BAGIAN II PENDIDIKAN AGAMA YANG BERBASIS PADA MULTIKULTURAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAGIAN II PENDIDIKAN AGAMA YANG BERBASIS PADA MULTIKULTURAL"

Transkripsi

1 BAGIAN II PENDIDIKAN AGAMA YANG BERBASIS PADA MULTIKULTURAL 2.1 Pengertian Multikulturalisme Pengertian Multikulturalisme adalah kebudayaan.secara etimologis, multikulturalisme dibentuk Multi dari kata (banyak), Kultur (budaya), dan isme(aliran atau paham ).Secara hakiki dalam kata sehingga terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik sehingga memiliki suatu pandangan untuk menjelaskan tentang keragaman kebudayaan, dan kebijakan terhadap suatu keragaman agama dalam masyarakat majemuk yang mencakup nilai-nilai dan etika dalam majemukan. Pendidikan Multikutural memiliki karakter yaitu untuk menghargai yang setinggi-tingginya harkat dan martabat manusia dari budaya. Pendidikan multikultural adalah proses pendidikan karakter 1 untuk menghargai perbedaan budaya dengan latar belakang yang berbeda, dalam proses pengembangan seluruh potensi manusia yang heterogenitas sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, dan agama. Diharapkan peserta didik memiliki karakter yang kuat untuk bersikap demoktratis, pluralis, dan humanis, seperti yang dijelaskan diatas. Indonesia memiliki sejarah dan kebudayaan lebih dari satu sehingga hal itu mengalami asimililasi dalam Negara dan Bangsa. Perkembangan dalam sejarah multikultural menunjukan adanya suatu migrasi penduduk dari satu daerah ke daerah yang lain dalam jangka waktu yang lama bahkan ribuan tahun. Asimilasi timbul karena masyakarat yang memiliki keinginan untuk bersatu dalam budaya yang berbeda sehingga menciptakan kebudayaan Pluralisme dengan masyarakat yang majemuk. Di dalam sejarah Perkembangan pendidikan Multikultural erat kaitannya dengan sejarah suatu bangsa. Sejarah menunjukan adanya migrasi penduduk berawal di Amerika serikat, dengan gerakan oukemenis pada tahun berkembang konsep pendidikan interkultural dan interkelompok (intercultural and intergroup education) untuk mengembangkan nilai-nilai universal yang dapat diterima berbagai kelompok masyarakat berbeda, dengan tujuan: mengubah tingkah laku individu untuk tidak meremehkan budaya orang atau kelompok lain, khususnya dari kalangan minoritas. Menumbuhkan toleransi dalam diri individu terhadap berbagai perbedaan rasial, etnis, agama, dan lain-lain. Pendidikan Agama Multikultural berkembang di barat, hasilkan oleh kesadaran atas 6.Panmilo Yangin,Ibid,hal,29-30

2 kebutuhan dari para migran dan imigran yang beragama secara budaya (Pendidikan Kristiani Kontekstual). Pendidikan Multikultural memahami keragaman etnik dengan latar-keragaman suku. Yang berawal dari latar belakang pendidikan Multikultural hadir untuk memberikan pandangan tentang arti pentingnya peserta didik yang ditinjau dari aspek budaya, etnis dan agama. mengubah individu untuk tidak meremehkan budaya orang atau kelompok lain, khususnya dari kalangan minoritas, menumbuhkan toleransi yang tinggi dalam diri individu seseorang terhadap berbagai perbedaan rasial,etnis,agama,dan lain-lain. 2 Pendidikan Multikultural dimulai dari sekolah-sekolah dieropa, pada abad 19 ketika mereka mempertimbangkan kurikulum baru ini sesuai dengan kebutuhan jumlah migran dan imigran yang semakin banyak dari berbagai Negara di dunia. Multikulturalisme juga mempengaruhi oleh gereja di Amerika Serikat. Pada tahun 1995 Pendidikan Agama Kristen, menganalisis tentang kemajuan Pendidikan Agama Multikultural dalam tiga macam programprogram gereja yang sesuai dengan Pendidikan Agama (PAM). 3 Pertama: Gereja sebagai budaya minoritas yang mengakui identitas sebagai minoritas didalam suatu kebudayaan yang mayoritas. Kedua: Gereja sebagai budaya yang mayoritas mempelajari kedasaran kultural, termasuk membongkar kantong-kantong imperialisme kultural mereka. Ketiga: Gereja sebagai multikultural, dengan persentase kelompok etnis berbeda sebagai mayoritas dalam mengalami suatu komunitas serta berkembang kearah persatuan didalam keberagaman kebudayaan. Pendidikan Multikultural merupakan suatu usaha yang terencana untuk mewujudkan suasana dalam belajar sehingga dapat diterima oleh peserta didik secara aktif dalam mengembangkan suatu potensi diri untuk menerima ajaran Spiritual keagamaan dan pendidikan multikultural secara etimologi adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia dalam menghargai suatu kekayaan budaya yang ada diindonesia dan heterogenitas sebagai konsekuensi dalam suatu keragaman budaya, etnis suku dan aliran (agama). Dalam hal ini peserta didik harus memiliki karakter yang bersikap demokratis, pluralis dan humanis, seperti yang dijelaskan di atas. konsepsi pendidikan Multikultural di terima oleh semua kalangan agama yang ada di Indonesia tanpa mendeskripsikan agama lain. 4 Jadi semua agama yang ada di Indonesia menggunakan teori multikultural sebagai bahan pendidikan yang berbasis pada nasional dengan pemikiran yang dapat diterima oleh semua kalangan. 2 Panmilo Yangin,ibid,hal.28 3 Hope S.Antone,(Pendidikan Kristiani Kontekstual:Mempertimbangkan Realitas kemajemukan dalam Pendidikan Agama Kristen),Jakarta:BPK-GunungMulia,2010),29 4 Hope S Antone,Ibid,hal.30

3 Teori pendidikan multikultural bersifat kontekstual sehingga menggunakan pendekatan pluralis, praktik bagi orang Asia. Oleh karena itu, Pluralisme agama adalah suatu cara manusia untuk berpikir lebih kepada toleransi beragama sehingga saling membutuhkan satu dengan yang lain Pendidikan Multikultural Merupakan sebuah ide, gerakan reformasi pendidikan, dan proses (James Banks, 1997). Untuk menciptakan kesempatan yang sama bagi semua peserta yang berasal dari ras, suku, agama, budaya dan kelas sosial yang berbeda. Pendidikan Multikultural menciptakan kesederajatan pendidikan bagi peserta dari berbagai ras, etnis kelas sosial dan kelompok budaya yang berbeda. Pendidikan Multikultural adalah sebuah proses transformasi untuk membantu peserta didik agar cakap berpartisipasi penuh dalam kehidupan masyarakat secara kreatif, inovatif dan imaginatif. Dengan kata lain bahwa Pendidikan Multikultural adalah suatu konsep filosofis yang menjangkau luas, hubungan dari pelbagai etnis, ras, agama dan juga kategori yang direkonstruksi secara sosial dan gender. Pendidikan Multikultural bertujuan untuk menciptakan kesederajatan dalam dunia pendidikan dan memperkaya wawasan berpikir bagi peserta didik dari berbagai ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya yang berbeda. Salah satu tujuan utama dari Pendidikan Multikultural adalah mempersiapkan peserta didik untuk bersikap terbuka dan inklusif, dalam memahami dan menerima suatu perbedaan, sehingga mampu menjangkau kelas sosial dengan membangun segala bentuk stereotip atau pelabelan tentang, prasangka dengan diskriminasi suku, ras, agama dan budaya untuk membangun kebersamaan lintas budaya. Pendidikan Multikultural memfokuskan diri pada kebutuhan akan perubahan dan transformasi social, karena: a) Membantu peserta didik memperoleh pemahaman diri yang lebih luas dengan melihat dari sudut pandang, suku, agama, dan budaya. b) Menolong peserta didik untuk mengenal, memahami dan menghargai suku, ras, agama, serta budayanya. c) Mempersiapkan peserta didik dengan ketrampilan, sikap dan pengetahuan yang diperlukan agar mereka cakap berpartisipasi penuh dalam kehidupan masyarakat yang multikultural. d) Mereduksi dan mengobati trauma-trauma yang timbul karena diperlakukan diskriminatif rasial dari kelompok suku, ras, agama, dan budaya yang berbeda. 5 Panmilo Yangin,Ibid,hal.45

4 e) Membantu peserta didik untuk mengembangkan kekhususan atau keunikan potensi dari setiap kelompok suku, ras, agama, dan budaya yang berbeda. Tujuan utama dari Pendidikan Multikultural ialah untuk memperkaya wawasan berpikir kepada peserta didik agar mereka mengenal budaya, suku, ras dan agama diluar budaya lain. Pendidikan Multikultural menjadi landasan teoritis dan suatu model untuk transformasi sosial yang membentuk pribadi iman Kristen dan keterlibatan sosial peserta dalam kehidupan masyarakat dalam berbagai perspektif (lokal dan internasional) dan pengalaman-pengalaman multikultural. Melalui proses transformasi sosial dalam Pendidikan Multikultural dilakukan melalui 4 tingkatan dalam kurikulum: Pendekatan Kontribusi: Bertujuan agar peserta didik dapat melihat unsur-unsur budaya sebagai sesuatu yang asing dan terpisah dari pengalaman hidup mereka sendiri, karena pengintergrasiannya hanya pada permukaan Pendekatan Penambahan: Bertujuan agar pendidikan yang dapat menambahkan isi, konsep, tema, dalam menerima Perspektif budaya lain ke dalam kurikulum, namun tidak mengubah struktur dan tujuan serta mencirikan karakteristiknya yang mendasar Pendekatan Transformasi: Bertujuan untuk menolong peserta didik dalam sudut pandang yang berbeda etnis dengan konsep, isu, tema untuk mencari solusi pada setiap konflik terjadi dimasyarakat Pendekatan Aksi Sosial: Tujuan penting dari Pendidikan Multikultural Untuk membantu peserta didik agar memperoleh pengetahuan, dan komitmen yang diperlukan untuk membuat keputusan reflektif dan melakukan aksi personal, sosial dan sipil untuk mempromosikan demokrasi dan kehidupan demokratis. Manfaat dari pendidikan multikultural ternyata merupakan dasar strategis kebangkitan bangsa selain kepentingan pragmatis untuk menggerakkan seluruh elemen bangsa untuk menyelesaikan krisis multidimensi. 6 Pendidikan multikultural memiliki saling keterkaitan satu dengan yang lainnya, berdampingan satu dengan yang lain dalam konteks masyarakat majemuk pendidikan multikultural sangat membantu dalam memecahkan suatu konflik berdasarkan masyarakat pluralisme dengan memaknai Bhineka Tunggal Ika dasar dari ideology pancasila agar hidup 6 Panmilo Yangin,Ibid.hal.45-57

5 damai dan rukun.pendidikan multicultural itu sendiri mempunyai tujuan utnuk membentuk manusia yang berbudaya dan beadab,mengajarkan nilai-nilai kebangsaan dan etis,demokratis dengan menghargai aspek-aspek keragaman budaya. Perbedaan dan keragaman budaya bangsa dengan kelompok etnis (Multiklultural) yaitu. a) evaluasi penilaian kepada budaya lain. b) studi kasus tentang konflik-konflik sosial itu menjadi berkembang isu konflik agama yang berpengaruh pada factor ekonomi, sosial, politik. Pengalaman di Ambon dan Poso merupakan bukti yang menjelaskan akan hal itu. c) solusinya pancasila sebaga dasar ideology Negara RI dengan masyarakat majemuk yang pluralism,agar saling menghormati dan bertoleransi agama satu dengan lainnya sehingga dapat hidup berdampingan.dengan peristiwa studi kasus diatas mengahruskan kita untuk menjadi saksi Kristus Isu Mayoritas-Minoritas dalam masyarakat Multikultural. Di zaman era globalisasi masyarakat majemuk memiliki upaya untuk menemukan sebuah etika global yang diterima oleh semua agama dan suku bangsa sebagai sesuatu yang autentik serta menjadi harapan dan kerinduan bagi semua orang dalam komunitasnya. Isu-isu kekerasan antar kelompok di Indonesia sebagai saran alternatif konflik, sebagai benteng pertahanan secara berkala pada tahun 1990 di Indonesia betapa hal itu rentan terjadi yang di bangun dalam Negara-Bangsa, sehingga menimbulkan prasangka antar kelompok dan betapa rendahnya nilai-nilai multikulturalisme. Berbagai ekspresi sosial budaya yang sebenarnya, tidak memiliki basis untuk melihat pada kulturalnya dalam masyarakat kita, dengan kondusif bagi kehidupan sosial budaya masyarakat dan bangsa. Pendidikan multikultural merupakan pendekatan progresif untuk melakukan transformasi pendidikan budaya dalam masyarakat secara menyeluruh, juga untuk memperbaiki kekurangan dan kegagalan, sehingga tidak diskriminatif dalam pendidikan. Pendidikan multikultural menjadi menarik karena, konsep pendidikan multikultural mengacu pada konteks yang di Indonesia Multikulturalisme sebagai Alternatif Pendidikan Agama Kristen. 7 Ngainum Naim & achmad Sangi:(Pendidikan Multikultural,konsep dan aplikasi,yogyakarta:ar-ruzz,2008),49 8 Ngainum Naim & Achmad sangi,ibid.hal.50

6 Sederajat kesederajatan atau kesetaraan tentang budaya yang membuat suatu perubahan nyata, dalam masyarakat majemuk yang membawa kebaikan bagi semua kalangan sehingga menciptakan ruang lingkup yang kecil melalui bahasa, budaya melalui kegiatan sekolah. Masing-masing pendidikan memiliki suatu perbedaan antara satu dengan yang lain. Keragaman merupakan hal yang wajar, karena antara satu orang dengan yang lain memiliki berbagai perbedaan, terutama perbedaan latar belakang; social, pendidikan, agama, lainnya. Melihat dari letak geografis Indonesi menurut: Koentjaraningrat yang mendefinisikan tentang pendidikan sebagai usaha untuk mengalihkan dan seluruh kebudayaan dari generasi lama ke generasi baru. Definisi pluralisme menurut :Frans Magnis Suseno,pendidikan mengandaikan kita untuk membuka visi pada cakrawala yang lebih luas dan mampu melintas batas kelompok etnis atau tradisi budaya dan agama kita, sehingga kita mampu melihat kemanusiaan sebagai sebuah keluarga yang memiliki perbedaan maupun kesamaan citacita. Multikulturalisme merupakan konsep dimana sebuah komunitas dalam konteks kebangsaan dapat mengakui, keragaman, perbedaan dan kemajemukan budaya dan ras, suku, etnis, dan agama. Pengembangan Kurikulum menggunakan pendekatan pluralismultikultural haruslah didasarikan pada prinsip: 1) Keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat, teori: Model, dan hubungan sekolah dengan lingkungan social-budaya setempat. 2) Mengembangkan berbagai komponen kurikulum seperti tujuan, konten, proses dan evaluasi budaya di lingkungan unit pendidikan adalah: Sumber belajar dan objek studi yang harus dijadikan dari kegiatan belajar anak didik. 3) Kurikulum peran sebagai media dalam mengembangkan kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Pendidikan mutikultural merupakan pendekatan progresif untuk melakukan sarana transformasi dan budaya masyarakat secara menyeluruh untuk memperbaiki kekurangan dan kegagalan, dalam mengupas tentang praktik-praktik diskriminatif proses pendidikan. Menurut: James Banks (1994) menjelaskan, bahwa pendidikan multikultural memiliki beberapa dimensi yang saling berkaitan satu dengan lain. Yaitu mengintergrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata pelajaran (disiplin). Dan membawa siswa untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran. Serta menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dapat memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran dengan cara interaksi. Pendidikan multikultura mensosialisasikan

7 nilai-nilai yang terkandung dalam sistem pendidikan nasional sehingga dapat mencakup tiga hal jenis tentang transformasi yakni: transformasi diri, transformasi sekolah dan proses belajar untuk mengajar, dan transformasi masyarakat. 9 Pendidikan multikultural dalam tatanan masyarakat penuh dengan permasalahan antar kelompok sehingga mengandung tantangan yang tidak ringan. Dunia pendidikan dalam masyarakat, sangat besar peranannya dan memiliki pengaruh terhadap perkembangan intelektual dan kepribadian individu peserta didik, terhadap implementasi pendidikan yang berbasis multikultural. Pendidikan multicultural adalah: Pendidikan tentang keragaman kebudayaan yang merespons perubahan suatu demografis dan kultural lingkungan masyarakat. Pendidikan multikultural di Indonesia haruslah di arahkan kepada terwujudnya masyarakat madani di tengah-tengah kekuatan kebudayaan global. Konsep pendidikan multikultural merupakan suatu pendidikan demokratis yang luas artinya: bukan saja mengakui akan pentingnya pengembangan rasa kebangsaan di dalam suatu-nation state tetapi juga menekankan kepada keanggotaan. Negara dan bangsa Indonesia di dalam pergaulan dunia. Oleh sebab pendidikan yang berbasis Multikultural tidak akan dikenal adanya fanastisme atau fundamentalisme social-budaya termasuk agama, karena masing-masing komunitas mengenal dan menghargai perbedaan yang ada. Pendidikan Multikultural terutama di dalam masa transisi dewasa ini memang mempunyai tugas yang tidak ringan. Pertama-tama pendidikan multikultural adalah untuk memperdalam akan rasa identitas kesukuan, secara terbuka untuk kemudian mengenal dan mengerti akan nilai-nilai sosialbudaya dan agama dari suku-suku yang lain. Pendidikan multikultural sebagai sarana untuk memperkenalkan tentang keberagaman suatu budaya yang berbasis kepada pluralisme sehingga masuk kepada pendidikan agama kristen yang diperkaya dengan spritualitas dan iman percayanya kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, juga isinya untuk menjadi bersaksi kristus melalui pendidikan agama kristen, sehingga membawa orang lain pada kemuliaan Allah Pendidikan Agama Kristen Pendidikan Agama Kristen bertujuan membimbing orang lain dan diarahkan kemasa depan, untuk menuju sesuatu yang ilahi yang melampaui keterbatasan manusia masa kini. 9 Hope S Antone, Ibid, Hal Hope S.Antone, Ibid.Hal.140

8 Sehingga Pendidikan Agama Kristen di pergunakan untuk mengajar dan mendidik di sekolah-sekolah kristen dan gereja atau persekutuan orang percaya. Pendidikan Agama Kristen sebagai bagian satu tugas gereja untuk membina warga jemaat gereja agar tetap bertumbuh dengan iman. Pendidikan Agama Kristen membawa seseorang pada sesuatu hal untuk melaksanakan panggilan Allah didalam dunia ini. Itulah tujuan yang pasti dalam menghadapi kesukaran yang bersifat kompleks. Manfaat dari pendidikan agama kristen ialah: Orang tua dapat mendidik anak-anaknya dalam hal-hal agama dan untuk memakai pertolongan dan alat-alat gereja bagi pembinaan rohani anak-anak itu. Pendidikan Agama Kristen, memiliki fungsi yang amat penting pada tugas panggilan gereja Yang perlu di perhatikan sebagai objek pendidikan agama kristen: 1) Mencari dan menentukan objek Firman Tuhan yang menjadi satu- satu dasar dari iman. 2) Objek dengan kepentingan gereja misalnya: kita merencanakan pendidikan agama kristen. 3) Metode pengajaran pendidikan agama kristen, kepada kelompok remaja dengan diskusi. 4) Latar-belakang murid-murid yang perlu diperhatikan. 5) Objek dalam pengajaran pendidikan agama kristen 6) Sadar akan kebutuhan khusus para pelajar atau pendengar kita. 12 Dalam dunia pendidikan agama kristen memiliki satu dasar yang berkaitan dengan tujuan: untuk mengenal kerajaan Allah melalui kesaksian dan persekutuan, isi konteks: doa pagi merefleksikan Firman Tuhan sebagai bagian dari pendidikan agama kristen, dengan pendekatan metode kreatif. Contoh : Rencana Pengajaran Tema/ide Pokok: Kompetensi : Indikator : 11 Daniel Nuhamara,(Pembibmbing PAK,Pendidikan Agama Kristen,Bandung:Jurnal Info Media,2009), Ibid,hal.1

9 Alokasi Waktu Aktivitas Pengajaran Sumber yang dipakai Pembukaan Pembukaan dengan pendahuluan. Buku Acuan Presentasi Materi Menyajikan informasi dasar Yang Silabus berkaitan dengan konsep yang akan dikembangkan dalam satu kali tatap muka. Pendalaman Materi Peserta dapat termotivasi untuk mendalami materi yang diajarikan. Peserta didik dapat mengekspresikan diri di dalam berbagai macam cara-cara sesuai dengan bakat dan kemampuan serta minat yang berkaitan dalam pengajaran. Role play atau bermain peran adalah cara mengekspresikan diri di dalam berbagai macam caracara sesuai dengan bakat dan kemampuan serta minat seseorang untuk menerima ilmu pengetahuan dalam pendidikan agama Kristen. Respons kreatif Memberi penguatan, dan komentar sebagian umpan balik bagi para peserta didik. Hal yang membuat mereka termotivasi dalam pengajaran pendidikan agama kristen melalui iman. Bahan pengajaran berdasarkan : Kurikulum Pendidikan Agama Kristen, sebagai bagian dari bahan acuan mereka dan renungan pagi adalah bagian dari refleksi firman Tuhan. Penutup Setiap peserta didik di bawa untuk dapat menyimpulan sesuatu yang tepat sehingga perlu memiliki pemahaman yang utuh dalam berbagai tahapan. Dengan menggunakan kurikulum yang berdasar sesuai kategorial dalam mengajar selain media Visual sebagai bagian dari pengajaran. Dalam hal ini para didik dapat menerapkan suatu model pengajaran yang sesuai dengan prinsip maupun teori dalam ilmu pengetahuan. Dua orang yang berasal dari Amerika secara internasional sekaligus meneliti tentang model pengajaran Bruce Joyce dan Marsha Weil yang tertuang dalam buku: Model of Teaching (1996). Pedoman dan bekal bagi setiap pendidikan termasuk guru agama di sekolah dan gereja untuk meningkatkan kualitas keahliannya dalam hal pengajaran. Beberapa pertimbangan Joyce dan Weil untuk menyusun model-model pengajaran tersebut lain:

10 1. Model seperti ini memberikan suatu kontribusi yang seimbangan dari sisi seorang pendidik dan peserta didik. 2. Model ini dapat di demontrasikan dan di pelajari dalam waktu yang relative singkat. 3. Model ini dijadikan sebagai pedoman untuk mengembangkan atau membangun model pengajaran sendiri. Bruce Joyce dan MarshaWeil, adalah dua tokoh pendidik agama Kristen yang mengembangkan suatu rencana untuk membentuk kurikulum, dan mendesain bahan-bahan pengajaran agama Kristen. Sehingga peserta didik dapat mengenal mana tujuan umum dan tujuan khusus. Salah satu yang dapat diterapkan dalam pengajaran di Panti Asuhan Yakobus bagi remaja adalah: Information Models (Model Pemprosesan informasi) yang mengutamakan suatu pengembangan kepribadian dalam hubungan antar pribadi yang dihasilkan melalui aktivitas mengajar agar mereka tidak merasa monoton atau membosankan dalam menerima setiap pengajaran yang dibersifat umum melalui Teori Multikultural dan Pendidikan Agama Kristen. Behavioral Models (Model Perilaku) ini mengutamakan suatu perubahan perilaku yang spesifik dan terarah untuk mengetahui seberapa besar iman seseorang dalam suatu proses pendampingan untuk suatu perubahan kearah yang lebih baik, dengan meluangkan waktu untuk berdoa secara pribadi, meditasi, refleksi, kontemplasi dengan merenungkan pokok-pokok tertentu, sebagai bahan renungan. Menurut: Bruce Joyce dan MarshaWeil untuk mengembangkan pendidikan agama kristen model-model pengajaran agama atau pengajaran iman yang cukup baik, misalnya: Sarah Little, Thomas Groome dan Richard Osmer. Dan untuk mengajar dengan kreatif Menurut: Miller yang dikutip oleh Boehlke, mengatakan: bahwa PAK di gereja merupakan suatu pelayanan yang berdiri dari tradisi Kristen. Pendidikan Agama Kristen dimulai dari Injil dan ia menyatakan bahwa gereja memiliki enam fungsi: a) Gereja sebagai persekutuan atau tempat beribadah. b) Gereja sebagai persekutuan yang memulihkan dan menyembuhkan sehingga di persatukan oleh iman. c) Gereja sebagai persekutuan orang percaya untuk belajar dan mengajar, spritualitas iman dari kategori usia muda maupun lansia. d) Gereja adalah persekutuan orang yang perduli akan kebutuhan orang lain terutama sakit, orang miskin, lemah dan kesepian. e) Gereja adalah persekutuan orang yang membagikan iman kepada orang yang belum menerima kabar baik

11 f) Gereja adalah persekutuan yang membawa misi perdamaian dengan masyarakat setempat dan antar bangsa. Metode penerapan dalam dunia pendidikan agama Kristen memakai metode sebagai berikut: untuk menyampaikan suatu cara dalam pelayanan gereja. Ada dua jenis teori dalam dunia pendidikan dalam hal itu ialah: Yang pertama: Metode otoriter, untuk menyampaikan suatu ajaran yang lengkap kepada orang yang didikannya. Yang kedua: Metode kreatif, yang menitik beratkan kebebasan untuk menciptakan seseorang dalam berfikir pada diri sendiri. Para didik bertugas untuk mendidik, membimbing, serta menolong dalam menerapkan iman percayanya kepada Tuhan. Metode yang diterapkan dalam pengajaran bagi anak remaja dalam dunia pendidikan agama kristen: melalui media audio visual, dan cerita (Role play) untuk menceritakan kebaikan Tuhan Yesus melalui iman kepada Kristus di dalam gereja. Pendidikan Agama Kristen yang di terapkan pada sekolah-sekolah umum di seluruh dunia memang beraneka ragam. Dalam hal ini, gereja memiliki tugas yang senatiasa, melakukan dan panggilannya dengan baik. 13 Pendidikan Agama Kristen dengan kategorial usia remaja (13-17 Tahun) mengalami suatu perkembangan pola fikir yang kognitif. Dalam perkembangan moral atau etika pada remaja sudah mengenal tentang pola pikiran hidup yang disiplin dengan suatu hukum. Remaja mengalami masalah dalam mengintegrasikan berbagai aspek, identitas diri yang berkaitan dengan gender (yang berkaitan dengan seksualitas). Pada usia ini remaja mengalami suatu pencari identitas yang berkaitan dengan gender (yang berkaitan dengan seksualitas). Dalam perkembangan iman anak remaja ada sesuatu yang baru, yang harus ketahui apa yang dibutuhkan perkembangan tentang iman dan kepercayaan pada usia ini. Alkitab bagi remaja sebagai alat pengontrol dalam suatu jawaban perubahan baik dalam hal yang kecil maupun dalam suatu tindakan pada setiap pertanyaan tentang makna, dan isi Alkitab dengan mencari sumber dari berbagai artikel atau buku yang dapat dipahami setiap pertanyaan. Iman yang memberikan suatu bimbingan tentang moral dan etika sehingga teologi dapat menjawab semua yang dibutuhkan Masyarakat Majemuk Dalam Dunia Pendidikan Multikultural. Konsep yang berlatar-belakang pada masyarakat Indonesia majemuk dan pluralisme sangat penting dalam hubungan relasi masyarakat untuk saling menghargai satu dengan 13 Dien Sumiyatiningsih,(Mengajar dengan Kreatif & Menarik,Yokyakarta:Andi Offset), Larry Richards,(bagaimana Aku Mengambil Keputusan,Jakarta:Bina Remaja Kristen,BPK-Gunung Mulia,1998,107

12 lainnya. Ini menggambarkanm suatu keadaan bangsa Indonesia di zaman Belanda. Teori pendidikan multikultural mengacu pada suatu bingkai pendidikan, dengan tujuan yang jelas dasar-dasar praktis. Teori pendidikan multikultural dalam kontek majemuk di asia menuntut responsif balik dalam setiap kebutuhan masalah yang terjadi pada orang-orang Asia. Teori pendidikan multikultural yang kontekstual menggunakan pendekatan pluralis, sebagai suatu sikap dan gaya hidup sesuai kebutuhan masyarakat dengan kemajemukan agama dan budaya diasia. Pluralisme agama memerlukan praktik pendidikan baru untuk membangun hubungan dan menghadapi perbedaan secara lebih kreatif dan positif. Dengan teori pendidikan yang kontekstual dan majemuk mengakui keterbatasan upaya dalam mengatasi isu-isu yang terjadi di masyarakat. Konsep Furnivall membagi kemajemukan masyarakat Indonesia menjadi dua bagian yaitu: Masyarakat vertical dan horizontal. Masyarakat vertical adalah masyarakat yang berkaitan dengan latar belakang pendidikan, dan status sosial yang berhubungan kekayaan. Masyarakat horizontal meliputi adalah perbedaan-perbedaan suku, agama dan kedaerahan. Indonesia rentan terjadinya konflik etnis yang berkaitan dengan agama sehingga berpengaruh pada ekonomi dan politik. Dengan itu pemerintah telah mengantisipasi dampak-dampak negative yang terjadi di masyarakat dari konflik-konflik yang ditimbulkan dengan memberikan suatu pemahaman pada masyarakat majemuk dengan nilai-nilai Pedoman penghayatan pengamalan pancasila dasar dari pemikiran yang diterima banyak orang semua menjadi dasar yang ampuh untuk mengatasi perbedaan-perbedaan dalam kemajemukan Indonesia. Sesuai dengan tujuan Ki Hajar Dewantara tentang didikan orang tua yang berguna bagi kehidupannya di masa yang akan datang dengan ajaran agama sehingga bertumbuh dan iman kodrati sebagai masyarakat Indonesia yang majemuk dan pluralis berpotensi rawan konflik, sehingga etika sosial menjadi sesuatu yang penting dalam lingkungan sosial masyarakat di kelompoknya dengan memberlakukan hukum adat sesuai dengan daerahnya Peran Pendidikan Multikultural Dalam Transformasi Masyarakat. Pendidikan multikultural adalah strategis pendidikan yang diaplikasikan kepada semua jenis mata pelajaran sehingga dapat diterima oleh semua kalangan, dengan perbedaanperbedaan kultural yang ada pada siswa seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, klas sosial, ras, kemampuan dan umur dengan proses belajar secara kontekstual dan efektif, sehingga untuk melatih dan membangun karakter siswa agar mampu bersikap, demoktrasi, humanis dan pluralis dalam lingkungan. Pendidikan multikultural menjadi mempunyai dua tujuan, yaitu: membangun tujuan awal dan tujuan akhir. Tujuan awal merupakan tujuan sementara karena tujuan ini hanya berfungsi sebagai perantara dari tujuan akhirnya sehingga

13 tercapai dengan baik. Tujuan awal dari pendidikan multikultural yaitu: membangun wacana pendidikan multikultural dikalangan guru, dosen, ahli pendidikan, pengambilan kebijakan dalam dunia pendidikan dan sehingga siswa terampil dalam transformator pendidikan multikultural yang mampu menanamkan nilai-nilai pluralisme, humanisme dan demokrasi secara langsung di sekolah kepada peserta didik. 15 Tujuan akhir dari pendidikan multikultural adalah memiliki karakter yang kuat untuk demoktrasi, pluralis, dan humanis.pada intinya pendidikan kurikulum multikultural, kurikulum yang memuat tentang nilai-nilai pluralisme dan toleransi keberagaman.oleh sebab itu dalam pendidikan multikultural ditekankan untuk membangun sikap (afektif) atau pemikiran tiap-tiap orang sehingga dapat di terima oleh seluruh kalangan masyarakat, di dalamnya untuk membangun kesadaran suatu pemahaman yang kristis tentang siswa terhadap berbagai fenomena sosial yang bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat secara umum, seperti: ketimpangan sosial, penganguran kemiskinan dan korupsi. Masyarakat multikultural mampu untuk mengembangkan kebudayaan tanpa ada diskriminasi kebudayaan lain sehingga saling berinteraksi dan saling mendukung dalam segala hal Konsep Pendidikan Multikultural. Konsep dasar dari pendidikan multikultural bersifat oukoemenes dan pluralism 17 dengan pandangan yang luas. Hal ini karena di dukung oleh gereja-gereja yang beraliran protestan. Beberapa hal dasar yang harus dilihat yaitu letak geografis, kultur wilayah-wilayah kultur, prejudis, stereotip, dan diskriminasi. Pendidikan multikultural merupakan strategis pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran untuk menghasilkan para didik yang memiliki pemikiran demokrasi. Konsep pendidikan multicultural yang mengacu kepada kebudayaan dan tatanan kehidupan sosial dengan latar-belakang pluralisme sehingga diterapkan dan dipraktekan oleh siswa di sekolah.untuk mengakui dan menerima keberadaan agama lain sehingga tercapailah suatu kerukunan dan kebhinekaan. Dalam pandangan konsep pluralism semua agama dipandang sama tetapi bukan sinkretisme untuk menciptakan suatu agama baru yang dipadukan dalam unsur-unsur tertentu, sehingga terciptanya Bhineka Tunggal Ika. Pengertian dari konsep pluralis - multikultural menurut: Sleeter menegaskan bahwa pendidikan pluralis-multikultural adalah proses pendidikan bagi orang - orang yang tertindas. Dalam hal inilah proses belajar yang penting peserta didik dapat memahami 15 Hope S Antone,Ibid,hal Panmilo Yangin,Ibid,hal Panmilo Yangin,Ibid,hal.70

14 karakteristik pluralism multikultikultural. Belajar hidup untuk menerima perbedaan, belajar untuk berproses dalam suatu pengajaran dengan ilmu pengetahuan dan pemahaman yang di sepakati juga belajar untuk menjadi orang yang karakteristik dan kerangka pikir anak didik. 18 Demikian pula akan membentuk mereka dan menghantar kita untuk mengenal dengan baik kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus, sehingga nantinya mereka dapat dilengkapi dengan efektif dalam aspek kehidupan. Dan akan terpancar pula sikap dan karakter anak didik dalam menghargai sesama ciptaan Allah, yang serupa dengan gambar Allah, sehingga dalam kehidupan multikultural akan memancarkan pula hidup yang dapat menjadi teladan bagi sesama,dalam kehidupan dimanapun mereka berada, teraktual pola hidup yang bertoleransi. 18 Daniel Nuhamara,Ibid,hal.31

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang ada dan diciptakan di muka bumi ini selalu memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara utuh, bahkan meskipun

Lebih terperinci

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus BAGIAN IV TINJAUAN KRITIS ATAS UPAYA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI REMAJA YANG BERAGAMA KRISTEN DAN NON KRISTEN DIPANTI ASUHAN YAKOBUS YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. 4.1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, suku, ras, budaya, bahasa, adat istiadat, agama. Bangsa kita memiliki berbagai etnis bangsa yang

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE MUTHMAINNAH 131211132004 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA hmadib2011@gmail.com1 a. Judul Toleransi yang tak akan pernah pupus antar umat beragama di dalam

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel 1 PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel Abstrak Setiap etnik atau ras cenderung memunyai semangat dan ideologi yang etnosentris,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategis dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

ARTIKEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPS

ARTIKEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPS PENDIDIKAN ARTIKEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPS Tim Peneliti: Dr. Farida Hanum Setya Raharja, M.Pd UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOVEMBER

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pendidikan multikultural, keberagamaan inklusif, dan materi PAI

Kata Kunci: Pendidikan multikultural, keberagamaan inklusif, dan materi PAI Pendidikan Multikultural (1) Oleh : Efrin Baka Abstrak Indonesia adalah satu di antara negara multikultural terbesar di dunia. Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, keyakinan, ras, adat, nilai,

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 207 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Bab V ini peneliti akan menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Bab lima ini merupakan kesimpulan dari hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah merupakan salah satu negara multikultural terbesar di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah merupakan salah satu negara multikultural terbesar di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, kebenaran dari pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio kultural maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter sebuah peradaban dan kemajuan yang mengiringinya. Tanpa pendidikan, sebuah bangsa atau

Lebih terperinci

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL RETHINKING & RESHAPING VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL OLEH : DR. MUHADJIR EFFENDY, M.AP. Disampaikan dalam Acara Tanwir Muhammadiyah 2009 di Bandar Lampung, 5 8 Maret 2009 1 Lingkup

Lebih terperinci

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK Untuk lebih mendalami hakekat pendidikan politik, berikut ini disajikan lagi beberapa pendapat ahli mengenai pendidikan politik. Alfian (1986) menyatakan pendidikan

Lebih terperinci

Landasan Pendidikan Inklusif

Landasan Pendidikan Inklusif Bahan Bacaan 3 Landasan Pendidikan Inklusif A. Landasan Filosofis 1) Landasan filosofis utama penerapan pendidikan inklusif di Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita-cita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Indonesia Tahun 1945 dalam Alinea

BAB I PENDAHULUAN. yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Indonesia Tahun 1945 dalam Alinea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Indonesia Tahun 1945 dalam Alinea ke Empat yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena sosial budaya seperti pendidikan multikultural penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid Hasan, masyarakat dan bangsa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja Kristen Pasundan (GKP) berada dalam konteks masyarakat Jawa bagian barat yang majemuk baik suku, agama, budaya daerah dan status sosial ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu menmbuhkembangkan potensi diri, sosial, dan alam di kehidupannya. Sesuai dengan perkembangan zaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila dikategorikan melalui karakteristik dan tatanan kehidupan masyarakatnya dikenal sebagai bangsa yang memangku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dari kultur menurut Elizabeth Taylor dan L.H. Morgan (Ainul Yaqin, 2005:

BAB II KAJIAN TEORI. dari kultur menurut Elizabeth Taylor dan L.H. Morgan (Ainul Yaqin, 2005: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Mengenai Multikulturalisme Istilah multikulturalisme berasal dari asal kata kultur. Adapun definisi dari kultur menurut Elizabeth Taylor dan L.H. Morgan (Ainul Yaqin, 2005:

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam ruang lingkup sekolah konsep engagement meliputi beberapa bagian, yang

BAB II LANDASAN TEORI. dalam ruang lingkup sekolah konsep engagement meliputi beberapa bagian, yang BAB II LANDASAN TEORI A. STUDENT ENGAGEMENT 1. Definisi Student Engagement Menurut National Research Council dan Institute of Medicine (2004), dalam ruang lingkup sekolah konsep engagement meliputi beberapa

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DI SEKOLAH DASAR UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER BANGSA

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DI SEKOLAH DASAR UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER BANGSA PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DI SEKOLAH DASAR UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER BANGSA Oleh: Wuri Wuryandani, M.Pd. Dosen Jurusan Prasekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

Yusri. ialah STANDAR KOMPETENSI:

Yusri. ialah STANDAR KOMPETENSI: SILABUS MATAKULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI FISE DAN FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SEMUA PRODI JURUSAN Kode mata kuliah UNUU 203 Yusri Deskripsi Silabus Pendidikan Agamaa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan bahwa akhlak bersifat abstrak, tidak dapat diukur, dan diberi nilai oleh indrawi manusia (Ritonga,

Lebih terperinci

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. www.kangmartho.c om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL Lenda Dabora Sagala STT Simpson Ungaran Abstrak Menghadapi perubahan sosial, Pendidikan Agama Kristen berperan dengan meresponi perubahan

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komponen pendidikan merupakan komponen yang memiliki posisi yang sangat strategis dalam pembentukan karakter warga negaranya terutama karakter dari setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rasisme dan diskriminasi rasial merupakan salah satu masalah besar yang sedang dihadapi oleh masyarakat dunia pada saat ini dalam skala yang begitu besar. Isu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada yang halus dan juga ada yang kasar, ada yang berterus terang dan ada juga yang

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan di bidang pendidikan yang dialami bangsa Indonesia pada saat ini adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pembentukan watak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Guru Dalam pendidikan, Guru merupakan komponen dari perangkat sistem pendidikan yang ada di sekolah, sebagai pendidik guru membimbing dalam arti menuntun peserta didik

Lebih terperinci

7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam hidup, karena pendidikan mempunyai peranan penting guna kelangsungan hidup manusia. Dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah bangsa yang majemuk, bahkan Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) multikulturalitas bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan Berdasarkan UU Nomor

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Oleh Sudrajat Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta A. Muqadimah Bagi kebanyakan siswa IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan. Mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya. BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas beberapa subbab sebagai berikut, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, dan penegasaan istilah. Dalam bab ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah culture transition (transisi kebudayaan) yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan), maka pendidikan dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya dan upaya mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

1.2 Menegakkan Kerajaan Allah dalam Modernisasi Indonesia: O. Notohamidjojo...33

1.2 Menegakkan Kerajaan Allah dalam Modernisasi Indonesia: O. Notohamidjojo...33 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI...x DAFTAR SINGKATAN...xv DISSERTATION ABSTRACT... xvii PENDAHULUAN 1. Latar Belakang...1 2. Pokok Studi...5 2.1 Studi-Studi Sebelumnya dan Pentingnya Studi Ini...5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat memahami yang diajarkan.pendidikan harus mendapat perhatian baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat memahami yang diajarkan.pendidikan harus mendapat perhatian baik oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikandapat dipandang salah satu sarana untuk meningkatkan pemahaman tentang suatu pembelajaran,dengan pendidikan maka siswa diharapkan mengerti dan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pendidikan karakter merupakan proses pembentukan karakter yang memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosional, spiritual, dan kepribadian seseorang. Oleh sebab

Lebih terperinci

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD)

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD) 6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika Multikulturalisme Kanada ( ). Kesimpulan tersebut

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika Multikulturalisme Kanada ( ). Kesimpulan tersebut BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikemukakan oleh penulis

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah dipanggil Allah keluar dari dunia ini untuk menjadi miliknya, umat kepunyaan Allah sendiri. Allah memanggil mereka di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia.dan bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi terbentuknya suatu masyarakat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang mempunyai sikap dan pribadi yang kuat. Pendidikan mempunyai peran yang penting karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara intern maupun ekstern, oleh karena itu, telaah ulang dan reformasi pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang pelayanan yang penting dan strategis karena menentukan masa depan warga gereja. Semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan aspirasi yang berbeda-beda satu sama lain tetapi memiliki kedudukan setara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan aspirasi yang berbeda-beda satu sama lain tetapi memiliki kedudukan setara, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu prasyarat untuk mewujudkan kehidupan masyarakat modern yang demokratis adalah menampilkan sikap yang menghargai kemajemukan perbedaan suku, ras,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI EKSPERIMEN DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA) PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sudah disusun secara matang dan terperinci. (http://elkawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html).

II. TINJAUAN PUSTAKA. sudah disusun secara matang dan terperinci. (http://elkawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html). 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka A.1 Konsep Penerapan Penerapan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. (http://elkawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya beragam (plural). Suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya beragam (plural). Suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya beragam (plural). Suatu bangsa yang di dalamnya terdapat keberagaman suku, agama, ras dan lain-lain. Namun,

Lebih terperinci