ANALISIS PENYUSUTAN AKTIVA TETAP PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENYUSUTAN AKTIVA TETAP PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN GORONTALO"

Transkripsi

1

2 ANALISIS PENYUSUTAN AKTIVA TETAP PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN GORONTALO ABSTRAK Melka Saputri 1, Rio Monoarfa, SE, Ak, M.Si 2, Zulkifli Bokiu, SE, Ak, M.Si 3 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya penyusutan aktiva tetap Pada Pemerintah Kabupaten Gorontalo. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Dokumentasi. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah kuantitatif yaitu teknik analisa dan pengolahan datanya dilakukan secara analisis deskriptif. Dalam analisa ini digunakan adalah dengan menghitung penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan metode garis lurus dan saldo menurun. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gorontalo mengukur aset tetap yang dimiliki berdasarkan nilai perolehan. Aset tetap diukur berdasarkan nilai perolehan dan disajikan pada neraca sebesar nilai awal pada saat pencatatan (nilai perolehan tidak dikurangi akumulasi penyusutan). Dari hasil analisis penyusutan yang dilakukan telihat perbedaan nilia aktiva tetap yang dengan metode garis lurus dan saldo menurun Pada tahun 214 dengan menggunakan metode garis lurus total akumulasi penyusutan pada tahun 214 adalah sebesar ,17 sedangkan nilia buku aset tetap pada akhir tahun 214 adalah sebesar ,3. Sedangkan Dengan Menggunakan Metode Saldo menurun nilai akumulasi penyusutan aktiva tetap tahun 214 diperoleh sebesar ,37 dan nilai buku pada akhir tahun 214 adalah sebsar ,63. Kata kunci: Penyusutan Aktiva Tetap. 1 Melka Saputri, Mahasiswa Program Studi Sarjana Akuntansi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. 2 Rio Monorfa, SE, Ak, M.Si, Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. 3 Zulkifli Bokiu, SE, Ak, M.Si, Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo.

3 Penyusutan aktiva tetap merupakan penyesuaian nilai aktiva tetap sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaatan dari suatu aktiva tersebut. Kapasitas manfaat suatu aktiva tetap semakin lama semakin menurun karena digunakan dalam kegiatan operasi pemerintah dan sejalan dengan itu maka nilai Aktiva tetap juga semakin menurun. Tujuan dilakukan penyusutan pada dasarnnya adalah untuk menyesuaikan nilai Aktiva tetap untuk mencerminkan nilai wajarnya. Margono (213) juga mengungkapkan penyusutan Aktiva tetap ini memiliki tujuan antara lain menyajikan nilai aktiva tetap secara wajar sesuai dengan manfaat ekonomi aset dalam laporan keuangan pemerintah. Penyusutan Aset Tetap pemerintah dilakukan dengan tujuan untuk menyajikan nilai aset tetap secara wajar sesuai dengan manfaat ekonomi aset dalam laporan keuangan pemerintah pusat, mengetahui potensi BMN/D dengan memperkirakan sisa masa manfaat suatu BMN/D yang masih dapat diharapkan dapat diperoleh dalam beberapa tahun kedepan, memberikan bentuk pendekatan yang lebih sistematis dan logis dalam menganggarkan belanja pemeliharaan atau belanja modal untuk mengganti atau menambah aset tetap yang sudah dimiliki.. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa penyusutan dialakukan untuk memperoleh nilai wajar dari aktiva tetap t. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa ketentuan penyusutan telah dijelaskan dalam PSAP 7 pada Peraturan Pemerintah Nomor Dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti permasalahan yang menyangkut penyusutan aktiva tetap aktiva tetap pemerintah, dengan objek penelitian pada Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gorontalo, dengan mencoba membandingkan keadaan dilapangan dengan teori yang ada. Pada Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gorontalo maupun pada satuan kerja pemerintah daerah lainnya, Aset daerah merupakan salah satu faktor yang paling strategis dalam pengelolaan keuangan daerah. Nilai aktiva tetap daerah merupakan nilai yang paling besar dibandingkan dengan akun lain pada laporan keuangan. Keberadaan Aktiva tetap sangat mempengaruhi kelancaran roda pemerintahan dan pembangunan. Aktiva tetap tetap daerah memiliki fungsi yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan, tetapi dalam pelaksanaan pengelolaannya sering kali terdapat berbagai persoalan.

4 Sebagaimana permasalahan yang terjadi pada pemerintah Kabupaten Gorontalo, dalam siaran pers penyerahan LHP manajemen aset pemerintah Kabupaten Gorontalo, untuk tahun 211 laporan keuangan pemerintah Kabupaten Gorontalo mendapatkan Opini WDP (wajar dengan pengecualian), hal ini cenderung menurun dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya dimana LKPD pemerintah Kabupaten Gorontalo mendapatkan opini WTP (wajar tanpa pengecuwalian). Salah satu penyebab diberikannya opini WDP atas LKPD Kabupaten Gorontalo 211 ini disebabkan oleh pengelolaan aset daerah. Dalam LHP BPK terdapat beberapa temuan diantaranya Pemda kabupaten Gorontalo belum menatausahakan BMD atau aktiva tetap daerah secara memadai sesuai ketentuan yang berlaku. kurangya rekonsiliasi antara SKPD pada dinas pengelolaan pendapatan keuangan dan aset daerah (DPPKAD) dalam pencatatan aset serta kurangnya bukti kepemilikan serta perolehan aset tetap yang meyulitkan dalam hal penyusutan aset tetap. Adapun perkembangan aktiva tetap pada pemerintah Kabupaten Gorontalo selama 5 tahun adalah sebagai berikut: Tabel 1: Perkembangan Aktiva Tetap Pada Pemerintah Kabupaten Gorontalo TA Aktiva Tetap Tanah Peralatan , , , , ,6 Gedung , , ,4 Jalan Kontruksi Aset Tetap lainnya , , , , ,7 Sumber:Laporan keuangan Pemda Kabupaten Gorontalo Dari tabel tersebut dapat dilihat tanah untuk 4 tahun terakhir nilai aset tetap tanah cenderung tetap namun pada tahun 212 nilai tanah tersebut menurun, untuk peralatan terlihat peralatan pemerintah kabupaten Gorontalo mengalami kenaikan setiap tahunnya. Untuk aset tetap gedung selama lima tahun terakhir terjadi peningkatan nilai gedung. Namun berbeda dengan aset tetap kontruksi terlihat setiap tahunnya nilainnya semakin menurun sedangkan aset tetap lainnya untuk lima tahun terakhir nilainya cenderung meningkat. Menurut Mursyidi (29: 182) Aktiva tetap dilasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Dalam PSAP 7 (SAP 21: 171), Aktiva tetap di neraca diklasifikasikan menjadi enam akun sebagaimana dirinci dalam penjelasan berikut ini: 1. Tanah

5 Tanah yang dikelompokkan dalam Aktiva tetap adalah tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Tanah yang digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan tetap dicatat sebagai tanah yang terpisah dari Aktiva tetap yang dibangun di atas tanah tersebut. 2. Peralatan dan Mesin Peralatan dan mesin yang dikelompokkan dalam Aktiva tetap adalah peralatan dan mesin yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Aktiva tetap yang dapat diklasifikasikan dalam Peralatan dan Mesin ini mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat bengkel dan alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio, komunikasi, dan pemancar; alat kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat persenjataan; komputer; alat eksplorasi; alat pemboran; alat produksi, pengolahan, dan pemurnian; alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit peralatan proses produksi. 3. Gedung dan Bangunan Gedung dan bangunan yang dikelompokkan dalam Aktiva tetap adalah gedung dan bangunan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Termasuk dalam jenis gedung dan bangunan ini antara lain: bangunan gedung, monumen, bangunan menara, dan rambu-rambu 4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan Jalan, irigasi, dan jaringan yang dikelompokkan dalam Aktiva tetap adalah jalan, irigasi, dan jaringan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Contoh Aktiva tetap yang termasuk dalam klasifikasi ini mencakup antara lain: jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi, dan jaringan. 5. Konstruksi dalam Pengerjaan Konstruksi dalam pengerjaan mencakup Aktiva tetap yang sedang dalam proses pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya. 6. Aktiva tetap Lainnya Aktiva tetap lainnya mencakup Aktiva tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok Aktiva tetap di atas, tetapi memenuhi definisi Aset tetap/aktiva tetap. Aktiva tetap lainnya ini dapat meliputi koleksi perpustakaan/buku dan barang bercorak seni/budaya/olah raga. Berdasarkan penjelasan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis penyusutan aktiva tetap Pemerintah Pada Dinas

6 Pengelolaan Pedapatan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gorontalo.Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Fairoza Hilmah (213) dengan judul Analisis Pelaksanaan Penatausahaan Dan Akuntansi Aktiva tetap Pada DPKA Kota Padang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Penatausahaan aktiva tetap pada Pemerintah Kota Padang belum efektif dilaksanakan sesuai Permendagri No 17 27, tentang pedoman teknis pengelolaan barang milik daerah. Belum maksimalnya pelaksanaan penatausahaan di Pemerintah Kota Padang, disebabkan karena masih banyaknya kendala dalam penatausahaan tersebut, yaitu, keterbatasan data pendukung aktiva tetap dan keterbatasan sumber daya manusia. 2) Pelaksanaan akuntansi aset tetap, masih ada keterbatasan kemampuan pegawai yang melaksanakan proses akuntansi sehingga dalam pelaksanaan belum mengikuti peraturan yang berlaku yang telah ditetapkan peraturan dan perundang-undangan. Sedangkan penelitian yang di lakukan oleh Septiana (211) Analisis Akuntansi Aktiva tetap Pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bungo Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (Peraturan Pemerintah Nomor 24 25). Hasil kesimpulan penelitiannya bahwa akuntansi aktiva tetap pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bungo belum sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (Peraturan Pemerintah Nomor 24 25). Hal ini dibuktikan dengan adanya kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bungo yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap Laporan Keuangan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bungo baik pada periode berjalan maupun periode selanjutnya. Selanjutnya penelitian yang di lakukan oleh Yeni Saputri (213) dengan Judul Akuntansi Aktiva Tetap Pada Dinas Perhubungan Provinsi Sumatra Utara. Berdasakan hasil penelitiannya bahwa penerapan akuntansi akitva tetap pada Dinas Perhubungan Provinsi Sumatra Utara telah sesuai dengan standar akuntansi pemerintah. Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, dan beberapa penelitian terdahulu, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis penyusutan aktiva tetap Pemerintah Pada Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gorontalo.

7 METODE PENELITIAN Berdasarkan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini untuk mengalisis nilai wajar aktiva tetap pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gorontalo dilakukan dengan langkah-langkah sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Mursyidi (29) sebagai berikut: 1. Identifikasi akitva tetap yang dapat disusutkan Menurut Mursyidi (29: 215) adapun langkah-langkah yang harys dilakukan dalam identifikasi aset tetap adalah sebagai berikut: 1) Dapatkan aset tetap yang disajikan dalam neraca 2) Identifkasi apakah neraca menyajikan pos tanah dan kontruksi dalam pengerjaan 3) JIka neraca menyajikan pos tanah dan kontruksi dalam pengerjaan, keluarkan dari daftar aset yang akan disusutkan. 2. Penetapan nilai asset tetap yang dapat disusutkan Menurut Mursyidi (29: 217) oleh karena aset tetap milik pemerintah diperoleh bukan untuk tujuan dijual, melainkan untuk sepenuhnya digunakan sesuai tugas dan fungsi instansi pemerintah, maka nilai sisa aset tetap tidak diakui. Dengan demikian setiap nilai aset tetap baik yang bersifat individual maupun kelompok, langsung diakui sebagi nilai aset yang dapat disusutkan. 3. Penetapan metode penyusutaan Banyak metode penyusutan yang dapat digunakan. Sebenarnya entitas pelaporan diberi beberapa pilihan metode untuk penyusutan aset tetap. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) no 7 baik yang berbasis akrual (lampiran I PP 71/21) maupun PSAP no 7 berbasis Kas Menuju Akrual telah mengamanatkan kepada entitas pelaporan untuk menggunaka : (a) Metode garis lurus (straight line method); atau (b) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method) serta (c) Metode unit produksi (unit of production method), Untuk Pemerintah Pusat/daerah, sesuai dengan PMK 1/PMK.6/213 pasal 18 ayat 1, metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus. 4. Perhitungan dan pencatatan Penyusutan Menurut Mursyidi (29: 218) langkah-langkah perhitungan dan pencatatan penyusutan: 1) Hitung dan catat porsi penyusutan untuk tahun berjalan dengan menggunakan metode penyusutan yang telah ditetapkan, dalam hal ini adalah metode penyusutan dengan metode garis lurus dan Metode saldo menurun degan rumus sebagai berikut: a. Metode Garis Lurus Penyusutan per periode = Nilai yang dapat disusutkan Masa Manfaat b. Metode Saldo Menurun Penyusutan per Periode = (Nilai yang dapat disusutkan-akumulasi penyusutan periode sebelumya) x Tarif Penyusutan Tarif Penyusutan = 1 X 1% X 2

8 Masa Manfaat 2) Lakukan perhitungan dan pencatatan penyusutan aset tetap tersebut secara konsisten sampai pada akhir masa manfaat aset dengan mendebit akun diinvestasikan dalam aset tetap dan mengredit akun akumulasi penyusutan 3) Susun daftar penyusutan guna memasilitasi perhitungan penyusutan tahuntahun berikutnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis dengan menggunakan metode garis lurus dan saldo menurun diperoleh Dapat dilihat pada tabel berikut:

9 Tabel 2: Rekapitulasi Penyusutan Akitiva Tetap Pada DPPKAD Kabupaten Gorontalo. Nama Aset Masa Biaya penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Harga perolehan Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun Garis Lurus Saldo Menurun Garis Lurus Saldo Menu C (Komputer) , , 57.5, , 57.5, 1.15., , , 34.5, 57.5, 812., , , , 182.7, , 994.7, 57.5, 274.5, , 19.62, 1.15., , , , , , , , - - eja Biro , 2.4., 4.8., 2.4., 4.8., 21.6., 19.2., , 3.84., 4.8., 8.64., 19.2., , , 3.72., 7.2., , 16.8., , , , 9.6., , 14.4., , , , 12.., , 12.., , enderaan , , , , , , , , , , , , ,7 212

10 , , , , , , , , , , , , , , , , ,1 c Uni , 1.2., 2.4., 1.2., 2.4., 4.8., 3.6., , 1.44., 2.4., 3.84., 3.6., 2.16., , 864., 3.6., 4.74., 2.4., , , 518.4, 4.8., , 1.2., 777.6, , 777.6, 6.., 6.., - - edung , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ugu , , , , , , , 211

11 3.695., , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , aringan Distribusi egangan , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,8 aringan Distribusi ain-lain , 4.7., 9.4., 4.7., 9.4., 89.3., 84.6., , 8.46., 9.4., , 84.6., , , , 14.1., , 79.9., , , , 18.8., , 75.2., , , , 23.5., , 7.5., , uku Umum Lain- 8 21

12 ain , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,79

13 Hasil analisis yang dilakukan berdasarkan metode yang diterapkan yaitu dengan menggunakan metode angka tahun dan metode saldo menurun. Hasil analisis dengan menggunakan metode garis lurus dan angka tahun diperoleh bahwa: 1. Penyusutan PC (komputer) dengan metode Garis lurus, diperoleh penyusutan untuk PC tiap tahunnya adalah sebesar , dengan masa manfaat 5 tahun, nilai buku pada akhir tahun 214 adalah nihil (.). sedangkan dengan menggunakan saldo menurun nilai penyusutan aktiva tetap tiap tahunnya berbeda, tahun 214 nilih (.) hal ini dikarenakan masa manfaat PC 5 tahun sehingga pada akhir tahun ke-5 maka nilai PC akan nihil. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka jurnal untuk mencatat penyusutan tersebut adalah sebagai berikut: Jurnal Metode Garis Lurus Akumulasi Penyusutan- PC Akumulasi Penyusutan- PC Akumulasi Penyusutan- PC Akumulasi Penyusutan- PC Akumulasi Penyusutan- PC Jurnal Metode Saldo Menurun Akumulasi Penyusutan- PC Akumulasi Penyusutan- PC Akumulasi Penyusutan- PC Akumulasi Penyusutan- PC Akumulasi Penyusutan- PC Penyusutan Meja Biro dengan metode Garis lurus, diperoleh penyusutan untuk meja biro tiap t tahunnya adalah sebesar.2.4. dengan masa manfaat 1 tahun, nilai buku pada akhir tahun 214 nilai buku meja biro sebesar sedangkan dengan menggunakan saldo menurun nilai penyusutan aktiva tetap tiap tahunnya berbeda, tahun 214 nilai penyusutan diperoleh sebesar sedangkan nilai buku pada tahun 214 adalah Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka jurnal untuk mencatat penyusutan tersebut adalah sebagai berikut: Metode Garis Lurus

14 21 Akumulasi Penyusutan-meja biro 211 Akumulasi Penyusutan-meja biro 212 Akumulasi Penyusutan-meja biro 213 Akumulasi Penyusutan-meja biro 214 Akumulasi Penyusutan-meja biro Metode Saldo Menurun 21 Akumulasi Penyusutan-meja biro 211 Akumulasi Penyusutan-meja biro 212 Akumulasi Penyusutan-meja biro 213 Akumulasi Penyusutan-meja biro 214 Akumulasi Penyusutan-meja biro Penyusutan Kenderaan (Speda Motor) dengan metode Garis lurus, diperoleh penyusutan untuk Kenderaan (Speda Motor) tiap tahunnya adalah sebesar ,67 dengan masa manfaat 15 tahun, nilai buku pada akhir tahun 214 nilai buku Kenderaan (Speda Motor) sebesar ,67. Sedangkan dengan menggunakan saldo menurun nilai penyusutan aktiva tetap kenderaan (Speda Motor) tiap tahunnya berbeda, tahun 214 nilai penyusutan kenderaan diperoleh sebesar ,63 sedangkan nilai buku kenderaan pada akhir tahun 214 adalah ,12. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka jurnal untuk mencatat penyusutan tersebut adalah sebagai berikut: Metode Garis Lurus ,67 21 Akumulasi Penyusutan-kenderaan , , Akumulasi Penyusutan-kenderaan , , Akumulasi Penyusutan-kenderaan , , Akumulasi Penyusutan-kenderaan , , Akumulasi Penyusutan-kenderaan ,67

15 Metode Saldo Menurun ,33 21 Akumulasi Penyusutan-kenderaan , , Akumulasi Penyusutan-kenderaan , , Akumulasi Penyusutan-kenderaan , , Akumulasi Penyusutan-kenderaan , , Akumulasi Penyusutan-kenderaan ,63 4. Penyusutan Ac Unit dengan metode Garis lurus, diperoleh penyusutan untuk Ac Unit tiap tahunnya adalah sebesar.1.2. dengan masa manfaat 5 tahun, nilai buku pada akhir tahun 214 nilai buku Ac Unit adalah nihil (.). Dengan menggunakan saldo menurun nilai penyusutan aktiva tetap Ac Unit tiap tahunnya berbeda, tahun 214 nihil (.) karena masa manfaat ac unit hanya 5 tahun maka saldo pada akhir tahun ke-5 nihil. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka jurnal untuk mencatat penyusutan tersebut adalah sebagai berikut: Metode Garis Lurus Akumulasi Penyusutan-AC Unit Akumulasi Penyusutan-AC Unit Akumulasi Penyusutan-AC Unit Akumulasi Penyusutan-AC Unit Akumulasi Penyusutan-AC Unit Metode Saldo Menurun Akumulasi Penyusutan-AC Unit Akumulasi Penyusutan-AC Unit Akumulasi Penyusutan-AC Unit Akumulasi Penyusutan-AC Unit Akumulasi Penyusutan-AC Unit

16 5. Penyusutan Gedung dengan metode Garis lurus, diperoleh penyusutan untuk Gedung tiap tahunnya adalah sebesar dengan masa manfaat 2 tahun, nilai buku pada akhir tahun 214 nilai buku Gedung adalah sebesar ,8. Dengan menggunakan saldo menurun nilai penyusutan aktiva tetap Gedung tiap tahunnya berbeda, tahun ,92. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka jurnal untuk mencatat penyusutan tersebut adalah sebagai berikut: Metode Garis Lurus Akumulasi Penyusutan-Gedung Akumulasi Penyusutan-Gedung Akumulasi Penyusutan-Gedung Akumulasi Penyusutan-Gedung Akumulasi Penyusutan-Gedung Metose Saldo Menurun Akumulasi Penyusutan- 21 Gedung Akumulasi Penyusutan- Gedung Akumulasi Penyusutan- Gedung Akumulasi Penyusutan- Gedung Akumulasi Penyusutan- Gedung , , , , , , , ,66 6. Penyusutan Tugu dengan metode Garis lurus, diperoleh penyusutan untuk Tugu tiap tahunnya adalah sebesar dengan masa manfaat 2 tahun, nilai buku pada akhir tahun 214 nilai buku Tugu adalah sebesar Dengan menggunakan saldo menurun nilai penyusutan aktiva tetap Tugu tiap tahunnya berbeda, tahun 214 nilai penyusutan Tugu diperoleh sebesar sedangkan nilai buku Tugu pada akhir tahun 214

17 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka jurnal untuk mencatat penyusutan tersebut adalah sebagai berikut: Metode Garis Lurus Akumulasi Penyusutan-Tugu Akumulasi Penyusutan-Tugu Akumulasi Penyusutan-Tugu Akumulasi Penyusutan-Tugu Akumulasi Penyusutan-Tugu Metode Saldo Menurun 21 Akumulasi Penyusutan-Tugu 211 Akumulasi Penyusutan-Tugu 212 Akumulasi Penyusutan-Tugu 213 Akumulasi Penyusutan-Tugu 214 Akumulasi Penyusutan-Tugu Penyusutan Jaringan distribusi tegangan dengan metode Garis lurus, diperoleh penyusutan untuk Jaringan distribusi tegangan tiap tahunnya adalah sebesar dengan masa manfaat 2 tahun, nilai buku pada akhir tahun 214 nilai buku Jaringan distribusi tegangan adalah sebesar Dengan menggunakan saldo menurun nilai penyusutan aktiva tetap Jaringan distribusi tegangan tiap tahunnya berbeda, tahun 214 nilai penyusutan Jaringan distribusi tegangan diperoleh sebesar ,53 sedangkan nilai buku Jaringan distribusi tegangan pada akhir tahun ,8. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka jurnal untuk mencatat penyusutan tersebut adalah sebagai berikut: Metode Garis Lurus Akumulasi Penyusutan-Tegangan Akumulasi Penyusutan-Tegangan Akumulasi Penyusutan-Tegangan

18 Akumulasi Penyusutan-Tegangan Akumulasi Penyusutan-Tegangan Metode Saldo Menurun 21 Akumulasi Penyusutan-Tegangan 211 Akumulasi Penyusutan-Tegangan 212 Akumulasi Penyusutan-Tegangan 213 Akumulasi Penyusutan-Tegangan 214 Akumulasi Penyusutan-Tegangan , , , , , , , ,53 8. Penyusutan Jaringan distribusi lain-lain dengan metode Garis lurus, diperoleh penyusutan untuk Jaringan distribusi lain-lain tiap tahunnya adalah sebesar.4.7. dengan masa manfaat 2 tahun, nilai buku pada akhir tahun 214 nilai buku Jaringan distribusi lain-lain adalah sebesar Dengan menggunakan saldo menurun nilai penyusutan aktiva tetap Jaringan distribusi lain-lain tiap tahunnya berbeda, tahun 214 nilai penyusutan Jaringan distribusi lain-lain diperoleh sebesar sedangkan nilai buku Jaringan distribusi lain-lain pada akhir tahun Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka jurnal untuk mencatat penyusutan tersebut adalah sebagai berikut: Metode Garis Lurus Akumulasi Penyusutan-Jaringan Lain-ain Akumulasi Penyusutan-Jaringan Lainain Akumulasi Penyusutan-Jaringan Lainain Akumulasi Penyusutan-Jaringan Lainain

19 214 Akumulasi Penyusutan-Jaringan Lainain Metode Saldo Menurun Akumulasi Penyusutan-Jaringan Lain-ain Akumulasi Penyusutan-Jaringan Lainain Akumulasi Penyusutan-Jaringan Lainain Akumulasi Penyusutan-Jaringan Lainain Akumulasi Penyusutan-Jaringan Lainain Penyusutan Buku umum lain-lain dengan metode Garis lurus, diperoleh penyusutan untuk Buku umum lain-lain tiap tahunnya adalah sebesar ,5 dengan masa manfaat 8 tahun, nilai buku pada akhir tahun 214 nilai buku Buku umum lain-lain adalah sebesar ,5. Dengan menggunakan saldo menurun nilai penyusutan aktiva tetap Buku umum lain-lain tiap tahunnya berbeda, tahun 214 nilai penyusutan Buku umum lain-lain diperoleh sebesar ,26 sedangkan nilai buku Buku umum lain-lain pada akhir tahun ,79. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka jurnal untuk mencatat penyusutan tersebut adalah sebagai berikut: Metode Garis Lurus Akumulasi Penyusutan-Buku Umum Akumulasi Penyusutan-Buku Umum , , , ,5

20 Akumulasi Penyusutan-Buku Umum Akumulasi Penyusutan-Buku Umum Akumulasi Penyusutan-Buku Umum , , , , , ,5 Metode Saldo Menurun 21 Akumulasi Penyusutan-Buku Umum Akumulasi Penyusutan-Buku Umum Akumulasi Penyusutan-Buku Umum Akumulasi Penyusutan-Buku Umum Akumulasi Penyusutan-Buku Umum , , , , , , , ,2 6 Besarnya penyusutan setiap tahun dicatat dalam neraca dengan menambah nilai akumulasi penyusutan dan mengurangi ekuitas dana dalam akun diinventasikan dalam aset daerah. Neraca menyajiak akumulasi penyusutan sekaligus nilai perolehan aset tetap sehingga nilai buku astet tetap sebagai gambaran dari potensi manfaat yang masih dapat diharapkan dari aset yang bersangkutan dapat diketahui. Adapun nilai buku aset tetap pada tahun 214 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Nilai Buku Aset Tetap DPPKAD Kabupaten Gorontalo 214 dengan Metode Garis Lurus Akumulasi No Jenis Aktiva Biaya Penyusutan Nilai Buku Penyusutan 1 PC Komputer

21 253.75, , - 2 Meja Biro 2.4., 12.., 12.., 3 Kenderaan (12 Speda Motor) , ,67-4 Ac unit 1.2., 6.., - 5 Gedung , , ,8 6 Tugu/Tanda Batas , , , 7 Jaringan Distribusi Tegangan , , , 8 Jaringan Distribusi Lain-lain 4.7., 23.5., 7.5., 9 Buku umum Lain-Lain , , , , , ,3 Tabel 4. Nilai Buku Aset Tetap DPPKAD Kabupaten Gorontalo 214 dengan Metode Saldo Menurun Akumulasi No Jenis Aktiva Biaya Penyusutan Penyusutan Nilai Buku 1 PC Komputer , , - 2 Meja Biro , , , 3 Kenderaan (12 Speda Motor) , , ,12 4 Ac unit -

22 777.6, 6.., 5 Gedung , , ,92 6 Tugu/Tanda Batas , , , 7 Jaringan Distribusi Tegangan , , ,8 8 Jaringan Distribusi Lain-lain , , , 9 Buku umum Lain-Lain , , , , , ,63 Pada pemerintah kabupaten Gorontalo terlihat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dalam nerca nilai aset tetap pemerintah selalu mengalami peningkatan. Namun pemerintah Kabupaten Gorontalo belum menerapkan penyusutan atas aktiva tetap yang dimilikinya, hal ini sebagaimana terlihat dalam neraca pemerintah kabupaten Gorontalo tidak menyajikan berapa jumlah akumulasi penyusutan tiap tahunnya. Sebagaiman yang ditampilkan dalam ilustrasi neraca diatas terhiat ada perbedaan yang jelas antara aktiva tetap pemerintah daerah Kabupaten Gorontalo. Penyusutan Aset Tetap bukanlah hal yang sulit apabila pencatatan Aset Tetap telah dilakukan secara benar. Namun pada kenyataannya pencatatan Aset Tetap belum sesuai dengan yang diharapkan. Penyusutan Aset Tetap pemerintah masih membutuhkan kerja keras semua pihak dan dukungan dari para pejabat pengambil keputusan. Kebijakan-kebijakan pada tingkat pelaksanaan masih sangat dibutuhkan untuk penyamaan persepsi terkait dengan pengelolaan Aset Tetap. Disamping itu, juga diperlukan tenaga pengelola Aset Tetap yang kompeten dan berkomitmen dalam pengelolaan Aset Tetap pemerintah.

23 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa dapat disimpulkan bahwa hasil analisis penyusutan dengan metode garis lurus hasil akumulasi penyusutan pada Pemerintah Kabupaten Gorontalo semakin meningkat. Dengan melakukan penyusutan terlihat adanya perbedaan nilai buku ativa tetap pemerintah Kabupaten Gorontalo dengan nilai buku aktiva tetap pada saat dilakukan penyusutan. Dengan menggunakan metode garis lurus penyusutan aktiva tetap tiap tahunnya sama sedangkan pada metode saldo menurun tentunya tiap tahunnya penyusutan akan semakin menurun. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan bahwa Pemerintah Kabupaten Gorontalo belum melakukan penyusutan terhadap aktiva tetap miliknya. Hingga kedepannya diharapkan kepada pemerintah Kabupaten Gorontalo mulai melakukan penyusutan terhadap aktiva tetap sesuai kondisi yang ada. Dalam pelaksanaan penyusutan harus sesuai dengan standar akuntansi pemerintah yang telah ditetapkan, sehingga itu diperlukan peningkatan SDM yang paham akan pengelolaan aset tetap terutama menyangkut penyusutan aktiva tetap.

24 DAFTAR PUSTAKA Mursyidi. 29. Akuntansi Pemerintah Di Indonesia. Refika Aditama Bandung. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.7. PP. 71 tahun 21. tentang akuntansi Aset tetap/aktiva tetap SAP. 21. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Fokusmedia.Bandung. Septiana. Ali Analisis Akuntansi Aset Tetap Pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bungo Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (Peraturan Pemerintah Nomor 24 25). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. Sugiyono. 29. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. Sutaryo. 28. Manajemen Aset Daerah. Jurnal. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UNS. Yeni Saputri Akuntansi Aktiva Tetap Pada Dinas Perhubungan Provinsi Sumatra Utara. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Politeknik Medan.

BAB I PENDAHULUAN. Aset daerah atau aktiva merupakan sumberdaya penting bagi pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Aset daerah atau aktiva merupakan sumberdaya penting bagi pemerintah daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aset daerah atau aktiva merupakan sumberdaya penting bagi pemerintah daerah sebagai penopang utama pendapatan asli daerah. oleh karena itu, penting bagi pemerintah

Lebih terperinci

Sumber berita: Harian Siwalima, Komisi II Minta Setiap SKPD Miliki Data Aset, Selasa, 18 Juli 2017.

Sumber berita: Harian Siwalima, Komisi II Minta Setiap SKPD Miliki Data Aset, Selasa, 18 Juli 2017. KOMISI II MINTA SETIAP SKPD MILIKI DATA ASET https://dconsultingbusinessconsultant.com Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (D PRD) Kota Ambon meminta setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada

Lebih terperinci

: Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.

: Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. BULETIN TEKNIS NO. 05 AKUNTANSI PENYUSUTAN PENDAHULUAN Ketentuan PSAP No. 05: Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Paragraf 53: Aset tetap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Akuntansi Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Definisi Aset Tetap Aset tetap merupakan salah satu pos aset di neraca di samping aset lancar, investasi jangka panjang, dana

Lebih terperinci

PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH. Abstract

PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH. Abstract PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH Oleh Margono WIDYAISWARA PADA PUSDIKLAT KEKAYAAN NEGARA DAN PERIMBANGAN KEUANGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN Abstract Salah satu point

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Kota Padang belum efektif dilaksanakan sesuai Permendagri No 17 Tahun 2007.

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Kota Padang belum efektif dilaksanakan sesuai Permendagri No 17 Tahun 2007. BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Hilmah (2013) menganalisis pelaksanaan penatausahaan dan akuntansi aset tetap. Hasil penelitian ini menunjukan penatausahaan aset tetap

Lebih terperinci

-5- BAB VI MASA MANFAAT Pasal 12 (1) Penentuan Masa Manfaat Aset Tetap dilakukan dengan memperhatikan faktorfaktor

-5- BAB VI MASA MANFAAT Pasal 12 (1) Penentuan Masa Manfaat Aset Tetap dilakukan dengan memperhatikan faktorfaktor BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUTAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA ASET TETAP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai pada tahun 2003 dengan Undang-undang nomor 17 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai pada tahun 2003 dengan Undang-undang nomor 17 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dampak dari dikeluarkannya paket regulasi pengelolaan keuangan negara yang dimulai pada tahun 2003 dengan Undang-undang nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUTAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA ASET TETAP DI KABUPATEN BLORA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUTAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA ASET TETAP DI KABUPATEN BLORA BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUTAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA ASET TETAP DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipisahkan pada perusahaan Negara/perusahaan daerah. Pemerintah Daerah memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. yang dipisahkan pada perusahaan Negara/perusahaan daerah. Pemerintah Daerah memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 2 Undang Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. salah satu unsur keuangan Negara antara lain kekayaan Negara/kekayaan daerah berupa uang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Belanja Pemeliharaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Belanja Pemeliharaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Anggaran Pemeliharaan Menurut Halim (2012), anggaran merupakan artikulasi dari perumusan dan perencanaan strategis. Begitu juga dalam organisasi sektor

Lebih terperinci

53. Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang

53. Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang 0 0 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... BAB II ARTI PENTING PENYUSUTAN... BAB III PRASYARAT PENYUSUTAN... BAB IV PROSEDUR PENYUSUTAN DAN CONTOH JURNAL... A. Identifikasi Aset Tetap yang Dapat Disusutkan...

Lebih terperinci

III. KEBIJAKAN AKUNTANSI BMN

III. KEBIJAKAN AKUNTANSI BMN III. KEBIJAKAN AKUNTANSI BMN Pada dasarnya kebijakan akuntansi Barang Milik Negara (BMN) dan Pelaksanaan pelaporannya dilaksanakan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah dan Sistem Akuntansi Instansi,

Lebih terperinci

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD A. Kerangka Hukum Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur keuangan negara antara lain kekayaan negara/kekayaan daerah berupa uang, surat

BAB I PENDAHULUAN. unsur keuangan negara antara lain kekayaan negara/kekayaan daerah berupa uang, surat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 2 UU No. 17 tahun 23 tentang Keuangan negara, dan salah satu unsur keuangan negara antara lain kekayaan negara/kekayaan daerah berupa uang, surat berharga,

Lebih terperinci

PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH PUSAT

PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH PUSAT Buletin Teknis STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Nomor 01 05 PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH PUSAT AKUNTANSI PENYUSUTAN KOMITE OMITE STANDAR STANDAR AKUNTANSI AKUNTANSI PEMERINTAHAN BULETIN TEKNIS STANDAR

Lebih terperinci

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG Abstract Mulyati Setyaningsih, Adilistiono Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang The Objective of this

Lebih terperinci

BAB IX KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TETAP

BAB IX KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TETAP BAB IX KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TETAP A. UMUM 1. Definisi Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI ATAS BARANG MILIK NEGARA

BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI ATAS BARANG MILIK NEGARA 16 BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI ATAS BARANG MILIK NEGARA BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI ATAS BARANG MILIK NEGARA Bab ini membahas kebijakan akuntansi BMN dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP). Barang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 11

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 11 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 11 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA ASET TETAP UNTUK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI PENYUSUTAN B. DEFINISI

KEBIJAKAN AKUNTANSI PENYUSUTAN B. DEFINISI LAMPIRAN PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR : 25 TAHUN 2016 TANGGAL : 4 Maret 2016 TENTANG : PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN

Lebih terperinci

DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO

DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO Wiwin Indayani Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi Universitas Darul Ulum Jombang Jl. Gus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat umum (Ritonga, 2012:173). Aset tetap dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat umum (Ritonga, 2012:173). Aset tetap dapat diklasifikasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aset tetap pada hakikatnya diartikan sebagai aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan atau satu periode akuntansi untuk digunakan

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS PERUMAHAN, PENATAAN RUANG DAN KEBERSIHAN N E R A C A

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS PERUMAHAN, PENATAAN RUANG DAN KEBERSIHAN N E R A C A PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS PERUMAHAN, PENATAAN RUANG DAN KEBERSIHAN N E R A C A Per 31 Desember 2012 NERACA SETELAH KONVERSI U r a i a n Tahun 2012 Tahun 2011 ASET 77.177.924.972 68.097.261.998

Lebih terperinci

B A B III KEBIJAKAN AKUNTANSI BARANG MILIK NEGARA

B A B III KEBIJAKAN AKUNTANSI BARANG MILIK NEGARA B A B III KEBIJAKAN AKUNTANSI BARANG MILIK NEGARA Pada dasarnya kebijakan akuntansi Barang Milik Negara (BMN) dan Pelaksanaan pelaporannya dilaksanakan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah dan Sistem

Lebih terperinci

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun 1 2 IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN 2.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Dinas Komunikasi Dan Informatika adalah sebesar Rp5.996.443.797

Lebih terperinci

BAB X SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP DAN AMORTISASI ASET TIDAK BERWUJUD

BAB X SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP DAN AMORTISASI ASET TIDAK BERWUJUD BAB X SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP DAN AMORTISASI ASET TIDAK BERWUJUD A. UMUM 1. Definisi Menurut PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, penyusutan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 43 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 43 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 43 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN BARANG MILIK DAERAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTASI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah. Substansi & System Requirements SIMDA BMD.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah. Substansi & System Requirements SIMDA BMD. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah Substansi & System Requirements SIMDA BMD Page 1 KATA PENGANTAR... 3 BAB I PENDAHULUAN... 4 A. LATAR BELAKANG...

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG PEMBANTU PENGGUNA WILAYAH UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA BARANG WILAYAH PENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA BAGIAN ANGGARAN 005.03 SEMESTER II TAHUN2014

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN ASET TETAP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BLITAR PERIODE 2014 DAN 2015

ANALISIS PENILAIAN ASET TETAP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BLITAR PERIODE 2014 DAN 2015 ANALISIS PENILAIAN ASET TETAP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BLITAR PERIODE 2014 DAN 2015 Binti Muck Alimah Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya Malang binti.muck.alimah@gmail.com Mufarrohah Pendidikan

Lebih terperinci

TOTAL 15,551,141,698 6,325,867, ,829,000

TOTAL 15,551,141,698 6,325,867, ,829,000 NAMA UAKPB : 08.0.0.454 JANUARI 06 ASET TAK BERWUJUD TAHUN ANGGARAN 06 4 8 9 0 Tanggal : 06-0-0 Halaman : Kode Lap. : LBSTKT DESEMBER 06 65 SOFTWARE 86,45,96,980 9 6,05,08,4 68,89,000 0,,406,54 8.0.0 ASET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaran pemerintahan yang baik (good governance), salah. satunya termasuk negara Indonesia. Pemerintahan yang baik adalah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaran pemerintahan yang baik (good governance), salah. satunya termasuk negara Indonesia. Pemerintahan yang baik adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara harus memberlakukan prinsip tata kelola penyelenggaran pemerintahan yang baik (good governance), salah satunya termasuk negara Indonesia. Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak diberlakukannya otonomi daerah pemerintah diberikan kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintah. Perubahan pada sistem pemerintahan

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA BARAT

PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR : TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUTAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA ASET TETAP PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

BAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma baru pengelolaan barang milik negara/aset negara telah memunculkan optimisme baru dalam penataan dan pengelolaan aset negara. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 5.5 BADAN PERADILAN MILITER DAN TATA USAHA NEGARA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN MILITER UTAMA SEMESTER_I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 5.1 BADAN URUSAN ADMINISTRASI MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN MILITER UTAMA SEMESTER_I TAHUN_213 BAGIAN

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA WATAMPONE BAGIAN ANGGARAN 005.01 SEMESTER I TAHUN2016 I. Pendahuluan CATATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi Keuangan Pemerintahan sekarang memasuki Era Desentralisasi, maka pelaksanaan akuntansi pemerintahan itu ada di daerah-daerah (Provinsi ataupun Kabupaten),

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan 88 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1 Kesimpulan Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan Lampung dari laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan partisipan yang memperoleh

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.04 BADAN PERADILAN AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA WONOSARI SEMESTER_I TAHUN_2013

Lebih terperinci

PENGANTAR. PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN NERACA PER 31 Desember 2014 dan 2013

PENGANTAR. PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN NERACA PER 31 Desember 2014 dan 2013 PENGANTAR Dalam rangka memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan PP 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri 13 Tahun 2006 tentang

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2016 DAFTAR ISI Daftar Isi i Pernyataan Tanggung Jawab ii Ringkasan Eksekutif 5 A. Laporan

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN BADAN PERADILAN AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI

BAGIAN ANGGARAN BADAN PERADILAN AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI BAGIAN ANGGARAN 005.04 BADAN PERADILAN AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA BARANG WILAYAH PENGADILAN TINGGI AGAMA

Lebih terperinci

PENGELOLAAN ASET TETAP BERBASIS KOMPETENSI PADA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PENGELOLAAN ASET TETAP BERBASIS KOMPETENSI PADA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SEMARANG PENGELOLAAN ASET TETAP BERBASIS KOMPETENSI PADA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SEMARANG Amira Gahari, Susanto Diamandjojo Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof Sudarto,

Lebih terperinci

tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi

tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi KEBIJAKAN AKUNTANSI Definisi : Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Akuntansi Menurut Dwi (2012:4) Akuntansi adalah informasi yang menjelaskan kinerja keuangan entitas dalam suatu periode tertentu dan kondisi keuangan entitas pada

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.04 BADAN PERADILAN AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN 005.04.2900.440713.000-KD

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 14 AKUNTANSI ASET TETAP

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 14 AKUNTANSI ASET TETAP LAMPIRAN BXIV. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 14 AKUNTANSI ASET TETAP A. UMUM 1. Definisi Aset tetap adalah aset berwujud yang

Lebih terperinci

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Jenis Tahun 2014 Tahun 2013

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Jenis Tahun 2014 Tahun 2013 Kas di Bendahara Pengeluaran Rp237.135.737 C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA C.1. Aset Lancar C.1.1. Kas di Bendahara Pengeluaran Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2014 dan 31 Desember

Lebih terperinci

11/20/15. GAMBARAN UMUM ASET TETAP, SUBSTANSI & SYSREQ Aplikasi SIMDA BMD V GAMBARAN UMUM ASET TETAP

11/20/15. GAMBARAN UMUM ASET TETAP, SUBSTANSI & SYSREQ Aplikasi SIMDA BMD V GAMBARAN UMUM ASET TETAP GAMBARAN UMUM ASET TETAP, SUBSTANSI & SYSREQ Aplikasi SIMDA BMD V 2.0.7 GAMBARAN UMUM ASET TETAP 1 REFERENSI PERATURAN PP 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH PERMENDAGRI 64 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN POKOK

LAPORAN KEUANGAN POKOK LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. NERACA KOMPARATIF PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NERACA DAERAH PER 31 DESEMBER 2008 DAN 2007 (dalam rupiah) No Uraian 2008 2007 I ASET A. ASET LANCAR 1. Kas 26,237,044,323.93

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur Menurut Mulyadi (2016: 4), Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi keuangan negara pada tahap pertama telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menjelaskan bahwa laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.01 BADAN URUSAN ADMINISTRASI MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA BANTAENG SEMESTER_II TAHUN_2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, organisasi

Lebih terperinci

Laporan Barang Kuasa Pengguna Balai Besar Logam dan Mesin Tahun Anggaran 2017

Laporan Barang Kuasa Pengguna Balai Besar Logam dan Mesin Tahun Anggaran 2017 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN PERIODE TAHUN ANGGARAN 2017 I. PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM a) Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; b) Undang-Undang

Lebih terperinci

SISTEM PENCATATAN (Aplikasi Pembukuan pada DT II Kota/Kab.) Penyusunan Neraca Awal,

SISTEM PENCATATAN (Aplikasi Pembukuan pada DT II Kota/Kab.) Penyusunan Neraca Awal, SISTEM PENCATATAN (Aplikasi Pembukuan pada DT II Kota/Kab.) Penyusunan Neraca Awal, Penyusunan Neraca Awal. Neraca : Laporan yang menyajikan posisi keuangan pemerintah pada tanggal tertentu. Yang dimaksud

Lebih terperinci

Laporan Keuangan. Deskripsi Prosedur

Laporan Keuangan. Deskripsi Prosedur LAMPIRAN C.3 : PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR : 3 Tahun 2010 TANGGAL: 6 Januari 2010 Laporan Keuangan Deskripsi Prosedur Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance and clean government), maka penyelenggara pemerintahan wajib melaksanakan tugas dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PELAKSANAAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.06/2010 TENTANG PENGGOLONGAN DAN KODEFIKASI BARANG MILIK NEGARA PEDOMAN PELAKSANAAN PENGGOLONGAN DAN KODEFIKASI BARANG MILIK NEGARA BAB I PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.03 BADAN PERADILAN UMUM MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN NEGERI SIBOLGA SEMESTER_I TAHUN_2014 BAGIAN

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.04.2900.440713.000-KD BADAN URUSAN ADMINISTRASI MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN BMN PNUP

RINGKASAN LAPORAN BMN PNUP RINGKASAN LAPORAN BARANG MILIK NEGARA TAHUN ANGGARAN 2013 Laporan Barang Kuasa Pengguna ini adalah laporan Tahun Anggaran 2013. Laporan ini menyajikan informasi mutasi aset yang terjadi selama bulan Januari

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.04.2900.440713-KD BADAN PERADILAN AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN TINGGI AGAMA

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Kantor Pembinaan Akuntansi Instansi Jakarta semester I Tahun 2013 I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN KANTOR PEMBINAAN AKUNTANSI INSTANSI JAKARTA LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK PERIODE YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. - Dasar Hukum

I. PENDAHULUAN. - Dasar Hukum CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA PENGADILAN AGAMA BUOL PENGADILAN AGAMA BUOL PERIODE SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2014 I. PENDAHULUAN Dasar Hukum 1. UndangUndang

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.01 BADAN URUSAN ADMINISTRASI MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PENGADILAN AGAMA TANGERANG opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Beberapa hal yang diubah antara lain:

KATA PENGANTAR. Beberapa hal yang diubah antara lain: KATA PENGANTAR Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 00 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) mengamanatkan bahwa akuntansi pemerintahan berbasis akrual diterapkan paling lambat pada tahun anggaran 0.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kewajiban penyelenggaraan Pemerintahan Daerah telah diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah termasuk dalam hal pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.01 BADAN URUSAN ADMINISTRASI MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA TAKALAR SEMESTER I TAHUN_2014

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA TAHUN 2015

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA TAHUN 2015 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH TINGKAT SATUAN KERJA CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA TAHUN 2015 Nomor : LAP-33/PW11/1/2016 Tanggal : 1 Februari 2016 Jalan

Lebih terperinci

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 07 LAMPIRAN I.08 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TANGGAL

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 07 LAMPIRAN I.08 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TANGGAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TANGGAL TAHUN AKUNTANSI ASET TETAP Lampiran I.0 PSAP 0 (i) www.djpp.d DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan keuangan. Seiring berjalannya waktu, akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan keuangan. Seiring berjalannya waktu, akuntansi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan akuntansi pada pemerintahan sebelum dilakukan. reformasi pengelolaan keuangan negara, telah menerapkan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan akuntansi pada pemerintahan sebelum dilakukan. reformasi pengelolaan keuangan negara, telah menerapkan sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan akuntansi pada pemerintahan sebelum dilakukan reformasi pengelolaan keuangan negara, telah menerapkan sistem pencatatan single entry. Pada sistem pencatatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP, 2005), Anggaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP, 2005), Anggaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian APBD Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP, 2005), Anggaran Pendapatan dan Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.03 BADAN PERADILAN UMUM MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN NEGERI STABAT SEMESTER_I TAHUN_2014 BAGIAN

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 26 TAHUN 2015

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 26 TAHUN 2015 BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYUSUTAN ASET TETAP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Laporan Barang Kuasa Pengguna Balai Besar Keramik Semester I Tahun Anggaran 2016

Laporan Barang Kuasa Pengguna Balai Besar Keramik Semester I Tahun Anggaran 2016 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA SEMESTERAN PERIODE SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2016 I. PENDAHULUAN a) Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

Lebih terperinci

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 07

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 07 LAMPIRAN II.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 AKUNTANSI ASET TETAP LAMPIRAN II. 0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. tetap daerah Kotawaringin Barat antara lain sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. tetap daerah Kotawaringin Barat antara lain sebagai berikut. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memberikan kesimpulan sebagai berikut. 1. Kendala-kendala yang menghambat terlaksananya penerapan penyusutan aset

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.01 BADAN URUSAN ADMINISTRASI MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA BANTAENG SEMESTER I TAHUN_2014

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN 2014

LAPORAN KEUANGAN 2014 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN KEUANGAN 2014 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN ANGGARAN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (dalam rupiah) Uraian

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK TAHUN ANGGARAN 2016

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK TAHUN ANGGARAN 2016 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK TAHUN ANGGARAN 2016 I. PENDAHULUAN - Dasar Hukum a. Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; b. Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika BAB 2 LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Penggolongan dan Perolehan Aset Tetap 1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika suatu aset digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam reformasi dibidang keuangan negara, perubahan yang signifikan adalah perubahan di bidang akuntansi pemerintah yang transparan dan akuntabel menjadi

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber daya ekonomi yang cukup banyak dan beragam. Hal ini disebabkan karena Indonesia terdiri dari

Lebih terperinci

NERACA DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Per 31 Desember 2016

NERACA DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Per 31 Desember 2016 ASET ASET LANCAR URAIAN 1 (Dalam Rupiah) (Dalam Rupiah) 2 3 4 5 3 4 5 Kas Kas di Kas Daerah Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara BLUD Setara Kas (Deposito) Investasi

Lebih terperinci

NERACA SKPD DINPORA PROVINSI JAWA TENGAH Per 31 Desember 2016

NERACA SKPD DINPORA PROVINSI JAWA TENGAH Per 31 Desember 2016 NERACA SKPD DINPORA PROVINSI JAWA TENGAH Per 31 Desember 2016 1 ASET 2 ASET LANCAR 1 (Dalam Rupiah) (Dalam Rupiah) 2 3 4 5 3 4 5 3 Kas 4 Kas di Kas Daerah - - 5 Kas di Bendahara Pengeluaran - - - 6 Kas

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.01 BADAN URUSAN ADMINISTRASI MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA WONOSARI SEMESTER_I TAHUN_2013

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Fenomena hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap laporan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Fenomena hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap laporan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Fenomena hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap laporan keuangan pemerintah daerah yang memberikan predikat opini penilaian wajar, tidak wajar maupun tidak

Lebih terperinci