SEKOLAH BERWAWASAN LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR LANSEKAP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEKOLAH BERWAWASAN LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR LANSEKAP"

Transkripsi

1 SEKOLAH BERWAWASAN LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR LANSEKAP Oleh: Firgita Febriyani I JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

2 Firgita Febriyani I BAB I PENDAHULUAN Pada babb ini akan dibahas mengenai Pengertian judul, Latar belakang, dan Sistematika Pembahasan Konsep Perencanaan Perancangan. Permasalahan A. PENGERTIAN JUDUL Dari judul Sekolah Berwawasan Lingkungan dengan Pendekatan Arsitektur Lansekap, dapat diuraikan sebagai berikut : Sekolah 1 adalah, sebuah tempat di mana terjadi proses belajar mengajar yang terjadi antara guru dan murid. bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Berwawasan adalah cara pandang, cara meninjau, cara melihat. Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dengan aktivitasnya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta hidup lainnya. 2 Surakarta adalah salah satu kota penting dan terbesar kedua di Jawa Tengah. Berpenduduk sekitar jiwa. 3 Yang direncanakan sebagai lokasi bangunan sekolah berwawasan lingkungan. Arsitektur Lansekap adalah bagian dari ilmu dan seni menata ruang dengan menggunakan pendekatan-pendekatann behavior, estetika dan ekosistem dalam perencanaan, perancangan dan pengelolaan spasial serta pengendalian kualitas lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusiaa menurut Maslow. 4 Secaraa keseluruhan dapat diartikan bahwa sekolah berwawasan lingkungan di surakarta dengan pendekatan arsitektur lansekap adalah sebuah bangunan sebagai 1 K 2 B 3 K 4 D Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, , Butir-butir tata lingkungan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, , Departemen Arsitektur Lansekap, 12:49 1

3 Firgita Febriyani I lembaga pendidikan formal swasta berlokasi di surakarta, yang menerapkan pendidikan lingkungann sebagai visii dan misi sekolah dengann didukung oleh ilmu arsitektur lansekap pada pengembangan tata ruang antara massa bangunan fisik dengan ruang ruang terbuka dimana bangunan tersebut merupakan wadah fasilitas yang bersifat edukasi dengan penyediaan taman meliputi konstruksi dan perawatannya. B. LATAR BELAKANG 1. Krisis Lingkungan Lingkungan semakin rusak, secara makro, globalisasi dan tren gaya hidup masa kini memacu perkembangan bisniss industri yang bergerak sangat pesat. Pembangunan di kota kota besar yang semakin meningkat ternyata berdampak negative terhadap lingkungan yaitu mengakibatkan penurunan kualitas hidup di kota. Salah satu efek negatifnya adalah hilangnya ruang-ruang hijau/taman dan digusurnya bangunan lama yang digantikan oleh mal atau bangunan komersial. Pohon-pohon taman yang hijau semakin berkurang sehingga udara segar semakin sulit diperoleh. Kondisi ini makin diperparah dengan terbatasnya lahan hijau sebagai paru-paru kota sehingga menambah peningkatan polusi udara. Penyumbang CO 2 terbesar saat ini berasal dari kendaraan bermotor, industri pabrik. Untuk itu, diperlukan peraturan yang konkret agar kualitas hidup masyarakat tidak terus menurun. Diharapkan masyarakat semakin peduli terhadap lingkungan dengan menghijaukan bangunan Lingkungan sebagai subyek pendidikan Waktu dan ruang adalah kaidah segala kehidupan. Proses dan evolusi berhakikat waktu, sedang adaptasi berhakekat ruang (tempat). Mengingat hakekat lingkungan itu maka (Emmelin, 1997) berpendapat bahwa lingkungan sebagai subyek pendidikan memiliki cakupan yang luas, dan tuntutannya akan keterhitungannya segala hal. Masalah sosial dan budaya dengan sendirinya sudah tercakup dalam ilmu lingkungan, bahkan tidak hanya sekedar dicakup, akan tetapi dipadukan dengan masalah fisik, hayati, dan teknologi. Dengan demikian anak didik tidak lagi diberi bekal pengertian yang terkotak-kotak, melainkan memperoleh pengetahuan yang bulat mengenai lingkungan 5 Presepsi Ilmu Arsitektur Lansekap dalam ilmu dan seni Tata Ruang,

4 Firgita Febriyani I masyarakat dengan teknologi dan rekayasanya dalam upayaa membangunn perikehidupan yang lebih menyenangkan. Dan adaa beberapa faktor mengapaa lingkungan mengapa bisa dipilih sebagai sumber belajar, misalnya untuk 6 : - lingkungan merupakan sesuatu yang paling dekat dengan dunia siswa, sudah dikenal dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian apabilaa guru mengajak mereka untuk mecermatinya tentu sudah ada moral dan minat serta motivasi belajar siswa. - lingkungan merupakan sumber belajar yang sangat kaya - lingkungan merupakan tempat nyata kehidupan anak sehingga diharapkan akan releven dengan kehidupan mereka kelak. 3. Pendidikan Lingkungan Hidup Lingkungan hidup diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan dan makhlik hidup didalamnya termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia termasuk makhluk hidup lainnya. 7 Sekolah merupakan gerbang utama ilmu pengetahuan dan tempat transfer informasi sehingga mendapat tugas berat untuk menyadarkan setiap warga sekolah baik guru, karyawan, orang tua siswa dan siswa itu sendiri untuk sadar dan berusaha menjaga lingkungan hidup sekitarnya agar terpelihara dengan baik. Upaya memperkenalkan siswa sekolah pada lingkungan telah dilakukan sejak tahun Pendidikan merupakan salah satu solusi terhadap berbagai persoalan yang terjadi dalam lingkungan. Menurut Anonim (2007) Program Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) dapat berupa Visit School (kunjungan PPLH ke sekolah), School Visit (kunjungan sekolah ke PPLH) dan wisata PLH (paket pendidikan lingkungan yang dikemas dalam bentuk wisata) yang kesemuanya mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar arif terhadap lingkungan sekitarnya. a. Kurang berkembangnya pendidikan lingkungan hidup disebabkan oleh 1). Lemahnya kebijakan pendidikan nasional; 2). Lemahnya kebijakan pendidikan daerah; 8 : Lingkungan-sebagai-sumber-belajar-sains, commit dia-pengenalan- to user -htlh.pdf_081209, Jurnal Kebijakan PLH, , 21:15 3

5 Firgita Febriyani I ). Lemahnya unit pendidikan ( sekolah-sekolah) untuk mengadopsi dan menjalankan 4). Perubahan sistem pendidikan yang dijalankan menuju pendidikan lingkungan hidup; 5). Lemahnya masyarakat sipil, lembaga swadaya masyarakat, dan dewan perwakilan rakyat untuk mengerti dan ikut mendorong terwujudnya pendidikan lingkungan hidup; 6). Lemahnya proses-proses komunikasi dan diskusi intensif yang memungkinkan terjadinya transfer nilai dan pengetahuan guna pembaruan kebijakan pendidikan yang ada. b. Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup Pendidikan lingkungan hidup (PLH) dapat diterapkan ke dalam pendidikan formal dengan menyisipkan materi pendidikan lingkungan hidup (PLH) ke dalam materi- cara-cara yang dapat dilakukan. Proses belajar mengajar tidak lagi menggunakan metode ceramah, tetapi lebih apresiatif dan aplikatif serta peduli dengan persoalan- persoalan lingkungan hidup. Dalam hal ini, perlu kerjasama dan kesepakatan antara Departemen Pendidikan Nasional dengan kantor Mentri Negara Lingkungan hidup. Kesepakatan bersama didasari kesadaran pentingnya menumbuhkan kesadaran lingkungan dan konsep pembangunan berkelanjutan sejak usia sekolah. Beberapa langkah yang perlu ditempuh Depdiknas agar program ini dapat berjalan, di materi pelajaran yang telah adaa mulai dari konsep pemeliharaan lingkungan hingga antaranya menetapkan kebijakan, pedoman dan program PLH, mengembangkan materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kompetensi murid dan guru, serta menyusun materi ajar dan metode pembelajarannya. Sementara dari pihak Kantor Menneg-LH di antaranya akan menetapkan dan mengembangkan materi PLH, kerja samaa dalam pelaksanaannya, menyiapkan substansi bahan ajar, serta melatih para guru dan tenaga kependidikan mengenai lingkungan. c. Keuntungan Pendidikan Lingkungan Hidup 9 1) Dapat memberikan informasi-informasi kepada siswa-siswa tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup 9 kumpulan makalah tugas Jurusan Kehutanan, Univ. Petra, 21:42 4

6 Firgita Febriyani I ) Dapat memberikan kesadaran kepada siswa-siswa akan pentingnya lingkungan hidup. 3) Dapat mengetahui seberapa besar rasa sensitifitas siswa-siswa terhadap kondisi lingkungan sekitarnya 4) Memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk mendapatkann pengetahuan, keterampilan, sikap/perilaku, motivasi dan komitmen, yang diperlukan untuk bekerja secaraa individu. 4. Pendidikan lingkungan hidup dan anak didik Masa kecil (anak-anak) pengetahuan, perilaku dan sikap di masa remaja dan dewasa. Masa anak-anak merupakan perjalanan yang kritis sebagai generasi bangsa di masa mendatang. Untuk itu, jika benar pengetahuann dan cara yang ditanamkan pada masa kanak-kanak maka dapat diharapkan ketika berubah ke masa remaja dan dewasa,yang merupakan masa mencari identitas dan realisasi diri, menjadi bekal pengetahuan dan pembentukan perilaku yang positif. Penanaman pondasi pendidikann lingkungan sejak usia dini menjadi solusi utama yang harus dilakukan agar generasi muda memilikii bekal pemahaman tentang lingkungan hidup yang kokoh. Generasi muda sebagai aset pelaku pembangunan di masa datang perlu mendapatkan prioritas utama dalam menerima pendidikan lingkungan hidup ini merupakan masa pembentukan yang memperoleh informasi untuk membentuk agar sejak dini mereka memahami hubungannya dengan lingkungan hidupnya. Masa kanak-kanak merupakan perjalanan yang kritis sebagai generasi bangsa di masa mendatang Surakarta dan pendidikan lingkungan hidup Di Indonesia, khususnya Surakarta, pendidikan lingkungan hidup selama ini belum mendapat tempat yang baik. Pendidikan lingkungan hidup yang dilakukan lebih dominan dalam kegiatan pendidikan non formal sedangkan pada pendidikan formal belum bisa menerapkan Pendidikan Lingkungan Hidup dikarenakan belum adanya model yang bisa di terapkan. 10 Naskah Akade emik Kajian Kurikulum Pendidikan PAUD, Depdiknas

7 Firgita Febriyani I Arsitektur lansekap sebagai ilmu tata ruang hijau (lingkungan) Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak. Sehingga ketika wajah dan karakter ruang alam itu mulai di ekspolitasi untuk kepentingan manusia dalam pemenuhan kebutuhan manusia maka ruang-ruang alam akan berubah dari natural kepada ruang yang telah terbentuk. 11 Disaat manusia mulai menentukan batasan-batasan terhadap ruang, secara tidak langsung batasan-batasan ruang itu melahirkan suatu disiplin ilmu dan seni menata ruang, oleh karena itu ilmu dan seni menata ruang sangat erat hubungannya dengan pengidentifikasian dan pemenuhan kebutuhan akan ruang yang nyamann bagi manusia dalam aktivitasnya. Arsitektur Lansekap adalah bagian dari ilmu dan seni menata ruang dengan menggunakan pendekatan-pendekatan behavior, estetika dan ekosistem dalam perencanaan, perancangan dan pengelolaan spasial serta pengendalian kualitas lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia Arsitektur Lansekap melihat persoalan sebuah tata ruang kota kepada hal yang paling dalam, karena arsitektur lansekap melihat suatu keberhasilan pembangunan ruang kota bukan hanya pada hal fisik tetapi lebih kepada wajah dan karakter ruang yang sesuai dengan karakter lingkungan ekologi kota tersebut. Karena dengan mempertahankan karakter ekologi kota diharapkan keberlangsungan ekosistem dalam kota dapat berjalan dengan baik. (Gilbert Lang Meason). Ruang-ruang hijau kota merupakan elemen penting dalam pembentukann karakter kota, fungsi ruang hijau adalah untuk mempertahankan keseimbangan ekosistem kota, tanpa suatu keseimbangan maka suatu kota atau kawasan yang dikembangkan tidak akan dapat bertahan lama UU No. 24/ Presepsi Ilmu Arsitektur Lansekap dalam ilmu dan seni Tata Ruang,

8 Firgita Febriyani I C. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN 1. Permasalahan Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas, maka muncul permasalahan yaitu bagaimana menghasilkan konsep pemilihan kawasan site dan desain yang mendasari perancangan sebuah Sekolah Berwawasan Lingkungan di kota Solo sebagai wadah saranaa edukasi dalam menerapkan pendidikan lingkungan hidup dengan mengkondisikan lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik yang sesuai dengan pendekatan arsitektur lansekap sebagai media pembelajaran. 2. Persoalan a. b. c. Bagaimanaa konsep pemilihan lokasi dan site Sekolah Berwawasan Lingkungann di kota Solo yang direncanakan. Bagaimanaa perencanaan jenis kegiatan, pola kegiatan, kebutuhan ruang, besaran ruang, organisasi ruang, pola peruangan, dan persyaratan lingkungan yang harus dipenuhi. Bagaimanaa konsep perencanaan dan desain perancangan ata ruang, ata masa, bentuk dan tampilan bangunan serta interior yang sesuai dengan Sekolah Berwawasan Lingkungan. D. TUJUAN DAN SASARAN PEMBAHASAN 1. Tujuan Menghasilkan desain yang mendasari perencanaan dan perancangan Sekolah Berwawasan Lingkungan di Surakarta yang memanfaatkann lingkungan sekitar dengan perencanaan dan perancangann lansekap pada kawasan site sebagai media pembelajaran. 2. Sasaran Menentukan konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Berwawasan Lingkungan yang meliputi: a. Konsep perencanaan, meliputi: Konsep pemilihan site 7

9 Firgita Febriyani I b. Konsep pengolahann site Konsep perancangan, meliputi: Konsep kegiatan Penentuan jenis kegiatan Penentuan penzoningan aktivitas Konsep peruangan Konsep besaran ruang Konsep kebutuhan ruang (macam dan jenis ruang) Konsep persyaratan ruang Konsep pola hubungan dan organisasi ruang Konsep penampilan bangunan Interior Eksterior Konsep Tampilan Kawasan Site (perancangan lansekap) Vegetasi Hardscape Sanitasi Drainase Konsep struktur bangunan Konsep lingkungan sebagai ruang luar untuk pembelajaran Konsep utilitas bangunann Sistem air bersih, air kotor dan sistem pengolahan limbah Sistem MEE Sistem transportasi vertikal Sistem keamanan bangunan (pemadam kebakaran, penangkal petir). E. LINGKUP DAN BATASAN PERMASALAHAN 1. Lingkup Pembahasan a. Pembahasan nantinya akan mengarah pada Sekolah Berwawasan Lingkungan, serta fasilitas-fasilitas pendukung dalam bangunan tersebut. 8

10 Firgita Febriyani I b. Pembahasan didasarkan pada disiplin ilmu arsitektur terutama arsitektur lansekap, pembahasan teoritik dan empiris sesuai dengan tujuan dan sasaran c. Hal-hal di luar ilmu arsitektur dalam perencanaan bangunan sekolah berwawasan Lingkungan seperti kurikulum Pendidikann Lingkungann Hidup, kondisi lingkungan masyarakat, budaya hidup sehat, sumber daya manusia, dan sebagainya akan menjadi pertimbangan awal untuk memahami kondisi dan kebutuhan masyarakat kota Surakarta akan Sekolah Berwawasan Lingkungan yang selanjutnya menjadi pertimbangan dalam proses perencanaan. d. Pembahasan mengacu pada sasaran yang berupa tinjauan serta analisis yang akhirnya akan menghasilkan n konsep berupa penyelesain masalah. 2. Batasan Pembahasan a. Pembatasan pengguna dibatasi pada anak-anak usia jenjang pendidikan dimulai dari usia dini yaitu TK sampai tingkat pendidikan lanjut, SMA sebagai aset pelaku pembangunan dalam menerapkan pendidikan lingkungan hidup disekitar keberadaanya. b. Pembahasan jenis kegiatan yang diwadahi dibatasi pada kegiatan lingkungan yang mendukung pengembangan kreatifitas dan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak c. Masalah pembiayaan dianggap tidak dipermasalahkan. F. METODE PEMBAHASAN DAN STRATEGI DESAIN 1. Metode Pembahasan Pembahasan menggunakan metode analisis dengan proses pemikiran deduktif, untuk kemudian ditarik kesimpulan yang ideal melalui tahap-tahap berikut : a. tahap pengumpulan data dan informasi - teknik survey/observasi Observasi ke beberapa sekolah untuk mendapatkann data mengenai kurikulum dan system pendidikan yang digunakan mewadahi aktivitas kegiatan belajar mengajar - Studi literatur meliputi: Peraturan daerah yang commit terangkum to user dalam RUTRW dan RUTRK Surakarta. 9

11 Firgita Febriyani I Buku-buku dan informasi tertulis yang mendukung tinjauan mengenai sekolah berwawasan lingkungan. Buku-buku mengenai sistem utilitas sekolah beserta fasilitas penunjangnya. Buku-buku yang menunjang pembahasan secara arsitektural terutama arsitektur lansekap. b. Pendekatan Konsep - Analisis, merupakan metode penguraian dan pengkajian dari data-data, informasi dan pengalaman empiris yang kemudian digunakan sebagai data relevan bagi perencanaan dan perancangan. - Sintesa, merupakan tahap penggabungan dari data sumber di lapangan, literatur dan pengalaman empiris yang telah dikaji pada tahap analisis dan kemudian diolah menjadi sebuah konsep perencanaan dan perancangan c. Pendekatan Rancangan Merupakan kesimpulan dari proses sintesa, dimanaa kesimpulan ini nantinya diterjemahkan ke dalam desain berupa gambar rancangan. 2. Strategi Desain Ruang (plaza) komunal Bangunan sekolah dan pengelola Lapangan (ruang terbuka) Fasilitas lingkungan outdoor a. Mengingat banyaknya kegiatan pendidikan outdoor yang akan dilakukan maka selain pemecahan arsitektural bangunan, perlu pemecahan permasalahan lebih lanjut terhadap kawasan site lingkungan yang terpilih dalam hal pengolahan tapak dan perencanaan penataan lansekap. Ruang komunal (open space) sebagai orientasi tata site dengan pembagian beberapa sirkulasi utama secara radial dimana dapat menjangkau seluruh bangunan yang direncanakan. b. Penzoningan kelompok kegiatan diutamakan pada setiap jenjang pendidikan dengan penyediaan fasilitas commit kegiatan to penu user unjang yang saling mendukung. 10

12 Firgita Febriyani I c. Perencanaan kawasan lingkungan yang tepat dan terpadu agar tidak mengganggu masing-masing kegiatan disetiap zona dalam site. d. Penampilan bangunan yang berwawasan lingkungan dan lansekap kawasan disesuaikan dan harus saling mendukung untuk proses kegiatan didalamnya. G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN TAHAP I TAHAP II TAHAP III TAHAP IV TAHAP V Pendahuluan Pembahasan mengenai pendahuluan meliputi judul, pengertian judul, latar belakang, perumusan permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, metodologi pembahasan, dan sistematika pembahasan. Studi Teori Sekolah Berwawasan Lingkungan dan Arsitektur Lansekap Mengemukakan pengertian dari lingkungan hidup dan menjelaskan peran sekolah sebagai sarana edukasi terutama mengenai penyampaian lingkungan hidup disekitar siswa. Tinjauan teori mengenai lingkungan baik fisik maupun non fisik yang mempengaruhi proses pembelajaran serta teori lansekap sebagai perancangan ruang luar (lingkungan). Tinjauan Kota Surakarta Melakukan tinjauan umum kota Surakarta mengenai sekolah yang sudah menerapkan kurikulum pendidikann lingkungan. Pembahasan mengenai data fisik dan non fisik kota Surakarta meliputi Luas wilayah dan jumlah sekolah, Kondisii lingkungan masyarakat, dan peraturan yang mendukung mengenai prospek Sekolah Berwawasan Lingkungan di kota Surakarta. Sekolah Berwawasan Lingkungan Yang Direncanakan Merumuskan Sekolah Berwawasan Lingkungan di Surakarta dengan menggunakan pendekatann teori arsitektur lansekap yang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran bagi siswa. Analisis Konsep Perencanaann dan Perancangan 11

13 Firgita Febriyani I TAHAP VI Mengungkapkann analisis perencanaan dan perancangan sebagai usaha pemecahan masalah dengan meninjau tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Konsep Perencanaan dan Perancangan Mengungkapkann konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil akhir dari proses analisis untuk kemudian ditransformasikan dalam wujud desain fisik bangunan. 12

14 ÞßÞ Ì ÒÖßËßÒ ÌÛÑÎ Pada bab ini akan dibahas mengenai Pendidikan Lingkungan Hidup, Sekolah Lingkungan dan teori Arsitektur Lansekap, sebagai acuan dalam mendesain Sekolah Berwawasan Lingkungan. ßò ÐÛÒÜ Ü ÕßÒ Ô ÒÙÕËÒÙßÒ Ø ÜËÐ Menurut menteri Pendidikan lingkungan hidup adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. 1 ïò Í» л µ»³¾ ²¹ ² л²¼ ¼ µ ² Ô ²¹µ«²¹ ² Ø ¼«¼ ²¼±²» Sehubungan dengan kegiatan pendidikan lingkungan hidup di Indonesia, Kelompok Kerja Pendidikan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Lingkungan Hidup (Pokja PKSDH & L) telah membagi perkembangan kegiatan pendidikan lingkungan hidup di Indonesia, yaitu 2 : a. Periode (periode persiapan dan peletakan dasar). Salah satu kegiatan yang mempelopori pengembangan pendidikan lingkungan hidup di Indonesia dilakukan oleh IKIP Jakarta yaitu dengan menyusun Garis-garis Besar Pendidikan dan Pengajaran (GBPP) bidang lingkungan hidup untuk pendidikan dasar. Pada tahun 1977/1978, GBPP tersebut kemudian diujicobakan pada 15 SD di Jakarta. Selain itu penyusunan GBPP untuk pendidikan dasar, 1 Kumpulan makalah tugas Jurusan Kehutanan, Univ. Petra 2 Jurnal Konsep PLH UPI, ,

15 beberapa perguruan tinggi juga mulai mengembangkan Pusat Studi Lingkungan (PSL) yang salah satu aktivitas utamanya adalah melaksanakan kursus-kursus mengenai analisis dampak lingkungan (AMDAL). b. Periode (periode sosialisasi). Pada periode ini, kegiatan pendidikan lingkungan hidup baik di jalur formal (sekolah) maupun di jalur non formal (luar sekolah) telah semakin berkembang. Pada jalur pendidikan formal, khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta bangku perkuliahan, materi pendidikan lingkungan hidup dan konservasi SDA telah diintegrasikan ke dalam kurikulum Di samping itu, selama periode ini pula banyak LSM serta lembaga nirlaba lainnya yang didirikan dan ikut mengambil peran dalam mendorong terbentuknya kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku ramah lingkungan. Secara keseluruhan, perkembangan kegiatan pendidikan, penyuluhan, dan penyadaran masyarakat di atas tidak saja terjadi di Jakarta tetapi juga di daerah-daerah lainnya. c. Periode 1993 sekarang (periode pemantapan dan pengembangan). Ditetapkannya Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 dan No Kep: 89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup, tanggal 21 Mei Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Departemen P & K juga terus mendorong pengembangan dan pemantapan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah melalui penataran guru, penggalakkan bulan bakti lingkungan, program sekolah, penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) asri dan lain-lain. Selain itu, berbagai insiatif dilakukan baik oleh pemerintah, LSM, maupun perguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup melalui kegiatan seminar, sararasehan, lokakarya, penataran guru, pengembangan sarana pendidikan seperti penyusunan modul-modul integrasi, buku-buku bacaan dan lain-lain. îò л²» ² л²¼ ¼ µ ² Ô ²¹µ«²¹ ² Ø ¼«14

16 Pendidikan lingkungan hidup (PLH) dapat diterapkan ke dalam pendidikan formal dengan menyisipkan materi pendidikan lingkungan hidup (PLH) ke dalam materi-materi pelajaran yang telah ada mulai dari konsep pemeliharaan lingkungan hingga cara-cara yang dapat dilakukan. Proses belajar mengajar tidak lagi menggunakan metode ceramah, tetapi lebih apresiatif dan aplikatif serta peduli dengan persoalan-persoalan lingkungan hidup. Dalam hal ini, perlu kerjasama dan kesepakatan antara Departemen Pendidikan Nasional dengan kantor Menteri Negara Lingkungan hidup. Kesepakatan bersama didasari kesadaran pentingnya menumbuhkan kesadaran lingkungan dan konsep pembangunan berkelanjutan sejak usia sekolah. Beberapa langkah yang perlu ditempuh Depdiknas agar program ini dapat berjalan, di antaranya menetapkan kebijakan, pedoman dan program PLH, mengembangkan materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kompetensi murid dan guru, serta menyusun materi ajar dan metode pembelajarannya. Sesuai dengan misi pendidikan lingkungan yaitu meningkatan rasa kepedulian, memberikan prespektif baru, nilai, pengetahuan, keterampilan dan proses yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku dan kebiasaan yang mendukung pelestarian lingkungan hidup, maka pelaksanaan program pendidikan lingkungan hidup di sekolah harus memberikan atmosfir kepada siswa, sehingga ketika siswa berada di sekolah siswa selalu bersentuhan dengan pendidikan lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi seperti diatas maka pendidikan lingkungan harus berada atau bersama-sama dengan progam-program yang diikuti oleh siswa sesuai dengan kegiatan siswa disekolah, yang terdiri dari kegiatan di kelas, kegiatan istirahat dan kegiatan ekstrakurikuler. 15

17 Þò ÍÛÕÑÔßØ ÞÛÎÉßÉßÍßÒ Ô ÒÙÕËÒÙßÒ í ïò л²¹» ² Sekolah berwawasan lingkungan adalah sebutan bagi sekolah yang menjadikan pendidikan lingkungan merupakan salah satu misi dalam mencapai tujuan sekolah. Program pendidikan lingkungan ini memberikan atmosfir di sekolah sehingga ketika siswa berada dalam lingkungan sekolah, siswa selalu bersentuhan dengan program ini. Jadi pendidikan lingkungan hidup sudah terintegrasi ke dalam program sekolah. Diharapkan dengan terintegrasinya pendidikan lingkungan hidup ini kedalam program sekolah menjadi proses pembiasaan sehingga diharapkan adanya pengembangan perilaku, sikap dari siswa untuk menghargai, mencintai dan memelihara lingkungan hidup yang di bawa sikap tersebut menjadi kebiasaan sehari-hari. îò Í»³ Ì ² ¼ ³ л µ ² ² ÐÔØ ¼ Í»µ± ¾» ² Ô ²¹µ«²¹ ² Ketika program pendidikan lingkungan hidup di sekolah akan dimulai maka perlu dikembangkan suatu sistem yang dapat mengatur program ini. Sistem yang di kembangkan diharapkan dapat mengembangkan tingkat kepedulian siswa terhadap lingkungan, oleh karena itu sistem yang dibangun harus dapat melibatkan berbagai unsur sehingga program ini dirasakan menjadi milik seluruh warga sekolah. pembentukan komite lingkungan sekolah membuat misi lingkungan sekolah membuat action Plan monitoring program dan evaluasi integrasi program kedalam kurikulum, ekstrakulikuer dan program sekolah kemitraan dengan komunitas luar Bagan 2.1: Tahapan pelaksanaan program PLH Sumber: Jurnal konsep PLH, Diakses , Jurnal konsep Pendidikan Lingkungan Hidup, diakses ,

18 a. Tahap Pembentukan Komite Lingkungan Sekolah, Komite lingkungan sekolah merupakan suatu badan yang mewakili seluruh warga sekolah, yang memiliki peran : sebagai penjamin semua warga sekolah (termasuk murid) merasa terwakili untuk mebuat keputusan dalam proses implementasi program; untuk mendorong semua warga sekolah peduli terhadap eksistensi program; menjamin bahwa program di dukung oleh manajemen sekolah; sebagai media untuk berhubungan atau melibatkan komunitas di luar sekolah dalam menjalan program ini. b. Tahap membuat misi sekolah, Misi lingkungan sekolah adalah suatu pernyataan yang jelas tentang harapan atau komitmen sekolah untuk meningkatkan kualitas lingkungan sekolah dan terciptanya budaya peduli terhadap lingkungan. c. Tahap membuat ½ ±² ²ô ß½ ±² ² merupakan inti dari program pendidikan lingkungan. ß½ ±² ² harus dibuat mengacu kepada review kondisi lingkungan awal sekolah sehingga akan didapatkan aspek-aspek apa saja yang perlu ditingkatkan dan kemudian dibuat target apa saja yang harus di capai. Meliputi : visi misi dan tujuan sekolah, tantangan realita, identifikasi fungsi, analisis SWOT pemecahan masalah serta rencana program dan anggaran d. Tahap monitoring program dan evaluasi kemajuan, Kegiatan monitoring dan evaluasi selain untuk melihat kemajuan juga dapat untuk mendeteksi perlu tidaknya perubahan pelaksanaan. Kegiatan monitoring yang berkelanjutan akan memasikan program berjalan dengan baik. 17

19 e. Tahap Integrasi program kedalam kurikulum (kegiatan intrakurikuler), Pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup kedalam kurikulum sifatnya fleksibel. Pengintegrasian bukan bersifat menyeluruh akan tetapi bisa dilakukan secara parsial atau dijadikan topik saja tanpa mengurangi makna dari tujuan proses pembelajaran setiap mata pelajaran. Sebagai contoh bagaimana mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup kedalam beberap mata pelajaran adalah sebagai berikut: (1) Mata pelajaran Bahasa Inggris: Diskusi membahas topik lingkungan, yang diharapkan mengugah opini, dan perubahan perilaku terhadap lingkungan. Membuat tulisan berupa karangan, laporan liputan atau poster tentang lingkungan hidup. (2) Mata pelajaran Ilmu pengetahuan Alam Membuat produk dengan barang daur ulang Belajar mengenai sumber daya yang terperbaharui dan yang tidak terperbaharui. (3) Mata pelajaran sejarah Mempertimbangkan dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan berdasarkan waktu peride sejarah yang berbeda Menggunakan foto, dokumen atau presntasi mengenai bagaimana perugahan lingkungan sekolah dari waktu ke waktu. (4) Mata pelajaran Keterampilan Membuat patung dari bahan kertas bekas Membuat poster atau leaflet untuk kampanye lingkungan (5) Mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan Partisipasi dalam aktivitas program pendidikan lingkungan dan keuntungannya bagi sekolah dan masyarakat Mengunakan isu lingkungan sebagai bahan untuk kegiatan debat 18

20 f. Pendidikan lingkungan sebagai kegiatan ekstrakurikuler, Pendidikan lingkungan hidup dapat juga dikemas dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan tersebut bisa berupa Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Pencinta Alam (PA), Pramuka, atau kegiatan ekstrakurikuler yang khusus seperti out bound, Pelatihan penelitian lapangan dll. g. Pendidikan lingkungan terintergasi pada program sekolah, program sekolah disini adalah program, kegiatan atau aturan yang dibuat sekolah selain kegiatan intra dan ekstra kurikuler. Misalnya peraturan kelas bersih, kegiatan operasi semut setiap hari jumat, Penghematan air dan listrik, Penghijauan sekolah dll. Program sekolah ini dibuat untuk memelihara lingkungan sekolah dan sekaligus sebagai pendidikan praktis bagi anak untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. Diharapkan dengan pelaksanaan program secara konsisten ada proses pembiasaan bagi siswa dan diharapkan bersamaan dengan proses tesebut dapat meningkatkan dan terjadi akselerasi perubahan sikap kepedulian siswa terhdap lingkungan. h. Kemitraan dengan komunitas luar. Salah satu tujuan dari pendidikan lingkungan hidup adalah meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan, termasuk tidak hanya komunitas sekolah juga komunitas di luar sekolah yang berhubungan langsung dengan sekolah. Kegiatan dalam rangka melibatkan komunitas lain adalah bisa dengan cara mengadakan aksi hari lingkungan yang diselenggarakan di sekolah atau diluar sekolah dengan melibatkan komunitas sekolah dan diluar sekolah yang ada hubungan langsung misalnya orang tua, dinas pendidikan setempat, pengamat lingkungan, kalangan industri, dll. Pada kegiatan tersebut dapat dijadikan ajang sosialisasi program sekolah berwawasan lingkungan dan membuat kemitraan dengan komunitas di luar sekolah. 19

21 Ýò ÕÑÒÍÛÐ ÙÎÛÛÒ ÍÝØÑÑÔ ì ïò л²¹» ² Konsep Ù»»² ͽ ±± Ž berdasar modul pengelolaan lingkungan oleh Departemen Pendidikan Nasional memiliki arti harfiah sekolah hijau, namun sebenarnya memiliki makna yang lebih luas. Ù»»² ½ ±± bukan hanya tampilan fisik sekolah yang hijau rindang, tetapi wujud sekolah yang memiliki program dan aktivitas pendidikan mengarah kepada kesadaran dan kearifan terhadap lingkungan hidup. Sekolah hijau yaitu sekolah yang memiliki komitmen dan secara sistematis mengembangkan program untuk menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktifitas sekolah. Tampilan fisik sekolah ditata secara ekologis sehingga menjadi wahana pembelajaran bagi seluruh warga sekolah untuk bersikap arif dan berprilaku ramah lingkungan. Program pendidikan dikemas secara partisipatif penuh, percaya pada kekuatan kelompok, mengaktifkan dan menyeimbangkan Feeling, Acting, dan Thinking, sehingga tiap individu bisa merasakan nilai keagungan inisiasinya. Secara konsep kelompok didorong untuk mampu melahirkan visi bersama dengan memahami apa yang menjadi penting (Definisi), menemukan dan mengapresiasi apa yang telah ada dan tentunya itu terbaik (Discovery), menemukan apa yang semestinya ada (Dream), menstrukturkan apa yang ada (Design) dan merawatnya hingga menjadi ada (Destiny). Bahwa sebenarnya memahami makna Green school yang seharusnya adalah berbuat untuk menciptakan kualitas lingkungan sekolah yang kondusif,ekologis, lestari secara nyata dan berkelanjutan, tentunya dengan cara-cara yang simpatik, kreatif, inovatif dengan menganut nilai-nilai dan kearifan budaya lokal. îò Ð ±¹ ³ Ù»»² ͽ ±± Program Green School (Green School Movement) harus disusun secara holistik dengan mengkaitkan keseluruhan program yang ada di sekolah serta mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat berpengaruh, baik factor pendukung 4 www. depdiknas.go.id/kewirausahaan10/materi/lingkungan_hidup.pdf_diakses ,

22 atau faktor penghambatnya. Potensi internal sekolah yang berupa lahan, sumberdaya air, energi dan limbah serta potensi sekitar sekolah seperti tradisi masyarakat, kondisi bentang alam dan ekosistemnya akan menjadi objek-objek pengembangan dalam program Green School. Program Green School versi ŒÕÛØßÌ Œ dikembangkan melalui lima kegiatan utama meliputi : Pengembangan kurikulum berwawasan lingkungan Pengembangan pendidikan berbasis komunitas Peningkatan kualitas kawasan sekolah dan lingkungan sekitarnya Pengembangan sistem pendukung yang ramah lingkungan Pengembangan manajemen sekolah berwawasan lingkungan Program Green School merupakan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan program pengembangan sekolah, oleh sebab itu program Green School akan terintegrasi ke dalam program pengembangan sekolah. Pengembangan kurikulum berwawasan lingkungan dan pendidikan berbasis komunitas terwadai dalam program µ«µ dan»µ µ«µ. Sedangkan pengembangan kawasan sekolah dan pengembangan sistem pendukung yang ramah lingkungan termasuk dalam program pengelolaan lingkungan fisik/ fasilitas. Selanjutnya pengembangan lingkungan sosial/lingkungan kerja merupakan bagian dari pengembangan manajemen sekolah. Secara diagramatis dapat digambarkan sebagai berikut : KURIKULER Integrasi materi LH Analisis materi Menyusun RPP EKSTRAKURIKULER Identifikasi kegiatan LH Kegiatan eks-kul berbasis LH Perilaku peduli lingkungan PENGELOLAAN LINGKUNGAN Lingkungan fisik sekolah Lingkungan non fisik sekolah Indikator keberhasilan Bagan 2.2 : alur Program Green School Sumber: www. depdiknas.go.id/kewirausahaan10/materi/lingkungan_hidup.pdf. Diakses ,

23 a. Kurikuler Pembelajaran Lingkungan hidup di Indonesia ditempuh dengan strategi pembelajaran erintegrasi. Pembelajaran lingkungan hidup tidak dikemas dalam bentuk mata diklat (mata pelajaran), namun diintegrasikan ke seluruh mata diklat dalam struktur program kurikulum yang berlaku. Melalui strategi pembelajaran terintegrasi, diharapkan siswa memperoleh pengalaman langsung dan aplikatif dari konsep Lingkungan hidup. Selanjutnya diharapkan dapat menambah kekuatan pemahaman, ketrampilan dalam penerapan dan kepekaan analisis kemungkinan serta penemuann alternative pemecahan masalah. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi siswa. b. Ekstra Kulikuler Untuk Pembelajaran lingkungan hidup lebih diarahkan kepada kegiatan ekstra kulikuler dimanaa kegiatan ini diarahkan kepada pembentukan sikap peduli terhadap pelestarian fungsi lingkungan, dengan menambah pengetahuan melalui ceramah lingkungan hidup, pembinaann sikap melalui kegiatan nyata Ö» Ô ²¹µ«²¹ ²Œ dan pembinaan prestasi melalui Lomba Karya Lingkungan. Gambar2.1:alurPr rogram Green School Sumber: c. Pengelolaan Sekolah Diakses , Lingkungan Perilaku peduli lingkungan merupakan hasil dari proses belajar dan pembiasaan secara terus menerus, yang dimulai dari usia dini. Pembelajaran Lingkungan Hidup di sekolah ditempuh dengan pelaksanan program kurikuler dan ekstra kurikuler. 22

24 Upaya peningkatan efektivitas pembelajaran yang mengarah kepada pembentukan perilaku bagi siswa, ditempuh dengan pendekatan pembelajaran yang aplikatif dan materi yang menyentuh kehidupan anak sehari-hari. Sedangkan lingkungan kehidupan sekolah harus dapat menjadi wahana pembiasaan berprilaku peduli lingkungan sehari-hari. Üò ÌÛÑÎ ßÎÍ ÌÛÕÌËÎ ÔßÒÍÛÕßÐ ïò л²¹» ² ë Arsitektur Lansekap adalah bagian dari ilmu dan seni menata ruang dengan menggunakan pendekatan-pendekatan behavior, estetika dan ekosistem dalam perencanaan, perancangan dan pengelolaan spasial serta pengendalian kualitas lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia (Maslow). Arsitektur lansekap menjelaskan tentang perencanaan lingkungan yang terencana dan memberikan nilai kembali kepada suatu kota/daerah dalam pengertian merencanakan lingkungan yang lebih efisien, produktif dan menyenangkan (Landscape Architecture). Selain itu melihat persoalan sebuah tata ruang kota kepada hal yang paling dalam, karena arsitektur lansekap melihat suatu keberhasilan pembangunan ruang kota bukan hanya pada hal fisik tetapi lebih kepada wajah dan karakter ruang yang sesuai dengan karakter lingkungan ekologi suatu kota tersebut. Sehingga dengan mempertahankan karakter ekologi kota diharapkan keberlangsungan ekosistem dalam kota dapat berjalan dengan baik. (Gilbert Lang Meason). îò Ó ²«¼ ³ Ô ²»µ Ô ²¹µ«²¹ ² ê Manusia secara insting mencari sesuatu yang indah, menarik dan menyenangkan. Sesuatu yang secara visual indah adalah sesuatu yang memiliki keharmonisan visual 5 Presepsi Ilmu Arsitektur Lansekap dalam ilmu dan seni Tata Ruang 6 jurnal manusia dan lingkungan, _diakses ,

25 yang tampak baik. Oleh karena itu, alam yang indah menciptakan keharmonisan dan kesenangan yang dapat kita terima. Sehingga manusia mulai berusaha dalam menjaga dan melestarikan lingkungan disekitarnya. Disaat manusia mulai menentukan batasan-batasan terhadap ruang, secara tidak langsung batasan-batasan ruang itu melahirkan suatu disiplin ilmu dan seni menata ruang, oleh karena itu ilmu dan seni menata ruang sangat erat hubungannya dengan pengidentifikasian dan pemenuhan kebutuhan akan ruang yang nyaman bagi manusia dalam aktivitasnya yang sesuai dalam UU No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menyatakan pentingnya persyaratan penataan ruang luar sebuah lingkungan wilayah,perkotaan dan perumahan sebagai usaha terciptanya suatu lingkungan hidup yang selaras dan harmonis. Lansekap secara terus-menerus berubah, secara perlahan berdasarkan kurun waktu tertentu, dalam waktu geologis dan evolusi dengan proses geomorfologi. Seluruhnya berubah dengan lebih cepat dengan pertgantian spesies secara lokal atau regional. Suatu pendekatan lansekap regional terhadap pelestarian, menuntut suatu integrasi metodologi ekologi yang mengkoordinasikan data dari spesies individual yang terdapat pada pola-pola lansekap regional. Degradasi terhadap lansekap yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia, sehingga menyebabkan perubahan yang jauh berbeda bila dibandingkan dengan gangguan pada lansekap alamiah. Perkembangan terhadap perubahan lansekap dapat dibedakan menjadi 5 (lima) tipe, menurut Forman dan Gordon (1986) meliputi hal-hal berikut: a. Lansekap Alamiah Dalam lansekap alamiah perubahan yang mungkin terjadi disebabkan oleh alam dan bukan sebagai akibat dan kegiatan manusia. Dalam matrik lansekap alamiah, bercak dan koridor yang tejadi relatif kecil. Secara spatial bentuk koridor umumnya berbentuk alamiah seperti sungai. Dan jumlah koridor yang ada memperlihatkan suatu kecenderungan semakin meningkat dari lansekap alamiah menuju arah lansekap perkotaan. 24

26 Gambar2.2:Lanse ekap Alami Sumber: Diakses ,09.00 b. Lansekap Pengelolaaan Pada lansekap wilayah pengelolaan, kegiatan pembalakan hutan menyebabkan bentuk-bentuk bercak yang berbeda dalam ukuran dan tingkat degradasi yang tejadi. Hal ini menyebabkann kerusakan dan terdegradasi lahan. Hara mineral menjadi terdegradasi, akibat dilarutkan oleh besaran laju air limpasan, terutama pada lahan-lahan terbuka untuk pembukaaan lahan dan lokasi pembekalan. Gambar2.3:Perom mbakan Hutan Sumber: Diakses , c. Lansekap Budidaya Perkembangan budidaya usaha tani merupakan tahap awal kegiatan manusia dalam pengelolaaan bentang alam, yang erat kaitannya dengan pengembangan wilayah dan transportasi. Karakteristik lansekap budidaya ada tiga tahapan dalam prosesnya yaitu : tradisionil budidaya usaha tani, kombinasi tradisionil dan modem dan modem. Bersamaan dengan dilakukannya kegiatan budidaya usaha tani tersebut, mulai tumbuh dan berkembang bentuk-bentuk pemukiman terpencar, 25

27 berangsur-angsu mengelompok, dan pada akhimya mulai menyatu. Untuk selanjutnya membentuk perkampungan kecil dan berubah menjadi pedesaaan dan atau perkotaan. Gambar 2.4:Pertanian Sumber: Diakses , d. Lansekap Pedesaan Pada lansekap ini masih ditemukan bercak asli, dimana jumlah ukuran dan bentuknya cukupnya bervariasi. Bentuk bercak lainnya merupakan hasil perubahan akibat gangguan aktifitas manusia, baik dalam bentuk kebun, ataupun perkarangan. Kelimpahan jenis dalam lansekap ini tinggi. Dibanding dengan bercak yang masih Gambar2.5:Sa awah Pedesaan Sumber:baliwww.com asli yang kehidupan liar seperti gulma, dan atau Diakses , jenis-jenis parasit. Pada lansekap ini juga dicirikan oleh jalur koridor sebagai penghubung cenderung meningkat. Perananan fungsi struktiur matrik sangat erat kaitannya dengan habitat dan sumber pakan satwa liar. e. Lansekap Perkotaan Pada saat perubahan karakteristik struktur lansekap dalam bentuk alam terdegradasi menjadi bentuk alam perkotaaan, sebagai akibat dari aktifitas manusia, disatu sisi cenderung menimbulkan bercak bercak baru yang berpengaruh terhadap perubahan lingkungannya. 26

28 Gambar2.6 :perkotaan Berdasarkan uraian Sumber:bukuLand dscape in Japan diatas, dengan memperhatikan fregmentasi habitat yang kini berlangsung pada kawasan alami, biasanya dibedakan oleh ulah manusia. Di dalam merencanakan ruang, terbuka jalur hijau perkotaaan, sumber perkotaaan yang mempunyai nilai spesial terhadap kehidupan liar harus diintegrasikan pada rencana (tata) ruang terbuka jalur hijau itu, Hal ini bukan hanya untuk taman-taman dan kawasan rekreasi belaka melainkan juga untuk hubungan antaraa lansekap alami dan buatan manusia sebagai ruang luar secara kesatuan. íò Õ±²»» Ü Ð»»²½ ² ² Ô ²»µ Pendekatann Perancangan Lansekap yang berwawasan lingkungan telah menjadi perhatian penting. Kesadaran ini telah mendorong para perancang untuk tidak hanya berpikir secara teknis melainkan juga mengedepankann pertimbangan estetis dan ekologis.dalam kedudukan tersebut maka pertimbangan terhadap koridor yang menyenang kan perlu dijadikan perhatian lebih seksama, baik dalam pemilihan bentuk yang menarik atau menjaga keberadaan landscape scenery unggulan. Karena tinjauan dari sisi keilmuan teori lansekap berfungsi sebagai perencanaan dan perancangan tata ruang luar secara ekologis dan estetika dari suatu lingkungan buatan dan lingkungan alami sehingga dapat tercapai suatu proses adaptasi yang saling membutuhkan dan menguntungkann sehingga tercipta sebuah lingkungan binaan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup yang berada dilingkungan tersebut. 27

29 Gambar 2.7:Taman Sumber:wwwtaman.com Diakses , Melihat alam sebagai sebuah sistem, serta merencanakan dan merancang sesuai dengan daur dan prosesnya. Selain itu, salah satu konsep yang lebih menonjol adalah perancangannya berpegang pada konsep arsitektur berwawasan lingkungan. Ü Ó»²¼» ² ² Þ ²¹«² ² ²¹ Þ» ² ¼ Ô ²¹µ«²¹ ² é adalah : a. Ekologi Bangunan Menghindarkan/mengurangi produk material bangunan dan sistem dalam bangunan yang mengandung racun karena dapat mempengaruhi kandungan udara dalam bangunan yang tidak sehat bagi penghuninya setelah beberapa tahun pelaksanaan produksi. b. Efisiensi Energi Penggunaan sumber daya matahari dan arus angin sebagai penghasil listrik pencahayaan alami, dan penghawaan alami.pemilihan alat yang efektif untuk penghasil energi listrik dan sistem pencahayaann alami untuk mengurangi penggunaan peralatan listrik konvensional yang cukup mahal. Selain itu pemilihan material dan sistem penyekat energi matahari yang dapat menyimpan panas pada siang hari dan dapat dipergunakan pada waktu malam hari sebagai pemanas ruangan. 7 www. Environment design collaborative.com ,

30 c. Material Pengguanaan material yang berpengaruh aman secara konsisten dan keseimbangan lingkungan hidup yang dapat tercapai. Misalnya, dengan bahan yang berasal dari bahan pendaur ulangan sehingga lebih aman untuk diproduksi dan dipakai.selain itu, pengguanaan material tidak diambil dari perusakan hutan dan tidak menghasilkan sisa berupa racun walaupun melalui prosess yang lama. Gambar2.8:J alan Setapak Sumber: Lands scape in Japan d. Bentuk Bangunan Bentuk bangunann yang merespon lingkungan alam dengan mendekati bentuk tanah, vegetasi, pola iklim. Desainnya dapat secara estetis merefleksi alam lokal / regional, dan merespon keadaan iklim mikro disekitar bangunan. Bangunan yang dibangun menyesuaikan dengan keadaan site, tidak harus merusak kontur tanah, atau menghilangkan vegetasi yang ada tetapi mempergunakannya sebagai pencipta suasana atau keadaan disekitar dan didalam bangunan agar menjadi nyaman. e. Desain yang Baik Hal ini meliputi seluruh bagian yang dihuni. Bangunan yang tahan lama, kemudahan penggunaanya, daur ulang, indah memerlukan sedikit energi, dan lebih berhargaa di masa depan, yaitu dengan memperhatikan detail serta menggunakan materi dan sistem yang berkualitas. 29

31 Sedangkan dalam Urban Landscape Design, diperlukan harmonisasi urban landscape heritage dalam pembentukan harmonisasi living culture, yaitu hidup selaras dengan batasan alam melalui pertimbangan-pertimbangan bahwa lingkungan terbangun tidak hanya berorientasi pada aspek ekonomi dan struktur fisik, melainkan dalam terbentuknya aspek edukasi tentang kepedulian dan pemahaman pelestarian lingkungan. Sehingga dukungan intensif dari perilaku hijau melahirkan Urban Landscape Guidelines (Pedoman Lansekap Perkotaan) yang diharapkan dapat menjadi alat kendali bagi pembangunan kawasan kota. : Aspek lingkungan atau environmental aspect yang di dukung oleh pemikiran terhadap sistem ekologi, restorasi sistem alam, penggunaan sumberdaya alam secara efisien, mengurangi polusi, limbah dan bencana. Pengembangan estetika dan keindahan baik alam maupun kawasan terbangun, Enjoyment atau kenikmatan atau kenyamanan hidup dan kenyamanan lingkungan hidup. Karakteristik lansekap sebuah kawasan terdiri dari aspek-aspek yang kasat mata (tangible) dan tidak kasat mata (intangible). Aspek-aspek ini secara individual ataupun kolektif memberi karakter historis pada lansekap dan membantu pemahaman akan arti penting nilai kebudayaan. Karakteristik lansekap sangat beragam, dari pola berskala besar hingga hal-hal yang ber hubungan dengan detil dan material pada sebuah kawasan. Di bawah ini adalah µ±³ ±²»² ¼ ³ µ µ» µ ²»µ (Page, Robert. R, Cathy Gilbert, Susan A. Dolan, 1998, p; 53) yaitu ; Sistem dan ciri alam øò «Í»³ ²¼ Ú» ; ciri-ciri alam yang mempengaruhi perkembangan lansekap dan bentukan yang dihasilkan alam pada kawasan (geomorfologi, geologi, hidrologi, ekologi, iklim, vegetasi setempat). Organisasi keruangan øí Ñ ¹ ² ±² ; pengaturan elemen elemen pencipta bidang dasar, bidang vertikal dan bidang atap yang membentuk dan menegaskan sistem keruangan dalam skala tapak maupun kawasan. 30

32 Penggunaan lahan øô ²¼ Ë» å organisasi, bentuk dan bentukan lansekap terkait dengan penggunaan lahan. Tradisi budaya øý««ì ¼ ±² å kegiatan kegiatan yang mem pengaruhi penggunaan dan pola pembagian lahan, bentuk bangunan, dan penggunaan material. Penataan kluster øý ß ²¹»³»² å lokasi bangunan dan struktur lain dalam kawasan. Sirkulasi øý ½«±² å ruang-ruang, fitur-fitur, dan material-material yang membentuk sistem pergerakan. Topografi øì± ±¹ ; konfigurasi tiga dimensi permukaan lansekap yang dicirikan oleh struktur yang terbentuk dan orientasinya. Vegetasi ø껹» ±² å tanaman-tanaman asli atau baru berupa pohon, semak, tanaman rambat, rum put, dan tanaman herbal. Bangunan dan struktur øþ«¼ ²¹ ²¼ Í «½ å konstruksi tiga dimensi seperti bangunan umum, jalan, rumah, jembatan. View dan vista øê» ²¼ Ê å fitur-fitur alami atau buatan yang dapat menciptakan kontrol pandangan. Fitur-fitur air buatan øý±² «½»¼ É» Ú» å fitur buatan dan elemen-elemen air untuk tujuan fungsional dan estetika. Fitur-fitur berskala kecil øí³ Í½» Ú» å kombinasi fungsi dan estetik dengan elemen-elemen detil yang memberikan keanekara gaman. Kawasan arkeologis øß ½»± ±¹ ½ Í» å kawasan yang di dalamnya terdapat sisa peninggalan masa lampau bernilai historis. 31

33 4. Ê»¹» è Vegetasi tidak hanya mengandung/mempunyai nilai estetis saja tetapi juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Adapun fungsi vegetasi adalah : a. Vegetasi sebagai Proses Vegetasi merupakan material lansekap yang hidup dan terus berkembang. Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk tanaman, tekstur,dan warna selama masaa pertumbuhannya. Gambar 2.9 :pohon Sumber: dokume entasi pribadi Dengan demikian, kualitas dan kuantitas ruang terbuka akan terus berkembang dan berubah sesuai dengan pertumbuhan tanaman jadi dalam perancangan lansekap, tanaman sangat erat hubungannya dengan waktu dan perubahan karakteristik tanaman. Tanaman mempunyai peran untuk menghilangkan ketegangan-ketegangan mental (stress) yang banyak diderita oleh penduduk kota. Tanaman dapat menciptakan lingkungan yang nyaman, segar harum, menyenangkan, dan sebagainya. Penggolongan tanaman yang ditanam dalam penghijauan di dalam kota dapat dikelompokkan berdasarkan sifat hidupnya yaitu, pohon, perdu, semak dan penutup tanah (rerumputan). Selain itu, dapat juga digolongkan berdasarkan habitatnya atau umumnya ditanam, sebagai tanaman pelindung jalan, tanaman dibantaran kali, tanaman penutup tanah, dan sebagainya. 8 materi kuliah fungsi dan peran vegetasi dalam lansekap, com_050310,

34 b. Vegetasi sebagai Desain Pohon atau perdu dapat berdiri sendiri sebagai elemen skluptural pada lansekap atau dapat digunakan sebagai enclosure, sebagai tirai penghalang pemandangan yang kurang baik, menciptakan privasi, menahan suara atau angin, memberi latar belakang suatu obyek atau memberi naung yang teduh di musim panas. Rumput tidak hanya digunakan sebagai elemen permukaan, tetapi dapat juga digunakan sebagai penahan erosi serta memberi berbagai variasi warna dan tekstur. Dalam perencanaan tapak, tanaman dapat dikategorikan berdasarkan : jenis (besar kecilnya pohon, perdu / semak, rumput), fungsi ( fungsi ekologis pohon, fungsi fisik pohon, fungsi estetis pohon), bentuk dan struktur (tinggi dan lebar pohon), ketahanan (keadaan tanah, iklim, topografi, penyakit), warna batang, bunga serta buahnya ( berguna atau tidak). Penyusunan tanaman didasarkan pada hubungan di antara tanaman tesebut, dalam hal ukuran, bentuk, tekstur, dan warnanya. Tanaman dapat disusun menjadi taman atau tempat bernaung, memberi tirai pemandangan, menahan angin atau memberi bayangan. Jenis tanaman penting digunakan sebagai elemen rancangan. Tanaman dapat membentuk ruang, memberi privasi, atau sebagai titik tangkap perhatian. Tanaman dapat memberi keteduhan, sebagai penahan angin, ataupun sebagai penutup tanah, menyaring atau memberi batas pemandangan, dan mempunyai pola bayangan yang menarik sepanjang siang hari Gambar 2.10 : Naung Sumber: Jurnal tata cara perencanaan lansekap jalan, DPU 33

35 Pemilihan jenis tanaman maupun cara pengaturan penanamannya harus mengikuti rencana penanaman yang disusun untuk memenuhi fungsi serta estetikanya. Apabila pola pengelompokan serta susunan jenis tanaman, ukuran, bentuk, tekstur, dan warnanya masing-masing telah diketahui dengan baik maka perencana dapat menyusun sendiri tata tanamnya berdasarkan satu atau beberapaa sifat tanaman- topografi atau kerena adanyaa struktur arsitektural atau dapat juga membentuk suatu transisi antara permukaan lahan dan bangunan. Batas antara lahan perkerasan dan tanaman tersebut. Jenis vegetasi dapat juga dikelompokan dalam hubungannya dengan keadaan vegetasi (pohon pohon) yang sudah ada adalah 1,80m, namun hal ini masih dapat bervariasi bergantung pada besarnya pohon dan kondisi tapak. Perletakan Pohon, Perdu, Semak, Ground cover dan rumput dapat menahan pantulan sinar dari perkerasan, air dan menahan jatuhnya sinar ke daerah yang membutuhkan keteduhan. c. Vegetasi sebagai estetis Nilai estetika dari tanaman diperoleh dari perpaduan antara warna (daun,batang,bunga) bentuk fisik tanaman (batang,percabangan,dan tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman dan komposisi tanaman. Nilai estetis tanaman dapat diperoleh dari satu tanaman, sekelompokk tanaman yang sejenis, kombinasi tanaman berbagai jenis ataupun kombinasi antara tanaman dengan elemen landsekap lainnya. Gambar 2.11 :tamankotaa Sumber: eboo ok Garden Design Fungsi estetika ( Aestethic Values) : Memberikan Nilai Estetika dan Meningkatkan Kualitas Lingkungan (Austin, Richard L, Designing with Plant, 1982.) 34

36 Nilai estetika dari tanaman diperoleh dari perpaduan antara warna (daun, batang, bunga), bentuk fisik tanaman (batang, percabang, tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman, dan komposisi tanaman. Nilai estetis dari tanaman dapat diperoleh dari satu tanaman, sekelompok tanaman yang sejenis, kombinasi tanaman berbagai jenis ataupun kombinasi antara tanaman dengan element lansekap lainnya. Dalam konteks lingkungan, kesan estetis itu menyebabkann nilai kualitasnya akan bertambah. Warna Warna dari suatu tanaman dapat menimbulkan efek visual tergantung pada refleksi cahaya yang jatuh pada tanaman tersebut. Efek psikologis yang ditimbulkan dari diuraikan sebelumnya, warna seperti telah yaitu warna cerah memberikan rasa senang, gembira serta hangat. Sedangkan warna lembut memberikan kesan tenang dan sejuk. Dan bila beberapa jenis tanaman dengan berbagai warna dipadukan dan dikomposisikan akan menimbulkan nilai estetis. Gambar 2.12:TamanBung ga Sumber:e ebook Garden Gambar 2.13:JenisTanaman Sumber:ebo ook Garden Design 35

37 Adapun jenis-jenis vegetasi yang dapat dikelompokkan sebagai berikut : - Tanaman Peneduh Kiara Payung øú ½ «³ ¼»½»² Tanjung øó ³ ³«±»»²¹ Angsana øð» ±½ «²¼ ½«Bungur øô ¹» ± ±»³ Trembesi øí ³ ³ ²» ³ ² Kersen øó«² ²¹ ½ ¾«- Tanaman Penyerap Polusi Angsana øð» ±½ «²¼ ½«Akasia øß½½ ³ ²¹ «³ Oleander øò» «³ ±» ² ²¼» 36

38 Bogenvil øþ±«¹»²ª ª» Í Kembang Sepatu øø ¾ ½«± ²»² Teh-tehan pangkas (ß½ Glodogan (б» ±² ²¹ º± - Tanaman Penyerap Kebisingan Tanjung øó ³«±»»²¹ Kiaraa Payung øú ½ «³ ¼»½»² Teh-tehan pangkas (ß½ Bogenvil øþ±««¹»²ª» Í Oleander øò» «³ ±» ² ²¼» - Tanaman Pemecah Angin Cemara øý «² ó» º± ò Angsana øð» ±½ «²¼ ½«Tanjung øó ³«±»»²¹ 37

39 Kiaraa Payung øú ½ «³ ¼»½»² - Tanaman Pembatas Pandang Bambu øþ ³¾«Kembang Sepatu øø ¾ ½«± ²»² Cemara øý «² ó» º± ò Oleander øò» «³ ±» ² ²¼» - Tanaman sebagai Habitat Burung Dadap (Û ² ª»¹») Kiaraa Payung øú ½ «³ ¼»½»² Beringin (Ú ½«¾»² ³ ³ ² - Tanaman Pengaman Daerah Miring Akasia øß½½ ³ ²¹ «³ Callian ndra Merah (Ý ²¼ ½ ± «) Dadap (Û ² ª»¹ ¹») 38

40 Krokot (Portulaca grandiflora) cempa aka øó ½»» ò Angsana øð» ±½ «²¼ ½«- Tanaman penutup tanah rumput krokot Rumput landep rumput gajah mirton - Tanaman perdu flamboyan Lantan na kastuba 39

41 kol banda - Tanaman rambat zodia alamanda ceguk wundhani stephanot jingga - Tanaman penghias taman mawar aster lavender melati Blood leaf Gambar2.14: :JenisTanaman Sumber: pohon.pdf, kehutanan IPB Diakses ,

42 Ûò ÍÌËÜ ÞßÒÜ ÒÙ ïò Í»ª ͽ ±± ç Sekolah Sevilla ini merupakan sekolah dengan kurikulum yang mengacu sistem pendidikan internasional dengann jenjang pendidikan yang diwadahi meliputi Nursery, Kindergarten, Primary dan Secondary. Konsep perancangan mencoba keluar dari pakem sekolah yang ada (konsep formal simetris) sehingga perancangan sekolah ini dengan pendekatan kekinian yang modern sekaligus pengolahan fashion yang buka sekedar tempelan tetapi tetap berkesinambungan dengan sistem yang ada. Gambar 2.15: Sekolah Sevilla Sumber:i arch magazine Massaa bangunan terbagi menjadi beberapa massa inti dalam dua zona utamaa yaitu kelompok fase sekolah 6 tahun pertama Nursery, Kindergarten dan Primary. Kelompok yang lain adalah fase sekolah 6 tahun kedua yaitu yang Secondary. Massa bangunan lainnya terdiri dari bangunan Gambar 2.16:Siteplan Sumber: i arch magazine komunal yang berfungsi sebagai indoor areaa selain itu untuk olahraga. Diatas lahan 21000m 2, massa bangunan inti sekolah diikat oleh satu ruang terbuka berbentuk amphitheater yang melingkar dengan lingkar terluar sebagai sirkulasi pengikat antar 9 óßîýø Ó ¹ ²» ô Ô» ² ²¹»²ª ±²³»² 41

43 bangunan. Konsep landscape direncanakan dengan penanaman jenis tanaman asli Indonesia, disamping itu konsep utamanya yang menyatu dan memberi kerindangann di areal tapak. Selain itu, juga sebagai area pembelajaran ruang luar terhadap pengenalan botani asli Indonesia. Secaraa keseluruhan, tipologi bangunan sekolah ini simpel dan fungsional dengan tampilan modern yang mengimplementasi wadah sekolah berstandart internasional. Keberadaan bangunan ini memberi dampak kesinambungan lingkungan dengan ketinggian bangunan yang optimal di areanya serta selaras dengan bangunan pendidikan di sekitar Pulomas Jakarta. îò ÍÓßÒ ï Ö» ô Þ ² ² «ïð SMA Negeri 1 Jetis Bantul sebagai Sekolah Berwawasan Lingkungan telah melakukan berbagai program untuk mewujudkan lingkungan hidup secara produktif sebagai upaya penyelamatan dan meningkatkann mutu hidup. Dengan dukungan luas lahan 3 hektar sesungguhnya merupakan potensi yang memungkinkan terciptanya lingkungan sekolah yang berkualitas b untuk kenyamanan belajar. Gambar2.17:Pe eta Kawasan Sumber: google earth Gambar2.18:Pekara angansman1jetis Sumber: bantul.sch.id diakses , ch.id_110210,

44 Disisi lain lahan yang luas menuntut pengelolaan maupun pengamanan kebijakan secara bijak. Bila tidak sampah dedaunan menumpuk setiap hari, drainase tidak lancar, bungkus plastik jajanan siswa berserakan, aksi corat-caret dimana-mana, aksi kerusakan dan kehilangan sering terjadi, taman dan ruang-ruang tidak terawat. Terkait dengan hal tersebut, walaupun belum menerapkan kurikulum Pendidikan Lingkungan Hidup, SMA Negeri 1 Jetis telah memiliki komitmen dan strategi dalam mengelola lingkungan sekolah agar setiap masalah yang timbul dapat dipecahkan, salah satunya dengan program kegiatan ekstra kulikuler yang dilaksanakan seminggu sekali seperti membentuk klub pengolahan pupuk dan sampah oleh para siswa serta aksi tanam dan merawat pohon disekitar lingkungan sekolahò ïï Selain itu potensi lingkungan sekolah dapat ditingkatkan kualitasnya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan serta mendatangkan kesejahteraan bagi warga sekolah dan lingkungan sekitarnya. Fasilitas sekolah ini adalah : Fasilitas Ruang : 1. Ruang Kelas 6. Laboratorium Bahasa 2. Laboratorium Biologi 7.Laboratorium Komputer/Internet 3. Laboratorium Fisika 8. Ruang Audio Visual 4. Laboratorium Kimia 9. Ruang Agama Non-Muslim 5. Laboratorium IPS Fasilitas Penunjang : 1. Masjid 6. Lapangan Voli 2. Unit Kesehatan Siswa 7. Lapangan Sepakbola 3. Perpustakaan 8. Lapangan Atletik 4. HotSpot Area 9. Lapangan Basket 5. Lapangan Upacara 11 wawancara dengan Bpk. Suradal, Guru SMAN 1 Jetis Bantul 43

45 Fasiliatas Lain : 1. Koperasi Siswa 2. Kantin Sehat 3. Parkir Luas 4. Pengolahan Limbah Daun (Pengomposan) 5. Penunjang LifeSkil (Budidaya Lobster, Budidaya ikan tawar, Agronomi) íò ÌÕ Ì ³ ² Ý»²¼»µ ïî TK Taman Cendekia adalah sekolah berwawasan lingkungan yang didirikan oleh Yayasan Sahabat Cendekia Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan akan sekolah PAUD dan Taman Kanak-kanak berkualitas tinggi dengan harga terjangkau bagi keluarga di daerah Cimanggis dan sekitarnya dan diharapkan dapat menjadi sekolah TK percontohan yang : melibatkan orang tua dalam pendidikan anak dalam arti yang sebenarnya agar akhlak dan kepercayaan diri dibangun bersama di sekolah dan di rumah, mendukung pendidikan berkelanjutan bagi para guru, membuka diri untuk penelitian/pkl/magang/skripsi, dll. agar negara kita akan semakin maju apabila penelitian dan kesempatan berkembang mendapatkan dukungan yang layak, mengundang sukarelawan untuk mendapatkan sumberdaya berkualitas yang baik bagi peningkatan kualitas pendidikan tanpa memberatkan biaya bulanan sekolah, berusaha mencapai sertifkasi sebagai sekolah berstandar internasional. Dengan luas tanah 2800 m 2, TK ini memiliki area belajar yang dekat dengan alam, di tengah kebun buah dan bunga, sejuk tanpa pendingin buatan, terang dari sinar matahari pagi yang baik bagi kesehatan. Area belajar luas, sehingga memungkinkan anak bergerak bebas mengasah kemampuan motorik mereka dan kecerdasan alamiah mereka. Selain itu didukung oleh fasilitas Taman Belajar Siang/Tempat 12 diakses ,

46 Penitipan Anak yang dibuka pada hari Senin- Kamis, Jam dimaksudkan untuk siswa PAUD/TK yang dititipkan hingga sore. Hal ini mendukung anak untuk belajar berdisiplin makan siang dan istirahat siang di bawah pengawasan pendidik serta meningkatkan kemampuan motorik, bahasa, dan bersosialisasi anak-anak karena mereka akan bersamaa teman-teman dari campuran kelas ( PAUD dan TK) hingga sore di bawah pengawasan pendidik. Gambar 2.19: PekaranganTKTaman Cendekia Sumber: bantul. sch.id Diakses , TK ini terdiri dari anak-anak usia 4-6 tahun yang memulai kegiatan bersekolahnya dari hari Senin sampai Kamis. Program kegiatan yang dilakukan di sekolah adalah : Berdoa setiap memulai dan mengakhiri kegiatan Permainan motorik kasar Permainan motorik haluspelatihan menggambar tingkat dasar Pelatihan pemecahan masalah sederhana Permainan peranpengembangan pengetahuan mengenai lingkungan Pelatihan berhitung Penanaman akhlak dan penambahan kosa kata lewat cerita dan bercerita. Ekstra-kurikuler dirancang untuk meningkatkan rasa percaya diri anak, kemampuan motorik, berbahasa, dan akhlak seperti seni, ibadah, berkebun, bahasa inggris, komputer, renang, outbound, dll. 45

47 Sekolah ini juga menyediakan pendidikan gratis sebagai berikut : Hari minggu pagi ada taman al qur an gratis. Tim pengajarnya adalah sukarelawan. Hari minggu pagi adaa taman bermain gratis. Semua fasilitas bermain TK ini dibuka untuk anak-anak manapun agar mereka bisa menikmatinya dan mendapatkan manfaat belajar sambil bermain, di bawah pengawasan sukarelawan. Hari minggu siang ada taman ketrampilan gratis (untuk orang dewasa) untuk latihan ketrampilan yang dapat menghasilkan pendapatan bagi penduduk sekitar agar mereka dapat memperbaiki taraf hidup mereka. ìò ÍÓÐ Ò ï Í«µ±¼±² ²±ô Ô«³ ²¹ ¹ ïí SMP Negeri 1 Sukodono yang merupakan salah satu Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI) di Kabupaten Lumajang memiliki keragaman potensi untuk menuju sekolah sehat. Berada diatas tanah seluas 1,5 ha dengan gedung pendukung proses pendidikan sangat memadai, mulai ruang kelas, berbagai laboratorium maupun ruang penunjang lain Gambar2.20:Pekara angan SMP1 Sukodono yang sangat representatif. Dari sisi tata Sumber: kodono lmj.sch.id letak bangunan yang didukung taman yang nyaman untuk suatu huniann pendidikan. Faktor ekternal baik lembaga birokrasi maupun masyarakat senantiasa mendukung program program sekolah yang menerapkan tata kelola yang benar benar berbasis lingkungan mj.sch.id_ ,

48 Salah satu tujuan sekolah pada tahun 2009/2010 adalah sukses mencapai sasaran Sekolah Sehat. Dengan motto Maju Mempertahankan Mutu Sekolah mencanangkan Master Program Sekolah Sehat dengan mengembangkan derajat kesehatan lingkungan sekolah dengan sasaran Sehat Lingkungan, Sehat Akademik, Sehat non Akademik dan Sehat Pengelolaan. Dalam mencapai sasaran tersebut diantaranya tertuang dalam Program Pengembangan UKS, dengan menekankann pada Tiga Pilar Program TP UKS SMP Negeri 1 Sukodono. Tiga pilar yang dimaksud meliputi, Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan Pembinaan Sekolah Sehat. Adapun muaraa dari hasil yang dicapai menyehatkan Pengetahuan, Ketrampilan, Wawasan, Budaya dan Kedisiplinan guna mencapai prilaku pola hidup sehat di Lingkungan Sekolah. Gambar2.21:keg giatan ekstrakulikuler Sumbe er: lmj.sch.id Diakses , 9.00 Untuk mendukung kegiatan belajar mengajar dan administrasi sekolah, saat ini SMP Negeri 1 Sukodonoo didukung : 21 ruang kelas. Kantin Ruang Multimedia Koperasi Ruang Perpustakaan yang sangat memadai. Ruang UKS (Unit Kegiatan Siswa) Laboratorium Fisika Ruang PMR (Palang Merah Remaja) Laboratorium Biologi Ruang Adiwiyataa Laboratorium Komputer & Internet Ruang OSIS Laboratorium Bahasa Ruang Serba Guna 47

49 Ruang Ketrampilan Masjid Sarana Olah raga Selain itu untuk mendukung kegiatan administrasi sekolah, guru dan staff, SMP Negeri 1 Sukodono memiliki : Ruang Kepala Sekolah Ruang BP / BK Ruang Guru Ruang Tata Usaha Berdasarkan konsep Sekolah Berwawasan Lingkungan dan Green School serta studi banding beberapa sekolah yang ada maka sekolah berwawasan lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut : memiliki program kurikuler dan ekstra kurikuler serta aktivitas pendidikan yang mengarah kepada kesadaran dan kearifan terhadap lingkungan hidup. Didukung dengan tampilan fisik sekolah yang ditata secara ekologis sehingga menjadi wahana pembelajaran. Area belajar luas, memungkinkan anak bergerak bebas mengasah kemampuan motorik mereka dan kecerdasan alamiah mereka. 48

50 BAB III TINJAUAN KOTA SURAKARTA Pada bab ini akan dibahas mengenai keadaan fisik, lingkungan hijau, rencana pembangunan Surakarta dan rencana lokasi Sekolah Berwawasan Lingkungan. A. KEADAAN GEOGRAFIS DAN KLIMATOLOGI 1. Geografis Letak geografis kota Surakarta berada diantara kota Surakarta berada di antara Bujur Timur ; Lintang Selatan. Daerahdaerah yang berbatasan dengan wilayah kota Surakarta : Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo Gambar 3.1 : Peta Kota Surakarta Sumber : Bappeda Surakarta Kota Surakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 92 m diatas permukan air laut. Kondisi Topografinya relatif datar dengan kemiringan rata-rata 49

51 (0-3). Di bagian utara agak bergelombang dengan kemiringan kurang lebih 5. Sebagian besar tanahnya berupa tanah liat dengan pasir (regosol kelabu). Di bagian utara pada beberapa tempat berupa tanah padas dan agak berbatu. Kota Surakarta berada didataran rendah,antara kaki Gunung Lawu dan Gunung Merapi, dua buah sungai; kali Pepe dan kali Jenes membelah tengah kota, sungai Bengawan Surakarta mengalir disebelah Timur kota. Luas wilayah kota Surakarta adalah km 2. Luas wilayah Kotamadya Dati II Surakarta adalah 440,040 km ( 4404ha ), terdiri dari 5 kecamatan; Banjarsari, Jebres, Laweyan, Pasar Kliwon, dan Serengan.dan 51 kelurahan. Secara administrasi kota Surakarta berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan Perda no.1 tahun 1989, wilayah kodya Dati II Surakarta dibagi dalam 4 wilayah pengembangan, yaitu Wilayah Pengembangan Utara, Barat, Timur, dan Selatan. Wilayah Pengembangan Utara Wilayah Pengembangan Timur Wilayah Pengembangan Barat Gambar 3.2 : Peta Wilayah pengembangan Surakarta Sumber: Bappeda Surakarta Wilayah Pengembangan selatan 2. Kondisi Klimatologis Kondisi klimatlogis berkaitan erat dengan letak geografis suatu daerah. Faktor klimatologis ini juga berpengaruh langsung terhadap perwujudan fisik bangunan. Kondisi klimatologis meliputi : a. Sinar Matahari 50

52 Karena terletak di daerah tropis, maka Surakarta beriklim panas dan mendapat matahari penuh sepanjang siang hari dengan tingkat radiasi relatif tinggi. Suhu udara rata-rata reltif tinggi yaitu pada siang hari berkisar 21º-23ºC, dan kelembaban rata-rata 74,83%. b. Curah Hujan Karena terletak di daerah tropis, maka pola siklus iklim berimbang antar musim penghujan (Oktober - April) dan musim kemarau (April - Oktober). Curah hujan ratarata pertahun mencapai 2800mm. c. Angin Sesuai dengan letak geografisnya, maka arah dan kecepatan angin di Surakarta berubah-ubah secara periodik, arahnya bervariasi dari Tenggara sampai Barat Laut. B. Lingkungan Di Surakarta 1. Permasalahan lingkungan Surakarta yang dikenal sebagai kota Budaya memiliki lingkungan kota yang kurang nyaman dengan tingginya polusi dan lngkungan yang kurang bersih. Pada sungai Kabanaran yang bermuara pada sungai Bengawan Solo, kondisinya tercemar oleh limbah industri tekstil yang ada di kawasan Laweyan. Kondisi serupa juga ditemukan pada sungai lain seperti Kali Pepe dan kali Anyar. Perilaku buruk masyarakat juga terlihat dengan membuang sampah sembarangan pada sungai dan saluran drainase yang akan menyebabkan pencemaran air serta banjir. Sungai tercemari limbah yang berasal dari rumah tangga dan sampah. Banyaknya Gambar 3.3 : Sungai Sumber : dokumentasi pribadi 51 kendaraan bermotor

53 dan tidak imbangnya perbandingan antara ruang terbuka hijau dengan bangunan telah menyebabkan udara menjadi semakin tidak sehat. Ruang terbuka tahun 1990 seluas 8,65 persen dari luas kota surakarta dan sekitarnya menyebabkan potensi pencemaran udara dan air yang sangat tinggi. Kebutuhan pokok akan air bersih meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi penduduk kota. Dari sebuah penelitian, menyebutkan bahwa kandungan bakteri e-coli pada air dangkal di Surakarta sudah parah, kandungan Fe (besi) dan Mn (mangan) serta konsentrasi Merkuri diambang batas normal. Padahal air sungai Bengawan Solo digunakan sebagai bahan baku PDAM untuk wilayah Solo, Cepu (Jateng) dan Bojonegoro (Jatim). Banjir yang terjadi pada akhir tahun 2007 di Surakarta pun merupakan akumulasi dari kerusakan yang terjadi di wilayah Surakarta dan sekitarnya. Hutan yang semakin menipis didaerah hulu dan daerah aliran sungai serta semakin sedikitnya lahan terbuka hijau menjadi penyebab terjadinya banjir di Surakarta, Madiun dan Bojonegoro serta daerah lain disepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Kesadaran masyarakat yang renndah terhadap lingkungan menjadikan kerusakan lingkungan sehingga tidak nyaman lagi. 2. Ruang Terbuka Hijau Hutan kota tidak hanya menjadikan kota itu indah dan sejuk, namun aspek kelestarian, keserasian dan keseimbangan sumber daya alam yang pada giliran selanjutnya akan membaktikan jasa-jasa berupa kenyamanan, kesegaran serta terbebasnya kota dari polusi dan kebisingan serta sehat dn cerdasnya warga kota. Meningkatnya pembangunan seperti perdagangan, transportasi, industri, permukiman dan kegiatan lainnya mengakibatkan luasan RTH di Surakarta menurun disertai menurunnya mutu lingkungan hidup. Ruang terbuka Surakarta pada tahun 1990 seluas 380,79 Ha atau 8,65 persen dari luas kota. Nantinya, ruang terbuka dalam RUTRK Kodya Surakarta disebutkan hanya akan bersisa 22,02 Ha atau hanya 0,5 Ha dari luas kota. 52

54 Gambar 3.4 : Balekambang Sumber : dokumentasi pribadi Bentuk hutan kota yang terdapat di Surakarta beruapa jalur hijau, taman kota, kebun dan halaman rumah, kebun raya dan kebun binatang, kuburan dan makam pahlawan. Wilayah yang paling dominan/banyak tutupan pohon sebagai hutan kota di Surakarta yaitu pada daerah Kecamatan Jebres yang masuk dalam SWP I dan SWP VIII. Daerah yang dimaksud yaitu Taman Satwa Taru Jurug, Kampus UNS, Taman Makam Pahlawan serta penghijauan disepanjang alur sungai Bengawan Solo. Jumlah ruang terbuka yang ada seluas kurang dari 8,65 persen dari luas kota masih dirasa kurang sebagai hutan kota. Sehingga adanya fasilitas pendidikan lingkungan seperti sekolah berwawasan lingkungan nantinya dapat menambah jumlah area terbuka hijau sebagai hutan kota. 3. Sedikitnya fasilitas pembelajaran anak yang peduli terhadap lingkungan Bagi perkembangan anak. rasa ingin tahu, sifat eksplorasi penting untuk dilatih dan dikembangkan. Lingkungan sekitar sangat berpotensi untuk dijadikan sarana pelatihan dan perkembangan tersebut. Kota Surakarta yang sangat kental dengan nuansa budayanya memang terdapat fasilitas-fasilitas yang berhubungan dengan alam. Taman Jurug dan Taman Balekambang merupakan tempat yang masih dipertahankan untuk wisata alam. Disana anak-anak bisa mempelajari hewan sekaligus merasakan udara segar. Kondisi fisik ditengah kota Surakarta memang tidak memungkinkan pengembangan fasilitas yang berhubungan dengan alam. Tetapi mengingat pentingnya lingkungan sebagai peran pembentuk pola pikir anak maka perlu disediakan fasilitas pendidikan anak-anak yang peduli terhadap lingkungan di kota Solo. 53

55 4. Pendidikan lingkungan hidup di Surakarta Permasalahan lingkungan hidup adalah menyangkut perilaku manusia atau dapat dikatakan etika manusia terhadap lingkungan (etika lingkungan) masih sangat rendah. Perilaku manusia yang buruk terhadap lingkungannya berakibat rusaknya ekosistem atau manusia merusak tempat tinggalnya sendiri dan juga makhluk hidup lain. 1 Etika lingkungan yaitu suatu sikap yang mengatur perilaku manusia yang didasari oleh rasionalitas ekologi atau lingkungan, yang memberikan nilai penting pada lingkungan (moral subjects) sebagai suatu sistem pendukung kehidupan makhluk hidup yang ada di bumi. Perilaku tersebut khususnya menyangkut kesadaran untuk memelihara kestabilan dan keseimbangan lingkungan sejauh mungkin dalam tiap kegiatan. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, terjadinya kerusakan lingkungan oleh etika lingkungan yang rendah sehingga manusia memperlakukan alamnya dengan tidak bijak. Etika yang rendah tersebut disebabkan pengetahuan manusia yang rendah terhadap lingkungan sebagai tempat tinggalnya sendiri. Dengan adanya sebuah wadah pendidikan lingkungan hidup maka diharaokan akan tumbuh kesadaran manusia dalam memnperlakukan lingkungannya dengan baik. Pendidikan lingkungan adalah pendidikan yang universal, artinya pendidikan berlaku pada semua orang serta semua tempat dengan kondisi yang berbeda baik melakukan pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan lingkungan dapat dilakukan melalui pemberian materi didalam kelas yang bertujuan agar para siswa mempunyai kemampuan intelektual dalam mengenal lingkungan. Selain itu penyampaian dapat dilakukan diluar kelas dengan aktivitas berupa eksperimen, diskusi mengenai kasus lingkungan, aksi lingkungan dan jelajah lingkungan. Keberadaan suatu wadah yang memberikan pendidikan lingkungan hidup di Surakarta belum ada. Hal ini sangatlah penting untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan masyarakat untuk dapat berbuat bijak kepada lingkungannya melalui tindakan konkret. 1 A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan, hal. xii 54

56 C. Perkembangan Potensi Kota 1. Kependudukan di Surakarta 2 Kependudukan yang dialami kota Surakarta sejak tahun 1990 terus mengalami pertambahan yang signifikan dengan perkembangan sekitar 0,775 per tahun hingga kini mencapai jiwa/km 2. Kelompok Usia Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Tabel 3.1 : Penduduk menurut usia di kota Surakarta tahun 2007 Sumber : BPS Kota Surakarta (susenas) Jumlah Usia muda (0-14) (24,81 %) (22,28 %) (23,49 %) Usia produktif (15-64) (69,60 %) (70,08%) (69,85 %) Usia lanjut (65+) (5,60 %) (7,64 %) (6,66 %) Jumlah (100 %) 269,240 (100 %) (100 %) Persoalan kependudukan yang dialami Kota Surakarta saat ini ialah bahwa pada Kota Surakarta terjadi konsentrasi penduduk pada daerah pusat kota dengan kepadatan mencapai ± 100 jiwa/km2. Kondisi dan kepadatan yang tinggi ini disebabkan oleh adanya kecenderungan masyarakat sekitar yang berkeinginan untuk mendekati lokasi kerja dan mendapat fasilitas pelayanan kota. 2. Perkembangan Fungsi Kota Surakarta Wilayah Kotamadya Surakarta, merupakan kota yang sudah dapat dikatakan mapan, mempunyai banyak peranan dan fungsi sebagai kota pemerintahan, perdagangan, industri, pendidikan, pariwisata, olahraga serta sosial budaya. Seperti ditunjukkan pada tabel berikut: NO FUNGSI KOTA SKALA PELAYANAN 1. Pemerintahan Lokal dan Regional 2. Industri Lokal, Regional dan Nasional 3. Pendidikan Lokal, Regional dan Nasional 4. Pariwisata dan Sosial Budaya Lokal, Regional dan Internasional 2 Biro Pusat Statistik 55

57 5. Perdagangan Lokal dan Regional 6. Pusat Olahraga Lokal, Regional dan Nasional Tabel 3.2 : Fungsi dan skala pelayanan Kotamadya Surakarta Sumber: Perda no. 8/ Kegiatan pendidikan di Surakarta Solo merupakan salah satu kota yang dicanangkan oleh Pemda sebagai kota budaya, pariwisata, pendidikan dan perdagangan. Pemerintah menyediakan 5% untuk kegiatan pendidikan karena merupakan salah satu kegiatan primer dalam rencana perkembangan kota Solo. Oleh karena itu, Solo telah memiliki banyak fasilitas pendidikan baik negeri maupun swasta yang berkualitas baik tim pengajar maupun anak didiknya dan hampir sebagian besar merupakan sekolah unggulan. Beberapa sekolah unggulan tersebut antara lain : Palm Kids School, SD Cemara Dua, SMPN 1 Solo, SMPN 4 Solo, SMAN 1 Solo, SMAN 3 Solo, dll. 4. Jumlah anak usia sekolah di Surakarta Secara kuantitatif, jumlah penduduk Surakarta usia sekolah (3-18 tahun) cukup banyak, yaitu sekitar jiwa dari jumlah total penduduk kota Surakarta jiwa. Sedangkan untuk guru yang ada sekitar sepersepuluh dari jumlah anak didik yang ada yaitu jiwa. 3 TK SD SMP SMA/SMK Jumlah Anak didik Tenaga pendidik Tabel 3.3 : jumlah anak didik dan tenaga didik Surakarta Sumber: BPS BPS

58 D. Rencana Pengembangan Surakarta 1. Pengembangan Sub Wilayah Pengembangan dalam RUTRK Rencana pembagian satu wilayah pembangunan dan pelayanan dibagi dalam 4 WP (wilayah pengembangan ) dan 10 SWP (Sub Wilayah Pengembangan). Empat wilayah tersebut WP utara, WP selatan, WP timur, dan WP barat. Gambar 3.4 : balekambang Sumber : dokumentasi pribadi Gambar 3.5 : rencana SWP Sumber : RUTRK Keterangan Pembagian Sub Wilayah Pembangunan (SWP) Kota Surakarta : 1. SWP I :Kecamatan Pucangsawit (Pucangsawit, Jagalan, Gandekan, Sangkrah, Sewu dan Semanggi) 2. SWP II :Kecamatan Kampung Baru (Kampung Baru, Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan, Purwodiningratan, Gilingan, Kestalan, Keprabon, Ketelan, Timuran, Punggawan, Stabelan dan Sudiroprajan 3. SWP III :Kecamatan Gajahan (Joyotakan, Danukusuman, Serengan, Kratonan, Jayengan, Kemlayan, Pasar Kliwon, Gajahan, Kauman, Baluwarti, Kedung Lumbu dan Joyosuran) 4. SWP IV :Kecamatan Sriwedari (Tipes, Bumi, Panularan, Penumping, Sriwedari, Purwosari, Manahan dan Mangkubumen) 5. SWP V : Kecamatan Sondakan (Pajang, Laweyan dan Sondakan) 6. SWP VI : Kecamatan Jajar (Karang Asem, Jajar dan Kerten) 7. SWP VII : Kecamatan Sumber (Sumber dan Banyuanyar) 8. SWP VIII : Kecamatan Jebres (Jebres dan Tegalharjo) 9. SWP IX : Kecamatan Kadipiro (Kadipiro dan Nusukan) 10. SWP X : Kelurahan Mojosongo (Mojosongo) 57

59 2. Rencana Struktur Tata Guna Lahan (RUTRK ) Untuk memantapkan struktur yang telah digariskan dalam RUTRK , adapun fungsi masing-masing SWP dengan prosentase kegiatannya seperti ditunjukkan pada tabel berikut : S Skala Pelayanan Kegiatan Fungsi / kegiatan (%) Jum W Ters Sekunder Primer lah P Ling BWK Kota /lokal Reg Nas Inter A B C D E F G H (%) I II III IV V VI VII VIII IX X Tabel 3.4 : Fungsi dan skala pelayanan Kotamadya Surakarta Sumber : Perda no. 8/1993 keterangan : A B C D E = Pariwisata = Fungsi Kebudayaan = Fungsi Olahraga = Fungsi Industri = Fungsi Pendidikan F = Fungsi Perdagangan G = Fungsi PusatAdministrasi&Perkantoran H = Fungsi Perumahan BWK = Bagian Wilayah Kota Inter = Internasional Selain itu berdasarkan peta struktur dominasi ruang berdasar dominasi kegiatan di Surakarta dapat dilihat area fungsi pendidikan dan daerah penghijauan pada gambar berikut : 58

60 Gambar 3.6 : Dominasi Pemanfaatan Ruang oleh Kegiatan Kota Sumber : RUTRK Surakarta Fungsi area pendidikan tersebar di kecamatan Jebres, Banyu Anyar, Penumping dan juga Kerten. Sedangkan fungsi penghijauan tersebar di Manahan, Jebres, dan Mojosongo. Penggunaan lahan sebagai Sekolah Berwawasan Lingkungan yang direncanakan, diperlukan lokasi yang dekat dengan kawasan pemukiman dan pendidikan. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kawasan VI (kawasan Jajar dan kerten) dan VIII (kawasan Jebres) merupakan alternatif lokasi perencanaan yang cukup baik untuk Sekolah Berwawasan Lingkungan yang direncanakan. 59

61 E. Rencana Lokasi Sekolah Berwawasan Lingkungan Potensi lokasi terpilih pada wilayah surakarta yaitu dekat dengan area fungsi kota pendidikan dan juga penghijauan karena dibutuhkan area hijau yang cukup luas untuk menunjang fasilitas yang telah direncanakan. Selain itu, berada di kawasan pinggir kota juga menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih lokasi agar tidak terganggu oleh aktivitas kota. Sehingga untuk menentukan lokasi berdasarkan persyaratan diatas, digunakan sistem penilaian sebagai berikut : Dasar pertimbangan Lokasi I Lokasi II Kemudahan akses dari dalam dan luar kota Keadaan lingkungan baik Berada di kawasan pinggir kota Banyak terdapat lahan kosong Jumlah Keterangan: = baik = cukup baik = kurang baik Tabel 3.5 : Dasar Pertimbangan Pemilihan Lokasi Sumber : analisis penulis Dari hasil analisis pada poin sebelumnya telah diperoleh dua alternatif lokasi, yaitu: a. Lokasi I, kawasan Jajar dan kerten b. Lokasi II, kawasan Jebres Berdasar tabel penilaian di atas dapat diperoleh site terpilih untuk Sekolah Berwawasan Lingkungan di Surakarta yaitu di kawasan Jebres. Pemilihan site pada lokasi akan dibahas pada bab selanjutnya. 60

62 34

63 BAB IV SEKOLAH BERWAWASAN LINGKUNGAN YANG DIRENCANAKAN Sekolah berwawasan lingkungan yang direncanakan ini merupakan sebuah wadah pendidikan yang menerapkan pendidikan lingkungan hidup sebagai acuan dalam kegiatan belajar mengajar baik secara intrakurikuler maupun ekstrakulikuler dengan memanfaatkan lingkungan yang ada/existing ataupun lingkungan buatan sebagai media pembelajaran. A. Perencanaan Konsep Non Fisik 1. Visi dan Misi Sekolah yang direncanakan ini memiliki visi mengajarkan pengetahuan, kesadaran dan keterampilan yang menjadi dasar pola pikir dan perilaku siswa untuk berperan aktif dalam melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup menuju pada cita-cita pembangunan berkelanjutan. Sedangkan misi yang dimiliki adalah : memberikan pembelajaran terhadap lingkungan sekitar pada siswa memberikan prespektif baru dan proses yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku dan kebiasaan yang mendukung pelestarian lingkungan hidup. meningkatkan kualitas lingkungan sekolah melalui program-program pembelajaran lingkungan. 2. Tujuan Dengan adanya proyek sekolah berwawasan lingkungan ini, diharapkan memiliki tujuan yaitu : terciptanya pola perilaku baru yang bersahabat bagi para siswa dengan lingkungan sekolah, serta memperbaiki kualitas lingkungan disekitarnya 61

64 Menjadikan sebuah proses pembiasaan sehingga diharapkan adanya pengembangan perilaku, sikap dari siswa untuk menghargai, mencintai dan memelihara lingkungan hidup menjadi kebiasaan sehari-hari. Terwujudnya sekolah berwawasan lingkungan yang berkualitas 3. Status Sekolah Sekolah Berwawasan Lingkungan yang direncanakan adalah sekolah umum yang dimiliki dan dikelola oleh lembaga swasta non-pemerintah, dimana lembaga tersebut memiliki kepedulian terhadap dunia edukatif. 4. Pemilihan Jenjang Pendidikan Belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen sebagai hasil interaksi individu (anak) dengan lingkungannya. Halaman sekolah didisain dengan baik agar berfungsi sebagai tempat bermain dan belajar anak serta Lingkungan belajar juga harus memberi pengalaman belajar yang menarik dan kaya ragam bagi anak. Mengamati perkembangan anak ayam, kucing, atau hewan yang lain amat menarik bagi anak. Demikian pula pengalaman menanam, menyirami, dan memupuk tanaman. Akuarium dan terarium sama menariknya bagi anak dengan pasel dan game. 1 Berdasar pernyataan diatas maka pemilihan jenjang pendidikan pada sekolah Berwawasan Lingkungan yang direncanakan dimulai sejak pendidikan usia dini yaitu TK hingga pendidikan menengah atas, SMA. Agar program pembelajaran tentang PLH dapat saling berkesinambungan disetiap jenjang pendidikan yang direncanakan. 5. Program Kegiatan a. Pelaku Kegiatan Individu yang melakukan aktivitas dalam Sekolah Berwawasan Lingkungan ini, meliputi : 1) Peserta Didik Merupakan pelajar dengan usia ± 5-18 tahun. Terbagi menjadi 4 jenjang : 62 1 Naskah Akademik Kajian Kurikulum Pendidikan commit to PAUD, user Depdiknas 2007

65 a). Taman Kanak-kanak Nol Kecil Nol Besar b). Sekolah Dasar Siswa kelas 1 Siswa kelas 4 Siswa kelas 2 Siswa kelas 5 Siswa kelas 3 Siswa kelas 6 c). Sekolah Menengah Pertama Siswa kelas 7 Siswa kelas 8 Siswa kelas 9 d). Sekolah Menengah Atas Siswa kelas 10 Siswa kelas 11 Siswa kelas 12 2) Tenaga Kependidikan 2 Merupakan tenaga yang bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar,melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Tenaga kependidikan, meliputi : Tenaga pengajar / guru Pengelola satuan pendidikan Penilik Peneliti Pustakawan Laboran Teknisi sumber belajar 2 UU SPN NO. 20/

66 3) Karyawan Merupakan tenagaa yang bertugas membantu kelancaran proses belajar mengajar dalam suatuu sekolah, yang meliputi : Satpam Penjaga sekolah Gardener b. Kelompok Kegiatan Macam kegiatan/aktivitas dalam Sekolah Berwawasan Lingkungan dikelompokkan menjadi : 1) Kegiatan Utama Kegiatan belajar mengajar / kegiatan intrakurikuler, yaitu kegiatan yang dilakukan anak didik dan tenaga kependidikan. 2) Kegiatan Penunjang Kegiatan ini disebut kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini mencakup kegiatan yang menunjang kegiatan intrakurikuler yang dilakukan anak didik, antara lain : a) Kegiatan non akademik : Kegiatan olah raga Kegiatan pecinta alam Kegiatan pramuka PKS PMR Komputer b) Program lingkungan yang menunjang akademik : Pengamatan ekosistem Mengamati dan mempelajari lingkungann mengenai habitat tanaman dan hewan sekitar. Sumber : Gambar 4.1 : belajar outdoor education, pdf Diakses ,

67 Pencemaran lingkungan Mempelajari tentang sumber-sumbe pencemar dan dampak yang ditimbulkan serta solusi dalam membantu mengurangi terjadinya pencemaran. Managemen sampah Belajar tanggung jawab pada sampah yang dihasilkan sendiri dengan tiga prinsip yaitu mengurangi, mendaur ulang dan menggunakan kembali. Gambar 4.2 : Kegiatan Mempelajari Sampah Sumber : education, pdf Diaksess , Pertanian dan perkebunan ekologis Mempelajari sistem pertanian dan perkebunan ekologis yang tidak merusak lingkungan. Siswa dapat belajar tentang pola tanam, pengendalian hama dengan sistem tumbuhan sampai pembuatan analisis hasil usaha guna Gambar 4.3 : Kegiatan Bercocok Tanam Sumber : education, pdf menentukan harga jual produk. Diakses , Tanaman obat dan pengobatann tradisional/alternatif Merawat dan mempelajari berbagai jenis tanaman obat beserta fungsinya. Dan juga diharapkan siswa lebih menghargai keberadaan tanaman obat sebagai suatu keanekaragaman hayati yang masih Gambar 4.4 : Kegiatan Mempelajari Tanaman dimiliki. Sumber : education, pdf Diakses ,

68 Energi alternatif dan teknologi tepat lingkungan Mempelajari teknologi yang ramah lingkungan dan menggunakan sumber energi yang bisa diperbaharui. Contohnya : biogas, water treatment, solar panel. Lansekap dan arsitektur lingkungan Mempelajari bagaimana seharusnya penataan lahan dan fungsinya dengan melihat kondisi yang nyata. Termasuk juga bagaimana penataan ruang bagi beberapa bangunann dengan berbagai fungsi yang ada Gambar 4.5 : Lansekap Buatan sehingga pemanfaatan ruang Sumber : education, pdf Diakses , secara maksimal dan efektif. c) Kegiatan Pengelola Informasi dan promosi Memberikan informasi tentang sistem dan fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah Pengaturan administrasi Melayani pembayaran dan pendaftaran siswa-siswai Dokumentasi Menyiapkan dan menyimpan dokumen-dokumen penting d) Kegiatan Service Penyediaan kebutuhan belajar mengajar Pelayanann kesehatan. Perawatan kebun dan taman c. Program perencanaan kegiatan 1. Siswa Melakukan kegiatan belajar di dalam kelas. Melakukan kegiatan commit belajar to di user luar kelas. 66

69 Datang Melakukan kegiatan belajar di dalam kelas Istirahat Pulang Melakukan kegiatan belajar di luar kelas. metabolisme 2. Guru atau Tenaga Pengajar Bagan 4.1 : Pola kegiatan siswa sumber: analisis penulis Melakukan kegiatan mengajar di dalam kelas. Melakukan kegiatan mengajar di luar kelas. Melakukan koordinasi dengan sesama guru dan dengan pengelola. Datang Melakukan kegiatan mengajar di dalam kelas Istirahat Melakukan kegiatan mengajar di luar kelas Parkir Parkir Melakukan koordinasi dengan sesama guru dan dengan pengelola. metabolisme Pulang Bagan 4.2 : Pola kegiatan Guru sumber: analisis penulis 3. Pegawai Sekolah Memantau segala kegiatan baik kegiatan umum, kegiatan belajar mengajar dan aktifitas lain di luar jam sekolah. Mengelola kegiatan penunjang dan servis. Mengadakan kerjasama dengan sekolah lain. Mengadakan koordinasi dengan kepala-kepala divisi/bagian. 67

70 Datang mengelola keg. umum mengelola keg. penunjg mengelola keg. servis Istirahat Mengadakan kerjasama dengan pihak luar Parkir Parkir mengadakan koordinasi antar divisi Bagan 4.3 : Pola kegiatan Pengelola. sumber: analisis penulis metabolisme Pulang 6. Strategi dan Metode Pembelajaran a. Strategi Pembelajaran Pembelajaran yang direncanakan dikembangkan melalui empat kegiatan utama meliputi : Pengembangan kurikulum berwawasan lingkungan Peningkatan kualitas kawasan sekolah dan lingkungan sekitarnya Pengembangan kegiatan pendukung yang ramah lingkungan Pengembangan manajemen sekolah berwawasan lingkungan Pengembangan kurikulum berwawasan lingkungan dan pendidikan berbasis komunitas terwadahi dalam program kurikuler dan ektra kurikuler. Sedangkan pengembangan kawasan sekolah dan pengembangan kegiatan pendukung yang ramah lingkungan termasuk dalam program pengelolaan lingkungan fisik/fasilitas. Selanjutnya pengembangan lingkungan sosial/lingkungan kerja merupakan bagian dari pengembangan manajemen sekolah. Program intra Kurikuler Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. 3 Untuk pembelajaran Lingkungan hidup di Indonesia ditempuh dengan strategi 3 UU RI no. 23 th 2003 tentang Sistem Pendidikan commit Nasional to user 68

71 pembelajaran terintegrasi. Pembelajaran lingkungan hidup tidak dikemas dalam bentuk mata diklat (mata pelajaran), namun diintegrasikan ke seluruh mata diklat dalam struktur program kurikulum yang berlaku. Melalui strategi pembelajaran terintegrasi, diharapkan siswa memperoleh pengalaman langsung dan aplikatif dari konsep Lingkungan hidup. Selanjutnya diharapkan dapat menambah kekuatan pemahaman, ketrampilan dalam penerapan dan kepekaan analisis kemungkinan serta penemuan alternative pemecahan masalah. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi siswa. Berikut ini merupakan program kurikulum berdasarkan UU RI no. 23 th 2003 yang diterapkan dalam kegiatan belajar-mengajar pada sekolah yang direncanakan : Peserta Didik TK SD Kurikulum pendidikan Moral dan nilai-nilai agama Sosial, emosional dan kemandirian Kognitif (geometri, ruang, sains sederhana) Motorik (kesehatan fisik) Seni (menggambar & mewarnai sederhana) Pengamatan ekosistem Mengenal tanaman obat pendidikan agama pendidikan kewarganegaraan Bahasa Indonesia & Inggris Matematika ilmu pengetahuan alam (IPA) ilmu pengetahuan sosial (IPS) seni dan budaya pendidikan jasmani dan olahraga muatan lokal 69

72 SMP SMA Pencemaran lingkungan Managemen sampah Pertanian & perkebunan ekologis pendidikan agama pendidikan kewarganegaraan Bahasa Indonesia & Inggris Matematika Biologi Fisika Sejarah Geografi seni dan budaya pendidikan jasmani dan olahraga muatan lokal Managemen sampah Pertanian & perkebunan ekologis Tanaman obat pendidikan agama pendidikan kewarganegaraan Bahasa Indonesia & Inggris Matematika Biologi Fisika Kimia Sejarah Ekonomi Geografi seni dan budaya 70

73 pendidikan jasmani dan olahraga muatan lokal Managemen sampah Pertanian & perkebunan ekologis Energi alternatif Lansekap lingkungan Tabel 4.1 : Kurikulum yang Direncanakan Sumber : Hasil Analisis Penulis Ekstra kurikuler Kegiatan ekstra kurikuler diarahkan kepada pembentukan sikap peduli terhadap pelestarian fungsi lingkungan, dengan menambah pengetahuan melalui ceramah lingkungan hidup, pembinaan sikap melalui kegiatan nyata Jelajah Lingkungan. b. Metode Pembelajaran Materi lingkungan sebagai kegiatan pendukung diatur menyebar dalam area sekolah dimaksudkan dekat dengan kelas-kelas siswa. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa siswa belajar dari lingkungan sekitarnya. Metode belajar dilakukan dengan aktif (active learning) yaitu kegiatan yang dilakukan siswa dengan langsung berpartisipasi terhadap lingkungan disekitarnya sehingga terwujud rasa tanggung jawab dalam menjaga kelestarian lingkungan. Bagi siswa TK, selain kegiatan utama yaitu belajar-mengajar, metode belajar terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan mengajak mengenal keberadaan alam flora dan fauna yang sering dilihat sehari-hari seperti tanaman bunga ataupun binatang peliharaan ayam. Kemudian dapat diterapkan rasa tanggung jawab yang mudah dan ringan pada lingkungan disekitarnya seperti menyirami tanaman ataupun memberi makan ayam. Bagi siswa SD, untuk melanjutkan metode belajar yang sudah ditanamkan sejak TK maka diterapkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan yang lebih kompleks dan intensif untuk membentuk kemandirian seperti merawat tanaman holtikultura ataupun tambak ikan sehingga dapat mengembangkan sikap kebersamaan dan kekeluargaan antar siswa. 71

74 Sedangkan untuk siswa SMP, untuk mengembangkan rasa tanggung jawab yang lebih maka metode belajar terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan merawat dan memelihara kebun dimana setiap siswa dituntut untuk bekerja sama dalam melakukan suatu kegiatan dan memecahkan masalah sebagai wujud tanggung jawab secara komunal. Selanjutnya, menuju jenjang SMA diterapkan tanggung jawab terhadap lingkungan dengan ruang lingkup yang lebih kompleks. Metode belajar dapat dilakukan salah satunya dengan memanajemen dalam melestarikan lingkungan sekolahnya serta berkegiatan yang berkaitan dengan lingkungan. 7. Faktor Pendukung Kebutuhan Unit Bangunan Sekolah Sebagai sarana menuntut ilmu, sebuah Sekolah Menengah Atas dituntut untuk mampu memenuhi : a. Tuntutan Kenyamanan yang meliputi : Kenyamanan dalam proses belajar mengajar Kenyamanan dalam sosialisasi anak didik dengan sesama, dengan tenaga kependidikan, dan dengan lingkungan sekitar. Kenyamanan dalam menyalurkan bakat b. Fasilitas yang lengkap dan mampu mewadahi aktivitas / kegiatan anak didik. c. Tampilan fasad bangunan sebagai bangunan pendidikan Sekolah yang atraktif dan komunikatif. d. Pengorganisasian dan besaran ruang disesuaikan dengan aspek kebutuhan ruang. e. Kelancaran sirkulasi bagi pengguna Sekolah. 72

75 B. KONSEP FISIK BANGUNAN 1. Bangunan Utama Sekolah Berwawasan Lingkungan yang direncanakan terdiri dari beberapa massa inti dan massa pendukung dalam tapak dan akan terbagi menjadi beberapa zona berdasarkan jenjang pendidikan yang akan diwadahi serta kegiatan sekolah yang direncanakan. Pembentukan massa bangunan disusun dengan mengkaitkan keseluruhan program yang ada di sekolah serta mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat berpengaruh, baik factor pendukung atau faktor penghambatnya. Potensi internal sekolah yang berupa lahan, sumberdaya air, energi dan limbah serta potensi sekitar sekolah seperti tradisi masyarakat, kondisi bentang alam dan ekosistemnya akan menjadi objek-objek pengembangan dalam kegiatan di sekolah. Secara keseluruhan, tipologi bangunan yang direncanakan ini simple dan fungsional dengan tampilan konsep modern yang tidak menyalahi aspek ekologis sebagai wujud dari kepedulian terhadap lingkungan. Sehingga keberadaan bangunan ini diharapkan memberi dampak kesinambungan lingkungan di area kawasan sekitarnya. Fisik bangunan sekolah yang direncanakan menerapkan dasar mendesain bangunan yang Berwawasan pada Lingkungan 4, yaitu : a. Ekologi Bangunan Menghindarkan/mengurangi produk material bangunan dan sistem dalam bangunan yang mengandung racun karena dapat mempengaruhi kandungan udara dalam bangunan yang tidak sehat bagi penghuninya setelah beberapa tahun pelaksanaan produksi. b. Efisiensi Energi Penggunaan sumber daya matahari dan arus angin sebagai penghasil listrik pencahayaan alami, dan penghawaan alami.pemilihan alat yang efektif untuk penghasil energi listrik dan sistem pencahayaan alami untuk mengurangi penggunaan peralatan listrik konvensional yang cukup mahal. Selain itu pemilihan material dan sistem penyekat energi matahari yang dapat menyimpan panas pada siang hari dan dapat dipergunakan pada waktu malam hari sebagai pemanas ruangan. 4 www. Environment design collaborative.com_041209, commit to user 73

76 c. Material Penggunaan material yang berpengaruh aman secara konsisten dan keseimbangan lingkungan hidup yang dapat tercapai. Misalnya, dengan bahan yang berasal dari bahan pendaur ulangan sehingga lebih aman untuk diproduksi dan dipakai. Selain itu, penggunaan material tidak diambil dari perusakan hutan dan tidak menghasilkan sisa berupa racun walaupun melalui proses yang lama. d. Bentuk Bangunan dan pola tata massa Bentuk bangunan yang merespon lingkungan alam dengan mendekati bentuk tanah, vegetasi, pola iklim. Desain yang dapat merespon keadaan iklim mikro disekitar bangunan. Bangunan yang dibangun menyesuaikan dengan keadaan site, tidak harus merusak kontur tanah, atau menghilangkan vegetasi yang ada tetapi mempergunakannya sebagai pencipta suasana atau keadaan disekitar dan didalam bangunan agar menjadi nyaman. e. Desain yang Baik Hal ini meliputi seluruh bagian yang dihuni. Bangunan yang tahan lama, kemudahan penggunaanya, dapat mendaur ulang, memerlukan sedikit energi serta menggunakan materi dan sistem yang berkualitas. 2. Lansekap Kawasan Konsep Lansekap yang direncanakan menyatu pada tapak dan memberikan kerindangan di area kawasan tersebut. Dengan vegetasi eksisting dan penanaman jenis-jenis tanaman asli Indonesia yang terdiri dari tanaman obat, sayur dan jenis pepohonan yang lain dimaksudkan sebagai area pembelajaran ruang luar terhadap pengenalan botani kepada para siswa. Penyediaan fasilitas-fasilitas outdoor sesuai dengan program Pendidikan Lingkungan Hidup yang diterapkan disekolah dengan jenis kegiatan seperti pengolahan sampah dan pupuk, pengolahan water treatment, pengembangbiakan tanaman, green house serta laboratorium yang mendukung. Selain itu, direncanakan ruang terbuka sebagai area komunal untuk sirkulasi pengikat.diantara massa-massa bangunan. Perencanaan kawasan lingkungan yang tepat dan terpadu agar tidak mengganggu masing-masing kegiatan disetiap zona dalam site. Sehingga 74

77 kegiatan yang dilakukan dapat saling menunjang satu sama lain (zoning, sirkulasi, drainase, utilitas, dsb. a. Konsep tapak Melakukan perubahan kecil yang tidak signifikan seperti cut and fill namun tetap mempertahankan kondisi tapak existing. Serta menyesuaikan zona-zona berdasarkan kondisi tapak. Perencanaan tata ruang tapak didasarkan kepada tujuan untuk: Menciptakan sekolah yang dapat mengakomodasi secara optimal aktivitas didalamnya. Menciptakan sekolah sebagai lingkungan terbangun yang sekaligus berfungsi sebagai media pembelajaran tentang keutuhan interaksi antara manusia dan lingkungan. b. Konsep ruang terbuka Pengadaan ruang terbuka pada kawasan sekolah yang direncanakan terdiri dari: Ruang terbuka konservasi berupa kawasan hutan buatan Ruang terbuka publik, terdiri dari: pedestrian, plaza (ruang komunal), lapangan, parkir dan ruang terbuka antar bangunan c. Konsep pedestrian Dalam Master Plan sekolah diterapkan konsep pedestrianisasi. Kendaraan bermotor hanya dapat mengakses jalur terbatas. Setiap bangunan langsung dapat diakses oleh pejalan kaki. Parkir tidak ditempatkan sebagai buffer antara bangunan dan jalan, tetapi ditempatkan pada kantong parkir. Pedestrian pada areal sekolah direncanakan sebagai salah satu ruang publik yang menjadi ruang sosial dan generator aktivitas publik bagi lingkungan sekitarnya, sekaligus menjadi ruang kontrol dalam lingkungannya. Untuk kenyamanan pejalan kaki/pedestrian direncanakan secara kontinyu, dengan pola perkerasan yang menarik, cukup lebar (minimal 2 m), dengan landscaping yang memberikan suasana yang menyenangkan. 75

78 BAB V ANALISIS PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Analisis pendekatan konsep dasar perencanaan dan perancangan merupakan awal pemikiran yang dijadikan dasar tindakan dan langkah-langkah pada tahap konsep dasar perencanaan dan perancangan. Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis pendekatan kegiatan, peruangan, pengolahan site dan juga langkah-langkah desain yang akan dilakukan pada bangunan sekolah yang direncanakan. A. ANALISIS KEGIATAN DAN PERUANGAN 1. Pelaku dan Pengelompokkan Kegiatan a. kelompok kegiatan utama Siswa Taman Kanak-kanak (TK) bermain Datang Melakukan kegiatan belajar di dalam dan luar kelas Istirahat Pulang Melakukan kegiatan lingkungan metabolisme Bagan 5.1 : Alur Kegiatan Siswa Taman Kanak Kanak Sumber : Analisis Penulis Siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menegah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) 76

79 Parkir Melakukan kegiatan ekstrakulikuler non akademik Istirahat Datang Melakukan kegiatan belajar di dalam dan luar kelas Pulang Melakukan kegiatan lingkungan metabolisme Parkir Bagan 5.2 : Alur Kegiatan Siswa SD,SMP,SMA Sumber : Analisis Penulis Tenaga Pengajar atau Guru Parkir Melakukan kegiatan mengajar di dalam kelas Istirahat Datang Melakukan kegiatan mengajar di luar kelas Pulang Melakukan koordinasi dengan sesama guru dan dengan pengelola. metabolisme Parkir b. kelompok kegiatan pengelola Bagan 5.3 : Alur Kegiatan Pengajar atau Guru Sumber : Analisis Penulis Parkir mengelola keg. umum mengelola keg. penunjg mengelola keg. Servis Istirahat Datang Mengadakan kerjasama dengan pihak luar mengadakan koordinasi antar divisi metabolisme Pulang Parkir Bagan 5.4 : Alur Kegiatan Pengelola Sumber : analisis penulis 77

80 c. kelompok kegiatan service Penjaga sekolah Parkir Penyediaan kebutuhan belajar mengajar Pelayanan kesehatan Maintenance utilitas Istirahat Parkir Security Gardener Datang Menjaga keamanan Mengatur sirkulasi Merawat kebun dan taman metabolisme Pulang Bagan 5.5 : Alur Kegiatan Kelompok Service Sumber : Analisis Penulis 2. Bentuk Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Pembahasan mengenai analisis kebutuhan ruang didasarkan pada pelaku dan kelompok kegiatan sebelumnya. Adapun analisis kebutuhan ruang secara lebih terperinci, yaitu: 78 Kelompok kegiatan Kegiatan utama Pelaku Bentuk Kegiatan Kebutuhan Ruang Siswa TK Droping Kanopi Belajar indoor Kelas Belajar out door R. loker Bermain Aula Makan Taman Upacara Playground Metabolisme Kantin Kegiatan lingkungan UKS Pengamatan ekosistem Halaman Tanaman obat Lavatory Kebun Siswa SD Parkir Area parkir Belajar indoor R. Kelas Belajar out door Taman Makan Lapangan

81 Siswa SMP ibadah Upacara Metabolisme Kegiatan lingkungan : Pencemaran lingkungan Managemen sampah Pertanian & perkebunan ekologis Kegiatan non-akademik : Olah raga Parkir Belajar indoor Belajar out door Penelitian Makan ibadah Upacara Metabolisme Kegiatan lingkungan : Managemen sampah Pertanian & perkebunan ekologis Tanaman obat Kegiatan non-akademik: Olah raga PMR PKS OSIS Pramuka Laboratorium Aula Green house R. Audio visual Perpustakaan R. komputer Lavatory Mushola Lingkungan outdoor : R. olah sampah & pupuk Sawah buatan & kebun R. Ganti Area parkir R. Kelas Taman Lapangan Laboratorium Aula Green house R. Audio visual Perpustakaan R. Seminar R. komputer Lavatory Mushola Lingkungan outdoor : R. olah sampah & pupuk Sawah buatan & kebun R. Ganti R. OSIS R. PKS R. Pramuka R. PMR 79

82 UKS Koperasi Gudang Siswa SMA Parkir Belajar indoor Belajar out door Penelitian Makan ibadah Upacara Metabolisme Kegiatan lingkungan : Managemen sampah Pertanian & perkebunan ekologis Energi alternatif Lansekap lingkungan Kegiatan non-akademik: Olah raga OSIS Pramuka Pecinta alam Osis Area parkir R. Kelas Taman Lapangan Laboratorium Aula Green house R. Audio visual Perpustakaan R. Seminar R. komputer Lavatory Mushola Lingkungan outdoor : R. olah sampah & pupuk Sawah buatan & kebun Water treatment R. Biogas & solar panel Hutan buatan R. Ganti R. Serbaguna R. OSIS R. Pecinta alam R. Pramuka UKS Koperasi Gudang 80

83 Guru Parkir Area parkir Laboran Mengajar indoor R. Kelas Staf lab. Mengajar outdoor R. Rapat Berkoordinasi dengan R. arsip para guru dan pengelola R. Bersama Bersosialisasi R. Kerja Istirahat Mushola Ibadah Lingkungan outdoor Kegiatan lingkungan Green house Makan Laboratorium Metabolisme Perpustakaan Simpan barang/alat Lavatory R. Seminar Taman Kegiatan Kepala Parkir Area parkir pengelola Pengelola Layanan informasi Resepsionis Staf Mengelola managemen & R. informasi administrasi kebutuhan gedung R. Kepala pengelola Staf Mengkordinasi staf R. Administrasi Metabolism R. Staf Simpan barang/alat R. Rapat Bersosialisasi R. arsip Istirahat Kantin Ibadah Mushola Kegiatan lingkungan Lavatory Makan R. Tamu Pantry 81

84 Kegiatan Security - Menjaga keamanan - R. Karyawan servis Penjaga - Mengatur sirkulasi - R. Security control sekolah - Memelihara & - Pos jaga Staf membersihkan gedung - R Loker maintenance - Monitoring maintenance - R.ganti & utilitas dan utilitas gedung - R.istirahat House keeper - Merawat & memelihara - R. Panel & maintenance Gardener taman serta kebun - R. Genset Penjaga parkir - R. Pompa - R. Tangki air - Pantry - Gudang - R. Simpan alat - Lavatory - Kebun & taman - R. Pembibitan - Green house Tabel 5.1 : Analisis Kebutuhan Ruang Sumber : Analisis Penulis 3. Pola Hubungan Ruang Bagan 5.6 : Pola Hubungan Ruang Sumber : Analisis Penulis 82

85 Siswa TK Bagan 5.7 : Pola Hubungan Ruang TK Sumber : Analisis Penulis Siswa SD 83

86 Bagan 5.8 : Pola Hubungan Ruang SD Sumber : Analisis Penulis Siswa SMP dan SMA Bagan 5.9 : Pola Hubungan Ruang SMP dan SMA Sumber : Analisis Penulis 84

87 Tenaga pendidik Pengelola Tbagan 5.10 : Pola Hubungan Ruang Tenaga Pendidik Sumber : Analisis Penulis 85

88 Bagan 5.11 : Pola Hubungan Ruang Pengelola Sumber : Analisis Penulis Servis 4. Bagan 5.12 : Pola Hubungan Ruang Kegiatan Service Sumber : Analisis commit Penulis to user 86

89 Analisis Pendekatan Jumlah Pelaku dan Besaran Ruang a. Analisis Pendekatan Jumlah Pelaku Kegiatan Jumlah siswa memperhatikan rasio ideal guru : murid, yaitu 1 ; - usia 2-3 tahun = 1 guru : 5 anak [ tanpa orangtua] - usia 3-4 tahun = 1 guru : 8 anak - usia 4-5 tahun = 1 guru : 10 anak - usia 5-6 tahun = 1 guru : anak - usia 7-12 tahun = 1 guru : anak Anak didik Sekolah Berwawasan Lingkungan yang direncanakan mempunyai lingkup pendidikan di Surakarta, namun telah banyak lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta di wilayah Surakarta. Oleh karena itu, sekolah ini direncanakan dapat menampung paling tidak sekitar sepersepuluh anak usia sekolah di Surakarta. Berdasarkan data pada bab III, bahwa usia sekolah 3-18 tahun di Surakarta sebanyak jiwa maka Sekolah Berwawasan Lingkungan yang direncanakan dapat menampung sekitar 800 jiwa. Dengan pembagian siswa antara lain : Siswa TK terbagi menjadi 3 15 siswa. Siswa SD terbagi menjadi 6 25 siswa. Siswa SMP terbagi menjadi 9 25 siswa. Siswa SMA terbagi menjadi siswa. Tenaga Pendidik Berdasarkan data pada Bab tiga, jumlah guru yang ada di Surakarta sekitar jiwa pada tahun Maka jumlah tenaga pendidik diasumsikan sebagai berikut: Tenaga pendidik Perhitungan Asumsi Tenaga pengajar / guru 1/12 dari jumlah anak didik = 1/12 x 820 = 68 Laboran Di asumsikan 10 orang Penilik Diasumsikan 4 orang Pustakawan Di asumsikan 4 orang Staf Pengelola Di asumsikan 25 orang Karyawan (servis, dapur,dll) Diasumsikan 15 orang 1 Menu Pembelajaran Generik Propinsi Jawa Tengah 87

90 Jumlah 126orang Kebutuhan Area Parkir Berdasarkan analisis jumlah pelaku kegiatan Sekolah Bewawasan Lingkungan di Surakarta, maka kebutuhan parkir dapat diasumsikan sebagai berikut: - Kebutuhan parkir roda empat untuk tenaga pendidik dan pengunjung diasumsikan 10 orang = (40% x tenaga pendidik)+10 = 40% x = 60 mobil. - Kebutuhan parkir roda dua untuk tenaga pendidik dan pengunjung diasumsikan 10 orang = (60% x tenaga pendidik)+ 10 = 60% x = 85 motor - Kebutuhan parkir roda dua untuk anak didik = 70% x jumlah anak didik = 60% x 820 = 500 motor/sepeda. - Kebutuhan parkir roda 4 untuk service diasumsikan 6 buah. - Sisanya diasumsikan diantar atau menaiki kendaraan umum. b. Analisis Pendekatan Besaran Ruang 1) Dasar Pertimbangan Kapasitas ruang dan jumlah pemakai Tabel 5.2 : asumsi tenaga pendidik Sumber : analisis penulis Jenis, dimensi dan layout peralatan yang digunakan Standard luasan unit fungsi yang telah dibakukan Kebutuhan flow ( area gerak ) menurut jenis kegiatan 2) Dasar Perhitungan Perhitungan yang mengarah pada penentuan besaran ruang yang ada di dasarkan pada : Perhitungan Standard adalah perhitungan dari studi literatur yaitu : - Neufert, Data Arsitek. - Time Saver Standarts For Building Types (TSSB), Joseph De Chiara and Jpohn Callender Perhitungan asumsi, adalah perhitungan yang ditentukan dari : - Besaran kapasitas 88

91 - Kenikmatan pemakaian ruang - Peralatan yang digunakan - Unit fungsi - Flow gerak presentase gerak tergantung tingkat kenyamanan dan jenis kegiatan: 5%-15% = standart minimum sirkulasi utama 20% = kebutuhan keleluasaan sirkulasi 30% = tuntutan kenyamanan fisik 40% = tuntutan kenyamanan psikologis 50% = tuntutan spesifikasi kegiatan 70% - 100% = keterkaitan dengan banyak kegiatan 3) Perhitungan Besaran Ruang Area parkir No Kebutuhan Ruang kapasitas Perhitungan Luas (m2) 1 Parkir Mobil pengunjung dan tenaga pendidik 66 Standar 1 parkir mobil = 2.5 x 4.5 = m2 11,25 x 66 = 742,5 Sirkulasi 100% = 742,5 m Parkir motor pengunjung dan tenaga pendidik Total = 1485 m2 94 Standar 1 parkir motor = 0.7 x 1.5 = 1.05 m2 1,05 x 94 = 98,7 m2 Sirkulasi 50% = 49,35m2 Total luas = 148,1 m2 3 Parkir minibus m2 = 56 m2 Flow 100% = 56 m2 Total = 112 m2 2 Parkir mobil service 6 Standar 1 parkir mobil = 3 x 5 = 15 m Kebutuhan parkir = 6 x 15 m2 = 90 m2 Flow 100% = 90 m2 Total = 180 m2 3 Parkir Motor/sepeda 560 Standar 1 parkir motor = 0.7 x 1.5 = 1.05 m2 1,05 x 560 = 588 m2 Sirkulasi 50% = 294m2 Total luas = 882 m jumlah

92 Taman kanak-kanak No. Kebutuhan ruang Kapasitas Jumlah Perhitungan Luas (m 2 ) 1 Kelas 15 siswa 3 Kursi 2m x 15 = 30 m2 Flow 40% = 12m2 Luas = 42m2 3 42m2 = 126m2 2 R. loker 1 Loker, almari 10 3 Kantin 1 I set meja = 2.2 x 1.2 = Jumlah meja = 10 meja = 52.8 = 53 m2 Flow 100% = 53 m2 Jumlah = 80 m2 Dapur service = 24 m2 Total = 130 m2 4 UKS 1 Jumlah 2 6m2 18 = 2 x 6 m2 = 12m2 Lemari, kursi 5 Lavatory 4 1 bilik KM = 2 m bilik = 4 x 2 = 8 m2 1 wastafel = 0.9 m 2 4 wastafel = 4 x 0.9 m2 = 3.6 m2 Jumlah = 11.6 m2 Flow = 70% =8.12 m2 Total m2 6 gudang 1 20 jumlah 247 Sekolah Dasar No. Kebutuhan Kapasitas Jumlah Perhitungan Luas ruang (m 2 ) 1 Kelas 25 siswa 6 Kursi 2m x 25 = 50 m2 Flow 30% = 15m2 total = 65m2 6 65m2 = 390m2 2 Laboratorium 25 siswa 2 3 set 2,64 m2 = 7,92 47 m2 Lemari peralatan lab. 6 m2 Flow 40% = 9,7 m2 total = 23,67 m2 2 lab.@ 23,67 m2 = m2 3 r. audio visual 25 siswa 1 Kapasitas 25 2 m2 = m2 90

93 Flow 50% = 25 m2 Total 75 m2 4 Lavatory 4 1 bilik KM = 2 m bilik = 4 x 2 = 8 m2 1 wastafel = 0.9 m 2 4 wastafel = 4 x 0.9 m2 = 3.6 m2 Jumlah = 11.6 m2 Flow = 70% =8.12 m2 Total m2 5 perpustakaan 40 siswa 1 5 rak 2,5 m2 = 12,5 29 m2 3 set 2,64 m2 = 7,92 m2 Flow 40% = 8,2 m2 Total = 28,57 m2 6 r. komputer 25 siswa 1 Standar 1 bilik m2 Jumlah komp = 26 Luas = 26 x 1.5 = 39m2 Flow 50% = 19.5 m2 Total = 58.5 m2 7 Mushola 40 siswa m2 = 30 m Tempat wudhu (6 x 0,6 x 0,6)= 7,20 Penyimpanan asumsi= 6,00 Flow 40% = 17,3 m2 Total = 60,5 m2 8 r. ganti 4 Standar 1 ruang 2 m x 4 = 8 m2 Luas 1 Almari loker = 3 m2 Flow 70% = 7,7 m2 Total = 18,7 m2 9 gudang 1-40 jumlah 1163 Sekolah Menengah Pertama No. Kebutuhan Kapasitas Jumlah Perhitungan Luas ruang (m 2 ) 1 Kelas 25 siswa 9 Kursi 2m x 25 = 50 m2 Flow 30% = 15m2 total = 65m2 9 65m2 = 585m2 2 Laboratorium 25 siswa 2 3 set 2,64 m2 = 7,92 47 m2 Lemari peralatan lab. 6 m2 Flow 40% = 9,7 m2 total = 23,67 m2 91

94 2 23,67 m2 = m2 4 r. audio visual 25 siswa 1 Kapasitas 25 2 m2 = 50 m2 Flow 50% = 25 m2 Total 75 m2 5 Lavatory 4 1 bilik KM = 2 m2 4 bilik = 4 x 2 = 8 m2 1 wastafel = 0.9 m 2 4 wastafel = 4 x 0.9 m2 = 3.6 m2 Jumlah = 11.6 m2 Flow = 70% =8.12 m2 Total m2 6 perpustakaan 40 siswa 1 5 rak 2,5 m2 = 12,5 m2 3 set 2,64 m2 = 7,92 m2 Flow 40% = 8,2 m2 Total = 28,57 m2 7 r. komputer 25 siswa 1 Standar 1 bilik 1.5 m2 Jumlah komp = 26 Luas = 26 x 1.5 = 39m2 Flow 50% = 19.5 m2 Total = 58.5 m2 8 Mushola 200 siswa m2 = 200 m2 2 Tempat wudhu (6 x 0,6 x 0,6)= 7,20 Penyimpanan asumsi = 6,00 Flow 40% = 85,28 m2 Total = 298,5 m2 9 r. ganti 4 Standar 1 ruang 2 m2 2 x 4 = 8 m2 Luas 1 Almari loker = 3 m2 Flow 70% = 7,7 m2 Total = 18,7 m2 10 r. seminar 160 orang 1 1 m2 x 160 = 160 m2 Meja-kursi 3 m2 Flow 40% = 65,2 m2 total = 228,2 m2 11 r. OSIS 40 orang 1 4 set 2,64 m2 = 10,6 m2, meja+komputer 2,5 m2 Flow 100% = 13,1 m2 Total = 26,2 m2 12 R. PKS 30 orang 1 3 set 2,64 m2 = 7,92 m2, meja+komputer 2,5 m2 Flow 100% = 7,92m2 Total = 15,84 m2 13 r. pramuka 30 orang 1 3 set 2,64 m2 = 7,92 m2, meja+komputer 2,5 m

95 Flow 100% = 7,92m2 Total = 15,84 m2 14 r. PMR 30 orang 1 3 set 2,64 m2 = 7,92 16 m2, meja+komputer 2,5 m2 Flow 100% = 7,92m2 Total = 15,84 m2 15 Gudang - 40 jumlah 1689 Sekolah Menengah Atas No. Kebutuhan Kapasitas Jumlah Perhitungan Luas ruang (m 2 ) 1 Kelas 25 siswa 17 Kursi 2m x 25 = 50 m2 Flow 30% = 15m2 total = 65m m2 = 1105m2 2 Laboratorium 25 siswa 3 3 set 2,64 m2 = 7,92 71 m2 Lemari peralatan lab. 6 m2 Flow 40% = 9,7 m2 total = 23,67 m2 3 lab.@ 23,67 m2 = 71,01 m2 3 r. audio visual 25 siswa 1 Kapasitas 25 2 m2 = m2 Flow 50% = 25 m2 Total 75 m2 4 Lavatory bilik KM = 2 m bilik = 4 x 2 = 8 m2 1 wastafel = 0.9 m 2 4 wastafel = 4 x 0.9 m2 = 3.6 m2 Jumlah = 11.6 m2 Flow = 70% =8.12 m2 Total m2 6 r. ganti 4 1 Standar 1 ruang 2 m x 4 = 8 m2 Luas 1 Almari loker = 3 m2 Flow 70% = 7,7 m2 Total = 18,7 m2 7 r. OSIS 40 orang 1 4 set 2,64 m2 = 10,6 26 m2, meja+komputer 2,5 m2 Flow 100% = 13,1 m2 Total = 26,2 m2 8 r. pramuka 30 orang 1 3 set 2,64 m2 = 7,92 16 m2, meja+komputer 2,5 m2 Flow 100% = 7,92m2 Total = 15,84 m2 9 R. pecinta 20 orang 2 set 2,64 m2 = 7,

96 alam m2, meja+komputer 2,5 m2 Flow 100% = 5,28 m2 Total = 10,6 m2 10 UKS 1 Jumlah 2 6m2 18 = 2 x 6 m2 = 12m2 Lemari, kursi 11 Gudang - 40 jumlah 1401 Tenaga pendidik TK No. Kebutuhan ruang Kapasitas Jumlah Perhitungan Luas (m 2 ) 1 r. rapat 6 orang 1 Kursi 2m x 6 = 12m2 Flow 100% =.12m2 total = 24m2 2 r. arsip m2 = 5 m2 7 Flow 40% = 2 m2 total = 7 m2 3 r. kerja 6 orang 1 3 m2 x 6 = m2 Flow 40% = 3,2m2 Total = 21,2m2 4 Lavatory bilik KM = 2 m bilik = 2 x 2 = 4 m2 2 wastafel = 0.9 m2 =1,8m2 Jumlah = 11,6 m2 Flow = 40% =4,64m2 Total 16,24 m2 jumlah 68 Tenaga Didik SD No. Kebutuhan Kapasitas Jumlah Perhitungan Luas ruang (m 2 ) 1 r. rapat 8 orang 1 1 set meja 6 m2 = 12 6m2 Flow 100% =6m2 total = 12 m2 2 r. arsip m2 = 10 m2 14 Flow 40% = 4 m2 total = 14 m2 3 r. tata usaha 6 orang 1 Meja 3 m2 x 6 = m2 Flow 40% = 7,2 m2 Total = 25,2 m2 4 r. kerja 16 orang 1 3 m2 x 16 =

97 m2 Flow 40% = 19,2 m2 Total = 67,2 m2 5 Lavatory bilik KM = 2 m bilik = 2 x 2 = 4 m2 2 wastafel = 0.9 m2 =1,8m2 Flow = 40% =4,64m2 Total 16,24 m2 jumlah 134 Tenaga pendidik SMP No. Kebutuhan ruang Kapasitas Jumlah Perhitungan Luas (m 2 ) 1 r. rapat 8 orang 1 1 set meja 6 m2 = 12 6m2 Flow 100% =6m2 total = 12 m2 2 r. arsip m2 = 10 m2 14 Flow 40% = 4 m2 total = 14 m2 3 r. tata usaha 6 orang 1 Meja 3 m2 x 6 = m2 Flow 40% = 7,2 m2 Total = 25,2 m2 4 r. kerja 18 orang 1 3 m2 x 18 = 76 54m2 Flow 40% = 21,6 m2 Total = 75,6 m2 5 Lavatory bilik KM = 2 m bilik = 2 x 2 = 4 m2 2 wastafel = 0.9 m2 =1,8m2 Flow = 40% =4,64m2 Total 16,24 m2 jumlah 143 Tenaga pendidik SMA No. Kebutuhan Kapasitas Jumlah Perhitungan Luas ruang (m 2 ) 1 r. rapat 8 orang 1 1 set meja 6 m2 = 12 6m2 Flow 100% =6m2 total = 12 m2 2 r. arsip m2 = 15 m2 21 Flow 40% = 6 m2 total = 21 m2 95

98 r. tata usaha 10 orang 1 Meja 3 m2 x 10 = m2 Flow 40% = 12 m2 Total = 42 m2 4 r. kerja 40 orang 1 3 m2 x 40 = m2 Flow 40% = 48 m2 Total = 168 m2 4 Lavatory bilik KM = 2 m bilik = 2 x 2 = 4 m2 2 wastafel = 0.9 m2 =1,8m2 Flow = 40% =4,64m2 Total 16,24 m2 jumlah 259 Pengelola No. Kebutuhan Kapasitas Jumlah Perhitungan Luas ruang (m 2 ) 1 resepsionis 2 orang 1 Asumsi 5 m2 5 2 r. informasi 1 1 meja 3 kursi = 3 9 m2 Papan info = 2 m2 Flow 70% = 3,5 m2 Total = 8,5 m2 3 r. kepala 2 orang 1 Meja 3 m2 x 2 = 6 m2 19 pengelola Lemari 2 m2, Meja kompt. 1,5 m2 Flow 100% = 9,5 m2 Total = 19 m2 4 r. administrasi 3 orang 1 3 m2 x 3 = 6m2 16 Lemari 2 m2, Flow 40% = 8 m2 Total = 16 m2 5 r. staf 5 orang 1 Meja 3 m2 x 5 = m2 Meja kompt. 1,5 m2 Flow 40% = 6.6 m2 Total = 23,1 m2 6 r. rapat 4 orang 1 1 set meja 6 m2 = 12 6m2 Flow 100% =6m2 total = 12 m2 7 r. tamu 5 orang 1 1 set meja kursi 3 m2 6 Flow 100% = 3 m2 Total = 6 m2 8 pantry 2 orang 1 1 set meja 3 m2 6 Flow 100% = 3 m2 Total = 6 m2 96

99 9 Lavatory bilik KM = 2 m2 2 bilik = 2 x 2 = 4 m2 2 wastafel = 0.9 m2 =1,8m2 Flow = 40% =4,64m2 Total 16,24 m2 10 Lavatory pengunjung bilik KM = 2 m2 2 bilik = 2 x 2 = 4 m2 2 wastafel = 0.9 m2 =1,8m2 Flow = 40% =4,64m2 Total 16,24 m2 11 gudang 1 Asumsi 40 jumlah servis No. Kebutuhan Kapasitas Jumlah Perhitungan Luas ruang (m 2 ) 1 r. karyawan 15 orang 1 4,46 m² / orang 87 Flow 30% = 20,1 m2 Total = 87 m2 2 r. security 2 orang 1 7,2 m2 9 control Flow30%=2,16 Total = 9,36 m2 3 Pos jaga 2 orang 3 Asumsi 6 m2 x 3 = 18 m2 23 Flow 30% = 5,4 m2 Total = 23,4 m2 4 r. administrasi 3 orang 1 3 m2 x 3 = 6m2 16 Lemari 2 m2, Flow 40% = 8 m2 Total = 16 m2 5 R. loker 1 Loker, almari 10 6 r. ganti 1 2 Standar 1 ruang 2 m2 8 2 x 2 = 4 m2 Luas 1 Almari loker = 3 m2 Flow 70% = 0,5 m2 Total = 7,5 m2 7 r. istirahat 8 orang 1 1 set meja 6 m2 = 12 6m2 Flow 100% =6m2 total = 12 m2 8 pantry 2 orang 1 1 set meja 3 m2 6 Flow 100% = 3 m2 Total = 6 m2 9 Lavatory bilik KM = 2 m bilik = 2 x 2 = 4 m2 2 wastafel = 0.9 m2 =1,8m2 Flow = 40% =4,64m2 97

100 Total 16,24 m2 10 gudang - Asumsi R. panel 12 m2 Flow 20% =2.4 m2 Total = 14,4 m r. Genset 2 unit 44,1m²/unit 192 Flow 70% 13 R. Pompa Air (termasuk Asumsi 15 m2 15 ruang water treatment) 14 R. Tangki Air Atas 2 tangki 2 Asumsi 40 m2 80 jumlah 518 fasilitas lingkungan outdoor No. Kebutuhan ruang jumlah Perhitungan Luas (m 2 ) 1 Kebun tanaman obat 1 Asumsi 100 m Kebun sayuran 1 Asumsi 100 m r. pengolahan sampah dan pupuk 1 Asumsi 100 m r. biogas dan solar panel 1 Asumsi 80 m Green house 1 Asumsi 300 m r. pembibitan 1 Asumsi 80 m Water treatment 1 Asumsi 400 m Sawah buatan 1 Asumsi 500 m Hutan buatan 2 Asumsi 1500 m gudang 1 Asumsi 80 m r. komunal 1 Asumsi 700 m Lapangan basket 1 Asumsi 350 m Lapangan futsal 1 Asumsi 400 m lapangan 1 Asumsi 600 m2 600 jumlah 5290 Tabel 5.3 : Perhitungan Kebutuhan Ruang Sumber : Analisis Penulis Total luas keseluruhan = m 2 Sirkulasi 70% = 9.585,8 m 2 Luas yang di butuhkan = ,8 m 2 = m 2 98

101 B. SITE EKSISTING Berdasarkan hasil pemilihan lokasi pada Bab III, kawasan Jebres memenuhi kriteria untuk dijadikan site Sekolah Berwawasan Lingkungan yang direncanakan. Dasar pertimbangan Lokasi I Lokasi II Kemudahan akses dari dalam dan luar kota Keadaan lingkungan baik Berada di kawasan pinggir kota Banyak terdapat lahan kosong Jumlah Tabel 5.4 Dasar Pertimbangan Pemilihan Lokasi Sumber : analisis penulis Lokasi I, kawasan Jajar dan kerten Lokasi II, kawasan Jebres Lokasi Site langsung ditentukan berada di Pedaringan yang merupakan lokasi area pergudangan. GUDANG PEDARINGAN SMK WARGA SOLO TECHNO PARK JEBRES Gambar 5.1 : site Sumber :google earth 99

102 Gambar 5.2 : Keadaan Exixting Dalam Site Sumber :dokumentasi pribadi Adapun yang dimiliki adalah : potensi site Terletak di jalan kota, jalan Tentara Pelajar dan jalan Ki Hajar Dewantoro dengan lebar masing-masing 10m. Mudah dijangkau dari mana pun. 100 Gambar 5.3 : Jl. Ki Hajar Dewantoro dan Jl. Tentara Pelajar Sumber : dokumentasi pribadi

103 Site existing merupakan lahan kosong cukup luas dengan status kepemilikan oleh Pemerintah Kota Surakarta yang digunakan sebagai tempat pemberhentian truk barang dan warung-warung liar. Gambar 5.4 : Parkir Truk dan Warung pada Site Sumber : Dokumentasi Pribadi Jaringan infrastruktur seperti jaringan listrik dan saluran drainase pada site telah ada dan dapat difungsikan dengan baik. Gambar 5.5 : Area Semak Belukar Sumber :Dokumentasi Pribadi Site memiliki lahan cukup berkontur dan banyak terdapat vegetasi eksisting yang menciptakan area hijau pada site sehingga dapat digunakan sebagai fasilitas kegiatan penunjang 101

104 Gambar 5.6 : Lingkungann Eksisting di sekitar site Sumber :Dokumentasi Pribadi Batas site : Utara : gudang Pedaringan Timur : jalan pemukiman, areaa truk barang dan Solo Techno Park Selatan : Jl. Ki Hajar Dewantoroo dan pemukiman Barat : Jl. Tentara Pelajar, area pergudangan dan pemukiman Bentuk dan ukuran site : 180 m Keterangan, : Lahan yang telah terpakai untuk area 200 m 190 m parkir truk 240 m Vegetasi Existing yang sebagian besar terdapat pada site : Jati Angsana Pohon Pisang 102

105 Waru Akasia Kamboja Asem Londo Petai Cina Fillicium Mangga Merak Kersen Gambar 5.7 : Vegetasi Eksisting padaa Site Sumber :Dokumentasi Pribadi C. Analisis Site Dalam menganalisis site ini bertujuan untuk mendapatkan site yang sesuai digunakann sebagai tempat berdirinya Sekolah Berwawasan Lingkungan yang direncanakan. Dengan dasar pertimbangan sebagai berikut : Lokasi mudah dalam transportasi terutama dalam kota Surakarta Berada di area pemukiman penduduk. Merupakan area pendidikan di Surakarta. Kondisi site dan lingkungan site baik. 103

106 Pemanfaatan kontur alami, pemanfaatan bahan bangunann yang alami seperti batu alam, kayu dan pasir serta kawasan cukup luas. Pemanfaatan tanaman-tanaman hidup yang ada di sekitarnya sebagai view dan peredam kebisingan serta polusi (penggunaan lansekap dengan pemanfaatan lahan yang cukup luas) Prasarana infrastruktur jalan, air, listrik terpenuhi. 1. Pengolahan Tapak a. Perencanaan site SITE PERENCANAAN KEDEPAN 70 m SITE YANG DIOLAH 120 m 30 m 250 m Gambar 5.8 : Lingkungan Eksisting di Sekitar Site Sumber : Analisis Penulis Site seluas 4,5 Ha ini direncanakan terbagi menjadi site yang diolah seluas 2,3 Ha dan site perencanaan yang merupakan pengembangan wilayah ke depan yang masih berupa area penghijauan vegetasi existing pada site. 104

107 b. Pencapaian Tujuan : menghasilkan main entrance dan side entrance ke dalam site. Dasar pertimbangan Kondisi lingkungan di sekeliling site, meliputi pola sirkulasi jalan, kepadatan jalan, kemudahan pencapaian ke dalam site dan fungsi bangunan yang berhubungan dengan kegiatan di dalam site. Analisis : Jalan lingkungan lebar 7 8 m Dilalui oleh truk barang Sirkulasi cukup ramai Jl. Tentara Pelajar Lebar 10 m Keramaian sangat tinggi Pencapaian mudah Jalan lingkungan Lebar 5 6 m Keramaian rendah U Jl. Ki Hajar Dewantoro Lebar 10 m Keramaian cukup tinggi Pencapaian mudah Sirkulasi dua arah 105

108 Hasil Side Entrance berada pada Jalan lingkungan sebelah timur dan utara yang tidak begitu ramai Main Entrance beradaa pada Jl. Ki Hajar Dewantoro, agar memudahkan sirkulasi menuju site ME SE U Gambar 5.9 : Analisis Pencapaian Sumber : Analisis Penulis 2. View dan orientasii Tujuan : menentukan arah hadap bangunan ke luar interaksi dengan lingkungan. Dasar pertimbangan view keluar site, fungsi bangunan, dan main entrance. Analisis : site sehingga terbentuk Untuk view ke luar site tidak dipermasalahkan karena aktivitas user di dalam site tidak begitu membutuhkan view keluar. Sedangkan untuk orientasi dan view ke dalam dapat disesuaikan dengan ME, dimaksudkan agar bangunan terlihat jelas dan terekspose dari jalan besar ME Hasil 106

109 Orientasi bangunan diarahkan pada Jl. Ki Hajar Dewantoro Gambar 5.10 : Analisis View & Orientasi Sumber : Analisis Penulis 3. Analisis kebisingann Tujuan : Filtrasi terhadap kebisingan yang ditimbulkan dari lingkungan untuk menciptakan suasana yang kondusif untuk kegiatan utama yaitu belajar-mengajar. Dasar Pertimbangan Kepadatan arus lalu lintas di sekitar site dan kebutuhan akan suasana tenang pada sebagian besar ruang yang direncanakan. Analisis : Jalan lingkungan Cukup ramai Jl. Tentara Pelajar Sangat ramai Agak bising tenang Jalan lingkungan Tidak begitu ramai bising Jl. Ki Hajar Dewantoro Cukup ramai Hasil 107

110 diletakkan pereduksi pohon pohon kebisingan seperti cemara dan akasia. Selain itu memberi jarak yang cukup lebar antara bangunan jalan dan dengan menempatkan lahan parkir pada area tsb. Ruang ruang belajar yang membutuhkan ketenangan berada di bagian terdalam site yang jauh dari jalan ramai 4. Analisis klimatologi Gambar 5.11 : Analisis Bising Sumber : Analisis Penulis Tujuan : menentukan respon bangunan dan perletakan site serta pemecahan masalah akibat iklim pada bangunan. Dasar pertimbangan pergerakan matahari yang memberikan efek penyinaran berbeda, serta pergerakan angin di lingkungann site. Selain itu perletakan area fasilitass lingkungan untuk kegiatan penunjang. Matahari siang bersifat Analisiss : terik dan meningkatkan suhu dalam ruang. Angin Muson Barat Laut yang bersifat basah dan lembab. Mahari pagi menguntungkan, Sinar matahari sore kurang menyehatkan baik bagi kesehatan, cenderung panas dan menyilaukan Angin Tenggara yang bersifat kering Gambar : Analisis Klimatologi Sumber : Analisis Penulis Hasil Penggunaan material kaca pada bangunann yang berorientasi ketimur. 108

111 Bangunan yang menghadap ke barat, dimaksimalkan menggunakan sun shading berupa kaca yang memiliki koefisien bayang rendah (Low Shading Coefficient) dan dinding tanaman rambat. Angin tenggara yang bersifat kering direduksi dengan peletakkan area fasilitas lingkungan outdoor yang dipenuhi dengan pohon pereduksi angin seperti akasia dan ketapang. Meletakkan danau buatan disekeliling bangunan untuk menciptakann iklim sejuk pada site. 5. Analisis zoning Tujuan : Menghasilkan n fungsi bangunan yang optimal dan memudahkan dalam melakukan aktivitas. Dasar Pertimbangan Berdasarkan jenis kegiatan pelaku yang perbedaan sifat dan sasaran kegiatannya. Main entrance dan persoalan noise juga mempengaruhi serta keadaan existing pada site. Analisis : Kegiatan utama, belajar Kegiatan pengelola mengajar ( indoor & outdoor) Kegiatan servis memungkinkan adanya Vegetasi existing dan lahan berkontur, Tanah lapang yang datar Hasil ME Kegiatan utamaa berada ditengah site karena memerlukan ketenangan selain itu perletakan barier baik bangunan lain ataupun vegetasi di sekitar commit bangunan to utam user ma 109

112 KEGIATAN UTAMA KEGIATAN LINGKUNGAN KEGIATAN PUBLIK Area parkir Gedung sekolah Green house Plaza Gedung pengelola Water treatment Gedung serbaguna (memanfaatkan Sawah buatan lahan yang tak Lab. Pengolahan berkontur) sampah & pupuk (memanfaatkan lahan kontur) Gambar 5.13 : Analisis Zoning Sumber : Analisis Penulis 6. Analisis sirkulasi Tujuan : mendapatkan pola sirkulasi di dalam site yang aksesibel. Dasar Pertimbangan Sirkulasi di dalam site terdiri dari : sirkulasi pelaku kegiatan ( kendaraan), pengelola, barang dan servis serta sirkulasi pejalan kaki. Main entrance-side entrance dan jenis kegiatan dalam site. Analisis : KEGIATAN UTAMA KEGIATAN LINGKUNGAN SE KEGIATAN PUBLIK 110

113 Hasil Sirkulasi pejalan kaki berupa jalur pedestrian dan jalan setapak yang tersebar dalam site SE ME Sirkulasi kendaraan berhubungan dengan ME dan SE Gambar 5.14 : Analisis Sirkulasi Sumber : Analisis Penulis D. Analisis Bentuk dan Tampilan Ban ngunan 1. Tata masa Tujuan Bertujuan untuk membentuk tata masa Areal Sekolah Berwawasan Lingkungan di dalam site sehingga dapat mendukung proses kegiatan belajar- mengajar. Dasar Pertimbangan Fungsi dan sirkulasi kegiatan, keamanan dan bentuk dasar masa. Menurut teori F. DK. Ching, terdapat tiga macamm bentuk dasar yaitu segi empat, segi tiga, dan lingkaran. Hasil 111

114 Bangunan sekolah yang akan dirancang menggunakan masa jamak karena terdapat kelompok kegiatan yang memiliki fungsi masing-masing, yaitu kelompok kegiatan utama, pengelola, service dan lingkungan outdoor. Sehingga bentuk dasar dari bangunan yang direncanakan terdiri dari bentukempat dan bentuk yang memberi kesan formal dan dinamis yaitu segi lingkaran. 2. Gubahan Masa Tujuan Bertujuan untuk membentuk gubahan masa yang sesuai dengan karakteristik bangunan Berwawasan Lingkungan serta menunjang kegiatan belajar- dengan mengajar anak-anak. Pertimbangan Sesuai dengann persyaratan bangunan pendidikan dan Kontekstual Dasar iklim lingkungan setempat. Dan juga sesuai dengan Dasar Mendesain Bangunan yang Berwawasan pada Lingkungan 2 Analisis : a. Ekologi Bangunan Pendekatann ekologi tersebut antara lain : - Mengupayakan terpeliharanya sumber daya alam, membantu mengurangi dampak yang lebih parah dari pemanasan global, melalui pemahaman perilaku alam. - memperhatikan kondisi lahan yang akan dibangun seperti, mendirikan bangunan tidak perlu mengubah tipografi lahan yang ada. Gambar 5.15 : Bangunan Panggungg Sumber :greenbuilding.com Diakses , www. Environment design collaborative.com ,

115 - Penggunaan sistem-sistem bangunan yang hemat energi, diutamakan penggunaan sistemsistem pasif (alamiah) seperti banyak bukaan pada bangunan dan pemberian kisi-kisi untuk menghindari Gambar 5.16 : Bukaan Alami Sumber :ecobuilding.com sinar matahari secara langsung, Diakses , penggunaan sistem daur ulang pada pengolahan sampah dan menggunakan potensi setempat Meningkatkan penyerapan gas buang dengan memperluas dan melestarikan vegetasi dan habitat mahluk hidup. Dengan mempertahankan vegetasi yang ada sebagai area hijau pada site. b. Efisiensi Energi Gambar 5.17 : Bukaan Alami Bangunan Sumber :greenbuilding.com Diakses , Penggunaan sumber daya matahari dan arus angin sebagai penghasil listrik pencahayaan alami, dan penghawaan alami. Pemilihan alat yang efektif seperti solar panel untuk penghasil energi listrik untuk mengurangi penggunaan peralatan listrik konvensional yang cukup mahal. Selain itu pemilihan material dan sistem penyekat energi matahari yang dapat menyimpan panas pada siang hari dan dapat dipergunakan pada waktu malam hari sebagai pemanas ruangan. Penggunaan atap miring pada bangunan dimaksud untuk memberi sirkulasi udara silang dalam ruangan 113 Gambar 5.18 : Solar Panel & Genteng Keramik Sumber :Majalah Atap, serial Rumah

116 selain itu menggunakan material genteng keramik bahan dasar tanah liat yang memiliki sifat memantulkan panas hingga mencapai 90% sehingga mampu memberi rasa sejuk pada bangunan. Pemberian bukaan dan vegetasi pada sisi bangunan dimaksudkan sinar matahari dan udara panas yang masuk ke dalam ruangan dapat disaring terlebih dahulu oleh tanaman sehingga menghasilkan udara yang sejuk. Gambar 5.19 : Bukaan Pada Bangunan c. Bentuk Bangunan Sumber :Analisis Penulis Bentuk bangunan yang merespon lingkungan alam dengan mendekati bentuk tanah, vegetasi, pola iklim. Desainnya dapat secara estetis merefleksi alam lokal / regional, dan merespon keadaan iklim mikro disekitar bangunan. Bangunan yang dibangun menyesuaikan dengan keadaan site, tidak harus merusak kontur tanah, atau menghilangkan vegetasi yang ada tetapi mempergunakannya sebagai pencipta suasana atau keadaan disekitar dan didalam bangunan agar menjadi nyaman. 114

117 Gambar 5.20: Respon Bangunan Pada Lingkungan Sumber :Analisis Penulis d. Desain yang Baik Hal ini meliputi seluruh bagian yang dihuni. Bangunan yang tahan lama, kemudahan penggunaanya, daur ulang, indah memerlukan sedikit energi, dan lebih berharga di masa depan, yaitu dengan memperhatikan detail serta menggunakan materi dan sistem yang berkualitas. Hasil : Massa Gambar 5.21 : Tatanan Massa inti Sumber :Analisis Penulis dan massa pendukung tersebar secara cluster dalam tapak dan plaza sebagai penyatu antar massa bangunan di sekelilingnya. Gubahan massa terdiri dari bentuk dasar lingkaran dan persegi yang mengalami stilasi dengan orientasi ke dalam dengan pertimbangan kemudahan sirkulasi dan kenyamanan dalam beraktivitas. Beberapaa bangunan yang menerapkan aspek ekologis tersebut dibuat panggung menyesuaikan dengan keadaan site, diharapkan tidak merusak kontur tanah. Sehingga bagian bawah bangunan dapat dimanfaatkan untuk aktivitas lain selain itu bangunan dinaikkan dengan maksud user mendapat view lingkungan vegetasi dibelakang site yang diolah. E. ANALISISS LANSEKAP KAWASAN 115

118 a. Tujuan Mendapatkan pola tata lansekap yang mendukung konsep fasilitass penunjang lingkungan outdoor dan memudahkan sistem sirkulasi. b. Dasar Pertimbangann komponen dalam karakteristikk lansekap (Page, Robert. R, Cathy Gilbert, Susan A. Dolan, 1998, p; 53)berdasarkan teori pada Bab II 3. Analisis : Komponen-komponen lansekap tersebut secara keseluruhan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Sistem dan ciri alam (Natural Systems and Features) dan Topografi (Topography) yaitu mempertahankann ciri alam dan penggunaan lahan yang sesuai tidak merusak lingkungan. hasil : Salah satunya dengan mempertahankan keadaan existing pada site padaa spot-spot tertentu selain itu Gambar 5.22: vegetasi existing meminimalisir cut and filll pada kontur. Sumber :dokumen pribadi 2. Organisasi keruangan (Spatial Organization), Bangunan dan struktur (Buildings and Structures) dan Penataan kluster (Cluster Arrangement); yaitu pengaturan elemen elemen bangunann yang membentuk dan menegaskan sistem keruangan dengan pembagian kegiatan yang lebih jelas dalam skala tapak maupun kawasan. Hasil : Pola Cluster membagi kegiatan per zona lebih jelas 3 jurnal Arsitektur Lansekap Vol.2 No.1, Desember 2008, Univ. Trisakti, Jurusan Arsitektur Lansekap 116 Gambar 5.23 : Organisasi Ruang Sumber :Analisis Penulis 3. Tradisi budaya (Cultural Traditions) yaitu kegiatan-kegi atan yang mempengaruhi penggunaan dan pola pembagian

119 lahan, bentuk bangunan, dan penggunaan material berdasarkan pembagian kegiatan indoor dan outdoor. Penggunaan material yang formal dan masif pada kegiatan indoor. Penggunaan material semi permanen dan memberi kesan terbuka pada kegiatan indoor. Gambar 5.24 : Perbedaan Fungsi Kegiatan Sumber : architecture record 2009.pdf 4. Sirkulasi (Circulation); ruang-ruang, fitur-fitur, dan material-material yang membentuk sistem pergerakan. a). Sirkulasi jalan Pola sirkulasi dinamis Pola sirkulasi statis Gambar 5.25 : Pola Sirkulasi Sumber : design idea for home landscaping book 117

120 b). Sirkulasi parkir Gambar 5.26 : Jalan Setapak Sumber : design idea for home landscaping book Pengelolaan jalur kendaraan baik bagi kendaraan orangtua murid, pengunjung, maupun pengajar atau pengelola dan juga servis, yang dilakukan dengan cara; Pemanfaatan sistem pengolahan lansekap site yang dapat menunjang pengaturan jalan sirkulasi kendaraan dengan pemilihan jenis tanaman, dan pemanfaatan material pembentuk lansekap lainnya. Letak Gambar 5.27 : Kendaraan fasilitas Sumber : Dokumen Pribadi parkir Dalam penentuan tata letak parkir, mempunyai beberapa kriteria yaitu; terletak pada muka tapak yang datar, dan penempatannya tidak terlalu jauh dari pusat kegiatan. Untuk unit parkir terdapat beberapa alternatif (Data Arsitek, Ernst Neufert), yaitu : Parkir Paralel Kendaraan mudah untuk melakukan manuver Memakan ruang/lahan yang relatif besar Pencapaian dan sirkulasi sulit karena terjadi crossing dengan jalur di belakangnya. 118

121 Parkir 45 o Pencapaian, sirkulasi, dan manuver kendaraan relatif mudah Kebutuhan lahan relatif kecil Parkir Tegak Lurus Parkir kendaraan pencapaian relatif mudah Kebutuhan lahan relatif keci Hasil : Menggabungkan pola statis dan dinamis untuk sirkulasi jalan setapak maupun jalur kendaraan. Sedangkan untuk sistem parkir, menurut beberapa pilihan diatas system parkir yang digunakan untuk kawasan sekolah yang direncanakan adalah sistem parkir 45 o dengan pencapaian yang relative mudah dan irit lahan. Sehingga dapat meminimalisir perkerasan untuk lahan parkir dan sirkulasi. 5. View dan vista (Views and Vistas) fitur-fitur alami atau buatan yang dapat menciptakan kontrol pandangan. Termasuk didalamnya fitur-fitur air buatan (Constructed Water Features) dan fitur-fitur berskala kecil (Small Scale Features)yang terdiri dari hard material. Gambar 5.28 : elemen kontrol pandang Sumber : design idea for home landscaping book 119

122 Air menjadi elemen terpenting dalam lansekap dan merupakan salah satu elemen yang dapat memberikan berbagai nuansa yang menggugah rasa dan menggelitik emosi. Didaerah yang panas, air sangat dibutuhkan untuk mengkondisikan penghawaan agar tidak panas. Kolam kolam disekitar bangunan bukan saja merupakan elemen estetis, namun juga merupakan elemen penunjang suhu udara ruangan yang nyaman. Perkerasan pada site digunakan untuk dua fungsi yaitu untuk sirkulasi pejalan kaki dari dan menuju masing-masing masa bangunan serta untuk sirkulasi kendaraan diruang publik dan ruang parkir. Alternatif pemilihan bahan perkerasan pada lansekap: a) Paving block - Paving block yang menggunakan isian pasir memiliki sifat dapat menyerap air sehingga tidak mengganggu proses penyerapan air ke dalam tanah. - Aksesibel bagi anak-anak. - Rentan terhadap beban yang berat. b) Beton cor - Tidak dapat menyerap air masuk ke dalam tanah. - Aksesibel bagi anak-anak. - Kuat menahan beban berat. Hasil : Menggunakan pergola sebagai kontrol pandang dan juga berfungsi untuk tempat berteduh selain itu pengadaan vegetasi sebagai fitur alami yang berfungsi sebagai kontrol pandang. Untuk pengkondisian udara sejuk pada lingkungan diluar bangunan dilakukan dengan membuat kolam buatan didekat bangunan dan danau buatan. Gambar 5.29 : Kolam Buatan Sumber : Diakses ,

123 Danau ini berfungsi untuk mereduksi panas matahari pada lansekap sehingga udara yang tercipta adalah udara yang sejuk yang didukung pohon-pohon disekitar danau.selain itu, danau dapat Gambar 5.30 : Water Treatment dimanfaatkan sebagai pendukung Sumber : Diakses , fasilitas lingkungan outdoor yaitu water treatment. Bahan perkerasan yang digunakann pada lansekap site adalah paving block dengan pola yang berbeda. 6. Vegetasi (Vegetation); anaman-tanaman asli atau baru berupa pohon, semak, tanaman rambat, rumput, dan tanaman herbal. Pemilihan jenis pohon berdasarkan jenis-jenis vegetasi yang telah disebutkan pada Bab II yang disesuaikan dengan fungsi serta mempertahankan sebagian besar vegetasi existing pada site. Hasil : a). Pemilihan vegetasi Vegetasi Peneduh Pohon yang dipilih adalah fillicium, akasia, tanjung, angsana, jati dan bungur. Fillicium dan bungur merupakan pohon yang sangat rindang dengann perakaran kuat. Selain itu fillicium dan tanjung sering dijadikan habitat burung liar. Sedangkan pohon jati dan angsana merupakan vegetasi existing pada site yang dipertahankan. Angsana mampu menyaring udara yang kotor dan juga membantu kesuburan tanah. Namun perletakan zona kegiatan belajar-mengajar tidak disekitar area pohon angsana agar batangnya yang mudah rapuh tidak membahayakan paraa siswa. 121

124 Gambar 5.31 : Pemilihan Vegetasi Sumber : pohon.pdf, kehutanan IPB Diakses , Vegetasi Pengarah Vegetasi yang digunakan sebagai tanaman pengarah pada lansekap sekolah adalah cemara karena memiliki tajuk yang lebih menarik dan ukurannya Gambar 5.32 : Cemara tidak mengahabiska n banyak ruang. Sumber : pohon.pdf, kehutanan IPB Diakses , Vegetasi Ground cover/ tanaman penutup tanah/ tanaman pelantai Pada kompleks bangunan sekolah, tanaman pelantai digunakan sebagai pengisi ruang. Tanaman yang cocok digunakan adalah rerumputan. Selain rumput, beberapa jenis tanaman herbal berbunga juga dimanfaatkan sebagai penutup tanah. Selain untuk menutupi tanah dari curahan air hujan langsung, tanaman hias bunga ini pun memberikan kesan semarak karena akan berbunga padaa masanya. Menggunakan rumput gajah, krokot dan rumput landep merupakan jenis tanaman hias bunga yang sering digunakan sebagai penutup tanah di taman. Gambar 5.33 : Vegetasi Penutup Lantai Sumber : pohon.pdf, kehutanan IPB commit Diakses to user ,

125 Vegetasi Perdu Merupakan vegetasi setinggi manusia. Tanaman perdu digunakan untuk mengisi dan menghias lansekap antar bangunan. Vegetasi yang dipilih adalah pohon ketapang dan flamboyan karena memiliki bentuk dan warna yang indah. Gambar 5.34 : Vegetasi Perdu Sumber : pohon.pdf, kehutanan IPB Diakses , Vegetasi Penghias Taman Dalam mendukung konsep adanya fasilitas penunjang lingkungan outdoor yaitu taman, yang peletakannya di dalam dan di luar ruang diperbanyak. Tanaman yang dipilih untuk mengisi taman harus memiliki persyaratan keindahan untuk dilihat baik warna maupun bentuk serta aman. Tanaman lavender adalah tanaman yang memiliki warna bunga dan bentuk daun yang indah. Sekaligus tanaman ini dapat berfungsi sebagai pengusir nyamuk. Selain itu tanaman penghias antara lain lavender, mawar dan aster. Vegetasi Rambat Gambar 5.35 : Bunga Sumber : pohon.pdf, kehutanan IPB Diakses ,

126 Digunakan sebgai pengisi pergola dan roof garden. Pergola dibuat sebagai peneduh jalan pejalan aki antar bangunan. Tanaman rambat yang dipilh adalah daun alamanda, ceguk wundani dan stephanot jingga. Gambar 5.36 : Jenis Vegetasi Perdu Sumber : buku menata tanamann rambat Vegetasi Pembatas/ pagar menggunakan bambu berfungsi sebagai tanaman pembatas pada lansekap yang tidak dibatasi dinding pemisah. Pagar yang terbentuk dari bambu bersifat semi permanen dan tetap dapat mengalirkan udara. Gambar 5.37 : Bambu Sumber : pohon.pdf, kehutanan IPB Diakses , Tata hijau existing : Vegetasi existing yang sebagian besar terdiri dari angsana dan akasia 124

127 Hasil tata hijau : Tanaman pembatas, bambu Tanaman peneduh Tanaman perdu dan penghias Tanaman pengarah Gambar 5.38 : Tata Hijau Sumber : Hasil Analisis Penulis b). Vegetasi pada bangunan Selain itu, pengadaan roof garden pada atap bangunan dimaksudkan sebagai open space dan tanaman rambat pada sisii bangunan dimaksudkan untuk mendinginkann bangunan. 125

128 Menggunakan drainage cell terbuat dari material geokomposit.( plastik jenis HDPE (highh density polyethylene) dapat menyimpann air. Gambar 5.39: Roof Garden dan Green Wall Sumber : green building strategies.pdf Diakses , Drainase Air buangan dapat merupakan salah satu sumber utama yang dapat mengakibatkan pencemaran. Oleh karena itu sebagai tindakan pencegahan harus dilakukan pengelolaan terhadap air buangan. Pengolahan tersebut meliputi: a. Collection System, yaitu cara pengumpulan/pengalirannya b. Treatment System, yaitu cara pengolahannya c. Final Disposal System yaitu cara pembuangan akhirnya. 126

129 tabel 5.5 : Bentuk Dasar Penampang Saluran Sumber : masterplan jambi.pdf Diakses , Drainase yang perlu disediakan pada areal sekolah adalah sebagai 127

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pemerintah terus berupaya memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Sejalan dengan itu,

Lebih terperinci

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Judul dan Pengertian Judul 1. Judul Jakarta Integrated Urban Farm 2. Pengertian Judul Jakarta merupakan ibu kota Indonesia, daerah ini dinamakan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas : BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perancangan Dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas di Desa Jomblang

Lebih terperinci

PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN

PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN Rachmat Mulyana Abstrak Pendidikan merupakan salah satu upaya potensial dalam mengatasi krisis lingkungan yang terjadi saat ini

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber : BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep perancangan sebuah tapak secara luas, hal ini ditujukan untuk mendefinisikan wujud Padepokan Pencak Silat yang akan dibangun. Konsep makro yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Dalam sebuah perancangan, dibutuhkan sebuah metode untuk memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode deskriptif analisis adalah salah satunya, metode ini berisi

Lebih terperinci

SUPLEMEN 1 BUKU PANDUAN ADIWIYATA TENTANG PENJELASAN PENCAPAIAN SEKOLAH ADIWIYATA

SUPLEMEN 1 BUKU PANDUAN ADIWIYATA TENTANG PENJELASAN PENCAPAIAN SEKOLAH ADIWIYATA SUPLEMEN 1 BUKU PANDUAN ADIWIYATA TENTANG PENJELASAN PENCAPAIAN SEKOLAH ADIWIYATA UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA (SEKOLAH PEDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN HIDUP) KERJASAMA ANTARA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Permasalahan karakter saat ini banyak diperbincangkan. Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan,

Lebih terperinci

Tersusunnya Visi, misi dan tujuan yang memuat upaya pelestarian fungsi lingkungan dan/ atau, mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau

Tersusunnya Visi, misi dan tujuan yang memuat upaya pelestarian fungsi lingkungan dan/ atau, mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau LAMPIRAN 1 SUPLEMEN 1 BUKU ADIWIYATA TENTANG PENJELASAN PENCAPAIAN I. KEBIJAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN A. STANDAR Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia ini. Setiap hari selalu mendapatkan berita-berita tentang kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia ini. Setiap hari selalu mendapatkan berita-berita tentang kerusakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kerusakan lingkungan sudah bukan merupakan hal yang baru dalam dunia ini. Setiap hari selalu mendapatkan berita-berita tentang kerusakan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Youth Islamic Center ini menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan data dari kawasan setempat. Metode tersebut

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 29 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Adiwiyata-Sekolah Berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup (Panduan Sekolah Adiwiyata 2010 Wujudkan Sekolah Peduli Dan Berbudaya Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Proses Perancangan 3.1.1. Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan Penelitian tentang perancangan PAUD di Kota Malang ini mempunyai ruang lingkup yang cukup luas. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengertian judul : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MESIN DAN OTOMOTIF BERSTANDAR INTERNASIONAL DI SOLO BARU (PENEKANAN PADA ARSITEKTUR BIOKLIMATIK) adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang Sea World Lamongan. Terdapat Identifikasikan permasalahan yang menjadi dasar utama perancangan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri. BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK III.1 TINJAUAN TEMA III.1.1 Latar Belakang Tema Sebuah Club house pada dasarnya berfungsi sebagai tempat berolah raga dan rekreasi bagi penghuni perumahan serta masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Proses Perancangan 3.1.1 Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso Kabupaten Malang ini mempunyai ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek 1.1.1. Gagasan Awal Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini. Pendidikan yang berkualitas sangat bermanfaat untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun,

BAB III METODE PERANCANGAN. data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Perancangan Perancangan adalah adalah aktivitas kreatif menuju sesuatu yang baru dan berguna yang tidak ada sebelumnya (http://ocw.gunadarma.ac.id). Terdapat bermacam-macam

Lebih terperinci

Surat Ijin Penelitian dari SDN 2 Tegowanu Wetan

Surat Ijin Penelitian dari SDN 2 Tegowanu Wetan LAMPIRAN 60 61 Surat Ijin Penelitian dari SDN 2 Tegowanu Wetan Surat Ijin Penelitian Dari Universitas Kristen Satya Wacana 62 Lembar Instrumen Wawancara Studi Dokumentasi No. Model evaluasi Indikator Item

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses BAB III METODE PERANCANGAN Secara umum kajian perancangan dalam tugas ini, merupakan paparan dari langkah-langkah dalam proses merancang. Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode berdasarkan logika,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Wisma atlet merupakan salah satu tempat hunian bagi atlet yang berfungsi untuk tempat tinggal sementara. Selain itu keberadaan wisma atlet sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan sebagai bentuk kebersamaan antara dunia pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan sebagai bentuk kebersamaan antara dunia pendidikan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lingkungan adalah segala sesuatu yang terdapat di sekitar makhluk hidup dan berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup (Sirait, 2011: 3). Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta mengingat jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, sehingga saat ini di Jakarta banyak

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Disusun oleh: AKBAR HANTAR ROCHAMADHON NIM. I 0208092

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan

Lebih terperinci

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

2016 BANDUNG SPORTS CLUB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia, pada perkembangannya tergolong cukup pesat. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya populasi

Lebih terperinci

PETUNJUK EVALUASI PENCAPAIA

PETUNJUK EVALUASI PENCAPAIA I. KEBIJAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN PETUNJUK EVALUASI PENCAPAIA CADANGAN.HANYA GUNAKAN BAGIAN INI BIL STANDAR NILAI A. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan

Lebih terperinci

Konsep Pendidikan Lingkungan di Sekolah: Model Uji Coba Sekolah Berwawasan Lingkungan

Konsep Pendidikan Lingkungan di Sekolah: Model Uji Coba Sekolah Berwawasan Lingkungan Konsep Pendidikan Lingkungan di Sekolah: Model Uji Coba Sekolah Berwawasan Lingkungan Oleh: Wahyu Surakusumah Wahyu_bioupi@yahoo.com JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kekayaan Indonesia akan flora dan faunanya membawa indonesia kepada sederet rekor dan catatan kekayaan di dunia. Tanahnya yang subur dan iklim yang menunjang, memiliki

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di BAB 3 METODA PERANCANGAN Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di kawasan Pantai Panjang Kota Bengkulu ini secara umum mencakup hal-hal sebagai berikut: 3.1 Ide Perancangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak

I. PENDAHULUAN. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Dalam bab ini menjelaskan tentang Metode penjabaran deskriptif tentang alur dalam proses perancangan. Alur tersebut meliputi penjabaran dari latar belakang atau ide perancangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul 1.1.1 Judul Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual 1.1.2 Pemahaman Esensi Judul Ruang komunal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara berlangsung dengan cepat. Dengan banyaknya pembangunan disana-sini semakin mengukuhkan Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelanggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan salah satu Universitas terkemuka di Indonesia serta termasuk ke dalam lima besar Universitas terbaik seindonesia, terletak di provinsi

Lebih terperinci

Sistem Penyelenggaraan Penataan Ruang

Sistem Penyelenggaraan Penataan Ruang Sistem Penyelenggaraan Penataan Ruang (Berdasarkan UU 26/2007 tentang Penataan Ruang) PENGATURAN Penataan ruang sebagai acuan pembangunan sektoral dan wilayah; Pendekatan sistem dilakukan dalam penataan

Lebih terperinci

PETUNJUK EVALUASI PENCAPAIAN ADIWIYATA

PETUNJUK EVALUASI PENCAPAIAN ADIWIYATA I. KEBIJAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN A. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan IMPLEMENTASI PENCAPAIAN MAX. HASIL Upaya. Visi, Misi dan Tujuan sekolah yang tertuang

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Metode perancangan dalam seminar ini yaitu berupa penjelasan dari awal proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan obyek perancangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Meningkatnya kebutuhan akan rumah, terbatasnya lahan, serta tingginya nilai lahan menjadi fenomena umum yang terjadi hampir

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun MINGGU 4 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun Lingkungan Alamiah Dan Buatan Manusia Para dipahami

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Dalam melakukan perancangan membutuhkan metode untuk mempermudah dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi survey obyek komparasi,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and BAB 3 METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and Exhibition Center di Kota Batu ini menggunakan penelitian dengan metode analisis dan sintesis. Metode tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Kajian perancangan dalam seminar ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau uraian secara sistematis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur

BAB 1 PENDAHULUAN. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur proses pengadaan barang/jasa yang dibiayai oleh APBN/APBD.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hanya dengan menjadikan ini kepedulian dan upaya bersama, sumberdaya. calon pengambil keputusan di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. Hanya dengan menjadikan ini kepedulian dan upaya bersama, sumberdaya. calon pengambil keputusan di masa mendatang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konservasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup merupakan salah satu masalah global yang perlu mendapat perhatian serta penanganan secara serius dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

RUMAH RETRET DI YOGYAKARTA

RUMAH RETRET DI YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH RETRET DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK (S PADA PROGRAM

Lebih terperinci

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia termasuk dalam universitas yang bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Persaingan yang ketat di

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR Oleh : RIAS ASRIATI ASIF L2D 005 394 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

Green Urban Vertical Container House 73

Green Urban Vertical Container House 73 BAB IV HUNIAN VERTIKAL YANG DIRENCANAKAN DI BEKASI A. Pemahaman 1. Pengertian adalah Sebuah hunian bertingkat yang memanfaatkan material peti kemas bekas sebagai alternatif material bangunan yang berwawasan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia Pesatnya pembangunan saat ini yang ditopang dengan modernitas industrial dan mesin-mesin teknologi mutakhir telah menyebabkan sumbersumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1 PAUD DAN SD ALAM DI SEMARANG TUGAS AKHIR 115 ALIZA MELINDA (L2B ) 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1 PAUD DAN SD ALAM DI SEMARANG TUGAS AKHIR 115 ALIZA MELINDA (L2B ) 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak anak adalah generasi yang nantinya akan menjadi penerus bangsa. Untuk itu, anak anak perlu dipersiapkan sedini mungkin, salah satu caranya adalah dengan memberikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini penting sebab tingkat pertambahan penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

TAMAN HERBAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN DAN REKREASI EKOLOGI DI KARANGANYAR JAWA TENGAH

TAMAN HERBAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN DAN REKREASI EKOLOGI DI KARANGANYAR JAWA TENGAH KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN HERBAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN DAN REKREASI EKOLOGI DI KARANGANYAR JAWA TENGAH TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Dua hal yang melatar belakangi dari penulisan karya ilmiah ini :

BAB I. PENDAHULUAN. Dua hal yang melatar belakangi dari penulisan karya ilmiah ini : BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dua hal yang melatar belakangi dari penulisan karya ilmiah ini : 1. Latar belakang judul 2. Latar belakang dan tema I.1.1. Latar belakang judul ( Islamic school )

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibu kota negara yang terus berkembang mengalami permasalahan dalam hal penyediaan hunian yang layak bagi warga masyarakatnya. Menurut data kependudukan,

Lebih terperinci

PENGERTIAN GREEN CITY

PENGERTIAN GREEN CITY PENGERTIAN GREEN CITY Green City (Kota hijau) adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dicapai dengan strategi pembangunan seimbang antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Olahraga dapat menjadi batu loncatan sebagai pemersatu bangsa, daerah dan negara lainnya, baik di dalam skala nasional maupun internasional. Dalam setiap skala, negara-negara

Lebih terperinci

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA 3.1 Tinjauan Pustaka Tema Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green Architecture atau yang lebih dikenal dengan Arsitektur Hijau. Pada bagian

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Perancangan Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture yang kaitannya sangat erat dengan objek perancangan hotel resort wisata organik dimana konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses tanggal 25 Juni 2009.

BAB I PENDAHULUAN. 1  diakses tanggal 25 Juni 2009. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan cabang ilmu yang harus dikuasai dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan kota adalah kawasan yang ditutupi pepohonan yang dibiarkan tumbuh secara alami menyerupai hutan, tidak tertata seperti taman, dan lokasinya berada di dalam atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap manusia selalu membutuhkan adanya rekreasi dan Olah raga. Jakarta sebagai kota metropolitan kususnya di Jakarta utara, dimana perkembangan penduduknya sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Proyek Hunian atau tempat tinggal merupakan kebutuhan utama dan paling mendasar bagi manusia. Hunian dibutuhkan sebagai tempat dimana kita akan merasa nyaman dan aman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Latar Belakang Perancangan Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini. Khususnya di DKI Jakarta. Di berbagai wilayah terus tumbuh pusat-pusat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibid 3 Profil Universitas Darussalam Gontor, Jawa Timur Dalam Angka 2013, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. ibid 3 Profil Universitas Darussalam Gontor, Jawa Timur Dalam Angka 2013, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul laporan dasar program perencanaan dan perancangan arsitektur (DP3A) yang disusun oleh penulis adalah Gedung Rektorat Universitas Darussalam Gontor Ponorogo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang bertempat tinggal dan bekerja di dalam kota maupun yang berasal dari daerah pinggiran seperti,

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibukota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk BAB III METODE PERANCANGAN Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk dijadikan metode serta acuan dasar perancangan arsitektur, baik secara umum maupun khusus terkait dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam Perancangan Pusat Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan data dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Landasan Program Perencanaan & Perancangan Arsitektur Tugas Akhir Periode 135

BAB I PENDAHULUAN. Landasan Program Perencanaan & Perancangan Arsitektur Tugas Akhir Periode 135 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebagai negara yang saat ini memiliki berkah demografi (jumlah penduduk dengan usia produktif terbesar di dunia), Indonesia mulai menyadari pentingnya peranan dan posisi

Lebih terperinci

Gedung Kantor LKPP BAB I PENDAHULUAN

Gedung Kantor LKPP BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jakarta mengalami permasalahan rumit sebagaimana halnya dialami kota-kota besar lainnya di dunia. Harus diakui betapa sulit menyediakan kebutuhan akan ruang untuk menunjang

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri kontruksi dan meningkatnya pembangunan gedung dan infrastruktur di negara-negara berkembang seperti Indonesia berperan besar terjadinya global

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam BAB III METODE PERANCANGAN Merancang sebuah Griya Seni dan Budaya Terakota sesuai dengan konsep dan teori yang diinginkan tidak terlepas dari metode perancangan. Metode perancangan merupakan paparan deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di Indonesia terutama di kota-kota besar. Rendahnya persentase peningkatan lahan pemukiman dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan 1 A. Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN Sebuah evolusi alamiah dari perkembangan teknologi adalah makin fleksibelnya orang bergerak. Dunia menjadi datar, tanpa batasan fisik dan segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi tercapainya kualitas hidup dari manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. demi tercapainya kualitas hidup dari manusia itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap makhluk hidup membutuhkan suatu ruang dimana dia dapat merasakan kenyamanan, keamanan dan perlindungan dari segala aspek yang ada disekitarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang I.1.1. Kampus Menjadi Generator Pertumbuhan Ekonomi Bagi Daerah Disekitarnya 1

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang I.1.1. Kampus Menjadi Generator Pertumbuhan Ekonomi Bagi Daerah Disekitarnya 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Kampus Menjadi Generator Pertumbuhan Ekonomi Bagi Daerah Disekitarnya 1 Posisi Bulaksumur dan Sekip sebagai lokasi kampus terpadu UGM yang berada di perbatasan

Lebih terperinci