ANALISIS SEMIOTIKA PADA FILM ANIMASI 3D UPIN IPIN EPISODE KENANGAN MENGUSIK JIWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SEMIOTIKA PADA FILM ANIMASI 3D UPIN IPIN EPISODE KENANGAN MENGUSIK JIWA"

Transkripsi

1 i ANALISIS SEMIOTIKA PADA FILM ANIMASI 3D UPIN IPIN EPISODE KENANGAN MENGUSIK JIWA TUGAS AKHIR Oleh : Juprinedi Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Diploma DIV PROGRAM STUDI TEKNIK MULTIMEDIA JARINGAN POLITEKNIK NEGERI BATAM BATAM 2017 i

2 ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS SEMIOTIKA PADA FILM ANIMASI 3D UPIN IPIN EPISODE KENANGAN MENGUSIK JIWA Oleh : Juprinedi Tugas Akhir ini telah diterima dan disahkan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya di PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 TEKNIK MULTIMEDIA JARINGAN POLITEKNIK NEGERI BATAM Batam, Pembimbing I, Disetujui oleh; Pembimbing II, Arta Uly Siahaan, M.Pd Cahya Miranto, S.ST NIK NIK ii

3 iii HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini, saya: NIM : Nama : Juprinedi adalah mahasiswa Teknik Informatika Politeknik Batam yang menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul: ANALISIS SEMIOTIKA PADA FILM ANIMASI 3D UPIN IPIN EPISODE KENANGAN MENGUSIK JIWA disusun dengan: 1. tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 2. tidak melakukan pemalsuan data 3. tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli atau tanpa ijin pemilik Jika kemudian terbukti terjadi pelanggaran terhadap pernyataan di atas, maka saya bersedia menerima sanksi apapun termasuk pencabutan gelar akademik. Lembar pernyataan ini juga memberikan hak kepada Politeknik Batam untuk mempergunakan, mendis tribusikan ataupun memproduksi ulang seluruh hasil Tugas Akhir ini. Batam, 31 May 2017 Juprinedi iii

4 iv HALAMAN PERSEMBAHAN MOTTO: Disaat kita yakin dalam berdoa, maka itulah nilai dari munajat kita untuk di Ijabah, maka bersungguh-sungguhlah Kupersembahkan Kepada: Ibunda dan Ayahanda Tercinta (Darlius dan Yurnalis) Anak dan Istri Tersayang (Salbiah, Saarah Salsabila & Muhammad Omar Abdullah) Kakak-Kakak dan Adik Terkasih (Yuli Yarni, Iswandi, Pasneli, Agustini dan Dayu Ispardi) Para Pendidikku Sahabat-sahabatku Almamaterku iv

5 v KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata ala, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Semiotika Film Animasi 3D Upin Ipin Episode Kenangan Mengusik Jiwa. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Terapan Komputer Teknik Multimedia & Jaringan, di Politeknik Negeri Batam. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapat saran, dorongan, bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi, namun dapat membukakan mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah guru yang terbaik bagi penulis. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Yeni Rokhayati, S.Si.,M. Sc selaku Dosen Pengampu Tugas Akhir. 2. Ibu Arta Uly Siahaan, M.Pd dan Bapak Cahya Miranto, S.ST selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir, dan juga sebagai motivator. 3. Kedua Orang tua, Anak, Istri dan Kakak-kakak beserta adik yang selalu memberikan dukungan dan doanya. 4. Sahabat-sahabat terbaik, Zakaria, Marzuni, Madli, Heru, Brim, Saury, Syarif, yang senantiasa selalu memberikan motivasi dan saran serta penghibur dikala stress dengan TA. 5. Bapak Romi Wibowo dan Bapak Imam Masngut selaku Pimpinan di tempat bekerja yang telah banyak berjasa dalam menyelesaikan Tugas Akhir. 6. Seluruh rekan-rekan program studi Multimedia & Jaringan angkatan 2012 yang telah memberikan motivasi dan semangat. 7. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah terlibat banyak membantu sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan v

6 vi keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan tersebut tidak menutup diri terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat kontruktif bagi diri penulis. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, institusi pendidikan dan masyarakat luas. Aamiin. Batam, Juni 2017 Penulis vi

7 vii ABSTRAK ANALISIS SEMIOTIKA PADA FILM ANIMASI 3D UPIN IPIN EPISODE KENANGAN MENGUSIK JIWA Penelitian ini menggunakan studi analisis semiotika, dengan judul Analisis Semiotika Pada Film Animasi 3D Upin Ipin Episode Kenangan Mengusik Jiwa. Representasi kehidupan masyarakat dalam mengenang sebuah peristiwa maupun sejarah dapat ditemukan pada film animasi 3D. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna konotasi dan makna denotasi yang terkandung pada film animasi Upin & Ipin, sehingga nantinya dapat disimpulkan bahwa masyarakat dapat memahami konteks cerita, dan pesan moral yang disampaikan. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menggunakan teori Semiotika Roland Barthes, makna konotasi dan denotasi. Untuk memahami film animasi tersebut, maka peneliti menggunakan analisis Roland Barthes yang berfokus pada penggalian makna menggunakan signifikasi dua tahap, pada tahap signifikasi pertama menggunakan denotasi, dan pada tahap kedua menggunakan konotasi dan mitos. Pengambilan data dan informasi juga dilakukan peneliti melalui buku, jurnal, maupun internet. Dari penelitian yang dilakukan melalui semiologi Roland Barthes, peneliti mengetahui bahwa cerita film animasi 3D Upin & Ipin memiliki makna yang kompleks yang meliputi berbagai aspek seperti nilai-nilai moral, budaya, dan sejarah. Keseluruhan makna yang terkandung dalam cerita setiap scene film animasi ini saling berkaitan yang satu dengan yang lainnya. Setelah diketahui seluruh makna yang terkandung maka akan timbul sebuah pesan moral yang dapat berguna untuk masyarakat. Kata Kunci: Semiotika, Semiotika Roland Barthes, Animasi vii

8 viii ABSTRACT SEMIOTICS ANALYSIS OF 3D ANIMATION FILM UPIN IPIN IN EPISODE KENANGAN MENGUSIK JIWA This study cases using a semiotic analysis, with the title "Semiotics Analysis of 3D Animation Film Upin Ipin in Episode Kenangan Mengusik Jiwa". Representative of society in remembering some history or event, can be found on animation 3D films. The purpose of the research is to know what the story in film is. With showing and telling the meaning of connotation and denotation contained in animated "Upin & Ipin". so, can be concluded that society could be understand the content of story and moral message delivered. Related to the analysis, researcher using Semiotics Roland Barthes theory, meaning of connotation and denotation meaning. To understand the animation film, researches will be focus on the every meaning from each scene on it with using two stage significance. The first is connotation and the second is for denotation. Retrieving data and information also done by researchers through books, journals and internet. Upin & Ipin story have a complex meaning that includes from their story in each episode. Like moral messages, culture, and also history. Keywords : Semiotics, Roland Barthes Semiotics, Animation viii

9 ix DAFTAR ISI Halaman Judul......i Halaman Pengesahan....ii Halaman Pernyataan..... iii Halaman Persembahan......iv Kata Pengantar v Halaman Abstrak...vii DAFTAR ISI...ix DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR TABEL...xiii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka Sistematika Penulisan... 4 BAB II LANDASAN TEORI Dasar Teori Film Film Animasi Semiotika Analisis Semiotika pada Film Skala Likert...10 BAB III METODELOGI PENELITIAN Rancangan Analisa Data Analisis Umum...15 ix

10 x 3.3 Sejarah Pembuaatan Film Upin Ipin Analisis Sifat Karakter Film Animasi 3D Upin Ipin Sinopsis Film Animasi 3D Upin Ipin episode Kenangan Mengusik Jiwa Tokoh dan Kru Dalam Film Animasi 3D Upin Ipin Analisis Sumber Data...23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGUJIAN Analisis Umum Makna Judul Animasi 3D Upin Ipin Analisis Makna Denotasi dan Konotasi dalam film Animasi 3D Upin Ipin Hasil Pengujian...48 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR LAMPIRAN..xiii DAFTAR PUSTAKA.xiv x

11 xi DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta tanda Roland Barthes...10 Gambar 2.2 Kata-kata dalam Skala Likert...11 Gambar 3.1 Flowchart Pelaksanaan Analisis...13 Gambar 4.1 Grafik Hasil Perhitungan Kuesioner...55 xi

12 xii DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Pengisi Suara dan Tokoh dalam Film Animasi Upin Ipin...22 Tabel 3.2 Kru dan Tahun Produksi Film Animasi Upin Ipin...23 Tabel 4.1 Analisa Scene Tabel 4.2 Analisa Scene Tabel 4.3 Analisa Scene Tabel 4.4 Analisa Scene Tabel 4.5 Analisa Scene Tabel 4.6 Analisa Scene Tabel 4.7 Pernyataan Kuesioner...49 xii

13 xiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner tentang Analisis Semiotika... xvii Lampiran 2 Dokumentasi Pengambilan Data Kuesioner... xxv Lampiran 3 Contoh Hasil Kuesioner... xxvi xiii

14 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Belakangan ini film animasi semakin berkembang dikalangan masyarakat, hal ini tampak dari semakin meningkatnya ide - ide dan merupakan hal yang tidak asing lagi dikalangan mahasiswa ataupun masyarakat awam sekalipun. Pembuatan film animasi tidak sama seperti pembuatan film layar lebar yang menggunakan peralatan professional dan terbilang mahal untuk proses produksinya, film animasi biasanya hanya menggunakan teknik komputer dan kreatifitas beserta imajinasi yang tinggi, mulai dari tahap pra produksi, produksi sampai kepada tahap pasca produksi film tersebut. Hasilnya bukan berarti film - film amimasi tidak dapat bersaing dengan film - film lainnya, bahkan hampir dari separuh dunia pertelevisian menggunakan animasi sebagai alat komunikasi baik itu sebagai iklan, film dan banyak lagi. Sisi unik dari sebuah film animasi adalah mengangkat sisi-sisi lain yang luput dari pandangan kita, dan animasi sendiri bisa melakukan gerakan-gerakan yang tidak bisa dilakukan manusia. Itulah kehebatan dari para pembuat film animasi. Film animasi 3D Upin Ipin adalah salah satu dari film animasi yang bisa memberi gambaran bagaimana kehidupan pedesaan dan serba kesederhanaan tapi penuh dengan nilai-nilai budaya. Bagaimana moral dan didikan yang baik kepada anak-anak dan menjunjung tinggi kekeluargaan, termasuk toleransi beragama dan pesan-pesan moral yang secara gamblang bisa diterima oleh masyarakat. Episode yang akan dianalisa adalah Kenangan Mengusik Jiwa merupakan episode 34, 35 dan 36 yang dirilis pada tanggal 16 Desember Episode ini banyak menonjolkan seni dan budaya serta nilai-nilai lainya yang diperkenalkan kembali kepada generasi muda sejak dini. Film ini banyak memunculkan simbol-simbol ataupun dialog-dialog sinematografi yang memiliki makna. Atas dasar inilah penelitian dilakukan untuk menganalisa lebih dalam pesan-pesan yang disampaikan dengan menggunakan metode semiotika. 1

15 2 Film memiliki nilai seni tersendiri, karena film merupakan hasil karya dari tenaga-tenaga kreatif yang prefesional di bidangnya. Film sebagai benda seni sebaiknya dinilai secara artistik bukan rasional. Studi perfilman boleh dikatakan bidang studi yang relatif baru dan tidak sebanding dengan proses evolusi teknologinya. Dalam penelitianya Kumiawan (2001) yang berjudul Semiologi Roland Barthes menyebutkan bahwa semiotika merupakan suatu studi ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda-tanda dalam suatu konteks skenario, gambar, teks, dan adegan di film menjadi sesuatu yang dapat dimaknai. Memaknai bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal ini objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda yang digunakan dalam film tersebut. Dengan paparan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah tugas akhir bagaimana menganalisa film animasi 3D dengan menggunakan metode semiotika untuk mengetahui simbol-simbol sebagai sarana penggambaran pelestarian seni dam budaya dan aspek Iainya. Juga untuk mengetahui pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam film animasi 3D Upin Ipin episode Kenangan mengusik Jiwa. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah mengetahui bagaimana simbol-simbol sinematografi yang digunakan di dalam film animasi 3D Upin Ipin episode Kenangan mengusik Jiwa untuk mendalami pesanpesan moral yang hendak disampaikan kepada penontonnya dengan menggunakan metode semiotika Roland Barthes. 1.3 Batasan Masalah Agar ruang lingkup masalah yang dibahas tidak menyimpang dari maksud dan tujuan sebenarnya, mengingat luasnya permasalahan dan keterbatasan waktu, maka batasan masalah akan dijabarkan menjadi beberapa poin penting sebagai berikut: a. Identifikasi simbol-simbol sinematografi yang dianalisa hanya pada film animasi 3D Upin Ipin episode Kenangan mengusik Jiwa. 2

16 3 b. Analisa simbol-simbol sinematografi menggunakan metode semiotika pada film animasi 3D Upin Ipin episode Kenangan mengusik Jiwa. c. Ambil data menggunakan kuesioner dari hasil analisa semiotika pada film animasi 3D Upin Ipin episode Kenangan mengusik Jiwa. 1.4 Tujuan Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pengerjaan Tugas Akhir ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana simbol-simbol sinematografi digunakan dalam film animasi 3D Upin Ipin episode Kenangan mengusik Jiwa. b. Untuk mengetahui lebih lanjut pesan-pesan pada film animasi 3D Upin Ipin episode Kenangan mengusik Jiwa yang ingin disampaikan kepada penontonya. c. Untuk mengetahui sejauh mana penonton memahami pentingnya analisis semiotika pada film animasi 3D Upin Ipin episode Kenangan mengusik Jiwa. 1.5 Manfaat Penelitian Dalam tahap pengerjaan Tugas Akhir ini, peneliti dapat menarik manfaat yang didapat, antara lain, Bagi peneliti: a. Memberi gambaran bagaimana simbol-simbol digambarkan untuk menjadi tontonan masyarakat b. Menjadi landasan dan gambaran penelitian bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang semiotika film. Bagi Mahasiswa dan masyarakat : a. Memberi wacana baru tentang pentingnya peran kritik, saran, dan pesan dalam sebuah karya film bagi dunia perfilman b. Bagi Animator muda yang masih berstatus mahasiswa bisa membuat film yang lebih berkualitas dan bermanfaat. 3

17 4 c. Membantu masyarakat dalam memilih tontonan berkualitas yang mempunyai pesan moral, sehingga tidak hanya terhibur dengan cerita yang disajikan namun juga mendapat pembelajaran dari setiap cerita yang disampaikan dalam film animasi tersebut dan memberi pemahaman kode atau tanda yang diberikan animator pada jalan cerita film yang nantinya bisa membawa manfaat untuk para penonton. 1.6 Tinjauan Pustaka Peneliti terdahulu Raung L. (2013) yang berjudul Analisis Semiotika pada Film Laskar Pelangi sukses menjabarkan pesan-pesan dan makna yang terkandung dalam film Laskar pelangi, seperti bahasa yang ada dalam film Laskar Pelangi adalah bahasa yang bisa memberikan makna positif, dan pada semiotika gerak pada film Laskar Pelangi memberikan dan bisa membangun moral yang tinggi bagi penontonnya, serta pemaknaan bagaimana didikan yang seharusnya dilakukan kepada generasi penerus bangsa dan saran-saran agar para produser dan sutradara bisa lebih meningkatkan mutu pendidikan dalam sebuah karya. Tidak jauh berbeda dengan peneliti Raung L. (2013), peneliti yang satu ini Widianingrum S. (2012) dengan judul Rasisme Dalam Film Fitnah (Analisis Semiotika Di Dalam Film Fitnah), karyanya bisa mempersentasikan perilaku, sikap ataupun tindakan rasisme yang terdapat di dalam film Fitnah, menggambarkan bahwa sebuah film dapat digunakan sebagai sarana alat untuk mengemukakan pendapat ataupun pemikiran, idealisme seseorang dan sebagai pembelajaran kemanusiaan setiap individu di dunia bahwa perbedaan tidak selalu dijadikan suatu permasalahan apalagi alasan untuk menghancurkan satu dengan yang lainya. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, maka diharapkan penelitian ini mampu menghasilkan sesuatu yang lebih, terutama kepada pembinaan moral bagi generasi muda, yang mulai dididik semenjak dini, karena mereka merupakan generasi penerus bangsa dan akan layak menjadi sumber acuan bagi para mahasiswa, terutama animator muda yang masih berstatus mahasiswa dalam perancangan desain sebuah 4

18 5 film animasi baik itu berupa karakter ataupun alur cerita yang akan mereka kembangkan. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dibagi atas lima bab dan tiap-tiap babnya terdiri dari beberapa sub bab, sebagai berikut: Bab I: Merupakan bab pendahuluan yang berupa, latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. Bab II: Merupakan bab landasan teori, berisi tentang dasar teori mengenai tugas akhir ini. Bab III: Merupakan bab analisis dan perancangan, berisi mengenai anlisis tugas akhir serta perancangan dari awal hingga akhir. Bab IV: Merupakan bab implentasi dan pengujian, berisi implementasi mengenai film animasi yang dianalisa, dan pengujian yang dilakukan. Bab V: Merupakan bab akhir atau penutup, yang berisi kesimpulan dan saran untuk tugas akhir ini. 5

19 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Teori Penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitianya, Rahmat P.S (2009) menerangkan bahwa metode penelitian kulitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai alat kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Setidaknya terdapat lima tahapan sebagai patokan dalam penelitian kualitatif, yaitu tergambar sebagai berikut: a. Mengangkat permasalahan b. Memunculkan pertanyaan c. Mengumpulkan data yang relevan d. Melakukan analisis data e. Menjawab pertanyaan penelitian Selanjutnya metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang lebih sistematis, spesifik, terstruktur dan juga terencana dengan baik dari awal hingga mendapatkan sebuah kesimpulan, penelitian kuantitatif lebih menekankan pada penggunaan angka-angka yang membuatnya menjadi lebih mendetail dan lebih jelas. Selain itu penggunaan tabel, grafik, dan juga diagram sangat memudahkan untuk dibaca. Di dalam metode kuantitatif ini ada beberapa metode yang mendukung, yakni metode deskriptif, survei, perbandingan, penelitian tindakan, ekspos, dan korelasi. Dari beberapa metode tersebut maka dalam penelitian penggunaan metode survei akan sangat relevan dalam pengambilan data untuk mendapatkan kesimpulan dari hasil analisa. 6

20 Film Definisi Film Menurut UU RI 33 tahun 2009, film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan atau ditayangkan dengan system proyeksi mekanik, elektronik, atau lainnya Film Animasi Kata animasi berasal dari kata animation yang berasal dari kata dasar to anime di dalam kamus Indonesia Inggris berarti menghidupkan. Secara umum animasi merupakan suatu kegiatan menghidupkan atau menggerakkan benda mati. Suatu benda mati diberi dorongan, kekuatan, semangat dan emosi untuk menjadi hidup atau hanya berkesan hidup. Sebenarnya, sejak jaman dulu, manusia telah mencoba menganimasi gerak gambar binatang mereka, seperti yang ditemukan oleh para ahli purbakala di gua Lascaux Spanyol Utara, sudah berumur dua ratus ribu tahun lebih. Mereka mencoba untuk menangkap gerak cepat lari binatang, seperti celeng, bison atau kuda, digambarkannya dengan delapan kaki dalam posisi yang berbeda dan bertumpuk. Sedangkan di Indonesia perkembangan animasi berjalan lambat karena sulitnya ruang lingkup promosi bagi para animator Indonesia. Alasan lain adalah kurangnya pendidikan formal animasi yang dapat mendukung peran mereka sebagai animator. Selain itu masalah kemampuan bahasa juga mempengaruhi perkembangan animasi tersebut, yang mana di Indonesia sendiri penguasaan akan bahasa asing khususnya bahasa inggris sangat terbatas sehingga kebanyakan animation house mancanegara kurang berminat mendirikan studi animasinya di Indonesia, namun disamping itu semua di Indonesia patut berbangga karena wayang kulit merupakan salah satu bentuk animasi tertua di dunia. Bahkan ketika teknologi elektronik dan komputer ditemukan pertunjukan wayang kulit telah memenuhi semua elemen 7

21 8 animasi seperti layar, gambar bergerak, dialog dan ilustrasi musik. pada perkembangannya sekarang ini di Indonesia mulai berkembang lebih baik lagi ditandai dengan munculnya film-film animasi di Indonesia dengan semakin beragam Semiotika Semiotika (juga disebut studi semiotik dan dalam tradisi Saussurean disebut semiologi) adalah studi tentang makna keputusan. Ini termasuk studi tentang tandatanda dan proses tanda (semiosis), indikasi, penunjukan, kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna, dan komunikasi. Semiotika berkaitan erat dengan bidang linguistik, yang untuk sebagian, mempelajari struktur dan makna bahasa yang lebih spesifik. Namun, berbeda dari linguistik, semiotika juga mempelajari sistemsistem tanda non-linguistik. Semiotika sering dibagi menjadi tiga cabang: Semantik adalah hubungan antara tanda dan hal-hal yang mereka lihat; denotata mereka, atau makna. Sintaksis yang merupakan hubungan antara tanda-tanda dalam struktur formal dan Pragmatik adalah hubungan antara tanda dan tanda-menggunakan agen. Semiotika sering dipandang memiliki dimensi antropologis penting; misalnya, Umberto Eco mengusulkan bahwa setiap fenomena budaya dapat dipelajari sebagai komunikasi.namun, beberapa ahli semiotik fokus pada dimensi logis dari ilmu pengetahuan.mereka juga menguji area untuk ilmu kehidupan - seperti bagaimana membuat prediksi tentang organisme, dan beradaptasi, semiotik relung mereka di dunia (lihat semiosis). Secara umum, teori-teori semiotik mengambil tanda-tanda atau sistem tanda sebagai objek studi mereka: komunikasi informasi dalam organisme hidup tercakup dalam biosemiotik (termasuk zoosemiotik). Sintaksis adalah cabang dari semiotika yang berhubungan dengan sifat-sifat formal tanda dan simbol. Lebih tepatnya, Sintaksis berkaitan dengan "aturan yang mengatur bagaimana kata-kata digabungkan untuk membentuk frasa dan kalimat". Charles Morris menambahkan bahwa semantik berkaitan dengan hubungan tanda-tanda untuk designata mereka dan benda-benda yang memungkinkan atau menunjukkan; dan, penawaran pragmatik 8

22 9 dengan aspek biotik dari semiosis, yaitu dengan semua fenomena psikologis, biologis, dan sosiologis yang terjadi dalam fungsi tanda-tanda Analisis Semiotika pada Film Film merupakan transformasi dari gambaran-gambaran kehidupan manusia. Kehidupan manusia penuh dengan simbol yang mempunyai makna dan arti berbeda, dan lewat simbol tersebut film memberikan makna yang lain lewat bahasa visualnya. Film juga merupakan sarana ekspresi indrawi yang khas dan efisien, aksi dan karateristik yang dikomunikasikan dengan kemahiran mengekspresikan image yang ditampilkan dalam film yang kemudian menghasilkan makna tertentu yang sesuai konteksnya. Tidaklah mengherankan bahwa film merupakan bidang kajian penerapan semiotika, film dibangun dengan tanda tanda tersebut termasuk berbagai sistem tanda yang bekerjasama dalam rangka mencapai efek yang diharapkan. Film menjadi media yang menarik untuk dijadikan bahan kajian yang mempelajari berbagai hal di dalamnya. Kajian terhadap film dilakukan karena film memberikan kepuasan dan arti tentang budaya maupun lingkungannya.terdapat hubungan antara image film dengan penikmat film. Langkah yang dapat dilakukan dalam mengkaji film adalah dengan menganalisis bahasa film sehingga dapat menghasilkan makna. Salah satu area semiologi penting yang ditekuni Roland Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun diatas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut konotatif, yang didalam mythologies-nya secara tegas dia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama. 9

23 10 Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja. Gambar 2.1 adalah peta tanda Roland Barthes. Gambar 2.1.Peta tanda Roland Barthes Dari peta tersebut diatas terlihat jelas bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2).Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotativeadalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material hanya jika kita mengenal tanda singa, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin. Dengan demikian sumbangan Barthes sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure mengenai tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan, namun juga mengandung skedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaanya. Dari uraian di atas, maka peranan semotika dalam sebuah karya, baik berupa sastra maupun dalam bentuk film (animasi dan real action) adalah untuk menilai atau mengungkapkan secara ilmiah keseluruhan tanda dalam kehidupan manusia. Tandatanda tersebut dalam sastra maupun film ditunjukkan secara tersirat, atau para penikmat sastra harus melalukan riset dengan mengandalkan berbagai referensi sebagai acuan untuk melihat makna yang sebenarnya pada karya tersebut, termasuk pesan moral di dalamnya. a Skala Likert Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala, kejadian atau fenomena sosial 10

24 11 dan pendidikan. Skala Likert dikembangkan oleh Rensist Likert seorang pendidik dan psikolog Amerika Serikat. Skala yang dikembangkan adalah skala untuk mengukur sikap masyarakat pada tahun Biasanya Skala Likert digunakan dalam perhitungan pada kuesioner. Dalam Skala Likert, variabel penelitian dijabarkan menjadi subvariabelsubvariabel atau dimensi, kemudian dimensi dijabarkan lagi menjadi indikatorindikator. Selanjutnya, indikator dijabarkan menjadi deskriptor. Deskriptor dijabarkan lagi menjadi butir-butir pernyataan/ pertanyaan, tapi jika deskriptor tidak bisa dijabarkan lagi, maka deskriptor dapat dijadikan sebagai butir-butir instrumen berupa pernyataan/ pertanyaan. Skala Likert mulai dari serangkaian pernyataan/ pertanyaan yang masing-masing mengungkap sikap yang jelas baik atau kurang baik. Jawaban reponden dari setiap pernyataan/ pertanyaan memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat diungkapkan dengan kata-kata. Gambar 2.2 adalah kata-kata yang sering digunakan pada Skala Likert. Gambar 2.2. Kata kata dalam Skala Likert Item-item Likert menyediakan respon dengan kategori berjenjang, biasanya banyak jenjang adalah lima. Setiap kategori respon kemudian diberi skor, untuk item positif adalah dimulai dari skor terbesar, selanjutnya diurutkan hingga terkecil. Untuk item negatif dilakukan hal sebaliknya. Berkaitan dengan kategori respon (positif dan negatif) Somantri (2006:40) berpendapat skala sikap Likert tidak mengijinkan adanya peryataan item netral, jadi pernyataan yang ada dalam skala Likert hanya dua: pernyataan positif dan negatif. 11

25 12 Berikut cara menghitung hasil pengamatan secara manual menggunakan Skala Likert: Skor untuk responden yang menjawab Sangat Setuju (4) : Jumlah responden x 4 Skor untuk responden yang menjawab Setuju (3) : Jumlah responden x 3 Skor untuk responden yang menjawab tidak Setuju (2) : Jumlah responden x 2 Skor untuk responden yang menjawab Sangat tidak Setuju (1): Jumlah responden x 1 Jumlah skor ideal untuk pertanyaan yang diajukan kepada responden : a) Skor tertinggi : 4 (Sangat Setuju) x jumlah responden b) Skor terendah : 1 (Sangat tidak Setuju) x jumlah responden Interpretasi skor hasil pengamatan : (Jumlah skor ideal / skor tertinggi) x 100% Interpretasi berdasarkan KBBI merupakan pemberian kesan, pendapat atau pandangan teoritis terhadap sesuatu. Maka dalam skala likert interpretasi skor bertujuan untuk menerjemahkan dan memberi makna terhadap skor yang diperoleh dari orang yang diuji atau responden. 20% 40% 60% 80% 100% SKB KB CB B SB Keterangan : SKB : Sangat Kurang Baik (0-20%) KB : Baik (21-40%) CB : Cukup Baik (41-60%) B : Baik (61-80%) SB : Sangat Baik (81-100%) 12

26 13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Semiotika yang merupakan ilmu yang mempelajari sederetan luar objekobjek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda, mengkaji tanda-tanda dalam suatu konteks skenario, gambar, teks, dan adegan di film menjadi sesuatu yang dapat dimaknai. Memaknai bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal ini objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda yang digunakan dalam film tersebut. 3.1 Rancangan Analisa Data Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode semiotika Roland Barthes. Penelitian akan mengambil adegan-adegan dari film animasi 3D Upin ipin episode "Kenangan Mengusik Jiwa" yang mengandung penggambaran terhadap pesan-pesan sesuai dengan konsep dan kategori yang menjadi acuan peneliti. Dari adegan tersebut kemudian dianalisa dengan analisa semiotika. Untuk mendapatkan deskripsi semiotik, maka data yang didapat dihubungkan dengan proposisi teoritis yang sudah dibangun, diorganisasikan dalam kerangka semiotik, kemudian diinterpretasikan. Selanjutnya, dilakukan pengecekan ulang baik terhadap data maupun terhadap konsep dan teori. Flowchart pelaksanaan analisis disajikan pada gambar 3.1 Gambar 3.1 Flowchart Pelaksanaan Analisis 13

27 14 Langkah-langkah analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Penelitian dilakukan dengan pengamatan mendalam dan mengenali lebih jauh tanda-tanda komunikasi yang terdapat dalam Film animasi Upin & Ipin baik berupa audio maupun visualnya berupa lambang-lambang serta unsur sinematografi. b. Dari data yang telah didapat berupa korpus yang di dalamnya terdapat scenescene yang merepresentasikan pesan-pesan untuk selanjutnya dijelaskan makna denotasinya. Makna denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, yaitu apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah obyek. Denotasi didapat dari pengamatan langsung dari tanda-tanda yang ada yang menghasilkan makna nyata, makna yang sebenarnya hadir. c. Kemudian berdasarkan makna denotasi yang telah didapatkan maka akan didapat makna-makna konotasi dari lambang-lambang komunikasi yang ada. Makna konotasi merupakan penciptaan makna lapis kedua yang terbentuk ketika lambang denotasi dikaitkan dengan aspek psikologis, seperti perasaan, emosi, atau keyakinan. Karena pada dasarnya penanda konotasi dibangun dari tanda-tanda dari sistem denotasi. Biasanya beberapa tanda denotasi dapat dikelompokkan bersama untuk membentuk satu konotator tunggal; sedang petanda konotasi berciri sekaligus umum, global, dan tersebar. Petanda ini memiliki komunikasi yang sangat dekat dengan budaya, pengetahuan, dan sejarah (Kurniawan,2001). Maka pada akhimya berdasarkan makna-makna yang berlaku di dalam masyarakat peneliti mendapatkan makna konotasi Film animasi Upin & Ipin tersebut. d. Untuk dapat membongkar sebuah makna ideologis dari praktik pertandaan, diperlukan prinsip-prinsip intertektualitas dan intersubyektifitas teks dalam pengertian umum adalah dunia semesta ini, bukan hanya teks tertulis atau teks lisan. Adat istiadat, kebudayaan, film, iklan secara pengertian umum adalah teks. Dimulai dengan analisis bersifat teknis (kode-kode verbal dan nonverbal dalam iklan), kajian semiotika senantiasa menghubungkan isi teks dengan teks 14

28 15 lain berupa isi media lain dan bahkan fenomena sosiokultural masyarakat yang lebih luas. Prinsip intertekstualitas adalah di dalam suatu teks terdapat suatu teks lain yang dipengaruhi oleh latar belakang teks tersebut. Begitu pula dengan intersubyektifitas, pemaknaan terhadap suatu teks akan dipengaruhi oleh latar belakang dan pola pikir subyek lain yang memaknai teks tersebut sebelumnya, sehingga akan mempengaruhi hasil dari pemaknaan teks tersebut. e. Kuesioner atau daftar pertanyaan adalah sebuat set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis. Pada akhirnya diberikan kepada responden untuk dimintakan jawaban Analisis dilakukan per scene yang menunjukkan penggambaran pembelajaran pesan-pesan yang disampaikan dalam film Upin & Ipin. Kemudian dianalisis mulai dari makna denotasi, konotasi. Kesimpulan dibuat berdasarkan analisis semiotik yang dilakukan per-scene yang mengandung penggambaran pembelajaran budi pekerti. Setelah didapat hasil analisa penggambaran pembelajaran dalam film Upin & Ipin kemudian hasil analisa dari film tersebut maka dilakukan pengambilan data dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui sejauh mana respon penonton tentang analisis semiotika. Maka dapat diambil suatu kesimpulan tentang penggambaran arti atau makna beserta pesan-pesan yang disampaikan. 3.2 Analisis Umum Siapa tak kenal film animasi Upin dan Ipin yang penuh nilai-nilai pendidikan dan disenangi anak-anak ini? Dibandingkan dengan animasi-animasi lain yang tampil di televisi Indonesia, animasi Upin dan Ipin terkesan istimewa, mulai karena bahasa melayu-nya yang sama-sama dimengerti, serta nilai-nilai budayanya yang juga sama. Film yang berdurasi 5 hingga 30 menit setiap episodenya ini mulai dirilis pertama kali pada 14 September 2007 di Malaysia dan diproduksi oleh Les Copaque. Awalnya film ini bertujuan untuk mendidik anak-anak agar menghayati bulan 15

29 16 Ramadhan. Kini Upin dan Ipin sudah sampai produksi hingga season 9 dan disiarkan di beberapa negara di dunia. Di Malaysia sendiri, kartun ini dan disiarkan di TV9. Sedangkan di Indonesia Upin dan Ipin hadir di MNC TV. 3.3 Sejarah Pembuatan Film Upin Ipin Pada awalnya film animasi Upin dan Ipin dibuat oleh Mohd Nizam Abdul Razak, Mohd Safwan Abdul Karim dan Usamah Zaid, para pemilik Les Copaque. Ketiganya merupakan bekas mahasiswa dari Multimedia University, Malaysia yang awalnya bekerja sebagai pekerja di sebuah organisasi animasi sebelum akhirnya bertemu dengan bekas pedagang minyak dan gas, Haji Burhanuddin Radzi dan istrinya bernama H. Ainon Ariff pada tahun 2005, lalu membuka organisasi Les Copaque. Le's Copaque sendiri terdengar seperti istilah dalam Bahasa Perancis, padahal nama ini hanyalah plesetan dari campuran Bahasa Melayu dan Inggris, sehingga dibaca 'LES KOPEK'. Kopek dalam bahasa Melayu berarti 'Kupas' (misalnya: kopek buah, berarti 'mengupas buah'). Jadi, Les Kopek berarti 'Kupasan Terakhir' yang siap santap. Awalnya Upin & Ipin ditayangkan khusus untuk menyambut Ramadhan pada tahun 2007 untuk mendidik anak-anak mengenai arti dan kepentingan bulan suci. Sambutan meriah terhadap kartun pendek ini mendorong Les Copaque menerbitkan satu musim lagi menyambut bulan Ramadan yang seterusnya. Aspek kebudayaan Malaysia yang berlatarkan sebagai sebuah kampung yang sederhana pasti dapat menarik minat pasar internasional. Seperti pada kartun animasi Doraemon asal Jepang dapat laris di seluruh dunia meskipun berlatarkan budaya setempat dan bukannya budaya internasional. Dan lagi, reputasi Les Copaque sebagai organisasi terkenal mulai dibentuk oleh popularitas Upin & Ipin bukan saja di Malaysia, malah di beberapa negara lain yang mengimport kartun ini khususnya Indonesia. 16

30 Analisis Sifat Karakter Film Animasi 3D Upin Ipin a. Upin Ipin Upin dan Ipin (pengisi suara Nur Fathiah Diaz) adalah dua orang saudara kembar asal Melayu yang tinggal bersama kakak dan opah mereka dalam sebuah rumah di Kampung Durian Runtuh. Mereka berdua kehilangan kedua-dua ibu bapa sewaktu mereka masih bayi. Kuburan orangtua mereka ditunjukkan dalam sebuah episode berjudul Hari Raya dan Istimewa Hari Ibu. Upin lahir lima menit lebih awal dari Ipin dan oleh karena itu memandang serius peranannya sebagai kakaknya Ipin. Upin lebih pandai bersuara dan menjadi tokoh utama di balik perbuatan nakal yang dilakukan oleh mereka berdua. Ipin lebih periang dan pandai dalam pembelajaran dibandingkan dengan kakaknya dan gemar makan ayam goreng. Ipin juga cenderung sering mengulang satu kata menjadi tiga kali dalam satu kalimat, khususnya Betul betul betul. Untuk membedakan saudara kembar yang berkepala botak ini, Upin memiliki sehelai rambut di kepalanya dan selalu memakai baju kuning yang tertulis huruf U. Sementara Ipin tidak memiliki rambut, memakai baju biru yang tertulis huruf I, dan selalu memakai kain merah pada lehernya. b. Kak Ros Kak Ros (pengisi suara Noor Ezdiani Ahmad Fauwzi) merupakan kakak sulungnya Upin dan Ipin. Dari luar dia nampak galak tetapi sebenarnya ia adalah seorang kakak yang penuh kasih sayang. Dia suka mengambil kesempatan untuk mempermainkan adik-adiknya. 17

31 18 c. Opah Mak Uda (Pengisi suara Hjh. Ainon Ariff) merupakan neneknya Upin, Ipin dan Ros. Beliau berhati murni dan sering memanjakan Upin dan Ipin. Ia mengetahui banyak hal duniawi dan keagamaan. Ia lebih sering dipanggil Opah. d. Jarjit Singh Jarjit (Pengisi suara Mohd Shafiq Mohd Isa) adalah seorang anak-anak lakilaki berketurunan India Punjabi. Meskipun sebaya usianya dengan teman-teman sekelasnya yang lain tetapi suaranya besar seolah-olah sudah dewasa. Jarjit juga dikenali karena kepandaian berjenaka dan berpantunya, khususnya pantun dua baris yang bermula dengan Dua tiga. Ketika diperkenalkan dulu, Jarjit seolah-olah disisihkan ketika mencoba untuk ikut bermain dengan yang lainnya, tetapi lamakelamaan teman-temannya membiasakan diri dengan sifatnya Jarjit ketika bermain. e. Mohammad Al Hafezzy (Fizi) Fizi (Pengisi suara Ida Rahayu Yusoff) adalah salah satu temannya Upin dan Ipin. Dia bersifat penuh keyakinan dan amat dimanjakan oleh orangtuanya. Kadangkadang dia lebih kelihatan suka menyombongkan diri dan mengejek, terutamanya memanggil Ehsan dengan julukan Intan Payung (anak manja). Sesekali Ehsan didapati menunjukkan sikap mengecut, tetapi sebenarnya baik hati dan dekat orangnya. f. Ehsan bin Azaruddin Ehsan (Pengisi suara Mohd. Syahmid Abdul Hamid) ialah sepupunya Fizi yang tinggal disebelah rumahnya. Ehsan berasal dari keluarga kaya dan dimanjakan oleh orangtuanya. Dia juga menyandang jabatan sebagai ketua kelas dalam ruang kelas Upin dan Ipin di tadika, dengan beralaskan botwie pada pakaian sekolahnya sebagai bukti. Meskipun suka makan, menyendiri dan cerewet, dia tetaplah seorang kawan setia. Fizi suka memanggilnya Intan Payung. 18

32 19 "Intan Payung" sendiri merupakan istilah dalam bahasa Melayu yang berarti 'anak manja' atau 'anak yang sangat disayangi'. Istilah ini juga populer di Sumatera dan Kalimantan sejak lama. g. Mei Mei Mei Mei (Pengisi suara Yap Ee Jean, Tang Ying Sowk) merupakan yang seorang keturunan Cina yang sopan, rajin, dan waras sekali pemikirannya di kalangan kawan-kawan Upin dan Ipin. Mei-Mei adalah anak terpintar di kelasnya. Mei Mei berketurunan Cina dan bukan beragama Islam, Melainkan Agama Konghucu. h. Ismail bin Mail Mail (Pengisi suara Mohd Hasrul) merupakan yang paling rajin di kalangan kawan-kawan Upin dan Ipin, bukan saja di sekolah, bahkan juga gigih mencari rezeki dengan membantu ibunya menjual ayam goreng. Kadangkala dia juga melibatkan diri dalam perbuatan nakal saudara kembar ini tetapi gegabah dan sulit memberi tumpuan. Mail diperkenalkan dalam seri Setahun Kemudian, ketika dia sulit untuk menunaikan ibadah puasa walaupun sudah cukup umur tetapi karena dia juga membantu ibunya menjual makanan di Pasar. i. Susanti Susanti (pengisi suara Sarah Nadhirah Azman) merupakan anak perempuan yang berasal dari sebuah keluarga yang berasal dari Jakarta, Indonesia. Baru tinggal di Malaysia ini, dan belum terbiasa dengan obrolan anak-anak lainnya. Pertama kali muncul pada episode Berpuasa Bersama Kawan Baru. Nampaknya diam-diam Mail tertarik dengan Susanti. Susanti juga muncul di episode Diri Bersih Badan Sihat, dan Sapy oh Sapy. Dan di episode Kenangan mengusik Jiwa Susanti bernyanyi salah satu lagu yang ada di film P. Ramli. 19

33 20 j. Atok Dalang Isnin bin Khamis, atau lebih dikenali sebagai Tok Dalang (pengisi suara adalah Abu Shafian Abdul Hamid) merupakan ketua penghulu Kampung Durian Runtuh dan dalang wayang kulit yang berkali-kali menjuarai pertandingan wayang kulit (seperti yang dilihat pada koleksi piala di rumahnya). Seperti Nenek, Atok Dalang banyak diminta pertolongannya oleh Upin, Ipin dan kawan-kawan, di samping memberi nasihat kepada mereka. Kakek Dalang mempunyai beberapa batang pokok rambutan untuk dijual buahnya, dan seekor ayam jantan peliharaan bernama Rembo. Ahli waris Tok Dalang yang dapat dikenali adalah Tajol yang berumah tangga di kota, dan dari Tajol ini lahirlah cucu Tok Dalang yakni Badrol (tokoh utama Geng). Tidak jelas apakah ada hubungan kerabat antara Upin dan Ipin dengan Tok Dalang. k. Uncle Muthu Muthu (pengisi suara adalah Mohd Shafiq Mohd Isa), disapa sebagai Uncle Muthu oleh para pemuda di kampung, merupakan satu-satunya penjual makanan di Kampung Durian Runtuh dan bapaknya Rajoo. Antara makanan dan minuman yang dihidangkan di warungnya ialah nasi dagang, nasi goreng, nasi ayam, teh tarik, Milo dan sebagainya. Dalam arti kata lain, tidak ada bedanya gerai Muthu dengan restoran yang dijumpai di kota. l. Salleh Salleh A Sally (Pengisi suara adalah Ros Hasrol Ahmad) terkenal sebagai laki-laki feminim yang galak dan sirik. Dalam seri TV Upin & Ipin, ia dilihat bertugas sebagai penjaga perpustakaan dalam perpustakaan keliling (episode Seronoknya Membaca). Dalam film Geng, Salleh bersekongkol dengan karakter jahat 20

34 21 Pak Mail dan Singh untuk menculik makhluk aneh (ibu Oopet) demi keuntungan. Pak Mail dan Singh adalah ayah dari Mail dan Jarjit. m. Ah Tong Ah Tong (pengisi suara Mohd Shafiq Mohd Isa) Seorang pedagang yang berpakaian serba merah dan selalu berbicara dengan dialek Cina yang kuat. Dalam seri TV Upin & Ipin, dia dilihat dalam episode Ambil Galah Tolong Tunjukkan di mana dia membeli rambutan dari Upin, Ipin dan kawan-kawannya. n. Datuk Abdul Azez bin Sattar Datuk Abdul Azez bin Sattar (pengisi suara yakninya beliau sendiri) merupakan karakter khas yang ada di film P. Ramlee, menurut pengarah kreatif Les Copaque Zaid U, Sebagai anak seni yang membesar dengan filem-filem P.Ramlee, rasanya saya harus memberikan penghargaan buat seniman agung tersebut dan secara tidak langsung anak-anak kecil zaman sekarang boleh mengenali P.Ramlee dengan lebih jelas. Mengulas lebih lanjut mengenai pemilihan karakter Datuk Aziz Satar untuk episode ini, Usamah menyifatkan ia sebagai satu karakter yang ideal dalam mengetengahkan tribute filem P.Ramlee memandangkan Datuk Aziz pernah bekerjasama dengan seniman agung tersebut dahulunya. 3.5 Sinopsis Film Animasi 3D Upin Ipin episode Kenangan Mengusik Jiwa Upin & Ipin tahu film P. Ramlee saat mereka disuruh Opah mengantar makanan ke Tok Dalang. Saat itu Tok Dalang sedang menyetel video lama film P. Ramlee yang berjudul Pendekar Bujang Lapok. Kemudian mereka menyetel beberapa film lagi sampai tertawa terbahak-bahak. Tok Dalang menyuruh Upin & Ipin agar besok mengajak kawan-kawannya untuk menonton film P. Ramlee bersama-sama. Kemudian mereka menirukan adegan 21

35 22 dalam film tersebut. Tidak ketinggalan abang Salleh yang lewat depan rumah Tok Dalang juga ikut-ikutan, dia berperan jadi Raja Kapur kemudian Upin mengatakan bahwa wajah Raja Kapur seperti tepung kanji, abang Salleh langsung lari terbiritbirit. Besoknya, saat Upin & Ipin disuruh kak Ros mengantar makanan untuk dijual di warung paman Muthu, mereka melihat abang Salleh yang pingsan karena melihat Aziz Sattar. Saat itu Aziz Sattar mencoba membangunkan Salleh dengan mantra Niyat ingsun matak aji Semar ngising kemudian abang Salleh bangun tapi kemudian pingsan lagi, lalu dilanjut dengan mantra rampung ngising, Semar tilem. 3.6 Tokoh Dan Kru Dalam Film Animasi 3D Upin Ipin 3.1. Pengisi Suara dan Tokoh dalam Film Animasi Upin Ipin disajikan pada tabel Tabel 3.1 Pengisi Suara dan Tokoh dalam Film Animasi Upin Ipin No Pengisi Suara Berperan Sebagai 1 Ida Rahayu Yusoff Upin Ipin 2 Noor Ezdiani Ahmad Fauwzi Kak Ros 3 Hjh. Ainon Ariff Opah 4 Mohd Shafiq Mohd Isa Jarjit 5 Ida Rahayu Yusoff Fizi 6 Mohd. Syahmid Abdul Hamid Ehsan 7 Yap Ee Jean, Tang Ying Sowk Mei Mei 8 Mohd Hasrul Mail 9 Sarah Nadhirah Azman Susanti 10 Abu Shafian Abdul Hamid Tok Dalang 11 Mohd Shafiq Mohd Isa Uncle Muthu 12 Ros Hasrol Ahmad Salleh 13 Mohd Shafiq Mohd Isa Ah Tong 14 Datuk Abdul Azez bin Sattar Datuk Abdul Azez bin Sattar 22

36 23 Kru dan Tahun Produksi Film Animasi Upin Ipin disajikan pada table 3.2 Tabel 3.2 Kru dan Tahun Produksi Film Animasi Upin Ipin Penerbit Hj. Burhanuddin bin Md Radzi Hjh. Ainon Binti Arif Direktur Mohd Nizam bin Abd Razak Teknik Direktur Mohd Safwan bin Ab Karim Animasi Direktur Muhammad Usamah Zaid bin Yasin Jefry bin Mahadi Affandi Animator Kee Yong Pin Nazrul Hadi bin Nazlan Alexander Teoh Yen Hao Suara Noor Ezdiani binti Ahmad Fawzi Musik Wong Yu-Ri (Mushroom Music) Penulis Script Muhammad Anas bin Abdul Aziz Ehsan bin Azharuddin Tan Shick Wei Art Karakter Sharil bin Adnan Hazwan Ahmad bin Sri Nusa Ahmad Administrasi Khairiah Hafizan binti Mazhar Diproduksi Oleh Les Copaques Production Tahun Produksi Analisis Sumber Data a. Data Primer Data primer diambil dari beberapa scene pada film animasi 3D Upin Ipin episode Kenangan Menegusik Jiwa yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berkaitan dengan penelitian. 23

37 24 b. Data Sekunder Data sekunder didapatkan dengan cara mengambil dari berbagai sumber berupa tulisan artikel, buku-buku, kuisioner dan sumber-sumber dari intemet yang berkaitan dengan objek penelitian yang dapat mendukung penelitian ini. 24

38 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGUJIAN Film animasi yang menjadi penelitian penulis ini berjudul Upin Ipin Kenangan Mengusik Jiwa dan berdurasi 20 menit. Film animasi ini mengisahkan mengenai dua anak kecil kembar yang sedang berkunjung kerumah tetangganya yang biasa disebut Atok Dalang. Atok Dalang ini digambarkan sebagai seorang kakek yang hidup sendiri, karena sanak keluarganya merantau jauh. Hal tersebut diceritakan pada episode Upin Ipin yang lainnya. Upin Ipin dan sang Atok pun menyaksikan film yang tengah diputar ditelevisi milik Atok. Film tersebut adalah film legendaris yang sangat terkenal di Malaysia, P.Ramlee. Ternyata, film bergambar hitam-putih itupun menyihir kedua anak kembar tadi menjadi pecinta film P.Ramlee. Begitupula saat mereka, dan teman-temanya menirukan dialog seperti yang ada pada film tersebut. Hingga pada suatu hari, mereka bertemu dengan sosok Datuk Abdul Azez Sattar bin Sattar atau biasa dikenal dengan Datuk Azez Satar. Seorang actor legendaris dari Malaysia yang turut ikut berperan dalam film P.Ramlee, di warung Paman Muthu. 4.1 Analisis Umum Makna Judul Animasi 3D Upin Ipin Pada episode animasi Upin Ipin yang menjadi penelitian penulis adalah Kenangan Mengusik Jiwa. Pada dasarnya, bahasa yang digunakan dalam film animasi ini adalah bahasa melayu Malaysia. Sehingga banyak penuturan pada dialog di film ini kurang dapat dipahami dengan baik oleh sebagian masyrakat di Indonesia. Padahal jika dilihat dalam sejarah, Bahasa Melayu merupakan cikal bakal Bahasa Indonesia. Kembali kepada judul animasi ini, Kenangan Mengusik Jiwa. Berdasarkan KBBI, arti dari Kenangan adalah sesuatu yang membekas dalam ingatan. Sedangkan menurut KBBI, arti dari Mengusik adalah mengganggu, mencampuri urusan orang lain. Jika diartikan kembali sesuai dengan bahasa melayu, mengusik berarti menyentuh, namun arti menyentuh ini juga terdapat dalam KBBI. Lalu, arti kata Jiwa. Sama dengan bahasa Melayu, menurut KBBI, Jiwa berarti raga, orang yang semangat, dan utuh. 25

39 26 Jika digabungkan, Kenangan Mengusik Jiwa, berarti sebuah kejadian indah, atau peristiwa dimasa lampau yang sangat membekas diingatan seseorang sampai saat ini. Hal ini sesuai dengan jalan cerita yang ditampilkan pada episode ini. Film P.Ramlee yang sudah legendaris sejak puluhan tahun lalu di Malaysia ini, tentu masih membekas diingatan masyarakat Malaysia bahkan di Indonesia. P. Ramlee merupakan aktor Malaysia yang kesohor tak hanya di negerinya. Di Indonesia, P. Ramlee juga memiliki nama yang harum. Apalagi di Aceh. Ia memiliki tali-temali dengan daerah di ujung barat Indonesia itu Analisis Makna Denotasi dan Konotasi dalam film Animasi 3D Upin & Ipin Analisis Denotasi dan Konotasi pada film animasi ini merupakan bagian dari metode Semiotika Roland Barthes, seperti yang sudah penulis jelaskan pada Bab sebelumnya. Setiap scene yang penulis analisa merupakan scene yang paling dianggap bisa mewakili inti dari keseluruhan cerita tanpa harus menganalisa keseluruhan scene dalam film. Sehingga, scene-scene yang penulis pilih memiliki makna-makna yang kuat dan dapat di analisis dengan Denotasi dan Konotasi. 1. Scene 1 Dalam scene 1 ini Upin & Ipin bertamu ke rumah tetangganya yakni Tok Dalang yang tidak jauh dari rumahnya, mereka juga telihat membawa makanan. Analisis scene 1 disajikan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Analisis Scene 1 Visual Dialog Atok oh Atok.. Seru Upin & Ipin memanggil Tok Dalang. Saat itu Upin dan Ipin bertamu kerumah Tok Dalang dengan membawa rantang beisi makanan. Namun ketika di panggil, Atok tak 26

40 27 menjawab. Eh, Atok nyanyi lah kata Upin. Upin dan Ipin mendengar Atok sedang bernyanyi dari dalam rumahnya. Atok melantunkan lagu Bujang Lapo milik P.Ramlee. Tak lama, Upin pun perlahan membuka pintu rumah Atok. Assalamualaikum, Tok. Eh, Upin Ipin, mari masuk kata Tok Dalang yang menyadari kedatangan Upin dan Ipin. DENOTASI KONOTASI Dalam scene pertama ini, Upin dan Ipin bertamu kerumah Tok Dalang dengan membawa makanan. Setelah memanggil Tok Dalang dan tidak ada jawaban, maka Upin pun membuka perlahan pintu rumah Atok dengan memberi salam. Pada satu scene ini, terdapat dua hal yang mempunyai makna konotasi. Pertama adalah bertamu. Bertamu tentu memiliki adab tersendiri. Dalam agama Islam, 27

41 28 bertamu merupakan hal yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Hal ini bertujuan untuk mempererat tali silaturhami antar tetangga. Dalam bertamu pun terdapat adab-adab tertentu sesuai tuntunan Nabi. Seperti mengucapkan salam, tidak mengintip, dan ketukan yang tidak menggangu. Adapun membawa buah tangan atau oleh-oleh untuk tamu yang dikunjungi, merupaka cara untuk memuliakan tamu. Hal ini pula terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW Janganlah begitu, bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu, selama-lamanya. Demi Allah! Sesungguhnya, kamu telah menyambung tali persaudaraan, berbicara jujur, memikul beban orang lain, suka membantu orang yang tidak punya, menjamu tamu, dan sentiasa mendukung kebenaran. (HR. Al-Bukhari no dan Muslim no. 231). Mengucapkan salam juga merupakan salah satu hal yang sangat penting ketika bertamu. 28

42 29 Dalam scene ini, Upin dan Ipin mengucapkan Assalamualaikum. Salam menurut Kamus Bahasa Indonesia, artinya damai; pernyataan hormat; dan ucapan assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Dalam perspektif Islam,mengucapkan salam assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh atau ingkasnya assalamu'alaikum artinya menyampaikan pesan damai, rasa hormat, dan doa. Assalamu'alaikumwarahmatullahi wabarakatuh artinya "Semoga keselamatan, keberkahan, dan kasih sayang (rahmat) dari Allah SWT menyertai Anda/kalian". Al-Quran menegaskan, selain doa, salam adalah penghormatan. "Apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka balaslah pengormatan itu dengan lebih baik daripadanya. Atau balaslah penghormatan itu (dengan yg serupa). Sesungguhnya Allah selalu membuat perhitungan atas segala sesuatu" ( QS An-Nisaa' : 86) 29

43 30 2. Scene 2 Salah satu aspek utama yang terdapat dalam sebuah film adalah setting. Setting yang digunakan dalam sebuah film umumnya dibuat senyata mungkin dengan konteks ceritanya. Sehingga hal ini mampu meyakinkan penonton bahwa seolah-olah cerita yang terjadi dalam animasi ini adalah nyata. Setting yang digunakan pada scene ini adalah penggunaan warna hitam putih pada animasinya. Hal ini bertujuan bahwa seolah-olah film tersebut merupakan film pada masa lalu. Analisis scene 2 disajikan pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Analisis Scene 2 Visual Dialog Aku suruh cari orang yang gagah, bukan badan kurus macam ini! kata Upin sembari menunjuk Atok Dalang. Tuan director, ini lah betul-betul orang gagah tuan. Sekali dia makan nasi boleh habis lima pinggan, sebut Ipin. Itu bukan gagah. Itu gelojoh. Ini macam nak jadi Hang Tuah? Coba lihat. Haik, Hang Tuah pakai sepatu. Sudah, suruh dia pulang, perintah Upin sembari menunjuk Atok Dalang yang berbadan kurus. Tuan Director, kalau saya tak boleh jadi Hang Tuah pun tak apa lah. Kasih lah saya jadi Hang Jebat, Atok Dalang memelas. 30

44 31 Nak jadi Hang Jebat? Sekali orang ketis, nak berhambo tulang rusuk ko semua, kata Upin lagi, menujuk fisik Atok Dalang. DENOTASI KONOTASI Pada scene ini, Upin, Ipin, dan Tok Dalang memperagakan adegan dimana seorang director mencari pemain untuk film yang akan dibuatnya. Ia meminta kepada assistantnya untuk mencarikan pemain yang sesuai. Namun sang assistant membawa seorang lelaki yang menurut sang director tersebut tidak sesuai kriteria untuk memainkan filmnya. Ia sedang mencari sosok yang tepat untuk memainkan peran sebagai Hang Tuah & Hang Jebat. Dimana peran Hang Tuah & Hang Jebat haruslah seseorang lelaki yang gagah. Dalam masa kejayaan Kesultanan Malaka, tersebutlah nama seorang tokoh terkenal di dalamnya selain sultannya, yaitu Hang Tuah. Hang Tuah dikenal sebagai laksamana terhebat kala itu. Hang Tuah merupakan seorang pahlawan legendaris dari bangsa Melayu pada 31

45 32 masa pemerintahan Sultan Melaka di abad ke-15 (Kerajaan Melaka bermula pada tahun ). Nanang Sobirin (2015) dikutip dari laman daerah.sindonews.com, Hang Tuah dikenal sebagai laksamana, panglima tertinggi yang memimpin pasukan di lautan. Seperti Gadjah Mada yang terkenal di Majapahit, Hang Tuah yang cerdas dalam kepemimpinan pasukan di atas laut juga banyak menuturkan kata-kata bijak. Di antaranya, Esa hilang, dua terbilang. Berdasarkan Sulalatus Salatin atau naskah babad rajaraja yang ditulis menggunakan bahasa Arab Melayu, Hang Tuah lahir di Kampung Sungai Duyong, Malaka, sekitar Ayahnya bernama Hang Mahmud dan ibunya Dang Merdu. Saat muda, Hang Tuah menguasai bidang pelayaran. Ia bersama empat kawannya, yaitu Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu, merantau dan berlayar bersama. Suatu hari, mereka bertemu dengan tiga perahu yang berisikan pasukan dari Majapahit yang ingin memperluas daerah 32

46 33 kekuasaan. Hang Tuah dan kawankawannya berhasil menundukkan rombongan perahu tersebut. Kemudian, karena prestasinya, bendahara (setingkat perdana menteri) mengangkatnya menjadi laksamana di Malaka. 33

47 34 3. Scene 3 Upin dan Ipin ikut menyaksikan film P.Ramlee bersama Tok Dalang. Pada scene ini, terlihat Upin Ipin sangat antusias terhadap film ini. Mereka pun tertawa terbahak-bahak menyaksikan film P.Ramlee yang berjudul Seniman Bujang Lapok. Analisis scene 3 disajikan pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Analisis Scene 3 Visual Dialog Ada lagi kah, Tuk cerite lain? Tanya Upin pada Atok Dalang sehabis menyaksikan sebuah serial film P.Ramlee. Banyak jawab Atok. Atok pun membuka lemari tempat penyimpanan kaset-kasetnya. Wah, banyaknya. Pasang lah, Tok Pinta Ipin pada Atok agar segera memainkan kaset-kaset tersebut. Seusai menonton film P.Ramlee dirumah Atok, Upin Ipin pulang kerumah. Mereka pun menceritakan kepada Opah tentang film tersebut. Ternyata Opah pun menyukai film P.Ramlee. DENOTASI Pada bagian scene ini, Upin, Ipin, 34

48 35 KONOTASI Atok, dan Opah sangat Antusias dengan film P.Ramlee. P. Ramlee merupakan aktris Malaysia yang kesohor tak hanya di negerinya. Di Indonesia, P. Ramlee juga memiliki nama yang harum. Apalagi di Aceh. Ia memiliki tali-temali dengan daerah di ujung barat Indonesia itu. Zulfadli Kawom (2013) dikutip dari laman musik.or.id, P. Ramlee terlahir dengan nama Teuku Zakaria bin Teuku Nyak Puteh di Pulau Pinang, 22 Maret Ia memiliki darah Aceh, karena sang ayah, Teuku Nyak Puteh, berasal dari Lhokseumawe. Sementara ibunya bernama Che Mah Hussein, asli Malaysia. Ramlee kecil sudah meminati dunia seni. Mulanya, ia suka bermain ukelele, lalu beralih ke alat musik gitar dan biola. Ketertarikannya pada bermusik, membuat ia bergabung dalam Orkes Teruna Sekampung dan Sinaran Bintang Sore. Pada 1947, ia menjuarai lomba nyanyi Radio Pulau Pinang yang kemudian mengantarkannya menjadi Bintang Penyanyi Utama Malaysia. Pada lomba itu lah, Teuku Zakaria menyematkan nama P. Ramlee, sehingga kelak 35

49 36 menjadi tenar. P dimaksudkan untuk merujuh nama ayahnya: Puteh. Sejak saat itu (1947) ia dikenal sebagai P. Ramlee hingga ajal menjemput pada 29 Mei 1973, di usia 44 tahun. Chinta (1948) merupakan film pertama yang diperankan P. Ramlee, berperan sebagai penjahat dan penyanyi latar. Semasa hayatnya, P. Ramlee membintangi 66 film. Tak hanya dikenal sebagai pelaku seni peran, P. Ramlee juga dikenal dengan lagulagunya. Zapin Malaysia, Nak Dara Rindu, dan Kalau Kaca Menjadi Intan untuk menyebut beberapa judul lagu saja. Sepanjang hayatnya, ia telah menyanyikan 359 judul lagu. Atas kiprahnya memajukan dunia seni dan budaya, Raja Yang Dipertuan Agung Malaysia memberikan penghargaan Bintang Kebesaran Darjah Panglima Setia Mahkota pada Lalu Kerajaan menambah gelar Tan Sri pada nama P. Ramlee. 36

50 37 4. Scene 4 Dalam scene ini, Upin Ipin dan teman-temannya melakukan dialog dan berdrama seperti yang terdapat pada film serial P.Ramlee dalam judul Anakku Sazali. Scene dilakukan pada teras rumah Tok Dalang. Analisis scene 4 disajikan pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Analisis Scene 4 Visual Dialog Hoi dengar, aku punya banyak duit. Aku borak (bohong) sama Daddy aku. Dia bagi aku duit, dia sayang sama aku. Berapa banyak pun aku boleh dapat Kata Ehsan menirukan dialog peran Sazali dalam film P.Ramlee. Kau tak tahu malu kah? Anak orang baik-baik tingkah laku macam perompak? Kau ingat pasal inikah bapak kau antar kau sekolah? Sambung Tok Dalang yang seolaholah berperan sebagai ayah dari Sazali Sudah terlambat Pak. Bapak yang bersalah dalam soal ini, bapak membesarkan Sazali dengan secara membabi buta saja, segala apa kemahuan Sazali bapak tunaikan. Segala apa hajat Sazali, bapak sempurnakan, sehingga Sazali pandai 37

51 38 cakap bohong sama Bapak. Sehingga Sazali menipu Bapak, menipu untuk kepentingan diri. Tetapi bapak hanya Anakku Sazali kata Ehsan sambil menunjuk kearah Tok Dalang. DENOTASI Scene ini mempergakan ulang film Anakku Sazali. Dalam film ini menceritakan seorang laki-laki yang bernama Sazali. Sazali besar dengan Ayahnya. Ibunya meninggal dunia sesaat setelah Sazali dilahirkan. Ayahnya berjanji akan selalu menyayangi Sazali dan selalu memaafkan kesalahan Sazali, sekalipun itu fatal. Beranjak dewasalah Sazali, iapun selalu dimanja dengan dirayakan ulang tahunnya dan dihadiahi barang mewah yaitu sebuah mobil terbaru dan mahal harganya, sejatinya di usia itu Sazali tak pantas lagi untuk ditimangtimang. Dan ternyata Sazali terpikat oleh sepupunya sendiri anak Pamannya, Pakcik Mansyur. Kejadian yang tidak diinginkan terjadi, 38

52 39 sepupunya pun hamil karena digagahi Sazali. Ayahnya pun murka dan melabrak Sazali, bukan tanggungjawab yang Sazali janjikan ia malah menyalahkan Ayahnya telah salah dalam membesarkan dan mengasuhnya. Ayahnya terperanjat, karena Sazali telah berlaku demikian karena kesalahannya sebagai seorang bapak. Sazali katakan apapun kesalahan yang telah ia buat adalah mutlak kesalahan Ayahnya. KONOTASI Cerita film ini merupakan sebuah jawaban dari sebuah realita kehidupan dimana pola asuh anak yang baik akan menciptakan anak yang baik pula. Dengan memberikan nasehat ataupun hukuman sesuai dengan perbuatan yang dilakukan si anak, akan memberikan efek jera pada si anak untuk tidak mengulanginya atau bahkan membuat tingkah laku anaknya yang keterlaluan semakin menjadi-jadi. Sebaliknya, melakukan aksi pembiaran terhadap anak akan mengakibatkan si anak menjadi buta hati dan bertindak semena-mena tanpa memikirkan perasaan dan nasib orang 39

53 40 lain di sekitarnya. Namun, sebagai seorang anak haruslah berbuat baik serta berbakti terhadap kedua orangtua. 5. Scene 5 Pada scene selanjutnya memperlihat suasana di Warung makan Paman Muthu. Disana sudah ada Paman Athong dan Tok Dalang yang sedang berbincang-bincang. Tiba-tiba mereka mendengar sebuah ledakkan yang membuat mereka terkejut. Ternyata, ledakkan tersebut berasal dari sebuah mobil yang ban depannya pecah, persis didepan warung Paman Muthu. Tak lama, keluarlah supir mobil tersebut untuk melihat keadaan mobilnya. Disusul pula oleh penumpang yang duduk dibelakang supir. Penumpang itu pun turun dari mobil dan menuju kearah warung Paman Muthu untuk memesan segelas kopi. Paman Muthu, Tok Dalang, dan Paman Athong pun terkejut melihat penumpang yang datang dan memesan kopi tersebut. Analisis scene 5 disajikan pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Analisis Scene 5 Visual Dialog Amboi Muthu, gembira nampak. Ada apakah? Tanya Tok Dalang pada Paman Muthu yang sedang bernyanyi riang sambil membersihkan gerobak jualannya. Hehe, tak ada jawab Paman 40

54 41 Muthu sambil tertawa. Hei Athong, apa rupa dalam bilik tuh? tanya Tok Dalang pada Paman Athong yang sedang memegang sebuah peti yang terbuat dari kayu. Eh Tok Dalang. Ini petik antik. Kuncinya sudah hilang. Saya mau buka, mana tau ada duit didalam jawab Paman Athong sambil menunjuk kearah peti kayu tersebut. Tiba-tiba terdengar letusan. Aduh meletup pula kata seorang pengendara mobil yang melihat ban mobilnya bocor. Eh Athong, Tok Dalang lihat mari ujar Paman Muthu sambil menunjuk kearah seorang lakilaki tua yang ternyata adalah penumpang dari mobil tersebut. 41

55 42 DENOTASI Laki-laki tersebut berjalan kearah warung Paman Muthu dan memesan segelas kopi. Sontak Paman Muthu, Athong, dan Tok Dalang terkejut melihat lelaki tersebut. Lelaki tersebut adalah Aziz Sattar. Ia pun tersenyum ramah kepada ketiganya. KONOTASI Arkib Negara Malaysia (2017), Aziz Sattar atau Datuk Aziz Sattar, lahir pada Januari 1930 di Surabaya, Indonesia. Darah Indonesia yang dimilikinya berasal dari sang ayah. Datuk Aziz dibawa ayahnya ke Singapura ketika berumur tujuh tahun, dan bersekolah di Sekolah Melayu. Namun, sekolahnya terhenti karena adanya perang 42

56 43 dunia ke dua. Datuk Aziz semasa remaja pernah bekerja sebagai pemandu kereta. Ia tidak pernah malu bekerja sebagai buruh, selagi pekerjaan itu halal. Karir seni beliau berawal dari sebuah persahabatan dengan Sharif Dol yang bekerja di Studio Film Production. Beliau adalah penulis skenario, pemain film, dan sutradara yang sangat terekenal dalam dunia perfilman melayu kala itu. Akhirnya Datuk Aziz bermain dalam film perdananya pada tahun 1957 yang berjudul Bujang Lapok bersama dengan P.Ramlee. Sejak saat itu namanya mulai dikenal oleh para masyarakat Malaysia, Singapura, dan Indonesia. 6. Scene 6 Scene ini merupakan scene terakhir dalam film animasi Upin & Ipin pada episode Kenangan Mengusik Jiwa. Pada scene ini Upin dan Ipin bertanya kemanakah sosok P.Ramlee pada Datuk Aziz Satar yang selama ini mereka kagumi film-filmnya. Datuk Aziz Satar pun mejelaskan kepada Upin dan Ipin, bahwa P.Ramlee telah lama meninggal dunia. 43

57 44 Analisis scene 6 disajikan pada tabel 4.6. Visual Tabel 4.6 Analisis Scene 6 Dialog Tok Aziz, mana P.Ramlee? suka tengok cerita dia kata Upin bertanya pada Aziz Satar. Suka ya? tanya Aziz Satar. Suka, Suka, Suka kata Ipin menjawab. P.Ramlee telah meninggal dunia tiga puluh Sembilan tahun yang lalu, anakanak. 44

58 45 DENOTASI Upin dan Ipin menanyakan keberadaan P.Ramlee pada Datuk Aziz Sattar. Saat itu Datuk Aziz Sattar menanyakan apakah Upin dan Ipin benar-benar suka pada film-film P.Ramlee. Datuk Aziz Sattar pun menjelaskan kepada Upin dan Ipin bahwa P.Ramlee telah lama meninggal dunia. Datuk pun mejelaskan bahwa P.Ramlee merupakan seniman hebat. Ia adalah seorang actor, pemusik, sutradara, dan penulis. Maka, tidak salah jika P.Ramlee diberikan gelar seniman Negara. 45

59 46 KONOTASI P. Ramlee alias Teuku Zakaria Teuku Nyak Puteh yang merupakan seorang penyanyi, musisi, aktor kawakan, dan sutradara film Malaysia adalah seorang bangsawan yang di dalam dirinya mengalir darah biru seorang pelaut kawakan Aceh, Teuku Nyak Puteh Teuku Karim. Selain sebagai aktor dan pengarah film, P. Ramlee juga aktif dalam berbagai bidang organisasi, di antaranya Persatuan Artis-artis Malaya (PERSAMA), Kumpulan Musik Panca Sitara, Pasukan Badminton (Sekawan Bintang), dan Sepak Takraw (Sangga Buana). Disamping itu, ia juga pernah mengadu nasib di bidang perdagangan dengan menerbitkan majalah hiburan Bintang dan majalah Gelanggang Films. Bersama rekan-rekannya, ia pernah mendirikan dua buah perkumpulan film, yaitu Perusahaan Film Malaysia (PERFIMA) dan SAZARA Film Company. P. Ramlee juga sering diundang dalam forumforum penting, di antaranya dalam Kongres Bahasa dan Persuratan Melayu Ketiga di Singapura dan di Johor Bahru (1956), dan Kongres Kebudayaan Kebangsaan di 46

60 47 Universitas Malaya, Kuala Lumpur (1971). Semasa hidupnya, ia pernah berkunjung ke beberapa negara, di antaranya Indonesia, Hong Kong, Manila dan Tokyo. Film terakhir yang dibintangi sebelum ia menghembuskan nafas terakhir berjudul Laksamana Do Re Mi tahun 1972, sedangkan lagu dan lirik terakhirnya berjudul Ayer Mata di Kuala Lumpur pada tahun P. Ramlee meninggal dunia pada tanggal 29 Mei 1973 dalam usia 44 tahun, akibat serangan jantung. Jenazahnya dimakamkan di Tanah Perkuburan Islam, Jalan Ampang Kuala Lumpur, Malaysia. Ia meninggalkan sebuah rumah yang berada di jalan Depap yang telah dijadikan Pustaka Peringatan P.Ramlee pada tahun Selain itu, namanya telah diabadikan sebagai nama jalan di Pusat Bandar Raya Kuala Lumpur menjadi Jalan P. Ramlee (yang dulunya bernama Jalan Parry) pada tahun Tidak hanya di Malaysia, nama P.Ramlee ternyata juga sangat akrab dikalangan masyarakat Aceh, Indonesia. Dikutip dari laman peradabandunia.com, 47

61 48 Organisasi antar bangsa Pusat Kebudayaan Aceh dan Turki (PuKAT) membuat sebuah acara Kenang Rindu untuk P Ramlee yang bertajuk "P Ramlee: Anak Aceh Bintang Asia Tenggara". Acara ini diperbuat di Aceh Community (ACC) Sultan II Selim Banda Aceh pada tahun 2014 lalu. Selain itu, masyarakat Aceh juga sering memutar lagu-lagu ciptaan P.Ramlee. Dari ke-enam scene yang penulis ambil sebagai bahan penelitian, bahwa antar scene di dalam film animasi ini saling memiliki hubungan dalam membentuk sebuah wacana di lingkungan masyarakat. Jadi antara jenis wacana narasi yaitu wacana deskripsi, dan wacana argumentasi, tidak berdiri sendirisendiri melainkan saling berkesinambungan dalam membentuk cerita yang layak untuk dinikmati semua kalangan. Unsur kebudayaan dan pesan moral yang tertuang secara tersirat dalam animasi ini juga merupakan hal yang sangat positif dan merupakan sebuah pengajaran dan pembelajaran yang dapat mengingatkan penonton bahwa korelasi antara budaya dan sejarah adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dan dilupakan. 4.3 Hasil Pengujian Hasil pengujian yang penulis lakukan adalah dalam bentuk kuesioner yang terdapat pada lampiran 1 kepada 32 (tiga puluh dua) responden yang didokumentasikan pada lampiran 2 pada lima pernyataan kuesioner ini, bertujuan untuk memperkuat penelitian, apakah masyarakat setuju atau tidak dengan analisis semiotika pada film animasi 3D Upin Ipin episode Kenangan mengusik Jiwa yang telah penulis teliti. Hasil kuesioner terdapat dalam lampiran 3. 48

62 49 Pernyataan kuesioner disajikan pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Pernyataan Kuesioner No. Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju (4) (3) (2) (1) 1. Analisa semiotika yang telah dibuat pada film Upin & Ipin ini dapat dipahami. 2. Analisa semiotika pada setiap scene sudah sesuai dengan maknanya masing-masing. Melalui metode semiotika, penonton mengerti 3. mengenai pesan moral yang disampaikan dalam film animasi Upin & Ipin episode Kenangan Mengusik Jiwa. Melalui metode semiotika, masyarakat dapat 4. dengan mudah memahami setiap tanda/simbol yang tersirat dalam menilai sebuah pesan moral pada film animasi. Scene yang dianalisa dengan metode *5. semiotika dalam film animasi ini masih terlalu sedikit. * Merupakan pertanyaan negatif, sehingga indikator parameter penilaian Sangat Setuju menjadi (1), Setuju menjadi (2), Tidak Setuju menjadi (3), Sangat Tidak Setuju menjadi (4). Dalam mengolah data kuesioner diatas, penulis menggunakan perhitungan kuesioner dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti. Skala ini merupakan suatu skala psikometrik yang biasa diaplikasikan dalam angket dan paling sering digunakan untuk riset yang berupa survei, termasuk dalam penelitian survei deskriptif. Skala Likert kerap digunakan sebagai skala penilaian karena memberi nilai terhadap sesuatu. Skala Likert bertujuan untuk mengukur kesetujuan dan ketidaksetujuan seseorang terhadap sesuatu objek penelitian. Skala Likert juga 49

63 50 biasa disebut skala sikap, yaitu sikap setuju dan tidak setuju terhadap sesuatu (yang bisa disetujui dan tidak disetujui). Adapun untuk hasilnya, penulis membuat range kedalam lima kategori. Diantaranya Sangat Baik, Baik, Cukup Baik, Kurang Baik, dan Sangat Kurang Baik. Berdasarkan hasil dari kuesioner yang penulis berikan kepada 32 (tiga puluh dua) responden dengan berbagai latar belakang pekerjaan seperti Karyawan, Mahasiswa, dan Ibu Rumah Tangga. Maka penulis melakukan perhitungan secara manual terhadap masing-masing pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan skala Likert seperti berikut: No. Pernyataan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 1. Analisa semiotika yang telah dibuat pada film Upin & Ipin ini dapat dipahami Sangat Setuju (4) 26 x 4 = 104 Setuju (3) 6 x 3 = 18 Tidak Setuju (2) 0 x 2 = 0 Sangat Tidak Setuju (1) 0 x 1 = 0 Jumlah = 122 Jumlah skor ideal untuk pertanyaan 1 (satu) yang diajukan kepada responden : a) Skor tertinggi : 4 x 32 = 128 (Sangat Baik) b) Skor terendah : 0 x 32 = 0 (Sangat Kurang Baik) Interpretasi skor hasil pengamatan: (122/128) x 100% = 95% dan masuk dalam kategori Baik 20% 40% 60% 80% 95% 100% SKB KB CB B SB 50

64 51 Keterangan : SKB : Sangat Kurang Baik KB : Baik CB : Cukup Baik B : Baik SB : Sangat Baik No. Pernyataan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 2. Analisa semiotika pada setiap scene sudah sesuai dengan maknanya masing-masing Sangat Setuju (4) 23 x 4 = 92 Setuju (3) 8 x 3 = 24 Tidak Setuju (2) 0 x 2 = 0 Sangat Tidak Setuju (1) 1 x 1 = 1 Jumlah = 117 Jumlah skor ideal untuk pertanyaan 2 (dua) yang diajukan kepada responden : a) Skor tertinggi : 4 x 32 = 128 (Sangat Baik) b) Skor terendah : 1 x 32 = 32 (Sangat Kurang Baik) Interpretasi skor hasil pengamatan: (117/128) x 100% = 91% dan masuk dalam kategori Baik 20% 40% 60% 80% 91% 100% SKB KB CB B SB 51

65 52 Keterangan : SKB : Sangat Kurang Baik KB : Baik CB : Cukup Baik B : Baik SB : Sangat Baik No. Pernyataan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 3. Melalui metode semiotika, penonton mengerti mengenai pesan moral yang disampaikan dalam film animasi Upin & Ipin episode Kenangan Mengusik Jiwa Sangat Setuju (4) 19 x 4 = 76 Setuju (3) 12 x 3 = 36 Tidak Setuju (2) 0 x 2 = 0 Sangat Tidak Setuju (1) 0 x 1 = 0 Jumlah = 112 Jumlah skor ideal untuk pertanyaan 3 (tiga) yang diajukan kepada responden : a) Skor tertinggi : 4 x 32 = 128 (Sangat Baik) b) Skor terendah : 1 x 32 = 32 (Sangat Kurang Baik) Interpretasi skor hasil pengamatan: (112/128) x 100% = 87% dan masuk dalam kategori Baik 20% 40% 60% 80% 87% 100% SKB KB CB B SB 52

66 53 Keterangan : SKB : Sangat Kurang Baik KB : Baik CB : Cukup Baik B : Baik SB : Sangat Baik No. Pernyataan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 4. Melalui metode semiotika, masyarakat dapat dengan mudah memahami setiap tanda/simbol yang tersirat dalam menilai sebuah pesan moral pada film animasi. Sangat Setuju (4) 19 x 4 = 76 Setuju (3) 13 x 3 = 39 Tidak Setuju (2) 0 x 2 = 0 Sangat Tidak Setuju (1) 0 x 1 = 0 Jumlah = 115 Jumlah skor ideal untuk pertanyaan 4 (empat) yang diajukan kepada responden : a) Skor tertinggi : 4 x 32 = 128 (Sangat Baik) b) Skor terendah : 1 x 32 = 32 (Sangat Kurang Baik) Interpretasi skor hasil pengamatan: (115/128) x 100% = 89% dan masuk dalam kategori Baik 20% 40% 60% 80% 89% 100% SKB KB CB B SB 53

67 54 Keterangan : SKB : Sangat Kurang Baik KB : Baik CB : Cukup Baik B : Baik SB : Sangat Baik No. Pernyataan Sangat *5. Scene yang dianalisa dengan metode semiotika dalam film animasi ini masih terlalu sedikit. Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju * Merupakan pertanyaan negatif, sehingga indikator parameter penilaian Sangat Setuju menjadi (1), Setuju menjadi (2), Tidak Setuju menjadi (3), Sangat Tidak Setuju menjadi (4). Sangat Setuju (1) 6 x 1 = 6 Setuju (2) 6 x 2 = 12 Tidak Setuju (3) 11 x 3 = 33 Sangat Tidak Setuju (4) 9 x 4 = 36 Jumlah = 87 Jumlah skor ideal untuk pertanyaan 5 (lima) yang diajukan kepada responden : a) Skor tertinggi : 1 x 32 = 32 (Sangat Baik) b) Skor terendah : 4 x 32 = 128 (Sangat Kurang Baik) Interpretasi skor hasil pengamatan: (87/32) x 100% = 3% dan masuk dalam kategori Sangat Baik 54

68 55 100% 80% 60% 40% 20% 3% SKB KB CB B SB Keterangan : SKB : Sangat Kurang Baik KB : Baik CB : Cukup Baik B : Baik SB : Sangat Baik Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan skala Likert pada setiap pertanyaan kuesioner diatas, maka dapat disimpulkan hasil presentase kuesioner dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar % 80% 60% 40% 20% Hasil Interpretasi Skor Kuesioner 0% Pernyataan 1 Pernyataan 2 Pernyataan 3 Pernyataan 4 Pernyataan 5 Gambar 4.1 Grafik Hasil Perhitungan Kuesioner Dari hasil presentase responden, pada hasil pengujian pertanyaan pertama menunjukkan angka sebesar 95% dan masuk dalam kategori Baik. Dalam hal ini responden menyatakan setuju bahwa analisa semiotika pada 55

69 56 film animasi Upin & Ipin ini dapat dengan mudah dipahami. Pada pertanyaan kedua, angka presentase menunjukan sebesar 91%. Angka ini masuk kedalam kategori Baik. Hal ini menunjukkan bahwa analisa semiotika pada setiap scene yang penulis analisa sudah sesuai dengan maknanya (ditinjau berdasarkan referensi). Untuk pertanyaan ketiga, interpretasi skor menunjukan angka 87%. Angka ini masuk dalam kategori Baik. Angka ini mempunyai arti bahwa responden sudah memahami pesan moral yang disampaikan dalam film animasi ini melalui metode analisis semiotika. Sedangkan untuk pertanyaan keempat, nilai interpretasi berada pada angka 89%. Angka ini masih sama dengan pertanyaan ketiga, bahwa angka ini masuk dalam kategori Baik. Hal tersebut menunjukkan responden setuju bahwa dengan menggunakan metode semiotika, responden dapat dengan mudah memahami tanda, simbol, maupun pesan moral yang tersirat dalam film animasi. Pada pertanyaan kelima, pertanyaan ini merupakan pertanyaan berbentuk negatif. Sehingga indikator pada parameter penilaian berbanding terbalik dengan pertanyaan positif (1-4). Pada pertanyaan negatif nilai Sangat Setuju menjadi (1), Setuju menjadi (2), Tidak Setuju menjadi (3), Sangat Tidak Setuju menjadi (4). Setelah dilakukan pehitungan, maka nilai skor interpretasi pertanyaan kelima ini sebesar 3%. Bila ditinjau berdasar skor ideal tertinggi (Sangat Baik) dan skor terendah sebesar (Sangat Kurang Baik), maka pertanyaan kelima ini masuk dalam kategori Sangat Baik. Pada pernyataan yang bernilai negatif, perhitungan menjadi sebaliknya. Dimana semakin kecil angka interpretasinya, maka menunjukan hasil Sangat Baik atau sangat setuju. Hasil interpretasi pada pertanyaan terakhir ini menunjukan bahwa responden menyetujui, scene-scene yang penulis analisa sudah dapat dikatakan cukup, sehingga tidak dibutuhkan lebih banyak scene untuk memahami pesan moral yang disampaikan pada film animasi ini. 56

70 57 BAB V KESIMPULAN & SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah mendeskripsikan dan menganalisis hasil temuan data yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Film animasi Upin & Ipin merupakan contoh film animasi hiburan yang bisa dijadikan pembelajaran dan bisa diambil hikmahnya dalam cerita yang disampaikan pada episode Kenangan Mengusik Jiwa. Dan dari uraian serta analisis yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya, bahwa inti cerita dalam film ini adalah jangan pernah melupakan sejarah maupun budaya yang telah ada sejak dahulu. Ir. Soekarno mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang masyarakatnya tidak melupakan sejarahnya. Ribuan budaya yang telah kita kenal melalui sejarah pun tidak sepatutnya kita tinggalkan begitu saja. Sama halnya dengan cerita dalam film animasi Upin & Ipin Kenangan Mengusik Jiwa yang membantu kita untuk kembali mengenang sosok budayawan dan seniman tersohor asal Malaysia, P. Ramlee. Meskipun beliau merupakan seniman asal negeri Jiran, beliau memiliki darah Indonesia yang berasal dari Ayahnya. Itulah mengapa kita harus ikut mengenang seniman berdarah Aceh tersebut. Ini menunjukkan sebuah penghormatan terhadap seniman-seniman lain yang mengikuti jejak P. Ramlee di Malaysia maupun di Indonesia. 2. Penonton sudah mulai mengerti maksud dari semiotika dan contohcontohnya. Namun tidak semua mengerti mengenai unsur semiotika yang terdapat dalam film Upin & Ipin. Beberapa diantaranya hanya mengerti arti dari semiotika namun tidak paham pada contohnya. 3. Dengan adanya metode semiotika, dapat memudahkan para masyarakat untuk mengetahui arti dan pesan moral yang disampaikan dalam setiap scene pada film maupun pada sebuah karya. 57

71 Saran Dari kesimpulan diatas, penulis telah melakukan analisis semiotika pada film animasi 3D Upin & Ipin, maka saran-saran ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan oleh pihak-pihak terkait: Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan mengenai film ini, yaitu: 1. Memperbanyak scene yang dianalisa, ini bertujuan agar makna yang ingin disampaikan dalam sebuah film lebih dipahami oleh masyarakat. Misalkan dengan menganalisa film yang berdurasi lebih panjang. 2. Efek visualisasi yang terlihat real dalam film animasi seharusnya menjadi poin penting bagi para animator. Karena efek visualisasi yang terlihat seperti nyata lebih mempunyai nilai khusus dimata para penonton. 58

72 xiv DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2009, , diakses tanggal 26 September Anonim, 2010, , diakses pada 28 April Anonim, 2011, , diakses pada 29 April Anonim, 2012, , diakses tanggal 26 September Anonim, 2013, , diakses pada 22 April Anonim, 2014, diakses pada 27 April Anonim, 2017, diakses pada 19 Mei Anonim, 2017, , diakses pada 8 Mei Buana, Satria, 2009, Adab Bertamu dan Memuliakan Tamu, 29 Oktober 2009, , diakses pada 5 Mei Ghasani, H., 2010, Kekerasan Terhadap Perempuan: Analisis Semiotika Film Jamilah dan Presiden, Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Diponegoro, Semarang. xiv

73 xv Himilyati, Nyimas, 2012, Refleksi Film Anakku Sazali Yng Inspiratif, 19 Desember 2012, , diakses pada 27 April Jainuri, M, 2014, Skala Likert, 14 Agustus 2014, , diakses pada 29 Mei Majumdar, Phani, 1956, Anakku Sazali, diakses pada 27 April Manaf, Nasyit, 2015, Sunnah Membawa Oleh-Oleh Buah Tangan, 5 Juni 2015, , diakses pada 5 Mei Mudjiono, Y., 2011, Kajian Semiotika Dalam Film, Jurnal Ilmu Komunikasi., 1, Priambudi, A., 2011, Representasi Pembelajaran Budi Pekerti dan Toleransi Dalam Film Animasi Upin & Ipin Season 1, Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Rahmat P.S., 2009, Penelitian Kualitatif, Equilibrium, 5, Rawung, L., 2013, Analisis Semiotika Pada Film Laskar Pelangi, Journal Acta Diurna, 1, 4. Sobirin, Nanang, 2015, Hang Tuah Pahlawan Melayu Yang Harus Bertarung Dengan Sahabat, 21 September 2015, , diakses pada 18 April xv

74 xvi Widyaningrum S., 2012, Rasisme Dalam Film Fitnah, Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi FISDIP Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Yogyakarta. xvi

75 xvii Lampiran 1. Kuesioner Tentang Analisa Semiotika KUESIONER TUGAS AKHIR Bapak/Ibu, Saudara/i yang saya hormati, saya : Nama : Juprinedi NIM : Jurusan : Teknik Multimedia & Jaringan Prodi : Teknik Informatika Dalam hal ini saya sedang mengadakan penelitian Tugas Akhir. Kuesioner ini berhubungan dengan persepsi Anda sebagai masyarakat mengenai analisis semiotika pada film animasi 3D Upin & Ipin yang saya teliti. Hasil kuisioner ini tidak untuk dipublikasikan, melainkan untuk kepentingan penelitian semata. Atas bantuan, kesediaan waktu, dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih. I. PENJELASAN Semiotika atau Semiotik (semiotics) berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti tanda atau sign. Tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif, mampu menggantikan suatu yang lain (stand for something else) yang dapat dipikirkan atau dibayangkan (Broadbent, 1980). Semiotik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda atau teori tentang pemberian tanda. Dalam sebuah film, baik film animasi maupun film live action tentu memiliki sebuah inti cerita yang dapat berguna untuk para penontonnya. Dalam penyampaian inti dan maksud cerita dalam sebuah film dapat melalui dialog percakapan, iklan, maupun bahasa tubuh. Film animasi Upin & Ipin misalnya. Setiap scene yang peneliti analisa menggunakan metode semiotika. Film karya Les Copaque Malaysia ini, tentulah harus memiliki pesan moral yang berasal dari film-filmnya, tentu hal ini berguna untuk masyarakat yang menyaksikan, xvii

76 xviii terutama untuk kalangan anak-anak. Animasi Upin & Ipin yang saya teliti berjudul Kenangan Mengusik Jiwa. Pada animasi Upin & Ipin yang berjudul Kenangan Mengusik Jiwa, menceritakan bagaimana Upin, Ipin, Tok Dalang, dan teman-temannya menirukan adegan pada film P.Ramlee. Film ini merupakan film paling fenomenal dimasanya. Beberapa tokoh yang berperan dalam film ini pun merupakan keturunan Indonesia. Tentu hal ini menarik untuk dikaji lebih dalam. Pada scene terakhir dalam serial animasi Upin & Ipin ini, terdapat sosok yang menggambarkan Aziz Sattar. Aziz Sattar juga merupakan pemain inti dalam film P.Ramlee. Aziz Sattar menceritakan bagaimana film P.Ramlee dan tokoh P.Ramlee bisa dikenang hingga kapan pun. Pada Scene 1, durasi 0:23-0:43 merupakan scene awal atau scene pembuka dalam film. Denotasi yang muncul dalam scene pertama ini, Upin dan Ipin bertamu kerumah Tok Dalang dengan membawa makanan. Setelah memanggil Tok Dalang dan tidak ada jawaban, maka Upin pun membuka perlahan pintu rumah Atok dengan memberi salam. Sedangkan makna Konotasinya adalah pada satu scene ini, terdapat dua hal yang mempunyai makna konotasi. Pertama adalah bertamu. Bertamu tentu memiliki adab tersendiri. Dalam agama Islam, bertamu merupakan hal yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Hal ini bertujuan untuk mempererat tali silaturhami antar tetangga. Dikutip dari Satria Buana (2009) melalui website muslim.or.id, dalam bertamu pun terdapat adab-adab tertentu sesuai tuntunan Nabi. Seperti mengucapkan salam, tidak mengintip, dan ketukan yang tidak menggangu. Adapun membawa buah tangan atau oleh-oleh untuk tamu yang dikunjungi, merupaka cara untuk memuliakan tamu. Hal ini pula terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW Janganlah begitu, bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu, selama-lamanya. Demi Allah! Sesungguhnya, kamu telah menyambung tali persaudaraan, berbicara jujur, memikul beban orang lain, suka membantu orang yang tidak punya, menjamu tamu, dan sentiasa mendukung kebenaran. (HR. Al-Bukhari no dan Muslim no. 231). Mengucapkan salam juga merupakan salah satu hal yang sangat penting ketika bertamu. Dalam scene ini, Upin dan Ipin mengucapkan Assalamualaikum. Salam menurut Kamus Bahasa Indonesia, artinya damai; pernyataan hormat; dan xviii

77 xix ucapan assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Dalam perspektif Islam, mengucapkan salam Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh atau ringkasnya Assalamu'alaikum artinya menyampaikan pesan damai, rasa hormat, dan doa. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh artinya "Semoga keselamatan, keberkahan, dan kasih sayang (rahmat) dari Allah SWT menyertai Anda/kalian". Al-Quran menegaskan, selain doa, salam adalah penghormatan. "Apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka balaslah pengormatan itu dengan lebih baik daripadanya. Atau balaslah penghormatan itu (dengan yg serupa). Sesungguhnya Allah selalu membuat perhitungan atas segala sesuatu" ( QS An-Nisaa' : 86) Pada Scene 2 durasi 1:23-3:28, Konotasi yang ditunjukkan adalah Upin, Ipin, Atok, dan Opah sangat Antusias dengan film P.Ramlee. Maka arti Denotasinya sendiri menceritakan secara tersirat tentang sosok P.Ramlee. P. Ramlee merupakan aktris Malaysia yang kesohor tak hanya di negerinya. Dikutip dari laman Acehkita.com (2013), di Indonesia P. Ramlee juga memiliki nama yang harum. Apalagi di Aceh. Ia memiliki tali-temali dengan daerah di ujung barat Indonesia itu. P. Ramlee terlahir dengan nama Teuku Zakaria bin Teuku Nyak Puteh di Pulau Pinang, 22 Maret Ia memiliki darah Aceh, karena sang ayah, Teuku Nyak Puteh, berasal dari Lhokseumawe. Sementara ibunya bernama Che Mah Hussein, asli Malaysia. Ramlee kecil sudah meminati dunia seni. Mulanya, ia suka bermain ukelele, lalu beralih ke alat musik gitar dan biola. Ketertarikannya pada bermusik, membuat ia bergabung dalam Orkes Teruna Sekampung dan Sinaran Bintang Sore. Pada 1947, ia menjuarai lomba nyanyi Radio Pulau Pinang yang kemudian mengantarkannya menjadi Bintang Penyanyi Utama Malaysia. Pada lomba itu lah, Teuku Zakaria menyematkan nama P. Ramlee, sehingga kelak menjadi tenar. P dimaksudkan untuk merujuh nama ayahnya: Puteh. Sejak saat itu (1947) ia dikenal sebagai P. Ramlee hingga ajal menjemput pada 29 Mei 1973, di usia 44 tahun. Chinta (1948) merupakan film pertama yang diperankan P. Ramlee, berperan sebagai penjahat dan penyanyi latar. Semasa hayatnya, P. Ramlee membintangi 66 film. Tak hanya dikenal sebagai pelaku seni peran, P. Ramlee juga dikenal dengan lagu-lagunya. Zapin Malaysia, Nak Dara Rindu, dan Kalau Kaca Menjadi Intan untuk menyebut beberapa judul lagu saja. Sepanjang hayatnya, ia telah menyanyikan 359 judul xix

78 xx lagu. Atas kiprahnya memajukan dunia seni dan budaya, Raja Yang Dipertuan Agung Malaysia memberikan penghargaan Bintang Kebesaran Darjah Panglima Setia Mahkota pada Lalu Kerajaan menambah gelar Tan Sri pada nama P. Ramlee. Pada Scene 3 durasi 2:08, menunjukan bahwa Konotasi yang ditampilkan pada scene ini, Upin, Ipin, dan Tok Dalang memperagakan adegan dimana seorang director mencari pemain untuk film yang akan dibuatnya. Ia meminta kepada assistantnya untuk mencarikan pemain yang sesuai. Namun sang assistant membawa seorang lelaki yang menurut sang director tersebut tidak sesuai kriteria untuk memainkan filmnya. Ia sedang mencari sosok yang tepat untuk memainkan peran sebagai Hang Tuah & Hang Jebat. Dimana peran Hang Tuah & Hang Jebat haruslah seseorang lelaki yang gagah. Hal tersirat mengenai Hang Tuah & Hang Jebat terdapat pada makna Denotasi yang telah dianalisa. Makna Denotasi pada scene ini menunjukkan dalam masa kejayaan Kesultanan Malaka, tersebutlah nama seorang tokoh terkenal di dalamnya selain sultannya, yaitu Hang Tuah. Menurut Nanang Sobirin (2015) dalam artikel yang ditulisnya pada laman daerah.sindonews.com, Hang Tuah dikenal sebagai laksamana terhebat kala itu. Hang Tuah merupakan seorang pahlawan legendaris dari bangsa Melayu pada masa pemerintahan Sultan Melaka di abad ke-15 (Kerajaan Melaka bermula pada tahun ). Hang Tuah dikenal sebagai laksamana, panglima tertinggi yang memimpin pasukan di lautan. Seperti Gadjah Mada yang terkenal di Majapahit, Hang Tuah yang cerdas dalam kepemimpinan pasukan di atas laut juga banyak menuturkan kata-kata bijak. Di antaranya, Esa hilang, dua terbilang. Berdasarkan Sulalatus Salatin atau naskah babad raja-raja yang ditulis menggunakan bahasa Arab Melayu, Hang Tuah lahir di Kampung Sungai Duyong, Malaka, sekitar Ayahnya bernama Hang Mahmud dan ibunya Dang Merdu. Saat muda, Hang Tuah menguasai bidang pelayaran. Ia bersama empat kawannya, yaitu Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu, merantau dan berlayar bersama. Suatu hari, mereka bertemu dengan tiga perahu yang berisikan pasukan dari Majapahit yang ingin memperluas daerah kekuasaan. Hang Tuah dan kawan-kawannya berhasil menundukkan rombongan perahu tersebut. Kemudian, karena prestasinya, bendahara (setingkat perdana menteri) mengangkatnya menjadi laksamana di Malaka. xx

79 xxi Pada scene 4 durasi 5:11, menunjukkan Konotasi yaitu scene ini seolah-olah menceritakan ulang film P.Ramlee berjudul Anakku Sazali, Seorang laki-laki yang bernama Sazali. Sazali besar dengan Ayahnya. Ibunya meninggal dunia sesaat setelah Sazali dilahirkan. Ayahnya berjanji akan selalu menyayangi Sazali dan selalu memaafkan kesalahan Sazali, sekalipun itu fatal. Beranjak dewasalah Sazali, iapun selalu dimanja dengan dirayakan ulang tahunnya dan dihadiahi barang mewah yaitu sebuah mobil terbaru dan mahal harganya, sejatinya di usia itu Sazali tak pantas lagi untuk ditimangtimang. Dan ternyata Sazali terpikat oleh sepupunya sendiri anak Pamannya, Pakcik Mansyur. Kejadian yang tidak diinginkan terjadi, sepupunya pun hamil karena digagahi Sazali. Ayahnya pun murka dan melabrak Sazali, bukan tanggungjawab yang Sazali janjikan ia malah menyalahkan Ayahnya telah salah dalam membesarkan dan mengasuhnya. Ayahnya terperanjat, karena Sazali telah berlaku demikian karena kesalahannya sebagai seorang bapak. Sazali katakan apapun kesalahan yang telah ia buat adalah mutlak kesalahan Ayahnya. Denotasi dari scene ini adalah cerita film ini merupakan sebuah jawaban dari sebuah realita kehidupan dimana pola asuh anak yang baik akan menciptakan anak yang baik pula. Dengan memberikan nasehat ataupun hukuman sesuai dengan perbuatan yang dilakukan si anak, akan memberikan efek jera pada si anak untuk tidak mengulanginya atau bahkan membuat tingkah laku anaknya yang keterlaluan semakin menjadi-jadi. Sebaliknya, melakukan aksi pembiaran terhadap anak akan mengakibatkan si anak menjadi buta hati dan bertindak semena-mena tanpa memikirkan perasaan dan nasib orang lain di sekitarnya. Namun, sebagai seorang anak haruslah berbuat baik serta berbakti terhadap kedua orangtua. Pada scene terakhir durasi 12:33, Konotasinya menunjukkan ada seorang laki-laki berjalan kearah warung Paman Muthu dan memesan segelas kopi. Sontak Paman Muthu, Athong, dan Tok Dalang yang sedang berada disana terkejut melihat lelaki tersebut. Lelaki tersebut adalah Aziz Sattar. Ia pun tersenyum ramah kepada ketiganya. Makna Denotasinya adalah menceritakkan siapa Aziz Sattar. Dikutip melalui lama kompasiana.com (2011) yang ditulis oleh Ryanda Adiguna, Aziz Sattar atau Datuk Aziz Sattar, lahir pada Januari 1930 di Surabaya, Indonesia. Darah Indonesia yang dimilikinya berasal dari sang ayah. xxi

80 xxii Datuk Aziz dibawa ayahnya ke Singapura ketika berumur tujuh tahun, dan bersekolah di Sekolah Melayu. Namun, sekolahnya terhenti karena adanya perang dunia ke dua. Datuk Aziz semasa remaja pernah bekerja sebagai pemandu kereta. Ia tidak pernah malu bekerja sebagai buruh, selagi pekerjaan itu halal. Karir seni beliau berawal dari sebuah persahabatan dengan Sharif Dol yang bekerja di Studio Film Production. Beliau adalah penulis skenario, pemain film, dan sutradara yang sangat terekenal dalam dunia perfilman melayu kala itu. Akhirnya Datuk Aziz bermain dalam film perdananya pada tahun 1957 yang berjudul Bujang Lapok bersama dengan P.Ramlee. Sejak saat itu namanya mulai dikenal oleh para masyarakat Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Sedangkan pada scene durasi 18:27, terlihat Upin & Ipin datang ke warung Paman Muthu dan berkumpul bersama Tok Dalang. Konotasinya adalah Upin dan Ipin menanyakan keberadaan P.Ramlee pada Datuk Aziz Sattar. Saat itu Datuk Aziz Sattar menanyakan apakah Upin dan Ipin benar-benar suka pada film-film P.Ramlee. Datuk Aziz Sattar pun menjelaskan kepada Upin dan Ipin bahwa P.Ramlee telah lama meninggal dunia. Datuk pun mejelaskan bahwa P.Ramlee merupakan seniman hebat. Ia adalah seorang actor, pemusik, sutradara, dan penulis. Maka, tidak salah jika P.Ramlee diberikan gelar seniman Negara. Diketahui makna Denotasi yang telah dianalisis dari scene ini adalah, P. Ramlee alias Teuku Zakaria Teuku Nyak Puteh yang merupakan seorang penyanyi, musisi, aktor kawakan, dan sutradara film Malaysia adalah seorang bangsawan yang di dalam dirinya mengalir darah biru seorang pelaut kawakan Aceh, Teuku Nyak Puteh Teuku Karim. Selain sebagai aktor dan pengarah film, P. Ramlee juga aktif dalam berbagai bidang organisasi, di antaranya Persatuan Artis-artis Malaya (PERSAMA), Kumpulan Musik Panca Sitara, Pasukan Badminton (Sekawan Bintang), dan Sepak Takraw (Sangga Buana). Disamping itu, ia juga pernah mengadu nasib di bidang perdagangan dengan menerbitkan majalah hiburan Bintang dan majalah Gelanggang Films. Bersama rekanrekannya, ia pernah mendirikan dua buah perkumpulan film, yaitu Perusahaan Film Malaysia (PERFIMA) dan SAZARA Film Company. P. Ramlee juga sering diundang dalam forum-forum penting, di antaranya dalam Kongres Bahasa dan Persuratan Melayu Ketiga di Singapura dan di Johor Bahru (1956), dan Kongres Kebsudayaan Kebangsaan di Universitas Malaya, Kuala Lumpur (1971). Semasa xxii

81 xxiii hidupnya, ia pernah berkunjung ke beberapa negara, di antaranya Indonesia, Hong Kong, Manila dan Tokyo. Film terakhir yang dibintangi sebelum ia menghembuskan nafas terakhir berjudul Laksamana Do Re Mi tahun 1972, sedangkan lagu dan lirik terakhirnya berjudul Ayer Mata di Kuala Lumpur pada tahun P. Ramlee meninggal dunia pada tanggal 29 Mei 1973 dalam usia 44 tahun, akibat serangan jantung. Jenazahnya dimakamkan di Tanah Perkuburan Islam, Jalan Ampang Kuala Lumpur, Malaysia. Ia meninggalkan sebuah rumah yang berada di jalan Depap yang telah dijadikan Pustaka Peringatan P.Ramlee pada tahun Selain itu, namanya telah diabadikan sebagai nama jalan di Pusat Bandar Raya Kuala Lumpur menjadi Jalan P. Ramlee (yang dulunya bernama Jalan Parry) pada tahun Tidak hanya di Malaysia, nama P.Ramlee ternyata juga sangat akrab dikalangan masyarakat Aceh, Indonesia. Dikutip dari laman peradabandunia.com, Organisasi antar bangsa Pusat Kebudayaan Aceh dan Turki (PuKAT) membuat sebuah acara Kenang Rindu untuk P Ramlee yang bertajuk "P Ramlee: Anak Aceh Bintang Asia Tenggara". Acara ini diperbuat di Aceh Community (ACC) Sultan II Selim Banda Aceh pada tahun 2014 lalu. Selain itu, masyarakat Aceh juga sering memutar lagu-lagu ciptaan P.Ramlee. II. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER Kuesioner ini berisi 5 (lima) pernyataan yang berkaitan dengan penjelasan diatas. Terdiri dari 4 pilihan jawaban, diantaranya : Sangat Setuju (4) Tidak Setuju (2) Setuju (3) Sangat Tidak Setuju (1) Responden hanya memberi tanda v pada kolom table pertayaan yang disediakan. xxiii

82 xxiv III. PERTANYAAN Nama Responden : Pekerjaan : Alamat : No. Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju (4) (3) (2) (1) 1. Analisa semiotika yang telah diteliti pada film Upin & Ipin ini dapat dipahami. 2. Analisa semiotika pada setiap scene sudah sesuai dengan maknanya masingmasing. Melalui metode semiotika, penonton 3. mengerti mengenai pesan moral yang disampaikan dalam film animasi Upin & Ipin episode Kenangan Mengusik Jiwa. Melalui metode semiotika, 4. masyarakat/penonton dapat dengan mudah memahami setiap tanda/simbol yang tersirat dalam menilai sebuah pesan moral pada film animasi. Scene yang dianalisa dengan metode *5. semiotika dalam film animasi ini masih terlalu sedikit. * Merupakan pernyataan negatif, sehingga indikator parameter penilaian Sangat Setuju menjadi (1), Setuju menjadi (2), Tidak Setuju menjadi (3), Sangat Tidak Setuju menjadi (4). Responden, ( ) xxiv

83 xxv Lampiran 2. Dokumentasi Pengambilan Data Kuesioner Nama : Dina Mardiah Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Batam Centre Nama Pekerjaan Alamat : Siti Sriwahyuni : Wiraswasta : Batam Centre Nama : Berlina Harahap Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Bt. Besar Nama Pekerjaan Alamat : Fitria Wulandari : Wiraswasta : Bt. Aji Nama : Ponirin Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Bt. Aji Nama Pekerjaan Alamat : Ilham Dian Marta : Wiraswasta : Bt. Aji Nama : Wisnu Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Bengkong Nama Pekerjaan Alamat : Muhammad Hafizi : Wiraswasta : Tj. Piayu xxv

84 xxvi Lampiran 3. Kuesioner Tugas Akhir III. PERTANYAAN Nama Responden : Pekerjaan : Alamat : No. Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju (4) (3) (2) (1) 1. Analisa semiotika yang telah diteliti pada film Upin & Ipin ini dapat dipahami. 2. Analisa semiotika pada setiap scene sudah sesuai dengan maknanya masing-masing. Melalui metode semiotika, penonton 3. mengerti mengenai pesan moral yang disampaikan dalam film animasi Upin & Ipin episode Kenangan Mengusik Jiwa. Melalui metode semiotika, 4. masyarakat/penonton dapat dengan mudah memahami setiap tanda/simbol yang tersirat dalam menilai sebuah pesan moral pada film animasi. Scene yang dianalisa dengan metode *5. semiotika dalam film animasi ini masih terlalu sedikit. * Merupakan pernyataan negatif, sehingga indikator parameter penilaian Sangat Setuju menjadi (1), Setuju menjadi (2), Tidak Setuju menjadi (3), Sangat Tidak Setuju menjadi (4). Responden, ( ) xxvi

85 xxvii BIODATA PENULIS Penulis dilahirkan di Padang, 11 Januari Penulis telah menempuh pendidikan formal SDN 025 Bangko Koto Baru ( ) dan mendapatkan peringkat pertama dari kelas satu sampai enam, kemudian melanjutkan ke SMPN 2 Sei. Pagu ( ) dan SMK Negeri 2 Kota Solok jurusan Bangunan ( ). Selama tiga tahun di SMK penulis mendapatkan beasiswa prestasi dan setelah lulus dari SMK penulis sempat bekerja selama tiga tahun di PT. Panasonic Batam ( ) sebagai Storeman dan sekarang bekerja di PT. OSI Electronics sebagai Asst. Supervisor Logistic sambil kuliah di Politeknik Negeri Batam dengan NIM pada jurusan Teknik Multimedia & Jaringan th xxvii

IV. GAMBARAN UMUM. Film Upin dan Ipin pertama kali dibuat oleh Mohd Nizam Bin Abdul Razak,

IV. GAMBARAN UMUM. Film Upin dan Ipin pertama kali dibuat oleh Mohd Nizam Bin Abdul Razak, 34 IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Film Upin dan Ipin Film Upin dan Ipin pertama kali dibuat oleh Mohd Nizam Bin Abdul Razak, Muhd Safwan Abdul Karim, dan Usamah Zaid Bin Yasin pemilik Les Copaque pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan salah satu jenis media massa yang paling diminati oleh masyarakat karena keunggulannya dalam memanjakan masyarakat melalui kemampuan audio

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Serial Upin Ipin Awalnya Upin Ipin ditayangkan khusus untuk menyambut Ramadhan pada tahun 2007 untuk mendidik anak-anak mengenai arti dan kepentingan

Lebih terperinci

BAB III SEJARAH PEMBUATAN DAN GAMBARAN UMUM SERIAL FILM ANIMASI UPIN IPIN EPISODE RAMADHAN TAHUN 1429 H DAN 1430 H (VOLUME 1, 2 DAN 3).

BAB III SEJARAH PEMBUATAN DAN GAMBARAN UMUM SERIAL FILM ANIMASI UPIN IPIN EPISODE RAMADHAN TAHUN 1429 H DAN 1430 H (VOLUME 1, 2 DAN 3). BAB III SEJARAH PEMBUATAN DAN GAMBARAN UMUM SERIAL FILM ANIMASI UPIN IPIN EPISODE RAMADHAN TAHUN 1429 H DAN 1430 H (VOLUME 1, 2 DAN 3). A. Sejarah pembuatan film animasi Upin Ipin Upin dan Ipin mulai dirilis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunakan sarana-sarana tertentu guna untuk mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekitarnya. Media menjadi tujuan utama masyarakat setiap kali ingin mencari

BAB 1 PENDAHULUAN. sekitarnya. Media menjadi tujuan utama masyarakat setiap kali ingin mencari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring perkembangannya, media telah menjadi sumber utama bagi sebagian besar masyarakat dalam memperoleh informasi tentang dunia di sekitarnya. Media menjadi

Lebih terperinci

BAB III FILM KARTUN UPIN DAN IPIN

BAB III FILM KARTUN UPIN DAN IPIN BAB III FILM KARTUN UPIN DAN IPIN A. Sejarah Film Kartun Upin dan Ipin Film Upin dan Ipin ini cukup populer dan banyak digemari masyarakat Indonesia khususnya anak-anak karena materinya sangat mendidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bercerita memang mengasyikkan untuk semua orang. Kegiatan bercerita dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun karakter seseorang terutama anak kecil. Bercerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era informatika yang berkembang dikalangan masyarakat pada saat ini, dunia hiburan untuk masyarakat luas dan khususnya untuk anak-anak dapat dikatakan mengalami

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini bersifat desktiptif dalam ranah kualitatif. Deskriptif adalah sifat penelitian

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. yang sebelumnya dikenal dengan TPI, merupakan stasiun televisi swasta ketiga di Indonesia

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. yang sebelumnya dikenal dengan TPI, merupakan stasiun televisi swasta ketiga di Indonesia BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1. MNC TV MNCTV (dahulu bernama TPI) adalah stasiun televisi swasta Indonesia yang mengudara secara terestrial dari Jakarta. Namanya yang sekarang dipergunakan sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau

BAB III METODE PENELITIAN. Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini bersifat deskripsi kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia, pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keragaman tari menjadi salah satu kekayaan Nusantara. Jenis tari tradisi di setiap daerah mempunyai fungsi sesuai dengan pola kehidupan masyarakat daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau member informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang

BAB I PENDAHULUAN. orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dalam Perspektif Islam adalah amanah dari Allah SWT. Semua orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang soleh, berilmu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi visual memiliki peran penting dalam berbagai bidang, salah satunya adalah film. Film memiliki makna dan pesan di dalamnya khususnya dari sudut pandang visual.

Lebih terperinci

MITOLOGI KIAMAT DALAM FILM 2012 SKRIPSI. (S-1) Komunikasi Bidang Studi Broadcasting. Disusun oleh : ERY HARDIYANI FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

MITOLOGI KIAMAT DALAM FILM 2012 SKRIPSI. (S-1) Komunikasi Bidang Studi Broadcasting. Disusun oleh : ERY HARDIYANI FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI MITOLOGI KIAMAT DALAM FILM 2012 (TEORI SEMIOTIKA ROLAND BARTHES) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S-1) Komunikasi Bidang Studi Broadcasting Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tembang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai ragam suara yang berirama. Dalam istilah bahasa Jawa tembang berarti lagu. Tembang juga disebut dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. 93 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. Juga digunakan sebagai sarana hiburan. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan harus dapat menganalisis peluang dan tantangan pada masa yang akan datang. Dengan melihat tantangan tersebut, Perusahaan dituntut untuk mampu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Menurut Phillips, pendekatan atau sering pula disebut paradigma ialah seperangkat asumsi, baik tersurat maupun tersirat, yang menjadi landasan bagi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memakai paradigma dari salah satu penelitian kualitatif yaitu teori kritis (critical theory). Teori kritis memandang

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH PENGGUNAAN METODE INTRUCTIONAL SYSTEM DESIGN PADA MEDIA PEMBELAJARAN SHOLAT TERHADAP PEMAHAMAN ANAK.

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH PENGGUNAAN METODE INTRUCTIONAL SYSTEM DESIGN PADA MEDIA PEMBELAJARAN SHOLAT TERHADAP PEMAHAMAN ANAK. LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH PENGGUNAAN METODE INTRUCTIONAL SYSTEM DESIGN PADA MEDIA PEMBELAJARAN SHOLAT TERHADAP PEMAHAMAN ANAK Nama NIM Program Studi Disusun Oleh : : Anggita Puspitasari : A11.2009.04861

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. persamaan antara Malaysia dengan Indonesia. hanya Malaysia yang merupakan orang Melayu, Indonesia juga merupakan

I. PENDAHULUAN. persamaan antara Malaysia dengan Indonesia. hanya Malaysia yang merupakan orang Melayu, Indonesia juga merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Malaysia adalah negara yang memiliki keragaman budaya yang plural dan heterogen. Malaysia merupakan negara persemakmuran Inggris yang memiliki keragaman etnis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang sangat membutuhkan informasi, untuk mendapatkan informasi itu maka dilakukan dengan cara berkomunikasi baik secara verbal

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Film Hachiko : A Dog s Story adalah film drama yang didalamnya

Bab 1. Pendahuluan. Film Hachiko : A Dog s Story adalah film drama yang didalamnya Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Film Hachiko : A Dog s Story adalah film drama yang didalamnya bercerita tentang seekor anjing ras Akita inu asal Jepang yang sangat setia pada tuannya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan salah satu media massa yang telah dikenal oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Melalui media televisi, film telah menjadi salah satu media massa yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penilitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat interpretatif yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung secara menyeluruh dari

Lebih terperinci

REPRESENTASI BUDAYA INDONESIA PADA IKLAN KOPI KAPAL API. (Analisis Semiotika Representasi Budaya Indonesia pada Iklan Kopi Kapal Api Versi

REPRESENTASI BUDAYA INDONESIA PADA IKLAN KOPI KAPAL API. (Analisis Semiotika Representasi Budaya Indonesia pada Iklan Kopi Kapal Api Versi 1 REPRESENTASI BUDAYA INDONESIA PADA IKLAN KOPI KAPAL API (Analisis Semiotika Representasi Budaya Indonesia pada Iklan Kopi Kapal Api Versi Secangkir Semangat Untuk Indonesia di Televisi Swasta ) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS DRAMA CD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK

2015 EFEKTIVITAS DRAMA CD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan bahasa Jepang di Indonesia cukup pesat dari tahun ke tahun, hal ini bisa dilihat dari survei yang dilakukan oleh The Japan Foundation yang berpusat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif interpretatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif interpretatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan, yaitu untuk mengetahui bagaimana film 9 Summers 10 Autumns mendeskripsikan makna keluarga dan reproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Perancis merupakan bahasa yang populer saat ini. Sudah banyak orang yang ingin belajar bahasa Perancis dan mengetahui kebudayaannya. Bahasa Perancis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan adalah seni yang merupakan bagian dari kehidupan manusia yang sangat tua keberadaannya. Salah satu bentuk kesusastraan yang sudah lama ada di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang menonton, dan juga merupakan bagian dari media massa.

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang menonton, dan juga merupakan bagian dari media massa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini film adalah sebuah media yang sudah sangat berkembang, bukan sebagai penyaluran kreatifitas saja, tetapi juga sudah menjadi media penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana komunikasi yang paling efektif, karena film dalam menyampaikan pesannya yang begitu kuat sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibunya, dan sekaligus menjadi inti cerita dalam film dari Arab Saudi berjudul

BAB I PENDAHULUAN. ibunya, dan sekaligus menjadi inti cerita dalam film dari Arab Saudi berjudul BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Aku ingin membeli sepeda jadi aku bisa balapan dengan Abdullah... Kalimat di atas merupakan kalimat yang diungkapkan oleh Wadjda kepada ibunya, dan sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi informasi di dunia. Media telah mengubah fungsi menjadi lebih praktis, dinamis dan mengglobal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena modern yang terjadi di awal millennium ketiga ini yang lebih popular dengan sebutan globalisasi memberikan perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Logo merupakan bagian yang penting untuk menunjukan keberadaan sesuatu. Logo menjadi sebuah pengakuan, kebanggaan, inspirasi, kepercayaan, kehormatan, kesuksesan,

Lebih terperinci

PENGARUH TAYANGAN KARTUN UPIN IPIN DI MNC TV TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU ANAK USIA 3 HINGGA 5 TAHUN. (studi terhadap ibu rumah tangga di jakarta)

PENGARUH TAYANGAN KARTUN UPIN IPIN DI MNC TV TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU ANAK USIA 3 HINGGA 5 TAHUN. (studi terhadap ibu rumah tangga di jakarta) PENGARUH TAYANGAN KARTUN UPIN IPIN DI MNC TV TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU ANAK USIA 3 HINGGA 5 TAHUN (studi terhadap ibu rumah tangga di jakarta) SKRIPSI Oleh YULFA FITRIA KHOIRIA 1100056672 Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI 1.1.1. Judul Perancangan Dalam pemberian suatu judul dalam perancangan dapat terjadinya kesalahan dalam penafsiran oleh pembacanya, maka dari itu dibuatlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Paradigma Penelitian Paradigma yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah paradigma teori kritis (critical theory). Aliran pemikiran paradigma ini lebih senang

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sedalam dalamnya melalui pengumpulan data sedalam dalamnya.riset ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sedalam dalamnya melalui pengumpulan data sedalam dalamnya.riset ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualtatif.penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah masyarakat. Televisi telah lama menjadi bagian hidup yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Semiotika sebagai Metode Penelitian Semiotika merupakan cabang ilmu yang membahas tentang bagaimana cara memahami simbol atau lambang, dikenal dengan semiologi. Semiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia dengan segala kompleks persoalan hidup sebagai objeknya, dan bahasa sebagai mediumnya. Peristiwa dan

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN Ayu Maiza Faradiba Universitas Paramadina ABSTRAK Tujuan Penelitian: untuk mengetahui sejauh mana persepsi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya

Lebih terperinci

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser 1 ABSTRAK Film pendek memiliki banyak genre mulai drama cerita, documenter, kartun, bisu, animasi, boneka, stop-motion, dll, dengan waktu yang pendek. Film ANTOMIME bergenre bisu atau silent movie. Proses

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PENCIPTAAN KARYA SENI PENCIPTAAN FILM ANIMASI DUA DIMENSI BIMA. Muhamad Maladz Adli NIM

LAPORAN TUGAS AKHIR PENCIPTAAN KARYA SENI PENCIPTAAN FILM ANIMASI DUA DIMENSI BIMA. Muhamad Maladz Adli NIM LAPORAN TUGAS AKHIR PENCIPTAAN KARYA SENI PENCIPTAAN FILM ANIMASI DUA DIMENSI BIMA Muhamad Maladz Adli NIM 1400082033 PROGRAM STUDI D-3 ANIMASI JURUSAN TELEVISI FAKULTAS SENI MEDIA REKAM INSTITUT SENI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi. potret) atau untuk gambar positif (yang di mainkan di bioskop).

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi. potret) atau untuk gambar positif (yang di mainkan di bioskop). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan salah satu media massa yang digunakan sebagai sarana hiburan. Selain itu film berperan sebagai sarana modern yang digunakan untuk menyebarkan informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasarnya komunikasi adalah sebuah alat penyampaian yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dasarnya komunikasi adalah sebuah alat penyampaian yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dasarnya komunikasi adalah sebuah alat penyampaian yang dilakukan oleh 2 (dua) orang atau lebih untuk suatu tujuan tertentu, tetapi dewasa ini komunikasi bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian unsur patriotisme dalam film Sang Kiai akan dilaksanakan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian unsur patriotisme dalam film Sang Kiai akan dilaksanakan dengan 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian unsur patriotisme dalam film Sang Kiai akan dilaksanakan dengan sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang bergenre komedi, horor, action, sampai romantik semua dapat dengan mudah diperoleh dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diputar sehingga menghasilkan sebuah gambar bergerak yang disajikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. diputar sehingga menghasilkan sebuah gambar bergerak yang disajikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan sebuah karya seni berupa rangkaian gambar hidup yang diputar sehingga menghasilkan sebuah gambar bergerak yang disajikan sebagai bentuk hiburan. Film

Lebih terperinci

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal 63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan kegiatan pengembangan wawasan keilmuan, dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya sebagai identitas bangsa menjadi sebuah unsur penting yang dimiliki oleh setiap Negara. Tanpa adanya budaya, Negara tersebut dapat dikatakan tidak memiliki identitas.

Lebih terperinci

PENGGAMBARAN KESENJANGAN SOSIAL MASYARAKAT BELITUNG DALAM FILM LASKAR PELANGI (Analisis Semiotika Dalam Film Laskar Pelangi) SKRIPSI

PENGGAMBARAN KESENJANGAN SOSIAL MASYARAKAT BELITUNG DALAM FILM LASKAR PELANGI (Analisis Semiotika Dalam Film Laskar Pelangi) SKRIPSI PENGGAMBARAN KESENJANGAN SOSIAL MASYARAKAT BELITUNG DALAM FILM LASKAR PELANGI (Analisis Semiotika Dalam Film Laskar Pelangi) SKRIPSI MUHAMMAD HANAFI 110922028 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di dalam kehidupan sehari harinya melalui media massa ( surat kabar, majalah, film, radio, dan TV ), untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi sejak dilahirkan didunia, komunikasi tidak hanya berupa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Sebagai salah satu pendekatan yang baru, maka pendekatan konstruktivis (intepretatif) ini sebenarnya masih kurang besar gaungnya di bandingkan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. Dengan ini peneliti menempatkan diri sebagai pengamat dalam memaparkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, media massa juga melakukan banyak

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, media massa juga melakukan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi dan media massa saat ini memegang peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, media massa juga melakukan banyak transformasi sosial dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan jenis penelitiannya adalah analisis wacana. Analisis wacana. ilmiah, yang objeknya representatif perempuan muslim dalam

BAB III METODE PENELITIAN. dan jenis penelitiannya adalah analisis wacana. Analisis wacana. ilmiah, yang objeknya representatif perempuan muslim dalam 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan penelitian Pendekatan dalam penelitian ini termasuk pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya adalah analisis wacana. Analisis wacana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk mendapatkan informasi terkini, wawasan maupun hiburan. Media massa sendiri dalam kajian komunikasi

Lebih terperinci

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional lahir dari budaya masyarakat terdahulu di suatu daerah tertentu yang terus berkembang secara turun temurun, dan terus dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yakni, Laskar Pelangi dengan cara menonton film tersebut. Berdasarkan objek

BAB III METODE PENELITIAN. yakni, Laskar Pelangi dengan cara menonton film tersebut. Berdasarkan objek BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini beranjak untuk memahami isi film yang dijadikan objek pada penelitian yakni, Laskar Pelangi dengan cara menonton film tersebut. Berdasarkan objek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot. Untuk mempermudah penelitian, maka objek kajian tersebut akan ditelisik dan dianalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari dengan teknologi yang diciptakan oleh manusia. Kemunculan produkproduk kecantikan masa kini menjanjikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Media massa sudah menjadi bagian hidup bagi semua orang. Tidak dikalangan masyarakat atas saja media massa bisa diakses, akan tetapi di berbagai kalangan masyarakat

Lebih terperinci

menyukai tokoh animasi kartun Spongebob karena

menyukai tokoh animasi kartun Spongebob karena BAB IV TINJAUAN PERSEPSI VISUAL ANAK-ANAK DAN PESAN MORAL PADA FILM ANIMASI KARTUN SPONGEBOB SQUAREPANTS 1.1. Deskripsi Penemuan Pada Penelitian Deskriptif Berdasarkan pengamatan melalui metode analisis

Lebih terperinci

SKRIPSI PEREMPUAN DALAM FILM 7 HATI 7 CINTA 7 WANITA (Analisis Semiotik Ketidakberdayaan Perempuan Dalam Film 7Hati 7Cinta 7Wanita)

SKRIPSI PEREMPUAN DALAM FILM 7 HATI 7 CINTA 7 WANITA (Analisis Semiotik Ketidakberdayaan Perempuan Dalam Film 7Hati 7Cinta 7Wanita) SKRIPSI PEREMPUAN DALAM FILM 7 HATI 7 CINTA 7 WANITA (Analisis Semiotik Ketidakberdayaan Perempuan Dalam Film 7Hati 7Cinta 7Wanita) Disusun oleh: Wahyuningsih L.100070117 Diajukan Kepada Fakultas Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dalam hal perpindahan kekuasaan atau kualitas

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dalam hal perpindahan kekuasaan atau kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pemimpin di negeri ini selalu ramai jika diperbincangkan, baik dalam hal perpindahan kekuasaan atau kualitas kinerjanya selama masa pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komunikasi yang terjadi antarmanusia. Menurut Moloeng paradigma merupakan pola

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komunikasi yang terjadi antarmanusia. Menurut Moloeng paradigma merupakan pola BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma ialah bagaimana kita memandang dunia. Dalam penelitian komunikasi, paradigma digunakan untuk melihat gambaran umum bagaimana komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Jepang dikenal dengan kepercayaan Shintonya. Walaupun ada

BAB I PENDAHULUAN. Negara Jepang dikenal dengan kepercayaan Shintonya. Walaupun ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang dikenal dengan kepercayaan Shintonya. Walaupun ada beberapa aliran kepercayaan dan agama yang berkembang di sana, masyarakat Jepang modern justru cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan sebuah media yang dapat digunakan sebagai sarana hiburan. Selain itu, film juga berfungsi sebagai sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu

Lebih terperinci

MAKNA IKLAN TEH PUCUK HARUM DI TELEVISI

MAKNA IKLAN TEH PUCUK HARUM DI TELEVISI MAKNA IKLAN TEH PUCUK HARUM DI TELEVISI (Analisis Semiotika Mengenai Iklan Teh PucukHarum Versi Ulat Kalah Rebutan di Media Televisi) SKRIPSI Oleh: Siti Novianurmala Sari Syarief 200910415031 Diajukan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG 2.1 Cerita Rakyat Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat. Cerita rakyat atau legenda adalah cerita pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana peneliti hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah ditemukan untuk menjadi media hiburan. Dalam buku Mari Membuat

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah ditemukan untuk menjadi media hiburan. Dalam buku Mari Membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan film di Indonesia memiliki perjalanan yang cukup panjang hingga pada akhirnya menjadi seperti film masa kini yang penuh dengan efek, dan sangat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sebelum kita terjun ke lapangan untuk melakukan suatu penelitian, kita harus mempersiapkan metode atau cara apa yang akan kita lakukan untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan munculnya berbagai konflik yang berujung kekerasan karena berbagai aspek seperti politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 lalu merupakan tahun yang cukup penting bagi perjalanan bangsa Indonesia. Pada tahun tersebut bertepatan dengan dilaksanakan pemilihan umum yang biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci