BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN"

Transkripsi

1 BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN Dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , definisi kemiskinan adalah kondisi yang membuat seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Definisi ini beranjak dari pendekatan berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Jadi dengan menggunakan pendekatan berbasis hak, kemiskinan dapat diidentifikasi dari rendahnya akses terhadap berbagai sumberdaya dan aset produktif yang diperlukan untuk pemenuhan sarana kebutuhan hidup dasar. Sumberdaya dan aset produktif tersebut, termasuk: barang dan jasa, informasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Batasan kemiskinan tidak terbatas sekedar pada ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup, rasa aman serta hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Oleh karena itu, kemiskinan merupakan masalah multidimensi dan lintas sektor yang dipengaruhi oleh berbagai faktor

2 yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, serta kondisi lingkungan. I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Pada awal penyusunan RPJMN , jumlah penduduk miskin di Indonesia relatif besar. Pada tahun 2004 tercatat sebanyak 36,1 juta jiwa atau 16,7 persen dari jumlah penduduk tergolong penduduk miskin. Pada tahun 2005, kondisi terus berlanjut, meski terjadi penurunan penduduk miskin menjadi 35,1 juta jiwa atau 15,97 persen. Meskipun telah terjadi penurunan kemiskinan sejak , secara absolute jumlah penduduk miskin masih tinggi. Tingginya angka kemiskinan ini menyebabkan terjadinya penurunan kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia. Selanjutnya, permasalahan kemiskinan pada waktu itu, apabila dilihat dari aspek pemenuhan hak dasar, meliputi hal berikut. Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan. Pemenuhan kebutuhan pangan yang layak dan memenuhi persyaratan gizi masih menjadi persoalan bagi masyarakat miskin. Dari sisi permintaan, rendahnya kemampuan daya beli dan ketergantungan yang tinggi terhadap makanan pokok beras merupakan persoalan utama bagi masyarakat miskin, sedangkan dari sisi penawaran meliputi permasalahan stabilitas ketersediaan pangan secara merata dengan harga yang terjangkau dan kurangnya upaya diversifikasi pangan, serta belum efisiennya proses produksi pangan, dan rendahnya harga jual yang diterima petani. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan. Masalah utama yang menyebabkan rendahnya derajat kesehatan masyarakat miskin adalah rendahnya akses terhadap layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya layanan kesehatan reproduksi. Meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat, disparitas status kesehatan antarmasyarakat, antarkawasan, dan antara perkotaan dan perdesaan masih cukup tinggi. 16-2

3 Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Pembangunan pendidikan ternyata belum sepenuhnya mampu memberi pelayanan secara merata kepada seluruh lapisan masyarakat. Sampai dengan tahun 2003 masih terdapat kesenjangan tingkat pendidikan yang cukup lebar antarkelompok masyarakat terutama antara penduduk kaya dan penduduk miskin dan antara perdesaan dan perkotaan. Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha. Masyarakat miskin umumnya menghadapi permasalahan terbatasnya kesempatan kerja, terbatasnya peluang mengembangkan usaha, lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, perbedaan upah serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumahtangga. Masyarakat miskin dengan keterbatasan modal dan kurangnya keterampilan ataupun pengetahuan, hanya memiliki sedikit pilihan pekerjaan yang layak dan terbatasnya peluang untuk mengembangkan usaha. Terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia saat ini seringkali menyebabkan mereka terpaksa melakukan pekerjaan yang beresiko tinggi dengan imbalan yang kurang memadai dan tidak terjamin keberlanjutannya. Masyarakat miskin juga mempunyai akses yang terbatas untuk memulai dan mengembangkan usaha. Permasalahan yang dihadapi, antara lain, sulitnya mengakses modal dengan suku bunga rendah, hambatan untuk memperoleh ijin usaha, kurangnya perlindungan terhadap kegiatan usaha, rendahnya kapasitas kewirausahaan dan terbatasnya akses terhadap informasi, pasar, bahan baku, serta sulitnya memanfaatkan bantuan teknis dan teknologi. Ketersediaan modal dengan tingkat suku bunga pasar, masih sulit diakses oleh pengusaha kecil dan mikro yang sebagian besar masih lemah dalam kapasitas SDM. Masyarakat miskin juga menghadapi masalah lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, terutama perlindungan terhadap hak cipta industri tradisional, dan hilangnya aset usaha akibat penggusuran. Terbatasnya akses layanan perumahan, sanitasi dan air bersih. Masalah utama yang dihadapi masyarakat miskin adalah terbatasnya akses terhadap perumahan yang sehat dan layak, rendahnya mutu lingkungan permukiman dan lemahnya 16-3

4 perlindungan untuk mendapatkan dan menghuni perumahan yang layak dan sehat. Masyarakat miskin yang tinggal di kawasan pesisir, pinggiran hutan, dan pertanian lahan kering juga menghadapi kesulitan memperoleh perumahan dan lingkungan permukiman yang sehat dan layak. Selanjutnya, kesulitan untuk mendapatkan air bersih terutama disebabkan oleh terbatasnya akses, terbatasnya penguasaan sumber air dan menurunnya mutu sumber air. Keterbatasan akses terhadap air bersih dapat mengakibatkan penurunan mutu kesehatan dan penyebaran berbagai penyakit lain seperti diare. Jelas bahwa akses terhadap air bersih masih menjadi persoalan yang harus diatasi. Masyarakat miskin juga mengalami masalah dalam mengakses sumber-sumber air yang diperlukan untuk usaha tani dan menurunnya mutu air akibat pencemaran dan limbah industri. Berkurangnya air waduk akibat penggundulan hutan dan pendangkalan, serta menurunnya mutu saluran irigasi mengakibatkan berkurangnya jangkauan irigasi. Masalah ini membuat lahan tidak dapat diusahakan secara optimal, yang pada gilirannya mengurangi pendapatan petani. Sementara itu, untuk masyarakat miskin di perkotaan yang tinggal di bantaran sungai masih banyak yang memanfaatkan air sungai dan sumur galian yang sudah tercemar untuk kebutuhan hidup seperti mandi, memasak, mencuci, dan bahkan air minum. Lemahnya akses terhadap tanah dan sumber daya alam (SDA) serta memburuknya kondisi SDA dan lingkungan hidup (LH). Masyarakat miskin menghadapi masalah ketimpangan struktur penguasaan dan pemilikan tanah, serta ketidakpastian dalam penguasaan dan pemilikan lahan pertanian. Terbatasnya akses terhadap tanah merupakan salah satu faktor penyebab kemiskinan dalam kaitan terbatasnya aset dan sumberdaya produktif yang dapat diakses masyarakat miskin. Sumberdaya produktif lainnya adalah sumber daya alam (SDA). Masyarakat miskin kehilangan sumber mata pencaharian sebagai akibat dari konversi hutan dan degradasi LH, terutama pada hutan, laut, dan daerah pertambangan. Masyarakat miskin di Indonesia juga sangat rentan terhadap perubahan pola pemanfaatan SDA dan LH. Penyebab utamanya adalah akses yang terbatas terhadap SDA sebagai sumber mata 16-4

5 pencaharian dan penunjang kehidupan sehari-hari. Hal ini diperburuk dengan menurunnya mutu LH yang membuat masyarakat rentan jatuh ke bawah garis kemiskinan. Lemahnya partisipasi dan jaminan rasa aman. Salah satu penyebab kegagalan kebijakan dan program pembangunan dalam mengatasi masalah kemiskinan adalah lemahnya partisipasi mereka dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan. Berbagai kasus penggusuran perkotaan, pemutusan hubungan kerja secara sepihak, dan pengusiran petani dari wilayah garapan menunjukkan kurangnya jaminan rasa aman dan lemahnya pertisipasi mereka dalam pengambilan keputusan. Rendahnya partisipasi masyarakat miskin dalam perumusan kebijakan juga disebabkan oleh kurangnya informasi baik mengenai kebijakan yang akan dirumuskan maupun mekanisme perumusan yang memungkinkan keterlibatan mereka. Lemahnya jaminan rasa aman juga terjadi dalam bentuk ancaman nonkekerasan antara lain, kerusakan lingkungan, perdagangan perempuan dan anak (trafficking), krisis ekonomi, penyebaran penyakit menular, dan peredaran obat-obat terlarang yang menyebabkan hilangnya akses masyarakat terhadap hak-hak sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Konflik yang terjadi di berbagai daerah telah menyebabkan hilang atau rusaknya tempat tinggal, terhentinya kerja dan usaha sehingga penghasilan keluarga hilang, menurunnya status kesehatan individu dan lingkungan yang berakibat pada penurunan produktivitas, rusaknya infrastruktur ekonomi yang menyebabkan langkanya ketersediaan bahan pangan, menurunnya akses terhadap pendidikan, menurunnya akses terhadap air bersih, rusaknya infrastruktur sosial dan hilangnya rasa aman, serta merebaknya rasa amarah, putus asa, dan trauma kolektif. II. LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL- HASIL YANG DICAPAI Berbagai kebijakan pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan diarahkan ke dalam bentuk peningkatan kesejahteraan dan pengurangan beban penduduk miskin. Sejak tahun , beberapa upaya tersebut didorong oleh berbagai kebijakan lintas 16-5

6 sektor yang mengarah pada penciptaan kesempatan usaha bagi masyarakat miskin, pemberdayaan masyarakat miskin, peningkatan kemampuan masyarakat miskin, serta pemberian perlindungan sosial bagi masyarakat miskin. Upaya dalam menanggulangi kemiskinan tersebut dilakukan secara intensif dan komprehensif dan menghasilkan pencapaian angka kemiskinan yang terus membaik dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta atau 15,42 persen. Jumlah penduduk miskin tersebut telah berkurang sebesar 2,21 juta dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2007 yang berjumlah 37,17 juta atau 16,58 persen. Sementara itu, pada Maret 2009 jumlah penduduk miskin sebesar 32,53 juta jiwa (14,15 %) atau turun sebesar 2,43 juta jiwa dibandingkan penduduk miskin pada tahun Namun demikian, meskipun jumlah penduduk miskin telah menurun, jumlah penduduk miskin yang ada masih harus terus diturunkan. Sehubungan dengan itu, diperlukan kerja keras untuk menanggulangi kemiskinan yang menjadi tanggung jawab bersama, baik instansi pemerintah pusat dan daerah, instansi swasta maupun masyarakat pada umumnya. Pada tahun 2009 ini, kebijakan dalam upaya penanggulangan kemiskinan terdiri dari 4 (empat) fokus yang meliputi (i) pembangunan dan penyempurnaan sistem perlindungan sosial dan keberpihakan terhadap rakyat miskin; (ii) perluasan akses masyarakat miskin terhadap kesehatan serta keluarga berencana; (iii) penyempurnaan dan perluasan cakupan program pembangunan berbasis masyarakat; dan (iv) peningkatan usaha rakyat. Adapun kegiatan yang dilakukan dan hasil yang telah dicapai Pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan, di antaranya adalah sebagai berikut. A. Pembangunan dan Penyempurnaan Sistem Perlindungan Sosial dan Keberpihakan terhadap Rakyat Miskin Kebijakan pembangunan dan penyempurnaan sistem perlindungan sosial dan keberpihakan terhadap rakyat miskin ini bertujuan untuk melindungi masyarakat miskin yang rentan terhadap 16-6

7 guncangan sosial, ekonomi ataupun bencana. Kegiatan yang telah dilakukan untuk mencapai kebijakan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Pemberian Bantuan Langsung Tunai Tujuan program pemberian bantuan langsung tunai (BLT) adalah mengurangi beban masyarakat miskin akibat dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan BBM terjadi pada bulan Oktober 2005 dan pertengahan tahun Penerima BLT adalah rumah tangga yang menurut kriteria yang ditetapkan Pemerintah adalah yang termasuk dalam kelompok rumah tangga sangat miskin, miskin, dan mendekati miskin. Pada saat kenaikan harga BBM di bulan Oktober 2005, Pemerintah telah menyalurkan bantuan tunai kepada 19,1 juta rumah tangga miskin (RTM) mulai dari Oktober 2005 sampai dengan September Dengan adanya kenaikan harga BBM pada tahun 2008, untuk mencegah agar masyarakat miskin tidak semakin jatuh ke dalam kemiskinan dan menjaga daya beli masyarakat terhadap kebutuhan bahan-bahan pokok, pemerintah kembali meluncurkan program BLT kepada 18,8 juta rumah tangga sasaran (RTS). Pada tahun 2009, mengingat harga BBM telah dapat diturunkan, program BLT hanya direncanakan untuk jangka waktu 2 bulan kepada 18,5 juta rumah tangga sasaran dengan alokasi sekitar Rp 4,4 triliun. 2. Pelaksanaan Program Harapan Keluarga (PKH) Dalam rangka memberikan perlindungan kepada keluarga miskin termasuk perempuan dan anak, pemerintah melakukan uji coba PKH yang dipersiapkan sebagai cikal bakal sistem perlindungan sosial pada masa depan. PKH adalah program yang memberikan bantuan tunai kepada rumah tangga sangat miskin (RTSM) dengan kewajiban untuk memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan. Program PKH pertama kali diluncurkan pada tahun 2007 di 7 provinsi pada 348 kecamatan (49 kabupaten) dengan target RTSM. Total dana yang dikeluarkan Pemerintah untuk pelaksanaan PKH pada tahun 2007 mendekati Rp 1 triliun. Pada tahun 2008, uji 16-7

8 coba PKH dilanjutkan dan diperluas ke 6 (enam) provinsi tambahan untuk mengetahui dampaknya terhadap peningkatan kualitas hidup RTSM, dengan anggaran sebesar Rp 1,1 triliun. Pada tahun 2009, jumlah sasaran PKH akan ditingkatkan menjadi RTSM di 13 provinsi dengan fokus pada perbaikan beberapa komponen seperti Sistem Informasi Manajemen serta pelatihan-pelatihan bagi penyedia layanan. Kegiatan ini juga diupayakan untuk menarik anak-anak yang bekerja agar kembali bersekolah. Pengurangan pekerja anak (PPA) dilakukan oleh program PPA-PKH dan telah dilaksanakan di 48 kabupaten/kota pada 7 provinsi, dengan sasaran anak. Realisasi pelaksanaan dilakukan bagi anak. Dari anak yang ditarik dari pekerjaannya sebanyak 599 anak yang telah memperoleh pendidikan kesetaraan (paket A, B, dan C), dan sebanyak 400 anak yang mengikuti pendidikan layanan khusus (PLK). 3. Subsidi Pangan untuk Masyarakat Miskin Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pokok akan beras, Pemerintah memberikan subsidi beras untuk masyarakat miskin (Raskin) yang bertujuan untuk meringankan beban masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhan pangan pokok. Realisasi pelaksanaan Raskin dalam periode tahun relatif tinggi, yaitu rata-rata mencapai 99,13 persen, dengan jumlah rumah tangga sasaran (RTS) cenderung meningkat. Pada tahun 2005, Raskin ditujukan kepada 8,3 juta RTS dengan durasi 12 bulan. Pada tahun 2006, jumlah RTS meningkat menjadi 10,83 juta, namun durasinya berkurang menjadi 10 bulan. Jumlah RTS dan durasi bulan kembali meningkat pada tahun 2007 menjadi 15,8 juta RTS selama 11 bulan. Sementara itu, pada tahun 2008, Raskin dialokasikan kepada 19,1 juta RTS selama 12 bulan. Untuk tahun 2009, program Raskin ditujukan bagi 18,5 juta rumah tangga sasaran (RTS) dengan pagu alokasi mencapai 3,33 juta ton beras. Berdasarkan alokasi tersebut, tiap-tiap RTS mendapatkan beras sebesar 15 kg selama 12 bulan. Sampai dengan 30 Juni 2009, realisasi penyaluran Raskin telah mencapai 1,46 juta ton atau sekitar 43,9 persen. 16-8

9 4. Peningkatan Akses dan Kualitas Pendidikan Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan adalah menerapkan program wajib belajar sembilan tahun (Wajar 9 tahun), yang telah dimulai sejak tahun Sementara itu, sejak tahun 2005, Pemerintah juga menyediakan dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang digunakan untuk membiayai operasional sekolah dan membantu anak-anak yang berasal dari keluarga miskin untuk memperoleh layanan pendidikan minimal sampai dengan tingkat SLTP. Alokasi BOS dari tahun ke tahun terus meningkat, dari Rp 10,2 triliun pada tahun 2006 menjadi Rp 11,6 triliun pada tahun 2007, dan meningkat lagi menjadi Rp 11,9 triliun pada tahun Selain itu, pada tahun 2007 upaya penuntasan Wajib Belajar Pendidikan dasar 9 tahun juga dilakukan melalui jalur pendidikan nonformal di antaranya dengan melakukan pemberian biaya operasional penyelenggaraan (BOP) Paket A dan Paket B. Sementara itu, upaya pencapaian peningkatan akses masyarakat miskin pada pendidikan adalah melalui pemberian beasiswa bagi sebanyak siswa/mahasiswa miskin pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 akan diberikan kepada siswa/mahasiswa miskin. 5. Peningkatan Kepastian Kepemilikan dan Penguasaan Tanah Bagi masyarakat miskin, aspek penguasaan dan pemilikan lahan menjadi sangat penting khususnya bagi petani. Untuk membantu masyarakat miskin memiliki kepastian dan penguasaan tanah, beberapa upaya telah dilakukan. Salah satunya adalah penerbitan sertifikat hak atas tanah. Hasil yang telah dicapai pada tahun 2005 adalah sebagai berikut. Penerbitan sertifikat hak atas tanah sebanyak bidang tanah dengan jumlah penerima manfaat KK; (ii) Penerbitan sertifikat hak atas tanah bagi masyarakat golongan ekonomi lemah sebanyak bidang tanah dengan jumlah penerima manfaat KK; (iii) Redistribusi tanah objek land-reform bagi petani penggarap tanah objek land-reform dengan rencana jumlah penerima manfaat sebesar KK dan yang terealisasi sebanyak KK; (iv) Penerbitan sertifikat hak atas tanah bagi transmigran sebanyak bidang tanah dengan jumlah penerima manfaat KK. Sementara itu, pada 2006 dan 16-9

10 2007, berturut-turut telah dikeluarkan sertifikat tanah sebanyak dan Hal-hal yang telah dicapai pada tahun 2008 terkait dengan kepastian kepemilikan dan penguasan tanah adalah (i) Sertifikasi tanah melalui Prona sebanyak bidang; (ii) Redistribusi tanah sebanyak bidang; (iii) Konsolidasi tanah sebanyak bidang; (iv) Sertifikasi tanah UKM sebanyak bidang; (v) Sertifikasi tanah transmigrasi sebanyak bidang; (vi) Adjudikasi land management and policy development project (LMPDP) sebanyak bidang; dan (vii) Adjudikasi reconstruction of Aceh land administration system 6. Peningkatan Akses Terhadap Air Bersih Untuk meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap air bersih dan aman, Pemerintah telah membangun prasarana air minum. Pada tahun 2008, Pemerintah telah membangun prasarana air minum bagi 3,5 juta penduduk perdesaan dan 1,6 juta penduduk perkotaan sedangkan pada tahun 2009, akses terhadap air bersih meningkat menjadi 68,7 persen yang terdiri dari 54,1 persen penduduk dengan akses pelayanan air minum non-perpipaan terlindungi dan 14,6 persen penduduk dengan akses pelayanan air minum perpipaan. B. Perluasan Akses Masyarakat Miskin Terhadap Kesehatan serta Keluarga Berencana Kebijakan perluasan akses masyarakat miskin terhadap kesehatan serta keluarga berencana bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia keluarga miskin dan generasi muda dari keluarga miskin sehingga berpeluang besar untuk memperbaiki kualitas kesejahteraannya. Hasil nyata kegiatan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Peningkatan Akses Masyarakat Miskin Terhadap Kesehatan Pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin yang pada tahun 2004 dilaksanakan melalui Program Jaminan Pengamanan Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK) telah ditingkatkan pelaksanaannya menjadi Asuransi Kesehatan bagi Masyarakat Miskin. Program yang kemudian disempurnakan dan ditetapkan menjadi Program Jaminan 16-10

11 Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) pada tahun 2005 semula hanya diarahkan untuk melayani penduduk miskin, kemudian masyarakat miskin, sehingga konsep penanganan kesehatan perorangan menjadi kesehatan penduduk miskin dan masyarakatnya. Semula jumlah sasaran hanya 36,4 juta penduduk miskin, pada tahun 2006 menjadi 60 juta penduduk miskin serta penduduk hampir miskin dan tidak mampu, kelompok masyarakat tersebut apabila sakit menjadi miskin atau miskin sekali. Pada tahun 2007, 2008, dan 2009 sasaran penerima Jamkesmas telah ditingkatkan menjadi 76,4 juta penduduk dan sampai saat ini telah diterbitkan sebanyak (94,1%) kartu peserta, dan yang telah didistribusikan sebanyak (94,1%). Jumlah pembiayaan untuk Askeskin pun terus meningkat dari Rp3,6 triliun pada tahun 2006 menjadi Rp4,6 triliun pada tahun 2007 dan Selain itu, jenis pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin telah dapat ditingkatkan. Jjika pada awal program jenis pelayanan kesehatan dibatasi pada pelayanan emergensi, pelayanan yang mengancam jiwa, pelayanan ibu dan anak; maka sejak tahun 2005 jenis pelayanan bagi masyarakat miskin lebih ditingkatkan lagi, termasuk pelayanan khusus, antara lain hemodialisa, operasi jantung, operasi caesar, serta tindakan besar lainnya sehingga semua pelayanan yang hanya dapat diperoleh masyarakat berkecukupan telah dapat diterima oleh masyarakat miskin, hampir miskin, dan tidak mampu bagi peserta program Jamkesmas. 2. Peningkatan Akses Terhadap Pelayanan Keluarga Berencana Untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan serta menurunkan angka kematian ibu dan bayi, Pemerintah melaksanakan program keluarga berencana.kebijakan umum yang diambil di antaranya diarahkan untuk: (1) memberdayakan dan menggerakkan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas; dan (2) memberikan fasilitas penyediaan data dan informasi keluarga berbasis data mikro bagi pengelolaan pembangunan dan pemberdayaan keluarga miskin. Kebijakan umum tersebut kemudian dijabarkan menjadi kebijakan operasional, di antaranya dengan meningkatkan perencanaan kehamilan dan mencegah kehamilan yang belum diinginkan. Upaya meningkatkan 16-11

12 perencanaan kehamilan dan mencegah kehamilan yang belum diinginkan tersebut dilaksanakan di antaranya melalui pelayanan KB gratis bagi penduduk miskin. Pencapaian peserta KB Baru dan KB Aktif untuk pasangan usia subur (PUS) miskin dari tahun ketahun semakin meningkat. Pada bulan mei 2006, pencapaian peserta KB Baru (PB) miskin adalah sekitar 0,8 juta PUS dan Peserta KB Aktif (PA) PUS miskin adalah sekitar 11,8 juta PUS. Dan pada tahun 2008 Pemerintah juga melakukan penyediaan kontrasepsi gratis bagi peserta keluarga berencana (KB) baru miskin dan peserta aktif KB miskin di desa/kelurahan dan kecamatan di daerah tertinggal, terpencil, dan perbatasan. C. Penyempurnaan dan Perluasan Cakupan Program Pembangunan Berbasis Masyarakat Kebijakan penyempurnaan dan perluasan cakupan program pembangunan berbasis masyarakat bertujuan untuk meningkatkan efektivitas program-program penurunan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat dengan semakin memperkuat peran masyarakat baik perempuan maupun laki-laki dalam setiap tahap pembangunan. Pada tahun 2007, Pemerintah telah mengonsolidasikan program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat yang dijalankan oleh kementerian dan lembaga ke dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Penyelesaian permasalahan kemiskinan yang ada diharapkan dapat mempercepat upaya pengurangan jumlah penduduk miskin dan peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia yang berada dalam kategori miskin. Hingga kini hasil yang telah dicapai PNPM Mandiri adalah sebagai berikut. 1. Pada tahun 2007, pelaksanaan PNPM inti menggunakan mekanisme Program Pengembangan Kecamatan (PPK) untuk daerah perdesaan dan mekanisme Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) untuk daerah perkotaan dengan jumlah lokasi sebanyak 1993 kecamatan di perdesaan dan 838 kecamatan di perkotaan. Total bantuan yang disalurkan untuk kegiatan PNPM tahun 2007 sebesar Rp3,8 triliun

13 2. Pada tahun 2008, PNPM Mandiri diprioritaskan untuk menyelesaikan masalah kemiskinan di daerah tertinggal. Untuk itu, PNPM inti diperluas melibatkan Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK), Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi wilayah (PISEW) dan Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), serta diperkuat oleh berbagai program pemberdayaan masyarakat lainnya yang dilaksanakan oleh departemen sektor. Pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke dalam kebijakan PNPM Mandiri tersebut akan memperluas cakupan pembangunan hingga ke daerah-daerah tertinggal dan terpencil. Dengan anggaran yang direncanakan sebesar Rp6,7 triliun, PNPM inti mencakup kecamatan pada tahun Pada tahun 2009, sasaran PNPM diperluas menjadi kecamatan yang terdiri dari kecamatan PNPM Perdesaan, kecamatan PNPM Perkotaan, 186 kecamatan PNPM Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK), 479 kecamatan PNPM Infrastruktur Perdesaan, dan 237 kecamatan PNPM Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW). Jumlah Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang dikucurkan pada tahun 2009 adalah Rp 11,01 triliun yang terdiri dari Rp 7,65 berasal dari APBN dan Rp 3,36 triliun dari APBD. 4. Pada tahun 2009 ini juga mulai dilakukan sinkronisasi dan harmonisasi program-program sektoral yang berbasis pemberdayaan untuk masuk kedalam PNPM Penguatan. Salah satunya adalah kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Pertanian (PUAP) dan Penguatan Kelembagaan Ekonomi Perdesaan melalui Lembaga Mandiri yang Mengakar pada Masyarakat (LM3). Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP telah diberikan kepada Gabungan kelompok tani (Gapoktan). Masing-masing Gapoktan menerima modal sebesar Rp 100 juta, dan tahun 2009 ditargetkan sebanyak Gapoktan yang akan mendapatkan bantuan BLM- PUAP. Sementara itu, untuk kegiatan penguatan kelembagaan ekonomi melalui LM3, pada tahun 2008 diarahkan untuk 16-13

14 memberikan bantuan bagi 227 LM3-Horti, 150 LM3 Pengolahan, 1000 desa rawan pangan di 200 kabupaten, fasilitasi pemberdayaan SDM di 1000 LM3. Pada tahun 2009 ini, kegiatan LM3 tersebut dilanjutkan kembali yang diarahkan untuk memberikan bantuan permodalan 250 LM3 tanaman pangan, 755 LM3 peternakan, pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian di 200 LM3, dan fasilitasi pemberdayaan/pengembangan kapasitas LM3 sebanyak 1000 orang. 5. Pada program pemberdayaan bidang kelautan dan perikanan, Pemerintah telah menyalurkan bantuan langsung masyarakat dalam rangka menekan biaya produksi perikanan, antara lain, melalui pembangunan kedai pesisir, solar packed dealer nelayan (SPDN), dan bantuan sarana listrik dan sarana modal usaha. Hasil yang telah dicapai selama kurun waktu adalah pembangunan kedai pesisir sebanyak 196 unit di 168 kabupaten/kota dan pembangunan SPDN di 225 titik lokasi yang tersebar di 136 kabupaten/kota. Untuk mendukung meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah pulau-pulau kecil juga telah dilakukan penyediaan pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. Sarana dan prasarana yang disediakan adalah berupa pembangkit listrik tenaga surya tipe SHS 50 watt untuk rumah dan hybrid system sebanyak unit yang tersebar di 38 pulau-pulau kecil di 15 provinsi. D. Peningkatan Usaha Rakyat Kebijakan peningkatan usaha rakyat ini bertujuan untuk meningkatkan kesempatan berusaha bagi masyarakat miskin ataupun kelompok usaha mikro melalui dukungan dan bimbingan teknis dan infrastruktur. 1. Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil Program KUR dilaksanakan dengan melibatkan instansiinstansi yang secara lintas sektoral melakukan pemberdayaan Koperasi dan UMKM dengan mengikutsertakan 6 bank pelaksana 16-14

15 (Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI, Bank BTN, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri) serta Perum Jamkrindo dan PT Askrindo sebagai lembaga penjamin. Realisasi penyaluran KUR sampai dengan Mei 2009 adalah sebesar Rp14,5 triliun untuk 1,9 juta debitur, dengan rata-rata kredit senilai Rp7,4 juta. Distribusi penyaluran KUR yang paling besar adalah di sektor perdagangan, restoran & hotel; dan sektor pertanian dengan sebaran masingmasing sebesar 55,0 persen dan 26,5 persen. Sementara itu, pemanfaatan KUR terbesar adalah di pulau Jawa dan Sumatera dengan proporsi masing-masing sebesar 48,9 persen dan 23,6 persen. Pemberdayaan usaha mikro dan kecil dilakukan melalui: (a) penataan sarana usaha pedagang kaki lima (PKL); (b) pengembangan sarana pasar tradisional; (c) pengembangan sentra di derah tertinggal, terisolir, dan perbatasan; (d) penyediaan dana bergulir untuk kegiatan produktif skala usaha mikro dengan pola bagi hasil/syariah dan konvensional; dan (e) diklat kewirausahaan, manajerial dan ketrampilan teknis. Pada periode tahun , PKL yang sudah dibantu adalah sebanyak yang tersebar di 16 lokasi dan 13 provinsi. Selanjutnya, pada tahun 2009, dilakukan penataan sarana usaha PKL di 13 kabupaten/kota. Pasar tradisional telah dikembangkan sebanyak 71 unit pada periode tahun Sementara itu, pada tahun 2009 dilaksanakan program stimulus pembangunan pasar tradisional sebanyak 91 unit. Kegiatan sosialisasi pengembangan sentra untuk di daerah tertinggal, terisolir, dan perbatasan dilakukan di Kalimantan Barat, Bengkulu, dan NTB pada tahun Penyediaan dana bergulir untuk kegiatan produktif skala usaha mikro dengan pola bagi hasil/syariah dan konvensional telah disalurkan kepada koperasi selama periode tahun Selanjutnya pada periode yang sama, pendidikan dan pelatihan telah dilaksanakan kepada usaha mikro dan kecil untuk diklat kewirausahaan, orang untuk diklat manajerial, dan orang untuk diklat ketrampilan teknis. 2. Penguatan Modal di Sektor Pertanian Pemerintah juga telah meningkatkan anggaran stabilisasi harga beras yang dikenal dengan Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) yang bertujuan untuk melindungi 16-15

16 petani dari resiko kejatuhan harga. Kegiatan ini bersama-sama dengan program pembelian beras oleh BULOG dan kebijakan pengetatan impor beras telah berhasil meningkatkan harga gabah petani dari rata-rata Rp 1.226/Kg Gabah Kering Panen (GKP) pada tahun 2004 menjadi rata-rata Rp 2.052/Kg GKP pada tahun 2006 atau berada di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) pada tahun tersebut. Mengingat pentingnya kegiatan stabilisasi harga tersebut, pada tahun 2008 kegiatan DPM-LUEP akan diarahkan untuk mencapai sasaran pembelian gabah petani sebanyak 130 ribu ton, jagung 35 ribu ton di 27 provinsi. 3. Penguatan Akses Modal di Sektor Kelautan dan Perikanan Di bidang kelautan dan perikanan, Pemerintah juga memberikan penguatan akses modal kerja untuk masyarakat pesisir melalui penyediaan jasa lembaga keuangan di sentra-sentra kegiatan nelayan. Dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008, telah terbentuk sebanyak 277 unit lembaga keuangan mikro (LKM) sebagai salah satu unit usaha koperasi, yang melibatkan 726 orang konsultan keuangan mitra bank (KKMB) yang memfasilitasi pencapaian penyaluran kredit ke sektor kelautan dan perikanan di 33 provinsi, kelompok usaha bersama (KUB) nelayan, serta 281 koperasi perikanan di kabupaten/kota. III. TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN Penanggulangan kemiskinan adalah suatu proses panjang yang memerlukan penanganan berkelanjutan. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mempercepat pencapaian sasaran program-program penanggulangan kemiskinan adalah dengan meningkatkan elemen pemberdayaan di tingkat masyarakat miskin. Hal ini bertujuan agar masyarakat miskin mampu mengidentifikasi kebutuhan mereka sehingga secara swadaya memiliki kemampuan untuk mengentaskan dirinya dari kemiskinan. Keberdayaan masyarakat miskin juga ditujukan agar mereka mampu memanfaatkan sumber daya produktif yang tersedia, baik yang sudah ada di masyarakat maupun yang disediakan pemerintah melalui berbagai programnya. Sementara itu, sejak 2007 Pemerintah terus melakukan sinergi dan mengintegrasikan berbagai program penanggulangan kemiskinan 16-16

17 berbasis pemberdayaan masyarakat dari berbagai sektor dalam wadah PNPM Mandiri. Dengan demikian, program-program penanggulangan kemiskinan berbasis masyarakat diharapkan dapat diarahkan secara harmonis guna menciptakan modal sosial. Pada tahun 2009 ini, program PNPM Mandiri akan terus dikembangkan di seluruh kecamatan, baik di perdesaan maupun di perkotaan. Tidak kalah penting, akan ditingkatkan pula harmonisasi program PNPM Penguatan ke dalam PNPM Mandiri. Selanjutnya, mulai 2008 Pemerintah terus meningkatkan efektivitas program-program untuk secara konsisten menurunkan tingkat kemiskinan. Pengelompokan program-program ke dalam tiga kluster merupakan langkah untuk meningkatkan koordinasi dan sinergi program-program penanggulangan kemiskinan, terutama pelaksanaan di lapangan. Dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, program-program penanggulangan kemiskinan dikelompokkan dalam beberapa kluster. a. Kluster I: Bantuan dan Perlindungan Sosial yang ditujukan untuk sasaran individu atau rumah tangga sangat miskin. Golongan tersebut sangat membutuhkan bantuan untuk dapat mengakses kebutuhan dasar minimum secara layak. Sasaran dari kelompok program ini adalah rumah-tangga sangat miskin, miskin dan hampir miskin, serta anggota keluarganya. b. Kluster II: Pemberdayaan Masyarakat ditujukan untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat miskin agar mereka mampu berperan serta secara aktif dalam proses pembangunan. Dengan partisipasi masyarakat yang lebih besar, upaya penanggulangan kemiskinan diharapkan dapat berjalan lebih berkelanjutan. c. Kluster III: Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil ditujukan untuk memberikan kesempatan pada kelompok-kelompok atau individu yang mempunyai usaha mikro dan kecil untuk mendapatkan akses terhadap permodalan, teknologi dan pasar. Dengan demikian, upaya peningkatan pendapatan masyarakat dapat dilakukan lebih baik lagi. Selain itu, berbagai langkah pengendalian harga bahan-bahan pokok juga terus dilakukan. Dukungan agar masyarakat miskin dapat 16-17

18 menjangkau sumber daya produktif dan berusaha, baik dalam skala informal maupun mikro, juga diupayakan. Dengan cara ini, lambatlaun mereka akan terhubungkan dan mampu menghubungkan diri dengan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi lain. Ke depan, mereka diharapkan tidak terisolasi dari berkembang dan bertumbuhnya kegiatan ekonomi di wilayah mereka saja. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan dialami oleh semua kelompok masyarakat, mulai dari yang miskin, menengah, dan kaya. Melalui keterhubungan ini, peningkatan pertumbuhan ekonomi akan semakin berkualitas dan dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan tingkat partisipasinya. Dalam kaitan itu, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2009 telah menetapkan arah kebijakan pengurangan kemiskinan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (i) pembangunan dan penyempurnaan sistem perlindungan sosial dan keberpihakan terhadap rakyat miskin; (ii) penyempurnaan dan perluasan cakupan program pembangunan berbasis masyarakat; dan (iii) peningkatan usaha rakyat. Sementara itu, sasaran pembangunan yang akan dicapai dalam RKP 2010 prioritas Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat, serta Penataan Kelembagaan dan Pelaksanaan Sistem Perlindungan Sosial adalah tingkat kemiskinan dapat diturunkan menjadi 12 13,5 persen. Dalam rangka mencapai tingkat kemiskinan tersebut, kebijakan yang akan ditempuh adalah: (i) Perluasan akses pelayanan dasar masyarakat miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS); (ii) Peningkatan keberdayaan dan kemandirian masyarakat; (iii) Peningkatan efektivitas pelaksanaan dan koordinasi penanggulangan kemiskinan; (iv) Peningkatan kapasitas usaha skala mikro dan kecil melalui penguatan kelembagaan; (v) Penataan dan pelaksanaan kelembagaan dalam pelaksanaan jaminan sosial

19 16-19

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN Kemiskinan di Indonesia merupakan kemiskinan multidimensi. Berbagai kebijakan pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan diarahkan ke dalam bentuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan II.1.M.B-1. (dalam miliar rupiah)

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan II.1.M.B-1. (dalam miliar rupiah) MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan (dalam miliar rupiah) No 2012 2013 2014 I. Prioritas: Penanggulangan Kemiskinan A. Fokus Prioritas: Peningkatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan, CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP 2013 A. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen).

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN TAHUN 2011

MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN TAHUN 2011 MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan No /Fokus /Kegiatan I. : Penanggulangan Kemiskinan A. Fokus :

Lebih terperinci

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN Kemiskinan merupakan masalah multidimensi dan lintas sektor yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dasar dan paling essensial dari pembangunan tidak lain adalah mengangkat kehidupan manusia yang berada pada lapisan paling bawah atau penduduk miskin, kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. Kemiskinan telah ada sejak lama pada hampir semua peradaban manusia. Pada setiap belahan dunia dapat

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA Abstrak Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah menjadi prioritas di setiap era pemerintahan dengan berbagai program yang digulirkan. Pengalokasian anggaran

Lebih terperinci

Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan/ Ketua Tim Pelaksana Pengendali PNPM Mandiri Jakarta, 3 November 2008

Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan/ Ketua Tim Pelaksana Pengendali PNPM Mandiri Jakarta, 3 November 2008 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT PERLUASAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM MANDIRI) UNTUK MENGANTISIPASI DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL Paparan: Deputi Bidang Koordinasi

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 4 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN Penurunan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% pada 2009 menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa

Lebih terperinci

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Sejalan dengan upaya mendorong peningkatan kesejahteraan penduduk miskin dalam rangka menikmati pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN SALINAN NOMOR 28, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN 2013 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses berencana dari kondisi tertentu kepada kondisi yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan tersebut bertujuan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN 2009-2014 No AGENDA PROGRAM Pagu Indikatif Tahunan dan Satu Tahun Transisi (%) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Meningkatkan Kualitas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

Anggaran yang Menyejahterakan

Anggaran yang Menyejahterakan Anggaran yang Menyejahterakan Terciptanya kesejahteraan rakyat merupakan salah satu tujuan utama pendirian suatu negara. Sejahtera dapat diartikan sebagai keadaan sentosa dan makmur, yang dapat diwujudkan

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 Oleh : Menteri PPN/Kepala Bappenas Disampaikan dalam acara Musyawarah

Lebih terperinci

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi Sumatera Barat Tahun

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi Sumatera Barat Tahun KONDISI MAKRO KEMISKINAN Target RPJMN, tingkat kemiskinan 2015 8% di tingkat Propinsi Sumatera Barat, Kabupaten Pasaman Barat berada di peringkat ke-8 Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor yang mempunyai peranan strategis bagi perekonomian Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis sebagai penyedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah kemiskinan masih tetap menjadi masalah fenomenal yang masih belum dapat terselesaikan hingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Rencana program dan kegiatan Prioritas Dearah Tahun 2013 yang dituangkan dalam Bab V, adalah merupakan formulasi dari rangkaian pembahasan substansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012

DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012 DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012 DKI JAKARTA BALI KALIMANTAN SELATAN BANGKA BELITUNG BANTEN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU SULAWESI UTARA KALIMANTAN BARAT SUMATERA

Lebih terperinci

BAGIAN IV AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

BAGIAN IV AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT BAGIAN IV AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Terciptanya kesejahteraan rakyat adalah salah satu tujuan utama pendirian negara Republik Indonesia. Sejahtera merupakan keadaan sentosa dan makmur yang

Lebih terperinci

RINGKASAN TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN SELATAN MARET 2008 MARET PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN TAHUN

RINGKASAN TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN SELATAN MARET 2008 MARET PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN TAHUN No.21/07/63/Th.XII, 1 Juli 2009 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN SELATAN MARET 2008 MARET 2009 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan berkurang 42,92 ribu jiwa. Penduduk miskin (penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan desa mempunyai peranan yang penting dan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerataan Ekonomi Dalam Rangka Menurunkan Kemiskinan. Lukita Dinarsyah Tuwo

Kebijakan Pemerataan Ekonomi Dalam Rangka Menurunkan Kemiskinan. Lukita Dinarsyah Tuwo Kebijakan Pemerataan Ekonomi Dalam Rangka Menurunkan Kemiskinan Lukita Dinarsyah Tuwo Solo, 26 Agustus 2017 DAFTAR ISI 1. LATAR BELAKANG 2. KEBIJAKAN PEMERATAAN EKONOMI 3. PRIORITAS QUICK WIN Arah Kebijakan

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

SALINAN WALIKOTA LANGSA, SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Penyelenggaraan pembangunan dalam kurun waktu 2008 2013 telah membuahkan hasil yang diharapkan, tetapi untuk pembangunan kedepan masih terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebijakan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUKM) dewasa ini telah diatur di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep Tabel 6.1 Strategi dan Kabupaten Sumenep 2016-2021 Visi : Sumenep Makin Sejahtera dengan Pemerintahan yang Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional Tujuan Sasaran Strategi Misi I :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan prioritas pembangunan nasional karena kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan multidimensi, kemiskinan tidak terbatas sekedar pada ketikdakmampuan

Lebih terperinci

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN 3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN Manajemen pembangunan berbasis kinerja mengandaikan bahwa fokus dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan program/ kegiatan yang sudah direncanakan. Esensi dari manajemen

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 3 4 1 Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan 1. Jumlah rumah ibadah yang difasilitasi 400 jumlah kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN 2 010 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGANTAR MENKO KESRA PADA Seminar dalam rangka Munas REI XIV Tahun 2013 Sub tema KRISIS ATAU DARURAT PERUMAHAN DAN TANGGUNG JAWAB

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Pada Tahun 2014, rencana program dan kegiatan prioritas daerah adalah: Program indikatif prioritas daerah 1 : Agama dan syariat islam. 1. Program Peningkatan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. Pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya peradaban manusia. Tujuan dari

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MII(RO" KECIL, DAN MENENGAH A. KONDISI UMUM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) atau Support for Poor and Disadvantaged Area (SPADA) merupakan salah satu program dari pemerintah

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Pembangunan daerah agar dapat berhasil sesuai dengan tujuannya harus tanggap terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat. Kondisi tersebut menyangkut beberapa masalah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam upaya mewujudkan Misi maka strategi dan arah kebijakan yang akan dilaksanakan tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut. 6.1. MISI 1 : MENINGKATKAN PENEGAKAN SUPREMASI

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMK Aceh Tamiang Tahun 2013-2017, baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 Rapat Koordinasi TKPK Tahun 2015 dengan Tema : Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 Soreang, 27 November 2015 KEBIJAKAN PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN Peraturan Presiden

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

RANGKUMAN HASIL SIDANG KELOMPOK Prioritas 4 : Penanggulangan Kemiskinan Prioritas 10 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Paska Konflik

RANGKUMAN HASIL SIDANG KELOMPOK Prioritas 4 : Penanggulangan Kemiskinan Prioritas 10 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Paska Konflik RANGKUMAN HASIL SIDANG KELOMPOK Prioritas 4 : Penanggulangan Kemiskinan Prioritas 10 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Paska Konflik WILAYAH : Sumatera A Hari/ Tanggal : Sabtu/01 Mei 2010 Sesi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) adalah program nasional yang menjadi kerangka dasar dan acuan pelaksanaan program-program pengentasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya manusia dan sumber daya alamnya. Namun sebagian wilayah yang ada di Indonesia rakyatnya tergolong miskin.

Lebih terperinci

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN,

Lebih terperinci

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 1 Oleh: Almasdi Syahza 2 Email: asyahza@yahoo.co.id Website: http://almasdi.staff.unri.ac.id Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan

Lebih terperinci

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaiman pemerintah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Lebih terperinci

Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan,Ketenagakerjaan dan UKM

Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan,Ketenagakerjaan dan UKM Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan,Ketenagakerjaan dan UKM Lokakarya Nasional PNPM Mandiri Perkotaan-ICDD Jakarta, 9 Februari 2011 Arah Kebijakan Penanggulangan

Lebih terperinci

BAB VI KAJI ULANG KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN SPKD

BAB VI KAJI ULANG KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN SPKD BAB VI KAJI ULANG KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN SPKD 6.1. Pemetaan Program Masalah kemiskinan tidak dapat dipecahkan melalui kebijakan yang bersifat sektoral, parsial dan berjangka pendek, tetapi kebijakan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL EVALUASI KESELARASAN PROGRAM DALAM DOKUMEN PERENCANAAN TAHUN ANGGARAN 2016

REKAPITULASI HASIL EVALUASI KESELARASAN PROGRAM DALAM DOKUMEN PERENCANAAN TAHUN ANGGARAN 2016 REKAPITULASI HASIL EVALUASI PROGRAM PERENCANAAN TAHUN ANGGARAN 2016 KETERSEDIAAN RPJMD RKPD 1 01 15 Program Pendidikan Anak Usia Dini 1 1 1 1 1 1 1 1 01 16 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat kompleks. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Kebijakan Pemerintahan Daerah telah termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan serta pencapaian target-target pembangunan pada tahun 2016, maka disusun berbagai program prioritas yang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 4.1. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Berdasarkan kondisi dan fenomena yang terjadi di Kabupaten Lebak serta isu strategis, maka ditetapkan prioritas

Lebih terperinci

Dinas Kesehatan balita 4 Program Perencanaan Penanggulangan

Dinas Kesehatan balita 4 Program Perencanaan Penanggulangan 1 Menanggulangi kemiskinan secara 1 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan terpadu dan berkelanjutan Sembilan Tahun 2 Program pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin, RSUD Dr. Soeroto 3 Program

Lebih terperinci

MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1)

MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1) 56 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 56-65 Handewi P.S. Rachman et al. MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1) Handewi P.S. Rachman, A.Purwoto, dan G.S. Hardono Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan, I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang banyak dihadapi oleh setiap negara di dunia. Sektor pertanian salah satu sektor lapangan usaha yang selalu diindentikan dengan kemiskinan

Lebih terperinci