BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pemipaan Sistem pemipaan seperti pembuluh arteri dan vena pada manusia. Mereka membawa darah kehidupan pada peradaban yang modern. Di sebuah kota modern mereka mengalirkan air dari sumber air ke titik-titik distribusi. Demikian juga, pipa membawa minyak mentah dari sumur minyak menuju tempat penyimpanan atau kilang. Transportasi gas alam dan jalur distribusi menyalurkan gas alami dari sumber gas dan tangki penyimpanan menuju ke titik penggunaan, seperti power plant, fasilitas industri, dan kegunaan-kegunaan komersil lainya. Pada pabrik kimia, pabrik kertas, pabrik pengolahan makanan, dan perusahaan industri lainnya yang serupa, sistem pemipaan berguna untuk membawa cairan, bahan kimia, campuran, gas, uap, dan padatan dari satu lokasi ke lokasi lain. Jaringan pemipaan proteksi kebakaran di perumahan, komersial, industri, dan bangunan lainnya menggunakan cairan, seperti air, gas, dan bahan kimia untuk memberikan perlindungan kehidupan dan properti. Sistem pemipaan di pembangkit listrik termal menyalurkan uap bertekanan dan bersuhu tinggi untuk menghasilkan listrik. Sistem pemipaan meliputi pipa, flange, fitting, pembautan, gasket, valve, dan bagian-bagian dari komponen pemipaan lainnya. Ini juga termasuk gantungan pipa dan suport dan item lainnya yang diperlukan untuk mencegah tekanan dan tegangan berlebiih dari komponen-komponen yang bertekanan. Ini bukti bahwa pipa merupakan salah satu unsur atau bagian dari sistem pemipaan. Oleh karena itu, bagian pipa saat bergabung dengan fitting, katup, dan peralatan lainnya dan didukung oleh gantungan dan suport, disebut sistem pemipaan Pipa Pipa adalah benda tabung dengan penampang bulat sesuai dengan persyaratan dimensi dari : ASME B36.10M ASME B36.19M Welded and Seamless Wrought Steel Pipe Stainless Steel Pipe 7

2 Ukuran Pipa Sistem yang dikenal sebagai iron pipe size (IPS) dibuat untuk menunjukan ukuran pipa. Ukuran mewakili perkiraan diameter dalam pipa dalam inchi. Sebuah pipa IPS 6 adalah pipa yang berdiameter dalamnya sekitar 6 inci (dalam). Pengguna menyebutkan pipa dengan 2-in, 4-in, 6-in pipa dan sebagainya. Untuk memulai, setiap ukuran pipa diproduksi untuk memiliki satu ukuran ketebalan, yang kemudian disebut sebagai standard (STD) atau standard weight (STD.WT.). Sebagaimana kebutuhan industri yang menuntut penanganan fluida yang bertekanan lebih tinggi,pipa yang diproduksi memiliki dinding yang tebal, yang kemudian dikenal sebagai ekstra strong (XS) atau ekstra heavy (XH). Persyaratan tekanan yang lebih tinggi meningkat lebih lanjut, membutuhkan pipa dinding tebal. Oleh karena itu, pipa yang diproduksi dengan double ekstra strong (XXS) atau double ekstra heavy (XXH) dinding, sedangkan standar diameter luar tidak berubah. Dengan pengembangan material pipa yang lebih kuat dan tahan korosi, kebutuhan untuk dinding pipa yang lebih tipis menghasilkan metode baru penentuan ukuran pipa dan ketebalan dinding pipa. Penunjukan dikenal sebagai ukuran pipa nominal (NPS) menggantikan IPS, dan schedule (SCH) dibuat untuk menentukan ketebalan dinding nominal pipa. Nominal Pipe Size (NPS) adalah penanda ukuran pipa berdimensi. Hal ini menunjukkan standar ukuran pipa bila diikuti dengan jumlah penunjukan ukuran tertentu tanpa simbol inci. Misalnya, NPS 2 menunjukkan pipa yang berdiameter luar 2,375 inch. NPS 12 dan pipa yang lebih kecil memiliki diameter lebih besar ukuran penanda (katakanlah, 2, 4, 6,...). Namun, diameter luar NPS 14 dan pipa yang lebih besar sama dengan penanda ukuran dalam inci. Misalnya, NPS 14 pipa memiliki diameter luar sebesar 14 inch diameter akan tergantung pada pipa ketebalan dinding yang ditentukan oleh jumlah schedule. Lihat ASME B36.10M atau ASME B36.19M. Rujuk ke App. E2 atau E2M. Diameter Nominal (DN) juga merupakan penanda ukuran pipa berdimensi dalam satuan metrik, yang dikembangkan oleh Organisasi Standar Internasional (ISO). Hal ini menunjukkan ukuran pipa standar bila diikuti dengan jumlah penunjukan ukuran tertentu.

3 9 Tabel 2.1 Pipe size designators : NPS and DN Flange Welded Neck Flange Flange ini dilas melingkar ke dalam sistem di lehernya yang berarti bahwa integritas daerah butt welded yang dilas dapat dengan mudah diperiksa oleh radiografi. Lubang dari kedua pipa dan flange sesuai, yang mengurangi turbulensi dan erosi di dalam pipa. Oleh karena itu flange tipe ini digunakan di tempattempat kritikal. Gambar 2.1 Welded Neck Flange (

4 Slip-On Flange Flange ini masuk melalui pipa dan kemudian dilas fillet. Slip-on flange mudah untuk digunakan dalam penggunaan fabrikasi Blind Flange Gambar 2.2 Slip-On Flange ( Flange ini digunakan untuk menutup jalur pipa, katup dan pompa, juga dapat digunakan sebagai penutup inspeksi. Flange ini sering kali disebut sebagai blanking flange. Gambar 2.3 Blind Flange (

5 Socket Weld Flange Flange ini dibor agar pipa dapat masuk kedalamnya sebelum dilas fillet. Kedua lubang dari pipa dan flange sama sehingga memberikan karakteristik aliran yang baik. Gambar 2.4Socket Weld Flange ( Threaded Flange Flange ini berulir, digunakan untuk menghubungkan komponen lainya yang berulir yang bekerja pada tekanan rendah, pada penggunaan yang tidak kritikal. Pengelasan tidak diperlukan. Gambar 2.5 Threaded Flange (

6 Lap Joint Flange Lap Joint flange adalah flange yang pada pemasangannya tidak dilakukan pengelasan langsung terhadap flange tetapi terhadap fitting yang disebut Stub End. Pipa akan dilas terhadap Stub End dan flange akan bisa diputar 360 derajat. Flange ini biasa dipasang pada suatu sistem pemipaan yang sangat sukar di sudut pemasangan flangenya. Dengan flange yang bisa diputar 360 derajat maka sangat mudah pada saat fabrikasi dan pemasangan. Gambar 2.6 Lap Joint Flange ( Ring Type Joint Flange Metode untuk memastikan sambungan flange tahan bocor pada tekanan tinggi. Sebuah cincin logam dikompresi menjadi alur heksagonal di muka flange untuk membuat segel. Metode ini dapat digunakan pada Weld Neck, slip-on dan Blind Flange. Gambar 2.7 Ring Type Joint Flange (

7 Valve Katup atau valve, adalah sebuah alat untuk mengatur aliran suatu fluida dengan menutup, membuka atau menghambat sebagian dari jalannya aliran. Contoh yang mudah adalah keran air. Adalah kewajiban bagi seorang insinyur pipa untuk mengetahui setidaknya dasar-dasar dari valve ini. Bebeberapa macam katup yang sering digunakan adalah sebagai berikut : Gate Valve Bentuk penyekatnya adalah piringan, atau sering disebut wedge, yang digerakkan ke atas bawah untuk membuka dan menutup. Biasa digunakan untuk posisi buka atau tutup sempurna dan tidak disarankan untuk posisi sebagian terbuka. Gambar 2.8 Gate Valve (OneSteel Pipe Fittings Catalogue) Globe Valve Digunakan biasanya untuk mengatur banyaknya aliran fluida

8 14 Gambar 2.9Globe Valve (OneSteel Pipe Fittings Catalogue) Butterfly Valve Bentuk penyekatnya adalah piringan yang mempunyai sumbu putar di tengahnya. Menurut disainnya, dapat dibagi menjadi concentric dan eccentric. Eccentric memiliki disain yang lebih sulit tetapi memiliki fungsi yang lebih baik dari concentric. Bentuknya yang sederhana membuat lebih ringan dibandingkan valve lainnya. Gambar 2.10Butterfly Valve (OneSteel Pipe Fittings Catalogue)

9 Ball Valve ditengahnya. Bentuk penyekatnya berbentuk bola yang mempunyai lubang menerobos Gambar 2.11Ball Valve (OneSteel Pipe Fittings Catalogue) Plug Valve Seperti ball valve, tetapi bagian dalamnya bukan berbentuk bola, melainkan silinder. Karena tidak ada ruangan kosong di dalam badan valve, maka cocok untuk fluida yang berat atau mengandung unsur padat seperti lumpur. Gambar 2.12 Plug Valve (OneSteel Pipe Fittings Catalogue)

10 Check Valve atau Non-Return Valve Mempunyai fungsi untuk mengalirkan fluida hanya ke satu arah dan mencegah aliran ke arah sebaliknya. Mempunyai beberapa tipe lagi berdasarkan bagian dalamnya seperti double-plate, swing, tilting, dan axial. Gambar 2.13 Check Valve (OneSteel Pipe Fittings Catalogue) Fitting (Sambungan) Fitting diperlukan untuk mengubah arah baik 45 maupun 90 dan melakukan percabangan maupun merubah diameter aliran. Sambungan tersebut antara lain : Elbow 45 Untuk membuat percabangan 45 dari pipa utama. Gambar 2.14Elbow 45 (OneSteel Pipe Fittings Catalogue)

11 Elbow 90 Untuk membuat percabangan 90 dari pipa utama. Gambar 2.15Elbow 90 (OneSteel Pipe Fittings Catalogue) Elbow 180 Untuk membalik arah aliran pipa utama. Gambar 2.16Elbow 180 (OneSteel Pipe Fittings Catalogue) Reducer (Pemerkecil) Reducer adalah komponen dalam pipa yang mengurangi ukuran pipa dari yang lebih besar untuk ke yang lebih kecil (dalam diameter). Panjang pengurangan biasanya sama dengan rata-rata diameter pipa yang lebih besar

12 18 dan lebih kecil. Ada dua jenis reducer yaitu, concentricreducerdaneccentric reducer. Gambar 2.17Reducer Consentric (OneSteel Pipe Fittings Catalogue) Cross (Silang) Gambar 2.18 Reducer Eccentric (OneSteel Pipe Fittings Catalogue) Biasa juga disebut dengan sambungan empat arah (4-way fittings). Sambungan silang memiliki satu masukan (inlet) dan tiga keluaran (outlet) atau sebaliknya. Sambungan silang dapat menghasilkan tegangan yang besar pada pipa dan perubahan temperatur, karena fitting silang merupakan titik pertemuan empat koneksi saluran.

13 19 Gambar 2.19 Cross (OneSteel Pipe Fittings Catalogue) Cap (Penutup) Salah satu jenis sambungan pipa, biasanya digunakan untuk menutup aliran aliran fluida cair atau gas pada ujung saluran pipa. Sambungan ini dapat berupa sambungan dengan las, ulir maupun solder Tee Gambar 2.20 Cap (Penutup) (OneSteel Pipe Fittings Catalogue) Sambungan T (fitting tee) merupakan jenis sambungan yang paling umum digunakan. Jenis fitting T yaitu tee equal dan fitting tee non equal. Digunakan untuk menggabungkan dua aliran fluida (split) dari arah yang berlawanan.

14 Union Gambar 2.21Tee (OneSteel Pipe Fittings Catalogue) Sambungan union hampir mirip dengann sambungan kopling, kecuali disainya dibuat untuk memungkinkan kecepatan aliran fluida dan mempermudah dalam hal perawatan sistem pemipaan. Gambar 2.22 Union (OneSteel Pipe Fittings Catalogue)

15 Weldolet Weldolet adalah jenis fitting yang digunakan untuk membuat cabang dengan ukuran lebih kecil dari pipa utamanya. Weldolet biasanya dipakai pada pemipaan dengan tekanan dan temperatur tinggi dimana sambungan las dengan tipe buttweld. Gambar 2.23Weldolet (OneSteel Pipe Fittings Catalogue) Elbolet elbow. Elbolet digunakan untuk membuat percabangan tangensial pada suatu Gambar 2.24Elbolet (OneSteel Pipe Fittings Catalogue)

16 Latrolet umumnya 45. Sambungan latrolet dengan pengelasan dan membuat sudut yang Gambar 2.25 Latrolet (OneSteel Pipe Fittings Catalogue) Swepolet Swepolet digunakan untuk membuat percabangan 90. Umumnya dipakai pada pipa transmisi dan distribusi (pipe line system). Gambar 2.26Swepolet (OneSteel Pipe Fittings Catalogue)

17 Sistem Hydrant Uraian Sistem Hydrant Hydrant merupakan sebuah terminal air untuk bantuan darurat ketika terjadi kebakaran. Hydrant ini juga berfungsi mempermudah proses penaggulangan ketika bencana kebakaran terjadi. Hydrant merupakan sebuah fasilitas wajib bagi bangunan-bangunan publik seperti pasar tradisional maupun modern, pertokoan, bahkan semestinya lingkungan perumahan pun harusnya ada fasilitas hydrant. pada saat terjadi peristiwa kebakaran Fire Hydrant harus mudah terlihat dan segera dapat digunakan. National Fire Protection Association (NFPA) secara spesifik menyatakan bahwa fire hydrant harus diwarnai dengan chrome yellow atau warna lain yang mudah terlihat termasuk diantaranya white, bright red, chrome silver, dan lime-yellow, tetapi sebenarnya aspek terpenting adalah warna tersebut harus konsisten terutama dalam satu wilayah. NFPA menyarankan bahwa secara umum ada perbedaan secara fungsi antara fire hydrant untuk kebutuhan perkotaan (municipal system) dan kebutuhan pribadi (private sytem) termasuk di dalamnya untuk pabrik, sehingga harus ada perbedaan warna dan penanda lainya. Secara internasional warna violet (light purple) telah dikembangkan sebagai warna untuk non-portable water. Tabel 2.2 Klasifikasi warna pada sistem hydrant (NFPA) SUPPLY Municipal System Private System Non-Portable System BODY COLOR Chrome Yellow Red Violet (Light Purple) Ciri penandaa lainya adalah flow indicators, standar NFPA untuk bonnets (topi hydrant) dan caps (sumbat hydrant) harus diwarnai sesuai dengan indikasi kuatnya tekanan aliran hydrant (20 p.s.i).

18 Peralatan Utama Pada Sistem Hydrant Pompa Hydrant Pompa Elektrik Yaitu pompa hydrant yang digerakan oleh tenaga motor listrik Pompa Diesel Gambar 2.27 Pompa Elektrik ( Pompa cadangan pada sistem hydrant yang digerakan oleh tenaga motor diesel (motor bakar). Gambar 2.28 Pompa Diesel (

19 Pompa Jockey Apabila tekanan di dalam pipa menurun, maka secara otomatis jockey pump akan bekerja untuk menstabilkan tekanan air di dalam pipa. Gambar 2.29 Pompa Jockey ( Pressure Switch Alat kontak yang bekerja akibat perubahan tekanan. Gambar 2.30 Pressure Switch (Pillar Hydrant) (

20 Manometer Alat untuk mambaca tekanan. Gambar 2.31 Manometer ( Safety Valve Alat pelepas tekanan lebih Gambar 2.32Safety Valve (

21 Pressure Reducing Valve Alat pembatas tekanan Gambar 2.33Pressure Reducing Valve ( Indoor Hydrant Box (IHB) Adalah box hydrant yang berfungsi untuk memancarkan air melalui hose dan nozzle, dipasang pada setiap lantai sebanyak 1 IHB untuk setiap kelipatan 800 m 2. Gambar 2.34Indoor Hydrant Box (

22 Fire Hydrant Protection (FHP) Adalah box hydrant dan pillar yang berfungsi untuk memancarkan air melalui hose dan nozzle, dipasang di luar gedung di sekitar area gedung. Gambar 2.35Fire Hydrant Protection ( Standar Instalasi Sistem Hydrant a. Pipa dan Tube Pipa dan tube yang digunakan pada sistem pemipaan hydrant harus sesuai stndar pada Table 2.3 Tabel 2.3 Pipe or Tube Materials and Dimensions (ref. NFPA 14)

23 29 b. Fitting dan komponen yang digunakan pada sistem pemipaan hydrant harus sesuai stndar pada Table 2.4 Tabel 2.4 Fitting Materials and Dimension (ref. NFPA 14) c. Tekanan Minimum Untuk Disain Sistem dan Ukuran Pipa Sistem pemipaan harus mengikuti aturan di bawah ini : i. Harus didisain untuk menyediakan tekanan residual 100 psi (6.9 bar) pada keluaran dengan diameter 2,5 inch (63,5 mm). Dan tekanan sebesar 65 psi (4,5 bar) pada keluaran dengan diameter 1,5 inch (38,1 mm). ii. Ukuran yang sesuai dengan schedule pipa pada Tabel 2.5 untuk menyediakan kebutuhan rata-rata aliran air pada tekanan residual minimum adalah 100 psi (6,9 bar) pada keluaran 2,5 inch

24 30 Tabel 2.5 Pipe Schedule Standpipes and Supply Piping Minimum Nominal pipe Sizes in Inches (ref. NFPA 14) d. Equivalen panjang pipa dengan valve dan fitting pada disain sistem Untuk menentukan panjang equivalen pipa dengan fitting dan komponen lainya digunakan Tabel 2.6 Tabel 2.6 Equivalent Pipe length Chart (ref. NFPA 14)

25 31 e. Typical Fire Department Connection For Wet Standpipes Gambar 2.36 Typical Fire Department Connection For Wet Standpipes (ref. NFPA 14) f. Typical Hydrant Connection Gambar 2.37 Typical Hydrant Connection (ref. NFPA 14)

26 32 g. Typical Single Zone Sistem Gambar 2.38 Typical Single Zone Sistem (ref. NFPA 14)

27 33 h. Typical Two Zone Sistem Gambar 2.39 Typical Single Zone Sistem (ref. NFPA 14)

28 34 i. Acceptable Piping Arrangement for Combined Sprinkler / Standpipa Systems Gambar 2.40 Acceptable Piping Arrangement for Combined Sprinkler / Standpipa Systems (ref. NFPA 14) j. Typical Wall Fire Hydrant Installation Gambar 2.41 Typical Wall Fire Hydrant Installation (ref. NFPA 14

29 Perhitungan Head Total Pompa Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air seperti yang direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa, seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.36, head total pompa dapat ditulis sebagai berikut : (Ref. Pompa dan Komprsor, Sularso, Hal.2) (2.1) Di mana H : Head total pompa (m) h a h p : Head statis total (m) Head ini adalah perbedaan tinggi antara muka air di sisi keluar dan di sisi hisap ; tanda positif (+) dipakai apabila muka air di sisi keluar lebih tinggi dari pada sisi hisap. : perbedaan head tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air (m), h l : Berbagai kerugian head di pipa, katup, belokan, sambungan, dll (m), v 2 /2g : Head kecepatan keluar (m) g : Percepatan gravitasi (9,8 m/s 2 )

30 36 Gambar 2.36 Head Pompa (Pompa dan Kompresor, Sularso & Haruo Tahara, Hal.27) Head Kerugian Head kerugian (yaitu head untuk mengatasi kerugian-kerugian) terdiri atas head kerugian gesek di dalam pipa-pipa, dan head kerugian di dalam belokanbelokan, reduser, katup-katup, dsb. Di bawah ini akan diberikan cara menghitungnya Head Kerugian Gesek Dalam Pipa Untuk menghitung kerugian gesek dalam pipa dapat dipakai rumus di bawah ini : (Ref.Pompa dan Kompresor, Sularso, Hal.28) (2.2) Di mana v : Kecepatan rata-rata di dalam pipa (m/s) h f λ : Head kerugian gesek dalam pipa (m) : Koefisien kerugian gesek g : Percepatan gravitasi (9,8 m/s 2 )

31 37 L : Panjang pipa (m) D : Diameter dalam pipa (m) Selanjutnya untuk aliran yang laminer dan turbulen, terdapat rumus yang berbeda. Sebagai patokan apakah suatu aliran itu laminer atau turbulen, dipakai bilangan Reynolds : (Pompa dan Kompresor, Sularso, Hal.28) (2.3) Di mana Re : Bilangan Reynolds (tak berdimensi) υ : Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m 2 /s) D : Diameter dalam pipa (m) v : Viskositas kinematik zat cair (m 2 /s) Pada Re < 2300, aliran bersifat laminer Pada Re > 4000, aliran bersifat turbulen Pada Re = terdapat daerah transisi, dimana aliran bisa bersifat laminer atau turbulen tergantung kondisi pipa dan aliran. a. Aliran laminer Dalam hal aliran laminar, koefisien kerugian gesek untuk pipa (λ) dalam persamaan (2.2) dapat dinyatan dengan (Pompa dan Kompresor, Sularso, Hal.29) (2.4) b. Aliran turbulen Untuk menghitung kerugian gesek dalam pipa pada aliran turbulen terdapat berbagai rumus empiris. Di bawah ini akan diberikan cara perhitungan dengan rumus Darcy dan Hazen William i. Formula Darcy

32 38 Dengan cara Darcy, koefisien kerugian gesek λ dari pers (2.2) dihitung menurut rumus (Pompa dan Kompresor, Sularso, Hal.29) (2.5) Di mana D adalah diameter dalam pipa (m). Rumus ini berlaku untuk pipa baru dari besi cor. Jika pipa telah dipakai selama bertahun-tahun, harga λ akan menjadi 1,5 sampai 2,0 harga barunya. Atas dasar rumus Darcy ini kerugian head untuk setiap 100 meter panjang pipa lurus, dapat dihitung dari diagram dalam Gambar 2.31 Gambar 2.37 Kerugian gesek pada pipa lurus (rumus Darcy) (Pompa dan Kompresor, Sularso & Haruo Tahara, Hal.29) Tabel 2.3 kondisi pipa dan harga C (Formula Hazzen Williams) (Pompa dan Kompresor, Sularso & Haruo Tahara, Hal.30) Jenis Pipa Pipa besi cor baru 130 Pipa besi cor tua 100 Pipa baja baru Pipa baja tua Pipa dengan lapisan semen Pipa dengan lapisan ter arang batu 140 C

33 39 ii. Formula Hazen Williams Rumus ini pada umumnya dipakai untuk menghitung kerugian head dalam pipa yang relatif sangat panjang seperti jalur pipa penyalur air minum. bentuknya serupa pers. 2.2 dan dinyatakan sebagai berikut : (Pompa dan Kompresor, Sularso, Hal.31) (2.6) di mana C : Koefisien, seperti diberikan dalam Tabel 2.3 h f Q L : Kerugian head (m) : Lajua aliran (m 3 /s) : Panjang pipa (m) Kerugian head dalam 100 m panjang pipa lurus yang dihitung engan rumus di atas ditunjukkan dalam Gambar 2.38 s/d 2.40 untuk C=100, 110, dan 130. Gambar 2.38 Kerugian gesek pada pipa lurus (rumus Hazen Williams, C=100) (Pompa dan Kompresor, Sularso & Haruo Tahara, Hal.30)

34 40 Gambar 2.39 Kerugian gesek pada pipa lurus (rumus Hazen Williams, C=110) (Pompa dan Kompresor, Sularso & Haruo Tahara, Hal.31) Gambar 2.40 Kerugian gesek pada pipa lurus (rumus Hazen Williams, C=120) (Pompa dan Kompresor, Sularso & Haruo Tahara, Hal.32)

35 Diagram moody Selain menggunakan cara di atas, untuk menghitung koefisien kerugian gesek d i dalam pipa kita dapat menggunakan diagram moody. Parameter yang digunakan adalah bilangan renolds dan nilai Relative Pipe Roughness. Untuk bilangan renolds cara mencarinya sama dengan cara yang sudah diterangkan sebelumnya. Untuk nilai Relative Pipe Roughness dapat dicari menggunakan rumus : Gambar 2.41 Diagram Moody

36 Kerugian head dalam jalur pipa Dalam aliran melalui jalur pipa, kerugian juga akan terjadi apbila ukuran pipa, bentuk penampang, atau arah aliran berubah. kerugian head di tempattempat tansisi yang demikian itu dapat dinyatakan secara umum dengan rumus (Ref. Pompa dan Kompresor, Sularso, Hal.32) (2.7) di mana v : Kecepatan rata-rata dalam pipa (m/s) f : Koefisien kerugian g : Percepatan gravitasi (9,8 m/s 2 ) h f : Kerugian head (m) Cara menentukan harga f untuk berbagai bentuk transisi pipa akan terperinci seperti di bawah ini. a. Koefisien kerugian ujung masuk pipa Jika v menyatakan kecepatan aliran setelah masuk pipa, maka harga koefisien kerugian f dari rumus (2.7) untuk berbagai bentuk ujung masuk pipa seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.41 menurut Weisbach adalah sebagai berikut : Gambar 2.42 Berbagai bentuk ujung masuk pipa (Pompa dan Kompresor, Sularso & Haruo Tahara, Hal.34)

37 43 (i). f = 0,5 (ii). f = 0,25 (iii). f = 0,06 (untuk r kecil) sampai 0,005 (untuk r besar) (iv). f = 0,056 (v). f = 3,0 (untuk sudut tajam) sampai 1,3 (untuk sudut 45 ) (vi). f = f 1 + 0,3 cos θ + 0,2 cos 2 θ di mana f 1 adalah koefisien bentuk dari ujung masuk dan mengambil harga (i) sampai (v) sesuai dengan bentuk yang dipakai. Bila ujung pipa isap memakai mulut lonceng yang tercelup di bawah permukaan air maka harga f adalah seperti yang diperlihatkan dalam Gambar Gambar 2.43 Koefisien kerugian mulut lonceng atau corong pada pipa hisap (Pompa dan Kompresor, Sularso & Haruo Tahara, Hal.34) Tabel 2.4 Koefisien kerugian belokan pipa (Pompa dan Kompresor, Sularso & Haruo Tahara, Hal.34) f θ , Halus 0,016 0,034 0,042 0,066 0,130 0,236 0,471 1,129 Kasar 0,024 0,44 0,062 0,154 0,165 0,320 0,684 1,265

38 44 Gambar 2.44 Koefisien kerugian pada belokan (Pompa dan Kompresor, Sularso & Haruo Tahara, Hal.34) b. Koefisien kerugian pada belokan pipa Ada dua macam belokan pipa, yaitu belokan lengkung dan belokan patah (miter atau multipiece bend). Untuk belokan lengkung sering dipakai rumus Fuller sebagai berikut : (Pompa dan Kompresor, Sularso, Hal.34) (2.8) di mana, D : Diameter dalam pipa (m) R : Jari-jari lengkung sumbu belokan (m) θ : Sudut belokan (derajat) f : Koefisien kerugian Hubungan antara sudut dan koefisien kerugian diberikan pada Gambar 2.43 Dari percobaan Weisbach dihasilkan rumus yang umum dipakai untuk belokan patah sebagai berikut :

39 45 (Pompa dan Kompresor, Sularso, Hal.34) (2.9) di mana θ : Sudut belokan f : Koefisien kerugian Hubungan antara sudut dan koefisien kerugian diberikan dalam Tabel 2.4. c. Kerugian head reducer (H c ) Head kerugian reducer (penyempitan aliran) pada pipa dapat dihitung dengan menggunakan rumus : (Sistem Mekanikal Gedung, Yuriadi Kusuma, Hal.16) (2.10) di mana v : Kecepatan di penampang(m/s) Cc : Koefisien penyempitan air didapat dari Tabel 2.5 berdasarkan penyempitan air Cc Cc ditentukan dari dimana r 2 < r 1 g : Percepatan gravitasi, 9,8 m/s 2 H c : Kerugian reducer Tabel 2.5 Standar penyempitan Cc untuk air (Weisbach) (Ref : Deputi Urusan Tata Bangunan dan Lingkungan Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah) A2/A1 Cc 0,1 0,624 0,2 0,623 0,3 0,643 0,4 0,659 0,5 0,681 0,6 0,712

40 46 0,7 0,755 0,8 0,813 0,9 0, ,00 d. Percabangan dan pertemuan pipa Dalam masalah percabangan dan pertemuan pipa, tidak ada hasil percobaan yang dapat diterima secara umum. Kerugian head untuk percabangan, Gambar 2.44(a), dapat dinyatakan dengan rumus : (Pompa dan Kompresor, Sularso, Hal.37) (2.11) Di mana h f1-3 : Kerugian head cabang 1 ke 3 (m) h f1-2 v1 f 1, f 2 : Kerugian head cabang 1 ke 2 (m) : Kecepatan di 1 sebelum percabangan (m/s) : Koefisien kerugian Kerugian head untuk pertemuan, Gambar 44(b), dapat dinyatakan dengan rumus : (Pompa dan Kompresor, Sularso, Hal.37) (2.12) Di mana h f1-2 : Kerugian head temu dari 1 ke 2 (m) h f2-3 v3 f 1, f 2 : Kerugian head temu dari 2 ke 3 (m) : Kecepatan di 3 sebelum percabangan (m/s) : Koefisien kerugia

41 47 Gambar 2.45 Percabangan dan pertemuan pipa (Pompa dan Kompresor, Sularso & Haruo Tahara, Hal.37) Koefisien kerugian percabangan dan pertemuan pada rumus-rumus di atas diberikan dalam Tabel 2.6. Harga-harga dalam tabel ini adalah untuk jari-jari lengkung R=0 pada perpotongan antara kedua bagian pipa. Koefisien keugian ini dapat banyak dikurangi jika pada perpotongan diberi jari-jari lengkung. Tabel 2.6 Koefisien kerugian untuk percabangan dan pertemuan f 1 dan f 2 (Pompa dan Kompresor, Sularso & Haruo Tahara, Hal.38) e. Ujung keluar pipa Kerugian keluar pada ujung pipa keluar diberikan menurut rumus :

42 48 (Pompa dan Kompresor, Sularso, Hal.38) (2.13) di mana f=1,0 dan "v" adalah kecepatan rata-rata di pipa keluar Kerugian head pada peralatan bantu Tabel 2.7 Standar Koefisien Kerugian Head (f) Pada Peralatan Bantu (Ref : Deputi Urusan Tata Bangunan dan Lingkungan Departement Permukiman dan Peralatan Bantu Kerugian Head (f) Angle Valve 5,0 Gate Valve 0,19 Check Valve 2,5 Strainer 0,19 Flexibel Joint 10 Tee Standart 1,8 Elbow Standart 0,9 Siku Lekuk Panjang 0,60 Siku Lekuk Menengah 0,75 Prasrana Wilayah)

43 NPSH (Net Positive Suction Head) Kavitasi akan terjadi bila tekana statis suatu aliran zat cair turun sampai di bawah tekanan uap jenuhnya. Jadi, untuk menghindari kavitasi, harus diusahakan agar tidak ada satu bagianpun dari aliran di dalam pompa yang mempunyai tekanan statis lebih rendah dari tekanan uap jenuh cairan pada temperatur yang bersangkutan. Dalam hal ini perlu diperhatikan dua macam tekanan yang memegang peranan. Pertama, tekanan yag ditentukan oleh kondisi lingkungan di mana pompa dipasang, dan kedua, tekanan yang ditentukan oleh keadaan aliran di dalam pompa. Berhubungan dengan hal tersebut di atas maka orang mendefinisikan suatu head hisap positip neto atau NPSH, yang dipakai sebagai ukuran keamanan pompa terhadap kavitasi. Ada dua macam NPSH, yaitu NPSH available dan NPSH required. Gambar 2.46 NPSH, Bila tekanan atmosfir Bekerja pada permukaan air yang dihisap Gambar 2.47 NPSH, Bila tekanan uap bekerja di dalam tangki hisap yang tertutup (Pompa dan Kompresor, Sularso & Haruo Tahara, Hal.44) NPSH Available Adalah head yang dimiliki oleh zat cair pada sisi hisap pompa (ekivalen pada tekanan mutlak pada sisi hisap pompa), dikurangi dengan tekanan uap jenuh zat cair di tempat tersebut. Dalam hal pompa yang mengisap zat cair dari tempat

44 50 yang terbuka (dengan tekanan atmosfir pada permukaan zat cair), maka besarnya NPSH yang tersedia dapat ditulis sebagai berikut : (ref. NPSH, Steve Wilson, Grundfos) (2.14) di mana, H a H s H vpa H f : Tekanan absolut (psia convert to meter of water) : Head statis (m) : Tekanan uap jenuh (psia convert to meter of water) : Head kerugian (m) Tabel 2.8 Atmospheric Pressure Altitude Tabel 2.9 Vapor Pressure of Water (Net Positive Suction Head, Steve Wilson, Grundfos) (Absolute) (Net Positive Suction Head, Steve Wilson, Grundfos)

45 NPSH Required Agar pompa bekerja tanpa mengalami kavitasi, maka harus dipenuhi persyaratan sebagai berikut : NPSH available> NPSH required Harga NPSH available dapat dihitung dari kondisi instalasi, sedangkan NPSH required harus diperoleh dari pabrik pompa yang bersangkutan. Namun untuk penaksiran secara kasar, NPSH required dapat dihitung dengan konstanta kavitasi σ seperti diuraikan di bawah ini. Jika head total pompa pada titik efisiensi maksimum dinyatakan dengan H N, dan NPSH yang diperlukan untuk ini H svn, maka σ didefinisikan sebagai (2.15) (Pompa dan Kompresor, Sularso & Haruo Tahara, Hal.45) Bilangan σ ini disebut koefisien kavitasi thoma. Dari percobaan diketahui bahwa harga σ menunjukan ketergantungan terhadap n s untuk pompa-pompa yang mempunyai bentuk umum. Dalam hal ini σ dapat ditentukan dari gambar dan NPSH required dapat ditaksir sebagai berikut : NPSH required = H svn = σh n (2.16) (Pompa dan Kompresor, Sularso & Haruo Tahara, Hal.46) Untuk mencari σ pada gambar 2.47 harus mencari kecepatan spesifik (n s ) dengan menggunakan rumus sebagai berikut : (Pompa dan Kompresor, Sularso, Hal.46) (2.17)

46 52 Gambar 2.48 Hubungan antara koefisien kavitasi dan kecepatan spesifik (Pompa dan Kompresor, Sularso & Haruo Tahara, Hal.4 Jika Q n dinyatan dalam m 3 /min, H svn dalam m, dan n dalam rpm maka harga n s untuk pompa-pompa berbentuk umum adalah sebesar Harga ini tidak tergantung pada n s, maka H svn dapat ditentukan dari pers. (2.16) : (Pompa dan Kompresor, Sularso, Hal.46) (2.18) Diameter pipa (ID) Untuk mengitung diameter dalam pipa menggunakan rumus : (2.19) (Tugas akhir analisa perhitungan ulang sistem perpipaan pada distribusi air bersih dan hydrant studi kasus gedung robotika its Surabaya, Hal 108) Dimana : D = Diameter dalam pipa (m) Q = Kapasitas aliran (m 3 /s) V = Kecepatan aliran (m/s)

47 Ketebalan dinding pipa Pipa untuk distribusi pemadam kebakaran menggunakan pipa jenis ASTM A.53 oleh karna itu perlu dihitung tebal dinding pada pipa. Dikarenakan pada sistem pemadam kebakaran tekanan kerjanya yang cukup tinggi, maka perlu ditinjau akan ketebalan yang dibutuhkan, agar dalam proses pipa dapatmenahan tekanan dari dalam pipa yang menyebabkan crack pada pipa. Untuk perhitungan tebal pipa disajikan sebagai berikut. (2.20) (Tugas akhir analisa perhitungan ulang sistem perpipaan pada distribusi air bersih dan hydrant studi kasus gedung robotika its Surabaya, Hal 37) Di mana, T min P D S = Permintaan minimum ketebalan (inch) = Tekanan di dalam pipa (psig) = Diameter luar (inch) = Allowable stresses untuk material pipa (psi) E = Faktor kualitas (Tabel 2.10) Y = Koefisien factor temperature (Tabel 2.9) C = Allowances (inch) MT = Faktor toleransi pada dinding pipa = 0,875 Tabel 2.10 Koefisien factor temperature (Tugas akhir analisa perhitungan ulang sistem perpipaan pada distribusi air bersih dan hydrant studi kasus gedung robotika its Surabaya, Hal 37)

48 54 Tabel 2.11 Koefisien Faktor kualitas (Tugas akhir analisa perhitungan ulang sistem perpipaan pada distribusi air bersih dan hydrant studi kasus gedung robotika its Surabaya, Hal 38) Radius jangkauan FHP (fire hydrant protection) Untuk menghitung jangkauan air pada sistem hydrant digunakan rumus, Gambar 2.49 Gerak Lurus Berubah Beraturan ( cyber.com) (2.21) ( cyber.com)

49 55 Di mana, X = Jarak jangkauan air (m) V 0 α = Kecepatan air (m/s) = Sudut nozzle (deg) Tekanan pada sistem hydrant terjauh Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui berapa tekanan yang bekerja pada unit beban terjauh pada sistem hydrant. Perhitungan ini bisa menggunakan rumus, (Mekanikal gedung, Yuriadi. K, Hal 31) (2.22) Di mana, P 2 = Tekanan terjauh (N/m 2 ) P 1 = Tekanan pada reservoir (N/m 2 ) ρ = Massa jenis cairan pada suhu C (Kg/m 3 ) g = Percepatan gravitasi (9,81 m/s 2 ) V = Kecepatan cairan (m/s) H pompa = Head total pompa Z 1 Z 2 = Static suction lift (m) = Static dischard head (m) Daya pompa Daya pompa adalah daya untuk menggerakkan pompa yang besarnya sama dengan daya air ditambah kerugian daya dalam pompa. (Mekanikal gedung, Yuriadi Kusuma, Hal 37) (2.23) Di mana, BHP = Daya pompa (watt) ρ = Massa jenis cairan (Kg/m 3 ) g = Percepatan gravitasi (9,81 m/s 2 ) H = Head total (m)

50 56 Q = Kapasitas (m 3 /s) = Efisiensi pompa (%) Sebelum itu cari putaran spesifik (Ns) untuk mencari efisiensi pompa, dengan menggunakan rumus dibawah ini (Mekanikal gedung, Yuriadi Kusuma, Hal (2.24) Di mana, Ns n Q H = Putaran spesifik (rpm) = Putaran pompa (rpm) = Kapasitas pompa (m 3 /s) = Head total pompa (m) Kemudian gunakan grafik efisiensi pompa di bawah ini : Gambar 2.50 Grafik efisiensi pompa (Mekanikal gedung, Yuriadi Kusuma, Hal 37)

51 57 Gambar 2.51 Diagram pemilihan jenis pompa (Mekanikal gedung, Yuriadi Kusuma, Hal 40)

BAB III PERENCANAAN SISTEM HYDRANT

BAB III PERENCANAAN SISTEM HYDRANT BAB III PERENCANAAN SISTEM HYDRANT 3.1. Metode Pengambilan Data Penganbilan data ini dilakukan di gedung VLC (Vehicle Logistic Center) PT. X berdasarlan data dan kegiatan yang ada di gedung tersebut. Dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pemipaan Sistem pemipaan meliputi pipa, flange, fitting, pembautan, gasket, valve, dan bagian-bagian dari komponen pemipaan lainnya. Ini juga termasuk gantungan pipa dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengairan Tanah Pertambakan Pada daerah perbukitan di Atmasnawi Kecamatan Gunung Sindur., terdapat banyak sekali tambak ikan air tawar yang tidak dapat memelihara ikan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Sistem Pemipaan Sistem pemipaan adalah suatu system jaringan pipa yang terpasang pada suatu rangkaian yang mempunyai fungsi untuk menyalurkan fluida. Komponen dalam system pemipaan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4. 1. Perhitungan Pompa yang akan di pilih digunakan untuk memindahkan air bersih dari tangki utama ke reservoar. Dari data survei diketahui : 1. Kapasitas aliran (Q)

Lebih terperinci

BAB III. Analisa Dan Perhitungan

BAB III. Analisa Dan Perhitungan Laporan Tugas Akhir 60 BAB III Analisa Dan Perhitungan 3.1. Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan pada tanggal 14 mei 014 di gedung tower universitas mercubuana dengan data sebagai berikut : Gambar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN 3.1 Kapasitas Pompa 3.1.1 Kebutuhan air water cooled packaged (WCP) Kapasitas pompa di tentukan kebutuhan air seluruh unit water cooled packaged (WCP)/penyegar udara model

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA SISTEM PEMIPAAN DAN PEMILIHAN POMPA

BAB IV ANALISA SISTEM PEMIPAAN DAN PEMILIHAN POMPA BAB IV ANALISA SISTEM PEMIPAAN DAN PEMILIHAN POMPA 4. 1. Perhitungan Kapasitas Aliran Air Bersih Berdasarkan acuan dari hasil pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2010 dan Permen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan teori pompa beberapa parameter yang berkaitan dengan kenerja pompa. Semua karateristik, teori perhitungan dan efisiensi di jelaskan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HATOP

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA 4.1 Perhitungan Therminol dari HM Tank (Heat-Medium) di pompakan oleh pompa nonseal kemudian dialirkan melalui pipa melewati dinding-dinding DVD (dowtherm Vacuum Dryer) kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan 3.1.1 Instalasi Alat Uji Alat uji head statis pompa terdiri 1 buah pompa, tangki bertekanan, katup katup beserta alat ukur seperti skema pada gambar 3.1 : Gambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Energi adalah sesuatu yang bersifat abstrak yang sukar dibuktikan tetapi dapat dirasakan adanya. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja (energy is the capability

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN JENIS DAN SPESIFIKASI POMPA UNTUK SUPLAI AIR BERSIH DI GEDUNG KANTIN BERLANTAI 3 PT ASTRA DAIHATSU MOTOR

ANALISA KEBUTUHAN JENIS DAN SPESIFIKASI POMPA UNTUK SUPLAI AIR BERSIH DI GEDUNG KANTIN BERLANTAI 3 PT ASTRA DAIHATSU MOTOR 119 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 ANALISA KEBUTUHAN JENIS DAN SPESIFIKASI POMPA UNTUK SUPLAI AIR BERSIH DI GEDUNG KANTIN BERLANTAI 3 PT ASTRA DAIHATSU MOTOR Ubaedilah Program

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin-Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran BAB IV Bab IV Hasil dan Analisis HASIL DAN ANALISIS 4.1. Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran merupakan suatu kombinasi dari berbagai sistem untuk

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HEAD DAN SPESIFIKASI POMPA UNTUK UNIT PRODUKSI JARINGAN AIR BERSIH

PERHITUNGAN HEAD DAN SPESIFIKASI POMPA UNTUK UNIT PRODUKSI JARINGAN AIR BERSIH PERHITUNGAN HEAD DAN SPESIFIKASI POMPA UNTUK UNIT PRODUKSI JARINGAN AIR BERSIH Direncanakan akan dibuat Instalasi Plumbing dan Penentuan Spesifikasi Pompa, dari sumber air k Jenis Pipa Galvanized Iron

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG FIRE PROTECTION SYSTEM

PERANCANGAN ULANG FIRE PROTECTION SYSTEM PERANCANGAN ULANG FIRE PROTECTION SYSTEM PADA FUEL SUPPLY SYSTEM UTILITY WORK MENGGUNAKAN SOFTWARE PIPE FLOW EXPERT (STUDY KASUS PT. PERTAMINA DPPU JUANDA) Bagus Faisal Darma Arif NRP. 2112 105 022 Dosen

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. MESIN-MESIN FLUIDA Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) Panduan Praktikum Fenomena Dasar 010 A. Tujuan Percobaan: Percobaan 5 Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) 1. Mengamati kerugian tekanan aliran melalui elbow dan sambungan.

Lebih terperinci

PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU. Aditya Ayuningtyas

PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU. Aditya Ayuningtyas PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU Aditya Ayuningtyas Latar Belakang SP 3 Distrik 2 Nglobo Ledok PT.Pertamina EP Field Cepu

Lebih terperinci

Perencanaan Ulang Instalasi Perpipaan dan Pompa pada Chlorination Plant PLTGU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik

Perencanaan Ulang Instalasi Perpipaan dan Pompa pada Chlorination Plant PLTGU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik Perencanaan Ulang Instalasi Perpipaan dan Pompa pada Chlorination Plant PLTGU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik Oleh : Dunung Sarwo Jatikusumo 2110 038 017 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT Latar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL

BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL 3.1 Metode Perancangan Pada Analisa Impeller Didalam melakukan dibutuhkan metode perancangan yang digunakan untuk menentukan proses penelitian guna mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT. Massa jenis cairan : 1 kg/liter. Kapasitas : liter/menit = (1250 gpm) Kondisi kerja : Tidak kontinyu

BAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT. Massa jenis cairan : 1 kg/liter. Kapasitas : liter/menit = (1250 gpm) Kondisi kerja : Tidak kontinyu Tugas Akir BAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT 4.1 Data data Perencanaan Jenis cairan : Air Massa jenis cairan : 1 kg/liter Temperatur cairan : 5ºC Kapasitas : 4.731 liter/menit (150 gpm) Kondisi

Lebih terperinci

SISTEM TRANSPORTASI FLUIDA (Sistem Pemipaan)

SISTEM TRANSPORTASI FLUIDA (Sistem Pemipaan) SISTEM TRANSPORTASI FLUIDA (Sistem Pemipaan) Kode Mata Kuliah : 2035530 Bobot : 3 SKS Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng Highlights Pendahuluan Jenis jenis pipa Jenis jenis fitting

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir ( Flow Chart ) Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out (FWKO) ke pump suction diberikan pada Gambar 3.1 Mulai Perumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Aliran dapat diklasifikasikan (digolongkan) dalam banyak jenis seperti: turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak seragam, rotasional,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA POMPA Kriteria pemilihan pompa (Pelatihan Pegawai PUSRI) Pompa reciprocating o Proses yang memerlukan head tinggi o Kapasitas fluida yang rendah o Liquid yang kental (viscous liquid) dan slurrie (lumpur)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Tekanan Atmosfer Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh bobot udara di atas suatu titik di permukaan bumi. Pada permukaan laut, atmosfer akan menyangga kolom air

Lebih terperinci

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui Teknik Perpipaan Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran. Sistem ini terdiri

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan digedung sebagai preventif (pencegahan) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler,

Lebih terperinci

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL 3 BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL 3.1.Kerja Pompa Sentrifugal Pompa digerakkan oleh motor, daya dari motor diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeler yang dipasangkan pada poros tersebut. Zat cair yang

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK 4.1 Perhitungan Beban Operasi System Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat movable bridge kapasitas 100 ton yang akan diangkat oleh dua buah silinder hidraulik kanan

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dari hasil perancangan dan analisis tegangan sistem perpipaan sistem perpipaan berdasarkan standar ASME B 31.4 (studi kasus jalur perpipaan LPG dermaga Unit 68 ke tangki

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1. Rancangan Alat Uji Pada penelitian ini alat uji dirancang sendiri berdasarkan dasar teori dan pengalaman dari penulis. Alat uji ini dirancang sebagai

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( )

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( ) TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS Disusun Oleh : Ricki Paulus Umbora ( 6506 040 025 ) PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI QQ =... (2.1) Dimana: VV = kebutuhan air (mm 3 /hari) tt oooo = lama operasi pompa (jam/hari) nn pp = jumlah pompa

BAB II DASAR TEORI QQ =... (2.1) Dimana: VV = kebutuhan air (mm 3 /hari) tt oooo = lama operasi pompa (jam/hari) nn pp = jumlah pompa 4 BAB II DASAR TEORI 1.1 Definisi Pompa Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin Universitas Mercu Buana Disusun

Lebih terperinci

SPRINKLER DI GUDANG PERSONAL WASH PT. UNILEVER INDONESIA TBK. Wisda Mulyasari ( )

SPRINKLER DI GUDANG PERSONAL WASH PT. UNILEVER INDONESIA TBK. Wisda Mulyasari ( ) PERANCANGAN FOAM WATER SPRINKLER DI GUDANG PERSONAL WASH PT. UNILEVER INDONESIA TBK Oleh : Wisda Mulyasari (6507 040 018) BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Undang no 1 tahun 1970, pasal 3 ayat (1) huruf

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Laju Aliran Fluida dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya berasal dari hukum kekekalan massa seperti yang terlihat pada Gambar

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM Naskah Publikasi ini disusun guna memenuhi Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Penelitian Penelitian sling pump jenis kerucut variasi jumlah lilitan selang dengan menggunakan presentase pencelupan 80%, ketinggian pipa delivery 2 meter,

Lebih terperinci

ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS

ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS Tugas Akhir ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Program Studi S1

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER 4.1 Perhitungan Blower Untuk mengetahui jenis blower yang digunakan dapat dihitung pada penjelasan dibawah ini : Parameter yang diketahui : Q = Kapasitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pada perhitungan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pada perhitungan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pada perhitungan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 5.1.1. Distribusi air bersih Hasil perhitungan di gedung Robotika ITS Surabaya

Lebih terperinci

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng ALIRAN PADA PIPA Oleh: Enung, ST.,M.Eng Konsep Aliran Fluida Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa Jenis dan Viskositas. Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan

BAB II DASAR TEORI. Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan BAB II DASAR TEORI 2.1. DASAR TEORI POMPA 2.1.1. Definisi Pompa Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA PERKANTORAN DAN PABRIK LABEL MAKANAN PT XYZ DENGAN LUAS BANGUNAN 1125 M 2

PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA PERKANTORAN DAN PABRIK LABEL MAKANAN PT XYZ DENGAN LUAS BANGUNAN 1125 M 2 129 PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA PERKANTORAN DAN PABRIK LABEL MAKANAN PT XYZ DENGAN LUAS BANGUNAN 1125 M 2 Muhammad Al Haramain 1*, Riki Effendi 2, Febri Irianto 3 1,2,3 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

TUGAS KHUSUS POMPA SENTRIFUGAL

TUGAS KHUSUS POMPA SENTRIFUGAL AUFA FAUZAN H. 03111003091 TUGAS KHUSUS POMPA SENTRIFUGAL Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengertian Pompa Pompa adalah mesin fluida yang berfungsi untuk memindahkan fluida cair dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara memberikan energi mekanik pada pompa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Setiap fluida yang mengalir dalam sebuah pipa harus memasuki pipa pada suatu lokasi. Daerah aliran di dekat lokasi fluida memasuki pipa tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Suatu sistem transfer fluida dari suatu tempat ke tempat lain biasanya terdiri dari pipa,valve,sambungan (elbow,tee,shock dll ) dan pompa. Jadi pipa memiliki peranan

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN HEAD PADA SISTEM PERPIPAAN BAHAN BAKAR HSD PLTU SICANANG MENGGUNAKAN PROGRAM ANALISIS ALIRAN FLUIDA

ANALISIS KERUGIAN HEAD PADA SISTEM PERPIPAAN BAHAN BAKAR HSD PLTU SICANANG MENGGUNAKAN PROGRAM ANALISIS ALIRAN FLUIDA ANALISIS KERUGIAN HEAD PADA SISTEM PERPIPAAN BAHAN BAKAR HSD PLTU SICANANG MENGGUNAKAN PROGRAM ANALISIS ALIRAN FLUIDA Alexander Nico P Sihite, A. Halim Nasution Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA Syofyan Anwar Syahputra 1, Aspan Panjaitan 2 1 Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Tanjungbalai Sei Raja

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. dari suatut empat ketempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut.

BAB II DASAR TEORI. dari suatut empat ketempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1. Dasar Teori Pompa 2.1.1. Definisi Pompa Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatut empat ketempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN PERANCANGAN

BAB III DATA DAN PERANCANGAN BAB III DATA DAN PERANCANGAN 3.1. Data Bangunan Berikut ini tabel 3.1. data bangunan pada gedung Oria Hotel beserta fungsi, kelas, dan klasifikasi bangunan : Tabel 3.1. Data Bangunan Gedung Oria Hotel

Lebih terperinci

ANALISIS PENURUNAN KAPASITAS POMPA NATRIUM HIDROKSIDA (NaOH) DENGAN KAPASITAS 60 M 3 /JAM

ANALISIS PENURUNAN KAPASITAS POMPA NATRIUM HIDROKSIDA (NaOH) DENGAN KAPASITAS 60 M 3 /JAM Hal 35-45 ANALISIS PENURUNAN KAPASITAS POMPA NATRIUM HIDROKSIDA (NaOH) DENGAN KAPASITAS 60 M 3 /JAM Agus Setyo Umartono, Ahmad Ali Fikri Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Gresik ABSTRAK

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTALASI ALAT TEST PENYEMPROTAN INJEKTOR MOBIL TOYOTA AVANZA 1.3 G (1300 cc) ENGINE TIPE K3-VE DENGAN KAPASITAS 40 LITER/JAM

PERANCANGAN INTALASI ALAT TEST PENYEMPROTAN INJEKTOR MOBIL TOYOTA AVANZA 1.3 G (1300 cc) ENGINE TIPE K3-VE DENGAN KAPASITAS 40 LITER/JAM JURNAL TEKNOLOGI & INDUSTRI Vol. 3 No. 1; Juni 2014 ISSN 2087-6920 PERANCANGAN INTALASI ALAT TEST PENYEMPROTAN INJEKTOR MOBIL TOYOTA AVANZA 1.3 G (1300 cc) ENGINE TIPE K3-VE DENGAN KAPASITAS 40 LITER/JAM

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Variasi Sudut Sambungan Belokan Terhadap Head Losses Aliran Pipa

Analisa Pengaruh Variasi Sudut Sambungan Belokan Terhadap Head Losses Aliran Pipa Analisa Pengaruh Variasi Sudut Sambungan Belokan Terhadap Head Losses Aliran Pipa Zainudin*, I Made Adi Sayoga*, I Made Nuarsa* Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram Jalan Majapahit

Lebih terperinci

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN 2 (alat pemadam kebakaran aktif)

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN 2 (alat pemadam kebakaran aktif) Pertemuan ke-13 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 2 (springkler dan hydrant dll) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN 2 (alat pemadam kebakaran aktif) 1. KRITERIA DESAIN 1.1

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PRESSURE DROP SISTEM PLAMBING AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MICROSOFT EXCEL SEBAGAI DATABASE PADA GEDUNG X JAKARTA SELATAN

PERHITUNGAN PRESSURE DROP SISTEM PLAMBING AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MICROSOFT EXCEL SEBAGAI DATABASE PADA GEDUNG X JAKARTA SELATAN PERHITUNGAN PRESSURE DROP SISTEM PLAMBING AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MICROSOFT EXCEL SEBAGAI DATABASE PADA GEDUNG X JAKARTA SELATAN Pratomo Setyadi *, Septyanto Eko Nurcahyo 2 Teknik Mesin, Universitas

Lebih terperinci

JURNAL. Analisis Penurunan Head losses Pada Belokan 180 Dengan Variasi Tube Bundle Pada Diameter Pipa 2 inchi

JURNAL. Analisis Penurunan Head losses Pada Belokan 180 Dengan Variasi Tube Bundle Pada Diameter Pipa 2 inchi JURNAL Analisis Penurunan Head losses Pada Belokan 180 Dengan Variasi Tube Bundle Pada Diameter Pipa 2 inchi Analysis of losses Decrease Head At 180 bend Tube Bundle With Variations On Pipe diameter of

Lebih terperinci

PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH )

PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH ) PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH ) Mustakim 1), Abd. Syakura 2) Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Tanjungbalai.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa. kerja dinamis (non positive displacement pump).

BAB II DASAR TEORI. bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa. kerja dinamis (non positive displacement pump). BAB II DASAR TEORI 2.1. Dasar Teori Pompa 2.1.1. Definisi Pompa Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN, PERAKITAN, PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN POMPA SENTRIFUGAL UNTUK AIR MANCUR

BAB III PROSES PERANCANGAN, PERAKITAN, PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN POMPA SENTRIFUGAL UNTUK AIR MANCUR Jansen A.Sirait / 4130610019 BAB III PROSES PERANCANGAN, PERAKITAN, PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN POMPA SENTRIFUGAL UNTUK AIR MANCUR 3.1. Bagian Yang Dirancang, Dirakit, Diuji dan Perhitungan Pompa Pada proses

Lebih terperinci

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI III. 1 DATA DESAIN Data yang digunakan pada penelitian ini adalah merupakan data dari sebuah offshore platform yang terletak pada perairan Laut Jawa, di utara Propinsi

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM

BAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM BAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM API RINGAN. Tabel 3.1 Jumlah Hidran, Sprinkler dan Pemadam Api Ringan No Uraian Elevasi (m) Luas Bersih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja Pompa Hidram Prinsip kerja hidram adalah pemanfaatan gravitasi dimana akan menciptakan energi dari hantaman air yang menabrak faksi air lainnya untuk mendorong ke

Lebih terperinci

Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc

Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc Laporan Penelitian Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc Oleh Ir. Salomo Simanjuntak, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2010 KATA PENGANTAR Pertama

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek pada saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DETEKTOR, ALARM DAN SISTEM SPRINKLER PADA GEDUNG PLAZA DAN GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS ADHITYA CHANDRA SETYAWAN ( )

PERANCANGAN SISTEM DETEKTOR, ALARM DAN SISTEM SPRINKLER PADA GEDUNG PLAZA DAN GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS ADHITYA CHANDRA SETYAWAN ( ) PERANCANGAN SISTEM DETEKTOR, ALARM DAN SISTEM SPRINKLER PADA GEDUNG PLAZA DAN GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS ADHITYA CHANDRA SETYAWAN (6506 040 009) 1. Pendahuluan 2. Tinjauan Pustaka 3. Metode Penelitian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 3.1. Perhitungan Jumlah Hidran, Sprinkler dan Pemadam Api Ringan Tabel 3.1 Jumlah hidran, sprinkler dan pemadam api ringan Indoor No Keterangan Luas Hydrant

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II Asvin B. Saputra 2710 100 105 Dosen Pembimbing: Budi Agung Kurniawan,

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN EFISIENSI CIRCULATING WATER PUMP 76LKSA-18 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN METODE ANALITIK

ANALISA PERHITUNGAN EFISIENSI CIRCULATING WATER PUMP 76LKSA-18 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN METODE ANALITIK Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISA EFISIENSI CIRCULATING WATER PUMP 76LKSA-18 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN METODE ANALITIK *Eflita Yohana, Ari

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori Laporan Tugas Akhir 9 BAB II Landasan Teori.1. Pengertian Kebakaran Api dan manusia dalam batas tertentu merupakan dua unsur yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Api memang dapat memberikan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF)

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) Disusun oleh: Darren Kurnia Paul Victor Dr. Yogi Wibisono Budhi Dr. Irwan Noezar Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

PEMBIMBING : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT

PEMBIMBING : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT MEKANISME KERJA POMPA SENTRIFUGAL RANGKAIAN SERI NAMA : YUFIRMAN NPM : 20407924 PEMBIMBING : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT JURUSAN TEK NIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA 2014 LATAR BELAKANG Pompa adalah

Lebih terperinci

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II BAB II FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS 2.1 Tujuan Pengujian 1. Mengetahui pengaruh factor gesekan aliran dalam berbagai bagian pipa pada bilangan reynold tertentu. 2. Mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN

BAB IV PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN BAB IV PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN 4.1 Perancangan Model Alat Pemurnian Biogas Dengan Geram Besi Berdasarkan rancangan awal penggunaan bahan geram besi sebagai alat pemurnian biogas terhadap

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA.1 PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data mentah berupa temperatur kerja fluida pada saat pengujian, perbedaan head tekanan, dan waktu

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

APLIKASI BENTANGAN BELOKAN PIPA DENGAN MATLAB

APLIKASI BENTANGAN BELOKAN PIPA DENGAN MATLAB APLIKASI BENTANGAN BELOKAN PIPA DENGAN MATLAB Isa Rachman 1, Amin Dwi Kurniawan 2 12 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111 E-mail : isarachman@yahoo.co.id, kurniawan.dwi30@rocketmail.com

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Skema alat uji Head Loss Mayor

Gambar 3.1 Skema alat uji Head Loss Mayor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Skema Alat uji Data yang diambil berasal dari pipa PVC ½" dengan panjang 1 meter yang dialiri aliran fluida dengan debit aliran tertentu sehingga menghasilkan pola aliran

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES)

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES) BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES) 4.1 Pendahuluan Kerugian tekan (headloss) adalah salah satu kerugian yang tidak dapat dihindari pada suatu aliran fluida yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Penentuan kecepatan disejumlah titik pada suatu penampang memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga

Lebih terperinci

PENURUNAN TEKANAN DALAM PIPA ALIRAN FLUIDA II

PENURUNAN TEKANAN DALAM PIPA ALIRAN FLUIDA II Laporan tetap praktikum instrumentasi dan teknik pengukuran PENURUNAN TEKANAN DALAM PIPA ALIRAN FLUIDA II Kelompok : 03 DISUSUN Oleh : Kelas : 3EGB Anggota :. DINA SAFITRI (0644040793). MEDIO DESTIAN (0644040799)

Lebih terperinci