PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT"

Transkripsi

1 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 merupakan komitmen nasional pemberlakuan kebijakan khusus pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; b. bahwa pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat memerlukan percepatan serta peningkatan dan optimalisasi guna efektifitas pelaksanaan Otonomi Khusus; c. bahwa dalam rangka percepatan pembangunan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, diperlukan pendekatan secara menyeluruh meliputi pendekatan sosial ekonomi, sosial politik, dan budaya, serta menjadi bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; Mengingat :

2 - 2 - Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 3. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1137), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 tentang Perubahan Nama Provinsi Irian Jaya Barat menjadi Provinsi Papua Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4718); MEMUTUSKAN :

3 - 3 - MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERCEPATAN PEM- BANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan : 1. Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat adalah kebijakan dan program pemerintah yang dilakukan secara sistematis, terencana, terukur, dan sinergis guna mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. 2. Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat adalah dokumen perencanaan yang memuat penjabaran Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, dalam kurun waktu , yang bersifat indikatif, rinci, dan merupakan prioritas yang dikhususkan, konkrit, cepat terwujud, serta dapat dirasakan manfaatnya. 3. Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, yang selanjutnya disebut UP4B, adalah lembaga yang dibentuk untuk mendukung koordinasi, memfasilitasi dan mengendalikan pelaksanaan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Pasal 2

4 - 4 - Pasal 2 (1) Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dilaksanakan melalui peningkatan koordinasi, sinergi dan sinkronisasi perencanaan, serta pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan yang berasal dari berbagai sumber pendanaan dan pelaku pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara. (2) Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. (3) Pelaksanaan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahun dan RPJM Provinsi Papua serta RPJM Provinsi Papua Barat, serta memperhatikan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada koridor ekonomi Papua - Kepulauan Maluku. BAB II STRATEGI DAN KEBIJAKAN Pasal 3 Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dilakukan dengan strategi: a. mengoptimalkan hubungan fungsional antara Pemerintah Pusat, Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, serta kabupaten/kota di wilayah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; b. mengembangkan

5 - 5 - b. mengembangkan kapasitas aparatur; c. menerapkan sistem keterkaitan pola bertingkat yang harmonis antara pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota; d. melaksanakan pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sesuai dengan kebutuhan daerah yang mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota; e. melakukan revitalisasi pelayanan pendidikan yang menjangkau seluruh kampung untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas bagi masa depan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; f. melakukan revitalisasi pelayanan kesehatan yang menjangkau seluruh kampung; g. melakukan percepatan pengembangan transportasi terpadu yang meliputi transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara, yang berbasis pada pusat-pusat pengembangan wilayah untuk mendukung pengembangan otonomi khusus; h. melakukan percepatan pengembangan infrastruktur energi, komunikasi, perumahan, air bersih dan sanitasi yang menjangkau seluruh wilayah; i. mengembangkan ekonomi yang berdaya saing melalui pengembangan klaster pada kawasan strategis di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dengan memerhatikan MP3EI pada koridor ekonomi Papua Kepulauan Maluku. Pasal 4

6 - 6 - Pasal 4 (1) Untuk mengoptimalisasi pelaksanaan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat agar lebih berhasilguna dan berdayaguna, pelaksanaan pembangunan didasarkan pada pendekatan kawasan, yang meliputi: a. kawasan terisolir; b. kawasan perdesaan; c. kawasan perkotaan; dan d. kawasan strategis. (2) Pengembangan kawasan terisolir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, difokuskan pada lokasi di pegunungan tengah, perbatasan negara, daerah tertinggal, pesisir, dan pulau kecil terluar. (3) Pengembangan kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, difokuskan pada lokasi perdesaan yang berbasis sumber daya alam lokal. (4) Pengembangan kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, difokuskan pada kawasan yang memiliki fungsi perkotaan. (5) Pengembangan kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, difokuskan pada lokasi yang memiliki potensi sumber daya alam yang dapat ditingkatkan nilai tambahnya, sumber daya manusia terampil, dan infrastruktur wilayah yang memadai guna mendukung investasi yang berbasis pada potensi ekonomi lokal, serta disinergikan dengan MP3EI pada koridor ekonomi Papua-Kepulauan Maluku. Pasal 5

7 - 7 - Pasal 5 (1) Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dilaksanakan melalui: a. kebijakan pembangunan sosial ekonomi; dan b. kebijakan pembangunan sosial politik dan budaya. (2) Kebijakan pembangunan sosial ekonomi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilakukan melalui peningkatan hasilguna dan dayaguna pelayanan publik di bidang ketahanan pangan, penanggulangan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, transportasi terpadu, infrastruktur dasar, dan pengembangan ekonomi rakyat. (3) Kebijakan pembangunan sosial politik dan budaya, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dilakukan melalui pembangunan komunikasi yang konstruktif antara pemerintah dengan masyarakat Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Pasal 6 (1) Kebijakan pembangunan sosial ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, meliputi: a. program ketahanan pangan, dengan memprioritaskan pada daerah rawan pangan melalui pengembangan tanaman pangan lokal di kawasan perdesaan dan kawasan terisolir; b. program penanggulangan kemiskinan, dengan memprioritaskan pada pemberian bantuan jaminan sosial, pengembangan kapasitas dan pemberian modal usaha bagi masyarakat tertinggal; c. program

8 - 8 - c. program ekonomi rakyat di tingkat kampung, dengan memprioritaskan pada pengembangan kelompok usaha petani, nelayan, perdagangan, serta usaha mikro dan kecil untuk melembagakan kegiatan produktif dan meningkatkan pendapatan warga di tingkat kampung; d. program pelayanan pendidikan, dengan memprioritaskan pada peningkatan pelayanan pendidikan dasar terutama untuk memastikan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan di seluruh kampung dengan fasilitas dan jumlah guru yang memadai, serta menyiapkan pendidikan kejuruan; e. program pelayanan kesehatan, dengan memprioritaskan pada peningkatan pelayanan pos pelayanan terpadu, pusat kesehatan masyarakat pembantu, dan pusat kesehatan masyarakat di tingkat distrik, serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam peningkatan pelayanan pos kesehatan di tingkat kampung; f. program infrastruktur dasar, dengan memprioritaskan pada dukungan pelayanan transportasi terpadu, energi, telekomunikasi, dan air bersih dan sanitasi melalui pendekatan kawasan; g. program perlakuan khusus bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia putra-putri asli Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. (2) Kebijakan pembangunan sosial politik dan budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, dilakukan dengan : a. pemetaan dan penanganan sumber permasalahan di bidang politik, penegakan hukum dan hak asasi manusia (HAM); b. pemetaan

9 - 9 - b. pemetaan dan pendekatan terhadap kelompokkelompok strategis di dalam masyarakat Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; c. perumusan dan pengembangan kebijakan sosial politik yang memerhatikan budaya lokal; d. penyusunan dan pelaksanaan mekanisme dan substansi komunikasi konstruktif antara wakil-wakil masyarakat, pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, dan Pemerintah Pusat. Pasal 7 Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), ditetapkan kebijakan pendukung yang meliputi: a. program penguatan dan pengendalian pemanfaatan ruang serta pengelolaan pertanahan dengan memprioritaskan pada percepatan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi, kabupaten, dan kota, dan pengelolaan administrasi pertanahan terutama yang terkait dengan hak ulayat; b. program peningkatan stabilitas keamanan dan ketertiban terutama pada daerah rawan kejahatan dan berpotensi konflik antarkelompok masyarakat; c. program penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintahan daerah dalam penyusunan peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah khusus, serta pencegahan dan pemberantasan korupsi dan penegakan hukum. BAB IV

10 BAB IV RENCANA AKSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT Pasal 8 (1) Penjabaran kebijakan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7, dimuat dalam Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat tahun , yang selanjutnya disebut Rencana Aksi. (2) Rencana Aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat program dan kegiatan prioritas bersifat tahunan dari masing-masing kebijakan percepatan pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, serta regulasi dan kelembagaan pendukungnya. Pasal 9 (1) Rencana Aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) yang bersifat prioritas dan dikhususkan, cepat terwujud, serta dapat dirasakan manfaatnya pada periode tahun , ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Presiden ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini. (2) Rencana Aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) yang bersifat menyeluruh, ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Presiden ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini. Pasal 10 (1) Pelaksanaan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden

11 Presiden ini, dilakukan oleh Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, yang selanjutnya disebut UP4B. (2) UP4B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas melakukan dukungan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan, fasilitasi serta pengendalian pelaksanaan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. (3) Pembentukan, penjabaran tugas dan fungsi UP4B sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Presiden. BAB V PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 11 Peran serta masyarakat dalam Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dapat dilakukan pada tahap perencanaan tahunan, dan tahapan pelaksanaan. Pasal 12 (1) Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, dapat berupa masukan kepada UP4B, kementerian/lembaga terkait, serta Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah Provinsi Papua Barat. (2) Masukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan dengan menyampaikan pokok-pokok materi yang diusulkan. (3) Masyarakat dalam memberikan masukan harus menyebutkan identitas secara lengkap dan jelas. Pasal 13

12 Pasal 13 Bentuk peran serta masyarakat dalam tahapan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, dapat berupa keikutsertaan dalam pelaksanaan Rencana Aksi. Pasal 14 Selain bentuk peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 13, masyarakat dapat berperanserta dalam pemantauan dan pengawasan pelaksanaan Rencana Aksi. BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 15 Program dan kegiatan prioritas dalam Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, serta sumber pendanaan lainnya dari pinjaman/hibah luar negeri, investasi swasta, dan nonpemerintah, sesuai peraturan perundang-undangan. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 16 Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, semua peraturan yang terkait dengan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang bertentangan dengan Peraturan Presiden ini, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 17

13 Pasal 17 Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 September 2011 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI Deputi Bidang Perekonomian, ttd. Retno Pudji Budi Astuti

14 LAMPIRAN I PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 65 Tahun 2011 TANGGAL : 20 September 2011 RENCANA AKSI YANG BERSIFAT CEPAT TERWUJUD PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN

15 - 2 - PROGRAM BERSIFAT CEPAT TERWUJUD DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN Proses dan langkah langkah yang dilakukan dalam upaya Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (P4B) sudah banyak, namun saat ini diperlukan program yang cepat diwujudkan, konkrit, dan dapat segera dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Papua dan Papua Barat. Program ini diarahkan untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi baru, yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah, dan masyarakat turut berkontribusi secara nyata terhadap pertumbuhan yang terjadi. Penetapan program quick wins mempertimbangkan potensi sumber daya di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, dengan skala yang sesuai dengan daya dukung lingkungan. Untuk mewujudkannya dilakukan dengan memadukan peran pemerintah, BUMN, dan swasta. Program yang bersifat cepat diwujudkan, yang dilaksanakan dalam kurun waktu tahun , dipilih dari daftar program/kegiatan dalam Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat , sebagai dokumen perencanaan yang memuat penjabaran Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Program yang bersifat cepat diwujudkan tersebut, terutama: 1. Program Ketahanan Pangan a. Pengembangan peternakan babi di Kawasan Pegunungan Tengah - Provinsi Papua. b. Pengembangan peternakan sapi di Bomberai dan Kebar - Provinsi Papua Barat. 2. Program Penanggulangan Kemiskinan Peningkatan permodalan UMKM usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan industri rakyat melalui PNPM Mandiri, KUR, dan Respek - Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. 3. Program Pengembangan Ekonomi Rakyat Peningkatan industri pengolahan sagu rakyat di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. 4. Program Peningkatan Pelayanan Pendidikan Pelayanan pendidikan gratis sampai SMU menjangkau seluruh kampung di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. distrik dan 5. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan gratis menjangkau seluruh distrik dan kampung di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. 6. Program Pengembangan Infrastruktur Dasar a. Penyediaan sumber energi alternatif terbarukan (PLTMH, PLTS) - Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. b. Pembangunan

16 - 3 - b. Pembangunan Pabrik Semen di Timika - Provinsi Papua. c. Pembangunan Pabrik Semen di Manokwari - Provinsi Papua Barat. 7. Program Perlakuan Khusus Putra-putri Asli Papua ( (Affirmative Actions) a. Pemberian kuota kepada siswa berprestasi untuk menempuh pendidikan tinggi terbaik di luar Papua - Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. b. Pemberian kuota untuk menjadi anggota TNI/Polri bagi Putra/i asli Papua - Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. c. Pemberian kuota untuk masuk sekolah Akademi Militer dan Akademi Kepolisian bagi Putra/i asli Papua - Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. d. Pendirian sekolah kebidanan/keperawatan - Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. e. Pendirian sekolah kepamongprajaan (STPDN di Kota Sorong) - Provinsi Papua Barat. f. Pendirian sekolah pendidikan keguruan - Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Dalam P4B salah satu pendekatannya adalah Kawasan Strategis, merupakan kawasan yang memiliki potensi daya ungkit pertumbuhan ekonomi. Pada kawasan-kawasan strategis di Provinsi Papua dan Papua Barat telah ditetapkan dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada koridor Papua-Kepulauan Maluku. Dari segi bidang yang diintervensi, MP3EI menekankan pada bidang ekonomi, khususnya pada peningkatan investasi, upaya ini akan disinergikan dengan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat (P4B) yang memfokuskan pada kebijakan pembangunan sosial ekonomi dan pembangunan sosial politik dan budaya. Sinergi diperlukan agar menghasilkan dampak yang optimal terhadap upaya percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat. Program MP3EI di Provinsi papua dan Provinsi Papua Barat yang dilaksanakan pada tahun , terutama adalah: 1. Pembangunan fisik, yaitu program/kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta untuk mendukung pelaksanaan investasi yang dilakukan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. 2. Regulasi/kebijakan, yaitu program kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan kemudahan bagi investor dalam berinvestasi di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

17 - 4 - RENCANA AKSI BERSIFAT CEPAT TERWUJUD DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN No Kab/Kota; Target / Sasaran / Instansi Penanggung Sumber Waktu Pelaksanaan Kapasitas Jawab Pendanaan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Program Ketahanan Pangan 1 Pengembangan Peternakan Babi di Kawasan Pegunungan Tengah Kab. Jayawijaya, Lani Jaya, Paniai, Nabire, Tolikara, Peg. Bintang; 2011 penyiapan, tahun 2012 mulai operasional 1,5 juta ekor /tahun Kem.Pertanian, Pemda APBN APBD Swasta Program Penanggulangan Kemiskinan 2 Peningkatan permodalan UMKM usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan industri rakyat melalui PNPM Mandiri, KUR, dan Respek Seluruh Kabupaten/Kota Berkurangnya tingkat kemiskinan di Provinsi Papua pada tahun 2012 sebesar 27,79 persen dari tahun 2011 sebesar 31,98 persen Kem. Kop UMKM, Pemda APBN APBD Perbankan Program

18 - 5 - No Kab/Kota; Target / Sasaran / Instansi Penanggung Sumber Waktu Pelaksanaan Kapasitas Jawab Pendanaan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Program Pengembangan Ekonomi Rakyat 3 Peningkatan industri pengolahan sagu rakyat Papua : KK APBN APBD Program Peningkatan Pelayanan Pendidikan 4 Pelayanan Pendidikan Gratis sampai SMU menjangkau seluruh distrik dan kampung Papua : Kab. Jayapura, Waropen, Yapen, Nabire, Mappi, Keerom, Asmat, Merauke, Mimika. Pelaksanaan tahun 2012 Seluruh Papua; Sudah jalan untuk wajar 9 tahun, tahun 2012 dimulai untuk tingkat SMU Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan 5 Pelayanan Kesehatan Gratis menjangkau seluruh distrik dan kampung Seluruh Papua; Tahun 2012 mulai, Tahun 2013 mencapai target. Seluruh siswa SD sampai SMU/SMK Seluruh penduduk Papua ( jiwa) Kem. Pertanian, Kem. Kehutanan, Kem. Perindustrian Kem.Diknas, Pemda Kem.Kesehatan, Pemda APBN APBD APBN APBD Program

19 - 6 - No Kab/Kota; Target / Sasaran / Instansi Penanggung Sumber Waktu Pelaksanaan Kapasitas Jawab Pendanaan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Program Pengembangan Infrastruktur Dasar 6 Pembangunan Pabrik Semen di Timika Kapasitas produksi ton/tahun Swasta (CSR Freeport) 7 Penyediaan Sumber Energi alternatif terbarukan PLTMH dan PLTS. 8 Penyediaan Daya Listrik PLTU Jayapura dan Mimika Kab. Mimika; Ground Breaking (dapat segera dilaksanakan) tahun 2012 Seluruh Papua; tahun Kab. Jayapura, Mimika: unit PLTMH unit PLTS PLTM Kalibumi, Kombenmur, Mariarotu II, Mariarotu I, Amai, Waigo; dan PLTS untuk Lisdes di 8 lokasi BKPM, BUMN, Kem. Perindustrian, Kem. ESDM, PT. Freeport Ind, Pemda Kem. ESDM, PLN, BPPT, Pemda 34 MW Kem. ESDM, PLN, BPPT, Pemda APBN APBD APBN APBD Program

20 - 7 - No Kab/Kota; Target / Sasaran / Instansi Penanggung Sumber Waktu Pelaksanaan Kapasitas Jawab Pendanaan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Program Pemihakan Putra-putri Asli Papua (Affirmative Actions) 9 Pemberian Kuota kepada siswa berprestasi untuk menempuh pendidikan tinggi terbaik di luar Papua Seluruh Papua; tahun 2011 sudah dimulai, tahun 2012 mencapai target per tahun Per Tahun : Fak. Kedokteran 100, F. Teknik 100, F. Pertanian 200, ST Penerbang 20, ST Statistik 30, ST Pertanahan 30, ST Akuntansi 30. Kem.Diknas, Kem. Kes, Kem.Keu., BPN, BPS, Kem.Hub., PTN, dan Pemda. APBN APBD 10 Pemberian kuota untuk menjadi anggota TNI/Polri bagi Putra/i asli Papua Seluruh Papua; tahun 2011 mulai, tahun 2013 mencapai target per tahun 100 orang/tahun Kemenhan, Polri, Pemda APBN APBD 11. Pemberian

21 - 8 - Kab/Kota; Target / Sasaran / Instansi Penanggung Sumber No Waktu Pelaksanaan Kapasitas Jawab Pendanaan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 11 Pemberian kuota untuk masuk sekolah Akademi Militer dan Akademi Kepolisian bagi Putra/i asli Papua 12 Pendirian sekolah Kebidanan/keperawatan di seluruh Kab/Kota 13 Pendirian sekolah kepamongprajaan (STPDN di Jayapura dan Timika) 14 Pendirian Sekolah Pendidikan Keguruan Seluruh Papua; tahun 2011 mulai, tahun 2013 mencapai target per tahun Di seluruh ibukota kabupaten/kota; sebagian kab sudah, tahun 2012 seluruh kab Kab.Jayapura, Mimika; tahun 2012 mulai penambahan kedua kabupaten Di seluruh ibukota kabupaten/kota; tahun 2013 target semua kab 50 siswa/tahun Kemenhan, Polri, Pemda 1 sekolah/kabupaten dengan daya tampung 30 siswa/tahun Daya tampung 60 siswa/tahun/sekolah 1 sekolah/kabupaten dengan daya tampung 60 siswa/tahun Kem.Kesehatan, Kem.Diknas, Pemda Kem. Dalam Negeri, Pemda Kemenko Kesra, Kem. Diknas, Pemda APBN APBD APBN APBD APBN APBD APBD RENCANA

22 - 9 - RENCANA AKSI BERSIFAT CEPAT TERWUJUD DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN No Kab/Kota Target / Sasaran / Instansi Penanggung Sumber Waktu Pelaksanaan Kapasitas Jawab Pendanaan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Program Ketahanan Pangan 1 Pengembangan Peternakan Sapi di Bomberai dan Kebar Kem.Pertanian, Pemda Program Penanggulangan Kemiskinan 2 Peningkatan permodalan UMKM usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan industri rakyat melalui PNPM Mandiri, KUR, dan Pembangunan Kampung Kab.Fak Fak & Kab. Manokwari; tahun 2011 penyiapan, tahun 2012 mulai operasional 30 ribu ekor /tahun penggemukan 15 ribu ekor/tahun produktif di Bomberai dan Kebar: Seluruh Kabupaten/Kota Berkurangnya tingkat kemiskinan di Provinsi Papua Barat pada tahun 2012 sebesar 29,21 persen dari kondisi tahun 2011 sebesar 31,92 persen. Kem. Kop UMKM, Pemda APBN APBD Swasta APBN APBD Perbankan Program

23 Kab/Kota Target / Sasaran / Instansi Penanggung Sumber No Waktu Pelaksanaan Kapasitas Jawab Pendanaan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Program Pengembangan Ekonomi Rakyat 3 Peningkatan industri pengolahan Papua Barat : Sorong Papua Barat : 600 KK Kem. Pertanian, Kem. APBN sagu rakyat Selatan, Kab.Kaimana, Kehutanan, Kem. APBD Fakfak, Teluk Bintuni, Perindustrian Program Peningkatan Pelayanan Pendidikan 4 Pelayanan Pendidikan Gratis sampai SMU menjangkau seluruh distrik dan kampung Seluruh Papua Barat; Sudah jalan untuk wajar 9 tahun, tahun 2012 dimulai untuk tingkat SMU Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan 5 Pelayanan Kesehatan Gratis menjangkau seluruh distrik dan kampung Seluruh Papua Barat; tahun 2012 mulai, tahun 2013 mencapai target Seluruh siswa SD sampai SMU/SMK ( siswa) Seluruh penduduk Papua Barat Kem.Diknas, Pemda Kem.Kesehatan, Pemda APBN APBD APBN APBD Program

24 No Kab/Kota Target / Sasaran / Instansi Penanggung Sumber Waktu Pelaksanaan Kapasitas Jawab Pendanaan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Program Pengembangan Infrastruktur Dasar 6 Pembangunan Pabrik Semen di Manokwari Kapasitas produksi 300 ribu ton/tahun Kabupaten Manokwari; o pengantongan semen curah. o Ground Breaking (dapat segera dilaksanakan) tahun 2012 BKPM, BUMN, Kem. Perindustrian, Kem. ESDM, PT. Semen Gresik, Pemda APBN Swasta BUMN 7 Penyediaan Sumber Energi alternatif terbarukan (PLTMH, PLTS) Seluruh Papua Barat; tahun 2012 mulai penambahan, tahun 2013 target tercapai 50 unit PLTMH 1000 unit PLTS Kem. ESDM, PLN, BPPT, Pemda APBN APBD Program

25 No Kab/Kota Target / Sasaran / Instansi Penanggung Sumber Waktu Pelaksanaan Kapasitas Jawab Pendanaan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Program Pemihakan Putra-putri Asli Papua (Affirmative Actions) 8 Pemberian Kuota kepada siswa berprestasi untuk menempuh pendidikan tinggi terbaik di luar Papua Kem.Diknas, Kem. Kes,Kem.Keu.,BPN,BPS, Kem.Hub., PTN, dan Pemda. APBN APBD 9 Pemberian kuota untuk menjadi anggota TNI/Polri bagi Putra/i asli Papua 10 Pemberian kuota untuk masuk sekolah Akademi Militer dan Akademi Kepolisian bagi Putra/i asli Papua Seluruh Papua Barat; tahun 2011 sudah dimulai, tahun 2012 mencapai target per tahun, melalui beasiswa daerah, dengan fasilitasi oleh pusat Seluruh Papua Barat; tahun 2011 mulai, tahun 2013 mencapai target per tahun Seluruh Papua Barat; tahun 2011 mulai, tahun 2013 mencapai target per tahun Per Tahun: Fak. Kedokteran 30, F. Teknik 50, F. Pertanian 75, ST Penerbang 10, ST Statistik 10, ST Pertanahan 10, ST Akuntansi orang/tahun Kemenhan, Polri, Pemda APBN 40 siswa/tahun Kemenhan, Pemda APBN APBD 11. Pendirian

26 Kab/Kota Target / Sasaran / Instansi Penanggung Sumber No Waktu Pelaksanaan Kapasitas Jawab Pendanaan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 11 Pendirian sekolah Kebidanan/keperawatan 12 Pendirian sekolah kepamongprajaan (STPDN di Kota Sorong) 13 Pendirian Sekolah Pendidikan Keguruan Di seluruh ibukota kabupaten/kota; sebagian kab sudah, tahun 2012 seluruh kabupaten Kota Sorong; tahun 2012 Di seluruh ibukota kabupaten/ kota; tahun 2012 mulai penambahan kedua kabupaten 1 sekolah/kabupaten dengan daya tampung 30 siswa/tahun Daya tampung 60 siswa/tahun/sekolah 1 sekolah/kabupaten dengan daya tampung 60 siswa/tahun Kem.Kesehatan, Kem.Diknas, Pemda Kem. Dalam Negeri, Pemda Kem. Diknas, Pemda APBD APBN APBD APBD RENCANA

27 No RENCANA AKSI P4B YANG MENJADI BAGIAN DARI PROGRAM MP3EI KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU Nilai Investasi (Milyar rupiah) Periode Mulai Periode Selesai Pelaksana utama Penjelasan Kategori (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) A. PEMBANGUNAN FISIK Tipe 1 Pembangunan Jalan Trans- Papua Kemen PU Papua Pemerintah Infrastruktur Jalan 2 Peningkatan Jalan Kumbe - Okaba - Nakias (152 km) Pemprov Papua, Pemkab Merauke, Papua Pemerintah Infrastruktur Jalan Jalan Propinsi dan Kabupaten Merauke 3 Peningkatan Jalan Timika - Nabire (407,7 Km) Kemen PU Papua Pemerintah Infrastruktur Jalan 4 Pelabuhan Serui Kemenhub Serui, Papua Pemerintah Infrastruktur Pelabuhan 5. Peningkatan

28 No Nilai Investasi (Milyar rupiah) Periode Mulai Periode Selesai Pelaksana utama Penjelasan Kategori (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Tipe 5 Peningkatan jalan Merauke - Muting (204 km) Kemen PU Merauke, Papua Pemerintah Infrastruktur Jalan 6 Adpel Jayapura Kemenhub Jayapura, Papua Pemerintah Infrastruktur Pelabuhan 7 Pelabuhan Waren Kemenhub Waren, Papua Pemerintah Infrastruktur Pelabuhan 8 Lanjutan pembangunan Pelabuhan Samudera KKP Merauke, Papua Pemerintah Infrastruktur Pelabuhan Perikanan Merauke 9 Pembangunan Jalan Okaba - Wambi Kemen PU Merauke, Papua Pemerintah Infrastruktur Jalan 10 Pembangunan jaringan transmisi listrik di Papua PLN Papua BUMN Infrastruktur Power & Energi 11 Pelabuhan Bade Kemenhub Bade, Papua Pemerintah Infrastruktur Pelabuhan 12. Adpel

29 No Nilai Investasi (Milyar rupiah) Periode Mulai Periode Selesai Pelaksana utama Penjelasan Kategori (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 12 Adpel Merauke Kemenhub Merauke, Papua 13 Pembangunan Dermaga Kemenhub Depapre, Terminal Penumpang dan Papua Peti Kemas Pelabuhan Depapre 14 Optimalisasi & ekstensifikasi lahan pertanian untuk pemberdayaan petani Kementan Merauke, Papua Pemerintah Pemerintah Pemerintah Tipe Infrastruktur Pelabuhan Infrastruktur Pelabuhan Fasilitas produksi 15 Pelabuhan Sarmi Kemenhub Sarmi, Papua Pemerintah Infrastruktur Pelabuhan 16 Pengadaan peralatan alsintan (traktor, planter, reaper, power threser, mini combine, pompa air) Kementan Merauke, Papua Pemerintah Fasilitas produksi 17. Pelabuhan

30 No Nilai Investasi (Milyar rupiah) Periode Mulai Periode Selesai Pelaksana utama Penjelasan Kategori (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Tipe 17 Pelabuhan Nabire Kemenhub Nabire, Papua Pemerintah Infrastruktur Pelabuhan 18 Pelabuhan Agats Kemenhub Agats, Papua Pemerintah Infrastruktur Pelabuhan 19 Pelabuhan Kokas Kemenhub Kokas, Papua Pemerintah Infrastruktur Pelabuhan 20 Unit Penyelenggara Pelabuhan Amamapare Kemenhub Amamapare, Papua Pemerintah Infrastruktur Pelabuhan 21 Peningkatan Jalan Habema Kemen PU Papua Pemerintah Infrastruktur Yaguru (110 + Km) 22 Feasibility Study Pengembangan PLTA Mamberamo 23 Pembangunan Dermaga General Cargo 100 meter- Pelabuhan Merauke BPPT Mamberamo, Papua Kemenhub Merauke, Papua Pemerintah Pemerintah Jalan Infrastruktur Power & Energi Infrastruktur Pelabuhan 24. Pembangunan

31 No Nilai Investasi (Milyar rupiah) Periode Mulai Periode Selesai Pelaksana utama Penjelasan Kategori (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 24 Pembangunan industri pengolahan pupuk dan biogas 25 Pembangunan sektor pendukung pendidikan (kejuruan, perti masamus & yasanto, BLKT terampil, sarana pendukung BLK, pelatihan tenaga kerja terampil) 26 Penyediaan modal pemberdayaan masyarakat dan pengembangan investasi 27 Pengembangan village breeding center sapi potong Kemen perindustrian Merauke, Papua Kemendiknas Merauke, Papua Kemenkop Merauke, Papua Kementerian PU Merauke, Papua Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Tipe Fasilitas produksi Fasilitas produksi Fasilitas produksi Fasilitas produksi 28. Pembangunan

32 No Nilai Investasi (Milyar rupiah) Periode Mulai Periode Selesai Pelaksana utama Penjelasan Kategori (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 28 Pembangunan SPAM Kota Pamekaran (Kota Timika) 200 L/s 29 Pembangunan IPA Reservoar dan Unit Distribusi Kab. Mimika 30 Pembangunan terminal agribisnis, pergudangan, dan pelabuhan ekspor di Serapuh & Wogikel 31 Pengadaan Rangka Jembatan untuk Kali Koloy, Kali Hewa, dan Rawa Inggun 32 Perpanjangan Bandara Mopah Merauke Tipe Kemen PU Timika, Papua Pemerintah Utilitas Air Kemen PU Mimika, Papua Pemerintah Utilitas Air Kemenhub Serapuh, Wogikel, Papua Kemen PU Merauke, Papua Kemenhub Merauke, Papua Pemerintah Pemerintah Pemerintah Infrastruktur Pelabuhan Infrastruktur Jalan Infrastruktur Bandara 33. Pembangunan

33 No Nilai Investasi (Milyar rupiah) Periode Mulai Periode Selesai Pelaksana utama Penjelasan Kategori (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 33 Pembangunan intake dan jaringan transmisi air baku Distrik Teluk Umar Kab. Nabire 150 liter/detik 34 Pengembangan Instalasi Air Bersih Morotai 13 liter/detik 35 Pembangunan intake dan jaringan transmisi air baku Kab. Nabire 75 liter/detik 36 Pembangunan intake dan jaringan transmisi air baku Distrik Kemtuk 45 liter/detik 37 Proyek Amoniak Urea di Tangguh Tipe Kemen PU Nabire, Papua Pemerintah Utilitas Air Kemen PU Morotai, Papua Pemerintah Utilitas Air Kemen PU Nabire, Papua Pemerintah Utilitas Air Kemen PU Kemtuk, Papua Pemerintah Utilitas Air PT Pusri (persero) Tangguh, Papua Barat BUMN Fasilitas produksi 38. Peningkatan

34 No Nilai Investasi (Milyar rupiah) Periode Mulai Periode Selesai Pelaksana utama Penjelasan Kategori (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 38 Peningkatan jalan Manokwari - Kebar (214 km) 39 Peningkatan jalan Kokas - Fakfak - Bomberai (140 km) Pemkab Manokwari Manokwari, Papua Barat Kemen PU T. Bintuni, Papua Barat 40 Pelabuhan Teminabuan Kemenhub Teminabuan, Papua Barat 41 Pelabuhan Kaimana Kemenhub Kaimana, Papua barat 42 Adpel Biak Kemenhub Biak, Papua Barat 43 Pelabuhan Saunek Kemenhub Saunek, Papua Barat 44 Pembangunan Fasilitas Kemenhub Merauke, Pelabuhan Pomako Papua Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Tipe Infrastruktur Jalan Infrastruktur Jalan Infrastruktur Pelabuhan Infrastruktur Pelabuhan Infrastruktur Pelabuhan Infrastruktur Pelabuhan Infrastruktur Pelabuhan 45. Pengembangan

35 No Nilai Investasi (Milyar rupiah) Periode Mulai Periode Selesai Pelaksana utama Penjelasan Kategori (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 45 Pengembangan pelabuhan di Sorong 46 Pembangunan industri pakan 47 Pembangunan Pos IB dan Puskeswan Terpadu 48 Pembangunan/revitalisasi padang penggembalaan 49 Pembangunan balai latihan sumber daya manusia peternakan 50 Pengadaan sumber air bersih dari sumber sumur air dalam, dam, kolam penampungan air (pond), filterisasi air rawa Kemenhub Sorong, Papua Barat Kemen Manokwari, perindustrian Papua Barat Ditjen Manokwari, Peternakan Papua Barat Ditjen Manokwari, Peternakan Papua Barat BPSDM Manokwari, Kementerian Papua Barat Pertanian Pemprov Papua Manokwari, Papua Barat Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Tipe Infrastruktur Pelabuhan Fasilitas produksi Fasilitas produksi Fasilitas produksi Fasilitas produksi Utilitas Air 51. Pengembangan

36 No Nilai Investasi (Milyar rupiah) Periode Mulai Periode Selesai Pelaksana utama Penjelasan Kategori (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 51 Pengembangan Ketenagalistrikan untuk RPH dan pengolahan PLN Manokwari, Papua Barat 52 Pelatihan meat cutting plant Ditjen Peternakan Manokwari, Papua Barat BUMN Pemerintah Tipe Infrastruktur Power & Energi Fasilitas produksi RENCANA

37 RENCANA AKSI P4B YANG MENJADI BAGIAN DARI PROGRAM MP3EI KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU Kab/Kota Target / Sasaran / Instansi Penanggung Sumber No Waktu Pelaksanaan Kapasitas Jawab Pendanaan (1) (2) (3) (4) (5) (6) B KEBIJAKAN/REGULASI 1 Pengembangan Merauke Integrated Food And Energy Estate (MIFEE) Kab. Merauke Kab. Merauke, Prov Papua; 2011 mulai, Kem. Pertanian melakukan penyiapan lahan 400 ha dan jaringan irigasi (300 ha), tata air mikro (300 ha) dan embung 2 unit, dan 2012 Optimasi lahan 200 ha, perluasan sawah regional lahan hortikultura 100 ha; 2013 operasional Target 1,2 juta ha Tersedia 220 ribu ha (reklamasi dan rehabilitasi rawa) Kem. Pertanian, Kem. ESDM, BKPM, Pemda APBN APBD Swasta 2. Pemberian

38 No Kab/Kota Target / Sasaran / Instansi Penanggung Sumber Waktu Pelaksanaan Kapasitas Jawab Pendanaan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 2 Pemberian kemudahan berinvestasi (insentif investasi) di kawasan strategis di Papua dan Papua Barat Kab/Kota sebagai kawasan strategis di Papua dan Papua Barat; tahun 2011 mulai Meningkatnya investasi swasta di kawasan strategis Kem. Keu., BKPM, Pemda APBN 3 Pengembangan kawasan strategis minyak bumi di Sorong 4 Pengembangan kawasan strategis gas bumi di Teluk Bintuni 5 Pengembangan kawasan strategis minyak dan gas bumi di Sarmi Kab. Sorong, Prov Papua Barat; tahun 2012 mencapai target Kab. Teluk Bintuni, Provinsi Papua; tahun 2012 mencapai target Kab. Sarmi, Provinsi Papua; tahun 2013 mencapai target Produksi 125 ribu barel/hari) minyak bumi Potensi170 trilyun kaki kubik (TCF) gas bumi Potensi 100 juta barel minyak bumi; Potensi trilyun kaki kubik (TCF) gas bumi Kem. ESDM, Pemda Kem. ESDM, Pemda Kem. ESDM, Pemda APBN APBD Swasta APBN APBD Swasta APBN APBD Swasta 6. Pengembangan

39 No Kab/Kota Target / Sasaran / Instansi Penanggung Sumber Waktu Pelaksanaan Kapasitas Jawab Pendanaan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 6 Pengembangan Kawasan Strategis Mimika Sebagai Pusat Pengembangan Industri dan Tambang Mimika, Provinsi Papua; 2011 sudah mulai, 2013 tercapai target industri 66 ribu ton/hari Kem. ESDM, Kem. Perindustrian, Pemda APBN APBD Swasta 7 Percepatan Penetapan RTRW Prov/Kab/Kota di Provinsi Papua dan Papua Barat Seluruh Prov/Kab/Kota di Prov. Papua dan Papua Barat; 2011 selesai Perda tentang RTRW Seluruh Provinsi/Kab/ Kota di Papua dan Papua Barat Kem. PU, Bappenas, Kemendagri, Kemhut, Pemda APBN APBD Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI Deputi Bidang Perekonomian, ttd. Retno Pudji Budi Astuti PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

40 LAMPIRAN II PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 65 Tahun 2011 TANGGAL : 20 September 2011 RENCANA AKSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN

41 RENCANA AKSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN

42 - 3 - DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 3 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan... 6 II. GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Kondisi Geografis Wilayah Demografi Perekonomian Wilayah... 8 III. JENIS KAWASAN, SASARAN, DAN PROGRAM STRATEGIS Jenis Kawasan di Provinsi Papua Sasaran Pembangunan Program Strategis Sinergi Kawasan Strategis dan MP3EI DAFTAR RENCANA AKSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN I. PENDAHULUAN

43 - 4 - I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (UU Otsus Papua) ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 yang memberikan kewenangan yang lebih luas kepada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat untuk mengatur dan mengurus diri sendiri. Melalui UU 21/2001 tersebut, Provinsi Papua yang kemudian dimekarkan menjadi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat di tahun 2006 diamanahkan tanggung jawab yang lebih besar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pengaturan pemanfaatan kekayaan alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Papua sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-undang ini juga memiliki semangat rekonsiliasi dan penyelesaian masalah yang ada di Provinsi Papua secara menyeluruh, serta memberikan pengakuan dan penghormatan atas hak-hak dasar orang asli Papua serta pemberdayaannya secara strategis dan mendasar. Enam tahun setelah penetapan dan pelaksanaan UU Nomor 21/2001 tersebut, para pemangku kepentingan berpendapat bahwa perubahan kesejahteraan masyarakat terutama penduduk asli Papua masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan penilaian perkembangan pembangunan tersebut, pemerintah berinisiatif untuk melakukan percepatan melalui penetapan Inpres 5 Tahun 2007 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sebagai suatu kumpulan kebijakan untuk mendorong percepatan pembangunan di kedua provinsi tersebut dengan meningkatkan efektifitas koordinasi, sinergi dan harmonisasi program dan kebijakan antar sektor dan pusat-daerah yang dilakukan oleh kementrian/lembaga dan pemerintah daerah. Inpres 5/2007 menekankan pendekatan kebijakan baru (the new deals policy for Papua) dengan lima aspek strategis yaitu: a. Pemantapan ketahanan pangan dan pengurangan kemiskinan. b. Peningkatan kualtias penyelenggaraan pendidikan. c. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. d. Peningkatan infrastruktur dasar guna meningkatkan aksesibilitas di wilayah terpencil, pedalaman dan perbatasan Negara. e. Perlakuan khusus (affirmative action) bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia putra-putri asli Papua. Setelah 2 tahun pelaksanaan Inpres 5/2007, berbagai koordinasi antara pemerintah pusat (K/L) dan pemerintah Provinsi Papua telah dilakukan dan menghasilkan Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Namun evaluasi Inpres 5/2007 menunjukkan bahwa percepatan pembangunan yang dilakukan terutama dalam kaitannya dengan program prioritas pengurangan kemiskinan, peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan masih belum memberikan peningkatan yang signifikan karena tersendatnya pembangunan infrastruktur, belum terlaksananya...

44 - 5 - terlaksananya sistem pendidikan khusus yang menjangkau masyarakat Papua, dan terkendalanya penyiapan sarana prasarana pelayanan kesehatan serta masih terisolirnya wilayah-wilayah sasaran. Salah satu penyebab lambatnya upaya percepatan adalah belum optimalnya pengelolaan dana yang ada, terutama terkait sinkronisasi program/kegiatan serta anggaran pusat dan daerah termasuk pendanaan sektoral pusat melalui K/L dan pemanfaatan dana otonomi khusus dan dana tambahan infrastruktur di kedua Provinsi. Untuk itu diperlukan kelanjutan upaya Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dengan memperluas bidang kebijakan pokok percepatan dengan prinsip pengembangan kawasan yang diarahkan untuk keterpaduan dan sinergi lintas bidang dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat asli Papua dan Papua Barat yang terdiri dari: a. Penguatan ketahanan pangan. b. Penanggulangan kemiskinan. c. Pengembangan ekonomi rakyat. d. Peningkatan pelayanan pendidikan. e. Peningkatan pelayanan kesehatan. f. Pengembangan infrastruktur dasar. g. Pemihakan terhadap masyarakat asli Papua dan Papua Barat. Dalam pelaksanaan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, diperlukan dukungan dari kebijakan yang bersifat regulasi dan kelembagaan sebagai berikut: a. Penguatan pengendalian pemanfaatan ruang dan pengelolaan pertanahan. b. Keamanan dan ketertiban. c. Pengembangan kapasitas kelembagaan. Selain melalui dukungan program-program di atas, Percepatan Pembangunan Provinsi Papua, juga didukung program-program yang terkait dengan agenda pelaksanaan Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) , koridor ekonomi Papua-kepulauan Maluku. Dengan tetap memegang semangat koordinasi, sinkronisasi dan harmonisasi program/kegiatan percepatan pembangunan maka masing-masing kebijakan pokok percepatan dan faktor pendukung kebijakan pokok percepatan tersebut perlu dituangkan dalam Rencana Aksi Percepatan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua Barat Penentuan program dan kegiatan yang dimuat dalam rencana aksi merupakan prioritas dalam rangka percepatan yang sifatnya dikhususkan termasuk juga program dan kegiatan baru yang bersifat cepat terwujud, yang diperlukan dalam rangka percepatan pembangunan dalam kurun waktu tahun MAKSUD

45 MAKSUD DAN TUJUAN Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, khususnya untuk Provinsi Papua ini adalah: a. memberikan penjabaran dan arahan yang jelas dalam percepatan masingmasing kebijakan pokok percepatan maupun faktor pendukung kebijakan pokok percepatan yang akan dilaksanakan dalam tahun ; b. memberikan penjelasan sasaran, kebijakan, strategi pelaksanaan serta pembiayaan agar memberikan hasil yang optimal; c. mengkoordinasikan dan sinkronisasi berbagai sumber daya yang ada di tingkat pusat, Provinsi maupun kabupaten/kota yang dituangkan dalam program dan kegiatan strategi yang menjadi prioritas utama dalam upaya percepatan pembangunan di Provinsi Papua tahun Program dan kegiatan strategis yang disusun mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua ; d. rencana aksi merupakan dokumen perencanaan yang mensinkronkan program/kegiatan pusat-daerah serta rencana pendanaan yang bersumber dari APBN, APBD Provinsi serta APBD Kab/Kota serta kontribusi lembaga donor dan swasta (PPP); e. sebagai bagian dokumen yang dijadikan bahan masukan dalam penyusunan RPJM Daerah Provinsi Papua , maupun RPJM Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Papua. II. GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 2.1. KONDISI GEOGRAFIS WILAYAH Provinsi Papua dengan luas kilometer persegi terdiri dari 28 kabupaten dan 1 kota dengan jumlah penduduk jiwa (BPS, 2010). Provinsi Papua, kaya akan sumber daya alam seperti mineral (bahan tambang), hutan, dan kawasan yang heterogen seperti hutan, pegunungan, sungai, danau, rawa, dan gambut. Melimpahnya sumber daya alam, juga karena kebijakan desentralisasi fiskal dan ketentuan-ketentuan khusus yang berhubungan dengan otonomi, menyebabkan tingkat pertumbuhan tahunan Provinsi Papua jauh di atas rata-rata nasional untuk beberapa tahun, dan dari segi fiskal merupakan provinsi terkaya kedua di Indonesia. Sektor pertambangan, minyak dan gas (69%) mendominasi perekonomian di Provinsi Papua, diikuti oleh sektor pertanian (11%), administrasi pemerintahan (5%), sektor transportasi (4%), sektor komunikasi (4%), sektor konstruksi (4%), sektor perdagangan (4%) dan lainnya (3%). Namun,

46 The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may have to delete the image and then insert it again Namun, pendapatan Provinsi Papua yang besar dan pertumbuhan PDB yang mengesankan tidak diimbangi dengan kinerja yang memadai dalam memerangi kemiskinan dan meningkatkan pembangunan manusia. Pada tahun 2009, Provinsi Papua memiliki IPM terendah di Indonesia (64,3) dibandingkan dengan rata-rata nasional (71,5). Kebijakan nasional untuk memerangi kemiskinan, telah berhasil menurunkan persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan dengan persentase penduduk miskin saat ini 12,42% (BPS, 2011), tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap masyarakat Provinsi Papua yang tetap mencatat tingkat kemiskinan tertinggi, dengan 31,98% penduduk Provinsi Papua hidup di bawah rata-rata nasional (BPS 2011). ekonomi hanya terkonsentrasi di beberapa pusat kota, sedangkan penduduk kurang berinteraksi satu sama lainnya karena kondisi ekstrim topografi daerah, terlihat pada pola permukiman yang tersebar dan sering hanya dihubungkan oleh angkutan udara, transportasi laut, atau dengan berjalan kaki. Selain itu infrastruktur juga terbatas dan terfragmentasi, kesenjangan gender yang parah dan meluas, HIV menyebar dengan cepat, dan tindak korupsi yang meluas di seluruh lapisan masyarakat. Tidak mengherankan jika Provinsi Papua tertinggal dari provinsi-provinsi lain dalam mencapai indikator Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals = MDG) dan dengan perkembangan yang ada mungkin tidak akan mencapai sejumlah tujuan MDGs, khususnya yang terkait dengan penurunan tingkat kemiskinan dan peningkatan taraf kesehatan. Gambar 2.1. Peta Wilayah Administrasi Provinsi Papua Menurut Kabupaten 2.2. DEMOGRAFI

47 DEMOGRAFI Dari tahun ke tahun jumlah penduduk di Provinsi Papua terus meningkat. Pada tahun 2003 jumlah penduduk sebesar jiwa, kemudian pada tahun 2007 meningkat menjadi jiwa. Sedangkan data terakhir berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Provinsi Papua sementara adalah orang, yang terdiri atas laki-laki dan perempuan. Dengan luas wilayah Provinsi Papua sekitar km 2 dan didiami oleh jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Provinsi Papua adalah sebanyak sembilan orang per km 2, hal ini mengindikasikan bahwa masih luasnya wilayah di Provinsi Papua yang tidak berpenghuni PEREKONOMIAN WILAYAH Perekonomian Provinsi Papua yang kaya akan sumber daya alam berupa tambang migas dan non migas. Hasil dari kegiatan ekonomi di sektor pertambangan tersebut mampu memberikan sumbangan nilai tambah yang cukup besar bagi perekonomian Provinsi Papua. Sektor pertambangan konsentrat tembaga memberikan sumbangan yang sangat dominan terhadap perkembangan perekonomian Provinsi Papua. Sehingga peningkatan maupun penurunan laju pertumbuhan pada sektor konsentrat tembaga ini akan sangat berpengaruh terhadap arah pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua. Sejak tahun 2008, Perkembangan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dari -0,78% pada 2008 meningkat menjadi 20,34% pada tahun Sumbangan terbesar dalam peningkatan perkembangan ekonomi di Provinsi Papua ini adalah sektor pertambangan dan penggalian (14,23%). Sementara pada 2 triwulan pertama pada tahun 2010 sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan, sehingga Perkembangan Ekonomi pada tahun 2010, sampai pada triwulan kedua tumbuh negatif (kontraksi) dan laju tumbuh lebih rendah (lambat) dibandingkan periode triwulan sebelumnya, yaitu (-15,69%) pada triwulan pertama, dan semakin menurun menjadi (-22,42%). III. JENIS KAWASAN, SASARAN, DAN PROGRAM STRATEGIS 3.1. JENIS KAWASAN DI PROVINSI PAPUA Kawasan Terisolir Provinsi Papua memiliki karakteristik geografis yang beraneka ragam, terdiri dari dataran rendah, rawa-rawa, pesisir, dan pegunungan. Kawasan Pegunungan Tengah merupakan daerah terisolir, karena secara umum hampir sebagian besar wilayah ini belum memiliki aksesibilitas terhadap sumber daya pembangunan

48 - 9 - pembangunan, yang menyebabkan terkendalanya kinerja sektor pengembangan infrastruktur dasar, sektor transportasi, sektor pendidikan, dan sektor kesehatan; yang menyebabkan rendahnya pengembangan ekonomi kerakyatan, serta masih tingginya tingkat kemiskinan. Ada pun kabupatenkabupaten yang berada di kawasan pegunungan tengah yang dikategorikan sebagai wilayah terisolir diantaranya: Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Nduga, Kabupaten Lani Jaya, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Puncak, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Memberamo Tengah, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kabupaten Yahukimo. Kabupaten-kabupaten ini umumnya mempunyai kondisi topografi maupun geografi yang berbukit terjal, gunung-gunung serta lembah yang curam, juga dataran ngarai yang sulit ditembus melalui transportasi darat, sehingga masih sangat mengandalkan tranportasi udara Kawasan Perdesaan Kawasan perdesaan di Provinsi Papua adalah daerah yang berada di luar perkotaan, namun tidak digolongkan ke dalam kawasan terisolir, di mana kondisi prasarana dan sarana infrastruktur baik jalan/jembatan, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lain-lainnya masih sangat tertinggal dan membutuhkan perhatian yang tinggi dari pemerintah. Kondisi perdesaan di Provinsi Papua memiliki karakteristik geografis yang beraneka ragam, terdiri dari dataran rendah, rawa-rawa, pesisir, dan pegunungan. Dibandingkan dengan daerah pesisir, kawasan pegunungan tengah di Provinsi Papua merupakan daerah perdesaan yang hingga saat ini masih sangat sulit dijangkau dan sebagian besar mengandalkan moda transportasi udara dan sungai untuk mencapainya. Adapun kawasan perdesaan, melingkupi Kabupaten Keerom, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Waropen, Kabupaten Nabire, Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Asmat, Kabupaten Mappi, Kabupaten Mimika, Kabupaten Biak, Kabupaten Supiori, Kabupaten Kep. Yapen, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Paniai, Kabupaten Dogiyai, dan Kabupaten Deiyai Kawasan Perkotaan Gambaran umum kawasan Perkotaan di Provinsi Papua dengan topografi Provinsi Papua yang begitu beragam kawasan pantai, kawasan pegunungan dan lembah, mempunyai karakteristik tersendiri meliputi karakteristik geografis yang beraneka ragam, terdiri dari dataran rendah, rawa-rawa, pesisir, dan pegunungan. Adapun kawasan perkotaan di Provinsi Papua, meliputi 29 kabupaten/kota kota yang sekaligus menjadi ibukota kabupaten. Jika dipandang dari sisi kependudukan, komposisi penduduk di kawasan ini bersifat sangat heterogen dan dari sisi penghidupan, yang sudah lebih maju dipandang dari aspek sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan ketersediaan infrastruktur umum Kawasan

49 Kawasan Strategis Pembangunan Kawasan strategis adalah pembangunan yang difokuskan pada lokasi yang memiliki potensi sumber daya alam (backward linkages) dan sumber daya manusia terampil, yang didukung infrastruktur wilayah yang mendukung investasi yang berbasis potensi ekonomi lokal dan membuka pasar domestik dan internasional (forward linkages). Kawasan strategis di Provinsi Papua adalah: Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika, Kabupaten Merauke dan Kabupaten Biak SASARAN PEMBANGUNAN Sasaran akhir yang ingin dicapai melalui penetapan Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (P4B) yang merupakan keberlanjutan dari Inpres 5/2007 tentang Percepatan Pembangunan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, adalah: 1. Meningkatnya ketahanan pangan lokal melalui optimalisasi potensi bahan pangan lokal. 2. Berkurangnya kemiskinan dan meningkatnya perekonomian masyarakat melalui optimalisasi potensi sumber daya alam. 3. Terbangunnya infrastruktur dasar pembangunan terutama yang membuka keterisolasian wilayah melalui peningkatan aksesibilitas transportasi dan informasi serta layanan dasar (pendidikan, kesehatan, pemukiman, air bersih, ketenagalistrikan, telekomunikasi) di kawasan terisolir. 4. Terjangkaunya pendidikan yang bermutu dan relevan di kawasan terisolir. 5. Meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat di kawasan terisolir. 6. Meningkatnya perekonomian masyarakat melalui peningkatan investasi. 7. Terwujudnya kebijakan yang berpihak kepada penduduk asli Papua, golongan ekonomi kecil dan menengah, serta menuju kesetaraan dalam proses pembangunan di kawasan terisolir. 8. Meningkatnya keamanan dan ketertiban serta penegakkan supremasi hukum di kawasan terisolir. 9. Meningkatnya perekonomian masyarakat melalui peningkatan investasi di kawasan terisolir PROGRAM PENDUKUNG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA Demi tercapainya sasaran akhir dari rencana aksi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, maka perlu ditentukan arah kebijakan percepatan pembangunan yang akan membantu mengarahkan setiap program strategis percepatan pembangunan di Provinsi Papua. Arah

50 Arah kebijakan maupun program strategis yang diambil harus berdasarkan gambaran kondisi dan karakteristik wilayah serta permasalahan yang dihadapi masing-masing kawasan. Untuk itu kebijakan yang diambil untuk Percepatan Pembangunan Provinsi Papua tahun adalah: 1. Program Ketahanan Pangan: a) peningkatan ketahanan pangan dengan peningkatan keanekaragaman produksi makanan berbahan baku lokal (sagu, ubi jalar, padi, jagung, perikanan); b) pengolahan hasil pertanian menjadi bahan makanan (terutama sagu, ubi kayu, jagung, ikan) di kawasan terisolir; c) peningkatan distribusi hasil pertanian/pangan ke seluruh wilayah terpencil/terisolir. 2. Program Penanggulangan Kemiskinan: a) peningkatan kemampuan masyarakat dalam Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM); b) pengembangan usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan industri rakyat; c) peningkatan permodalan UMKM dalam usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan industri rakyat; d) pendampingan dan penyuluhan UMKM dalam usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan industri rakyat; e) peningkatan keterampilan dan keahlian masyarakat melalui pendirian BLK Pertanian; f) pendampingan pertanian; g) pengembangan teknologi tepat guna usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan industri rakyat; h) distribusi dan pemasaran hasil usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan industri rakyat. 3. Program Pengembangan Ekonomi Rakyat: a) pengembangan agroindustri perikanan (tangkap dan budidaya laut/tawar); b) pengembangan agroindustri peternakan (ayam, babi, sapi dan kelinci); c) pengembangan hasil hutan kayu dan non kayu (madu, rotan, gaharu, sagu, buah merah); d) pengembangan agroindustri hortikultura (sayur dan buah-buahan); e) pengembangan agroindustri perkebunan (kopi, kelapa, kakao dan karet); f) pengembangan industri kecil dan kerajinan. 4. Program

51 Program Peningkatan Pelayanan Pendidikan: a) pendidikan dasar dan menengah secara gratis; b) peningkatan pendidikan dasar dan menengah berpola asrama; c) pendirian sekolah unggulan; d) pendirian sekolah bertaraf internasional di wilayah perbatasan negara; e) pendirian Sekolah Menengah Kejuruan; f) pengadaan tenaga guru kontrak; g) Sertifikasi guru; h) peningkatan kualitas kepala sekolah melalui pola pemagangan kepala sekolah di luar Provinsi Papua; i) pendirian dan pengembangan Sekolah Pendidikan Keguruan; j) peningkatan kualitas perguruan tinggi di Provinsi Papua melalui kerjasama dengan PTN unggulan di luar Provinsi Papua; k) penyediaan perumahan guru. 5. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan a) pelayanan kesehatan keliling (mobile clinic); b) asuransi kesehatan; c) pelayanan kesehatan gratis dan bebas biaya rawat inap untuk pasien kelas 3 RSUD; d) pendirian Sekolah Kebidanan/Keperawatan; e) pengadaan dokter spesialis melalui kontrak; f) pendirian rumah sakit pendidikan; g) pendirian rumah sakit rujukan; h) peningkatan jumlah Puskesmas Pembantu; i) peningkatan jumlah Puskesmas Perawatan; j) peningkatan status gizi siswa melalui PMTAS (Program Makanan Tambahan Anak Sekolah); k) penyuluhan kesehatan lingkungan (sanitasi lingkungan); l) pemberantasan penyakit menular (malaria, HIV AIDS, TBC); m) penyediaan Pusat Pelayanan Malaria (Malaria Center); n) penyediaan perumahan bagi tenaga medis. 6. Program Pengembangan Infrastruktur Dasar a) penyediaan unit rumah rakyat sehat dan layak huni; b) pembangunan dan pengembangan infrastruktur makro; c) pembangunan irigasi dan pencetakan sawah; d) peningkatan ketersediaan dan keterjangkauan air bersih di seluruh wilayah; e) pembangunan dan peningkatan lapangan udara; f) peningkatan frekuensi penerbangan udara perintis; g) pembangunan

52 g) pembangunan dan Peningkatan Dermaga Sungai; h) pembangunan pusat logistik (logistic center); i) pembangunan dan peningkatan pelabuhan laut; j) pembangunan pelabuhan perikanan; k) penyediaan sumber energi alternatif terbarukan (PLTMH, PLTS); l) peningkatan jaringan distribusi PLN; m) pembangunan PLTA Memberamo; n) pembangunan PLTA Sungai Yawei di Urumuka; o) pemanfaatan potensi sumberdaya mineral bagi kesejahteraan masyarakat p) peningkatan aksesibilitas komunikasi di wilayah terisolir/terpencil/perbatasan negara; q) peningkatan keterjangkauan informasi seluler melalui kerjasama operator seluler (swasta); r) peningkatan pelayanan melalui pemberian izin kepada swasta di bidang penerbangan. 7. Program Pemihakan Terhadap Masyarakat Asli Tanah Papua a) pemberian kesempatan dan kuota bagi putra/putri asli Papua untuk menjadi anggota TNI; b) pemberian kesempatan dan kuota bagi putra/putri asli Papua untuk menjadi anggota Polri; c) pemberian kesempatan dan kuota bagi putra/putri asli Papua untuk mengikuti pendidikan Akmil dan Akpol; d) pemberian kesempatan dan kuota bagi putra/putri asli Papua untuk sekolah penerbangan; e) pemberian fasilitas bagi putra/putri asli Papua untuk pengembangan bakat/potensi olahraga; f) pemberian beasiswa dan kuota bagi siswa berprestasi untuk menempuh pendidikan tinggi di PTN unggul di luar Provinsi Papua; g) pemberian beasiswa dan kuota bagi siswa berprestasi di PTN fakultas kedokteran; h) pemberian kesempatan bagi putra/putri asli Papua untuk menjadi PNS di wilayah lain di luar Provinsi Papua; i) pemberian kuota bagi siswa berprestasi untuk menempuh pendidikan di STAN; j) pemberian kuota bagi siswa berprestasi untuk menempuh pendidikan di STPDN; k) pemberian kuota bagi siswa berprestasi untuk menempuh pendidikan di sekolah tinggi statistik; l) pemberian kuota bagi siswa berprestasi untuk menempuh pendidikan di sekolah tinggi pertanahan. 8. Program

53 Program Penguatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan a) percepatan penetapan RTRW provinsi dan kabupaten/kota; b) penyusunan dan penetapan masterplan kawasan strategis; c) dilenisasi/pemetaan tanah terhadap hak ulayat; d) sertifikasi tanah non ulayat; e) penyelesaian sengketa pertanahan. 9. Program Peningkatan Keamanan dan Ketertiban a) pemetaan masalah sumber konflik antara pemerintah dengan masyarakat; b) pendekatan terhadap kelompok-kelompok masyarakat Tanah Papua, dalam rangka membangun kesepahaman bidang politik dan budaya; c) penyusunan rencana kebijakan politik dan budaya; d) penyiapan mekanisme penyelesaian bersama masalah-masalah sosialpolitik dan sosial-budaya dalam kerangka NKRI. 10. Program Pengembangan Kapasitas Kelembagaan a) penetapan peraturan turunan (operasional) dari UU 21/2001 (Perdasi, Perdasus dan Pergub); b) peningkatan koordinasi antartingkat pemerintahan (pusat-provinsikabupaten/kota); c) pendidikan dan peningkatan kualitas SDM aparatur (kepamongprajaan, perencanaan, dan pelaporan keuangan); d) penyusunan dokumen perencanaan; e) peningkatan kemampuan sumberdaya manusia aparatur pengadaan barang dan jasa pemerintah; f) pendirian sekolah kepamongprajaan (STPDN) di Jayapura; g) evaluasi berbagai peraturan daerah yang menghambat pembangunan (investasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat); h) evaluasi terhadap pemekaran wilayah provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan kampung; i) peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa; j) peningkatan penanganan di wilayah perbatasan negara. 3.4 SINERGI

54 SINERGI KAWASAN STRATEGIS TEGIS DAN MP3EI Pembangunan kawasan strategis di Provinsi Papua dimaksudkan untuk meningkatkan potensi ekonomi wilayah melalui koridor ekonomi dengan membangun pusat-pusat pertumbuhan dengan pengembangan klaster industri dan atau kawasan ekonomi khusus (KEK) berbasis sumber daya unggulan di kawasan strategis sesuai dengan arahan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku. Kawasan strategis di Provinsi Papua dalam MP3EI adalah Jayapura, Timika, dan Merauke. Gambar 3.4 Peta Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku Adapun program/kegiatan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada kawasan strategis yang termasuk di dalamnya program/kegiatan MP3EI adalah: a) pemberian kemudahan berinvestasi (insentif investasi); b) pengembangan

55 b) pengembangan kawasan strategis Merauke sebagai Pusat Pengembangan Pangan dan energi Terpadu/Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE); c) pengembangan kawasan strategis Merauke sebagai pusat pengembangan minapoliltan; d) pengembangan kawasan strategis Mimika sebagai pusat pengembangan industri dan pertambangan; e) pengembangan kawasan strategis Biak sebagai pusat pengembangan perikanan dan pariwisata; f) pengembangan kawasan strategis Biak sebagai pusat peluncuran satelit; g) pengembangan kawasan strategis Jayapura sebagai pusat perdagangan, industri dan jasa; h) pengembangan Skouw sebagai pusat perdagangan antar negara; i) pembangunan pabrik semen; j) pendirian sekolah penerbangan; k) pengembangan teknologi pertanian, peternakan, perikanan di Merauke; l) membangun Kawasan Industri Tembaga di Timika sebagai lokasi industri pengolahan dan pemurnian konsentrat tembaga dan industriindustri hilir lainnya (anoda, katoda, slab, billet, powder, wire, wire rod, cable). DAFTAR

56 DAFTAR RENCANA AKSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN A. Program Pendukung Percepatan Pembangunan Provinsi Papua (1) Program Ketahanan Pangan No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 1 Peningkatan produksi tanaman pangan lokal (ubi jalar, sagu, padi, jagung, ikan) Kawasan Terisolir : Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Pertanian Kehutanan Kelautan dan Perikanan 2 Pengolahan hasil pertanian menjadi bahan makanan (sagu, ubi kayu, jagung, ikan) Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai Kawasan Terisolir : Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai Pertanian Kehutanan Kelautan dan Perikanan Perindustrian BPPT 3. Peningkatan

57 No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 3 Peningkatan distribusi hasil Pertanian/Pangan ke seluruh wilayah terpencil/terisolir Kawasan Terisolir : Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai Pertanian Perdagangan (2) Program Penanggulangan Kemiskinan No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 1 Peningkatan Kawasan Terisolir : Kop & kemampuan Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, UMKM Masyarakat dalam Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Usaha Mikro, Kecil Kab. Pegunungan Bintang, dan Menengah (UMKM) Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai 2. Pengembangan

58 No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 2 Pengembangan usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan industri rakyat Kawasan Terisolir : Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Pertanian Kehutanan Kelautan dan Perikanan Perindustrian 3 Peningkatan permodalan UMKM usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan industri rakyat 4 Pendampingan dan Penyuluhan UMKM usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan industri rakyat Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai Kawasan Terisolir : Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai Kawasan Terisolir : Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Kop & UMKM Pertanian Kehutanan Kelautan dan Perikanan Perindustrian Kop & UMKM Pertanian Kehutanan Kelautan dan Perikanan Perindustrian Kawasan

59 No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai 5 Peningkatan keterampilan dan keahlian masyarakat melalui Pendirian BLK Pertanian 6 Pendampingan Pertanian 7 Pengembangan Teknologi Tepat Guna usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan industri rakyat Kawasan Strategis : Kab. Jayapura, Kab. Merauke, Jaya Wijaya, Timika, Nabire Kawasan Terisolir : Kab. Jayawijaya, Kab.Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai Kawasan Terisolir : Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Nakertrans Pertanian Nakertrans Kop & UMKM Pertanian Kehutanan Kelautan dan Perikanan Perindustrian BPPT Kawasan

60 No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai 8 Distribusi dan Pemasaran hasil usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan industri rakyat Kawasan Terisolir : Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai Kop & UMKM Pertanian Kehutanan Kelautan dan Perikanan Perindustrian BPPT (3) Program Pengembangan Ekonomi Rakyat No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 1 Pengembangan Kawasan Terisolir : Kelautan dan agroindustri Perikanan Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Perikanan (tangkap dan budidaya Kab. Pegunungan Bintang, laut/tawar) Kab. Memberamo Tengah Kawasan

61 No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai 2 Pengembangan Kawasan Terisolir : Pertanian agroindustri Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Peternakan (ayam, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, babi, sapi dan kelinci) Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo 3 Pengembangan hasil hutan kayu dan non kayu (madu, rotan, gaharu, sagu, buah merah) Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai Kawasan Terisolir: Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai Perindustrian Kehutanan 4. Pengembangan

62 No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 4 Pengembangan agroindustri Hortikultura (Sayur dan Buah-buahan) Kawasan Terisolir : Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Pertanian Perindustrian 5 Pengembangan agroindustri perkebunan (kopi, kelapa, kakao dan karet) 6 Pengembangan industri kecil dan kerajinan Kab. Waropen, Kab. Nabire, Kab. Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Mimika dan Kab. Paniai Kawasan Terisolir : Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Pertanian Perindustrian Kehutanan Kelautan dan Perikanan Perindustrian (4) Program Peningkatan Pelayanan Pendidikan No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 1 Pendidikan dasar dan menengah gratis Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Pendidikan Nasional 2. Peningkatan

63 No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 2 Peningkatan Kawasan Terisolir : Pendidikan pendidikan dasar dan Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Nasional menengah berpola Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, asrama Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo 3 Pendirian sekolah unggulan 4 Pendirian sekolah bertaraf internasional di wilayah perbatasan negara 5 Pendirian Sekolah Menengah Kejuruan 6 Pengadaan tenaga guru kontrak Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai Kawasan Perkotaan : Di seluruh ibukota kabupaten/kota di Prov.Papua Kawasan Terisolir/Perbatasan Negara : Kab. Merauke, Kota Jayapura, Kab. Keerom, Kab. Pegunungan Bintang, Kawasan Strategis : Kab. Jayapura, Kab. Merauke, Kab. Timika, Kab. Biak Kab. Nabire, Kab. Boven Digoel, Kab. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai Kawasan Terisolir: Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Pendidikan Nasional Pendidikan Nasional Pendidikan Nasional Pendidikan Nasional Kawasan

64 No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai 7 Sertifikasi guru Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua 8 Peningkatan kualitas kepala sekolah melalui pola pemagangan Kepala Sekolah di Luar Papua Kawasan Terisolir: Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Pendidikan Nasional Pendidikan Nasional Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai 9 Pendirian dan pengembangan Sekolah Pendidikan Keguruan Kawasan Terisolir: Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Pendidikan Nasional Kawasan

65 No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai 10 Peningkatan kualitas Kawasan Perkotaan : Pendidikan Perguruan Tinggi di Kota Jayapura, Kab. Jayapura, Nasional Papua melalui Merauke, Kab. Mimika, Kab. kerjasama dengan PTN Jayawijaya, Kab. Biak, Kab. unggulan di luar Papua Kep. Yapen, Kab. Nabire 11 Penyediaan rumah guru Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua (5) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Pendidikan Nasional PU No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 1 Pelayanan Kesehatan Kawasan Terisolir: Keliling (Mobile Clinic) Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai Kesehatan 2. Asuransi

66 No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 2 Asuransi Kesehatan Kesehatan Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua 3 Pelayanan Kesehatan Kesehatan Gratis dan Bebas Biaya Seluruh Kabupaten/Kota di Rawat Inap Untuk Pasien Prov. Papua kelas 3 RSUD 4 Pendirian Sekolah Kebidanan/keperawatan; Kawasan Terisolir: Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Kesehatan 5 Pengadaan Dokter Spesialis melalui Kontrak Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai Kawasan Terisolir: Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai Kemenko Kesra* Kesehatan 6. Pendirian

67 No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 6 Pendirian Rumah Sakit Kawasan Perkotaan : Kesehatan Pendidikan Kota Jayapura 7 Pendirian Rumah Sakit Rujukan 8 Peningkatan jumlah Puskesmas Pembantu Kawasan Perkotaan : Kab. Biak, Kab. Merauke, Kab. Jayawijaya, Kab. Mimika, Kab. Nabire Kawasan Terisolir: Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai Kesehatan Kesehatan 9 Peningkatan jumlah Puskesmas Perawatan 10 Peningkatan Status Gizi Siswa melalui PMTAS (Program Makanan Tambahan Anak Sekolah) 11 Penyuluhan kesehatan lingkungan (sanitasi lingkungan) Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Kesehatan Kesehatan Kesehatan 12. Pemberantasan

68 No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 12 Pemberantasan penyakit Kesehatan menular (Malaria, HIV Seluruh Kabupaten/Kota di AIDS, TBC) Prov. Papua 13 Pendirian Pusat Pelayanan Malaria (Malaria Centre) 14 Penyediaan rumah tenaga medis Kawasan Perkotaan : Kab. Jayapura, Kab. Merauke, Kab. Biak, Kab. Mimika, Kab.Nabire Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Kesehatan Kesehatan PU (6) Program Pengembangan Infrastruktur Dasar No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 1 Penyediaan unit PU rumah rakyat sehat dan Seluruh Kabupaten/Kota di Pera layak huni Prov. Papua Nakertrans 2 Pembangunan dan Pengembangan infrastruktur makro Kawasan Strategis : Kab. Jayapura, Kab. Merauke, Kab. Mimika, Kab. Biak Kawasan Perdesaan: Kab Timika, Kab. Nduga, Kab. Jayawijaya, Kab. Nabire, Kab. Dogiyai, Kab. Deiyai, Kab. Paniai, Kab. Intan Jaya, Kab. Puncak, Kab. Puncak Jaya Kawasan Perkotaan : Di seluruh ibukota kabupaten/kota di Prov.Papua PU 3 Pembangunan Irigasi dan pencetakan sawah; Kab. Keerom, Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Nabire, Kab. Merauke, Kab. Mimika, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai PU 4. Peningkatan

69 No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 4 Peningkatan ketersediaan Kawasan Terisolir : PU dan keterjangkauan air Kab. Jayawijaya, Kab. bersih di seluruh wilayah Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai 5 Pembangunan dan peningkatan lapangan udara Kawasan Terisolir : Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Kab. Nabire, Boven Digul, Asmat, Mappi, Mimika, Biak, Kep. Yapen, Mamberamo Raya Kawasan Perkotaan : Kab. Jayapura, Kab. Merauke, Kab. Mimika, Kab. Jayawijaya, Kab. Biak Perhubungan 6. Peningkatan

70 No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 6 Peningkatan frekuensi penerbangan udara perintis Kawasan Terisolir : 7 Pembangunan dan Peningkatan Dermaga Sungai Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Kawasan Terisolir : Kab. Nduga, Kab. Memberamo Tengah Perhubungan Perhubungan 8 Pembangunan logistic center 9 Pembangunan dan Peningkatan Pelabuhan Laut 10 Pembangunan Pelabuhan Perikanan 11 Penyediaan Sumber Energi alternatif terbarukan (PLTMH, PLTS) 12 Peningkatan jaringan distribusi PLN 13 Pembangunan PLTA Memberamo 14 Pembangunan PLTA Sungai Yawei di Urumuka Kab. Boven Digoel, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Mamberamo Raya Kawasan Terisolir : Kab. Nduga, Kab. Memberamo Tengah Kab. Boven Digoel, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Mamberamo Raya Kab. Nabire, Merauke, Sarmi, Biak, Jayapura Kawasan Perkotaan: Kab. Mimika, Kab. Merauke, Kab. Biak, Kab. Jayapura Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Kab. Deiyai dan Kab. Dogiyai Perhubungan ESDM PU Perhubungan KP ESDM ESDM ESDM ESDM 15. Pemanfaatan

71 No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 15 Pemanfaatan potensi ESDM Sumberdaya Mineral bagi Seluruh Kabupaten/Kota di kesejahteraan masyarakat Prov. Papua 16 Peningkatan aksesibilitas Kawasan Terisolir: Kominfo komunikasi di wilayah Kab. Jayawijaya, Kab. terisolir/terpencil/perbat Yalimo, Kab. Nduga, Kab. asan negara Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo 17 Peningkatan keterjangkauan informasi seluler melalui kerjasama operator seluler (swasta) Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai Kawasan Terisolir: Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Kab. Keerom,Kab. Jayapura, Kab. Sarmi, Kab. Waropen, Kab. Nabire, Merauke, Kab. Boven Digul, Kab. Asmat, Kab. Mappi, Kab. Mimika, Kab. Biak, Kab. Supiori, Kab. Kep. Yapen, Kab. Mamberamo Raya dan Kab. Paniai, Kab. Dogiyai, Kab.Deiyai Kominfo 18. Peningkatan

72 No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 18 Peningkatan pelayanan melalui pemberian izin kepada swasta di bidang penerbangan Kawasan Terisolir : Kab. Jayawijaya, Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Lani Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Puncak, Kab. Intan Jaya, Kab. Memberamo Tengah, Kab. Tolikara, Kab. Puncak Jaya, Kab. Yahukimo Perhubungan (7) Program Pemihakan Terhadap Masyarakat Asli Tanah Papua No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 1 Pemberian kesempatan dan kuota bagi Seluruh Kabupaten/Kota di putra/putri asli Papua Prov. Papua untuk menjadi anggota TNI 2 Pemberian kesempatan dan kuota bagi putra/putri asli Papua untuk menjadi anggota Polri 3 Pemberian kesempatan dan kuota bagi putra/putri asli Papua untuk mengikuti pendidikan Akmil dan Akpol 4 Pemberian kesempatan dan kuota bagi putra/putri asli Papua untuk sekolah pilot 5 Pemberian fasilitas bagi putra/putri asli Papua untuk pengembangan bakat/potensi olahraga 6 Pemberian beasiswa dan kuota bagi siswa berprestasi untuk menempuh pendidikan tinggi di PTN unggul di luar Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Kemhan Pehubungan Diknas* Diknas* 7. Pemberian

73 No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 7 Pemberian beasiswa dan Diknas* kuota bagi siswa Seluruh Kabupaten/Kota di berprestasi di PTN Prov. Papua fakultas kedokteran 8 Pemberian kesempatan bagi putra/putri asli Papua untuk menjadi PNS di wilayah lain di luar Papua 9 Pemberian kuota bagi siswa berprestasi untuk menempuh pendidikan di STAN 10 Pemberian kuota bagi siswa berprestasi untuk menempuh pendidikan di STPDN 11 Pemberian kuota bagi siswa berprestasi untuk menempuh pendidikan di sekolah tinggi statistik 12 Pemberian kuota bagi siswa berprestasi untuk menempuh pendidikan di sekolah tinggi pertanahan Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Kemendagri PAN dan RB Kemkeu Kemendagri BPS BPN (8) Program Penguatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 1 Percepatan penetapan RTRW prov/kab/kota 2 Penyusunan dan penetapan masterplan kawasan strategis 3 Dilenisasi/pemetaan tanah terhadap hak ulayat Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Mimika, Merauke, Jayawijaya, Nabire, Paniai, Pegunungan Bintang, Keerom Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua PU Bappenas Kemendagri PU BPN Sosial Kehutanan 4. Sertifikasi

74 No. 4 Sertifikasi tanah non ulayat 5 Penyelesaian sengketa pertanahan Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Instansi Pelaksana BPN Sosial Kehutanan BPN Sosial Kehutanan (9) Program Peningkatan Keamanan dan Ketertiban No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 1 Pemetaan masalah Kemendagri sumber konflik antara Seluruh Kabupaten/Kota di Kemhan Pemerintah dengan Prov. Papua Polri masyarakat 2 Pendekatan terhadap kelompok-kelompok masyarakat Tanah Papua, dalam rangka membangun kesepahaman bidang politik dan budaya 3 Penyusunan rencana kebijakan politik dan budaya 4 Penyiapan mekanisme penyelesaian bersama masalah-masalah sosial politik dan sosial budaya dalam kerangka NKRI Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua (10) Program Pengembangan Kapasitas Kelembagaan No. Kemendagri Kemhan Kemendagri Kemhan Kemendagri Kemhan Polri Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 1 Penetapan Peraturan Kemendagri Turunan (Operasional) Seluruh Kabupaten/Kota di dari UU Nomor 21/2001 Prov. Papua (Perdasi, Perdasus dan Pergub) 2 Peningkatan koordinasi antartingkat pemerintahan (Pusat- Provinsi-Kab/Kota) Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Kemendagri 3. Pendidikan

75 No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 3 Pendidikan dan Bappenas peningkatan kualitas Seluruh Kabupaten/Kota di Kemendagri SDM Aparatur Prov. Papua Kemkeu (Kepamongprajaan, BPKP Perencanaan, dan Pelaporan Keuangan) UKP4 4 Penyusunan dokumen perencanaan 5 Peningkatan kemampuan SDM aparatur pengadaan barang dan jasa pemerintah 6 Pendirian sekolah kepamongprajaan (STPDN) di Jayapura Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Kawasan: Kabupaten Jayapura Bappenas LKPP Kemendagri 7 Evaluasi berbagai Peraturan Daerah yang menghambat pembangunan (investasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat) 8 Evaluasi terhadap pemekaran wilayah Prov, Kab/Kota, Kecamatan dan Kampung 9 Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa 10 Peningkatan penanganan di wilayah perbatasan negara. Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Papua Kemendagri Kemendagri PAN dan RB Kemendagri Kemendagri B. Sinergi Kawasan Strategis dengan MP3EI No. Instansi Pelaksana (1) (2) (3) (4) 1 Pemberian kemudahan Kawasan Strategis : BKPM berinvestasi (insentif Kab. Jayapura, Kab. investasi) Mimika, Kab. Merauke dan Kab. Biak 2. Pengembangan

76 No. 2 Pengembangan kawasan strategis Merauke sebagai Pusat Pengembangan Pangan dan Energi Terpadu/Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) 3 Pengembangan kawasan strategis Merauke sebagai pusat pengembangan minapolitan 4 Pengembangan kawasan strategis Mimika sebagai pusat pengembangan industri dan pertambangan 5 Pengembangan kawasan strategis Biak sebagai pusat pengembangan perikanan dan pariwisata 6 Pengembangan kawasan strategis Biak sebagai pusat peluncuran satelit 7 Pengembangan kawasan strategis Jayapura sebagai pusat perdagangan, industri dan jasa 8 Pengembangan Skouw sebagai pusat perdagangan antar negara 9 Pembangunan Pabrik Semen 10 Pendirian Sekolah Penerbang Kab. Merauke Kab. Merauke Kab. Mimika Kab. Biak Kab. Biak Kab. Jayapura Kota Jayapura Kab. Mimika Kab. Biak Instansi Pelaksana BKPM ESDM PDT BKPM Kelautan Perikanan BKPM Pertanian Budpar BPPT BKPM Perdagangan Perindustrian BKPM PDT Perdagangan Perindustrian BKPM BUMN Perindustrian Pertahanan Perhubungan BPPT 11. Pengembangan

77 No. 11 Pengembangan teknologi pertanian, peternakan, perikanan di Merauke; 12 Membangun Kawasan Industri Tembaga di Timika sebagai lokasi industri pengolahan dan pemurnian konsentrat tembaga dan industriindustri hilir lainnya (anoda, katoda, slab, billet, powder, wire, wire rod, cable) Kab. Merauke Kab. Mimika Instansi Pelaksana Pertanian BPPT Kelautan dan Perikanan Perindustrian ESDM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI Deputi Bidang Perekonomian, ttd. Retno Pudji Budi Astuti

78 RENCANA AKSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN

79 - 2 - DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan... 4 II. GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA BARAT Kondisi Geografis Wilayah Demografi Perekonomian Wilayah... 6 III.JENIS KAWASAN, SASARAN, DAN PROGRAM STRATEGIS Jenis Kawasan di Provinsi Papua Barat Sasaran Pembangunan Program Pendukung Percepatan Sinergi Kawasan Strategis dan MP3EI DAFTAR RENCANA AKSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN

80 - 3 - I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak ditetapkannya UU nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (UU Otsus Papua). Melalui payung hukum ini, Provinsi Papua Barat dan rakyat Papua Barat memiliki kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengurus diri sendiri dan tanggung jawab yang lebih besar untuk menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur pemanfaatan kekayaan alam di Provinsi Papua Barat untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua Barat sesuai dengan peraturan perundang-undangan di dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, Undang-undang ini memiliki semangat untuk rekonsiliasi dan penyelesaian masalah Provinsi Papua Barat secara menyeluruh maupun pengakuan dan penghormatan hak-hak dasar orang asli Papua Barat serta pemberdayaannya secara strategis dan mendasar. Namun dalam proses, masih belum terlihat perubahan kesejahteraan masyarakat terutama penduduk asli Papua Barat secara signifikan. Melihat perkembangan pembangunan yang berjalan dengan lambat, pemerintah berinisiatif untuk melakukan percepatan melalui penetapan Inpres 5 Tahun 2007 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sebagai suatu instrumen kebijakan untuk mendorong percepatan pembangunan di kedua provinsi tersebut melalui peningkatan efektifitas koordinasi, sinergi dan harmonisasi program dan kebijakan antarsektor dan pusat-daerah yang dilakukan oleh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Inpres 5/2007 menekankan pendekatan kebijakan baru (the new deals policy for Papua) dengan lima aspek strategis yaitu: a. Pemantapan ketahanan pangan dan pengurangan kemiskinan, b. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan c. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan d. Peningkatan infrastruktur dasar guna meningkatkan aksesibilitas di wilayah terpencil, pedalaman dan perbatasan negara, e. Perlakuan khusus (affirmative action) bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia putra-putri asli Papua. Setelah 2 tahun pelaksanaan Inpres 5/2007, telah dilakukan berbagai koordinasi antara pemerintah pusat (K/L) dan pemerintah Provinsi Papua Barat dan dihasilkan Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua Barat. Namun berdasarkan evaluasi Inpres 5/2007 menunjukkan bahwa percepatan pembangunan yang dilakukan terutama dalam kaitannya dengan program prioritas pengurangan kemiskinan, peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan masih belum memberikan dampak yang signikan yang disebabkan masih tersendatnya pembangunan infrastruktur dan belum dilaksanakannya sistem pendidikan khusus bagi masyarakat Papua Barat, serta sarana prasarana pelayanan kesehatan yang masih minim dan kondisi wilayah yang umumnya masih terisolir. Salah

81 - 4 - Salah satu penyebab kurang berhasilnya upaya percepatan adalah belum optimalnya pengelolaan dana yang ada terutama sinkronisasi program/kegiatan serta anggaran pusat dan daerah termasuk pendanaan sektoral pusat melalui K/L dan pemanfaatan dana otonomi khusus dan dana tambahan infrastruktur di kedua Provinsi. Untuk itu diperlukan kelanjutan upaya Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dengan memperluas bidang kebijakan pokok percepatan dengan prinsip pengembangan kawasan yang diarahkan untuk keterpaduan dan sinergi lintas bidang dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat asli Papua dan Papua Barat yang terdiri dari: a. Penguatan ketahanan pangan. b. Penanggulangan kemiskinan. c. Pengembangan ekonomi rakyat. d. Peningkatan pelayanan pendidikan. e. Peningkatan pelayanan kesehatan. f. Pengembangan infrastruktur dasar. g. Perlakuan khusus terhadap masyarakat asli Papua dan Papua Barat. Dalam pelaksanaan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, diperlukan dukungan dari kebijakan yang bersifat regulasi dan kelembagaan, terutama : a. penguatan pengendalian pemanfaatan ruang dan pengelolaan pertanahan; b. keamanan dan ketertiban; c. pengembangan kapasitas kelembagaan. Selain melalui dukungan program-program di atas, Percepatan Pembangunan Provinsi Papua Barat, juga didukung program-program yang terkait dengan agenda pelaksanaan Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) , koridor ekonomi Papua-kepulauan Maluku. Dengan tetap memegang semangat koordinasi, sinkronisasi dan harmonisasi program/kegiatan percepatan pembangunan maka masing-masing kebijakan pokok percepatan dan faktor pendukung kebijakan pokok percepatan tersebut perlu dituangkan dalam Rencana Aksi Percepatan Percepatan Provinsi Papua Barat yang mengacu pada RPJMN Nasional dan RPJM Daerah Provinsi Papua Barat Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua Barat disusun oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat melibatkan Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Papua Barat serta perwakilan masyarakat. Pemerintah Provinsi Papua Barat juga berkoordinasi dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Keuangan, dan Unit Kerja Presiden Bidang Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan, untuk melakukan konsultasi penyusunan Rencana Aksi dengan Kementerian/Lembaga terkait. Penentuan

82 - 5 - Penentuan program dan kegiatan yang dimuat dalam rencana aksi merupakan priortas dalam rangka percepatan yang sifatnya dikhususkan termasuk juga program dan kegiatan baru yang diperlukan dalam rangka percepatan pembangunan dalam kurun waktu Tahun MAKSUD DAN TUJUAN Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Rencana Aksi Pembangunan Provinsi Papua Barat ini adalah untuk : a. memberikan penjabaran dan arahan yang jelas dalam percepatan masing-masing kebijakan pokok percepatan maupun faktor pendukung kebijakan pokok percepatan yang akan dilaksanakan dalam tahun ; b. memberikan penjelasan sasaran, kebijakan, strategi pelaksanaan serta pembiayaan agar memberikan hasil yang optimal; c. mengkoordinasikan dan sinkronisasi berbagai sumber daya yang ada di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota yang dituangkan dalam program dan kegiatan strategi yang menjadi prioritas utama dalam upaya percepatan pembangunan di Provinsi Papua Barat tahun Program dan kegiatan strategis yang disusun mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua Barat ; d. rencana aksi merupakan dokumen perencanaan yang mensinkronkan program/kegiatan pusat-daerah serta rencana pendanaan yang bersumber dari APBN, APBD Provinsi serta APBD Kab/Kota serta kontribusi lembaga donor dan swasta (public-private partnership); e. sebagai bagian dokumen yang dijadikan bahan masukan dalam penyusunan RPJM Daerah Provinsi Papua Barat , maupun RPJM Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat. IV. GAMBARAN

83 - 6 - IV. GAMBARAN UMUM UMUM PROVINSI PAPUA BARAT 2.1. KONDISI GEOGRAFIS WILAYAH Pada tahun 2010, tercatat luas wilayah Provinsi Papua Barat adalah ,62 km 2 yang tercatat terdapat 10 kabupaten dan satu kota seperti terlihat pada gambar dibawah ini: Gambar 2.1 Peta Administratif Wilayah Provinsi Papua Barat Menurut Kabupaten Topografi wilayah kepala burung yang menjadi wilayah Provinsi Papua Barat sangat bervariasi dari datar, perbukitan hingga pegunungan tinggi. Daerah lembah-lembah yang datar tersebar di Teluk Bintuni, Isim, Prafi, Warsamson, Wosimi dan Teluk Arguni. Sementara kelompok pegunungan dengan puncak yang mencapai m dpl yaitu Pegunungan Arfak, Pegunungan Tambrauw, Pegunungan Kumawa, Pegunungan Fakfak dan Wondiwoi. Kondisi geografi dan topografi Provinsi Papua Barat yang bervariasi ini sangat mempengaruhi pembangunan yang dilakukan dan juga mempunyai andil pada kompleksnya pembangunan di provinsi ini DEMOGRAFI Berdasarkan hasil sementara Sensus Penduduk Tahun 2010, Provinsi Papua Barat dihuni oleh jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Penduduk terkonsentrasi di Kota Sorong (25,03%) dan Kabupaten Manokwari (24.66%) sedangkan kabupaten lain dihuni kurang dari 10% total penduduk. Kabupaten dengan penduduk terkecil terdapat di kabupaten pemekaran baru yaitu Kabupaten Tambrauw yang hanya didiami oleh jiwa atau 0,85% dari total penduduk Provinsi Papua Barat. Sejak

84 - 7 - Sejak tahun 2000 hingga 2010, penduduk di Papua Barat mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, yakni sebesar 3,6% per tahun, di atas laju pertumbuhan rata-rata Indonesia yang hanya sebesar 1,47% per tahun. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi yaitu di Kota Sorong yaitu 4,74% pertahun PEREKONOMIAN WILAYAH Karena melimpahnya sumber daya alam di Provinsi Papua Barat seperti potensi mineral, kehutanan, dan perikanan maka perekenomian di Provinsi Papua Barat masih didominasi oleh ekonomi ekstraktif. Potensi mineral yang diduga ada di wilayah kepala burung diantaranya gas bumi dan batubara di cekungan Bintuni, emas di Aifat, uranium di Manokwari, minyak bumi di Sorong dan Raja Ampat. Sementara itu, dari potensi hutan diperoleh hasil kayu dari hutan produksi yang bernilai ekonomis tinggi, dan umumnya menjadi komoditi ekspor, seperti jenis merbau, matoa, nyatoh, pulai, mersawa, resak, medang dan bintangur. Potensi bahan tambang yang siap dieksploitasi antara lain batu bara, emas, uranium dan tembaga serta batu kapur, granit dan pasir kuarsa. Potensi minyak dan gas alam terdapat di Kabupaten Sorong dan Kabupaten Teluk Bintuni. Potensi ini yang terbesar adalah di Distrik Merdey, Aranday dan Babo dengan Cadangan Minyak Bumi sebesar 20 TB dan Gas Bumi (LNG) 14 TCF. Potensi minyak yang terdapat di Kabupaten Sorong dan Teluk Bintuni merupakan komoditas unggulan Provinsi Papua Barat yang saat ini sedang dieksploitasi. V. JENIS KAWASAN, SASARAN AN DAN PROGRAM STRATEGIS 3.1. JENIS KAWASAN DI PROVINSI PAPUA BARAT Kawasan Terisolir Secara geografis, kabupaten dikategorikan masuk dalam Kawasan Terisolir di Provinsi Papua Barat adalah: : Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Maybrat. Kabupaten ini dikategorikan masuk dalam kawasan terisolir karena secara umum hampir sebagian besar wilayah di kabupaten ini belum memiliki aksesibilitas terhadap sumber daya pembangunan, baik infrastruktur dasar, pendidikan, kesehatan, ekonomi kerakyatan Kawasan

85 Kawasan Perdesaan Kawasan perdesaan atau perkampungan di Provinsi Papua Barat meliputi Kabupaten Manokwari, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Sorong, Kabupaten Fakfak, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Teluk Wondama dan d Kabupaten Teluk Bintuni yang secara geografis dan administratif pemerintahan berdekatan satu sama lainnya serta memiliki potensi yang besar di sektor pertanian dalam arti luas Kawasan Perkotaan Secara geografis dan administratif kawasan perkotaan di Provinsi Papua Barat, meliputi 11 ibukota kabupaten/kota. Manokwari sebagai ibukota Kabupaten Manokwari sekaligus sebagai ibukota Provinsi Papua Barat. Sedangkan Sorong secara administratif pemerintahan telah ditetapkan sebagai Kota karena kondisi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang telah berkembang pesat Kawasan Strategis Kawasan strategis di Provinsi Papua Barat meliputi Kabupaten Manokwari, Kota Sorong dan Kabupaten Sorong. Pemilihan dan penetapan daerah administratif pemerintahan yang masuk ke dalam kawasan strategis ini, berkaitan dengan rencana akan dibangunnya industri yang bersifat strategis dan berskala nasional. Di samping itu juga sangat berhubungan dengan konsep pembangunan kewilayahan yang tertuang dalam RTRW Provinsi Papua Barat yang telah disetujui oleh Pemerintah, dimana telah diusulkan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) II yang meliputi Kabupaten Sorong, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Teluk Bintuni dan Kota Sorong dan juga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong yang sekaligus Sorong ditetapkan sebagai Pusat Nasional (PKN) di dalam RTRWN SASARAN PEMBANGUNAN Sasaran Pembangunan Kawasan Terisolir Sasaran akhir yang ingin dicapai dalam pembangunan kawasan terisolir di Provinsi Papua Barat sesuai dengan Kerangka Kebijakan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (P4B), adalah : 1. Meningkatnya ketahanan pangan lokal melalui optimalisasi potensi bahan pangan lokal. 2. Berkurangya kemiskinan dan meningkatnya perekonomian masyarakat melalui optimalisasi potensi sumber daya alam. 3. Terbangunnya

86 Terbangunnya infrastruktur dasar pembangunan terutama yang membuka keterisolasian wilayah melalui peningkatan aksesibilitas transportasi dan informasi serta layanan dasar (pendidikan, kesehatan, pemukiman, air bersih, ketenagalistrikan, telekomunikasi) di kawasan terisolir. 4. Terjangkaunya pendidikan yang bermutu dan relevan di kawasan terisolir. 5. Meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat di kawasan terisolir. 6. Meningkatnya perekonomian masyarakat melalui peningkatan investasi. 7. Semakin berpihak kebijakan kepada penduduk asli Papua Barat, golongan ekonomi kecil dan menengah serta menuju kesetaraan jender dalam proses pembangunan di kawasan terisolir. 8. Meningkatnya keamanan dan ketertiban serta penegakaan supremasi hukum di kawasan terisolir. 9. Meningkatnya perekonomian masyarakat melalui peningkatan investasi di kawasan terisolir Sasaran Pembangunan Kawasan Perdesaan 1. Meningkatnya ketahanan pangan di kawasan perdesaan di Provinsi Papua Barat. 2. Berkurangnya kemiskinan di kawasan perdesaan di Provinsi Papua Barat. 3. Terjangkaunya pendidikan yang bermutu dan relevan di kawasan perdesaan di Provinsi Papua Barat. 4. Meningkatnya kesehatan masyarakat di kawasan perdesaan di Provinsi Papua Barat. 5. Terbangunnya infrastruktur dasar pembangunan terutama yang membuka akses transportasi dan informasi serta layanan dasar kehidupan di kawasan perdesaan di Provinsi Papua Barat. 6. Berkembangnya ekonomi masyarakat di kawasan perdesaan di Provinsi Papua Barat. 7. Semakin berpihak kebijakan kepada penduduk asli Papua, golongan ekonomi kecil dan menengah serta menuju kesetaraan jender dalam proses pembangunan di kawasan perdesaan di Provinsi Papua Barat Sasaran Pembangunan Kawasan Perkotaan 1. Terbangunnya infrastruktur dasar pembangunan terutama yang membuka akses transportasi dan informasi serta layanan dasar kehidupan di kawasan perkotaan di Provinsi Papua Barat. 2. Berkembangnya ekonomi masyarakat di kawasan perkotaan di Provinsi Papua Barat. 3. Terjangkaunya pendidikan yang bermutu dan relevan di kawasan perkotaan di Provinsi Papua Barat. 4. Meningkatnya

87 Meningkatnya kesehatan masyarakat di kawasan perkotaan di Provinsi Papua Barat. 5. Semakin berpihak kebijakan kepada penduduk asli Papua, golongan ekonomi kecil dan menengah serta wanita menuju kesetaraan dalam proses pembangunan di kawasan perkotaan di Provinsi Papua Barat Sasaran Pembangunan Kawasan Strategis 1. Terbangunnya infrastruktur dasar pembangunan terutama infrastruktur industri strategis dan pedukungnya di Provinsi Papua Barat. 2. Berkembangnya ekonomi masyarakat di kawasan strategis yang pada gilirannya akan mendongkrak perekonomian daerah di Provinsi Papua Barat dan Nasional. 3. Semakin berpihak kebijakan kepada penduduk asli Papua, golongan ekonomi kecil dan menengah serta menuju kesetaraan jender dalam proses pembangunan di kawasan startegis di Provinsi Papua Barat. 4. Terbentuknya kawasan pertumbuhan ekonomi khusus dan industri strategis di Provinsi Papua Barat PROGRAM PENDUKUNG PERCEPATAN Demi tercapainya sasaran akhir dari rencana aksi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua Barat, maka diperlukan program strategis Percepatan Pembangunan Provinsi Papua Barat. Untuk itu program strategis yang ditetapkan untuk Percepatan Pembangunan Provinsi Papua Barat tahun adalah: 1. Program Ketahanan Pangan: a) peningkatan produksi tanaman pangan lokal (sagu, ubi jalar, padi, jagung, ikan); b) pengolahan hasil pertanian menjadi bahan makanan (sagu, ubi kayu, jagung, ikan); c) peningkatan distribusi hasil pertanian/pangan ke seluruh wilayah terpencil/terisolir. 2. Program Penanggulangan Kemiskinan: a) peningkatan kemampuan Masyarakat dalam Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM); b) pengembangan usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan industri rakyat; c) Peningkatan

88 c) peningkatan permodalan UMKM dalam usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan industri rakyat; d) pendampingan dan Penyuluhan UMKM dalam usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, dan industri rakyat; e) peningkatan keterampilan dan keahlian masyarakat melalui pendirian Balai Latihan Kerja (BLK) pertanian; f) pendampingan pertanian melalui penyediaan tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) kontrak; g) pengembangan teknologi tepat guna usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, dan industri rakyat; h) distribusi dan pemasaran hasil usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, dan industri rakyat. 3. Program Pengembangan Ekonomi Rakyat : a) pengembangan agroindustri perikanan (tangkap dan budidaya laut/tawar); b) pengembangan agroindustri peternakan (ayam, babi, sapi); c) pengembangan hasil hutan (kayu, madu,sagu, buah merah); d) pengembangan agroindustri hortikultura (sayur dan buah); e) pengembangan agroindustri perkebunan (kopi, pala, cengkeh, kelapa, dan kakao); f) pengembangan industri kecil dan kerajinan. 4. Program Peningkatan Pelayanan Pendidikan : a) pendidikan dasar dan menengah gratis; b) peningkatan pendidikan dasar dan menengah berpola asrama; c) pendirian sekolah unggulan; d) pendirian Sekolah Menengah Kejuruan; e) pengadaan tenaga guru kontrak; f) peningkatan kualitas kepala sekolah melalui pendidikan dan pelatihan, studi lanjut kedalam dan keluar negeri serta pemagangan di luar Provinsi Papua Barat; g) pendirian Sekolah Pendidikan Keguruan; h) peningkatan kualitas PTN di Provinsi Papua Barat melalui kerjasama dengan PTN unggulan di luar Provinsi Papua Barat; i) peningkatan kualitas perguruan tinggi swasta di seluruh wilayah Provinsi Papua Barat. 5. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan a) pelayanan kesehatan keliling (mobile clinic); b) asuransi kesehatan; c) Pelayanan

89 c) pelayanan kesehatan gratis dan bebas biaya rawat inap untuk pasien kelas 3 RSUD; d) pendirian sekolah kebidanan/keperawatan; e) pengadaan dokter spesialis melalui kontrak; f) pendirian rumah sakit rujukan di Sorong dan Manokwari; g) peningkatan jumlah puskesmas pembantu; h) peningkatan jumlah puskesmas perawatan; i) peningkatan status gizi siswa melalui PMTAS (Program Makanan Tambahan Anak Sekolah); j) penyuluhan kesehatan lingkungan (sanitasi lingkungan); k) peningkatan kapasitas pelayanan rumah sakit umum daerah kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat; l) pemberantasan penyakit menular (Malaria, HIV AIDS, TBC); m) pendirian pusat pelayanan malaria (malaria centre). 6. Program Pengembangan Infrastruktur Dasar a) penyediaan unit rumah rakyat sehat dan layak huni; b) pembangunan dan peningkatan jaringan jalan Manokwari Sorong Makbon Mega; c) pembangunan jalan Bintuni Susumuk; d) pembangunan jalan Mameh Windesi Wasior; e) pembangunan jalan Bomberai Windesi Kaimana; f) pembangunan irigasi dan pencetakan sawah; g) peningkatan ketersediaan dan keterjangkauan air bersih di seluruh wilayah; h) pembangunan dan peningkatan lapangan udara perintis; i) peningkatan kapasitas infrastruktur layanan jasa penerbangan bandara udara Manokwari dan Sorong j) pembangunan dan peningkatan pelabuhan laut; k) penyediaan sumber energi alternatif terbarukan (PLTMH, PLTS); l) peningkatan jaringan distribusi PLN; m) pembangunan PLTU di Manokwari dan Sorong; n) pemanfaatan potensi sumberdaya mineral bagi kesejahteraan masyarakat; o) peningkatan aksesibilitas komunikasi di wilayah terisolir/terpencil/ perbatasan negara; p) peningkatan

90 p) peningkatan keterjangkauan informasi seluler melalui kerjasama operator seluler (swasta); q) peningkatan pelayanan melalui pemberian izin kepada swasta di bidang penerbangan. 7. Program Pemihakan Terhadap Masyarakat Asli Tanah Papua Barat a) pemberian kesempatan dan kuota bagi putra/putri asli Papua untuk menjadi anggota TNI; b) pemberian kesempatan dan kuota bagi putra/putri asli Papua untuk menjadi anggota Polri; c) pemberian kesempatan dan kuota bagi putra/putri asli Papua untuk sekolah Akmil dan Akpol; d) pemberian kesempatan dan kuota bagi putra/putri asli Papua untuk sekolah pilot; e) pemberian fasilitas bagi putra/putri asli Papua untuk pengembangan bakat/potensi olahraga; f) pemberian beasiswa dan kuota bagi siswa berprestasi untuk menempuh pendidikan tinggi di PTN unggulan di luar Provinsi Papua Barat; g) pemberian beasiswa dan kuota bagi siswa berprestasi di PTN fakultas kedokteran; h) pemberian kesempatan bagi putra/putri asli Papua untuk menjadi PNS di wilayah lain di luar Provinsi Papua Barat; i) pemberian kuota bagi siswa berprestasi untuk menempuh pendidikan di STAN; j) pemberian kuota bagi siswa berprestasi untuk menempuh pendidikan di STPDN; k) pemberian kuota bagi siswa berprestasi untuk menempuh pendidikan di sekolah tinggi statistik; l) Pemberian kuota bagi siswa berprestasi untuk menempuh pendidikan di sekolah tinggi pertanahan. 8. Program Penguatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan Adapun program/kegiatan strategis yang akan dilaksanakan adalah : a) percepatan penetapan RTRW prov/kab/kota; b) penyusunan dan penetapan masterplan kawasan strategis; c) dilenisasi/pemetaan tanah terhadap hak ulayat; d) sertifikasi tanah non ulayat; e) penyelesaian sengketa pertanahan. 9. Program

91 Program Peningkatan Keamanan dan Ketertiban a) pemetaan masalah sumber konflik antara Pemerintah dengan masyarakat; b) pendekatan terhadap kelompok-kelompok masyarakat Tanah Papua Barat, dalam rangka membangun kesepahaman bidang politik dan budaya; c) penyusunan rencana kebijakan politik dan budaya; d) penyiapan mekanisme penyelesaian bersama masalah sosial-politik dan sosial-budaya dalam kerangka NKRI. 10. Program Pengembangan Kapasitas Kelembagaan a) penetapan peraturan turunan (operasional) dari UU Nomor 21/2001 (Perdasi, Perdasus dan Pergub); b) peningkatan koordinasi antartingkat pemerintahan (pusat-provinsikabupaten/kota); c) pendidikan dan peningkatan kualitas SDM aparatur (kepamongprajaan, perencanaan, dan pelaporan keuangan); d) penyusunan dokumen perencanaan; e) peningkatan kemampuan SDM aparatur pengadaan barang dan jasa pemerintah; f) pendirian sekolah kepamongprajaan (STPDN di Jayapura, Manokwari, Mimika dan Sorong); g) evaluasi berbagai peraturan daerah yang menghambat pembangunan (investasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat); h) percepatan pembentukan Kota Manokwari sebagai daerah otonomi baru di ibu kota Provinsi Papua Barat; i) evaluasi terhadap pemekaran wilayah provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan kampung; j) peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa; k) peningkatan pengelolaan kawasan di wilayah perbatasan negara SINERGI

92 SINERGI KAWASAN STRATEGIS TEGIS DAN MP3EI Pembangunan kawasan strategis di Provinsi Papua Barat dimaksudkan untuk meningkatkan potensi ekonomi wilayah melalui koridor ekonomi dengan membangun pusat-pusat pertumbuhan dengan pengembangan kluster industri dan atau kawasan ekonomi khusus (KEK) berbasis sumber daya unggulan di kawasan strategis sesuai dengan arahan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku. Kawasan strategis di Provinsi Papua Barat dalam MP3EI adalah Sorong dan Manokwari. Gambar 3.4 Peta Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku Program Pengembangan Wilayah dan Kawasan Strategis (Termasuk MP3EI dan lainnya) a) pemberian kemudahan berinvestasi (insentif investasi); b) pengembangan

RENCANA AKSI YANG BERSIFAT CEPAT TERWUJUD PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN

RENCANA AKSI YANG BERSIFAT CEPAT TERWUJUD PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN LAMPIRAN I PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 65 Tahun 2011 TANGGAL : 20 September 2011 RENCANA AKSI YANG BERSIFAT CEPAT TERWUJUD PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG BATAS DAERAH KABUPATEN GROBOGAN DENGAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

LAMPIRAN II PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 65 Tahun 2011 TANGGAL : 20 September 2011

LAMPIRAN II PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 65 Tahun 2011 TANGGAL : 20 September 2011 LAMPIRAN II PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 65 Tahun 2011 TANGGAL : 20 September 2011 RENCANA AKSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2011 2014 RENCANA AKSI

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 57, 2008 OTONOMI KHUSUS. PEMERINTAHAN. PEMERINTAH DAERAH. Papua. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842) PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah terbesar dengan jumlah penduduk yang masih sedikit. Pemberlakuan Undang- Undang Desentralisasi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi pengembangan wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak

Lebih terperinci

OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT Jakarta, 17 Desember 2012 OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT Pasal 18B ayat (1) UUD 1945: Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan yg bersifat khusus dan bersifat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGALOKASIAN DANA OTONOMI KHUSUS KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI PAPUA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA,

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PINGGIRAAN MELALUI SAGU

PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PINGGIRAAN MELALUI SAGU REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PINGGIRAAN MELALUI SAGU Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 9 November 2016 1 1. MENGHADIRKAN KEMBALI NEGARA UNTUK MELINDUNGI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR SEBAGAI PILAR PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG EFISIEN

INFRASTRUKTUR SEBAGAI PILAR PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG EFISIEN INFRASTRUKTUR SEBAGAI PILAR PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG EFISIEN Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec Guru Besar Ilmu Ekonomi, Fakultas FEM IPB Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Pengembangan, IPB Heni Hasanah,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa saat ini masih terdapat permasalahan

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 7 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK

RGS Mitra 1 of 7 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK RGS Mitra 1 of 7 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 45 TAHUN (45/1999) Tanggal: 4 OKTOBER 1999 (JAKARTA)

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 45 TAHUN (45/1999) Tanggal: 4 OKTOBER 1999 (JAKARTA) UU 45/1999, PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN JAYA TENGAH, PROPINSI IRIAN JAYA BARAT, KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN MIMIKA, KABUPATEN PUNCAK JAYA, DAN KOTA SORONG Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 45 TAHUN

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN KOORDINASI

Lebih terperinci

Seuntai Kata. Jayapura, Desember 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. Ir. Didik Koesbianto, M.Si

Seuntai Kata. Jayapura, Desember 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. Ir. Didik Koesbianto, M.Si Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA TIM NASIONAL REHABILITASI DAN REVITALISASI KAWASAN PLG DI KALIMANTAN TENGAH NOMOR : KEP-42/M.EKON/08/2007 TENTANG TIM PENDUKUNG DAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DALAM RANGKA

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA Provinsi Papua PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH PAPUA 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja serta pengembangan

Lebih terperinci

KEPPRES 81/2001, KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

KEPPRES 81/2001, KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 81/2001, KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR *50281 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 81 TAHUN 2001 (81/2001) TENTANG KOMITE KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN JAYA TENGAH, PROPINSI IRIAN JAYA BARAT, KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN MIMIKA, KABUPATEN PUNCAK JAYA, DAN KOTA SORONG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala RAKORBANGPUS Jakarta, 7 April 2010

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.396.506.021 27.495.554.957 7.892.014.873 639.818.161 102.423.894.012 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.384.518.779

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa penyusunan kebijakan, pelaksanaan, pembinaan, dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Percepatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WAROPEN

PEMERINTAH KABUPATEN WAROPEN PEMERINTAH KABUPATEN WAROPEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAROPEN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN WAROPEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 3. Peraturan Ke

2 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 3. Peraturan Ke No.912, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Instansi Vertikal. Pembentukan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM PERATURAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Sungai Citarum

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintah. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Penyelenggaraan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

Pembangunan infrastruktur makro, dengan membagi Provinsi Papua menjadi 6(enam) kawasan pertumbuhan.

Pembangunan infrastruktur makro, dengan membagi Provinsi Papua menjadi 6(enam) kawasan pertumbuhan. Pembangunan infrastruktur makro, dengan membagi Provinsi Papua menjadi 6(enam) kawasan pertumbuhan. Mengingat kondisi geografis Provinsi Papua, maka konsep pembangunannya melalui sistem cluster. Dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. DR.Ir. SUDIRMAN HABIBIE, M.Sc

KATA PENGANTAR. DR.Ir. SUDIRMAN HABIBIE, M.Sc KATA PENGANTAR Pembangunan di Provinsi Gorontalo terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Terbukti dengan berbagai capaian yang dihasilkan dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TIM EVALUASI UNTUK PENYESUAIAN KONTRAK KARYA DAN PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang :

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 70.623.211.429 31.273.319.583 8.012.737.962 316.844.352 110.226.113.326 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 70.609.451.524

Lebih terperinci

Terdiri dari 7 Pusat Ekonomi: Timika Jayapura Marauke Sofifi Ambon Sorong Manokwari

Terdiri dari 7 Pusat Ekonomi: Timika Jayapura Marauke Sofifi Ambon Sorong Manokwari 1 Terdiri dari 7 Pusat Ekonomi: Timika Jayapura Marauke Sofifi Ambon Sorong Manokwari Kegiatan Ekonomi Utama: Pertanian Pangan - MIFEE Tembaga Nikel Minyak dan Gas Bumi Perikanan » Dalam rangka mengantisipasi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA. Sambutan Gubernur Papua Pada Seminar Efektivitas Pengunaan dan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat

GUBERNUR PAPUA. Sambutan Gubernur Papua Pada Seminar Efektivitas Pengunaan dan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat GUBERNUR PAPUA Sambutan Gubernur Papua Pada Seminar Efektivitas Pengunaan dan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat Sorong, 27 Agustus 2015 Yth. Bpk Ketua Badan Pemeriksa Keuangan R.I;

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA BARAT

GUBERNUR PAPUA BARAT GUBERNUR PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan penanggulangan kemiskinan

Lebih terperinci

BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR

BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR Pelaksanaan MP3EI memerlukan dukungan pelayanan infrastruktur yang handal. Terkait dengan pengembangan 8 program utama dan 22 kegiatan ekonomi utama, telah diidentifikasi

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK MUSRENBANG NASIONAL TAHUN 2010

RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK MUSRENBANG NASIONAL TAHUN 2010 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (MUSRENBANGNAS) TAHUN 2010 Jakarta, 28 April-1 Mei 2010 RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KUCURKAN TRILIUNAN RUPIAH BANGUN INFRASTRUKTUR PAPUA

PEMERINTAH KUCURKAN TRILIUNAN RUPIAH BANGUN INFRASTRUKTUR PAPUA PEMERINTAH KUCURKAN TRILIUNAN RUPIAH BANGUN INFRASTRUKTUR PAPUA Detik.com Pemerintah berkomitmen mendorong pemerataan pembangunan di Indonesia guna mengurangi ketimpangan atau disparitas antara Kawasan

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

sinergi program direktorat jenderal pengembangan daerah tertentu di wilayah papua

sinergi program direktorat jenderal pengembangan daerah tertentu di wilayah papua sinergi program direktorat jenderal pengembangan daerah tertentu di wilayah papua SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU Ir. R.r. AISYAH GAMAWATI, MSI RAPAT KONSULTASI REGIONAL BIDANG

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa dengan telah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 81 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Proses Kebijakan dan Indikator Pemekaran Kabupaten Raja Ampat Dalam pelaksanan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diberlakukan sejak Januari

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU PERATURAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a bahwa dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

KOORDINASI PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM USDRP

KOORDINASI PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM USDRP Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS KOORDINASI PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM USDRP DISAMPAIKAN OLEH: DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH BAPPENAS PADA:

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.legalitas.org PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 RINCIAN ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS Halaman : 1 001 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 21.106.197 281.961.663 34.630.463 0 337.698.323 10.833.500

Lebih terperinci

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pembangunan daerah, terutama

Lebih terperinci