BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. GPIB singkatan dari GEREJA PROTESTAN di. sebuah Organisasi non-profit yang mempunyai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. GPIB singkatan dari GEREJA PROTESTAN di. sebuah Organisasi non-profit yang mempunyai"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum GPIB GPIB singkatan dari GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT. GPIB Merupakan sebuah Organisasi non-profit yang mempunyai ruang lingkup pelayanan yang cukup besar, mulai dari Sumatera hingga Sulawesi. Pelayanan yang diberikan merupakan bagian dari visi dan misi Gereja ini, agar senantiasa dapat membangun sebuah bangunan utuh, yang dapat dijadikan tempat bagi jemaat yang merupakan bagian dari masyarakat dalam bentuk spiritual secara khusus. GPIB memiliki struktur organisasi terpusat atau yang disebut sinodal berarti segala bentuk kegiatan dan pengambilan keputusan berasal dari pusat dan dimusyawarahkan bersama dari seluruh anggota Majelis Sinode. Majelis Sinode sendiri

2 dibentuk dan dipilih secara langsung oleh perwakilan jemaat, dalam hal ini pendeta-pendeta yang telah dipilih dan membentuk sebuah tatanan kepemimpinan berdasarkan Sistem Organisasi Gerejawi yaitu Tata Gereja GPIB dan PKKUG. Kepemimpinan yang telah terbentuk berlangsung sesuai dengan periode pemilihan yaitu perlima tahun sekali, dengan itu maka masa jabatan Majelis Sinode berlangsung selama lima tahun. GPIB adalah bagian dari GPI (Gereja Protestan Indonesia) yang dulunya bernama Indische Kerk. GPIB didirikan pada 31 Oktober 1948 yang pada waktu itu bernama De Protestantse Kerk in Westelijk Indonesie berdasarkan Tata-Gereja dan Peraturan- Gereja yang dipersembahkan oleh Proto-Sinode kepada Badan Pekerja Am (Algemene Moderamen) Gereja Protestan Indonesia.

3 Pada saat ini, GPIB memiliki 24 Musyawarah Pelayanan, yakni: Mupel Sumatera Utara-Aceh (Sumut Aceh), Mupel Sumbaridar (Sumatera Barat Riau Daratan), Mupel Kepri (Kepulauan Riau), Mupel Sumsel-Jambi (Sumatera Selatan Jambi), Mupel Babel (Bangka Belitung), Mupel Lampung, Mupel Jakarta Pusat, Mupel Jakarta Utara, Mupel Jakarta Barat, Mupel Jakarta Timur, Mupel Jakarta Selatan, Mupel Bekasi, Mupel Banten, Mupel Jawa Barat I, Mupel Jawa Barat II, Mupel Jatengyo (Jawa Tengah Yogyakarta), Mupel Jatim (Jawa Timur), Mupel Bali NTB (Bali Nusa Tenggara Barat), Mupel Kalbar (Kalimantan Barat), Mupel Kaltengsel (Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan), Mupel Kaltim I, Mupel Kaltim II, Mupel Kaltim III dan Mupel Sulselra (Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara). Jumlah keseluruhan dari jemaat GPIB adalah kurang lebih 270 jemaat.

4 Pimpinan GPIB berada di tangan Majelis Sinode yang dibantu oleh Dewan-dewan Pelayanan Kategorial, yaitu Dewan Pelayanan Anak, Dewan Teruna, Dewan Pemuda, Dewan Wanita, Dewan Persekutuan Kaum Bapak dan dua Departemen, yaitu Departemen Litbang (Penelitian dan Pengembangan) dan Departemen Pelkes (Pelayanan dan Kesaksian). Selain itu GPIB mempunyai sejumlah yayasan untuk melaksanakan berbagai program pelayanannya. GPIB merupakan salah satu Gereja Protestan terbesar di Indonesia, dengan anggota-anggotanya yang banyak berasal dari Indonesia Timur. Namun dalam perkembangannya, anggota-anggota Gereja ini sangat berbaur dan dapat dikatakan hampir setiap suku bangsa di Indonesia terwakili di Gereja ini. Program-program pelayanannya mencakup pendidikan, pelayanan kesehatan dan pembangunan ekonomi gereja secara khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di

5 dalam dialog antar-iman dengan umat beragama lainnya dan kegiatan penerbitan untuk kebutuhan internal dan eksternal. Kantor Sinode GPIB terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 10, DKI Jakarta. GPIB adalah anggota dari GPI, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Dewan Gereja-gereja Asia (CCA), Aliansi Gereja-gereja Reformasi se-dunia (WARC), dan Dewan Gereja-gereja se-dunia (WCC) Pengelolaan Aset oleh Majelis Sinode Bagaimana Majelis Sinode kemudian mengelola aset gereja sesuai dengan tatanan yang digunakan oleh majelis sinode adalah dibagi menjadi dua bagian yaitu; ruang lingkup penbendaharaan GPIB dan sumber penerimaan GPIB Ruang Lingkup Perbendaharaan GPIB Perbendaharaan GPIB (Jemaat/Sinode) diartikan secara khusus sebagai Milik dan Anugerah Tuhan untuk menunjang

6 pelaksanaan Panggilan dan Pengutusan Gereja secara tepat sasaran (Effective) dan tepat guna (efisien). Tepat sasaran artinya setiap laporan kerja memiliki sasaran yang jelas dan memiliki laporan pertangungjawaban yang sesuai dengan acuan yang telah ditentukan. Demikian dengan tepat guna bahwa diupayakan setiap pengeluaran aset dapat dikontrol dan dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. Perbendaharaan GPIB meliputi : Penatalayanan Anggaran, Pengelolaan dan Pencatatan Pembukuan (Dokumen) serta pengawasan yang disusun dan dilaksanakan berdasarkan keputusan bersama dan dalam sebuah proses sidang atau penetapan yang dilaksanakan tiga kali mulai dari tahap keputusan tingkat jemaat lalu ke mupel dan berakhir pada sidang sinode tahunan. Sesuai dengan pendapat Suharto (2008) bahwa ada

7 empat fungsi dalam sebuah organisasi yang wajib dilakukan yaitu; perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Dalam pengelolaannya GPIB memakai sistem Terpusat, Terpadu (Berimbang) dan Terbuka. Seperti dikatakan oleh Bpk. Robby, salah satu anggota majelis sinode yang cungkup senior yaitu; GPIB membangun sebuah organisasi dengan proses yang panjang dan penuh dengan tantangan. GPIB sebagai organisasi memang belum memakai sistem akuntansi yang sesuai di dalam pembuatan laporan keuangan namun, GPIB memiliki aturan main sendiri dimana harus terpusat artinya setiap keputusan berasal dari keputusan sidang pejabat GPIB dalam hal ini Majelis Sinode, sesuai dengan Tata Gereja pelaksanaannya artinya terpadu atau memiliki sistem dan selalu diberikan laporannya kepada setiap Gereja dan jemaat. Penetapan kepemilikan untuk aset GPIB pun ditentukan secara sistem yang berlaku yaitu

8 setiap aset bergerak dan tidak bergerak adalah atas nama GPIB. Aset tidak bergerak seperti tanah, bangunan (bangunan gereja dan bangunan pastori atau rumah dinas pendeta), kendaraan operasional gereja (motor dan mobil), perlengkapan beribadah dan yayasan-yayasan pendidikan yang dimiliki GPIB dicatat secara lengkap dan atas nama GPIB. Demikian juga dengan aset bergerak yang kemudian disimpan di Bank, juga atas nama GPIB. Sesuai dengan pernyataan Bpk. Wayong yang merupakan bendahara Majelis Sinode; Semua aset diberikan nama kepemilikan yang sama, yaitu atas nama GPIB oleh karena memang GPIB yang mengelola dan mengawasi harta milik GPIB sesuai dengan peraturan Gereja pasal 13. Saya secara pribadi memahami hal ini sangat baik adanya oleh karena banyak aset GPIB yang lepas begitu saja ketika tidak diberikan atas

9 nama dan banyak aset gereja yang kemudian diakui secara tiba-tiba oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab oleh sebab itu GPIB harus mencatat secara detail dan jelas semua aset gereja tanpa terkecuali dan selama ini, hal ini telah dilaksanakan oleh GPIB dengan baik. Secara khusus bagi pengawasan dan pemeriksaan terhadap pengelolahan perbendaharaan GPIB dilakukan oleh sebuah lembaga yang telah dibentuk oleh pimpinan sinode GPIB yaitu BPPJ (Badan Pengawas Perbendaharaan Jemaat). Pengawasan dan pemeriksaan aset GPIB dilakukan secara berkala yaitu setiap empat bulan sekali (kwartalan). Lembaga BPPJ ini secara penuh bertanggungjawab didalam mengawasi setiap aktifitas yang dilakukan oleh anggota sinode dalam setiap hal yang berkaitan dengan aset gereja serta menentukan layak atau tidak layaknya aset gereja tersebut dalam

10 penggunaannya. Oleh sebab itu setiap gereja mulai dari daerah hingga kepusat (mupel setempat) wajib memberikan laporan keuangan secara rinci terhadap BPPJ sebelum membuat laporan rencana kerja tahunan yang kemudian berujung kepada pengeluaran untuk rencana kerja tersebut Sumber Penerimaan GPIB Dalam pelaksanaan pelayanan dan kegiatan sinodal, sumber penerimaan GPIB secara umum berasal dari persembahan jemaat setiap minggu atau bulan. Jenis penerimaan antara lain; Persembahan Wajib: Persepuluhan, Persembahan Khusus: Persembahan Syukur, Persembahan Sukarela: Persembahaan dalam Ibadah-ibadah, Bantuan Perorangan / Pemerintah yang tidak terikat, Hasil investasi dan Penerimaan Lain (sesuai

11 ketentuan GPIB & perundang undangan yang berlaku). Sistem penatalayan GPIB kembali lagi menggunakan Tata Gereja sebagai acuan pengembangan dan pengelolaan. Tata Gereja yang dipakai ialah Tata Dasar Gereja Bab IV, Pasal 11 : 1-3. Sumber penerimaan GPIB berasal dari jemaat dan untuk pelayaan jemaat. Setiap persembahan yang diberikan jemaat secara rutin ataupun tidak rutin, dipergunakan sebaik mungkin untuk setiap pelayanan jemaat dalam program kerja dan juga untuk memberikan gaji pendeta & pegawai serta biaya pemeliharaan aset tidak bergerak & operasional. Dalam pemahamannya, Gereja memberikan pengembalaan dan pelayanan kepada jemaat dan jemaat meresponnya dengan memberikan pesembahan rutin, persembahan tidak rutin

12 dan persembahan ucapan syukur kepada gereja. Secara organisasi, gereja kemudian mengelola persembahan ini dalam setiap pelaksanaan kegiatan grejawi dan dalam pelayanan secara khusus kepada jemaat yang membutuhkan (diakonia dan marturia). Demikian pula diberikan contoh laporan keuangan secara sederhana yang digunakan oleh GPIB di dalam penyusunan laporan penerimaan GPIB.

13 TABEL 4.1 TABEL ILUSTRASI LAPORAN PENERIMAAN GPIB (PERBULAN) Jenis Penerimaan Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Total Ibadah - Ibadah Minggu Dikirim ke Majelis Sinode Sepersepuluh dari Penerimaan 1,000,000 1,200, ,000 1,400,000 4,500, ,000 Ibadah PELKAT 600, , , ,000 2,350, ,000 Ibadah Rumah Tangga / Sektor Ibadah Pengucapkan Syukur 300, , , ,000 1,325, , , , , ,000 2,800, ,000 Total Kolekte 2,700,000 2,950,000 1,975,000 3,350,000 10,975,000 1,097,500

14 LANJUTAN TABEL ILUSTRASI LAPORAN PENERIMAAN GPIB (PERBULAN) Persembahan Syukur Pernikahan Persembahan Syukur Perkawinan Persembahan Syukur Saluran Total Persembahan Syukur - 400, , ,000 50, , ,000 40, , ,000 20, , , , ,000 2,100, ,000 Persepuluhan 4,000,000 3,000,000 1,000,000 2,500,000 10,500,000 1,050,000 Total 7,300,000 6,550,000 3,075,000 6,650,000 23,575,000 2,357,500 Sumber : Laporan sederhana ini berdasarkan penerimaan setiap jemaat (wilayah gereja) yang kemudian dilaporkan secara berkala kepada Majelis Sinode dan diambil dari dokumen Gereja GPIB. Keterangan : Peneliti sudah berusaha untuk mendapatkan data akurat namun, yang dapat diperoleh hanya data ilustrasi.

15 4.3. Kesesuaian Pengelolaan Aset dengan Tata Gereja GPIB dan Prinsipprinsip Tata Kelola Aset Kesesuaian pengeloolan aset oleh majelis sinode dengan tata gereja yang digunakan dalam pengelolaan dibagi berdasarkan tiga hal yaitu; Aspek perbendaharaan GPIB, Administrasi keuangan GPIB dan Tata kelola keuangan GPIB Aspek Perbendaharaan GPIB Aspek perbendaharaan GPIB meliputi beberapa hal yang saling berkaitan dan saling mendukung di dalam pengelolaan dan pengawasan aset GPIB. antara lain; yang pertama Tata Gereja yang merupakan sebuah sistem atau legalitas organisasi yang bersisi tentang semua tata aturan atau tata kelola dalam setiap kegiatan dalam organisasi. Dalam bagian ini akan dijelaskan bagaimana accountability (akuntabilitas) perbendaharaan GPIB. Akuntability yang dimaksud adalah sesuai dengan salah satu dari prinsip tata kelola keuangan yang perlu dilakukan di dalam sebuah organisasi, yaitu bagaimana GPIB dapat menjelaskan bagaimana menggunakan sumber dayanya dan apa yang telah di capai sebagai pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan dan penerima manfaat. Dalam hal ini, perbendaharaan gereja dalam Tata Gereja GPIB dibagi berdasarkan fungsinya yaitu;

16 TABEL 4.2 TATA GEREJA DALAM PERBENDAHARAAN GPIB TATA GEREJA FUNGSI Tata Dasar Bab IV Pasal 17 Perbendaharaan. Bab IV Pasal 18 Pengawasan dan Pemeriksaam Perbendaharaan GPIB. Peraturan Pasal 13 : 1 2 Perbendaharaan GPIB Pokok I dilingkup Jemaat. Pasal 14 : 1-2 Badan Pengawas dan Pemeriksaan Perbendaharaan GPIB dilingkup Peraturan Pokok III Peraturan Nomer 6 Peraturan Nomer 7 Sumber: Tata Gereja GPIB. Jemaat /BPPJ. Pasal 13 : 1-3 Harta Milik & Pengelolahan. Pasal 14 : 1-3 Badan Pemeriksaan Perbendaharaan Gereja / BPPJ. Pasal 1-11 Perbendaharaan GPIB. Pasal 1 12 Badan Pemeriksa Perbendaharaan di GPIB. Segala bentuk kegiatan yang menyangkut dengan perbendaharaan Gereja GPIB harus sesuai dengan kelima pokok dasar Tata Gereja GPIB sesuai dengan kata Bpk Wayong yang merupakan Bendahara 2 dalam Majelis Sinode yaitu;... Otaknya GPIB ya.. ada ditata Gereja. Semua kegiatan organisasi kan harus memiliki sistemnya masing-masing. Demikian juga dengan GPIB, GPIB memiliki Tata Gereja yang harus dilihat terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu, baik itu dalam hal pemeliharaan, pengawasan atau bahkan dalam pengalihan aset GPIB. Legalitas GPIB sebagai organisasi pun berada pada Tata Gereja ini. Tanpa Tata Gereja maka GPIB akan kewalahan dalam pengelolaan seluruh asetnya. Hal kedua dalam aspek perbendaharaan GPIB ialah Program dan Anggaran Keuangan. Dalam bagian ini setiap anggota majelis jemaat di dalam setiap tugasnya (komisi kerja) wajib melakukan program kerja yang dilaksanakan setiap tahunnya, yang disesuaikan dengan visi misi GPIB secara umum dan juga berdasarkan tema tahunan GPIB secara khusus. Seperti dikatakan oleh ibu marlen selaku sekretaris 1 Sinode GPIB yaitu;

17 GPIB selalu buat program kerja yang disesuaikan dengan tema gereja. Karna setiap tahun, jemaat membutuhkan kebutuhan yang berbeda-beda dan perlu untuk diperhatikan. Dengan itu, pelayanan gereja harus benar-benar masuk kedalam hati jemaat agar jemaat dan gereja dapat berkembangan dan bertumbuh bersama di dalam pelayanan. GPIB senantiasa membuat dan melakukan program kerja kepada setiap pelayanannya yang kemudian didukung dengan penganggaran keuangan sebagai penunjang kinerja program kerja tersebut. Tujuan dari adanya penganggaran keuangan adalah sebagai pedoman kerja dan arahan untuk mencapai sesuatu kegiatan, sebagai alat pengendali atau alat kontrol dan untuk mengkoordinasikan disemua fungsi. Prinsip penyusunan program atau rencana kerja dan anggaran keuangan dibuat secara musyawarah yaitu SMART. Menurut Bpk.Wayong; SMART adalah singkatan dari Spesific, Measurable, Achievable, Reliable, dan Time. Walaupun sistem pebuatan laporan keuangan GPIB masih menggunakan sistem tradisional, namun kami berupaya membuat penganggaran atau pun bahkan laporan keuangan dalam laporan pertanggungjawaban dengan sebaik mungkin. Spesific berarti Focus dan Detail dalam kegiatan yang akan dilaksanakan, Measuareble berarti Dapat dikur, Achievable ialah apa yang akan dan dapat dicapai, Realiable artinya dibuat secara realitis berdasar data dan Time ialah sebuah kegiatan tersebut memiliki suatu sasaran waktu. Anggaran Keuangan GPBI dikelompokkan menjadi anggaran penerimaan dan pengeluaran sebagai berikut; Anggaran rutin, Anggaran Non Rutin / Program dan Anggaran / Proyek. Sedangkan Penataan anggaran didasarkan kepada Sinode

18 yaitu pada persidangan Sinode Tahunan/Persidangan Sinode dan di dalam Jemaat yaitu Sidang Majelis Jemaat. Periode program / rencana kerja tahunan : 1 april tahun berjalan sampai dengan 31 Maret tahun berikutnya Administrasi Keuangan GPIB Pengelolaan Keuangan GPIB selalu berdasarkan anggaran penerimaan dan pengeluaran yang disetujuhi (SMJ/PST/PS). Yaitu disetujui dari Sidang Majelis Jemaat dalam lingkup gereja jemaat lalu kemudian diputuskan kembali pada Persidangan Sinode Tahunan (pusat) untuk persetujuan akhir. Sistem Pembukuan digunakan adalah Transaksi yang kemudian didokumenkan, pembuatan daftar perhitungan penerimaan & pengeluaran di Buku Kas Harian (Kas, Bank dan Memorandum) yang kemudian dilanjutkan kedalam buku besar (jurnal / ledger). Setiap minggu Bendahara bersama kasir / Kepala Biro keuangan melakukan pengecekan saldo menurut buku bank rekening iuran dan kas kasir. Sistem administrasi keuangan GPIB masih sangat sederhana seperti yang dikatakan oleh Bpk. Robby; Susunan keuangan GPIB baik penerimaan dan pengeluaran memang masih sederhana, tapi yang penting kan sudah dijalankan secara konsisten sesuai dengan sistem yang ada didalam gereja (Tata Gereja GPIB), dibuat secara transparasi karna dibahas secara terbuka di dalam PST (persidangan sinode tahunan), dan senantiasa menjaga kepercayaan jemaat yang telah mempercayai pengelolaan harta milik gereja yang berasal dari jemaat kepada majelis sinode.

19 Menjaga kepercayaan jemaat bukanlah hal yang mudah dan harus senantiasa di jaga dan dipertahakan. Hal ini sepaham dengan yang dikatakan Bpk. Robby; Gereja adalah sebuah organisasi yang bertema melayani berdasarkan Alkitab dan Tata Gereja yang terkadang tidak sepemahaman. Namun disisi lain, masih saja ada beberapa orang yang ingin melayani hanya untuk kepentingan pribadi tanpa memikirkan jemaatnya, yang sangat sensitif ketika berhubungan dengan uang. Oleh sebab itu, hal sensitif ini harus kita perhatikan dengan senantiasa menjaga kepercayaan jemaat. GPIB memiliki alur administrasi keuangan yang berjalan sesuai dengan penerimaan dan pengeluaran rutin sepanjang minggu, bulan hingga tahun. Mulai dari penerimaan rutin yang berasal dari persembahan rutin ibadah keluarga (hari rabu) dan ibadah pelkat. Kemudian di catat (dokumenkan) oleh bendahara / pelkat / panitia / kasir yang kemudian dimasukkan kedalam bank dan diwartakan secara transparansi kepada jemaat melalui warta gereja (warta jemaat). Dan alur administrasi keuangan untuk rencana kerja yang telah dilaksanakan pun memiliki alur administrasi yang sama seperti penerimaan persembahan yaitu setelah dua minggu program kerja telah terlaksana, panitia pelaksana harus memberikan LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) program kerja tersebut. Jikalau memiliki sisa uang program pun harus dikembalikan beserta laporan atau dokumen LPJ lalu kemudian diwartakan di dalam warta jemaat secara terbuka agar jemaat dapat memahaminya dengan jelas. Berikut tabel laporan keuangan GPIB secara sederhana terlampir

20 sesuai dengan apa yang digunakan GPIB yang diwartakan sesuai dengan kurun waktu yang ditentukan, dalam warta jemaat; TABEL 4.3 LAPORAN KEUANGAN Jenis Laporan Waktu Keterangan Penerimaan & Pengeluaran + Saldo Penerimaan & Pengeluaran versus Anggaran Saldo Harta Milik bergerak dan tidak bergerak Minggu Qwartalan Tahunan Semester + Tahunan Warta Jemaat BPPG/BPPJ +PST/SMJ BPPG/BPPJ + PST/PS/SMJ Laporan Jemaat ke MS BPPG/BPPJ + PST/PS/SMJ Sumber: Dokumen Gereja GPIB yang dibuat sesuai dengan penetapan Tata kelola penbendaharaan keuangan Gereja GPIB. Jenis laporan dilaksanakan atau dibuat sesuai dengan kurun waktu yang telah ditentukan. Pelaksanaan setiap laporan kerja atau program kerja dilaksanakan sesuai dengan persetujuan sidang majelis jemaat dan persidangan sinode tahunan. Harta milik bergerak dan tidak bergerak dicatat atau di dokumenkan secara jelas agar pendataan harta milik atau aset gereja jelas tecatat. Setiap jemaat cabang wajib memberikan laporan keuangan qwartalan dan daftar aset yang dimiliki secara jelas dan detail kepada Majelis Sinode atau jemaat induk. Laporan ini berguna bagi pusat dalam pendataan harta milik bergerak atau tidak bergerak Tata Kelola Keuangan GPIB

21 Harta Milik GPIB berupa harta bergerak dan tidak bergerak, dinyatakan dalam sertifikat kepemilikan atas nama GPIB sesuai perundang undangan yang berlaku. Sistem dalam pengelolaan aset telah disusun dan telah dipaparkan secara jelas dalam tata gereja sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan harta milik (aset bergerak dan tidak bergerak). Penyimpanan Sertifikat kepemilikan harta tidak bergerak, baik pengelolaan MS/MJ dan Yayasan yang didirikan GPIB, harus dilakukan / disimpan di Majelis Sinode. Pengajuan rencana pengalihan harta milik GPIB berupa harta tidak bergerak diputuskan dalam persidangan Sinode Tahunan. Untuk pemeliharaan aset merupakan hak setiap jemaat cabang untuk kemudian membuat program kerja yaitu berupa panitia pelaksanaan pemeliharaan gedung atau tanah milik gereja yang kemudian dilaporkan kepada Majelis Sinode Pusat untuk dapat memberikan surat keputusan persetujuan pemeliharaan aset gereja tersebut. Sesuai seperti yang dikatakan bendahara 2 yaitu Bpk. Wayong; Karna GPIB merupakan sebuah organisasi non-profit yang bersifat Presbyterian Sinodalatau terpusat, maka laporan rutin harus ada dari gereja jemaat cabang dan harta milik gereja harus atas nama Majelis Sinode sesuai dengan Pasal 13 dari Tata Gereja. Kalau tidak, bisa saja banyak aset yang hilang dan diakui oleh orang lain dan yang repot yah kita Majelis Sinode. Pada intinya, setiap aktifitas yang berhubungan dengan tata kelola keuangan GPIB didasarkan pada Tata Gereja yang berlaku dan diputuskan di dalam Sidang Majelis Sinode setiap tahunannya. Pengelola yaitu Majelis Sinode mengelola harta milik gereja dengan

22 sebaik mungkin sesuai dengan sistem yang berlaku serta dapat membuat kebijakan atau keputusan yang di ambil dalam musyawarah pada saat persidangan sinode. Dari pemahaman ini, peneliti kemudian mencoba membuat alur pemikiran secara menyeluruh mengenai perbendaharaan GPIB berdasarkan data yang diperoleh pada saat penelitian, sebagai berikut; TATA GEREJA (Legalitas Institusi) PROGRAM & ANGGARAN KEUANGAN (Program & Cost Budget) PERBENDAHARAAN GPIB HARTA MILIK (ASSET) ADMINISTRASI KEUANGAN (AKUNTANSI) GAMBAR 4.1 ALUR PEMIKIRAN PERBENDAHARAAN GPIB Berdasarkan pemahaman struktur perbendaharaan GPIB diatas maka, peneliti kemudian mengaitkannya dengan tujuh prinsip manajemen keuangan yang perlu dijalankan oleh sebuah organisasi. Dalam pembahasan kali ini, peneliti akan mengaitkan struktur

23 perbendaharaan GPIB dengan teori yang ada dalam menganalisis, bagaimana Majelis Sinode sebagai pengelola, mengelola aset GPIB dan apakah Majelis Sinode telah mengelola aset sesuai dengan Tata Gereja GPIB Pembahasan Perbendaharaan GPIB yang telah dipaparkan di atas, mulai dari ruang lingkup perbendaharaan GPIB, sumber penerimaan GPIB, aspek perbendaharaan GPIB, administrasi keuangan GPIB hingga pada tata kelola keuangan GPIB. Perbendaharaan GPIB dilaksanakan berdasarkan aturan dan acuan (Tata Gereja) yang telah ditetapkan oleh GPIB sejak pertama kali terbentuk yang kemudian dapat diperbaharui seiring dengan berjalannya waktu. Tata Gereja tidak hanya sebagai acuan dalam melaksanakan seluruh kegiatan perbendaharaan GPIB namun juga dapat menjadi pegangan bagi setiap pengelola di dalam memelihara, memulihkan atau bahkan menjual aset GPIB. Pengelola yaitu Majelis Sinode pun tidak dapat mengelola dengan tidak benar oleh karena selain harus sesuai dengan acuan yang ada, adapun pemeriksaan oleh sebuah badan pemeriksa yang dibentuk untuk senantiasa mengawasi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan aset GPIB. Dalam pelaksanaannya, pembendaharaan aset GPIB diharapkan dapat berjalan secara tetap sasaran dan tepat guna. Prinsip tata kelola manajemen berdasarkan GCG (Good Corporate Governance)adalah sebagai berikut; Konsistensi (Consistency), Akuntabilitas (Accountability), Transparansi (Transparency), Pertanggungjawaban (Responsibility,) dan Independen (Independency). Dari lima prinsip tata

24 kelola ini maka peneliti pun memberikan dua prinsip yang dianggap berkaitan dengan rumusan dari GCG dalam penerapan tata kelola yang baik dalam sebuah perusahaan atau organisasi yaitu; Pengelolaan (Stewardship) dan Integritas (Integrity). Pada dasarnya manajemen dalam perbendaharaan aset GPIB, masih menggunakan laporan keuangan yang tradisional dimana, penyusunan laporan keuangan menggunakan dokumen laporan keuangan penerimaan dan pengeluaran yang kemudian diklasifikasikan sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Penganggaran dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan setiap periode kerjanya, penganggaran meliputi program dan anggaran keuangan yang akan dilaksanakan, lalu kemudian direalisasikan. Teori SMART yang diadopsi oleh pengelola yaitu Majelis Sinode merupakan sebuah upaya dalam penataan sistem kerja dan laporan keuangan menjadi lebih baik. Prinsip tata kelola manajemen dilaksanakan semaksimal mungkin, hanya saja sistem penataan keuangan tidak dilaksanakan sesuai dengan penentuan standar akuntansi yang ditentukan atau diberikan oleh pemerintah setempat (cth; SPAK) melainkan menggunakan laporan keuangan sederhana yang dilaksanakan berdasarkan sistem yang berlaku dalam GPIB yaitu; Tata Gereja GPIB. Tata Gereja GPIB digunakan dalam setiap pengambilan keputusan dalam setiap program dan penganggaran keuangan. Dalam Pelaksanaannya mengenai pengelolaan pembendaharaan aset GPIB dan kaitannya dengan prinsip tata kelola manajemen menurut GCG, GPIB melakukannya sebaik mungkin. Prinsip pertama yaitu; Konsistensi,

25 GPIB sebagai organisasi konsisten dalam melaksanakan tugasnya sebagai sebuah organisasi non-profit yang mengutamakan pelayanan jemaat secara keseluruhan, serta tetap memakai satu acuan dasar Gereja yaitu Tata Gereja GPIB sebagai pedoman peraturan dalam setiap kegiatan yang ada dalam Gereja. Hal kedua yaitu Akuntabilitas yang telah dilakukan oleh GPIB dapat dilihat dari setiap laporan penganggaran kegiatan gereja GPIB yang dilanjutkan dalam laporan resmi keuangan secara sederhana, secara berkala dan diawasi oleh badan pengawasan keuangan gereja dan kemudian di evaluasi secara bersama untuk merumuskan penganggaran keuangan di kegiatan selanjutnya. Audit pun dlaksanakan GPIB dengan menggunakan auditor yang handal yang berasal dari luar organisasi GPIB agar dapat lebih bersifat netral. lalu kemudian dilaporkan secara Transparansi (Prinsip tata kelola ketiga) dalam setiap persidangan jemaat dan persidangan sinode dengan melibatkan seluruh pengurus dan anggota majelis jemaat dan sinode (tingkat persidangn sinode) serta diawasi oleh badan pengawas keuangan gereja. Pemaparan laporan secara transparansi dianggap dapat memberikan laporan yang jelas, akurat dan tepat waktu kepada setiap anggota jemaat agar dapat dilihat bersama dan dapat dijalankan bersama sesuai dengan kegiatan yang ada dan sesuai acuan tata gereja GPIB. Prinsip yang keempat yaitu Pertanggungjawaban merupakan salah satu aspek dari prinsip tata kelola yang penekanannya ada pada pengelola aset (dalam hal ini Majelis Sinode). Prinsip keempat ini dijalankan GPIB dengan senantiasa mengunakan sistem yang telah dibuat oleh gereja yaitu Tata Gereja GPIB

26 sebagai pedoman dasar dalam setiap perencanaan, pengelolaan dan pelaksanaan dalam kegiatan gereja. Tata Gereja GPIB merupakan sebuah sistem yang jelas dirancang oleh GPIB agar dapat mencapai tujuan organisasi dengan baik dan dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab. Independensi adalah prinsip tata kelola yang dipahami oleh GPIB sebagai salah satu yang berkaitan dengan prinsip yang keempat (pertanggungjawaban) yaitu mengenai sebuah sistem yang dipakai oleh GPIB dalam pengelolaan dan pelaksanaan setiap kegiatan gereja. Oleh sebab itu, untuk memperkuat hal ini, GPIB juga memakai PPKUG sebagai dasar bagi para pengelola (majelis sinode) dalam pengambilan keputusan yang secara khusus berhubungan dengan sikap dari pengelola itu sendiri. PKKUG ini kemudian dijadikan landasan kedua setelah Tata Gereja GPIB. Independen yang dipahami oleh GPIB yaitu sebuah sistem yang dibuat sendiri oleh organisasi yang bersangkutan dengan fungsinya masingmasing dalam setiap organ organisasi yang ada dan kemudian dipakai sendiri oleh organisasi tersebut. Upaya ini dilakukan agar perusahaan atau organisasi tersebut dapat dikelola secara independen sehingga masingmasing organ tidak saling mendominasi dan tidak terpengaruh oleh pihak lain. Contohnya dalam Tata Gereja GPIB adalah, setiap pasal yang dibuat memiliki kapasitas dan tujuannya masing-masing dengan melihat beberapa aspek atau bidang yang ada dalam organisasi GPIB. Integritas atau kepercayaan yang ada prinsip keenam, dibentuk dalam organisasi GPIB secara mendasar mulai dari pemahaman secara bersama mengenai tata peraturan gereja dalam Tata Gereja GPIB dan dalam pemilihan anggota Majelis Sinode yang dipercaya dapat mengelola aset GPIB

27 dengan tepat, transparansi dan penuh tanggungjawab. Prinsip terakhir yaitu Stewardship atau pengelolaan adalah hal yang utama dalam penulisan ini. Pengelolaan aset GPIB dilaksanakan secara tepat sasaran dan tepat guna. Dalam pelaksanaannya kedua hal ini berkaitan dengan upaya mengontrol setiap pengeluaran aset dan penggunaan aset dengan baik. GPIB sebagaimana telah dipaparkan dalam analisis data yang telah ditemukan oleh peneliti, mengelompokan pengelolaan aset yaitu; ruang lingkup perbendaharaan GPIB yang dilaksanakan sesuai dengan empat fungsi organisasi yang wajib dilakukan yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Penetapan kepemilikan aset sesuai dengan nama organisasi bukan perorangan dan memiliki sebuah badan pengawasan yang senantiasa dapat mengaudit dan mengawasi setiap kegiatan dalam penganggaran dan pengeluaran keuangan gereja. Pengelolaan aset GPIB telah dijelaskan bahwa memiliki sistem secara independen yang digunakan dalam setiap pengelolaannya. Dengan demikian, manajemen aset GPIB, menggunakan Tata Gereja GPIB sebagai dasar dari seluruh pengambilan keputusan organisasi. Tata Gereja GPIB menitik beratkan peraturan gereja yang senantiasa harus digunakan oleh pengelola, dalam hal ini Majelis Sinode dalam mengelola, memelihara bahkan menjual aset gereja GPIB. Dan dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip tata kelola manajemen, GPIB telah memaksimalkan pemahaman ini kedalam organisasi walaupun masih banyak kekurangan dikarenakan GPIB merupakan organisasi non-profit yang prioritas utamanya bukan pada aset melainkan fokus kepada pelayanan jemaat.

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA 2.1. Manajemen Asset Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan menyelesaikan persoalan bersama-sama dengan orang lain dimana memahami bahwa setiap aktivitas

Lebih terperinci

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian BAB III Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB 1. Sejarah Singkat GPIB GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian dari GPI (Gereja Protestan Indonesia) yang dulunya bernama

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PEMILIHAN PELAKSANA HARIAN MAJELIS JEMAAT MASA BAKTI 2017 s.d 2020

PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PEMILIHAN PELAKSANA HARIAN MAJELIS JEMAAT MASA BAKTI 2017 s.d 2020 PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PEMILIHAN PELAKSANA HARIAN MAJELIS JEMAAT MASA BAKTI 2017 s.d 2020 I. Dasar Pelaksanaan Tata Gereja GPIB tahun 2015 1. Tata Dasar, Bab IV ttg Penatalayanan Gereja 2. Peraturan

Lebih terperinci

Jakarta, 22 Agustus : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat

Jakarta, 22 Agustus : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat Jakarta, 22 Agustus 2017 Nomor Lamp Perihal : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat Kepada Yth. : Seluruh Majelis Jemaat GPIB

Lebih terperinci

Perkembangan Gereja Protestan di Indonesia berjalan seiring. dengan berbagai gejolak politik yang terjadi sejak pertama kali

Perkembangan Gereja Protestan di Indonesia berjalan seiring. dengan berbagai gejolak politik yang terjadi sejak pertama kali BAB V Kesimpulan Perkembangan Gereja Protestan di Indonesia berjalan seiring dengan berbagai gejolak politik yang terjadi sejak pertama kali Gereja Protestan berdiri di Ambon pada abad ke-17 hingga lahirnya

Lebih terperinci

Lampiran Verbatim Wawancara NARASUMBER I: DAVID TUERAH Wawancara dengan mantan ketua pemuda GPIB Kasih Karunia Medan David Tuerah, 15 Maret 2012

Lampiran Verbatim Wawancara NARASUMBER I: DAVID TUERAH Wawancara dengan mantan ketua pemuda GPIB Kasih Karunia Medan David Tuerah, 15 Maret 2012 Lampiran Verbatim Wawancara NARASUMBER I: DAVID TUERAH Wawancara dengan mantan ketua pemuda GPIB Kasih Karunia Medan David Tuerah, 15 Maret 2012 : Bung pernah mendengar kata penatalayanan? Bung David :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja merupakan lembaga keagamaan yang ada dalam dunia ini. Sebagai sebuah lembaga keagamaan tentunya gereja juga membutuhkan dana untuk mendukung kelancaran

Lebih terperinci

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara. LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masehi Injili di Timor). Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) pada waktu

BAB I PENDAHULUAN. Masehi Injili di Timor). Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) pada waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) merupakan gereja yang dibentuk berdasarkan Keputusan Sidang Sinode Am ketiga Gereja Protestan di Indonesia (GPI) tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat menjangkau seluruh jemaatnya agar dapat merasakan kehadiran Allah ditengahtengah kehidupannya. Dengan itu maka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian dalam bidang daya dan kemandirian dalam bidang dana. 1 Kemandirian dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian dalam bidang daya dan kemandirian dalam bidang dana. 1 Kemandirian dalam 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Penatalayanan merupakan tanggung jawab gereja, ketika berada di tengah tengah dunia ini. Penatalayanan bukan merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh gereja.

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun Tindak Pidana Korupsi

LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun Tindak Pidana Korupsi LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak Pidana Korupsi 1. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan

Lebih terperinci

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus

Lebih terperinci

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011 TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja dalam melaksanakan tugas dan panggilannya di dunia memerlukan beberapa alat pendukung, contohnya: kepemimpinan yang baik, organisasi yang ditata dengan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

ORISINALITAS TUGAS AKHIR...

ORISINALITAS TUGAS AKHIR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR... ii LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... iii PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RIWAYAT HIDUP... vii KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Bab ini merupakan pembahasan mengenai analisa suatu studi tentang peranan penatalayanan gereja di dalam usaha pencapaian kemandirian gereja dalam bidang dana di GPIB Kasih Karunia

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016 No. 25/05/94/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2016 TAHUN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BALAI PEMERINTAHAN DESA

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.1-/21 DS553-54-8921-629 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo Sekitar tahun 1963 setelah keluarga dalam jemaat menjadi ± 10 keluarga, maka dipilihlah anggota Majelis jemaat, lalu dimintakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1043, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsentrasi. PERATURAN

Lebih terperinci

GPIB Jemaat KASIH KARUNIA

GPIB Jemaat KASIH KARUNIA NO GPIB Jemaat KASIH KARUNIA Jl. Karya Agung No. 87 Parung Serab Ciledug, Tangerang 15153 Banten 021-7302108, Fax 021-7311862 email kantorkasihkarunia@yahoo.co.id www.gpibkaskar.blokspot.com GEREJA PROTESTAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gereja merupakan salah satu organisasi nirlaba yang dapat dipandang sebagai salah satu unit usaha sosial yang juga menggunakan prinsip-prinsip suatu organisasi dengan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2017, No Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (

2017, No Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara ( No.908, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KUKM. LPDB-KUMKM. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 /PER/M.KUKM/ VII /2017 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi

Lebih terperinci

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL - 6 - LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PADA PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1745, 2014 KEMENDAGRI. Pengawasan. Pembinaan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN GPIB JEMAAT " SILOAM " DKI JAKARTA PERIODE TANGGAL 29 April Mei 2018

LAPORAN KEUANGAN GPIB JEMAAT  SILOAM  DKI JAKARTA PERIODE TANGGAL 29 April Mei 2018 LAPORAN KEUANGAN GPIB JEMAAT " SILOAM " DKI JAKARTA PERIODE TANGGAL 29 April 2018-5 Mei 2018 BIDANG PENERIMAAN PENGE TEOLOGI & Ibadah Hari Minggu PERSIDANGAN 01 Kolekte kantong Ibadah Minggu 29/4'18 pk.09

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 46/05/Th. XVIII, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 KONDISI BISNIS MENURUN NAMUN KONDISI EKONOMI KONSUMEN SEDIKIT MENINGKAT A. INDEKS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan industri keuangan salah satu industri yang berkembang secara pesat dan memiliki kompleksitas

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu:

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu: IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu: (1) Kelurahan Kedaton, (2) Kelurahan Surabaya, (3) Kelurahan Sukamenanti, (4) Kelurahan Sidodadi, (5) Kelurahan Sukamenanti

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN PEMERINTAHAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Semester 1 Tahun 2013

Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Semester 1 Tahun 2013 RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan 233/PMK.05/2011

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

PERATURAN PELAKSANAAN MAJELIS JEMAAT NO. 1. Tentang JEMAAT

PERATURAN PELAKSANAAN MAJELIS JEMAAT NO. 1. Tentang JEMAAT PPMJ No. 1 tentang jemaat PERATURAN PELAKSANAAN MAJELIS JEMAAT NO. 1 Tentang JEMAAT P a s a l 1 Pengertian tentang Jemaat Nama, Sejarah dan Pelembagaan Jemaat 1. Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timbul karena adanya hubungan antara organisasi dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. timbul karena adanya hubungan antara organisasi dan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntabilitas bagi setiap organisasi baik organisasi privat maupun organisasi publik non pemerintah termasuk organisasi Gereja sangat dibutuhkan. Setiap organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang yang menulis dan meneliti tentang sumber daya manusia. Cardoso (2003) mengatakan salah satu sumber daya yang terdapat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PERMEN/M/2010 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP

POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP Rumusan Amandemen P2P MAMRE GBKP POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP 2015 2020 BAB I HAKEKAT, KEDUDUKAN DAN TUGAS PANGGILAN Pasal 1 Nama dan Kedudukan 1. Perbapan (Kaum Bapak) merupakan salah satu Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan sistem yang digunakan untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut berupa informasi

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI BUPATI DAN WAKIL BUPATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan. No.1562, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK 3.1 Sejarah dan Perkembangan GKI Palsigunung Depok Gereja Kristen Indonesia (GKI) merupakan buah penyatuan dari GKI Jawa Barat, GKI Jawa Tengah, dan GKI Jawa Timur. Berdirinya

Lebih terperinci

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1197, 2017 BKPM... Kinerja. Perubahan Kedua. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, -1- SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PENELITIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1652, 2014 KEMENDIKBUD. Mutu Pendidikan. Aceh. Sumatera Utara. Riau. Jambi. Sumatera Selatan. Kepulauan Bangka Belitung. Bengkulu. Lampung. Banten. DKI Jakarta. Jawa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, www.bpkp.go.id PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER- 786/K/SU/2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-58/K/SU/2011

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.97,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pelimpahan. Sebagian Urusan. Dekonsentrasi PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Seiring dengan perkembangan industri perbankan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI RANCANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JalanAmpera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2011 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2011 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT ASURANSI BANGUN ASKRIDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si

DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si Dalam Acara : Rapat Koordinasi Terbatas Pemberdayaan Koperasi dan UMKM Hotel Royal Kuningan, Jl. Kuningan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya pelayanan yang dilakukan Gereja, maka kebutuhan akan sarana-prasarana pendukung juga terus meningkat. Oleh karena itu, Gereja senantiasa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa PT Jasa Raharja sebagai salah satu BUMN di Indonesia telah dapat menerapkan tata kelola perusahaan

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2016 KEMEN-KUKM. Anggaran. Dekonsentrasi. Pelaksanaan. Pedoman. Tahun 2016 PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 /PER/M.KUKM/XII/2015

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 51/Menhut-II/2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Uraian Estimasi Pendapatan

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Uraian Estimasi Pendapatan Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Rp2.334.880.785 B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN B.1 Pendapatan Negara dan Hibah Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada Tahun Anggaran 2014

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008 PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008 tentang J E M A A T Dengan Kasih Karunia Yesus Kristus, Tuhan dan Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Kejadian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.917, 2011 BAPPENAS. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif.

Lebih terperinci

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan No.1161, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPUSNAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan Perpusnas. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Lembaga Pengelola Dana Bergulir. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Lembaga Pengelola Dana Bergulir. Organisasi. Tata Kerja. No.727, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Lembaga Pengelola Dana Bergulir. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN

Lebih terperinci

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22

Lebih terperinci