BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 xix

2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geografis, Indonesia terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar (yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik) dan terletak di daerah iklim tropis dengan perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara rawan bencana vulkanologi dan geologi (seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, dan tanah longsor), serta bencana hidrometeorologi (seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan). Indonesia sebagai negara rawan bencana gempa bumi mengalami banyak kejadian longsor yang tersebar hampir di seluruh bagian wilayahnya. Jika dibandingkan dengan kerugian jiwa dan ekonomi akibat bencana geologi lain, kerugian yang terhitung akibat suatu kejadian longsor relatif jauh lebih kecil. Namun dengan frekuensi kejadian yang lebih sering, dan potensi longsor yang tersebar hampir di seluruh wilayah kepulauan Indonesia, maka diperlukan upaya untuk memahami dan mencegah gerakan massa tanah/batuan ini. Dalam penanggulangan bencana tanah longsor telah dibuat suatu siklus manajemen bencana yang berisi program-program terkait pencegahan, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan rehabilitasi-rekonstruksi. Program tersebut diantaranya adalah desain dan penerapan rekayasa teknis. Rekayasa teknis berupa teknik pengendalian tanah yang menekankan pada upaya stabilisasi ataupun perkuatan lereng, misalnya dengan mengubah geometri lereng, pemasangan angkur, pemasangan tiang pancang, dan/atau dinding penahan gerakan tanah. Karnawati (2005) menyebutkan bahwa melalui beberapa kasus gerakan tanah/batuan yang terutama terjadi di Pulau Jawa, terlihat bahwa rekayasa teknis hanya efektif untuk menahan gerakan yang sifatnya lokal dalam lingkup area beberapa puluh meter persegi saja.

3 2 Dari segi pemanfaatan dan disesuaikan dengan faktor biaya yang tergolong lebih mahal dibanding dengan mengubah lereng, umumnya perkuatan lereng hanya diaplikasikan pada lereng/tebing yang berpotensi akan bergerak. Oleh karena itu, kebutuhan untuk dinding penahan harus dianalisa sejak desain awal. Sebagai upaya efektifitas penanggulangan longsor tebing melalui perancangan desain dinding penahan, maka dalam penelitian ini akan dilakukan perencanaan kriteria desain dinding penahan tebing, dengan melakukan analisa beberapa jenis dinding penahan tanah, terhadap parameter-parameter yang dibutuhkan, untuk menerapkan kesesuaian perencanaan dan perancangan dinding penahan yang tepat guna. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mempermudah pemilihan tipe dinding penahan tanah yang sesuai untuk diterapkan di lapangan, dengan berdasar pada parameter beda ketinggian tanah yang ditahan, jenis tanah timbunan, dan tinggi muka air tanah di depan dan di belakang dinding penahan. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk : 1. memberikan kriteria desain dinding penahan tebing yang aman terhadap gayagaya eksternal, ditinjau dari sifat fisis tanah timbunan dan beda tinggi tanah yang ditahan. 2. memberikan gambaran pengaplikasian dinding penahan tebing di lapangan. 1.4 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian bangunan penahan longsor tebing ini adalah sebagai berikut:

4 3 1. Penanggulangan longsor difokuskan pada restraint work dengan melakukan analisa desain untuk sistem dinding penahan tebing, yaitu stabilisasi eksternal secara gravitasi (meliputi: dinding gravitasi beton masif, dinding kantilever, dinding counterfort, bronjong) dan secara in-situ (meliputi: turap kantilever dan turap dengan angkur). 2. Tidak dilakukan pembahasan tentang penanggulangan longsor dengan control work yang meliputi perubahan geometri tebing dan drainase. 3. Parameter tanah dan kondisi lapangan yang dikaji meliputi: jenis tanah timbunan, muka air tanah dibelakang dinding, beda tinggi tanah yang ditahan, dan pembebanan statis merata pada muka lereng dibelakang dinding. 4. Jenis tanah timbunan yang akan digunakan berupa tanah granuler, tanah kohesif, dan pelapisan diantara keduanya. 5. Tidak ditinjau perkuatan lereng yang dilakukan dengan stabilisasi tanah. 6. Tidak dilakukan pembahasan mengenai pemanfaatan bahan geosintetik untuk sistem perkuatan tanah. 7. Tidak dilakukan pembahasan dan analisa untuk sifat ekspansif, mengembang-menyusut pada tanah lempung (tanah kohesif) 1.5 Manfaat Penelitian Perencanaan kriteria desain bangunan penahan tebing ini diharapkan dapat digunakan sebagai panduan untuk mempermudah pemilihan alternatif jenis dinding penahan sehingga dapat membantu merencanakan penanggulangan longsoran tebing secara efektif dan tepat guna. 1.6 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai kriteria desain dinding penahan tanah yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya berupa studi pengamanan longsor dengan menggunakan dinding penahan tertentu, antara lain:

5 4 1. Ika (2010), melakukan analisis stabilititas tebing sungai dan perancangan konstruksi pengaman dengan bronjong, dimana peneliti membahas tingkat stabilitas Kali Code pada ruas tertentu. 2. Herawati (2007), melakukan perencanaan struktur pelindung tebing sungai dengan konstruksi turap di daerah urban. Penelitian bertujuan untuk menganalisa dan merancang stabilitas konstruksi turap dengan angkur dan tanpa angkur di sepanjang ruas Sungai Pesanggrahan.