PENGARUH JENIS MATA POTONG TERHADAP HASIL PEMOTONGAN RUMPUT

Transkripsi

1 PENGARUH JENIS MATA POTONG TERHADAP HASIL PEMOTONGAN RUMPUT Prima Bhakti Sinambela, Nidia Yuniarsih, Ari Wibowo * Batam Polytechnics Mechanical Engineering study Program D lll Jl. Ahmad Yani, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia Prima_bhakti@yahoo.co.id Abstrak Mesin pemotong adalah mesin yang berfungsi untuk membantu memperlancar proses pemotongan. Dengan menggunakan mesin ini, pekerjaan akan menjadi lebih mudah dan cepat. Dalam penggunaan jenis mata potong, mesin pemotong modifikasi dorong yang telah dibuat, menggunakan 2 model mata potong. Dalam penelitian ini, mata potong yang digunakan sebagai alat pengujian adalah mata potong berbahan Plat ST 37 yang mana difungsikan untuk memotong pada kondisi lahan yang rata tanpa ada bebatuan. Kemudian untuk mata potong yang kedua merupakan mata potong jenis Senar nylon yang telah dimodifikasi menjadi 2 bagian yaitu dengan 2 dan 4 senar nylon yang difungsikan untuk memotong pada kondisi lahan yang rata serta penggunaannya bebas jika terdapat bebatuan krikil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil potongan dengan menggunakan mata potong yang berbeda. Hasil dari penelitian dengan menggunakan mata potong berbahan Plat ST 37 dan Senar Nylon pada 1 lahan yang sama menunjukkan bahwa dengan menggunakan mata potong Plat ST 37 menghasilkan rata-rata tinggi yaitu 3,84 cm dan mata potong Senar Nylon (2 senar) menghasilkan rata-rata tinggi yaitu 3,81 cm dan mata potong Senar Nylon (4 senar) menghasilkan rata-rata tinggi yaitu 3,86 cm. Kata kunci : Mesin pemotong, mata potong, modifikasi, ST 37, tali nylon Abstract Lawn mower is a machine that works to help expedite the process of cutting the grass. By using this machine, the job will become easier and faster. In the use of the type of eye-piece, push mower modifications have been made, using two pieces of the model's eyes. In this study, the eye-piece which is used as a testing tool is the eye-piece made Plat ST 37 which function to cut the grass on the flat land conditions with no rocks. Then to cut the second eye is the eye-piece type of nylon strings that have been modified into 2 parts with 2 and 4 nylon strings which enabled to cut the grass on the flat land conditions as well as free use if there is a gravel rocks. The purpose of this study was to determine the result of grass clippings with using different cut eye. Results from research using eye-piece plates made from ST 37 and Nylon strings on the same land 1 shows that by using the eye-piece plate ST 37 generates an average of 3.84 cm tall grasses and Nylon strings cut eye (2 strings) generates an average of 3.81 cm tall grasses and the eye piece Nylon strings (4 strings) generates an average of 3.86 cm tall grasses. Keyword : Mower, eye pieces, modification, ST 37, nylon rope 1. Pendahuluan Mesin pemotong adalah mesin yang berfungsi untuk membantu memperlancar proses pemotongan. Mesin pemotong memiliki kinerja dengan cara memotong yang semula berukuran panjang menjadi pendek serta menghasilkan bentuk yang rapi dalam proses pemotongan. Dalam proses pemotongan, terdapat bermacam cara yang digunakan tergantung pada kondisi lahan atau tempat yang akan dilakukan proses pemotongan. Dalam proses pemotongan, cara yang digunakan berupa pemotong

2 manual ( menggunakan gunting ), menggunakan mesin pemotong type gendong, dan mesin pemotong dorong. Dalam pengujian ini, mesin yang akan digunakan dalam proses pemotongan adalah mesin pemotong modifikasi dorong. Jika dibandingkan dengan cara yang lain ( manual dan gendong ), penggunaan mesin pemotong modifikasi dorong lebih mudah dioperasikan. Terlebih jika dibandingkan dengan proses pemotongan manual, tidak dapat memberikan hasil yang diinginkan [2]. Dalam penggunaan jenis mata potong, mesin pemotong modifikasi dorong menggunakan 2 model mata potong. Untuk penggunaan jenis mata potong berbahan Plat ST 37 dikhususkan pada lahan yang rata dan tanpa ada bebatuan. Kemudian untuk jenis Senar Nylon dikhususkan untuk lahan yang rata serta penggunaannya bebas jika terdapat bebatuan krikil. Para pekerja pemotong sangat terganggu sekali apabila kawasan atau daerah pemotongan banyak terdapat batu atau kerikil, sehingga akan menjadi salah satu masalah pada saat melakukan proses pemotongan [2]. Untuk pengaturan posisi tinggi serta rendahnya hasil potongan, terdapat komponen tambahan yaitu Dudukan Settingan Down Up Blade. Ini berfungsi sebagai penentuan ukuran suatu hasil potongan baik tinggi maupun pendeknya sesuai dengan keinginan dan juga menggunakan prinsip dorong sebagai proses pemotongan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil potongan berupa tinggi setelah dilakukan pemotongan dengan menggunakan mata potong berbahan Plat ST 37 dan Senar Nylon Kemudian peralatan yang akan dipakai dalam proses pengambilan data berupa meteran, dan stopwatch. Untuk media yang dibutuhkan dalam proses penelitian yaitu menggunakan mesin pemotong tipe rotari dengan mata potong berbahan Plat ST 37 dan Senar Nylon. Berikut adalah gambar jenis mata potong yang akan digunakan didalam proses pengujian. Gambar 1. Mata Potong (Plat Besi) ST 37 Gambar 2. Mata Potong Senar Nylon ( 2 Senar ) 2. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan didalam proses penelitian ini adalah metode eksperimental yaitu dengan membandingan hasil tinggi akhir dari proses pemotongan terhadap perbedaan jenis mata potong yang digunakan. Proses pengambilan data akan dilakukan pada area sekitar gedung Politeknik Negeri Batam dengan luas area yang sudah ditentukan. Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan adalah mesin potong dengan merek Tasko Tipe TK Gambar 3. Mata Potong Senar Nylon ( 4 Senar )

3 Berikut adalah spesifikasi jenis mata potong yang akan digunakan didalam proses pengujian. Tabel 1 Spesifikasi Mata Potong Jenis Plat ST 37 No Dimensi Jenis Mata Potong Plat ST 37 1 Panjang (mm) Lebar (mm) Tebal (mm) 9 Tabel 2. Spesifikasi Mata Potong Jenis Senar Nylon ( 2 & 4 Senar ) No Dimensi Jenis Mata Potong Senar Nylon 1 Panjang (mm) Tebal (mm) 9 Adapun langkah-langkah pengujian yang akan dilakukan sebagai berikut : A. Pengukuran luas lahan dengan menggunakan meteran. Pengukuran luas lahan dilakukan dengan terlebih dahulu menandai luas lahan dengan patok yang diikat dengan tali. Setelah penandaan luas lahan, kemudian mengukur panjang dan lebar lahan dengan meteran lalu diberi tali dan diikatkan dengan patok. Ukuran lahan yang akan digunakan yaitu dengan luas 2,5 m x 2 m dan pola pemotongan berupa zig-zag. B. Pengukuran tinggi awal (T0) dan tinggi setelah pemotongan (T1). Pengukuran tinggi awal (T0) dilakukan sebanyak 9 titik sembarang pada setiap lahan dan 9 titik sembarang pada tinggi akhir (T1) setelah dilakukan pemotongan. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan meteran sebagai alat untuk mengukur tinggi yang akan dilakukan penelitian. C. Penentuan batas ukuran yang akan. Pada tahap ini, yaitu dengan menentukan ukuran batas yang akan yaitu 4 cm. Penentuan ukuran ini dapat dilihat dari penggunaan Settingan Down Up Blade dengan batas maximal tinggi yaitu 4 cm dari permukaan tanah. D. Proses penelitian dan pengambilan data. a b Penelitian dilakukan dengan menggunakan mata potong standar (2 Mata Potong), kemudian dalam proses pengambilan data terdapat perubahan jumlah dimana mata potong Senar Nylon akan dibagi menjadi dua bagian yakni dengan menggunakan Senar Nylon 2 dan 4 senar. Dan untuk mata potong plat ST 37 tidak terdapat perubahan yang dilakukan. Selanjutnya untuk ukuran luas lahan akan dibagi lagi. Dimana untuk 1 lahan akan dibagi menjadi 3 bagian yang masing masing berukuran 2,5 m x 2 m. Ini lakukan untuk proses pengambilan data dengan menggunakan Plat ST 37, Senar Nylon ( 2 senar ). dan Senar Nylon ( 4 senar ). Gambar 4. Spesifikasi ukuran rangka a. pandangan atas, b. pandangan samping

4 Pengujian ini dilakukan pada daerah yang rata, data yang diperoleh adalah hasil akhir tinggi dalam proses pemotongan dengan luas area yang sudah ditentukan, kemudian dalam proses pengoperasian mesin pemotongan dilakukan dengan cara zig-zag dimana akan diperoleh hasil dari perbandingan penggunaan jenis mata potong yang berbeda. Dalam pengujian jenis mata potong dilakukan pada lahan yang terdapat alangalang ataupun liar. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut merupakan hasil pemotongan yang diperoleh dengan menggunakan mesin pemotong modifikasi dorong dan dengan menggunakan Plat ST 37, Senar Nylon ( 2 senar ) dan Senar Nylon ( 4 senar ). Tabel 4. Data hasil pemotongan dengan berbagai type mata potong. Titik Pengu kuran Data Hasil Proses Pemotongan Senar Nylon ( 2 Senar Nylon ( 4 senar ) senar ) ST 37 X X X X X X X X X Rata - rata Hasil pemotongan sebelum dan dengan menggunakan mata potong Plat ST 37 dan Senar Nylon ( 2 & 4 senar ) Tabel 3. Hasil proses pemotongan sebelum dan dengan menggunakan mata potong Plat ST 37 dan Senar Nylon ( 2 & 4 senar ) Gambar 5. Grafik Hasil Setelah Pemotongan Dari Tabel dan Gambar data diatas, dapat dilihat bahwa hasil dari proses pengujian penggunaan mata potong Plat ST 37, Senar Nylon ( 2 senar ) dan Senar Nylon ( 4 senar ). Berdasarkan pengukuran pada sembilan titik sembarang, hasil yang didapat adalah rata rata ukuran tinggi sebelum dilakukan pemotongan adalah 23,4 cm, sedangkan hasil yang didapat setelah dilakukan pemotongan dengan menggunakan mata potong Plat ST 37 adalah 3,84 cm dalam 1 lahan yang berukuran 2,5 m x 2 m. Kemudian untuk mata potong jenis Senar Nylon ( 2 senar ) hasil yang didapat adalah rata-rata ukuran tinggi sebelum dilakukan pemotongan adalah 21,3 cm, sedangkan hasil yang didapat setelah

5 dilakukan pemotongan dengan mata potong Senar Nylon ( 2 senar ) adalah 3,81 cm dalam 1 lahan yang berukuran 2,5 m x 2 m. Kemudian untuk mata potong jenis Senar Nylon ( 4 senar ) hasil yang didapat adalah rata-rata ukuran tinggi sebelum dilakukan pemotongan adalah 25 cm, sedangkan hasil yang didapat setelah dilakukan pemotongan dengan mata potong Senar Nylon ( 4 senar ), menghasilkan 3,86 cm dalam 1 lahan yang berukuran 2,5 m x 2 m. Dari hasil penelitian diatas, dimana terdapat perbedaan hasil akhir tinggi dari proses pemotongan. Perbedaan hasil potongan ini dikarenakan arah potong yang dihasilkan dari kedua jenis mata potong yang digunakan sebagai alat pengujian berbeda. Jenis mata potong yang berbahan Plat ST 37 memiliki struktur yang rata/datar serta kokoh memungkinkan pemotongan yang rata, kemudian untuk mata potong berbahan senar nylon memiliki struktur yang elastis memungkinkan arah potong bergerak keatas dan kebawah sehingga hasil dari potongan pun berbeda-beda. KESIMPULAN 1. Berdasarkan pengujian yang didapatkan dari segi hasil pemotongan, dengan menggunakan mata potong Plat ST 37 didapatkan hasil akhir tinggi yaitu 3,84 cm dalam enam kali putaran zig-zag. 2. Berdasarkan pengujian yang didapatkan dari segi hasil pemotongan, dengan menggunakan mata potong Senar Nylon (2 senar) didapatkan hasil akhir tinggi yaitu 3,81 cm dalam enam kali putaran zig-zag. 3. Berdasarkan pengujian yang didapatkan dari segi hasil pemotongan, mata potong Senar Nylon (4 senar) didapatkan hasil akhir tinggi yaitu 3,86 cm dalam enam kali putaran zig-zag. Daftar Pustaka [1]. Yuwansyah, Andry Jurnal Tugas Akhir Menganalisa Mata Pisau Dan Piringan Terhadap Hasil Pemotongan ( Singkong ). Politeknik Negeri Batam. [2]. Nofriady, H, dan Suryadi Jurnal Tugas Akhir Studi Penggunaan Kabel T Dan Senar Nilon Sebagai Mata Potong Alternatif Pada Mesin Pemotong. Institut Teknologi Padang. [3]. Rixon Jurnal Tugas Akhir Rancangan Bangun Dan uji kinerja Prototipe Mesin Pemotong Tipe Rotari. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [4]. Suastawa, I Nengah, dkk Jurnal Tugas Akhir Torsi pemotongan dan efek hembusan dari model pisau miring ( slanted blade ) untuk mesin pemotong tipe rotary. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.