operasi Katarak Atau Mamakai Kacamata Setelah Operasi Katarak Dalam 12 Bulan Terakhir Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.81* Proporsi Penduduk Usia > 30 Tahun Dengan Katarak yang Pernah Menjalani Operasi Katarak Atau Memakai Kacamata Setelah xxiii

27 Operas: Katarak dalam 12 Bulan Terakhir Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.82 Prevalensi Penduduk Bermasalah Gigi-Mulut Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.83 Prevalensi Penduduk Bermasalah Gigi-Mulut Menurut Karakteristik. di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.84 Persentase Penduduk yang Menerima Perawatan/Pengobatan Gigi Menurut Jenis Perawatan dan Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.85 Persentase Penduduk yang Menerima Perawatan/Pengobatan Gigi Menurut Jenis Perawatan dan Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.86 Proporsi Penduduk 10 Th > yang Menggosok Gigi Setiap Hari dan Berperilaku Benar Menggosok Gigi Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.87 Proporsi Penduduk 10 Th > yang Menggosok Gigi Setiap Hari dan Berperilaku Benar Menyikat Gigi Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.88 Persentase Waktu Menyikat Gigi Pada Penduduk 10 Th > yang Menggosok Gigi Setiap Har; Menurut Karakteristik, Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.93 Prevalensi Bebas Karies, Karies Aktif, dan Pengalaman Karies Menu rut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas ,. Tabel 3.94 Required Treatment Index (RTI) dan Performed Treatment Index (PTI) Menu rut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas xxiv di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.89 Persentase Waktu Menyikat Gigi Pada Penduduk 10 Th > yang Tabel 3.90 Komponen 0, Menggosok Gigi.Setiap Hari Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas M, F dan Index OMF-T Menurut Karakteristik di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 ~ 114 Tabel 3.91 Komponen 0, M, F dan Index DMF-T Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.92 Prevalensi Bebas Karies, Karies Aktif, dan Pengalaman Karies

28 Tabel 3.95 Required Treatment Index (RTI) dan Performed Treatment Index (PTI) Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.96 Proporsi Penduduk Dengan Fungsi Normal Gigi dan Penduduk Edentulous Menurut Karakteristik, di Propinsi NTI, Riskesdas Tabel 3.97 Prevalensi Cedera dan Penyebab Cedera Menurut Kelompok Umur di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.98 Prevalensi Cedera dan Penyebab Cedera Menurut Pendidikan, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel 3.99 Prevalensi Cedera dan Penyebab Cedera Menurut Pekerjaan, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi Cedera dan Penyebab Cedera Menurut Jen is Kelamin, di. Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi Cedera dan Penyebab Cedera Menurut Klasifikasi Desa, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi Cedera dan Penyebab Cedera Menurut Status Ekonomi, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi Cedera Dan Penyebab Cedera Menurut Kabupaten/Kota, 9_i F,'~~~i-~~i.. ~1-T_,.~~ ~_8._~g9s 20Q?.._._..:.. :.: :.'.:.:.:: :~.:.., " '. :...:.. :.:. ;,, ~co ~ Tabel Prevalensi-Cedera Menurut Bagian Tubuh- Terkena- Cedera Berdasarkan Kelompok Umur, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi-Cedera Menurut Bagian Tubuh Terkena Cedera Berdasarkan Pendidikan, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi-Cedera Menurut Bagian Tubuh Terkena Cedera Berdasarkan Pekerjaan, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi-Cedera Menu rut Bagian Tubuh Terkena Cedera Berdasarkan Jenis Kelamin, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi-Cedera Menurut Bagian Tubuh Terkena Cedera Berdasarkan Tipe Daerah, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi-Cedera Menurut Bagian Tubuh Terkena Cedera Berdasarkan Status Ekonomi, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi-Cedera Menurut Bagian Tubuh Terkena Cedera Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas xxv

29 T abel Prevalensi Jenis Cedera Menurut Kelompok Umur, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi Jenis Cedera Menurut Pendidikan, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Pr evalensi Jenis Cedera Menu rut Pekerjaan, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi Jenis Cedera Menurut Jenis Kelamin, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi Jenis Cedera Menurut Tipe Daerah, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 : 136 Tabel Prevalensi Jen is Ced era Menurut Status Ekonomi, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi Jenis Cedera Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Masalah Disabilitas dalam Fungsi Tubuh/lndividu/Sosial, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi Disabilitas Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut?tatus dan Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi Disabilitas Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Status dan Karakteristik, di Propinsi NTI, Riskesdas Tabel Persentase Penduduk 2: 15 Tahun Dengan Ketidakmampuan dan Membutuhkan Bantuan Orang Lain Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT Riskesdas Tabel Sebaran Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Menurut Kebiasaan Merokok dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Rlskesdas Tabel Proporsi Penduduk 2: 10 Tahun yang Merokok dan Tidak Merokok Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi Perokok dan Rerata Jumlah Batang Rokok yang Dihisap Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Menu rut Kabupaten/Kota di Provinsi NTI, Riskesdas xxvi

30 Tabel Prevalensi Perokok dan Rerata Jumlah Batang Rokok yang Dihisap Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas menurut Karakteristik di Provinsi NIT, Riskesdas Tabel Sebaran Penduduk Umur 1 O Tahun ke Atas Perokok Menurut Rerata Jumlah Batang Rokok dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Perokok Menurut Rerata Jumlah Batang Rokok dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok Menurut Usia Mulai Merokok Tiap Hari dan Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok Menurut Usia Mulai Merokok Tiap Hari dan Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok Menurut Umur Pertama Kali Merokok dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yapg Merokok M~n_wut - Umur Pertama Kali Merokok dan Karakteristik, di Prov[nsi- NT"F, Riskesdas Tabel Prevalensi Perokok dalam Rumah Ketika Bersama Anggota Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota, di ProvinsiNTT, Riskesdas Tabel Sebaran Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok Menurut Jenis Rokok yang Dihisap dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok Menurut Jenis Rokok yang Dihisap dan Karakteristik Responden, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Penduduk ~ 10 Tahun yang 'Cukup' dan 'Kurang' Makan Buah dan Sayur Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas xxvii

31 Tabel Persentase Penduduk ~ 10 Tahun yang 'Cukup' dan 'Kurang' Makan Buah dan Sayur Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi Peminum Alkohol 12 Bulan dan 1 Bulan Terakhir Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi Peminum Alkohol 12 Bulan dan 1 Bulan Terakhir Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi Penduduk 2: 10 tahun yang Melakukan Kegiatan Aktif dan Tidak Aktif Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel Prevalensi Penduduk 2: 10 Tahun yang Melakukan Kegiatan Aktif dan Tidak Aktif Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel Proporsi Penduduk 2: 10 Tahun yang Pernah Mendengar, Berpengetahuan Benar, dan Bersikap Benar tentang Flu Burung Menurut Karakteristik, di Propinsi NIT Riskesdas Tabel Proporsi Penduduk 2: 10 Tahun yang Pernah Mendengar Berpengetahuan Benar, dan Bersikap Benar Tentang Flu Burung Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel Proporsi Peaduduk 2: 10 Tahun yang Pernah Mendengar Berpengetahuan Benar, dan Bersikap Benar Tentanq H!V/AIDS Menurut Karakteristik di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel Proporsi Penduduk 2: 10 Tahun yang Pernah Mendengar Berpengetahuan Benar, dan Bersikap Benar Tentang HIV/AIDS Menu rut Kabupaten/Kota di Propinsi NIT, Riskesdas Tabel Proporsi Penduduk 2: 10 Tahun yang Berperilaku Benar dalam Hal Buang Air Besar dan Cuci Tangan dengan Sabun Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel Proporsi Penduduk 2: 10 Tahun yang Berperilaku Benar dalam Hal Buang Air Besar dan Cuci Tangan dengan Sabun Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi NIT, Riskesdas Tabel Proporsi Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas xxviii

32 Tabel Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Jarak dan \Naktu Tempuh ke i=asilitas Pelayanan Kesehatan" Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Jarak dan Waktu Tempuh ke Fasilitas Pelayanan Kesehatarr" Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Jarak dan Waktu Tempuh Ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan" Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga Jarak dan Waktu Tempuh Ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan*> Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga yang Memanfaatkan Posyandu/Poskesdes dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga yang Memanfaatkan Posyandu/Poskesdes dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Klasifikasi Tempat Tinggal dan Status Ekonomi, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Jenis Pelayanan Posyandu/Poskesdes yang Diterima RT dalarn 3. Bulan Terakhir Menurut Kabupaten/Kota.. di Propir.si. NTJ, Riskesdas Tabel Sebaran Jenis Pelayanan Posyandu/Poskesdes yang Diterima RT dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Klasifikasi Tempat Tinggal dan Status Ekonomi, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Alasan Tidak Memanfaatkan Posyandu/Poskesdes dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Alasan Tidak Memanfaatkan Posyandu/Poskesdes Dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Klasifikasi Tempat Tinggal dan Status Ekonomi, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga yang Memanfaatkan Polindes/Bidan Desa dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas xxix

33 Tabel Sebaran Rumah Tangga Yang Memanfaatkan Polindes/Bidan Desa dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Klasifikasi Tempat Tinggal dan Status Ekonomi, diprovinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Jenis Pelayanan Polindes/Bidan Desa yang Diterima RT dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Jenis Pelayanan Polindes/Bidan Desa yang Diterima RT dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Klasifikasi Tempat Tinggal dan Status Ekonomi, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Alasan Tidak Memanfaatkan Polindes/Bidan Desa dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Alasan Tidak Memanfaatkan Polindes/Bidan Desa dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Klasifikasi Tempat Tinggal dan Status Ekonomi, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan Pos Obat Desa (POD)/ Warung Obat Desa (WOO) dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan Pos Obat Desa (POD)/ Warung Obat Desa (WOO) dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Klasifikasi Tempat Tinggal dan Status Ekonomi, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Persentase Rumah Tangga Menurut Alasan Tidak Memanfaatkan Pos Obat Desa (POD)/Warung Obat Desa (WOO) dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Persentase Rumah Tangga Menurut Alasan Tidak Memanfaatkan Pas Obat Desa (POD)/Warung Obat Desa (WOO) dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Persentase Penduduk Rawat lnap Menurut Tempat dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas xxx

34 Tabel Persentase Penduduk Rawat lnap Memirut'Tempat dan Karakteristik RT, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Persentase Penduduk Rawat lnap Menurut Sumber Pembiayaan dan Kabu'paten/Kota,di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Persentase. Penduduk Rawat Ina J Menurut Sumber Pembiayaan dan Karakteristlk Rumah Tangga, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Tempat Berobat Rawat Jalan Menurut Kabupaten/Kota, Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Tempat Berobat Rawat Jalan Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Seba ran Sumber Pembiayaan Rawat Jalan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Sumber Pembiayaan Rawat Jalan Menurut Klasifikasi Tempat Tinggal dan Status Ekonomi, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Ketanggapan Pelayanan Kesehatan Rawat lnap Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel P~~~~n.t_~S.~ Rumah Tangga_ pad a _ ~e_tanggaf?~m_ - _l:'~l Y.ana._ri Keselia.'fan 3~awat. I nap Menu rut Karakteristik, di P.rop_insi NTT, ~..... :: Riskesdas Tabel Sebaran Ketanggapan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Persentase Rumah Tangga pada Ketanggapan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Menurut Klasifikasi Tempat Tinggal dan Status Ekonomi. di Provinsi NTT. Riskesdas Tabel Persentase Rumah Tangga Menurut Rerata Pemakaian Air Bersih Tabel per Orang Per Hari dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Sebaran Rumah Tangga menurut Rerata Pemakaian Air Bersih per Orang per Hari dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas di xxxi

35 Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Waktu dan Jarak ke Sumber Air, Ketersediaan Air Bersih dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Waktu dan Jarak ke Sumber Air, Ketersediaan Air Bersih dan Karakteristik, di Jrovinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut lndividu yang Biasa Mengambil Air dalam Rumah Tangga dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Rlskesdas Tabel 3. ~ 85 Seba ran Rumah Tangga Menurut Anggota Rum ah Tangga yang Biasa Mengambil Air dan Karakteristik,di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Kualitas Fisik Air Minum dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga menurut Kualitas Fisik Air Minum dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Jenis Sumber Air dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Susenas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Jenis Sumber Air dan Karakteristlk, di Provinsi NTT, Susenas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Jenis Tempat Penampungan dan Pengolahan Air Minum Sebelum Digunakan/Diminum dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Jenis Tempat Penampungan dan Pengolahan Air Minum Sebelum Digunakan/Diminum dan Karakteristik, di Provinsi NTT1 Riskesdas Tabel Sebaran Rurnah Tanqqa Menurut Penggunaan Fasilitas Buang Air Besar dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Susenas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Penggunaan Fasilitas Buang Air Besar dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Susenas Tabel Sebaran Rumah Tanqqa menurut Tempat Buang Air Besar dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Susenas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Tempat Buang Air Besar dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Susenas xxxii

36 Taber Sebaran Rumah Tangga Menurut Tempat Perribuanqan Akhir Tinja dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Susenas " Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Tempat 'f:lembuangan Akhir Tinja dan Karakteristik, di Provinsi NTI, Susenas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Jenis Saluran Pembuangan Air Limbah dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Saluran Pembuangan Air Limbah dan Klasifikasi Desa, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Akses Terhadap Air Bersih dan Tabel Sanitasi dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Susenas dan Riskesdas Sebaran Rumah Tangga Menurut Akses Terhadap Air Bersih dan Sanitasi dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Susenas dan Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Jenis Penampungan Sampah di Dalam dan Luar Rumah dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTI, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Jenis Penampungan Sampah di Tabel Dalam dan Luar Rumah dan Karakteristik, di Provinsi NTT, ~ ; ~ Riskesdas '",, Sebaran Rumah Tangga Menurut Jenis Bahan Bakar Utama Memasak dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Susenas Tabel Sebaran Rumah Tangga menurut Jenis Bahan Bakar Utama Memasak dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Susenas Tabel Sebaran Rumah Tangga "- r.,. menurut Jenis Lantai Rumah dan Kepadatan Hunian dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Susenas Tabel Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Rumah dan Kepadatan Hunian dan Klasifikasi Desa, Susenas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Penggunaan Jenis Bahan Beracun Berbahaya di Dalam Rumah dan Kabupaten/Kota, Provinsi NTT, Susenas di xx-xiii

37 Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Penggunaan Jenis Bahan Beracun Berbahaya di Dalam Rumah dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Susenas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Tempat Pemeliharaan Ternak/Hewan Peliharaan dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Tempat Pemeliharaan Ternak/Hewan Peliharaan dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga menurut Jarak Rumah ke Sumber Pencemaran dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT. Riskesdas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Jarak Rumah ke Sumber Pencemaran dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas xxxiv

38 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan (Blum 1974) 3 Gambar 1.2 Mekanisme Kerja Riskasdas H O o xxxv

39 DAFTAR SINGKATAN ART AFP ASK ES ASKESKIN Anggota Rumah Tangga Acute Flaccid Paralysis Asuransi Kesehatan Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin BB BS/U BB/TB BUMN BALITA BCG BSLR BATRA Berat Sadan Berat Sadan Menurut Umur Berat Sadan Menurut Tinggi Sadan Sadan Usaha Milik Negara Bawah Lima Tahun Bacillus Calmete Guerin Berat Sayi Lahir Rendah Pengobatan Tradisional CPITN Community Periodental Index Treatment Needs D DG DM DOM D-T DPT DMF-T DEPKES Diagnosis Diagnosis dan Gejala Oiabetes Mellitus Diagnosed Diabetes Mel/itus Decay- Teeth Diptheri Pertusis Tetanus Decay Missing Filling - Teeth Departemen Kesehatann F-T Filling Teeth G Gejala klinis HS Hemoglobin IDF IMT ICF International Diabetes Federation lndeks Massa Tubuh International Classification of Functioning, Disability and Health xxxvi

40 ICCIDD IU International Council for the Control of Iodine Deficiency Disorders International Unit JNC Joint National Committee KK Kg KEK KKAL KEP KMS KIA KLB Kepala Keluarga Kilogram Kurang Energi Kalori Kilo Kalori Kurang Energi Protein Kartu Menuju Sehat Kesehatan lbu dan Anak Kejadian Luar Biasa LP LILA Ungkar Perut Lingkar Lengan Atas mm Hg ml Ml M-T MTI MDG Milimeter Air Raksa Mili Liter Missing index Missing Teetb, - -. Missing Teeth Index Millenium Development Goal Nakes Tenaga Kesehatan 0 Obat atau Oralit Poskesdes Polindes Pustu Puskesmas PTI POLRI PNS PT Pos Kesehatan Desa Pondok Bersalin Desa Puskesmas Pembantu Pusat Kesehatan Masyarakat Performed Treatment Index Polisi Republik Indonesia Pegawai Negeri Sipil Perguruan Tinggi xxxvii

41 PPI PD31 PIN Posyandu PPM Panitia Pembina llmiah Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan lmunisasi Pekan lmunisasi Nasonal Pos Pelayanan Terpadu Part Per Million RS RSB RTI RPJM Riskesdas Rumah Sakit Rumah Sakit Bersalin Required Treatment Index Rencana Pembangunan Jangka Menengah Riset Kesehatan Dasar SRO SKTM SPAL SD SD SLTP SLTA Self Reporting Questionnaire Surat Keterangan Tidak Mampu Saluran Pembuangan Air Limbah Standar Deviasi Sekolah Dasar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Sekolah Lanjutan Tingkat Atas TB TB TB/U TT TDM TGT Tinggi Badan Tuberkulosis Tinggi Badan/Umur Tetanus Toxoid Total Diabetes Mellitus Toleransi Glukosa Terganggu UNHCR UNICEF UCI UDDM United Nations High Commissioner for Refugees United Nations Children's Fund Universal Child Immunization Undiagnosed Diabetes Mellitus WHO wus µi World Health Organization Wanita Usia Subur Mikro Liter xxxviii

42 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kepmenl.es Nomor 877/MENKES/SK/Xl/2006 tentang Tim Riset Kesehatan Dasar Lampiran 2 Lampiran 3 Naskah Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consented) Kuesioner Riset Kesehatan Dasar xxxix

43 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanq Untuk mewujudkan visi "masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat", Departemen Kesehatan RI mengembangkan misi: "membuat rakyat sehat", Sebagai penjabarannya telah dirumuskan empat strategi utama dan 17 sasaran. Sadan Penelitian dan Pengembartgan Kesehatan (Balitbangkes), sebagai salah satu unit utama Depkes, mempunyai fun'gsi menunjang sasaran 14, yaitu berfungsinya sistem informasi kesehatan yang berbasis bukti (evidence-based) di seluruh Indonesia. Untuk itu diperlukan data berbasis komunitas tentang status kesehatan dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Sejalan dengan Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan perencanaan bidang kesehatan berada di tingkat kabupaten/kota. Proses perencanaan pembangunan kesehatan yang akurat membutuhkan data berbasis bukti di tiap kabupaten/kota. Keterwakilan hasil survei yang berbasis komunitas seperti Survei Kesehatan Nasional (SDKI, Susenas Modul, SKRT) yang selama ini dilakukan hanya sampai tingkat kawasan atau provinsi, sehingga belum memadai untuk perencanaan kesehatan di tingkat kabupaten/kota, termasuk perencanaan pembiayaan. Sampai saat ini belum tersedia peta status kesehatan.(termasuk data biomedis) dan faktor-faktor yang melatarbelakangi di tingkat kabupaten/kota. Dengan demikian, perumusan dan pengambilan kebijakan di bidang kesehatan, belum sepenuhnya dibuat berdasarkan informasi komunitas yang berbasis bukti. Atas dasar berbagai pertimbangan di atas, Balitbangkes melaksanakan riset kesehatan dasar (Riskesdas) untuk menyediakan informasi berbasis komunitas tentang status kesehatan (termasuk data biomedis) dan faktor-faktor yang melatarbelakahqinya-denqan keterwakilan sarnpai ti!1~.~~t.-js~~~f).t~~/ko,t~_ -::-. : :-..--: -:- -. :_ Ruang Lingkup Riskesdas Riskesdas adalah riset berbasis komunitas dengan tingkat keterwakilan kabupaten/kota, yang menyediakan informasi kesehatan dasar termasuk biomedis, dengan menggunakan sampel Susenas Kor. Riskesdas mencakup sampel yang lebih besar dari survei-survei kesehatan sebelumnya, dan mencakup aspek kesehatan yang lebih luas. Dibandingkan dengan survei berbasis komunitas yang selama ini dilakukan, tingkat keterwakilan Riskesdas adalah sebagai berikut : 1

44 lndikator SDKI SKRT Susenas Sampel Pola Mortalitas Nasional S/J/KTI 3. Perilaku S/J/KTI Kabupaten 4. Gizi & Pola Konsumsi S/J/KTI Provinsi 5. Sanitasi lingkungan SfJfKTI Ka bu paten 6. Penyakit S/J/KTI 7. Cedera & Kecelakaan Nasional S/J/KTI 8. Disabilitas S/J/KTI 9. Gigi & Mulut 10. Biomedis S = Sumatera, J =.Jawa-Bali, Tabel 1.1 lndikator Riskesdas dan Tingkat Keterwakilan KTI = Kawasan Timur Indonesia lnformasi Riskesdas Nasional Kabupaten Kabupaten Kabupaten Prov/Kab Prov/Kab Prov/Kab Prov/Kab Nasional Perkotaan 1.3 Pertanyaan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan kebutuhan perencanaan, maka pertanyaan penelitian yang harus dijawab dengan Riskesdas adalah : 1. Bagaimana status kesehatan masyarakat di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota? 2. Apa dan bagaimana faktor-faktor yang melatarbelakangi status kesehatan masyarakat di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota? 3. Apa masalah kesehatan masyarakat yang spesifik di setiap provinsi dan kabupaten/kota? 1.4 Tujuan Riskesdas Tujuan Riskesdas adalah sebagai berikut : t. Menyediakan informasi berbasis bukti untuk perumusan kebijakan pembangunan kesehatan di berbagai tingkat administratif. 2. Menyediakan informasi untuk perencanaan kesehatan termasuk alokasi sumber daya di berbagai tingkat administratif. 3. Menyediakan peta status dan masalah kesehatan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota. 4. Membandingkan status kesehatan dan faktor-faktor yang melatarbelakangi antar provinsi dan antar kabupaten/kota 1.5 Kerangka Pikir Kerangka pikir Riskesdas didasari oleh kerangka pikir Henrik Blum (1974, 1981) yang menyatakan bahwa status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yang saling berinteraksi yaitu: faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Bagan kerangka pikir Blum adalah sebagai berikut : Pada Riskesdas tahun 2007 ini tidak semua indikator status kesehatan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status kesehatan tersebut dikumpulkan. lndikator yang diukur adalah sebagai berikut : 1. Status kesehatan, diukur dengan: a. Mortalitas (pola penyebab kematian untuk semua umur). 2

45 b. Morbiditas, meliputi prevalensi penyakit menular dan penyakit tidak menular. c. Disabilitas (ketidakmampuan). d. Status gizi balita, ibu hamil, wanita usia subur (WUS) dan semua umur dengan mengguriakan tndeks M~sa Tubuh (IMT). e. Kesehatan jiwa. Gambar 1.1 Faktor_yang Mempengaruh'i Status Kesehatan (Blum 1974) Lingkungan Fisik, Kimia, Biologis Keturunan Status Kesehatan Pelayanan Kesehatan Perilaku Sosial-Budaya 2. Faktor lingkungan, diukur dengan: a. Konsumsi gizi, melipoti k onsom-si er'ierg1.-ptoleih, vitamin dail"m_ine{~l.. :. :_. - b. Lingkungan fisik, melipu.ti alrrrilnurn, sanitasi, polusi dansarnpah. c. Lingkungan sosiat, metiputi tingkat pendidikan, tingkat sosial-ekonomi, perbandingan kota-desa dan perbandingan antar provinsi, kabupaten dan kota. 3. Faktor perilaku, diukur dengan: a. Perilaku merokok/konsumsi tembakau dan alkohol. b. Perilaku konsumsi sayur dan buah. c. Perilaku aktivitas fisik. d. Perilaku gosok gigi. e. Perilaku higienis (cuci tangan, buang air besar). f. Pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap flu burung, HIV/AIDS. 4. Faktor pelayanan kesehatan, diukur dengan: a. Akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk untuk upaya kesehatan berbasis masyarakat. b. Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan. c. Ketanggapan pelayanan kesehatan. d. Cakupan program KIA (pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan bayi dan imunisasi). 3

46 1.6 Mekanisme Kerja Riskesdas Alur pikir ini secara skematis menggambarkan enam tahapan penting dalam Riskesdas Provinsi Riau Keenam tahapan ini terkait erat dengan ide dasar Riskesdas untuk menyediakan data kesehatan yang valid, reliable, comparable, serta dapat m'enghasilkan estimasi yang dapat mewakili rumah tangga dan individu sampai ke tingkat kabupaten/kota. Slklus yang dimulai dari Tahapan 1 hingga Tahaean 6 merigg'ambarkan sebuah alur pikir yang seyogyanya berlangsung secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Dengan demikian, hasil Riskesdas Provinsi Riau 2007 bukan saja harus mampu menjawab pertanyaan kebijakan, namun harus memberikan arah bagi pengembangan pertanyaan kebijakan berikutnya. Untuk menjamin appropriateness dan adequacy Riskesdas Provinsi Riau 2007 dalam konteks penyediaan data kesehatan yang valid, reliable dan comparable, maka pada setiap tahapan dilakukan upaya penjaminan mutu yang ketat. Substansi pertanyaan, pengukuran dan pemeriksaan Riskesdas Provinsi Riau 2007 mencakup data kesehatan yang mengadaptasi sebagian pertanyaan World Health Survey yang dikembangkan oleh the World Health, Orqenizetiot; Dengan demikian, berbagai instrumen yang dikerribangkan untuk Riskesdas Provinsi,Riau 2007.mengacu pada berbagai instrumen yang telah ada dan banyak diperqunakan oleh berbagai bangsa di dunia (61 negara). lnstrumen dimaksud dikembangkan, diuji dan dipergunakan untuk mengukur berbagai aspek kesehatan termasuk didalamnya input, process, output dan outcome kesehatan. 4

47 Gambar 1.2 Mekanisme Kerja Riskesdas lndikator Morbiditas Mortalitas Ketanggapan Pembiayaan Sistem Kesehatan Komposit variabel lainnya Pertanyaan Kebijakan Pertanyaan Penelitian 6. Laporan Tabel Dasar Hasil Pendahuluan Nasional Hasil Pendahuluan Provinsi Hasil Akhir Nasional Hasil Akhir Provinsi 2. Desain APO Kuesioner wawancara, pengukuran, pemeriksaan Validitas Reliabilitas Acceptance Riskesdas Statistik Deskripti] Bivariat Multivariat Uji Hipotesis 3. Pelaksanaan 4. Manajemen Data Riskesdas 2007 Riskesdas 2007 Pengembangan Editing manual Riskesdas Entry Pengembangan Cleaning 7 follow modul pelatihan up Pelatihan pelaksana Perlakuanterhadap Penelusuran sampel missing data Pengorganisasian Perlakuan terhadap Logistik outliers Pengumpulan data Consistency check Supervisi I bimbingan teknis Analisis 7 syntax appropriateness Pengarsipan 5

48 1. 7 Peng organ isasian Riskesdas Riskesdas direncanakan dan ditaksanakan dengan metibatkan berbagai pihak, antara lain BPS, organisasi profesi, perguruan tinggi, lembaga penelitian, pemerintah daerah, dan partisipasi masyarakat. Berdasarkan KepMenKes Nomor 877 Tahun 2006, pengorganisasian Riskesdas dibagi menjadi berbagai tingkat sebagai berikut (rincian lihat Lampiran 1 ) : 1. Organisasi tingkat pusat 2. Organisasi tingkat wilayah (empat wilayah) 3. Organisasi tingkat provinsi 4. Organisasi tingkat kabupaten 5. Tim pengumpul data 1.8 Manfaat Riskesdas Riskesdas memberikan manfaat bagi perencanaan pembangunan kesehatan berupa: 1. Tersedianya data dasar dari berbagai indikator kesehatan di berbagai tingkat administratif. 2. Stratifikasi indikator kesehatan menurut status sosial-ekonomi sesuai hasil Susenas Tersedianya informasi untuk perencanaan pembangunan kesehatan yang berkelanjutan. 1.9 Persetujuan Etik Riskesdas Riskesdas ini telah mendapatkan persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Balitbangkes Depkes RI. 6

49 BAB 2.. METODOLOGI RISKESDAS 2.1 Desain Riskesdas 2007 Provinsi NTT adalah sebuah survei cross sectional yang bersifat deskriptif. Desain Riskesdas terutama dimaksudkan untuk menggambarkan masalah kesehatan penduduk di seluruh pelosok Provinsi NTT, secara menyeluruh, akurat dan berorientasi pada kepentingan para pengambil keputusan di berbagai tingkat administratif. Berbagai ukuran sampling error terrnasuk didalamnya standard error, relative standard error, confidence interval, design effect dan jumlah sampel tertimbang akan menyertai. setiap estimasi variabel. Dengan desain ini, maka setiap pengguna informasi Riskesdas dapat memperoleh gambaran yang utuh dan rinci mengenai berbagai masalah kesehatan yang ditanyakan, diukur atau diperiksa. Laporan Hasil Riskesdas 2007 Provinsi NTT akan menggambarkan- berbagai masalah kesehatan di tingkat provinsi dan variabilitas antar kabupaten/kota. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Riskesdas 2007 Provinsi NTT didesain untuk mendukung pengembangan kebijakan kesehatan berbasis bukti ilmiah. Desain Riskesdas 2007 dikembangkan dengan sungguh-sungguh memperhatikan teori dasar tentang hubungan antara berbagai penentu yang mempengaruhi status kesehatan rnasyarakat. Riskesdas 2007 menyediakan data dasar yang dikumpulkan melalui survei berskala nasional sehingga hasilnya dapat digunakan untuk penyusunan kebijakan kesehatan bahkan sampai ke tingkat kabupaten/kota. Lebih lanjut, desain Riskesdas 2007 Provinsi NTT menghasilkan data yang siap dikorelasikan dengan data Susenas 2007 Provinsi NTT, atau survei lainnya seperti data kemiskinan yang menggunakan desain sampling yang sama. Dengan demikian, para pembentuk kebijakan dan pengambil keputusan di bidang pembangunan kesehatan dapat menarik manfaat yang optimal dari ketersediaan data Riskesdas 2007 Provinsi NTT. 2.2 Lokasi Sampel Riskesdas 2007 Provinsi NTT di tingkat kabupaten/kota berasal dari 9 kabupaten/kota (dari jumlah keseluruhan sebanyak 9 kabupaten/kota) yang tersebar merata di Provinsi NTT. 2.3 Populasi dan Sampel Populasi dalam Riskesdas 2007 Provinsi NTT adalah seluruh rumah tangga di seluruh pelosok Provinsi NTT. Sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2007 Provinsi NTT identik dengan daftar sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga Susenas 2007 Provinsi NTT. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metodologi penghitungan dan cara penarikan sampel untuk Riskesdas 2007 Provinsi NTT identik pula dengan two stage sampling yang digunakan dalam Susenas 2007 Provinsi NTT. Berikut ini adalah uraian singkat cara penghitungan dan cara penarikan sampel dimaksud Penarikan Sampel Blok Sensus (dalam Susenas 2007) Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, Riskesdas Provinsi NTT menggunakan sepenuhnya sampel yang terpilih dari Susenas Provinsi NTT. Dari setiap kabupaten/kota yang masuk dalam kerangka sampel kabupaten/kota diambil sejumlah blok sensus yang proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Kemungkinan 7

50 sebuah blok sensus masuk kedalam sampel blok sensus pada sebuah kabupaten/kota bersifat proporsional terhadap jumlah rumah tangga pada sebuah kabupaten/kota (probability proportional to size). Bila dalam sebuah blok sensus terdapat lebih dari 150 (seratus lima puluh) rumah tangga maka dalam penarikan sampel di tingkat ini akan dibentuk sub-blok sensus. Secara keseluruhan, berdasarkan sampel blok sensus dalam Susenas 2007 yang berjumlah 608 (enam ratus delapan) sampel blok sensus, Riskesdas Provinsi NTT 2007 berhasil mengunjungi 605 blok sensus dari 16 jumlah kabupaten/kota yang ada. Jumlah BS Terpilih Sebagai Sampel Kesehatan Masyarakat dan Biomedis per kabupaten/kota di Provinsi NTI dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Jumlah BS Terpilih Sebagai Sampel Kesehatan Masya,rakat dan Biomedis, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timar Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Jumlah BS Sampel Kesmas 38 BS 38 BS 38 BS 38 BS 38 BS 38 BS 38 BS 38 BS 38 BS 38 BS 38 BS 38 BS 38 BS 38 BS 38 BS 38 BS 608 BS Jumlah BS Biomedis 1 BS 1 BS 2 BS 1 BS 1 BS 2 BS 1 BS 1 BS 5 BS 15 BS Penarikan Sampel Rumah Tangga Dari setiap blok sensus terpilih kemudian dipilih 16 (enam belas) rumah tangga secara acak sederhana (simple random sampling), yang menjadi sampel rumah tangga dengan jumlah rumah tangga di blok sensus tersebut. Secara keseluruhan, jumlah sampel rumah tangga dari 16 kabupaten/kota Susenas 2007 Provinsi NTT adalah (sembilan ribu tujuh ratus dua puluh delapan), dimana Riskesdas Provinsi NTT berhasil mengumpulkan rumah tangga Penarikan Sampel Anggota Rumah Tangga Selanjutnya, seluruh anggota rumah tangga dari setiap rumah tangga yang terpilih dari kedua proses penarikan sampel tersebut diatas maka diambil sebagai sampel individu. Dari 16 kabupaten/kota pada Susenas 2007 Provinsi NTT terdapat sampel anggota rumah tangga. Riskesdas Provinsi NTI berhasil mengumpulkan individu yang sama dengan Susenas. 8

51 2.3.4 Penarikan Sampel Biomedis Sampel untuk pengukuran biomedis adalah anggota rumah tangga berusia lebih dari 1 (satu) tahun yang tinggal di blok sensus dengan klasifikasi perkotaan. Di Provinsi NTT, dari 16 Kabupaten/kota- terpilih beberapa BS dari 9 kabupaten/kota yang terkena sampel biomedis, dengan total 15 BS. Khusus untuk pengukuran gula darah, sampel diambil dari anggota rumah tangga berusia lebih dari 15 tahun Penarikan Sampel lodium Ada 2 (dua) pengukuran iodium. Pertama, adalah pengukuran kadar iodium dalam garam yang dikonsumsi rumah tangga, dan kedua adalah pengukuran iodium dalam urin. Pengukuran kadar iodium dalam garam dimaksudkan untuk mengetahui jumlah rumah tangga yang menggunakan garam beriodium. Sedangkan pengukuran iodium dalam urin adalah untuk menilai kemungkinan kelebihan konsumsi garam iodium pada penduduk. Pengukuran kadar iodlum dalam garam dilakukan dengan tes cepat menggunakan "iodina" dilakukan pada se1uruh sampel rumah tangga. 2.4 Response Rate Respons Rate Kesehatan Masyarakat Sebagaimana diketahui pengukuran parameter kesehatan masyarakat data dikumpulkan baik dari rumah tangga (unit analisis Rumah Tangga) dan maupun dari individu (unit analisis individu). Data konsumsi gizi dikumpulkan dari Rumah Tangga. Response Rate RT Riskesdas Provinsi NTT sebagaimana pada Tabel 2.2, Response Rate lndividu pada Tabel 2.3, Response Rate Konsumsi RT pada Tabel _ "[abel?.~?- Response Rate ~um_(!h Ta_~qg~1 di Provinsi-Nf'I, Ris_kesdas dan Susenas 2007 Kabupaten/Kota Riskesdas Susenas Riskesdas/ N % N % Susenas Sumba Barat 592 0, ,22 97,4 Sumba Timur 591 0, ,22 97,2 Ku pang 563 0, ,22 92,6 Timor Tengah Selatan 566 0, ,22 93, 1 Timor Tengah Utara 557 0, ,22 91,6 Belu 583 0, ,22 95,9 Alor 578 0, ,22 95, 1 Lembata 573 0, ,22 94,2 Flores Timur 582 0, ,22 95,7 Sikka 589 0, ,22 96,9 Ende 582 0, ,22 95,7 Ngada 589 0, ,22 96,9 Manggarai 576 0, ,22 94,7 Rote Ndao 575 0, ,22 94,6 Manggarai Barat 577 0, ,22 94,9 Kota Kupang 533 0, ,22 87,7 NTT ,6 9

52 Tabel 2.3 Response Rate lndividu, di Provinsi NTT, Riskesdas dan Susenas 2007 Kabupaten/Kota Riskesdas Susenas Riskesdas/ N % N % Susenas Sumba Barat , ,30 94,0 Sumba Timur , ,29 83,8. Kupang , ,24 79,2 Timar Tengah Selatan , ,22 80,6 Timar Tengah Utara , ,24 79,1 Belu , ,26 86,7 Alor , ,26 82,8 Lembata , ,22 87,8 Flores Timur , ,23 79,4 Sikka , ,25 73,4 Ende , ,25 85,8 Ngada , ,26 86,0 Manggarai , ,26 81,8 Rote Ndao , ,23 79,6 Manggarai Barat , ,25 86,7 Kata Kupang , ,24 83,8 NTT ,4 Tabel 2.4 Response Rate Konsumsi RT, di Provinsi NTT, Riskesdas dan Susenas 2007 Konsumsi RT (RKD) Susenas Konsumsi Kabupaten/Kota N % N % RT/Susenas Sumba Barat 577 0, ,22 94,9 r. Sumba Timur 588 0, ,22 96,7! Kupang 514 0, ,22 84,5 Tirnor Tengah Selatan 564 0, ,22 92,8 Timor Tengah Utara 352 0, ,22 57,9 Belu 569 0, ,22 93,6 Alor 543 0, ,22 89,3 Lembata 358 0, ,22 58,9 Flores Timur 408 0, ,22 67,1 Sikka 586 0, ,22 96,4 Ende 575 0, ,22 94,6 Ngada 407 0, ,22 66,9 Manggarai 337 0, ,22 55,4 Rote Ndao 474 0, ,22 78,0 Manggarai Barat 565 0, ,22 92,9 Kota Kupang 528 0, ,22 86,8 NTT ,7 2.5 Variabel Berbagai pertanyaan terkait dengan kebijakan kesehatan Indonesia dioperasionalisasikan menjadi pertanyaan riset dan akhirnya dlkernbanqkan menjadi variabel yang dikumpulkan dengan menggunakan berbagai cara. Dalam Riskesdas 2007 terdapat kurang lebih

53 variabel yang tersebar di dalam 6 (enarn) jenis kuesioner, dengan rincian variabel pokok sebagai berikut: 1. Kuesioner rumah tangga (RKD07.RT) yang terdiri dari: a. Blok I tentang pengenalan tempat (9 variabel); b. Blok II tentang keterangan rumah tangga (7,variabel); c. Blok Ill tentang keterangan pengumpul data (6 vartabel): d. Blok IV tentang ang9ota rumah tangga (12 variabel): e. Blok V tentang mortalitas (10 vadabel); f. Blok'VI tentang akses dan pernanfaatan pelayanan kesehatan (11 variabel); g. Blok VII tentang sanitasi lingkungan (17 variabel); 2. Kuesioner gizi (RKD07.GIZI), yang terdiri dari: a. Blok VIII tentang konsumsi makanan rumah tangga 24 jam lalu; 3. Kuesioner individu (RKD07.IND), yang terdiri dari: a. Blok IX tsntanq keterangan wawancara individu (4 variabel); b. Blok X tentang keterangan individu dikelompokkan menjadi: Blok X-A tentang identifikasi responden (4 variabel); Blok X-8 tentang penyakit menular, tidak-menular, dan riwayat penyakit turunan (50 variabel); Blok X-C tentang ketanggapan pelayanan kesehatan Pelayanan Rawat lnap (11 variabel) Pelayanan Berobat Jalan (10 variabel); Blok X-D tentang pengetahuan, sikap dan perilaku untuk semua anggota rumah tangga umur ~ 10 tahun (35 variabel); Blok X-E tentang disabilitas/ketidakmampuan untuk semua anggota rurnah tangga ~ 15 tahun (23 variabel); Blok X-F tentang kesehatan mental untuk semua anggota rumah tangga ~ 15 tahun (20 variabel); Blok X-~ tentang: imuntsasrrtan. pemantauan pet.tomouh-~fff u11tul<:'semua.an990ra -::.z: rum ah tangga berumur 0-59 bulan (t t-vartabel); _ : Blok X-H tentang kesehatan bayi (khusus untuk bayi berumur < 12 bulan (7 variabel); Blok X-1 tentang kesehatan reproduksi - pertanyaan tambahan untuk 5 provinsi: NTT, Maluku,Maluku Utara, Papua Barat, Papua (6 variabel); c. Blok XI tentang pengukuran dan pemeriksaan (14 variabel); 4. Kuesioner autopsi verbal untuk umur <29 hari (RKD07.AV1), yang terdiri dari: a. Blok I tentang pengenalan tempat (7 variabel); b. Blok II tentang keterangan yang meninggal (6 variabel); c. Blok Ill tentang karakteristik ibu neonatal (5 variabel); d. Blok IVA tentang keadaan bayi ketika lahir (6 variabel); e. Blok IVS tentang keadaan bayi ketika sakit (12 variabel); f. Blok V tentang autopsi verbal kesehatan ibu neonatal ketika ham ii dan bersalin (2 variabel); g. Blok VIA tentang bayi usia 0-28 hari termasuk lahir mati (4 variabel); h. Blok VIS tentang keadaan ibu (8 variabel); 5. Kuesioner autopsi verbal untuk umur <29 hari - < 5 tahun (RKDo7.AV2), yang terdiri dari: a. Blok I tentang pengenalan tempat (7 variabel); b. Blok II tentang keterangan yang meninggal (7 variabel); 11

54 c. Blok Ill tentang.autopsi verbal riwayat sakit bayi/balita berumur 29 hari - <5 tahun (35 variabel); d. Blok IV tentang resume riwayat sakit bayi/balita (6 variabel) 6. Kuesioner autopsi verbal untuk umur 5 tahun ke atas (RKD07.AV3), yang terdiri dari: a. Blok I tentang pengenalan tempat (7 variabel); b. Blok II tentang keterangan ya11g meninggal (7 variabel); Blok llla tentang autopsi verbal untuk umur 5 tahun ke atas (~4 variabel): d. Blok 1118 tentang autopsi verbal untuk perempuan umur 10 tahun ke atas (4 variabel); e. Blok lllc tentang autopsi verbal untuk perempuan pernah kawln umur tahun (19 variabel); f. Blok 1110 tentang autopsi verbal untuk laki-laki atau perempuan yang berumur 15 tahun ke atas (1 variabel); g. Blok IV tentang resume riwayat sakit untuk umur 5 tahun ke atas (5 variabel). Catatan: Selain keenam kuesioner tersebut di atas, terdapat 2 formulir yang digunakan untuk pengumpulan data tes cepat iodium garam (Form Garam) dan data iodium di dalam urin (Form Pemeriksaan Urin). 2.6 Alat Pengumpul Data dan Cara Pengumpulan Data Pelaksanaan Riskesdas 2007 menggunakan berbagai alat pengumpul data dan berbagai cara pengumpulan data, dengan rincian sebagai berikut: 1. Pengumpulan data rumah tanqqa dilakukan dengan teknil< wawancara menggunakan Kuesioner RKD07.RT a. Responden untuk Kuesioner RKD07.RT adalah Kepala Keluarga atau lbu Rumah Tangga atau anggota rumah tangga yang dapat memberikan informasi b. Dalam Kuesioner RKD07 RT terdapat verifikasi terhadap keterangan anggota rumah tangga yang dapat menunjukkan sejauh mana sampel Riskesdas _2007 identik dengan sarripel Susenas 2007; c. lnformasi mengenai kejadian kematian dalam rumah tangga di recall terhitung sejak 1 Juli 2004, termasuk didalamnya kejadian bayi lahir mati. informasi lebih lanjut mengenai kematian yang terjadi dalam 12 bulan sebelum wawancara dilakukan eksplorasi lebih lanjut melalui autopsi verbal dengan menggunakan kuesioner RKD07.AV yang sesuai dengan umur anggota rumah tangga yang meninggal dimaksud. 2. Pengumpulan data individu pada berbagai kelompok umur dllakukan dengan teknik wawancara menggunakan Kuesioner RKD07.IND a. Secara umum, responden untuk Kuesioner RKD07.IND adalah setiap anggota rumah tangga. Khusus untuk anggota rumah tangga yang berusia kurang dari 15 tahun, dalam kondisi sakit atau orang tua maka wawancara dilakukarr terhadap anggota rumah tangga yang menjadi pendampingnya; b. Anggota rumah tangga semua umur menjadi unit analisis untuk pertanyaan mengenai penyakit menular, penyakit tidak menular dan penyakit keturunan sebagai berikut: lnfeksi Saluran Pernafasan Akut, Pnemonia, Demam Tifoid, Malaria: Diare, Campak, Tuberkulosis Paru, Demam Berdarah Dengue, Hepatitis, Filariasis, Asma, Gigi dan Mulut. Cedera, Periyakit Jantung, Penyakit Kencing Manis, Tumor I Kanker dan Penyakit Keturunan, serta pengukuran berat badan, tinggi badan I panjang bad an; c. Anggota rumah tangga berumur ~ 15 tahun rnenjadr unit analisls untuk 'pertanyaan mengenai Penyakit Sendi, Penyaklt Tekanan Darah Tinggi, Stroke, disabilitas, 12

55 keseh13\an mental, penqukuran tekanan darah, penqukuran ling~ar; perut, serta penguk.uran lingk,ar leng,an, atas (khusus untuk wanita usia subur tahun, terrnasuk ibu hamil); d. Anggo'ta rumah tc,mgga berumur ~ 30 tahun menjadi unit analisis untuk pertanyaan mengenai Penyakit Katarak; e. Anggota rumah tangga berumur 0-59 bulan menjadi unit analisis untuk pertanyaan mengenai imunisasi dan pemantallan perturnbuhan: f. Anggota 'rumah tangga berumur ~ 10 tahun r.ienjadi unit a11alisis untuk pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap 'dan perilaku terkait denqan 'Penyakit Flµ Burunq, HIV/AIDS, perilaku higienis, penqqunaan tembakau, penggunaan alkohol, aktivitas fisik, serta perilaku terkait dengan konsurnsi buah-buahan segar dan- sayur-sayuran segar; g. Anggota rumah tangga berumur < 12 bulan menjadi unit analisls untuk pertanyaan mengenai kesehatan bayi; h. Anggota rumah tangga berumur > 5 tahun menja'di unit analisis untuk pemeriksaan vis us; i. Anggota rumah tangga berumur ~ 12 tahun menjadi unit analisis untuk pemeriksaan gigi permanen; j. Anggota rumah tangga berumur 6-12 tahun menjadi unit analisis untuk pemeriksaan urin. 3. Pengumpulan data kematian dengan teknik autopsi verbal menggunakan Kuesioner RKD07.AV1, RKD07.AV2 dan RKD07.AV3; 4. Pengumpulan data biomedis berupa spesimen darah dilakukan di 33 provinsi di Indonesia dengan populasi penduduk di blok sensus perkotaan di Indonesia. Pengambilan sampel darah dilakukan pada seluruh anggota rumah tangga (kecuall bayi) dari rumah tangga terpilih di blok sensus perkotaan terpilih sesuai Susenas Rangkaian penqambilan sampelnya adalah sebagai berikut: a. Blok sensus perkotaan yang terpilih pada Susenas 2007, dipilih sejumlah 15% dari total blok sensus perkotaan. b. Jumlah blok sens u-s -ar craeran pen<-ofaa~-.yan-g=-forpiffh-tie'fjlimlah-srr~~dengan TofaT" - --~ --_ ~~ sampel RT~ Sampel darah diambil dari seluruh anggota rumah tangga (kecuali bayi) yang menandatangani informed consent. Pengambilan darah tidak dilakukan pada anggota rumah tangga yang sakit berat, riwayat perdarahan dan menggunakan obat pengencer darah secara rutin. Untuk pemeriksaan kadar glukosa darah, data dikumpulkan dari anggota rumah tangga berumur ~ 15 tahun, kecuali wanita hamil (alasan etika). Responden terpilihmernperoleh pembebanan sebanyak 75 gram glukosa oral setelah puasa jam. Khusus- untuk responden yang sudah diketahui positif menderita Diabetes Mellitus (berdasarkan konfirmasi dokter), maka hanya diberi pembebanan sebanyak 30.0 kalori (alasan medis dan etika). Pengambilan darah vena dilakukan setelah 2 jam pembebanan. Darah didiamkan selama menit, disentrifus sesegera mungkin dan kemudian dijadikan serum. Serum segera diperiksa dengan menggunakan alat kimia klinis otomatis. Nilai rujukan (WHO, 1999) yang digunakan adalah sebagai berikut: Normal (Non OM) < 140 mg/di Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) < 200 mg/di Diabetes Mellitus (DM) ~ 200 mg/di. 5. Pengumpulan data konsumsi garam beriodium rumah tangga untuk seluruh sampel rumah tangga Riskesdas 2007 dilakukan dengan tes cepat iodium menggunakan "iodina test". 13

56 6. Pengamatan tingkat nasional pada dampak konsumsi garam beriodium yang dinilai berdasarkan kadar iodium dalam urin, dengan melakukan pengumpulan garam beriodium pada rlfmah tangga bersamaan dengan pemeriksaan kadar iodium dalam urin pada anggota rumah tangga yang sama. Sampel 30 kabupaten/kota dipilih untuk pengamatan ini berdasarkan tingkat konsumsi garam iodium rumah tangga hasil Susenas 2005: a. Tinggi - meliputi Kabupaten Blitar, Kabupaten Jember, }<abup iten Bondowoso, Kabupaten Nganjuk, Kota Pasuruan, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Sikka, Kabupaten Katinqan, Kota Tarakan dan Kabupaten Jeneponto; b. Sedang - meliputi Kota Tengerang, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Semarang, Kofa Salatiqa, Kota Semarang, Kabupaten Bantu!, Kabupaten Donggala, Kota Kendari, Kabupaten Konawe dan Kota Gorontalo); c. Buruk - rnellpuf Kabupaten Tapanuli Tenqah, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Karo, Kabupaten Solak Selatan, Kota Dumai, Kota Metro, Kabupaten Karawang, Kabupaten Tapin, Kabupaten Balangan dan Kabupaten Mappi. Catatan: Pelaksanaan pengumpulan data Rlskssdas 2007 tidak dapat dilakukan serentak pada pertenpahan 200~, sehingg!3_ dalarn analisis, pertu beberapa penyesuaian agar komparabilitas data dari satu periode pengumpulan data yang satu dengan periode penqurnpulan data lainnya dapat terjaga dengan baik. Situasi ini disebabkan oleh beberapa hal berikut ini: 1. Perubahan kebijakan anggaran internal Departemen Kesehatan pada tahun anggaran 2007 menyebabkan gangguan ketersediaan dana operasional untuk pengumpulan data. Koordinator Wilayah I dan II bisa mencairkan anggaran sebelum terjadinya perubahan kebijakan anggaran dlrnaksud, sehingga bisa melaksanakan pengumpulan data lebih awal (akhir Juli 2007). Sedangkan Koordinator Wilayah Ill dan IV lebih lambat, sehingga waktu pengumpulan data pada provinsi di wilayah Ill dan sangat bervariasi (akhir Juli January 2008). Bahkan 5 provinsi daerah sulit (Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur), pengumpulan data baru dapat dilaksanakan pada Agustus-S~ptember Kesiapan daerah untuk berperanserta dalam pelaksanaan Riskesdas 2007 amat bervariasi, sehingga pelaksanaan dari satu lokasi pengumpulan data ke lokasi lainnya memerlukan koordinasi dan rnanajernen logistik yang rumit; 3. Kondisi geo~rafis dari sampel blok sensus terpilih amat bervariasi. Di daerah kepulauan dan daerah terpencil di seluruh wilayah Indonesia, pelaksanaan pengumpulan data dalam berbagai situasl amat tergantung pada ketersediaan alat transportasi, ketersediaan tenaga pendamping dan ketersediaan biaya operasional yang memadai tepat pada waktuny,a: Untuk pengumpulan data biomedis, perlu dilakukan pelatihan yang intensif untuk petugas pengambil spesimen dan manalernen spesimen. Petugas dimaksud adalah para analls atau petugas laboratorium dari rumah sakit atau laboratorium daerah. Pelatihan dilakukan oleh peneliti dari Puslitbang Biomedis dan petugas Labkesda setempat. Pelatihan dilaksanakan di tiap provinsi Manajemen Data Manajemen data Riskesdas dllaksanakan oleh tim manajemen data pusat yang mengkoordinir tim manajemen data dari Korwil I - IV. Urutan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut. 14

57 2.7.1 Editing Editing adalah salah satu mata rantai yang secara potensial dapat menjadi the weakest link dalam pelaksanaan pengumpulan data Riskesdas Editing mulai dilakukan oleh pewawancara semenjak data diperoleh dari jawaban responden. Di lapangan, pewawancara bekerjasama dalam sebuah tim yang terdiri dari 3 pewawancara dan 1 Ketua Tim. Ketua tim Pewawancara sangafkritikal dalam proses editing. Ketua Tim Pewawancara harus dapat membagi waktu untuk tugas pengumpulan data dan editing segera setelah selesai pengumpulan data pada setiap blok sensus. Fokus perhatian Ketua Tim Pewawancara adalah kelengkapan dan konsistensi jawaban responden dari setiap kuesioner.yang masuk. Kegiatan ini seyogyanya dilaksanakan segera setelah diserahkan oleh pewawancara. Ketua Tim Pewawancara harus mengkonsultasikan seluruh masalah editing yang dihadapinya kepada Penanggung Jawab Teknis (PJT) Kabupaten dan/atau Penangung Jawab Teknis (PJT) Provinsi. PJT Kabupaten dan PJT Provinsi melakukan supervisi pelaksanaan pengumpulan data, memeriksa kuesloner yang telah diisi serta membantu memecahkan masalah yang timbul di lapangan dan juga melakukan editing Entry Tim manajemen data yang bertanggungjawab untuk entry data harus mempunyai dan mau memberikan ekstra energi berkonsentrasi ketika memindahkan data dari kuesioner/formulir kedalam bentuk digital. Buku kode disiapkan dan digunakan sebagai acuan blla menjumpai masalah entry data. Kuesioner Riskesdas 2007 mengandung pertanyaan untuk berbagai responden dengan kelompok umur yang berbeda. Kuesioner yang sama juqa banyak mengandung skip questions yang secara teknis memerlukan ketelitian petugas 'entry data untuk menjaga konsistensi dari satu blok pertanyaan ke blok pertanyaan berikutnya. Petugas entry data Riskesdas merupakan bagian dari tim manajemen data yang harus memahami kuesioner Riskesdas dan program data base yang digunakannya. Prasyarat pengetahuan dan keterarnpilarr lni rneniadi penting untuk rnenekan kesalahan ei1t;:y: Hasn:-.:: =~ - pelaksanaan entry -data in+ menjadi bagian yang penting bagi p~tuga~ manajernerr data- yang bertanggungjawab untuk melakukan cleaning dan analisis data Cleaning Tahapan cleaning dalam manajemen data merupakan proses yang amat menentukan kualitas hasil Riskesdas Tim Manajemen Data menyediakan pedoman khusus untuk melakukan cleaning data Riskesdas. Perlakuan terhadap missing values, no responses, outliers amat menentukan akurasi dan presisi dari estimasi yang dihasilkan Riskesdas Petugas cleaning data harus melaporkan keseluruhan proses perlakuan cleaning kepada penanggung jawab analisis Riskesdas agar diketahui jumlah sampel terakhir yang digunakan untuk kepentingan analisis. Besaran numerator dan denominator dari suatu estimasi yang mengalami proses data cleaning merupakan bagian dari laporan hasil Riskesdas Bila pada suatu saat data Riskesdas 2007 dapat diakses oleh publik, maka informasi mengenai imputasi (proses data cleaning) dapat meredam munculnya pertanyaan-pertanyaan mengenai kualitas data. 2.8 Pengorganisasian dan Jadual Pengumpulan Data Pengumpulan data Riskesdas 2007 direncanakan untuk dilakukan segera setelah selesainya pengumpulan data Susenas Pengorganisasian dan jadwal pengumpulan data Riskesdas 2007 disusun sebagai berikut: 15

58 1. Koordinator Wilayah 1 dengan penanggung-jawab Puslitbang Ekologi & Status Kesehatan untuk: a. Provinsi NAO b. Provinsi Sumatra Utara c. Provinsi Sumatra Barat d. Provinsi Riau e. Provinsi Jambi f. Provinsi Sumatera Selatan g. Provinsi Bangka Belitung h. Provinsi Kepulauan Riau 2. Koordinator Wil~yah 2 dengan penanggung- jawab Puslitbang Biomedis dan Farmasi untuk: a. Provinsi OKI Jakarta b. Provinsi Banten c. Provinsi Jawa Tengah d. Provinsi DI Yogyakarta e. Provinsi Kalimantan Barat f. Provinsi Kalimantan Tengah g. Provinsi Kalimantan Selatan h. Provinsi Kalimantan Timur 3. Koordinator Wilayah 3 dengan penanggung-jawab Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan untuk: a. Provinsi Jawa Timur b. Provinsi Bali c. Provinsi Nusa Tenggara Barat d. Provinsi Nusa Tenggara Timur e. Provinsi Maluku f. Provinsi Maluku Utara g. Provinsi Papua Barat h. Provinsi Papua 4. Koordinator VVilayah 4 dengan penanggung-jawab Pus!itbang Gizi dan Makanan untuk: a. Provinsi Jawa Barat b. Provinsi Bengkulu c. Provinsi Lampung d. Provinsi Sulawesi Utara e. Provinsi Sulawesi Tengah f. Provinsi Sulawesi Tenggara g. Provinsi Sulawesi Selatan h. Provinsi Gorontalo i. Provinsi Sulawesi Barat Jadual pengumpulan data yang diharapkan adalah segera setelah Susenas 2007 dikumpulkan, yaitu bulan Juli Untuk Riskesdas, pelaksanaan pengumpulan data bervariasi mulai dari Juli Januari 2008 untuk Kabupaten/kota di 28 Provinsi; dan Agustus - September 2008 untuk Kabupaten/Kota di 5 Provinsi: NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. 2.9 Keterbatasan Riskesdas Keterbatasan Riskesdas 2007 meacakup berbagai perrnasalahan non-rendom error. Banyaknya sampel blok sensus, sampel rurnaf tangga, sampel anggota rumah tangga serta 16

59 luasnya cakupan wilayah merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pengumpulan data Riskesdas Rengorganisasian Riskesdas 2007 melibatkan berbagai unsur Sadan Penelitian dan Penqernbanqan Kesehatan, pusat-pusat penelitian, balai/balai besar, loka, serta perguruan tinggj setempat. Proses pengadaan logistik untuk kegiatan Riskesdas 2007 terkait erat dengan ketersediaan biaya. Perubahan kebijakan pembiayaan dalam tahun anggaran 2007 dan prosedur administrasi yang panjang dalam proses pengadaan barang menyebabkan keterlambatan dalam kegiatan pengumpulan data. Keterlambatan pada fase ini telah menyebabkan keterlambata.i pada fase berikutnya. Berbagai keterlambatan tersebut memberikan kontribusi penting bagi berbagai keterbatasan dalam Riskesdas 2007, sebagaimana uraian berikut ini: 1. Pembentukan kabupaten/kota baru hasil pemekaran suatu kabupaten/kota yang terjadi setelah penetapan blok sensus Riskesdas dari Susenas 2007, sehingga tidak menjadi bagian sampel kabupaten/kota Riskesdas (lihat Sub Bab 2.2.) 2. Blok sensus tidak terjangkau, karena ketidak-tersediaan alat transportasi menuju lokasi dimaksud, atau karena kondisi alam yang tidak memungkinkan seperti ombak besar. 3. Rumah tangga yang terdapat dalam DSRT Susenas 2007 ternyata tidak dapat dijumpai oleh Tim Pewawancara Riskesdas Bisa juga terjadi anggota rumah tangga dari rumah tangga yang terpilih dan bisa dikunjungi oleh Riskesdas, pada saat pengumpulan data dilakukan tidak ada di tempat. 5. Pelaksanaan pengumpulan data mencakup periode waktu yang berbeda sehingga ada kemungkinan beberapa estimasi penyakit menular yang bersifat seasonal pada beberapa provinsi atau kabupaten/kota menjadi under-estimate atau over-estimate; 6. Pelaksanaan pengumpulan data mencakup periode waktu yang berbeda sehingga estimasi jumlah populasi pada periode waktu yang berbeda akan berbeda pula. Pada Riskesdas, variabel tanggal pengumpulan data bisa digunakan pada saat melakukan analisis. 7. Meski Riskesdas dirancang untuk menghasilkan estimasi sampai tingkat kabupaten/kota, tetapi "tidak semua estirnasl bis-a mewakili kabupateri7kofa~ terutariia kejadian-kejadian yanqfrekuensinya jarang. Kejadian yang jaranqseperf ini hanya bisa mewakili tingkat provinsi atau bahkan hanya tingkat nasional. 8. Khusus untuk data biomedis, estimasi yang dihasilkan hanya mewakili sampai tingkat perkotaan nasional; 9. Terbatasnya dana dan waktu realisasi pencairan anggaran yang tidak lancar, menyebabkan pelaksanaan Riskesdas tidak serentak; ada yang dimulai pada bulan Juli 2007, tetapi ada pula yang dilakukan pada bulan Februari tahun 2008, bahkan lima provinsi (Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan NTT) baru melaksanakan pada bulan Agustus-September Hasil Pengolahan dan Anal is is Data lsyu terpenting dalam pengolahan dan analisis data Riskesdas 2007 adalah sampel Riskesdas 2007 yang identik dengan sampel Susenas Desain penarikan sampel Susenas 2007 adalah two stage sampling. Hasil pengukuran yang diperoleh dari two stage sampling design memerlukan perlakuan khusus yang pengolahannya menggunakan paket perangkat lunak statistik konvensional seperti SPSS. Aplikasi statistik yang tersedia didalam SPPS untuk mengolah dan menganalisis data seperti Riskesdas 2007 adalah SPSS Complex Samples. Aplikasi statistik ini memungkinkan penggunaan two stage sampling design seperti yang diimplementasikan di dalam Susenas Dengan penggunaan SPSS Complex Sample dalam pengolahan dan analisis data Riskesdas 2007, maka validitas hasil analisis data dapat dioptimalkan. 17

60 Pengolahan dan analisis data dipresentasikan pada Bab Hasil Riskesdas. Riskesdas yang terdiri dari 6 Kuesioner dan 11 Blok Topik Analisis perlu menghitung jumlah sampel yang dipergunakan untuk mendapatkan hasil analisis baik secara nasional, provinsi, kabupaten/kota, serta karakteristik penduduk. Jumlah sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga Riskesdas yang terkumpul seperti tercantum pada tabel 2.2,, tabel 2.3 dan table 2.4 perlu dilengkapi lagi dengan jumlah sampel setelah "missing value" dan "outlier' dikeluarkan dari analisis. 18

61 BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Jumlah keseluruhan kabupaten/kota di Provinsi NTT, termasuk kabupaten pemekaran, terdapat 19 kabupaten/kota. Namun demikian, karena perencanaan anggaran Riskesdas Provinsi NTT tahun 2007 dan juga alasan kesiapan sumber daya manusia, maka untuk pelaksanaan Riskesdas Provinsi tahun 2007 ini dilaksanakan pada 16 kabupaten/kota, yakni Kabupaten Sumba Barat, Sumba Timur, Kupang, Timer Tengah Selatan, Timer Tengah Utara, Belu,. Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Rote Ndao, Manggarai Barat, dan Kota Kupang. Kabupaten yang tidak menjadi sasaran Riskesdas tahun 2007 adalah Kabupaten Nagekeo, Sumba Barat Daya, dan Sumba Tengah. Untuk mendapatkan gambaran perkembangan jumlah populasi per kabupaten/kota di Privinsi NTT dapat dilihat di Tabel 3.1. Tabel 3.1 Perkembangan Jumlah Populasi per Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT Kabupaten/Kota Populasi Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor " o4.U n.21 r Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Sumber: BPS Provinsi NTT 2006 Untuk melihat kepadatan penduduk per kabupaten/kota dapat dilihat Tabel 3.2 yang menggambarkan tingkat kepadatan penduduk per km2 Kabupaten/kota terpadat adalah Kota Kupang, Kabupaten dengan penduduk paling jarang adalah Kabupaten Sumba Timur. 19

62 Tabel 3.2 Kepadatan Penduduk per Orang per km2 Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT Kabupaten/Kota Kepadatan Penduduk per km Sumba Barat ,6 Sumba Timur ,5 Ku pang ,3 Timor Tengah Selatan ,8 Timor T engah Utara ,3 Belu ,4 Al or ,1 Lembata 77,9 Flores Timur ,4 Sikka ,5 Ende ,2 Ngada ,9 Manggarai ,6 Rote Ndao 82,6 Manggarai Barat 64,0 Kota Kupang ,7 NTI ,0 Sumber: BPS Provinsi NTT 2006 Untuk melihat tingkat pendapatan masyarakat Provinsi NTT dapat diketahui melalui Gross Regional Domestic Product (GRDP) menurut kabupaten/kota sebagaimana ditunjukkan dalam Tabet 3.3. Tabel 3.3 Gross RegionaLDomestic Product Penduduk Provinsi NTT pada Tingkat Harga Berjalan Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi N.TT Kabupaten/Kota Gross Regional Domestic Product (dalam Ribuan Rupiah) Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Al or Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Sumber: BPS Provinsi NTT

63 Tabel 3.3"memperlihatkan bahwa empat kabupaten tertin'ggi Gross Regional Domestic Product adalah Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, dan IV1anggarai; sedangkan kabupaten dengan Gross Regional Domestic Product terendah adalah Kabupaten Lembata. 3.2 Status Gizi Status Gizi B~Vtfil Status gizi balita diukur be'rdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat badan anak ditimbang dengan timbangan digital yang memiliki presisi 0, 1 kg, panjang badan diukur dengan length-board dengan presisi O, 1 cm, dan tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise dengan presisi 0, 1 cm. Variabel BB dan TB anak ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku antropometri WHO Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score masing-masing indikator tersebut ditentukan status gizi balita dengan batasan sebagai berikut : 1. Berdasarkan indikator BB/U : Kategori Gizi Buruk Kategori Gizi Kurang Kategori Gizi Baik Kategori Gizi Lebih 2. Berdasarkan indikator TB/U: Kategori Sangat Pendek Kategori Pendek Kategori NormaJ Berdasarkan indikator BB/TB: Kategori Sangat Kurus Kategori Kurus Kategori Normal Kategori Gemuk Perhitungan angka prevalensi : Z-score < -3,0 Z-score ~ -3,0 s/d Z-score < -2,0 Z-score ~ -2,0 s/d Z-score s 2,0 Z-score > 2,0 Z-score < -3,0 Z-score;::: -3,0 s/d Z-score < -2,0 -..?-~ore...~_-2_!9._ Z-score < -3,0 Z-score;::: -3,0 s/d Z-score < -2,0 Z-score ~ -2,0 s/d Z-score s 2,0 Z-score > 2,0 Prevalensi gizi buruk = (Jumlah balita gizi buruk/jumlah seluruh balita).x 100% Prevalensi gizi kurang= (Jumlah balita gizi kurang/jumlah seluruh balita) x 100% Prevalensi gizi baik = (Jumlah balita gizi baik/jumlah seluruh balita) x 100% Prevalensi gizi lebih = (Jumlah balita gizi lebih/jumlah seluruh balita) x 100% Status Gizi Balita Berdasarkan lndikator BB/U Tabel 3.4. menyajikan angka prevalensi batita menurut status gizi yang didasarkan pada indikator BB/U. lndikator BB/U memberikan gambaran tentang status gizi yang sifatnya umum, tidak spesifik. Tinggi rendahnya prevalensi gizi buruk atau gizi buruk dan kurang mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi pada balita, tetapi tidak memberikan indikasi apakah masalah gizi tersebut bersifat kronis atau akut. Dalam pembahasan kategori status gizi balita berdasarkan indikator BB/U sering digabungkan antara gizi buruk dan gizi kurang dengan menggunakan istilah gizi kurang+buruk. Status "sangat kurus" dan "kurus" berdasarkan indikator BB/TB digabung 21

64 dengan menggunakan isitilah kurus+sangat kurus. Status "sangat pendek" dan "pendek" berdasarkan indikator T8/U digabung dengan menggunakan istilah pendek+sangat pendek. Tabel 3.4 menggambarkan prevalensi balita berdasarkan status gizi 88/U menurut kabupaten/kota. Tabel 3.4 Persentase Balita Menurut Status Gizi BB/U dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT Riskesdas 2007 Kategori Status Gizi 88/U Kabupaten/Kota Giz,i Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih % % % % Sumba Barat 8,5 21,8 65,8 3,9 Sumba Timur 10,3 14,4 70,9 4,5 Ku pang 8,8 29, 1 60,7 1.4 Timor Tengah Selatan 13,3 26,9 58,'6 1,2 Timor Tengah Utara 8,2 29,3 62,4,0 Belu 7,6 26,3 64, 1 2,0 Ator 9,3 22,3 66,0 2,3 Lembata 5,4 25,6 68,7,3 Flores Timur 6,7 23, 1 67,4 2,8 Sikka 8,8 27,9 62,9,4 Ende 11, 1 22,5 63,8 2,6 Ngada 8,4 18,2 71,7 1,6 Manggarai 12,0 25,3 60,9 1,9 Rote Ndao 11,6 29,2 57,4 1,8 Manggarai Barat 7,6 22,5 67,9 2,0 Kota Kupang 3,2 11, 1 80,4 5,3 NTT 9,4 24,2 64,4 2,0 Secara umum. prevalensi gizi kurang+buruk di propinsi NTT adalah 33.6% berarti belum mencapai target nasional perbaikan gizi tahun 2015 (20%) dan MOGs 2015 (18.5%). Dari 16 kabupaten/kota hanya ada 1 kabupaten yang sudah mencapai target nasional dan target MDGs yaitu Kota Kupang (14.3%). Sedangkan prevalensi tertinggi gizi kurang+buruk ada di Kabupaten Rote Ndao (40.8%). Untuk Provinsi NTT prevalensi gizi lebih masih cukup rendah (2.0%). Dari 16 Kabupaten/kota di Prov NTI. prevalensi gizi lebih balita yang di atas 5% hanya terdapat di Kota Kupang Status Gizi Balita Berdasarkan lndikator TB/U Tabel 3.5 menyajikan angka prevalensi balita menurut status gizi yang didasarkan pada indikator TB/U. lndikator T8/U rnenggambarkan status gizi yang sifatnya kronis, artinya muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlanqsunq lama seperti kemiskinan, pe,rilqku pola asuh yang tidak tepat sering menderita penyakit secara berulang karena higiene dan sanitasi yang kwang baik. Status pendek dan sangat pendek dalam diskusi selanjutnya digabung menjadi satu kategori dan disebut masalah pendek. 22

65 Tabel 3.5 Persentase Balita Menurut Status Gi~i TB/U dan Kabup(!ten/Kota, di Pfovinsi NTT, Riskesdas ' Kategori Status Gizi TB{U Kabupaten/Kota Sangat Pendek Pendek Normal % % % Sumba Barat 31,4 17,7 50,9 Sumba Timur 21,3 21,0 57,7 Kupang 26,1 25,3 48,6 Timor Tengah Selatan 31,6 25,4 43,0 Timor Tengah Utara 25,6 34,0 40,3 Belu 21,2 22,2 56,6 Al or 25,0 23,3 51,7 Lembata 18,8 22,1 59,1 Flores Timur 17,3 23,5 59,2 Sikka 24,2 25,4 50,3 Ende 22,9 19,3 57,7 Ngada 29,2 17,6 53,2 Manggarai 22,4 15,9 61,7 Rote Ndao 31, 1 23,1 45,8 Manggarai Barat 23,1 29,1 47,8 Kota Kupang 17, 1 15,4 67,5 NTT 24,2 22,5 53,2 Prevalensi balita pendek+sangat pendek di propinsi NTT adalah 46.7%. Angka tersebut berada di atas angka nasional (36.5%). Dan secara umum masalah balita pendek+sangat pendek di provinsi NTT masih cukup tinggi karena memiliki prevalensi di atas 20%. Prevalensi tertinggi Balita pendek+sangaf p.endek a-da di Kabupaten 'Flrncr Tenqaf Utara - (59.6%). terendah ada di Kota Kupanq (32:5.%) Status Gizi Balita Berdasarkan lndikator BB/TB Tabel 3.6 menyajikan angka prevalensi balita menurut status gizi yang didasarkan pada indikator BBfTB. lndikator BBfTB menggambarkan status gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam waktu yang pendek, seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit atau karena menderita diare. Dalam keadaan demikian berat badan anak akan cepat turun sehingga tidak proporsional lagi dengan tinggi badannya dan anak menjadi kurus. Di samping mengindikasikan masalah gizi yang bersifat akut,indikator BBfTB juga dapat digunakan sebagai indikator kegemukan. Dalam hal ini berat badan anak melebihi proporsi normal terhadap tinggi badannya. Kegemukan ini dapat terjadi sebagai' akibat dari pola makan yang kurang baik atau karena keturunan. Masalah kekurusan dan kegemukan pada usia dini dapat berakibat pada rentannya terhadap berbagai penyakit degeneratif pada usia dewasa (Teori Barker). Salah satu indikator untuk menentukan anak yang harus dirawat dalam manajemen gizi buruk adalah indikator sangat kurus yaitu anak dengan nllai Z-score < -3.0 SD. Prevalensi balita sangat kurus secara nasional masih cukup tinggi yaitu 6.2%. Terdapat 12 provinsi yang memiliki prevalensi balita sangat kurus di bawah angka prevalensi nasional. Ke 12 provinsi tersebut adalah: Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI 23

66 Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Maluku Utara dan Papua. Kategori Status Gizi 88/T8 KabupatenlKota Sangat Kurus Kurus Normal Kegemukan (%) (%) (%) (%) Sumba Barat 8,6 8,5 7t,9 11,0 Sumba Timur 9,3 7,8 68,2 14,6 Ku pang 8,8 12,3 73,6 5,3 Timor Tengah Selatan 6,7 8,6 78,6 6,2 Timor Tengah Utara 4,7 11,3 76,2 7,8 Belu 9, 1 11,2 75,6 4,1 Alor 9,1 7,3 80,1 3.5 Lembata 7,9 11,6 77,2 3,3 Flores Timur 4,2 8,9 81,8 5, 1 Sikka 9,8 10,0 74,8 5,4 Ende 7,9 12,9 74,2 5,0 Ngada 4,2 9,2 71, 1 15,6 Manggarai 19,6 13,7 59,9 6,8 Rote Ndao 5,5 10,2 79,4 4,9 Mangg'arai Barat 8,4 10,1 (3,5 7,9 Kota Kupang 9,9 7, 1 68,2 14,8 NTT 9,5 10,5 73,0 7,0 Secara umum, prevalensi balita kurus+sangat kurus di propinsi NTT adalah 20%. Angka ini metebihi batas kondisi kritis yakni 15%, sehingga memerlukan perhatian khusus. Prevalensi tertinggi balita kurus+sangat kurus terdapat di Kabupaten Manggarai (33.3%), terendah di Kab Ngada (13.6%). Masalah keqernukan di provinsi NTT kelihatannya belum menjadi masalah serius karena prevatensinya baru rnencapal 7%. Dari Tabel 3.4, 3.5: dan 3.6 secara ilrriam dapat dikatakan bahwa (1) pencapaian program perbaikan gizi kurang+buruk di Provinsi NTT betum mencapai target nasional perbaikan gizi 2015 maupun target MDGs 20.15, (2) masalah gizi y~mg dihadapi provinsi NTT adalah masalah gizi AKUT DAN KRONIS karena prevalensi "kurus+sangat kurus" dan prevalensi "pendek+sanqat pendek" termasuk tinggi (keduanya di atas 20%) Status Gizi Balita Menurut Karakteristik Responden Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Dalam diskusi selanjutnya digunakan masalah kurus untuk gabungan kategori sangat kurus dan kurus. Besarnya masalah kurus pada balita yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat (public health problem) adalah jika prevalensi kurus > 5%. Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi kurus antara 10.1 % % dan dianggap kritis bila prevalensi kurus sudah di atas 15.0% (UNHCR). Tabel 3.6 Persentase 8alita Menurut Status Gizi 88/T8 dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Untuk mempelajari kaitan antara status gizi balita yang didasarkan pada indikator 88/U, TB/U dan BB/TB (sebagai variabel terikat) dengan kardkteristik responden meliputi kelompok umur, jenis kelamin, pendidikan KK, pekerjaan KK, tempat tinggal 'dan pendapatan per kaplta (sebagai variabel bebas), tetah dilakukan tabulasi silang antara variabel bebas dan terikat tersebut. 24

67 Tabel 3.7 menyajikan hasil tabulasi silang antara status gizi 88/U balita dengan variabelvariabel karakteristik responden. Dari Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa secara umum ada kecenderungan arah yang mengaitkan antara status gizi 88/U dengan karakteristik responden. yaitu: 1. Sernakin bertambah umur prevalensi gizi kurang cenderung meningkat, sedangkan untuk gizi lebih ce0nderung menurun. ' 2. Tidak iampak adanya perbedaan yang mencolok pada prevalensi gizi buruk kurang. baik maupun lebih antara balita laki-laki dan perempuan. 3. Semakin tinggi pendidikan KK semakin rendah prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita, sebaliknya terjadi peningkatan gizi baik dan gizi lebih. 4. Kelompok dengan KK berpenghasilan tetap (TNl/Polri/PNS/8UMN dan Pegawai Swasta) memiliki prevalensi gizi buruk dan gizi kurang yang relatif rendah. 5. Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang daerah perkotaan relatif lebih rendah dari daerah perdesaan. 6. Semakin tinggi tingkat pengeluaran rumahtangga per kapita per bulan semakin rendah prevalensi g.izi buruk dan gizi kurang pada balitanya, dan sebaliknya, untuk gizi balk dan gizi lebih semakin meningkat. 25

68 Karakteristik Kategori Status Gizi 88/U Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Kelompok Umur (Bulan) 0-5 2,9 11,3 78,9 7, ,0 14,8 76,4 2, ,4 18,5 68,7 3, ,7 24,9 63,7 1, ,4 26,8 61,0, ,3 28,1 61,2 1,4 Tipe Daerah Perkotaan 4,1 17,2 75,8 2,8 Perdesaan 10,3 25,5 62,3 1,9 Jenis Kelamin Laki-laki 10,7 26,3 60,9 2.1 Perempuan 7,9 22,0 68,2 1,9 Pendidikan KK Tdk Tamat SD & Tdk Sekolah 9,7 25,1 63,1 2,0 TamatSD 10,5 24,9 62,7 1,9 Tamai SLTP 9,2 27,2 61,4 2,1 TamatSLTA 6,7 20,1 71,6 1,6 Tamat PT 4,4 16, 1 76,0 3,5 Pekerjaan Utama KK Tdk Kerja/Sekolah/lbu RT 6,7 20,8 71,8,7 TNl/Polri/PNS/BUMN 6,2 18,8 73,1 1,9 Pegawai Swasta 7,5 26,9 62,4 3,2 Wiraswasta/Dagang/Jasa 6,4 17,5 72,8 3,3 Petarn/Nelayan 10,2 25,6 62,3 1,8 Buruh & lainnya 7,2 21,0 68,8 3,0 Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Tabel 3.7 Persentase 8alita Menurut Status Gizi 88/U dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kuintil 1 9, 1 26,5 62,6 1,7 Kuintil 2 10,8 26,8 60,5 1,9 Kuintil 3 9,5 24,8 63,6. 2,1 Kuintil 4 8,5 23,8 66, 1 1,6 Kuintil 5 8,2 18,0 71,2 2,6 Ditinjau dari kelompok umur, maka terlihat bahwa prevalensi balita gizi kurang+buruk di provinsi NTT mulai tinggi pada kelompok umur bulan dan tertinggi pada kelompok umur bulan. Sedangkan masalah gizi lebih tertinggi pada kelompok umur 0-5 bulan. Ditinjau dari jenis kelamin tampak bahwa proporsi gizi kurang+buruk pada laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Dilihat dari tempat tinggal RT, balita yang tinggal di RT pedesaan mempunyai proporsi gizi kurang dan gizi buruk lebih tinggi, yakni masing-masing sebesar 25.5% dan 10.3%. Dilihat dari jenis kelamin balita, tampak proporsi balita laki-laki yang berstatus gizi kurang dan buruk lebih tinggi dibanding balita perempuan. Bila dilihat dari pendapatan per kapita, semakin miskin RT semakin tinggi proporsi balitanya yang berstatus gizi kurang dan buruk. Dilihat dari tingkat pendidikan, tampak bahwa semakin 26

69 tinggi tingkat pendidikan RT maka semakin kecil proporsi balitanya yang menderita status gizi kurang dan buruk. Selanjutnya, bila dilihat berdasarkan jenis pekerjaan tampak tidak terdapat pola yang jelas antar jenis pekerjaan RT. Tabel 3.8 menyajikan hasil tabulasi silang antara status gizi TB/U dengan karakteristik responden. Karakteristik Tabel 3.8 Persentase Balita Menurut Status Gizi TB/U dan Karakterlstix, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kelompok Umur (Bulan) Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan KK Tdk Tamat SD & Tdk Sekolah Tamat SD Tamai SLTP Tamat SLTA Tamat PT Pekerjaan utama KK Tdk Kerja/Sekolah/lbu RT TNl/Polri/PNS/BUMN Pegawai Swasta Wiraswasta/Dagang/Jasa Petani/Nelayan Buruh & Lainnya Pengeluaran RT per Kapita/Bulan Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5 Kategori Status Gizi TB/U Sangat Pendek Sangat Pendek Sangat Pendek % % % 18,2 12,0 69,8 19,0 8,6 72,4 28,4 20,0 51,7 30,1 22,7 47,3 25,1 25,9 49,0 20,3 24,5 55,2 17,5 19,5 63,0 25,5 23,1 51,5 26,1 23,1 50,9 22,2 22,0 55,8 24,6 22,6 52,8 25,5 22,9 51,6 26,6 22,4 51,0 18,4 20,2 61, ,1. 23,8 56, 1 29,6 22,3 48,1 15,9 20,4 63,6 20,7 18,8 60,5 19,3 21,7 59,0 25,3 23,1 51,6 23,4 17,4 59,2 27,5 22,3 50,2 25,6 25,5 48,8 27,2 21,9 51,0 20,6 21,9 57,5 17,9 19,5 62,6 Tabel 3.8 menunjukkan status gizi balita berdasarkan TB/U menurut karakteristik balita dan RT. Bila dilihat menurut kelompok umur balita, tampak bahwa balita dengan status pendek proporsi terbanyak terdapat pada kelompok umur bulan (25.9%). Sementara balita dengan status gizi sangat pendek proporsi terbanyak terdapat pada kelompok bulan (30.1 %). Balita yang tinggal di RT pedesaan, proporsi status gizi pendek dan sangat pendek proporsinya lebih tinggi dibanding dengan balita yang tinggal di RT perkotaan. Bila dilihat dari pengeluaran RT per kapita, tampak semakin miskin RT semakin tinggi proporsinya status gizi pendek dan sangat pendek. Bila dilihat menurut tingkat pendidikan RT dan jenis 27

70 pekerjaan tampak tidak terdapat pola yang khusus antar tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan KK. Tabel 3.9 menunjukkan status gizi berdasarkan BB/TB menurut karakteristik balita dan RT. Bila dilihat menurut kelompok umur balita, status gizi kurus proporsi terbesar terdapat pada kelompok umur O - 5 bulan (14,0%), sedangkan status gizi sangat kurus proporsl terbanyak terdapat pada kelompok umur 6-11 bulan (12,7%). Bila dilihat dari tempat tinggal RT, balita di pedesaan proporsi status gizi kurus dan sanqat kurus lebih tinggi dibanding balita perkotaan. Balita jenis kelamin laki-laki proporsi kurus dan sangat kurus lebih tinggi dibanding balita perempuan. Bila dilihat menurut tingkat penqeluaran RT, maka tidak terdapat pola yang jelas antar kuinfil pengeluaran. Demikian juga bila dilihat menurut tingkat pendidikan KK dan jenis pekerjaan KK, maka tidak terdapat pola yang jelas antara tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan KK. Tabel 3.9 Persentase Balita Menurut Status Gizi BB/TB dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kategori Status Gizi BB/TB Karakteristik Sangat Kurus Kurus Normal Kegemukan % % % % Kelompok Umur (Bulan) 0-5 6, 1 14,0 58,9 21, ,7 8,3 68,8 10, ,4 9,6 68,2 9, ,0 9, 1 73,1 6, ,9 11,3 75,3 5, ,2 11, 1 75,8 4,8 Tipe Daerah Perkotaan 7,9 10,7 72,2 9,2 Perdesaan 9,8 10,5 73,1 6,6 Jenis Kelamin Laki-laki ,4 70,9 7,5 Perempuan 8,8 9,6 75,1 6,5 Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil 1 8,4 10,0 74,3 7,3 Kuintil 2 10,8 11,6 70,6 7,0 Kuintil 3 8,9 8, 1 75,1 7,9 Kuintil 4 9,7 13,3 71,4 5,6 Kuintil 5 10,0 9,5 73,7 6,7 Pendidikan KK Tdk Tamat SD & Tdk Sekolah 8,9 9,9 74, 1 7, 1 Tamat SD 9,9 12, 1 71,4 6,5 Tamai SLTP 10,3 11,5 72,4 5,8 Tamat SLTA 9,1 10,2 74,4 6,3 Tamat PT 4,5 6,2 75,7 13,6 Pekerjaan Utama KK Tdk Kerja/Sekolah/lbu RT 9,3 9,4 75, 1 6,2 TNl/Polri/PNS/BUMN 11,5 9,0 70,1 9,3 Pegawai Swasta 11,9 11, 1 70,9 6,0 Wiraswasta/Dagang/Jasa 8,3 11,2 73,4 7, 1 Petani/Nelayari 9,2 11,0 73,3 6,5 Buruh & Lainnya 6,2 9,8 75,1 8,9 28

71 , Tabel 3.10 Prevalensi Balita Menurut Tiga lndikator status Giz! dan Kabupatan/Kota, di Provinsi NIT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota BB/U TB/U: Kronis BB/TB: Akut Buruk & Kurang (Pendek) (Kurus) Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Akut* Kronis** Timor Tengah Utara Belu " " Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Mangg?rai Barat Kata Kupang NTT ; * Permasalahan gizi akut adalah apabila BB/TB >10% (UNHCR) Permasalahan gizi kronis adalah apabila TB/U di atas prevalensi nasional " " Semua kabupaten/kota di provinsi Nusa Tenggara Timur menghadapi permasalahan gizi akut dan 15 kabupaten menghadapi permasalahan gizi akut dan kronis. Hanya satu kota yaitu kota Kupang yang masalah gizi kronisnya lebih kecil dari angka nasional dan masalahgizi akutnya belum mencapai kondisi serius Status Gizi Penduduk Umur 6-14 Tahun (Usia Sekolah) Status gizi anak umur 6-14 tahun dapat dinilai berdasarkan IMT yang dibedakan menurut umur dan jenis kelamin. Sebagai rujukan untuk menentukan kurus, apabila nilai IMT kurang dari 2 standar deviasi (SD) dari nilai rerata, dan berat badan (BB) lebih jika nilai IMT lebih dari 2SD nilai rerata standar WHO 2007 (Tabel 3.11 ). 29

72 Tabel 3.11 Standar Penentuan Kurus dan Berat Sadan (BB) Lebih Menurut Nilai Rerata IMT, Umur, dan Jenis Kelamin, WHO 2007 Umur (Tahun) Laki-laki Perem~uan Rerata IMT -2SD +2SD Rerata IMT -2SD +2SD 6 15,3 13,0 18,5 15,3 12,7 19,2 7 15,5 13,2 19,0 15,4 12,7 19,8 8 15,7 13,3 19,7 15,7 12,9 20,6 9 16, 1 13,5 20,5 16, 1 13, 1 21, ,4 13,7 21,4 16,6 13,5 22, ,9 14, 1 22,5 17,3 13,9 23, ,5 14,5 23,6 18,0 14,4 24, ,2 14,9 24,8 18,8 14,9 26, ,0 15,5 25,9 19,6 ' 15,5 27,3 Berdasarkan standar WHO di atas, secara nasional prevalensi kurus adalah 23, 1 % pada laki-laki dan 19, 1 % pada perempuan. Sedangkan prevalensi BB lebih pada laki-laki 4,6% dan perempuan 3,2%. Menurut kabupaten/kota mempunyai prevalensi kurus tertinggi baik pada anak laki-laki (29,2%) maupun pada anak perempuan (25,3%). Sedangkan prevalensi kurus terendah yaitu 1,2% pada anak laki-laki dan 0,4% pada anak perempuan, masing-masing di TTS dan TTU (Tabel 3.12). Tabel 3.12 Prevalensi Kekurusan dan BB.Lebih Anak Umur 6-14 Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Kurus BB Lebih Kurus BB Lebih Sumba Barat 18,5 9,9 16,4 7,8 Sumba Timur 13,3 15,6 15,5 7,4 Kupang 21,6 3,2 15,3 3,9 Timer Tengah Selatan 29,2 1,2 23,0 1,9 Timer Tengah Utara 26,6 2,9 25,3 0,4 Belu 19,0 4,6 21,7 2,9 Alor 22,7 2,4 13,8 1,1 Lembata 20,7 1,8 16,5 1,7 Flores Timur 21,3 3,8 16,8 2,3 Sikka 29,8 2,1 23,0 0,0 Ende 20,6 4,6 16,7 4,4 Ngada 18,8 5,5 15, 1 5,5 Manggarai 28,1 2,9 22,9 1,6 Rote Ndao 24,7 2,6 21, 1 1,0 Manggarai Barat 19,8 4,6 13,2 3,8 Kota Kupang 24,6 11,9 16,5 8,4 NTT 23,1 4,6 19,1 3,2 Lima kabupaten dengan prevalensi kurus tertinggi pada anak laki-laki adalah Sikka (29,8%), TTS (29,2%), Manggarai (28, 1 %), TTU (26,6%), dan Rote Ndao (24,7%). Sedangkan untuk anak perempuan terdapat di TTU (25,3), TTS dan Sikka masing-masing (23,0%), Manggarai (22,9%), Belu (21,7%), dan Rote Ndao 21,1%. 30

73 Prevalensi 88-lebih pada anak umur ~ - 14 tahun tertinggi qi Sumba Tirnuruntuk anak lakitaki (15,6%) dan untuk anak perernptlan di kota Kupang (8,4%). Prevatensi 88-lebifi pada anak umur 6-14 tahun terendah ditemukan di kaoupaterfl'ts'pac:ja anak taki-laki (1,2%) maupun pada anak perempuan (0,0%). Kabupaten/kota dehqan prevalensi 88-lebih pada anak laki-laki adalah kabupaten Sumba Timur (15,6%), Kata Kupang (11,9%),. Kabupaten Sumba Barat (9,9%): Ngada {5,5%), Behl, Ende, dan 'Manqqaral Barat masing-masing 4,6%. Sedangkan untuk anak perempuan terdapat di Kata Kupang (8,4%), Kabupaten Sumba Barat (7,8%), Sumba Timur (7,4%), Ngada (5,5%), dan Er.'de (4,4%) Status Gizi Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Status gizi penduduk umur 15 tahun ke atas dinilai dengan lndeks Massa Tubuh (IMT). lndeks Massa Tubuh dihitung berdasarkan berat badan dan tinggi badan dengan rumus sebagai berikut : Kategori normal Kategori BB lebih Kategori obese BB tk9iltb,mi2. Berikut ini adalah batasan IMT untuk menilai status gizi penduduk umur 15 tahun ke atas: Kategori kurus IMT < 18,5 IMT ~ 18,5 - < 24,9 IMT ~ 25,0 - < 27,0 IMT ~ 27,0 lndikator status gizi penduduk umur 15 tahun ke atas yang lain adalah ukuran lingkar perut (LP) untuk mengetahui adanya obesitas sentral. Lingkar perut diukur dengan alat ukur yang terbuat dari fiberglass dengan presisi 0, 1 cm. Batasan untuk menyatakan status obesitas sentral berbeda antara laki-laki dan perempuan. Status gizi wanita usia subur (WUS) tahun dinilai dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA dilakukan dengan pita LILA dengan preslsi 0, 1 cm Status Gizi Dewasa Berdasarkan l~<ji.k~!~r![lq~k~.mass_~.i.!!!2!j.'1 (lmil _ Tabet 3.13 msnyajikan - prevalensi penduduk mehut.ul.. ~tatus "llv1t di masfng:masir\g. kabupaten/kota. tstilah obesitas umum digunakan untuk gabungan kategori berat badan lebih (BB lebih) dan obese. Prevalensi obesitas umum di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah 10,1% (5,1% BB tebih dan 5,0% obese). Prevatensi obesitas umum menurut jenis kelamin disajikan pada Tabet Di Provinsi Nusa Tenggara Timur prevatensi obesitas umum pada laki-taki lebih rendah dibandingkan dengan perempuan (masing-masing 7,7% dan 12,2%). 31

74 Tabel 3.13 Persentase Status Gizi O~wasa (15 Tahun ke Atas) Menurut IMT dan Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabu paten/kota Kurus Status Gizi Normal BB Lpbih Sumba Barat 24, 1 69,3 3,2 Sumba Timur 20,6 72,7 3,3 Kupang 23,5 64,9 5,6 Timar Tengah Selatan 27,9. 65,4 3,3 Timar Tengah Utara 26,8 67, 1 3,3 Belu 30,9 62,9 3, 1 Alor 22, ,6 Lembata 20,7 64,4 7,3 Flores Timur 23,3 62,6 6,7 Sikka 24,4 64,3 5, 1 Ende 21,8 65,5 7, 1 Ngada 16,9 71,3 6,9 Manggarai 21,7 72,5 3,4 Rote Ndao ,9 4,0 Manggarai Barat ,8 5, 1 Kota Kupang 13,4 67,6 9,9 NTT 23,0 66,9 5,1 Kurus: IMT <18,5; Normal: 18,5-24,9; BB lebih: IMT: 25-27; Obese: IMT >=27 Obese.'.\4 ~.3 6,1 3,5 2,7 3,1 4,6 7,6 7,5 6,2 5,5 5,0 2, ,0 9, 1 5,0 Masalah berat badan kurang (kurus) pada orang dewasa di Provinsi NTT cukup tinggi dengan prevalensi 23% sedangkan kegemukan (BB lebih dan obese) hanya 10,1%. Terdapat,3 kabupaten/kota yang memiliki prevalensi kurus pada orang dewasa kurang dari 20% (target nasional tahun 2015), yaitu Kabupaten Manggarai Barat, Kota Kupang, dan Kabupaten Ngada. Dari 16 kabupaten/kota di Provinsi NTT, hanya Kota Kupang yang memiliki prevalensi.bjs lebih dan obese mendekati 10%, masing-masing 9.9%-dan 9.1.o/o. Tabet 3.14 Prevalensi Obesitas Umum Penduduk Dewasa (15 Tahun ke Atas) Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timar Tengah Selatan Timar Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Prevalensi Obesitas Umum (%) Laki-laki Perempuan 4,5 8,8 5,8 7,6 7,5 15, ,9 4,4 7,4 5,7 6,6 7,4 14,3 11,4 17,8 10,8 16,7 7,4 14,2 11,8 13,2 8,4 14,7 4,5 7,2 4,7 10,4 9,8 15,9 17,2 20,

75 Tabel 3.15 menyajikan hasil tabuiasi silang status gizi penduduk dewasa rnenurut IMT dengan beb'erapa variabel karakteristik responden. Dari tabel ini terlihat bahwa : 1. Prevalensi obesitas umum lebih tinggi di daerah perdesaan dibanding daerah perkotaan. 2. Semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita per bulan cenderung semakin tinggi prevc.i'lensi obesitas umum. ini berlaku juga untuk tingkat pendidikan. Tabel 3.15 Persentase Status Gizi Dewasa (15 Tahun ke Atas) Menurut IMT dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Kategori IMT Kurus Normal BB Lebih Obese Tipe Daerah Perkotaan 21,8 70,5 4,2 3,5 Perdesaan 21,8 63,8 5,9 6,3 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah" 33,8 61,3 2,4 2,5 Tamat Tamat SD 26,2 66,5 4,0 3,4 Tamat SD 23,1 68,9 4,2 3,9 SLTP 22,5 67,5 4,8 5,2 SLTA 14,7 68,1 8,4 8,8 PT 7,7 62,0 15,0 15,3 Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintif-1 25,2 68,5 3,2 3,1 Kuintil-2 25,3 67,9 3,8 3,0 Kuintil-3 24,6 67,1 4,5 3,8 Kuintil-4 22,1 67,7 4,9 5,3 Kuintil-5 19, 1 64,0 8, 1 8, Status Gizi Dewasa Berdasarkan lndikator Lingkar Perut (LP) Tabel 3.16 dan Tabel 3.17 menyajikan.prevalensi obesffaisenfrai"menurui kal<.~paten:~jenis kelamin dan karakteristik lain responden. Obesitas sentral dianggap sebaqai fakt6r risiko yang erat kaitannya dengan beberapa penyakit degeneratif. Untuk laki-laki dengan LP di atas 90 cm atau perempuan dengan LP di atas 80 cm dinyatakan sebagai obesitas sentral (WHO Asia-Pasifik, 2005). 33

76 Tabel 3.16 Prsvalensl Obesitas Sentral pada Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Kabupaten'Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabu paten/kota, Obesitas Ser;ttral (LP : L>90, P>SO) S imba Barat 5.7 Sumba Timur 7.7 Kupang 12.4 Timor Tengah Selatan 9.9 Timor Tengah Utara 9.9 Belu 10.4 Alor 10.5 Lembata 17.8 Flores Timur 15.6 Sikka 14.9 Ende 12.3 Ngada 8.2 Manggarai 12.0 Rote Ndao 12.3 Manggarai Barat 10.8 Kota Kupang 16.9 NTT 11,9 Catatan : *) LP=Lingkar Perut : L=Laki-laki : P=Perempuan Prevalensi obesitas sentral yang diukur dari lingkar perut menunjukkan relatif lebih tinggi yaitu 11.9%. Dan 11 dari 16 kabupaten/kota di Provinsi NTT memiliki prevalensi lebih dari 10%. dengan 3 kabupaten/kota denqan prevalensi obesitas sentral yang tinggi sama dengan prevalensi kegemukan dah obesitas yaitu Kota Kupang. Lembata. can Flores Timur. 34

77 Kelompok Umur (Tahun) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Pekerjaan Tidak Kerja Sekolah lbu RT Pegawai Wiraswasta Petani/Nelayan/Buruh Lainnya Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Tabel 3.17 Prevalensi Obesitas Ser;itral pada Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Kuintil 5 Catatan : *) LP=Lingkar Perut : L=Laki-laki : P=Perempuan Prevalensi obesitas sentral cenderung meningkat dari usia 5 tahun ke usia tahun, kemudian relatif menurun sampai dewasa tahun dan sedikit meningkat pada usia 65 ke atas. Prevalensi obesitas sentral di Provinsi NTI lebih tinggi wanita daripada pria. Menurut pendidikannya, prevalensi obesitasitas sentral berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka semakin tinggi prevalensi obesitas sentral di Provinsi NTI. 35 Obesitas Sentral LP;t>90, P> :

78 Sedang menurut tipe daerahnya, prevalensi obesitas sentral jauh lebih tinggi di perkotaan daripada di perdesaan. Pola makanan di daerah perkotaan yang lebih beraneka tampaknya mempengaruhi overnutrisi di bandingkan dengan daerah perdesaan. Dan menurut tingkat pengeluaran per kapita, makin tinggi kuintil atau makin besar pengeluarannya maka cenderung terdapat obesitas sentral Status Gizi Wanita Usia Subur (WUS) Tahun Berdasarkan lndikator Lingkar Lengan Atas (LILA) Tabel 3.18 Tabel dan Tabel 3.20 menyajikan gambaran masalah gizi pada WUS yang diukur dengan LILA. Hasil pengukuran LILA ini disajikan menurut kabupaten/kota dan karakteristik responden. Untuk menggambarkan adanya risiko kurang enegi kronis (KEK) dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksi pada WUS digunakan ambang batas nilai rerata LILA dikurangi 1 SD. yang sudah disesuaikan dengan umur (age adjusted'). Tabel 3.18 menggambarkan prevalensi KEK tingkat nasional berdasarkan umur. Nampak adanya kecenderungan dengan meningkatnya umur nilai rerata LILA juga meningkat. Untuk menilai prevalensi risiko KEK dilakukan dengan cara menghitung LILA lebih kecil 1 SD dari nilai rerata untuk setiap umur antara 15 sampai 45 tahun. Tabel 3.19 menunjukkan 8 kabupaten/kota dengan prevalensi risiko KEK di atas angka provinsi NTT (24,6%) yaitu Kabupaten Sumba Barat, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Ende, Ngada, Rote Ndao dan Manggarai Barat. Kecenderungan risiko KEK berdasarkan tabulasi silang antara prevalensi Risiko KEK dengan karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 3.20 adalah: 1. Berdasarkan tingkat pendidikan. gambaran nasional menunjukkan pada tingkat pendidikan terendah (tidak sekolah dan tidak tamat SD). risiko KEK cenderung lebih tinggi dibanding tingkat pendidikan tertinggi (tamat PT). 2. Secara nasional. prevalensi risiko KEK lebih tinggi di daerah perdesaan dibanding perkotaan. Gambaran ne slonat menunjukkan hubungan negatif antara tingkat pengeluaran rumahtangga per kaprta dengan risiko KEK. Semakin meningkat pengeluaran rumah tangga per kapita per bulan cenderung semakin rendah risiko KEK. 36

79 Tabel 3.18 Nilai Rerata LILA,. Wanita Umur ' 1S-45 Tahun, ai Provinsi.NTT,..... Riskesdas ~ 2007 Umur (Tahun) Nilai Rerata LILA Rerata (cm) Standar Deviasi (SD) :

80 Tabel 3.19 Prevalensi Risikq KEK Penduduk Wanita Umur Tahun Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Risiko KEK (%) Sumba Barat 30.8 Sumba Timur Kupang 21.5 Timor Tengah Selatan 33.7 Timor Tengah Utara 31.7 Belu 34.4 Ator 4.2 Lembata 11.8 Flores Timur 18.9 Sikka 24.3 Ende 25.6 Ngada 30.3 Manggarai 13.8 Rote Ndao 28.3 Manggarai Barat 29.4 Kota Kupang 16.1 NTT 24.6 Tabel 3.20 Prevalensi Risiko KEK Penduduk Perempuan Umur Tahun Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Pendidikan Tdk Sekolah & Tdk Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Pengeluaran RT per Kapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5 Risiko KEK (%) Konsumsi Energi Dan Protein Prevalensi rumah tangga defisit energi dan protein Provinsi NTT Riskesdas 2007 diperoleh berdasarkan jawaban responden untuk makanan yang di konsumsi anggota rumah tangga 38

81 (ART) dalam waktu 1 x 24 jam yang lalu. Responden adalah ibu rumah tangga atau anggota rumah tangga lain yang biasanya menyiapkan makanan di rurnah tangga tersebut. Penetapan rumah tangg,a (RT) defisit energi berdasarkan angka rerata konsumsi energi per kapita per nari dari data ~iskesdas Selanjutnya dalam penulisan tabel 3.21 disajikan angka rerata konsumsi energi dan protein per kapita per hari yang diperoleh dari data konsumsi rumah tangga dibagi jumlah anggota rumah tangga yang telah dlstanderisasi menurut umur dan jenis kelamin, serta sudah dikoreksi dengan tamu yar:ig ikut makan. Tabel 3.22 adalah informasi prevalensi RT yang konsumsi energi dan protein di bawah angka rerata nasional dari data Riskesdas 2007 menurut kabupaten/kota. Tabel 3.23 informasi tentang prevalensi RT yang konsumsi energi dan protein di bawah angka rerata nasional dari data Riskesdas 2007 menurut klasifikasi desa (kota/desa) dan kuintil pengeluaran RT Konsumsi Energi dan Protein Data pada tabel 3.21 berikut menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi per kapita per hari penduduk lndonesia adalah kkal untuk energi dan 55.5 gram untuk protein. Untuk konsumsi energi, Provinsi NTT sedikit lebih tinggi dari pada angka nasional ( kkal), sedangkan untuk konsumsi protein Provinsi NTT sedikit lebih rendah dari pada angka nasional (51.3 gram). Kabupaten dengan angka konsumsi energi terendah adalah Kota Kupang ( gram), dan kabupaten dengan angka konsumsi energi tertinggi adalah Kabupaten Ngada ( gram). Kabupaten dengan konsumsi protein terendah adalah Kabupaten Kupang (41 gram), dan kabupaten dengan konsumsi protein tertinggi adalah Kabupaten Flores Timur (62.4 gram). Sebanyak 3 kabupaten dengan rerata angka konsumsi energi dibawah rerata angka konsumsi energi nasional, yaitu Kabupaten Belu, Alor dan Kota Kupang. Sebanyak 10 kabupaten dengan rerata angka konsumsi protein dibawah angka nasional yaitu Sumba Barat, Sumba Timur, Kupang, Timor Tengah Selatan, Timer Tengah Utara, Alor, Lembata, Ngada, Manggarai, dan Rote Ndao.. Tabet 3.21 Konsurnsl-Enerql dan Protein per Kapit{I per Harl Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Energi Protein Rerata SD Rerata SD Sumba Barat 1898,5 891,0 46,8 22,6 Sumba Timur 1826,6 793,6 52,1 25,8 Kupang 1840,6 746, 1 41,0 22,3 Timor Tengah Selatan 2080,9 841,6 50,5 21,3 Timor Tengah Utara 1862,0 831,2 45,4 23,3 Belu 1723,9 840,7 46,2 26,3 Alor 1561, 1 757,6 42,5 23,4 Lembata 1867,5 785,6 50,5 26,1 Flores Timur 1926,1 732,7 62,4 30,1 Sikka 1891,0 698,5 58,4 29,5 Ende 1984,0 793,2 54,3 27,5 Ngada 2186,9 811,7 55,1 24,4 Manggarai 2040,6 603,6 57,5 26,1 Rote Ndao 1947,2 758,9 47,2 25,4 Manggarai Barat 1866,8 746,4 56,1 29,4 Kota Kupang 1551,0 588,7 52, 1 26,8 NTT 1884,6 772,0 51,3 26,3 39

82 Persentase RT dengan Konsumsi Energi dan Protein Lebih Rendah dari Rerata Nasional Data pada tabel 3.22 berikut memperlihatkan persentase RT dengan "energi rendah" dan protein rendah" yang berarti di bawah rerata nasional (1789,9 kkal dan 62,5 gram). Secara nasional persentase RT dengan konsumsi "energi rendah" adalah 57,9 % dan konsumsi "protein rendah" sebesar 55,5 %. Kabupaten/Kota yang prevalensi konsumsi energi lebih kecil dari rerata nasional, tertinggi adalah Kata Kupar.~ (69,0%); dan sebaliknya yang prevalensinya terendah adalah Kabupaten Ngada (31,3%). Kabupaten yang prevalensi konsumsi protein lebih kecil dari rerata nasional, tertinggi adalah Kabupaten Kupang (82,0%); dan sebaliknya yang prevalensinya terendah adalah Kabupaten Flores Timur (51,0%). Tabel 3.22 Persentase RT dengan Konsumsi Energi dan Protein Lebih Kecil dari Angka Rerata Nasional Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Energi < Rerata Protein < Rerata Kabupaten/Kota Nasional(%) Nasional (%) Sumba Barat 49,1 70,6 Sumba Timur 51,8 64,5 Ku pang 52,9 82,0 Timor T engah Selatan 41,8 63,2 Timor Tengah Utara 53, 1 72,5 Belu 57,6 75,2 Alar 68,9 77,8 Lembata 50,5 64,6 Flores Timur 44,8 51,0 Sikka 47,3 54,9 Ende 43,3 59,6 Nl:Jada 31,3 57,8 Manggarai ,5 Rote Ndao 43,5 67,5 Manggarai Barat 44,9 61, 1 Kata Kupang 69,0 65, 1 NTT 48,4 65,6 Berdasarkan angka rerata konsurnsi energi dan protein dari data Riskesdas Prevalensi Konsumsi Energi dan Protein Lebih Kecil dari Angka Rerata Nasional Menurut Tipe Daerah dan Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga per Ka pita Data pada tabel 3.23 berikut menunjukkan bahwa prevalensi RT yang konsumsi energi di bawah angka rerata nasional di perkotaan lebih tinggi dari RT di pedesaan. Sebaliknya prevalensi RT yang konsumsi protein di bawah angka rerata nasional di pedesaan lebih tinggi dari pada di perkotaan. Menurut kuintil pengeluaran RT, semakin tinggi kuintil pengeluaran RT semakin rendah prevalensi RT yang konsumsi energi dan protein di bawah angka rerata nasional. Data pada tabel dan 3.25 berikut menunjukkan bahwa di semua kabupaten, RT dengan konsumsi energi dan protein di bawah angka rerata nasional untuk RT di kuintil 1 prevalensinya lebih tinggi dari rumah tangga di kuintil 5. 40

83 Tabel :, Prevalensi Konsumsl Eriergi dan Protein Lepih 1~eciJ dari A1n9kc,t Rerata Nasional Menurut Kara~teristik, di Provinsi NT,T1 Riskedas 2007 Karakteristik Tipe Daerah Energi < Rerata Nasional Kuintil ,3 51,5 Berdasarkan angka rerata konsumsi energi dan protein nasional dari data Riskesdas 2007 Tabel 3.24 Prevalensi Konsumsi Energi Lebih Kecil dari Angka Rerata Nasional Menurut Kabupaten/Kota dan Tiogkat Pengeluaran Rumah Tangga per Kapita, di Provinsi NTT, Riskedas 2007 Kabupaten/Kota Kuintil -1 Kuintil -2 Kuintil -3 Kuintil -4 Kuintil -5 Sumba Barat 48,4 47,4 55,2 58,9 33,2 Sumba Timur 58,4 49,2 54,4 46,9 46,6 Ku pang 59,3 64,8 55,7 46,5 39,0 Timer Tengah Selatan 48,5 44,3?_8,~ }~!_8 ~~!? ~ Timer Teng ah Utara ,6 56,-5 - ~ S-t;6 ' ,o , , Belu 62,1 54,0.. 64,3 65,2-41,6 Alor 86,7 76,2 62,9 65,8 56,6 Lembata 57, 1 52,2 55,6 54,8 29,2 Flores Timur 40,3 66,4 37,3 41,5 38,0 Sikka 59,5 51,4 44,0 44,3 37,0 Ende 45,2 44,4 36,6 52,7 39, 1 Ngada 43,6 26,8 28,6 24,6 24,3 Manggarai 57, 1 32,6 21,5 27,3 24,4 Rote Ndao 49,3 53,8 44,7 42,8 26,4 Manggarai Barat 52,4 42,6 45,7 44,5 40,6 Kota Kupang 73, 1 72,1 67,6 76,6 55,5 NTT 57,1 51,7 46,4 47,1 39,3 Berdasarkan angka rerata konsurnsi energi dari data Riskesdas 2007 Protein < Rerata Nasional Perkotaan 55,4 60,9 Perdesaan 46,9 66,5 Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil ,1 75,3 Kuintil ,7 69,6 Kuintil- 3 46,4 67,3 Kuintil-4 47,1 63,6 41

84 Tabet 3.25 Prevalensi Konsumsi Protein Lebih Kecil dari Angka Rerata Nasional Menurut Kabupaten/Kota dan Ting'kat Pengeluaran Rumah Tangga per Kapita, di Provinsi NTT, Riskedas 2007 Kabupaten/Kota Kuintil -1 Kuintil -2 Kuintil -3 Kuintil -4 Kµintil -5 Sumba Barat 77,9 69,1 75,5 80,0 48,1 Sumba Timur 68,8 65,1 70,8 63,3 55,0 Ku pang 85,1 85,2 84,1 84,1 69,9 Timor Tengah Selatan 68,6 65,3 63,0 60,7 58,0 Timor Tengah Utara 83,6 72,6 71,0 66,7 67,2 Belu 86, 1 70,2 82,5 77,1 58,9 Alor 94,0 84,9 73,4 79,0 61,8 Lembata 76,2 71,6 66,4 61,8 43,2 Flores Timur 53,7 7,3,0 50,3 34,5 35,7 Sikka 69,6 60,8 62,7 46,8 33,9 Ende 63,3 57,6 61,2 66,8 44,0 Ngada 72,7 55,4 62,5 57,9 42,5 Manggarai 78,6 66,0 54,9 52,7 45,9 Rote Ndao 76,6 79,6 73,6 70,6 36,6 Manggarai Barat 70,9 69,3 68,6 56,5 48,1 Kota Kupang 79;0 69,9 65,8 66,8 44,0 NTT 75,3 69,6 67',3 63,6 51,5 Data pada tabel menunjukkan bahwa di 3 kabupaten/kota yaitu kabupaten prevalensi RT yang konsumsi ener~i dibawah anqka rerata nasional, di perkotaan lebih tinggi dari pada di pedesaan. Tabel 3.26 Prevalensi Konsumsi Energi Lebih Kecil dari Angka Rerata Nasional Menurut Kabupaten/Kota dan Tipe Daerah, di Provinsi NTT, Riskedas 2007 KabupaterrKota Perkotaan Perdesaan Sumba Barat 50,0 49,0 Sumba Timur 54,5 51,3 Ku pang 28,6 54,2 Timor Tengah Selatan 54,3 41,0 Timor Tengah Utara 50,0 53,3 Belu 44,1 61,2 Alor 68,1 69,1 Lembata 35,7 51,-0 Flores Timur 38,5 45,6 Sikka 41,8 48,3 Ende 48,3 41,5 Ngada 33,9 31,2 Manggarai 30,8 32,6 Rote Ndao 40,8 43,6 Manggarai Barat 70,0 42,5 Kota Kupang 69,8 61,3 NTT 55,4 46,9 42

85 Data pada tabel 3.27.Q)enunjukkan bahwa di semua kabupaten- -prevalensi RT yang konsumsi protein dibawah arigka rerata nasional di pedesaan leblli tinggi dari pada di perkotaan. Tabel 3.27 Prevalensi Konsumsi Protein Lebih Kecil dari Angka Rerata Nasional Menurut Kabupaten/Kota dan Tipe Daerah, di Provlnsl NTT, Riskedas 2007 Kabupaten/Kota Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Konsumsi Garam Beriodium Perkotaan 63,3 56,4 71,4 74,3 75,0 62,7 68,1 53,6 26,2 36,7 65,7 55,9 50,0 37,0 60,0 65, Perdesaan 71,0 66,1 82,6 62,5 72,3 78,5 80,2 65,0 54,1 58,3 57,3 57,9 60,5 68,8 61,2 58, Prevalensi konsumsi garam beriodium Riskesdas 2007 diperoleh dari.hasil isian pada kuesioner Blok II No?'yang diisi dari hasi tes cepat garam iodium. Tes cepat dilakukan oleh petugas pengumpul data dengan mengunakan kit tes cepat (qaram' ditetesi larutan tes) pada garam yang digunakan di rurnah-tanpqa. Romah-~.tangg-a : dlnyatakanmernpunyal "garam cukup iodium (<::30 ppm Kl03)" bila hasil tes cepat garam bervvarna-biru/ungu tua; mempunyai "garam tidak cukup iodium ~30 ppm KI03)" bila hasil tes cepat garam berwarna biru/ungu muda; dan dinyatakan mempunyai "garam tidak ada iodium" bila hasil tes cepat garam di rumah-tangga tidak berwarna. 43

86 Tabel 3.28 Persentase ~T Mengkonsumsi Garam Mengandung Cukup lodium Mehurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Rlskesdas 2007 Kabupaten/Kota Sumba Barat Sumba Tirrnrr Kupang Timar Tengah Selatan Timar Tengah Utara Belu Alar Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kata Kupang NTT RT Mengkonsumsi Garam Cukup lodium (%) Tabel 3.28 menunjukkan konsumsi garam beriodium oleh RT menurut kabupaten/kota. Secara keseluruhan, baru 31% RT di Provinsi NTT mengkonsumsi garam cukup beriodium, proporsi ini lebih rendah dari angka nasional (62%). Berturut-turut Kabupaten Rote Ndao, Flores Timur dan Kupanq menunjukkan proporsi yang rendah dalapi komsumsi garam beriodium cukup. 44

87 Tabel 3.29 Persentaso RT Mengkonsumsi Garam Cukup lodium Menurut Karakteristik,. ~. t di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakterisitk Pendidikan Kepala Keluarga Tidak Tamat SD & Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat PT Pekerjaan Kepala Keluarga Tidak Bekerja/Sekolah/lbu Rumah Tangga TNl/Polri/PNS/BUMN Pegawai Swasta Wiraswasta/Pedagang/Pelayanan Petani/Nelayan Buruh/Lainnya Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5 Jasa RT Mengkonsumsi Garam Cukup lodlu]n (%) 19,6 24,8 35,8 57,6 70,8 32,5 65,8 58,5 58,6 21,4 43,7 65,0 23,7 26,2 27,5 27,7 30,1 Tabel 3.29 menunjukkan kecukupan konsiimsl ga-ram beriodlurn menurut' karakterfstik-rt.. Semakin tinggi tingkat pendidikan Kepala RT, maka semakin tinggi proporsi kecukupannya dalam mengkonsumsi garam beriodium. Bila dilihat dari jenis pekerjaan Kepala RT, maka tampak mereka yang bekerja sebagai TNl/PLRl/PNS/BUMN, pegawai swasta, dan wiraswasta/pedagang mempunyai proporsi lebih tinggi dalam mengkonsumsi garam beriodium. Bila dilihat dari tempat tinggal RT, mereka yang tinggal di perkotaan proporsi konsumsi garam beriodiumnya lebih tinggi dibanding dengan meraka yang tinggal di pedesaan. Bila dilihat dari tingkat pengeluaran RT, maka semakin tinggi kuintil pengeluaran semakin tinggi proporsinya dalam mengkonsumsi garam beriodium. 3.3 Kesehatan lbu Dan Anak Status lmunisasi Departemen Kesehatan melaksanakan Program Pengembangan lmunisasi (PPI) pada anak dalam upaya menurunkan kejadian penyakit pada anak. Program imunisasi untuk penyakitpenyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31) pada anak yang dicakup dalam PPI adalah satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT, empat kali imunisasi polio, satu kali imunisasi campak dan tiga kali imunisasi Hepatitis B (HB). lmunisasi BCG diberikan pada bayi umur kurang dari tiga bulan; imunisasi polio pada bayi baru lahir, dan tiga dosis berikutnya diberikan dengan jarak paling cepat empat minggu, 45

88 imunisasi DPT/HS pada bayi umur dua, tiga, empat bulan dengan interval minimal empat minggu, dan imunisasi campak paling dini umur sembilan bulan. Dalam Riskesdas, informasi tentang cakupan imunisasi ditanyakan pada ibu yang mempunyai balita umur 0-59 bulan. lnformasi tentang imunisasi dikumpulkan dengan tiga cara yaitu: 1. Wawancara kepada ibu balita atau anggota rumah tangga yang mengetahui, 2. Catatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), dan 3. Catatan dalam Buku KIA. Bila salah satu dari ketiga sumber tersebut menyatakan bahwa anak sudah diimunisasi, disimpulkan bahwa anak tersebut sudah diimunisasi untuk jenis tersebut. Selain untuk tiap-tiap jenis imunisasi, anak disebut sudah mendapat imunisasi lengkap bila sudah mendapatkan semua jenis imunisasi satu kali BCG, tiga kali DPT, tiga kali polio, tiga kali HB dan satu kali imunisasi campak. Oleh karena jadwal tiap jenis imunisasi berbeda, cakupan imunisasi yang dianalisis hanya pada anak usia bulan. Cakupan imunisasi pada anak umur bulan dapat dilihat pada empat tabel (Tabel 3.30 s/d Tabet 3.33). Tabet 3.30 dan Tabet 3.31 menunjukkan tiap jenis imunisasi yaitu BCG, tiga kali polio, tiga kali DPT, tiga kali HB, dan campak menurut provinsi dan karakteristik. Tabel 3.32 dan 3.33 adalah cakupan imunisasi lengkap pada anak, yang merupakan gabu.ngan dari tiap jenis imunisasi yang didapatkan oleh seorang anak. Tidak semua balita dapat diketahui status imunisasi (missing). Hal ini disebabkan karena beberapa alasan, yaitu ibu lupa anaknya sudah diimunisasi atau belum, ibu lupa berapa kali sudah diimunisasi, ibu tidak mengetahui secara pasti jenis imunisasi, catatan dalam KMS tidak lengkap/tidak terisi, catatan dalam Buku KIA tidak lengkap/tidak terisi, tidak dapat menunjukkan KMS/ Buku KIA karena hilang atau tidak disimpan oleh ibu, subyek yang ditanya tentang imunisasi bukan ibu balita, atau ketidakakuratan pewawancara saat proses wawancara dan pencatatan. 46

89 Tabet 3.30 Persentase Cakupan Imunisasl Dasar Anak umur 1 ~-59 Bulan Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Jenis lrnunlsasl BCG Polio 3 DPT3 HB3 Campak Sumba Earat 91,6 70,1 66,7 58,3 88,3 Sumba Timur 80,7 56,0 44,8 37,7 82,2 Ku pang 74,5 52, 1 37,4 33,3 77,1 Timor Tengah Selatan 83,0 68,2 65,2 59,0 88,7 Timor Tengah Utara 96,3 79,2 69,9 73,1 94,2 Belu 93,4 73,1 65,4 59,0 93,7 Al or 59,4 38,4 28,8 22,3 54,1 Lembata 95,4 83,9 80,2 80,0 95,4 Flores Timur 94,4 82,2 84,4 78,5 95,9 Sikka 97,7 92,7 84,1 81,6 96,9 Ende 97, 1 76,4 72,7 71,5 90,4 Ngada 99,2 95,8 93,3 80,5 97,5 Manggarai 77,1 63,0 59,5 36,9 75,5 Rote Ndao 59,1 34,3 23,0 13,7 97,5 Manggarai Barat 95,1 83,0 77,9 75,9 96,0 Kota Kupang 94,0 72,6 60,3 62,4 93,3 NTT 86,1 69,6 63,0 56,0 86,1 Tabel 3.30 menggambarkan cakupan 5 imunisasi dasar menurut kabupaten/kota. Cakupan imunisasi BCG di Provinsi NTT sebesar 86.1%, tertinggi di Kabupaten Ngada (9.9.2%), terendah di Kabupaten Rote Ndao (59.1%). Cakupan imunisasi Polio 3 (Polio lengkap) mencapai 69.6%, tertinggi di Kabupaten Ngada (95.8%), terendah di Kabupaten Rote Ndao (34.3%). Cakupan imunisasi DPT3 (DPT lengkap) mencapai 63.0%, tertinggi di' Kabupaten Ngada (93.3%), terendah di Kabupaten Rote Ndao (23.0%). Cakupan imunisasi HB3 (Hepatitis B Lenqkap) -rnencapai 56%-fertinggi dikabupaten-sikka (81.6%), terendah di Kabupaten Rote Ndao (13.7%). Selanjutnya, cakupan imun.isasi Campak mencapai 86,1%, tertinggi di Ka bu paten Ngada dan Rote Ndao (97,5%), terendah di Kabupaten Alor (54, 1 %). Tabet 3.31 Persentase Cakupan lmunisasi Dasar Anak Balita Menurut Umur, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Umur Jenis lmunisasi (Bulan) BCG Polio 3 DPT HB 3 Campak ,9 64,9 61,2 54,5 81, ,3 71,0 63,3 56,9 88, ,9 71,8 63,1 57,0 88, ,0 70,2 64,6 55,8 85,6 Total 86,1 69,6 63,0 56,0 86,1 Tabel 3.31 menggambarkan cakupan 5 imunisasi dasar lengkap menurut kelompok umur balita. Bila dilihat menurut kelompok umur balita, maka tampak tidak ada perbedaan yang nyata antara cakupan imunisasi BCG, Polio3, DPT, HB3 dan Campak bagi keempat jenis kelompok umur balita, yakni bulan, bulan, bulan, dan bulan. Pola ini bisa dipahami, karena kelulusan imunisasi lengkap balita adalah pada umur 9 bulan. 47

90 Karakteristik Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Pendidikan KK Tidak Sekolah SD Tidak Tamat SD Tamat SMP Tamat SLTA Tamat SLTA+ Pekerjaan KK Tidak Bekerja lbu Rumah Tangga PNS/Polri/TNI Tabel 3.32 Persentase Cakupan lmunisasi Dasar Anak Umur Bulan Menurut Karakterlstlk, di Provins! NTT, Riskesdas 2007 Wiraswasta/Swasta Petani/Buruh/Nelayan Lainnya Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5 BCG 95,1 84,4 86,6 85,5 79,0 80,8 83,9 89,2 90,2 92,6 70,3 86,5 91,7 90,9 83,4 84,6 86,0 83,6 86,4 86,8 88,0 Jenis lmunisasi Polio 3 OPT 3 HB 3 63,8 61,2. 62,2 60,3 69,1 43,9 51,7 Tabel 3.32 menggambarkan cakupan lmunisasi Dasar anak umur bulan menurut karakteristik latar belakang. Tampak bahwa untuk semua jenis imunisasi proporsi kelengkapan imunisasi dari balita yang tinggal di perkotaan lebih tinggi dibanding balita yang tinggal di pedesaan. Tidak ada perbedaan yang berarti antar jenis kelamin. Semakin tinggi tingkat pendidikan KK ada kecenderungan semakin tinggi proporsi kejengkapan imunisasi BCG, Polio3, DPT3 dan campak. namun tidak dengan HB3. Namun demikian. tidak nampak perbedaan yang nyata antar tingkat pengeluaran per kapita per bulan. 79,4 67,8 70,4 68,6 59,1 64,9 67,5 76,6 76,2 75,0 50,8 65,8 75, 1 75,9 67,7 68,7 71,7 69,7 67, , 1 70,3 61,7 63,7 62,3 53,1 56,6 63,7 70,8 66,9 69,0 36,7 63,9 66,6 63,7 62,7 62,6 64,3 54,6 57,1 54,9 53,4 67,5 64,2 55,7 30,5 69,4 59,3 62,0 54,4 55,2 57,2 57,8 53, 1 52,9 59,8 Campak 92,3 84,9 86,9 85,3 75,5 81,0 84,0 90,6 91,3 92,6 79,3 80,6 90,3 89,3 83,9 84,9 85,1 84, ,4 88,5 48

91 Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timer Tengah Selatan Timer Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang Tabel 3.33 Persentase Cakupan lmunisasi Lengkap,Anak Umur Bulan Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabu paten/kota tmunlsasllenqkap Lengkap Tdk Lengkap Tidak Sama Sekali 41,3 56,9 1,8 19,9 68,9 11,2 23,7 65,1 11,2 37,0 57,6 5,4 50,5 47,5 2,0 47,9 49,7 2,3 11,9 58,0 30,1 66,3 31,5 2,2 55,9 41,8 2,4 73,8 25,9,4 54,6 42,6 2,7 70,7 28,5 0,8 24,8 56,5 18,7 7,2 73,0 19,8 58,5 39,7 1,7 43,5 52,2 4,3 NTT 40,9 51,2 7,9 lmunisasi lengkap: BCG. DPT minimal 3 kali. Polio minimal 3 kali. Hepatitis B minimal 3 kali. Campak. menurut pengakuan atau catatan KMS/KIA. Tabel 3.33 menggambarkan proporsi cakupan imunisasi lengkap anak umur bulan menu rut kabupaten/kota, Terlihat bahwa secara umum imuntsasi lenqkap. dl.provinsi N-TT-.. - adalah sebesar 40~0(ri. Kabupaten dengan proporsi te}r@ggi adalah Kabupaten Sikka (73,8%), terendah adalah Ka ::n:1paten Rote Ndao (7,2%). 49

92 Karakteristik Tipe Daerah Tabel 3.34 memberikan gambaran persentase cakupan imunisasi dasar anak balita umur bulan menurut karakteristik latar belakang. Balita yang tinggal di perkotaan proporsi imunisasi lengkapnya lebih tinggi dari pada yang tinggal di pedesaan. Tidak ada perbedaan yang nyata antar jenis kelamin. Semakin tinggi tingkat pendidikan KK ada kecenderungan semakin tinggi proporsi imunisasi lengkapnya. Tidak tampak perbedaan yang nyata antara kelengkapan imunisasi balita dengan jer1is pekerjaan KK, kecuali pada kelompok tidak bekerja. Juga tidak terdapat pola yang jelas dalam kelengkapan imunisasi balita antar kuintil pengeluaran per kapita per bulan Pemantauan Pertumbuhan Balita Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya hambatan pertumbuhan (growth faltering) secara dini. Untuk mengetahui pertumbuhan tersebut, penimbangan balita setiap bulan sangat diperlukan. Penimbangan balita dapat dilakukan di berbagai tempat seperti posyandu, polindes, puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan yang lain. 50 Status lmunisasi Lengkap Tidak Lengkap Tidak Sama Sekali Perkotaan 49,3 48,1-2,6 Perdesaan 39,4 51,7 8,9 Jenis Kelamin Laki-Laki 42,0 50,7 7,3 Perempuan 39,6 51,7 8,6 Pendidikan Tabel 3.34 Persentase Cakupan lmunisasi Dasar Anak Balita Umur Bulan Menu rut Karakteristik, di Proplnsl NTT, Riskesdas 2007 KK Tidak Sekolah 26,9 59,4 13,7 SD Tidak Tamat 36,6 52,0 11,4 SD Tamat 38,2 51,4 10,4 SMP Tamat 49,5 46,2 4,3 SLTA Tamat 48,7 46,7 4,6 SLTA+ 40,4 57,4 2,1 Pekerjaan KK Tidak Bekerja 20,9 67,2 11,9 lbu Rumah Tangga 50,0 39,5 10,5 PNS/Polri/TNI 43,9 52,8 3,3 Wiraswasta/Swasta 48,9 44,7 6,4 Petani/Buruh/Nelayan 38,4 51,6 9,9 Lainnya 39,6 51,4 9,0 Tingkat Penqeluaran Per Kapita Per Bulan Kuintil ,4 7, 1 Kuintil-2 42,0 47,8 10,2 Kuintil-3 40,0 52,2 7,8 Kuintil-4 35,2 58,4 6,4 Kuintil-5 47,5 44,0 8,4

93 Dalam Riskesdas 2007, djtany.ak-an!rekuensi. penlmbanqan dalam 6 bulan terakhir yang dikelompokkan menjadi "tidak perpah ditimbang dalarp 6 bulan terakhir", ditimbang 1-3 kali yang berarti "penirnbanqan tidak teratur", dan 4:5 kali yang diartikan sebagai "penimbangan teratur". Data pemantauan pertumbuhan balita ditanyakan kepada ibu balita atau anggota rumahtangga yang rnenqetahui. Kabupaten/Kota Tabel 3.35 Persentase Penimbangan Enam Bulan Terakhir Anak 6-59 Bulan Menurut KabupatenrKota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Frekuensi Penimbangan (Kali) Tdk Pernah 1-3 Kali ~ 4 Kali Sumba Barat 8,7 12,6 78,6 Sumba Timur 24,9 28,0 47, 1 Kupang 19,4 10,6 70,0 Timor Tengah Selatan 6,8 11,3 81,8 Timor Tengah Utara 7,8 8,2 84,0 Belu 7,5 18,0 74,5 Alor 29,3 29,3 41,4 Lembata 3,0 3,0 93,9 Flores Timur 7,3 6,8 85,9 Sikka 9,0 5,0 86,0 Ende 14,8 19, 1 (?6,0 Ngada 15,7 20,9 63,5 Manggarai 39,6 14,5 45,8 Rote Ndao 5,2 16,3 78,5 Manggarai Barat 12,6 23,1 6~,3 Kota Kupang 11,7 20,4 67,9 NTT 1s,s s;o.- 69,-s- Tabel 3.35 memberikan gambaran persentase penimbangan enam bulan terakhir anak usia 6-59 bulan menurut Kabupaten/Kota. Secara umum proporsi penimbangan ~ 4 kali dalam enam bulan terakhir adalah 69.5%. Kabupaten dengan proporsi penimbangan ~ 4 kali dalam enam bulan terakhir tertinggi adalah Kabupaten Lembata (93.9%). terendah adalah Kabupaten Alor (41.4%).. _,, -~ 51

94 Tabel 3.36 Persentase Penimbangan Enam Bulan Terakhir Anak 6-59 Bulan, di Proylnsl NTT, Riskesdas Karakteristik Tipe Daerah Fr.ekuensi Penimbangan (Kali) Tdk Pernah 1-3 Kali?. 4 Kali Perkotaan 21,2 20,5 58,2 Perdesaan 14,4 14,0 71,5 Jenis Kelamin Laki-Laki 13,9 14,5 71,6 Perempuan 17,2 15,6 67,1 umur 6-11 Bulan 17,8 60,4 21, Bulan 5,9 15,2 78, Bulan 10,9 11,7 77, Bulan 16,6 13,2 70, Bulan 15,6 13,9 70,5 Pendidikan KK Tidak Sekolah 27,5 11,5 61,0 SD Tidak Tamat 18, 1 15,2 66,7 SD Tamat 17,0 14,2 68,8 SMP Tamat 10, 1 17, 1 72,8 SLTA Tamat 14, 1 15,0 70,9 SLTA+ 14, 1 14, 1 71,9 Pekerjaan KK Tidak Bekerja 15,9 17,5 66,7 lbu Rurnah'Tanqqa 26,8 12,2 61,0 PNS/Pold/TN I/BU MN/BU MD 17, 1 13,4 69,5 Wiraswasta/Pegawai swasta 16,6 16,6 66,8 Petani/Buruh!Nelayan 16,2 14,4 69,4 Lainnya 16,5 14,5 69,0 Tingkat Penqeluaran per Kapita per Bulan Kuintil-1 14,6 12,4 73,0 Kuintil-2 14,5 13,3 72,3 Kuintil-3 15,9 13,9. 70,2 Kuintil-4 16,9 19,4 63,7 Kuintil-5 16,9 17,5 65,6 Tabel 3.36 menggambarkan proporsi penimbangan enam bulan terakhir anak 6-59 bulan menurut latar belakang. Tampak bahwa balita yang tinggal di pedesaan proporsi dltimbanq z 4 kali dalam enam bulan terakhir lebih tinggi dibanding dengan balita perkotaan. Tidak tampak perbedaan yang nyata antar jenis kelamin. Tampak ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan KK maka semakin tinggi proporsinya untuk ditimbang ;:: 4 kali dalam enam bulan terakhir. Tidak tampak pola yang nyata antar jenis pekerjaan KK. Juga tampak tidak terdapat perbedaan yang nyata antar kuintil pengeluaran per kapita per bulan. 52

95 Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel 3.37 Persentase Tempat Penimbangan Anak Palin9: Sering dalam 6 Bulan Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota RS 1,0 1,4 0,7 0,0 0,8 2, 1 3,0 1,0 1,7 0,5 0,6 2,0 2,7 0,8 1,3 4,5 1,4 Tempat Penimbangan Anak Puskesmas Polindes Posyandu Lainnya ~~---'--~~~~~;.. - 4, 8 6,7 86,7 1,0 7,8 2,8 84,4 3,5 1,1 3,5 94,7 0,0 2,6 0,9 96,0 0,4 0,4 0,0 98,3 0,4 1,3 2,4 92,6 1,6 12,1 3,0 81,8 0,0 0,0 0,0 97,0 2,0 1,7 3,4 89,2 4,0 7,6 4,7 84,8 2,4 12,2 2,8 83,9 0,6 8,2 7, 1 80,6 2,0 8,7 0,7 86,0 2,0 1,6 0,0 96,9 0,8 13,7 4,0 80,5 0,4 7,3 0,0 84,3 3,9 5,2 2,S 89,7 1,4 Tabel 3.37 memberikan gambaran tentang persentase tempat penimbangan anak paling sering dalam 6 bulan menurut Kabupaten/Kota. Secara umum terlihat bahwa posyandu adalah tempat utama untuk penimbangan balita (89.7%), disusul oleh puskesmas (5.2%) dan polindes (2.3%)

96 Tabel 3.38 Persentase Tempat Penimbangan Anak Paling Sering dalam 6 Bulan, di Provlnsl NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Tempat Penimbangan Anak RS Puskesrnas Polindes Posyandu Lainnya Tipe Daerah Perkotaan 3,8 5,3 1,3 86,8 2,8 Perdesaan 1,0 5,1 2,5 90,3 1,2 Jenis Kelamin Umur Laki-Laki 1,1 4,7 2,2 90,4 1,6 Perempuan 1.7 5,6 2,4 89,1 1,2 0-5 Bulan 3,0 7,3 1,8 83,0 4, Bulan 0,9 1,8 1,8 93,7 1, Bulan 1,3 4,8 2,6 90,1 1, Bulan 1,7 6,0 2,0 89,5 0, Bulan 1,5 5,7 3, 1 88,5 1, Bulan 0,9 4,6 1,6 91,4 1,5 Pendidikan KK Tidal< Sekolah 1,3 7,5 3,8 86,3 1,3 SD Tidak Tamat 1,4 6,1 3,5 87,7 1,4 SD Tamat 0,6 4,3 2,0 91,9 1,1 SMP Tamat 1,3 6,6 2,4 89,1 0,5 SLTA Tamat 2,2 5,4 1,2 90,5 0,7 SLTA+ 4,3 6,9 0,0 81,9 6,9 Pekerjaan KK Tidak Bekerja 5,5 10,9 0,0 76,4 7,3 lbu Rumahtangga 0,0 0,0 3,2 93,5 3,2 PNS/PolrifTN I/BU MN/BUM 0 3,9 5,7 0,7 86,8 2,8 Wiraswasta/ Pegawai Swasta 1,6 5,4 0,5 90,3 2,2 Petani/ B.uruh/ Nelayan 0,8 5,4 2,8 90,3 0,7 Lainnya Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil-1 1,0 4,6 1,5 91,2 1,7 Kuintil-2 0,5 4,5 2,7 90,3 1,9 Kuintil ,3 2,8 88,9 0,6 Kuintil-4 1,2 5,3 2, 1 90,4 0,9 Kuintil-5 2,5 5, 1 2,3 87,8 2,3 Tabel 3.38 memberikan gambaran tentang persentase tempat penimbangan anak paling sering dalam 6 bulan menurut latar belakang. Terlihat tidak terdapat perbedaan tempat penimbangan anak menurut karakteristik, sebagian besar penimbangan dilaksanakan di posyandu. Tidak ada perbedaan yang nyata proporsi tempat penimbangan antara pedesaan dan perkotaan. antar kelompok umur, antar tingkat pendidikan KK, antar jenis pekerjaan KK, dan antar kuintil pengeluaran per kapita per bulan. 54

97 Tabel 3.39 memberikan gambaran tentang persentase anak 6-5~ bulan yang mempunyai KMS menurut Kabupaten/Kota. Secara umum kepemilikan KMS balita di Provinsi NTI adalah sebasar 74,5% dimana 19,1% punya KMS dan dapat. rrienunjukkan dan 55,4% punya KMS tetapi tidak dapat menunjukkan. Tabel 3.39 Persentase Anak 6-59 Bulan Yang Mempunyai KMS Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Uta"ra Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Kota Kupang Baral NTT.. 1.9_,1_ , ,s._ , ~~-~-~~~ Catatan: 1 = Punya KMS dan dapat menunjukkan 2 = Punya KMS, tidak dapat menunjukkan/ disimpan oleh orang lain 3 = Tidak punya KMS Kepemilikan KMS* ,8 53,8 25,4 5,4 74,1 20,5 14,4 59,6 26,1 14,5 61,3 24,2 28,9 53,2 17,9 11,7 53,9 34,4 18,3 43,3 38,3 34,0 56,6 9,4 23,6 67,7 8,7 28,5 49,8 21,7 23,5 56,6 19,9 24,1 67,9 8,0 11,5 52,8 35,7 7,3 29,9 62,8 41,5 38,1 20,4 25,9 62,5 11,6 55

98 Tabel 3.40 Persentase Anak 6-59 Bulan yang Mempunyai KMS Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Kepemilikan KMS* "Ipe Daerah Perkotaan 24,9 60,7 14,4 Perdesaan 18, 1 54,4 27,4 Jenis Kelamin Laki-Laki 18,6 56,2 25,2 Perempuan 19,7 54,5 25,8 Umur 6-11 Bulan 26,8 31,9 41, Bulan 27,5 49,6 23, Bulan 21,3 50,9 27, Bulan 20,6 55,9 23, Bulan 18,0 60,0 22,0 Pendidikan KK 13,2 60,6 26,2 Tidak Sekolah SD Tidak Tamat 15,2 53,3 31,5 SD Tamat 16,3 54,2 29,5 SMP Tamat 20,8 53,6 25,5 SLTA Tamat 27,7 54,2 18, 1 SLTA+ 20,8 61,7 17,5 Pekerjaan KK 19,9 62,8 17,3 Tidak Bekerja lbu Rumah Tangga 28,6 41,4 30,0 PNS/Polri/TNl/BUMN/BUMD 17, 1 68,3 14,6 Wiraswasta/Pegawai Swasta 19,0 63,5 17,4 Petani/ Buruh/ Nelayan 24,9 54,9 20,2 Lainnya 19,7 54,3 26,0 Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil-1 18,8 58,4 22,8 Kuinti!-2 17,4 52,6 30,0 Kuintil-3 19,2 54,8 26,1 Kuintil-4 18,8 56,5 24,8 Kuintil-5 22,5 55,5 22,0 Catatan: 1 = Punya KMS dan dapat menunjukkan 2 = Punya KMS, tidak dapat menunjukkan/ disimpan oleh orang lain 3 = Tidak punya KMS Tabel 3.40 memberikan gambaran tentang persentase anak 6-59 bulan yang mempunyai KMS menurut karakteristik. Terlihat bahwa proporsi kepemilikan KMS balita perkotaan lebih tinggi dari pada balita pedesaan. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antar jenis kelamin dan antar kelompok umur. Untuk pendidikan SD s/d SLTA tampak bahwa proporsi kepemilikan KMSnya lebih tinggi dibanding kelompok pendidikan lainnya. Bila dilihat menurut jenis pekerjaan tidak terdapat pola yang jelas antar jenis pekerjaan. Demikian juga bila dilihat menurut kuintil tingkat pengeluaran per kapita per bulan. 56

99 Tabel 3.41 Persentase Anak 6-59 Bulan yang Mempi.myai Buku KIA I Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Kepemilikan Buku KIA* Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Tim or T engah Selatan Timer Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT * Catatan: 1 = Punya KMS dan dapat menunjukkan 2 = Punya KMS, tidak dapat menunjukkan/ disimpan oleh orang lain 3 = Tidak punya KMS Tabel 3.41 rnernberikan gambaran tentang persentase anak 6-59 bulan yang mempunyai buku KIA menurut Kabupaten/Kota. Secara.umurn kepemilikan buku KIA di.prov NTT adalah sebesar 23.5% dimana 5.3% mempunyai buku KIA dan dapat menunjukkan dan 18.2% mempunyai buku KIA dan tidak dapat menunjukkan. 57

100 Tabet 3.42 Persentase Anak 6-59 Bulan yang Mempunyai Buku KIA Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kara kteristik Tipe Daerah 1 = Punya Buku KIA dan dapat menunjukkan 2 = Punya Buku KIA. tidak dapat rnenunjukkan/ disimpan oleh orang lain 3 = Tidak punya Buku KIA label 3.42 memberikan gambaran tentang persentase anak 6-59 bulan yang mempunyai buku KIA menurut karakteristik. Tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam kepemilikan buku KIA antar balita yang tinggal di perkotaan dan pedesaan dan juga antar jenis kelamin. Namun bila dilihat menurut kelompok umur, semakin muda usia balita proporsi kepemilikan 58 Kepemilikan Buku KIA* Perkotaan Perdesaan Jenis Kelamin Umur Laki-Laki Perempuan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Pendidikan KK Tidak Sekolah SD Tidak Tarnat SD Tarnat SMP Tarnat SL TA Tamat SLTA Pekerjaan KK Tidak Bekerja lbu Rumah Tangga PNS/Pclri/TNl/BUMN/BLJMD Wiraswasta/Pegawai Swasta Petani/Buruh/Nelayan Lainnya Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil * Catatan:

101 buku KIAnya semakin naik. KK denga,n tingkat pendidikan SD sd SLTA kepemilikan buku KIAnya relatif lebih tinggi dibanding kelompok pendidikan lainnya. KK sebagai ibu RT dan tidak bekerja kepemilikan buku KIA-nya relatif lebih tinggi dibanding dengan kelompok pekerjaan lainnya. Namun bila dilihat menurut kuintil terlihat tidak terdapat pola yang jelas antar kuintil terkait kepemilikan buku KIA Distribusi Kapsul Vitamin A Tabel 3.43 Persentase cakupan Kapsul Vitamin A Pada Anak 6-59 Bulan Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabu ~aten/kota Menerima Kaesul Vitamin A Tidak Menerima Kaesul Vitamin A Sumba Barat 73,4 26,6 Sumba Timur 66,0 34,0 Ku pang 67,7 32,3 Timor Tengah Selatan 87,6 12,4 Timor Tengah Utara 84,1 15,9 Belu 86,8 13,2 Alor 50,9 49, 1 Lembata 85,7 14,3 Flores Timur 79,6 20,4 Sikka 90,0 10,0 Ende 69,8 30,2 Ngada 69,7 30,3 Manggarai 59,1 40,9 Rote Ndao 79,4 20,6 Manggarai Barat 74,6 25,4 Kota Kupang.: ss.'1".:. 33.~- - NTT. 74, ,7. Tabel 3.43 memberikan gambaran tentang persentase cakupan kapsul vitamin A pada anak 6-59 bulan menurut Kabupaten/Kota. Secara umum cakupan kapsul vitamin A di Provinsi NTT adalah 74.3%. Kabupaten dengan cakupan kapsul vitamin A tertinggi adalah Kabupaten Sikka (90.0%), dan terendah adalah Kabupaten Alor (50.9%). 59

102 Tabel 3.44 memberikan gambaran tentang persentase cakupan kapsul vitamin A pada anak 6-59 bulan menurut karakteristik. Terlihat bahwa balita yang tinggal di pedesaan proporsi rnendapat capsul Vitamin A lebih tinggi dibanding dengan balita perkotaan. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antar jenis kelamin, pendidikan KK, tingkat pengeluaran per kapita per bulan, dan jenis pekerjaan. Tabet 3.44 Persentase Cakupan Kapsul Vitamin A pada Anak 6-59 Bulan Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas Karakteristik Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Jenis Kelamin Ulnur Laki-Laki Perempuan 6-11 Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Pendidikan KK Tidak Sekolah SD Tidak Tamat SD Tamat SMP Tamat SLTA Tamat SLTA+ Pekerjaan KK Tidak Bekerja lbu Rumah Tangga PNS/Polri/TNl/BUMN/BUMD Wiraswasta/Pegawai Swasta Petani/ Buruh/ Nelayan Lainnya Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5 Menerima Kapsul Vitamin A Tidak Menerima Kapsul Vitamin A 69,7 30,3 75,1 24,9 76,2 23,8 72,3 27,7 67,4 32,6 77,6 22,4 74,7 25,3 75,9 24,1 70,8 29,2 67,5 32,5 70,2 29,8 72,2 27,8 76,4 23,6 75,9 24,1 71,6 28,4 75,0 25,0 65,9 34, 1 72, 1 27,9 70,5 29,5 73,0 27,0. 75,6 24,4 73,4 26,6 74,8 25,2 74,2 25,8 73,3 26,7 60

103 3.3.4 Cakupan PelayananKesehatan lbu DanBayl j_,, Tabet 3.45 menggambarkan persentase berat bayi lahir rnenurut persepsl ibu menurut Kabupaten/Kota. Secara umum ptevalensi BB Lahir Normal menurut persepsi ibu adalah sebesar 59.5% kecil sebesar 21.1% dan besar 19.4%. Prevalensi BB' lahir kecil tertinggi ada di Kabupaten Kupang (38.5%) terendah di Kota Kupang Sumba Timur, Lembata, dan Flores Timur (0%). Tabel 3.45 Persentase Berat Bayi Lahir Menurut Persepsi lbu Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 BB Lahir Menurut Persepsi lbu Kabupaten/Kota Kecil Normal Besar Sumba Barat 10,0 70,0 20,0 Sumba Timur o.o 100,0 0,0 Kupang 38,5 50,0 11,5 Timor Tengah Selatan 27,5 52,2 20,3 Timor Tengah Utara 26,5 49,0 24,5 Belu 15,0 50,0 35,0 Alor 18,8 75,0 6,3 lembata 0,0 83,3 16,7 Flores Timur 0,0 84,6 15,4 Sikka 10,0 90,0 0,0 Ende 25,0 59,4 15,6 Ngada 33,3 50,0 16,7 Manggarai 18,2 63,6 18:2 Rote Ndao ~~.7 59,1 18,2 Manggarai Barat 23,7 65,8 10,5 Kota Kupang 0,0 61, 1 38,9 NTT 21, 1 59,5 19,4 Catatan: Kecil : Sangat Kecil + Kecil Normal : Normal Besar : Besar + Sangat Besar 61

104 Tabel 3.46 Persentase Berat Bayi Lahir Menurut Persepsi lbu Menurut Karakteristik di Propinsi NT(, Riskesdas 2007 Karakteristik Klasifikasi Desa Perkotaan Perdesaan Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Pendidikan KK Tidak Sekolah SD Tidak Tamat SD Tamat SMP Tamat SL TA Tamat SLTA+ Pekerjaan KK Tidak Bekerja lbu Rumah Tangga PNS/PolriffNl/BUMN/BUMD Wiraswasta/Pegawai Swasta Petani/Buruh/Nelayan Lainnya Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5 BB Lahir Menurut Persepsi lbu Kecil Normal Besar Catatan: Kecil : Sangat Kecil + Kecil Normal : Normal Besar : Besar + Sangat Besar Tabel 3.46 menggambarkan persentase berat bayi lahir menurut persepsi ibu menurut karakteristik. Bayi dengan BB lahir kecil prevalensinya lebih tinggi di pedesaan dibanding dengan di perkotaan. Bayi perempuan prevalensi BB lahir kecil prevalensinya lebih tinggi dibanding bayi laki-laki. Bila dilihat menurut tingkat pendidikan. terlihat tidak ada pola yang jelas mengenai prevalensi bayi BB lahir kecil antar tingkat pendidikan. Namun bila dilihat menurut jenis pekerjaan KK. mereka yang tidak bekerja prevalensi BB lahir kecil relatif tinggi dibanding kelompok lainnya. Selanjutnya bila dilihat menurut kuintil pendapatan. terlihat bahwa kelompok kuintil 5 prevalensi BB kecil relatif rendah. dibanding empat kelompok kuintil lainnya. 62

105 Tabel 3.47 Persentase C,aJs4pan Penimbangan Bayi La.t1ir, Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota > Ditimbang Tidak Ditimbang ' Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Al or Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel 3.47 memberikan gambaran persentase cakupan penimbangan bayi lahir menurut Kabupaten/Kota. Secara umum cakupan penimbangan bayi lahir di Provinsi NTI adalah 55.8%. Prevalensi penimbangan bayi lahir tertinggi ada di Kabupaten Flores Timur dan Lembata (100%). terendah di Kabupaten Sumba Timur (0%). 63

106 Tabel 3.48 memberikan gambaran persentase cakupan penimbangan bayi lahir menurut karakteristik. Bila dilihat dari tempat tinggal. bayi lahir di perkotaan (76.7%) proporsinya lebih tinggi untuk ditimbang dibanding dengan bayi lahir di pedesaan (52.5%). Bila dilihat dari tingkat penddikan'kk. tampak bahwa mereka yang berpendidikan SD s/d SLTA proporsinya bayi lahir ditimbang lebih tinggi dibanding dengan kelompok pendidikan lainnya. Bila dilihat dari pekerjaan KK. mereka yang tidak bekerja dan lbu Rumahtangga proporsi bayi lahir yang ditimbang relatif lebih tinggi dibanding dengan kelompok jenis pekerjaan KK lainnya. Bila dilihat dari kuintil pendapatan. kuintil 5 terlihat proporsi bayi lahir ditimbang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kuintil lainnya. Tabel 3.48 Persentase Cakupan Penimbangan Bayi Lahir Menurut Karakteristik di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Kara kteristik Klasifikasi Desa Perkotaan Perdesaan Pendidikan KK Tidak Sekolah SD Tidak Tamat SD Tamat SMP Tamat SLTA Tamat SLTA+ Pekerjaan KK Tidak Bekerja lbu Rumah Tangga PNS/Polri/TN l/bu_mn/bu MD Wiraswasta/Pegayvai Swasta Petani/Buruh/Nelayan Lainnya Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5 Ditimbang Tidak Ditimbang

107 Tabel 3.49 memberikan gambaran persentase berat badan lahir berdasarkan catatan menurut Kabupaten/Kota. Secara umum prevalensi BBLR di Provinsi NTT adalah sebesar 20.0%. Prevalensi BBLR tertinggi ada di Kabupaten Sikk'a (38.1 %). l<abupaten 'terendah ada di Kabupaten Rote Ndao. Untuk bayi besar (:::4000 gram), prevalensi tertinggi ada di Kabupaten Sumba Timur (21.4%) terendah di Kabupaten Sumba Barat, Manggarai Barat Flores Timur, Sikka, Ende, dan Ngada (0%). Kabupaten/Kota < Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang : ~::.. :.:.:::... :-:.:": --: :. -_-_:_: 2:0:.2: = : NTT Tabel 3.49 Persentase Berat Badan Lahir Berdasarkan Catatan Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Berat Sadan Lahir (Gram) so:o.--- Catatan: Sumber informasi berat bayi baru lahir : Buku KIA, KMS, catatan kelahiran ~ "': :. -:- :---~~r - - o:o

108 Tabel 3.50 memberikan gambaran persentase berat badan lahir berdasarkan catatan menurut karakteristik. Prevalensi BBLR di pedesaan relatif sedikit lebih tinggi dibanding dengan perkotaan. Bila dilihat dari tingkat pendidikan. terlihat bahwa jenis pendidikan KK SD s/d SLTA mempunyai proporsi yang cukup siginifikan untuk proporsi BBLR. Bila dilihat dari jenis pekerjaan. jenis pekerjaan KK tidak bekerja dan lbu Rumah Tangga mempunyai prevalensi relatif tinggi untuk BBLR. Bila dilihat dari status ekonomi. terlihat semakin rendah kuintil pengeluaran per kapita akan semak n tinggi prevalensi BBLRnya. Tabet 3.50 Persentase Berat Badan Lahir Berdasarkan Catatan Menurut Karakteristik di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Tipe Daerah Berat Sadan Lahir (Gram) < ~4000 Perkotaan Perdesaan Pendidikan KK Tidak Sekolah SD Tidak Tamat SD Tamat SMP Tamat SLTA Tamat SLTA Pekerjaan KK Tidak Bekerja lbu Rumah Tangga PNS/Polri/TN I/BU MN/BU MD Wiraswasta/ PegavYai Swasta Petani/ Buruh/ Nelayan Lainnya Tingkat Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Catatan: Sumber informasi berat bayi baru lahir : Buku KIA. KMS, catatan kelahiran 66

109 Tabet 3.51 rnemberikap gambaran tentang persentase cakupan pemeriksaan kehamilan menurut Kabupaten/Kota. Secara umum proporsi periksa hamil (ANC) di Provinsi NTT adalah sebesar 87.9%. Kabupaten dengan prevalensi ANC tertinggi ada di Kabupaten Sumba Timur, Kupang, Lembata, Flores Timur, Sikka, dan Ngada (100Wo}. Kabupaten dengan prevalensi ANC terendah ada di Kabupaten Timor Tengah Selatan (69%). Tabel 3.51 Persentase Cakupan Pemeriksaan Keharnllan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas 2007,r Kabu paten/kota Periksa Hamil Tidak Periksa Hamil Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utaia Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT

110 Tabel 3.52 memberikan gambaran persentase cakupan pemeriksaan kehamilan menurut karakteristik. Bila dilihat dari aspek tempat tinggal. mereka yang tinggal di perkotaan relatif lebih tinggi proporsinya periksa hamil dibanding dengan mereka yang tinggal di pedesaan. Semakin tinggi tingkat pendidikannya ada kecenderungan semakin tinggi proporsinya untuk periksa hamil. -Namun demikian tidak terdapat pola yang jelas proporsi periksa hamil antar jenis pekerjaan KK can antar kuintil tingk t pengeluaran per kapita. Tabel 3.52 Persentase Cakupan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas '2007 Karakteristik Klasifikasi Desa Perkotaan Perdesaan Pendidikan KK Tidak Sekolah SD Tidak Tamat SD Tamat SMP Tamat SLTA Tamat SLTA+ Pekerjaan KK Tidak Bekerja lbu Rumah Tangga PNS/Polri/TNl/BUMN/BUMD Wiraswasta/Pegawai Swasta Petani/Buruh/Nelayan Lainnya Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintii-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5 Periksa Hamil Tidak Periksa Hamil

111 Tabel 3.53 Persentase Jenis Pelayanan pada Pemeriksaan Kehamilan Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabu paten/kota Sumba 3arat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Al or Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT a b c Jenis Pemeriksaan* d e f g h Jenis pelayanan kesehatan : a := pengukuran tinggi badan e = pemberian imunisasi TT b = pemeriksaan tekanan darah f = penimbangan berat badan c = pemeriksan tinggi fundus (perut) g.:: perneriksaan-herneqlobin d = pemberian tablet Fe h = pemeriksaan urine Tabel 3.53 memberikan persentase jenis pelayanan pada pemeriksaan kehamilan menurut Kabupaten/Kota. Secara umum prevalensi jenis-jenis pelayanan ANC yang diterima oleh bumil adalah. pengkuran tinggi badan 33.1 %, pemeriksaan tekanan darah 10.3 %, pemeriksaan tinggi fundus (perut) 19.7%, pemberian tablet Fe 6.2%, pemberian imunisasi TT 21.7%, penimbangan berat badan 5.9%, pemeriksaan hemoglobin 62.8%, dan pemeriksaan urin 74.6%. 69

112 Tabel 3.54 Persentase Jenis Pelayanan pada Pemeriksaan Kehamilan Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Klasifikasi Perkotaan Perdesaan Desa Pendidikan KK Tidak Sekolah SD Tidak Tamat SD Tamat SMP Tamat SLTA Tamat SLTA+ Pekerjaan KK Tidak Bekerja lbu Rumahtangga PNS/Polri/TNl/BUMN/BUMD Wiraswasta/Pegawai Petani/Buruh/Nelayan Lainnya Tingkat Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5 Swasta a b Jenis Pemeriksaan* c d e f h g Jenis pelayanan kesehatan : a = pengukuran tinggi badan e = pemberian imunisasi TT b = pernerlksaan tekanan darah f = penimbangan berat badan c = pemeriksan tinggi fundus (perut) g = pemeriksaan hemoglobin d = pemberian tablet Fe h = pemeriksaan urine Tabel 3.54 memberikan gambaran persentase jenis pelayanan pada pejnerlksaan kehamilan menurut karakteristik. Tidak terdapat pola yang jelas antara jenis tempat tinggal dengan proporsi jenis pelayanan ANC. Tidak terdapat pola yang jelas antara tingkat pendidikan dengan proporsi jenis pelayanan ANC. Selanjutnya juga terlihat tidak ada pola yang jelas hubungan antara jenis pekerjaan dan tingkat pengeluaran per kapita dengan jenis pelayanan ANC yang diterima. 70

113 Tabel 3.55 Persentase Cakupan Pelayanan Neonatal Menurut Kabupaten/Kota di Provins! NTT, Riskesdas 2007 Pemeriksaan Neonatus (KN) Kabupaten/Kota KN-1 KN-2 (0-7 Hari} (8-2'3 Hari} Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timar Tengah Selatan Timar Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kata Kupang NTT Tabel 3.55 memberikan gambaran tentang persentase cakupan pelayanan neonatal menurut kabupaten/kota. Secara umum prevalensi KN1 di Provinsi NTT adalah 42.3%. Prevalensi tertinggi ada di Kabupaten Ngada (91.7%), terendah di Kabupaten Sumba T.imur (0%). Prevalensi KN2 di Provinsi NTT adalah sebesar -34.4%. Prevalensi tertiliggi ada di Kabupaten Ngada,-terendah di Kabupaten Sumba T:imur (0%). 71

114 Karakteristik Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Pendidikan KK Tidak Sekolah SO Tidak Tamat SO Tamat SMP Tamat SLTA Tamat SLTA+ Pekerjaan KK Tidak Bekerja lbu Rumah Tangga PNS/Polri/TNI/ BUMN/BUMO Wiraswasta/ Pegawai Petani/ Buruh/ Nelayan Lainnya Swasta Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuiriti1-1 Kuintl-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5 Tabel 3.56 Persentase Cakupan Pelayanan Neonatal Menurut Karakteristik di Provinsi NIT, Riskesdas 2007 Pemeriksaan Neonatus (KN) KN-1 KN-1 (0-7 Harl) (0-7 Hari) Tabel 3.56 memberikan gambaran tentang persentase cakupan pelayanan neonatal menurut karakteristik. Pemeriksaan KN1 maupun KN2 di perkotaan lebih tinggi dibanding dengan pedesaan. Bila dilihat dari tingkat pendidikan. terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya maka prevalensi KN1 dan KN2 semakin tinggi. Bila dilihat nari jenis pekerjaan KK. maka tampak bahwa tidak terdapat pola yang jelas antara hubungan jenis pekerjaan dengan prevalensi KN 1 dan KN2. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat pengeluaran per kapita dengan prevalensi KN1 dan KN2. 72

115 Tabel 3.57 Sebaran Penolong Persalinan Menw,ut Kabupaten/Kota, di Provlnsi NTT, Riskesdas 2007 Kabu paten/kota Jenis Penolong Persalinan* a b c d e f Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Jenis penolong persalinan: a= dokter d dukun bersalin b = bidan e = famili c = nakes lain f = lainnya T abel mernberlkari gambaran-- sebar-00: pei=l61orig. persaflfiar1 me-rnfruf ka-bupaten7kota.-- Secara umum prevalerrsl penolonq persaltnan lertirtggr adatah dukun bersaun (46-.-Z%r.---. kemudian disusul bidan (36.5%), famili (11.5%), akhirnya dakter (4.1 %). Untuk pertolongan dukun. prevalensi tertinggi terdapat di Kabupaten Alar (72.1 %), terendah di Kata Kupang (10.2%). 73

116 Tabel 3.58 Sebaran Penolong Persalinan Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, 'Riskesdas 2007 Karakteristik Jenis Penolong Persalinan* a b c d e f Klasifikasi Dvsa Perkotaan Perdesaan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan KK Tidak Sekolah SD Tidak Tamat SD Tamat SMP Tamat SLTA Tamat SLTA Pekerjaan KK Tidak Bekerja lbu Rumah Tangga PNS/Polri/TNl/BUMN/BUMD Wiraswasta/Pegawai Swasta Petani/Buruh/Nelayan Lainnya Tingkat Pengeluaran Per Kapita Per Bulah Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Jenis penolong persalinan: a= dokter d = dukun bersalin b = bidan e = famili c = nakes lain f = lainnya Tabel 3.58 memberikan gambaran sebaran penolong persalinan menurut karakteristik. Untuk mereka yang tinggal <Ii perkotaan penolonq persalinan tertinggi adalah bidan dan dokter, sementara yang tinggal di pedesaan penolong persalinan tertinggi adalah dukun bayi dan bidan. Semakin tinggi tingkat pendidikan KK, jenis pertolongan dokter semakin tinggi. Sementara semakin rendah tingkat pendidikan KK, pertolongan oleh dukun semakin tingggi. Dilihat dari jenis pekerjaan, mereka yang punya pekerjaan tetap proporsi pertolongan persalinan oleh dokter dan bidan cukup tinggi. Sebaliknya yang tidak punya pekerjaan tetap pertolongan oleh dukun cukup tinggi. 74

117 Tabel 3.59 Sebaran Kecukupan ANC Trisemester 123 Mepurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NIT, Riskesdas 2007' Kabupaten/Kota ANC Trimester-123 Tidak Pernah < 4 Kali ~ 4 Kali Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel 3.59 memberikan gambaran tentang sebaran kecukupan ANC Trisemester-123 menurut kabupaten/kota. Secara umum prevalensi ANC Trisemester 123 ~ 4 kali adalah sebesar 50.8%, kurang dari 4 kali 38.3% dan tidak pernah 10.9%. Prevalensi ANC ~ 4 kali tertinggi ada di Ka~P.-8.:~~~:.~ikka ( 10.4%)Tierendah.di_~a~~pate_n Alor (25,7%). - 75

118 Karakteristik Tipe Daerah Tabel 3.60 memberikan gambaran tentang sebaran kecukupan ANC Trisemester 123 menurut karakteristik. Terlihat bahwa bumil yang di perkotaan prevalensi ANCnya lebih tinggi dibanding dengan bumil di pedesaan. Bila dilihat dari tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan KK maka semakin tinggi prevalensinya untuk ANC ~ 4 kali. Tidak terdapat pola yang jelas hubungan antara jenis pekerjaan dan kecukupan ANC. Bila dilihat dari kuintil pengeluaran per kapita, maka semakin tinggi tingkat pengeluaran per kapita ada kecenderungan semakin tinggi prevalensi ANCnya ~ 4 kali. 3.4 Penyakit Menular Penyakit menular yang diteliti pada Riskesdas 2007 terbatas pada beberapa penyakit yang ditularkan oleh vektor. Penyakit yang ditularkan melalui udara atau percikan air liur, dan penyakit yang ditularkan melalui makanan atau air. Penyakit menular yang ditularkan oleh vektor adalah filariasis, demam berdarah dengue (DBD), dan malaria. Penyakit yang ditularkan melalui udara atau percikan air liur adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), pneumonia, dan campak. Sedangkan penyakit yang ditularkan melalui makanan atau air adalah penyakit tifoid, hepatitis, dan diare. Data yang diperoleh hanya merupakan prevalensi penyakit secara klinis dengan teknik wawancara dan menggunakan kuesioner baku (RKD07.IND), tanpa konfirmasi pemeriksaan laboratorium. Kepada responden ditanyakan apakah pernah didiagnosis menderita penyakit 76 ANC Trimester-123 Tidak Pernah < 4 Kali ~ 4 Kali Perkotaan Perdesaan Pendidikan KK Tidak Sekolah SD Tidak Tamat SD Tamat SMP Tamat SLTA Tamat SLTA Pekerjaan KK Tabel 3.60 Sebaran Kecukupan ANC Trisemester 123 Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Tidak Bekerja lbu Rumah Tangga PNS/Polri/TNl/BUMN/BUMD Wiraswasta/Pegawai Swasta Petani/Buruh/Nelayan Lainnya Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil

119 tertentu oleh tenaga kesehatan (D: diagnosis). Responden..yang menyatakan tidak pernah didiagnosis, ditanyakan lagi apakah pernatt/sedang rnenderita gejala klinis spesitik penyakit tersebut (G). Jadi prevalensi pehyakit merupakan data yang didapat dari D maupun G (DG). Prevalensi penyakit akut dan pe'rlyakit yang 'sering dijum~ai ditanyakari dalam kurun waktu satu bulan terakhir, sedangkan prevalensi penyakit kronis dan musiman ditanyakan dalam kurun waktu 12 bulan terakhir (lihat kuesioner RKD07.IND: BloK Y[no ). Khusus malaria, selain prevaleosi penyakit juga dinilai proporsi kasus malaria yang mendapat pengobatan dengan obat antimalaria program dalam 24 jam menderita sakit (0). Demikian pula diare, dinilai proporsi kasus diare yang mendapat pengobatan oralit (0) Prevalensi Filariasis, Demam Berdarah Dengue dan Malaria Filariasis,,.(penyakit kaki gajah) adalah penyakit kronis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk dan dapat rnenyebabkan kecacatan dan stigma. Umumnya penyakit ini diketahui setelah timbul gejala klinis kronis dan kecacatan. Kepada responden yang menyatakan "tidak pernah _pidiagnosis filariasis oleh tenaga kesehatan" dalam 12 bulan terakhir ditanyakan gejala-gejala sebagai berikut : adanya radang pada kelenjar di pangkal paha, pembengkakan alat kelamin, pembengkakan payudara, dan pembengkakan tungkai bawah atau atas. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi tular vektor yang sering rnenyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan tidal< sedikit menyebabkan kematian. Penyakit ini bersifat musiman yaitu biasanya pada musim hujan yang memungkinkan vektor penular (Aedes aegypti dan Aedes albopictus) hidup di genangan air bersih. Kepada responden yang menyatakan "tidak pernah didiagnosis 080 oleh tenaga kesehatan" dalam 12 bulan terakhir ditanyakan apakah pernah menderita demam/panas, sakit kepala/pusing disertai nyeri di ulu hati/perut kiri atas, mual dan muntah, lemas, kadang-kadang disertai bintik-bintik merah di bawah kulit dan atau mimisan, kaki/tangan dingin. Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena sering menimbulkan KL8. berdampak luas terhadap kualitas hid Up dan ekonorrii. serta 'dapat rnenqakibatkan kematian. Penyakff ~ ini dapat bersifat akut. laten atau kronis. Kepada responden yang menyatakan ''.tidak pernatr" didiagnosis malaria oleh tenaga kesehatan" dalam satu bulan terakhir ditanyakan apakah pernah menderita panas tinggi disertai menggigil (perasaan dingin). panas naik turun secara berkala. berkeringat. sakit kepala atau tanpa gejala malaria tetapi sudah minum obat antimalaria. Untuk responden yang menyatakan "pernah didiagnosis malaria oleh tenaga kesehatan" ditanyakan apakah mendapat pengobatan dengan obat program dalam 24 jam pertama menderita panas. 77

120 Kabupaten/Kota Tabel 3.61 Prevalensi Filariasis, Demam Berdarah Dengue, Malaria dan Pemakaian Obat Program Malaria > ' Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Filariasis DBD Malaria DG D DG D OG D 0 Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Oalam 12 bulan terakhir, di Provinsi Nusa Tenggara Timur filariasis klinis terdeteksi dengan prevalensi yang sangat rendah. Namun ada 13 Kabupaten yang prevalensinya antara 1-4 per mil, lebih tinggi dari prevalensi filarisis di Provinsi Nusa Tenggara Timur secara keseluruhan. Oalam kurun waktu 12 bulan terakhir, 080 klinis dapat dideteksi di semua kabupaten/ kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur (rentang prevalensi %), yang tertinggi yaitu Kabupaten. Manggarai. Hal ini tidak mengherankan karena penyebaran 080 kini tidak terbatas di kota besar saja. melainkan sudah meluas ke wilayah rural. Program prornosi kesehatan juga secara intensif memberikan penerangan kepada masyarakat tentang pencegahan penyakit ini (3M) sehingga kewaspadaan dan deteksi dini penyakit ini menjadi lebih baik. Kejadian 080 sangat dipengaruhi oleh musim. umumnya meningkat di awal musim penghujan. dan dapat bersifat fatal bila tidak segera ditangani dengan baik. Prevalensi malaria dalam sebulan terakhir di Provinsi Nusa Tenggara Timur dijumpai sebesar 14.9%. dengan rentang %. Penyakit ini dapat bersifat akut dan kronis (kambuhan) dan kemungkinan bisa menjadikan kasus-kasus malaria import untuk wilayah Jawa-Bali yang disebabkan karena perkembangan penduduk (mobilitas penduduk). Terdapat 4 kabupaten yang prevalensinya antara % lebih tinggi dari prevalensi malaria di Provinsi Nusa Tenggara Timur secara keseluruhan yaitu kabupaten Sumba Barat. Lembata. Sumba Timur dan Manggarai 8arat. Dalam Riskesdas ini. juga ditanyakan berapa banyak penderita penyakit malaria klinis dalam sebulan terakhir yang minum obat program untuk malaria. Tampak bahwa di empat Kabupaten dengan prevalensi malaria relatif tinggi di atas. persentase orang yang minum obat program masih di bawah 60%. Berbeda dengan 5 kabupaten dengan prevalensi lebih rendah dari prevalensi malaria di Propinsi Nusa Tenggara Timur. persentase orang yang minum obat program di atas 60% ( %). 78

121 Tabel 3.62 Prevalensi Filariasis. Demam Berdarah Dengue. Malaria dan Pernakaian Obat Program Malari.a l\{lenurut Karakteristik, di Propinsi NIT, Riskesdas 2007 Karakteristik Filariasis DBD Malaria DG D DG D DG D 0 Kelompok Umur (Tahun) < o > Jenis Kelamin Laki - laki Perempuan Klasifikasi Desa Perkotaan Perdesaan Pendidikan Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat SLTA + _ Pekerjaan Tidak Kerja Sekolah lbu RT Pegawai Wiraswasta Petani/Nelayan/Buruh Lainnya Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Karakteristik responden yang menderita penyakit tular vektor di atas berbeda-beda. Dalam Riskesdas 2007 ini. DBD tersebar di semua kelompok umur. terutama di kelompok usia produktif. demikian juga malaria. Sedangkan filaria juga tersebar di semua kelompok umur terutarna di kelompok usia lebih besar dari 75 tahun. kecuali bayi. Tidak ada perbedaan mencolok pada jenis kelamin penderita filariasis. DBD dan malaria. Malaria. filaria dan DBD lebih banyak dijumpai pada responden yang tinggal di wilayah perdesaan daripada di perkotaan. 79

122 Tingkat pendidikan tampaknya ada pengaruhnya terhadap prevalensi malaria. OBO dan filaria. kemungkinan karena kesadaran serta pengetahuan masyarakat yang kurang. Penyakit Malaria. OBO dan filariasis banyak dijumpai 'pada. masyarakat petani. hal ini kemungkinarr disebabkan karena masyarakat sering ke kebun dan kadang-kadang menginap sampai beberapa hari. Berdasarkan tingkat pengeluaran Rumah Tangga. tidak ada perbedaan dari ketiga penyakit ini Prevalensi ISPA, Pneumonia, TB, dan Campak lnfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat. ISPA yang mengenai jaringan paru-paru atau ISPA berat. dapat menjadi pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit infeksi penyebab kematian utama. terutama pada balita. Dalarn Riskesdas ini dikumpulkan data ISPA ringan dan pneumonia. Kepada responden ditanyakan apakah dalam satu bulan terakhir pernah didiagnosis!spa/pneumonia oleh tenaga kesehatan. Bagi responden yang menyatakan tidak pernah. ditanyakan apakah pernah rhenderita gejala ISPA dan pneumonia. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit menular kronis yang menjadi isu global. Di Indonesia penyakit ini termasuk salah satu prioritas nasional untuk program pengendalian penyakit karena berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi. serta sering mengakibatkan kematian. Walaupun diagnosis pasti TB berdasarkan pemeriksaan sputum STA positif. diagnosis klinis sangat menunjang untuk diagnosis dini terutama pada penderita TB anak. Kepada respoden ditanyakan apakah dalam 12 bulan terakhir pernah didiagnosis TB oleh tenaga kesehatan. dan bila tidak. ditanyakan apakah menderita gejala batuk lebih dari dua minggu atau batuk berdahak bercampur darah. Campak merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pi Indonesia masih terdapat kantong-kantong penyakit campak sehingga tidak jarang terjadi KLB. Kepada responden yang menyatakan tidak pernah didiagnosis campak oleh tenaga kesehatan. ditanyakan apakah pernah menderita gejala demam tinggi dengan mata merah dan penuh kotoran. serta ruam pada kulit terutama di leher dan dada. Kabupaten/Kota Tabel 3.63 Prevalensi ISPA, Pneumonia, TBC, Campak Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 ISPA Pneumonia rec Campak DG D DG D DG D DG D Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Al or Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT

123 lnfeksi saluran pernafasan akut (ISF'.,A) tersebar di seluruh Provins! Nusa Tenggara Timur dengan rentang prevalensi yang sangat bervariasi (2~ %). Angka prevalensi ISPA dalam sebulan terakhlr di Provinsi Nusa T~nggara Timur adalah 44.1%; prevalensi di atas 44.1 % ditemukan di 7 Kabupaten yaitu : Kabupaten, Sumba Barat. Sikka. Ende. Ngada. Manggarai. Rote Nqao. dan Mangga'rai Barat. Terdapat 2 kabupaten kota yang mempunyai prevalensi di.bawah 25 %. yaitu kabupaten Timor Tengah Utara dan Kota Kupang. Kasus ISPA yang berlarut-larut akan menjadi Pnemonia. Secara umurri ai Provinsi Nusa Tenggra Timur rasio prevalensi Pnemonia sebulan terakhir adalah 10.2% dari prevalensi ISPA. yaitu 4.5% (rentanq %). Prevalensi Pnemonia yang relatif tinggi dijumpai di Kabupaten Manggarai. Ngad& dan Sumba Barat. Tidak semua daerah dengan prevalensi ISPA tinggi juga mempunyai prevalensl Pnemonia tinggi. seperti di Kabupaten Sikaa. Hal ini sangat tergantung dari tingkat kesadaran ibu unfuk mengenali kasus ISPA pada anaknya dan membawanya segera ke fasilitas pengobatan. dan tergantung pada kemampuan fasilitas kesehatan tersebut. sehingga kejadian Pnemonia dapat dicegah. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit yang menjadi prioritas nasional untuk program pengendalian penyakit. Di provinsi inl TB terdeteksi dengan prevalensi 18 per tersebar di hampir seluruh Kabupatervkota (rentang : 2 di Kabupaten Sumba Timur dan Kota Kupang - 76/1000 di Kabupaten Manggarai). Campak merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. dan termasuk dalam program imunisasi nasional. Di Provinsi Nusa Tenggara Timur. dalam 12 bulan terakhir penyakit ini masih terdeteksi dengan prevalensi 1.6 % (rentang %). Di beberapa kabupaten/kota prevalensinya masih 1.6% atau lebih tinggi. yaitu di Kabupaten Kupang. Belu. Lembata. Ngada. Manggarai dan Rote Ndao. 81

124 Karakterlstlk Tabel 3.64 Prevalensi ISPA, Pneumonia, TBC, Campak Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 ISPA Pneumonia TBq CaQ1pak DG D DG D DG [) DG D Kelom_pok Umur (Tahun) < > Jenis Kelamin Laki - laki Perempuan Klasifikasi Desa Perkotaan Perdesaan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat SLTA Pekerjaan Tidak Kerja Sekolah lbu RT Pegawai Wiraswasta Petani/Nelayan/Buruh Lainnya Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Memperhatikan karakteristik umur responden. tampak bahwa ISPA merupakan penyakit diderita oleh semua kelompok umur. Pola sebaran Pnemonia menurut kelompok umur serupa dengan pola sebaran ISPA. Prevalensi Pnemonia yang relatif tinggi pada kelompok umur tua (75 tahun ke atas) dapat disebabkan fungsi paru yang menurun. Untuk TB. tampak adanya kecenderungan peningkatan prevalensi sesuai dengan peningkatan usia. tetapi prevalensi turun pada usia 75 tahun ke atas. Sedangkan untuk campak. prevalensi relatif tinggi pada bayi dan balita serta usia 65 tahun ke atas. Jenis kelamin tidak banyak 82

125 mempengaruhi prevalensi ISPA., Pnernonia. TB dan Carnpak. Berdasarkan wilayah tempat tinggal. daerah perdesaan secara' konsisten rnenunjukkan prevalerlsi penyakit ISPA dan Campak relatif lebih tinggi dari daerah 'perkotaan. sedangkan unt(ii('rsc dari Pneumonia menunjukkan sebaliknya. Pada umumnya. makin rendah tingkat pendidikan makin tinggi prevalensi penyakit..namun perlu diperhatit<an. bahwa kelompok anak (yang berisiko ISPA dan Pnemonia) juga termasuk datam.kelornpok 'tidak-sekolah'. tidak tarnat SD' dan 'tamat SD'. Sehingga prevalensi IS_PA dan Pnemonia yang tinggi pada kelompok berpendidikan rendah ini konsisten dengan ti,ngjinya prevalensi pada kelompok anak-anak. Tidak bekerja. ibu rumah tangga Clan petani _cenderung rnernpunyal prevalensi penyakit ISPA. Pnemonia. TB dan Campak yang lebih tinggi. Rumah tangga dengan tingkat pengeluaran perkapita tinggi mempunyai pengaruh terhadap kejadian ke empat penyakit ini Prevalensi Tifoid, Hepatitis dan Diare Prevalensi demam tifoid diperoleh dengan menanyakan apakah pernah didiagnosis tifoid oleh tenaga kesehatan dalam satu bulan terakhir. Responden, yang menyatakan tidak pernah. ditanya -apakah satu bulan terakhir pernah menderita gejala tifoid. seperti demam sore/malam hari kurang dari satu minggu. saklt kepala. lidah kotor dan tidak bisa buang air besar. Kasus hepatitis yang dideteksi pada survei Riskesdas adalah semua kasus hepatitis klinis tanpa mempertimbangkan penyebabnya. Prevalensi hepatitis diperoleh dengan menanyakan apakah pernah didiagnosis hepatitis oleh tenaga kesehatan dalam 12 bulan terakhir. Responden yang menyatakan tidak pernah didiagnosis hepatitis dalam 12 bulan terakhir. ditanyakan apakah dalam kurun waktu tersebut pernah menderita mual. muntah. tidak nafsu makan. nyeri perut sebelah kanan atas. kencing warna air teh. serta kulit dan mata berwarna kuning. Prevalensi diare diukur dengan menanyakan apakah responden pernah didiagnosis diare oleh tenaga kesehatan dalam satu bulan terakhir. Responden yang menyatakan tidak pernah. ditanya apakah dalam satu bulan tersebut pernah menderita buang air besar >3 kali sehari dengan kotoran.lernbek/cair. Responden yang menderita. dlare... ditanza, apakah minum oralit atau cairan gula garam. 83

126 Tabel 3.65 Prevalensi Tifoid, Hepatitis, Diare Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Tifoid Hepatitis Di are DG D DG D DG D 0 Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Al or Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Dalam 12 bulan terakhir. tifoid klinis dapat dideteksi di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan prevalensi 2.2%. dan tersebar di seluruh kabupaten/kota dengan rentang %. Prevalensi tifoid tertinggi dilaporkan dari Kabupaten Manggarai. Alor. Manggarai Barat. S'umba Barat. Kupang dan Belu, yaitu lebih dari' 2.2%. Sedanqkan UntuK. hepatitis. penyakit in'i tidak teridentifikasi di Kabupaten Sumba Timur. Prevalensi hepatitis tertinggi diternukan di Kabupaten Manggarai (10.0%) dan Sumba Barat (2.9%) dibandingkan dengan prevalensi Provinsi Nusa Tenggara Timur yang hanya 1.5%.. Penyebaran diare dalam satu bulan terakhir di Provinsi Nusa Tenggara Timur merata di seluruh kabupaten/kota. Prevalensi di provinsi ini sebesar 11.7%. tertinggi ditemukan di Kabupaten Manggarai Barat (30.0%). Kabupaten Manggrai. Sumba Barat. Timer Tengah Selatan. Lembata dan Rote Ndao mempunyai prevalensi diare di atas 10%. Cukup menarik untuk melihat data di Kota Kupang. Kabupaten Kupang. Timer Tengah Utara dan Belu. meskipun prevalensi diare dibawah prevalensi propinsi. tetapi penggunaan oralitnya cukup tinggi yaitu lebih besar dari 60%. 84

127 Karakteristik Tabel 3.66 Prevalensi Tifoid, Hepatitis, Diare Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Tifoid Hepatitis Di are DG D DG DG D DG DG Kelompok Umur (Tahun) < > Jenis Kelamin Laki - laki Perempuan Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Pendidikan Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP ~ Tamat SLTA 1.4 0: &1.6 Tamat SLTA Pekerjaan Tidak Kerja Sekolah lbu RT Pegawai Wiraswasta Petani/Nelayan/Buruh Lainnya Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Tifoid. hepatitis dan diare ditemukan pada semua kelompok umur. Tifoid dan hepatitis jarang ditemukan di kelompok bayi. sedangkan diare banyak ditemukan pada kelompok bayi dan balita. 85

128 Jenis kelamin tidak mempengaruhi prevalensi ke tiga penyakit ini. berbeda dengan pendidikan. Dari sudut tempat tinggal. tidak ada perbedaan antara perdesaan dan perkotaan dari ketiga penyakit tersebut. Kelompok yang berpendidikan rendah umumnya cenderung memiliki prevalensi lebih tinggi. Namun perlu diperhatikan pada diare. prevalensi tinggi pada kelompok 'tidak sekolah' mungkin dipenqaruhi juga oleh kenyataan bahwa kelompok ini sebagian terdiri dari anakanak. Dilihat dari aspek pekerjaan. prevalensi tertinggi tifoid dijumpai pada kelompok tidak kerja (2.8%). petani. sekolah dan ibu rumah tangga.prevalensi diare tertinggi diidentifikasi pada kelompok buruh/nelayan/petani (10.4%). Berdasarkan tingkat pengeluaran per kapita tifoid. hepatitis dan diare tersebar di semua strata status ekonomi masyarakat. 3.5 Penyakit Tidak Menular Penyakit Tidak Menular Utama, Penyakit Sendi, Penyakit Keturunan dan Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular Data penyakit tidak menular (PTM) yang disajikan meliputi penyakit sendi. asma. stroke. jantung. OM. hipertensi. tumor/kanker. gangguan jiwa berat. buta warna. glaukoma. bibir sumbing. dermatitis. rinitis. talasemia. dan hemofilia dianalisis berdasarkan jawaban responden "pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan" (notasi D pada tabel) atau "mempunyai gejala klinis PTM". Prevalensi PTM adalah gabungan kasus PTM yang pernah didiagnosis nakes dan kasus yang mempunyai riwayat gejala PTM (dinotasikan sebagai DG pada tabel). Cakupan atau jangkauan pelayanan tenaga kesehatan terhadap kasus PTM di masyarakat dihitung dari persentase setiap kasus PTM yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan dibagi dengan persentase masing-masing kasus PTM yang ditemukan. baik berdasarkan diagnosis maupun gejala (D dibagi DG). Penyakit sendi. hipertensi dan stroke ditanyakan kepada responden urm.r 15 tahun ke atas. sedangkan PTM lainnya ditanyakan kepada semua responden. Riwayat penyakit sendi. hipertensi. stroke dan asma ditanyakan dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. dan untuk jenis PTM lainnya kurun waktu riwayat PTM adalah selama hidupnya. Untuk kasus penyakit jantung. riwayat pernah mengalami gejala penyakit jantung dinilai dari 5 pertanyaan dan disimpulkan menjadi 4 gejala yang mengarah ke penyakit jantung. yaitu penyakit jantung kongenital. angina. aritmia. dan dekompensasi kordis. Responden dikatakan memiliki gejala jantung jika pernah mengalami salah satu dari 4 gejala termaksud. Data hipertensi didapat dengan metode wawancara dan pengukuran. Hipertensi aerdasarkan hasil pengukuran/pemeriksaan tekanan darah/tensi. ditetapkan menggunakan alat pengukur tensimeter digital. Tensimeter digital divalidasi dengan menggunakan standar baku pengukuran tekanan darah (sfigmomanometer air raksa manual). Pengukuran tensi dilakukan pada responden umur 15 tahun ke atas. Setiap responden diukur tensinya minimal 2 kali. jika has ii pengukuran ke dua berbeda lebih dari 10 mm Hg dibanding pengukuran pertama. maka dilakukan pengukuran ke tiga. Dua data pengukuran dengan selisih terkecil dihitung reratanya sebagai hasil ukur tensi. Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik a 140 mmhg atau tekanan darah diastolik a 90 mmhg. Kriteria JNC VII 2003 hanya berlaku untuk ustats tahun keatas. tnaka prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tensi dihitung hanya pada penduduk umur 18' tahun ke atas. Mengingat pengukuran tekanan darah dilakukan pada penduduk 15 tahun ke atas maka 86

129 temuan kasus hipertensi pada usia tahun sesuai kriteria JNC. VII 2003 akan dilaporkan secara garis besar sebagai tambahan informasj. S~lain penqukuran tekanan darah. responden juga.diwawancarai tentang riwayat didiagnosis oleh nakes atau riwayat meminum obat anti-hipertensi. Dalam.penulisan.tabel. kasus hipertensi berdasarkan hasil pengukuran diberi inisial U. kasus hipertensi berdasarkan diagnosis nakes diberi inisial D. dan gabungan kasus hipertensi berdasarkan diagnosis nakes dengan kasus hipertensi berdasarkaf'\' riwayat minum obat hipertensi diberi istilah diagnosis/minum obat dengan inisial DO. KabupatenlKota Sendi (%) Hipertensi (%) Stroke (%0) D DIG D DIO u D DIG Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Al or Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai ; Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Catatan: Tabet 3.67 Prevalensl Penyakit Kronls (Persendian, Hlpertensl, Stroke pada Penduduk*) dalam 1 Tahun Terakhlr Me11urut Kabupaten/Kota, di Provlnsi NTT, Riskesdas 2007 D = Diagnosa oleh Tenaga kesehatan 0 = Minum obat G = Dengan gejala U = Hasil pengukuran DIG = didiagnosis oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala *) Peny. Persendian dan stroke dinilai pada penduduk umur > 15 tahun, dan >18 tahun untuk hipertensi Tabel 3.67 menunjukkan. 38.0% penduduk Provinsi NTT mengalami gangguan persendian. dan angka ini lebih tinggi dari prevalensi Nasional yaitu 22.6%. Sementara prevalensi penyakit persendian berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 12.3%. tidak jauh berbeda dengan angka Nasioanal yaitu 15.02%. Menurut Kabupaten/Kota. prevalensi penyakit persendian di NTT berkisar antara 15.3% %. dan prevalensi di Kabupaten Lembata. Pulau Flores ditemukan lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya. sebaliknya Kota Kupang mempunyai prevalensi paling rendah. Sementara prevalensi penyakit persendian yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan berkisar antara %. dan prevalensi tertinggi juga ditemukan di Kabupaten Lembata. sebaliknya prevalensi terendah di Kabupaten TTU. 87

130 Pada tabel di atas juga dapat dilihat bahwa prevalensi hipertensi di NTT berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah adalah 22.8%. dan hanya berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 5.4%. sementara berdasarkan diagnosis dan atau riwayat minum obat hipertensi adalah 5.5%. Menurut Kabupaten/Kota. prevalensi hipertensi berdasarkan tekanan darah berkisar antara 18.6% %. dan prevalensi tertinggi ditemukan di Kabupaten Ende. Pulau Flores. sedangkan terendah di Kabupaten Rote Ndao. Sementara prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan atau minum obat hipertensi berkisar antara 1.8% - ).1 %. Memperhatikan angka prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis atau minum obat dengan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah di setiap Kabupaten/Kota di NTT. pada umumnya nampak perbedaan prevalensi yang cukup besar. Perbedaan prevalensi paling besar ditemukan di Kabupaten Manggarai. Data ini menunjukkan banyak kasus hipertensi di Kabupaten Manggarai maupun di wilayah lalhnya di NTf belum ditanggulangi dengan baik. Berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan atau gejala yang menyerupai stroke. prevalensi stroke di NTT adalah 11 per 1000 penduduk. Menurut Kabupaten/Kota prevalensi stroke berkisar antara 2%o - 21%0. dan Kabupaten Sumba Barat mempunyai prevalensi lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya berdasarkan diagnosis dan gejala (Tabel 3.67) Menurut karakteristik individu. pada Tabel 3.68 dapat dilihat bahwa berdasarkan umur. prevalensi penyakit sendi. hipertensi maupun stroke meningkat sesuai peningkatan umur responden. Menurut jenis kelamin. prevalensi penyakit sendi lebih tinggi pada wanita baik berdasarkan diagnosis maupun gejala. Sementara pola prevalensi hipertensi agak berbeda. berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah nampak lebih tinggi pada pria. sebaliknya berdasarkan diagnosis maupun riwayat minum obat ditemukan lebih tinggi pada wanita. Sedangkan pola prevalensi stroke menurut jenis kelar'nin pria lebih tinggi daripada wanita. 88

131 Tabel 3.68 Prevalensi Penyakit Persendian, Hipertensi dan Stroke Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Renyakit S~ndi (%) Hipertensi (%) Stroke(%) Karakteristik 1 D DIG D DIO u D DIG Kelompok Umur (Tahun) Jenis Kelamin Laki - laki Perempuan Pendidikan Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tarnat SD Tarnat SMP Tarnat SMA Tamat PT Pekerjaan Tidak Bekerja Sekolah lbu Rumah Tangga PNS/POLRl/TNl/BUMN/BUMD ,5 Q.6 Wiraswasta/Pegawai Swasta Petani/Buruh/Nelayan Lainnya Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Pada Tabel 3.68 juga dapat dilihat bahwa pola prevalensi penyakit sendi. hipertensi. dan stroke cenderung tinggi pada tingkat pendidikan yang lebih rendah. Namun untuk hipertensi dan stroke nampak sedikit meningkat kembali pad a tingkat pendidikan Tamat PT. Berdasarkan pekerjaan responden. prevalensi penyakit sendi pada lbu RT ditemukan lebih tinggi dari jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan untuk hipertensi dan stroke. prevalensi ditemukan lebih tinggi pada mereka yang tidak bekerja. Berdasarkan status ekonomi yang diukur melalui tingkat pengeluaran per kapita. prevalensi penyakit sendi di Propinsi NTT 89

132 nampak cenderung lebih tinggi pada status ekonomi rendah (kuintil 1 ). Sedangkan untuk hipertensi maupun stroke. prevalensi cenderung meningkat sesuai dengan peningkatkan status ekonomi (Tabel 3.68). Kabupaten/Kota Asma Jantung Diabetes Tumor D DIG D DIG D DIG D Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timar Tengah Selatan Timer Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Catatan: Tabel 3.69 Prevalensi Penyakit Asma*, Jantung*, Diabetes* dan Tumor** Menurut Kabupaten/Kota,di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 D Diagnosa oleh tenaga kesehatan 0 = Minum obat G = Dengan gejala. U = Hasil pengukuran DIG = didiagnosis oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala *) Peny. Asma, jantung, diabetes ditetapkan menurut jawaban pernah didiagnosis menderita penyakit atau mengalami gejala **) Penyakit tumor ditetapkan menurut jawaban pernah didiagnosis menderita tumor/kanker Prevalensi penyakit asma di provinsi NIT sebesar 4.7% (kisaran %). tertinggi di Kabupaten Sumba Barat diikuti Manggarai. Ende. Manggarai Barat serta terdapat di semua kabupaten/kota. Prevalensi penyakit jantung 8.8% (kisaran %)..tertinggi di Kabupaten Lembata diikuti Aler dan terdapat di semua kabupaten/kota. Prevalensi penyakit diabetes sebesar 1.2% (kisaran %). tertinggi di Kabupaten TTS dan terdapat di semua kabupaten/kota. Prevalensi penyakit tumor/kanker sebesar 0.3% ( kisaran %). tertinggi di Kabupaten Sumba Barat dan terdapat hampir di semua kabupaten/kota. Prevalensi penyakit yang diperoleh belum mencerminkan prevalensi yang sebenarnya yang mungkin lebih tinggi karena adanya keterbatasan kues1oner tanpa adanya pemeriksaan. Mungkin responden yang belum didiagnosa oleh tenaga kesehatan juga merasakan gejala. 90

133 tabel 3.70 Prevalensi 'p~n.yakit Asma*, Jantung*, Diabetes", dan Tumor" Menu rut Karakteristjk,. di Provinsi NTT, ij.iskesdas. 2po7 Karakteristik Asma Jantung Diabetes Tumor D DIG D DIG. D DIG D Kel.rnpok Umur (Tahun) < > Jenis Kelamin Laki - laki Perempuan Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Pendidikan Tidak Sekolah Tidak Tamat SO Tamat SD Tamat SMP Ta mat SMA Tamat PT t ~ Pekerjaan Tidak Kerja Sekolah lbu RT Pegawai Wiraswasta Petani/Nelayan/Buruh Lainnya Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kointil Catatan: D Diagnosa oleh tenaga kesehatan 0 Minum obat G = Dengan gejala U = Hasil pengukuran DIG = didiagnosis oleh tenaga kesehatan atau denqan gejala *) Peny. Asma, jantung, diabetes ditetapkan menurut jawaban pernah didiagnosis menderita penyakit atau mengalami gejala **) Penyakit tumor ditetapkan menurut jawaban pernah didiagnosis menderita tumor/kanker 91

134 Penyakit asma dan jantung terdapat di semua kelompok umur. semakin meningkat usia prevalensi semakin meningkat. Prevalensi Diabetes cenderung meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Juga. prevalensi tumor cenderung meningkat sesuai usia. prevalensi tertinggi pada kelompok umur tahun dan diatas 75 tahun. Prevale,nsi penyakit asma. jantung dan tumor cenderung pada perempuan lebih tinggi dari laki-laki. Prevalensi. penyakit asma tinggi pada yang tidak sekolah. Prevalensi penyakit jantung cenderung tingji pada yang tidak sekolah sampai dengan tamat SD, Prevalensl Diabetes dan tumor/kanker cenderung tinggi pada kelompok tingkat pendidikan tamat PT. Tingginya penyakit asma dan jantung pada yang tidak sekolah. kiranya perlu dilakukan penyuluhan pada kelompok yang tidak sekolah untuk mencegah terjadinya penyakit. Prevalensl asma tinggi pada kelompok petani/nelayan/buruh dan yang tidak bekerja. sedangkan prevalensi jantung tinggi pada kelornpok petani/nelayan/buruh. ibu RT dan yang tidak bekerja. Prevalensi diabetes tinggi pada pegawai. diikuti kelompok ibu rumah tangga dan petani/nelayan. Prevalensi tumor tinggi pada pegawai dan wiraswasta. Prevalensi asma cenderung lebih tinggi di pedesaan. Prevalensi diabetes dan tumor cendrung lebih tinggi di perkotaan dari pedesaan. Sebaliknya penyakit jantung lebih tinggi di pedesaan dari pada perkotaan. Penyakit asma prevalensinya cenderung tinggi pada kuintil rendah. Penyakit jantung. diabetes dan tumor tidak menunjukkan pola yang jelas antar kuintil pengeluaran per kapita. Tabel 3.71 Prevalensi Penyakit Keturunan* (Gctngguan Jiwa Berat, Buta Warna, Glaukoma, Sumbing, Dermatitis, Rhinitis, Thalasemia, Hemofilia) Menurut Kabµpaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2008 Kabupaten/Kota Jiwa Buta Glau- Sumbing Derma- Rhinitis Thala- Hemo- Warna koma titis semia filia Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timer Tengah Selatan Timer Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang f NTT *) Penyakit keturunan ditetapkan menurut jawaban pernah mengalami salah satu dari riwayat penyakit gangguan jiwa berat (skizofrenia), buta warna, glaukoma, bibir sumbing, dermatitis, rinitis, talasemia, atau hemofilia. 92

135 Prevalensi gangguan jiwa berat di provinsi NTT 0.3 io (kisaran :- ().6 %). tertinggi di.rote Ndao. Prevalensi,buta warna 1.'1 % '(kisaran ,%). tertin~gi dj. ManggarC!i, TTS dan Sumba Barat. Gangguan jit'{a dan,buta' warna teroaoat qt seluruh Ka,bupaten/Kota di NIT. I Prevalensi glaucoma 0.2%.. biblr: sumbing 0.1 %. talasemi 0.03%. Prevalensi gla4coma cenderung lebih tinggi di Manqgarai dan Manggarai Barat. Prevalensi bibir sumbing tertinggi di Belu. 0.4%. Prevalensi talaserhi relatif lebih tinggi di Ende. Prevalensi dermatitis 10.0% (kisaran %) yang tertinggi di Sumb 1 Barat. Ende dan Lembata. Sedangkan prevalensi rhinitis 2.3% (kisaran %). tertinggi di Sumba Barat. diikuti Manggarai Barat dan Ende. Hemofili seperti buta warna mempunyai prevalensi yang sama yaitu 1.1 % (kisaran %). tertinggi di Manggarai. TIS dan Sumba Barat. Kenapa angka prevalensi buta warna dan hemofili hampir bersamaan antara kabupaten/kota yang ada di provinsi Kalbar. kiranya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Tabet 3.72 Prevalensi Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (Kurang Konsumsi Sayur Buah dan Ku rang Aktifitas Fisik) pada Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Kurang Konsumsi Sayur Buah Kurang Aktifitas Fisik Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timar Tengah Selatan Timar T engah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT * Penduduk umur 10 tahun ke atas yang makan sayur dan/atau buah <5 porsi/hari ** Penduduk umur 10 tahun ke atas yang melakukan kegiatan kumulatif <150 menit/minggu Di Provinsi NTT. prevalensi penyakit faktor risiko PTM Utama yaitu kurang konsumsi sayur buah rata-rata sebesar 92.8% sedangakn kurang aktifitas fisik rata-rata sebesar 14.9% pada penduduk ~10 tahun. Kekurangan konsumsi sayur buah sangat tinggi. Menurut kabupaten/kota kekurangan konsumsi sayur buah tertinggi di Sikka (99.2%) dan yang dibawah 80% hanya 2 kabupaten yaitu Lembata (79.5%) dan Manggarai Barat (76.4%). Untuk kekurangan aktivitas fisik. prevalensi yang tertinggi di Belu (20.2%) dan yang terendah Manggarai Barat (4.2%). 93

136 Tabel 3.73 Prevalensi Faktor Risiko PTM Utama (Kurang Konsumsi Sayur Buah, Ku rang Al<tifi\as Fisik) pada Psnduduk ~1 O Tahun Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Kel Umur <1 Tahun 1-4 Tahun 5-14 Tahun Tahun "T:,ahun Tahun Tahun Tahun Tahun 75+ Tahun Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Pendidikan Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat SLTA+ Pekerjaan Tidak Kerja Sekolah lbu RT Pegawai Wiraswasta Petani/Nelayan/Buruh Lainnya Kurarig Konsumsi Sayur Buah Kurang Aktifitas Fisik Klasifikasi Kota-Desa Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil * Penduduk umur 10 tahun ke atas yang makan sayur dan/atau buah <5 porsi/hari Penduduk umur 10 tahun ke atas yang melakukan kegiatan kumulatif <150 menit/minggu 94

137 Menurut karakteristiknya. kekurangan konsumsi sayur dan buah relatif, merata untuk kelompok umur di atas 10 tahun sedangkan untuk kekurangan aktivitas fisik cenderung meningkat dengah n'leningkatnya umur. Sedangkan menurut [enls' kelamin. kekurangan konsumsi sayur dan buah serta kekurangan aktivitas fisik sedikit lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki. Menurut pendidikannya. penyebaran kekurangan konsumsi sayur dan buah relatif merata 1.mt4k semua tingat pendidikan. Sedangkan kekurangan aktivitas fisik paling tinggi pada yang berpendidikan PT tampaknya tingginya tingkat pendidikan berpengaruhi aktivitas fisik dan diikuti orang yang tidak sekolah yang kemungkinan sulit mencari pekerjaan sebagimana tingginya kekurangan aktivitas fisik pada orang yang tidak bekerja. Menurut pekerjaannya. kekurangan konsumsi sayur dan buah relatif merata pada semua jenis pekerjaan. Tampaknya pekerjaan sebagai petani memerlukan cukup banyak aktivitas fisik bila dibandingkan dengan pekerjaan lainnya. Kekurangan konsumsi sayur dan buah serta kekurangan aktivitas fisik lebih banyak terjadi di perkotaan daripada di perdesaan kemungkinan pola konsumsi makanan di perkotaan yang lebih bervariasi dan banyaknya fasitltas transportasi yang tersedia di daerah perkotaan. Kurang konsumsi sayur dan buah tampaknya tidak berbeda pada tingkat pengeluaran per kapita per bulan. sedangkan kekurangan aktivitas fisik meningkat dengan meningkatnya pengeluaran per kapita per bulan Gangguan Mental Emosional Kabupaten/Kota Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Sela_tan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel 3.74 Prevalensi Masalah Kesehatan Jiwa pada Penduduk ~ 15 Tahun, (Berdasarkan SRQ-20) Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Gangguan Mental Emosional (%) Dari tabel ini diperlihatkan bahwa secara umum prevalensi gangguan mental emosional 14.5%. Prevalensi tertinggi di Manggarai (32.4%). Ngada (27.9%) dan Lembata (19.7%). Prevalensi terendah di Kabupaten Kupang (4.4%). Kota Kupang (5.3%) dan Sikka (6.2%)

138 Tabel 3.75 Penyakit Gangguan Mental Menurut Karakteristik dan Diagnosis Oleh Nakes atau Gejala Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Kara kteristik Umur ahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 75+ Tahun Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Pendidikan Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat SLTA+ Pekerjaan Tidak Kerja Sekolah lbu RT Pegawai Wiraswasta Petani/Nelayan/Buruh Lainnya Klasifikasi Desa/Kota Perkotaan Pedesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5 Pada tabel ini. tampak prevalensi teringgi ditemukan pada kelompok usia > 75 tahun. Hal ini dimungkinkan oleh karena pada kelompok lanjut usia banyak mengalami masalah gangguan kesehatan fisik yang dapat mempengaruhi kesehatan mental emosional. Kelompok wanita leblh banyak yang mengalami gangguan mental emoslonal dibandingkan laki-laki. BerdasarR:an pendidikan. tampak bahwa kerentanan terhadap gangguan mental emosional dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin rendah tingkat pendidikan. semakin mudah seseorang mengalami gangguan mental emosional. Berdasarkan jenis pekerjaan. tampak bahwa tidak bekerja merupakan kelompok yang tertinggi mengalami 96 Prevalensi Masalah Kesehatan Jiwa

139 gangguan mental emosional. Dan semakin rendah tingkat ekonominya atau pada kuintil rendah semakin tinggi prevalensi' rnasalah kesehatan jiwa Penyakit Mata Survei Kesehatan lndera Penglihatan dan Pendengaran tahun memperlihatkan angka kebutaan di Indonesia mencapai jauh lebih tinpgi dibandingkan angka kebutaan di Thailand (0.3). India (0. 7). Bangladesh (1.0). bahkan lebin tinggi dibandingkan Afrika Subsahara {1.40)2. Angka kebutaan ini menurun menjadi 1.21 sesuai dengan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 yan~ mewakili tingkat kawasan Sumatera. Jawa-Bali. dan Kawasan Timur lndonesia.3 Saw dkk. dengan metodologi yang berbeda dari SKRT melaporkan angka kebutaan dua mata pada populasi rural di Sumatera sebesar 2.2 (golongan usia >20 tahun). sedangkan angka low vision bilateral mencapai 5.8. Gangguan penglihatan mencakup low vision dan kebutaan. merupakan keadaan yang mungkin dapat dihindari dan atau dapat dikoreksi. Program WHO "Vision 2020: the right to sighf' yang dicaoangkan sejak tahun 1999 mematok target pada tahun 2020 tidak ada lagi "kebutaan yang tidak perlu" pada semua penduduk dunia. Berbagai strategi telah dijalankan dan Indonesia sebagai warga dunia turut aktif dalam upaya tersebut. diawali dengan pencanangan program Indonesia Sehat Low vision dan kebutaan (Revised International Statistical Classification of Diseases. Injuries and Causes of Death (/CD) 10. WH0)5 menjadi masalah penting berkaitan dengan berkurang sampai hilangnya kemandirian seseorang yang mengalami kedua gangguan penglihatan tersebut. sehingga mereka akan menjadi beban bagi orang di sekitarnya. Sadan Litbang Kesehatan (Balitbangkes) telah berpengalaman dalam melakukan survei berskala nasional berbasis masyarakat seperti Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). tetapi data kesehatan tersebut baru dapat menggambarkan tingkat nasional. Di era desentralisasi sekarang ini. data kesehatan berbasis masyarakat dlpertukan di tingkat kabupaten/kota untuk perencanaan. pelaksanaan dan evaluasi di wilayah masing-masing. Untuk menjawab kebutuhan tersebut Balitbangkes melakukan Riset Kesehatan Oasar (Riskesdas). Sarnpel Riskesdas mengikuti keranqka sampel Susenas KOR. Genga11, jurnlahsa-npel yang lebih besar ini., sebagian besar variabel kesehatan yang dikumpulkan dalam Riskesdas dapat rnenqqarnbarkan profil kesehatan di tingkat kabupaten/kota atau provinsi. Dalam Riskesdas 2007 ini data yang dikumpulkan untuk mengetahui indikator kesehatan mata meliputi pengukuran tajam penglihatan menggunakan kartu Snellen (dengan atau tanpa pin-hole). riwayat glaukoma. riwayat katarak. operasi katarak. dan pemeriksaan segmen anterior mata dengan menggunakan pen-light. 97

140 Tabel 3.76 Proporsi Penduduk Usia > 5 Tahun dengan Low Vision dan Kebutaan dengan Koreksi Kacamata Maksimal atau Tidak Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Low vision" Kebutaan** Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timer Tengah Selatan Timer Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Catatan: *) Kisaran visus: 3/60.:::, X < 6/18 (20/60) **) Kisaran visus <3/60 Proporsi low vision di Provinsi NTT berkisar antara 0.6 (Kota Kupang) sampai 11.1 (Belu). sedanqkan proporsi kebutaan berkisar 0.2 (Kota Kupang) sampai 4.3 (Belu). Rendahnya proporsi!ow vision: dan kebutaan di Kota kupanq kemungkinan di ibukota provinsi lebih mudah mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan mata. Dibandingkan dengan proporsi low vision di tingkat provinsi. 9 dari 16 kabupaten yang ada masih memiliki proporsi lebih tinggi (Proporsi nasional low vision: 4.29%. Proporsl kebutaan tingkat provinsi sebesar 1.4. lebih tinggi dari proporsi tingkat nasional (0.9) dan terdapat 11 kabupaten yang menunjukkan proporsi lebih tinggi dibanding proporsi tingkat provinsi. Diperlukan kajian lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebab low vision dan kebutaan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan di tingkat kabupaten. Mempertimbangkan bahwa keadaan low vision dan kebutaan akan mengakibatkan seseorang kehilangan kemandirian untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. maka penanganan khusus untuk memberikan koreksi penglihatan maksimal bagi periderita low vision dan kebutaan dengan penyebab yang dapat diperbaiki. tampaknya cukup esensial guna meng.embalikan kemampuan penderita dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup pribadi dan keluarganya. 98

141 Kelompok Umur (Tahun) Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Lama Pendidikan.::. 6 Tahun 7-12 Tahun >12 Tahun Pekerjaan Tabel 3,77, Proporsi Penduduk Usia > 5 Tahun dengan Low Vision dan Kebutaan dengan Koreksi Kacamata Maksimal atau Tidak Menurut Karakteristik di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Tidak Bekerja Sekolah Mengurus RT Pegawai (Negeri, Swasta, Polri) Wiraswasta Petani/Nelayan/Buruh Lainnya Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5 Catatan : *) Kisaran visus: 3/60.::_ X < 6/18 (20/60) **) Kisaran visus <3/60 Tabet 3.77 menunjukkan bahwa proporsi low vision makin meningkat sesuai pertambahan usia dan meningkat tajam pada kisaran usia 45 tahun keatas. sedangkan proporsi kebutaan meningkat tajam pada golongan usia 55 tahun keatas. Beberapa penelitian tentang low vision dan kebutaan di negara tetangga melaporkan bahwa katarak senilis (proses degeneratif) merupakan penyebab tersering yang ditemukan pada penduduk golongan umur 50 tahun keatas. Katarak adalah salah satu penyebab gangguan visus yang dapat dikoreksi dengan operasi. sehingga besar harapan bagi penderita low vision dan kebutaan akibat katarak untuk dapat melihat kembali pasca operasi dan koreksi. Perlu disusun 99 Low Vision* Kebutaan**

142 kebijakan oleh pihak berwenang dalam upaya rehabilitasi /ow vision dan kebutaan akibat katarak. sehingga kebergantungan penderita dapat dihilangkan. Dalam tabel yang sama tampak pula bahwa proporsi low vision dan kebutaan pada perempuan cenderung lebih tinggi dibanding laki-laki. dan mungkin berkaitan dengan proporsi penduduk perempuan golongan usia 55 tahun keatas yang lebih besar dibanding laki-laki. Hal lain yang mungkin berkaitan dengan tingginya proporsi perempuan yang menderita low vision dan kebutaan adalah belum tercapainya persamaan hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan antar gender di Kalimantan Selatan. khususnya. Proporsi /ow vision dan kebutaan pada penduduk paling tinggi pada tingkat pendidikan rendah sedangkan pada tingkat pendidikan sedang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan pada tingkat pendidikan tinggi. Sementara menurut pekerjaannya sebaran yang paling banyak pada kelompok petani/nelayan/buruh iainnya diikuti yang tidak bekerja. Kenyataan bahwa proporsi penduduk yang kehilangan kemandirian akibat low vision dan kebutaan pada umumnya juga mempunyai keterbatasan pendidikan dan pekerjaan/penghasilan. menyebabkan kekhawatiran akan timbulnya kebergantungan mereka kepada orang lain. baik secara fisik maupun finansial. yang makin memperberat beban keluarga. sehingga membutuhkan perhatian dan penanganan khusus dari pihak pemerintah dan sektor terkait lainnya. Proporsi /ow vision dan kebutaan sedikit lebih tinggi di daerah perdesaan dibanding perkotaan. tetapi relatif lebih rendah untuk golongan sosial-ekonomi rendah. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi low vision dan kebutaan tampaknya tidak berkaitan dengan rural atau urban dan tidak terfokus pada kelompok kuintil rendah. Fakta ini tidak sesual dengan penelitian di beberapa negara lain. seperti Pakistan.6 yang melaporkan bahwa proporsi /ow vision dan kebutaan lebih besar di daerah rural dan pada kelompok masyarakat golongan sosial-ekonomi yang rendah. Tabel 3.78 Proporsi Penduduk Usia?. 30 Tahun yang Pernah Didiagnosis Katarak Oleh Tenaga Kesehatan Atau Dengan Gejala/ Masalah Penglihatan da1am 12 Bulan Terakhir Menurut Kabupaten'/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Diagnosis(%) Diagnosis Atau Gejala(%) Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT

143 Secara keseluruhan. tabel ini memperllhatkan bahwa propor~i penduduk usia 30, tahun keatas yang. pernah didiagnosis katarak dibanaing periduduk ya.ng m~ngak'u memiliki, gejala t I l..,. - utama katarak (penqlihatan berkabut dan silau) qalarn 12 bulan terakhir h8.nya sekitar 1 :27 di tingkat provinsi. atau lebih tinggi denqan fasio. tingkat nasionaf F~kta ini m'enggambarkan sangat rendahnya cakupan diagnosis katarak oleh nakes di hantpir' semua kabupaten di wilayah NTT. Proporsi diagnosis oleh nakes terendah ditemukan di TTU (0.2%) dan yang tertinggi a'dalah di TTS (3.8%). Meskipun demikian. proporsi katarak yang didiagnosis di Provinsi Kalsel sedikirlebih rendah dibandlngkan proporsi tingkat nasional (1.8%). Khusus di wilayah kepulauan Flores dan kepulauan Alor yaitu Lembata. Sikka. Manggarai. Manggarai Barat dan Alor. tampak bahwa proporsi katarak yang didiagnosis nakes terbesar ditemukan di Manggara. diikuti secara berurutan oleh Sikka. Alor. Lembata dan Manggarai Barat. Adapun rasio proporsi katarak berdasarkan diagnosis atau gejala dari yang terendah berturut-turut adalah sebagai berikut: Manggarai (1 :48); Sikka (1 :43); Alor (1 :42); Lembata (1 :42); dan Manggarai Barat (1 :32). Keadaan ini dapat berarti bahwa oleh karena satu dan lain hal. cakupan diagnosis katarak hanya sekitar 2% di Manggarai. sehingga pemerintah daerah (Pemda) selayaknya memikirkan strategi khusus untuk dapat menjaring penderita katarak secara aktif. terutama yang sudah mengalami gangguan penglihatan low vision dan kebutaan untuk menjalani rehabilitasi berupa operasi katarak yang prosedur penatalaksanaan dan pembiayaannya mungkin juga memerlukan dukungan penuh dari Pemda dan sektor terkait lainnya. 101

144 Karakteristik Diagn,sis (%) DG(%) Kelompok Umur (Tahun) Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Lama Pendidikan ~6 Tahun Tahun >12 Tahun Pekerjaan Tidak Bekerja Sekolah Mengurus RT Pegawai (Negeri. Swasta. Polri) Wiraswasta Petani/ Nelayan/ Buruh Lamnya Klasifikasi Desa Perkotaan Perdesaan Kuintil Tabel 3.79 Proporsi Penduduk Usia ~ 30 Tahun yang Pernah DidiaQnosis Katarak Oleh Tenctga-Kesehatan Atau Dengan Geja!a/Masalah Penglihatan t>a(am 12 Bulan Terakhir Menurut Karakteristlk, di Propinsi NTT, di Riskesdas 2007 Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Tabel 3.79 menunjukkan bahwa proporsi diagnosis katarak oleh nakes meningkat sesuai pertambahan usia. cenderung lebih besar pada laki-laki (1.7%) dan sedikit lebih besar di daerah perkotaan (2.0%). Seperti halnya low vision dan kebutaan. proporsi diagnosis katarak oleh nakes lebih besar pada penduduk dengan latar pendidikan 6 tahun atau kurang dan pada kelompok penduduk yang tidak bekerja. Hal tersebut mungkin berkaitan dengan meningkatnya berbagai program penjaringan kasus katarak secara gratis dan massal yang dikelola oleh organisasi profesi (dokter ahli mata) bekerja sama dengan berbagai sarana pemerintah (pemanfaatan ASKESKIN). maupun swasta (rumah sakit. organisasi/yayasan sosial). Proporsi diagnosis katarak oleh nakes yang masih sangat rendah mungkin juga berhubungan dengan masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatan matanya. meskipun mereka telah mengalami gejala gangguan penglihatan. 102

145 t f... ri Besarnya proporsi diagnosis katarak pada penduduk yang be.kerja di.sektor formal ataupun wiraswasta dapat terjadi karena lebih banyak menggunakan indera mata dibandingkan dengan yang bekerja ai sektor informal seperti petani. nelayan. buruh atau ibu rumah tangga. Proporsi diagnosis katarak oleh nakes ju.ga tersebar merata pada $ kuintil yang dikelompokkan berdasarkan penqeluaran per kapita per bulan daiam.rurnah tangga. tetapi tampak bahwa prevalensi katarak terendah diternukan pada kuintil tertinggi (26.5%). Mengingat bahwa patoqenesis katarak berkaitan dengan- multifaktor. maka rehdahnya prevalensi pada kuintil 5 perlu diinvestigasi lebih lanjut. sehingga dapat diidentifrkasi faktor yang menekan terjadinya katarak pada kuintil ini. uhtuk selajutnya jika memungkinkan dapat diterapkan pada kelompok kuintil lainnya. Besarnya proporsi penduduk yang mempunyai gejala utama katarak. tetapi belum didiagnosis oleh nakes menggambarkan perlunya tindakan aktif sektor penyedia pelayanan kesehatan dalam mengidentifrkasi kasus katarak dalam masyarakat. dengan istilah lain "menjemput bola" di lapangan. Program pelayanan kesehatan pra-usia lanjut dan usia lanjut yang diperoleh pada kae>upaten/kdta di Provinsi NTT mempunyai cakupan rata-rata sebesar pada tahun cakupan tersebut perlu ditingkatkan dan pemeriksaan rutin katarak dapat diintegrasikan pada program ini. Tabel 3.80* Proporsi Penduduk Usia ~ 30 Tahun Dengan Katarak YeJhg Pernah Menjalahi Operasi Katarak Atau Mamakai Kacamata Setelah Operasi Katarak Dalam 12 Bulan Terakhir Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timer Tengah Selatan Timer Tengah Utara Belu Operasi Katarak ~0.. ;. Alar Lembata 33.3 Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat 25.0 Kota Kupang NTT Catatan: *)Responden yang pernah didiagnosis Katarak oleh nakes Proporsi operasi katarak dalam 12 bulan terakhir untuk tingkat provinsi adalah sebesar 15.1 dengan kisaran terendah di Kota Kupang (13.3%) dan tertinggi kabupaten TTU (50.0%). tidak ada operasi katarak di TTS. Belu dan Alor (diagnosis katarak oleh nakes masingmasing 3.8%. 2.5%. 0.8%). Cakupan operasi ini masih sangat rendah. sehingga dapat mengakibatkan penumpukan kasus katarak pada tahun terkait (2007) adalah sebesar 84.9% di tingkat provinsi. Perlu kajian lebih lanjut untuk mengidentifrkasi faktor-faktor penyebab rendahnya cakupan operasi katarak di tingkat kabupaten dan provinsi sebagai 103 Pakai Kacamata Pasca Operasi

146 bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan di bidang kesehatan. khususnya untuk mengatasi masalah low vlsion-eet: kebutaan akibat katarak. Pemakaian kacamata pasca operasi katarak di tingkat provinsi adalah sebesar 56.3% dengan kisaran. terendah adalah di Kota Baru, HSI). Barito Kuala. dan Balangan (0%) dan tertinggi,.adalah TIU dan Rote Ndao (100%). Pernberian kacamata operasi bertujuan mengoptimalkan tajam penglihatan jarak jauh maupun jarak dekat pasca operas] katarak sehing.ga tidak semua penderita pasca operasi merasa memerlukan kacarnata- untuk melakukan aktiyitas sehari-hari. Kemungkinan lain adalah hasil operas] katarak di Ende. (31.3%) cukup ba_ik. sehingga visus pasca operasi mendekati normal dan penderita yang memerlukan kacamata pasca operasi hanya 40%. Proporsi operas] katarak tertinggi di TTU diikuti dengan pemberian kacamata pada 100.0% penderita pasca operasi. dengan kata lain seluruh per1derita katarak pasca operasi memerlukan kacamata untuk Regiatan harian. Tabel 3.81* Proporsi Penduduk Usia ~ 30 Tahun Dengan Katarak yang Pernah Menjalani Operasi Katarak Atau 'Memakai Kacamata Setelah Operasi Katarak dalam 12 Bulan Terakhir Menurut-Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Operasi Katarak Pakai Kacamata Pasca Operasi Ketompok Umur (Tahun) Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Lama Pendidikan s 6 Tahun Tahun >12 Tahun Pekerjaan Tidak Bekerja Sekolah 50.0 Mengurus RT Pegawai (Negeri, Swasta, Polri) Wiraswasta Petani/Nelayan/Buruh Lainnya Klasifikasi Desa Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil Kuintil Kuintil-~ Kuintil Kuintil Catatart *) Responden yang pernah didiagnosis katarak oleh nakes 104

147 Proporsi operasi katarak.pada laki-laki menurut tabel di atas. sesuai dengan proporsi diagnosis katarak oleh nakes. Fakta ini memperkuat asumsi bahwa kesempatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan lebih besar pada laki-laki dibanding perempuan. Proporsi operasi katarak lebih besar pada kelompok penduduk dengan latar pendidikan s 6 tahun. lebih besar pada kelompok wiraswasta.. dan lebih besar di daerah perkotaan. Hal ini mungkin berkaitan dengan kemudahan akses ke sarana kesehatan yang mempunyai alat operasi di perkotaan pada umumnya lebih mudah dibanding di pedesaan. Tingkat pendidikan yang rata-rata lebih tinggi dan jenis pekerjaan pegawai (jenis pekerjaan formal) umumnya lebih banyak ditemukan di daerah perkotaan. sehingga kebutuhan penduduk akan tajam penglihatan maksimal untuk bekerja di perkotaan lebih besar dibanding di pedesaan Kesehatan Gigi Untuk mencapai target pencapaian pelayanan kesehatan gigi 2010, telah dilakukan berbagai program. baik promotif, preventif, protektif, kuratif maupun rehabilitatif. Berbagai indikator dan target telah ditentukan WHO, antara lain anak umur 5 tahun 90% bebas karies, anak umur 12 tahun mempunyai tingkat keparahan kerusakan gigi (indeks DMF-T) sebesar 1 (satu) gigi; penduduk umur 18 tahun bebas gigi yang dicabut (komponen M=O); penduduk umur tahun memiliki minimal 20 gigi berfungsi sebesar 90%, dan penduduk umur tanpa gigi (edentulous) S2%; penduduk umur 65 tahun ke atas masih mempunyai gigi berfungsi sebesar 75% dan penduduk tanpa gigi s5%. Terdapat lima langkah program indikator terkait penilaian keberhasilan program dan pencapaian target gigi sehat 2010, yaitu: Sehat/Promotif Rawan(Protektif) Laten/Deteks i Dini- Sa kit/ Ca cat/ dan Terapi Kuratif Rehabilitatif Prevalensi lnsiden % dentally Fit % keluhan % 20 gigi % caries free 5th Expected incidence PTI % dentally 0!o edentulous fit DMF-T 12th Trend DMF-T menurut RTI PTI % protesa umur DMF-T15th Ml RTI DMF-T18th GP/TN Ml Performed Treatment lndex(pti) merupakan angka persentase dari jumlah gigi tetap yang ditumpat terhadap angka DMF-T. PTI menggambarkan motivasi dari seseorang untuk menumpatkan giginya yang berlubang dalam upaya mempertahankan gigi tetap Required Treatment Index (RT/) merupakan angka persentase dari jumlah gigi tetap yang karies terhadap angka DMF-T. RTI menggambarkan besarnya kerusakan yang belum ditangani dan memerlukan penumpatan/pencabutan. Dalam Riskesdas 2007 ini dikumpulkan berbagai indikator kesehatan gigi-mulut masyarakat, baik melalui wawancara maupun pemeriksaan gigi-mulut. Wawancara dilakukan terhadap semua kelompok umur, meliputi data masyarakat yang bermasalah gigimulut, perawatan yang diterima dari tenaga medis gigi, hilang seluruh gigi asli, jenis perawatan yang diterima dari tenaga medis gigi, dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi. Pemeriksaan gigi-mulut dilakukan pada kelompok umur 12 tahun ke atas dengan menggunakan instrumen genggam (kaca mulut dan senter). Tabel 3.82 menggambarkan prevalensi penduduk dengan masalah gigi-mulut dan yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi dalam 12 bulan terakhir menurut provinsi. 105

148 Tabel 3.82 PrevaJensi Penduduk Bermasalah Gigi-lVJulut Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Bermasalah Menerima Perawatan Dari Hilang Seluruh Gimul Tenaga Medis Gigi Gigi Asli Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Termasuk Tenaga Medis Gigi: Perawat Gigi. Dokter Gigi. Atau Dokter Spesialis Kesehatan Gigi Dan Mulut Prevalensi yang memiliki masalah dengan gigi di Provinsi NTT 25.1 % dengan Kabupaten/Kota yai:ig memiliki masalah tertinggi Manggarai Barat (51.0%) diikuiti Ngada (35.5%) dan Surnba Barat (28.3%). Sedangkan kab yang paling rendah prevalensi bermasalah gigi adalah Belu (14.4%). Selanjutnya prevalensi yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi sedikit lebih rendah yaitu 23.1 di Provinsi NTT. Dimana Kabupaten/Kota yang paling banyak menerima perawatan gigi oleh tenaga medis gigi yaitu Kota Kupang (49.9%). Lembata (34.2%). dan Ende (33.7%). Sedangkan Kabupaten/Kota yang paling sedikit menerima perawatan medis gig yaitu Sumba Barat (11.7%). Manggarai Barat (12.9) dan Sumba Timur (15.1 %). Dan daerah dengan prevalensi edentulous terbanyak yaitu Sumba Barat. Sumba Timur serta Alor dan Ngada. 106

149 Karakteristik Umur Bermasalah Gimul Menerima Perawatan Dari Tenaga Medis Gigi Hilang Seluruh Gigi Asli < Jenis Kelamin Tabet 3.83 Prevalensi Penduduk Bermasalah Gigi-.Mulut Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Rlskesdas 2007 Laki-Laki Perempuan Klasifikasi Desa/Kota Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil Kuintil Kuintil ~. Kuintil '3] 1.3 Kuintil Proporsi penduduk NTT yang memiliki masalah gigi semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Proporsi yang menerima perawatan dari tenaga medis banyak pada usia anak 5 tahun ke atas dan terus meningkat sampai usia tahun. Selanjutnya ada usia 45 tahun ke atas proporsi yang menerima perawatan dari tenaga medis menurun. Sedangkan untuk yang hilang seluruh gigi asli. proporsi meningkat tajam pada usia tahun sebesar 0.99% dan paling banyak pada usia 65 tahun ke atas sebanyak 14.07%. Menurut jenis kelamin proporsi pria yang memiliki masalah gigi sedikit lebih tinggi daripada wanita tetapi proporsi yang mendapatkan perawatan tenaga medis dan yang hilang semua giginya lebih banyak pada wanita. Sedangkan menurut daerahnya. proporsi yang memiliki masalah gigi dan yang kehilangan seluruh giginya lebih banyak di daerah perdesaan. Proporsi yang menerima perawatan tenaga edis lebih banyak di saerah perkotaan. Menurut status ekonominya proporsi yang memiliki masalah gigi meningkat dengan meningkatnya status ekonomi. demikian juga dengan yang mendapatkan perawatan dari tenaga medis semakin meningkat dengan meningkatnya status ekonomi. Sebaliknya proporsi yang kehilangan seluruh gigi cenderung banyak pada status ekonomi rendah. 107

150 label 3.84 Persentase Penduduk yang Menerima Perawatan/Pengobatan Gigi Menurut Jenis Perawatan dan Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Rlskesdas 2007 Jenis Perawatan Gigi Kabupaten/Kota Peng- Penambalan/ f>emasangan Konseling lainobatan Pencabutan/ Protesa/ Perawatan/ nya Bedah Bridge Kebersihan Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Se1atan Timor T engah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Slkka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Di Provinsi NTT prevalensi yang mendapatkan pengobatan gigi 92.0% dengan prevalensi tertinggi di Belu (96.6%). Ende (96~2%). dan Rote Ndao (95.7%). Prevalensi yang terendah mendapatkan pengobatan gigi yaitu di.kab Sikka (86.1%). Sedangkan prevalensi yang menerima penambalan. pencabutan/bedah gigi tertinggi di k.ota Kupang (52.2%) diikuti Sumba Timur (36.1%) dan Manggarai Barat (34.9%); sedangkan prevalensi yang terendah di Manggarai (6.3%). Lembata (11.1 %) dan Ngada (12.2%). 108

151 Tabel 3.85 Perseritase Periduduk yanq Menerima P.erawatan/Pengobatan Gigi Menurut Jenis Perawatan dan Karakteristik, di Propinsi NTT, Rlskesdas 2007 Jenis Perawatan Gigi Karakteristik Peng- Penambalan/ Pemasangan Gigi Konseling Lainobatan Pencabutan/ Palsu Lepasan Perawatan/ nya Bedah Gigi atau Gigi Palsu Kebersihan Cekat Gigi Umur < Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil 1 93.e : Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Di provinsi NTT prevalensi yang melakukan pengobatan gigi relatif merata pada kelompok umur. tetapi menurun pada usia lanjut dan 65 tahun ke atas. Prevalensi yang melakukan penambalan/pencabutan/bedah mulut hanya 2.3% pada usia 1-4 tahun dan meningkat sampai 31.1 % pada kelompok usia tahun kemudian menurun. Sedangkan prevalensi menerima gigi palsu lepasan atau gigi palsu cekat mulai diterima pada umur 5-9 tahun dan terus meningkat dengan bertambahnya umur. Untuk konseling perawatan/kebersihan gigi prevalensi paling banyak pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 18.2%. Sebagaimana perawatan untuk gigi palsu. prevalensi perawatan lainnya cenderung meningkat kemudian dengan bertambahnya umur. Untuk perawatan gigi. prevalensi wanita yang mendapatkan perawatan gigi lebih banyak dari pada pria hanya untuk perawatan gigi palsu lepasan atau gigi palsu cekat prevalensi pria lebih tinggi yaitu 21 % (pria) dan 17% (wanita). Sedangkan menurut daerahnya. di perkotaan lebih banyak menerima perawatan gigi kecuali untuk pengobatan gigi relative lebih banyak di perdesaan. Dan menurut status ekonomi. prevalensi perawatan gigi meningkat dengan semakin tingginya kuintil/pengeluaran rumah tangga kecuali untuk pengobatan relative merata hanya pada kuintil 5 sedikit lebih rendah. 109

152 Tabet 3.86 Proporsi Penduduk 1 O Th > yang Menggosok Gigi Setiap Hari dan Berperilaku Benar Men'gg6sok Gigi Menurut Karakteristik, di Ptoplnsl NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Umur Perilaku Menggosok Gigi Menggosok Gigi Berperllaku Benar Setiap Hari Menggosok Gigi Ya Tidak Ya Tidak Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Di Provinsi NTT perilaku menggosok gigi setiap hari dan cara yang benar menggosok gigi cenderung meningkat dengan makin mudanya umur dengan prevalensi tertinggi pada kelompok umur tahun (88. 7%). Sedangkan prevalensi cara yang benar menggosok gigi. juga relatif meningkat dengan makin mudanya umur dengan prevalensi yang tertinggi hanya 6.6% pada kelompok umur tahun. Menurut jenis kelaminnya. prevalensi perempuan yang menggosok gigi setiap hari (74.8%) dan yang menggogok gigi dengan benar (5.2%) lebih tinggi daripada laki-laki. Menurut daerahnya. di perkotaan prevalensi menggogok gigi setiap hari mencapai 93.8% dan yang menggosok gigi denqan benar sekitar 4 kali (12.6%) di perkotaan dari pada di perdesaan. Menurut status ekonominya. semakin tinggi kuinitl atau pengeluaran keluarga. semakin tinggi prevalensi menggosok gigi setiap hari dan menggosok gigi dengan benar. 110

153 Tabel 3.87 Proporsi Penduduk 10 Th > yarig Mengg~osok.Gigi Setiap 1-fari dan Berperilaku 'senarlvlenyikafgi0gi Menurut Kabupaten/Kota, ~i Propinsi NTT_, Riskesdas 2007 Perilaku Mertggosok Gigi Kabupaten/Kota Mengoso~ Gigi Berperilaku Bene r Setiap Hari Menyikat Gigi Ya Tidak Ya Tidak Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timer Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Al or Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Catatan: ' Berperilaku benar mefr1yt~af g[fii adalah orang yang rne 1yikaf. gigi setiap hari dengan waktu sl~at gig.i sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam. Di Provinsi NTT prevalensi menggosok gigi setiap hari 74.7%. Kabupaten/Kota dengan prevalensi tertinggi menggosok gigi setiap hari' di Kota Ku pang (98.9%). TTU (94.9%). dan Rote Ndao (89.8%). Sedangkan Kab dengan prevalensi menggosok gigi setiap hari terendah yaitu Ngada (3S.6%) diikuti dengan Sumba Barat (40.7%) dan Sumba Timur (53.6%). Sedangkan daerah dengan prevalensi tertinggi yang rrlenggosok gigi dengan benar di Lembata (9.6%). Rote Ndao (9.5%) dan Belu (9.1 %). Tetapi kab dengan prevalensi menggosok gigi dengan benar yang terendah yaitu TTU (0.7%). Ngada (1.5%) dan Kupang (2.5%). 111

154 Tabel 3.88 Persentase Wa~tu Menyikat Gigi Pada Penduduk 10 Th > yang Mengg9sok Gigi Setiap Hari Menurut Karakteristil<, di Propinsi NTT, Riskesdas Menggosok Gigi Setiap Hari Karakteristik Saat Mandi Sesudah Sesudah Sebelum Pagidan Makan Ban gun Tidur Lainnya Atau Sore Pagl Pagi Mal am Umur Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Daerah Perkotaan Perdesaan Status Ekonomi Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Di Provinsi NTT menurut waktu rnenqqosok 9191 denqan benar. presentase yang menqqosok gigi pada saat mandi pagi dan sore relatif rnenlnqkat denqan pada kelompok umur yang semakin muda. Trend yarig sama untuk menggosok gigi sesudah makan pagi cenderung rneninqkat pada kelompok umur yang semakin muda, Persentase yang menqqosok gi9i sesudah bangun pagi. cenderuhg me.ningkat denqan meningkatnya umur. Sedangkan prevalensi menggosok gi9i sebelum tidur malam dan pada waktu lainnya. relatif sama untuk semua kelompok umur. Menurut waktu rnenqqosok gigi yang benar yaitu sesudah makan pagi persentase untuk laki-laki dan perempuan sama sedanqkan pada waktu sebelum tidur malam lebih banyak pada perempuan. Menurut daerahnya presentase menggosok gigi pada waktu mandi paqi.dan sore hari. sesudah makan pagi. dan sebelum tidur malam lebih banyak dilakukan di perkotaan. Menurut tingkat pengeluaran per kapita per bulan yang menggosok gigi pada waktu mandi pagi dan sore. sesudah bangun pagi. sebelum tidur malam banyak dilakukan pada kelompok dengan kuintil tinggi. 112

155 Tabel 3.89 Persentase Waktu Menyikat Gigi Pada Penduduk 10 Th> yang Menggosok Gigi Setiap Hari Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 J< abupaten/kota Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Saat Mandi PagiDan Atau Sore 'Mengosok Gigi Setiap Hari Sesudah Makan Pagi Sesudah Bangun Pagi Sebelum Tidur Malam Lainnya Di Provinsi NTT persentase waktu menggosok gigi yang benar yaitu sesudah tnakan pagi dan sebelum tidur malam berturut-turut hanya 16.2% dan 15.8%. Lebih dari separuh. 68.5% yang menggosok gigi saat_m.andi 'pagi-d'arr so.re diikuti-47.8% yang men-ggosok gig'i sesudah bangun pagi. Kabupaten/kota denqari persentase menggosok gigi saatmandl paqidan sore yang tertinggi yaitu Manggarai (94.3%). Manggarai Barat (89.1 %). dan Kota Kupang (86.8%). Sedangkan kabupaten/kota dengan persentase menggosok gigi sesudah bangun pagi yang tertinggi di TTS (86.3%). TTU (79.9%). dan Rote Ndao (67.1 %). 113

156 D-T M-T F-T Index Karakteristik {X} {X} {X} DMF-T Umur Jenis Kelamin Laki-Laki Perernpuan Dae rah Perkotaan Perdesaan Status Ekonomi Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Catatan: Tabel 3.90 Komponen D, M, F dan Index DMF-T Menurut Karakteristik di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 D T : Rata2 jumlah gigi gigi berlubang per orang M-T : Rata2 jumlah gigi dicabuuindikasi pencabutan F-T : R~ta2 jumlah gigi.ditumpat DMF-T : Rata2 jumlah ke'tusakan gigi per orang (baik yg masih berupa decay, dicabut maupun ditumpat) Di Provinsi NTT. rata-rata jumlah gigi berlubang per orang meningkat sesuai umur tetapi yang tertinggi pada kelompok umur tahun. Demikian pula dengan rata-rata jumlah yang hilang baik karena.dicabut atau ada indikasi pencabutan tetapi meningkat tajam mencapai 15.69% pada -usia 65 tahun ke atas. Demikian pula dengan rata-rata jumlah gigi yang diturnpat relatif meningkat dengan meningkatnya usia. Dan rata-rata jumlah kerusakan gig per orang- semakin meningkat dengan meningkatnya umur dan mencapai 16.6% pada usia 65 tahun ke atas. Menurut jenis kelamin. wanita memiliki rata-rata jumlah gigi berlubang dan yang dicabut atau ada indikasi pencabutan lebih banyak. Tetapi yang memiliki rata-rata jumlah gigi per orang yang ditumpat sedikit lebih banyak pada pria. Menurut daerahnya. di perkotaan lebih banyak yang rata-rata jumlah gigi per orang yang berlubang dan ditumpat. Sedangkan di daerah persedasaan rata-rata lebih banyak yang dicabut atau ada indikasi pencabutan. Sedangkan menurut status ekonominya. rata-rata jumlah gigi yang berlubang per orang berkurang dengan semakin tingginya kuintil atau semakin besarnya pengeluaran keluarga. Sedangkan jumlah rata-rata gigi per orang baik yang dicabut maupun ada indikasi pencabutan dan yang ditumpat meningkat dengan semakin tingginya kuintil. 114

157 Tabet 3.91 Komponen D, 'M, F da~ Index DMF-T Menu rut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTt, Rlskesdas 2007 Kabu paten/kota 0-T M-T F-T Index OMF-T (X) (X) (X) (X) Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Di Provinsi NTT. rata-rata jumlah g1g1 per orang yang berlubang adalah 1.04, Kabupaten/Kota dengan rata-rata jumlah gigi per orang yang berlubang tertinggi yaitu di Kah Kupang (1.65) diikuti dengan Flores Timur (1.58). dan Ende (1.42). Sedangkan rata-rata jumlah gigi per orang yang dicabut atau ada indikasi pencabutan di NTT sebesar Kab yang memiliki rata-rata jumlah gigi -per -orang yang dicabut atau ada indikasi pencabutaa yaitu Flores T.:'Tiur (4.60). Sikka (4.42) dan Sumba Barat (4.12). Dan rata-rata jumlah gigi per orang yang diturnpat sebesar 0.02 di Provinsi NTT dengan Kab yang paling banyak yaitu Flore Timur (0.9) dan masing-masing dengan rata-rata 0.4 yaitu Alor. Lembata dan Manggarai. Rata-rata jumlah kerusakan gigi per orang baik gigi lubang. dicabut maupun ditumpat di Provinsi NTT sebesar 4.22 dengan kabupaten yang tertinggi yaitu Flores Timur (6.2). Sikka (5.25) dan Suma Barat (5.0). 115

158 Karakteristik Umur Tan pa Kari es Tanpa Pengalaman Lu bang Aktif Pengalaman Karies Kari es Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Daerah Perkotaan Perdesaan Status Ekonomi Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Catatan: Tabel 3.92 Prevalensi Be bas Karies, Kari es Aktif, dan Pengalaman Karies Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Tanpa karies : orang yang memiliki D=O Orang denqan karies aktif = orang yang memiliki D>O atau karies yang belum tertangani) Oranq'denqan pengalaman karies= orang yang memilki memiliki DMFT >O Orang tanpa pengalaman karies= ors.. 19 yang memilki memiliki DMFT =O Menurut umur. prevalensi tanpa karies relatif semakin sedikit dengan bertambahnya umur tetapi pada kelompok usia 65 tahun keatas yang tanpa karies cenderung meningkat. Sedangkan prevalensi karies aktif cenderung meningkat dengan bertambahnya tetapi pada kelompok usia 65 tahun keatas prevalensi karies aktif menurun. Sebagaimana prevalensi yang tanpa pengalaman karies semakin banyak pada kelompok usia muda tetapi pengalaman karies semakin banyak dengan bertambahnya usia. Menurut jenis kelamin. prevalensi pria tanpa karies gigi sedikit lebih banyak dibandingkan dengan prevalensi wanita yang sedikit lebih banyak memiliki karies aktif. Demikian pula dengan prevalensi pria tanpa pengalaman karies sedikit kurang dibandingkan dengan prevalensi wanita yang sedikit lebih banyak memiliki pengalaman karies. Menurut daerahnya. prevalensi karies aktif lebih banyak terjadi di perkotaan sedangkan prevalensi pengalaman karies lebih banyak di daerah perdesaan. Menurut status ekonominya. prevalensi tanpa karies relatif menurun dengan semakin meningkatnya kuintil atau pengeluaran keluarga atau untuk karies aktif prevalensinya cenderung meningkat. Dan prevalensi tanpa pengalaman karies relatif menurun dengan semakin meningkatnya kuintil atau pengeluaran keluarga atau untuk pengalaman karies semakin meningkat. 116

159 Kabupaten/Kota Tan pa Kari es Tanpa Pengalaman Lubang Aktif Pengalaman Karies Kari es Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Tabel 3.93 Prevalensi.Bebas Kartes, Karies Aktif, dan Pei;lg~larnan Karies Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas Timor Tengah Utara ,66.9 Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Di Provinsi NTT. rata-rata prevalensi tanpa lubang sebesar 59.3% dirnana yang terendeh di kabupaten Manggarai Barat (45.5%). diikuti dengan Ende (46.4%) dan flores Timur (47.9%). Sedangkan rata-rata prevalensi karies aktif sebesar 4Q.7% dimana kabupaten yang dengan prevalensi yang terendeh yaitu B~I~ (21.3,(oQ. Lembata (26:-9%). (33.2%). Untuk prevalensi yang tanpa pengalaruan karies. rata-rata sebesar, 35.6.% dimana. yang terendah di kabupaten Flores Timur (19.9%) diikuti dengan Manggarai Barat (23.4%) dan Ende (27.3%). Sedangkan rata-rata prevalensi tanpa pengalaman karies sebesar 64.4% dimana kabupaten yang dengan prevalensi yang terendeh yaitu Belu (42.8%) diikuti dengan Sumba Timur. (55.0%) dan Alor (58.7%). dan :F-!$-~ 117

160 Karakteristik RTI= PTI= (D/DMF-T)X100% (F/DMF-T)X100% (M/DMF-T)X100% ljmur ,3 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Dae rah Perkotaan Perdesaan Status Ekonomi Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Catatan: Tabet 3.94 Required Treatment Index (RTI) dan Performed Treatment Index (PTI) Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas' Performed Treatment lndex(ptij merupakan angka persentase dari jumlah gigi tetap yang ditumpat terhadap angka DMF-T. PTI menggambarkan motivasi dari seseorang untuk menumpatkan gj-ginya yang berlubang dalam upaya mempertahankan gigi tetap. 2. Required Treatment Index (RT/) merupakan angka persentase dari jumlah gigi tetap yang karies terhadap angka DMF-T. RTI menggambarkan besarnya kerusakan yang belum ditangani dan memerlukan penumpatan/pencabutan. Menurut kelompok umur. prevalensi gigi yang memerlukan perawatan cenderung lebih banyak kelompok usia muda sedangkan prevalensi yang mendapatkan penanganan gigi meningkat dengan bertambahnay usia. Untuk prevalensi gigi hilang/missing relative merata pada semua kelompok umur. Menurut jenis kelamin. prevalensi wanita 117 relative lebih banyak yang mendapatkan perawatan gig tetapi prevalensi yang ditangani serta yang giginya hilang/missing 117 relative lebih banyak pada pria. Menurut sttaus ekonominya. prevalensi perawatan gigi semakin banyak pada kelompok kuintil atau penqeluaran keluarga rendah. Sedangkan prevalensi yang ditangani cenderung meningkat dengan meningkatnya kuintil atau besarnya pengeluaran keluarga. Namun prevalensi adanya gig hilang/missing juga cenderung meningkat dengan meningkatnya kuintil atau besarnya pengeluaran keluarga. 118

161 Tabet 3.95 Required Treetment Index (ij.ti) dan Performed Treetment index (PTI) Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 RTI= PTI= Kabupaten/Kota (D/DMF-T)X100% (F/DMF-T)X100% (M/DMF T)X100% Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timer Tengah Selatan Timer Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Persentase yang memerlukan perawatan di Provinsi NTT sebesar 24.6% dimana kabupaten dengan prevalensi tertinggi yaitu Kota Ku pang (34.7%0. Kabupaten Kupang (33.1 %) dan Manggarai (30.4%). Sedangkan prevalensi yang mendapatkan penanganan tumpat yang tertinggi di Kabupaten Lembata (85.6%) diikuti dengan Sikka (84.2%) dan TTU (83.6%). Dan prevalensi yan_g m~ng_~l.~djj gjgi hi!ang/missjr:ig yang tertinggi <;ti Kota Kup_ang- (t.4-%).. Flores Timur (1.4%0 dan Manggarai. (0.9%). 119

162 NTT Tabel 3.96 ProporslPenduduk Dengan Fungsi Normal Gigi dan Penduduk Edentulous Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Umur J&his Kelamin Laki-laki Perempuan Oaerah Perkotaan Perdesaan Status Ekonomi Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5 Catatan: Fungsi normal gigi Edentulous Orang dengan protesa Fungsi Normal Gigi(%) Edentulous (%) = penduduk dengan minimal 20 gigi berfungsi.(jumlah gigi :::: 20) = orang tanpa gigi = oranq yang memakai protesa Prevalensi fungsi gig normal menurun pada kelompok usia 65 tahun ke.atas. demikian pula dengan prevalensi orang tanpa gigi atau memakai protesa. Menurut jenis kelaminnya. pria relatif lebih banyak yang memiliki fungsi gigi normal atau memakai protesa. Sedangkan wanita relatif lebih banyak tanpa gigi. Hal tersebut juga terjadi menurut daerahnya. di perkotaan relatif lebih banyak yang memiliki fungsi gigi normal atau memakai protesa. Sedangkan di perdesaan relatif lebih banyak tanpa gigi. Menurut status ekonominya. prevalensi dengan fungsi gigi normal dan tanpa gigi relatif merata pada kelompok kuintil tetapi yang memakai protesa relatif lebih banyak dengan meningkatnya kelompok kuintil atau semakin besar pengeluaran keluarga. 0.1 Orang Dg Protesa (%) 120

163 COC"'lCOO">C"'lC"'lCOC.0 on.-c"i.-c"i o-c'i..- S!PQW ue>fepu11 1se)f11dwo)t (]) ci 0 0 desv 6unJn)fJa l/je)f aqre l ~V_"<t_C.O_U1,..._ N C.O oo ooci~-o- co 0 E Q)!J!a 4nun9 e4esn "O Q) o.g we1v eue:>uaa.c Q) i:' un:>eja9 if ue4e9 ue6uaa >f ejuo)t!d ejefuas ue6uaa }feqwaj!q C"'l_ 0 0 M 0 ci N_ 0 LONOC"'l_..-Nm oci...:..-c"i6 N 0 6 M U)... C'IJ -.0 C'IJ U) - Cl e C'IJ "C ~ Cl) "C Cl) 0 CD M 1ndwn11wefe1 epuaa e)tnpa1 ejepn 1seµodsueJ1 uee)f e1a:>a)t l"'?1 1seµodsueJ1 uee}f e1a:>a)t JeJea!P 1seµodsueJ1 uee>fe1a:>a)t ejapa:) - c:.c: -... ::J E ::> c-:j._cq CQ <Q. :;t ~~~.- _C"i_ 0 O...-.N N-0 N MONN ci 6 ci ci..- (") N_ U') U') CO LO U') CO CO,..._..- <0 0 -q: C"i U') -q:,..._.. ~ cr:i co en 6 C"i N N C"'l'<t_"<t,... N_N_C'0"<t_v,..._ -q:u1..on N..- "<!" lo..on.(ll ~ 0 C"'lCOC'00C"'l0)0g> m C"i -.r o o co ci..- a) o <J'lft ro N C"i v C'0 v C"i N N N ~ ro "O,..._ c.o_ co_ v_ N N_ m c.o_ <0 c: LO 0 O">..- "<t C') LO "<t..0,..._.,,f'.!'.!! COO">,..._LO"<t'<t"<tC.O<O,..._ (0 ~.0... c: ft l1l 0 7il 0. 2 Cl> E N 0 l1l._ Cl) co 1l -.:t" o....0 ro.0,...~ ~ co "iii c: Cl) ni > Cl) (I] ni "5i... c: 0 <( I-..

164 6ueqw1:µa1 N l'-o>oo<o_<o_n o N" N" C") N' N II) ca "'O II) (1) ~ II) ii: i: z II) c: > E a. "'O c: ~ "'O "'O c: QC) (1) en a. c-;... ::s (1) L...Q ::s ca c: I-~ ca - I... (1) - "O (1) o.q ca.q (1) >. c: (1) a. c: ca "'O ~ (1) "'O (1) o II) c: Cl) ca ~ a. E Q) "'O Q) o.0 C'O.0 Q) > c: Q) Q. s1paw ue)fepu11 1se>111dwo)f desv 6unJn)fJal/Je)leqJal we1v eueouaa unoeja9 ue4e9 ue6uaa >fejuo)f!d ejefuas ue6uaa )feqwajia 1ndwn11wefe1 epuaa e)fnpa1 ejepn 1se:µodsueJ1 uee>1e1aoa)f Jne1 1se:µodsueJ1 uee>1e1aoa)f JeJea!P 1se:µodsueJ1 0 uee>1e1aoa)f r:o ejapa:::> N_ 0 N_ 0 ue6uejaauad..- m C")..- L!) o_ N.. 0 N C")<O_ o..-co'<t' :00 0 O>NL!)C")NCO MOC:Of'-.COL!) C") C") C") (") N N C") 0 0 co <O_ 0 C") L!) 0 o_ o_ a>.q- C) C) 00 ~... Q) (ij > Q) co 5. M ro M~ OJ c ro N N...- c: C'O.lie: 32 "O c: Q) Q.

165 N in ca "'C in Q) ~ in ~...: 1- z in c: s: e a.. "'C c: ca ca "i:"' Q) ~ 0) Q) 0) a.. - C"') ::J L.. Q) ::J.c c: ca G> I- :!: ca L.. (!) "'C (!) o.c ca.c Cl) >. c: Q) a, c: ca "'C ~ Cl) "'C Q) o in c: Cl) ca e > a.. e Cl) "C Cl) 0.Q n:s.q Cl) >. c: Cl) a. s1paw Ue)fepu11!SB>f!tdWO>f,. e!s>f!js\{ des'tj. r-, -v_ 00.,... 6unJn)fJal/Je)feqJa.i o o we1v eue:>uaa un:>ejaa ue4e9 ue6uaa >feluo)f!d elefuas ue6uaa )feqwal!o 1ndwn11wefe1 epuaa e>1n1ja1 ejepn!se:µodsuejl uee>1e1a:>a)f lne1!se:µodsuejl uee>1e1a:>a)f lejea!p 1selJodsueJ1 uee>1e1a:>a)f 7 (Y)...,._ 0 0 (Y) V CO LO 0> 'V_LO 0..-oaa -.,...T'" n v_ 0 0 ci 0 N_ 0.,....,... (Y) N_ O> "'=t_ ONO 0 0::: _J 0 a... 0 ('() N... c n:s ctl "C' ~ Q) a.

166 6ueqw1:µa1 N - O>c: cu g> Q) :;:; (ij e~uu!1?1 N_ l.o_ 0).t:: x N., o~ cu ~ -c: ::s s1paw -e-- 0 x Q)... ue>jepuu 1se>1!1dwo)t ci ci 0 0 cu - 0 :I cu c x >.cu N e!s)l!js\f.!!! J2 ::s U) - c. «I cu cu E "O 'O..0 Q) U) desv <O_ o_ co cu Q).._ c. (/) Q) Q) 0,... ~ 6umm1Ja 11Je>1eqJa 1 0 a. U) ~ 'si - Q) cu ~ C2 1se,pe~ '>t!jj>ta13 u1saw "<!' N (") "O I 0 ci ci 0 Q) - c....- o ~ 0 co.._ I- u; - a. z.,....,... we1a66ua1....._ cu c: ci ci 0 0 "O cu c. cu 0) U) c: e a. c: Q) "> ca!j!a 4nun9 e4esn "O "O C1) c -~cu t. 'O - Q) E _. E cu B "O we1v eue:>uas (1J ~ (/) Q) cu -.Q ~ >.X c: ca c: co.q un:>eja9 o_ "<!'_ CIO (/) cu -;- (I) E ue4e9 ue6uaa >1e1uo)t 0 c: > «I Q) - c:... (/) - cu Q) (I) cu - ~ 0.!d... ro... St:~ 0-.._ 0 0 U) eiefuas ue6uaa >1eqwa11a 0 0 ::s c. a. o - - ro c: (/) 0 0 c:... Q) c: Q) ue6ueja~uad (")_ "<!'_ (") (I) E cu c.....,.,....,... "O s: (I) cu - ::s 'V M..., - :::J 03 c: cu N Q)... 'iii 'O co c :::J 1ndwn11we[e1 en co 0 c Q) cu.0 (I) «I c: o..:.:: CIJ I- epuaa e>1n1ja.t I'- Cl en Q) N (") N ro cu.0 >.0 Q) Q) ::;!! (1)... CIJ o > (1) c: IT" (")_ '<t_ (0 Q) x (1) a.:.. (I) Q) (") <O.!<:: "C <O <O (D 0) c: x co c Q) co 'O 4nier.,f >.co a. Q) (I) a. E co o ejepn 1se1JodsueJ1... c (I) c: 0....c cu uee>1e1a:>a)t ro "O "O,_ «I c: c Q).c ro cu co "O ::s Q) 1ne1 1se:µodsueJ.L (") N 0i,_ Q) a. >. t1l c: uee>1e1a:>a)4 ~ u E Q) Q)..0 Q) c a. t1l o cu li3 JeJea!P 1se:µodsueJ.L "<!'_ co CIO.!<: c: ro u; ~ a. co - f a. c: >. Cl3 «I uee>1e1a:>a)4 en... ::l Q) c: "O "O... (1) - Q) co ~ 0.. c. ~ E (") l.o O') ~ ;:: :0 Q) ejapao i.o" ci N' (I)... "O c. cu cu (I) ~ "c:' Q)... "O (I) c: - Q) o o cu Cl3 - ~.i::. x ;n..0,_ - cu ro cu ::= >. c:..0.0 'O c: Q) (1) >. E cu cu ca c cu:=..a (1) > gicn "3 Q) a.... c:. c. 'iii Q) a. cu E c: c E :t:= (1) c: ::s E ro cu~ ca > o ;:: - E c (1) 0 co Q; ro... ~ C> - ::l a.. c: co ~ 32 a. - ro ("')._.!!? ro.!<: E - -g co (ij ' (I) 0) Q) co "O c: c..0..a c: Q) (I) (1).., 0 -c co - Q) _J a. I-.. I- "C..a c

167 6ueqwi:µa1 N -~ ro ro Q; 32 e~uuie1-0 Q) - M Cl "?. 0 _: :J ~N" a. ro E..0 :J... s1paw =. o_ q (!) ~ 0 Ue)fepU!l!Se>t!ldWO)I Cl Cl 0 >-E 0 c - ro N a. ro ti) cu e!s>i!js'v' ;:: ro "O ro -o ti) "C c Cl) desv m_ ' - co_.lll:: - (!) ro 6unJn)fJa l/je)f eqja l..o..- Cl 0.c ti) :.: ro a! - c -0 (!)!Seipe~ '>t!jl>t013 U!S0111J ' -..-_ M_ ro Cl...: 0 - ro I- ffi.!ic: z (!)... we1a66ua1 v Cl.... ro I-.!IC: ti) ci ci 0 a:: ;: c: - (].) ;;..._ ro - 0 ta!j!o 4nun9 e4esn a>c... '- Cl Q) 0 a> ro c,.e - 'O -o Q) _.c "O 0 we1v eueouaa ro :J nf.0 a. ro ti) ta E._, Cl).0 unoeja9 GO r-, co_ (].) ro Q) >- ue4e9 ue6uaa >1eiuo)I ci ci 0!/) (].) c: - -0 ti) Q) c (].) cu 0.. 1d N Cl... (ii.~o ~ ;,;::: eiefuas ue6uaa >1eqwai1a ci ci :J..0 ro ti) s :J (].)... cu ue6ueja~uad 00 N M G.> -0 c >- c-;~ (].) c G.> o E (].) in - - a, N Cl) ::s u; ct!..-.c... 1ndwn11wefe1 co_..- 0 c.... G.> Q) cu ::s g 00 0) 0) (ii -0 - I- c: epuae e>1n1ja1 N N N > Q) c Cl) ~ Q_~. ~ 0: g cu....-~ -..':">_. co... uruar '..co. - (~.. C'l..:[:- Cl I() -..;- Cl) ~.o c ro co co co 0) (].) - "O c: co >-" c c: s: Cl) ;:: ejepn 1se:µodsueJ1 (].) ro c: o N_... co a.:9 ~.c u ee>t e1a:>a)i u c: c ro cu co ro.!!! ;::.c ine1 ise:µodsuejl v_ N_ '6> "C... a. Cl)..- co a. ct! >. uee>1e1aoa)i c ro ro... c: c: Q; u g Cl) co u ro c a, tejea IP 1se:µodsueJ1 o_ m_ co ~ (].) a. ro ~- co 0) o._ m c:..- a. uee>1e1aoa)t N :::J cu... u; -g ro "O G.> c "C" >- cu E (].) (].) c ) co ro - 0) Cl) ejapa:> NM N'... >.!IC: G.> c (!) "O... ro ro -0 Q) G.>... >- >- o a.c.- o..c c ro ~ ti) co ro..o o..c ~ -a. c: G.>.!IC:!/) 0 Q) >- :J ro... c: -.t::: a. cu G.> c 0 c > a. :J a. ro ta u; c!/) ro E Ill c: Q) c -0 c, Q) G.> E ro (].) c (ii!:;..0 > Ill G.> 0 c (].) ta c: c: ro a. ~ co co a. M. ro - co.!ic: ro!e co co 0 - ~ (/) - (!) a. Ill G.> iij 0) ~ (].) - ro c:..0 (!) C'O (tl G.> G.> 0 <( 0... ~ Cl.. Cl.. I-.. I-~ 2 ~

168 , N "' ca "C Cl).!I:: "' i2 "' z c "' :;; 0... a.. "C E 0 c 0.!I:: w N "' ::S 0... "": s M Cl) -... C1) ::s.c ' ca ::s... c Cl) :!! ca ' Cl) "C Cl) o.0 ca.0 Cl) c > Cl) a.. c ns "C e Cl) "C Cl) o "' c Cl) (ij > ~ a.. s1pa1111 ue)lepu11 1se>mdwo>1 we1v eueouas unoejaa ue4e9 ue6uaa )f eluo>f!d elefuas ue6uaa )feqwal!o 1ndwn11wefe L epuaa e>1n1ja1 ejepn 1selJOdsueJ1 uee)f e1aoa>1 lmn 1selJodsueJ1 uee)f efa:>a>f lejeq!p 1selJOdsueJ1 uee)le1aoa>1 E 0 c: 0 ~ w!ii ::s... s (/) e!s)f!jsv desv 6unm)IJa!fJe)leqJal. 1se1pe~ '>1!Jl)fa13 u1sa1111 NO 00 "<!" <D -e- (") co I!) """- 0 o_ co_ M N oo... _ """- ~ I.() Cl) co r-, r-, Cl) Cl) NNNNN ;n lt) c: - <!) co - N ~ <!)... Cl.,..._ ro CD "*' ~ O> c: ro ;:: N N N...- ro 00000"0 c: ro co N a, oo~ ro -a; -6i... c: 0 <(... «co N..--

169 1.0NMMl.O~~..-M~N..-0>0~ :...:~MMNNN...:N...:...:o...:oNN N U) ta 't:j U) Q).lil:: II) er: t-~ t- z II) c :;: 0 a.. E C1) 0.. 'O C1) 't:j o ca.q... - Cl:J 0.Q ~ C1) c s:::: >. Q) C1) ta Q. M ::J o.c... ta f"'i~ -... Q) :J.Q a.. ta :J t- c (I.) ::;?... a. (ts a.. (1) "C (I.) o.c (ts.c Q) ~ c Q) 0.. c (ts 0 (ts a.. (1) "C (I.) o U) c: (I.) (ts > (I.) a s1paw c:o ue)f epu11 1se>111dwo>1 o e!s>f!ls'f desv 6unJn)fJa l/je)f eqja l 1se1pe~ '>t!jpfa13 u1saw we1v eue:>uaa un:>eja9 eo ue4e9 ue6uaa >1e1uo>1 ("')!d'f e1efuas 0 ue6uaa )feqwa11a ci ue6uejaauad M_ ~ N N 1ndwn.11wefe l epuas e)ln1ja1 ernpn rseuodsuerj uee>1e1a:>a>1 1ne1 1se:µodsue.11 uee>1e1a:>a>1 1eJea!P 1se:µodsue.1i. uee>1e1a:>a>1 co_ 0 (0 0 NN(OMNO> o_ (O_ 0 0 co_ 0 ("') co cici (0 c:i C") 0 N..-O>~OM(Ol.Ol.01.0~l.O..._ -...:0...:...:00...:o...:cici o O> 0 ~ N cicici...: MC:OC:OO>O~C"l(D N M c:i c:i N c:i c:i - ~Nl.O~..-CO ci c:i...: c:i M ci C: (0N..-(O..-~~~ ~~g~~~00~~n~~n~~~~~ T""" (") ~ N c:i c:i c:i '(ii - -. ~ 0. M l.o ~- N-..- ~ O> N O>..- M CO ~ IJ'>. N N I>- C1l M~~NNNM~W~~N~...:mm~~ ~IDMID~M~~l.OID~C:Oo:>l.OID~~c C1l N_ 0 I.{) (X) l.o "'" cicicio l.o (X) l.o... ci ci c:i 0

170 pfe).4 uep i1wn1 ue1be9 M LO (O_N_lO O> V CX) V V "V <X> o..- o co c->co ci..o..- N M M M N N N N N - "C..: ::l E :::>.::it:. 0 c. E 0 a; ~ c: ca.lil:: a.. ~ ca 0 (/) "'"" ca f'i "E.- Cl) Cl) co.c ca ca a.. I- Q) "C - Q) o ra c: Cl)..:.: a.. Cl.) 1-.c: ::l.c ::l I- C: -~ - O') ca rn ::l a.. ::l c: Cl.) :2: f Cl.) "C Cl.) o.!. en c: Cl.) ra > ~ 0.. 4eMe 'V_ «:! O> CX)..- 'V 1e>t 6 un1 II) co (") v c:0 "'- N" co CX) c:0 uep l"l"1 (") M v M N N N N N N Se\\f!e~6un1 ue6ue1 uep ue6ue1 ue6ue1a6jad 1ndwn11wefe1 epuaa 4eMe9 ue6uaj 'mus 1n66ued '6un66und 'lnjad I "' "'- _ 0 O CO <X> 0 O>_ co_ CO N..-- v momo>..- N NO Wm NC">C">M'V'VvvMN <X> o_ «:!. M_ 0>_..-_ lo o_ v_ 0>_ ~LO..-ot--v..-v..-v <ir-nc'\l,...,_y-.,-.,-.,- V..-ll'>.,..-_ o "'.- '1n66u1d v "V t--" c:o a> ;: ;: g ~ v ~ ~ ~ :1:; ~ ~ v I I I I I I LO lo co ll'> LO LO NM'<t'LO<O ;:: 113 "O s: O..-- O_ I"- O>_ 0 N CO <X> 0 epea II) c-> LO M LO M N" N" ~ c-> -~ N..-- co N...

171 0 " 0 N "' cc "'C Q) ~ "' C2 "' ~ z "' c: '> e e, "O c: ~ "'C :c c: Q) a, c: cc ~ :i... cc cc "' It) o'e <r- Q) <"'i CD a; ~.0 Q) cc "O I- Q) o cc c: (I) ~ :i... Q) 1-.c: :::J.0 :::J I- C:.!!! C> cc CD... :::J :i... ::J c: Q) :E E Q) "'C Q) o..!.. "' c: ~ ~ e, pfe)t uep 11wn1 ue16e9 4eMe9 1e>16un1 uep 1n1n1 sew 1e>16un1 'jn66u!d ue6ue1 uep ue6ue1 ue6ue1a6jad 1ndwn11wefe1 epuaa 4eMe9 ue6ua1 'n>11s [n66ue?d '6un66und 'tnjad c ~ "O :a c Q> a. epea OOIO<O"<t<O...: ci cri...: c<i N ('I) NM ('I) (") 0)... ('I) ()()..o c-j c» ' N N ('I) N ('I) M "<t ('I) 0 <D... a5 cri ci..f 00 ('I) ('I) "<t "<t (") IO "<t O> I'-- ('I) c<i,...: -e- 0) 0.,....,....,....,... N 0 IO..-.: "<t ('I)..- 0) N ~ C\i..f c<i..f c<i s: :.0 ~ r:::: ro ~ '. "'O r:::: Q) a. LO~ oo C'") -ro - a. a> ro.0 "'O ro ~ I- 2

172 Plt?>f uep t1wn1 ue16e9 4eMe9 1e>16un1 uep l"l"1 sel'v 1e>16un1 'tn66u!d ue6ue1 uep ue6ue1 ue6ue1a6jad 1ndwnlJwefe1 epuaa 4eMe9 ue6ua1 'n>t!s CO..-'<t"<f"Olt)OJ ci : r-: ~ r-.: OJ C')(")C\l("')(")NC\I co '<t N OJ_ o_ '<t_ CO..- N'oOJcoco~ M'<tNNNNM , o co '<t..., co_..,c<)oicocico"<t C")("')'<f"("')'<t(")'<t ~..c co.0 - co s: ;: -(I).0 - co.:: co 0 c co co ;::- Q)..:.:: (!) a..!q c -~ St?l ~ r-, ~ o. ~ ue6ua1 'n4e9 :::...,..., co co co co 1n66ued '6un66und 'lnjad epea... :J a... ::i c: (l) ~ E (l) "'O (I) o.!. U) c: Cl) C'O > Cl) I.. a. c: ns ns "&:" Cl)...:.:: Cl) a.. - a:...j 0 a.

173 N tll (tj 'tj tll (1).!ii! tll ii: I=~ z tll s::: ~ 1- Q. 'tj s::: E (tj ~.!!! s::: (1) -, e (tj.!ii! 1- cu... II) 0 (tj ~'E M C1> - cc ~~ (tj (1) I- 'tj Q) o (tj c: Q).!ii:: 1- Q) 1-.s::: ::s.0 ::l l s:.!!! C) -(tj cc ::s 1- ::s s::: (1) :E e (1) 'tj Q) ~ tll e (1) 'ii ~ Q. p1e:>t uep l1wn1 ue16e9 4eMe9 1e}f6un1 uep l"l"1 sew 1e}f 6un1 '1n66U!d ue6ue1 uep ue6ue1 ue6ue1a6jad 1ndwn11wefe1 epuas 4eMe9 ue6ua1 'n}f!s ci lo M N 00 lo ID c0 Sel N. ue6ua1 'mies r...: lo s::: E l'ci a; ~.!!! s::: (1) -, ereda)t ro Cl) :.0 ro M CV) ~ lo ~.c.-.- ro E.2, ~ Q) -0 s ro c Q) -c 2.c ::J c..c ro 2 :.;;: ::J c ro c.e ro I Q) "Ci :.;;:._ ro <11 w en. a.. ~ - ro c, ro "E Q) -.:::it. ro "O F -:::J... :::J c Q) E - en 32 c_ ro Q).!. -.:::ir:. ro ro >- ~ ro c..... ~ cc ro ro ~ ro _. ro.o ro E~ ro oi Ol c oi ro ~ > E ro 0 r-- c.. Oc T"" ro ("tj ro "O - Q) Q) ~ :g_ N II) (tj 'tj tll (1).!ii! II) ii: i-= 1- z tll s::: s: -e Q. 'tj.s:: E (1) (tj 0 (1) c. j:: s::: (tj.!ii! 1- (tj tll co (tj 0 'tj ~ Q; MaJ a; (tj.0 1- (tj (1) I- -g -:u--. co s::: (1).!ii:: 1- (1) 1-.s:: ::s.0 = l- s:.!!! - C) (tj aj = 1- :::l s::: (1) :E E (1) 'tj Q) (..).!. tll e (1) (tj ~ Q. pfe)t _uep l1wn1 ue16ea 4eMe9 1e}f6UnJ: uep l"l"1 sel'f 1e}f6un1 '1n66U!d ue6ue1 uep ue6ue.l ue6ue1a6jad 1ndwnlfµiefe1 epuaa 4eMe9 ue6ua1 'n)f!s Sel o o ue6ua1 'mtes c.o ID.c: E Cl) CIS 0 0 oo. <"i r...: MN (0 '<O a> ID MM - 2 :::J c Q) E ~ Q) "O ~ co c Q)..!<:... Q) - Ol c ro >- c ro ctl -.:::it c.. ctl c.0 ctl E ro ctl "O Ol Q) 0).0 c... Q) Q) E~ CX) ctl 0 g- -- T"" "O ("tj (i) Q).:::it..o ro ctl "O I- :;:::

174 !>IB}f uap J!Wnl ue!6e9..-o..-c"'>oo ai ci ai,...- <X) NC"'> N N N 4eMe9 1e>16un1 uap inin1 00 en CD..fLO..-LON ('I') ('I') ('I') ('I') ('I') -"C E 0 c: 0 ~ UJ (/) ::i... s en c: ra..x: "- en cu Q (/) ~cu "C ("') " - Q) Q) llj.c ra cu "- 1- Q) "C (1) o ra c: (l)..x:... (1) 1-.c: ::i.c ::i I- C:.~ 0) ra co sent!t:?>16un1 '1n66U!d ue6ue1 00 LO N 00 uap ue6ue.1. CD- LO cd 0 iq ('I') ('I') ('I') "<t" ('I') ue6ue1a6jad 1ndwn11wefe1 epuag 4eMe9 ue6ua1 'n>t!s Set 00 en r-, 00 N ue6ua1 1n4e9 cd.o..f,...- cd 1n66Ul?d '6un66und 'tnjad epea en LO en LO CD CD (') "<t" ro,... >. c (') ~ (ti E.2,

175 , N II) C'G "C Q) ~ "' II) i2 r: z "' c: s: 2 D.. "C - C'G~ 0 ~ c - s C'G a. ::s.c C'G ~ p1e>t uep l!wnl ue16e9 4eMe9 1e>16un1 uep JnJn1 sej'v 1e>16un1 '1n66U!d ue6ue1 uep ue6ue1 ue6ue1a6jad 1ndwn11wefe1 epuaa 4eMe9 ue6ua1 'mus IO, 0 '<t_, N_ o_ IO I'- C:O I'- IO (") (0 N '<t_ C:O '<t ci -:i' ~ 0 co ci o) ci a;j ' M N r--.".,... N N C") e-: N N M (") N N N '<t ('I) '<t N N -e- "It I'- 0 CXl-0'>..- N..- N C:O CC!_ N_ (0 M I'- to o)!'.." cd,...: l.o cd cd!'.." 00 M..- o) o) cd.q-" :f. M M N M' N N (")..- to "It "It M M N,~ «>. m 10 '<t "'- c:o_ «>_ "'- co_ ~ r--_ o M ~ C")_ 0 o) N N o) eo 0 I'- I'-.,... co CX)... I'-... eo NN MNNN SeJ..- '<t_ o M M to N ('I) M_ IO IO..- 0 O> ue6ua1 'm.fea fii ('I) -:i' M -:i' M fii M N" N" ~ r-: r-: '<t- -:i' r-- epea mt0vt0roo0>cxl~nt0r--"!.o~n=> (OtONN NO>N MCXlvNMt0ro Ill c co "O -:::s... :::s c: Cl) :!: ~ Q) "C Q) o I u; c: Q) iij > ~ D.. C'il - 0 ~ c: s C'G c. :::s.c ~... ~ ::J E ~ i= co co.a.a E E :::I :::I U) U) c J!! co co... Qi co U) 5 "<t_ N N "<t_..--.,... co Ill :.0 co 0 >, c....c co E.2,

176 Tabel Prevalensi Jenis Cedera Menurut Kelompok Umur, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Umur (thn) C) - c!::: ca = C) ~... Cl> Cl> Cl> < 1 20,0 85,0 9, ,5 66, 1 15,3 1, 1 8,5 0,8 0,2 0,6 0, ,4 64,8 29, , 1 2,9 0,3 0, 1 0, ,5 59,0 33,2 2, 1 11,7 4,0 0,0 0,6 1, ,9 53,8 32,7 1,4 13,7 2,9 0,3 0,8 0, ,8 44,8 34,6 2,0 14,7 4, 1 1,3 0,5 0, ,6 35,0 36,7 0,7 16,2 3,4 0,5 1,5 2, , ,2 2,6 20,2 6,6 1,3 1, ,1 35,9 30,3 1,8 13,3 4,2 1, ,8 37,3 13,4 0,0 20,9 14,9 1,5 0,0 * Jen is cedera jumlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury) Tabel menggambarkan prevalensi jenis cedera menurut kelompok umur. Terdapat hubungan antara jenis cedera menurut umur. Pada umur produktif (15-54 tahun) jenis cedera benturan, Iuka terbuka, terkilir, mempunyai proporsi tinggi dibanding kelompok umur lainnya. Sedangkan untuk Iuka lecet, semakin tua umur seseorang maka semakin turun prevalensinya. Tat-el Prevalensi Jenis Cedera Menurut Pendidikan, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 t-... C) c ~ :J....c.5 (U a.. ca >i e c (U..J Pendidikan e... :J c Cl> m C>.!::: - c (U = C> ~ Cl)... Cl> Q) I- I- Tidak sekolah 36,2 35,2 29,0 0,3 16,6 Tidak tamat SD 39,9 50,2 33, 1 1,8 14, 1 Tamat SD 37,4 47,6 34,8 1,4 15, 1 Tamat SMP 35,4 53,5 36,1 3,2 12,7 Tamat SMA 35,8 60,6 27,6 1,6 12,3 Tamat SMA+ 43,5 61,0 25,8 4,1 16,9 * Jenis cedera jumlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury)... Cl> 0 Cl>..J ]! :J..J (U ~ :J.Q... Cl> I- ]! :J -' Tabel menunjukkan prevalensi jenis cedera menurut tingkat pendidikan individu. Semakin tinggi -tingkat pendidikan individu, semakin tinggi prevalensinya menderita jenis C> e ~ :J....c.s (U Q. 8,0 3,8 3,0 3,8 4,8 3,3 0,7 0,6 0,5 0,3 0,5 c ca c :J 0 ~ Q) ~- 0,3 0,4 0,3 1,4 0,8 1,6 ca >i c e ca -' 1,4 1,0 1,4 1,6 1,1 C> e ca.q E ~ Q) 1- z 134

177 cedera benturan dan Iuka lecet. Untuk jenis cedera yang lain tidak terdapat pola yang nyata antar tingkat pendidikan. Tabel Prevalensi Jenis Cedera Menurut Pekerjaan, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Jenis Kelamin Prevalensi Jenis Cedera Menurut Jenis Kelamin, = -.. :: -~-=~- di -Provinsi Ni:T;_Ris_kesdas c ca... ::::J... c Q) rn Laki-laki 41,6 55,9 32,5 1,5 13,5 4,3 Perempuan 37,4 54,8 25,3 1,7 12,9 2,0 * Jenis cedera jumlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury) C'O C) C)..:.::... c c ::::J... Q) C'O.0 C'O ~ c c o.....:.:: C) C'O.0 ::::J II) C'O Pekerjaan C'O Q) Q) C'O e... ~ c I- ::::J C'O E al!:::.....j I- C'O 0..:.::... ::::J ::::J >- ~ C'O = C).c (.)... C'O C'O C) C'O ::::J e..:.:: Q) C'O C'O c Q) c..:.::..:.::..:.:: C)... c.... ns ~... ::::J '- c Q).0 C'O ~ (.) '- ~ C) ::::J Q) Q) ca ~ c..j I- al.!::: ns I- C) ns C'O ns :;:.c..:.::..:.:: ~ ~ ns '-... ::::J ::::J ::::J Q) Q) C'O..J..J..J I- I- a c Q)... ; I- Q) ::::J ::::J ::::J Q) Q) C'O Q) rn..j..j..j I- I- a. <C (!) ~ x:..j z Tidak bekerja 36,7 46,8 37,0 1,6 14,6 5,8 0,0 1,0 Sekolah 39,7 63,1 29,8 2,7 13,4 2,8 0,4 0, 1 1,2 Mengurus RT 29,6 47,9 30,3 1,2 11,3 2,0 0,2 0,2 0,8 Pegawai (negeri, swasta, POLRI) 35,8 62,0 24,6 3,2 11,2 4,3 1t1 0,0 1,1 Wiraswasta 41,0 59,0 32,9 1,9 14,9 6,2 1,2 1,9 1,9 Petani/Nelayan/Buruh 40,4 40,4 35,8 1,1 16,2 4,8 0,5 1,0 1,3 Lainnya 29,9 55,2 38,8 3,0 19,4 1,5 1,5 1,5 * Jenis cedera jumlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury) Tabel menggambarkan prevalensi cedera menurut jenis pekerjaan. Dari tabel tersebut tampak bahwa tidak terdapat pola yang jelas antara prevalensi jenis cedera dengan jenis pekerjaan. Tabel Tabel menggambarkan prevalensi jenis cedera menurut jenis kelamin. Tampak bahwa untuk jenis cedera benturan, Iuka terbuka dan patah tulang proporsi untuk laki-laki lebih banyak dibanding wanita. Sementara untuk jenis cedera yang lain tampak tidak terdapat perbedaan yang nyata antara laki-laki dan wanita. Cl 0,6 0, 1 0,7 0,1 C'O > c j 1,1 0,8 C) c C'O.0 E ~ Q) 1- z 135

178 Tipe Daerah Tabel Prevalensi Jenis Cedera Menurut Tipe Daerah, di Provinsi NTT, Riskesdas (I) 0 (I)...J... c Perkotaan 39,6 68,9 28,0 3,7 11,3 3,3 Pedesaan 39,8 52,7 29,7 1,1 13,6 3,4 * Jenis cedera jumlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury) Tabel menggambarkan tentang prevalensi jenis cedera menurut klasifikasi tempat tinggal individu. Untuk jenis cedera Iuka lecet tampak bahwa proporsi untuk individu perkotaan lebih tinggi dibanding individu pedesaan, Sementara untuk jenis cedera yang lain tampak tidak ada perbedaan yang nyata antara individu yang tinggal di perkotaan dan pedesaan. 0,4 0,4 Tabel Prevalensi Jenis Cedera Menurut Status Ekonomi, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 O> C'Q ~ ~ O> ::s fl) cu ~ c C'Q I-... ::s co!::: (ti O> s: 0 ~:; cu ~ Q) C'Q O> C'Q a. ~ O>... ::s Q) Q) cu c Q) Q)...J I- I- a. <((!)I.- 0,4 0,5 C'Q >. e c: ca..j 1,2 0,9 O> c: cu.c E ~ <I) 1- z... ::s... C'Q C'Q O> O> ~ c: c: Q).c C'Q!!! c c:.c 0....:.c: O> ::s fl) C'Q C'Q,_ c: E...J I- co = C'Q 0 ~... ::s >. :J = O> s: 0... t: (ti ra O> C'Q 5. c: l'ts ~ Q) ra C'Q c: Q) Status Ekonomi ro Q) Q) C'Q ~ c: I-... ::s cu c:..:.c: ~ ~ O> I- <I) ::s ::s ::s Q) Q) C'Q c: <I) Q) Q) C'Q co -'...J...J I- I- a. <( (!) I- ~ -' z Kuintil 1 44,2 55,2 30,3 1,6 15,3 15,3 0,5 0,2 1,0 Kuintil 2 39,9 54,5 31,5 1,0 12,4 12,4 0,0 0,7 0,6 Kuintil 3 39,6 50,8 29,5 1,0 11,6 11,6 0,4 0,8 1,0 Kuintil 4 38, 1 58, 1 28,1 1,9 14,6 14,6 0, 1 0,6 0,9 Kuintil 5 38,0 56,6 28,1 2, 1 12,3 12,3 0,7 0,3 1,4 * Jenis cedera jumlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury) Tabel menunjukkan prevalensi jenis cedera menurut status ekonomi individu. Tidak terdapat perbedaan pola yang jelas antara jenis cedera menurut status ekonomi yang digambarkan dalam kategori kuintil. 136

179 Tabel Prevalensi Jenis Cedera ivlenurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas :::J ca C) C) ~... c. c Q).c ca ~ c ca c o... ~ C).c :::J!I) ca Kabupaten/Kota - ca Q) Q) ca ~ c ca I- :::J c... ca E.,J :::J I- o~... >- ca ca ca = C).c e> ca ;:, o ~ ~ Q) ca. ~ c Q) c ~ ~ ~ C)... c. Q) Q)... :::J :::J :::J Q) Q) ca I- ~ (!) i! Cl) ca m. : ca.. :::J... - c m...i...i...i I- I- e, ~...I z Sumba Barat 52,7 53,4 39,7 2,3 12,3 6,9 0,8 1,5 3,9 Sumba Timur 40,9 64,4 31,7 3,1 9,8. 4,9 0,6 Ku pang 12,9 21,8 55,3 6,5 8, 1 14,5 1,6 1,6 Timor Tengah Selatan 26,6 61,7 27,5 1,2 12,0 4,3 1,4 Timor Tengah Utara 28,1 40,4 38,6 2,3 17,0 8,2 3,5 1,2 Belu 20,7 55,0 32,4 1,8 4,7 4,4 0,7 0,4 Alor 35,1 43,2 22,5 17,1 5,4 0,9 1,8 Lembata 28,0 39,4 33,3 2,1 9,1 3,5 4,2 Flores Timur 20,9 40,7 39,3 1,2 8,5 1,5 0,5 0,2 1,1 Sikka 50,8 57,2 30,8 1,5 10,9 1,8 0,9 1,5 Ende 26,3 64,5 26,9 1,4 20,3 2,3 0,3 0,3 1,2 Ngada 65,0 70,8 18,0 1,9 9,4 1,1 0,4 0,4 1,1 Manggarai 64,5 59,9 24,1 1,1 20,5 1,6 0,5 0,4 Rote Ndao 31,6 63,3 29,6 1,5 17,9 4,6 1,0 1,0 Manggarai Barat 49,8 32,4 22, 1 0,4 14,4 0,4 2,4 Kota Kupang :-:~-4;0 74,3 2,7-;7 : - 2;P--.- 6,8 :4.2 o,s--: Sumba Baral. 52, 7-53,4 B9; ,3-.. p,9 0,8 1-,5 _ a.s I - * Jenis cedera jumlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury) Tabel menggambarkan jenis cedera menurut kabupaten/kota. Untuk jenis cedera benturan tampak bahwa Kabupaten Ngada menempati proporsi tertinggi (65,0%), terendah Kabupaten Belu (12,9%). Untuk jenis cedera Iuka lecet, Kota Kupang menempati proporsi tertinggi (74,3%), terendah Kabupaten Kupang (74,3%). Selanjutnya untuk Iuka terbuka, proporsi tertinggi terdapat di Kabupaten Kupang (55,3%), terendah di Kabupaten Ngada (18%). r: Status Disabilitas/ Ketidakmampuan Status disabilitas dikumpulkan dari kelompok penduduk umur 15 tahun ke atas berdasarkan pertanyaan yang dikembangkan oleh WHO dalam International Classification of Functioning. Disability and Health (ICF). Tujuan pengukuran ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kesulitan/ketidakmampuan yang dihadapi oleh penduduk terkait dengan fungsi tubuh. individu dan sosial. Responden diajak untuk menilai kondisi dirinya dalam satu bulan terakhir dengan menggunakan 20 pertanyaan inti dan 3 pertanyaan tambahan untuk mengetahui seberapa bermasalah disabilitas yang dialami responden. sehingga memerlukan bantuan orang lain. Sebelas pertanyaan pada kelompok pertama terkait dengan fungsi tubuh bermasalah. 137

180 dengan pilihan [awaban sebagai berikut 1) Tidak ada; 2) Ringan; 3) Sedang; 4) Berat; dan 5) Sangat berat. Sembilan pertanyaan terkait dengan fungsi individu dan sosial dengan pilihan jawaban sebagai berikut. yaitu 1) Tidak ada; 2) Ringan; 3) Sedang; 4) Sulit; dan 5) Sangat sulit/tidak dapat melakukan. Tiga pertanyaan tarnbahan terkait dengan kemampuan responden untuk merawat diri. melakukan aktivitas/gerak atau berkomunikasi. dengan pilihan jawaban 1) Ya dan 2) Tidak. Dalam analisis. penilaian pada masing-masing jenis gangguan kemudian diklasfikasikan menjadi 2 kriteria. yaitu "Tidak bermasalah" atau "Bermasalah", Disebut "Tidak bermasalah" bila responoen menjawab 1 atau 2 pada 20 pertanyaan inti. Disebut "Bermasalah" bila responden menjawab 3.4 atau 5 untuk keduapuluh pertanyaan termaksud. Tabel Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Masalah Disabilitas " dalam Fungsi Tubuh/lndividu/Sosial, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Status Disabilitas Status Disabilitas Sangat Sangat Baik Cukup Buruk Baik Buruk Melihat jarak ja~.~ (20 m) Mefihat jarak dekat (30 cm) Mendengar suara normal dalam ruangan Mendengar orang bicara dalam ruang sunyi Merasa nyeri/rasa tidak nyaman Nafas pendek setelah latihan ringan Batuk/bersin selama 1 O men it tiap serangan Mengalami gangguan tidur Masalah kesehatan mempengaruhi emosi Kesul!tan berdiri selama 30 menit Kesulitan berjalan jauh ( 1 km) Kesulitan memusatkan pikiran 10 men it Mernbersihkan seluruh tubuh Mengenakan pakaian Mengerjakan pekerjaan sehari-hari Paham pernbicaraan orang lain Bergaul dengan orang asing Memelihara persahabatan :2 0.3 Melakukan pekerjaan/tanggungjawab Berperan di kegiatan kemasyarakatan Berdasarkan tabel di atas tentang status stabilitas penduduk NTT yang berumur 15 tahun ke atas tampak bahwa persentase bermasalah yang agak menonjol dalam hal masalah mengalami gangguan-tidur. rnetihat jarak jauh (20 m). napas pendek. Kesulitan berjalan jauh (1 km) setelah latihan rinqan, dan melihat jarak dekat (30 cm). nafas pendek setelah latihan ringan. nyeri/rasa tidak nyaman. berperan di kegiatan kemasyarakatan. Sedangkan dalam hal membersihkan seluruh tubuh. dan memelihara persahabatan rnerupakan permasalahan yang kecil. 138

181 Dalam menilai status disabilitas kriteria "Bermasalah" dirinci menjadi "Bermasalah" dan "Sangat bermasalah"..kriteria "Sanqat bermasalah" apabila responden rrieniawab ya untuk salah satd dari tiga pertanyaah tarnbahan. Tabel Prevalensi Disabilitas Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Status dan Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Status Disabilitas Sangat Masalah Masalah Tidak Masalah Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timar Tengah Selatan Timar Tengah Utara Belu Al or Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kata Kupang NTT : Di Provinsi NTT persentase status disabilitas yang sangat bermasalah rata-rata sebesar 3.5% dengan yang paling rendah di Kota Kupang (0.6%) dan yang tertinggi di Sumba Barat (6.0%) kemudian diikuti Flores Timur (5.4%) dan Manggarai (4.6%). Sedangkan yang bermasah atau memiliki masalah tetapi tidak memerlukan bantuan orang lain. presentase rata-rata sebesar 31.1 % dengan daerah yang paling rendah juga di Kota Kupang (11.4%) sedangkan yang tertinggi di Sumba Barat (49.3%) diikuti di Lembata (41.9%) dan di Manggar~i Barat (40.1%). Sedangkan presentase rata-rata yang tidak bermaslah 65.4% dengan presentasi terendah di Timer Tengah Selatan. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa prevalensi disabilitas menunjukkan variabilitas menurut karakteristik responden. Prevalensi disabilitas "Sangat bermasalah" semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Prevalensi disabilitas "Sangat bermasalah" pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi disabilitas pada laki-laki. Menurut tingkat pendidikan penduduk prevalensi disabilitas "Sangat bermasalah" menonjol pada penduduk tidak sekolah dan tamat perguruan tinggi. Prevalensi disabilitas "Sangat bermasalah" ternyata bervariasi menurut pekerjaan responden. Prevalensi disabilitas "Sangat bermasalah" tertinggi terdapat pada responden yang tidak bekerja. sedangkan yang terendah pada responden yang sekolah. Prevalensi disabilitas "Sangat bermasalah" tidak tampak kecenderungan menurut tingkat pengeluaran per kapita per bulan (Tabel 3.120). 139

182 Tabet Prevalensi Disabilitas Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Status dan Karakterlstik, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakte.ristik Sangat Masalah Masalah Tidak Masalah UmU! (Tahun) > Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat SMA Pekerjaan KK Tidak bekerja Sekolah Mengurus RT Peqawai (Negeri. Swasta. Polri) Wiraswasta Petani/Nelayan/Buruh Lainnya Dae rah Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Menurut kelompok umurnya. presentase status disabilitas balk yang sangat bermasalah yaitu memiliki disabilitas dan membutqhkan bantuan oranq lain maupun betmasalah yaitu memiliki masatah tetapi tidak membutuhkan bantuan orang lain meningkat dengan bertambahnya umur. Sedangkan yang tidak memiliki masalah cenderung semakin banyak pada kelompok usia yang lebih muda. Menurut jenis kelaminnya. presentase status 140

183 disabilitas baik yang sangat b~rrl)asalah, maupun y~ng bermasalah re!~.tif lebih banyak pada wanita atau presenta'.se pria yang 'tldak mem,iljl<i masalah ielatif. sedikit, Menurut pekerjaannya. preseritase yang 'sanqat bermasalah cenderunq meningl<at pada kelompok yang tidak bekerja. kemudian pada kelompok bekerja informal yaitu petani.nelayan/buruh. wiraswasta dan ibu RT kemudian pegawai. Kecenderungan persentase yang sama juga untuk yang memiliki masalah atau memiliki masalah tetapi tidak memerlukan bantuan. Untuk yang tidak memiliki masalah. persentase menurut (ekerjaannya relatif merata. Sedangkan menurut daerahnya status disabilitas baik yang sangat bermasalah maupun yang bermasalah. presentase di daetah perdesan relatif lebih tinggi daripada di perkotaan. Menurut status ekonominya. presentase status disabilitas yang sangat bermasalah relatif merata di semua kuintil. juga untuk yang tidak bermasalah. Sedangkan untuk yang memiliki masalah atau yang tidak membutuhkan bantuan orang. presentasenya relatif menurun. Kemungkinan pada kelompok dengan status ekonomi yang tinggi dapat melakukan lebih banyak pilihan kegiatan. 141

184 -. Tabet Persentase Ponduduk z 15 Tahun Dengan Ketidakmampuan dan Membutuhkan Bantuan Orang Lain IVlenurut Karakteristik, di Propinsi NTT Riskesdas,2007 Karaktetistik Merawat Diri Melakukan Aktivitas Berkomunikasi Ya Tidak Ya Tida';; Ya Tidak Umur tahun tahun tahun tahun tahun :..74 tahun ~75 tahun Z Jenis kelamin: Laki-laki Perempuan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat SMA Pekerjaan KK Tidak bekerja Sekolah Mengurus RT Pegawai (Nege:-:, Swasta, Polri) Wiraswasta Petani/Nelayan/Buruh Lainnya Klasifikasi Desa/Kota Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluara per Kapita per Bulan Kuintil : Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Di Provisni NTT persentase disabilitas yang memerlukan bantuan orang lain untuk ketiga kegiatan yaitu merawat diri. melakukan aktivitas dan berkomunikasi cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. rendahnya pendidikan. Menurut pekerjaannya. presentase yang memerlukan bantuan untuk kegiatan merawat diri dan melakukan aktivitas tertinggi pada kelompok tidak bekerja. kemudian diikuti kelompok wiraswasta. pekerja informal. pegawai dan ibu RT. Sedangkan presentase status disabilities yang rnernerlukan bantuan orang lain 142

185 untuk komunikasi juga paling banyak pada keloinpk yang Jidak bekerja. pada wiraswas.ta. pekerja informal dan mengurus RT Perilaku Merokok l "' dan relatif banyak Menurut daerahhya. persentase yang memerlukan bantuab orang lain untuk merawat diri dan melakukan 'pktivitas relative lebih banyak di perkotaan. Sedangkan presentase disabilitas yang memerlukan bantuan orang lain untuk komunikasl relative lebih banyak di peredsaan.. Dan rnenurut status ekono'tninya. status disabilitas yang memerlukan bantuan orang lain untuk ketiga kegiatan cenderung meningkat denqan, meningkatnya kuintil atau pengeluaran keluarga. Tabel Sebaran Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Menurut Kebiasaan Merokok dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Perokok Saat lni Tidak Merokok Kabupaten/Kota Perokok Perokok Mantan Bukan Setiap Hari Kadang-kadang Perokok Perokok Sumba barat Sumba timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor 23.Q :3- :.:-: B: 0. -::--.--~~: ::4 -~. - Lembata ~~ ~ Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel menggambarkan prevalensi merokok di Provinsi NTT menurut kabupaten/kota. Tabel ini menunjukkan bahwa prevalensi perokok setiap hari tertinggi terdapat di Kota Kupang (31.9%). terendah di Kabupaten Timor Tengah Utara (16.9%). 143

186 TabeJ Proporsi Penduduk ~ 10 Tahun yang Merokok dan Tidak Merokok Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 ' I Perokok Saat lni Tidak Merokok Karakteristik Perokok Perokok Mantan Bukan Ka dang- Setiap Hari kadang Perokok Perokok Umur (Tahun) Jenis Kelamin Laki '3.6 Perempuan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD TamatSMP TamatSMA Tarnat PT Klasifikasi besa/kota Perkbtaan Pedesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Tabel mengga.rnbarkan prevalensi merokok di Provinsi NTT menurut karakteristik individu. Tabel ini menunjukkan bahwa prevalensi merokok tertinggi terjadt pada rentangan umur tahun. Bila.dilihat dari jenis kelarnin prevalensi merokok pada laki-laki lebih tinggi dibanding wanita. Semakin rendah pendidikan. prevalensi merokok semakin tinggi. lndividu yang tinggal di pedesaan prevalensi merokoknya lebih tinggi dibanding dengan yang tinggal di pedesaan. Bila dilihat dari status ekonomi. tidak adan perbedaan yang nyata antar kunitil pengeluaran tentang prevalensi merokok. 144

187 Tabel Prevalensi Perokok dan Rerata Jumlah BatCJng Rokok'yanq Dihisap Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Menur4t Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Perokok Saat lni % Rerata Jumlah Batang Rokok/Hari Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Al or Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel menqqarnbarkan.prevalens~-pemkok -dan r-erata jumlah--batang rokok per-har! menurut kabupaten/kofa.".~prevalensi merokok- tertliiggi- ada -di-kab Stimba.8araf~(36.. 9%). terendah di Kabupaten Timer Tengah Utara. Rerata jumlah batang rokok per hari tertinggi pada Kab Manggarai (15.70 batang). terendah di Kab Ende (8.11 batang). 145

188 label Prevalansl Perokok dan Rerata Jumlah Batang Rokok yang_ Dihisap Penduduk Urnur 10 Tahun ke Atas menurut Karakteristik di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karaktetistik Kelompok Umur (Tahun) Jenis Kelamin Laki Perempuan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tcmat SMA+ Pekerjaan Tidak kerja Sekolah lbu RT Pegawai Wiraswasta Peta ni/nelayan/buruh Lainnya Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5 Perokok Saat lni Rerata Jumlah Batang Rokok yang Dihisap

189 Tabel menggambarkan prevalensi perokok dan jumlah batahg rokok' per hari menurut karakteristi)< lndividu. Bila dilihat menurut kelompok umur. prevalensi tertiriggi perokok terjadi pada kelompok umur tahun. terendah pada kelompok umur tahun. Dilihat dari jumlah batang rokok yang dihisap kelompok umur tahun menghisap rerata jumlah batang rokok tertinggi. yakni batang. Dilihat dari jenis kelamin. prevalensi perokok pri lebih tinggi dibanding wanita.namun bila dilihat dari rerata jumlah batang rokok yang dihisap tampak taida beda antara alki dari perempuan. yakni sekitar 12 batang rokok per hari. Bila dilihat dari jenis pekerjaan individu. tampak tidak terdapat pola yang jelas terkait prevalensi perokok antar jenis pekerjaan dan juga rerata jumlah batang rokok yang dihisap. Bila dilihat dari tingkat pengeluaran per kapita tampak bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kuintil pendapatan dengan prevalensi merokok di Provinsi NTT. Tabel Sebaran Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Perokok Menurut Rerata Jumlah Batang Rokok dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Rerata Batang Rokok per Hari Kabupaten/Kota i? Tidak btg btg btg btg btg Tahu Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timar Tengah Selatan Timar Tengah Utara Belu Alar ~ ~ Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kata Kupang NTT Tabel menunjukkan kelompok rerata jumlah batang rokok per hari yang dihisap menurut kabupaten/kota. Yang menarik dari tabel ini adalah terpisahkannya antara perokok berat (2'::49 batang per hari) dan perokok tidak berat (1-24 batang per hari). Untuk yang merokok ~ 49 batang per hari. prevalensi tertinggi ada di Kabupaten Manggarai (11.3%). terendah di Kabupaten Kupang (1.3%). Untuk yang merokok antara 1-12 batang per hari. prevalensi tertinggi terdapat di Kab Ende (91.6%). terendah di Kab TTU (82.2%). 147

190 Tabel Sebaran Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Perokok Menurut Rerata Jumlah Batang Rokok dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Rerata Batang Rokok per Hari Karakteristik ~ Tidak btg btg btg btg btg Tahu Umur (Tahun) Jenis Kelamin Laki Perempuan Pendldlkan Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Daerah Perkotaan Pedesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Tabel menggambarkan prevalensi perokok berdasarkan rerata jumlah batanq rokok yang dihisap menurut karakteristik individu. Bila dilihat dari kelompok urnur. maka mereka yang menkonsumsi rokok ~49 batanq per hari tertinggi terjadi pada umur 1-14 tahun. Bila dilihat dari jenis kelamin. maka perokok yang menghisap ~ 49 batang rokok per hari pada wanita lebih tinggi dari laki-laki. 'Bila dilihat dari tingkat pendidikan. terlihat tidak ada pola yang jelas antara rerata jumlah batang rokok yang dihisap dengan ting~at pendidikan. Dilihat dari kuintil pendapatan. juga tidak'terlihat perbedaan yang nyata dalatrr'jumlah rerata batang rokok yang dihisap dengan tingkatan kuintil pendapatan. 148

191 Tabel Sebaran Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok Menµrut Usia Mulai Merokok Tlap Hari dan Kabupaten/Kota, di Propinsi NT1", Riskesdas 2007 Usia Mulai Merokok Tiap Hari Kabupaten/Kota 5, ~30 Tidak... h Th Th Th Th Th Tahu Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor T engah Se Iatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel menggam.barkan prevalensi usia- rnular merokok -tiap hari - rn.enurut -- kabupaten/kota. Secara umum di Provinsi NTT usia-mulai merokok adalah pada uml!e tahun. kemudian diikuti kelompok umur tahun. dan akhirnya kelompok tahun. Prevalensi usia merokok 1 O - 14 tahun tertinggi terdapat di Kab Flores Timur (15.4%). terendah di Kabupaten Manggarai (1.6%). 149

192 Tabel Sebaran Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas,yang Merokok Menurut Usia Mulai Merokok Tlap Hari dan Karakteristik, di Proplnsl NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Umur (Tahun) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Daerah Perkotaan Pedesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5 S-9 Th Usia Mulai Merokok Tiap Hari ;?:30 Th Th Th Th Th Tabel menggambarkan prevalensi usia merokok tiap hari berdasarkan kelompok menurut karakteristik individu. Tampak bahwa semakin muda usia individu maka usia mulai merokok tiap hari juga semakin muda. Artinya masyarakat Prov NTT generasi baru cenderung merokok tiap hari pada usia muda. Bila dilihat menurut jenis kelamin. tidak terdapat perbedaan yang nyata usia mulai merokok antar jenis kelamin. Demikian juga bila dilihat dari tingkat pendidikan. jenis tempat tinggal individu. dan kuintil pengeluaran. maka tidak terdapat perbedaan yang nyata usia mulai merokok antar pedesaan dan perkotaan. antar tingkat pendidikan. dan antar kuintil pendapatan ' Tidak Tahu

193 Tabel Sebararr Penduduk Umur 1.~ Tahun k.e Atas Y,ang' M~!'?~ok IYl,epu,rut rjmur Pertama Kali Merokok dan KabUpaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Usia Pertama Kali MeroJcok Kabu paten/kota 5..:9 10-1" ~5-29 ~30 Tida'c Th Th Th Th Th Th Tahu Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel menggambarkan usia mulai merokok menurut kabupaten/kota. Secara umum usia mulai merokok adalah :pada" umur tahtiri~ (26.30/o). -kemudian disusutpada usia-,20-24 tahun (13.9%). Bila dilihat rnenurut kabupaten/kota. prevalensi merokok usia muda {5-9 - th) tertinggi ada di Kab TTS. Prevalensi merokok usia th tertinggi terdapat di Kab Sumba Barat (14.5%). 151

194 Tabel Sebaran Pen,duduJ< Umur 10 Tahun ke Atas yang Me~okok Menurut Umur Pertama Kali M'erok9k dan Kara,kteristik, di Provinsi NTT, ~iskesdas 2007 Usia Pertama Kali Merokok/Kunyah Tembakau Kerakteristik ~30 Tidak th th th th th th Tahu Umur (Tahun) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT ".8' 29.3 Dae rah Perkotaan Pedesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil Kuintil Kuintil ~ Kuintil Kuintil Tabel menggambarkan prevalensi usia pertama kali rnerokok menurut karakteristik individu. Semakin muda kelompok umur. maka semakin muda pula usia pertama kali merokok. Bila dilihat menurut jenis kelamin. terdapat pola yang berbeda terkait usia pertama kali merokok. Laki-laki cenderung lebih musa usia pertama kali merokok dibanding perempuan. Tidak terdapat pola yang nyata prevalensi usia merokok bila dilihat menurut tingkat pendidikan. tempat tinggal individu. dan kuintil pendapatan. 152

195 Sumba Barr t Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT l Taber '. PrevalensiPerokok dalarn Rum~h Ketika Bersarna A~ggot~ Ruman Tangga Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Rlskesdas 2007 Kabupaten/Kota Merokok di Dalam Rumah Tabel menunjukkan prevalensi merokok dalam rumah ketika bersama anggota rurnah tangga lainnya menurut kabupaten/kota. Kab Manggarai Barat rnenunjukkan prevalensi tertinggi (96.2%). terendah di Kota.f5u12ang (69.1 (o). _ 153

196 Tabel Sebaran Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok Menurut Jenis Rokok yang bihisap dan Kabupaten/Kota, di Provlnsl NTT, Riskesdas 2007 Jenis Rokok ~ang Dihisae Kabupaten/Kota Kretek Kretek Rokok Rokok Cang- Cerutu Temba- Laindengan tan pa Putih linting kfong kau nya Filter Filter Dikunyah Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel menggambarkan jenis rokok yang dihisap menurut kabupaten/kota. Jenis kretek dengan filter banyak dihisap oleh perokok di Kata Kupang (75.2%). lalu jenis kretek tanpa filter banyak dihisap oleh perokok di Sumba Timur (57.7%). Rokok putih banyak dihisap oleh perokok di Kab Manggarai (39.3%). sedangkan rokok linting banyak dihisap oleh perokok di Kab TTU (47.6%). Jenis tembakau kunyah hampir merata di seluruh kabupaten/kota. dengan prevalensi tertinggi di Kab TTS. 154

197 Tabel Sebaran Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok Mer1urut Jenis Rokok yang Dihisap dan Karakteristik Responden, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Jenis Rokok yang Dihisap Kretek Kretek Rokok Rokok Cang- Cerutu Tern- Laindengan tan pa Putih Linting klong bakau nya Filter Filter Kunyah Umur(Tahun) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Daerah Perkotaan 7T ~:_::_.~'"2-0.T - :: ".o ~ ~5;5.. - :.. :"' Perdesaan ; ~7 25: ' Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil Kuintil Kuintil Kuntil Kuintil Tabel menggambarkan jenis rokok yang dihisap menurut karakteristik individu. Tampak bahwa semakin muda usia individu. maka prevalensinya merokok jenis kretek filter. kretek tanpa filter. dan rokok putih semakain tinggi. Sebaliknya. semakin tua usia individu. maka prevalensinya merokok linting lebih tinggi dibanding usia muda. Bila dilihat dari jenis kelamin. tampak bahwa laki-laki proporsinya merokok kretek dan rokok putih lebih tinggi dibanding perempuan. sebaliknya untuk mengunyah tembakau proporsi perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Semakin tinggi tingkat pendidikan menunjukkan bahwa proporsi merokok kretek dan rokok putih meningkat. sebaliknya untuk rokok linting semakin tinggi tingkat pendidikannya semakin rendah proporsinya. Demikian juga bila dikaitkan dengan tempat tinggal. individu di perkotaan lebih banyak merokok jenis kretek dan rokok putih dari pada orang desa. sebaliknya orang desa lebih banyak merokok jenis linting dibanding orang perkotaan. Bila dilihat dari kuintil pendapatan. tampak bahwa tidak ada perbedaan yang nyata dalam jenis rokok yang dihisap dengan kuintil pendapatan. 155

198 3.7.2 Perilaku Penduduk Makan Buah dan Sayur Tabel Sebaran Penduduk ~ 10 Tahun yang 'Cukup' dan 'Kurang' Makan Buah dan Sayur Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Cukup (WHO) Kurang (WHO) Umur (Tahun) Jenis Kelamin Laki Perempuan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD TamatSMP Tamat SMA Tamat PT Dae rah Pekotaan Pedesaan Status Ekonomi Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil S Kuintil Tabel menggambarkan prevalensi kecukupan makan buah dan sayur individu ;:: 10 tahun menurut karakteristik individu. Dari tabel ini dapat diketahui bahwa secara garis besar prevalensi penduduk yang memiliki kecukupan sayur dan buah sangat kecil. Bila dilihat menurut kelompok umur. hampir tidak ada perbedaan nyata dalam kecukupan konsurnsi buah dan sayur menurut kelompok umur. Dilihat dari jenis kelamin. tampak tidak ada perbedaan nyata antar laki dan perempuan dalam konsumsi buah dan sayur. Dilihat dari tingkat pendidikan. semakin ti'nggi iingkat pendidikan proporsi makan buah dan sayur semakin tinggi. Dilihat dari tempat tinggal individu. mereka yang tinggal di perkotaan makan buah dan sayur sedlkit lebih bpnyak, dibanding perkotaan. Dilihat dari kuintil pendapatan. tidak terdapat pola yang jelas antar kuintil pendapatan. 156

199 Tabet Persentase Penduduk ~ 10 Tahun yang 'Gui.mp' dar;i1 'Kura'ng' Makan Buah dan Sayur Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Cukup(WHO) Sumba Barat 5.8 Sumba Timur 10.7 Ku pang 2.5 Timor Tengah Selatan 5.1 Timor Tengah Utara 5.4 Belu 3.3 Alor 3.8 Lembata 19.3 Flores Timur 8.0 Sikka 0.5 Ende 2.0 Ngada 3.2 Manggarai 10.1 Rote Ndao 4.0 Manggarai Barat 21.4 Kota Kupang 4.1 NTT 5.8 Tabel menggambarkan tingkat kecukupan makan buah dan sayur menurut kabupaten/kota. Kabupaten dengan prevalensi kecukupan sayur tertinggi adalah Kab Manggarai Barat (21:4%): terndah ~a-~ Si~~ (0.5%) Alkohol Kurang (WHO) Tabel menggambarkan prevalensi peminum alkohol menurut kabupaten/kota di Prov NTT. Secara umum prevalensi peminum alkohol di Prov NTT adalah 17.6%. angka ini jauh lebih tinggi dari angka prevalensi nasional (3.2%). Prevalensi tertinggi terdapat di Kab Ngada (38.3%). terendah di Kabupaten Sumba Barat (7.7%). 157

200 Tabel Prevalensi Peminum Alkohol 12 Bulan dan 1 Bulan Terakhir Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Rlskesdas 2007 Kabupaten/Kota Konsumsi Alkohol Konsumsi Alkohol 12 Bulan Terakhir 1 Bulan Terakhir Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timer Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel menggambarkan prevalensi peminum alkohol menurut karakteristik individu. Dari tabel ini dapat dikatahui bahwa persentase terbesar penduduk yang mengkonsumsi alkohol 12 bulan terakhir adalah umur tahun (23.6%) dan hanya 18.3% yang tetap mengkonsumsi alkohol 1 bulan terakhir. Persentase laki-laki yang mengkonsumsi minuman keras sebesar 32.9 %. jauh lebih besar dibandingkan perempuan (4.0%). Dari status ekonomi dapat terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara kuintil pendapatan da1am rnengkonsumsi alkohol. 158

201 Tabel Prevalensl Peminum Alkohol 12. Bulan dan 1 Bulan Terakhlr Menur&Jt Karakterlstik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Kelompok Umur (Tahun) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP TamatSMA TamatSMA+ Tingkat Pengeluaran per Kapita per Bulan Kuintil-1 Kuintil-2 Kulntil-c Kuintil-4 Kuintil-5 Pernah Mengkonirnmsi Alkohol 12 Bulan Terakhir Masih Mengkonsumsi Alkohol 1 Bulan Terakhir :17.0: Aktivitas Fisik Oalam Riskesdas penduduk ditanyakan mengenai kebiasaan melakukan aktivitas fisik berat. sedang dan ringan. Penduduk yang kurang melakukan aktivitas adalah penduduk yang tidak melakukan aktivitas fisik berat. sedang atau ringan atau melakukan aktivitas berat. sedang dan ringan tetapi kurang dari sepuluh menit. 159

202 Tabel Prevalensi Penduduk ~ 10 tahun yang Melakukan Kegiatan Aktif dan Tidak Aktif M'enurut karakteristik, di Propinsi N"rT, Riskesdas 2007 Karakteristik Ku rang Cukup Umur (Tahun) Jenis Kelamin Laki Perempuan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD TamatSMP Tamat SMA Tamat PT Daerah Pekotaan Pedesaan Tingkat Pengeluara per Kapita per Bulan Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Dari tabel terlihat bahwa sebagian besar penduduk kurang melakukan aktivitas fisik. Bila dilihat dari kelompok umur individu yang cukup melakukan aktivitas fisik tertinggi pada kelompok umur ;;::75 tahun. Dilihat dari jenis kelamin. perempuan sedikit lebih tinggi proporsinya dalam melakukan aktivitas fisik cukup. Dilihat dari tingkat pendidikan. tidak terdapat pola yang jelas antara tingkat pendidikan dan kecukupan aktivitas fisik. Namun bila dilihat dari tempat tinggal. individu yang tinggal di perkotaan mempunyai prevalensi lebih tinggi untuk aktivitas fisik cukup dibanding individu pedesaan. Selanjutnya bila dilihat menurut kuintil pendapatan. semakin kaya individu maka semakin tinggi kecukupan aktivitas fisiknya. 160

203 1 Tabel c,, Prevalensl.. Penduduk ~~ 0 Tahun yang.mel~~4k,a,n Kegiatan Aktif dan Tidak Aktif Menurut Kabupaten/Kota, di P,r.opir;u~i;~TT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Ko~a, Ku rang Cukup Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timer Tengah Selatan Timer Tengah Utara Belu Aler Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT ~-~ Tabel menggam barkan prevalensi penduduk de Agan aktivitas fisik cukup dan kur?lrigmenurut kabupaten/kota di Prov NTT. Sacara umum prevalensi penduduk yang cukup melakukan aktivitas fisik adalah 27.4%. tidak berbeda jauh dengan angka nasional 29.8%. Bila dilihat menurut kabupaten/kota. prevalensi aktivitas cukup tertinggi terdapat di Kota Kupang (53.9%). terendah di Manggarai Barat (9.2%) Pengetahuan dan Sikap Terhadap Flu Burung Dari data Riskesdas. penduduk yang memiliki pengetahuan benar tentang flu burung adalah penduduk yang pernah mendengar tentang flu burung dan menjawab salah satu benar tentang penularan flu burung dari kontak dengan unggas sakit atau kontak dengan kotoran unggas/pupuk kandang. Sedangkan bersikap beriar tentang flu burung adalah yang menjawab salah satu benar pada tindakan apabila ada unggas yang sakit atau mati yaitu melaporkan pada aparat terkait. membesihkan kandang unggas atau mengubur/mebakar unggas yang sakit. 161

204 Tabel Proporsi Pendudukz 10 Tahun yang Pernah JVlendengar, Berpengetahuan Benar, 'dan 13etsikap Benar tentang Flu Bu rung Menu rut Karakteristik, 'di'prbpinsi NTT Riskesdas 2607 Pernah Mendengar Berpengetahuan Benar Bersikap Benar Kc.rakteristik Tentang Tentang Tentang Flu Burung Flu Burung Flu Burung Umur (Tahun) Jenis Kelamin Laki Perempuan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA TamatPT Dae rah Pekotaan Pedesaan Status Ekonomi Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Tabel menggambarkan prevalensi penduduk yang pernah mendengar. berpengetahuan benar. dan bersikap benar tentang flu burung. menurut karakteristik individ u. Dari tabel inf dapat tfi.ketahui bahwa penduduk yang berumur antara tahun yang pernah mendengar tentanq flu burung memiliki persentase yang paling besar (52.5%). Begitu juga dengan pengetahun yang benar tentang flu burung. kelompok umur ini memiliki persentase yang paling besar (52.5%). Meskipun terdapat keberagaman dalam awareness dan pengetahuan. namun prevalensi sikap yang benar tentang flu burung tidak berbeda secara nyata antar kelompok umur. Bila dilihat menurut jenis kelamin. tampak tidak ada perbedaan pola secara nyata antar kedua kelompok. Bila dilihat dari tingkat pendidikan individu. juga tampak tidak ada perbedaan secara nyata antar kelompok tingkat pendidikan. 162

205 Dilihat dari tempat tinggal individu. terlihat bahwa penduduk 'perkotaan lebih ewere. lebih berpengetahuan benar. dan lebih bersikap benar terhadap flu burung dibandlnq penduduk perkotaan. Selanjutnya bila dilihat menurut Ruintil pendapatan. maka terlihat tidak ada perbedaan y~mg nyata antar kelompok kuintil pendapatan- l, Taf>el 3.14'f..,._ Proporsi Penduduk 2: 10 Tahlln yang Pernah Mendengar Berpengetahuan Benar, dan Bersikap.Benar Tentang Fill Burung Menurut Kabupaten/Kota di'proplnsl NTT, Riskesdas.2007 Pernah Nf endenqar Berpengetahuan Benar Beraikap,Benar Kabupaten/Kota Tentang Tentang Tentang Flu Burung Flu Burung Flu Burung Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timar Tengah Selatan Timar Tengah Utara : Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat " l\ota Kupang NTT Tabel menggambarkan prevalensi penduduk ~ 1 O tahun yang pernah mendengar. berpengetahuan benar. dan bersikap benar tentang flu burung. menurut Kabupaten/Kota. Secara umum yang pernah mendengar tentang flu burung adalah 81.8%. berpengetahuan benar 69.8%. dan bersikap benar 85.9%. Bila dilihat per kabupaten/kota. proporsi penduduk pernah mendengar. berpengetahuan benar. dan bersikap benar tentang flu burung hampir tidak ada perbedaan di antara 16 kabupaten/kota di Provinsi NTT. 163

206 3.7.6 Pengetahuan dan Sikap Terhadap HIV/AIDS Tabel Proporsi Penduduk ~ 10 Tahun yang Pernah Mendengar Berpengetahuan Benar, dan Bersikap Benar Tentang HIV/AIDS Menurut Karakteristik di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Berpengetah uan Bersikap Benar Pernah Mendengar Benar Tentang Tentang Pencegahan Tentang HIV/AIDS Penularan HIV/AIDS HIV/AIDS Umur (tahun) Jenis kelamin Laki Perempuan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA TamatPT Tipe Daerah Pekotaan Pedesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Tabel menggambarkan penduduk ~ 10 tahun yang pernah mendengar. berpengetahuan benar. dan bersikap benar tentang HIV/AIDS. menurut karakteristik individu. Dari tabel ini dapat diketahui bahwa penduduk yang berumur antara tahun yang pernah mendengar tentang HIV/AIDS memiliki persentase yang paling besar (30.9%). Begitu juga dengan pengetahun tentang pencegahan HIV/AIDS (30.9%). Sedangkan kelompok yang bersikap benar tentang pecegahan HIV/AIDS proporsi tertinggi terdapat pada kelompok umur tahun (53.4%). Dilihat dari jenis kelamin. kelompok perempuan lebih aware. berpengetahuan dan bersikap benar tentang HIV/AIDS dari dapa kelompok lakilaki. Dilihat dari tingkat pendidikan. terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya maka akan semakin aware. berpengetahuan dan bersikap benar tentang pencegahan 164

207 HIV/AIDS. Bila dilihat dari tempat tinggal individu. mereka yang ting'gal'tfi perkotaan lebih aware. berpengetahuan dan bersikap benar tentang pencegahan HIAV/AIDS. Selanjutnya bila dilihat menurut kuintil pendapatan. maka semakin tinggi pendapatan semakin baik pula dalam awareness. pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan bllv/aids: Tabel Proporsi Penduduk ~ 10 Tahun yang Pernah Mendengar Berpengetahuan Benar, dan Bersikap Benar Tentang HIV/AIDS Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Pernah Mendengar Tentang HIV/AIDS Berpengetah uan Benar Tentang Penularan HIV/AIDS BerslkapBenar Tentang Pencegahan HIV/AIDS Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Tirnor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel menggambarkan prevalensi penduduk <:: 10 tahun yang pernah mendengar. berpengetahuan benar. dan bersikap benar tentang HIV/AIDS menurut Kabupaten/Kota. Secara umum. 30.2% penduduk NTT pernah mendengar (aware) tentang HIV/AIDS. 29.2% berpengetahuan benar tentang penularan HIV/AIDS. dan 50.6% bersikap benar tentang pencegahan HIV/AIDS. Dari 16 kabupaten/kota yang ada di NTT. pervalensi yang pernah mendengar HIV/AIDS tertinggi adalah Kota Kupang (79.6%). terendah adalah Kab Manggarai Barat ( 13.1 %). Prevalensi penduduk yang berpengetahuan benar tentarig penularan HIV/AIDS tertinggi adalah Kab Sumba Barat (59.4%). terendah adalah Kabupaten TIU (7.5%). Untuk sikap yang benar terhadap pencegahan HIV/AIDS. Ke semua kabupaten/kota mempunyai pola prevalensi yang sama. 165

208 3.7.7 Perilaku Higienis Tabel Proporsi Penduduk ~ 10 Tahun yang Berperilaku Benar dalam Hal Buang Air Besar dan Cuci Tangan dengan Sabun Menurut Karakteristik, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Berperilaku Benar dalam Hal BAB Tabet menggambarkan prevalensi penduduk ~ 10 tahun yang berperilaku benar dim hal buang air besar dan cuci tgn dgn sabun menurut karakteristik individu. Bila dilihat dari kelompok umur dan jenis kelamin. terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan pola yang nyata antar kelompok umur dan antar jenis kelamin. Namun bila dilihat dari tingkat pendidikan. semakin tinggi tingkat pendidikannya akan semakin tinggi proporsinya untuk berperilaku benar dalam BAB dan berperilaku benar tentang cuci tangan dengan sabun. Demikian juga. bila dilihat dari tempat tinggal. penduduk yang tinggal di perkotaan mempunyai proporsi lebih 166 Berperilaku Benar CuciTangan dengan Sabun Umur (Tahun) Jenis Kelamin Laki Perempuan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tarnat SD Tarnat SMP Tarnat SMA Tarnat PT Daerah Perkotaan Pedesaan Status Ekonomi Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil

209 tinggi dalam berperilaku benar-tentanq BAB. Bila dilihat jnenurut tingkat kuintil pendapatan. terlihat semakin tinggi tingka,t kuintil pendapatan maka akan semakin tinggi proporsinya berperilaku benar dalarn BAB. Tabel Proporsi Penduduk ~ 10 Tahun yang Berperilaku Benar dalam Hal Buang Air Besar dan Cuci T:mgan dengan Sabun Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Berperilaku Benar Berperilaku Benar Cuci Tangan dalam Hal BAB dengan Sabun Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor T engah Utara Belu Al or Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel menunjukkan prevalensi penduduk 2 1 O tahun yang berperilaku benar dalam hal buang air besar dan cuci tangan dengan sabun menurut kabupaten/kota. Dari 16 kabupaten/kota di Prov NTT. prevalensi tertinggi berperilaku benar dalam BAB terdapat di Kota Kupang (40.5%). terendah di Kabupaten Kupang (6.0%). Prevalensi tertinggi berperilaku benar cuci tangan dengan sabun terdapat di Kota Kupang (40.5%). terendah di Kabupaten TTU (5.6%). 167

210 Tabel Proporsi Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Menurut Kabupaten/Kota, di Propinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Baik Buruk Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timar Tengah Selatan Timar Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel menunjukkan prevalensi rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menurut kabupaten/kota di Prov NTT. Secara umum. dari 16 kabupaten/kota di NTT 15.3%, rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat. Prevalensi berperilaku hidup bersih dan sehat tertinggi terdapat di Kota Kupang (37.4%). terendah di Kabupaten TTS (3.9%). 3.8 Akses. Pemanfaatan Cara Pembiayaan dan Ketanggapan Pelayanan Kesehatan Akses Pelayanan Kesehatan Kemudahan untuk akses pada pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. seperti jarak tempat tinggal ke fasilitas kesehatan. waktu tempuh serta status sosialekonomi dan budaya. Pada Riskesdas NTT 2007 akses pada pelayanan kesehatan hanya ditinjau dan dikaitkan dengan jarak dan waktu tempuh ke fasilitas kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1. Kelompok pertama adalah pelayanan kesehatan oleh Rumah Sakit. Puskesmas. Puskesmas Pembantu. dokter praktek dan bidan praktek 2. Kelompok ke dua adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yaitu pelayanan oleh posyandu. poskesdes. polindes. dan bidan desa. Untuk masing-masing kelompok pelayanan kesehatan tersebut dikaji akses rumah tangga ke fasilitas kesehatan tersebut. Akses ke fasilitas pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jarakternpat tinggal dan waktu tempuh ke fasilitas kesehatan. faktor kemampuan ekonomi keluarga. serta foktor sosial dan budaya masyarakat. Pada 168

211 Riskesdas Provinsi NTT akses ke fasilitas.pelayanarr kesebatan hanya dikaji berdasarkan jarak dan waktu tempuh ke fasilitas kesehatan. Khusus untuk UKBM dikelompokkan menjadi Posyandu/Poskesdes. Polindes/Bidan Desa. dan Pos Obat Desa (POD)/ Warung Obat Desa (WOO). Selanjutnya.setiap kelompok/jenis UKBM tersebut dikaji tentang pemanfaatan dan jenis pelayanan yang diberikan dan diterima oleh rumah tangga/rt (masyarakat) serta alasan apabila tidak memanfaatkan UKBM. Tabel Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Jarak dan Waktu Tempuh ke Fasilitas, Pelayanan Kesehatarr" Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Jarak ke Yankes Waktu Tempuh ke Yankes < 1 km 1-5 km >5km ~15' 16'-30' 31'-60' >60' Surnba Barat Surnba Timur Ku pang Tirnor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai '15:6 - Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Catatan: *' Fasilitas Pelayanan Kesehatan: Ru mah Sakit. Puskesmas, Puskesmas Pembantu. Dokter Praktek dan Bidan Praktek Tabel ini menunjukkan keberagaman yang tinggi Akses RT menuju pelayanan kesehatan (RS. puskesmas. bidan dan dokter praktek) menurut jarak dan waktu tempuh. Dilihat dari jarak. Kabupaten dengan akses termudah adalah Kota Kupang dan tersulit TTS. Dilihat dari waktu tempuh. Kabupaten dengan waktu tempuh termudah adalah Kota Kupang dan tersulit adalah Ka bu paten TTS. 169

212 Karakteristik Tabel Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Jarak dan Waktu Tempuh ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan" Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Jarak ke Yankes Waktu Tempuh ke Yankes <1km 1-5 km >5km S15' 16'-30' 31'-60' >60' Klasifikasi Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Status Ekonomi Kt:tintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Catatan: *'Fasilitas Pelayanan Kesehatan: Rumah Sakit. Puskesmas. Puskesmas Pembantu. Dokter Praktek dan Bidan Praktek Tabel memberikan gambaran Akses RT menuju pelayanan kesehatan (RS. puskesmas. bidan dan dokter praktek) berdasarkan jarak dan waktu tempuh menurut karakteristik RT. Tabel ini menunjukkan bahwa akses menuju pelayanan kesehatan di perkotaan lebih dekat dibandingkan perdesaan. sedangkan menurut waktu akses RT ke pelayanan kesehatan lebih singkat di perkotaan. Ada kecenderungan makin kaya RT tersebut makin mudah untuk akses ke pelayanan kesehatan (RS. puskesmas. bidan dan dokter praktek) baik menurut jarak atau waktu tempuh. sehingga perlu adanya akselerasi kemudahan akses terhadap RT miskin. 170

213 Tabel 3.:150 i. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan.Jarak.dan Waktu Tempuh,Ke Fasilitas Pelayanan Kesehatarr" Menu rut Kabupaten/Kota ~di,prpvinsi NTT, Riskesdas 2007 I Kabupaten/Kota Jarak ke Yankes Waktu Tempuh ke Yankes < 1 km 1-5 km > 5 km :515' 16'-30' 31'-60' >60' Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT s.o 3.6 Catatan: *) Fasilitas Petayanan Kesehatan:-Posyandu. Poskesdes. Polindes Tabel memberikan gambaran akses RT ke pelayanan kesehatan jenis UKBM menutut kabupaten/kota. Akses RT ke pelayanan kesehatan UKBM menurut jarak dan waktu tempuh antar kabupaten/kota menunjukkan keberagaman. Analog dengan akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan (RS. Puskesmas. Puskesmas Pembantu. Dokter Praktik). Kabupaten dengan akses termudah adalah Kota Kupang dan tersulit adalah Kabupaten TTS. 171

214 Tabel Sebaran Rumah Tangga Jarak dan Waktu Tempuh _Ke Fasilitas Pelayanan Kesehatarr" Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Jarak ke Yankes Waktu Tem~uh ke Yankes < 1 km 1-5 l.rn >5km :515' 16'-30' 31'-60' >60' Klasifikasi Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Status Ekonomi Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil NtT Catatan: *) Fasilitas Pelayanan Kesehatan: Posyandu. Poskesdes. Polindes Tabel memberikan gambaran akses RT berdasarkan jarak dan waktu tempuh ke pelayanan kesehatan UKBM (Posyandu. Poskesdes. Polindes) menurut karakteristik RT. Akses RT ke posyandu/polindes/poskesdes di perkotaan lebih mudah dibandingkan dengan di perdesaan. baik menurut jarak atau waktu tempuhnya. Ada kecenderungan makin miskin RT. akses ke posyandu/polindes makin jauh jika ditinjau dari jarak tempuh dan makin lama jika ditinjau dari waktu tempuh. namun masih mendekati rata-rata kabupaten/kcta. 172

215 Tabel Sebaran Rumah rangga yang M~manta'atkan Posyandu/P.oskeS'des 'pal~m 3 Efolan Terakhlr Mehurut KaHupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2d<f7:. Pemanfaatart Posyandu/Poskesdes oleh RT Ka bu paten/kota Tidak Ya Tidak Memoutuhkan Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel memberikan ga.mbaran tentang proporsi "RT yang memanfaatkan Posyandu/Poskesdes menurut kabupaten/kota. Mayoritas RT merasa tidak membutuhkan posyandu/poskesdes. Ada banyak faktor penyebabnya. diantaranya disebabkan karena mereka tidak memiliki balita. Sebetulnya fungsi posyandu/poskesdes tidak hanya berfungsi untuk kesehatan balita. tapi dapat juga berfungsi yang lain seperti. pengobatan. KB bahkan konsultasi resiko penyakit. 173

216 Karakteristik Tabet Sebaran Rumah.Tangga yang Memanfaatkan Posyandu{Poskesdes dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Kl~sifil_<~si 'rempat Tinggal dan Status Ekonomi, di Provinsi NTT, Riskescfas 2007 Pemanfaatan Posyandu/Poskesdes oleh RT Ya Tidak Tidak Membutuhkan Klasifikasi Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Status Ekonomi Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil NTT Tabel memberikan gambaran proporsi RT yang memanfaatkan Posyandu/Poskesdes dalam 3 bulan terakhir menurut karakteristik RT. Dari Tabet terlihat bahwa terdapat perbedaan yang mencolok antara perkotaan dan pedesaan berkaitan dengan pemanfaatan posyandu/poskesdes oleh Rumah Tangga. Rumah tangga pedesaan lebih banyak memanfaatkan posyandu/poskesdes dibanding masyarakat perkotaan. Ada kecenderungan makin mapan (kaya) Rumah Tangga maka cenderung untuk makin tidak memanfaatkan posyandu/poskesdes. Hal ini dapat dimengerti karena Rumah Tangga kaya cenderunqrnemanfaatkan tenaga kesehatan swasta ketimbang posyandu/poskesdes. 174

217 a...c.::t:. cu a.. Cl) I- C cu. :J m M,.._ e8 CU N co "C "' cu I- "C 0: ~ cu ~ -~ (2.! z O>.- c "' ~ cu c I.() >. 'I'"' c. M "' Cl) a "C a..c Cl) "' Cl) - "C cu.::t:. - -~ I- 0 "'... cu a. 0 "C ::J - c c Cl) ('(I 1U >. c. "' :J a. cu 0.c c::.:::: C'G... c: :J cu a.. >. :J ('(I c - Cl) ~~ "' c Cl)..., c: C'G a.. C'G.c Q) U) e (I) E <1>.!:::! 0.. o ::J en I ~ a.. I C: 0) cu c:... (I) cu a...c 0 <( ~ I ::s c: >. cu c.c Q) ::s a.. - E n:s c C) (I) c a.. ~ I C:... ns 0 ~ - c s cu Q. ::s.c cu ~ Mv~~~~~~M~mNIDromvo ~~co~mno~ow~n~m~~n VMMMV~VVNM~~M~V~~ ~~VONM~~~v ~~a~mm~o~ro~nnmoo~ NVVVMMV~VN o~~~idnno~~mmn~mm~ ~M~M~omm~No~ro~MN~ ID~~VN~MVV~~~~ID~~~ ~~o~~m~oidom~nomm~ o~mnonom~idm~m~rom~ VMNNNVNN~~~N~NM~N M~~~mMM~Mm~o~ro~o~ mn~~~nconroco~~~oid~n ~VMVMV v~n~v~m~~m co.o o ~ co ~- o_.sr. c_r--.. c»....-.j.() M..CD. N co mn~~~~~~am~rom~mcoci CD_~~-~ ~-ID~ V MM M V M ~~CO~ ~~~~~~~~o v~~conmmnmnco~oco~m,.._ CD~VMIDIDVOOV~NIDN~N~~ ~~O~Mco~~~OM~m~~m~ ro~mcocom~~~~v~id~n~m commcomco~mmcomcoidm~mco -... ~ ::J ro E Ill i= ('IJ ('IJ E E ::i ::i (/) (/) ~~No~N ID~VM~M ID~~wvvco ~ s ('IJ "O ('IJ 0) z - ~ gi Q) "' 0) co ~ 0 z :E 0:::

218 I S:: e> ns s::... G> ns 0..c 0 <(!:ii:: I c: - :::s ~ E I/) I :::s s::» ns s::.c: G> :::s o.- I S::.5 ns s:: C) G> s:: o.~ co o::i 0) """ io l.{) """ 0) o::i N co co E 0 O'. c 0 ~..- w :,p I/) c ::I ::::) n; - :::.::'. en NO..-NNO i.0r--:t.0enen...: T"""' "C""'"".,...,... ~ O>(")f"-.ONO IOQO..-enN """ " " """ (") -.:t IO(")f"-."<;f"CON co co - - N an (") (") ("') (") (") (") O(Ol!)(Ol.{)IO - co co - N co l.{)l.{)l.{)(0(0&() O>COJ'-..IOOIO io I"--,...: o::i cci...: NNNNNN..-QOl.{)0><0 M'<iOMON (") (") ("') (") ("') (") COCOO>..-l.{)00 o..- en o> en o LO LO " " " IO C")C")C0 COOMJ'-..cO...: "<;f"lo"<:f"~-:t-.:t..- LO I.{) N C\! <0 co LO ("') co I"-- c-i COCOCOl"--l"--00.._ a.. E Cll..c ~.c cu.0 c: Cll ~ ~ :J 2 :J c: Cl) Cll cu >...:..:: c:... E :g_ 0 c c 0 ~ ~ ro Cl) :::s (/) (ii :::s O') -c (\1 Q.) (i5 0. ~:.;:; :J c... - :J :::s c..:..:: Cl)... E~ c: Cll Cll Ole O> ro c: c: Cll co I- >- co..c - Cll Cl) E o, :J.!Q a: c: Cl) ~.c Cl) -:J :::s :J "'O cti E :g_ c: Cl) c: E Cll c: >- ro ~ -ro o.~ c c Cll cu E c: Q.) ~o. ro ro Cl) - 0. g_ (/) c: c: m.~-o (1) c:.0 ~ Q) Cll 0. Cll - c: 0. ro ro..,_ ro E -o (1)

219 .. Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Alasan Tidak Memanfaatkan Posyandu/Poskesdes dalam 3-Bulan TerakhJr Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Atasart Tida'k Memanfaatan Posyanrlu/Poskesdes Kabupaten/Kota Tidal< Ada Layanan letak Jauh Posyandu Tidak Lengkap Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timar Tengah Selatan Timar Tengah Utara Belu Alar Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kata Kupang NTT Tabel memberikan gambaran Rumah tangga menurut alasan tieak rnernanfaatkan Posyandu/s'oskesdes dalarn 3 bulari terakhir menurut Kabupaten/Kota. Rata-rata RT tldak memanfaatkan posyandu/poskesdes dikarenakan layanannya yang tidak lengkap. Alasan letak jauh terbanyak terjadi di Kabupaten Sumba Timur (87.0%) dan Timer Tengah Selatan (80.8%). alasan tidak ada posyandu terbanyak di Kabupaten TTU (50.0%). Flores Timur (46.7%) dan Sikka (42.1%). Alasan layanan tidak lengkap terbanyak ada di Kabupaten Sumba Barat (70.8%). 177

220 NTT Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Alasan Tidak Memanfaatkan Posyandu/Poskesdes Da'lam 3 Bulan Terakhir Menurut Klasiflkasi Tempat Tingga1 dan Status Ekonomi, di Provinsi NTT, Rlskesdas 2007 Karakteristik Klasifikasi Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Status Ekonomi Kuintil1 Kuintil2 Kuintil3 Kuintil4 Kuintil5 Alasan Tidak Memanfaatan Posyandu/Poskesdes Letak Jauh Tidak Ada Layanan Posyandu Tidak Lengkap Tabel memberikan gambaran proporsi Rumah Tangga menurut alasan tidak memanfaatkan Posyandu/Poskesdes dalam 3 bulan terakhir menurut klasifikasi desa dan status ekonomi RT. Alasan tidak memanfaatkan posyandu karena letak posyandu/poskesdes jauh lebih banyak ditemukan pada Rumah tangga perdesaan dibandingkan perkotaan. Rumah tangga perkotaan tidak memanfatkan posyandu/poskesdes karena beralasan layanannya tidak lengkap. Rumah tangga miskin yang tidak memanfatkan posyandu/poskesdes beralasan karena lokasinya yang jauh. Sedangkan rumah tangga Raya beralasan karena tayanannya yang tidak lengkap. 178

221 , Ta9eL3.158 Sebaran Rumah Tangga yang Memanfaatkan,Polin,des/Bidan Desa dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas 2007, Pemanfaatan Polindes/Bidan oleh RT Kabupaten/Kota Ya' Tidak Tidak Membutuhkan Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel memberikan gambaran tentang proporsi rumah tangga yang rnernanfaatkan Polindes/Bidan Desa dalam 3 bulan terakhir menurut Kabupaten/Kota. Proporsi Rumah Tangga yang memanfaatkan polindes/bidan desa adalah sebesar 29.2%. dengan P!~P~~~i tertinggi terdapat di Kabupaten Manggarai Barat (54.4%). terendah di Kota Kupang (5.8%). Lebih dari sepertiga (39%) Rumah tangga tidak memanfaatkan Polindes/bidan desa karena alasan tidak membutuhkan. 179

222 i'' Karakteristik Tabel Sebaran Rumah Tangga Yang Memanfaatkan Polindes/Bidan Desa dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Klasifikasi Tempat Tinggal dan Status Ekonomi, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Klasifikasi Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Status Ekonomi Kuintil1 Kuintil2 Kuintil3 Kuinti14 Kuintil5 Total Pemanfaatan Polindes/Bidan oleh RT Ya Tidak Tidak Membutuhkan Tabel memberikan gambaran proporsi rumah tangga yang memanfaatkan Polindes/bidan desa dalam 3 bulan terakhir menurut klasifikasi desa dan status ekonomi RT. Rumah tangga di perdesaan lebih banyak memanfaatkan polindes/bidan desa dibandingkan rumah tangga di perkotaan. Hal ini bisa dipahami karena penempatan bidan desa/polindes memang diprioritaskan di perdesaan. Makin kaya rumah tangga makin berkurang memanfaatkan polindes/bidan desa. 39% rumah tangga merasa tidak membutuhkan Polindes/Bidan Oesa. Rata-rata 180

223 CX!,...0~<00)"":0 ccir-..r..:innr..:minm<cic-.i<cimc..jai (")(")NNNN("),--NN<DNN-=t-<D,--('\IO)C\10": o M. c: c: "' ~ "' ' a...-<o""':c":>inoooo c..jmn m~co -... ~ :J ro E al i= <ll <ll.0.0 E E :J :J en en - 0 ~ Cl) IU "O <ll C) z ~ g> ~ C) Cl) 0 z ~a:::

224 c: JS (ti.c 0 C) c: Cl> a. <.O 00 ci ai I' Nf'...Nl.O~ ai co <ri ai ai CX) co _,co co co co ex> c: (ti (ti (ti~ (I) -.lie: (ti... _ -al Cl> - E ~ Cl>a) 0. c: (ti (I) Ctl ::J (/).lie: Ctl c: c: Cl> 0 E Cl> Cl>z a. c: Ctl (I) Ctl Ctl (/)-.lie: - c: z Cl> ::J E.c Cl>- 0. c Ctl c: res e Cl> 0. c: (ti c: (ti (ti (/)= :e... Ctl Cl>.c: E ' Cl>~ a. <.O C'i l.o N ai N l.o (") <-.? ci N N 0 IX! "': "! CJ) CX) <-.?m...-o<rio (") N (")(")NM CJ) 0 (") ~ l.o ll) ccicx:i<ri i'c:o eo o co IX! ~ ll> o» C'i co o m o N N N C) c: ~ ro en (1) "'O c: - ro "'O :.0 If) (1) "'O,;: 0 a. c: ro c: ~ ro (1) a..!q c:.~ a. ro "'O ro.!:: '- Q) - a. ::I ~ ::I o C) c: ~ c: ro ro "'O Q).0 '- Q) 0. - ro 0. ro 'E (1) - N co...

225 label!3.162' ~ebaran Rurnaf langga MEinurut Alasan Tldak MemanfaatRan Polindes/Bidan b~sa dalarn.3 Bulan Terakhir Menur:Jit K~bupaten/Kota di ProvimfrNTt, Rtskesdas 2007 Alasan Tidak Memanfaatan Poslindes/Bidan Kabupaten/Kota Tidak Ada Layanan LetakJauh Polindes/Bidan Tidak Lengkap Lainnya Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai ' Rote Ndao ~ Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel memberlkan gambaran proporsi 'rumah tangga rnenurut alasan tidak memanfaatkan Polindes/bidan desa dalam 3 bulan terakhir menurut kabupafen/kata. Alasan tidak memanfaatkan Palindes/bidan desa karena tidak ada Polindes/bidan desa masih cukup tinggi (53.6%). tertinggi di Kata Kupang. terendah di Kabupaten Ngada. Alasan karena akses jarak sebesar 13.4%. tertinggi di Kabupaten Sumba Barat. terendah di Kata Kupang. Alasan tidak memanfaatkan karena layanan tidak lengkap relatif kecil. yakni hanya 4.9%. 183

226 Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Alasan Tidak Memanfaatkan Polindes/Bidan, t ~,. Desa dalam 3 ~l:jlan Terakhlr Menuru~.Klasifika~i Tempat :n11ggal dan Status Ekonomi, di Provinsi NTT, Rlskesdas 2007 Alasan Tidak Memanfaatan Poslindes/Bidan Karakteristik Letak Tidak Ada Layanan Jauh Polindes/Bidan Tidak Lengkap Lainnya Klasifikasi Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Status Ekonomi Kuintil Kuinti Kuintil Kuintil Kuintil Total Tabet memberikan gambaran proporsi rumah tangga menurut alasan tidak memanfaatkan Polindes/bidan desa dalam 3 bulan terakhir menurut klasifikasi desa dan status ekonomi. Alasan RT yang mengatakan tidak ada polindes/bidan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Sedangkan alasan jarak yang [auh banyak pada RT di perdesaan. Sehingga perlunya akselerasi mendekatkan akses polindes bagi RT perdesaan dan pemerataan tenaga bidan di RT perkotaan. Ada kecenderungan a[asan letak polindes/bidan yang jauh makin meningkat seiring dengan makin miskinnya RTtersebut. Sehingga akses polindes perlu ditingkatkan untuk RT miskin. 184

227 Tabel lj -.. ~ f Persentase Rurnah Tangga yang Mema!lf~at~an Pos Obat Desa (POD)/ Warung Obat Desa (WOO) dalarn 3 Bulaii Terakhir Menurut,Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Perr-anfaatan POD/WOO oleh RT Ya Tidak Tidak Butuh Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timar Tengah Selatan Timar Tengah Utara Belu Alar Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kata Kupang NTT Tabel memberikan gambaran tentang proporsi rurnahtanqqa yang memanfaatkan Pos Obat Desa (POD)/Warui)g Obat Desa (WOO) dalam 3 bulan terakhir. Pemanfaatan POD/WOO tiap kabupaten/kota cukup bervariasi namun pemanfaatannya sangat rendah (4.7%). Pemanfaatan tertinggi pada Kabupaten Belu. terendah pada Kabupaten Alor. Sehingga perlu adanya penelusuran alasan tidak memanfaatkan POD/WOO. 185

228 Tabel Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan Pos Obat Desa (POD)/ Wafung Obat Desa (WOO) dalain 3 Bulan Terakhir Menurut Klaslflkast Tempat ti'nggal dan Status Ekonomi, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Pemanfaatan POD/V\'OD oleh RT Ya Tidak Tidak Butuh Klasifikasi Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Status Ekonomi Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil KuintilS Total Tabel memberikan gambaran tentang propotsi rum ah tangga yang memanfaatkan Pos Obat Desa (POD)/Warung Obat Desa ryjod) dalam 3 bulan terakhir. Pemanfaatan POD/WOO oleh RT masih sangat minim baik di perdesaan ataupun di perkotaan. Tidak tergambar perbedaan yang nyata tentang pemanfaatan POD/WOO. tangga kaya atau rumah tangga miskin. baik pada rumah 186

229 Tabel Persentase Rurnah Ta,n~ga'M~nufut Ala~a,n Tidak M,emanfaat~an Pos Obat Desa (POD)lWarung Obat Desa (WOO) dalarn 3 Bulan Terakhlr Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi 'NTT, Rlskesdas 2007 Alasan Tidak Memanfaatan POD/WOO oleh RT Kabupaten/Kota Lokasi T1dak Ada Obat Jauh POD/WOO Tidak Lengkap Lainnya Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel memberikan gambaran proporsi runiah ' fangga menurut - alasan uda~ memanfaatkan Pos Obat Desa (POD)/Warung. Obat Oesa (WOO) dalam 3 bulan terakhir. Sebagian besar alasan rumah tangga tidak memanfaatakan POD/WOO adalah karena tidak adanya pelayanan tersebut (POD/WOD). 187

230 Tabel Persentase Rumah Tangga Menurut Alasan Tidak Memanfaatkan Pos Obat Desa (POD)/Warung Obat Cesa (VVOD) dalarn 3 Bulan Terakhir Menurut Karakteristik, di Provinsi NTT, Risl<esdas 2007 Alasan Tidak Memanfaatan POD/WOO oleh RT Karakteristik Lokasi Tidak Ada Obat Jauh POD/WOO Tidak Lengkap Lainnya Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Status Ekonomi Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Total Tabel memberikan gambaran tentang proporsi rumah tangga menurut alasan tidak memanfaatkan Pos Obat Desa (POD)/Warung Obat Desa {YI/OD) dalam 3 bulan terakhir menurut klasifikasi desa/kota dan status ekonomi RT. Alasan tidak memanfaatkan POD/WOO di perkotaan dan perdesaan tidak jauh berbeda yaitu tidak adanya pelayanan terse but. Alasan tidak memanfaatkan POD/WOO baik pada RT kaya atau pun miskin tidak berbeda jauh. Alasan terbanyak adalah karena tidak tersedianya POD/WOO. Untuk itu. perlu digalakkan kembali program POD/WOO Sarana dan Sumber Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Salah satu tujuan sistem kesehatan adalah ketanggapan (responsiveness). di samping peningkatan derajat kesehatan (health status) dan keadilan dalam pembiayaan pelayanan kesehatan (fairness of financing). Pada bagian ini dikumpulkan informasi tentang jenis sarana dan sumber pembiayaan yang paling sering dimanfaatkan oleh responden Pembiayaan kesehatan meliputi untuk perawatan kesehatan rawat inap dan rawat jalan. Sumber biaya dibedakan menjadi sumber biaya sendiri/keluarga. Asuransl (Askes PNS. Jamsostek. Asabri. Askes Swasta. dan JPK Pemerintah Daerah). Askeskin/Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Dana Sehat. dan lainnya. Dari data ini diperoleh gambaran tentang seberapa besar persentase rumah tangga yang telah tercakup oleh asuransi kesehatan. termasuk penggunaan Askeskin/SKTM yang salah sasaran. Seluruh penduduk diminta untuk memberikan informasi tentang apakah yang bersangkutan pernah menjalani rawat inap dalam 5 (lima) tahun terakhir dan atau rawat jalan dalam 1 (satu) tahun terakhir. Mereka yang pernah rawat jalan maupun rawat inap diminta untuk menjelaskan dimana terakhir menjalani perawatan kesehatan. serta dari mana sumber biaya perawatan kesehatan tersebut. Pihak-pihak yang menanggung biaya perawatan kesehatan tersebut bisa lebih dari satu. 188

231 M~NroMro~ro ~~..-ro~mm~..-~0~n~n~~n~~('t)~m~ rommmmmmmmrommmmmm~ ra >. e c: ra..j..- ci..- ci..- N ci c" ~ N ci ci O - "' c :;: 0 "- a. "'O ~ c:.s <'G c. :J.c <'G D~ c <'G ) "'O - ca c. - E (l\ 1- :J " :J c: (I> :ie c. cu c... ns ~ Ill a:: ~ ~... ns "' :J E.c a. e (1) al m... "' [" E (1) I-.c: s c: "' c:: " (1) E (1) a ci..- ci..- ci..- ci..- ci ci..- ci NOM(O(OO 0 ci 0 ci ci 0 0 ci ~~~'<:f"~~..-~<o~~roro..-~~o OONOOO ci ONOOOOOO~ M<0..-m~o< ro ~~N..-M~~MM~~MN~..-~M 0 ~ -e- '<:f" ('t) ~ 0 ''! ci ci ci ci ci ci 0 ~..-rom~~~ ~~M<OO~..-'<:f"~ o~ncici..-on..-..-no..-cinci~ vo~m~~..- N N 0 ci ) co ! :J ro E co F Cl] (1J.0.0 E E :J :J CJ) CJ) c.!! (1J (1J... a; ro CJ) 5 s:.c (1J (1J O> O> c c (I) (I) O> I- I- C.._.._ ro o o c, E E ~FF :J... Q) 0 co <(

232 N en (U "O en Cl) ~ en i2.,.:- 1- z en c > 0 I.. Q. "O.,.:- 0::: ~ +; - en "i: Cl) J:t:. E C) ('Cl U)~ ""'" M; (1) "'C.c cu - cu I- a. - E Cl) 1- :s I.. :s c Cl) 2 - cu a. cu c: ~ 0::: ~ ::s "'C :s "'C s:: Q) Q. (I) en ~ c: (I) e Q) Q. (/) Q. (I) cu ~ c (U - cu _z!: (/) ('Cl Cl) 0:: ~ ti) - (/) nse ('Cl ::s.c a.. e Cl)... ('Cl Q. E Cl) I- cu >. c: c: cu..j al CJ Cl) ct: - cu (/) (/) 0::: res ~ en.c: s c: Cl) - ct: Q; E (I) a.. co (0 oi ~ co 0)..- ci N..- 0 ci (")..- ci ci 0 ci NCO(OO) ~~~~o;~ 0 ci 0 0 ci ci N..-N"I"'" ci ci ci ci ci ci 0 0 (0 l.c) 0)..- r- ll) NNN~l!')M ro en ~ C1' '- '- Q) C1' "'O >. c en a> Eu c ~(\'.I n:: m ~ Q) - "'O ii) Q) c a. Q) C1' ~~ ~ C1' ~ ro >. en ('O... :::::J ' :::::J E c Q) c E cu ~ C1' Ol 0) c 0) C1' c "'O C1' Q)... en..c. C1' a. E ~ :::::J - '- a. - C1' C1' 3: c C1' - '-... ~ C1' :::::J 3: C1' - c... :::::J 0 O'>...

233 :> Sumber Pembiayaan PE?ICllanan Kesehatan Kabupaten/Kota Sendiri/ Askes/, Aske.skin/ Dana Lainnya Keluarga Jamsostek SKTM Se hat Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timar Tengah Selatan Timar Tengah Utara Belu Al or Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai , Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang ~6 3.6 NTT Catatan:,1 Tabet Persentase Pend uduk, Rawat lnap;menurut Sumber: Pembiayaan dan Kabupaten/Kota,di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Sendiri = pembiayaan dibayar pasien -atau keluarganya Askes/Jamsostek = meliputi askes PNS, Jamsostek, Asabri, Askes swasta, JPK Pemerintah Daerah Askeskin = pembayaran dengan dana Askeskin atau menggunakan SKTM Lain-lain = diganti perusahaan dan pembayaran oleh pihak lain di luar tersebut di atas Tabel menggambarkan proporsi sumber pembiayaan pelayanan kesehatan rawat inap menurut kabupaten/kota. Proporsi terbesar pembiayaan rawat inap tampak masih didominasi oleh pembayaran langsung (52.8%). kemudian diiukuti oleh Askeskin/SKTM. Dana Sehat. dan Askes/Jamsostek. Terdapat variasi antar kabupaten/kota mengenai sumber pembiayaan rawat inap. untuk pembayaran langsunng (bayar sendiri) terbesar di Kabupaten Manggarai Barat. Askes/Jamsostek terbesar di Kota Kupang. Askeskin/SKTM terbesar di Kabupaten Sumba Barat. Dana Sehat terbesar di Kabupaten Rote Ndao. 191

234 Tabel Persentase Penduduk Rawat lnap Menurut Sumber Pembiayaan dan Karakteristik Ru mah Tangga, di Provinsi NTT: 'Riskesdas 2007 Sumber Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Karakteristik Sendiri/ Askes/ Askeskin/ Dana Lain- Ke(u'arga Jamsostek SKTM Se hat Lain Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Status Ekonomi Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil NTT Tabel menggambarkan proporsi sumber pembiayaan rawat inap menurut karakteristik rumah tangga. Bila dilihat dari tempat tinggal rumah tangga. maka model pembayaran fangsung (bayar sendiri) lebih banyak pada rumah tangga pedesaan dibanding rumah tangga perkotaan. Namun untuk Askeskin/SKTM proporsi terbesar ada pada rumah tangga pedesaan. Semakin tinggi status ekonominya. maka rumah tangga menggunakan sistem pembiayaan asuransi formal. dan semakin rendah status ekonominya rumah tangga menggunakan Askeskin/SKTM dan Dana Sehat. 192

235 ... ~ c: cu.!!! [Q cu...,.c: cu E ::l 0::: Cl... U) cu Q) ~~ 0::: z... cu U).c cu cu >. C: C"'"JNNOOO">OO~O">OO'<l;N O(Y) NO C: OOOO'<i0Y-0C')Y-00Y-000- CU _J E E (1) U) m Q)....:ti! cu U) c. ::l E a. Q) I- CD en 0::: C"'"J~mro~mrooom~~oC"'"Jmm<D N ~ lo ~ ~ co C"'"J -<i N 00 C"'"J co ~ N O"> O"> u)' m~m~mm C"'"J C"'"J~~mmN~~ C"'"JNC"'"J~O~(Y)~~~m-q- <D ("') 0 ~ 0 ~ 0 0 (') 0 0.NY-~Y-NY-NC"'"J~NO~'<l;Y-NYooooooooooooy C"'"J~C"'"JOO~O">OOC"'"JN'<l;~~~C"'"JOC') lon ONMOMcOmlri~-<iN~M~ m~m~ro~mmmn~ ~Y-mro~ c0oooo~oooo~oy-ooo- mmro~mm~c"'"jnnoo'<l;~~--i:m~ 0C"')lri-<i0No~lrimc0~ro~~~M (") N N N (") (") (") io N ~ ~ ~-M ~-m ~ C") M c.-t:! ro..x::..x:: ro ro VJ c.c ::::i ro.2> E "O ::::J 0) L.. c...:.. ro oo >.~..x:: ro ro c >- cc ro ro.0 L.. - ro (I).c: - (I) (/) (/) ro (I) ;t:::..x:: = ro (/) 0) ro ro u, c Q) ro - - o.c:..x:: (1) c O Q) - ro ::::i a...x:: ::::i.2.0 ro -o..x:: c -::::J - ro L.. "'O ::::J ::::J c E 0) Q) E..x:: N ~ 0... cu.c 0... Cl)... al cu a. E Cl) I C: cu... cu.c Cl) en.c: Jg c: en c: 0::: Q) E Q) a. ~ N'<l;~O~~m~OOM'<l;Y-m--i:co ~oooy-~onooooooooo ro--i:m--i:m--i:mm~o~~~~~~~ NY-o.--C"')~NNY-C"'"JY-Y-~NoM- 1 :; co E m F co E co E.0.0 :J :J CJ) (J) c: 2 co ~ Q3 2 (J) :::).s::: co.s::: co 0) C) c: c: Q) Q) O') I- I- C: co 0 0 g-.~.~ :::.::'. I- I- :J... Q) 0 eo <{... :J E ~ i= co.0 E Q)...J

236 E c: (U.!!:! ca (U -, I/) (U ~ 3: cu (U z... 0::: cu.c (U E :J 0::: Cl (U >. c: c: (U..J I/).Q (U ~ E Q) I/) ca a>.....::.: cu Ill Q. :J E a. Q) i- ca Cl) 0:::.c s c: Cl) c: 0::: Q) E Q) a. 0) 0 C") I.() <D I.() co. c).-.- C") 0 ci <D " co <.D.- C") 0 <q ci 0 0 I.().- ci 0 T""" E 0 c ~ T""" w :p Ill c ::I ::J -!ii ~ en <qc")oc")cocd CO I'- CO I'- LO cd 'lol.c)l.c)l.c)l.c)lt) "<:t: "<:t' I) I.()"! CD ocicio.-o "<:t: "<:t' C") N NM ocicicioo "<:f'l.c)l.c)-.:j"l'-'1"" NNC")"<it--.<:f.-COCOC")f'-~ CO LO LO N I'- M C'0 C'0 (") C'0 N M c c ro -o ro.....c ro a> : (/) - Q) "'O.:.:: ro ro =..c m ro.c t=2 z~ "ii) "'O c_ 's :s2 o ro cl: (/) - -o..c ro 1- E a: 2.:.:: (/) :;::; ro (/).::: c::: Q) (J) ~~ ~ c ro ro.:.::.:.:: - - :::i... _ ro ::J c c ro a>e E Q) c: E ro -~ g> ro..._ ro -o - ::J ~ Q)... a5 0 0) c ::J... Q) "'O c Q) 0 ro 0) 0) c ro.....c ro E :J... ro ~ ro E ro >. c E 0 c: 0.:.:: Q) c: c ro... ro --. ro ro - ~ ro 0) ~ : ~ - c O> ro 0) O> c c: :;::; 0 co - t:'. ~ Q) ro o.. E ro Q)... (/) c ro.e ~.:.::..c ::J ro.,_..0 ~c ro cu E~ ro a>... (/) Q) -.:.:: E ro 0 O> c ro 0 c.:.:: Q) Q) - (/) c :J ro... "'O 2::: (/).:.:: cu ro (J).:.::..c 0) cu -~ E... ::J c ro ro "'O.:.:: ro 1U.r:: ro :='E -o ro ~~ en E

237 Tabel Sebaran Sumber Pernbiayaan Rawat Jalan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Sumber Pembiayaan Rawat Jalan Kabupaten/Kota Sendiri/ Ask es/ AskesRin/ Dana Keluarga Jamsostek SKTM Se hat Lain-lain Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel menggambarkan proporsi sumber pembiayaan raw at jalan menu rut kabupaten/kota. Sumber pembiayaan rawat jalan juga didominasi dengan cara pembiayaan pembayaran langsung (bayar sendiri) 47.2%. diikuti oleh Askeskin/SKTM. Dana Sehat. dan - terakhir Askes/Jarnsostek.' Tabet Sebaran Sumber Pembiayaan Rawat Jalan Menurut Klasifikasi Tempat Tinggal dan Status Ekonomi, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Sumber Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Karakteristik Sendiri/ Askes/ Askeskin/ Dana Lain-lain Keluarga Jamsostek SKTM Se hat Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Status Ekonomi Kuintil Kuintil Kuintil Kuntil Kuintil NTT

238 Tabel menggambarkan proporsi sumber pembiayaan rawat jalan menurut karakteristik RT di Provinsi NTT. Bila diihat dari tempat tinggal. Rumah tangga perkotaan cenderung menggunakan pembayaran langsung dan asuransi formal. sedangkan rumah tangga pedesaan cenderung menggunakan pembayaran langsung dan Askeskin serta Dana Sehat. Bila dilihat dari status ekonomi. terlihat bahwa semakin miskin RT akan cenderung membayar dengan carp Askeskin/SKTM atau bayar sendiri Ketanggapan Pelayanan Kesehatan Salah satu tujuan sistem kesehatan adalah ketanggapan (responsiveness) di samping peningkatan derajat kesehatan (health status) dan keadilan pendanaan (fairness of finacing). Pada bagian ini dikumpulkan informasi bagaimana sistem kesehatan memperlakukan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan di luar aspek medis. Persepsi klien terhadap pelayanan kesehatan dapat dipakai sebagai salah satu indikator untuk menunjukkan seberapa besar tingkat kepuasan klien terhadap pelayanan kesehatan yang diterima. Ada 8 (delapan) domain ketanggapan untuk pelayanan rawat inap dan 7 (tujuh) domain ketanggapan untuk pelayanan rawat jalan. Penilaian untuk masing-masing domain tersebut ditanyakan pada responden. dan mereka diminta untuk menyampaikan pandangannya terhadap pelayanan kesehatan berdasarkan pengalamannya waktu mengunjungi fasilitas kesehatan untuk rawat inap dan rawat jalan. Delapan domain ketanggapan untuk rawat inap terdiri dari: 1. Lama waktu menunggu untuk mendapat pelayanan kesehatan 2. Keramahan petugas dalam menyapa dan berbicara 3. Kejelasan petugas dalam menerangkan segala sesuatu terkait dengan keluhan kesehatan yang diderita 4. Kesempatan yang diberikan petugas untuk mengikut sertakan klien dalam pengambilan keputusan untuk memilih jenis perawatan yang diinginkan 5. Dapat berbicara secara pribadi dengan petugas kesehatan dan terjamin kerahasiaan informasi tentang kondisi kesehatan klien 6. Kebebasan klien untuk memilih tempat dan petugas kesehatan yang melayaninya 7. Keberhasilan ruang rawat/ pelayanan termasuk kamar mandi 8. Kemudahan dikunjungi keluarga atau teman. Untuk rawat jalan domain ke-8 (kemudahan dikunjungi keluarga atau teman) tidak ada. jadi hanya 7 (domain) yaitu domain nomor satu sampai tujuh di atas. Disamping itu pada bagian ini juga digali informasi tentang sumber pembiayaan perawatan kesehatan baik untuk rawat inap maupun rawat jalan. Sumber biaya dibedakan menjadi sumber biaya sendiri/keluarga. Asuransi (askes PNS. Jamsostek. Asabri. Askes Swasta. dan JPK Pemerintah Daerah). Askeskin/Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Dana Sehat. dan Lainnya. Dari data ini akan diperoleh gambaran tentang seberapa besar prosentase RT yang telah tercakup oleh asuransi kesehatan. sekaligus dapat diperoleh informasi tentang apakah ada penggunaan Askeskin/SKTM yang salah sasaran. Semua sasaran survai diminta untuk memberikan informasi tentang apakah yang bersangkutan pernah rawat inap dalam 5 (lima) tahun terakhir dan apakah pernah rawat jalan dalam 1 (satu) tahun terakhir. Meraka yang pernah rawat jalan maupun pernah rawat inap diminta untuk menjelaskan dimana terakhir menjalani perawatan kesehatan serta siapa saja yang menanggung biaya perawatan kesehatan tersebut. Fihak-fihak yang menanggung 196

239 biaya perawatan kesehatan yang terakhir tersebut bisa lebih dari satu. tersebut direkam untuk dianalisis. dan semua fihak 197

240 - (/) Q) c O)..C O> Cll c Cll.c: c: 0. Cll - co ::::J.,... (X)..- 0) N r"'; (X) L[) <.O... <.O L[) 0) L[) (0 Cll 't:j... >.~ cx:i (X) <ri <ri ""'" ~ <ri ""'" <ri C"') co r--: C"') r--: ui ~ 0 0) c Cll ::::J c: r-.. 0) 0) (X) (X) 0) 0) I'- 0) (X) (X) 0) co 0) O> 0) O') 0) Cll ~~ c o...c Ci l9 Cll Cll (l) 0) "'O ~ 0) c c (l) Cll... c: Cll... co c:... (l) Cll ns s: co 0 ~ >. O> <.O..- ""'" CV) <.O 0) <.O r"'; CV)..- co O> "! L[) ~ CV) co ~~c,._ 0 c: <ri r--: ui (X) ci <ri (X)..- co eo (X) N CV) ci c (l) c io Q) ~ co I'- 0) co <.O co 0) 0) ex:> co I'- co co ex:> 0) O> O> CX) 2 o..~ -.c ::::J Cll (/) Cll c: a::: 0. C"O 0. Cl) :x: ::I Cll Cll..c ::I o ns ro E c c. c: ~ (l) :g_ ::i co Cfl.Q (/) co :5 U) 0) co (U.c: CV) N CV) co <.O I'- L[) <.O "<I" (V) ~ 0 O>..- eo.....::.:: c.c== ci r--: cri ci ui L[) cri cx:i -.i-..- cri ci 0 I'- -.i- N a) ::I Cll Cll - ~ Q) - '(i; I'- O>.ca. co co co I'- O> eo co O> O> to O> 0) 0) O> 0) CX) c >. >. Q) c ::i Q) LL ~ E ro c :x:..c Cll ::i 0. 0) 0. Cll c Cll i c: c 0) C'G - Cll 0) :;....~... >. c Q.C Cfl..- Cll - C'Cl co N 0 CV) N <.O r-.. CV) <.O r"'; ~ L[) <.O O> co :: (/) ~o co.... cx:i C"') <ri ci ui N ci C"') Cll co Q)... N L[) (V) co CV) T'" C. N.c: I'- ro c ~~ O> 0) co I'- O> 0) 0) 0) O> O> 0) 0) 0) 0) 0) O')... Cll - Co UJ ~ c > ~. ~ ns Q) Cll c Q) :x: o;... Cll o..._.. ~~ Cll ~ (/) (0 cu Q)..c~<( c... 0::: ~ c: (l) ::I Cll.Q co (/) --. Cll T'" c.~ - (l) c ~ - E U) ~ ::I 0 (/) C"'$.f! o::: ::::J 0..- CV) CV)..- "! "":.,... co O> 0..- <.O ~ CV) - ns - ::I ""'" Q)..c: I-... I'- 0) co r-.. I'- 0) co 0) 0) 0) 0) O> 0) 0) 0) 0) CX) Q..Q Q) I- ::I..:.::: Q) c~(ijq) ns UJ z -:X: ro ro "'O...l<:'. I- Q) - >. -0..c ~ Cl) ~ :;:;..c C"O c: - (l) - - c.s nj (/) 0. cu..c cu... (l) "'O cu > Cfl co O> co I'- N (V) I'- ~ 0) co I'- <.O 0) I'-..- ~ o - ro c 0 co E ns ui co 0 ui <ri N 0) co C"') ci r--: -.i- ""'" N CV) cri N 0 ~...l<:'. - I ~ 0 r-- 0) 0) co r-- en co co 0) 0) co (J) 0) (J) CX) 0) O') 0. c - 0) O> I'- "': c LO ro CX) -,: <ri r--: C"') CD co 0 CV) ci C"') N -.i- N O') c Q) CX)..c m ro E - ~...-- >.o.. ' Ql 'E cu22 g> ~ - 0) cu - a; 'O.:x: - 0) O. - t:::: c ::I... (l) 0.. cu..c o... c: _..cu Ole c co Q)...l<:'.2 Cll cu.c: ~... cu ro 0) "": LO N "<I" ~ 0) ~ I'- ~ - ::I...l<:' co ~ r-.. (V) L[) CV) 0) C'G E..- r--: r--: cri <ri <ri ""'" cx:i L[)..- co co ~.,... CV) N <ri O') 0) ~ ::; c cu co co 0) co I'- r-.. 0) to co 0) co co 0) 0) O> 0) co ()() 0)... Occu0 Q) 0. Q) - c: 53 :x: e E.~ o..f! 0.0.~ c - Q) ::::J ccuo.cu ~ ::I O> C'Cl.~ co 0) (V) 0 (")..- "": co <.O ~ ""'" ""'" 0) CV) ""-: 0 c:..:.::: O>...l<:'. ro... cx:i cx:i -.i- N <ri -.i- C"') CV) co c:..- ~ I'- -.i-.,... 0 N..- r--: e! s:... ro ==~ I'- 0) co I'- I'- 0) co co 0) co co 0) 0) O> 0) co ()() Cll ::.c CX) ::I C'G..c cu....q E... Cll..c LO CX) Q) Cll c..._.. en c O>rocc El 0)... cu Cll ro CC1l...l<:'.O) J9 ro... Q).C...l<:'. Qi El c 0... CJ) ::J E ~.2. cu :x: - ~ Q) c ::I c.c ro CD ::I '- c: m ::J m ro... ID O> f'-.....l<:'. cc Q)... E O> Ol ::J c... ro c c..-ca>ro E '(ij 0 ~ ro co ID i= (1) (1)... cu a. i= cv)~e:s Q. ro Ol I- I- ro "O ro ::J ro ::I c ro (/) ro O> z Ol.0.0 :::s:::: - cu - ~ ro (1) cu Q) "O Ol OJ ro Q) >. Cll Q)..c E E a. 0 0 ::J... E... "O ro c Q) c cctl=..c E E... C'CI ::J ::J ::J a; 0 Q) 0 ~ c O> ro 0 ro o... -c ~ Q) - Q) :x: CJ) CJ) :::s:::: i= i= 0) <( _J u::: U5 w z~ c::: ~ :::s:::: z 0. "'O...l<:'.

241 C: - ca O>.c e ca :::J 'O... s s E~ Cl) - ~o c: ca ~.c B tll Q) 0: u;.o ca Q) u,: ~ - c:.o ca E fl) <.a c: ca.c ca E I! Q) ~ :::J... a. :::J Q) :!:~ c: n:s - t/l t/l ca ca E ~o Q)... ~-= lo lo (() ui co co CD Lt') ci 0) 0) co ~ co... 0) 0) N CO O"i O"i co co 0).,.,. O"i 0 co 0) co ~ co 0) co co N N oq: co co co ~CD(V)~~U)..-Nmco..-o 0) 0) co co 0) O')..-lt)Q..-0)~ ui co ui (() oq: U) co co co co co 00 ~Lt')(V)QO)~ co co 0) O') 0) 0) co co co 00 -<t:<o-<t:c")(v)~ "<:!" c--i... en... """" 0) 0) 0) co 0) O') ~~~ONM..-..-co,...:aio) 0) 0) co co co 00 -<t:co..-co-<t:o o..-c>,...:oo 0) 0) 0) co 0) O') I'~~"<:!" I'"""" co..- 0) co co O') co 0) co co co 00 O>!'--...-IO~O>,.._:aj,.._:u-)cnco co co co co co 00 -::I... ::I c Q.) E c co.c (1) en ~ c cu c ctl >. ctl Q.) 0. c ctl 0. ctl 0) 0) -.- c ctl c ro 0. co 0) 0) c ctl Q)..::s:...::s:. (1) 0. en ro ro ::I E (1) en Q)..::s:...::s:. ::I 0. ctl - c ~ v; c ::I c ctl..::s:.!e c 0) 'ii) 0) c ro >. c co ctl "O (1).0... (1) a. - ctl a. co "O... Q) -..::s:. - co "O ~..::s:. ctl 0. - E ctl 0. ctl 0) sa c ro 2 E c 2 c ctl... ctl.0 E ctl 0) co 0) 0) c - ~ co 0. E (1) c - ctl "O - ro ro..c = c := :0 "O 0) ro c as ~ '(ij c (1) 0) c (1) E c co - ctl 0. ro "O c (1) co - c co <ll - <ll >. c 0) c ctl >. v; ctl c ro > - ctl a. - <ll 'E (1) ctl $_..c -ro.0.!><:'. cu 0. E cu - ro >. c E....: o ro c= 0.s..::s:. "O Q) 0) (/) c ::I <ll : ~ en co - cu ctl 0...::s:. 0) 0) 0) c c ~ ro ~~ - "O..::s:. - (1) ctl 0. : ~ ::: I "O..::s:. (1) ro o, as ~

242 ~oromo~~nmmm~room~m mm~mmm~n~n~~~mmrom rommrommrommmmmmmmrom e ns If) If) ns (ti.c d> a: u;.o ca d> u, ~ ronoro~mm~~nrom~nrorom cim mmm~~m ~NmrorociM rommroromrommmmmmmmmm ON~~~roo~~N~M~Nm~N ~m~cim m~m~mn~mro~~ oommmromrommmmmmmmmm 0. c cu a. cu C) C) c s Cl) ~ e cu " cu.0 Cl) Cl) (/) c c: - ro > c: e es a. >. C'Q - - "O Cl) ==.o ns c: E If) ~E -:::I c. :::I.lll:: Q) -~ jg - 0 ~ e s cu c. :::I.c ro ~ O~OOM~~NM~~~ ~~M~~ 0roN~mm~mrom~MM0rooM rommroromrommmmmmmmmm ~Nmm~~NOONOOOO~OOMOO mm~ci~mmmm~~m~~ro~~ rommmmmrommmmmmmmmm M~m~roMmmMMrom~~romN mro~~m~n~oo~ww~mro~~ rommmmmmrommmmmmmrom NM Nm~~OOM~M~m~m~N ~ro~~~~mm~~~nm~~mm rommmmmrorommmmmmm~m....._ ~ ::i cu E co i= cu cu.d..d. E E ::i ::i (/) (/) 0 0 N

243 N-.:t:<D~-.:t:OO i.ri ""f...;... (") ("') a» c» o» 0) 0) 0) e n:s w rj.c: J9.c -- - Q) a: u;.c n:s Q) u. :::.::: N""f C'0<0<000..f'..j..f N ct) (") (j) 0) c» 0) (j) 0) e n:s.~ w n:s.c: e Q) :::.::: 0) (") 0) co 0) '"" I.{) LO LO C'0 ""f It) 0) 0) 0) 0) 0) 0) ::C.c n:s Ew <.a -::::s ::::s a..le Q) -:::.::: c - n:s w w n:s - n:s E.... ~o Q)... :::.:::.:.: 0..j LO En o: '<;f" (ot--0 i.ri i.ri co (") ""f It) (j) 0) 0) 0) O> 0) ~ 0 N c: n:s.c: n:s E e Q) :::.::: (") LO C'0 LO (j) (j) OlONCOO)(") c0i.ric0c")..f&t) (j) 0) (j) c» (j) 0) ::::s ::::s.le - C) n:s c s:~ t--ollo~c'0n...; ct)...; (") 0) 0) 0) 0) 0) 0)

244 3.9 Kesehatan Lingkungan Data kesehatan lingkungan diambil dari dua sumber data. yaitu Riskesdas 2007 dan Kor Susenas Sesuai kesepakatan. data yang sudah ada di Kor Susenas tidak dikumpulkan lagi di Riskesdas. dan dalam Riskesdas ditanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada di Kor Susenas. Dengan demikian penyajian beberapa variabel kesehatan lingkungan merupakan gabungan data Riskesdas dan Kor Susenas. Data yang dikumpulkan dalam survei ini meliputi data air bersih keperluan rumah tangga. sarana pembuangan kotoran manusia. sarana pembuangan air limbah (SPAL). pembuangan sampah. dan perumahan. Data tersebut bersifat fisik dalam rumah tangga. sehingga pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara terhadap kepala rumah tangga dan pengamatan Air Keperluan Rumah Tangga Menurut WHO. jumlah pemakaian air bersih rumah tangga per kapita sangat terkait dengan risiko kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan higiene. Rerata pemakaian air bersih individu adalah rerata jumlah pemakaian air bersih rumah tangga dalam sehari dibagi dengan jumlah anggota rumah tangga. Rerata pemakaian individu ini kemudian dikelompokkan menjadi '<5 liter/orang/hari'. ' liter/orang/hari'. ' liter/orang/hari'. ' liter/orang/hari' dan ~100 liter/orang/liari'. Berdasarkan tingkat pelayanan. kateporf tersebut dinyatakan sebagai 'tidak.akses'. 'akses kurang'. 'akses dasar'. 'akses menengah'. daa' 'akses optimal'. Risiko kese"hatan masyarakat pada kelompok yang akses terhadap air bersih rendah ('tidak akses' dan 'akses kurang') dikategorikan sebagai mempunyai risiko tinggi. Kepada kepala rumah tangga ditanyakan berapa rerata jumlah pemakaian air untuk seluruh kebutuhan rumah tangga dalam sehari semalam. 202

245 , Tabel 3~ 180 Persentase Ruman Tapgga Menu rut Rerata Pemakalan Air Bersih per Orang Per Harl dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Jumlah Rata-Rata Pemakaian Air Bersih Kabupaten/Kota per Orang per Har! (dalam Liter) < t >100 Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Ator Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao S 4.6 Manggarai Barat Kota Kupang NTT Tabel rnenunjukkan prevalensi _r~?j _Qe_~a_ka_i9n -~i! bersih p_~r ~rang per hari menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT. Konsurnsi air per orang per hari di Provinsi NTT kuranq -- - lebih dua-pertiqanya (64.8%) berada pada konsumsi 5-50 liter. sedanqkan sisanyatersebar pada konsumsi kurang dari 5 liter dan lebih dari 51 liter. Apabila dibandingkan antar wilayah kabupaten/kota. persentase tertinggi masyarakat dengan konsumsi air lebih dari 50 liter per hari adalah Kota Kupang. Dibandingkan dengan angka nasional yakni konsumsi per orang per hari lebih dari 100 liter adalah 43.8%. konsumsi air per orang per hari Provinsi NTT di bawah nasional. 203

246 NTT Tabel Sebaran Rumah Tangga menurut Rerata Pemakaian Air Bersih per Orang per'hari dan Karakterlstik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5 Rerata Pemakaian Air Bersih per Orang per Hari (dalam Liter) < ~ Tabel di atas menunjukkan bahwa konsumsi air per orang per hari akan semakin optimal. yakni lebih dari 100 liter per hari. untuk Rumah Tangga yang tinggal di perkotaan dibanding yang tinggal di pedesaan. maupun untuk Rumah Tangga' dengan pendapatan semakin tinggi dibanding dengan pendapatan yang rendah. Namun demikian. bila dibandingkan dengan angka -naslonal konsumsi air bersih per orang per hari rumah tangga Provins! NTT masih rendah (di bawah angka nasional). Angka nasional menunjukkan bahwa persentase rerata pemakaian air bersih per orang per hari ~100 liter mencapai 34.5%. namun di Provinsi NTT baru mencapai 11.4%

247 Tabel 3.~82 Sebaran Rumah Tangga Menurut Waktu dan Jarak ke Sumber Air, Ketersediaan Air Bersih dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Lama Waktu dan Jarak untuk Menjangkau Sumber Air Ketersediaan Air Kabupaten/Kota Waktu Jarak Mudah Sulit pada Sulit (men it) kilometer Sepanjang Musim Sepanjang <30 ~30 S1 >1 Tahun Kemarau Tahun - Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Ator Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT g9: ' '2'". s:s.. ' ' Berdasarkan ketersediaan air bersih. hampir 50% rumah tangga rnenqalaml kesulitan mendapatkan air bersih pada musim kemarau. khususnya Kabupaten Timer Tengah Utara dan Flores Timur. Dalam hal jarak dan waktu untuk menjangkau sumber air. pada umumnya rumah tangga di kabupaten/kota dapat menjangkau sumber air dalam waktu kurang dari 30 menit dan jarak kurang dari 1 km. Akses baik jarak maupun waktu terhadap air bersih Rumah Tangga Provinsi NTT secara umum di bawah angka nasional. Persentase RT di Provinsi NTT dengan waktu tempuh <30 menit ke sumber air sebesar 89.3% (angka nasional 97.7%). Persentase RT di Provinsi NTT yang mudah mendapatkan air sepanjang tahun sebesar 52.4% (angka nasional 73.6%). 205

248 NTT Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Waktu dan Jarak ke Sumber Air, Ketersediaan Air Bersih dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil1 Kuintil2 Kuintil3 Kuintil4 Kuintil5 lama Waktu dan Jarak untuk Menjangkau Sumber Air Ketersediaan Air Waktu Jarak Mudah Sulit pada Sulit (Men it) Kilometer Sepanjang Musim Sepanjang <30 ~30 ~1 >1 Tahun Kemarau Tahun Dalam hal waktu. jarak dan ketersediaan air bersih. akses rumah tangga perkotaan sedikit lebih mudah dibandingkan rumah tangga pedesaan. Bila dilihat berdasarkan tingkat pendapatan per kapita. tampak bahwa akses waktu. jarak dan ketersediaan air bersih. rumah tangga kaya sedikit lebih baik dibandingkan rumah tangga miskin. Bila dibandingkan dengah angka nasional. akses air bersih secara umum lebih sulit dibandingkan dengan ratarata nasional

249 Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut lndlvldu yang,'biasf! Mengambil Air dalam Rumah Tangga dan Kabupaten/Kota, di Provins! NTf, Riskesdas 2007 Orang yang Biasa Mengambil Air dalam Rumah Tangga Sumber Kabupaten/Kota Perempuan Laki-laki dalam Dewasa Anak Anak Pekarangan Dewasa (<12 thn) (<12 thn) Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Ut~ra Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai ' Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT - -~ _ Anggota rumah tanqqayanq biasa mengambil air. pad a perempuan lebih besar dibanding pada laki-laki. Perempuan dewasa lebih memfungsikan diri sebagai pengambil air dibanding laki-laki dewasa. Ketersediaan air di dalam pekarangan di Provinsi NTT (22%) jauh lebih kecil dibanding dengan angka nasional (68.1 % ). 207

250 Tabel Sebaran Rumah Tang9a Menuru.t Angg,qta Rumah Tangga yang Biasa Mengan1bil Air dan Karakteristik,di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan l'ingkat Pengeluaran per Kapita NTT Kuintil1 Kuintil2 Kuintil3 Kuintil4 Kuintil5 Dewasa Orang yang Biasa Mengambil Air dalam Rumah Tangga Perempuan Laki-laki Anak (<12 thn) Dewasa lndividu yang biasa mengambil air. baik di perkotaan maupun di pedesaan adalah laki-laki dewasa. Di perkotaan. sumber air rumah tangga lebih banyak di dalarn pekarangan. Berdasarkan kuintil pengeluaran per kapita. persentase individu yang biasa mengambil air dalam rumah tangga lebih banyak laki-laki dewasa. Tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara antar kuintil dalam hal individu yang biasa mengambil air dalam rumah tangga. Persentase rumah tangga denqan sumber air di dalam pekarangan paling tinggi pada kuiruil Anak (<12 thn) Sumber dalam Pekarangan

251 Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Kualitas Fisik Air Minum dan Kabupaten/Kota di Provins! NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Kualitas Fisik Air Minum (Utama) Keruh Berwarna Berasa Berbusa Berbau Baik Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Catatan : * Tidak keruh. berwarna. berasa. berbusa dan berbau Lebih dari 80% rumah tangga di Provinsi NIT mempunyai kualitas fisik air balk. Jerdapat keberagaman kualitas air (keruh. bau. warna. rasa. busa) di antara kabupaten/kota di Provinsi NTT Tabel ;3.1 BT - Sebaran Rumah Tangga menurut Kualitas Fisik Air Min um dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Kualitas Fisik Air Minum (Utama) Keruh Berwarna Berasa Berbusa Berbau Baik Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil NTT Catatan : * Tidak keruh. berwarna. berasa. berbusa dan berbau.. 209

252 c (tl (tl I/) Q) 'O Q) a. :0 (tl 0) 0) c :;:; (ti >. c: c: (ti -I 'Cij... 0) - c < :::::J U) N 1.0 ci ci <X) I.()... (X) 0) C") I.() C'0cci('j. o)ooccio N N ci ci 0 ci 0 ci 0)1.()Q,.._O),.._ tri tri..- ~ q r--: N O') 0) c (tl >. (tl >. c E ::::i E ::::i. ro a.... (ti :::::J 1:: Q. E o E ::l CD o Cl) a. 0) c: c: (ti Q)... "C ~ OJ Q) -I~ 0) c: c (ti Q)...,, Q) (1) u _.w -.fl 0 ~ - c: Q) ra Q. :::::J.Q ns ~... E ~ ::J co Cl) i= l.on"!:cj>nl.()f'-1.()...,., ci '<l' ci ci 1.0C")N..-N00~0>Nl0~..-C")l'-C")W cicicicic'0n..-oirinr--'.o. -..-N 0 I.() 0 ci c. 9 co ~ <u Q)... Cl) :::)..c:..c: co ro 0) 0) c c Q) Q) co ro Cl I- 1-..a..a c.._.._ E E co a. 0 E 0 E ~ ~ ~ i= i= C'01.()f'-"!lOlOCO""':<:'?V" cicioo..-ociciocicci O'> o c :J 0.. ::::i (U (tl E 0) c 0) (U c: 'O 2....!::. ::::i (tl EE ::::i ::::i I/)... ~~ 'O 0 -N (tl - 1/)... (U (tl... 'O Q).!::..0 c.o ro Q)...:.:::... ro ::::i ~.s (tl f.0 co Q).0...:.::: E ~ ::::i z (/) - c: c 'O 5 co 0..!>&:: U) co ct~ - (/) 'O c E2 ::::i (tl c a. - ::::i E..c... co 'ffi :::i:::: (i) ci>..cl c (U 0) E ~ 0) 'O c~ ::::i... 'O c: (tl =c... (tl 2..!>i:: ~~ (tl ::::i.0 0)... 0) 'ffi c: (tl Q) -E E g_ ::::i ::::i fl) ::.:::.!!2 co c: Q) - 0 -, :::i:::: 0..- N

253 ~~~v~m N..-..-N..-"""" c:... cu -... < :l J: cu... 0) - c: < :l en (0 N c) cci lo C") C") g,.._ co..-,.._ "! (") r--: cci It) (") (") u; <DO>NIOCO~ C"?..-ot--C'0oi NNN..-..-"""" IONO'VC"?,.._ a:i,.._ cci <ri c) u; NNNNNN.x. c - ro ro..!»::..0 (ti... c "(tj :::J 0) (ti 0)... c ro a> EE c.!is::: ro ro..!»:: >. ro c c (ti :::J.0 0) io g>= Q) c E"3..!»::.x. ro ro "O >. ro ~ a...0 r-- ""': (0 r--,.._ co -v0>00>0>co ~~NT'""'~--r-... cu :l "i:: 0. E o E :l co 0 en a. 0) c: c: ~ Q) Q) "'C... Q) Q)...J :E 'V co NN 'VC"?(OO)O)(D NNNNNN C) c: e cu Q)... "'C Q) Q) (.)...J w c: cu... (I) cu <r E Q) ~ 0) 0)... c c Q) :::J Q).0 "OU E.E; ~ ::I -.:::... Cl) 2 "(tj

254 E g..._ -0 :EO '-N - rn <( cu c "O cu U).c (I) cu~ - U) o - e> 0:: c ~ (I) l- o.!z c._ cts rn "O c e > cu 0 C) a.. c: 0. :J - a. "O ii o~~ ~ O') 0. - c: c..) ~ ~ - a. cu (I) E a..a (1) ::l cu L_..0 I- r= cu.~~ - c: c (I)_ ('Q..., "O ::l E '- ::l ~ - c:.e (I) E :E cu e C) c: C) cu c: ~ cu cu I- c:.c:, cu - E 0 ~ c: cu - (I) a...0 cu (I).a en (I) en C'CJ >. c:.:: C'CJ c -' cu ~ C'CJ e c C'CJ ::s ~ E- '<t...2> C'CJ - C'\i.,...: cm:::.::: E ::s Q) O>.0 c Q).: Cl) C'CJ E.!!? :J c c: :!!: '<t ct> '<t...- '<t..-- -e- ct> ct> CIO OOONciciciciN 0 0 '<t O> II) O> '<t N ~ <q '<t W 00 ct> II) N..-C'\i...-~cici..-:o..-ciciociNN '<;f"ij)o..-o...-ooct>..-ooll)ooij)nidon MOOIDIDID~ID~~~O>~ ~N~M 0>~000>0>0>0>0>0>0>000>0>1"-0>0>~ ~CJlOIDN('!..-IJ)IJ)CJlCJlIDl.OIDI"- 0 en ai ci ct> I.() ~ "<t o ~ o ct> co m en ~ ~ 00 O> 00 ~ O> CJ) ,I.() ~ I.() ~... s: C) (ti c -o ro (ti >- ::=: ro E~ (ti c ro 2-0 s: c (ti,... o.~ E~ gm Q) (ti ro ro. o...- E~ (I) N ~ (") ro m ::t: - ctl ro c: a. :::> (ti C) 0 C) c c (1) <D E E 2 ~e z ct! "ii) > c c 's E 0 :::J... c Cl. - E ro cu O)~ 0) ct! c en co co _. E {ij (1) E E :l ct! ~ 0) c O> co c ~ en_. en >-..c: c en ~E (1) ::J ~ '- ~... en en ffi :::i en c ~ E co en en -o c E ro :l ::J o._ a. c E <D en ro.a_. c ::J.!::: (1) :!:: en _. o.. en... E ro ro :::i o.- c EC Q) EQ) E... Q) c ~ E en. O> c - ro _. ::J (I) :::i _c ::J 'Pl := ~ ~ o...,_ N ~ N

255 ra >. c c ra e _. C'CS..:.:: C'CS c c cu :l ra - m.c E - c cc:::.::: cu - E ::::l a; C).c c Q) 'i:: cn ra E.!!! :l c.5... ~.i.:: <( ~ e C'CS ca E.c a.! 0 C) ai g> E Q. ::::l ::::l Cl) c C)'- c E C'CS - _. c c.o..- N N LO LO cd N O> O>..- co O> C.O ""': N NN..-N..-N N LO..- C'-! C.O II) eo cci O>..- i.ri 0 C")C"')C")"<f"<t~ U)C"')LOf'-..C")T'" N N (") N...,,: M O> O> O> O> O> Q) l'-'<:f'midi'--.,,... i.q_c::-:_ cci I() y) <O co 0 er) co co I'- (0(00>0"<1'.Q) o),...: I'- co..- co I'-- I'- I'- I'- co... t-:ocoloo>o "<t lo lo <O N U') e-' ~,..-,...

256 3.9.2 Fasilitas Buang Air Besar Data fasilitas buang air besar meliputi jenis penggunaan fasilitas buang air besar dan jenis fasilitas buang air besar. Data ini diambil'dari data rumah tangga Kor Susenas Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Penggunaan Fasilitas Buang Air Besar dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Susenas 2007 Kabupaten/Kota Jenis Penggunaan Sendiri Bersama Umum Tidak Pakai Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Untuk penggunaan fasilitas Buang Air Besar (BAB). masih terdapat 25% rumah tangga yang belum memakai fasilitas BAB. Sebagian besar yang menggunakan fasilitas BAB merupakan fasilitas yang bersifat digunakan sendiri (60.8%). Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Penggunaan Fasilitas Buang Air Besar dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Susenas 2007 Kara kteristi k Jenis Penggunaan Sendiri Bersama Umum Tidak Pakai Tipe Oaerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuinti NTT

257 Tabel menunjukkan jenis penggunaan fasilitas buang air besar menurut karakteristik rumah tangga. Untuk jenis fasilitas yang- digunakan sendiri dan bersama. proporsi RT perkotaan lebih banyak dibanding pedesaan. Untuk yang tidak memakai fasilitas BAB. proporsi rumah tangga di pedesaan lebih tinggi dibanding di perkotaan. Bila dilihat menurut kuintil pengeluaran per kapita.. terlihartidak ada perbedaan yang nyata antar kuintil tingkat pengeluaran dalam jenis penggunaan fasilitas BAB. Tabel Sebaran Rumah Tangga menurut Tempat Buang Air Besar dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Susenas 2007 Kabupaten/Kota Jenis Tempat Buang Air Besar Leher Angsa Plengsengan Cemplung/Cubluk Tidak Pakai Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada ~ Manggarai : Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTI Dilihat dari jenis tempat Buang Air Besar (BAB). masih 6% rumah tangga yang tidak menggunakan jamban. Dari yang menggunakan jamban. proporsi terbesar adalah menggunakan leher angsa (39.5%). diikuti cemplung (31.9%) dan plengsengan (22.6%). 215

258 Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Tempat Buang Air Besar dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, Susenas 2007 Jenis Tempat Buang Air Besar Karakteristik ~~~~~~~~~~~~-=- Leher Angs, Plengsengan Cemplung/Cubluk Tipe Daerah Tidak Pakai Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil NTT Dilihat dari tempat tinggal rumah tangga. di pedesaan lebih banyak menggunakan cemplung. berikutnya leher angsa dan plengsegan. sementara di perkotaan lebih banyak menggunakan leher angsa. Bila dilihat dari tingkat pengeluaran per kapita (kuintil). kuintil 5 lebih banyak menggunakan leher angsa dari pada kuintil 1 yang lebih banyak menggunakan jamban cemplung. Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Susenas 2007 Tempat Pembuangan Akhir Tinja Kabupaten/Kota Tengki/ Ko lam/ Sunga ii Lo bang Pantai/ Lainnya SPAL Sawah Laut Tanah Tanah Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kata Kupang NTT

259 Tempat pembuangan akhir tinja. proporsi terbesar adalah lobang tanah (48.6%). namun khusus untuk Kota Kupang proporsi terbesar adalah tangki (SPAL). Terdapat variasi antar kabupaten/kota tentang tempat pembuangan akhir tinja. terdapat beberapa kabupaten yang tempat pembuangan akhirnya pantai (Sumba Barat. Sumba Timur. Manggarai Barat). Karakteristik Tipe Daerah NTT Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuinti11 Kuintil2 Kuintil3 Kuintil4 Kuintil5 Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Susenas 2007 Bila dilihat dari tempat tinggal rumah tangg;l. mereka yang tinggal di perkotaan tempat pembuangan akhir tinja.. banyak'rnenqqunakan tang1<i (SPALTdan lobanq tanah. sementara' yang tinggal di pedesaan -l)?11ya,k.mengguna_kan lobang tanah dan pantai. Bila dilihat dari tingkat pengeluaran per kapita. kuintil 5 banyak menggunakan tangki (SPAL) dan lobang tanah. sementara kuintil 1 banyak menggunakan lobang tanah dan pantai Sarana Pembuangan Air Limbah Tempat Pembuangan Akhir Tinja Tengki/ Kolam/ Sungai/ Lobang Pantai/ SPAL Sawah Laut Tanah Tanah Lainnya , Data penggunaan saluran pembuangan air limbah (SPAL) rumah tangga didapatkan dengan cara wawancara dan pengamatan. 217

260 Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Jenis Saluran Pembuangan Air Limbah dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Saluran Pembuangan Air Limbah Terbuka Tertutup Tidak Ada Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor T engah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Sebagian besar rumah tangga (77.6%) di Provinsi NTT tidak mempunyai Saluran Pembuangan Air Limbah. Dari mereka yang mempunyai Saluran Pembuangan Air Limbah. sebagian besar (17.7%) merupakan Saluran Pembuangan Air Limbah terbuka. Tabel Persentase Rumah Tangga Menurut.Jen's Saluran Pembuangan Air Limbah dan Klasifikasi Desa, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Saluran Pembuangan Air Limbah Terbuka Tertutup Tidak Ada Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil NTT Bila dilihat dari tempat tinggal rumah tangga. mereka yang tinggal di pedesaan sebagian besar (85.2%) tidak mempunyai Saluran Pembuangan Air Limbah. Dari yang mempunyai Saluran Pembuangan Air Limbah. proporsi terbesar adalah jenis terbuka. Menurut tingkat pengeluaran per kapita. kuintil 5 proporsi kepemilikan Saluran Pembuangan Air Limbah lebih baik dibanding dengan kuintil

261 Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Akses Terhadap Air Bersih dan Sanitasi dan KabupateniKota, di Provinsi NTT, Susenas dan Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Air Bersih Sanitasi Ku rang Akses*) Ku rang Akses**) Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT *) 20 ltr/org/hari dari sumber terlindung dim jarak 1 km atau waktu tempuh kurang dari 30 menit **) Memiliki jamban jenis latrin + tangki septik Secara keseluruhan akses air bersih di Provinsi NTT adalah sebesar 39.5%. akses terbaik ada di Kota Kupang (57.3%). akses terjelek ada di Kabupaten Sumba Barat (11.4%). Akses sanitasi secara keselarahan di Provins! NTT adalah sebesar 23%. akses.sanitasi terbaik di Kota Kupang (67.0%) dan akses sanitasi terjelek ada di Kabupaten Manggarai (5.5%). Tabet Sebaran Rumah Tangga Menurut Akses Terhadap Air Bersih dan Sanitasi dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Susenas dan Riskesdas 2007 Karakteristik Air Bersih Ku rang Akses*) Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil NTT *) 20 ltr/org/hari dari sumber terlindung dim jarak 1 km atau waktu tempuh kurang dari 30 menit **) Memiliki jamban jenis latrin + tangki septik 219 Sanitasi Ku rang Akses**)

262 Bila dilihat dari tempat tinggal rumah tangga. mereka yang tinggal di perkotaan lebih mudah akses terhadap air bersih dan sanitasi dari pada yang tinggal di pedesaan. Bila dilihat dari tingkat pengeluaran per Kapita. kuintil 5 lebih mudah akses terhadap air bersih dan sanitasi dari pada kuintil Pembuangan Sampah Data pembuangan sampah meliputi ketersediaan tempat penampungan/pembuangan sampah di dalam dan di luar rumah. Tabet Sebaran Rumah Tangga Menurut Jenis Penampungan Sampah di Dalam dan Luar Rumah dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timar Tengah Selatan Timar Tengah Utara Betu Al or Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kata Kupang NTT Penampungan Sampah di Dalam Rumah Tertutup Terbuka , Tidak Ada Dilihat dari kepemilikan penampungan sampah. secara keseluruhan sebagian besar Rumah Tangga (80.6%) tidak memiliki penampungan sampah di dalam rumah dan 73.6% tidak memiliki penampungan sampah di tuar rumah. Dari mereka yang mempunyai tempat penampungan sampah. proporsi terbesar adalah penampungan sampah terbuka (23.3%) Penampungan Sampah di Luar Rumah Tertutup Terbuka Tidak Ada

263 Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Jenis Penampungan Sampah di Qalam dan Luar Rumah dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Riskesdas 2007 Karakteristik Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5 NTT Penampungan Sampah Penampungan S~mpah di Dalam Rumah di '_uar Rumah Tertutup Terbuka Tidak Ada Tertutup Terbuka Tidak Ada Bila dilihat dari tempat tinggal rumah tangga. kepemilikan tempat penampungan sampah baik dalam rumah maupun luar rumah di perkotaan lebih besar dari pada kepemilikan di pedesaan. Bila dilihat dari tingkat pengeluaran per kapita. kuintil 5 memiliki tempat pembuangan sampah lebih besar dari pada kuintil Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut.Jenis Bahan Bakar Utama Memasak dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Susenas Kabupaten/Kotu Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timer Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Listrik Gas/ Elpiji Jenis Bahan Bakar-Utama Memasak -Minyak A rang/ Kayu Tanah Briket Bakar Lainnya

264 Secara umum jenis bahan bakar rumah tangga di Provinsi NTT menggunakan kayu bakar (84.9%). Hampir semua kabupaten/kota menggunakan bahan kayu bakar untuk memasak. kecuali Kota Kupang menggur1,akart minyak tanah. Tabel Sebaran Rumah Tangga menurut Jenis Bahan Bakar Utama Memasak Clari Kabupaten/Kota, di Provlnsi NTT, Susertas 2007 Jen is Bahan Bakar Utama Memasak Karakteristik Listrik Gas/ Minyak A rang/ Kayu Lairinya Elpiji Tanah Briket Bakar Tipe Oaerah Perkotaan ' 0.4 Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil NTT 0! Bila dilihat dari tempat tinggal rumah tangga. mereka yang tinggal di perkotaan lebih banyak menggunakan minyak tanah untuk memasak (56.5%). sementara mereka yang tinggal di pedesaan lebih banyak menggunakan kayu bakar (94.3%). Bila dilihat dari pengeluaran per kapita. propers: penggunaan minyak tanah naik sesuai dengan kenaikan kuintil dan proporsi yang menggunakan kayu bakar rnenurun sejalan dengan kenaikan kuintil Perumahan Data perumahan yang dikumpulkan dan menjadi bagian dari persyaratan rumah sehat adalah jenis lantai rumah. kepadatan hunian. dan keberadaan hewan ternak dalam rumah. Data jenis lantai. luas lantai rurnah dan jumlah anggota rumah tangga diambil dari Kor Susenas sedangkan data pemeliharaan ternak diambil dari Riskesdas Kepadatan hunian diperoleh dengan cara membagi jumlah anggota rumah tangga dengan luas lantai rumah dalam meter persegi. Hasil perhitungan dikategorikan sesuai kriteria Permenkes tentang rumah sehat. yaitu memenuhi syarat bila <::: 8 m2/kapita (tidak padat) dan tidak memenuhi syarat bila < 8 m2/kapita (padat). 222

265 . ' label Seoaran Rumah Tangga menurut Jenis Lantal.Rumah dan Kepadatan Hunian dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTl, Susenas 2007 Jenis Lantai Kepadatan Hunian Kabupaten/Kota Bukan >8m2/ <8m2/ Tanah Tanah Ka pita Ka pita Sumba Barat ($ Sumba Timur Ku pang Timar Tengah Selatan Timar Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kata Kupang i 33.3 NTT Proporsi rumah tangga dengan jenis lantai tanah masih sebesar 44.4%. dengan proporsi tertinggi terdapat di Kabupaten Timar Tengah Selatan (76.0%) dan proporsi terendah di Kata Kupang (8.5%). Hunian dengan kepadatan per kapita < 8 m2. proporsi terbesar terdapat di Kabupaten Sumba Barat._(62.0 /c!). sedanqkan. proporsi terkecit terdapat.di. Eloresr'Iimur: : : ---:~ ~--:. -- (21.2%) label Persentase Rumah langga Menu rut Jenis Lantai Rumah dan Kepadatan Hunian dan Klasifikasi Desa, Susenas 2007 Jenis Lantai Kepadatan Hunian Kabupaten/Kota Bukan >8rh2/ <8m2/ Tan ah Tanah Ka pita Ka pita Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil NTT

266 Proporsi rumah tangga lantai tanah terbesar ada pada mereka yang tinggal di pedesaan (51.0%). semakin naik kuintilnya semakin menurun proporsi lantai terbuat dari tanah. Dilihat dari kepadatan huniari. tidak ada perbedaan yang signifikan antara mereka yang tinggal di perkotaan dan di pedesaan, Namun bila dilihat dari tingkat penqeluaran per kapita. semakin tinggi kuintilnya maka semakin turun proporsi dengan kepadatan hunian < 8m2 per kapita. Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Penggunaan Jenis Bahan Beracun Berbahaya di Dalam Rumah dan Kabupaten/Kota, di Provinsi NTT, Susenas 2007 Jenis Bahan Beracun Berbahaya Kabupaten/Kota Peng- Spray Pembersih Penghilang Pengkilap Racun ha rum Ram but Lantai Noda Kayu/Kaca Serangga Pakaian Sumba Barat Sumba Timur Ku pang Timer Tengah Selatan Timer Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT Penggunaan bahan beracun berbahaya oleh rumah tangga. proporsi terbanyak adalah penghilang noda pakaian (14.4%). diikuti racun serangga (10.8%). pembersih lantai (6.9%). spray rambut. dan pengharum. Terdapat keberagaman antar kabupaten/kota dalam penggunaan bahan beracun. namun tampak bahwa Kota Kupang menempati proporsi terbesar dalam penggunaan bahan beracun untuk semua jenis bahan beracun. 224

267 Tabel Sebaran Rumah Tangga Menurut Penggunaan Jenis Bahan Beracun Berbahaya di Dalam Rumah dan Karakteristik, di Provinsi NTT, Susenas 2007 Jenis Bahan Beracun Berbahaya Karakteristik Peng- Spray Pemberslh. Penghilang Pengkilap Racun ha rum Ram but Lantai Noda Kayu/Kaca Serangga Pakaian Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil NTT Bila dilihat dari tempat tinggal rumah tangga. mereka yang tinggal di perkotaan lebih banyak menggunakan bahan beracun dari pada yang tinggal di pedesaan. Selanjutnya bila dilihat dari tingkat pengeluaran per kapita. kuintil 5 lebih banyak menggunakan bahan beracun dari pada kuintil

268 0 c: - - O>CI> -._.c cu.e~ ~ E... C') ::s c: c:...i,,, <( - CJ... ::s E.c ~cu cu -E cu ::s Co:::..-1.()~l.()~~M~IDl.()OOOl.() N Mmol.()M~oo~oooom~rom tt> ~rommrommmmmmrommmma> NOO"':l.()00~00...tM..-ci~..-ci ~OOOOMNM cioo..-ocio~... - ~ E...J ::s 0:::: N a> ci u;... ci 0 ci 0 ci N ci.0 C') cu c: m,, cu cu (I).0 en E ~o cuc c: -... C') (I).!:: I-.0 E cu ~.c... cu ~ E...I ::s 0:::: E..c cu cu cu ::s -E c~ ~M~~ror--:m..-1.()mm~Ml.()l.()Nro mN~01.()0~NID~0ci~M Ml.()l.()MM~~M~ID~Nl.()~OOOOtt) ~m~ro~mmmm~..-ro~~nroro ro00n cin...ton~~ronmnm N~~IDIDl.()l.() l.()mnmmn..-..-~ : - ~ co (X) ~ ~ 0) 0 0) ~C'\i..-cio..-cicie'\i (0 N N (/) cu C') C') c ::::::> ~ cu c:... (I) t- ~l.()~..-mnm~~... m~~idm~m...t~j ~mmoo..-...tm ~ci..-mn l.()~,,-1.()~~l.()l.()idooidid~roro~~ ID~l.()IDN ~..-~m~mid~~..-~ cie'\i..-m..-ciooool.()l.()m..-0~~ciiri ~~NMNNMMM..-NM NN ~ "': m M M N ~ N M...tNM...t..-M..-c0M ro..-~~~l.()tt> cie'\il.()..-..-cin cu - 0 ~ c: (I)... cu c.. ::s.0 cu ~ L.. 1 ::I rn E en i= ro ro.0.0 E E ::I ::I (/) (/) c ro -ro ~ a; rn (/) :5 s:..c ro ro 0) 0) c c (I) Q) Ol I- I- C L.. L.. rn o o a. E E ~ i= i= ::I L.. a; 0 en <( L.. ::I E 2 i= rn.0 E Q) _, - 0 ~ rn rn u ro 0> z 'O Ole O> ro.- 0> ro o z 2 0:::

269 ~ +:i U) c:... ~ cu cu ~ c: cu "'C c: cu cu... cu :5 Qi a. e cu 3: Cl)... J:O 320 CUN c U)... cu "'C Cl) I- U) e Cl) cu JI:: ""'" ""'" N. CU....!!?... ("') cu """ -.c: ~ Cl) -....c -... C'll (1) z r- E - a. Cl) "' c: C'll > Q E '1: Cl)... "'C... :::;,... :::;, c: Cl) ~ cu C) C) c: cu 1-..c: cu E :::;, 0::: c: cu... cu.c (1) sn C'O... :... C'O nj "C = 0 t= a; c: D. - -.c g> ~ :a CUE :::. e;, :s ::s ~.5:...J 0:: (.) :s E.c ::.::: I'll I'll -E C'O :s c 0:::.c... nj ~ E...J :s 0:: E.c: I'll C'll -E nj :s c 0:::.c... I'll l E...J ::s 0::: E.c: I'll nj - E nj :s c 0::: I'll ~... nj nj "C t= = a; D..c... I'll ~ E...J :s 0::: E.c: I'll I'll -E I'll :s c 0::: 0 0) cci c--i 0) 0) ~ co..- CD..- (') ci ci CD 0 ~ a>m..;t"<:t~n '<t..r co u) '<t it) a> a> m m a> en OCDN..;f"Olt>..tcv)c--icv)..tr? co (') r-- co r-- en..t(')c')c--i..tr? a> a> a> a> a> en O>(')NONen -.i CD co ~ u) it) (')'<:l"nnnn ocicicioo (") N l{) (") ('! It) oo>o-.inm l{) "<t l{) io CD &t> l{)(") ~~~ NNN(")..-N..;tNOl{)NN c--icic--i..-'<tn r-, r-- r-- r-- r--,... Nmr--..-CDN..twi.Ocricv)u; NNNNNN "<f:~(")"<f:..-co (")NNNNN "'=" O> E ~ cu >.cu (13 "C -o= (13 c 0. 3 ;::.!>&:: (13 L. "C (13....!>&:: c cu (13 E c (I) (13 -.!>&:: (13!E... c ~.Q> - en (I) O> E c (I) (13 E > c.!>&:: cu (13 >. (U c "C cu (I)..0 -e..c (I) :.0 0. (I)... - cu c 0. (U (13 (U 'E en <I.> (I)... "C.!>&:: (I) (13 O.-o ; "C. - (13 (13 :!::::! O> 0. O> (U c.!>&:: :.;:::; '- 0> (I) f: 0. (13 c c-, (13... (U (13.!>&:: ::J ~ (ii (I) O> E a5 cu 0. 0>- 0> (13 c.!>&:: (13 O> - :;:; c..c cu... E ro ::J "C... (13 (U :..ld O>= (13 O>"C c c... ro m c 0.. (U :;:; (U 2 E c ~ Q) (13 (I) _. (13..c - 0 c....!>&:: (U (U... (13 "C (I) (U (U -..c : "C a; :cm a. O> en.~ g> c: m :;:;.~,..._ N N

270 ,._ (j) co (j) ,._ (!) c:) c:) (j) ~ c:) 0 N c:) 0)... l.o 0..- ~ ~ 0 co ~ 0 ('! co M co ai a) c:)... c:) c:) 0 a) 0) m~~~mm~moo~m O'>.c co a. E co VJ c co 0) c co :J..0 E -(I) a. co a. E Cl) - c: (ti (ti..., s 0 ~ - c:.s (ti c. :l..q ~ 0... v 0 0 N I\ 0... v co c:) -... ~ :J ro E en i=... c:) eo c:) ('I') ('I') 0 0 I.() ec (j) c:) I.() 0 Lt:!Ll':!('l')~<!:!~l.O('!"<:t~CO ooo NNOC.Oooo NNC.0('!~1.0N N ""1" c:) c:) <'! 0 <'!~ o I'- co~"'":..- c:) c:) C") O'lN('l')Ol.O g~~a;«;~i::~f!~gf!~... 0 ~f"';~<!:!co ('l')lt:!n ~00 ai co (j),._ I.() <O ai <O (j) ai..0 ('I') (0 ()) (j) (j) (j) ()) (j) (j) co (j) (j) (j) (j) 0) ~ "<:t~t--o'l~~~l":"'"-:""1"~..0...j...- r-..:..0 M to M ~ M MM"<:tf"';Olll:!~C.ON..-ccio~M<.DtOOl.0..- tom N 'N"<t '<!" N N..-~Lt:! I"; ~<!:!1'-<'!f"';('l')l.O~~<!:!~~(O r-..:t-(!) ('I') "<t<d<dl'-t-('l')n"<tco('l')(!)('l')(o Nl.O c:) :.:: ~ c ~ co E Cl) o c Cl) a.... Cl)..0 E :J VJ ;:: co "C.c :J. co..., a. :J..x:: :J o co OJ OJ :... co VJ Cl) -e 2. - r VJ..._ W r- g_ :::> O(f) 5.~ t=~ z c: ;n g,.e c: > c 0... co..., Cl. c: :o~ g,~ g>.0 ~~.:i:: ro :c... E ~ ::J "O c:r:.e (X) N

271 ~ +:: 'i: "' ~ E n:j ~ c: n:j "O c: E C'O E Cl) 0 c: Q)... O.o a...o Cl) ('II.c "' E C'O :J "O ('t) "' Cl) ~ "' ~~.!:!? c-;.c: a: - n:j ~ Cl) E 1-.c :J 1- n:j a:: z I- - UI ~.s ro >..., 0... :J a :J "O s:: Cl) :le n:j C) C) s:: n:j 1-.c: n:j E :J a: s:: cu... cu.c Cl) "' -... Q) Q) ~ :ie U)E.,!.o -;:;oo...i Ct- 'a <( c cu cu..., 'I"'" N nsw g>1- I 0 c::joo.., cu }:: "'... I- ::) 0 Cl) 0 0 N A v 0... v 0... v C') N C') 0 cri (0 c:) c:) (0 ~ c:) 0 C') (0,... (j) (j) '<t'. ~..- (j) in (0 C') 0 (j) (0 oin<of\!f\!io N 0 cd in CO cd,...,... (0 (0 in (0..- in (j) j),... c o o C':i.N r..: C"i NNNNNN co 0 '<t C'),... (0 '<t (0 cri r..: cci c.o '<t (0, (j) 'It cri cri cri cri cci a) (j) (j) (j) (j) (j) QI c:) c:) inmf\!~~"lt ("') co (j) C"\! 0 CC! r-, t-- t-- <D in CD (j) (j) (j) (j) (j) QI c:) c:) 0 0 t-- N oin~f\!nu) N 0 <D in CO cd r-, t-- <D <D in CD in ~ (j) ": c OOMNt--M NNNNNN CO~~~f':CD..t (0 (0,... co c.o O> N

272 DAFTAR PUSTAKA Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi. pria.com/datatopik /hipertensi.htm Hipertensi. 9/20/ Abas B. Jahari, Sandjaja, Herman Sudiman, Soekirman, ldrus Jus'at, Fasli Jalal, Dini Latief, Atmarita. Status gizi balita di Indonesia sebelum dan selama krisis (Analisis data antropometri Susenas ). Presiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII. Jakarta 29 Februari - 2 Maret AMA (American Medical Association), 2001, Depression Linked With Increased Risk of Heart Failure Among Elderly With Hypertension, 8/24/ Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan SKRT 2001: Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular, Studi Morbiditas dan Dlsabilitas. Tahun Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan SKRT 2001: Studi Morbiditas dan Disabilitas. Tahun Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan SKRT 2001: Studi Kesehatan /bu dan Anak. 8. Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Laporan SKRT 2001: Studi Tindak Lanjut /bu Hamil. 9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Laporan Data Susenas 2001: Status Kesehatan Pelayanan Kesehatan, Perilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Lingkungan. Tahun Sadan P.usat Statistik, Sadan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen Kesehatan. Survei Oemografi dan Kesehatan ORC Macro Balitbangkes. Depkes RI. Operational Study an Integrated Community-Based Intervention Program on Common Risk Factors of Major Non-communicable Diseases in Depok Indonesia, Basuki, B & Setianto, 8. Age, Body Posture, Daily Working Load, Past Antihypertensive drugs and Risk of Hypertension: A Rural Indonesia Study Bedirhan Ustun. The International Classification Of Functioning, Disability And.Health - A Common Framework For Describing Health States. p , Bonita R et al. Surveillance of risk factors for non-communicable diseases: The WHO STEP wise approach. Summary.Geneva World Health Organization, Bonita R, de Courten M, Dwyer T et al, 2001, The WHO Stepwise Approach to Surveillance (STEPS) of NCO Risk Faktors, Geneva: World Health Organization 16. Bonita, R., de Courten, M., Dwyer, T., Jamrozik, K., Winkelmann, R. Surveillance Noncommunicable Diseases and Mental Health. The WHO STEPwise Approach to Surveillance (STEPS) of NCO Risk Factors. Geneva: World Health Organization, Brotoprawiro, S dkk. Prevalensi Hipertensi pada Karyawan Salah Satu BUMN yang menjalani pemeriksaan kesehatan, Kelompok Kerja Serebro Vaskular FK UNPAD/RSHS". Disampaikan pada seminar hipertensi PERKI,

273 18. CDC Growth Charts for the United State : Methods and Development. Vital and Health Statistics. Department of Health and Human Services. Series 11, Number 246, May CDC. State - Specific Trend in Self Report 3d Blood Pressure Screening and High Blood Pressure- United States, MMWR, 51(21): CDC. State-Specific Mortality from Stroke and Distribution of Place of Death United States, MMWR, 51 (20), : Darmojo, 8. Mengamati Penelitian Epidemiologi, Hipertensi di Indonesia. Disampaikan pada seminar hypertensi PERKI, Departemen Kesehatan R.I, 1999, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta: Depkes RI 23. Departemen Kesehatan R.I, 2003, Pemantauan Pertumbuhan Ba/ita, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, Depkes RI 24. Departemen Kesehatan R.I lndikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetaparr lndikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta: Departemen Kesehatan. 25. Departemen Kesehatan R.I. Panduan Pengembangan Sistem Surveilans Perilaku Betislko Terpadu. Tahun Departemen Kesehatan R.I. Pusat Promosi Kesehatan. Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat. Tahun Departemen Kesehatan RI. SKRT Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Departemen Kesehatan, Direktorat Epim-Kesma. Program lmunisasi di Indonesia, Bagian I, Jakarta, Depkes, Departemen Kesehatan. Survey Kesehatan Nasional. Laporan.Depkes RI Jakarta Departemen Ke!=)e_[lat9n,.u~ve_~ Kesehatan Nasional. Laporan.Depkes RI Jakarta Djaja, S. et al. St;:itistik.Penyak~--~~~y-~b~h-k~~;;;~-i~~.-S~~t-1 ggs George Alberty. Non Communicable Disease. Tomorrow's pandemic. Bulletin WHO 2001; 79/10: Hartono IG. Psychiatric morbidity among patients attending the Bangetayu community health centre in Indonesia Hashimoto K, lkewaki K, Yagi H, Nagasawa H, lmamoto S, Shibata T, Mochizuki S. Glucose Intolerance is Common in Japanese Patients With Acute CoronarySyndrome Who Were Not Previously Diagnosed With Diabetes. Diabetes Care 28: , International Classification Of Functioning, Disability And Health (ICF).World Health Organization, Geneva, Jadoon, Mohammad z.. Dineen B,, Bourne R,R,A,, Shah S,P,, Khan, Mohammad A,, Johnson G,J,, et al, Prevalence of Blindness and Visual Impairment in Pakistan: The Pakistan National Blindness and Visual Impairment Survey, Investigative Ophthalmology and Visual Science, 2006;47: , 37. Janet. AS. Diet Obesitas dan hipertensi. / /1 Oa.phtml Kaplan NM. Clinical Hipertension, 81h Ed. Lippincott :Williams & Wilkins

274 39. Kaplan NM. Primary Hypertention Phatogenesis In : Clinical Hypertention, ]1h Ed. Baltimore: Williams and Wilkins Inc. 1998: Kristanti CM, Dwi Hapsari, Pradono J dan Soemantri S, Status Kesehatan Mulut dan Gigi di Indonesia. Analisis Data. Survei Kesehatan Rumah Tangga 41. Kristanti CM, Suhardi, dan Soemantri S, Status Kesehatan Mulut dan Gigi di Indonesia. Seri Survei Kesehatan Rumah Tangga. 42. Leonard G Qomella, Steven A Haist. Clinicians Pocket Reference, Mc. Grawhill Medical Publishing division, International edition, NY, Mansjoer, A, dkk. Hipertensi di Indonesia.Kapita Selekta Kedokteran 1999 : Muchtar & Fenida. Faktor-faktor yang berhubungan Dengan Htpertensi Tidak Terkendali Pada Penderita Hipertensi Ringan dan Sedang yang berobat di poli Ginjal Hipertensi, Obesity and Diabetes in the Developing World - A Growing Challenge 46. Parvez Hossain, M.D., Bisher Kawar, M.D., and Meguid El Nahas, M.D., Ph.D. The New England Journal of Medicine. Vol 356: , Jan 18, Perkeni. Konsensus Peng~lolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia Jakarta: Perkeni, Petunjuk Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal, Jakarta: 'Dlrektorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI., Policy Paper for Directorate General of Public Health, June Rencana Strategis Departemen Kesehatan , Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Report of WHO. Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate Hyperglycaemia.. Geneva: WHO, 2006, pp Report of WH<J. Definition and Diagnosis of. Diabetes Mellitus and Intermediate. Hyperglycaemia. Geneva: WHO, 2006, pp Resolution WHA56.1.WHO Framework Convention on Tobacco Control. In: Fifty-sixth World Health Assembly May 2003.Geneva, World Health Organization, Resolution WHA57.17.Global Strategy on diet.physlcal activity, and health. ln:fiftyseventh World Health Assembly May 2004.Geneva, World Health Organization, Riset Kesehatac Dasar (Riskesdas) Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta: Sadan Litbangkes, Depkes RI, Rose Men's. How To Keep Your Blood Pressure Under Control. News Health Recource, S.Soemantri, Sarimawar Djaja. Trend Pola Penyakit Penyebab Kematian Di Indonesia, Survei Kesehatan Rumah Tangga 1992, 1995, Sandjaja, Titiek Setyowati, Sudikno. Cakupan penimbangan balita di Indonesia. Makalah disajikan pada Simposium Nasional Litbang Kesehatan.Jakarta, 7-8 Desember Sandjaja, Titiek Setyowati, Sudikno. Cakupan viramin A untuk bayi dan balita di Indonesia. Prosiding temu llmiah dan Kongres XIII Persagi, Denpasar, November

275 60. Sarimawar Djaja dan S. Soemantri. Perjalanan Transisi Epidemiologi di Indonesia dan lmplikasi Penanqanannya, Studi Mortalitas Survei Kesehatan Rumah Tangga Bulletin of Health Studies, Volume 31, Nomor , ISSN: /SN= Sarimawar Djaja, Joke lrianto, Lisa Mulyono. Pola Penyakit Penyebab Kematian Di Indonesia, SKRT The Journal of the Indonesian Medical Association, Volume 53, No 8, ISSN Saw S-M.. Husain R.. (,azzard G,M,, Koh D.. Widjaja D,, Tan D,T,H, Causes of low vision and blindness in rural Indonesia, British Journal of Ophthalmology 2003;87:1075-8, 63. Seri Survei Kesehatan Rumah Tangga DepKes RI, ISSN: , No. 15 Th Sinaga, S. dkk. Pola Sikap Penderita Hipertensi Terhadap Pengobatan Jangka Panjang, dalam Naskah Lengkap KOPAPDI VI, 1984, Penerbit Ul-PRESS: SK Menkes RI Nomor : 736a/Menkes/Xl/1989 tentang Definisi Anemia dan batasan Normal Anemia 66. Sobel, BJ. & Bakris GL. Hipertensi, Pedoman Klinik Diagnosis & Terapy. 1999: Sonny P.W., Agustina Lubis. Gambaran Rumah Sehat di Berbagai Provinsi Indonesia Berdasarkan Data SUSENAS Analisis lanjut Data Susenas - Surkesnas Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI. 68. Sri Hartini KS Kariadi. Laju Konversi Toleransi Glukosa Terganggu menjadi Diabetes di Singaparna, Jawa Barat. Disampaikan pada Konggres Nasional ke 5. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Bandung 9-13 April 2000 (SX111-1) 69. Sunyer FX. Medical hazard of obesity. Ann Intern Med : Suradi & Sya'bani, M, et al. Hipertensi Borderline "White Coat" dan sustained " : Suatu Studi Komperatif terhadap Normotensi para karyawan usia tahun di RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta. Berka la llmu Kedokteran Vol. 29 ( 4), Syah, B. Non-communicable Disease Surveillance and -Preventioo io South"East Asia- - Region, The Australian Institute of Health and Welfare Indicators of Health Risk Factors: The AIHW view. AIHW Cat. No. PHE 47. Canberra: AIHW. P.2,3, The WHO STEPwise approach to Surveillance of Noncommunicable Diseases STEPS Instrument for NCO Risk Factors (Core and expanded Version 1.3.) 74. Tim survei Depkes RI, Survei Kesehatan lndera Penglihatan dan Pendengaran , Depkes RI, Jakarta;1997, 75. U. Laasar. The Risk of Hypertension : Genesis and Detection. Dalam: Julian Rosenthal, Arterial Hypertension, Pathogenesis, Diagnosis, and Therapy, Springer-Verlag, New York Heidelberg Berlin, 1984: Univ. Cape town, Department of Haematology. Haematology: An Aproach to Diagnosis and Management. Cape town, Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI, 2001, Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001, Jakarta: Sadan Litbangkes. 77. WHO, Oral Health Care, Needs of the Community. A Public Health Report. 78. WHO. Assessing the iron status of populations: Report of a joint World Health Organization/Centers for Disease Control and Prevention technical consultation on the assessment of iron status at the population level, Geneva, Switzerland, April WHO. Auser's guide to the self reporting questionnaire.geneva

276 80. WHO/SEARO. Surveillance of Major Non-communicable Diseases in South - East Asia Region, Report of an Inter-country Consuitation, WHO-ISH. WHO-ISH Hypertension Guideline Committee Guidelines of The Management of Hypertension Journal of Hypertension, WHO-ISH. WHO-ISH Hypertension Guideline Committee Guidelines of The Management of Hypertension Journal of Hypertension, World Health Organization; 2003, The World Health Survey Programme, Geneva. 84. World Health Organization The Surf Report 1. Surveillance of Risk Factors related to noncommunicable diseases: Current of global data. Geneva: WHO. p World Health Organization: International Classification of Diseases, Injuries and Causes of Death, -Based ori The Recommendation of The Ninth Revision Conference 1975 and Adopted by The Twenty Ninth WHA, 1997, volume d= RIAU.go.id/index.php?module=articles&func=display&aid=115 (Dikirim Oleh: Developer pada 14 September :29:15 AM) 234

277 LAMPI RAN 235

278 Lampiran 1 KEPUTUSAN MENTER! KESEHf\TAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 877/MENKES/SK/Xl/2006 TENT ANG TIM RISET KESEHATAN DASAR TAHUN Menimbang a. bahwa untuk memenuhi kebutuhan informasi kesehatan yang optimal dan mempunyai lingkup nasional yang terintegrasi perlu dilakukan Riset Kesehatan Dasar yang merupakan pengembangan Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas); b. bahwa Riset Kesehatan Dasar dapat dimanfaatkan untuk penyediaan inforrnasi berbasis survei Pembangunan Kesehatan menuju pencapaian strategi utama Departemen Kesehatan; c. bahwa dalam pelaksanaan Riset Kesehatan Dasar diperlukan Tim Riset Kesehatan Dasar Tahun yang ditetapkan dengan Keputusan Menterl-Kesenatan: Mengingat 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495); 2. Undang-um:lang -Nomor 1 a- tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan llmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4219); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1995 Nomor 67, tambahan lembaran negara Republik Indonesia Nomor 3609); 4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 791/Menkes/SKNll/ 1999 tentang Koordinasi Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1179A/Menkes/SK/X/ 1999 tentang Kebijakan Nasional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;

279 6. Permenkes Nomor 1575/Menkes/Per/Xl/2005 tentang Organisasi dan T.ata Kerja Departemen Kesehatan; Menetapkan Kesa tu Kedua Ketiga MEMUTUSKAN: KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN RI TENT ANG TIM RISET KESEHAT AN DASAR T AHUN Tim Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun terdiri dari Tim Penasehat, Tim Pengarah, Tim Pakar, Tim Teknis, dan Tim Manajemen dengan susunan keanggotaan sebagainiana tercantum dalam lampiran keputusan ini. a. Tim Pengarah sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua bertugas: 1. Merumuskan kebijaksanaan pelaksanaan Riskesdas. 2. Membahas berbagai masalah yang terkait dengan pelaksanaan Riskesdas. 3. Merumuskan dan menetapkan metodologi. 4. Memberi rekomendasi untuk meningkatkan keberhasilan dan mantaat pelaksanaan Riskesdas. 5. Melaporkan hasil Riskesdas tahun kepada Menteri Kesehatan melalui Kepala Badan Litbangkes. b. Tim Pakar sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua bertugas: 1. Memberi.masukan tentang aspek ilmiah dari proposal dan protokol dan pelaksanaan pengumpulan data, managemen data, analisis data serta publikasi hasil Riskesdas. 2. Mengidentifikasi dan membahas masalah pelaksanaan yang terkait dengan aspek ilmiah dari Riskesdas. 3. Memberi rekornendasi agar kaidah ilmiah dari Riskesdas tetap ditegakkan. c. Tim Teknis sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua bertugas: 1. Menyusun rencana kerja. 2. Menyusun pedoman kerja dan pengolahan data. 3. Melaksanakan sosialisasi. 4. Melaksanakan pelatihan. 5. Melaksanakan pengumpulan data dan pengolahan data. 6. Melakukanpenqawasan pelaksanaan Riskesdas. 7. Melakukan desiminasi dan publikasi Riskesdas.

280 8. Menyusun laporan kegiatan. 9. Melaporkan kegiatan dan hasil kepada Ketua Tim Pengarah. d. Tim Manajemen sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua bertugas : 1. Mendukung administrasi Riskesdas. 2. Melakukan administrasi keuangan. 3. Menyiapkan prasarana Riskesdas. 4. Melakukan administrasi ketenagaan Riskesdas. 5. Membuat laporan kegiatan kepada kepada Ketua Tim Pengarah melalui koordinasi dengan Tim Teknis. Keempat Keli ma Keen am Dalam melaksanakan tugas tim bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan melalui Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; Biaya kegiatan Riskesdas dibebankan kepada anggaran DIPA Badan Litbangkes, Departemen Kesehatan dan sumbersumber lain yang tidak mengikat. Atas nama Menteri Kesehatan Kepala Badan Litbang Kesehatan dapat membentuk Kelompok Kerja dan Tim Riset Kesehatan Dasar pada tingkat Propinsi dan Kab/kota. Ketujuh Kedelapan Dengan berlakunya Keputusan ini maka Surat Keputusan Menteri Reseha"tc3n - No-mar 3s8/Menkestsktviioo6 tentang Tim Surkesnas tahun dinyatakan tidak - berlaku lagi. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada Tanggal 3 Nopember 2006 MENTER! KESEHATAN RI

281 Lampi ran Keputusan Menteri Kesehatan 'Nomor : 877/MENKES/SK/Xl/2006 Tanggal : 3 Nopember 2006 TIM RISET KESEHATAN DASAR TAHUN I. Tim Penasehat II. Tim Pengarah Ketua Ketua I Ketua II Sekretaris I Sekretaris 11 Anggota : 1. Menteri Kesehatan RI 2. Sekretaris Jenderal Depkes 3. lnspektur Jenderal Depkes 4. Dirjen Bina Pelayanan Medik 5. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat 6. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 7. Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 8. Kepala Sadan Pengembangan dan Pemberdayaan SOM Kesehatan 9. Kepala Sadan Koordinasi Keluarga Serencana Nasional 10. Kepala Sadan Pusat Statistik Dr Triono Soendoro, Ph.D (Kepala Sadan Litbangkes) Deputi Statistik Sosial, Sadan Pusat Statistik Kepala Pusat Litbang Ekologi dan Status Kesehatan Kepala Pusat Litbang Gizi dan Makanan Direktur Metodologi Statistik Sadan Pusat Statistik SAM Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi SAM Bidang Pembiayaan dan-ekonornt Kesehatan SAM Sidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi SAM Sidang Mediko Legal Kepala Sadan Litbang Depdagri, Departemen Dalam Negeri Ketua Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan Direktur Statistik Ketahanan Sosial, Sadan Pusat Statistik Direktur Statistik Kependudukan, Sadan Pusat Statistik Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Sadan PPSDM Kesehatan Kepala Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Sadan PPSDM Kesehatan

282 Ill. Tim Pakar Prof. Dr. Sangkot Marzuki, MSc.Ph.D. Prof. or Sofia Mubarika Prof Bambang Sutisna Prof RazaR Thaha dr. lrawan Yusuf, Ph.D. dr. Widjaja Lukita, Ph.D. Dr. David Handoyo, PhD, Sp.PD. Soeharsono Soemantri, Ph.D. DR. Soedarti Soerbakti Dr Pratiwi Sudarmono, Ph.D. Dr Purnawan Junadi Ph.D. Dr. Susanna lmanuel, Sp.PK Dr. Yulianto Witjaksono, MGO.,Sp. OG., KFER Dr. Herawati Sudoyo, Ph.D IV. Tim Teknis Ketua DR. Sunarno Ranu Widjojo, SKM., MPH Ketua I Ketua II Ketua Ill Sekretaris I Sekretaris 11 Sekretaris 111 Direktur Statistik Kesra, Sadan Pusat Statistik Dr. Soewarta Kosen, MPH., Dr.PH Dr Julianty Prad6no MS Dr. Trihono., M.Kes Supraptini, SKM.,MM lndah Yuning Prapti, SKM., M.Kes Tim Kerja Wilayah I Area Wilayah Propinsi NAO; Sumut; Sumbar; Jambi; Riau ; Kepulauan Riau ; Sumsel; Bangka Belitung Koordinator Wakil Koordinator Penanggung Jawab Spesimen Anggota Dr. Faizati Karim, MPH (Kepala Pusat Litbang Ekologi dan Status Kesehatan) : Peneliti Sadan Litbangkes : Peneliti Sadan Litbangkes Kepala Dinkes Propinsi Kepala BPS Propinsi Peneliti Sadan Litbangkes Direktur Poltekkes

283 Tim Kerja Wilayah II Area Wilayah Propinsi : OKI Jakarta; Banten; Jateng; DI Jogjakarta; Kalteng; Kaltim; Kalbar; Kalsel. Koordinator Wakil Koordinator Penanggung Jawab Spesimen : Dr. Erna Tresnaningsih, MOH., Ph. J (Kepala Pusat Litbang Biomedis dan Farmasi) : Peneliti Sadan Litbangkes : Peneliti Sadan Litbangkes Anggota Kepala Dinkes Propinsi Kepala BPS Propinsi Peneliti Sadan Litbangkes Direktur Poltekkes Tim Kerja Wilayah Ill Area Wilayah Propinsi : Bali; NTB; NTT; Jatim; Maluku; Maluku Utara; Papua Barat; Papua Koordinator Wakil Koordinator Penanggung Jawab Spesimen Anggota : Dr. Suwandi Makmur, MM (Kepala Pusat Litbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan) : Peneliti Sadan Litbangkes : Peneliti Sadan Litbangkes - --~ :_ :-:.:.. --~ Kepala.-blnkes Prc)pinsi Kepala sp s- Proplnsi" Peneliti Sadan Litbangkes Direktur Poltekkes Tim Kerja Wilayah IV Area Wilayah Propinsi : Jabar; Sengkulu; Lampung; Sulut; Sulteng; Sulbar; Sulsel; Sultra; Gorontalo Koordinator Wakil Koordinator Penanggung Jawab Spesimen Anggota DR. Sunarno Ranu Widjojo, SKM., MPH (Kepala Pusat Litbang Gizi dan Makanan) Peneliti Sadan Litbangkes Peneliti Sadan Litbangkes Kepala Dinkes Propinsi Kepala BPS Propinsi Peneliti Sadan Litbangkes Direktur Poltekkes

284 V. Tim Manajemen Ketua ketua I ketua II Sekretaris Sekretaris 11 Org. Titte Kabul Adimidjaja, M.Sc.PH lndah Yuning Prapti, SKM., M.Kes Ors. Ondri Owi Sampoerno, Msi, Apt Ors. Muhamad Socheh, MM Budi Santo'so, SH MENTER! KESEHATAN RI

285 Lampiran 2 Untuk Responden Kesmas Sadan PeneHtian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan R.I Jalan Percetakan Negara 29 Jakarta IN DONE SIA SE HAT 2010 RISET KESEHATAN DASAR 2007 NASKAH PENJELASAN* Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI mulai buian Juli s/d Desember 2007 akan melakukan Riset Kesehatan Oasar (Riskesdas) di 33 Propinsi di Indonesia yang mencakup rumah tangga yang tersebar di blok sensus. Riset ini bertujuan untuk mendapatkan berbagai data kesehatan masyarakat. Sasaran riset ini adalah rumah tangga dan anggota rumah tangga yang terpilih. Akan dilakukan wawancara, pengukuran dan pemeriksaan pada kepala rumah tangga dan semua anggota rumah tangga. Wawancara meliputi keterangan diri, riwayat kematian dalam rumah tangga, pelayanan kesehatan, sanitasi lingkungan, konsumsi makanan, penyakit menular dan tidak menular, riwayat penyakit turunan, ketidak mampuan, cedera, imunisasi, pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kesehatan. kecacatan dan kesehatan mental. Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingka~ perut untuk dewasa dan lingkaran lengan atas untuk wanita umur tahun. Pemeriksaari meliputi ketajaman penglihatan mata, kesehatan gigi, kadar iodium dalam garam. Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara. pengukuran dan pemeriksaan dalam satu rumah tangga adalah sekitar 2 jam. Hanya dibacakan untuk responden yang akan diambil sampel urin dan contoh garam untuk perneriksaan+odlum-: :-- -:-.- : _ ---:.- _--- _.::- :.. _ Rumah tangga Bapak/lbu juga terrnasuk dari sebagian rumah tangga yang akan diperiksa kadar iodiumnya. Untuk itu perlu dikumpulkan contoh garam yang digunakan sehari-hari untuk memasak sebanyak 3 sendok makan dan contoh urin (air seni) dari anak Sapak/ lbu bernama (usia 6-12 tahun) sebanyak 3 sendok makan. Partisipasi Sapak/lbu/Sdr/Sdri adalah sukarela dan bila tidak berkenan sewaktu-waktu dapat menolak tanpa dikenakan sanksi apapun. Bpk/lbu/Sdr/Sdri akan mengetahui keadaan kesehatan dan sebagai tanda terima kasih, kami akan memberikan penggantian waktu sebesar Rp per keluarga. Semua informasi dan hasil pemeriksaan yang berkaitan dengan keadaan kesehatan Bapak/lbu/Sdr/Sdri akan dirahasiakan dan disimpan di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan - Departemen Kesehatan RI, Jakarta dan hanya digunakan untuk pengembangan kebijakan program kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Bila Sapak/lbu/Sdr/Sdri memerlukan penyelasan lebih lanjut mengenai riset ini, dapat menghubungi Sadan Litbang Kesehatan - Departemen Kesehatan R-.1, Jalan Percetakan Negara 29, Jakarta 10560; Telp. (021) ext 146, Telp/sms (021) , fax (021) , riskesdas@litbang.depkes.go.id atau 1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. 2. DR. Sunarno Ranu Widjojo, MPH (HP ) atau Keterangan: * Naskah Penjelasan hanya diberikan 1 (satu)/ rumah tangga, dapat dibacakan beberapa kali untuk masing-masing responden

286 Nomor Kode Sampel PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)*. (INFORMED CONSENT) Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Sadan Litbangkes-Oepartemen Kesehatan R. I. Saya mengerti bahwa partisipasi saya dilakukan secara sukarela dan dapat menolak atau mengundurkan diri sewaktuwaktu tanpa sanksi apapun. Pernyc.taan bersedia diwawancara, diukur dan diperiksa... No. Nama Responden Tgl/bln/thn Tanda tangan/ Cap Tanda tangan/ Urut [ernpol diri sendiri Cap jempol Wali ART - Nama Saksi** Tgl/bln/thn Tanda Tangan Keterangan: *PSP dibuat 2 rangkap, untuk: - Responden (1 lbr) - Tim pewawancara (1 lbr), kirim ke korwil bersama kuesioner ** Diluar tim pewawancara, bisa orang yang mempunyai hubungan keluarga, tetangga atau KetuaRT

287 Untuk Responden Biomedis Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan R.I. Jalan Percetakan Negara 29 Jakarta RISET KESEHATAN DASAR 2007 NASKAH PENJELA.SAN* INDONESll\ SEHAl 2010 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI mulai bulan Juli s/d Desember 2007 akan melakukan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di 33 Propinsi di Indonesia yang mencakup rumah tangga yang tersebar di blok sensus. Riset ini bertujuan untuk rnendapatkan berbagai data kesehatan masyarakat dan data biomedis. Sasaran riset ini adalah rumah tangga dan anggota rumah tangga yang terpilih. Akan dilakukan wawancara, pengukuran dan pemeriksaan pada kepala rumah tangga dan semua anggota rumah tai:.igga. Wawancara meliputi keterangan diri, riwayat kerriatian dalam rumah tangga, pelayanan kesehatan, sanitasi lingkungan, konsumsi makanan, penyakif menular dan tidak menular, riwayat penyakit turunan, ketidak mampuan, cedera, imunisasi, pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kesehatan, kecacatan dan kesehatan mental. Penqukuran yang dilakukan meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar perut untuk dewasa dan lingkaran lengan atas untuk wanita umur tahun. Pemeriksaan meliputi ketajaman penglihatan mata, kesehatan gigi, kadar iodium dalam garam. Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara, pengukuran dan pemeriksaan dalam satu rumah tangga adalah sekitar 2 jam. Hanya dibacakan untuk responden yang akan diambil sampel urin dan contoh garam untuk pemeriksaan iodium. Rumah tangga Bapak/ lo.u. juga terrnasuk dart sebaqian rumahtanqqa yang. akan dipe(iksa _ kadar lodiurnnya. Urrtuk itu perlu dikumpulkan contoh garam yang digunakan sehari-harl untu'c memasak sebanyak 3 sendok makan 'dan contoh urin (alr-seni) dart anak Bapak/ Ibu bernama (usia 6-12 tahun) sebanyak 3 sendok makan. Selain itu juga dilakukan pengambilan darah di laboratorium yang ditunjuk guna mengetahui penyakit yang mungkin terjadi berkaitan dengan penyakit menular, tidak menular, kelainan gizi dan kelainan bawaan. Yang diambil darahnya adalah semua anggota rumah tangga usia 1 tahun keatas. Untuk orang dewasa (umur ~ 15 tahun) yang akan diambil darahnya, perlu persiapan puasa jam sebelum pengambilan darah, termasuk tidak merokok, tidak melakukan aktivitas berat, tidak sarapan, minum air putih tawar diperbolehkan. Bapak/ lbu/ Saudara akan diberi minuman 1 gelas yang mengandung gula sebelum diambil darahnya. Untuk wanita hamil, anak dan balita tidak perlu puasa. Darah vena yang akan diambil sebanyak 1 sendok makan (15 ml) pada dewasa, masing-masing 1 sendok teh (5 ml) pada wanita hamil, anak dan balita. Pengambilan darah dilakukan oleh petugas pengambil darah yang terlatih. Dalam pengambilan darah akan ada sedikit rasa nyeri seperti digigit semut, namun tidak ada risiko yang membahayakan. Pengambilan darah diawasi oleh tim medis yang berpengalaman disertai peralatan yang memadai. Partisipasi Bapak/lbu/Sdr/Sdri adalah sukarela dan bila tidak berkenan sewaktu-waktu dapat menolak tanpa dikenakan sanksi apapun. Bpk/lbu/Sdr/Sdri akan mengetahui keadaan kesehatan dan sebagai tanda terima kasih, kami akan memberikan penggantian waktu sebesar Rp per keluarga. Anggota keluarga yang terpilih diambil darahnya, akan mendapatkan uang pengganti transport Rp per orang, dan disediakan makanan setelah pengambilan darah.

288 Anda akan mendapatkan hasil pemeriksaan gula darah, darah rutin atau kadar Hb bila peralatan otomatis tidak ada. Jika terjadi sesuatu yang memerlukan pertolongan dokter pada saat pengambilan darah maka Bpk/lbu/Sdr/Sdri akan segera diberi pertolongan, bila perlu dirujuk ke Rumah Sakit dan biaya akan ditanggung oleh Sadan Litbang Kesehatan. Semua informasi dan hasil pemeriksaan yang berkaitan dengan keadas n kesehatan Bapak/ lbu/ Sdr/ Sdri akan dirahasiakan dan disimpan di Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan-Depkes. Jakarta dan hanya digunakan untuk pengembangan kebijakan program kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Bila Bapak/ lbu/ Sdr/ Sdri memerlukan penyelasan lebih lanjut mengenai riset ini, dapat menghubungi Sadan Litbang Kesehatan-Departemen Kesehatan R.I, Jalan Percetakan Negara 29, Jakarta 10560; Tel!). (021) ext 146, Telp/sms (021) , fax (021) , riskesdas@litbang.depkes.go.id atau 1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat 2. Dr. Sunarno Ranu Widjojo, MPH (HP 08118:48473) 3. dr. Endang R. Se'dyaningsih, MPH, DrPH (HP ) Keterangan: "Naskah Penjelasan hanya diberikan 1 (satu)/ rumah tangga, dapat dibacakan beberapa kali untuk masing-masing responden

289 PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN(PSP)* (INFORMED CONSENT) Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Sadan Litbangkes-Departemen Kesehatan RI. Saya mengerti bahwa partisipasi saya dilakukan secara sukarela dan saya dapat menolak atau mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun. Pernyataan bersedia diwawancara, diukur, diperiksa dan diambil darah Nama Responden Nomor Stiker Tgl/bln/thn Tanda tangan/ Tanda tangan/ Cap jempol diri Capjempol sendiri Wali**. - Nama Saksi***: : =:': ::_: r: -rgllbln/thn - :.::.-:T.anda Jangan- = - Keterangan * PSP dibuat 3 rangkap untuk: - Responden (1 lbr) - Pertinggal di Laboratorium Kesehatan Daerah/ RS/Swasta (1 lbr, dititip pada petugas lapangan/ puskesmas untuk diserahkan kepada petugas lab) - Tim Pewawancara (1 lbr), kirim ke Korwil bersama kuesioner ** bi la responden berusia < 15 tahun atau responden sulit berkomunikasi *** Diluar tim pewawancara, bisa orang yang mempunyai hubungan keluarga, tetangga atau KetuaRT

290 Lampiran 3 REPUBLIK INDQNESIA DEPARTEMEN KESEHATAN SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN RISET KESEHAT AN DASAR 2007 PERTANYAAN RUMAH TANGGA DAN INDIVIDU RAH ASIA RKD07. RT Provinsi 2 Kabupaten/Kota'l 3 Kecamatan 4 Desa/Kelurahan1 5 Klasifikasi Desa/Kelurahan 1. Perkotaan 2. Perdesaan 6 a. Nomor blok sensus b. Nomor sub blok sensus 7 Nomor Kode Sampel 8 Nomor urut sampel rumah tangga 9 Alamat rumah DD DD DOD DOD D DDDDD DD Nama kepala rumah tangga: 2 Banyaknya anggota rumah tangga: : -. :-..:-: -.. ~D. o- 3 Banyaknya anggota rumah tangga yang diwawancarai: D D 4 Jumlah balita (umur di bawah 5 tahun): D 5 Jumlah kematian ART dim periode 12 bulan sebelum survei dan dilakukan verbal otopsi: D 6 Apakah Rumah tangga menyimpan garam? 1. Ya 2. Tidak 7 Blok Ill 7 Lakukan tes cepat!odium dan catat kandungan lodiumnya 1. Cukup {biru/ungu tua) D D 2. Tdk cukup (biru/ ungu muda) 3. Tidak ada iodium (Tidak berwama) SAMPEL GARAM DIAMBIL HANYA UNTUK 30 KAB/ KOTA TERPILIH (LIHAT DAFTAR KAB/ KOTA DI PEDOMAN PENGISIAN) 8 STIKER NOMOR GARAM (RU MAH TANGGA) TEMPEL STIK~R DI SINI 2 3 Nama Pengumpul Data: Tgl. Pengumpulan data: (tgl-bln-thn) Tanda tangan Pengumpul Data ) coret yang tidak perlu DD-DD-DD 5 4 Nama Ketua Tim: 6 Tgl. Pengecekan: (tgl-bln-thn) Tanda tangan Ketua Tim: DD-DD-DD

291 IV. KETERANGAN ANGGOTA RUMAH TANGGA Hubung- Jenis Umur Khusus ART 2: 10 Khusus ART Jika ya, Verifikasi an Kelarnin (tahun) Status tahun ART semalam apakah No. dengan Kawin Pendi- Pekerjaan perern- tidur di kelambu urut Nama kepala dikan utama puan dalam berinsek- ART Anggota Rumah rum ah Tertinggi kelambu? tis id a? Tangga tangga Jika umur tahun (ART) < 1thn isikan Apakah "00" sedang 1. Ya 1. Ya 1. Laki2 Jika umur Hamil? 2. Tidak 2. Tidak 2. Perem- 2: 97 thn 7kol Tidak [KODE] puan 1sikan [KODE) I:" [KODE] (KODE) 1.Ya 8. Tdklahu Tahu "97" 2.Tidak -+ kol.12 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) l 1. 1 D OD D D DD D D D D I! 2. D D DD D D DD D D D D 3. D D DD D D DD D D D D 4. D D DD D D DD D D D D 5. D D DD D D DD D D D D 6. D D DD D D DD D D D D 7. D D DD D D DD D D D D i 8. I D D DD D D DD D D D D. 9 D D DD D D DD D.D D D! I I l I I 10. ID D DD D D DD D D D D 11. D D DD D D DD D D D D 12. D D DD D D DD D D D D 13. D D DD D D DD D D. D D f- t 14. D D DD D D DD D D D D I 15. I D D DD D D DD D D D D t GUNAKAN LEMBAR TAMBAHAN APABILA JUMLAH ART> 15 ORANG Kodekolom 3 Kodekolom6 Kodekolom7 Kodekolom8 Kode kolom 12 Hubungan dengari kepala rumah tangga Status Kawln Pendidlkan Tertlnggl Pekerjaan Utama Verlfikasl 1 = Kepala rumah 6 = Orang b.ja/ mertua 1 = Belum kawin 1 = Tidak pernah sekolah 01 = Tidak kerja 08 = Wiraswasta/ 1 = Tidak ada perubahan tangga 7 = Famm lain 2 = Kawin 2 = Tidak tamat SD 02 = Sekolah Pedagang 2= Ada perubahan 2 = lstri/ suami 8 = Pembantu rumah 3 = Cerai hidup 3=TamatSD 03 = lbu umah tangga 09 = Pelayanan Jasa 3 = Meninggal 3 =Anak tangga 4 = Cerai mati 4 =Tamai SLTP 04 = TNl/Polri 10 = Petanl 4 = Pindah 4 = Menantu 9 = Lainnya S=TamatSLTA 05:: PNS 11 = Nelayan 5:: Lahir 5 = Cucu 6 =Tamai Perguruan Tinggi 06 = Pegawai BUMN 12=Buruh 6 :: Anggota baru 07 = Pegawai swasta 13 = Lainnya 7 = Tdk pemah ada dim RTsamoel

292 Nama ART yang diwawancarai: V. MORTALITAS No. Urut ART yang diwawancarai: (lihat Blok IV kol.1) DD KEJADIAN KEMATIAN SEJAK 1JULI2004 (TERMASUK KEJADIAN BAYI LAHIR MATI) -- HANYA DALAM RUMAH TANGGA 1 APAKA!i ADA KEJADIAN KEMATIAN SEJAK 1 JULI 2004 KARENA PENYAKIT DI BAWAH IN!: (BACAKAN PILIHAN PENYAKIT) ISIKAN DENGAN KODE 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Diare D e. Malaria D i. Hipertensi I Jantung D m. Kecelakaan/ cedera D b.!spa/ Pneumonia D f. DBD D j. Stroke D n. Hamil/ Bersalin/ Nifas D c. Campak D g. Sakit kuninq D k. Kencirig manis D o. Bayi lahir mati D d. TBC D h. Typhus D l. Kanker/Tumor D p. Lainnya,... D JIKA TIDAK ADA KEJADIAN KEMATIAN SEJAK 1 JULI 2004 LANGSUNG KE BLOK VI No. Urut (2) Nama yang Meninggal (3) Hubungan dengan Kepala Ru mah Tangga [KODE] (4) D D D D Bulan dan Tahun Kejadian Kematian sejak 1Juli2004 Bin ~1~ DD I Bin DD ThnDD ThnDD DD ThnDD Bin (5) DD ThnDD Jen is kelamin 1. Lk 2. Pr (6) D D D D Umur Saat Meninggal => < 1 th tulis dalam bulan => < 1 bulan tulis dalam hari => < 1 hari tulis 00 pada kolom Hari => Lahir mati tulis 98 pada kolomhari => ~ 97 thn tulis 97 pada kolom thn [ISi SALAH SATU BARIS: HARi ATAU BULAN ATAU TAHUN]. (7) utr., DD DD DD DD DDHari DD DD DDHari DD DD Bulan Tahun Bulan Tahun Bulan Tahun Bulan Tahun Penyebab Utama Kematian [KODE) (8) DD DD Untuk wanita umur thn yang meninggal, apakah terjadi pada: j. Kehamilan 2. Keguguran 3. Melahirkan 4. Masa nifas (60 hr setelah bersalin) 5. Lainnya (9) D D D Jika terdapat kematian dalam periode 12 bulan sebelum survei sampai dengan survei berlangsung, maka lanjutkan dengan menggunakan kuesioner RKD07.AV dengan melihat kolom 7 (umur saat meninggal) untuk memilih jenis kuesioner Kode kolom 4 Hubungan dengan kepala RT I = Kepala rum ah tangg a 6 = Orang tua/mertua 2 = lstr1/suaml 7 = Famill laln 3 = Anak 8 = Pembantu rumah tangga 4 = Menantu 9 = Lainnya S = Cucu 01 =Diare 02 = ISPA/radang paru 03 = Campak 04=TBC 05 =Malaria Kode kolom 8 Penyebab Kematian 06 = Demam berdarah 07 = Saki! kuning 08 = Tifus 09 = Hipertensi/Jantung 10 =Stroke 11 = Kencing manis 12 = Kankerffumor 13 = Kecelakaan/Cedera 14 = HamiVBersalin/Nifas 15 = bayi lahir mati 16 = penyakit lainnya... Kolom7 Umur saat meninggal GUNAKAN KUESIONER: < 29 hari (NEONATAL): RKD07.AV1 29 harl - < 5 thn: RKD07.AV2 5 thn ke atas : RKD07.AV3

293 VI. AKSES DAN PEMANFAATAN PEL~YANAN KESEHATAN 1a Berapa jarak yang harus ditempuh ke sarana pelayanan kesehatan terdekat (Rumah Saki!,... Km DD Puskesmas. Pustu, Dokter praktek, Bidan Praktek)?... meter DOD 1b Berapa waktu)empuh ke sarana pelayanan kesehatan terdekat (Rumah Sakit, Puskesmas,... menit Pustu, Dokter praktek, Bidan Praktek)? DOD 2a Berapa jarak yang harus ditempuh ke sarana pelayanan kesehatan terdekat (Posyandu, Poskesdes, Polinde$)?... Km DD... meter 2b Berapa waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan terdekat (Posyandu, Poskesdes, Polindes)? ' 3 Apa]$~ tersedia angkujan umum ke fasilitas pelayanan kesehatan 1erdekat? (berlaku untuk P.1a dan P.2a). 4 Apakah rumah tangga ini pemah memanfaatkan pelayanan Posyandu/ Poskesdes dalam 3 1. Ya bulan terakhir? 2. Tidak 7 P.6 5 Jika ya, jenis pelayanan apa saja yang diterima: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN i) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA 2=TIDAK 7=TIDAK BERLAKU ODO... menit DOD 1. Ya Z. Tidak D a. Penimbangan D d. KIA D g. Pemberian Makanan Tambahan D b. Penyuluhan D e.kb D h. Suplementasi gizi (Vit A, Fe, Multi gizi mikro) D c. lmunisasi D f. Pengobatan D i. Konsultasi risiko penyakit D LANJUTKAN KE P.7 D 6 Jika tidak memanfaatkan pelayanan Posyandu/ Poskesdes, apakah alasan utamanya? 1. Letak posyandu jauh 2. Tidak ada posyandu 3. Pelayanan tidak lengkap 4. Lainnya:..,... 7.Apakah rurnah!angga ini pernah memanfaatkan pelayanan Po!indes/ Bidan Desa dalam 3 1. Ya I buiar terakhir? 2. Tidak 7 P.9 D D I 8 Jika ya, jenis pelayanan apa saja yang diterima: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN f) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA 2=TIDAK 7= TIDAK BERLAKU a. Pemeriksaan kehamilan D c. Pemeriksaan ibu nifas D D D b. Persalinan d. Pemeriksaan neonatus (<1 bulan) f. Pengobatan LANJUTKAN KE P.10 e. Pemeriksaan bayi (1-11 bulan) dan/ atau anak balita (1-4 tahun). D D I 9 Jika tidak memanfaatkan pelayanan Polindes/ Bidan Desa, apakah alasan utamanya? 1. Letak porindes/ bidan desa jauh 3. Pelayanan tidak lengkap 5. Lainnya:... D 2. Tidak ada polindes/ bidan dssa 4. Tidak membutuhkan 10 Apakah ru mah tangga ini pernah Memanfaatkan pelayanan Pas Oba! Desa (POD)/ Warung 1.~Ya 7 VII Oba! desa (WOO) dalam 3 bulan terakhir? 2. Tidak 11 Jika tidak memanfaatkan-pod/ WOO, apakah alasan utamanya? 1. Lokasi jauh f. Oba! tidak lengkap 5. Lainnya: Tidak ada POD/ WOO 4. Tidak membutuhkan D D

294 VII. SANITASI LINGKUNGAN 1. Berapajumlah pemakaian air untuk keperluan Rumah Tangga?.... liter/hari 2. Berapa jarak/lama waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh air (pulang-pergi)? a. Jarak... Km DODD a. DD 3. Apakah di sekitar sumber air dalam radius <10 meter terdapat sumber pencemaran (air limbah/ cubluk/ tangki septik/ sampah)? b. Lama... Menit b.ddd 1. Ya 2. Tidak 3. Tidak ada sumber air 4. Apakah air untuk semua kebutuhan rumah tangga diperoleh dengan mudah 1. Ya (mudah) sepanjang tahun? 2. Sulit di musim kemarau 3. Sulit sepanjang tahun 5. Bila sumber air terletak di luar pekarangan rumah, siapa yang biasanya 1. Orang dewasa perempuan mengambil air untuk keperluan Rumah Tangga 2. Orang dewasa laki-laki 3. Anak laki-laki 4. Anak perempuan 5. Sumber air di dalam pekarangan rumah 6. Bagaimana kualitas ftsik air minum? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e) ISIKAN KODEJAWABAN DENGAN 1=YAATAU 2=TIDAK a. Keruh D b. Berwarna D c. Berasa D d. Berbusa D e. Berbau D 7. Apakah jenis sarana/ tempat penampungan air min um sebelum dimasak? 1. Tidak ada/langsung dari sumber 2. Wadah/tandon terbuka 3. Wadah/tandon tertutup D D D D 8. Bagaimana pengolahan air minum sebelum diminum/ digunakan? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e) ISIKAN KODEJAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Langsung diminum Db. Dimasak D c. Disaring D d. Diberi bahan kimia D e. Lainnya:... D 9. Dimana tempat penampungan air limbah dari kamar mandi/ tempat cuci/ dapur? 1. Penampungan tertutup di pekarangan/ SPAL 3. Penampungan di luar pekarangan 2. Penampungan terbuka di pekarangan 4. Tanpa penampungan (di tanah) 5. Langsung ke got/ sungai 10. Bagaimana saluran pembuarfgah 'alr limb-ah aatfrariyar maridif aapurne mpat ciici? - 1. Saluran terbuka 2. Saluran fortuttip r anpa sahiran D -.:. o:. 11. Apakah tersedia tempat pembuangan sampah di luar rumah? 1. Ya 2. Tidak 7P.13 D 12. Bila ya, apa jenis tempat pengumpulan/ penampungan sampah rumah tangga di a. Tempat sampah tertutup luar rumah tersebut? D (BACAKAN POINT a DAN b) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK b. Tempat sampah terbuka D 13. Apakah tersedia tempat penampungan sampah basah (organik) di dalam rumah? 1. Ya 2. Tidak ~P.15 D 14. Bila ya, apa jenis tempat pengumpulan/ penampungan sampah basah (organik) di dalam rumah? (BACAKAN POINT a DAN b) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Tempat sampah tertutup D b. Tempat sampah terbuka D 15. Apakah Rumah Tangga ini selama sebulan yang lalu menggunakan bahan kimia yang termasuk dalam golongan bahan berbahaya dan beracun (B3) di dalam rumah (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN h) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Pengharum ruangan (spray) D e. Penghilang noda pakaian D b. Spray rambut/ deodorant spray D f. Aki (Accu) D c. Pembersih lantai D g. Cat D d. Pengkilap kaca/ kayu/ logam D h. Racun serangga/ Pembasmi hama D

295 16. Apa jenis ternak yang dipelihara? Dipelihara? Dipelihara di : 1. Ya 1. Kandang dalarn rurnah 3. Rumah tanpa kandang Ternak/hewan peliharaan 2. Tidak 7 ternak berikutnya 2. Kandang luar rumah 4. Luar rumah tanpa kandang (1) (2) a. Unggas (ayam,bebek, burung) D D b. Ternak sedang (kambing,domba, babi) D D c. Ternak besar {sapi,kerbau,kuda) D D d. Anjing, kucing, kelinci D D 17. Jarak rumah ke sumber pencemaran? JIKA TIDAK TAHU JARAK KE SUMBER PENCEMARAN 71SIKAN "8888" PADA KOLOM (2) JARAK {METER) JIKA TIDAK ADA SUMBE~ P NCEMARAN 7 ISIKAN "9.999" PADA KOLOM (2) JARAK {METER) Sumber Pencemaran Jarak (meter) Sumber Pencemaran Jarak (meter) (1) (2) (1) (2) a. Jalan raya/ rel kereta api DODD e. Terminal/stasiun kereta api/bandara DODD b. Tempat Pembuangan Sampah (Akhir/Sementara)/lncinerator/lPAL RS DODD DODD f. Bengkel c. lndustri/pabrik DODD g. Jaringan listrik tegangan tinggi (SUTI/ SUTET) DODD d. Pasar tradisional DODD h. Peternakan/ Rumah Potong Hewan (termasuk unggas) DODD CATATAN PENGUMPUL DATA

296 RAHASIA RISET KESEHATAN DASAR RISKESDAS 2007 ' ' PENGENALAN TEMPAT RKD07.GIZI Prov Kab/ Kota Kee Desa/Kel D/K No Kode Sarnpel Kutip dari Blok I PENGENALAN TEMPAT RKD07.RT j KETERANGAN JUMLAH ART DAN TAMU YG MAKAN DALAM RT BERDASARKAN UMUR, JENIS KELAMIN, DAN WAKTU MAKAN KELOMPOK UMUR 0-11 bulan 2 I KETERANGANJUMLAH KoNsu~~rMiKi_NA~: r:ai.fl. 1-H~fUJ?~~A~ix~~-G-_a_[_u~.--_ ~~-=-~, lakan pagi I orang I Makan Siang I orang I Makan Malam I orang Waktu Makan 1-3 tahun 4-6 tahun. 7-9 tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun > 64 tahun Jumlah JumlahART (salin dari Blok IV) Masakan/Menu L (orana): PAGI SIANG MALAM P L P L P (orang) (oranal (orang) (orang) (orang) ART TAMU ART T AMU A~t, TAMIJ ART TAMU ART J AMU ART TAMU Jenis bahan makanan Banyaknya yg dikonsurnsi Ukuran Rurnah Tanmia Berat (cram)

297 3 I KETERANGAN JUMLAH KONSUMSI MAKANAN ANAK (0-24 BULAN) DALAM 1 HARi (24 JAM) YANG LALLI Nama Anak: I No Urut ART I I Waktu Banyaknya yg dikonsumsi Masakan/Menu Jenis bahan makanan Makan Ukuran Rumah TanQQa Bera! (aram) ' - I CATATAN PENGUMPUL DATA

298 RAHASIA RISET KESEHATAN DASAR RISKESDAS 2007 RKD07.IND Prov Kab/ Kola Kee PENGENALAN TEMPAT Desa/Kel D/K No Kade Sampel No. urut sam el RT 1.. Tanggal kunjungan pertama: Tgl -Bln-Thn Tanggal kunjung...,n akhir: Tgl -Bln-Thn K u f 1p d an. Bl 0 k I PENGENALAN TEMPAT RKD07 RT IX. KETERANGAN WAWANCARA INDIVIDU DD-DD-DD 3. DD-DD-DD 4. Nama Pengumpul data Tanda tangan Pengumpul data, X. KETERANGAN INDIVIDU -,..!"...,,,. '.,, A. IDENTIFIKASI RESPONDEN o1 Tuliskan nama dan nomor urut Anggota Rumah Tangga (ART) NamaART... Nomor urut ART: DD 02 Untuk ART pada A01 < 15 tahun/ kondisi sakiv orang tua yang perlu NamaART didampingi, tuliskan nama dan nomor urut ART yang mendampingi Nomor urut ART: feksi B. Pl:NYAKIT MENULAR,.TIDAK MENULAR, DAN RIWAYAT PENYAKIT TURUNAN [NAMA] pada pertanyaan di bawah ini merujuk pada NAMA yang tercatat pada pertanyaan A01 PERTANYAAN DITANYAKAN PADA SEMUA UMUR SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)/ INFLUENZA/ RADANG TENGGOROKAN 1 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah didiagnosis menderita!spa oleh tenaga kesehatan 1. Ya~ 803 (dokter/ perawau bidan)? 2. Tidak 2 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah menderita panas disertai batuk berdahak/ kering atau 1. Ya pilek? 2. Tidak EUMONIA/ RADANG PARU 3 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita Pneumonia oleh tenaga kesehatan 1. Ya ~ 805 (dokter/ perawau bidan)? 2. Tidak DD 4 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah menderita panas tinggi disertai batuk berdahak dan napas 1. Ya.... lebih cepat dan pendek dari biasa (c-upi"n'g hidung}j-sesak.nafas dengan tanda tarikart oinding.dada:ba gian 2. Tidak - B. I bawah? ' -... :... MAM TYPHOID (TIFUS PERUT) 5 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita Demam Typhoid oleh tenaga 1.Ya~B07 kesehatan (dokter/ perawau bidan)? 2. Tidak 6 Dalam 1 bulan terakhir, apakah (NAMA] pernah menderita panas terutama pada sore malam hari > 1 1. Ya minggu disertai sakit kepala, lidah kotor dengan pinggir merah, diare atau tidak bisa BAB? 2. Tidak ALARIA 7 Dalam 1 bulan terakhir, apakah (NAMA] pernah didiagnosis menderita Malaria yang sudah dikonfirmasi 1.Ya~809 dengan pemeriksaan darah oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawav bidan)? 2. Tidak 8 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah menderita panas tinggi disertai menggigil (perasaan dingin), panas naik turun secara berkala, berkeringat, sakit kepala atau tanpa gejala malaria tetapi sudah minum obat anti malaria? 9 Jika Ya, apakah [NAMA] mendapat pengobatan dengan obat program dalam 24 jam pertama menderita 1. Ya panas? 2. Tidak ARE/ MENCRET, D D D D D D 1. Ya 2. Tidak D 0 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah didiagnosis menderita Diare oleh tenaga kesehatan 1. Ya~ 812 (dokter/ perawav bidan)? 2. Tidak 1 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA) pemah menderita buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari 1. Ya dengan kotoran/ tinja lembek atau cair? 2. Tidak7 813 D 2 Apakah pada saat diare, diatasi dengan pemberian OraliU pemberian larutan gula garam/ cairan rumah 1. Ya tangga? 2. Tidak D D D

299 CAMPAK/ MORBILI 813 Dalarn 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis rnenderita campak oleh tenaga kesehatan 1.Ya?815 (dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak 814 Dalarn 12 bulan terakhir, apakah {NAMA] pernah menderita panas tinggi disertai mata merah dengan 1. Ya banyak kotoran pada mata, ruam merah pada kulit terutama pada leher dan dada? 2. Tidak TUBERKULOSIS PARU (TB PARU) 815 Datam 12 bulan terakhir, apakah {NAMA] pernah didiagnosis menderita TB Paru oleh tenaga kesehatan 1. Ya? 817 (dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak 816 Dalarn 12 bulan terakhir, apakah {NAMA] pemah menderita batuk ~ 2 minggu disertai dahak atau dahak 1. Ya bercampur darah/ batuk berdarah dan berat badan sulit bertambah/ menurun? 2. Tidak DEMAM 8ERDARAH DENGUE (DBD) B 171 Oalam 12 bulan terakhir, apekah (NAMAJ pemah didiaqnosls rnenderita Demam Berdarah Dengue oleh 1. Ya? 819 tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak D D D D D 818 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah menderita demam/panas, sakit kepala/ pusing disertai nyeri di uluhati/ perut kiri atas, mual dan mun!ah, lemas kadang-kadang disertai bintik-bintik rnerah di bawah kulit dan/ atau mimisan, kaki/ tangan dingin? 1. Ya 2. Tidak D HEPATITIS/ SAKIT LIVER/ SAKIT KUNING 819 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah didiagnosis menderita Hepatitis oleh tenaga kesehatan 1.Ya?821 (dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak 820 Dalam 12 bulan terakhir apakah [NAMA] pernah menderita demam, lemah, gangguan saluran cerna, I 1. Ya j (mual, muntah, tidak nafsu makan), nyeri pada perut kanan atas, disertai urin warna seperti air teh pekat, 12. Tidak mata atau kulit berwarna kuninq? FILARIASIS/ PEt-.!YAKIT KAKI GAJAH 821 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita Filariasis oleh tenaga kesehatan 1. Ya?B23 (dokter. perawatl bidan)? 2. Tidak 822 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMAJ pernah menderita radang pada kelenjar di pangkal paha secara 1. Ya j I berulang, atau pembesaran alat kelamin/ payudaral tungkai bawah d~n atau atas (Filariasis/ kaki gajah)? 2. Tidak I ASMA/ MENGI/ BENGEK I I (dokter! cerawat/ bidan)? 2. Tidak. 823! Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita Asma oleh tenaga kesehatan 1. Ya? 825 B24 Dalam 12 bulan terakhir, apakah (NAMA] pernah mengalami sesak napas disertai bunyi (mengi)/ Rasa 1. Ya I tertekan di dada/ Terbangun karena dada terasa tertekan di pagi hari atau waktu lainnya, Serangan sesak 2. Tidak napaslterengah-engah tanpa sebab yang jelas ketika tidak sedang berolah raga atau melakukan aktivitas j fisik lainnya? D D D D D D GIGI DAN MULUT I 825 I Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMAJ mempunyai masalah dengan gigi dan/atau mulut? 1. Ya 2. Tidak? 828 ~ Dalam 12 bu Ian Jerakhir, apakah [NA MAJ menerima perawalan atau pengobalan dari perawal g~i. dokler I I gigi atau dokter gigi spesialis? 2. Tidak? 828 I I j 827 Jenis perawatan atau pengobatan apa saja yang diterima untuk masalah g1gi dan mulut yang [NAMA] alami? I (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e) ISIKAN KODE JAWA8AN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Pengobatan D c. Pemasangan gigi palsu lepasan (protesa) atau D e. Perawatan gigi lainnya. D gigi palsu cekat (bridge) Ya, sebutkan... b. Penambalan/ pencabutan/ D d. Konseling tentang perawatan/ kebersihan gigi D bedah gigi atau mulut dan mulut 828 Apakah [NAMA) telah kehitangan seluruh gigi asti? j 1. Ya 2. Tidak I D 1. Ya D D

300 EDERA 29 ' Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA) pernah mengalami cedera sehingga kegiatan sehari-hari 1. Ya terganggu? 2. Tidak~ 833 D 30 Penyebab cedera: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN p) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Kecelakaan transportasi di darat (bus/ truk, kereta api, D i, Bencana alam (g~mpa bumi, tsunami} motor, mobil) D b. Kecelakaan transportasi laut D j. Usaha bunuh diri (mekanik, klrnia, D c. Kecelakaan transportasi udara D k. Tenggelam D d. Jatuh D I. Mesin elektrik, radiasi D e. Terluka karena benda tajam, benda tumpul D m. Terbakar, terkurung asap D f. Penyerangan (benda tumpul/ tajam, bahan kimia, dll} D n. Asfiksia (terpendam, tercekik, dll.} D g. Ditembak dengan s&11jata api D o. Komplikasi tindakan medis D h. Kontak dengan bahan beracun (binatang, tumbuhan, kimia) 1 Bagian tubuh yang terkena cedera: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN j) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK D p. Lainnya, Sebutkan... D a. Kepala D d. Bagian perut, tulang D g. Bagian pergelangan D j. Bagian tumit dan D punggung, tulang panggul tangan, dan tangan kaki b. leher D e. Bagian bahu dan lengan atas D h. Bagia.n pinggul dan tungkai alas D c. Bagian dada D f. Bagian siku, lengan bawah D i. Bagian lutut dan tungkai bawah D 2 Jenis cedera yang dialami: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN i} ISIKAN KODE JAWABAN DE.NGAN. 1=YA.Al:A.!Jl=.TIDAK ~ a. Benturan/ Luka D c. Lufaterouk~ D e. Terkilir, teregan g D. g. Anggota gerak. D i. Lainnya: -.o me mar terputus... b. Lukalecet D d. Luka bakar D f. Patah tulang D h. Keracunan D ENYAKIT JANTUNG 3 Apakah (NAMA] selama ini pernah didiagnosis menderita penyakitjantung oleh tenaga kesehatan (dokter/ 1. Ya~ 835 perawau bidan}? 2. Tidak D 4 Apakah [NAMA] pernah ada gejala/ riwayat: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Bibir kebiruan saat menangis atau melakukan D c. Jantung berdebar-debar tanpa e. Tungkai bawah D D aktifitas sebab bengkak b. Nyeri dada/ rasa tertekan berat/ sesak nafas D d. Sesak nafas pada saat tidur D ketika berjalan terburu- buru/ mendaki/ berjalan biasa di jalan datar/ kerja berau jalan jauh tanpa bantal NYAKIT KENCING MANIS-(DIABETES MELLITUS) 35 Apakah (NAMA) selama ini pemah didiagnosis menderita kencing manis oleh tenaga kesehatan (dokter/ 1. Ya perawau bidan}? 2. Tidak 6 Apakah [NAMA) selama ini pemah mengalami gejala banyak makan, banyak kencing, banyak minum, 1. Ya lemas dan berat badan turun atau menggunakan obat untuk kencing manis? 2.Tidak D D

301 TUMOR I KANKER 837 Apakah [NAMA] selama ini pemah didiagnosis menderita penyakit tumor/ kanker oleh tenaga kesehatan 1.Ya (dokter/ perawau bidan)? 2.Tidak Sejak kapan (NAMA] didiagnosis tumor tersebut? Tahun... DODD 839 Dimana lokasi tumor/ kanker tersebut: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN m) ISIKAN KODE JAWA8AN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK ATAU 7=TIDAK 8ERLAKU a. Mata, otak, dan bagian susunan syaraf pusat D f. Saluran cema (usus, hati) D D k. Jaringan lunak b. Bibir, rongga mulut dan tenggorokan D g. Saluran kemih D I. Tulang, tulang rawan D c. Kelenjar gondok dan kelenjar endokrin lain D h. Alat kelamin wanita: ovarium, cervix uteri D m.darah D d. Saluran pernafasan (paru- paru) D i. Alat kelamin pria: Prostat D e. Payudara D j.kulit D PENYAKIT KETURUNAN/GENETIK 840 Apakah (NAMA] ada riwayat keluhan menderita sebagai berikut: (8ACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN h) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAll 2=TIDAK a. Gangguan jiwa (schizophrenia)(observasi) D d. Bibir sumbing (observasi) D g. Thalasemia' D b. Butawarna D e. Alergi dermatitis D h. Hemofilia D c. Glaukorna D f. Alergi rhinitis D JIKA ART UMUR;?; 15 TAHUN JIKA ART UMUR ~ 14 T~HUN 7 KE BAGIAN C. KETANGGAPAN PELAYANAN KESEHATAN I D PENYAKIT SENDI/ REMATIK/ ENCOK. PER'f'ANYAAN,941~50~' Ktlustis ARl UMUR"~.1'5 TAHtJNt- ~ ~.. ' 841 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis n.snderita penyakit sendi/ rematik/ encok oleh 1. Ya tenaga kesehatan (dokter/ perawau bidan)? 2. Tidak 842 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah menderita sakiu nyeri/ kaku/ bengkak di sekitar 1. Ya persendian, kaku di persendian ketika bangun tidur atau setelah istirahat lama, yang timbul bukan karena 2. Tidak kecelakaan? D D HIPERTENSI/ PENYAKIT TEKANAN DARAH TINGGI 843 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA) pernah didiagnosis menderita hipertensi/ penyakit tekanan darah 1. Ya tinggi oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawau bidan)? 2. Tidak D 1. Ya. 844 Apakah saat ini [NAMA) masih minum obat antihipertensi? 2. Tidak D STROKE 845 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA) pernah didiagnosis menderita stroke oleh tenaga kesehatan 1.Ya (dokter/ perawau bidan)? 2. Tidak 846 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah mengalami kelumpuhan pada satu sisi tubuh atau pada 1. Ya otot wajah, atau gangguan pada suara (pelo) secara mendadak? 2. Tidak JIKA ART UMUR;:: 30 TAHUN JIKA ART UMUR s 29 TAHUN 7 KE AAGIAN C. KETANGGAPAN PELAYANAN KESEHA}AN D D KATARAK (KHUSUS ART;?; 30 TAHUN) 847 Dalam 12 bulan terakhir, apakah salah satu atau kedua mata [NAMA] pemah didiagnosis/ dinyatakan 1. Ya katarak (lensa mata keruh) oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak 8. Tidak tahu D

302 8 Dalam 12 bulan terakhir, apakah (NAMA) mengalami: (BACAKAN POINT a DAN b) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Penglihatan berkabut/ berasap/ berembun atau tidak jelas? a.o b. Mempunyai masalah penglihatan berkaitan dengan sinar, seperti silau pada lampu/pencahayaan yang terang? b.d 9. Dalam 12 bulan terakhir, apakah (NAMA) pemah operasi katarak? 1. Ya 2. Tidak-+ C 0 Apakah setelah operasi katarak [NAMA] memakai kacamata? 1. Ya I 2. Tidak -~ ~ -,., ~."._Y< -.,,,. > ~ ~ G~~{ANqGAPAN PELAYANAN~E~EJ:!AtAN~', Ca. KETANGGAPAN PELAYANAN RAWAT INAP,, : ' ' D D...,, Dalam 5 tahun terakhir, dimana [NAMA] menjalani rawat inap terakhir? 1. Rumah Sakit Pemerintah 6. Praktek tenaga kesehatan D 2. Rumah Sakit Swasta 7. Pengobat Tradisional 3. Rumah Sakit Di Luar Negeri 8. Lainnya (Sebutkan... ) 4. Rumah Sakit Berialin/ Rumah Bersalin 9. Tidak Pemah menjalani rawat infp 7Cb01 5. Puskesmas 02 8erapa biaya yang dikeluarkan untuk rawat inap terakhir (dalam 5 tahun DD.DDd.DDD terakhir sebelurn survei)? Rp... ~" Darimana sumber biaya untuk rawat inap tersebut? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN I) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YAATAU 2=TIDAK a. Biaya sendiri D e. Askes Swasta D i. Kartu Sehat D b. PT ASKES (pegawai) D f. D Dana Sehat/ JPKM j. Pengganti_an biaya oleh perusahaan D c. PT ASTEK/ Jamsostek D D g. Askeskin k. Surat Keterangan Tidak Mampu/ SfSTM D d.asabri D h. Jarninan Kesehatan Pernda D I. D Surnber lain, Sebutkan ~ ~'- _.,... tuk pelayanan rawat inap yang t~ra~h_ir; oeth~li perillalaf ~alai!1 b~t~a.~~i. ase_e.k"?e_ng ~n pilihan ja_wa~an sbb:'. 1. SANGAT BAIK 2. BAIK 3.SEDANG 4. BURUK 5. SANGAT BURUK Bagaimana (NAMA) rnenilai lama waktu menunggu sebelum mendapat pelayanan rawat inap? D 05 Bagaimana (NAMA) menilai keramahan dari petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara? D 06 Bagaimana [NAMA] rnenilai pengalaman mendapatkan kejelasan tentang_informasi yang terkait dengan penyakitnya dari D petugas kesehatan? 07 Bagaimana (NAMA) menilai pengalaman ikut serta dalam pengambilan keputusan tentang perawatan kesehatan atau pengobatannya? D 08 Bagaimana (NAMA] menilai cara pelayanan kesehatan menjamin kerahasiaan atau dapat berbicara secara pribadi mengenai penyakitnya? D i09 Bagaimana [NAMA] menilai kebebasan memilih fasilitas, sarana dan petugas kesehatan? D 10 Bagaimana [NAMA] menilai kebersihan ruang rawat inap termasuk kamar mandi? D 11 Bagaimana [NAMA) menilai kemudahan dikunjungi_oleh keluarga atau teman ketika maslh dirawat di fasllitas kesehatan? D.. -

303 Cb01 Cb. KETANGGAPAN PELAYAN~N BEROBAT JALAN Dalam 1 tahun terakhir, dimana [NAMA] menjalani berobat jalan terakhir? 01. Rumah Saki! Pemerintah 06. Praktek tenaga kesehatan 02. Rumah Sakit Swasta 07. Pengobat Tradisional 03. Rumah Sakit Bersalin/ Rumah Bersalin 08. Lainnya (Sebutkan... ) 04. Puskesmas/ Pustu/ Pusling/ Posyandu 09. Di rumah 05. Poliklinik/ Balai Pengobatan Swasta 10. Tidak Pernah menjalani berobatjalan ~Cb10a Cb02 Berapa biaya yang dike'uarkan untuk berobatjalan terakhir (dalam 1 tahun terakhir sebelum survel)? Rp... DD.DOD.ODD DD Cb03 Darimana sumberbiaya untuk berobat jalan fersebut? (BACAKAN POINT a SAMPAI DEN~AN I) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Biaya sendiri D e. Askes Swasta D i. Kartu Sehat D b. PT ASKES (pegawai) 0 f. Dana SehaU JPKM 0 j. Penggantian biaya oleh perusahaan D c. PT ASTEK/ Jamsostek D D g. Askeskin k. Surat Keterangan Tidak Mampu/ SKTM D d. ASABRI D h. Jaminan Kesehatan Pemda D I. Sumber lain, Sebutkan... D Untuk pelayanan berobat j~lan yang terakhir, berilah penilalan dalam berbagai aspek dengan pllihan jawaban sbb: 1. SANGAT BAIK 2.BAIK 3. SEDANG 4. BURUK 5. SANGAT BURUK Cb04 Bagaimana [NAMA] menilai lama waktu menunggu sebelum mendapat pelayanan berobat jalan? Cb OS Bagaimana [NAMA] menilai keramahan dari petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara? D Cb06 Cb07 Bagaimana [NAMA] menilai pengalaman mendapatkan kejelasan tentang informasi yang terkait dengan penyakitnya dari petugas kesehatan? Bagaimana [NAMA] menilai pengaiaman ikut serta dalam pengambilan keputusan tentang perawatan kesehatan atau pengobatannya? Cb08 Bagaimana [NAMA] rnenilai-cara pelayanan kesehatan menjamin kerahasiaan atau dapat berbicara secara prlbadi mengenai penyakitnya? Cb09 Bagaimana [NAMA] menilai kebebasan memilih fasilitas, sarana dan petugas kesehatan? D Cb10 Bagaimana [NAMA] menilai kebersihan ruang pelayanan berobat jalan termasuk kamar mandi? ISIKAN KODE "7" JIKA TEMPAT MENJALANI BEROBAT JALAN (Cb01) "DI RUMAH" JIKA ART UMUR 0 4 TAHUN 7 G. IMUNISASI DAN PEMAN~AUAN PERTUMBUHAN Cb10a JIKA ART UMUR 5 9 TAHUN 7 XI. PENGUKURAN dan PEMERIKSAAN JIKA ART UMUR ~10 TAHUN 7 D. PENGETAHUAN, SIKAP dan PERILAKU ' D D D D D D. PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU~SEMUA ART UM~R <::: 10 TAHUN) PENYAKIT FLU BURUNG 001 Apakah [NAMA] pemah mendengar tentang penyakit flu burung pada manusia? 1. Ya 2. Tidak7 D04 ' D 002 Sebutkan melalui apa saja penularan kepada manusia? (POINT "a" SAMPAI "g" TIDAK DIBACAKAN). ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Udara D d. Kontak dengan unggas sakit D g. Lainnya, sebutkan D... b. Berdekatan dengan penderita D D e. Kontak kotoran unggas/pupuk kandang c. Lala! D f. Makanan o

304 3 Apa yang harus [NAMA] lakukan apabila ada unggas yang sakit atau mati mendadak? (POINT "a" SAMPAI "f" TIDAK OIBACAKAN). ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK /AIDS a. Melaporkan pada aparat terkait D c. Mengubur/membakar unggas yang sakit dan mati mendadak D e. Menjual D b. Membersihkan kandang unggas D d. Memasak dan memakan D f. Lainnya:... D Apakah [NAMA] mengetahui tentang HIV/AIDS 11. Ya 2. Tidak I D Penularaan virus HIV/AIDS ke manusia melalui : (POINT a SAMPAI DENGAN h TIDAK OIBACAKAN) ISIKAN KOOE JAWABAN OENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Hubungan seksual D d. Penggunaan pisau cukur secara bersarna-sama D g. Penularan dari ibu ke bayi selama hamil D b. Jarum sunlik D e. Penularan dari ibu ke bayi saat persalinan D h. Lainnya:... D c. Transfusi darah D f. Penularan dari ibu melalui AS! D Bagaimana mencegatr HIV/AIDS? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN f) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK ATAU 8=TIDAK TAHU a. Tidak berhubungan seksual dengan D c.tidak melakukan hubungan D e. Tidak menggunaan jarum orang yang bukan pasangan tetap seksual sama sekali suntik bersama D b.tidak berhubungan seksual dengan D d. Menggunakan kondom saat D f. Tidak menggunaan pisau pengguna narkoba suntik berhubungan seksual cukur bersama D Andaikan ada anggota keluarga [NAMA) menderita HIV/AIDS, apa yang akan dilakukan? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TlDAK ATAU B=TlDAK TAHU a. Merahasiakan D c. Konseling dan pengobatan o e. Mengucilkan D b. Membicarakan dengan anggota keluarga lain D d. Mencari pengobatan alternalif D ILAKU HIGIENIS Apakah [NAMA] mencuci tan~an ea~_ i sabun? (BACA~-~-91~J..?'. ~~MP.~I DENGAt-1 Q) _ ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIOAK a. Sebelum makan D c. Setelah buang air besar/ Setelah menceboki bayi D b. Sebelum menyiapkan makanan D d. Setelah memegang binatang (unggas, kucing, anjing) D Dimana [NAMA) biasa buang air besar? 1. Jamban 3. Sungai/danau~aut 5. Pantai/tanah lapang/ kebun/ halaman 2. Kolam/sawah/selokan 4. Lubang tanah 6. Lainnya:... a Apakah [NAMA] biasa menggosok gigi setiap hari? 11. Ya 2. Tidak D b Kapan saja [NAMA] menggosok gigi? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TlDAK a. Saat mandi pagi dan/ sore D c. Sesudah bangun pagi D e. Lainnya, sebutkan... D b. Sesudah makan pagi D d. Sebelum tidur malam D GGUNAAN TEMBAKAU Apakah [NAMA) rnerokok/ mengunyah tembakau selama 1 bulan terakhir? (BACAKAN PILIHAN JAWABAN) 1. Ya, setiap hari 3. Tidak, sebelumnya pernah Ya, kadang-kadang Tidak pernah sama sekali Berapa umur [NAMA) mulai merokok/ mengunyah tembakau setiap hari? lsikan DENGAN JIKA RESPONOEN MENJAWAB TIDAK INGAT Rata-rata berapa batang rokok/ cerutu/ cangklong (buah)/ tembakau {susur) yang [NAMA] hisap perhari? D D... tahun DD... batang DD

305 014 Sebutkan jenis rokok/ tembakau yang biasa {NAMA] hisap/ kunyah: (BACAKAN POINT a SAMPAI OENGAN h) ISIKAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK ATAU 8=TIDAK TAHU a. Rokok kretek dengan filter D d. Rokok linting D D g. Tembakau dikunyah (susur, nyirih, nginang) b. Rokok kretek tanpa filter D e. Cangkfong D D h. Lainnya:... c. Rokok putih D f. Cerutu D 015 Apakah [NAMA] biasa merokok di dalam rumah ke!ika bersama ART lain? 11. Ya Tidak~ f'.117 D 016 Berapa umur {NAMA] ketika berhen!i/ tidak merokok/ tidak mengunyah tembakau sama sekali? ISIKAN DENGAN "88" JIKA RESPONDE.N MENJAWAB TIDAK INqAT 017 Berapa umur {NAMA) ketika pertama kali rnerokok./ mengunyah tembakau? ISIKAN DENqAN "88" JIKA RESRONDEN MENJAWAB TIDAK INGAT ' ALKOHOt Catatan (GUNAKAN KARTU PERAGA): 1 satuan minuman standard yang mengandung 8-13 g etanol, mlsalnya terdapat dalam: 1 gelas/ botol kecil/ kaleng ( ml) bir 1 gelas kerucut (60 ml) aperitif 1 sloki (30 ml) whiskey 1 qelas kerucut (120 ml) anaaur > 018 Apakah dalam 12 bulan terakhir [NAMAJ mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol 1. Ya (minuman alkohol bermerk: contohnya bir, whiskey, vodka, anggur/ wine, dll dan minuman tradisional: contohnya tuak, poteng, sopi)? 2. Tidak Apakah dalam 1 bulan terakhir [NAMA) pernah rnengkonsumsi minuman yang mengandung alkohot? 1. Ya 2. Tidak ~ Dalam 1 bulan terakhir seberapa sering [NAMA] minum minuman beralkohol? (BACAKAN PILIHAN JAWABAN) 1. 5 hari atau lebih tiap rninggu hari!iap bulan hari tiap minggu 4. < 1x tiap bulan... tahun DD... tahun DD 021a Jenis minuman beralkohol yang paling banyak dikonsumsi: 11. Bir 3. anggur/wine 2. Whiskey/ Vodka 4. minurnan tradisional Ketika rninurn minuman beralkonol, biasanya beraparata-rata satuan minuman standar 021b... satuan [NAMA) minum dalam satu had? ISIKAN DENGAN "88" JIKA RESPOND.EN MENJAWAB TIDAK TAHU (GUNAKAN KARTU PERAGA) AKTIVITAS FISIK (GUNAKAN KARTU PERAGA) - Berikut adalah pertanyaan aktivitas fisik/ kegiatan jasmani yang berkaitan dengan pekerjaan, waktu senggang dan transportasi D D D D DD 022 Apakah [NAMA) biasa melakukan aktivitas fisik berat, yang dilakukan terus-menerus paling sedikit 1. Ya selama 10 menit setiap kali melakukannya? 2. Tidak Biasanya berapa hari dalam seminggu, [NAMA] melakukan aktivitas fisik berat tersebut?... hari D 024 Biasanya pada hari ketika [NAMA) melakukan aktivitas fisik berat, berapa total waktu yang digunakan... ~.jam untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut? D (ISi DALAM JAM DAN MENIT)... menit DD 025 Apakah [NAMA) biasa melakukan aktivitas fisik sedang, yang dilakukan terus-menerus paling sedikit 1. Ya selama 10 menit setiap kalinya? 2. Tidak ~ 028 D 026 Biasanya berapa hari dalam seminggu, [NAMA] melakukan aktivitas fisik sedang tersebut?... hari D 027 Biasanya pada hari ketika [NAMAJ melakukan aktivitas fisik sedang, berapa total waktu yang digunakan... jam D untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut? (ISi DALAM JAM DAN MENIT)... menit DD 028 Apakah [NAMA] biasa berjalan kaki atau menggunakan sepeda kayuh yang dilakukan terus-menerus 1. Ya paling sedikit selama 10 menit setiap kalinya? 2. \idak 7031 ' 029 Biasanya berapa hari dalam seminggu, [NAMA] berjalan kaki atau bersepeda selama paling sedikit hari menit terus-menerus setiap kalinya? D D D

306 30 Biasanya dalam seha~i. berapa total waktu yang (NAMA] gunakan untuk berjalan kaki atau bersepeda?... jam D (ISi DALAM JAM DAN MENIT)... menit ERILAKU KONSUMSI 1 Biasanya dalam 1 minggu, berapa hari [NAMA] makan buah-buahan segar? (GUNAKAN KARTU PERAGA) JIKA JAWABAN "O" 7 D33 2 Berapa porsl rata-rata [NAMA) makan buah-buahan segar dalam satu hari dari hari-hari tersebut? (GUNAKAN KARTU PERAGA) 3 Biasanya dalam 1 minggu, berapa hari [NAMAJ mengkonsumsi sayur-sayuran segar? (GUNAKAN KARTU PERAGA) JIKA JAWABAN "O" 7 D35 4 Berapa porsi rata-rata [NAMA] mengkonsumsi sayur-sayuran segar dalam sehari? (GUNAKAN KARTU PERAGA) TANYAKAN D35 TANPA KARTU PERAGA DAN ISIKAN KODE PILIHAN JAWABAN: 1. > 1 kali per hari kall per minggu 5. < 3 kali per bulan 2. 1 kall per harl kali per min1u1u 6. Tldak pernah 5a JIKA ART UMUR TAHUN-7 XI. PENGUKURAN dan PEMERIKSAAN JIKA ART UMUR ~15 T AHUN 7 E. DISABILIT AS/ KETIDAKMAMPUAN Sekarang saya akan menanyakan keadaan kesehatan menurut penliafan [N~MAis.i~~h:i~~.: -~. ~:-~.,~~ "\& Yang dimaksud dengan keadaan kesehatan disini adalah keadaan fisik dan mental[nama].,..., ~... ' ;,.'.!'.;,.,. ~ b '-'=<"'\ ~ ~=~~- '" -...:. ' ~,,,;,,s-.,,. - ~- E. DISABILITAS/ ' KETIDAKMAMPUAN (ART UMUR ~ rs TAHUN) - --~... : ~,.. NTUK PERT ANY AAN E01 - E11, BACAKAN PERT ANYAAN & E06 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa besar [NAMA) L TERNA TIF JAWABAN. ISIKAN KODE PILIHAN JAWABAN: merasc;ikan napas pendek setelah melakukaniatihan ringan. TIDAKADA 3. SEDANG. 5. SA NGA T BERA T Misalnya naik tangga 12 trap? D RINGAN 4. BERAT I 1 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] EO? Dalam 1 bulan terakhir, seberapa besar [NAMA] menderita melihat dan mengenali orang di seberang jalan batuk atau bersin selama 10 menit atau lebih dalam satu {kira-kira dalam jarak 20 meter) walaupun telah D serangan? menggunakan kaca mata/ lensa kontak? DD... hari D... porsi D... hari D... porsi D 35 Biasanya berapa kali (NAMA] mengkonsumsi makanan berikut: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN h) a. Makanani minuman manis D d. Jeroan {usus, babat, paru) D g.minuman berkafein {kopi, dll) D b. Makanan asin D e.makanan dibakar/dipanggang D h.bumbu penyedap {vetsin, kecap, trasi) D c. Makanan berlemak D f.makanan yang diawetkan D ;o-- D 2 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] E08 Oalam 1 bulan terakhir, seberapa sering [NAMA] melihat dan mengenali obyek sepanjang lengan/ jarak mengalami gangguan tidur (misal mudah ngantuk, sering baca (30 cm) walaupun telah menggunakan kaca D terbangun pada malam hari atau bangun lebih awal mata/ lensa kontak? daripada biasanya) 3 Oalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA) E09 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sering [NAMA) mendengar orang berbicara dengan suara normal mengalami masalah kesehatan yang mempengaruhi yang berdiri di sisi lain dalam satu ruangan, walaupun D keadaan emosi berupa rasa sedih dan tertekan? telah menggunakan ala! bantu dengar? D D 4 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA) E10 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa besar [NAMA) mendengar orang berbicara dengan orang lain dalam mengalami kesulitan berdiri dalam waktu 30 menit? ruangan yang sunyi, walaupun telah menggunakan D alat bantu dengar? 5 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa besar [NAMA) merasakan nyeri/ rasa tidak nyaman? D D E11 Dalam 1 bulan terakhlr, seberapa besar [NAMA] mengalami kesulitan berjalan jauh sekitar satu kilometer? D

307 UNTUK PERTANYAAN E12 - E20, BACA KAN PERT ANYAAN & AL TERNATIF JAWABAN. ISIKAN DENGAN KODE PILIHAN JAWABAN: 1. TIDAKADA 2. RINGAN 3. SEDANG 4. SULIT 5. SANGAT SULIT/ TIDAK DAPAT MELAKUKAN E12 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA) dapat D E17 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] mernusatkan pikiran pada kegiatan atau rnengingat berinteraksi/ bergaul dengan orang yang belurn dikenal sesuatu selarna 10 rnenit? sebelumnya? E13 E14 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA) membersihkan seluruh tubuh seperti mandi? Dalar.. 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA) mengenakan pakaian? D E18 D E19 Oalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA) dapat mlfmelihara persahabatan? Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] dapat melakukan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya sebagai anggota rumah tangga? E15 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA) dapat D E20 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] dapat mengerjakan p~ked~~m sehari-hari? berperan serta dalam kegiatan kemasyarakatan (arlsan, 'pengajian, keagamaan, alau kegialan lain)? E16 Dalam 1 bu Ian terakhlr, seberapa sulit [NAMA] dapat rnemahami pembicaraan orang lain? D UNTUK PERT ANY AAN E21 - E23, BACAKAN & ISIKAN DENGAN KODE 1=YA AT AU 2=TIOAK E21 Oalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] membutuhkan bantuan orang lain untuk merawat diri (makan, mandi, berpakaian,dll) D E22 E23 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA) membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas/ gerak (misalnya bangun tidur, berjalan dalam rumah atau keluar rumah}? Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] membutuhkan bantuan orang lain untuk berkomunikasi (berbicara dan dimengerti oleh lawan bicara)?. F. KESEHATAN MENTAL (SEMUA ART UMUR ;;:.; 15 TAHUN) DITANYAKAN UNTUK KONDISI 1 BULAN TERAKHIR Untuk lebih mengerti kondisi kesehatan [NAMA) 'kami akan mengajukan 20 pertanyaan yang memertckan jawaban "Ya" atau "Tidak". Kalau [NAMA] kurang mengerti kami akan membacakan sekali lagi, namun kami tidak akan menjelaskan/ mendiskusikan. Jika [NAMA) ada pertanyaan akan kita bicarakan setelah selesai menjawab ke 20 pertanyaan. ISIKAN DENGAN KODE 1=YA ATAU 2=TIDAK I F01! Apakah (Nt.\MA] sering menderita sakit kepala? lo F11 Apakah [NAMA] merasa sulit untuk menikmati kegiatan I - I i lo sehari-hari?! F02 Apakah (NAMA] tidak nafsu makan? F12 Apakah [NAMA) sulit untuk mengambil keputusan? D F03 Apakah [NAMA) sulit tidur? D F13 Apakah pekerjaan [NAMA) sehari-hari terganggu? D F04 Apakah [NAMA) mudah takut? D F14 Apakah [NAMA) tidak mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidup? D F05 Apakah [NAMA] merasa tegang. cemas atau kuatir? D F15 Apakah [NAMA] kehilangan minat pada berbagai hal? D I F06 Apakah tangan [NAMA) gemetar? D F16 Apakah [NAMA] merasa tidak berharga? D F07 Apakah pencernaan [NAMA) terganggu/ buruk? D F17 Apakah [NAMA] rnempunyai pikiran untuk rnengakhiri hidup? D I F08 Apakah [NAMA) sulit untuk berpikir jemih? D F18 Apakah [NAMA) merasa lelah sepanjang waktu? D F09 Apakah [NAMA) merasa tidak bahagia? D F19 Apakah [NAMA] mengalami rasa tidak enak di perut? D F10 Apakah [NAMA] menangis lebih sering? D F20 Apakah [NAMA] mudah lelah? D D D D 0 D D D PERIKSA KEMBALI, PERTANYAAN F01 SAMPAI DENGAN F20 HARUS TERJAWAB LANJUTKAN KE ~ BLOK XI. PENGUKURAN dan PEMERIKSAAN-

308 G. IMUNISASI DAN, PEMANJ AUAN PERTUMBUHAN (KHUSUS,ART UMUR UlAN/ BALITA) "' f: ' 01 a1. Umur [NAMA) dalam bulan I DD a2. Jika Umur (NAMA) < 1 bulan, tuliskan Umur dalam hari DD b. Tanggal lahir: (Tgl-Bln-Thn) DD-DD-DD 02 Dalam 6 buian terakhir, berapa kali [NAMA) ditimbang? I JIKA TDK PERNAH DITIMBANG, ISi KODE "00" ATAU JIKA "TIDAK TAHU", ISi KODE "88" -7 KE G04... kali DD 03 Dimana (NAMA) paling sering ditimbang? D 1. Di RS 2. Puskesmas/ Pustu 3. Polindes 4.Posyandu 5. Lainnya: Apakah dalam 6 bulan terakhir [NAMA) mendapatkan kapsul vitamin A (GUNAKAN KARTU PERAGA) 11. Ya 2. Tidak D 05 Apakah [NAMA] pernah mendapat imunisasi seperti: (INFORMASI DAPAT DIPEROLEH DARI BERBAGAI SUMBER) a. lmunisasi BCG terhadap TBC, yang biasanya mulai diberikan umur 1 hari dan disuntikkan di lengan atas atau paha serta meninggalkan bekas (scar)? b. Pada umur berapa [NAMA) diimunisasi BCG? {ISi HARi AT AU BULAN) (JIKA TIDAK TAH!J ISIKAN KODE "88" UNTUK HARi DAN BULAN) c. lmunisasi polio, cairan merah muda atau putih yang biasanya mulai diberikan umur 2 bulan dan diteteskan ke mulut? d. Pada umur berapa [NAMA) pertama kali diimunisasi polio? (JIKA TIDAK TAHU ISIKAN KODE "88" UNTUK BULAN) 2. Tidak -7 G05.c 1. Ya 8. Tidak tahu-7 G05.c D... Han DD... Bulan DD 2. Tidak -7 G05.f 1. Ya 8. Tidak tahu-7 G05.f D... Bulan DD e. Berapa kali {NAMA] diimunisasi polio?... :,- Kali D f. lmunisasi DPT yang biasanya disuntikkan di paha dan biasanya mulai 2. Tidak 7 G05.h 1. Ya diberikan umur 2 bulan bersama dengan imunisasi polio? 8. Tidak tahu 7 G,05.h g. Berapa kali [NAMA] diimunisasi DPT?... Kali.D h. lmunisasi campak yang biasanya mulai diberikan umur 9 bulan dan 2. Tidak 1. Ya disuntikkan di paha serta diberikan satu kali? 8. Tidak tahu i. lmunisasi Hepatitis B yang biasanya mu~ai diberikan umur 1 hari dan --Zr :fida~,~."g Ya -o disuntikkan _di paha? 8. Tidak.. tahu-s GOG j. Pada umur berapa [NAMA) pertama kali diimunisasi Hepatitis B? (ISi HARi ATAU BULAN)... HariDD.... BulanDD (JIKA TIDAK TAHU ISIKAN KODE "88" UNTUK HARi DAN BULAN) k. Berapa kali [NAMA) diimunisasi Hepatitis B?... Kali D 06 Di antara imunisasi yang [NAMA) dapatkan dalam dua tahun terakhir apakah 1. Ya 3. Tidak pemah imunisasi D ada yang diperoleh pada saat PIN? 2. Tidak 8. Tidak tahu 07 Apakah [NAMA] mempunyai KMS? {Minta ditunjukkan KMSJ Ya, dapat menunjukkan dengan catatan imunisasi. 3. Ya, tidak dapat rnenunjukkan -7G09 2. Ya, dapat menunjukkan tanpa catatan imunisasi 7G09 4. Tidak punya -7G09 Salin dari KMS, tanggal...../ bulan.../ tahun... imunisasi untuk setiap jenis imunisasi. TULIS 1881 DI KOLOM 'TGUBLN/THN', JIKA KARTU MENUNJUKKAN BAHWA IMUNISASI DIBERIKAN, TETAPI TANGGAU BULAN/ TAHUN-NYA TIDAK ADA. TULIS '99' JIKA IMUNISASI TIDAK DIBERIKAN a. BCG DD1DD1DD g. DPT2 DD1DD1DD D D D b. Polio 1 DD1DD1DD h. DPT3 DD1DD1DD c. Polio2 DD1DD1DD i. Campak DD1DD1DD d. Polio 3 DD1DD1DD j. Hepatitis B1 DD1DD1DD e. Polio4 DD1DD1DD k. Hepatitis B2 DD1DD1DD f. DPT1 DD1DD1DD I. Hepatitis 83 DD1DD1DD

309 G09 Apakah [NAMA] mempunyai buku KIA? 1. Ya, dapat menunjukkan dengan catatan imunisasi (Minta ditunjukkan Buku KIA} 2. Ya, dapat menunjukkan' tanpa catatan imunisasi 7 G11a 3. Ya, tidak dapat menunjukkan 7 G11 D 4. Tidak punya 7 Blok G11a G10 Salin dari Buku KIA, tanggal..../ bulan..../ tahun... imunisasi untuk setiap jenis imunisasi. TULIS '88' DI KOLOM 'TGUBLN/THN', JIKA KARTU MENUNJUKKAN BAHWA IMUNISASI DIBERIKAN, TETAPI TANGGAU BULAN/ TAHUN NYA TIDAK ADA. TULIS '99' JIKA IMUNISASI TIDAK DIBERIKAN DD1DD1DD I a.bcg g. DPT2 DD1DD1DD b. Polio 1 DD1DD1DD h. DPT3 DD1DD1DD c. Polio 2 DD1DD1DD i. Campak 1DD1DD1DD d. Polio 3 DD1DD1DD j. Hepatitis B 1 DD1DD1DD e. Polio4 DD1DD1DD k. Hepatitis 82 DD1DD1DD f. DPT1 DD1DD1DD I. Hepatitis 83 DD1DD1DD G11 Bila tidak dapat menunjukkan, siapakah yang menyimpan KMS/buku KIA tersebut? 1. Bidan/ tenaga kesehatan 2. Kader Posyandu 3. Lainnya... D JIKA ART UMUR 0-11 BULAN ~ LANJUT KE H01 G118 JIKAART UMUR BULAN 7 XI. PENGUKURAN dan PEMERIKSAAN, H. KESEHATAN BAYI (KHUSUS UNTUK BAYI BERUMUR < 12 BULAN). H01 Menurut Saudara, Bera! Sadan [NAMA] ketika lahir : 1. Sangat kecil 2. Kecil 3. Nonnal 4. Besar 5. Sangat Besar D H02 Apakah waktu lahir [NAMA] ditimbang 1. Ya 2. Tidak 7 HOS D H03 Bila H02=Ya. berat lahir [NAMA] dalam ukuran (gram): DODD H04 Darimana sumber informasi oerat [NAMA] lahir: 1. Buku KIA/ KMS/ catatan kelahiran 2. Pengakuan atau ingatan lbu/ ART lain D HOS Apakah ketika ibu mengandung bayi [NAMA] pernah memeriksakan kehamilan pada dokter, bidan, atau perawat? -~- 1 -:~ 1. Ya 2. Tidak 7 H07 D H06 Jika Ya, pelayanan kesehatan apakah yang diterima saat memeriksakan kehamilan pada dokter, bidan atau perawat? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN h) ISIKAN DENGAN KODE 1=YA ATAU 2=TIDAK ATAU 8=TIDAK TAHU a. Pengukuran tinggi badan D e. Pemberian imunisasi TT D b. Pemeriksaan tekanan darah D f. Penimbangan berat badan D c. Pemeriksaan tinggi fundus (perut) D g. Pemeriksaan hemoglobin D d. Pemberian tablet Fe D h. Pemeriksaan urin D HO? Apakah [NAMA] mendapat pelayanan kesehatan (dikunjungi/ mengunjungi) pada: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN b) a. 1-7 hari setelah lahir a.d ISIKAN OENGAN KODE 1=YA ATAU 2=TIDAK b hari setelah lahir b.d

310 I Lingkar perut Lingkar lengan atas (LILA). PEMERIKSAAN VISUS {K~US~~ ~RJ > 5 T~H~N) Apakah mata [NAMA] mengalami gangguan: (LAKUKAN PENGAMATAN]»s- ~'l-h~-~.itt.d"i' ~';. 1iW4,;i. ~\o!l-fk"~ >." '!'il'fl ;-""' :{. "!1! ~-:r -- ~ ', ~;,; r,, XI. PENGUKURA~:QA~ p~~frtksaan PENGUKURAN ANTHROPOMETRI, TEJ(ANAN daaafl; LINGKAR PERlJt! o4n L1L!A.~'' "'"'.. -~ SE M~A,µMUR 2a. Tinggi Badan/. Berat badan {kg) DDD.D Panjang Sadan (cm) Tekanan darah (mmhg)... cm KHUSUSWANITA USIA SUBUR (15-45 TAHUN) TERMASUK IBU HAMlt... cm DDD.D KHU SUS ART UMUR ~ 15 T AHUN.. DDD,D >.-}.;j.., KANAN KIRI ' ~- --- ' ' DD,D i.-. ~ ~ - ~.,; ~ a. Juling 1. Ya 2. Tidak a1.d 1. Ya 2. Tidak a2.d ~- - ~ ' b, Pterigium 1. Ya 2. Tidak -b , Ya -2~ Tidak - b2.d - c. Parut kornea 1. Ya 2. Tidak c1.d 1. Ya 2. Tidak c2.d.. :t- 'T't,_."".,, ;.- ',-.,,,. --;:::, ~ i..!',tr. t'.;f" ;F. --- ~ ;.~. ~~ ~, ' J.--~ 2b. Khusus untuk balita, Posisi Pengukuran TB/PB 1. Berdiri 2. T elentang PEMERIKSAAN 1 PEMERIKSAAN 2 PEMERIKSAAN 3 Hanya dilakukan bila selisih pengukuran a. Sistolik 1 b. Diastolik 1 d. Sistolik 2 e. Diastolik 2 tekanan darah 1 dan 2 > 10 mmha g. Sistolik 3 h. Diastolik 3 DOD DOD DOD DOD DOD DOD c. Nadi 1. DOD f. Nadi 2 DOD i. Nadi 3 ODD "- "">;_.;_ "ii- ~ - ;)'_,... " D d. Lensa keruh/katarak 1. Ya 2. Tidak d1.d 1. Ya 2. Tidak d2.d. Menggunakan kacamata uauh dan atau dekat)? 1. Ya 2. Tidak D MERIKSAAN VISUS: 1. Jika [NAMA] tidak menggunakan kacamata tetap lakukan pemeriksaan visus 2. Jika [NAMA] menggunakan kacamata, lakukan pemeriksaan visus dengan tetap memakai kacamata. T anpa Pinhole a. Kanan: 00,000 b. Kiri: DD1DDD. Dengan Pinhole a. Kanan: DD,DDD b. Kiri: DD1DDD TATAN UNTUK RESPONDEN YANG TIDAK DAPAT MELIHAT KARTU SNELLEN ATAU KARTU E 7 LAKUKAN HITUNG JARI: 1. Jika [NAMA] dapat melihat HITUNG JARI pada jarak 3 meter 7 TULIS 03/ Jika [NAMA) dapat melihat HITUNG JARI pada jarak 2 meter 7 TULIS 02/ Jika [NAMA] dapat melihat HITUNG JARI pada jarak 1 meter 7 TULIS 01/ Jika (NAMA) hanya dapat melihat GOYANGAN TANGAN pada jarak 1meter7 TULIS 01/ Jika [NAMA] hanya dapat mellhat SINAR SENTER 7 TULIS 01/ Jika [NAMA] tidak dapat melihat slnar (BUTA TOTAL)7 TULIS 00/000

311 PEMERIKSAAN GIGI PERMANEN (KHUSUS ART~ 12 TAHUN) 10. Berilah kode D,M, atau F pada setiap ruang dentogram di bawah ini: D (decayed)= gigi berlubang M (missing)= F (filling)= gigi telah dicabut/ tinggal akar gigi ditambal CATATAN: JIKA PADA GIGI YANG SAMA TERDAPAT LUBANG DAN JUGA TAMBALAN MAKA TULISKAN "OF" PADA SATU RUANG DENTOGRAM TERSEBUT (Ill) Kanan Kiri (IV) I 1 = lncisivus 1 (gigi seri 1) : 2 = lncisivus 2 (gigi seri 2) 3 = Caninus (taring) I DD I DUSI OLEH PENGUMPUL DAT A ~D-T rm-t DD I DD 4 =Premolar 1 (geraham kecil 1) 5 = Premolar 2 (geraham kecil 2) 6 = Molar 1 (geraham besar 1) PEMERIKSAAN DARAH DAN URIN 7 = Molar 2 (geraham besar 2) 8 = Molar 3 (geraham besar 3). 'j\,l ~r..,f. ::ff~;.. : ;;fi ~: ~"., 11. Apakah diambil spesimen darah 1. Ya 2. Tidak -7 KE Xl.13 atau KE CATATAN PENGUMPUL DATA I D 12. STIKER NOMOR DARAH TEMPEL STIKER DI SINI i 13 Apakan diambil Urin (khusus ART umur 6-12 thn) 1. Ya 2. Tidak-7 KE CATATAN PENGUMPUL DATA I D 14. STIKER NOMOR URIN TEMPEL STIKER DI SINI CATATAN PE'NGUMPUL DATA

312 RAHASIA RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS 2007) KUESIONl;R AUTOPSI VERBAL (AV) UNTUK UMUR < 29 HARi RKD07. AV1 I. PENGENALAN TEMPAT Prov Kab/ Kola Kee Desa/Kel D/K No Kode Sampel No. urut sam el RT 1a. Nama yang meninggal ',._. ' :t"' II: KETERANGAN YA~G ~EN!,~!3~f-L~~ ';~,, ' I."". I "'.!Jr. -!:t"" 1).. ' :,"" 1 b. No.urut yg meninggal: Kutip dari RKD07.RT Blok V kolom 2 D 2 Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan D 3 Tanggal Lahir. Tanggal _I bulan _I tahun _ DD/DD/DD 4 Tanggal meninggal Tanggal _I bulan_l tahun _ DD/DD/DD DD ika tanggal lahir dan tanggal yang meninggal sama, a~akah bayi ketika lahir sem(!at bemafas, merintih/menangis lemah atau bergerak? Jika TIDAK7 BAYI LAHIR MATI, tuliskan angka 98 pada P5a, Sb Jika YA 7 BAYI LAHIR HIDUP, tan a umur bayi saat meninaaal TULISKAN "88" BILA TIDAK TAHU 5 Umur saat meninggal a. jam DD b. hari DD 6 Di mana tempat meninggal? 1. Di fasilitas kesehatan 3. Di perjalanan 2. Di rumah 4. Lainnya, Ill. KARAKTERISTIK IBU NEONATAL (BILA IBU NEONATAL MENINGGAL, TANYAKAN KEPADA ART YANG MERAWAT BAYI/ YANG.NIEWAKILI)" ~ oo 1. Nomor urut responden (Kutip dari-rkd07;rt-bloldv lfolom 1) lsikan 00 iika responden tidak tinggal di rumah tangga lni Bagaimana kesehatan ibu neonatal saat ini? 1. Sehat 2. Saki! 3. Meninggal, penyebabnya 8. Tidak tahu D 3. Umur ibu pada saat melahirkan bayi yang meninggal? tahun DD 4. Berapa jumlah kehamilan (G), persalinan (P), keguguran (A) yang dialami ibu? G D PD A D 5. Siapa saja yang menolong ibu ketika meiahirkan bayi tersebut? a. Penolong Pertama b. Penolong T erakhir 1. Dokter 4. Family/keluarga 2. Bidan/Tenaga paramedis lainnya 5. Lainnya 3. Dukun D D DD D JIKA LAHIR MATI (JAWABAN BLOK II P 5A DAN P 58 ADALAH 98) 7 LANJUTKAN KE BLOK V P24 6. a. Berapa bulan umur bayi di kandungan? b. Bagaimana proses kelahiran bayi? c. Apakah bayi lahir normal atau dengan bantuan alat atau operasi? IVA.i<EADAAN BAYM{ETll<A-LAHfR'.,.._ -:--,... ~,'. ~~,:~' 1. Normal 1. Normal 2. Cepat 2. Vakum bu Ian 3. Lamalsulit 3. Operasi 0 I, IDD D

313 d. Apakah ada trauma lahir sehingga bayi terluka? Sebutkan 1. Ada, 2. Tidak ada 8. Tidak tahu D e. Apakah saluran nafas bayi dibersihkan segera setelah lahir? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D f. Apakah bayi dibedong segera setelah lahir? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D 7. a. Bagian tubuh apa yang pertama keluar ketika bayi lahir? 1. Kepala 2. Bokong/kaki 3. Bahu/tangan 8. Tidak tahu D b. Apakah bayi lahir kembar? 1. Tunggal 2. Kembar D 1. Gunting 3. Bambu 8. a. Tali pusar bayi dipotong dengan apa? D 2. SileVpisau 8. Tidak tahu b. Apakah tali pusar keluar sebelum bayi lahir? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D c. Apakah ada lilitan tali pusar di leher bayi? 1. Ada 2. Tidak ada 8. Tidak tahu D d. Tali pusar diobati dengan apa? 1. Tidak diberi apa-apa 3. Ramuan daunlabu 2. Alkohol/ betadine 8. Tidak tahu D 9. a. Apakah bayi segera menangis setelah lahir? 1. Segera 3. Tidak menangis -7 P9c 2. Lambat 8. Tidak tahu -7 P9c b. Jika menangis, apakah suaranya keras/ lemah? c. Bagaimana nafas bayi ketika lahir? 1. Keras 3. Merintih 2. Lemah 8. Tidak tahu 1. Normal 3. Tidak bernafas 2. Sesak nafas 8. Tidak tahu d. Apakah bayi bergerak aktif atau lumpuh/ lunglai? 1. Aktif 2. Lumpuh/lunglai 8. Tidak tahu e. Bagaimana warna kulit bayi ketika lahir? 1. Kemerahan 3. Kebiruan 8. Tldak-tahu 2. Puca! 4. Kuning f. Apakah warna air ketuban? 1. Jernih 3. Kehijauan 2. Keruh 8. Tidak tahu g. Apakah kulit bayi terkelupas? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu 10. a. Apakah bayi ditimbang segera setelah lahir? 1. Ya 2. Tidak -7 P10c 8. Tidak tahu ~ P10c D b. Jika ya, berapa berat badan bayi? gram -7 P11 I DODD 1. Sangat kecil 4. l.ebih besar c. Jika tidak ditimbang, apakah bayi sangat kecil, lebih kecil, rata-rata, lebih besar atau sangat besar? D 2. Lebih kecil dari rata-rata 5. Sangat besar 3. Rata-ratalnormal 8. Tidak tahu 11. Apakah bayi dilahirkan dengan cacat bawaan: (Tanyakan satu persatu kepada ibu/keluarga yang mendampingi) a. Bibir/langit-langit sumbing 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D b. Kepala besar (hidrosefalus) 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D. c. Tidak ada tulang kepala belakang (anencephalus) 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D d. Benjolan pada dinding perut sekitar pusar (omphalocele) 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D e. Tidak ada lubang dubur (atresia ani) 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D f. Lainnya (tuliskan) 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D IVB. KEADAAN BAYI KETIKA SAKIT [Jela$kan secara rinci SIFAT aan LAMA SAKIT Oam/hari)] 12. Ceritakan gejala awal dan utama bayi ketika sakit? (kejang, demam, tubuh dingin, sesak, muntah, lainnya) TANYAKAN DAN CATAT LAMANYA SAKIT ' Y+. ~ 2

314 13. a. Bagaimana suara tangisan bayi? 1. Normal 2. Melemah, hari 3. Tidak menangis, _ hari 4. Menangis dgn suara melengking tiba-tiba dan terus-menerus 8. Tidak tahu b. Apakah ubun-ubun bayi menonjol? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu 4. a. Apakah warna tubuh bayi? b. Apakah warna kaki/ tangan bayi? 1. Merah muda 3. Kebiruan 2. Pucat 4. Kuning 1. Merah niuda 3. Kebiruan 2. Pucat 4. Kuning 8. Tidak tahu 8. Tidak tahu c. Apakah kulit bayi bergelembung? 1. Ya, hari 2. Tidak 7 P15 8. Tidak tahu 7 P15 d. Jika ya, gelembung berisi apa? 1. Cairan jernih 2. Cairan keruh/nanah 8. Tidak tahu 5. a. Bagaimana sifat pernafasan bayi? 1. Nafas normal 2. Nafas cepat/ megap-megap, hari 8. Tidak tahu b. Apakah ada batuk? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu c. Apakah cuping hidung kembang kempis ketika nafas? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu d. Apakah ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam? 1. Ya. hari 2. Tidak 8. Tidak tahu 6. a. Apakah bayi kejang? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu b. Apakah bayi mengalami penurunan kesadaran? (bayi dibangunkan tetapi tidur terus) 1.Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu 7. Bagaimana keadaan mata bayi? 1. Normal, hari 4. Warna kuning, hari 2. Cekung, hari 8. Tidak Tahu 3. Belekan, hari 8. a. Apakah mulut bayi mencucu, seperti mulut ikan? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu b. Apakah bibir berwarna kebiruan? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu c. Apakah mengeluarkan air liur terus-meneru~? - ~-P(a~::_... harl_?. lid(!k - ~- - r -.. -_ :l-tidak. ta~u d. Apakah ada luka/bercak putih di dinding rongga mulut? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu 9. a. Apakah bayi demam? 1. Ya. hari 2. Tidak 8. Tidak tahu b. Apakah tubuh bayi dingin? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu 0. a. Apakah bayi muntah? 1.Ya, hari 2. Tidak7P21a 8.Tidak tahu-7 P21a b. Bagaimana muntah tersebut terjadinya? 1. Sehabis minum ASI, hari 2. Berulang-ulang, _hari 1. a. Apakah perut bayi kembung? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu b. Apakah tertihat ada benjolan di perut? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu 2. a. Apakah ada gangguan dalam buang air besar (BAB)? 1. Ya, hari 2. Tidak7P23a 8. Tidak tahu7p23a b. Jika ya, apakah gangguannya? 1. Diare, hari 2. Tidak bisa BAB, hari 3. a. Apakah diberi Air Susu lbu (ASI)? 1.Ya, hari 2. Tidak7P23c 8. Tidak tahu7p23c b. Bagaimana bayi mengisap ASI? 1. Kuat 2. Lemah 3. Tidak bisa mengisap c. Apakah diberikan minuman/rnakanan lain sebagai berikut? 1. Airputih 4. Air buah 7. Nasi Oawaban dapat leblh darl satu) 2. Air madu/gula 5. Susu formula 8. Lainnya, 3. Air tajin 6. Pisang 3

315 I g. V. AUTOPSI VERBAL KESEHATAN IBU NEONATAL KETIKA HAMIL DAN BERSALIN 24. Ketika ibu hamil, apakah mengalami komplikasi? Tanyakan satu persatu gangguan/komplikasi di bawah ini a. Tekanan darah tinggi dan atau bengkak 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D b. Perdarahan 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D c. Nyeri perut hebat 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D d. Pusing, lemah, lesu, kunang-kunang 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D e. lbu kurus (kurang energi kronis) 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D f. Demam 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D Sesak napas, asthma, sakit jantung 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D h. Radang paru, tuberculosis 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu l D i. Saki! kuning 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D j. Cedera/kecelakaan 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D k. Kejang 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D ' I. Lainnya, 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D l 25. Ketika ibu bersalin, apakah mengalami komplikasi? Tanyakan satu persatu gangguan/komplikasi di bawah ini a. Sulit ketika melahirkan 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D b. Perdarahan 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D c. Ketuban pecah dini 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D d. Kejang/ eklampsi 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D e. Tekanan darah tinggi 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D I! r. i~yeri perut hebat 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu l D '! 1 ;. Demam 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D I h. Sesak nafas 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D i I i. Lainnya 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D VI. RESUME RIWAYAT"SAKIT 1,..,..,'. 11 Jen is kelamin dan umur bayi ketika dikandung: VIA.BA YI USIA 0 28 HARi TERMASUK LAHIR MATI (DUSI OLEH PEWAWANCARA) }; ~~, ~ ~~ "'~:j: J Berat badan lahir: I Keadaan waktu lahir dan bagian tubuh yang keluar lebih dulu: I Riwayatsaklt: 4

316 VIB. RESUME KEADAAN IBU (DUSI OLEH PEWAWANCARA) mur ibu ketika melahirkan: PA: enolong persalinan: oses persalinan: mplikasi kehamilan: mplikasi persalinan: 6. Diagnosis Penyebab Kematian Bayi Usla 0 6 hart (dilsi oleh dokter) Kade ICD 10 a. Penyakit atau keadaan utama janin/bayi yang menyebabkan kematian: b. Penyakit atau keadaan lain janin/bayi yang menyebabkan kematian: c. Penyakit/keadaan utama ibu yang mempengaruhi kematian bayi d. Penyakit/keadaan lain ibu yang mempengaruhi kematian bayi DDD.D DDD.D DDD.D DDO-.D ~ , e. Keadaan relevan lain yang menyebabkarr kematiarr bayi/lairr, tetapr tidak berkaitan dengan penyakit/keadaan janin/bayi maupun ibunya: DDD.D 7. Diagnosis Penyebab Kematian Bayi Usia 7 hari - 28 hari (diisi oleh dokter) Kade ICD 10 a. Penyakit penyebab kematian langsung (Direct Cause) b. Penyakit perantara (Intervening antecedent cause) c. Penyakit penyebab utama kematian (Underlying cause of death) d. Penyakit yang berkontribusi terhadap kematian, tetapi tidak berhubungan dengan penyakit pada Rangkaian a-c DDD.D DDD.D DDD.D DDD.D Telah diperiksa oleh Ketua Tim, Nama:.. Tanda tangan:.. Tanggal:.. 5

317 RAHASIA RISET KE SE HAT AN DASAR (RISKESDAS 2007) KUESIONER AUTOPSI VERBAL (AV) UNTUK UMUR 29 hari ~ < 5 tahun RKD07.AV2 I. F!ENGENALANTEMPAT Prov Kab/ Kola Kee Desa/Kel D/K No Kode Sampel ---~-~-~--+~am No. urut el RT ' ;~ ~ ;,,......,:~...,-..,,,.f ~;;~~ ' -- \l'-~ ~ ~J '"ii, ~ -~ ' '. v~;~~ ~~{:*~ : ~;~~; ~~~~~. '; ' "":~ II. KETERANGAN-YANG MENINGGAl,. 1a Nama yang meninggal 1 b. No.urut yg meninggal:... Kutip dari RKD07.RT Blok V kolom 2 D 2 Jenis Kelamin. 1. Laki-laki 2. Perempuan D 3 Tanggal Lahir Tanggal _I bulan _/tahun_ DD/DD/DODD 4 Tanggal meninggal Tanggal J bulan _! tahun_ DD/DD/DODD 5 Umur saat meninggal a... hari (<30 hari) DD b... bulan (< 5 tahun) DD 6 Di mana tempat meninggal? 1. Di fasilitas kesehatan 3. Di perjalanan D 2. Di Rurnah '4. Lainnya, m: A~:fa!~1~Q!~=ra~i~~~~1~:!~~1~~fft i~!~i~r!~bunf:,, 1. a. Nomor urut responden (Kutip dari RKD07.RT Blok IV Kolom 1) lsikan 00 jika responden tidak tinggaj.di rumah tangga ini ~'-~j ~.,~,.;,;~~.,.y~ v >..":< r <, b. Menurut responden, apa penyebab kematian (Nr-.MA]? (termasuk keterangan dari perawat, bidan, dokter).. - c. Ceritakan riwayat sakit sebelum meninggal: Kutlp dari Blok I PENGENALAN TEMPAT RKD07.RT - 2. a. Apakah [NAMA] ketika lahir kecil atau berat badan kurang dari 2500 gram? 1. Ya 2. Tidak7P2c 8. Tidak tahu7p2c D b. Jika ya, berapa berat badan ketika lahir gram DODD c. Apakah [NAMA] lahir prematur? 1. Ya, bln 2. Tidak 8. Tidak tahu D 3. a. Apakah [NAMA) menderita cacat bawaan? 1. Ya 2. Tidak7P4a 8. Tidak tahu7p4a D b. Jika ya, sebutkan jenis cacatnya 4. a. Apakah [NAMA] minum ASI ketika sakit? 1. Ya, menyusu kuat 3. Tidak bisa rnenyusu 2. Ya, menyusu Lemah 4. Sudah tidak rninum ASI b. Jenis rninuman/ makanan apa lagi yang 1. ASI saja 6. Pisang diberikan? 2. Air madu/gula 7. Makanan bayi siap saji 3. Air putih 8. Bubur Oawaban dapat lebih darl satu) 4. Airbuah 9. Nasi 5. Susu formula 10. Lainnya,

318 c. Apakah [NAMA] pernah diimunisasi sebagai berikut: Diptheri, Pertusis, Tetanus 1. Ya, usia _,, bulan 2. Tidak 8. Tidak Tahu Campak 1. Ya, usia bu Ian 2. Tidak 8. Tidak Tahu Hepatitis 1. Ya. usia bu Ian 2. Tidak 8. Tidak Tahu d. Apakah [NAMAJ ada parut BCG 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak Tahu 5. a. Apakah (NAMA] mengalami demam sebelum meninggal? b. Bagaimana sifat demamnya? c. Apakah (NAMA] pemah periksa darah utk mengetahui sakit malaria? 1. Ya, hr 2. Tidak -7 P6 8. Tidak tahu 7 P6 1. T erus menerus 3. Menggigil 2. Naik turun 4. Berulano disertai kerincat malam 8. Tidak tahu 1. Ya 2. Tidak -7 P6 8. Tidak tahu 7 P6 d. Bagaimana hasilnya? Jika positif, kapan diperiksa? 1. Positif, hr 2. Negatif 8. Tidak tahu e. Jika positif malaria, apakah diberl obat? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu 6. Apakah [NAMA] kejang? 1.Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 7. a. Apakah [NAMA] batuk? 1.Ya, hr - bin 2. Tidak-7 PS 8. Tidak tahu-s PS b. Jika ya, apakah sifat batuknya 1. Kering 3. Batuk terus menerus 2. Berdahak 8. Tidak tahu c. Apakah pernah minum obat anti TBC yang menyebabkan air seni berwarna merah? 1. Ya, bin 2. Tidak 8. Tidak tahu Jika ya, kapan obat mulai diberikan? 8. Apakah [NAMA] sesak nafas/ sulit bernafas? 1. Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 9. Apakah [NAMAJ nafas dengan cepat? 1. Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 10. Apakah dinding dada bagian bawah tertarik ke dalam sewaktu menarik nafas? 1.Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 11. Apakah [NAMA] sakit di daerah perut? 1.Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu I 12. a. Apakah [NAMA] muntah-muntah? 1. Ya, hr 2. Tidak-7 P13 8. Tidak tahu7p13 b. J1ka ya, apakah muntah disenai dengan darah berwarna kehitaman? 1. Ya, hr 2. Tida~ 8. Tidak tahu 13. a. Apakah ada benjolan di sekitar leher? 1. Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu - -- b. Apakah ada benjolan yang tidak normal di perutnya? 1.Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 14. Apakah perut [NAMA] membesar/membuncit? 1.Ya, hr - bin 2. Tidak 8. Tidak tahu 15. a. Apakah [NAMA] diare? 1.Ya, hr 2. Tidak7P17 8. Tidak tahu-7 P17 b. Apakah diare disertai lendir dan atau darah? 1. Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 16. Apakah mata (NAMA] cekung/ haus/ kulit mengkeruu tidak 1. Ya, hr 2. Tidak 8. Tidaklahu I kencino? 17. a. Apakah [NAMAJ kurang gizi sebelum sakit? 1.Ya, bin 2. Tidak 8. Tidak tahu b. Apakah dalam beberapa bulan terakhir sebelum 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu menincqal berat badan (NAMAl tidak naik? c. Apakah (NAMAJ tertihat pucat terutama di bibir atau 1. Ya. hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu tetapak tancan? d. Apakah [NAMA] luka/sariawan di rongga mulut? 1.Ya, hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu 18. Apakah warna putih mata jadi kuning? 1. Ya, hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu 19. Apakah tubuh [NAMA] berwarna biru setelah beraktifitas 1. Ya, hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu atau menanqis? 20. Apakah muka (NAMA] bengkak. terutama kelopak mata? 1.Ya, hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu 21. Apakah seluruh tubuh [NAMA] bengkak? 1.Ya, hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu 22. Apakah pergelangan kaki/persendian lain bengkak? 1. Ya, hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu 2

319 23. Apakah [NAMA] menderita campak sebelum meninggal? 1.Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 24. Apakah ada bintik-bintik merah di kulit? 1. Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 25. Apakah [NAMA] mimisan? 1.Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 26. Apakah [NAMA] sering ngantuk bukan pd jam tidur? 1. Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 27. Apakah [NAMA] kaku kuduk (kaku di leher)? 1.Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 28. Apakah [NAMAJ mengeluh sakit kepala? 1. Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 29. Apakah seluruh tubuh [NAMA] kaku? 1. Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 30. Apakah [NAMA] mengalami penurunan kesadaran? 1. Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 31. Apakah (NAMA) mengalami lumpuh satu atau dua tungkai? 1. Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 32. Apakah [NAMA) mengalami gangguan kencing? 1. Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 33. Apakah kencing bercampur darah? 1. Ya, hr 2. Tidak 8. Tidak tahu a. Apakah [NAMA) pernah digigit anjing 6 bulan sebelum 34. menlnocal atau oleh binatano lainnva? b. Jika ya, sebutjenis binatang apa (anjing, kera, ular, kalajenokino, dill? 35 a. Apakah [NAMA) pernah cedera karena kecelakaan lalu lintas atau lainnya Oatuh, tenggelam, terbakar, dll)? b. Jika ya, sebut jenis kecelakaan dengan rinci c. Jika ya, sebut jenis cedera 1.Ya, hr 2. Tidak-7 P35 8. Tidak tahu-7 P35 1.Ya, hr_ bin 2. Tidak -7 IV 8. Tidak tahu -7 IV IV.. RESUME RIWAY ~T SAKIT BM'll BAUT:tt(DllSl~Olif;l!'~J:WAWt\N~~JA) t ~ '" ",~, '!<" -- 7_ ;._ ~ '" Umur balita: Berat badan lahir: gram Prematur/ Cukup bulan: Cacat bawaan: r- : 1'.,.i:,. ~~.ii.< ~' ~-~ Riwayat sakit (tanda, gejala, lama saklt); _ - - _ Diagnosis Penyebab Kematian Bayi/ Balita (29 hari - < 5 tahun) (01151 OLEH DOKTER) Kade ICD 10 a. Penyakit penyebab kematian langsung (Direct Cause) b. Penyakit perantara (Intervening antecedent cause) c. Penyakit penyebab utama kematian (Underlying cause of death) d. Penyakit yang berkontribusi terhadap kematian, tetapi tidak berhubungan dengan penyakit pada rangkaian a-c DDD.D DDD.D DDD.D DDD.D Telah diperlksa oleh Ketua Tim, Nama:.. Tanda tangan:. Tanggal: _ 3

320 RAHASIA RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS 2007) KUESIONER AUTOPSI VERBAL (AV) UNTUK UMUR 5 TAHUN KE ATAS RKD07.AV3 Prov Kab/ Kola Kee Desa/Kel I. PENGENALAN TEMPAT D/K No KMe Sampel ---- ~... ; II. KETERANGAN YANG MENINGGAL.-._ } ".. -~, :: r:..?~:~.:; 1b. No.urut yg meninggal:... 1a Nama yang meninggal Kutip darl RKD07.RT Blok V kolom 2 D 2 Jenis Kelamin. 1. Laki-laki 2. Perempuan D 3 Tanggal Lahir Tanggal _I bulan _/ tahun _ DD/DD/DODD 4 Tanggal meninggal Tanggal _I bulan _/ tahun _ DD/DD/DODD 5 Umur saat meninggal -- tahun DD 6 Di mana tempat meninggal?. D 1. Di fasilitas kesehatan 3. Di perjalanan 2. Di Rumah 4. Lainnya.. -~ ~ ~~ "'..,,,.... ~~~''!''!"' #' ~ 111. AUTOPs1 ver.aai: R'1wAYArSAK1r 1i1 A. A1Jfops1 ~ERBAL 1.Tr-nui<-y'M,Li~ :s iah~(:ln KE AT As,, Jela.!lk~IO ~_g_ciri!j]!_lfi_ ~l.f.~t d~~~~~~ -~A!SIT_ 0~~[ h.,arj) ', - e '...:",.'ef_;..~. -~ ~;,.... t:.., '1-<i I~:: ;j( ~- ><..,_.,.,,,.J:,, a. Nomor responden (Kutip dari R'K007,R;"Blol{ IV Kol~m 1) ~sikan 00 j;ka ~espond~~ tid~~ tinggal di rumah tangga ;ni ~... ~ b. Menurut responden, apa penyebab kematiannya? (termasuk keterangan dari perawat dan dokter) c. Ceritakan riwayat sakit sebelum meninggal: Kutip dari Blok I PENGENALAN TEMPA'f RKD07.RT ""'l! 1. Apakah [NAMA) demam/ panas tinggi sebelum meninggal? 1. Ya,.hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 2. a. Bagairnana sifat demarnnya? b. Apakah (NAMA] pernah periksa darah utk rnengetahui sakit malaria? 1. T erus rnenerus 3. Naik turun disertai menggigil 8. Tidak tahu 2. Naik turun 4. Berulang disertai keringat malam 1. Ya 2. Tidak 7P3 8. Tidak tahu 7 P3 c. Bagaimana hasilnya? Jika positif, kapan diperiksa? 1. Positif, hr 2. Negatif 8. Tidak tahu d. Jika Qositif malaria, apakah diberi obat? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu Apakah [NAMA] sesak nafas ketika melakukan pekerjaan Ya, _hr _bin 2. Kadang-kadang 8. Tldak/ Tidak tahu rinoan? 4. Apakah [NAMA] sesak nafas ketika tidur sehingga harus diganjal 1.Ya,_hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu denqan beberapa bantal? 5. Apakah [NAMA] pernah mengeluh jantung berdebar-debar? 1.Ya,_hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu 6. Apakah seluruh tubuh [NAMA] bengkak? 1.Ya,_hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu

321 7. Apakah pergelangan kakinya bengkak? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu 8. Apakah persendian lainnya bengkak? 1.Ya,_ hr - bin 2. Tidak 8. Tidak tahu 9. Apakah (NAMA] nafasnya berbunyi/ mengi? 1. Ya, _hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu 10. Apakah [NAMAJ batuk lebih dari 2 minggu? 1. Ya,.bin 2. Tidak7P12 8. Tidak tahu -7P12 1. Kering 3. Dahak + darah 11. Jika ya, bagaimana sifat batuknya? 8. Tidak tahu 2. Berdahak 4. Ada darah Apakah [NAMAJ pernah rninum obat anti TBC yang Ya,_hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu menvebabkan air seni berwarna merah? a. Apakah [NAMAJ mengeluh nyeri dada hebat? 1. Ya 2. Tidak7P14 8. Tidak tahu-7p14 b. Jika ya, di bagian mana? 1. Kanan 2. Tengah 3. Kiri 8. Tidak tahu c. Bagaimana sifat nyerinya? 1. Hilang timbul 2. Terus-menerus 8. Ttdak tahu 14. Apakah [NAMA] nafasnya pendek-pendek dan cepat? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu 15. Apakah ada tarikan dinding dada bagian bawah ketika bernafas? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu 16. Apakah (NAMA) perokok berat? Berapa lama merokok? 1. Ya,_thn 2. Tidak 8. Tidak tahu 17. a. Apakah (NAMA] menderita diare? 1. Ya, _hr _bin 2. Tidak 7 P19 8. Tidak tahu-7 P19 b. Jika ya, apakah tinja bercampur dengan darah dan lendir? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu 18. Apakah (NAMA) kekurangan cairan tubuh? 1. Ya,_hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 19. Apakah (NAMA) mengeluh sulit menelan? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu 20. Apakah [NAMA) sakit kepala? 1. Ya, _hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu 21. a. Apakah [NAMA] ada gangguan Buang Air Kecil (BAK)/ 1. Ya, _hr_bln 2. Tidak 7 P22 8. Tidak tahu-7 P22 kencing? 1. Tak dapat BAK 3. Ngompol b. Jika ya, gangguannya apa? - 8. Tidak tahu 2. Sedikit-sedikit 4. lainnya, Apakah [NAMA] nyeri ketika BAK/kencing? 1. Ya, _hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu 23. Apakah air seninya berwarna merah? 1. Ya, _hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu 24. Apakah [NAMA) banyak makan, minum, dan sering BAK/ kencinq? 1. Ya, _bln_thn 2. Tidak 8. Tidak tahu 25. Apakah [NAMA] pernah ada Iuka yang sulit sembuh? 1. Ya, _bln_thn 2. Tidak 8. Tidak tahu 26. Apakah (NAMA] ada rasa kesemutan di kaki/ tangan? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidal< tahu a. Apakah [NAMA) mengalami nyeri perut? 1. Ya. - hr - bin 2. Tidak 7 P28 8. Tidak tahu-7 P28 b. Jika ya, pada perut bagian mana? 1. Di alas 2. Di bawah 3. Seluruh perut 8. Tidak tahu 28. a. Apakah ada benjolan di perutnya (tumor)? 1. Ya,_ hr - bin 2. Tidak 7 P29 8. Tidak tahu-7 P29 b. Jika ya, pad a perut bagian mana? 1. Di atas 2. Di bawah 3. Di tengah 8. Tidak tahu 29. a. Apakah perut (NAMA] membunciu membesar? t Ya, _hr _bin 2. Tidak 7 P30 8. Tidak tahu-7 P30 b. Jika ya. bagaimana timbulnya? 1. tiba-tiba < 1 minggu 2. bertahap?, 1 minggu 8. Tidak tahu 2

322 30. a. Apakah [NAMA] muntah-muntah ketika sakit? 1. Ya,_hr 2. Tidak -7 P31 8. Tidak tahu-7 P31 b. Jika ya, apakah muntahnya campur darah? 1. Ya,_hr 2. Tidak 8. Tidak tahu 31. Apakah [NAMA] bicara kacau selama sakit parah? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu 32. a. Apakah [NAMA] mengalami penurunan kesadaran? 1. Ya, _hr _bin 2. Tidak 7 P33 8. Tidak tahu-7 P33 b. Jika ya, bagaimana proses penurunan kesadaran? 1. Mendadak 2. Bertahap beberapa hari 8. Tidak tahu ~ 33. a. Apakah a~a bagian tubuh [NAMA] yang lumpuh? 1. Ya, _hr _bin 2. Tidak 7 P34 8. Tidak tahu-7 P34 b. Jika ya, bagian tubuh mana yang lumpuh? 1. Lengan kanan Oawaban dapat lebih dari satu) 2. Lengan kiri 3. Tungkai kanan 4. Tungkai kiri 34. a. Apakah seluruh tubuh (NAMA] kaku? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu b. Apakah ada kaku kuduk? 1. Ya, _hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu 35. a. Apakah [NAMA] medderita kejang? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak-7 P36 8. Tidak tahu-7 P36 b. Jika ya, berapa kali dalam sehari kejang?.kali/ hari 36. Apakah berat badan [NAMA] turun secara mencolok sebelum menini:mal? 37. Apakah [NAMAI mengalami sariawan luas di mulut sebelum meninocal? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu 1. Ya,_hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu 38. a. Apakah [NAMA] menderita penyakit kulit? 1. Ya, _hr _bin 2. Tidak7P38c 8. Tidak tahu7p38c b. Jika ya, jelaskan gejala yang timbul pada kulit c. Apakah ada benjolan di sekitar leher 1. Ya,_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu 39. Apakah [NAMA] tampak pucat? 1.Ya,_ hr - bin 2. Tidak 8. Tidak tahu -~. 40. Apakah muka [NAMA] bengkak/ sernbab? Apakah mata [NAMA] berubah jadi kuning? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu =t Ya: -= - hr-=:::::b1n--.. 2;-t1dar-.. -T-ridak'fahu ~ a. Apakah [NAMA] pernah cedera akibat kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan lainnya Oatuh, tenggelam, terbakar, ditusuk, 1. Ya, _hr_bln 2. Tidak-7P43 8. Tidak tahu-s P43 keracunan, dll? b. Jika ya, sebut jenis kecelakaan dengan rinci c. Jika ya, sebut jenis cedera (patah tulang, gegar otak dll) 43. a. Apakah [NAMA] pernah digigit oleh anjing 6 bulan sebelum rneninqqal atau oleh binatanq lainnya? b. Jika ya, sebut jenis binatang (kera, aniinq, ular, kalaienqkinq, seranoqa lain) 1. Ya, _hr_bln 2. Tidak7P44 8. Tidak tahu-7 P44 44 Jika YANG MENINGGAL adalah Perempuan Umur 10 Tahun Ke Atas Jika YANG MENINGGAL adalah Lakl-Lakl Umur 15 Tahun Ke Atas Jika YANG MENINGGAL adalah Perempuan Umur 5-9 Tahun atau Laki-Laki Umur 5-14 Tahun 7 IV.RESUME... ~~ Ya, _hr _bin 2. Tidak 1. Ya, _hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu 8. Tidak tahu 3

323 47. a. Apakah [NAMA] mengalami perdarahan dari jalan lahir di luar siklus menstruasinya? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu b. Jika ya, apakah perdarahan masih terus sampai meninggal? 1.Ya,_hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu 48. Apakah [NAMA] mengeluarkan cairan tidak normal dari jalan lahir? 1. Ya, _hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu Jika YANG MENINGGAL adalah Perempuan Umur Tahun PERNAH KAWIN 7 lllc Jika YANG MENINGGAL adalah Perempuan Umur Tahun BELUM KAWIN 7 P.67 Jika YANG MENINGGAL adalah Perempuan Umur 55 Ke Atas < Y:..-.: tic,~- ~11J~4Wi!~~rm~iil~!\~i<i~t!\lMm.f.~~gKtt~~Wl~.u~uR~t<i1,~~ ~~H.u~. ~-;t,r l... :/.~, -~ I.! ',~ 49. Apakah [NAMA] meninggal ketika sedang hamil? 1. Ya, bln 2. Tidak 7 P52 8. Tidak tahu 7 P Apakah [NAMA] menderita tekanan darah tinggi ketika hamil (dikatakan oleh tenaga medis) atau kejang?,,~~l t j i:~~~'~i-~~. : 0 1. Ya, hamil _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu ;.,.~ t Apakah [NAMA] mengalami perdarahan hebat ketika hamil? 1. Ya, hamil_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu LANJUTKAN KE P Apakah [NAMA] mengalami keguguran (umur kehamilan < Ya 7 P67 2. Tidak 8. Tidak tahu minggu/ 5 bulan) sebelum meninggal? 53. Apakah (NAMAJ meninggal pada saat melahirkan? 1. Ya 2. Tidak 7P60 8. Tidak tahu 7 P Apakah (NAMAJ demam tinggi saat melahirkan? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu 55. Apakah [NAMA] kejang saat melahirkan? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu 56. Apakah {NAMAJ mengalami perdarahan banyak sebelum bayi lahir? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu 57. Apakah [NAMA) sulit/ lama (lebih dari 12 jam) ketika melahirkan? 1.Ya,_jam 2. Tidak 8. Tidak tahu i 58. Apakah ari-arinya sulit lahir? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu I 59. Apakah (NAMAJ mengalami perdarahan banyak (lebih dari 3 kain) 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu setelah bayi lahir? I LANJUTKAN KE P65a - I r 60. Apakah [NAMA] meninggal setelah ari-ari keluar sam12ai 60 hari? 1. Ya, hari ke _ 2. Tidak-7 P67 l 8. Tidak tahu 7 P67a 61. Apakah (NAMA] kejang setelah ari-ari keluar sampai 60 hari? 1. Ya, hari ke _ 2. Tidak 8. Tidak tahu 62. Apakah (NAMA] perdarahan setelah ari-ari keluar sampai 60 hari? 1. Ya, hari ke _ 2. Tidak 8. Tidak tahu 63. Apakah [NAMAJ demam tinggi setelah melahirkan? 1. Ya, hari ke _ 2. Tidak 8. Tidak tahu f-- l 64. Apakah ada cairan berbau busuk keluar dr jalan lahir setelah 1. Ya, hari ke_ 2. Tidak 8. Tidak tahu melahirkan? 65. a. Siapa saja yang menolong persalinan? 1. Dukun 2. Bidan 3. Dokter 4. Keluarga b. Dengan cara apa bayi dilahirkan? 1. Lahir spontan 3.0peasi Sectio 7 P66a 2. Vakum-7 P66a 8. Tidak Tahu 7 P66a c. Pada waktu bayi lahir, bagian tubuh mana yang keluar lebih 1. Kepala 3. Lengan/ kaki dahulu? 2. Bokong 8. Tidak tahu 66. a. Apakah (NAMA] melahirkan tunggal atau kembar? 1. Tunggal 2. Kembar - b. Bagaimana kondisi bayi [NAMA] setelah lahir? 67 Jika YANG MENINGGAL adalah Perempuan Umur 15 Tahun Ke Atas Jika YANG MENINGGAL adalah Perempuan Umur Tahun 7 IV.RESUME 1. Hidup 3. Kembar, satu bayi meninggal 2. Meninggal 4. Kembar, semua bayi meninggal 4

324 , o. t1urops1 versa:ttitjru'klaki:bft.1<1 Ar Au PEREM~uAN va'~g;ag~lltlutt1i;rahi.i~'k.'e~~i~~ ~ ~#"'"~ e<; I: ~.. ~ ;,fl.;;:1.. ~ ):"'.7 T,.,, -/;""...,:;;!!' 1'1'-... :: ".a,., 68 Apakah {NAMA] mempunyai riwayat/ pernah sakit: Jika ya, berapa lama? a. Darah tingg ii sakit jantung 1.Ya,_ bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D b. Kencing manis 1. Ya,_bln_thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D c. Sakit radang sendi ( artritis) 1. Ya,_ bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D d. Sakit lambung/ maag 1. Ya, _bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D e. Sakit kuning 1. Ya, _ bin _ thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D f. Tuberkulosis/ Flek paru 1. Ya,_bln _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D g. Asthma 1. Ya, _bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D h. Kegemukan (Obesitas) 1.Ya,_ bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D i. Tumor/'kanker 1.Ya, _ bin _ thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D j. Peminum alkohol kronik 1.Ya,_ bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D k. Pengguna narkoba suntik atau pil 1.Ya,_bln _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D IV. RESUME RiWAYAT-SAKIT STAHUN KEATAS (9hSl'OLEHR~WAWANo~ Umur almarhum/ah: Jenis kelamin: Penyakit yang diderita dan lamanya (Blok Ill D): Riwayat sakit (Blok Ill A C. untuk tanda, gejala, lama sakit ): s." - ~ 69. Diagnosis Penyebab Kematian Umur 5 Tahun Ke atas (diisi oleh dokter) Kode ICD 10 a. Penyakit penyebab kematian langsung (Direct Cause) b. Penyakit perantara (Intervening antecedent cause) c. Penyakit penyebab utama kematian (Underlying cause of death) d. Penyakit yang berkontribusi terhadap kematian, tetapi tidak berhubungan dengan penyakit pada rangkaian a c DDD.D DDD.D DDD.D DDD.D Telah diperiksa oleh Ketua Tim, Nama: _ Tanda tangan: _ 5 Tanggal:

325

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2008

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2008 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2008 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009 Buku Laporan Riset Kesehatan Dasar

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2008 Buku Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. wb. Puji

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2007

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2007 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2007 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009 Buku Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2007

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2007 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2007 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009 i KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI BENGKULU TAHUN 2007

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI BENGKULU TAHUN 2007 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI BENGKULU TAHUN 2007 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009 Assalamu alaikum wr. wb. KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2007

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2007 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2007 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. wb.

Lebih terperinci

Riset Kesehatan Dasar

Riset Kesehatan Dasar Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 LAPORAN PROVINSI RIAU Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia Desember 2008 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI BALI TAHUN 2007

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI BALI TAHUN 2007 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI BALI TAHUN 2007 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009 i Buku Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI PAPUA TAHUN 2007

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI PAPUA TAHUN 2007 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI PAPUA TAHUN 2007 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009 i KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. wb. Puji syukur

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI MALUKU TAHUN 2008

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI MALUKU TAHUN 2008 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI MALUKU TAHUN 2008 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009 Buku Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009 i KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. wb. Puji syukur

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI DI YOGYAKARTA TAHUN 2007

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI DI YOGYAKARTA TAHUN 2007 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI DI YOGYAKARTA TAHUN 2007 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009 Buku Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

Lebih terperinci

Riset Kesehatan Dasar: (Riskesdas) Data Dasar dan Indikator Kesehatan. Badan Litbangkes, Depkes

Riset Kesehatan Dasar: (Riskesdas) Data Dasar dan Indikator Kesehatan. Badan Litbangkes, Depkes Riset Kesehatan Dasar: (Riskesdas) Data Dasar dan Indikator Kesehatan Badan Litbangkes, Depkes Rakerkesnas, Surabaya 21-22 Oktober 2008 VISI: Masyarakat Yang Mandiri Utk Hidup Sehat MISI: Membuat Rakyat

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI SULAWESI TANGAH TAHUN 2007

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI SULAWESI TANGAH TAHUN 2007 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI SULAWESI TANGAH TAHUN 2007 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. wb.

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI RIAU TAHUN 2007

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI RIAU TAHUN 2007 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI RIAU TAHUN 2007 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. wb. Puji syukur

Lebih terperinci

Jakarta, Desember 2008

Jakarta, Desember 2008 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. wb. Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunianya, laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dipersiapkan sejak tahun

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. wb. Puji

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2007

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2007 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2007 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. wb.

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2008

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2008 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2008 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009 Buku Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2007

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2007 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2007 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009 Buku Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2007

LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2007 LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2007 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2009 i KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. wb.

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan METODE PENELITIAN Data yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Riskesdas 2007 diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Gorontalo

Lebih terperinci

No. ISBN: Survei Kesehatan Nasional. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Volume 3. Daftar Isi i

No. ISBN: Survei Kesehatan Nasional. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Volume 3. Daftar Isi i No. ISBN: 979-8270-44-4 Survei Kesehatan Nasional Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004 Volume 3 Sudut Pandang Masyarakat mengenai Status, Cakupan, Ketanggapan, dan Sistem Pelayanan Kesehatan BADAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tesis ini merupakan data sekunder gabungan yang berasal dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 (Susenas 2007) dan

Lebih terperinci

Judul Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) SULAWESI BARAT Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Judul Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) SULAWESI BARAT Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Judul Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) SULAWESI BARAT 2007 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. wb. Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan,

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 1 Jumlah kabupaten/kota 8 Tenaga Kesehatan di fasyankes Kabupaten 9 Dokter spesialis 134 Kota 2 Dokter umum 318 Jumlah 11 Dokter gigi 97 Perawat 2.645 2 Jumlah

Lebih terperinci

Penjelasan umum Riset Kesehatan Dasar 2013

Penjelasan umum Riset Kesehatan Dasar 2013 Penjelasan umum Riset Kesehatan Dasar 2013 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Riskesdas 2013: Pengertian Riset berbasis masyarakat untuk menyediakan informasi indikator

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

4203002 2 Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012 PROFIL KESEHATAN ffiu DAN ANAK 2012 Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012 ISSN: 2087-4480 No. Publikasi: 04230.1202 Katalog BPS: 4203002 Ukuran Buku: 18,2 cm x

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Banten

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia ISSN 2442-7659 InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI di Indonesia 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. 1.2 Ruang Lingkup Riskesdas

1.1 Latar Belakang. 1.2 Ruang Lingkup Riskesdas BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mewujudkan visi masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, Departemen Kesehatan RI mengembangkan misi: membuat rakyat sehat. Sebagai penjabarannya telah dirumuskan

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Tabel 1 Proporsi Penduduk Umur > 10 Tahun yang Mempunyai Kebiasaan Mengunyah Tembakau Menurut Provinsi, Indonesia 2013

Tabel 1 Proporsi Penduduk Umur > 10 Tahun yang Mempunyai Kebiasaan Mengunyah Tembakau Menurut Provinsi, Indonesia 2013 Tabel 1 Proporsi Penduduk Umur > 10 Tahun yang Mempunyai Kebiasaan Mengunyah Tembakau Menurut Provinsi, Indonesia 2013 Terkadang 1.0 Setiap Hari 1.4 Setiap Hari Terkadang Tabel 2 Propoirsi Penduduk Umur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Gizi merupakan penentu kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakancg Pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality).

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

METODOLOGI. 3. Cakupan Imunisasi Lengkap, Departemen Kesehatan RI Badan Pusat Statistik RI (BPS RI)

METODOLOGI. 3. Cakupan Imunisasi Lengkap, Departemen Kesehatan RI Badan Pusat Statistik RI (BPS RI) 28 METODOLOGI Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang berasal dari berbagai instansi terkait. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

REVOLUSI KEBIJAKAN ONE DATA, RISKESDAS 2018 TAMPIL BEDA

REVOLUSI KEBIJAKAN ONE DATA, RISKESDAS 2018 TAMPIL BEDA 1/6 Artikel ini diambil dari : www.depkes.go.id REVOLUSI KEBIJAKAN ONE DATA, RISKESDAS 2018 TAMPIL BEDA DIPUBLIKASIKAN PADA : RABU, 21 MARET 2018 00:00:00, DIBACA : 879 KALI Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kesehatan Indonesia saat ini sedang berada dalam situasi transisi epidemiologi (epidemiological transition)yang harus menanggung beban berlebih (triple burden).

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada

Lebih terperinci

RISET KESEHATAN DASAR 2007 NASKAH PENJELASAN*

RISET KESEHATAN DASAR 2007 NASKAH PENJELASAN* Untuk Responden Kesmas Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan R.I Jalan Percetakan Negara 29 Jakarta 10560 RISET KESEHATAN DASAR 2007 NASKAH PENJELASAN* Lampiran 2 Badan Penelitian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA I.Upaya Promosi Kesehatan A. Penyuluhan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat 1. Rumah Tangga : Rumah di Periksa : 1050 Target : 75 % x 1050 = 788 2. Institusi Pendidikan sekolah

Lebih terperinci

Jumlah kematian ART dlm periode 12 bulan sebelum survei dan dilakukan verbal otopsi:

Jumlah kematian ART dlm periode 12 bulan sebelum survei dan dilakukan verbal otopsi: ENTRI Nama Pengentri String E_TIME Waktu saat entri String KOMPOR Nomor komputer dalam jaringan String NO_KUES Nomor kuesioner IDRT Identitas Rumah Tangga String BLOK I. PENGENALAN TEMPAT PROV Provinsi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 0 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-

KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 0 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program- PETA KESEHATAN INDONESIA TAHUN 0 PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 0 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi

Lebih terperinci

RILIS HASIL PSPK2011

RILIS HASIL PSPK2011 RILIS HASIL PSPK2011 Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik BPS PROVINSI NTT Hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai 1-30

Lebih terperinci

Riset Kesehatan Dasar

Riset Kesehatan Dasar Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 Laporan Nasional 2007 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia Desember 2008 Assalamu alaikum wr. wb. KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.7. LATAR BELAKANG Cakupan imunisasi secara global pada anak meningkat 5% menjadi 80% dari sekitar 130 juta anak yang lahir setiap tahun sejak penetapan The Expanded Program on Immunization

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011 No. 05, 7 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011 AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT 2,69% Angkatan kerja NTT pada Agustus 2011 mencapai 2.154.258 orang, bertambah 21,9 ribu

Lebih terperinci

Daftar pertanyaan yang diambil dari Quesioner Riskesdas No Kode Quesioner Pertanyaan

Daftar pertanyaan yang diambil dari Quesioner Riskesdas No Kode Quesioner Pertanyaan 68 Lampiran Daftar pertanyaan yang diambil dari Quesioner Riskesdas 2007 No Kode Quesioner Pertanyaan Karakteristik Keluarga. RKD07.RT Blok I No.5 Klasifikasi desa/ kelurahan. Perkotaan 2. Pedesaan 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan Provinsi Kepulauan dengan jumlah pulau 1.192, 305 kecamatan dan 3.270 desa/kelurahan. Sebanyak 22 Kabupaten/Kota di Provinsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan beberapa sebutan penyakit

Lebih terperinci

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK ISSN 2442-7659 InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI 13 12 11 10 9 8 7 Hari Anak-Anak Balita 8 April 6 5 4 3 SITUASI 2 BALITA PENDEK BALITA PENDEK Pembangunan kesehatan dalam periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci