BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh alam maupun ulah manusia. Hal ini terbukti telah terjadi berbagai

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah rawan bencana dan bencana dapat terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia. Hal ini terbukti telah terjadi berbagai bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan banjir bandang, tanah longsor, letusan gunungapi, kebakaran, kebakaran hutan dan lahan, angin puting beliung, kegagalan teknologi dan konflik sosial di beberapa daerah. Akibat dari bencana dimaksud berdampak pada terjadinya pengungsian yang disebabkan oleh rumah tinggalnya rusak atau ancaman lainya dan memaksa mereka mencari tempat lain yang lebih aman (BNPB, 2009). Indonesia memiliki ancaman bencana alam (natural hazard) yang beragam, salah satu yang paling menonjol adalah bencana kegunungapian. Indonesia memiliki gunungapi aktif terbanyak karenaberada pada pertemuan tiga lempeng tektonik yang saling bertabrakan yaitu lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia dan Lempeng Pasifik. Ancaman bencana kegungungapian selalu mengikuti wilayah yang ada di Indonesia (Sartohadi, 2014). Zona subduksi yang terbentuk sangat luas, dimulai dari sisi selatan barat Pulau Sumatera hingga sisi selatan Pulau Jawa. Zona tersebut berlanjut hingga ke Nusa Tenggara yang memanjang dari barat ke timur. Lalu di bagian timur Nusantara jalurnya memutar, dimulai dari Laut Banda di Maluku. Zona subduksi inilah yang membuat Indonesia kaya akan gunungapi dan dikenal sebagai ring of fire. 1

2 Gunungapi Kelud merupakan salah satu gunung di Indonesia dengan tipe strato. Lokasinya berada di LS dan BT. Secara administratif berada pada Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Blitar. Gunung ini memiliki ketinggian meter di atas permukaan laut.gunungapi Kelud, tercatat meletus pada 1955, 1965, 1966, 1990, 2007, dan 2014 (Kompas, 2014). Kabupaten Malang merupakan Kabupaten yang memiliki kerusakan terparah saat erupsi Gunungapi Kelud tahun Kecamatan Ngantang dan Kasembon merupakan wilayah terdampak erupsi Gunungapi Kelud (Lestariet al dalam Sartohadi 2014).Sebanyak 9 desa di dua kecamatan, yaitu Ngantang dan Kasembon berada dalam status siaga (Detiknews, 2014). Oleh sebab itu diperlukan perhatian khusus dalam penanganan bencana di daerah ini. Distribusi logistik dari posko pengungsian di kantor Kecamatan Ngantang dan Bendungan Solorejo, Kabupaten Malang kepada korban letusan Gunungapi Kelud di Desa Pandansari belum merata. Penyaluran bantuan terkendala kondisi wilayah yang sulit dijangkau relawan (Koran-sindo, 2014). Masyarakat di Kabupaten Malang dinilai belum siap menghadapi erupsi Gunungapi Kelud. Pengetahuan masyarakat masih sangat kurang mengenai informasi status dan aktifitas Gunungapi Kelud yang terus mengalami peningkatan sejak awal Februari. Sebagian besar masyarakat Kabupaten Malang tidak mengetahui peningkatan status Gunungapi Kelud menjadi siaga (Wardhaniet al dalam Sartohadi, 2014). Rendahnya upaya kesiapsiagaan di Kabupaten Malang akan mempengaruhi upaya-upaya penanganan bencana pada saat tanggap darurat. 2

3 Setiap tahun banyak masyarakat yang menjadi korban bencana. Jumlah kejadian bencana di Indonesia selama tahun 2010 hingga 2012 tercatat sebanyak kejadian bencana. Jumlah korban yang hilang dan meninggal yaitu sebanyak jiwa, dan lebih dari jiwa harus mengungsi ( 2014). Karena tingginya angka kejadian bencana dan besarnya jumlah korban maka diperlukan reaksi yang cepat dan tepat terhadap kebutuhan penduduk agar mereka dapat kembali melakukan aktivitas mereka. Bencana yang terjadi di Indonesia memerlukan penanganan yang dikoordinir oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk pertolongan, peyelamatan, penyediaan hunian atau tempat tinggal sementara, pemenuhan kebutuhan dasar, pelayanan kesehatan, serta kebutuhan terhadap air bersih dan sanitasi (BNPB, 2009). Tingginya tuntutan terhadap penanganan bencana di Indonesia, maka dibutuhkan upaya manajemen pemenuhan kebutuhan logistik korban bencana. Upaya kesiapsiagaan dalam manajemen kebutuhan logistik dapat memperlancar penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat. Namun sebaliknya, jika upaya kesiapsiagaan manajemen kebutuhan yang dilakukan rendah, maka hal ini akan mempersulit upaya pemberian bantuan kepada korban bencana. Hal ini akan sangat mempengaruhi logistik yang dibutuhkan oleh korban bencana. Oleh sebab itu diharapkan adanya standar atau prosedur yang akan digunakan oleh pemangku kepentingan. Pedoman managemen logistik yang meliputi pengadaan, penyimpanan, penyaluran logistik diarahkan untuk mengoptimalkan ketersediaan/kesiapan logistik yang ada pada masing-masing instansi/lembaga terkait dalam jejaring 3

4 kerja BNPB dan BPBD. Kepala BNPB dan Kepala BPBD pada saat terjadi bencana sesuai dengan tingkatannya berkewajiban mengerahkan logistik ke lokasi bencana yang disesuaikan dengan kebutuhan yang mendesak, selanjutnya instansi/lembaga terkait memobilisasi sumber daya logistik yang menjadi kewenangannya untuk mendukung penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat (BNPB, 2009). Pedoman standarisasi logistik dibutuhkan untuk menjamin kelancaran pengerahan sumber daya logistik ke lokasi bencana yang sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya. Pengerahan logistik ini diharapkan dapat dilaksanakan dengan cepat dan tepat. Pedoman ini meliputi kategori logistik, paket logistik dan standar logistik penanggulangan bencana. Adapun tujuan dari pedoman yang disusun oleh BNPB adalah agar pengerahan sumber daya khususnya logistik dapat berjalan lancar, efektif dan efisien. Setiap kejadian bencana (bencana alam atau bencana karena ulah manusia) biasanya mendapatkan bantuan dari masyarakat karena adanya informasi yang disampaikan dari media massa. Dukungan ini dapat berasal dari donasi perseorangan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pemerintah, relawan, dan lain-lain.sementara itu, ada hal-hal yang harus diatur yaitu seperti menempatkan beban yang ekstrim pada rantai pasok bantuan bencana dengan memenuhi tersedianya kapasitas transportasi, ruang penyimpanan, dan mengambil tenaga kerja untuk memilah dan mencocokkan barang bantuan yang dibutuhkan. Manajemen rantai pasok memiliki pengertian yang sangat luas, namun terdapat beberapa fakta yaitu: (1) manajemen rantai pasok bantuan bencana adalah 4

5 penelitian yang sering muncul, (2) organisasi kemanusiaan dan / atau organisasi nirlaba jarang fokus pada perbaikan manajemen rantai suplai (SCM) (Jahre et al, 2009) karena sulitnya sumber daya, waktu kejadian bencana yang tidak dapat diprediksi, dan biaya yang dapat mengurangi kebutuhan kemanusiaan yang mendesak, (3) sekitar 80% upaya bantuan bencana tergantung pada logistik (Wassenhove, 2006). Manajemen rantai pasok bantuan logistik bencana merupakan cara terbaik dalam manajemen bantuan bencana karena akan menghasilkan rantai pasok yang lebih efektif dan lebih efisien, dengan biaya yang relatif rendah untuk dependen donor kemanusiaan dan organisasi nirlaba. Respon yang cepat dan tepat sangat diperlukan ketika kejadian bencana terjadi. Respon ini adalah untuk pemenuhan terhadap kebutuhan penduduk yang terkena bencana. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya pengiriman bantuan yang efektif dan efisien. Upaya ini akan sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup masyarakat yang terkena bencana, sehingga dapat kembali melanjutkan kehidupannya. 1.2 Permasalahan Penelitian Kabupaten Malang merupakan salah satu wilayah terdampak yang cukup parah akibat erupsi Gunungapi Kelud. Rendahnya kesiapsiagaan yang dimiliki oleh Kabupaten Malang sebelum terjadinya bencana, akan sangat mempengaruhi upaya penanganan pada saat tanggap darurat. Kabupaten Malang merupakan satusatunya daerah terdampak yang belum memiliki pengalaman menjadi wilayah terdampak erupsi Gunungapi Kelud. Hal ini menyebabkan saat terjadi peningkatan status Gunungapi Kelud, masyarakat Kabupaten Malang terlihat tidak siap. 5

6 Tingginya tuntutan yang harus dihadapi pada saat tanggap darurat dalam pemenuhan kebutuhan korban bencana memerlukan sebuah manajemen dalam memenuhi kebutuhan logistik korban bencana. Upaya kesiapsiagaan manajemen kebutuhan logistik dapat memperlancar aktivitas penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat. Namun jika upaya kesiapsiagaan yang dilakukan rendah, maka hal ini akan mempersulit upaya pemberian bantuan kepada korban bencana, sehingga akan mempengaruhi penyelenggaraan bantuan logistik pada masa tanggap darurat. Logistik merupakan hal yang penting dalam fase tanggap darurat. Semua aktivitas tanggap darurat berhubungan erat dengan logistik. Agar penyaluran bantuan logistik dapat berlangsung efektif, efisien, tepat sasaran dan jumlah, maka BNPB dan BPBD perlu memiliki kesiapan dalam manajemen rantai pasok logistik kebencanaan. Kemampuan instansi ini sangat mempengaruhi keberhasilan sasaran penerima bantuan logistik kebencanaan. Di Indonesia, pedoman manajemen logistik dikembangkan oleh BNPB sebagai lembaga yang mengkoordinasi bantuan bencana, dengan adanya Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 tahun 2009 tentang bantuan logistik dan dan peralatan penanggulangan bencana. Adapun rumusan masalah dalam penelitian mengenai manajemen rantai pasok logistik pada saat erupsi Gunungapi Kelud studi kasus di Kabupaten Malang adalah: a. Bagaimana penerapan manajemen rantai pasok pada masa tanggap darurat erupsi Gunungapi Kelud di Kabupaten Malang? 6

7 b. Apakah faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penerapan manajemen rantai pasok pada masa tanggap darurat erupsi Gunungapi Kelud di Kabupaten Malang? c. Apa saja upaya-upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan manajemen rantai pasok di Kabupaten Malang? 1.3 Keaslian Penelitian Analisis manajemen rantai pasok dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif telah banyak dilakukan. Beberapa peneliti terdahulu antara lain: Kovacs et al, (2007) dalam penelitiannya melakukan riset tentang manajemen logistik kemanusiaan yang menggunakan pendekatan studi literatur. Adapun tujuan penelitian yang dilakukan oleh Gyongyi Kovacs adalah untuk mengetahui perencanaan dan pelaksanaan dalam distribusi logistik kemanusiaan. Berdasarkan hasil penelitian Gyonyi Kovacs koordinasi pada saat perencanaan dan pelaksanaan sangat diperlukan sehingga dapat menemukan karakteristik bantuan kemanusiaan yang dapat dilaksanakan dan dijadikan kerangka yang menyeluruh tentang logistik kemanusiaan. Wassenhove (2006) melakukan penelitian untuk menilai tingkat efektifitas dan efisiensi operasi logistik. Hasil penelitian tentang manajemen rantai pasok telah dilakukan oleh Charles et al. (2010), melakukan riset untuk menyesuaikan best practice manajemen rantai pasok yang berhasil pada logistik kemanusiaan, Susilo (2012) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisa penerapan manajemen rantai pasok dan mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan manajemen ranai pasok di PT. Pertamina (persero). Sukanto (2011) 7

8 melakukan penelitian dengan judul manajemen donasi logistik kesehatan pada masa tanggap darurat bencana Gunungapi Merapi di disaster response unit FK UGM, tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui profil donasi logistik di DERU FK UGM pada masa tanggap darurat bencana Gunungapi Merapi. Peneliti sendiri melakukan penelitian dengan lebih menfokuskan pada manajemen rantai pasok pada masa tanggap darurat bencana, tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan skenario optimalisasi manajemen rantai pasok di Gunungapi Kelud. Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Peneliti (Judul/ Tahun) 1. Gyongyi Kovacs and Karen M. Spens (Humanitarian Logistics in disaster relief operations/ 2007) 2. LN Van Wassenhove (Blackett Memorial Lecture, Humanitarian aid logistics: supply chain management in high gear, 2005) Pendekatan Tujuan Metodologi Penelitian Tinjauan Untuk Tinjauan literatur jurnal mengetahui literatur dan praktisis lebih lanjur tentang perencanaan dan pelaksanaan distribusi logistik pada saat bantuan Efisiensi dan efektifitas operasi logistik kebencanaan Untuk memperoleh strategi untuk kesiapsiagaan dan penilaian kebutuhan rantai pasok yang tangkas Tinjauan Literatur Hasil Penelitian Dalam perencanaan dan pelaksanaan bantuan kebencanaan dibutuhkan diskusi sehingga dapat diketahui karakteristikkarakteristik dari bantuan kebencanaan yang akan dilaksanakan. Sejauh ini belum ada kerangka yang menyeluruh tentang logistik kemanusiaan (humanitarian logistics) Kolaborasi antara urusan kemanusiaan, bisnis dan teori sehingga mencapai rantai pasok yang lebih baik dan efektif untuk merespon kompleksitas bantuan kebencanaan 8

9 Lanjutan tabel No Peneliti (Judul/ Tahun) 3. LN Van Wassenhove and Alfonso J. Pedraza Martinez (Using OR to adapt supply chain management best practices to humanitarian logistics/2010) No Peneliti (Judul/ Tahun) 4. Intan Hertikasari Susilo (Analisa penerapan supply chain management di PT. Pertamina (Persero) /2012) 5 Hadi Sukanto (Manajemen donasi logistik kesehatan pada masa tanggap darurat bencana Gunungapi merapi di disaster response unit FK UGM / 2011) 6. Richa Syapitri (Analisis Manajemen Rantai Pasok Logistik Bencana Pada Masa Tanggap Darurat Erupsi Gunungapi Kelud Di Kabupaten Malang/ 2014 Pendekatan Tujuan Metodologi Penelitian OR (Operasi Untuk Riset) untuk menyesuaikan untuk best practice menghadapi manajemen kelangkaan rantai pasok sumber daya yang berhasil yang dibutuhkan pada logistik dalam kemanusiaan pelaksanaan bantuan kemanusiaan Pendekatan Tujuan Metodologi Pendekatan yang digunakan adalah berdasarkan pencapaian Indikator perfoma dan Wawancara mendalam Peraturan Kepala BNPB No. 13 Tahun 2008 Tinjauan literatur jurnal dan praktisi Untuk menganalisa penerapan SCM dan mengidentifik asi faktorfaktor pendukung dan penghambat penerapan SCM di pertamina(pers ero) Untuk mengetahui profil donasi logistik di DERU FK UGM pada masa tanggap darurat bencana Gunungapi Merapi Untuk merumuskan skenario optimalisasi manajemen rantai pasokdi Gunungapi Kelud Penelitian Metode penelitian deskriptif Metode Penelitan Kualitatif Penelitian deskriptif kualitatif Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode OR untuk menyesuaikan best practice manajemen rantai pasok untuk kegiatan logistik kemanusiaan, terdapat peningkatan yang signifikan terhadap pencapaian target. Hasil Penelitian Penerapan SCM di PT. Pertamina (Persero) belum optimal pada kegiatan produksi,penimbunan, penyaluran, dan penjualan BBM dan LPG. Faktor pendukung adalah sudah dilakukan optimasi pemasaran dan pengolahan (kilang), interaksi trading/ pengadaan/ trading melalui satu pintu (single interface), sedangkan faktor penghambat adalah SCM di Pt. Pertamina masih tertata secara parsial, dan tidak terintegrasi secara menyeluruh. Donasi atau bantuan yang diterima dan disalurkan oleh DERU FK UGM berupa obat-obatan, peralatan, relawan, dan uang tunai. Manajemen pengelolaan bantuan logistik kesehatan yang dilakukan sudah mengacu pada Perka BNPB No. 13 Tahun Pengadaan yang sedikit berbeda dengan BNPB Skenario optimalisasi manajemen rantai pasokdi Gunungapi Kelud 9

10 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: a. Mengkaji penerapan manajemen rantai pasok pada masa tanggap darurat erupsi Gunungapi Kelud di Kabupaten Malang. b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penerapan manajemen rantai pasok pada masa tanggap darurat erupsi Gunungapi Kelud di Kabupaten Malang. c. Merumuskan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan manajemen rantai pasok di Kabupaten Malang. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: a. Bagi praktisi Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam perbaikan manajemen dalam mengevaluasi, penyusunan kebijaksanaan, pengambilan keputusan terhadap kualitas pelayanan jasa perusahaan kepada konsumennya, serta sebagai pedoman dalam menentukan strategi manajemen rantai pasok dimasa yang akan datang. b. Bagi akademisi Diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan menjadi sebuah model manajemen rantai pasokuntuk bantuan logistik kemanusiaan. 10