PERATURAN D.REKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP 233 TAHUN 2014 TENTANG. PETUNJUK DAN TATA CARA BAG,ANJ75-CU g *^

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN D.REKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP 233 TAHUN 2014 TENTANG. PETUNJUK DAN TATA CARA BAG,ANJ75-CU g *^"

Transkripsi

1 PERATURAN D.REKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP 233 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA BAG,ANJ75-CU g *^ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang Mengingat mengatur penyelenggaraan pelayanan aeronautika ; u v, hprdasarkan pertimbangan sebagaimana Ptu juk Dan Tata Cara^» 17WM * S^naa informai AeroUtika (~«5S Semce), dengan Peraturan D.rektur Jenderal Perhubungan Udara;! Undang-undang Nomor 1 TataaJM tentang Nomor 4956); 9 Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tetang 2- L Organisasi Kementenan Negara Sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; * Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang " Sdulan, Tugas, dan^^^^^^1 dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014, Uptop sulis/sulii/ac CASR /.prll 2014

2 4 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 22 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan ssl Bagian 175 [Civil Aviation Safety Regulation Part?7P5} tentang Pelayanan Informasi Aeronauuka S fi (Aeronautical Information Services); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan ssl Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation Pari 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementenan Perhubungan sebagaimana diubab, terakhu dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 68 Tahun 2013; 7 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 01 Tahun 2^14 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 69 (Civil Aviation Safety Regulations Part %ts Lisensi, Rating, Pelatihan dan Kecakapan Personel Navigasi Penerbangan; Menetapkan MEMUTUSKAN : PERATURAN DIREKTUR ^NDERA^L PERHUBUNGAN unara TENTANG PETUNJUK DAN TATA CAKA BAGIAN MENGENAI "oi PEnVeLENGGARAAN {ADVISORY CIRCULAR PELAYANAN PART INFORMASI 175-OQ AERONAOTKA (AERONAUTICAL INFORMATION SERVICE). Pasal 1 Memberlakukan Petunjuk Dan Tata Cara Bagian ^sor^ Circular Part ) Mengenai Penyelenggaraan C informasi Aeronautika ^rona^aun^nn^on Service), sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini. ^ ^ (1) Penyelenggara pelayanan informasi aeroautika harus ( membuat prosedur standar operasi (SOP) unit pelayanan informasi aeronautika di bandar udara. 12) Bentuk dan Format prosedur standar operasi (SOP) [] sebagaimana dimaksud ayat (1) tercantum dalam lampiran II peraturan ini. Uptop sulis/sulis/ac CASH /iprll 2014

3 Pasal 3 Direktur Navigasi Penerbangan melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan ini. Pasal 4 Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada : Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 21 April 2014 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, ttd HERRY BAKTI 1. Menteri Perhubungan; 2. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Para Kepala Badan di lingkungan Kementerian Perhubungan; 3. Para Direktur di Lingkungan Ditjen Perhubungan Udara; 4. Para Kepala Otoritas Bandar Udara; 5. Para Kepala Bandar Udara di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara; 6. Direktur Utama PT. Angkasa Pura I (Persero); 7. Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (Persero); 8. Direktur Utama Perum LPPNPI. Salinan sesuai dengan aslinya KEPAL^fX^ftUiUKUM DAN HUMAS Pembina (IV/a) Laptopsulis/sulis/AC CASR /april 2014

4 Lampiran IPeraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 233 TAHUN 2014 Tanggal : 21 April 2014 PETUNJUK DAN TATA CARA BAGIAN [ADVISORY S"t ) MENGENAI PENYELENGGARAAN S^a51So«A8I AERONAUTIKA [AERONAUTICAL INFORMATION SERVICE) Revisi : Tanggal : REPUBLIK INDONESIA - KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA JAKARTA - INDONESIA

5 RATA PENGANTAR TUJUAN : Peraturan ini menjelaskan ketentuan- Sl mengenai P-^^T^SJSS"^^ aeronautika, Q.-*2SB1 5fg Action Safety 522KXSSW- asi Aeronautika (AeronauricaZ Information Services). REFERENSI : Peraturan ini dipergunakan dibuat dalam bahasa Indonesia dan/atau Inggris REVISI : Perubahan peraturan ini harus persetujuan Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

6 CATATAN AMANDEMEN Nomor Amandemen Tanggal Amandemen Disisipkan oleh Halaman 11

7 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR CATATAN PEMBARUAN * DAFTAR ISI BaIS 2 S ^ ^^ BAB 3 PRE FLIGHT INFORMATION DAN POST FLIGHT BAB 4 pxtf^ BAB 5 VALIDASI DATA BANDAR UDARA ^ BAB BAB 6 7 KOORDINASI PENCATATAN DAN PENYIMPANAN 9fi ^ Lampiran Bl Pengajuan Publikasi Informasi Aeronautika -27 Lampiran B2 Daftar Rincian Briefing» Lampiran B3 Contoh Ketegori Pre Flight Information Bulletin Lampiran B4 Contoh Format Pre Flight Information Bulletin AA Lampiran B5 Format Informasi Pasca Penerbangan ^ iii 1 in

8 BAB I UMUM Maksud dan Tujuan Peraturan ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa penyelenggaraan pelayanan informasi aeronautika sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 22 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 175 (Civil Aviation Safety Regulation Part 175) tentang Pelayanan Informasi Aeronautika (Aeronautical Information Services) tidak hanya merupakan kewajiban dari regulator tetapi merupakan kewajiban penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan dan penyelenggara bandar udara Fungsi Peraturan ini bagi penyelenggaraan pelayanan informasi aeronautika sebagai panduan Unit Pelayanan Informasi Aeronautika (PIA) di Bandar udara dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Pelayanan informasi aeronautika yang diberikan merupakan bagian dari paket pelayanan informasi aeronautika terpadu berikut peta navigasi penerbangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 175. Dengan memiliki fungsi sebagai Unit PIA di Bandar Udara dan/atau sebagai ATS reporting office, maka Unit PIA di Bandar Udara harus memberikan pelayanan : a. pada unit PIA di Bandar udara adalah sebagai berikut: 1) pengajuan Publikasi Informasi Aeronautika; 2) memberikan pelayanan Pre Flight Information; 3) memberikan pelayanan In Flight Information; 4) memberikan pelayanan Post Flight Information; b. pada ATS Reporting Office (ARO)adalah sebagai berikut: 1) 2) memproses Filled Flight Plan (FPL) memproses Repetitive Flight Plan (RPL) 3) 4) memperbarui pesan Flight Plan memperbarui pesan Repetitive Flight Plan

9 1.3 Tanggung jawab 131 Tanggung jawab pelayanan informasi aeronautika yang diberikan oleh Unit PIA di Bandar Udara mencakup informasi aernautika di dalam wilayah ruang udara yang dimiliki bandar udara dan sepanjang jalur penerbangan yang dilalui sampai Bandar Udara tuiuan dan alternatif serta wilayah ruang udara lain yang berdekatan dimana tidak memiliki Unit PIA di Bandar Udara. 132 Tanggung jawab yang dimaksud butir adalah termasuk pengelolaan dan pemeliharaan data dan informasi aeronautika yang mana harus sesuai, akurat, terkini dan cukup sebagai bahan pemberian pre-flight information. 1.4 Definisi Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : Aerodrome adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang hanya digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas. AIP Electronik/Elektronik AIP (e-aip). AIP yang diterbitkan dalam format yang memungkinkan dapat ditampilkan pada layar komputer dan memungkinkan untuk dilakukan pertukaran data digital. AIP Supplement adalah perubahan informasi yang bersifat sementara dan/atau permanen terhadap informasi pada AIP dan dipublikasikan dengan lembar khusus. Air Traffic Service (ATS) Unit. Istilah umum pelayanan lalu lintas udara yang terdiri dari Air Traffic Control Unit, Flight Information Centre atau Air Traffic Services Reporting Office. Air Traffic Services Reporting (ARO). Unit yang berfungsi untuk menerima laporan terkait dengan pelayanan lalu lintas udara dan pengajuan Flight Plan. Apron. Daerah tertentu di bandar udara di darat, yang digunakan untuk tempat naik turun penumpang, bongkar muat kargo atau pos, pengisian bahan bakar, parker atau perawatan pesawat udara. ASHTAM. adalah Sebuah seri NOTAM khusus dengan format tertentu yang menginformasikan perubahan aktifitas gunung berapi, erupsi dan awan abu vulkanik gunung berapi yang dapat berpengaruh terhadap pengoperasian pesawat udara. 2

10 Bandar Udara Internasional. Setiap bandar udara yang ditetapkan oleh negara anggota di mana bandar udara tersebut berada/terletak sebagai suatu bandar udara kedatangan dan keberangkatan untuk lalu lintas penerbangan internasional, di mana urusan formalitas Bea dan Cukai, imigrasi, Kesehatan Masyarakat, Karantina Hewan, dan tumbuhan serta prosedur serupa dilakukan. Daerah Manuver (Manoevering Area). Bagian bandar udara yang digunakan untuk tinggal landas, mendarat dan bergerak di landas penghubung oleh pesawat udara, kecuali apron. Daerah Pergerakan (Movement Area). Bagian bandar udara yang dipergunakan untuk lepas landas, mendarat dan bergerak oleh pesawat udara, yang terdiri dari daerah manuver dan apron. Database. Satu atau lebih arsip data yang demikian terstruktur sehingga aplikasi yang sesuai persyaratan dapat mengeluarkan arsip/files data dan memperbaharui data tersebut. Edaran Informasi Aeronautika (Aeronautical Information Circular/AIC). Publikasi yang berisi informasi yang tidak disebarluaskan melalui NOTAM maupun tidak dicantumkan dalam AIP namun masih berkaitan dengan keselamatan penerbangan, navigasi. Ellipsoid height (Geodetic height). Ketinggian terkait dengan "ellipsoid" acuan yang diukur sepanjang bagian luar "ellipsoid' normal melalui titik yang bersangkutan. Flight Information Region (FIR), adalah suatu ruang udara dengan batas-batas tertentu yang telah ditentukan, dimana pelayanan informasi penerbangan dan pelayanan siaga (alert) diberikan. Flight Plan. Informasi mengenai rencana penerbangan yang berisi data tujuan, jenis penerbangan dan jenis pesawat yang dipersiapkan untuk unit pelayanan lalu lintas udara. Heliport. Sejenis aerodrome atau area tertentu yang digunakan sepenuhnya atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan helikopter. Integritas (data aeronautika). Suatu derajat keterjaminan bahwa suatu data aeronautika dan nilainya tidak hilang atau berubah/diubah sejak awal data tersebut diterbitkan atau sejak perubahan yang telah mendapat otorisasi.

11 International NOTAM Office (NOF). Suatu unit kerja yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk pembuatan, penerbitan dan pertukaran NOTAM dalam lmgkup Nasional dan International. Jaminan Kualitas. Bagian dari manajemen kualitas/mutu yang difokuskan pada pemberian keyakinan bahwa persyaratan mutu akan dipenuhi. Kalender Gregorian. Kalender yang digunakan secara umum; pertama diperkenalkan pada tahun 1582 untuk menentukan satu tahun yang memperkirakan lebih mendekati tahun tropis daripada kalender Julian. Kawasan Berbahaya. Suatu ruang udara yang ditetapkan batasbatasnya di mana aktivitas yang membahayakan terhadap penerbangan pesawat udara dapat terjadi pada waktu tertentu. Kawasan Terbatas. Suatu ruang udara yang ditetapkan batasbatasnya di atas wilayah daratan atau perairan territorial suatu negara, di mana penerbangan suatu pesawat udara dibatasi sesuai dengan kondisi tertentu yang ditetapkan. Kawasan Terlarang. Suatu ruang udara yang telah ditetapkan batas-batasnya di atas wilayah daratan atau perairan territorial suatu negara di mana penerbangan pesawat udara dilarang. Kemampuan telusur (Traceability). Kemampuan untuk melacak sejarah, aplikasi atau lokasi dari sesuatu yang dalam pertimbangan. Kendali mutu. Bagian dari manajemen kualitas/mutu yang difokuskan pada pemenuhan persyaratan mutu. Kualitas. Tingkat/derajat di mana suatu perangkat karakteristik yang melekat di dalamnya telah memenuhi persyaratan yang ada. Kualitas data. Suatu derajat atau tingkat kepercayaan bahwa data yang diberikan /disediakan memenuhi persyaratan pengguna data dalam hal akurasi, ketetapan dan integritas. Manajemen Kualitas. Aktivitas yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu pengorganisasian berhubungan dengan kualitas/mutu. Metadata. Data tentang data.

12 NOTAM. Pemberitahuan yang disebarluaskan melalui peralatan telekomunikasi yang berisi informasi mengenai penetapan, kondisi atau perubahan disetiap fasilitas aeronautika, pelayanan, prosedur atau kondisi berbahaya, berjangka waktu pendek dan bersifat penting untuk diketahui oleh personel operasi penerbangan. Obstacle. Semua benda, bergerak maupun tidak bergerak (baik permanen maupun sementara) atau bagian-bagiannya : a. Yang berada atau terletak di suatu area yang dimaksudkan untuk pergerakan darat/permukaan pesawat udara; atau b. Yang melebihi di atas suatu permukaan tertentu yang dimaksudkan untuk melindungi/memproteksi pesaat udara dalam penerbangan; atau c. berada di luar permukaan yang didefinisikan dan yang telah dinilai sebagai bahaya bagi navigasi penerbangan. Performance-based navigation JPBN), Area navigasi pada persyaratan kinerja pesawat yang beroperasi sepanjang ATS Route, prosedur pendekatan instrumen atau di dalam ruang udara yang ditentukan. Pelayanan Informasi Aeronautika (PIA), Pelayanan yang diberikan pada suatu wilayah yang menjadi tanggung jawab bagi suatu negara dalam penyediaan informasi aeronautika dan data aeronautika yang dibutuhkan untuk keselamatan, keteraturan dan efisiensi navigasi penerbangan. Personel Pelayanan Informasi Aeronautika, Personel yang memiliki sertifikat kompetensi AIS dan bekerja pada Aerodrome AIS unit / Briefing Office, NOTAM Office atau AIS Headquarter.; Peta Penerbangan adalah penggambaran dari suatu bagian bumi dan semua fitur buatan manusia serta naik-turun (topografis) yang khusus ditentukan untuk memenuhi persyaratan navigasi penerbangan. Perubahan AIP [AIP Amendment) adalah perubahan yang bersifat permanen terhadap informasi yang ada dalam buku AIP. Post Flight Information. Sebuah informasi yang berdasarkan laporan dari pilot tentang kekurangan atau ketidaklayakan dari fasilitas yang berpengaruh terhadap keselamatan operasi penerbangan dan keberadaan burung di dalam atau disekitar bandara yang dapat menyebabkan bahaya terhadap operasi penerbangan.

13 Prinsip-prinsip Faktor Manusia. Prinsip-prinsip yang diterapkan pada desain aeronautika, sertifikasi, pendidikan dan latihan, pengoperasian dan pemeliharaan dan yang memerlukan salingterhubung (interface) yang aman antara manusia dan komponen sistem lainnya dengan mempertimbangkan secara mendalam suatu kinerja manusia. Pre-flight Information Bulletin (PIB), Suatu penyajian informasi NOTAM yang masih berlaku, yang disiapkan sebelum penerbangan. Publikasi Informasi Aeronautika (Buku AIP) adalah buku yang dipublikasikan oleh atau dibawah kewenangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang berisi informasi aktual yang diperlukan bagi navigasi penerbangan. Produk data. Set data atau seri dari set datayang sesuai dengan suatu spesifikasi produk data. Resolusi. Suatu jumlah unit atau angka (digits) di mana suatu nilai yang diukur atau dihitung dinyatakan dan digunakan. Runway Strip. Suatu daerah atau wilayah tertentu termasuk landas pacu dan stopway (bila ada stopway). Runway Threshold. Permukaan landasan yang digunakan untuk mendarat. Seri set data. Kumpulan dari set data yang membagi spesifikasi produk yang sama. Set Data. Pengumpulan data yang diidentifikasi. Spesifikasi produk data. Uraian detail dari suatu set data atau aeri set data bersama dengan informasi tambahan yang akan memungkinkan hal tersebut untuk diciptakan, diberikan kepada dan digunakan oleh pihak lain. Stopway, Suatu area empat persegi panjang di darat pada akhir/ujung dari "take-off run available" (TORA) yang dipersiapkan sebagai daerah yang memenuhi syarat/cocok dimana pesawat udara dapat diberhentikan dalam hal lepas landas yang dibatalkan. Tatacara Pengaturan Jadual Publikasi Informasi Aeronautika (Aeronautical Information Regulation And Control (AIRAC) ) adalah sistem pengaturan jadual publikasi informasi aeronautika

14 dengan menentukan tanggal publikasi dan tanggal berlaku informasi aeronautika sesuai dengan siklus dan kondisi informasi yang dipublikasikan. Taxiing, Pergerakan suatu pesawat udara dengan tenaganya sendiri di permukaan suatu lapangan terbang, tidak termasuk pergerakan saat lepas landas dan mendarat. Terrain. Permukaan bumi yang mengandung fitur alami seperti gunung, bukit, pegunungan, lembah, permukaan air, es dan salju permanen, termasuk obstacle. Unit Pelayanan Informasi Aeronautika di Bandar Udara, adalah unit yang dibentuk dengan maksud untuk pemberian Pre-flight Information, memproses pengajuan Post-flight Information, NOTAM dan Flight Plan. Validasi. Konfirmasi melalui pemberian bukti objektif bahwa persyaratan untuk penggunaan atau aplikasi yang dimaksudkan secara khusus telah dipenuhi. Verifikasi. Konfirmasi melalui pemberian bukti objektif bahwa persyaratan yang ditetapkan telah dipenuhi. 1.5 Bahan Dasar Referensi Sebagai referensi dalam menjalankan fungsi dan tugas, Unit PIA di Bandar Udara harus dilengkapi dokumen-dokumen referensi dimana sewaktu-waktu diperlukan guna data dukung pada saat pelayanan pre-flight information.,,-:' Dokumen referensi yang harus tersedia di Unit PIA di Bandar Udara sekurang-kurangnya antara lain : a. Undang undang no. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan; b. Peraturan-peraturan Pemerintah terkait; c. Peraturan-peraturan Menteri /PKPS terkait; d. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara / Petunjuk Pelaksanaan (Staff Instruction) / Petunjuk dan Tata Cara (Advisory Circular)/ Standar Manual (Manual Of Standard) terkait; e. SOP; f. Buku AIP dan Kumpulan NOTAM; g. Annex ICAO 1 s/d 19; h. Dokumen ICAO; dan i. Dokumen terkait lainnya.

15 1 5 3 Sejumlah dokumen referensi yang dipublikasikan oleh orgamsasi internasional yang berkaitan dengan aspek-aspek penerbangan dan bermanfaat sebagai bahan referensi, antara lain : a. International Air Transport Association (IATA); b. International Aeradio Limited (IAL); c. International Telecommunication Union (ITU); d. World Meteorological Organization (WMO) Dokumen-dokumen referensi sebagaimana dimaksud dalam butir dan harus berupa dokumen yang masih berlaku Penyimpanan dokumen-dokumen referensi harus mudah didapatkan oleh personel Unit PIA di Bandar Udara dan terjaga penataan serta pemeliharaan. Penataan dan pemeliharaan dokumen-dokumen referensi disesuaikan dengan besar dan tata ruang masing-masing Unit PIA di Bandar Udara Unit PIA di Bandar Udara harus mendokumentasikan seluruh referensi dokumen tersebut diatas dan memelihara keberlakuannya, agar seluruh referensi dokumen di Unit PIA di Bandar Udara tetap berlaku dan lengkap maka perlu ditunjuk personel yang diberi tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. 1.6 Fasilitas minimum Guna menunjang pelaksanaan operasional pada Unit PIA di Bandar Udara agar dapat memenuhi standar dan kualitas harus dilengkapi oleh fasilitas sekurang-kurangnya antara lain : a. Meja konter untuk proses penyediaan pelayanan informasi; b. Wall display; c. Sistem penyimpanan surat-surat dan dokumen; d. Teletypewriter yang terhubung dengan AFS; e. Komputer, printer, sambungan internet; f. Mesin fotocopy untuk penyiapan PIB; g. Telepon; h. Peralatan faksimili; i. Jam dinding masing-masing penunjuk waktu lokal dan UTC; j. Peta-peta dan dokumen-dokumen pendukung penyelenggaraan pre-flight briefing Unit PIA di Bandar Udara yang tidak memiliki fasilitas minimum pada butir huruf d, harus ditunjang oleh fasilitas lain sebagai pengganti fasilitas dimaksud di atas Bila otomasi diterapkan pada sistem pelayanan di Unit PIA di Bandar Udara maka fasilitas, prosedur dan personel harus disesuaikan.

16 BAB II PENGAJUAN PUBLIKASI INFORMASI AERONAUTIKA 2.1 Umum Sebagai pelaksanaan dari amanah Undang-Undang Penerbangan nomor 1 tahun 2009 pasal 285 ayat (1) Pelayanan informasi aeronautika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 284 memuat informasi tentang fasilitas, prosedur, pelayanan di bandar udara dan ruang udara, dan diatur dalam PKPS Bagian 175 dan PKPS Bagian 139 serta PKPS lainnya terkait bahwa untuk memenuhi penyediaan informasi aeronautika yang akurat, memadai, terkini dan tepat waktu maka unit PIA di bandar udara harus menyediakan bagian dari elemen-elemen paket informasi aeronautika terpadu untuk publikasi informasi aeronautika baik dalam bentuk NOTAM, AIP Amendment, AIP Supplement, dan AIC Unit PIA di Bandar udara bertanggung jawab dalam penyediaan data/informasi aeronautika yang akan diajukan untuk dipublikasikan dan harus menjamin keakurasian dan keintegritasan data/informasi aeronautika Formulir pengajuan publikasi informasi aeronautika terdapat pada Lampiran Bl lampiran peraturan ini. 2.2 Pengajuan NOTAM Data dan informasi sebagai bahan publikasi penerbitan NOTAM harus sudah dipersiapkan dengan matang dan merupakan hasil koordinasi dengan unit terkait dimana sebagai sumber data dan informasi NOTAM tersebut Koordinasi antara Unit PIA di Bandar Udara dengan unit lain yang tersebut pada butir harus dijalin, dan dapat ditetapkan dalam nota kesepakatan bersama agar data dan informasi yang diajukan sebagai bahan penerbitan NOTAM dapat dipertanggung jawabkan Prosedur pengajuan penerbitan NOTAM NOTAM Baru adalah setelah data dan informasi diterima, konsep NOTAM harus dipersiapkan dahulu dan sesuai dengan format NOTAM yang berlaku NOTAM Revisi adalah bahan perubahan atas NOTAM yang akan direvisi dipersiapkan dan sudah dikoordinasikan lebih dulu

17 NOTAM Pencabutan adalah NOTAM yang akan dicabut harus jelas maksud pencabutannya Unit PIA di Bandar Udara bertanggung jawab terhadap masa berlaku setiap NOTAM yang telah diajukan untuk diterbitkan, dan harus memantau masa berlakunya dengan tetap berkoordinasi dengan unit lain dimana sebagai sumber data khususnya terkait NOTAM yang masa berlakunya lebih dari 3 (tiga) bulan Masa berlaku NOTAM sebagaimana dimaksud pada butir harus mencantumkan EST pada item C) dan harus dikonfirmasikan sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari sebelum habis masa berlakunya Pendistribusian NOTAM NOTAM berisi informasi yang harus segera diketahui oleh komunitas penerbangan yang berdampak langsung terhadap operasi penerbangan dan harus disampaikan oleh petugas Unit PIA di Bandar Udara kepada unit-unit kerja terkait sesegera mungkin. 2.3 Pengajuan AIP Amendment Perubahan permanen dan penambahan informasi yang terkandung dalam buku AIP harus dipublikasikan sebagai AIP Amandement Jika terjadi perubahan terkait butir di atas, unit PIA bandar udara harus menyampaikan draft perubahan dimaksud kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Data dan informasi sebagai bahan publikasi penerbitan AIP Amandement harus sudah dipersiapkan dan merupakan hasil koordinasi dengan unit terkait Draft AIP Amandement yang disampaikan harus dilengkapi dengan dokumen referensi dan alasan terjadinya perubahan Format dan tatacara pembuatan AIP Amandement diatur dalam Standar Manual Bagian tentang Manual Publikasi Informasi Aeronautika. 2.4 Pengajuan AIP Supplement Perubahan sementara terhadap informasi yang terkandung di dalam buku AIP berupa teks yang panjang dan/atau berupa gambar harus dipublikasikan sebagai AIP Supplement. 10

18 2.4.2 Data dan informasi sebagai bahan publikasi penerbitan AIP Supplement harus sudah dipersiapkan dan merupakan hasil koordinasi dengan unit terkait Draft AIP Supplement yang disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara harus dilengkapi dengan dokumen referensi Format dan tata cara pembuatan AIP Supplement diatur dalam Standar Manual tentang Manual Publikasi Informasi Aeronautika Unit PIA di Bandar Udara bertanggung jawab terhadap setiap AIP Supplement yang telah diajukan untuk diterbitkan, dan harus memantau masa berlakunya dengan tetap berkoordinasi dengan unit lain AIP Supplement yang telah diterbitkan dan bersifat permanen harus dibuatkan draft AIP Amendment oleh unit PIA di bandar udara untuk diajukan ke Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2.5 Pengajuan AIC AIC harus diterbitkan untuk penyebarluasan kriteria informasi sebagai berikut : a. prakiraan jangka panjang untuk perubahan penting dalam perundang-undangan, peraturan, prosedur atau fasilitas; b. informasi yang berisikan penjelasan atau pemberitahuan yang mempengaruhi keselamatan penerbangan. c. informasi yang berisikan penjelasan atau pemberitahuan yang berhubungan dengan teknis, legislasi atau administratif Ketentuan kriteria pada butir di atas termasuk : a. prakiraan perubahan pada prosedur, pelayanan dan fasilitas navigasi penerbangan; b. prakiraan penerapan sistem navigasi penerbangan; c. informasi penting yang berasal dari investigasi kecelakaan/insiden pesawat udara yang berhubungan dengan keselamatan penerbangan; d. informasi tentang peraturan yang berhubungan dengan perlindungan penerbangan sipil dari kegiatan yang melawan hukum; e. saran yang berhubungan dengan hal medis terutama ditujukan kepada pilot; f. peringatan kepada pilot dalam upaya menghindari bahaya fisik; g. efek dari fenomena cuaca terhadap pengoperasian pesawat udara; h. informasi mengenai timbulnya bahaya baru yang mempengaruhi teknik penanganan pesawat udara; i. peraturan mengenai pengangkutan barang-barang tertentu; 11

19 j. acuan persyaratan dan publikasi dalam perundang-undangan nasional; k. pengaturan mengenai lisensi personel penerbangan; 1. pelatihan personel penerbangan; m.penerapan, pengecualian, persyaratan dalam perundangundangan nasional; n. saran penggunaan dan pemeliharaan jenis peralatan tertentu; o. ketersediaan atau rencana revisi atau edisi baru peta penerbangan; p. peralatan komunikasi yang dibawa pesawat udara; q. penjelasan mengenai pengurangan kebisingan; r. petunjuk kelaikudaraan; s. perubahan seri atau distribusi NOTAM, edisi terbaru AIP indonesia, atau perubahan besar pada isi, cakupan atau formatnya; t. informasi lain yang serupa dengan informasi tersebut di atas Jika terdapat kriteria informasi terkait butir dan di atas, unit PIA bandar udara harus menyampaikan draft AIC dimaksud kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Format dan tata cara pembuatan AIC diatur dalam Standar Manual Bagian tentang Manual Publikasi Informasi Aeronautika. 2.6 Waktu Pengajuan Penerbitan Publikasi Informasi Aeronautika Informasi yang dipublikasikan dengan prosedur AIRAC yang menggunakan bentuk cetakan dan harus didistribusikan sekurangkurangnya 42 (empat puluh dua) hari sebelum tanggal berlaku dengan tujuan agar dapat diterima pengguna sekurang-kurangnya 28 (dua puluh delapan) hari sebelum tanggal berlakunya informasi tersebut Jika terdapat rencana perubahan besar dan berpengaruh terhadap operasional penerbangan yang harus segera diketahui oleh pengguna, maka informasi harus diterbitkan dengan menggunakan prosedur AIRAC dan didistribusikan sekurang-kurangnya 56 (lima puluh enam) hari sebelum tanggal berlaku. Ini harus diterapkan untuk penerbitan dan perencanaan perubahan besar dalam kondisikondisi yang tercantum dalam Standar Manual tentang Manual Publikasi Informasi Aeronautika Ketentuan lebih lanjut terkait prosedur AIRAC diatur dalam Standar Manual tentang Manual Publikasi Informasi Aeronautika. 12

20 BAB III PRE-FLIGHT INFORMATION AND POST FLIGHT INFORMATION 3.1 Layanan Pre-Flight Information Pre-flight information penting bagi keselamatan, keteraturan dan efisiensi navigasi penerbangan dan harus tersedia di setiap bandar udara atau heliport guna kebutuhan operasional penerbangan Jika unit PIA di Bandar udara belum menyediakan pelayanan preflight information secara otomasi maka pelayanan informasi harus disediakan secara manual Pelayanan pre-flight information harus diatur dan dikelola berdasarkan jumlah dan jenis lalu lintas penerbangan di suatu bandar udara atau heliport dan juga berdasarkan rute penerbangan di bandara udara atau heliport tersebut Pelayanan pre-flight information harus dikelola oleh personel pelayanan informasi aeronautika yang berkualifikasi Jika tidak tersedia unit PIA di bandar udara atau heliport, pelayanan pre-flight information dapat dilimpahkan kepada unit pelayanan lalu lintas penerbangan atau unit operasional lainnya di Bandar udara atau heliport tersebut Fasilitas Self-Briefing Unit PIA di Bandar udara harus menyediakan fasilitas self briefing guna mendukung terciptanya efisiensi bagi pilot dalam memperoleh informasi aeronautika Dalam rangka memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada butir di atas, harus mempertimbangkan: a. tata letak ruang briefing; b. format pre-flight information (PIB atau "Buletin") c. tampilan dinding informasi; dan d. akses terhadap informasi aeronautika penting lainnya Sebagai tambahan pelayanan self briefing, verbal briefing juga tersedia selama jam operasional bandar udara atau heliport. 13

21 3.1.7 Lokasi Unit Pelayanan Informasi Aeronautika di Bandar Udara Unit PIA di Bandar Udara atau Heliport harus ditempatkan di dalam wilayah bandar udara, dan dekat dengan apron untuk memudahkan fungsi penyiapan pre-flight bagi awak pesawat dengan jarak yang sedekat mungkin Untuk penerbangan tanpa pergantian awak pesawat harus diberikan akses yang mudah ke layanan informasi pre-flight dan tersedia petunjuk lokasi. Kebutuhan dan Tata Ruang Unit PIA di Bandar Udara Kebutuhan dan tata ruang unit PIA disesuaikan dengan pelayanan pre-flight information berdasarkan jenis dan volume lalu lintas penerbangan serta mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. materi briefing yang berkaitan dengan fasilitas utama, struktur ATS dan peringatan navigasi yang ditampilkan dalam bentuk peta; b. paket informasi aeronautika terpadu harus tersedia dan mudah dijangkau; c. ruang dan meja kerja yang memadai harus tersedia untuk mempelajari data atau informasi terkait dengan operasi penerbangan; dan d. penataan ruang dan fasilitas lainnya yang ada pada ruangan briefing harus diatur seefisien mungkin sehingga personel unit PIA di bandar udara dapat bekerja secara efisien dengan hasil yang maksimal Tampilan Dinding Tampilan dinding berupa peta-peta yang disesuaikan dengan wilayah cakupan pelayanan bandar udara atau navigasi penerbangan, tampilan dinding yang tersedia, meliputi : a. dua set peta skala kecil 1: sampai 1: yang menunjukkan: 1) jalur Pelayanan lalu-lintas penerbangan, Bandar udara/heliport dan alat bantu radio navigasi; 2) ruang udara berbahaya, terbatas, dan terlarang bagi penerbangan; b. peta wilayah informasi penerbangan (FIR) skala 1: atau lebih di mana bandar udara atau heliport tersebut berada berikut FIR tetangga atau yang berdekatan; c. peta skala kecil tentang garis besar ruang lingkup dengan index chart atau rute yang digunakan sebagai materi briefing. 14

22 Peta ini menunjukkan FIR dan item-item lain yang diterangkan di dalam briefing bulletin; d. peta skala besar atau peta wilayah lalu-lintas penerbangan Bandar udara atau heliport yang menunjukkan ruang udara terkendali, alat bantu pendekatan, dan prosedur holding, pendekatan dan keberangkatan; e. peta halangan (obstacle) bandar udara; f. peta skala besar 1: 3000 mengenai area pergerakan dan pendekatan di Bandar udara / heliport termasuk semua alat bantu penerangan (lighting aids) yang menunjukkan lokasi semua layanan teknis dan rute taxi normal yang harus diikuti dari apron sampai posisi take off, dan; g. diagram skala besar dari area gedung terminal yang menunjukkan berbagai lokasi kantor dan fasilitas sesuai dengan kepentingan awak pesawat Jika terjadi perubahan dalam sistem ATS maka data pada peta harus diperbarui, dengan memberi tanda menggunakan pita berwarna, pin, spidol, dan Iain-lain Wadah Buletin Buletin harus ditempatkan pada lokasi yang baik dan/atau dengan menggunakan wadah. Setiap wadah harus secara jelas ditandai dengan mengindikasikan jenis buletin (rute, area, FIR dll). Wadah harus cukup untuk menampung sejumlah buletin yang akan diperlukan untuk jangka waktu 24 (dua puluh empat) jam Akses Dokumen Dasar Dokumen AIP, AIP Supplement, AIC, PKPS, SOP, dan ICAO harus disimpan sedemikian rupa untuk memfasilitasi akses terhadap rujukan atau referensi yang diperlukan. Sistem pengarsipan dokumen mengadopsi sistem kepustakaaan dan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat membantu proses self briefing Wilayah Cakupan (Coverage Zone) Unit PIA di bandar udara harus menyediakan informasi aeronautika yang terkini, memadai, cepat, akurat dan tepat waktu dengan melakukan tinjauan secara berkala terhadap perubahan wilayah ruang udara yang menjadi tanggung]awabnya serta melakukan antisipasi sesuai pola rancangan lalu lintas udara. 15

23 Ruang lingkup informasi atau data harus memenuhi sekurangkurangnya pada tahap rute awal dari operasi penerbangan nasional dan/atau internasional yang beroperasi di dalam atau melalui wilayah yang menjadi tanggungjawab unit PIA di Bandar Udara Ruang lingkup informasi atau data dapat diperoleh melalui survei kebutuhan pengguna Bandar udara / heliport Ruang lingkup informasi atau data terbatas pada FIR di mana bandar udara atau heliport berada dan FIR (s) yang berdekatan dimana rute penerbangannya dilalui Informasi Rinci Sesuai Wilayah cakupan Dokumen Informasi aeronautika yang harus tersedia pada unit PIA di bandar udara atau heliport untuk tujuan pre-flight information, ditentukan berdasarkan wilayah cakupan unit PIA. dan harus mencakup elemen-elemen yang relevan dengan paket informasi aeronautika terpadu. Dokumen informasi aeronautika tersebut meliputi: a. rute penerbangan; b. peraturan entri dan transit pesawat sipil pada penerbangan internasional; c. data bandar udara / heliport yang digunakan untuk penerbangan internasional; d. fasilitas alat bantu navigasi dan komunikasi; e. fasilitas meteorologi; f. peraturan penerbangan dan prosedur lalu lintas penerbangan; g. ruang udara terbatas dan terkontrol; h. bahaya navigasi penerbangan; i. fasilitas SAR; j. informasi bertahan hidup (survival information); k. peta-peta yang cukup & memadai; 1. rekapitulasi NOTAM yang masih berlaku dan informasi penting lainnya yang tidak ada dalam NOTAM, kondisi bandar udara / heliport, termasuk status pengoperasian dan pelayanan alat bantu visual, non visual, dan area pergerakan, misalnya : 1) pekerjaan konstruksi atau pemeliharaan di area pergerakan atau dekat area pergerakan; 2) bagian kondisi yang rusak pada runway dan taxiway baik yang diberi tanda maupun tidak diberi tanda; 3) genangan air pada runway dan taxiway, dalamnya termasuk efek pada pergesekan permukaan runway dan taxiway; 4) pesawat parkir atau benda lain pada area dekat taxiway; 5) bahaya yang sedang berlangsung dan bersifat sementara; 6) keberadaan burung-burung yang berpotensi membahayakan pengoperasian pesawat; 16

24 7) tidak berfungsi atau ketidak beraturannya pengoperasian lampu pendaratan, threshold, runway, taxiway, obstacle, area pergerakan dan termasuk suplai listrik bandar udara; 8) tidak berfungsi, ketidak beraturan dan perubahan status operasional pada ILS (termasuk marker), SRE, PAR, DME, SSR, VOR, NDB, chanel aeromobile VHF, sistem observasi RVR dan suplai listrik cadangan; 9) keberadaan operasi misi pertolongan kemanusiaan, sebagaimana dilakukan oleh PBB sehingga ada prosedur atau batasan pada pengoperasian bandar udara Rekapitulasi NOTAM yang berlaku dan informasi lainnya yang bersifat mendesak harus tersedia bagi awak pesawat udara dalam bentuk PIB dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. NOTAM harus diklasifikasikan dan diarsipkan secara sistimatis untuk digunakan sebagai pembuatan dan publikasi PIB Dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud dalam butir dan harus diseleksi agar dapat dijadikan sebagai dokumen referensi Peta-peta penerbangan tersebut di bawah ini harus diseleksi sesuai kebutuhan ruang lingkup pelayanan unit PIA, meliputi: a. peta penerbangan dunia ICAO skala 1: atau peta sejenis dengan skala yang sama jika peta ICAO untuk area tertentu tidak tersedia; b. peta dengan skala lebih besar dari 1: , antara lain: skala 1: dan skala 1: ; c. peta rencana penerbangan dengan skala kecil, sebaiknya yang mencakup seluruh wilayah cakupan dalam satu lembar atau dua lembar peta; d. satu atau lebih peta skala 1: atau peta plotting dengan skala lebih kecil; e. peta yang dapat digunakan bernavigasi dengan alat bantu elektronik; f. peta pendekatan dan peta tata letak bandar udara untuk semua bandar udara / heliport; dan g. peta rute penerbangan. 17

25 Verbal Briefing Verbal Briefing harus disesuaikan dengan permintaan pilot dan pemahaman rute yang akan diterbangi Daftar rincian briefing sebagaimana dimaksud pada lampiran B2 dapat digunakan oleh Unit PIA di Bandar Udara untuk menjamin bahwa penjelasan dapat dipahami sesuai kebutuhan Daftar rincian sebagaimana dimaksud pada butir disesuaikan dengan ruang lingkup pelayanan unit PIA Jika ada keragu-raguan terhadap informasi yang dipublikasikan, Unit PIA harus menghubungi narasumber terkait Untuk mendukung kegiatan pencarian dan pertolongan, unit PIA harus mengetahui secara benar informasi terkait terjadinya kecelakaan pesawat Jika pilot tidak mendapatkan informasi secara lengkap dalam pengisian flight plan, maka unit PIA harus menjamin bahwa pilot dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan dari sumber lain Jika pilot belum memahami rute yang akan diterbangi, maka unit PIA harus memberikan tambahan informasi tertulis selain bulletin dan verbal Self-Briefing Buletin pre-flight information Pelayanan self briefing harus disediakan dalam bentuk bulletin harian berisi informasi terkini tentang status fasilitas dan pelayanan yang disediakan dalam bahasa yang mudah dipahami Pembaruan bulletin sebagaimana tersebut pada butir harus disediakan dalam bentuk lembaran (handout) Lingkup Buletin Buletin dapat berbentuk sederhana berupa kumpulan NOTAM yang berlaku dan terkini mencakup rute atau area yang dipilih. 18

26 Untuk memenuhi kebutuhan penggunanya, bulletin harus disiapkan dan dipublikasikan menjadi dua (2) kategori sebagai berikut: a. "PERINGATAN NAVIGASI" (NAV WARNING), contoh: aktifnya wilayah berbahaya atau terbatas untuk penerbangan, sebagaimana dimaksud dalam lampiran B3 tabel 3-1; b. "INFORMASI LAIN", selain NAV WARNING, contoh : Tidak berfungsinya alat bantu navigasi, penutupan RWY, dan Iainlain, sebagaimana dimaksud dalam lampiran B3 tabel Tampilan Informasi NAV WARNING Tampilan dinding harus menampilkan informasi NAV Warning menggunakan peta sesuai wilayah cakupan NAV Warning dan luas dinding yang tersedia. Contoh : peta dengan skala 1 : Jika luas dinding tidak mencukupi, maka harus menggunakan papan yang dapat digeser atau peta yang dapat dilipat Cakupan buletin dapat dibagi berdasarkan area dan setiap area diberi tanda huruf, contoh : Jakarta FIR atau Ujung Pandang FIR Tanda huruf harus diberikan untuk semua NAV WARNING di area tersebut Untuk area NAV WARNING yang memiliki tanda huruf sama harus dibedakan dengan penomoran Tanda identifikasi sebagai referensi di tempatkan pada sisi kiri buletin atau pada peta NAV WARNING yang tergambar Untuk memudahkan self briefing, peta NAV WARNING dimana terdapat batasan ketinggian yang ditentukan maka dapat digarisbawahi dengan warna merah. Penjelasan terhadap informasi yang digarisbawahi dengan warna merah dapat diletakkan pada tampilan peta atau berdekatan dengan garis merah tersebut Entri Data Entri data pada buletin yang berkaitan dengan kemampuan pelayanan fasilitas harus jelas menunjukan: a. lokasi fasilitas termasuk kota dan bandar udara / heliport yang dilayani be sertafour-letter location indicator dan; b. informasi yang disampaikan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. 19

27 Tiap-tiap buletin yang diterbitkan harus diberi tanggal dan waktu Pusat Produksi Buletin Jika cakupan area atau rute pada pelayanan buletin di Unit PIA bandar udara / heliport saling tumpang tindih, maka metode pelayanan penyediaan PIB terpusat dapat menjadi pilihan, dengan mempersyaratkan pelayanan secara elektronik sehingga dapat mempercepat distribusi Tipe Buletin Kategori buletin sebagaimana tersebut pada butir dikelompokkan menjadi beberapa bagian, terdiri dari : a. buletin tipe area; b. c. d. buletin tipe rute; buletin tipe aerodrome; notifikasi mengenai informasi mendesak yang harus segera diketahui; dan e. buletin yang bersifat administratif. Catatan : Contoh format PIB di atas (kategori a, b, c) sebagaimana dimaksud pada lampiran B4 peraturan ini Buletin hendaknya dibuat dengan menggunakan format standar dan informasi yang berurutan PIB berisi informasi penting terkait operasional yang berbeda dengan yang dipublikasikan dalam AIP dan dibuat untuk memenuhi kebutuhan operasional dan administratif Buletin Tipe Area (FIR, Kumpulan FIR atau Negara) Buletin tipe area dapat dibuat melalui sistem otomasi, sebagai berikut contoh: a. seluruh informasi PIB; b. c. d. e. f. g- h. informasi PIB IFR; informasi PIB VFR; informasi OPSIG; notifikasi mengenai informasi yang Segera; informasi dalam en-route (IFR, VFR, OPSIG, notifikasi Segera, Lower/Upper); daftar yang dapat dipilih berdasarkan location indicators; dan kombinasi dari informasi tersebut diatas. 20

28 Buletin Tipe Rute Buletin tipe rute dapat berisi informasi yang sama dengan buletin tipe area dalam bentuk : a. Rute khusus dalam FIR : misalnya memberikan informasi mengenai FIR yang dilewati dan Bandar udara / heliport keberangkatan tujuan dan alternatif; dan b. Narrow path route specific: misalnya memberikan informasi hanya untuk area yang ditentukan sebagai sebuah strip berdasarkan geografis mengenai rute Bandar udara / heliports keberangkatan, tujuan dan alternatif Keuntungan informasi pada buletin rute khusus berdasarkan FIR dapat digunakan untuk penerbangan pulang pergi dengan menggunakan rute yang berbeda. Bila terdapat dua atau lebih rute antar one city pair dimana Narrow path route specific tidak memadai, buletin berdasarkan FIR dapat digunakan. Narrow path route specific dapat digunakan untuk mendukung pengoperasian RNAV. Buletin Tipe Aerodrome Buletin Tipe Aerodrome berisi data/informasi bandar udara yang dipilh berdasarkan kebutuhan pengguna sesuai kesepakatan dengan unit PIA Notifikasi Informasi Mendesak Notifikasi mengenai informasi mendesak harus diberikan kepada operator untuk menjadi perhatian Buletin Tipe Administratif Buletin administratif harus berisi : a. Daftar NOTAM yang masih berlaku; dan b. NOTAM berdasarkan tanggal dan waktu tertentu Pembaruan Buletin Pembaruan PIB harus mencakup informasi/bulletin sebagaimana dimaksud pada butir dan atau permintaan untuk bulletin baru. 21

29 Format buletin Buletin yang disediakan harus memiliki karakteristik sebagai berikut: a. teks NOTAM harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami. b. nomor NOTAM diletakan sebelah kiri teks. Buletin harus disiapkan dengan urutan sebagai berikut : a. heading (identitas pembuat, wilayah cakupan dan penerima); b. informasi en-route; c. informasi bandar udara / heliport; dan d. navigation warning POST-FLIGHT INFORMATION Tujuan Post Flight Information Tujuan post flight information adalah untuk memastikan adanya penurunan kemampuan fasilitas, prosedur, pelayanan dan keberadaan burung di dalam atau di sekitar Bandar udara yang berpotensi membahayakan operasional penerbangan. Post flight information disampaikan berdasarkan hasil pengamatan pilot selama penerbangan dan harus dilaporkan tanpa penundaan kepada unit PIA. Unit PIA harus meneruskan penerimaan informasi sebagaimana tersebut pada butir dan kepada unit terkait. Pengumpulan Post Flight Information Penurunan kemampuan fasilitas, prosedur, pelayanan dan keberadaan burung dalam atau di sekitar Bandar udara yang dilaporkan oleh pilot melalui frekuensi ATS yang tersedia, harus diteruskan kepada unit PIA untuk penangan lebih lanjut Form isian laporan post-flight udara/heliport. harus tersedia di unit PIA bandar Form isian laporan post-flight dapat juga disediakan pada kantor operator penerbangan di bandar udara untuk memfasilitasi pilot dalam pengisian laporan, setelah itu disampaikan ke unit PIA di bandar udara tanpa penundaan. Contoh form isian laporan post flight ada pada Lampiran B5. 22

30 BAB IV PROSES FLIGHT PLAN DAN REPETITIVE FLIGHT PLAN 4.1 Unit PIA di bandar udara juga berfungsi sebagai Unit Kantor Pelaporan Pelayanan Lalu Lintas Udara (ATS Reporting Office/ARO) yang melaksanakan penerimaan pelaporan mengenai pelayanan lalu lintas udara dan melaksanakan pengajuan rencana penerbangan sebagaimana diatur dalam Advisory Circular Bagian

31 BAB V VALIDASI DATA BANDAR UDARA Unit PIA di bandar udara bertanggung jawab atas kebenaran, keakuratan dan ketepatan waktu pemberian data dan informasi, untuk itu unit PIA di bandar udara harus melakukan validasi data bandar udara yang menjadi tanggung jawab pelayanannya. Untuk menjamin keakuratan data bandar udara pada buku AIP, maka unit PIA harus mensinkronisasikan data pada buku AIP dengan data pada buku pedoman pengoperasian Bandar udara. 5.3 Selain data dimaksud pada butir 5.2 di atas juga adalah mengenai penetapan atau perubahan penambahan ataupun penghapusan atas prosedur-prosedur penerbangan termasuk peta-peta penerbangan dan informasi lainnya mengenai pelayanan lalu lintas udara serta ruang udara yang menjadi wilayah tanggung j awabnya. 24

32 BAB VI KOORDINASI Untuk pemenuhan data dan informasi, unit PIA di bandar udara harus berkoordinasi dengan unit-unit terkait, antara lain: a. unit PIA negara lain; b. unit pelayanan teknis; c. TNI dan Polri Militer dalam Negara; d. unit pelayanan lalu lintas penerbangan; e. operator pesawat terbang; f. sumber informasi lainnya. Koordinasi dan kerjasama antara unit PIA di bandar udara dengan unit terkait harus tertuang dalam prosedur atau ketetapan kerja sama atau surat persetujuan. 25

33 BAB VII PENCATATAN DAN PENYIMPANAN Guna keaslian dan kemudahan penelusuran kembali data, apabila diperlukan, data dan informasi yang diterima dari unit kerja lain atau narasumber sebagai bahan publikasi informasi aeronautika harus disimpan dan tercatat. Informasi aeronautika yang disampaikan oleh narasumber sebagai bahan penerbitan NOTAM, AIP Supplement, AIP Amendment dan AIC kepada kantor NOTAM atau unit kerja pengelola dan penerbitan AIP Indonesia harus resmi dan tercatat. 26

34 KANTOR NOTAM INTERNASIONAL NOTAM Semua bagian dari formulir ini harus diisi. Satu salinan dari formulir ini harus disisipkan pada setiap bagian dari buku AIP yang terkena dampak AIP Amendment, AIP Supplement dan AIC (contoh GEN, ENR, AD). Kepada Yth : Direktorat Navigasi Penerbangan Dari Telepon : Tembusan : Divisi Telepon : Tanggal : File Referensi Pemohon Halaman (Tanggal)* Referensi buku AIP Teks NOTAM Tanggal Paragraf Baris Kolom Effektif Untuk diterbitkan dengan # *: semua halaman buku AIP yang dipengaruhi oleh setiap amandemen harus dikutip; #: menyisipkan huruf a, b, atau c yang berlaku, dimana : d. AIP Supplement dan inklusi berikutnya dalam halaman cetak ulang AIP; e. Halaman buku AIP, halaman berikutnya untuk dicetak ulang (AIP Supplement diperlukan); f. AIP Supplement saja (informasi sementara). tidak AIRAC - Jika dapat dilaksanakan namun tidak diterapkan, harap dituliskan alasannya : Telepon Tembusan Direktorat / Cabang berikut telah berkonsultasi terkait : (c) Kebijakan (b)keakuratan informasi Yang bertanda tangan Kepala Tanggal : Data di atas dan / atau drat terlampir yang disampaikan disetujui untuk dipublikasi. Mengetahui, Tempat, Tgl-Bulan-Tahun Kepala Nama Peiabat Berwenang Pangkat/ golong 27

35 KANTOR NOTAM INTERNASIONAL NOTAM Semua bagian dari formulir ini harus diisi. Satu salinan dari formulir ini harus disisipkan pada setiap bagian dari buku AIP yang terkena dampak AIP Amendment, AIP Supplement dan AIC (contoh GEN, ENR, AD). Kepada Yth : Direktorat Navigasi Penerbangan Telepon : Tembusan : Dari Divisi Telepon Tanggal File Referensi Pemohon Referensi buku AIP Teks NOTAM Tanggal Halaman Paragraf Baris Kolom Effektif (Tanggal)* Untuk diterbitkan dengan # *: semua halaman buku AIP yang dipengaruhi oleh setiap amandemen harus dikutip; #: menyisipkan huruf a, b, atau c yang berlaku, dimana : d. AIP Supplement dan inklusi berikutnya dalam halaman cetak ulang AIP; e. Halaman buku AIP, halaman berikutnya untuk dicetak ulang (AIP Supplement diperlukan); f. AIP Supplement saja (informasi sementara). tidak AIRAC - Jika dapat dilaksanakan namun tidak diterapkan, harap dituliskan alasannya : Telepon : Tembusan : Direktorat / Cabang berikut telah berkonsultasi terkait : (c) Kebijakan (b)keakuratan informasi Yang bertanda tangan Kepala Tanggal : Data di atas dan / atau drat terlampir yang disampaikan disetujui untuk dipublikasi. Mengetahui, Tempat, Tgl-Bulan-Tahun Kepala Nama Pejabat Berwenang Pangkat/golong 28

36 LAMPIRAN B2 DAFTAR RINCIAN BRIEFING 1. Kebijakan dan Prosedur a. Publikasi dasar dan amedment dan supplemen terbaru; b. Prosedur yang berlaku untuk ruang udara yang akan digunakan; c. Prosedur ATS; d. Altimeter setting. 2. Informasi Meteorologi a. Ketersediaan fasilitas MET, ramalan dan laporan cuaca; b. Penyediaan informasi meteorologi yang relevan pada aerodrome/ heliport yang tidak tersedia kantor meteorologi, termasuk informasi cuaca yang dilaporkan oleh pesawat en-route. 3. Informasi Rute dan Tujuan a. Usulan mengenai rute yang tersedia; b. Trek, jarak, topografi umum dan fitur permukaan bumi dan informasi yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat yang aman dalam perjalanan; c. Ketersediaan dan pelayanan yang diberikan oleh aerodrome / heliports dan fasilitas pada aerodrome / heliport; d. Ketersediaan dan pelayanan yang diberikan oleh negara mengenai alat bantu navigasi penerbangan; e. Prosedur SAR dan fasilitas dan fungsi dari organisasi SAR. 4. Prosedur dan Fasilitas Komunikasi a. ketersediaan dan pelayanan fasilitas komunikasi udara / darat; b. Prosedur; c. Frekuensi radio dan Jam operasi; d. Fasilitas komunikasi yang tersedia untuk pesawat yang tidak dilengkapi dengan radio untuk laporan pergerakan pesawat. 5. Bahaya untuk Navigasi Penerbangan 6. Informasi penting lainnya (termasuk yang diminta oleh pilot yang mungkin tidak tersedia secara lokal tapi yang dapat diperoleh dari sumber yang tepat). 29

37 LAMPIRAN B3 CONTOH FORMAT PRE-FLIGHT INFORMATION BULLETIN Pre-flight information bulletin NAVIGATIONAL WARNINGS AERONAUTICAL INFORMATION SERVICE Date and time of issue 15/11/ UTC Route or area coverage NORTH ATLANTIC FIR/UIR Ref. Period Time (UTC) Area and nature of activity Upper Limit Lower Limit SHANNON FIR A2 20/11/ km radius of N W Demolition of explosives m MSL GND SHANNON OCEA.NIC FIR A5 16/11/ Sector: N W GEO BRG 200 and 280, Distance 45 km. Firing on towed target m MSL SFC A /11/ Area: N W N W N W N W N W FL 180 FL 120 In-flight refuelling. GANDER FIR CI 15/11/ km radius of N W. Air-to-air firing. 500 m MSL SFC Tabel B3-1. Contoh PIB - Navigation Warning 30

38 Pre-flight information AERONAUTICAL Date and Route or area bulletin INFORMATION time of coverage SERVICE issue 4/11/13 NORTH 1200 UTC ATLANTIC Location Facility Information LONDON FIR LONDON/Heathrow RWY 05/23 Closed for maintenance EGGL on nights of 7, 8 and 9 Nov. REYKJAVIK FIR KEFLAVIK/Keflavik ILS AVBL for RWY 12 only BIFK SONDRESTROM FIR PRINS CHRISTIANS SUND HF/RTF FREQ. 2868, 2945 and 2987 khz BGPC unserviceable. GANDER FIR GANDER VOR MHz Voice unserviceable. CYQX Tabel B3-2. Contoh PIB - Information other Navigation Warning 31

39 LAMPIRAN B4 CONTOH FORMAT PRE-FLIGHT INFORMATION BULLETIN Pre-flight information bulletin (Area) (State) AERONAUTICAL INFORMATION SERVICE Date/time: 13/11/15/1000 Period: 13/ 11/15/0000 to 13/ 11/ 16/2400 Type of traffic : IFR/VFR Height limits : Lower 000 Upper 999 Bulletin contents : General purpose/opsig, en-route, AD, NAV warning Area : WIIF (Jakarta) JAKARTA FIR (WIIF) EN-ROUTE [NOTAM sorted in the order of subsections of AIP Part 2 - En-route (ENR)] AERODROMES Will (XXYYZZ aerodrome) [NOTAM sorted in the order of subsections of AIP Part 3 - Aerodromes (AD)] Other aerodromes (names of aerodromes) NAV WARNINGS Tabel B4-1 Contoh Format Standar PIB - Tipe Area (periode satu-dua hari) 32

40 Pre-flight information bulletin (Route) (State) AERONAUTICAL INFORMATION SERVICE Date/time : 13/11/15/1000 Time (UTC) : 0835 Type of traffic : IFR Period : 13/11/15/0000 to 13/11/15/2400 Bulletin contents : General Purpose/OPSIG, en-route, AD, NAV warning Area : Height limits - All FIR (Lower/Upper) - First FIR 000/ /120 Other: 120/999 Last: 000/120 Flight Number : City pair : ADDEP : Will ADDEST : WAAA Alternates : WARR, WADD FIR : WIIF - WAAF EN-ROUTE WIIF (JAKARTA FIR) [NOTAM sorted in the order of subsections of AIP Part 2 - En-route (ENR)] Next FIR (etc) AERODROMES AERODROME (DEPARTURE Will (JAKARTA/Soekarno Hatta) [NOTAM sorted in the order of subsections of AIP Part 3 - Aerodromes (AD)] AERODROME (ARRIVAL WAAA (MAKASSAR/Sultan Hasanuddin) [NOTAM sorted in the order of subsections of AIP Part 3 - Aerodromes (AD)] AERODROMES (ALTERNATES) [Additional aerodrome information only if specially requested.] NAV WARNINGS Tabel B4-2 Contoh Format Standar PIB - Tipe Rute (periode satu-dua hari) 33

41 Pre-flight information bulletin (Aerodrome) (State) AERONAUTICAL INFORMATION SERVICE Date/time :13/11/15/1000 Period: 13/11/15/0000 to 13/11/16/2400 Type of traffic : IFR/VFR Height limits : Lower Upper Bulletin contents : General purpose/opsig, AD Aerodromes : WAAA, WARR, WAMM SULTAN HASANUDDIN (WAAA) [NOTAM sorted in the order ofsubsections ofaip Part 3 - Aerodromes (AD)] JUANDA (WARR) [NOTAM sorted in the order of subsections of AIP Part 3 - Aerodromes (AD)] SAM RATULANGI (WAMM) [NOTAM sorted in the order of subsections of AIP Part 3 - Aerodromes (AD)] Other aerodromes (name/icao location indicator), etc. Tabel B4-3 Contoh Format Standar PIB - Tipe Aerodrome (periode satu-dua hari) 34

42 LAMPIRAN B5 FORMULIR LAPORAN POST FLIGHT Asal negara dari pesawat atau tanda umum atau tanda regristasi Pemilik/FLT NR : Aerodrome Keberangkatan: ATD (UTC) : Aerodrome Kedatangan: ATA (UTC) : Fasilitas Lokasi Rincian Permasalahan* Waktu Observasi Burung Lokasi Rincian Waktu Observasi Date: Signature of pilot: 'termasuk ketinggian / tingkat jarak dan bearing penerbangan dari fasilitas diamati. Tabel B5-1 Laporan Post Flight mengenai permasalahan pada status operasi navigasi penerbangan dan kehadiran burung DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, ttd Salinan sesuai dengan aslinya HERRY BAKTI KEP UKUM DAN HUMAS (IV/a) '

43 Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : Tanggal : CONTOH SOP UNIT PIA BANDAR UDARA PROSEDUR STANDAR OPERASI (SOP) UNIT PELAYANAN INFORMASI AERONAUTIKA DI BANDAR UDARA <nama Bandar Udara> 36

44 RATA PENGANTAR Buku Standar Operasi Prosedur (SOP) unit Pelayanan Informasi Aeronautika Bandar Udara <nama Bandar Udara> ini merupakan salah satu persyaratan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 22 tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 175 (Civil Aviation Safety Regulation Part 175) tentang Pelayanan Informasi Aeronautika (Aeronautical Information Services). Dalam upaya meningkatkan kualitas pemberian pelayanan informasi aeronautika di bandar udara dalam rangka menunjang keselamatan penerbangan, Buku SOP ini menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan operasional yang harus dipatuhi oleh penyelenggara bandar udara pada unit Pelayanan Informasi Aeronautika. Apabila ketentuan yang menjadi standar operasional pemberian pelayanan informasi aeronautika yang tertuang dalam Buku SOP ini tidak diindahkan oleh penyelenggara bandar udara pada unit Pelayanan Informasi Aeronautika, maka sangsi hukum sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan akan berlaku. Sesuai dengan perkembangan fungsi dan tugas serta perkembangan teknologi di bidang pelayanan informasi aeronautika, Buku SOP ini sedianya akan mengalami perubahan sesuai peruntukannya dan akan dievaluasi kembali oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara - Direktorat Navigasi Penerbangan untuk kurun waktu setiap 1 (satu) tahun. Pejabat yang menyetujui dan memiliki otoritas mengeluarkan atau melakukan perubahan pada Buku SOP ini adalah Direktorat Navigasi Penerbangan sedangkan yang bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pelaksanaan kegiatan sebagaimana tertuang dalam Buku SOP ini adalah penyelenggara Bandar Udara <nama Bandar Udara> dalam hal ini Kepala Bandar Udara.

45 LEMBAR PENGESAHAN PROSEDUR STANDAR OPERASI (SOP) UNIT PELAYANAN INFORMASI AERONAUTIKA BANDAR UDARA <NAMA BANDAR UDARA> KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Berlaku Pada: <tanggal bulan tahun> Ditanda tangani <lokasi> pada <tanggal bulan tahun; Mengetahui : KEPALA BANDAR UDARA < nama Bandar Udara> Dibuat Oleh : <Penanggung jawab unit PIA> <Nama Kabandara> <Pangkat/Gol> <NIP> <Nama Kabandara> <Pangkat/Gol> <NIP>

46 CATATAN PERUBAHAN PERUBAHAN No. Tanggal Catatan Perubahan Dicatat oleh Keterangan <nama pencatat>

47 DAFTAR ISI Kata Pengantar Catatan Perubahan Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Bab. I Umum 1.1 Lingkup dan Tujuan 1.2 Referensi 1.3 Istilah, Singkatan dan Definisi Bab. II Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tanggung Jawab Unit PIA 2.1 Struktur Organisasi Unit PIA 2.2 Tugas, Fungsi dan Tanggung Jawab <deskripsi tugas dari struktur unit PIA> <deskripsifungsi dari struktur unit PIA> <deskripsi tanggungjawab dari struktur PIA> 2.3 Kewajiban Bab. Ill Prosedur 3.1 Proses PUBLIKASI INFOTIKA Umum NOTAM Pengumpulan data/informasi Pengajuan NOTAM Penerimaan NOTAM Permintaan NOTAM Pendistribusian NOTAM AIP Amendment a. Pengumpulan data/informasi b. Pengajuan Konsep AIP Amendment AIP Supplement a. Pengumpulan data/informasi b. Pengajuan Konsep AIP Supplement AIC a. Pengumpulan data/informasi b. Pengajuan Konsep AIC 3.2 Pelayanan Pre-Flight, In Flight dan Post-Flight Pelayanan Pre-Flight Information

48 3.3.2 Pelayanan Informasi Sedang Dalam Penerbangan Pelayanan Informasi Setelah Penerbangan 3.3 Pelayanan Flight Plan (FPL) dan Repetitive Flight Plan (RPL) Pelayanan Rencana Penerbangan (FPL) Pelayanan Rencana Penerbangan Berulang (RPL) Pelayanan Berita-Berita Penerbangan 3.4 Koordinasi Koordinasi Dengan Unit Internal Koordinasi Dengan Unit Eksternal 3.5 Sistim Pengarsipan dan Pembaruan Dokumen Sistim Penyimpanan Dokumen Pemutakhiran Data Aerodrome Manual Pemutakhiran Data Buku Publikasi Paket Informmasi Aeronau tika Pemutakhiran Data Peta Penerbangan Pemutakhiran Dokumen Referensi Dasar Ijin Penerbangan Security Clearance Ijin Penerbangan Khusus 3.6 Pemeriksaan Ijin Terbang Ijin Penerbangan Security Clearance Ijin Penerbangan Khusus 3.7 Sistem Pelaporan Pelaporan Harian 3.8 Pelayanan Keadaan Darurat Kegagalan Fasilitas dan Peralatan Bencana Alam Ancaman Bom

49 DAFTAR TABEL No. Uraian Hal 1. Tabel <nomor tabel> <nama tabel>. 2. Tabel <nomor tabel> <nama tabel>. 3. Tabel <nomor tabel> <nama tabel>. 4. dst.

50 DAFTAR GAMBAR No. Uraian Hal 1. Gambar <nomor gambar> <nama gambar>. 2. Gambar <nomor gambar> <nama gambar>. 3 Gambar <nomor gambar> <nama gambar>. 4. Dst.

51 DAFTAR LAMPIRAN No. Uraian Hal 1. Lampiran <nomor lampiran> <nama lampiran>. 2. Lampiran <nomor lampiran> <nama lampiran>. 3 Lampiran <nomor lampiran> <nama lampiran>. 4. Dst.

52 BAB I UMUM 1.1. Lingkup dan Tujuan Prosedur Standar Operasi (SOP)-merupakan pedoman yang berisi mengenai rincian Prosedur dan Standar yang harus dilaksanakan oleh petugas unit PIA di Bandar Udara dalam melaksanakan kegiatan operasional Pelayanan Informasi Aeronautika dan struktur organisasi dalam memenuhi persyaratan keselamatan penerbangan dan penyediaan pelayanan informasi aeronautika yang memadai, tepat waktu, akurat, terkini dan dapat dipertanggung jawabkan Referensi Mengacu kepada dokumen-dokumen terkait, antara lain sebagai berikut: Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan; Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2012 tentang Perum LPPNPI; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 22 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 175 (Civil Aviation Safety Regulation) tentang Pelayanan Informasi Aeronautika; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 18 Tahun 2010 tentang Perubahan kedua atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 41 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 91 tentang Peraturan Umum Pengoperasian Pesawat Udara; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2009 tentang Bandar Udara Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara; Peraturan Menteri Pertahanan RI Nomor KEP/09/M/VI/2003 tanggal 30 Juni 2004 tentang Pengamanan Survey dan Pemetaan Wilayah Nasional; Petunjuk Pelaksanaan Menteri Pertahanan Nomor. Juklak/01/VI/2004 tanggal 30 Juni 2004 tentang Pengamanan Survey dan Pemetaan Wilayah Nasional; Petunjuk Pelaksanaan Pengguna Nomor tentang Manual of Air Traffic Services Operational Procedures; Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor. SKEP/188/VII/2006 tentang Penerbangan WIP (Presiden RI, Wakil Presiden RI dan Kepala Negara Pemerintah Negara Asing);

53 Sertifikat Bandar Udara Nomor <nomor sertifikat bandar udara, jika ada>. <peraturan lain, jika ada> 1.3. Istilah, Singkatan dan Definisi Aerodrome. Area tertentu yang terletak didaratan atau perairan (termasuk didalamnya bangunan, instalasi, dan peralatan) yang digunakan seluruhnya atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat. Unit PIA Bandar Udara. Unit yang dibentuk dengan maksud untuk memberikan pelayanan informasi aeronautika di Bandar Udara, antara lain pemberian Pre-flight Information, memproses pengajuan Post-flight Information, NOTAM dan Flight plan. Aeronautical Information Service Headquarter. Unit yang dibentuk dengan maksud untuk mengelola dan mengatur pelayanan PIA, termasuk pengelolaan AIP. Aeronautical Chart. Suatu gambaran bagian muka bumi dengan lekukan yang khususnya diperlukan guna kebutuhan navigasi penerbangan. Aeronautical Information Circular (AIC). Publikasi yang berisi informasi yang tidak disebarluaskan melalui NOTAM maupun tidak dicantumkan dalam AIP namun masih berkaitan dengan keselamatan penerbangan, navigasi penerbangan, teknik, aturan-aturan ataupun administrasi. Aeronautical Information Publication (AIP). Buku yang dipulikasikan oleh atau dibawah kewenangan pemerintah yang berisi informasi aktual yang diperlukan bagi navigasi penerbangan. Aeronautical Information Service. Pelayanan yang diberikan pada suatu wilayah yang menjadi tanggung jawab bagi suatu negara dalam penyediaan informasi aeronautika dan data aeronautika yang dibutuhkan untuk keselamatan, keteraturan dan efisiensi navigasi penerbangan. Personil Pelayanan Informasi Aeronautika, Personil yang memiliki sertifikat kompetensi PIA dan bekerja pada Aerodrome PIA unit / Briefing Office, NOTAM Office atau PIA Headquarter.; AIP Amendment. Perubahan yang bersifat informasi yang ada dalam AIP INDONESIA. permanen terhadap AIP Supplement, perubahan informasi yang bersifat sementara terhadap informasi / data pada AIP INDONESIA dan dipublikasikan dengan lembar khusus. 10

54 Aeronautical Information Regulation And Control (AIRAC). Suatu akronim dari Aeronautical Information Regulation and Control, yang merupakan sistem pemberitahuan yang telah disepakati untuk menentukan tanggal berlaku pada pemberitahuan informasi terkait kondisi atau perubahan penting pada operasi penerbangan. Air Traffic Service (ATS) Unit. Istilah umum pelayanan lalu lintas udara yang terdiri dari Air Traffic Control Unit, Flight Information Centre atau Air Traffic Services Reporting Office. Air Traffic Services Reporting (ARO). Unit yang berfungsi untuk menerima laporan terkait dengan pelayanan lalu lintas udara dan pengajuan Flight plan. Ashtam. adalah sejenis NOTAM seri khusus dengan format tertentu yang menginformasikan perubahan aktifitas gunung berapi, erupsi dan awan debu gunung berapi yang dapat berpengaruh terhadap pengoperasian pesawat udara. Flight Information Region (FIR), adalah suatu ruang udara dengan batas-batas yang telah ditentukan yang mana pelayanan informasi penerbangan dan pelayanan alert diberikan. Flight Approval (FA). Persetujuan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di bidang penerbangan sipil dalam rangka melakukan pengawasan dan pengendalian kapasitas angkutan udara dan / atau hak angkut (traffic rights) dan / atau penggunaan pesawat udara. Flight plan. Informasi mengenai rencana penerbangan yang berisi data tujuan, jenis penerbangan dan jenis pesawat yang dipersiapkan untuk unit pelayanan lalu lintas udara. Heliport. Sejenis aerodrome atau area tertentu yang digunakan sepenuhnya atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan helikopter. International NOTAM Office (NOF). Suatu unit kerja yang ditunjuk oleh pemerintah untuk pertukaran NOTAM International. NOTAM (Notice To Airmen) Pemberitahuan yang disebarluaskan melalui peralatan telekomunikasi yang berisi informasi mengenai penetapan, kondisi atau perubahan disetiap fasilitas aeronautika, pelayanan, prosedur atau kondisi berbahaya, berjangka waktu pendek dan bersifat penting untuk diketahui oleh personil operasi penerbangan. NOTAM Checklist, daftar NOTAM yang masih berlaku yang diterbitkan sebagai NOTAM pada interval waktu tidak lebih dari satu bulan. Daftar NOTAM diterbitkan untuk setiap seri NOTAM 11

55 Buletin Informasi sebelum Penerbangan (PIB), Suatu penyajian informasi NOTAM yang masih berlaku, yang disiapkan sebelum penerbangan. PDA! (Pre Determined Addresse Indicator), sistim pengelompokan dan pengalamatan distribusi NOTAM dan informasi aeronautika lainnya melalui fasilitas AFS. Post Flight Information. Sebuah informasi yang berdasarkan laporan dari pilot tentang kekurangan atau ketidaklayakan dari fasilitas yang berpengaruh terhadap keselamatan operasi penerbangan dan keberadaan burung di dalam atau disekitar bandara yang dapat menyebabkan bahaya terhadap operasi penerbangan. Scheduled Flight (Penerbangan Betjadual), suatu kegiatan penerbangan yang melayani rute penerbangan suatu Bandar udara atau kegiatan latihan terbang yang memiliki frekuensi yang telah ditentukan secara berjadual. Unscheduled Flight (Penerbangan Tidak Berjadual), suatu kegiatan penerbangan yang melayani rute penerbangan suatu Bandar udara, kegiatan latihan terbang atau pun kegiatan terbang dengan tujuan lainnya yang tidak memiliki jadual yang tetap. 12

56 BAB II ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB UNIT PIA DI BANDAR UDARA 2.1. Struktur Organisasi unit PIA <Bagan Struktur Organisasi> Gambar <no gambar> - <nama gambar> 2.2. Tugas, Fungsi dan Tanggung Jawab Struktur organisasi unit PIA <deskripsitugas> <deskripsifungsi> <deskripsi tanggungjawab> 2.3. Kewajiban <deskripsi kewajiban> 13

57 BAB III PROSEDUR 3.1. Proses Publikasi Informasi Aeronautika Umum Sebagai pelaksanaan dari amanah Undang-Undang Penerbangan nomor 1 tahun 2009 pasal 285 ayat (1) Pelayanan informasi aeronautika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 284 memuat informasi tentang fasilitas, prosedur, pelayanan di bandar udara dan ruang udara, yang mana diperjelas lagi dalam PKPS 175 dan PKPS 139 serta PKPS lainnya terkait bahwa untuk memenuhi penyediaan informasi aeronautika yang akurat, memadai, terkini dan tepat waktu maka unit PIA di bandar udara harus menyediakan bagian dari elemen-elemen paket informasi aeronautika terpadu untuk publikasi informasi aeronautika baik dalam bentuk NOTAM, AIP Amendment, AIP Supplement, dan AIC Unit PIA di Bandar udara bertanggung jawab dalam penyediaan data/informasi aeronautika yang akan diajukan untuk dipublikasikan dan harus menjamin keakurasian dan keintegritasan data/informasi aeronautika NOTAM NOTAM diterbitkan untuk menginformasikan tentang penetapan, kondisi atau perubahan terhadap setiap fasilitas, pelayanan, prosedur atau kondisi berbahaya, yang berpengaruh kepada keselamatan penerbangan dan bersifat penting untuk diketahui oleh personel operasi penerbangan. Kriteria informasi yang harus diterbitkan melalui sebagai berikut : NOTAM adalah a. Pendirian, penutupan atau perubahan penting pada operasional bandar udara/heliport; b. Pendirian, penutupan dan perubahan penting pada pelayanan aeronautika (AGA, PIA, ATS, COM, MET, SAR, dll); c. Penetapan, penghapusan peralatan elektronik dan alat bantu navigasi penerbangan serta bandar udaranya seperti : 1). Rintangan; 2). Perubahan frekuensi; 3). Perubahan jam pelayanan; 14

58 4). Perubahan identifikasi; 5). Perubahan penggunaan alat bantu navigasi; 6). Perubahan lokasi; 7). Penambahan/pengurangan kekuatan listrik lebih dari 50 %; 8). Perubahan jadwal broadcast / partikel / ketidak teraturan / ketidak yakinan operasional alat bantu elektronik pada navigasi penerbangan; 9). Pelayanan komunikasi dari udara ke darat. d. Penetapan, penghapusan atau perubahan penting pada alat bantu visual; e. Gangguan atau kembali beroperasinya komponen penting dari sistem penerangan bandar udara. f. Penetapan, penghapusan atau perubahan berarti pada prosedur pelayanan navigasi penerbangan; g. Kejadian atau perbaikan kerusakan besar atau ganguan pada area manuver. h. Perubahan dan pembatasan ketersediaan bahan bakar, pelumas dan oksigen. i. Perubahan besar pada fasilitas dan pelayanan SAR dan tandatanda rintangan navigasi penerbangan; j. Penetapan, penghapusan atau pengoperasian kembali lampu/ sinyal bahaya yang menandakan ada rintangan yang harus diperhatikan untuk navigasi penerbangan; k. Perubahan peraturan yang memerlukan tindakan segera, misalnya daerah terlarang untuk kegiatan SAR; 1. Kegiatan berbahaya yang berpengaruh pada navigasi penerbangan misalnya kegiatan militer, display, lomba atau terjun payung; m. Pemancangan, pemindahan atau perubahan tanda rintangan terhadap navigasi penerbangan di area take-off/climb, missed approach, approach dan runway strip; n. Penetapan, penghapusan atau perubahan status daerah terlarang, terbatas atau berbahaya; o. Penetapan, penghapusan bagian wilayah/area dimana ada rute atau sebagian daripadanya dan dimana frekwensi emergensi VHF MHz dikehendaki/diberlakukan; 15

59 p. Penggunaan, penghapusan atau perubahan indikator lokasi; q. Perubahan penting pada penggunaan batasan ketinggian bandar udara sehubungan ada kegiatan SAR dan pemadam kebakaran, NOTAM dikirim apabila ada perubahan kategori ( lihat annex 14, vol. I, Bab 9, lampiran A seksi 17 ); r. Kondisi berbahaya serta perubahannya pada movement area yang disebabkan oleh air atau lumpur; s. Terjangkitnya penyakit menular sehingga memerlukan pemberitahuan dan syarat tindakan suntikan atau karantina; t. Ramalan radiasi kosmik sinar matahari apabila ada; u. Peristiwa letusan gunung berapi berikut lokasi, tanggal dan waktu letusan, besar serta luasan awan debu berikut arah pergerakan, dan ketinggiannya serta bagian rute yang terpengaruh (dipublikasikan tersendiri melalui penerbitan ASHTAM); v. Tercemarnya atmosfir oleh bahan radioaktif atau kimia beracun seperti nuklir atau kecelakaan yang mengakibatkan pencemaran kimia beracun berikut lokasi, tanggal dan waktu terjadinya kecelakaan, jlight level dan rute atau sebagian daripadanya yang dapat terkena dampak dari pencemaran tersebut dan arah pergerakan pencemaran tersebut. w. Pelaksanaan misi kemanusiaan, seperti misi kemanusiaan yang dipimpin oleh PBB, disertai juga prosedur dan/atau ketentuanketentuan yang mempengaruhi navigasi penerbangan. x. Penerapan tindakan kontingensi sementara pada saat terjadinya gangguan terhadap pelayanan lalu lintas penerbangan dan pelayanan penunjangnya. y. Keberangkatan dan/atau kedatangan pesawat yang membawa Very Important Person (VIP) di bandar udara yang berpengaruh terhadap pergerakan kedatangan/keberangkatan pesawat lain; z. Informasi penting lainnya yang disebabkan oleh gempa bumi, asap dari kebakaran hutan dan lain lain, yang mengganggu operasional bandar udara dan navigasi penerbangan. Informasi-informasi yang tidak harus diterbitkan NOTAM, namun perlu diinformasikan adalah sebagai berikut: a. Perawatan rutin pada apron dan taxiway yang tidak mempengaruhi keselamatan pergerakan pesawat udara. 16

60 b. Pekerjaan pembuatan marka pada runway, jika terdapat runway lain yang dapat digunakan untuk pengoperasian pesawat udara atau peralatan yang digunakan dapat dipindahkan; c. Gangguan sementara pada jarak pandang sekitar bandar udara/heliport yang tidak berpengaruh pada keselamatan operasi pesawat udara. d. Kerusakan sebagian fasilitas penerangan bandar udara /heliport yang tidak berpengaruh secara langsung terhadap operasi pesawat xidara. e. Kerusakan sementara sebagian peralatan air-ground communications jika terdapat frekuensi alternatif yang diketahui bahwa frekuensi tersebut dapat digunakan. f. Kekurangan atau tidak tersedianya pelayanan marshalling dan road traffic control. g. Tidak tersedianya petunjuk lokasi, arah atau tanda instruksi lainnya pada movement area. h. Aktifitas terjun payung di dalam ruang udara yang tidak dikendalikan (uncontrolled airspace) yang didalamnya berlaku peraturan penerbangan visual (VFR) atau apabila berada di dalam ruang udara yang dikendalikan (controlled airspace), namun aktifitas tersebut dilakukan pada wilayah yang disediakan untuk terjun payung atau pada danger/prohibited area. i. Fasilitas bantu navigasi yang belum dikalibrasi. j. Informasi lain sejenis yang bersifat sementara Pengajuan NOTAM a. b. c. d. Data mentah diserahkan melalui surat ke Petugas <unit kerja>; Konsep NOTAM yang diserahkan akan dicek ulang oleh <unit kerja> dengan mengacu pada sumber data sebelum dikirimkan oleh <unit kerja> ke NOF dan diterbitkan sebagai NOTAM; Data dan informasi sebagai bahan publikasi penerbitan NOTAM harus sudah dipersiapkan dengan matang dan merupakan hasil koordinasi dengan unit terkait; Pengajuan NOTAM atas informasi tentang penetapan, kondisi atau perubahan terhadap setiap fasilitas aeronautika, pelayanan, atau prosedur yang telah direncanakan sebelumnya harus 17

61 e. g- m. n. o. disampaikan kepada NOF paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum masa berlaku NOTAM; Pengajuan NOTAM untuk pemberlakuan kawasan berbahaya, terbatas dan terlarang, serta aktifitas yang membutuhkan pembatasan ruang udara sementara harus disampaikan kepada NOF sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari sebelum jadual pemberlakuan kecuali untuk keadaan darurat; Pengajuan NOTAM atas perubahan aktifitas sebagaimana dimaksud dalam butir e) dan NOTAM telah dipublikasikan, harus disampaikan kepada NOF sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum jadual perubahan dipublikasikan; Pengajuan NOTAM untuk pergerakan pesawat VIP, tidak menutup bandar udara tetapi diterbitkan dengan NOTAM EXPECTED DELAY sesuai dengan ketentuan yang berlaku; Konsep NOTAM terkait reservasi penggunaan ruang udara untuk kegiatan Latihan Terbang dan/atau Latihan Militer dan/atau Foto Udara dan Iain-lain sejenisnya harus disampaikan unit PIA di Bandar Udara kepada NOF dan merupakan hasil koordinasi dengan unit terkait; Pengajuan NOTAM (NOTAMN, NOTAMR, dan NOTAMC) disampaikan kepada NOF baik berupa penyampaian informasi baru, perubahan dan pembatalan, merupakan hasil koordinasi dengan unit terkait; Petugas unit PIA Bandar Udara bertanggung jawab dan memonitor masa berlaku setiap NOTAM; NOTAM mengenai tidak bcrfungsinya fasilitas navigasi, fasilitas lainnya dan pelayanan komunikasi harus diberi perkiraan waktu kembali normalnya fungsi fasilitas dan pelayanan tersebut; NOTAM dengan masa berlaku menggunakan EST dalam item C) harus dikonfirmasikan kembali kepada nara sumber sekurangkurangnya 3 (tiga) hari sebelum habis masa berlaku NOTAM tersebut dan diajukan kembali kepada NOF sebagai NOTAM penggantian (NOTAMR) atau NOTAM pembatalan (NOTAMC); Perubahan fasilitas PK-PPK terhadap kondisi tidak berfungsi sebagian dan penambahan peralatan, harus memperhatikan apakah hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan kategori. Jika tidak merubah kategori maka tidak perlu dibuatkan NOTAM; Perubahan permanen atas informasi bandar udara yang signifikan terhadap operasi penerbangan sebagaimana tercantum dalam buku AIP, diajukan kepada NOF sebagai NOTAM permanen; Jika terjadi kegagalan fungsi pada fasilitas AFTN atau tidak tersedianya fasilitas tersebut, pengajuan NOTAM harus disampaikan melalui fax ke NOF dan/atau melalui SSB ke Bandar udara yang menjadi Sub Centernya. Format Pcngiriman konsep NOTAM ke NOF melalui AFTN: 18

62 NOTAMN : GG WRRRYNYX DTG XXXXYOYW/E (XXXX /YY RQNTMN (no. Unit (4 digit)/tahun (2 digit)) A) XXXX (LOCATION INDICATOR) B) YYMMDDHHMM (tahun, bulan,tgl,jam,menit dimulai NOTAM) C) YYMMDDHHMM (EST/PERM) (thn,bln,tgl,jam,menit berakhir NOTAM) D) SCHEDULES (bila ada) E) TEXT F) UPPER LIMIT (bila ada) G) LOWERLIMIT) (bila ada) NOTAMR: GG WRRRYNYX DTG XXXXYOYW/E (XXXX /YY RQNTMR (no. Urut (4 digit)/tahun (2 digit)) A) XXXX (LOCATION INDICATOR) B) YYMMDDHHMM (tahun,bulan,tgl,jam,menit dimulai NOTAM) C) YYMMDDHHMM (EST/PERM) (thn,bln,tgl,jam,menit berakhir NOT' D) SCHEDULES (bila ada) E) TEXT F) UPPER LIMIT (bila ada) G) LOWERLIMIT) (bila ada) NOTAMC: GO WRRRYNYX DTG XXXXYOYW/E (XXXX /YY RQNTMC (no. Urut (4 digit)/tahun (2 digit)) A) XXXX (LOCATIONINDICATOR) B) YYMMDDHHMM (tahun,bulan,tgljam,menit NOTAM dicabut) E) TEXT) NOTAM Permanen (dapat berupa NOTAM baru atau merevisi NOTAM sebelumnya menjadi NOTAM Permanen): GG WRRRYNYX DTG XXXXYOYW/E (XXXX /YY RQNTMN (no. Urut (4 digit)/tahun (2 digit)) A) XXXX (LOCATIONINDICATOR) B) YYMMDDHHMM (tahun!bulan,tgljam,menit dimulai NOTAM) C) (PERM) D) SCHEDULES (bila ada) E) TEXT F) UPPER LIMIT (bila ada) 19

63 G) LOWERLIMIT) (bila ada) q. Form pengiriman pengajuan konsep NOTAM ke NOF secara manual (sebagaimana Lampiran 1) Penerimaan NOTAM a. Unit PIA harus segera mempelajari, menyeleksi, dan menindak lanjuti NOTAM-NOTAM yang diterima sebagai bahan pre-flight information. b. Unit PIA harus melakukan pencatatan NOTAM-NOTAM yang diterima secara manual atau otomatisasi. c. NOTAM yang diterima unit PIA harus didistribusikan sesuai kepentingannya. d. Checklist NOTAM dan PPLS yang diterima harus ditindaklanjuti sebagai dasar pembaruan data NOTAM. e. NOTAM yang diterima berkaitan dengan penggunaan ruang udara, kegiatan di movement area dan obstacle tidak permanen dapat ditindaklanjuti unit PIA dengan pembuatan grafis Permintaan NOTAM Jika unit PIA tidak menerima NOTAM dari NOF, dapat meminta melalui AFTN dengan format sebagai berikut : a. Permintaan NOTAM Checklist GG WRRRYNYX DTG XXXXYOYW/E RQL WRRR A/B/C b. Permintaan NOTAM yang hilang (Missing NOTAM) 1) Permintaan NOTAM tunggal RQN WRRRA0001/11 2) Permintaan beberapa NOTAM dengan nomor yang berurutan RQN WRRRA0001/11-A0010/11 20

64 3) Permintaan beberapa NOTAM dengan nomor yang tidak berurutan RQN WRRR A0001/11 A0007/11 A0011/11 A0234/11 (Maksimum 1 Line-Row) c. Permintaan NOTAM berdasarkan Bandar udara dan FIR (RQPIB-LLLL-YYMMDD-HHMM-24-PRESENTATION) Keterangan : LLLL : Location Indicator YY :Tahun MM : Bulan DD : Tanggal HH : Jam MM : Menit PRESENTATION : SUMMARY / COMPLETE Pendistribusian NOTAM a. Unit PIA dapat mendistribusikan NOTAM yang diterima kepada unit-unit terkait, antara lain : - Pendistribusian kepada unit Internal: 1. <unit kerja internal> 2. <unit kerja internal> 3. dst - Pendistribusian kepada unit Eksternal: 1. <unit kerja eksternal> 2. <unit kerja eksternal> 3. dst b. NOTAM yang sifatnya mendesak harus segera disampaikan kepada personel operasi penerbangan yang membutuhkan AIP Amendment a. Pengumpulan data/informasi <deskripsi sesuai denganpengumpulan datapada unit PIA di Bandar udara> b. Pengajuan konsep AIP Amendment <deskripsi sesuai dengan pengajuan konsep AIPAmendment pada unit PIA di Bandar udara> 21

65 AIP Supplement a. Pengumpulan data/informasi <deskripsi sesuai dengan pengumpulan datapada unit PIA di Bandar udara> b. Pengajuan konsep AIP Supplement <deskripsi sesuai denganpengajuan konsep AIP Supplement unit PIA di Bandar udara> AIC a. Pengumpulan data/informasi <deskripsi sesuai denganpengumpulan data pada unit PIA di Bandar udara> b. Pengajuan konsep AIP Amendment <deskripsi sesuai dengan pengajuan konsep AICunit PIA di Bandar udara> 3.2. Pelayanan Pre-Flight, In Flight dan Post-Flight Pelayanan Pre-Flight Information <deskripsi sesuai dengan pelayanan unit PIA di Bandar udara>; Pelayanan Informasi sedang dalam Penerbangan <deskripsi sesuai dengan pelayanan unit PIA di Bandar udara>; Pelayanan Informasi setelah Penerbangan <deskripsi sesuai dengan pelayanan unit PIA di Bandar udara>; 3.3. Pelayanan Flight Plan (FPL) dan Repetitive Flight Plan (RPL) Pelayanan Rencana Penerbangan (FPL) <deskripsi sesuai denganpelayanan unit PIA di Bandarudara> Pelayanan Rencana Penerbangan Berulang (RPL) 22

66 <deskripsi sesuai dengan pelayanan unit PIA di Bandar udara> Pelayanan Berita-berita Penerbangan 3.4. Koordinasi <deskripsi sesuai dengan pelayanan unit PIA di Bandar udara> Koordinasi dengan unit terkait dilakukan oleh unit PIA di Bandar Udara dalam hal pemenuhan kebutuhan data/informasi aeronautika, berupa : Koordinasi dengan unit Internal <deskripsi sesuai dengan pelayanan unit PIA di Bandar udara> Koordinasi dengan unit Eksternal <deskripsi sesuai denganpelayanan unit PIA di Bandar udara > 3.5. Sistim Pengarsipan dan Pembaruan Dokumen Sistim Pengarsipan Dokumen Pengarsipan dokumen dapat dilakukan dalam 2 cara, yaitu hard copy dan soft copy dengan sistim sesuai prosedur pada masing-masing unit PIA di Bandar udara Sistem Pembaruan Dokumen <deskripsi sesuai dengan pelayanan unit PIA di Bandar udara> Pembaruan Buku AIP < deskripsi sesuai dengan pelayanan unit PIA di Bandar udara> Pembaruan Data Peta Penerbangan Pembaruan data peta penerbangan dilakukan berdasarkan data dan informasi aeronautika terbaru (NOTAM, AIP SUP dan Iain-lain) dan untuk memenuhi kebutuhan local/bahan referensi, antara lain : a. Peta penerbangan dunia ICAO skala 1: atau peta sejenis dengan skala yang sama jika peta ICAO untuk area tertentu tidak tersedia; b. Peta dengan skala lebih besar dari 1: , antara lain: skala 1: dan skala 1: ; 23

67 c. Peta rencana penerbangan dengan skala kecil, sebaiknya yang mencakup seluruh wilayah cakupan dalam satu lembar atau dua lembar peta; d. Satu atau lebih peta skala 1: atau peta plotting dengan skala lebih kecil; e. Peta yang dapat digunakan bernavigasi dengan alat bantu elektronik; f. Peta pendekatan dan peta tata letak bandar udara untuk semua bandar udara / heliport; g. Peta rute penerbangan; dan h. Peta-peta lain sesuai kebutuhan. <bila ada> <deskripsi sesuai dengan pelayanan unit PIA di Bandar udara> Pembaruan Dokumen Referensi Dasar <dokumen referensi> <prosedur pemutakhiran dokumen referensi> 3.6. Pemeriksaan Ijin Terbang Ijin Penerbangan Mengacu pada KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara, SKEP/195/IX/2008, diperbarui dengan SKEP/251/XII/2008, dan diperbarui terakhir dengan SKEP/2759/XII/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Persetujuan Terbang (Flight Approval) dan Surat Direktur Angkutan Udara nomor AU/4708/DAU-1006/2011 tentang Penyerahan Salinan FA Tidak Berjadwal. <deskripsi sesuai denganpelayanan unit PIA di Bandar udara> Security Clearance <deskripsi sesuai dengan pelayanan unit PIA di Bandar udara> Ijin Penerbangan Khusus Sesuai CASR part 91, Ijin untuk melakukan terbang malam VFR harus disertai Waiver Night VFR yang dikeriuarkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara. 24

68 Petugas unit PIA Bandar udara (nama Bandar udara) harus memeriksa pemenuhan tersebut dan apabila terpenuhi dapat diproses lanjut dan apabila tidak, petugas unit PIA dapat membantu memberikan infomasi mengenai ijin tersebut kepada pihak yang melaksanakan penerbangan tersebut agar menghubungi Direktorat Navigasi Penerbangan dengan nomor telepon sebagai berikut: a. Tata usaha Direktorat Navigasi Penerbangan: b. Subdit Manajemen Lalu lintas Penerbangan: ext Sistim Pelaporan Tujuan dari pelaporan adalah untuk memastikan pengaturan pelaporan tentang kegiatan pemberian Pelayanan Informasi Aeronautika dan kegiatan lain yang dapat mempengaruhi operasional Keselamatan Penerbangan di Bandar Udara Pelaporan Harian a. prosedur dan format pembuatan Laporan Pelayanan NOTAM <deskripsi sesuai dengan pelayanan unit PIA di Bandar udara> b. prosedur dan format pembuatan Laporan Pelayanan Flight Plan dan RPL <deskripsi sesuai denganpelayanan unit PIA di Bandar udara> prosedur dan format pembuatan Laporan Pelayanan ATS Message <deskripsi sesuai dengan pelayanan unit PIA di Bandar udara> prosedur dan format pembuatan Laporan Pelayanan PIB <deskripsi sesuai denganpelayanan unit PIA di Bandar udara> e. prosedur dan format pembuatan Laporan Pelayanan Sebelum, Selama, Sesudah Penerbangan <deskripsi sesuai dengan pelayanan unit PIA di Bandarudara> 3.8. Pelayanan Keadaan Darurat Kegagalan Fasilitas dan Peralatan <deskripsi sesuai dengan pelayanan unit PIA di Bandar udara> Bencana Alam 25

69 Prosedur pelayanan informasi aeronautika dalam keadaan darurat bencana alam: <deskripsi sesuai denganpelayanan unit PIA di Bandar udara> Ancaman Bom Prosedur pelayanan informasi aeronautika dalam keadaan darurat ancaman bom: <deskripsi sesuai denganpelayanan unit PIA di Bandar udara> 26

70 Lampiran 1. Tabel Data Personil unit PIA Bandar Udara <nama Bandar Udara> No. Nama Personil Jabatan No. Telp DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, ttd Salinan sesuai dengan aslinya KEPA* ^HUKUM DAN HUMAS HERRY BAKTI AYAT (IV/a)

PERATURAN D.REKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP 233 TAHUN 2014 TENTANG. PETUNJUK DAN TATA CARA BAG,ANJ75-CU g *^

PERATURAN D.REKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP 233 TAHUN 2014 TENTANG. PETUNJUK DAN TATA CARA BAG,ANJ75-CU g *^ PERATURAN D.REKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP 233 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA BAG,ANJ75-CU g *^ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang

Lebih terperinci

3.1.7 Lokasi Unit Pelayanan Informasi Aeronautika di Bandar Udara

3.1.7 Lokasi Unit Pelayanan Informasi Aeronautika di Bandar Udara 3.1.7 Lokasi Unit Pelayanan Informasi Aeronautika di Bandar Udara 3.1.7.1 Unit PIA di Bandar Udara atau Heliport harus ditempatkan di dalam wilayah bandar udara, dan dekat dengan apron untuk memudahkan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN 175-04 (MANUAL OF STANDARD PART

Lebih terperinci

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN nirf.ktorat.tenderal PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 90 TAHUN 2014 TENTANG PFTUNJUK TEKNIS PEMBERIAN PERSETUJUAN PERANCANGAN PROSEDUR PENERBANGAN

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 001 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN KEWASPADAAN DALAM MENGHADAPI MUSIM HUJAN DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.410, 2015 KEMENHUB. Penerbangan Sipil. Bagian 175. Informasi Aeronatika. Keselamatan. Peraturan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 60 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 60 TAHUN 2015 TENTANG MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 60 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 175 (CIVIL AVIATION SAFETY REGULATION

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG MENTERl PERHUBUNGAN «REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 173 (CIVIL AVIATION SAFETYREGULATION

Lebih terperinci

[NOTAM sorted in the order of subsections of AIP Part 3 - Aerodromes (AD)]

[NOTAM sorted in the order of subsections of AIP Part 3 - Aerodromes (AD)] Pre-flight information bulletin (Aerodrome) (State) AERONAUTICAL INFORMATION SERVICE Date/time :13/11/15/1000 Period: 13/11/15/0000 to 13/11/16/2400 Type of traffic : IFR/VFR Height limits : Lower Upper

Lebih terperinci

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman terhadap tata

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman terhadap tata KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORATJENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 83 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1773, 2015 KEMENHUB. Pengoperasian Sistem. Pesawat Udara. Tanpa Awak. Ruang Udara. Dilayani Indonesia. Pengendalian. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2016, No Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

2016, No Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1509, 2016 KEMENHUB. Pelayanan Informasi Meteorologi Penerbangan. Bagian 174. Peraturan Keselamatan Penerbangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

^PENYELENGGARAAN KALIBRASI FASILITAS DAN PROSEDUR

^PENYELENGGARAAN KALIBRASI FASILITAS DAN PROSEDUR KEMENTERIAN PERHUBUNGAN nirektorat.ienderal PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP 85 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 43 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 143 (CIVIL AVIATION SAFETY REGULATIONS

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

disampaikan kepada NOF paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum

disampaikan kepada NOF paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum e. g- m. n. o. disampaikan kepada NOF paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum masa berlaku NOTAM; Pengajuan NOTAM untuk pemberlakuan kawasan berbahaya, terbatas dan terlarang, serta aktifitas yang membutuhkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.723, 2015 KEMENHUB. Pesawat Udara. Tanpa Awak. Ruang Udara. Indonesia. Pengoperasian. Pengendalian. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 90 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART 170-04)

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 596 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 596 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 596 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

SKEP /40/ III / 2010

SKEP /40/ III / 2010 SKEP /40/ III / 2010 PETUNJUK DAN TATA CARA PELAPORAN KEJADIAN, KEJADIAN SERIUS DAN KECELAKAAN DI BANDAR UDARA BAGIAN 139-04 (ADVISORY CIRCULAR PART 139 04, INCIDENT, SERIOUS INCIDENT, AND ACCIDENT REPORT)

Lebih terperinci

NOMOR : KP 424 TAHUN 2015 TENTANG

NOMOR : KP 424 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 424 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN 175-04 (MANUAL OF STANDARD PART

Lebih terperinci

NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN

NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DTREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 TENTANG PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN KAWASAN PELATIHAN

Lebih terperinci

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 180 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Lebih terperinci

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KPP430 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN INSPEKTUR NAVIGASI

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 301 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 301 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 301 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL BAGIAN 69-05 (ADVISORY CIRCULAR PART

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Jalan Merdeka Barat No. 8 Jakarta 10110 KotakPosNo. 1389 Jakarta 10013 Telepon : 3505550-3505006 (Sentral) Fax:3505136-3505139 3507144 PERATURAN

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.759, 2016 KEMENHUB. Navigasi Penerbangan. Penyelenggaraan. Pengalihan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 60 TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

kegiatan angkutan udara bukan niaga dan lampirannya beserta bukti

kegiatan angkutan udara bukan niaga dan lampirannya beserta bukti -3-1.26. 1.27. 1.28. 1.29. 1.30. 1.31. 1.32. 1.33. 1.34. 1.35. 1.36. 1.37. 1.38. Perusahaan angkutan udara asing dan badan usaha angkutan udara yang melaksanakan kerjasama penerbangan pada rute luar negeri

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDAR,A PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG APRON MANAGEMENT SERVICE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 030 TAHUN 2018 TENTANG TIM PERSIAPAN DAN EVALUASI PENYELENGGARAAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 030 TAHUN 2018 TENTANG TIM PERSIAPAN DAN EVALUASI PENYELENGGARAAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 030 TAHUN 2018 TENTANG TIM PERSIAPAN DAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PELAYANAN NAVIGASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1306, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pesawat Udara. Rusak. Bandar Udara. Pemindahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.128 TAHUN 2015 TENTANG PEMINDAHAN PESAWAT

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG PROSEDUR PENGUJIAN DI DARAT ( GROUND INSPECTION) PERALATAN FASILITAS

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang **% KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Jalan Merdeka Barat No. 8 Telepon 3505550-3505006 Fax:3505136-3505139 ^g Jakarta 10110 (Sentral) 3507144 ^^^^ Kotak Pos No. 1389 Jakarta

Lebih terperinci

Seseorang dapat mengajukan Perancangan Prosedur Penerbangan

Seseorang dapat mengajukan Perancangan Prosedur Penerbangan PROSES PENGESAHAN PERANCANGAN PROSEDUR PENERBANGAN INSTRUMEN 1. Referensi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamtan Penerbangan Sipil Bagian 173 (Civil Aviation

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012 PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 173 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 173 TAHUN 2013 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 173 TAHUN 2013 TENTANG SERTIFIKASI PENYELENGGARA KALIBRASI FASILITAS NAVIGASI PENERBANGAN

Lebih terperinci

2016, No Informasi Aeronautika (Aeronautical Information Publication (AIP)) Indonesia secara elektronik; d. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

2016, No Informasi Aeronautika (Aeronautical Information Publication (AIP)) Indonesia secara elektronik; d. bahwa berdasarkan pertimbangan seb No.1250, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Navigasi Penerbangan. Publikasi Informasi Aeronautika. Perizinan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 99 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.695, 2016 KEMENHUB. Tatanan Navigasi Penerbangan Nasional. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 55 TAHUN 2016 TENTANG TATANAN NAVIGASI PENERBANGAN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent No.689, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Sistem Tanpa Awak. Pesawat Udara. Pengendalian. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 47 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tah

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.776, 2017 BMKG. Aerodrome. Peralatan Pengamatan Meteorologi. Penempatan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR 8 TAHUN 2017

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 697, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bandar Udara. Ketersediaan Waktu Terbang. Alokasi. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 57 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 182 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 182 TAHUN 2017 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA MOR : KP 182 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGAWASAN OLEH INSPEKTUR NAVIGASI

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :.KP TAHUN TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :.KP TAHUN TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :.KP..57.5...TAHUN..2.015... TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 593 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 593 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 593 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan No.1155, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Prosedur Investigasi Kecelakaan dan Kejadian Serius Pesawat Udara Sipil. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 830. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai angkutan udara perintis. Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis;

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai angkutan udara perintis. Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis; KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :...KP.143..TAHUN. 2016. TENTANG VERIFIKASI OPERASIONAL BANDAR UDARA UNTUK ANGKUTAN UDARA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ^ KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Jalan Merdeka Barat No. 8 Jakarta 10110 KotakPosNo. 1389 Jakarta 10013 Telepon : 3505550-3505006 (Sentral) Fax:3505136-3505139 3507144 PERATURAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 47 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 180 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor No.1212, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pelanggaran Bidang Penerbangan. Pengenaan Sanksi Administratif. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 78 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.561, 2014 KEMENHUB. Penetapan. Biaya. Navigasi Penerbangan. Formulasi. Mekanisme. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 17 TAHUN 2014 TENTANG FORMULASI

Lebih terperinci

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Jalan Merdeka Barat No. 8 Jakarta 10110 KotakPosNo. 1389 Jakarta 10013 Telepon : 3505550-3505006 (Sentral) Fax:3505136-3505139 3507144 PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

mengenai kewenangan Inspektur Navigasi Penerbangan dalam melaksanakan pengawasan; bahwa dalam melaksanaan pengawasan sebagaimana

mengenai kewenangan Inspektur Navigasi Penerbangan dalam melaksanakan pengawasan; bahwa dalam melaksanaan pengawasan sebagaimana KEMENTERIAN PERHUBUNGAN nirf.ktorat JF.NUERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 429 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGAWASAN INSPEKTUR NAVIGASI

Lebih terperinci

NOMOR: PM 17 TAHUN 2014

NOMOR: PM 17 TAHUN 2014 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: PM 17 TAHUN 2014 TENTANG FORMULASI DAN MEKANISME PENETAPAN BIAYA PELAYANAN JASA NAVIGASI PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8 No.1031, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. IMB. Bandar Udara. Pemberian dan Persetujuan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 87 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN BANDAR UDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 99 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN DI BIDANG NAVIGASI PENERBANGAN DAN PUBLIKASI INFORMASI AERONAUTIKA (AERONAUTICAL

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 85 Tahun 2016 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 85 Tahun 2016 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 85 Tahun 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :SKEP/69/11/2011 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.741, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Stasiun Penerbangan. Sertifikasi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 59 TAHUN 2016 TENTANG SERTIFIKASI STASIUN PENERBANGAN

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/ 69/11 /2011 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DENGAN

Lebih terperinci

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: INST 01 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN PERAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA SEBAGAI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 51 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 57 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 440 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 440 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 440 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL BAGIAN 175-02 (ADVISORY CIRCULAR

Lebih terperinci

2017, No Safety Regulations Part 65) Sertifikasi Ahli Perawatan Pesawat Udara (Licensing of Aircraft Maintenance Engineer) Edisi 1 Amandemen

2017, No Safety Regulations Part 65) Sertifikasi Ahli Perawatan Pesawat Udara (Licensing of Aircraft Maintenance Engineer) Edisi 1 Amandemen BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1211, 2017 KEMENHUB. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 65. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 75 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL) DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

Lebih terperinci

2017, No personel ahli perawatan harus memiliki sertifikat kelulusan pelatihan pesawat udara tingkat dasar (basic aircraft training graduation

2017, No personel ahli perawatan harus memiliki sertifikat kelulusan pelatihan pesawat udara tingkat dasar (basic aircraft training graduation BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1384, 2017 KEMENHUB. Organisasi Pusat Pelatihan Perawatan Pesawat Udara. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 147. Pencabutan. MENTERI PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

2 pengenaan sanksi administratif; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri

2 pengenaan sanksi administratif; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.289,2015 KEMENHUB. Sertifikasi. Operasi. Perusahaan Angkutan Udara. Komuter. Charter. Persyarata. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM

Lebih terperinci

2.4. Pertentangan dengan Standar Lainnya 2.5. Penggunaan Kode Referensi Bandar Udara ICAO untuk Menetapkan Standar

2.4. Pertentangan dengan Standar Lainnya 2.5. Penggunaan Kode Referensi Bandar Udara ICAO untuk Menetapkan Standar kesesuaian dengan standar yang berlaku saat ini dapat dicapai. 2.3.3. Standar yang mengandung frasa seperti jika dapat diterapkan, jika secara fisik dapat diterapkan, dll., tetap membutuhkan pengecualian

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tam

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tam - 2-2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058);

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 167 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 33 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN

Lebih terperinci

Keselamatan Pekerjaan Bandar Udara

Keselamatan Pekerjaan Bandar Udara f. jika memungkinkan, kompeten dalam menggunakan alat komunikasi radio dan mengerti instruksi-instruksi yang disampaikan melalui radio. 10.11. Keselamatan Pekerjaan Bandar Udara 10.11.1. Pendahuluan 10.11.1.1.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PH 190 TAHUN 2015 TENTANG MANAJEMEN PENANGANAN OPERASI IREGULER BANDAR UDARA (AIRPORT JRREGULAR OPERATION)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi sangat diperlukan bagi kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhannya, transportasi juga merupakan sarana yang sangat penting dalam memperlancar

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERIMAAN, PENYETORAN, PENGGUNAAN

Lebih terperinci

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.89, 2015 KEMENHUB. Alokasi. Ketersediaan Waktu Terbang. Bandar Udara. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 60 TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN NAVIGASI PENERBANGAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 60 TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN NAVIGASI PENERBANGAN MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 60 TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN NAVIGASI PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 522 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR MINIMAL RUANG KERJA DAN PERALATAN PENUNJANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 522 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR MINIMAL RUANG KERJA DAN PERALATAN PENUNJANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGA UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 522 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR MINIMAL RUANG KERJA DAN PERALATAN PENUNJANG INSPEKTUR

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 019 TAHUN 2018 TENTANG TIM EVALUASI UPDATING PUBLIKASI INFORMASI AERONAUTIKA (AIP)

Lebih terperinci

Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR)

Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR) Standar Nasional Indonesia Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR) ICS 30.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 42 / III / 2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 42 / III / 2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 42 / III / 2010 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139 03 MANAJEMEN BAHAYA HEWAN LIAR DI BANDAR UDARA

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 018 TAHUN 2018 TENTANG TIM PELAKSANA SUPERVISI PERALIHAN PELAYANAN PUSAT INFORMASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 82 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 82 TAHUN 2015 TENTANG MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 82 TAHUN 2015 TENTANG PENGECUALIAN (EXEMPTIONS} DARI KEWAJIBAN PEMENUHAN STANDAR KESELAMATAN, KEAMANAN DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1331,2014 KEMENHUB. Organisasi. Kantor Unit Penyelenggara. Bandar Udara. Kriteria. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 39 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang disebut era globalisasi membuat semakin banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan sarana

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 112 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 112 TAHUN 2017 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 112 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Lebih terperinci

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011 Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011 Posted by jjwidiasta in Airport Planning and Engineering. Standar dan regulasi terkait dengan

Lebih terperinci

NOTAM Kalimat lengkap untuk semua NOTAM yang direncanakan, terkait dengan pekerjaan aerodrome harus dicantumkan dalam MOWP.

NOTAM Kalimat lengkap untuk semua NOTAM yang direncanakan, terkait dengan pekerjaan aerodrome harus dicantumkan dalam MOWP. 10.13.4. NOTAMs Pembatasan Operasi Pesawat Udara dan Penerbitan NOTAM 10.13.4.1. Pada bagian MOWP ini harus berupa format yang memungkinkan adanya penerbitan terpisah untuk operator pesawat udara dan memudahkan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR denderal PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 237 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR denderal PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 237 TAHUN 2014 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR denderal PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 237 TAHUN 2014 TENTANG PETUNdUK TEKNIS INSPEKTUR NAVIGASI PENERBANGAN {STAFF INSTRUCTION

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 570 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 570 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 570 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

2016, No Indonesia Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan No.1077, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Sistem PTTA. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PESAWAT TERBANG TANPA AWAK UNTUK TUGAS PERTAHANAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP/91/V/2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP/91/V/2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP/91/V/2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor No.1098, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Sistem Manajemen Keselamatan. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 19. Pencabutan. MENTERI PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci