TINJAUAN HUKUM TENTANG TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENGURUSAN JASA MUATAN PADA ANGKUTAN DARAT (Studi: CV KHARISMA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN HUKUM TENTANG TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENGURUSAN JASA MUATAN PADA ANGKUTAN DARAT (Studi: CV KHARISMA)"

Transkripsi

1 TINJAUAN HUKUM TENTANG TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENGURUSAN JASA MUATAN PADA ANGKUTAN DARAT (Studi: CV KHARISMA) SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat dalam mencapai Gelar Sarjana Hukum Oleh ILHAM ASPAN Bagian Hukum Keperdataan Program kekhususan Hukum Perdata Dagang FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM REGULER MANDIRI MEDAN 2009

2 TINJAUAN HUKUM TENTANG TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENGURUSAN JASA MUATAN PADA ANGKUTAN DARAT (Studi: CV Kharisma) SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan Memenuhi syarat-syarat dalam Mencapai Gelar Sarjana Hukum Diketahui Oleh: Ketua Departemen Hukum Keperdataan ( Prof. Dr. Tan Kamello, SH. MS ) Nip Pembimbing I Pembimbing II Hasim Purba, SH. M.Hum Zulfi Chairi, SH. M.Hum Nip Nip

3 KATA PENGANTAR Dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kemurahan dan ramatnya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat mengikuti perkuliahan dan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun guna melengakapi dan memenuhi tugas dan syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara, dimana hal tersebut merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang ingin menyelesaikan perkuliahannya. Adapun judul skripsi yang penulis kemukakan TINJAUAN HUKUM TENTANG TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENGURUSAN JASA MUATAN PADA ANGKUTAN DARAT (studi: CV Kharisma). Penulis telah mencurahkan segenap hati, pikiran dan kerja keras dalam penyusunan skripsi ini. Namun penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, baik isi maupun kalimatnya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan hukum dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH., M.H., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU Medan.

4 3. Bapak Syafrudin Hasibuan, SH., M.H., DFM., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU Medan. 4. Bapak Muhammad Husni, SH., MH., selaku Pembantu Dekan III dan sekaligus Dosen Wali Penulis, yang telah memberi banyak dorongan dan semngat selama penulis menjalankan studi dan untuk semua waktu yang diluangkan guna membantu segala masalah. 5. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH. MS, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara; 6. Bapak Hasim Purba, SH M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bantuan, bimbingan dan arahan-arahan kepada penulis pada saat penulisan skripsi ini; 7. Ibu Zulfi Chairi, SH M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bantuan, bimbingan dan arahanarahan kepada penulis pada saat penulisan skripsi ini; 8. Seluruh Dosen dan Staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara; 9. Bapak Mahdi, ST, selaku pimpinan CV KHARISMA yang telah memberi izin untuk melakukan riset penelitian dan memberikan data-data dalam melakukan penelitian untuk penyelesaian skripsi ini 10. Yang Teristimewa untuk orangtua ku yang tersayang, Almarhum H. Aspan dan Almarhumah Hj. Nazili yang telah mendedikasikan kasih sayang bimbingannya sejak saya kecil sampai ia meninggal dunia.

5 11. Buat Abang Henry Aspan, SE. M.A, dan kakak Mirayanti, ST, dan yang lain saudara-saudara ku yang tidak bisa disebut satu persatu, yang telah banyak membantu dan mendukung sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini; 12. Buat yang terspesialku Maharlika Nst SE.S yang telah mendukung dan mendorong disaat suka maupun duka yang kita lalui bersama. 13. Buat sahabat-sahabat ku Ramon, Andri, Akmad Mighdad, Igun, Hartanta yang telah banyak dukungan dan memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga kita ketemu di puncak sukses (mudah-mudahan persahabatan kita tetap berjalan terus ya,,,). 14. Buat teman-teman stambuk 04(PRM sampai reguler) khusus group A, senang bisa kenal kalian semua ( Velyn-virsa irma, Ilsa, Tantri, Herny, Ayu, Chairul, Darma, Raja, Agus, Deasy, Endane, Claudya, Siska) dan teman yg tidak bisa disebutkan satu persatu lagi. Semoga ALLAH SWT selalu memberikan kelimpahan kasih sayangnya dan KaruniaNYA agar dapat menjadi orang bermanfaat bagi Nusa dan Bangsa. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan siapa saja yang memerlukannya. Medan, Desember2009 Hormat saya Ilham Aspan

6 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... ABSTRAK... i iv vi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penulisan... 5 D. Tinjauan Kepustakaan... 6 E. Keaslian Penulisan... 8 F. Metode Penelitian... 8 G. Sistematika Penulisan... 9 BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PEMAKAI JASA MUATAN PADA ANGKUTAN DARAT. 12 A. Pengangkutan Dan Pengaturan Hukumnya B. Hak Perusahaan Dalam Pengangkutan Barang C. Pengertian Konsumen Dan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pemakai Jasa Muatan D. Bentuk Penyelesaian Sengketa Konsumen Pengguna Jasa CV KHARISMA... 25

7 BAB III TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PENGANGKUTAN BARANG A. Tanggung Jawab CV. KHARISMA Selaku Pengangkut Dalam Proses Pengangkutan Barang B. Pengaturan Prihal Ganti Rugi Yang Diberikan Pihak CV KHARISMA Dalam Perjanjian Pengangkutan Barang. 56 BAB IV BENTUK-BENTUK TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT 60 A. Landasan Hukum B. Bentuk Dan Besarnya Ganti Rugi C. Pengecualian Pertanggung Jawaban Pengangkut BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA 79

8 A B S T R A K Pada masa sekarang jasa transportasi banyak digunakan orang untuk mempelancar memajukan arus perdagangan di Indonesia. Dalam pengangkutan darat terdapat banyak hambatan maupun resiko yang dihadapi baik saat pemuatan barang, pengiriman barang, sampai pembongkaran barang di tempat tujuan. Peranan transportasi tersebut dapat juga dilihat dari segi kehidupan dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa angkutan. Adapun permasalahan yang dikemukakan adalah: bagaimana tanggung jawab hukum CV. Kharisma selaku pengangkut dalam menyelenggarakan pengangkutan barang terhadap konsumen dan bagaimana beentuk-bentuk pengecualian tanggung jawab pengangkut tersebut.untuk itu dipergunakan metode penelitian kepustakaan (library research) yakni melakukan pengumpulan data dari sumber bacaan baik literatur-literatur ilmiah, majalah maupun peraturan perundang-undangan dan penelitian lapangan (field research) yakni melakukan wawancara langsung ke obyek penelitian dan pengumpulan data-data yang berkaitan dengan penelitian. Dari permasalahan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa bentuk tanggungjawab CV Kharisma selaku pengangkut yakni bila barang-barang yang diangkutnya terjadi kerusakan atau musnah maka CV Kharisma akan memberikan ganti rugi berupa uang dan diberikan sebatas prosedur yang berlaku pada perusahaan pengangkutan yaitu sebesar sepuluh kali ongkos kirim dan pengaturan hukum pengecualian tanggungjawab pengangkut yaitu pengangkut bertanggungjawab tentang pelaksanaan barang yang diterima untuk dikirim samapai saat penyerahannya kepada penerima, pertanggungjawaban perusahaan pengangkutan adalah mengenai barang kiriman hilang atau rusak. Kecuali jika hilang atau rusaknya barang bukan karena kesalahan perusahaan pengangkutan atau kelalaian pegawainya serta sepanjang perusahaan pengangkutan masih mengadakan perjanian asuransi maka yang akan memberikan ganti rugi adalah PT A.K. JASA RAHARJA. Untuk itu disarankan agar dalam pelaksanaan pengangkutan barang antara pengangkutan dengan pengirim didasarkan pada perjanjian pengangkutan yang tertulis serta adanya pembatasan tanggungjawab dari pengangkut yang telah diatur dalam undang-undang dan peraturan yang dikeluarkan oleh perusahaan pengangkutan, tetapi tidak menjadi alasan bagi perusahaan pengangkutan untuk melepaskan tanggungjawab begitu saja kepada pengguna jasa angkutan yang dirugikan.

9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang Jasa Transportasi banyak digunakan orang untuk mempelancar memajukan arus perdagangan di Indonesia, dalam Pengangkutan Darat terdapat banyak hambatan maupun resiko yang dihadapi baik saat pemuatan barang, pengiriman barang, sampai pembongkaran barang di tempat tujuan. Peranan trasportasi dapat juga dilihat dari segi kehidupan dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa angkutan. Dengan menyadari pentingnya peranan transportasi, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam suatu sistem transportasi nasional secara terpadu dan mampu mewujudkan tersedianya jasa transportasi yang sesuai dengan tingkat kebutuhan lalu lintas dan pelayanan angkutan yang tertib, nyaman, cepat, teratur, lancar dan dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan kebijakan di bidang transportasi darat yaitu dengan dikeluarkannya UU No. 22/ 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Peraturan Pemerintah No. 41/ 1993 tentang Angkutan Jalan. Dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (yang selanjutnya disingkat dengan UULLAJ) mengatur asas dan tujuan pengangkutan. Lalu-lintas dan angkutan angkutan jalan diselenggarakan dengan memperhatikan: 1 a. Asas transparan; 1 Lihat Pasal 2 Undang-undang No 22 Tahun 2009

10 b. Asas akuntabel; c. Asas berkelanjutan; d. Asas partisipatif; e. Asas bermanfaat; f. Asas bermanfaat; g. Asas efisien dan efektif; h. Asas seimbang; i. Asas terpadu; dan j. Asas mandiri; Lalu-lintas dan angkutan jalan diselenggarakan dengan tujuan: 2 a. terwujudnya pelayanan lalu-lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancer dan terpadu, dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa, serta mampu mejunjung tinggi martabat bangsa; b. terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; c. terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum. Peranan transportasi sangat penting dalam penyelanggaraan pengangkutan barang, khususnya transportasi angkutan jalan raya (darat), peranan pengangkutan tersebut bersifat mutlak untuk mempelancar arus perdagangan. Dalam objek perjanjian pengangkutan itu dimulai pada saat diserahkannya barang tersebut 2 Pasal 3 Undang-undang No. 22 Tahun 2009

11 kepada pengangkut, maka penguasaan dan pengawasan atas barang tersebut ditanggung pengangkut. Namun dalam penyelenggaraan pengangkutan barang melalui darat atau kendaraan bermotor tidak selamanya didalam penyelenggaraan pengangkutan barang berjalan lancar, karena ada kalanya dalam penyelenggaraan pengangkutan barang ada hal tidak direncanakan atau ada resiko, seperti barang rusak, hilang, keterlambatan, ataupun terjadi keadaan memaksa (force majure) yang dapat membebaskan pengangkut dari tanggung jawab. Menurut UULLAJ No. 22 Tahun 2009, dalam Pasal 191 perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatakan oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakan dalam kegiatan pengangkutan, sedangkan dalam Pasal 234 ayat (1) pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan/ atau perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita penumpang dan/ atau pemilik barang dan/ atau pihak ketiga karena kelalaian pengemudi.. Bentuk perlindungan hukum bagi pemilik barang atau pihak ketiga akibat dari terjadinya resiko dalam perjanjian pengangkutan darat adalah memberikan ganti rugi yang diberikan oleh pengangkut. Dalam perjanjian pengangkutan tersebut bahwa pihak pengirim barang atau pihak ketiga disebut juga dengan konsumen, maka pihak pengirim barang atau pihak pihak ketiga berhak atas perlindungan hukum yaitu tentang perlindungan kosumen, di indonesia telah diatur mengenai peraturan perundangundangan yang memberikan perlindungan terhadap pengguna jasa dalam memanfaatkan atau memakai produk atau jasa dari produsen yaitu Undang-

12 undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-undang No 22 tahun 2009 tentang UULLAJ. Kepuasan akan pengguna jasa atau kosumen juga diukur dari ketaatan pelaku usaha angkutan darat dalam memenuhi kewajiban dan tanggung jawab didalam perjanjian pengangkutan barang apabila terjadi resiko-resiko dalam penyelenggaraan pengangkutan dengan mengganti rugi kepada pengguna jasa yang merasa haknya dilanggar sesuai dengan perjanjian dan peraturan Perundangundangan, dan sepanjang apabila kesalahan tersebut dari pihak pengangkut. Adapun penyusunan skripsi ini menitik beratkan pada pengangkutan barang melalui jalur darat yang dilaksanakan oleh CV KHARISMA, yang banyak digunakan masyarakat untuk mengangkut barang dagangannya ke daerah lain. Dalam pelaksanaan pengangkutan barang, hak dan kewajiban para pihak dapat dijumpai dalam perjanjian Pengangkutan dan harus dipenuhi oleh masing-masing pihak. B. Perumusan Masalah Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka penulis ingin lebih mengetahui tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan tinjauan yuridis mengenai peranan suatu perusahaan dalam pengangkutan barang (studi CV KHARISMA). Adapun rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tanggung jawab CV KHARISMA selaku pengangkut dalam menyelenggarakan pengangkutan barang?

13 2. Bagaimana Pengaturan Hukum terhadap pengecualian tanggung jawab pengangkut? C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah di ajukan maka tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui tanggung jawab hukum CV KHARISMA selaku pengangkut dalam menyelenggarakan pengangkutan barang terhadap konsumen. 2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pengecualian tanggung jawab pengangkut tersebut. Manfaat penulisan 1. Manfaat teoritis Melengkapi bahan-bahan yang akan diberikan dalam mata kuliah hukum, terutama dalam hukum penggankutan dan juga diharapkan akan bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang merasa tertarik dalam masalah yang akan dituliskan. 2. Manfaat Praktis Penulisan ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi hukum penggangkutan 3. Manfaat bagi masyarakat

14 Penulis mengharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada masyarakat mengenai bahwa adanya suatu hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan pengangkutan D. Tinjauan Kepustakan 1. Tentang pengangkutan Berbicara tentang pengangkutan, tentunya kita langsung terbayang adanya pengguna jasa angkutan tersebut yaitu penumpang dan pengirim barang, pengguna jasa ini juga disebut dengan kosumen. Kosumen adalah Tiap orang yang mendapatkan secara sah dan menggunakan barang atau jasa untuk kegunaan tertentu. 3 Peranan transportasi sangat penting dalam penyelanggaraan pengangkutan barang, khususnya transprtasi angkutan jalan raya(darat), peranan pengangkutan tersebut bersifat mutlak, untuk mempelancar arus perdagangan. Jadi pengertian Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikat diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ketempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikat diri untuk membayar uang angkutan. 4 Bagi Pengguna jasa pengangkutan atau Konsumen pemakai jasa angkutan haruslah adanya pelindungan hukum terhadap pengguna jasa tersebut, agar adanya penjaminan kepastian hukum terhadap pengguna jasa angkutan atau konsumen jasa angkutan, dimana yang telah diatur didalam Peraturan Perundang-Undangan. 3 AZ. Nasution, Kosumen dan Hukum, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), hal H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Hukum Pengangkutan, (Jakarta, Djambatan, 1991), hal. 2

15 Tentang Perlindungan Konsumen kita bisa melihat di dalam UU No 8 tahun tentang Perlindungan Konsumen, sedangkan pengaturan dalam perjanjian pengangkutan angkutan jalan raya diatur didalam UU No 22 tahun 2009 tentang UULLAJ. Maka pengguna jasa muatan atau Konsumen pemakai jasa muatan akan mendapat penjaminan kepastian hukum didalam perjanjian pengangkutan barang dimana para pihak wajib untuk memenuhi hak dan kewajiban, dimana pengangkut berkewajiban bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh kosumen pemakai jasa muatan. Adapun jenis-jenis pengangkutan darat yaitu: a. angkutan kereta api ( UU No 23 tahun 2007) b. angkutan jalan raya( UU No 22 tahun 2009) c. angkutan pos ( UU No 6 tahun 1984) Penulis lebih menitik beratkan tentang pengkutan darat melalui angkutan jalan raya. 2. Pengangkutan darat(angkutan jalan raya) Angkutan jalan raya adalah juga merupakan jenis pengangkutan darat, yaitu dengan kendaraan bermotor, angkutan ini berguna merupakan sarana jasa transportasi darat yang dapat menghubungkan dengan daerah-darah yang masih terpencil, pengangkutan. Dengan semakin akan pentingnya sarana tansportasi khususnya angkutan jalan raya, pemerintah melakukan kebijakan yang mengatur tentang angkutan jalan dengan dikeluarkannya peraturan tentang angkutan jalan raya yaitu UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Peraturan Pemerintah

16 No. 41 tahun 1993 tentang Angkutan Jalan. Dalam Pasal 2 dan Pasal 3 UULLAJ mengatur asas dan tujuan pengangkutan. Dengan adanya asas dan tujuan yang diatur dalam UU No 22 tahun 12009, maka perjanjian pengangkutan tersebut dapat berjalan dengan lancar untuk mengatur tentang luas dan batas akan tanggung jawab pengangkut. E. Keaslian Penulisan Skripsi ini berjudul : TINJAUAN HUKUM TERHADAP PERUSAHAAN PENGURUSAN JASA MUATAN PADA ANGKUTAN DARAT(studi CV KHARISMA) adalah benar hasil karya penulis sendiri, yang mana sumber diperoleh dari berbagai literatur yang ada ada dalam daftar pustaka skripsi ini, sepanjang pengetahuan penulis bahwa tidak ada judul dan tempat penelitian yang sama. F. Metode Penelitian Skripsi sebagai suatu karya ilmiah yang harus dijabarkan secara tegas dan jelas, oleh karena itu suatu metode dalam melakukan penelitian ilmiah mutlak diperlukan, karena metodologi pada hakekatnya memberikan pedoman, dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapi. Sehingga sebelum memulai penulisan di perlukan adanya penelitian. 5 Penelitian merupakan suatu sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu hukum, oleh karena itu penelitian bertujuan mengungkapkan kebenaran secara 5 Syamsul Arifin, Metode Penulisan karya Ilmiah, (Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat, 1992) hal. 14

17 sistematik, metodelogi dan konsisten dengan mengadakan analisa dalam penulisan skripsi ini. Dalam penelitian ini, penulis akan mengumpulkan data-data yang relevan dengan judul skripsi. Adapun cara atau metode yang dilakukan adalah: 1. Penelitian kepustakaan (Library Research) Dalam metode pengumpulan data melalui library reseach ini maka penulis melakukannya dari sumber bacaan yang berhubungan dengan judul pembahsan, baik dari literatur-literatur ilmiah, majalah maupun Peraturan Perundang- Undangan. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan ini penulis lakukan dengan mengunjungi langsung objek penelitian, dengan melakukan wawancara dan pengumpulan data-data yang berkaitan dengan penelitian. G. Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan terdiri dari lima bab, dimana masing-masing bab akan di uraikan mengenai pokok-pokok pentingnya saja, adapun uraian bab-bab tersebut adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini di uraiakan mengenai latar belakang dari penulisan skripsi ini, pokok permasalahan yang disampaikan yang berkaitan yang berkaitan dengan pengangkutan darat dalam penyelenggaraan pengangkutan barang, metode penelitian yaitu metode yang digunakan penulis untuk menyusun

18 penulisan ini, tujuan penelitian yang membahas mengenai tujuan yang hendak dicapai dalam melakukan penelitian dan manfaat yang hendak di capai dalam melakukan penelitian tersebut. Juga dibahas tinjauan pustaka yang menguraikan mengenai buku buku yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan penulisan ini. Dan terakhir di bahas mengenai sistematika pembahasan ini terbagi lima bab secara terperinci sehingga mudah dipahami. BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PEMAKAI JASA MUATAN PADA ANGKUTAN DARAT Dalam Bab ini penulis membahas mengenai penjelasan umum tentang pengangkutan dan pengaturan hukumnya, hak perusahaan dalam perjanjian pengangkutan barang, pengertian Konsumen dan perlindungan hukum terhadap Konsumen, dan bentuk penyelesaian sengketa Konsumen pada CV KHARISMA BAB III TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PENGANGKUTAN BARANG Pada bab ini penulis membahas tentang apa yang menjadi tanggung jawab pengangkut (CV KHARISMA), serta pengaturan tentang ganti rugi yang diberikan pihak pengangkut (CV KHARISMA).

19 BAB IV BENTUK-BENTUK TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT Pada bab ini membahas tentang apa yang menjadi landasan hukum tentang tanggung jawab pengangkut, bentuk dan besarnya ganti rugi yang diberikan oleh pengangkut, dan apa yang menjadi pengecualian pertanggung jawaban pengangkut. BAB V PENUTUP Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang ditarik berdasarkan apa yang telah dijabarkan di dalam Bab pembahasan. Kesimpulan ini kemudian diberikan saran yang dianggap dapat memberikan masukan-masukan, minimal untuk memperluas pengetahuan dan pemikiran.

20 BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PEMAKAI JASA MUATAN PADA ANGKUTAN DARAT A. Pengangkutan dan Peraturan Hukumnya Dalam buku III KUH Perdata berbagai bentuk perjanjian, dimana perjanjian tersebut memiliki nama tertentu seperti jual-beli, tukar-menukar, sewamenyewa, dan sebagainya.berhubung karena adanya asas kebebasan untuk melakukan perjanjian, asal tidak bertentangan dengan undang-udang, kesusilaan dan ketertiban umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1337 dan Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata, Didalam praktek banyak digolongkan perjanjian yang diluar Buku III KUH Perdata, termasuk salah satu bentuk perjanjian pengangkutan, tetapi perjanjian pengangkutan ini tetap tunduk dalam KUH Perdata, hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 1319 KUH Perdata baik mempunyai nama khusus maupun yang tidak bernama tunduk kepada KUH Perdata. Syarat sah perjanjian pengangkutan cukup memenuhi syarat sah perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Dalam pembentukan perjajian pengangkutan ini tidak harus tertulis tetapi cukup dengan lisan, asal ada persetujuan kehendak atau konsensus sesuai dengan asas konsesualitas dalam KUH Perdata. Dalam pengangkutan barang, maka terjadinya kesepakatan antara pengangkut dengan pengirim barang baik jenis, banyaknya barang serta ongkos kiri barang tersebut, maka saat itu perjanjian pengangkutan telah ada. Dalam perkembangan dan kemajuan akan lalu lintas perdagangan dewasa ini, serta hubungan dari suatu daerah kedaerah lain khususnya wilayah Indonesia, maka akan meningkatlah hasrat untuk hubungan dalam dunia perdagangan,

21 dengan akan meningkatnya akan hubungan dagang tersebut sangatlah memerlukan sarana pendukung untuk mempelancar akan hubungan dagang dengan menyediakan sarana angkutan darat atau pengangkutan yaitu seperti: truk, bus, dan lain-lain. Pengangkutan ini mempunyai peran penting dalam kontrak perdagangan, hal ini dapat menentukan maju atau mundurnya suatu tingkat ekonomi masyarakat atau daerah tersebut. Pengangkutan mutlak dilakukan dalam menjalankan dunia perdagangan, dan akan menaikan akan manfaat dan efisiensi akan barang, menambah lapangan kerja dan meningkatkan hubungan konsumen dan produsen. Kegiatan akan pengangkutan tersebut tidak bisa dipisahkan dalam menjalankan aktifitas perdangan Pengangkutan adalah sebuah perjanjian timbal balik, pada masa mana pihak pengangkut mengikat diri untuk menyelenggarakan barang dan/ orang ketempat tujuan, sedangkan pihak lainnya (pengirim-penerima; pengirim atau penerima; penumpang) berkeharusan untuk menunaikan pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut. 6 Kemudian istilah pengangkutan menurut Abdulkadir Muhammad adalah meliputi tiga dimensi pokok yaitu: pengangkutan sebagai usaha (business); pengangkutan sebagai perjanjian (agreement); dan pengankutan sebagai proses (process). 7 berikut: Pengangkutan sebagai usaha (Business) mempunyai ciri-ciri sebagai a) Berdasarkan perjanjian. b) Kegiatan ekonomi dibidang jasa. 6 Sution Usman Adji, dkk, Hukum Pengangkutan Di Indonesia, (Jakarta, Rineka Cipta, 1990), Hal. 6 7 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 1998), hal

22 c) Berbentuk perusahaan. d) Menggunakan alat pengangkutan mekanik. Pengangkutan sebagai proses (process) yaitu: serangkaian perbuatan mulai dari pemuatan ke dalam alat angkut, kemudian dibawa menuju ke tempat ditentukan, dan pembongkaranatau penurunan ditempat tujuan. Sedangkan pengangkutan sebagai perjanjian (agreement), pada umumnya bersifat lisan tetapi selalu didukung oleh dokumen pengangkutan. Kemudian Abdulkadir Muhammad mengatakan menglafikasikan asas-asas pengangkutan yang merupakan landasan filosofis menjadi dua, yaitu: 8 a) Asas yang bersifat publik; b) Asas yang bersifat perdata; Asas yang bersifat publik merupakan landasan hukum pengangkutan yang berlaku bagi semua pihak yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan, pihak ketiga yang berkepentingan dengan pengangkutan dan pihak pemerintah (penguasa), sedangkan asas yang bersifat perdata yaitu merupakan landasan hukum pengangkutan yang bersifat perdata yang berlaku dan berguna bagi pihak kedua belah pihak dalam pengangkutan niaga, yaitu pengangkut, dan penumpang atau pengirim barang. Fungsi akan Pengangkutan tersebut lebih lanjut HMN Purwosudjipto mengatakan: Memindahkan barang atau orang dari satu tempat ketempat lain dengan maksud untuk meningkatkan guna dan nilai. Yang menjadi dasar sasaran dan fungsi dari pengangkutan adalah dengan dilakukannya pengangkutan itu maka barang yang diangkut itu akan meningkat 9 8 Ibid, hal H.M.N Purwosutjipto, Op Cit, hal. 1

23 daya guna dan nilai ekonomis dari barang tersebut, sedangkan bagi penumpang kegiatan pengangkutan tersebut mempunyai fungsi bukan hanya dari kegiatan perdagangan saja, tetapi juga kebutuhan dan kegiatan masyarakat tersebut. Dengan melihat dari dasar sasaran dan fungsi pengangkutan, Soegijatna Tjakranegara mengatakan bahwa danya jasa diproduksi yang diperlukan masyarakat, maka akan memenuhi kepentingan pokok menimbulkan Please Utility dan Time Utility yang sangat bermanfaat. 10 a. Please Utility Menimbulkan nilai dari suatu barang tetrtentu karena dapat dipindahkan, dari tempat dimana barang yang berkelebihan kurang diperlukan di tempat lain karena langka. Dalam perkataan lain, bahwa di daerah dimana barang itu dihasilkan dalam jumlah berkelebihan nilainya akan turun. Tetapi dengan dipindahkan, dikirim barang terse but kedaerah lain maka harga kebutuhan dapat disamaratakan. b. Time Utility Menimbulkan sebab karena barang-barang dapat diangkut atau dikirim dari suatu tempat ketempat lain atau barang yang sangat dibutuhkan menurut waktu dan kebutuhan. Dalam pengangkutan kita bisa melihat siapa saja yang menjadi pihak yang terkait dalam perjanjian pengangkutan, menurut Hasim Purba dalam perjanjian pengangkutan barang pihak yang terkait terdiri dari: 1) Pihak pengangkut (penyedia jasa angkutan), yakni pihak yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan Soegijatna Tjakranegara, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, (Jakarta, Rineka Cipta,, 1995), hal Hasim Purba, Hukum Pengangkutan Di Laut, Perspektif Teori dan Praktek, (Medan, Pustaka Bangsa Press, 2005), hal. 3

24 berhak atas penerimaan tarif angkutan sesuai yang telah diperjanjikan 2) Pihak pengguna barang (pengguna jasa angkutan) yakni pihak yang berkewajiban untuk membayar kewajiban tarif angkutan sesuai yang telah disepakati dan berhak memperoleh pelayanan jasa angkutan atas barang dikirimnya 3) Pihak penerima barang (pengguna jasa angkutan) yakni sama dengan pihak pengrim barang dalam hal ini penerima dan pengirim adalah merupakan subjek berbeda. Namun ada kalanya pihak pengirim barang juga sebagai pihak penerima barang yang diangkut ketempat tujuan. Sedangkan dalam hal penumpang, maka pihak yang terkait adalah: 1) Pihak pengangkut (penyedia jasa angkutan) yakni pihak yang berkewajiban memberikan jasa pelayanan jasa angkutan penumpang dan berhak atas penerima pembayaran tarif (ongkos) angkutan sesuai yang ditetapkan. 2) Pihak penumpang (pengguna jasa angkutan) yakni pihak yang berhak mendapatkan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos) angkutan sesuai yang ditetapkan. Dalam peningkatan permintaan jasa angkutan oleh masyarakat harus diimbangi dengan sistem penyelenggaraan angkutan yang dapat memnuhi kebutuhan masyarakat secara terpadu. Adapun jenis-jenis pengangkutan dalam pengangkutan barang maupun penumpang yakni: 1. Pengangkutan Darat Pengangkutan darat dapat dilakukan dengan beberapa jenis yaitu dengan kendaraan bermotor di jalan raya maupun kereta api. Adapun yang dapat diangkut melalui angkutan darat adalah barang dan orang, sedangkan sifatnya dari pengangkutan darat itu sendiri adalah fleksibel, luwes dan praktis serta tidak banyak formalitasnya. Peraturan pengangkutan barang secara umum melalui darat ada diatur dalam buku I bab ke-5 bagian ke-3 KUH Dagang, mengatur secara umum tentang pengangkutan barang saja yang menegaskan tentang pengangkutan yang melalui

25 darat dan nahkoda-nahkoda yang melayari sungai-sungai di pedalaman termasuk terusan dan danau. Adapun peraturan-peraturan yang mengatur tentang pengangkutan melalui darat, antara lain: 1. Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tenatang lalu lintas dan angkutan jalan. Undang tersebut dilengkapi dengan beberapa peraturan pelaksana: a. Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan Umum; b. Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan dan Kendaraan bermotor di jalan; c. Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu lintas jalan; d. Peraturan Pemerintah No 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Bermotor 2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yaitu Buku I, Bab V, babagian 2 dan 3. dari Pasal 90 sampai Pasal 98, peraturan ini mengatur tentang pengangkutan barang 3. Undang-Undang No 6 Tahun 1984 tentang Pos, Undang-Undang No 13 Tahun 1969 tentang konstitusi perhimpunan pos sedunia, Undang- Undang No 5 Tahun 1964 tentang telekomunikasi,peraturan Pemerintah No 35 Tahun 1965, Undang-Undang No 10 Tahun 1969 tentang Konvensi International Telecomunication Union Di Montreux Undang-Undang No 13 Tahun 1992 tentang Perkereta Apian

26 2. Pengangkutan Udara Pengangkutan udara merupakan sarana transportasi yang mengangkut barang dan penumpang melalui lalu lintas udara, yang melintasi batas wilayah peraturan maupun negara. Pengangkutan udara ini dengan menggunakan pesawat udara atau pesawat terbang. Peraturan pokok yang mengatur tentang pengangkutan udara di Indonesia adalah Ordonansi Pengangkutan Udara(luchtvervoer Ordonantie Stb ) atu disingkat dengan OPU, OPU ini dibuat sesuai dengan perjanjian Intenasional di Warsawa tanggal 12 Oktober 1929, akan tetapi ketentuan OPU ini tidak semua pengangkutan udara ini tunduk pada OPU ini. 12 Tanggung jawab pengangkut udara pada umumnya dikenal dengan 2 macam jenis, Yaitu: Presumtion of liabilty 2. Limitation of liability Pertanggung jawaban pengangkutan penumpang dan barang bawaan berlaku Presumtion of Liability, sedangkan mengenai bagage ditempatkan pada Limitation of Liability. Dalam pengangkutan udara kita harus memiliki surat/dokumen pengangkutan udar, yaitu: tiket penumpang, tiket bagasi dan surat muatan, hal ini diatur didalam OPU, dalam hal ini surat/dokumen harus dimiliki oleh pemakai pengangkutan udara ini karena surat/dokumen sebagai bukti bahwa barang tersebut adalah miliknya agar dia dapat mengajukan klaim kepada pihak 12 Lihat Pasal 2 OPU 13 Soegjatna Tjakranegara, Op Cit, hal. 103

27 pengangkut apabila adanya kesalahan terhadap pengangkut yang tunduk terhadap perjanjian OPU. Adapun peraturan-peraturan yang mengatur tentang pengangkutan udara adalah: 1. Undang-Undang No. 1 Tahun Luchtvervoer Ordonantie (Stb ), tentang Ordonansi Pengangkutan Udara. 3. Luuchtversverkeersverrodening (Stb ), yang mengatur tentang lalu lintas udara, misalnya: pnerangan, tanda dan isyarat yang harus digunakan dalam penerbangan. 4. Luchtvaartquarantie Ordonantie (Stb , Jo Stb ) yang mengatur tentang persoalan-persoalan pencegahan disebarkan penyakit oleh penumpang pesawat terbang. 5. Verodening Toezicht Luchtvaart (Stb ) tentang pengawasan penerbangan. 3. Pengangkutan Laut Pengangkutan laut ini sama halnya dengan pengangkutan udara yang dapat melintasi lintas batasa negara, tetapi peruntukannya lebih luas, seperti eksporimpor minyak, Hukum Laut itu mempunyai banyak Facet dan bidang yang beraneka warna, tidak hanya dalam hubungan nasional, tetapi juga dalam hubungan Internasional Sution Usman Adji, Op Cit, Hal. 215

28 Karena Laut adalah merupakan sebagian dari isi dari permukaan bumi dan penuh risiko ketidakpastian maka sifat hukum laut adalah sebagai pelengkap, kalau sesuatu yang semula dapat diatur, maka ketentuan-ketentuan yang sifatnya mutlak, yang artinya ketentuan tersebut tidak dapat dikesampingkan. 15 Dalam pengangkutan di laut ini kita akan menggunakan Kapal, dengan ini kita harus mengetahui apa yang menjadi pengertian kapal tersebut. Dalam Pasal 309 ayat (1) KUH Dagang, kapal adalah semua perahu dengan nama apapun, dan dari macam apapun juga, ayat (2) segala yang diaggapi meliputi segala alat perlengkapannya.sedangkan Pasal 310, kapal laut adalah kapal yang dipaakai untuk pelayaran laut atau yang diperuntukan untuk itu. Adapun peraturan peraturan yang mengatur tentang pengangkutan laut ini adalah: 1. Undang-Undang No 17 Tahun tentang pelayaran. 2. KUH Dagang buku II bab V tentang charter kapal. 3. KUH Dagang buku II bab VA tentang pengangkutan barang. 4. KUH Dagang buku II bab VB tentang pengangkutan orang. 4. Perairan Darat Dalam keputusan menteri Perhubungan tanggal 15 april tahun 1970, No SK 117/m/70, istilah peraiaran darat ini adalah perairan pedalaman, dalam pasal1 a berbunyi, perairan darat adalah semua perairan didaerah daratan seperti,, terusan-tersuan, sungai, danau, dan lain-lain. Peraturan-peraturan yang mengatur mengenai perairan darat, yaitu: 15 Ibid, hal. 216

29 1. SK. Menhub tanggal 15 April 1970 No SK 117/m/70 tentang Penggunann Pedalaman Untuk Angkutan Umum dan Angkutan Barang Khusus. 2. KUH Dagang buku I, bab V, bagian III, pasal 91 sampai pasal KUH Dagang buku II, bab XIII, pasal 748 sampai pasal 754 mengenai kapal-kapal yang melalui perairan darat. 4. Binnenaanvaringsreglement (Stb ) tentang tubrukan kapal di sungai. B. Hak perusahaan dalam pengangkutan barang Dalam hal pengangkutan barang, tidak semua hal atas masalah dalam pengangkutan barang perusahaan wajib mengganti rugi, karena masalah atas kerugian yang diderita oleh pihak pengrim barang/ pihak ketiga, apabila kerugian yang diderita oleh pengirim barang harus membuktikan kesalahan tersebut adalah kesalahan pengangkut itu sendiri.pengangkut bebas bertanggung jawab atas kesalahan apabila terjadi keadaan memaksa (force majure), keslahan dari pengirim itu sendiri dan sifat dari barang itu sendiri. Dalam perjanjian pengangkutan barang, pengangkut bertanggung jawab atas barang yang diangkut berdasarkan perjanjian yang telah disepakati, dari perjanjian pengangkutan barang tersebut pengangkut tidak hanya berkewajiban melaksanakan perjanjian tersebut tetapi juga pengangkut berhak atas haknya atas pengangkutan barang. Hak perusahaan pengangkutan CV Kharisma, berhak atas menerima uang/ ongkos pengiriman barang, dan juga berhak menolak atas barang-barang yang berbahaya atau barang-barang yang ilegal atau bentuk dan sifat barang tersebut.

30 C. Pengertian Konsumen dan perlindungan hukum terhadap Konsumen pemakai jasa muatan 1. Pengertian Konsumen Konsumen berarti pemakai jasa atau produk produsen, mengenai kosumen ini dalam KUH Dagang dan KUH Perdata terdapat beberapa istilah tentang konsumen tersebut, kosumen itu juga terdapat pada pelaku usaha dan bisa pada sisi lainnya, istilah dari kosumen dari KUH Perdata tersebut anatar lain, pembeli, penyewa, dan sebagainya, didalam KUH Dagang istilh kosumen ini adalah, Penumpang, pengirim barang, dan sebagainy, namun dari pengertian konsumen dalam KUH Perdata dan KUH Dagang tersebut tidak mengatur batasan khususntentang konsumen. Konsumen sebagai peng-indonesia dari istilah asing, Inggris consumer, Belanda consument, secara harafiah diartkan sebagai orang atau perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu :atau sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang. 16 Konsumen adalah stiap orang memakai jasa barang dan/ jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makluk hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan. 17 Sedangkan Menurut AZ Nasution pengertian kosumen adalah Tiap orang yang mendapatkan secara sah dan menggunakan barang atau jasa untuk suatu kegunaan tertentu Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen, Kajian teoretis dan perkembangan pemikiran,( Bajanrmasin, FH Unlam Press, 2008), hal Lihat Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No. 8 Tahun AZ Nasution, Loc Cit, Hal. 69

31 Setiap orang sebagaimana yang dimaksud diatas adalah orang alamiah maupun yang diciptakan oleh hukum (badan hukum), perkataan mendapat disini dimaksud memperoleh barang atau jasa itu oleh konsumen (transakasi konsumen) bukan saja berdasarkan suatu hukum (sewa- menyewa, jual beli, pemakai jasa angkuatan) tetapi juga karena pemberian hadiah, baik berkaitan dengan hubungan kormesil maupun non komersil. Dalam mengatur kepentingan konsumen dengan produsen/ pelaku usaha, yaitu dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1999 telah mengatur hak dan kewajiban konsumen, hak konsumen adalah: a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamtan dalam mengkonsumsi barang dan/ jasa; b. Hak untuk memilih barang dan/ jasa serta mendapatkan dan kondisi serta jaminan yang dijanjikam; c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai barang/ jasa yang digunakan; d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/ jasa yang digunakan; e. Hak untuk mendapatkan Advokasi perlindungan konsumen secara patut; f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen; g. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur dan tidak diskrimatif; h. Hak untuk mendapatkan konpensasi, ganti rugi dan/ jasa atau penggantian, apabila barang dan/ jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau yang sebagaimana mestinya;

32 i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan atau tidak sebagaiman mestinya. Dan kewajiban konsumen adalah: a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/ jasa, demi keamanan dan keselamatan; b. Beritikad baik dalam melakukan transakasi pembelian barang dan/ jasa: c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. 2. Perlindungan hukum terhadap konsumen pemakai jasa muatan Untuk mengetahui atau apa yang menjadi perlindungan hukum terhadap konsumen pemakai jasa muatan, terlebih dahulu kita harus mengetahui pengertian tentang perlindungan konsumen. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya epastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada kosumen. 19, berbicara dengan perlindungan terhadap kosumen berarti kita berbicara tentang salah satu sisi sektor perekonomian dan etika yang merupakan faktor yuridis untuk menjamin agar transfomasi etika dalam perekonomian tersebut tetap terpelihara. Sedangakan menurut AZ Nasution perlindungan konsumen adalah Kesuluruhan asas-asas dan kaedah-kaedah yang mengatur hubungan dan masalah antar berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang atau jasa konsumen didalam pergaulan. 20 Adapun perlindungan hukum terhadap konsumen pemakai jasa muatan adalah pengganti rugian atau pengangkut bertanggung jawab atas barang-barnag 19 Lihat pasal 1 ayat1 Undang-Undang No. 8 Tahun AZ Nasution,Op Cit, hal. 66

33 yang diangkutnya selama kesalahan itu dapat dibuktikan, sebagaiman disebutkann dalam pasal 468 KUHD yang berbunyi, Ia bertanggung jawab atas perbuatan mereka, yang dipekerjakan dan untuk segala benda yang dipakainya dalam menyelenggarakan pengangkutan tersebut. Pengaturan tentang tanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh konsumen pemakai jasa muatan terdapat dalampasal 91 KUH Dagang, pasal 45 Undang-Undang No 14 Tahun 1992, dan pasal 1236 KUH Perdata, akan tetapi tanggung jawab tersebut dapat ditiadakan apabila kerugian tersebut timbul akibat cacat barang itu sendiri atau kesalahan dan kealpaan pengirim, dan keadaan memaksa sebagaimana disebut dalam pasal 91 KUHD. D. Bentuk penyelesaian sengketa konsumen pengguna jasa CV. Kharisma Undang-Undang Sengketa Konsumen tidak memberi batasan apa yang dimaksud dengan sengketa konsumen. Kata-kata sengketan konsumen banyak dijumpai pada beberapa bagian Undang-Undang perlindungan Konsumen 21, yaitu: 1. Penyebutan sengketa konsumen sebagai bagian dari sebutan institusinadministrasi negara yang mempunyai menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen, dalam hal ini Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) (Pasal 1 butir 11 UUPK) Jo Bab XI UUPK. 2. Penyebutan sengketa konsumen menyangkut tata cara atau prosedur penyelesaian sengketa terdapat dalam Bab X Penyelesaian Sengketa. Pada Bab ini digunakan penyebutan sengketa konsumen secara konsisten, yaitu: Pasal 45 ayat (2) dan Pasal 48 UUPK. 21 Yusuf sofie, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut UUPK, Teori dan Praktek Penegakan Hukum, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 1998), hal. 12

34 Ada beberapa kata kunci untu memahami pengertian Sengketa Konsumen dalm kerangka UUPK dengan menggunakan peanaafsiran. Pertama, batasan Konsumen dan pelaku usaha menurut UUPK. 22 Kedua, batasan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) pada Pasal 1 butir 11 UUPK menunjukan bahwa yang dimaksud sngketa konsumen, yaitu sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. Pelaku usaha disitu yaitu 23 : 1. Setiap orang atau Individu. 2. Badan usaha yang berbadan hukum atau yang tidak berbadan hukum. Masalah penyelesain sengketa konsumen dalam UUPK diatur dalam bab X yang terdiri dari empat pasal, yang dimulai dari Pasal 45 sampai dengan Pasal 48. berdasarkan Pasal 45 ayat (2) UUPK penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu diselesaikan diluar pengadilan (non litigasi) dan diselesaikan melalui pengadilan (litigasi) berikut penjelasannya : 1. Penyelesaian sengketa Non Litigasi (Di luar Pengadilan) Depperindag menunjukkan 6 (enam) elternatif cara penyelesaian sengketa konsumen diluar persidangan (non litigasi) yang terbagi dalam dua kelompok pertama disebut penyelesaian secara damai yang meliputi: penyelesaian antara para pihak, penyelesaian melalui LPKSM (lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat), penyelesaian melalui Direktorat Perlindungan Konsumen kelompok kedua disebut penyelesaian 22 Ibid, hal Ibid, hal. 16

35 melalui BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) yang meliputi : konsiliasi, mediasi, ataupun melalui arbitrase. Sedangkan penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan (litigasi) hanya disebutkan institusi Pengadilan Negeri, Pengadilan tinggi dan mahkamah tentunya pengadilanpengadilan di semua jenjang baik itu perdata, pidana maupun tata usaha Negara. 2. Penyelesaian Sengketa Litigasi (Melalui Pengadilan) Mekanisme litigasi secara sederhana dalam tulisan ini didefinisinya hanya akan dibatasi pada/sebagai mekanisme penyelesaian masalah hukum melalui institusi pengadilan. Penyelesaian sengketa konsumen melalui jalur/mekanisme litigasi, dalam sistem hukum Indonesia, dimungkinkan dilakukan dengan tiga instrument hukum yaitu HAN, Hukum Perdata, serta Hukum Pidana. Instrument hokum administrasi bias dipergunakan konsumen dalam hal terdapat ketidak-beresan pada kinerja badan/lembaga bentukan pemerintah/pejabat terkait atas perintah UUPK. Dua badan yang diamanatkan pembentukannya oleh UUPK adalah BPKN (Badan Perlindungan Konsumen Nasional) dan BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen). Terhadap ketidak-beresan kedua badan ini, konsumen bisa melakukan gugatan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara. UUPK menyebutkan dalam Pasal 45 ayat (1) bahwa gugatan konsumen hanya dapat diajukan kepada lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa

36 konsumen atau mengajukan kepada peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum. Lingkungan peradilan umum dimaksud adalah peradilan yang menangani perkara pidana dan perdata, peradilan ini meliputi Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung. Tetapi ketentuan Pasal 45 ini tidak diartikan sebagai larangan bagi konsumen untuk mengajukan gugatan kepada PTUN atas kinerja badan-badan bentukan pemerintah yang diamantkan UUPK karena UU no.5 Tahun 1986 tentang PTUN merupakan lex spesialis derogate lex generalis dibandingkan UUPK. Dalam Undang-Undang Penyelesaian Konsumen (UUPK), ada 8 (delapan) Hak-hak konsumen yang mutlak diketahui setiap konsumen dan juga para pelaku usaha yakni : a. Hak atas Kenyamanan: Keselamatan dan Keamanan: Adanya hak-hak konsumen ini dimaksudkan untuk menjamin kenyamanan, menghindari kerugian dan menjaga keamanan konsumen yang mempergunakan barang dan/atau jasa. Karenanya setiap pelaku usaha mempunyai kewajiban menyampaikan informasi yang benar tentang bahaya dan akibat dari penggunaan barang dan/atau jasa yang diproduksi atau dijualnya kepada konsumen. Apabila kita menemukan ada produk yang dibeli ternyata tidak nyaman saat dipakai, atau tidak jelas informasi produknya, atau produknya dapat menimbulkan kondisi tidak aman.

37 Sepantasnya konsumen segera mempersoalkannya. Tidak membiarkannya atau pasrah. Dalam UUPK No. 8/1999, sengketa konsumen dengan pelaku usaha dapat diproses di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). b. Hak untuk Memilih Setiap konsumen mempunyai kebebasan memiliki barang dan/atau jasa yang dibutuhkannya. Tidak ada paksaan membeli barang dan/atau jasa tertentu. Hak ini sebenarnya bisa terwujud apabila situasi pasar berjalan sempurna, artinya ada ketersediaan barang dan/atau jasa sehingga konsumen dapat menggunakan haknya untuk memilihnya. Kondisi sekarang, barang dan/atau jasa sering menghilang. c. Hak atas Informasi Inti dari perlunya hak atas informasi ini adalah agar konsumen sebelum membeli/menggunakan suatu produk sudah terlebih dahulu mengetahui deskripsi atau keterangan dari produk tersebut. Misalnya, masa kadaluarsa, bahan-bahan yang dipergunakan, manfaat dan resiko yang bakal diterima setelah memakai produk tersebut. d. Hak untuk Didengar Pendapatnya dan keluhannya: Konsumen mempunyai hak untuk di dengar pendapatnya dan menyampaikan keluhan atas suatu produk barang/jasa yang dipakainya. Karena itu, pelaku usaha mempunyai kewajiban menampung pendapat dan keluhan dari konsumennya.

38 e. Hak untuk Mendapatkan Advokasi Hak ini memberi kesempatan bagi konsumen untuk memperoleh keadilan. Sebab, dengan adanya hak ini konsumen akan mendapatkan perlindungan hukum yang yang efektif. Harapannya begitu, namun kenyataannya di sering mengecewakan. f. Hak untuk Mendapat Pendidikan Dasar adanya hak ini adalah konsumen harus berpendidikan secukupnya. Ini dimaksud agar konsumen dapat memenuhi perannya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pelaku pasar. Untuk meningkatkan pendidikan konsumen dilakukan melalui pendidikan formal dan pendidikan nonformal. g. Hak Untuk Tidak Diperlakukan Secara Diskriminatif Konsumen memiliki hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif berdasarkan suku, agama, budaya, pendidikan, kaya miskin, dan status sosial lainnya. Istilah status sosial lainnya ini secara implicit sudah tercantum keberadaannya orang catat, yang juga mempunyai hak untuk tidak diperlakukan secara diskriminatif. h. Hak untuk Mendapat Ganti Rugi Dalam pasal 19 ayat 1 Undang-Undang Penyelesaian Konsumen (UUPK) No. 8 tahun 1999 pelaku usaha bertangungjawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.

39 Bentuk ganti rugi yang diterima konsumen dapat berupa: Pengembalian uang, penggantian barang atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, perawatan kesehatan atau pemberian santunan. Walaupun hak-hak konsumen diatur dalam perundang-undangan, upaya mendukung penegakan hukum dan ini merupakan bentuk tanggungjawab pada masyarakat. Karenanya badan ini dituntut memiliki tingkat responsiveness yang tinggi mengingat bahwa pada dasarnya masyarakat sudah lelah dan jenuh menyelesaikan sengketanya melalui forum pengadilan yang telah ada sebelumnya, sebab terlalu banyak menguras energi, baik berupa dana, waktu, pikiran dan tenaga. Sementara mengenai proses penyelesaian sengketa konsumen pengguna jasa CV KHARISMA berdasarkan wawancara yang penulis lakukan di CV KHARISMA dapat ditempuh dua cara yaitu: a. melalui musyawarah b. melalui pengadilan Hal penyelesaian sengketa ini adalah tergantung dari kesepakatan para pihak yang bersengketa. Adapun yang dimaksud dengan sengketa dalam hal ini adalah setiap perselisihan yang timbul antara konsumen dengan produsen mengenai barang atau jasa dalam hubungan hukum antara satu sama lainnya. Hal senada juga terdapat dalam Pasal 45 ayat 2 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang menyebutkan bahwa penyelesaian dapat dilakukan dipengadilan dan luar pengadilan tergantung

40 kesepakatan para pihak sengketa. Selama penulis ketahui dari hasil wawancara yang dilakukan CV. KHARISMA bahwa penyelesaian sengketa konsumen dilakukan dengan musyawarah kekeluargaan, musyawarah dimaksud adalah dengan cara melakukan pembicaraan antara pemilik barang dengan pengangkut yaitu dengan kesepaktan yang dibuat agar kedua belah pihak tidak ada yang saling merugikan, seperti apabila barang pemilik barang yang mempercayakan barangnya kepada pihak pengangkutan dan didalam surat muatan tercantum barang tidak diperiksa maka pengirim telah setuju dengan isi perjanjian tersebut maka apabila terjadi suatu hal tertentu maka barang hanya diganti sepuluh kali lipat, pihak pengirim tidak dapat menuntut ganti rugi lebih besar lagi karena telah setuju dengan perjanjian tersebut, pengirim dapat menuntut lebih apabila ada perjanjian yang dibuat dengan pihak pengangkut yaitu pihak pengangkut mengasuransikan barang diawaanya dengan syarat barang yang dikirim harus diketahui agar pihak pengangkut tahu berapa besar barang yang akan diasuransikan agar tidak ada yang dirugikan masing-masing pihak,apabila melalui musyawarah ini tidak tercapai maka dilakukan melalui pengadilan, namun hal ini jarng terjadi.

BAB II PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT DALAM ANGKUTAN DARAT. Pengangkutan adalah berasal dari kata angkut yang berarti mengangkut dan

BAB II PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT DALAM ANGKUTAN DARAT. Pengangkutan adalah berasal dari kata angkut yang berarti mengangkut dan 19 BAB II PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT DALAM ANGKUTAN DARAT A. Pengangkutan dan Pengaturan Hukumnya Pengangkutan adalah berasal dari kata angkut yang berarti mengangkut dan membawa, sedangkan istilah pengangkutan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN A. Pengertian dan Fungsi Pengangkutan Istilah pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti mengangkut dan membawa, sedangkan istilah pengangkutan dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti 17 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN 2.1 Pengertian Perjanjian Pengangkutan Istilah pengangkutan belum didefinisikan dalam peraturan perundangundangan, namun banyak sarjana yang mengemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang

BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang 16 BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang 1. Sejarah Pengangkutan Barang Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jasa pengiriman paket dewasa ini sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup. Jasa pengiriman paket dibutuhkan oleh perusahaan, distributor, toko, para wiraswastawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan karena wilayahnya meliputi ribuan pulau. Kondisi geografis wilayah nusantara tersebut menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN 2.1. Pengangkut 2.1.1. Pengertian pengangkut. Orang yang melakukan pengangkutan disebut pengangkut. Menurut Pasal 466 KUHD, pengangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang hampir setiap orang menggunakan alat transportasi untuk mereka bepergian, pada dasarnya penggunaan alat transportasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan tak dapat dipungkiri, hal ini ditandai dengan berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan tersebut sejalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM. yang mengangkut, (2) alat (kapal, mobil, dsb) untuk mengangkut.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM. yang mengangkut, (2) alat (kapal, mobil, dsb) untuk mengangkut. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM 2.1 Pengangkut 2.1.1 Pengertian pengangkut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah pengangkut adalah (1) orang yang mengangkut,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian a. Pengertian Umum Perjanjian Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. Perikatan yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna jasa PT.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna jasa PT. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna jasa PT. Citra Van Titipan Kilat (Tiki) yang dirugikan karena surat pos atau paket pos terlambat, rusak, atau hilang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri nusantara yang disatukan oleh wilayah perairan dan udara dengan batas-batas, hakhak, dan kedaulatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia saat ini ditandai dengan arus globalisasi di segala bidang yang membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Salah satu kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan 30 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA 2.1. Pengertian Angkutan Multimoda Dengan dikenalnya sistem baru dalam pengangkutan sebagai bagian dari perekonomian saat ini yaitu pengangkutan multimoda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dari perekonomian yang modern dapat dilihat dari kebutuhan hidup manusia yang semakin meningkat. Salah satu kebutuhan itu adalah tentang kebutuhan akan

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN SEBAGAI DASAR TERJADINYA PENGANGKUTAN DALAM UNDANG-UNDANG. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

BAB II PERJANJIAN SEBAGAI DASAR TERJADINYA PENGANGKUTAN DALAM UNDANG-UNDANG. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan BAB II PERJANJIAN SEBAGAI DASAR TERJADINYA PENGANGKUTAN DALAM UNDANG-UNDANG A. Perjanjian dan Pengangkutan Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN LAUT, TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM ANGKUTAN LAUT DAN PENYELESAIAN SENGKETA PENGANGKUTAN LAUT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN LAUT, TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM ANGKUTAN LAUT DAN PENYELESAIAN SENGKETA PENGANGKUTAN LAUT BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN LAUT, TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM ANGKUTAN LAUT DAN PENYELESAIAN SENGKETA PENGANGKUTAN LAUT 2.1 Pengangkutan Laut 2.1.1 Pengertian Pengangkutan Laut Pengangkutan

Lebih terperinci

BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT

BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT A. Perjanjian Pengangkutan Dalam Penyelenggaraan pengangkutan sangat diperlukan adanya suatu Perjanjian, dimana perjanjian merupakansumber

Lebih terperinci

Perlindungan Hukum Sesuai Dengan Undang-undang No.8 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran BAB I PENDAHULUAN

Perlindungan Hukum Sesuai Dengan Undang-undang No.8 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran BAB I PENDAHULUAN 4.2.2. Upaya Pengguna Jasa Angkutan Umum dalam Mendapatkan Perlindungan Hukum dan Ganti Rugi... 49 4.2.3. Perlindungan Hukum Sesuai Dengan Undang-undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua pihak, yaitu pengangkut dalam hal ini adalah perusahaan atau maskapai penerbangan dan pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan, dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari ribuan pulau-pulau besar maupun kecil, yang terhubung oleh selat dan laut. Pada saat

Lebih terperinci

BAB II PENGANGKUTAN PENUMPANG MELALUI PENGANGKUTAN UDARA

BAB II PENGANGKUTAN PENUMPANG MELALUI PENGANGKUTAN UDARA BAB II PENGANGKUTAN PENUMPANG MELALUI PENGANGKUTAN UDARA A. Pengangkutan dan Pengaturan Hukumnya Kata pengangkutan sering diganti dengan kata transportasi pada kegiatan sehari-hari. Pengangkutan lebih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Ekspedisi Perjanjian ekspedisi adalah perjanjian timbal balik antara ekspeditur dengan pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM TANGGUNG JAWAB PO. CV. SUMBER REZEKI TERHADAP PENGIRIM DALAM PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG DI KOTA JAMBI SKRIPSI Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini pengangkutan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan dengan makin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN, TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN PENGIRIMAN BARANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN, TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN PENGIRIMAN BARANG BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN, TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN PENGIRIMAN BARANG 1.1 Hukum Pengangkutan 2.1.1 Pengertian Pengangkutan Dalam dunia perniagaan masalah pengangkutan memegang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan hidup yang tidak kalah penting di era globalisasi ini adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling mengirim barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sarana transportasi massal saat ini menjadi sangat penting karena letak Indonesia yang begitu luas serta dikelilingi lautan. Transportasi tersebut akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, pengangkutan memiliki peranan yang sangat penting. Demikian juga halnya dalam dunia perdagangan, bahkan pengangkutan memegang peranan yang mutlak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas beribu ribu pulau besar dan kecil berupa daratan dan sebagian besar perairan terdiri atas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dan

Lebih terperinci

BAB II PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN. A. Pengertian Perjanjian Pengangkutan dan Asas-Asas Pengangkutan

BAB II PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN. A. Pengertian Perjanjian Pengangkutan dan Asas-Asas Pengangkutan BAB II PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN A. Pengertian Perjanjian Pengangkutan dan Asas-Asas Pengangkutan Menurut Hukumnya Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelabuhan merupakan simpul transportasi laut yang menjadi fasilitas penghubung dengan daerah lain untuk melakukan aktivitas perdagangan. Pelabuhan memiliki

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM TANGGUNG JAWAB CV. PO. AYU TRANSPORT SUNGAI PENUH-JAMBITERHADAP PENUMPANG SKRIPSI DisusunSebagai Salah SatuSyaratUntukMemperoleh

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENGIRIMAN KARGO MELALUI UDARA

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENGIRIMAN KARGO MELALUI UDARA TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENGIRIMAN KARGO MELALUI UDARA Suprapti 1) 1) Program Studi Manajemen Transportasi Udara, STTKD Yogyakarta SUPRAPTI071962@yahoo.co.id Abstrak Pada era

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan manusia yang paling sederhana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK) 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK) Pada perkembangannya GOJEK telah resmi beroperasi di 10 kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, dengan beribu-ribu pulau besar dan kecil berupa daratan dan sebagian besar perairan yang terdiri atas perairan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hukum Perlindungan Konsumen 1. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang transportasi dalam penyediaan sarana transportasi. Pemerintah juga melakukan. peningkatan pembangunan di bidang perhubungan.

BAB I PENDAHULUAN. bidang transportasi dalam penyediaan sarana transportasi. Pemerintah juga melakukan. peningkatan pembangunan di bidang perhubungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan pasca reformasi dewasa ini telah menunjukkan perkembangan pembangunan di segala bidang, bentuk perkembangan pembangunan itu salah satunya di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala bidang yang membawa pengaruh cukup besar bagi perkembangan perekonomian Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, dimana dunia memasuki era gobalisasi, sektor ekonomi dan perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam dunia perdagangan soal

Lebih terperinci

BAB II TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT UDARA ATAS KORBAN KECELAKAAN PESAWAT AIR ASIA QZ8501

BAB II TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT UDARA ATAS KORBAN KECELAKAAN PESAWAT AIR ASIA QZ8501 BAB II TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT UDARA ATAS KORBAN KECELAKAAN PESAWAT AIR ASIA QZ8501 2.1. Dasar Hukum Pengangkutan Udara Pengangkutan berasal dari kata angkut, seperti yang dijelaskan oleh Abdulkadir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pada era modern saat ini di dalam aktivitasnya dituntut untuk memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengertian Konsumen Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen adalah, pemakai terakhir dari benda dan jasa yang diserahkan kepada mereka

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN EKSPEDISI MUATAN PESAWAT UDARA DALAM PERJANJIAN ANGKUTAN KARGO MELALUI PENGANGKUTAN UDARA

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN EKSPEDISI MUATAN PESAWAT UDARA DALAM PERJANJIAN ANGKUTAN KARGO MELALUI PENGANGKUTAN UDARA TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN EKSPEDISI MUATAN PESAWAT UDARA DALAM PERJANJIAN ANGKUTAN KARGO MELALUI PENGANGKUTAN UDARA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perpindahan barang dari satu tempat ke tempat lain memerlukan sarana yang

BAB I PENDAHULUAN. Perpindahan barang dari satu tempat ke tempat lain memerlukan sarana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan sarana transportasi saat ini sangat penting. Mobilitas yang tinggi tidak hanya berlaku pada manusia tetapi juga pada benda/barang. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa. maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa. maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat penting dalam kehidupan masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa maupun Kota baik sebagai rumah tangga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masyarakat sangat bergantung dengan angkutan umum sebagai tranportasi penunjang

I. PENDAHULUAN. Masyarakat sangat bergantung dengan angkutan umum sebagai tranportasi penunjang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya transportasi di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ASPEK HUKUM PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG DALAM PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DARAT (STUDI PADA PT BINTANG REZEKI UTAMA JAKARTA) SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk mencapai

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 AKIBAT HUKUM SERTA PENYELESAIAN MASALAH KELALAIAN PEGAWAI BANK MEMASUKKAN NOMOR REKENING NASABAH DALAM TRANSFER UANG PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG MEDAN SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia merupakan daratan yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta berupa perairan yang terdiri dari sebagian besar laut dan sungai,

Lebih terperinci

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen atau biasa disingkat dengan UUPK dan mulai diberlakukan pada tanggal 20 April UUP

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen atau biasa disingkat dengan UUPK dan mulai diberlakukan pada tanggal 20 April UUP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan aktivitas masyarakat banyak menyebabkan perubahan dalam berbagai bidang di antaranya ekonomi, sosial, pembangunan, dan lain-lain. Kondisi ini menuntut

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kecelakaan lalu lintas, bahkan pemberitaan tentang kecelakaan lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. tentang kecelakaan lalu lintas, bahkan pemberitaan tentang kecelakaan lalu lintas BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hampir setiap hari surat kabar maupun media lainnya memberitakan tentang kecelakaan lalu lintas, bahkan pemberitaan tentang kecelakaan lalu lintas selalu menjadi bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaku usaha dan konsumen adalah dua pihak yang saling memerlukan. Konsumen memerlukan barang dan jasa dari pelaku usaha guna memenuhi keperluannya. Sementara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENERBANGAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN. merupakan salah satu kunci perkembangan pembangunan dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENERBANGAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN. merupakan salah satu kunci perkembangan pembangunan dan masyarakat. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENERBANGAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Tinjauan Umum Hukum Pengangkutan Udara 1. Pengertian Hukum Pengangkutan Udara Kemajuan pengangkutan adalah sebagai akibat kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN. iklan, dan pemakai jasa (pelanggan dsb).

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN. iklan, dan pemakai jasa (pelanggan dsb). BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN 2.1. Konsumen 2.1.1. Pengertian Konsumen Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan konsumen adalah pemakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan menyadari pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan menyadari pentingnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan menyadari pentingnya peranan transportasi,

Lebih terperinci

PRINSIP TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PENGANGKUTAN LAUT MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN

PRINSIP TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PENGANGKUTAN LAUT MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN PRINSIP TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PENGANGKUTAN LAUT MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum OLEH : Adi

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN TERHADAP BARANG BAGASI PENUMPANG

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN TERHADAP BARANG BAGASI PENUMPANG TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN TERHADAP BARANG BAGASI PENUMPANG SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar SARJANA HUKUM Oleh : DESY HARIANI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA 2.1 Perlindungan Hukum Perlindungan hukum adalah segala bentuk upaya pengayoman terhadap harkat dan martabat manusia serta pengakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pengangkutan dapat dilakukan melalui darat, laut

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pengangkutan dapat dilakukan melalui darat, laut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan sarana transportasi saat ini sangat penting. Pengangkutan mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk pembangunan ekonomi bangsa.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK 43 BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK WETBOEK JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh: Wahyu Simon Tampubolon, SH, MH Dosen Tetap STIH Labuhanbatu e-mail : Wahyu.tampubolon@yahoo.com ABSTRAK Konsumen

Lebih terperinci

vii DAFTAR WAWANCARA

vii DAFTAR WAWANCARA vii DAFTAR WAWANCARA 1. Apa upaya hukum yang dapat dilakukan pasien apabila hak-haknya dilanggar? Pasien dapat mengajukan gugatan kepada rumah sakit dan/atau pelaku usaha, baik kepada lembaga peradilan

Lebih terperinci

HUKUM PENGANGKUTAN LAUT DI INDONESIA

HUKUM PENGANGKUTAN LAUT DI INDONESIA HUKUM PENGANGKUTAN LAUT DI INDONESIA Pengangkutan Transportasi yang semakin maju dan lancarnya pengangkutan, sudah pasti akan menunjang pelaksanaan pembangunan yaitu berupa penyebaran kebutuhan pembangunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat, saat ini hampir setiap orang dalam satu ruang lingkup keluarga memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN LEASING DENGAN OBJEK ALAT BERAT (PADA

ANALISIS HUKUM HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN LEASING DENGAN OBJEK ALAT BERAT (PADA ANALISIS HUKUM HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN LEASING DENGAN OBJEK ALAT BERAT (PADA KONTRAK PT. CLIPAN FINANCE INDONESIA TBK. DAN PT. DIPO STAR FINANCE) SKRIPSI Disusun untuk melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utamanya dibidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan perdagangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utamanya dibidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan perdagangan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan pelaksanaan pembangunan di Indonesia yang sasaran utamanya dibidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan perdagangan merupakan salah satu sektor pembangunan

Lebih terperinci

geografis antar pulau satu dan pulau lainnya berjauhan, kadangkala laut Namun demikian, secara politis semua yang ada di sisi bagian dalam garis

geografis antar pulau satu dan pulau lainnya berjauhan, kadangkala laut Namun demikian, secara politis semua yang ada di sisi bagian dalam garis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dengan letak geografis antar pulau satu dan pulau lainnya berjauhan, kadangkala laut penghubung antara dua pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut maka setiap manusia mengkonsumsi atau menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut maka setiap manusia mengkonsumsi atau menggunakan BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia mempunyai kebutuhan yang beragam dalam kehidupannya sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, namun manusia tidak mampu memenuhi setiap kebutuhannya tersebut secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut 2. Kedudukan pengirim dan

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut 2. Kedudukan pengirim dan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pengangkutan dalam dunia perdagangan, merupakan sarana yang penting dimana dengan adanya angkutan akan memudahkan pendistribusian barang/jasa dari produsen ke

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia, alat transportasi terdiri dari berbagai macam yaitu alat transportasi darat,

Lebih terperinci

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS CACAT TERSEMBUNYI PADA OBJEK PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL YANG MEMBERIKAN FASILITAS GARANSI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK WETBOEK JUNCTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dengan arus lalu lintas transportasi. Semua kebutuhan dan kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam kehidupan ini manusia selalu dihadapkan dengan dua kejadian yaitu kejadian yang terjadi secara terencana dan kejadian yang muncul secara

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN 2011

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN 2011 RISIKO DALAM PERJANJIAN JUAL BELI BENDA BERGERAK MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA INDONESIA SIKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya yaitu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya yaitu keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan kegiatan pendukung bagi aktivitas masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya yaitu keadaan geografis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sarana pengangkutnya. Hal tersebut akan mempengaruhi lancar tidaknya. dapat dipastikan proses perdagangan akan terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. dari sarana pengangkutnya. Hal tersebut akan mempengaruhi lancar tidaknya. dapat dipastikan proses perdagangan akan terhambat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perdagangan dalam masyarakat tidak dapat dilepas dari sarana pengangkutnya. Hal tersebut akan mempengaruhi lancar tidaknya perdagangan,

Lebih terperinci

KEPPRES 10/1997, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH MENGENAI PELAYARAN

KEPPRES 10/1997, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH MENGENAI PELAYARAN Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 10/1997, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH MENGENAI PELAYARAN *46909 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk menyimpan dan meminjam uang. Namun, pada masa sekarang pengertian bank telah berkembang sedemikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI ELECTRONIC BILL PRESENTMENT AND PAYMENT DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BW JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pada sektor transportasi dan informasi dewasa ini menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi perdagangan luar negeri atau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu perkembangan mobilitas yang disebabkan oleh kepentingan maupun keperluan

BAB I PENDAHULUAN. itu perkembangan mobilitas yang disebabkan oleh kepentingan maupun keperluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia jika dilihat secara geografis merupakan negara kepulauan yang terdiri atas beribu - ribu pulau besar dan kecil serta sebagian besar lautan, selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangkutan merupakan bidang yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju mundurnya perekonomian

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di Asia Tenggara. Melintang di khatulistiwa antara benua Asia dan Australia serta antara Samudera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hak dan Kewajiban Konsumen 1. Pengertian Konsumen Konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Secara harfiah arti kata consumer itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA 2.1. Pengertian Angkutan Multimoda Pengangkutan merupakan bagian dari perdagangan saat ini, dikenal adanya sistem baru yakni pengangkutan multimoda. Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI. konsumen. Kebanyakan dari kasus-kasus yang ada saat ini, konsumen merupakan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI. konsumen. Kebanyakan dari kasus-kasus yang ada saat ini, konsumen merupakan BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI 2.1 Tanggung Jawab Tanggung jawab pelaku usaha atas produk barang yang merugikan konsumen merupakan perihal yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG TANPA TIKET (ILLEGAL) DALAM PENGANGKUTAN DARAT DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG TANPA TIKET (ILLEGAL) DALAM PENGANGKUTAN DARAT DI INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG TANPA TIKET (ILLEGAL) DALAM PENGANGKUTAN DARAT DI INDONESIA oleh I G A Wahyu Nugraha Nyoman A. Martana Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci