BAB I PENDAHULUAN. yang lebih tepat, dapat dipercaya, lebih akurat, komprehensif, dan relevan untuk

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010, seluruh entitas pemerintah diwajibkan untuk menyajikan laporan keuangan pemerintah pusat/daerah berdasarkan Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual. Teknik akuntansi berbasis akrual, diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih tepat, dapat dipercaya, lebih akurat, komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik (Mardiasmo, 2002). Salah satu ciri khas dari sistem akuntansi berbasis akrual, yaitu dilakukannya penyusutan terhadap aset tetap. Penyusutan diharapkan dapat memberikan informasi terkait dengan nilai wajar aset, yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Penyusutan dilakukan karena masa manfaat dan potensi aset yang dimiliki semakin berkurang, sehingga pengurangan nilai aset tersebut dibebankan secara berangsurangsur atau proporsional ke masing-masing periode yang menerima manfaat (Hery, 2014). Margono (2013) menguraikan tujuan dari penyusutan ialah dapat membantu pemerintah dalam memperkirakan sisa manfaat ekonomi yang akan diperoleh dalam beberapa tahun ke depan. Penyusutan yang akurat juga dapat memberikan informasi kepada pemerintah untuk menganggarkan berbagai belanja pemeliharaan atau bahkan

2 belanja modal untuk mengganti atau menambah aset tetap yang sudah dimiliki (Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, 2014) Estimasi penyusutan sangat berpengaruh terhadap keakuratan saldo akun aset tetap pada neraca. Estimasi penyusutan yang tepat, dapat menghasilkan nilai aset tetap yang akurat dalam neraca sehingga laporan keuangan dapat disajikan secara wajar sesuai dengan kondisi ekonomi yang sebenarnya. Ritonga dan Suhartono (2016) mengungkapkan persyaratan yang harus dipenuhi sebelum penyusutan dilakukan, yaitu tersedia informasi harga perolehan, masa manfaat, nilai residu/nilai sisa, dan metode penyusutan. Praktik estimasi penyusutan aset tetap pada entitas pemerintah di Indonesia selama ini masih belum handal. Hal ini dapat dibuktikan dengan proses estimasi yang digunakan oleh entitas pemerintah yang tidak tepat. Estimasi nilai residu yang bernilai nol, estimasi umur masa manfaat aset tetap ditengarai hanya copy paste dari tabel masa manfaat yang dikeluarkan Pemerintah Pusat lewat KMK No. 59 Tahun 2013, tanpa adanya proses telaah lebih dalam terkait dengan estimasi masa manfaat dari aset yang disusutkan nilainya. Satu hal yang juga penting dalam penentuan estimasi penyusutan agar lebih akurat, yakni penentuan metode penyusutan harus berdasarkan pola konsumsi yang dihasilkan oleh aset tetap. Namun, selama ini dalam praktiknya entintas pemerintah hanya menggunakan metode garis (straight-line) dalam mengestimasi nilai penyusutan aset tetap. Dalam PP 71 Tahun 2010, ada tiga metode yang dapat dipilih, yakni metode garis, metode saldo menurun ganda,

3 dan metode unit produksi. Tentunya setiap metode memiliki karakteristik berbedabeda sesuai dengan pola konsumsi yang diharapkan dari aset yang akan disusutkan. Peneliti telah melakukan survei terhadap delapan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat/Daerah tahun , untuk mengetahui proses estimasi penyusutan aset yang dilakukan oleh entitas pemerintah. Alasan pemilihan delapan pemerintah daerah/pusat sebagai objek dalam survei ini, karena pada saat survei ini dilaksanakan, peneliti hanya berhasil mengumpulkan delapan dokumen, yaitu Laporan Keuangan dan Kebijakan Akuntansi dari pemda-pemda tersebut. Survei dilakukan melalui pengumpulan dokumen, yakni laporan keuangan tahun 2014 dan 2015 serta kebijakan akuntansi pemerintah daerah tentang akuntansi aset tetap. Hasil survei tersebut, diuraikan dalam tabel 1.1 di bawah ini. Tabel 1.1 Hasil Survei Metode Estimasi Penyusutan Aset Tetap pada Entitas Pemerintah No Entitas Pemerintah Estimasi Penyusutan Aset Tetap Estimasi Estimasi Masa Metode Nilai Residu Manfaat penyusutan 1 Pemerintah Pusat Tidak ada Berdasarkan KMK No. 59 tahun Pemerintah Provinsi DIY Tidak ada Tidak dijelaskan Sumber data CaLK LKPP 3 Pemerintah Kabupaten Sleman Tanpa nilai sisa Tidak dijelaskan 4 Pemerintah Kabupaten Kulonprogo 5 Pemerintah Kota Yogyakarta Tidak dijelaskan Tanpa nilai residu Berdasarkan Perbup No. 69 Tahun 2015 Tidak dijelaskan

4 6 Pemerintah kota Tangerang 7 Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara 8 Pemerintah Kota Bandjar Baru Tidak dijelaskan Tanpa Nilai Sisa Nilai Residu Rp0 Sumber : diolah dari berbagai sumber Berdasarkan Kep. Walikota No. 030/Kep.452- DPKD/2014 Tidak dijelaskan Ditetapkan dalam kebijakan akuntansi tentang aset tetap 2014 Kebijakan Akuntansi Aset Tetap Pemkot Bandjar Baru Dari hasil survei di atas, dapat diambil simpulan bahwa dalam mengestimasi penyusutan aset tetap, semua entitas pemerintah menggunakan metode garis. Penyusutan atas aset tetap dilakukan pada akhir periode tanpa memperhitungkan nilai residu dengan estimasi masa manfaat yang berdasarkan pada tabel masa manfaat yang tercantum dalam KMK No. 59 tahun 2013, keputusan kepala daerah dan kebijakan akuntansi pemerintah daerah yang bersangkutan. Penentuan nilai residu aset tetap diestimasikan bernilai nol, sementara setiap aset tetap yang digunakan setelah berakhir masa manfaat penggunaannya masih tetap memiliki harga yang lebih besar dari penentuan nilai residu, yakni nol. Hal ini dapat dibuktikan dengan dilakukan pelelangan oleh KPKNL terhadap Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D) yang telah usang dan dalam kondisi rusak berat. Hal tersebut membuktikan bahwa estimasi nilai residu yang bernilai nihil atau nol dianggap tidak tepat dan dapat mempengaruhi keakuratan penyajian informasi dalam laporan keuangan.

5 Berikut ini adalah data hasil lelang BMD Pemerintah Kabupaten Sleman selama tahun Data ini membuktikan bahwa setiap aset tetap yang telah berakhir masa manfaatnya memiliki nilai residu yang bernilai ekonomis dan cukup material. NO Tabel 1.2. Rincian Transaksi Lelang BMD Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun 2016 Uraian Barang Jumlah Unit Tahun Pembuatan Nilai Perolehan Nilai Limit Nilai Lelang 1 Mini bus ,000,000 21,423,000 33,300,000 2 Sepeda motor ,515,000 15,119,000 35,787,476 3 RD Puskesmas ,749,000 9,294,000 10,258,998 Seyegan 4 RD Puskesmas ,749,000 6,148,000 6,610,000 Induk Kalasan 5 Auto Clave (Alat ,527, ,000 Lab Umum) 4,000,000 6 Auto Clave (Alat ,845, ,000 Lab Umum) 7 Unit pembangkit ,550, ,000 uap air panas 3,229,000 8 Instalasi ,102,500 1,000,000 Pengelolaan sampah organik Jumlah 1,031,037,500 54,134,000 93,185,474 Sumber : diolah (KPKNL, 2016) Dari tabel 1.2. di atas, dapat diambil simpulan bahwa kenyataanya, nilai residu terhadap aset tetap masih miliki nilai ekonomis. Bahkan, ketika aset tersebut dalam keadaan rusak berat dan tak dapat digunakan sebagaimana mestinya, tetapi bangkai ataupun bongkahannya masih memiliki nilai ekonomis. Berdasarkan informasi di atas pula, nilai residu dari aset tetap yang bernilai cukup material setelah masa manfaat

6 berakhir, yaitu kendaraan dinas roda empat 82% dari harga perolehan. Dalam kondisi rusak berat pun, pada kenyataannya masih memiliki nilai pasar yang cukup material. Penentuan masa manfaat atas aset tetap dalam estimasi penyusutan pun dianggap tidak akurat, karena diduga penentuan masa manfaat aset tetap oleh entitas pemerintah daerah hanya berdasarkan copy paste dari tabel masa manfaat yang ditetapkan dalam KMK No. 59/KMK.06/2013 tanpa adanya telaah lebih mendalam tentang perkiraan masa manfaat aset tetap. (Weygandt, Kimmel, & Donald, 2013) menguraikan tentang estimasi masa manfaat, yaitu manajemen harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti tujuan penggunaan aset, perbaikan yang diharapkan serta pemeliharaan dan kerentanan terhadap kerusakan. Selain itu, pengalaman masa lalu terhadap penggunaan aset yang sejenis juga dapat membantu dalam mengestimasi masa manfaat yang diharapkan. Berdasarkan tabel 1.2 di atas, menunjukan hasil lelang aset tetap khususnya kendaraan bermotor memiliki nilai residu yang tinggi, 83% untuk kendaraan minibus dan 63% untuk kendaraan roda dua. Nilai yang cukup signifikan, dan dapat mempengaruhi keakuratan saldo aset tetap dan beban penyusutan yang disajikan dalam Laporan Operasional apabila nilai residu dari kendaraan bermotor diestimasi bernilai nol. Dari uraian diatas, dibutuhkan sebuah riset pengembangan yang dapat membantu entitas pemerintah agar dapat mengestimasi penyusutan aset tetap kendaraan bermotor agar menjadi akurat. Sehingga dapat menghasilkan nilai pada

7 akun aset tetap khususnya kendaraan bermotor yang sesuai dengan kondisi ekonomi yang sebenarnya. Hal ini berpedoman pada tujuan diberlakukannya akuntansi pemerintah berbasis akrual agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih akurat, komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas ditetapkan rumusan masalah dari riset ini adalah estimasi penyusutan aset tetap selama ini masih belum handal, sehingga membutuhkan suatu pengembangan desain estimasi penyusutan aset tetap yang lebih akurat Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang diajukan dalam riset pengembangan desain estimasi penyusutan aset tetap kendaraan bermotor pada Pemerintah Daerah Se-DIY ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana mengestimasi nilai residu yang akurat? 2. Bagaimana mengestimasi masa manfaat ekonomi yang akurat? 3. Bagaimana menentukan metode penyusutan agar nilai penyusutan menjadi akurat?

8 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah desain estimasi penyusutan aset tetap kendaraan bermotor yang akurat Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi sebagai berikut. a. Bagi kepentingan akademis, riset ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian terapan bidang akuntansi keuangan, yaitu menggunakan pendekatan riset pengembangan; b. Bagi kepentingan praktis, instrumen yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para pihak sebagai berikut. 1) Pemerintah Daerah Se-DIY sebagai tempat penelitian, untuk digunakan sebagai alat bantu dalam mengestimasi penyusutan aset tetap kendaraan bermotor bagi pengguna BMN/D atau kuasa pengguna barang dibawa pengawasannya; 2) Seluruh entitas pengelola, pembantu pengelola, atau pengguna barang BMN/D di Indonesia dalam mengestimasi nilai penyusutan aset tetap pengguna BMN/D atau kuasa pengguna barang dibawah pengawasannya; c. Kementerian Dalam Negeri sebagai pembina pengelolaan BMD se-indonesia, untuk digunakan sebagai bahan masukan penyusunan peraturan atau pedoman teknis dalam mengestimasi penyusutan aset tetap pemerintah daerah di Indonesia.

9 d. Kementerian Keuangan sebagai pembina pengelolaan BMN se-indonesia, untuk digunakan sebagai bahan masukan penyusunan peraturan atau pedoman teknis dalam mengestimasi penyusutan aset tetap kementerian/lembaga di Indonesia Sistematika Penulisan Penelitian ini secara garis besar dibagi ke dalam lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab I menjelaskan mengenai latar belakang, konteks penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab II menguraikan tentang kajian pustaka yang meliputi praktik penyusutan aset tetap di Indonesia, aset tetap, pengakuan aset, pengukuran aset, dan penyusutan aset tetap. BAB III : METODE RISET Bab III menjelaskan rancangan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang meliputi pemilihan metode penelitian, objek penelitian, dan prosedur penelitian. BAB IV : PEMBAHASAN Bab IV memaparkan tentang prosedur penelitian, proses pengembangan produk, validasi ahli, validasi lapangan, dan prosedur reliabilitas.

10 BAB V : KESIMPULAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN Bab V berisi tentang simpulan, yaitu hasil penelitian yang relevan terhadap pertanyaan dan tujuan penelitian serta keterbatasan dan rekomendasi peneliti dalam penelitian ini.