Nurhaita*, Neli Definiati dan Suliasih Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Bengkulu Jl. Bali Po Box 118 Bengkulu Kode Pos 38119

Transkripsi

1 PENGOLAHAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI PADA KELOMPOK TANI SIDO URIP DESA SRIKUNCORO Rice Straw Processing As Cattle Feed On Kelompok Tani Sido Urip Nurhaita*, Neli Definiati dan Suliasih Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Bengkulu Jl. Bali Po Box 118 Bengkulu Kode Pos *Penulis ABSTRAK Masalah kelompok mitra adalah sulitnya menyediakan pakan hijauan bagi ternak sapi. Jerami padi merupakan limbah yang paling tersedia untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak, karena kelompok mitra merupakan penghasil padi bibit di Propinsi Bengkulu. Untuk dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak jerami padi harus diolah terlebih dahulu secara amoniasi dan fermentasi dengan MOL (mikroorganisme lokal). Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengenalkan teknologi pengolahan jerami padi dengan amoniasi dan fermentasi pada kelompok mitra. Output kegiatan ini adalah pakan jerami padi amoniasi, pakan jerami padi fermentasi dan mol dari isi rumen. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan dengan metode penyuluhan, pelatihan dan demonstrasi, serta pendampingan pada kelompok mitra. Hasil dari kegiatan ini kelompok mitra mampu dan terampil mengolah jerami padi secara amoniasi dan fermentasi serta bisa pula membuat MOL dari isi rumen untuk digunakan sebagai starter dalam fermentasi. Jerami padi fermentasi yang dihasilkan berkualitas baik dengan ciri-ciri baunya harum seperti tape, warna hijau kekuningan tidak berjamur dan tidak berlendir. Sementara jerami padi amoniasi ciri khasnya berbau amonia dengan tekstur hijauan yang masih utuh. Jerami padi olahan hasil amoniasi dan fermentasi memiliki palatabilas yang cukup baik. Hal ini terlihat dari respon ternak sapi saat pakan baru tersebut disajikan, ternak sapi langsung mau mengkonsumsi nya tanpa perlu adaptasi yang lama. Kesimpulan: Teknologi pengolahan jerami padi diterima dengan baik dan telah diterapkan pada kelompok mitra sebagai solusi untuk masalah pakan hijauan bagi ternak sapi Kata kunci: ammonasi, fermentasi, jerami padi, pakan ternak sapi PENDAHULUAN Kelompok Tani Sido Urip Desa Srikuncoro Kecamatan Pondok Kelapa Bengkulu Utara merupakan kelompok tani penghasil bibit/benih padi di daerah Bengkulu. Kelompok yang beranggotakan 35 orang petani ini menggarap lahan sawah sekitar 75 Ha, dimana tiap anggota memiliki 2-3 Ha lahan sawah. Disamping menggarap sawah kelompok ini juga memelihara 44 ekor sapi yang terdiri dari 35 ekor betina dan 9 ekor jantan. Jenis/bangsa sapi yang dipelihara di kelompok ini adalah sapi Bali. Usaha pemeliharaan sapi diarahkan untuk menghasilkan sapi potong. Kelompok ini tidak memiliki kandang koloni. Ternak sapi dipelihara dirumah masingmasing anggota kelompok. Tiap Anggota kelompok memelihara 1 2 ekor sapi. Sistim pemeliharaan sapi secara intensif, sapi dikandangkan sepanjang hari dan pakan hijauan disediakan di dalam kandang. Pakan hijauan adalah rumput yang disabit disekitar kebun dan sawah. Kegiatan beternak bagi anggota kelompok ini masih bersifat sambilan, hal ini terlihat dari jumlah kepemilikan ternak yang masih sedikit. Produk yang dihasilkan oleh mitra berupa sapi potong dan sapi bakalan. Pemasaran kedua produk ini hampir tidak mengalami kendala. Pada saat Idul Adha kelompok ini selalu menyediakan sapi untuk qurban. Harga jual ternak sapi tergantung pada performa, jenis kelamin, taksiran bobot badan dan permintaan pasar. Permasalahan yang ditemukan pada kelompok ini adalah sulitnya memperoleh pakan hijauan pada musim tanam dan musim hujan. Pada musim tanam rumput seringkali di semprot oleh petani untuk membersihkan lahan, sedang pada musin hujan jalan kelokasi sumber pakan sulit ditempuh karena berlumpur. Jerami padi merupakan limbah pertanian yang paling tersedia untuk dimanfaatkan Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

2 sebagai pakan ternak dikelompok ini. Setiap periode panen akan dihasilkan ton jerami/ha. Selain itu didukung pula dengan adanya mesin rumput dan chopper rumput yang bisa digunakan untuk memotong jerami, namun saat ini pemanfaatannya belum optimal dan belum melalui sentuhan teknologi pengolahan. Usaha peternakan sapi masih berpeluang untuk terus dikembangkan di kelompok ini, mengingat potensi pakan hijauan dari limbah pertanian seperti jerami padi yang tersedia di kelompok ini sangat banyak, limbah ini belum dimanfaatkan untuk pakan ternak, seringkali hanya dibuang dan dibakar. Pemanfaatan limbah ini dapat menunjang ketersediaan pakan hijauan bagi ternak sepanjang tahun. Namun limbah ini merupakan sumber pakan yang rendah nilai kualitasnya, karena itu harus diolah terlebih dahulu sebelum diberikan untuk ternak. Pengolahan secara fisik, kimia dan biologis mampu meningkatkan nilai gizi dan kecernaan jerami padi [6 12] Amoniasi dengan urea adalah salah satu cara pengolahan limbah pakan serat yang mudah dan murah. Amoniasi merupakan perlakuan alkali, karena urea yang ditambah pada pakan mengalami ureolitik menjadi NH 3 membentuk basa NH 4 OH. Suhu lingkungan yang tinggi membantu proses ureolitik tersebut [14]. Perlakuan amoniasi dengan urea pada pakan serat selain mampu melonggarkan ikatan lignoselulosa sehingga lebih mudah dicerna oleh bakteri rumen juga mampu memasok nitrogen untuk pertumbuhan bakteri tersebut [5]. Amoniasi dengan urea merupakan perlakuan kimia yang tergolong murah dan mudah dilakukan. Amoniasi jerami padi dengan urea 4% dengan lama pemeraman 3 minggu dapat meningkatkan kadar protein kasar menjadi 14% [6]. Menurut Bo Gohl [2] urea atau Carbomida [ CO(NH 2 )2] mengandung 46% nitrogen, adalah suatu zat kimia yang dipakai untuk proses amoniasi dengan lama pemeraman 3-4 minggu dan dalam hidrolisanya akan menghasilkan amonia (NH 3 ) dan carbondioksida (CO 2 ). Lamanya proses hidrolisis tergantung dari temperatur dan tersedianya enzim urease. Selain amoniasi, pengolahan secara biologis yaitu fermentasi dengan menggunakan mikroba tertentu akhir-akhir juga sangat popular dilakukan. Fermentasi adalah proses pengolahan bahan dengan bantuan mikroba yang mampu memecah komponen komplek menjadi bentuk yang lebih sederhana, misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi glukosa.bahan yang mengalami fermentasi biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih baik dari asalnya. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh mikroorganisme yang memecah komponenkomponen komplek menjadi zat-zat yang sederhana sehingga mudah dicerna, tetapi mikroorganisme juga dapat mensintesa beberapa vitamin seperti riboflavin, vitamin B 12, pro vitamin A dan faktor pertumbuhan lainnya, juga dapat terjadi pemecahan karbohidrat oleh enzim tertentu misalnya hemisellulosa, sellulosa dan polimer-polimernya menjadi gula sederhana atau turunannya [15]. Pada proses fermentasi enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme akan melakukan oksidasi, reduksi dan reaksi kimia lainnya sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan suatu produk tertentu [13]. Fermentasi dapat memperbaiki sifat tertentu dari bahan seperti menjadi lebih mudah dicerna, lebih tahan disimpan dan dapat menghilangkan senyawa racun yang terkandung di dalammya, sehingga nilai ekonomis bahan dasarnya menjadi lebih baik (Saono,1988). Selain itu fermentasi juga dapat meningkatkan kandungan protein bahan karena tubuh kapang itu sendiri mengandung 19-38% protein [3 4]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun sawit dan jerami padi yang telah diolah secara amoniasi dan fermentasi dapat dijadikan pengganti 100% rumput pada pakan ternak domba dan sapi dan memberikan pengaruh yang sama dengan rumput jika disuplementasi dengan mineral S dan P serta daun ubi kayu [7 9]. Mikrorganisme lokal (MOL) adalah larutan yang mengandung bakteri dan jamur yang berpotensi sebagai perombak bahan organik. MOL merupakan hasil fermentasi dari berbagai bahan limbah. Keunggulan penggunaan MOL yang paling utama adalah murah bahkan tanpa biaya karena MOL dapat dibuat dari buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah busuk dan terbuang, limbah ternak, limbah rumah potong ataupun limbah rumah tangga, serta mudah dalam proses pembuatannya dan bersifat aplikatif. Fermentasi kulit pisang dengan MOL yang dibuat dari berbagai 694 SENASPRO 2017 Seminar Nasional dan Gelar Produk

3 bahan limbah mampu meningkatkan nilai nutrisi dan kecernaan kulit pisang [1]. Penggunaan MOL pada fermentasi jerami padi juga mampu meningkatkan kualitas jerami padi sehingga dapat dijadikan pakan hijauan pengganti rumput. METODE PELAKSANAAN IbM IbM dilaksanakan selama 8 bulan dari Maret Oktober 2015 di kelompok tani Sido Urip Desa Srikuncoro Kec. Pondok Kelapa Bengkulu Tengah. Kegiatan dilakukan dengan beberapa metoda yaitu penyuluhan, pelatihan dan demonstrasi, serta pendampingan pada kelompok mitra. Kegiatan ini selain diikuti oleh anggota kelompok juga diikuti oleh mahasiswa dari Prodi Peternakan Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Tahapan pelaksanaan kegiatan pengabdian adalah : A. Tahap Persiapan 1. Koordinasi dengan kelompok mitra 2. Sosialisasi program IbM pada kelompok mitra B. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan program IbM di kelompok mitra dilakukan dengan metoda: 1. Penyuluhan; dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan anggota Kelompok Tani tentang berbagai aspek peternakan terutama tentang pakan. 2. Pelatihan dan demonstrasi cara pembuatan jerami padi amoniasi, pembuatan jerami padi fermentasi menjadi pakan ternak dan pembuatan MOL dari isi rumen. 3. Pendampingan kelompok; dilakukan selama program IbM dalam hal pengolahan jerami padi menjadi pakan ternak dan pemberian pakan jerami padi olahan pada ternak kelompok mitra. C. Monitoring dan Evaluasi; secara internal dilakukan oleh pihak LPPM UMB dan secara eksternal dilakukan oleh reviewer Dikti. D. Pelaporan; berupa laporan kemajuan (70%) dan laporan akhir (100%) HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan diawali dengan melakukan koordinasi dengan kelompok tani mitra, dilanjutkan dengan sosialisasi program. Pada kegiatan awal disepakati bersama program yang akan dilaksanakan dan jadwal pelaksanaannya. Program pertama kegiatan ini adalah penyuluhan yang diikuti oleh semua anggota kelompok mitra. Kegiatan ini mampu meningkatkan pengetahuan dan motivasi anggota kelompok mitra, hal ini terlihat pada antusiasnya peserta pada sesi diskusi dan tanya jawab. Materi penyuluhan antara lain : a. Pentingnya pakan berkualitas pada ternak sapi potong untuk menunjang produktifitas ternak b. Penyuluhan tentang bahan pakan untuk ternak sapi, meliputi hijauan pakan, bahan-bahan limbah pertanian yang dapat dijadikan pakan ternak sapi dan teknik penyusunan ransum untuk ternak sapi potong. c. Jerami padi sebagai sumber pakan hijauan dan pentingnya pengolahan jerami padi sebelum diberikan pada ternak. Meskipun materi penyuluhan telah disiapkan sesuai dengan program kegiatan, namun dalam sesi diskusi dan tanya jawab terbuka pula kemungkinan untuk menambahkan materi lain seperti tentang manajemen, penanganan kesehatan dan penyakit, masalah IB, penangan limbah, pengolahan pasca panen, peluang usaha dan lain-lain sesuai dengan pertanyaan yang muncul. Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

4 Gambar 1. Suasana Penyuluhan 5.2. Pelatihan dan Demonstrasi Pelatihan dan demontrasi pengolahan jerami padi menjadi pakan ternak sapi dilakukan sebanyak tiga kali dimasing-masing kelompok mitra. Selain anggota kelompok kegiatan ini juga diikuti oleh mahasiswa Prodi Peternakan UMB sebagai sarana praktek. Materi pelatihan adalah pembuatan jerami padi amoniasi, pembuatan MOL dari feses sapi dan pembuatan jerami padi fermentasi dengan menggunakan MOL feses sapi. Gambar 2. Praktek Pengolahan Jerami Amoniasi jerami padi berlangsung selama 21 hari, ketika karung plastik dibuka terlihat jerami padi amoniasi yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik dengan ciri khas bau amonia dengan tekstur yang masih utuh, pada saat baru dibuka jerami padi terlihat berwarna kuning, namun setelah beberapa saat diudara terbuka warnanya berubah menjadi ke cokelatan. 696 SENASPRO 2017 Seminar Nasional dan Gelar Produk

5 Jerami Amoniasi Jerami Fermentasi Gambar 3. Jerami Padi Hasil Olahan Pembuatan MOL dilakukan dengan bahan dari limbah air kelapa, gula aren dan kotoran sapi sumber mikroba. Kotoran sapi merupakan sisa pencernaan yang mengandung banyak mikroba pencerna serat. Dengan demikian diharapkan MOL yang berkembang mengandung mikroba pencerna serat yang efektif. Hasil MOL yang diperoleh berbau harum seperti tape. Campuran bahan diinkubasi selama 7 hari Cairan MOL berwarna cokelat dan berbau khas seperti tape F eses Sapi G ula Merah A ir Kelapai Mol yang sudah siap Gambar 4. Pembuatan MOL dari Feses Sapi Fermentasi jerami padi dilakukan dengan menggunakan MOL sebagai starter. Hasil fermentasi berkualitas baik dengan ciri-ciri aromanya harum seperti tape, berwarna kuning, teksturnya masih utuh, tidak berjamur dan tidak berlendir Bimbingan dan Pendampingan Kegiatan bimbingan dan pendampingan dilakukan pada saat pengolahan jerami padi secara mandiri oleh kelompok mitra dan pemberian pakan jerami padi olahan pada ternak. Pembiasaan/ adaptasi terhadap pakan jerami padi dilakukan dengan cara 1. Memberikan hijauan berupa rumput yang dicampur dengan jerami padi olahan dengan cara mengganti sebagian rumput dengan jerami padi olahan secara bertahap sampai proporsi jerami padi lebih banyak dari rumput atau bisa menggantikan rumput. 2. Memerciki pakan jerami padi olahan dengan air garam atau air gula untuk meningkatkan palatabilitasnya. Jerami padi hasil olahan fermentasi bisa langsung diberikan pada ternak, sedangkan jerami padi amoniasi harus dikering anginkan terlebih dahulu sebelum diberikan pada ternak sapi untuk Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

6 menghilangkan sisa amonianya. Hasil pengamatan selama masa pendampingan terlihat pakan jerami padi fermentasi sangat disukai ternak dan mempunyai palatabilitas yang tinggi, hal ini karena ternak sapi langsung mau mengkonsumsi pakan baru yang disajikan tanpa harus diadaptasikan dalam waktu lama. Hal ini disebabkan jerami padi fermentasi mempunyai aroma yang harum dan merangsang nafsu makan. Pakan jerami padi amoniasi juga memiliki palatabilitas yang cukup baik, tapi ternak sapi pada mulanya tidak mau mengkonsumsi pakan jerami padi amoniasi, karena bau amonia yang tajam dan bersifat basa sehingga ternak jadi lebih banyak minum. Cara pemberian pakan jerami padi amoniasi ini adalah dengan mencampurkannya dengan rumput, dan jumlahnya semakin hari semakin banyak menggantikan rumput, sampai akhirnya jerami padi amoniasi bisa menggantikan 100% rumput. KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 5. Pemberian jerami padi olahan pada ternak sapi Kesimpulan Teknologi pengolahan jerami padi yang diajarkan dapat diterima dengan baik dan telah diaplikasikan pada kelompok mitra. Pakan jerami padi olahan cukup disukai ternak dapat menjadi solusi dalam masalah kesulitan pakan hijauan. Saran agar kelompok mitra tetap melakukan pengolahan jerami padi secara terus menerus karena bahan baku tersedia cukup banyak, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak pada saat kesulitan hijauan. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih disampaikan pada Direktorat Penelitian dan Pengadian pada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah membiayai kegiatan ini melalui skim Iptek bagi Masyarakat tahun SENASPRO 2017 Seminar Nasional dan Gelar Produk

7 DAFTAR PUSTAKA [1] Astuti, Tri., dan Yurni, S.A Bioproses Optimalisasi Pemanfaatan Kulit Pisang dengan menggunakan Mikroorganisme Lokal (MOL) Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Laporan Hibah bersaing Universitas Muaro Bungo. Jambi [2] Bo Gohl, Tropical Feed. Feed information summaries nutritive value. FAO The United Nations. [3] Jamarun, N Biokonversi serat sawit dengan Aspergillus niger sebagai pakan ternak ruminansia. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi VIII. Tahun anggaran 1999/2000. Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang. [4] Jamarun, N. dan F. Agustin, Bioproses Jerami Padi dengan Trichoderma harzianum Sebagai Bahan Pakan Ternak. Proseding Seminar Ilmiah Tahunan Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia di Padang 23 Agustus 1999 [5] Leng, R. A Application of biotechnology of nutrition of animal in developing countries. FAO. Animal Production and Health paper. [6] Nurhaita, N. Jamarun, R. Saladin, L Warly dan Mardiati Z Efek beberapa metoda pengolahan limbah daun kelapa sawit terhadap kandungan gizi dan kecernaan secara invitro. J. Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia No 2: [7] Nurhaita, Evaluasi dan Pemanfaatan Daun Kelapa Sawit dalam Ransum Ternak Ruminansia. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Andalas, Padang. [8] Nurhaita, N Jamarun, L Warly, dan M, Zain Kecernaan Ransum Domba Berbasis Daun Sawit Teramoniasi Yang Disuplementasi Sulfur, Fosfor, Dan Daun Ubi Kayu. Jurnal Media Peternakan. Vol 33 No 3 [9] Nurhaita, Ruswendi, dan Wismalinda R Pemanfaatan Limbah Pelepah Sawit Untuk Pakan Komplit Sapi Potong Dengan Suplementasi Nutrient Precursor Mikroba Rumen. Laporan Penelitian KKP3T, Badan Litbang Pertanian Jakarta dan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Bengkulu. [10] Nurhaita, N. Definiati, R. Zurina, Edi, E, Nilai Gizi Dan Kecernaan Pelepah Sawit Fermentasi (Evaluasi Secara In Vitro). Prosiding Seminar Nasional Prospek dan Potensi Sumberdaya Ternak Lokal dalam Menunjang Ketahanan Pangan Hewani. Fak. Peternakan UnSoed Purwokerto 15 Oktober [11] Nurhaita, Neli Definiati, dan Suliasih, Biokonversi dan Pengkayaan Pod Kakao untuk Pakan Ternak. Laporan Hibah Brsaing tahun 1. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Bengkulu [12] Saono, S Pemanfaatan Jasad Renik dalam Pengolahan Hasil Sampingan Produksi Pertanian. Berita LIPI, 18 [13] Smith. F. W and M. Siregar Sulfur requirement of tropical forages. Sulfur in South East Asean and South Pasific Agriculture. Research for Development Seminar, Ciawi Bogor. Mey 23 27, 1983 [14] Sutardi, T Peluang dan tantangan pengembangan ilmu-ilmu nutrisi ternak. Orasi Ilmiah Guru besar Tetap Ilmu Nutrisi Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor [15] Winarno, F. G., S. Fardiaz and D. Fardiaz Pengantar Teknologi Pangan. PT. Gramedia. Jakarta. Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO