BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan penangung jawab BPH-MJ Gereja Efratha Gentuma Raya. Pendirian

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Profil Sekolah PAUD sekolah Minggu didirikan pada tanggal 01 Desember 2012, di gedung Gereja Efratha Gentuma di pimpin oleh Ibu Pnt Sersyi Makapindar dengan penangung jawab BPH-MJ Gereja Efratha Gentuma Raya. Pendirian PAUD ini dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan serta memberikan kesempatan belajar melayani dan bersekutu pada Anak Usia Dini. Penyelenggaraan sekolah minggu ini bernama PAUD Ora ET Labora berlokasi di gedung Gereja Efratha Gentuma Desa Pasalae Kecamatan Gentuma Raya Keadaan Anak Sekolah Minggu usia 6 tahun di Gereja Efrata Gentuma Kecamatan Gentuma Raya Jumlah anak pada Sekolah Minggu Gereja Efrata Gentuma Kecamatan Gentuma Raya dipaparkan sebagai berikut. 1) Anak batita umur 2-3 tahun berjumlah 10 anak a) Laki-laki = 7 orang b) Perempuan = 3 orang 2) Anak balita umur 4-5 tahun berjumlah 25 anak a) Laki-laki = 12 orang b) Perempuan = 13 orang 3) Anak kecil umur 6-7 tahun berjumlah 20 anak 29 1

2 2 a) Laki-laki = 9 orang b) Perempuan = 11 orang 4) Anak tanggung umur 8-10 tahun berjumlah 15 anak a) Laki-laki = 8 anak b) Perempuan = 7 anak Visi Dan Misi Sekolah Visi misi merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh sebuah lembaga pendidikan sebagai arah dalam dalam mennetukan kebijakan suatu sekolah. Adapun visi dan misi Sekolah Minggu di Gereja Efrata Gentuma Kecamatan Gentuma Raya adalah sebagai berikut: 1. Visi Melihat jauh ke depan kepada kerinduan Allah untuk bersekutu dengan manusia, diantara mereka adalah anak-anak pada masa usia dini, supaya melalui mereka kasih dan kuasa Tuhan dinyatakan. 2. Misi Biarkanlah anak-anak itu datang kepadaku jangan menghalang-halangi mereka datang kepadaku (matius 19:14) belajar, bertumbuh dan setia sampai dewasa. 3. Tujuan sekolah minggu Menjadi sarana agar anak-anak mendapat siraman kasih Allah melalui persekutuan yang di adakan Identitas Sekolah Nama Sekolah : PAUD Ora Et Labora

3 3 Nama Kepala Status : pnt. Sersy Makapindar : Non Formal Alamat Sekolah Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi : Pasalae : Gentuma Raya : Gorontalo Utara : Gorontalo Kode pos : Data Tanah Bangunan Status : Pinjam 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru pada Sekolah Minggu usia 6 tahun Gereja Efrata Gentuma Kecamatan Gentuma Raya yang berinisial RM dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1. Hasil Wawancara Terkait dengan pertanyaan pertama yang diajukan terhadap responden tentang bagaimana guru merancang pembelajaran dalam pengembangan kecerdasan sosial? Dalam hal ini responden menyatakan bahwa guru sekolah minggu dapat merancang metode yang disesuaikan dengan situasi anak dalam mengembangkan kecerdasan sosial anak dan guru sekolah minggu harus mampu menyiapkan materi/cerita-cerita dengan tujuan mengembangkan kecerdasan sosial (Inisial RM : Tanggal 23 Juni 2013) Selanjutnya wawancara dengan kepala sekolah, beliau menyatakan yaitu dengan menyiapkan materi-materi atau permainan-permainan yang dapat melatih kecerdasan sosial anak (Inisial SM : Tanggal 23 Juni 2013)

4 4 Kemudian wawancara dengan orang tua, beliau mengatakan dalam hal ini orang tua anak menyatakan bahwa cara melatih anak untuk beriteraksi dengan sesama anggota keluarga dan orang lain (Inisial NT : Tanggal 30 Juni 2013) Selanjutnya bagaimana guru berperan sebagai mediator mengembangkan kecerdasan sosial anak? Responden menyatakan bahwa langkah proaktif yang saya lakukan dalam memediasi untuk mengembangkan kecerdasan sosial anak yaitu dengan: Mengajak anak untuk melakukan aktivitas dalam bentuk bermain serta melakukan demonstrasi atas materi yang dipelajarinya. Dalam konteks tertentu pendidik pula mengajak anak untuk melakukan aktivitas dalam hal membuat peragaan-peragaan secara berkelompok. Strategi ini diakui oleh informan mampu memediasi dalam rangka mengembangkan kecerdasan sosial anak (Wawancara dengan RM : Tanggal 23 Juni 2013). Menyiapkan segala macam fasilitas yang dapat mendukung proses pembelajaran demi mengembangkan kecerdasan sosial anak Sekolah Minggu usia 6 tahun (Wawancara dengan SM : Tanggal 23 Juni 2013). Menyiapkan berbagai kebutuhan anak dalam kecerdasan sosial dilingkungan rumah (Wawancara dengan NT : Tanggal 30 Juni 2013). Berikutnya peneliti mengajukan permasalahan tentang bagaimana guru mengelola kelas sehingga bisa menimbulkan interaksi antar anak? Sehubungan dengan pertanyaan dari peneliti tersebut, responden menyatakan bahwa: Seorang guru harus mampu memfasilitasi kelas dengan mengadakan alatalat belajar yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah minggu yang berhubungan kecerdasan sosial guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengelola kelas sehingga akan tercipta suasana belajar sambil bermain yang menarik, gembira tentunya akan merasa nyaman bisa melakukan kegiatan dengan bebas dan menyenangkan dengan suasana ini akan tercipta interaksi yang baik antara guru dan anak (Wawancara dengan RM : Tanggal 23 Juni 2013). Cara memfasilitasi kelas dengan berbagai media dan kondisi yang menyenangkan (Wawancara dengan SM : Tanggal 23 Juni 2013).

5 5 Mengelola kelas dengan menata dan menghiasi kelas dengan berbagai alat-alat peraga sehingga membuat anak dapat berinteraksi dengan baik (Wawancara dengan NT : Tanggal 30 Juni 2013). Lebih lanjut, peneliti mengajukan pertanyaan yang masih ada hubungannya dengan permasalahan dalam penelitian ini, peneliti mengemukakan pertanyaan tentang bagaimana guru mengembangkan kemampuan anak menggunakan alat-alat belajar yang dapat meningkatkan terjadinya interaksi soaial? Biasanya strategi yang dilakukan guru adalah dengan memfasilitasi aktivitas anak untuk berani melakukan kegiatan interaksi sosial dengan sesame melalui percobaan atau permainan-permainan yang menggunakan alat peraga sehingga anak dapat memahami konsep pembelajaran yang dipelajarinya. Dalam proses percobaan atau demonstrasi tersebut guru memberikan penguatan terhadap setiap konsep yang dapat dipahami anak (Wawancara dengan RM : Tanggal 23 Juni 2013). Memberikan pelatihan kepada para guru dalam pengembangan keceradasan sosial anak (Inisial SM : Tanggal 23 Juni 2013) Melatih anak dalam menggunakan alat-alat peraga (Wawancara dengan NT : Tanggal 30 Juni 2013) Bagaimana guru akan menumbuhkan dan memotivasi kecerdasan sosial anak? dalam hal ini responden menyatakan sebagai berikut: Mengajarkan pada anak untuk berinteraksi dengan sesama teman yang ada di sekitarnya, memberikan motivasi pada anak dalam menumbuhkan minat-minat belajar anak serta menjalin hubungan baik dengan anak adalah merupakan suatu masyarakat untuk dapat mengenai karakteristik anak yang penting dalam rangka memberikan motivasi pada anak (Wawancara dengan RM : Tanggal 23 Juni 2013) memberikan penghargaan kepada para guru yang berprestasi dalam kegiatan belajar mengajar (Wawancara dengan SM : Tanggal 23 Juni 2013) Beliau mengatakan dengan cara memberikan atau permainan yang dapat memotivasi siswa dalam berinteraksi (Inisial NT : Tanggal 30 Juni 2013)

6 6 Bagaimana guru memotivasi anak dalam berinteraksi sosial dengan orang lain? Untuk memotivasi anak dalam berinteraksi yaitu dengan memberi pengertian pada anak bahwa pentingnya berinteraksi atau hubungan baik dengan sesama, memberi pujian pada saat anak melakukan hal-hal yang positif merupakan suatu motivasi bagi anak serta memberi penguatanpenguatan pada anak (Wawancara dengan RM : Tanggal 23 Juni 2013) Memberikan contoh yang baik dalam beriteraksi dan memberikan penguatan terhadap guru dan anak (Wawancara dengan SM : Tanggal 23 Juni 2013) Memberikan contoh interaksi dilingkungan keluarga agar dapat birenteraksi dengan baik terhadap orang lain (Wawancara dengan NT : Tanggal 30 Juni 2013) Bagaiman guru melakukan bimbingan/latihan terhadap anak yang bisa berinteraksi dengan orang lain? Memberikan arahan-arahan dengan metode untuk memberi peringatan bahwa betapa pentingnya beriteraksi sosial dengan orang lain yang di lingkungan sekitarnya (Wawancara dengan RM : Tanggal 23 Juni 2013) Memberikan arahan dan teladan yang baik kepada setiap guru dan anak akan pentingnya beriteraksi dengan orang lain (Wawancara dengan SM : Tanggal 23 Juni 2013) Memberikan nasehat yang baik dan mengajarkan acar-cara berinteraksi dengan orang lain (Wawancara dengan NT : Tanggal 30 Juni 2013) Terakhir adalah bagaimana guru melihat keberhasilan anak dalam interaksi sosial dengan orang lain? Responden menyatakan bahwa: Anak sudah bisa bermain bersama, berbagi dengan teman, bisa memimpin kelompok-kelompok kecil dan anak sudah bisa memecahkan masalah sederhana (Wawancara dengan RM : Tanggal 23 Juni 2013) Melihat interaksi-interaksi yang dilakukan oleh guru dan anak dalam proses pembelajaran dan kegiatan-kegiatan lain (Wawancara dengan SM : Tanggal 23 Juni 2013)

7 7 Anak sudah bisa bermain bersama orang lain dengan baik (Wawancara dengan NT : Tanggal 30 Juni 2013) Hasil wawancara dengan guru, kepala sekolah dan orng tua menunjukkan bahwa peran guru sudah cukup optimal dalam mengembangkan kecerdasan sosial pada anak sekolah minggu usia 6 tahun di Gereja Efrata Gentuma Kecamatan Gentuma Raya 2. Hasil Observasi Hasil observasi terhadap peran guru dalam mengembangkan kecerdasan sosial pada anak sekolah minggu usia 6 tahun di Gereja Efrata Gentuma Kecamatan Gentuma Raya meliputi 1) Guru sebagai perancang pembelajaran dengan indikator (1) membuat dan merumuskan TIK, (2) menyipakan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan anak, (3) merancang metode yang disesuaikan dengan siatuasi dan kondisi anak, (4) menyediakan sumber belajar (5) berperan sebagai mediator. 2) Guru sebagai pengelola pembelajaran dengan indikator (1) menyediakan dan menggunakan fasilitas bagi bermacam-bermacam kegiatan belajar mengajar. (2) mengembangkan kemampuan anak dalam menggunakan alat-alat belajar dan membantu anak untuk memperoleh hasil yang diharapkan. 3) Guru sebagai pengarah pembelajaran (1) berusaha menimbulkan, motivasi anak untuk belajar. (2) meningkatkan motivasi anak untuk belajar. 4) Guru sebagai konselor. (1) merespons segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran. (2) memberikan bimbingan khusus kepada anak. Hasil observasi terhadap peran guru dalam mengembangkan kecerdasan sosial pada anak sekolah minggu usia 6 tahun di Gereja Efrata Gentuma

8 8 Kecamatan Gentuma Raya menunjukkan kriteria baik (B). untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan di atas, maka dapat dikatakan bahwa peran guru dalam mengembangkan kecerdasan sosial anak Sekolah Minggu usia 6 tahun di Gereja Efrata Gentuma Kecamatan Gentuma Raya yang didasarkan pada hasil wawancara dan lembar observasi (lihat lampiran) bisa dikatakan cukup baik dan sesuai dengan harapan yang diinginkan. 4.3 Pembahasan Kecerdasan sosial anak merupakan hal yang sangat substansial dari keseluruhan kegiatan pembelajaran. Kecerdasan social merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang untuk mengembangkan potensi yang dimiliki guna mencapai hasil berupa terjadinya perubahan tingkah laku. Kecerdasan sosial anak perlu ditumbuh kembangkan dalam pembelajaran karena dengan kecerdasan social yang dilakukan maka anak akan mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri tentang hubungan dengan sesame anak. Biasanya kecerdasan sosial ini sangat penting dalam memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para anak yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok. Dalam konteks ini anak belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual. Anak juga akan terpupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat. Pada akhirnya kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan akan semakin secara

9 9 realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme. Jika dicermati bahwa dalam proses pembelajaran, anaklah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar bersosialisasi, agar anak berperanan sebagai pelaku dalam kegiatan berinteraksi dengan sesama teman maka guru hendaknya merencanakan pengajaran, yang menuntut anak banyak melakukan aktivitas sosial. Hal ini tidak berarti anak dibebani banyak tugas. Aktivitas atau tugas-tugas yang dikerjakan anak hendaknya menarik minat untuk bisa berinteraksi dengan anak yang lainnnya. Melalui kecerdasan sosial ini maka anak akan lebih aktif dalam melakukan hubungan dengan orang lain. Sesuai hasil wawancara dengan pendidik di Sekolah Minggu bahwa sebagian anak telah menunjukkan aktivitas sosial yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran. Sementara sebagian anak lainnya masih menunjukkan aktivitas sosial yang kurang dalam kegiatan pembelajaran. Bervariasinya aktivitas sosial anak ini karena sebagian anak yang ada di di Sekolah Minggu belum dapat menyesuaikan dengan lingkungan kelas, sehingga kecerdasan sosialnya dalam pembelajaran kurang optimal pula. Pendapat informan di atas menunjukkan bahwa anak yang berada pada Sekolah Minggu sebagian telah menunjukkan kecerdasan sosial yang tinggi sedangkan sebagian lainnya belum menunjukkan kecerdasan sosial yang diharapkan. Bervariasinya tingkat kecerdasan sosial anak dalam pembelajaran ini dapat dipahami sebagai suatu bentuk realitas adanya penyesuaian diri anak dengan lingkungan yang ada khususnya di Sekolah Minggu Terkait dengan temuan ini

10 10 maka peranan guru sangat diharapkan untuk memfasilitasinya sehingga anak dapat menunjukkan kecerdasan sosial yang tinggi. Setelah memaksimalkan perannya dalam mengembangkan kercerdasan sosial, anak mulai menampakkan kecerdasan sosial yang tinggi. Sesuai hasil wawancara dengan pendidik bahwa aktifnya anak dalam kegiatan pembelajaran karena selama ini saya menggunakan strategi pembelajaran yang variatif dan menempatkan anak sebagai pembelajar yang aktif. Dalam konteks ini saya hanya memfasilitasi agar anak dapat belajar dengan aktif dengan saling berinteraksi. Selama ini semua anak pada sekolah minggu memiliki kecerdasan sosial yang baik. Namun demikian terdapat beberapa variasi dari segi keaktifan anak dalam pembelajaran. Dalam konteks ini pada tingkatan kelas rendah pada umumnya sebagian anak telah menunjukkan kecerdasan sosial yang baik. Namun sebagian lainnya masih menunjukkan kecerdasan sosial yang rendah. Dari hasil wawancara di atas jelas bahwa secara umum kecerdasan sosial anak di Sekolah Minggu telah berjalan dengan baik dan optimal karena anak masih dalam proses penyesuaian dengan lingkungan. Pernyataan di atas sangat erat kaitannya dengan teori yang dikemukakan oleh Moon (dalam Uno, ) bahwa ada beberapa peran guru dalam pembelajaran anak usia dini khususnya dalam pengembangan kecerdasan sosial anak yaitu sebagai berikut: 1) Guru sebagai perancang pembelajaran, Guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM dengan memperhatikan berbagai kompenen dalam sistem pembelajaran yang meliputi: a) membuat dan merumuskan TIK, b) menyipakan materi yang relevan dengan tujuan, waktu,

11 11 fasilitas, perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan anak, c) merancang metode yang disesuaikan dengan siatuasi dan kondisi anak, d) menyediakan sumber belajar, e) berperan sebagai mediator. 2) Guru sebagai pengelola pembelajaran, tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas bagi bermacam-bermacam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan anak dalam menggunakan alat-alat belajar dan membantu anak untuk memperoleh hasil yang diharapkan. 3) Guru sebagai evaluator, tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran. 4) Guru sebagai konselor. Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan dapat merespons segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran. Teori tersebut terbukti dan berkaitan erat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam hal peran guru dalam mengembangkan kecerdasan sosial pada anak Sekolah Minggu usia 6 tahun di Gereja Efrata Gentuma Kecamatan Gentuma Raya.