Ulu Apad : Sistem Politik Lokal Masyarakat Bali Mula di Desa Bayung Gede pada Era Modern (Sebuah Kajian Antropologi Politik)
|
|
- Erlin Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Ulu Apad : Sistem Politik Lokal Masyarakat Bali Mula di Desa Bayung Gede pada Era Modern (Sebuah Kajian Antropologi Politik) Ni Ketut Nugrahaningari 1*, I Gst. Ketut Gde Arsana 2, I Nyoman Sama 3 [123] Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana 1 [nugrahaning11ari@gmail.com ] 2 [ s2kjbdyunud@yahoo.com] 3 [nyoman.sama@gmail.com] * Corresponding Author Abstract Bayung Gede village is one of Bali Mula village which uses ulu apad system, where the habitual government position will be ordered by the marriage seniority from 164 krama desa pengarep or main citizen. The head of ulu apad is Jero Kubayan Mucuk, now not only about managing tradition issue but also social, politics, economic, and education. Those issues use administration system which is oftenly different or even have contradiction with the tradition management system. This study is inventorying and documenting local politic system of Ulu Apad in Bayung Gede Village; and the relation system of Ulu Apad with national administration politic system. This qualitative study done by ethnography method. The technical of data collection are observations, interview, and literature study. The data analysis use descriptive qualitative technique, the cognitive resource theory of Fiedler and structural functionalism theory from Robert K. Merton. The result shows Ulu Apad is tradition structure and local politic citizens of Bali Mula which has characteristics communal and has collective collegiate principled. Basely the ownership of the land that communal which following tradition's duty. Pattern of leadership has formed as zigzag and tend twin. Legitimacy based on procedure sequence of position and the ritual of self purification. Based on politic, Bayung Gede Village has three leader of the village those are Jero Kubayan Mucuk, Bendesa Adat, and heads village. The relation local politic system Ulu Apad with national politic administration system have same power and involved each other. Keywords: Ulu Apad, local politic system, Bali Mula society 195
2 1. Latar Belakang Desa Bayung Gede merupakan desa Bali kuno yang memiliki adat, budaya dan tradisi yang berbeda dengan daerah lainnya di Bali. Perbedaan budaya dikarenakan masyarakat Bali Mula sudah mewarisi tradisi Bali kuno sebelum migrasi orang Jawa saat runtuhnya Kerajaan Majapahit. Faktor geografis di pegunungan juga menyebabkan sulitnya kontak budaya dengan masyarakat luar. Teguhnya masyarakat Bali Mula di Desa Bayung Gede dalam melestarikan budaya aslinya tercermin pada proses pemilihan pemimpin yang didasarkan konvensi lokal atau kesepakatan yang diwarisi secara turun-temurun. Posisi kepemimpinan pemerintahan adat dan semua posisi jabatan pendukungnya diurut berdasarkan senioritas pernikahan dari 164 krama desa pengarep atau warga utama yang wajib mengabdikan hidupnya di desa. Adanya perolehan hak kepemimpinan adat merupakan assigned status atau status sosial yang diperoleh seseorang didalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Pembagian tugas dalam sistem kepemimpinan masyarakat Bali Mula di masa lalu lebih mengatur adat istiadat. Namun, pada era modern dewasa ini berbagai permasalahan baru hadir langsung menyentuh kehidupan masyarakat Desa Bayung Gede. Bukan hanya persoalan adat, namun juga persoalan sosial, politik, budaya, pariwisata, ekonomi, hukum, kesehatan dan pendidikan. Meskipun kini terdapat penambahan posisi kepemimpinan bendesa adat dan kepala desa dalam tata pemerintahan di Desa Bayung Gede, namun yang mendapat legitimasi atau pengakuan kepemimpinan utama adalah pemimpin sistem ulu apad. Seorang pemimpin di tingkat lokal diharapkan juga memiliki berbagai macam kualitas agar dapat mengayomi masyarakatnya dalam menghadapi peluang, tantangan, dan realitas kehidupan modern. Penelitian ini urgen dilakukan karena modernisasi sudah merasuk ke tingkat lokal dan permasalahan sering timbul ketika aturan pada tatanan lokal dihadapkan pada realitas kehidupan masyarakat pada era modern. Patutlah diteliti strategi sistem politik lokal dalam menghadapi modernisasi. Khususnya pada 196
3 masyarakat Bali Mula di Desa Bayung Gede, Kec.Kintamani, Kab.Bangli, Bali yang memiliki sistem politik lokal yang berbeda dengan daerah lainnya di Bali. 2. Pokok Permasalahan Masalah penelitian yang dikaji dalam hal ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana eksistensi sistem politik lokal Ulu Apad masyarakat Bali Mula di Desa Bayung Gede, Kintamani, Bangli? 2. Bagaimana relasi sistem politik lokal Ulu Apad dengan sistem administrasi politik nasional? 3. Tujuan Penelitian Penelitian ini berupaya mengidentifikasi dan mendeskripsikan sistem politik lokal Ulu Apad masyarakat Bali Mula di Desa Bayung Gede, Kintamani, Bangli; serta ingin mengetahui dan memahami relasi sistem politik lokal Ulu Apad dalam adaptasinya dengan sistem administrasi politik nasional. Terkait hal tersebut, tercakup pula strategi yang dikembangkan dalam politik lokal Ulu Apad sehingga menjadi relevan dengan kondisi kehidupan masyarakat masa kini. 4. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Data dalam paradigma penelitian kualitatif bukan dilihat sebagai informasi mentah yang didapat dari lapangan tetapi didapat dari hasil interaksi antara peneliti dan sumber data, baik dari manusia maupun benda (Kuntjara, 2006: 99). Penelitian ini juga bersifat deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan sistem politik lokal masyarakat Bali Mula di Desa Bayung Gede. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif yang ditunjang dengan data kuantitatif. Sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara, sedangkan sumber data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dapam penelitian ini yakni, teknik penentuan informan, teknik observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian dikembangkan dengan menggunakan teori sumber daya kognitif dari Fiedler dan fungsionalisme struktural dari Robert K. Merton. 197
4 Analisis data menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan sumber kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan dideskripsikan, dibandingkan dan diinterpretasikan secara kualitatif. 5. Hasil dan Pembahasan 5.1 Sistem Politik Lokal Ulu Apad Masyarakat Bali Mula Desa Bayung Gede Masyarakat Bali Mula di Desa Bayung Gede mengenal adanya sistem politik lokal ulu apad. Ulu Apad adalah struktur adat dan politik lokal masyarakat Bali Mula yang bersifat komunal dan berprinsip kolektif kolegial. Dasarnya adalah kepemilikan tanah yang komunal yang diikuti oleh kewajiban ngayah atau bergotong royong dalam menyelenggarakan upacara adat, serta menjaga keberlangsungan budaya masyarakat Bali Mula. Ada 164 KK yang merupakan krama desa pengarep atau jero pengayah yang mendapat hak tanah. Posisi kepemimpinan pemerintahan adat dan semua posisi jabatan pendukungnya diurut berdasarkan senioritas pernikahan dari krama desa pengarep Senioritas Prinsip senioritas pada sistem politik lokal ulu apad di Desa Bayung Gede mengharuskan anggota didalamnya menjalani proses puluhan tahun untuk bisa menduduki jabatan prestisius dan strategis. Kenaikan jabatan hanya dapat terjadi saat posisi diatasnya pensiun. Orang yang menjabat dalam sistem pemerintahan adat Ulu Apad baru akan selesai menjabat saat sudah ada tanda bahwa kecakapan teknis, kamampuan fisik dan mental, serta produktivitas yang bersangkutan untuk ngayah dianggap sudah menurun, sehingga harus digantikan oleh pewarisnya yaitu anak laki-lakinya yang terkecil yang telah menikah, kemudian posisi yang ditempatinya dimulai dari posisi paling bawah atau nomor 164. Legitimasi kepemimpinan dalam Ulu Apad ditentukan oleh tata urut posisi anggota krama desa pengarep dan ritual penyucian diri, yaitu mesayut piuning, nilem, mesayut suci, mapas, mubung, ngantah dan nuada. Sistem ulu apad berlaku umum pada seluruh desa Bali Mula, namun setiap daerah memiliki struktur dan mekanisme yang berbeda. Sistem Ulu Apad di Desa Bayung Gede memiliki pola kepemimpinan yang berbentuk zig-zag. Hal ini mengakibatkan ada dua orang yang menempati posisi yang sama atau bersifat 198
5 kembar, hanya berbeda keseniorannya. Hal ini dimaksudkan agar 164 krama pengarep dalam sistem ulu apad mendapatkan kesempatan untuk menjabat di semua posisi dari bawah ke atas. Diharapkan orang yang berhasil bertahan dalam sistem dan berhak menempati posisi pemimpin tertinggi dapat memimpin dengan bijaksana. Berikut bagan hierarkis jabatan sistem Ulu Apad Desa Bayung Gede. Bagan 5.1 Hierarkis Jabatan Sistem Ulu Apad Desa Bayung Gede Posisi yang lebih junior selalu belajar kepada yang lebih senior, yang senior juga menuntun juniornya, sehingga regenerasi kepemimpinan dapat berjalan. Selain itu pemimpin Ulu Apad kini juga terbuka dengan informasi dan pengaruh dari luar. Sejalan dengan teori sumber daya kognitif dari Fiedler, Jero Kubayan Mucuk lebih banyak bergantung pada kecerdasan saat berada di bawah tekanan yang rendah, dan lebih banyak bergantung pada pengalaman saat berada di bawah tekanan yang tinggi. Melalui berbagai pengalaman dan wawasan yang terus bertambah, beliau akhirnya semakin pro-aktif dan cakap dalam memimpin Profesionalitas 199
6 Profesionalitas diperlukan untuk dapat memisahkan antara tugas dalam jabatan yang diemban dengan kepentingan pribadi. Dibandingkan dengan kepentingan pribadi dan golongan, maka kepentingan umum harus didahulukan. Hubungan yang bersifat impersonalitas atau tanpa pandang bulu, menjunjung tinggi netralitas, serta kejujuran memperkokoh sistem politik lokal ulu apad untuk mewujudkan harapan dan tuntutan masyarakat secara profesional. Pemimpin Desa Bayung Gede dalam musyawarah perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan desa selalu menjaga koordinasi dan komunikasi dua arah antara adat dan dinas. Semua agenda kerja diatur sesuai penanggalan hari baik menurut kalender Bali dan melihat pula situasi kondisi di desa. Selalu diusahakan agar tidak ada satupun acara yang berbenturan, sehingga masyarakat dapat mengikuti setiap kegiatan desa dengan baik dan mendapat manfaatnya. Pelayanan terhadap masyarakat oleh pejabat ulu apad di Desa Bayung Gede lebih banyak diselesaikan secara lisan. Meskipun diselesaikan secara tidak tertulis, namun sisi fungsionalnya terpenuhi yaitu menjawab masalah pokok masayarakat. Secara rutin setiap pukul wita kesinoman atau humas adat akan mendatangi kediaman Jero Kubayan Mucuk dan melakukan rapat kecil. Rapat kecil ini mendiskusikan agenda kegiatan desa, kemajuan, kendala, rencana dan langah yang akan dilakukan keesokan harinya. Sebagai penyalur aspirasi masyarakat, kesinoman akan menampung setiap usulan dari masyarakat dan menyampaikannya kepada Jero Kubayan Mucuk. Dengan demikian kedudukan kesinoman dalam sistem ini mirip dengan fungsi media massa yang ada sekarang. Pada era modern pemimpin Ulu Apad juga berupaya mempertahankan eksistensi sistem politik lokalnya meski terdapat penyesuaian baru. Berikut analisanya menggunakan teori fungsionalisme struktural dari Robert K. Merton. 1. Sistem ulu apad masih bertahan hingga kini di era modern karena masih berfungsi dan sesuai dengan perkembangan masyarakat Desa Bayung Gede. Hak mengelola tanah adat, kewajiban ngayah, dan tanggung jawab jabatan krama desa pengarep dalam sistem ulu apad adalah pengikatnya. Integrasi tingkat tinggi memang terjadi dalam kehidupan sosial masyarakatnya, karena termasuk komuniti kecil. Namun, kini pada era modern generasi mudanya 200
7 sudah memiliki tingkat mobilitas yang tinggi. Hal tersebut berpeluang membuat integrasi yang kuat di masa sebelumnya akan melemah di masa depan. Sebenarnya masyarakat Bayung Gede sudah berupaya melalukan pewarisan kebudayaan kepada generasi muda melalui upacara Ngusabha Lampuan. Kedepan hal tersebut perlu ditambah dengan memberikan pelatihan kepemimpinan sesuai ilmu perkembangan terbaru. 2. Sistem ulu apad selain berfungsi positif ternyata juga ada sisi gelapnya yaitu ditemukannya kasus adanya pemuda desa yang berhenti sekolah atau kuliah karena harus segera menggantikan keanggotaan orang tuanya sebagai krama desa pengarep, jika tidak maka hak mengelola tanah adatnya akan diberikan kepada orang lain. Sehingga kedepannya perlu ada kebijakan dan dukungan dari semua pihak agar generasi muda desa dapat leluasa melanjutkan pendidikan tinggi tanpa harus terkena sanksi adat. 3. Sistem ulu apad telah bertahan sejak dahulu hingga kini di era modern. Terdapat banyak nilai-nilai positif dari sistem tersebut hingga masyarakatnya masih setia menjalankan adat dan proses sosial pada sistem ulu apad tersebut. Namun, saat kemerdekaan Indonesia melahirkan sistem administrasi politik nasional, pemimpin ulu apad juga mengakui legalitas dari pemerintahan dinas untuk mengatur masyarakat di desanya. Kehidupan bermasyarakat dapat berjalan baik karena adanya sikap saling menghargai antara pejabat adat dan dinas, serta apapun agenda desa selalu dikomunikasikan dan dikoordinasikan. 5.2 Relasi Sistem Politik Lokal Ulu Apad dengan Sistem Administrasi Politik Nasional Relasi sistem politik lokal ulu apad dengan sistem administrasi politik nasional mengakibatkan terjadinya perjumpaan antar unsur-unsur tradisional dengan unsur-unsur formal. Dengan demikian, sistem kepemimpinan pedesaan terkomunikasi secara lebih luas, lebih ke bawah (desa yang bersangkutan) dan juga ke atas (desa lain, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan pemerintah pusat). Organisasi pemimpin menjadi makin kompleks (Swarsi, dkk, 1986: ). 201
8 Secara administratif lembaga Desa Bayung Gede terdiri dari pemerintahan adat dan dinas. Secara adat Desa Bayung Gede merupakan sebuah desa adat yang hanya terdiri dari satu banjar adat, yaitu Desa Adat Bayung Gede. Kedinasan Desa Bayung Gede terdiri dari dua dusun/banjar yaitu Banjar Dinas Bayung Gede dan Banjar Dinas Peludu. Keduanya berdampingan dengan sistem ulu apad yang merupakan pemerintahan adat Bali Mula yang sudah ada sejak dahulu. Secara politik Desa Bayung Gede memiliki tiga pemimpin desa yaitu 1) Jero Kubayan Mucuk memimpin sistem ulu apad atau sistem lokal masyarakat Bali Mula, dan bertanggung jawab terhadap keberlangsungan budaya, adat, dan tradisi asli masyarakat Bayung Gede; 2) Bendesa Adat memimpin desa pekraman atau sistem adat baru yang diberlakukan umum di Bali. Beliau bertanggung jawab terhadap hal adat secara umum; 3) Kepala desa baru ada setelah kemerdekaan dan tugasnya adalah memimpin desa dinas. Beliau bertanggung jawab terhadap administrasi nasional di tingkat desa, seperti mengurus masalah perizinan, kependudukan dan program-program pembangunan. Bendesa adat dan kepala desa dipilih langsung melalui pemilihan umum desa. Sedangkan Jero Kubayan Mucuk ditentukan berdasarkan senioritas pernikahan. Kepala desa dan bendesa adat dipandang sebagai rekan kerja untuk bersama memajukan desa. Legitimasi dari Jero Kubayan Mucuk sangatlah penting bagi masyarakat meski kini sudah memasuki era modern. Claessen (1987: 63) memaparkan bahwa pada jaman sekarang legitimasi religius sebenarnya tidak memegang peranan yang berarti lagi. Akan tetapi mitos masyarakat tetap bertahan. Dewa-dewa jaman sekarang lain namanya, contohnya seperti demokrasi. Orang masih tetap mencari legitimasi, yaitu memerintah sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berkembang dalam kelompok. Jero Kubayan Mucuk mencoba mempertahankan legitimasinya dengan menerapkan kepemimpinan demokratis saat berhubungan dengan pihak dinas dan masyarakat luas, kepemimpinan otokratis saat memimpin sistem religi, dan kepemimpinan transformasional saat memimpin pergerakan memajukan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. 202
9 6. Simpulan Ulu Apad adalah struktur adat dan politik lokal masyarakat Bali Mula yang bersifat komunal dan berprinsip kolektif kolegial. Dasarnya adalah kepemilikan tanah yang komunal yang diikuti oleh kewajiban ngayah atau bergotong royong dalam menyelenggarakan upacara adat, serta menjaga keberlangsungan budaya masyarakat Bali Mula. Posisi kepemimpinan pemerintahan adat dan semua posisi jabatan pendukungnya diurut berdasarkan senioritas pernikahan dari 164 krama desa pengarep. Prinsip senioritas pada sistem politik lokal ulu apad di Desa Bayung Gede mengharuskan anggota didalamnya menjalani proses puluhan tahun untuk bisa menduduki jabatan prestisius dan strategis. Hierarkis kekuasaan berbentuk zig-zag. Pemimpin ulu apad yaitu Jero Kubayan Mucuk tidak hanya mendapat legitimasi dalam bidang adat, namun secara menyeluruh pada semua bidang. Meski demikian prinsip profesionalitas tetap dijunjung. Secara politik Desa Bayung Gede memiliki tiga pemimpin desa yaitu Jero Kubayan Mucuk, Bendesa Adat, dan kepala desa. Ketiganya memiliki tugas dan tanggung jawab berbeda, namun tetap saling bersinergi untuk memajukan masyarakat. Sistem kepemimpinan tradisional dan kepemimpinan yang berasal dari sistem administrasi politik nasional di Desa Bayung Gede sama-sama kuatnya dan secara bersama-sama merupakan suatu satuan yang mengatur tata kehidupan dalam masyarakat desa. Masyarakat Desa Bayung Gede melalui sistem politik lokal Ulu Apad dalam menghadapi era modernisasi menggunakan strategi penguatan identitas kelompok berdasarkan sifat-sifat eksistensialnya, yaitu 1) menjaga dan meningkatkan komunikasi, koordinasi, dan sinergi antara lembaga adat dan dinas; 2) profesionalitas dan terus mengembangkan kesadaran untuk mengabdi di desa; 3) mengupayakan keberlanjutan budaya lokal; 4) adanya kepastian hak dan kewajiban masyarakat adat yang diatur berdasarkan peraturan adat (awig-awig); serta 5) kelenturan budaya yang diterapkan dalam kebijakan ulu apad. 203
10 7. Daftar Pustaka Claessen, H.J.M Antropologi Politik: Suatu Orientasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Kuntjara, Esther Penelitian Kebudayaan Sebuah Panduan Praktis. Yogyakarta: Graha Ilmu. Swarsi, Si Luh, Wayan Geriya, I Gusti Ngurah Agung, Ida Bagus Gde Yudha Triguna Sistem Kepemimpinan dalam Masyarakat Pedesaan Daerah Bali. Denpasar: Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan. 204
KATA PENGANTAR. Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-nya penulis dapat
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang mengambil judul
Lebih terperinciKEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI
KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI Oleh : DEWA AYU EKA PUTRI 1101605007 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS
Lebih terperinciTRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI. Inka Septiana. Sosiologi Antropologi
TRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI Inka Septiana Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Culture
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciSeetan : Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa Pakraman Susut Kelod, Bangli
Seetan : Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa Pakraman Susut Kelod, Bangli Made Andika Hadiputra Evaganna 1*, Putu Sukardja 2, Ketut Darmana 3 [123] Prodi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Unud 1
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah masyarakat yang terdiri atas masyarakatmasyarakat suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai satu bangsa atau nasion (nation),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi
Lebih terperinciPenyelesaian Kredit Macet bagi Debitur Di Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Desa Pakraman Kaba Kaba Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan
Penyelesaian Kredit Macet bagi Debitur Di Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Desa Pakraman Kaba Kaba Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan Oleh: Anak Agung Ngurah Bagus Candra Dinata Desak Putu Dewi Kasih Dewa
Lebih terperinciEKSISTENSI LEMBAGA PERKREDITAN DESA SETELAH DIKELUARKANNYA UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO
EKSISTENSI LEMBAGA PERKREDITAN DESA SETELAH DIKELUARKANNYA UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO Oleh I Gede Made Gandhi Dwinata I Made Sarjana Ni Putu Purwanti Hukum Bisnis Fakultas
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul HAMBATAN DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN KARENA
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas berkat asung kerta waranugraha Nya serta didorong oleh kemauan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :
Lebih terperinciSEJARAH PERTUMBUHAN KONSEP DAN PRAKTEK GOVERNANCE
SEJARAH PERTUMBUHAN KONSEP DAN PRAKTEK GOVERNANCE Asal-usul Secara etimologi, berasal dari kata kerja bahasa Yunani kubernan (to pilot atau steer), dan Plato menyebutnya sebagai how to design a system
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciKOORDINASI ANTARA DESA DINAS DAN DESA PAKRAMAN DALAM DINAMIKA PENANGANAN TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI BALI
KOORDINASI ANTARA DESA DINAS DAN DESA PAKRAMAN DALAM DINAMIKA PENANGANAN TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI BALI Oleh: A.A Gede Raka Putra Adnyana I Nyoman Bagiastra Bagian Hukum Dan Masyarakat ABSTRACT The
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA
PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA oleh : Ida Bagus Miswadanta Pradaksa Sagung Putri M.E Purwani Bagian Hukum dan
Lebih terperinciKEDUDUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
KEDUDUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA Oleh: Ni Wayan Ruslinawati I Ketut Sudantra Bagian Hukum Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. golongan, bangsa, dan kesukuan. Hal ini kedudukannya sama dengan masingmasing
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kemajemukan baik dalam adat istiadat golongan, bangsa, dan kesukuan. Hal ini kedudukannya sama dengan masingmasing agama yang memiliki pandangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Adat Kuta sebagaimana desa adat lainnya di Bali, merupakan suatu lembaga adat yang secara tradisi memiliki peran dalam mengorganisasi masyarakat dan menyelenggarakan
Lebih terperinciKERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH
41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. besar dari sejak awalnya berdirinya desa (kurang lebih 150 tahun yg lalu)
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 6.1.1. Main Conclusion Desa Bayung Gede mengalami perubahan morfologi yang sangat besar dari sejak awalnya berdirinya desa (kurang lebih 150 tahun yg lalu) hingga
Lebih terperinciJAMINAN TANAH WARIS DI LUAR DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN
JAMINAN TANAH WARIS DI LUAR DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN Oleh Ni Putu Ayu Yulistyadewi Desak Putu Dewi Kasih I Gst Ayu Putri Kartika Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Traditional
Lebih terperinciLa m piran Hasil Pembahasan Senin PERATURAN DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL NOMOR 8 TAHUN 2015 T E N T A N G TENTANG
La m piran Hasil Pembahasan Senin PERATURAN DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL NOMOR 8 TAHUN 2015 T E N T A N G TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA PANGGUNGHARJO DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR
TESIS PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR NI MADE MERTI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 TESIS PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan
Lebih terperinciBUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016
P BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP MASYARAKAT HUKUM ADAT DI KABUPATEN ENREKANG DENGAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nya skripsi yang berjudul Peranan Awig-Awig Sebagai
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-nya skripsi yang berjudul Peranan Awig-Awig Sebagai Sosial Kontrol Masyarakat Terkait Larangan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuankesatuan
Lebih terperinciPersentase Responden Berdasarkan Umur
Diskusi Publik PHDI Hebat, Pemuda Kuat, Hindu Jaya Jakarta, 24 Juli 2016 DAFTAR ISI INFORMASI RESPONDEN INFORMASI DAN PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PHDI HARAPAN RESPONDEN TERHADAP PHDI KEDEPAN KRITERIA
Lebih terperinci2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin dalam berbagai kebudayaan lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan
Lebih terperinciTESIS. Sampul Depan PROGRAM
TESIS STUDI MORFOLOGIDESA BAYUNG GEDE Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Feliksdinata Pangasih No.Mhs.: 15.54.024.50/PS/MTA Sampul Depan PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTURR PROGRAM
Lebih terperinciPUDARNYA PERNIKAHAN NGEROROD PADA MASYARAKAT BALI DESA TRI MULYO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : NYOMAN LUSIANI
PUDARNYA PERNIKAHAN NGEROROD PADA MASYARAKAT BALI DESA TRI MULYO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : NYOMAN LUSIANI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG
1 2016 No.42,2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAHAN DESA. Susunan Organisasi. Tata Kerja. Pemerintah Desa. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperinciBUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN LEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan
Lebih terperinciHAK AHLI WARIS BERKEWARGANEGARAAN ASING TERHADAP HARTA WARISAN BERUPA TANAH
HAK AHLI WARIS BERKEWARGANEGARAAN ASING TERHADAP HARTA WARISAN BERUPA TANAH Oleh: Ida Ayu Ide Dinda Paramita I Gede Yusa I Wayan Wiryawan Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman
Lebih terperinci2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut:
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Kesimpulan Umum Upacara adat nyangku merupakan upacara adat warisan dari raja-raja Panjalu yang masih menjadi tradisi turun temurun masyarakat desa Panjalu. Dalam
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN
BAB XI KESIMPULAN DAN SARAN 1 1.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian dalam bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa secara historis perubahan yang terjadi secara umum di desa ini adalah sebagai berikt:
Lebih terperinciBUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demorasi secara langsung, desa juga merupakan sasaran akhir dari semua program
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Desa merupakan basis bagi upaya penumbuhan demokrasi, karena selain jumlah penduduknya masih sedikit yang memungkinkan berlangsungnya proses demorasi secara
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT HUKUM ADAT KAMPUNG KUTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006
PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP Menimbang:
Lebih terperinciLURAH DESA BANGUNJIWO
LURAH DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BANGUNJIWO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LURAH
Lebih terperinciLURAH DESA BANGUNJIWO
LURAH DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BANGUNJIWO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LURAH
Lebih terperinciKEDUDUKAN SUAMI ISTRI TERHADAP HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM HAL TERJADI PERCERAIAN: PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG PERKAWINAN DAN HUKUM ADAT BALI
KEDUDUKAN SUAMI ISTRI TERHADAP HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM HAL TERJADI PERCERAIAN: PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG PERKAWINAN DAN HUKUM ADAT BALI Oleh Luh Putu Diah Puspayanthi I Ketut Sudantra Fakultas Hukum
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG
1 2015 No.02,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pedoman, organisasi, pemerintah, desa. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor
Lebih terperinciPERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG
1 PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperinciPERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : I Putu Wahyu Mantrawan NIM : 1221305015 Program Studi : Ilmu Politik Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Penjelasan pertama pada pendahuluan akan menjelaskan mengenai latar belakang dengan melihat kondisi yang ada secara garis besar dan dari latar belakang tersebut didapatkan suatu rumusan
Lebih terperinciBUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK, Menimbang
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya
Lebih terperinciDAMPAK MUNCULNYA SIMBOL MODERNITAS DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN TAHUN Abstrak
DAMPAK MUNCULNYA SIMBOL MODERNITAS DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN TAHUN 1980-2014 Agus Fachzuri Rofiansyah Abdullah 1*, I Ketut Ardhana 2, Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo 3 [123] Ilmu Sejarah Fakultas
Lebih terperinciBUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
Lebih terperinciPERANAN DESA PAKRAMAN DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI PEMERINTAHAN DESA
ABSTRACT PERANAN DESA PAKRAMAN DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI PEMERINTAHAN DESA Oleh Ni Putu Puja Sukmiwati I Ketut Sudiarta Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana Pakraman village
Lebih terperinciKEBERTAHANAN PERKAWINAN IDEAL MENURUT SUKU BATAK KARO DI KELURAHAN KWALA BEKALA PADANG BULAN MEDAN (SUATU TINJAUAN ANTROPOLOGI) oleh :
1 KEBERTAHANAN PERKAWINAN IDEAL MENURUT SUKU BATAK KARO DI KELURAHAN KWALA BEKALA PADANG BULAN MEDAN (SUATU TINJAUAN ANTROPOLOGI) oleh : MELY TRI SANTY BR MANALU 0801605007 Jurusan Antropologi, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
Lebih terperinciSEJARAH PERTUMBUHAN KONSEP GOVERNANCE ASAL MUASAL
SEJARAH PERTUMBUHAN KONSEP GOVERNANCE Teori dan Praktek Governance Program S2 Politik Lokal & Otonomi Daerah UNIVERSITAS GADJAH MADA ASAL MUASAL Secara etimologi, berasal dari kata kerja bahasa Yunani
Lebih terperinciPARTISIPASI KELOMPOK MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAIN TENUN IKAT TRADISIONAL DI DESA RINDI, KECAMATAN RINDI, KABUPATEN SUMBA TIMUR
PARTISIPASI KELOMPOK MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAIN TENUN IKAT TRADISIONAL DI DESA RINDI, KECAMATAN RINDI, KABUPATEN SUMBA TIMUR SKRIPSI Oleh : UMBU KUDU NIM : 1121005013 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS
Lebih terperinciOleh: I Nyoman Adi Susila I Ketut Wirta Griadhi A.A. Gde Oka Parwata. Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana
PENYELESAIAN SENGKETA ADAT DI BALI (STUDI KASUS SENGKETA TANAH SETRA ANTARA DESA PAKRAMAN CEKIK DENGAN DESA PAKRAMAN GABLOGAN, KECAMATAN SELEMADEG, KABUPATEN TABANAN) Oleh: I Nyoman Adi Susila I Ketut
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 28 TAHUN : 2014 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan
Lebih terperinciA N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH
A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH Bahwa Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga telah menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Desa pakraman, yang lebih sering dikenal dengan sebutan desa adat di Bali lahir dari tuntutan manusia sebagai mahluk sosial yang tidak mampu hidup
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang Undang Nomor
Lebih terperinciPENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA
PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA Luh Putu Sri Sugandhini Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana ABSTRACT Based on the fact in a pattern of religious
Lebih terperinciKURANGNYA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (STUDI KASUS PADA DESA MANIKLIYU KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI)
KURANGNYA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (STUDI KASUS PADA DESA MANIKLIYU KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI) I Wayan Adi Suarnata 1, Anantawikrama Tungga Atmaja 2, Ni Luh
Lebih terperinciPERATURAN DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL NOMOR 06 TAHUN 2015 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BANGUNJIWO
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL KECAMATAN KASIHAN DESA BANGUNJIWO Alamat : Bangunjiwo, No. Telepon : 413340 Kode Pos : 55184 Website:www.desabangunjiwo.com, e-mail: desa.bangunjiwo@bantulkab.go.id PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan dapat merubah status kehidupan manusia dari belum dewasa menjadi dewasa atau anak muda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu masalah kasta atau wangsa merupakan permasalahan yang tak kunjung sirna pada beberapa kelompok masyarakat di Bali, khususnya di Denpasar. Pada zaman
Lebih terperinciKeywords: Position, Authority, Governor, Local Government Administration
1 KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Oleh : Ni Luh Putu Arianti A.A Ariani Program Kekhususan : Hukum Pemerintahan, Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak;
Lebih terperinciini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 811 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA Menimbang : DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SUKABUMI
BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS DESA ADAT DI DESA PENGLIPURAN KABUPATEN BANGLI
PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS DESA ADAT DI DESA PENGLIPURAN KABUPATEN BANGLI Oleh : A.A SRI AGUNG PRADNYAPARAMITA 1101605005 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data.
219 BAB VI PENUTUP Dari hasil analisa terhadap ulos dalam konsep nilai inti berdasarkan konteks sosio-historis dan perkawinan adat Batak bagi orang Batak Toba di Jakarta. Juga analisa terhadap ulos dalam
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Peraturan
Lebih terperinciPemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA BERDASARKAN PERDA KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2015 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Pemerintah Desa adalah kepala Desa yang dibantu oleh perangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau
Lebih terperinciOleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman Sukerti I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum Udayana
AKIBAT HUKUM JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH KEPADA ORANG ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Studi Kasus pada Kegiatan Malam Pasian di Desa Ketileng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian
Lebih terperinciPENYELESAIAN KREDIT MACET BAGI DEBITUR DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD), DESA PAKRAMAN KABA KABA KECAMATAN KEDIRI, KABUPATEN TABANAN
PENYELESAIAN KREDIT MACET BAGI DEBITUR DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD), DESA PAKRAMAN KABA KABA KECAMATAN KEDIRI, KABUPATEN TABANAN ANAK AGUNG NGURAH BAGUS CANDRA DINATA NIM. 0916051193 FAKULTAS HUKUM
Lebih terperinciGAYA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM JABATAN PUBLIK (STUDI KASUS: LURAH PEREMPUAN DI KELURAHAN KESIMAN KECAMATAN DEPASAR TIMUR)
GAYA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM JABATAN PUBLIK (STUDI KASUS: LURAH PEREMPUAN DI KELURAHAN KESIMAN KECAMATAN DEPASAR TIMUR) Ni Luh Putu Wijayanti 1), Ni Nyoman Dewi pascarani 2), I Ketut Winaya 3) 1,2,3)
Lebih terperinciMATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi MANAJEMENT MODUL 1 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA,
Lebih terperinciOleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut
Lebih terperinciPENGARUH PARIWISATA TERHADAP PERALIHAN FUNGSI TANAH PEKARANGAN DESA (PKD) (STUDI DI DESAPAKRAMAN PADANGTEGAL, UBUD, GIANYAR)
PENGARUH PARIWISATA TERHADAP PERALIHAN FUNGSI TANAH PEKARANGAN DESA (PKD) (STUDI DI DESAPAKRAMAN PADANGTEGAL, UBUD, GIANYAR) Abstrak Gusti Ngurah Mendrawan I Nyoman Wita A.A Istri Ari Atu Dewi Hukum dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Pemerintahan Daerah Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisi mengenai simpulan yang dikemukakan penulis sebagai analisis hasil temuan dalam permasalahan yang di kaji.
Lebih terperinci