BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Dalam tinjauan studi terdahulu dikaji sejumlah penelitian yang relevan dengan penelitian penulis kerjakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui posisi penelitian yang penulis lakukan diantara penelitian-penelitian yang sejenis. Sejauh penelusuran yang telah dilakukan penulis merumuskan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini akan di paparkan sebagai berikut. Artikel Charlina Mangatur Sinaga Dosen FKIP Universitas Riau (2011) melakukan penelitian mengenai prinsip kerja sama. Judul penelitian tersebut adalah Penerapan Prinsip Kerja Sama dalam Transaksi Jual Beli, Penelitian ini dilatarbelakangi karena ketertarikan penulis pada tindak tutur yang terjadi saat berlangsungnya transaksi jual beli di Pasar Senapelan Pekanbaru. Permasalahan yang dikaji pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan prisip kerja sama yang terjadi dalam transaksi jual beli. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat empat maksim dalam penerapan prinsip kerja sama. Maksim tersebut adalah maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim hubungan, dan maksim cara. 13

2 14 Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dalam Transaksi Jual Beli Di Pasar Daya Makassar. Skripsi oleh Matan Tiara (2015) Fakultas Ilmu Budaya Universits Hasanuddin Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelanggaran prinsip kerja sama dan mengetahui fungsi pelanggaran prinsip kerja sama. Populasi penelitian ini, yaitu seluruh tindak tutur yang mengandung pelanggaran prinsip kerja sama dalam transaksi jualbeli di Pasar Daya Makassar. Adapun sampelnya, yaitu sebagian dari populasi yang dipilih secara purposif. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode simak, rekam, dan catat. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan metode deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pelanggaran prinsip kerja sama yang meliputi maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Selain itu, ditemukan pula fungsi dari pelanggaran prinsip kerja sama, yaitu untuk tujuan-tujuan tertentu, yang terdiri dari fungsi direktif, fungsi ekspresif, dan fungsi representatif. Fungsi pelanggaran prinsip kerja sama yang paling dominan pada percakapan transaksi jual beli, yaitu fungsi representatif yang berupa memberi informasi, pelanggaran prinsip kerja sama tersebut disebabkan adanya tujuan-tujuan tertentu dari mitra tutur. Prinsip Kerja Sama dalam Wacana Jual Beli di Pasar Tradisional Perumnas Tlogosari Semarang jurnal oleh Sri Puji Astuti, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang. Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Tawar-menawar dalam pasar tradisional

3 15 merupakan kegiatan yang sering dilakukan antara penjual dan pembeli. Interaksi antara penjual dan pembeli membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi. Dalam penelitian ini dipilih pasar yang berlokasi di Suryo Kusumo karena pasar ini merupakan pasar terbesar di antara ketiga pasar yang berada di Perumnas Tlogosari Semarang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak yang dikembangkan dengan teknik dasar sadap dan teknik lanjutan berupa teknik catat dan teknik rekam. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam berinteraksi penjual dan pembeli mematuhi dan melanggar prinsip kerja sama. Pematuhan terhadap prinsip kerja sama bermaksud untuk menyampaikan pesan secara jelas, benar dan menghindari kesalahpahaman Sedangkan pelanggaran terhadap prinsip kerja sama dimaksudkan untuk menyakinkan kualitas barang, agar barang dagangan laku, mencari informasi, penjual dan pembeli akrab, dan memuji barang dagangan. "Tindak Tutur dan Prinsip Kerja Sama dalam Proses Jual Beli di Pasar Tradisional Surakarta, Tesis oleh Ririn Linda Tungga Sari (2016), UNS Pascasarjana Prodi Linguistik. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bentuk tindak tutur dan menunjukkan tindak tutur yang dominan beserta alasannya yang terdapat dalam proses jual beli barang di pasar tradisional Surakarta, (2) mendeskripsikan prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan yang terdapat dalam proses jual beli barang di pasar tradisional Surakarta. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

4 16 pendekatan pragmatik. Sumber data penelitian ini adalah percakapan atau dialog dalam proses jual beli di pasar tradisional Surakarta. Data dalam penelitian ini adalah tuturan yang mengandung tindak tutur dan menerapkan prinsip kerja sama beserta konteksnya dalam proses jual beli barang di pasar tradisional Surakarta. Metode penyediaan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode simak. Pada praktiknya metode simak diwujudkan dengan teknik dasar lanjutan. Adapun teknik dasar dari metode simak yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sadap. Teknik lanjutan dalam penelitian ini dilakukan setelah teknik dasar. Teknik lanjutan yang digunakan dalam penyediaan data pada penelitian ini berupa teknik simak libat cakap (SLB), teknik rekam dan teknik catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis means-end. Metode penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini adalah penyajian secara informal. Dari analisis data dalam proses jual beli di pasar tradisional Surakarta ditemukan 5 jenis tindak tutur yang digunakan oleh penjual ataupun pembeli. Pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama dalam proses jual beli di pasar tradisional Surakarta menunjukkan keseimbangan, yang ditujukkan dengan 95 data berupa pematuhan dan 95 berupa bentuk pelanggaran. Pelanggaran-pelanggaran terhadap prinsip kerja sama tersebut, disebabkan karena penjual atau pembeli bermaksud menunjukkan kesantunan dalam tuturannya supaya tidak menyinggung perasaan lawan tuturnya.

5 17 Adanya ruang lingkup pemakaian bahasa yang diteliti berbeda, maka kemungkinan hasil yang diperoleh pun akan berbeda. Dengan demikian, penelitian ini membahas prinsip kerja sama dalam bahasa transaksi jual beli online dengan sumber data penelitian yang berbeda dari penelitian terdahulu. B. Landasan Teori 1. Pragmatik Pragmatik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna secara eksternal (Wijana, 2009:4). Selanjutnya, Leech menerangkan bahwa dalam pragmatik, makna yang dikaji sangat terikat dengan situasi tutur (Leech, 1983). Pragmatik berbeda dari semantik, yang hanya mengkaji suatu makna secara linguistik. Ilmu pragmatik muncul karena adanya rasa ketidakpuasan atas kajian linguistik yang hanya berpusat pada makna semantis saja, karena ada hal-hal di luar bahasa yang patut dipertimbangkan. Kajian pragmatik lebih menekankan makna yang ingin diutarakan oleh penutur. Definisi pragmatik sudah banyak diperkenalkan oleh para ahli bahasa. Beberapa diantaranya sebagai berikut. Pengertian pragmatik dari sudut pandang konteksnya diungkapkan Levinson (dalam Djajasudarma, 1994: 4) bahwa pragmatik adalah studi terhadap semua hubungan antara bahasa dan konteks yang digramatikkalisasikan atau ditandai (terlukiskan) di dalam struktur bahasa.

6 18 Pendapat ini dimantapkan dan lebih jelas diuraikan Wijana (1996: 2) bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana kesatuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi. Kedua pendapat ini menegaskan bahwa fokus analisis dari studi pragmatik adalah konteks yang melatarbelakangi komunikasi. Bambang Kaswanti Purwo (1990: 14) menjelaskan bahwa analisis pragmatik meliputi: (1) suatu satuan lingual (atau kalimat) dapat dipakai untuk mengungkapkan sejumlah fungsi di dalam komunikasi dan (2) suatu fungsi komunikatif tertentu dapat diungkapkan dengan sejumlah satuan lingual. Pengertian ini berangkat dari pemahaman bahwa setiap bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Sudut pandang ini sesuai dengan yang diungkapkan bahwa makna yang dikaji pragmatik adalah makna terlibat konteks (content dependent) atau dengan kata lain, mengkaji maksud penutur. Pragmatik dapat dimanfaatkan setiap penutur untuk memahami maksud lawan tutur. Penutur dan lawan tutur dapat memanfaatkan pengalaman bersama (background knowledge) untuk memindahkan pengertian bersama. (Rohmadi, 2004: 2) Rohmadi berpendapat bahwa pragmatik berlandaskan pada makna bahasa dalam komunikasi sesuai konteks penutur dan lawan tutur dalam peristiwa tutur. Berbagai pendapat ahli bahasawan di atas dapat disimpulkan bahwa substansi pragmatik terletak pada makna yang terikat konteks dalam suatu wacana, baik tulis maupun lisan. (Rohmadi, 2004)

7 19 Parker berpendapat, pragmatik adalah cabang ilmu bahasa secara eksternal. Parker membedakan pragmatik dengan studi tata bahasayang dianggapnya sebagai studi seluk beluk bahasa secara internal. Menurutnya, studi bahasa tidak perlu dikaitkan dengan konteks, sedangkan studi pragmatik mutlak dikaitkan dengan konteks, seperti yang diutarakan oleh Levinson yakni pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya (dalam Kunjana Rahardi, 2005:48) Yule dalam bukunya yang berjudul Pragmatics (2006:3-4) mengemukakan empat ruang lingkup yang terdapat dalam pragmatik, yaitu: (1) Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur, (2) Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual, (3) Pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak disampaikan daripada yang dituturkan, (4) Pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan. Leech, dalam buku Prinsip-Prinsip Pragmatik (edisi terjemahan oleh M. D.D. Oka, 1993), mengatakan pragmatik adalah studi tentang makna ujaran didalam situasi-situasi ujar (speech situation). Leech melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantic. Keterkaitan ini ia sebut semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian dari semantik; pragmatisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik; dan

8 20 komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi. Wijana (1996:6), berpendapat bahwa pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu bahasa (selain sosiolinguistik) yang muncul akibat adanya ketidakpuasan terhadap penanganan bahasa yang terlalu bersifat formal yang dilakukan oleh kaum strukturalis. Pragmatik mengungkap maksud suatu tuturan didalam peristiwa komunikasi, baik secara tersurat maupun tersirat di balik tuturan. Maksud tuturan dapat dikenali melalui penggunaan bahasa secara konkret dengan mempertimbangkan komponen situasi tutur. Menurut Gunarwan (dalam PELLBA 7, 1994:83 84) pragmatik adalah bidang linguistik yang mempelajari maksud ujaran, bukan makna kalimat yang diujarkan. Pragmatik mempelajari maksud ujaran atau daya (force) ujaran. Pragmatik juga mempelajari fungsi ujaran, yakni untuk apa suatu ujaran itu dibuat atau diujarkan. Rustono (1999:17) menjelaskan bahwa pragmatik mengungkapkan maksud suatu tuturan di dalam peristiwa komunikasi. Oleh karena itu, analisis pragmatik berupaya menemukan maksud penutur, baik yang diekspresikan secara tersurat maupun yang diungkapkan secara tersirat dibalik tuturan. Maksud tuturan dapat diidentifikasikan dengan mempertimbangkan komponen situasi tutur yang dapat mencakupi penutur, mitra tutur, tujuan, konteks, tuturan sebagai hasil aktivitas, dan tuturan sebagai tindakan verbal.

9 21 Berdasarkan beberapa pengertian dari para tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna tuturan yang terdapat dari suatu perstiwa tutur. Tuturan tersebut terikat dengan konteks yang melatarbelakangi peristiwa tutur. Jadi, dapat dikatakan bahwa hubungan antara maksud tuturan dalam suatu peristiwa tutur dengan konteks merupakan dasar dalam pemahaman pragmatik. 2. Aspek-aspek Situasi Tutur Pragmatik adalah studi kebahasaan yang terikat konteks. Untuk ini, Leech (1983) mengungkapkan bahwa pragmatics studies meaning in relation to speech situation. Untuk memperjelas batasan ini terlebih dahulu dapat disimak kalimat (1) dan (2) berikut. (1) Letaknya jauh dari kota (2) Temboknya baru dicat Secara formal, tanpa mempertimbangkan pemakaiannya, kalimat (1) dan (2) di atas adalah kalimat deklaratif. Sebagai kalimat deklaratif, (1) dan (2) berfungsi untuk menginformasikan sesuatu, yakni tempat yang bersangkutan jauh dari kota dan tembok yang sedang dibicarakan itu baru dicat. Akan tetapi, bila kedua kalimat di atas memungkinkan dipergunakan secara seksama, kedua kalimat di atas memungkinkan dipergunakan untuk menyatakan berbagai maksud. Misalnya, tuturan letaknya jauh dari kota dalam (3) berbeda dengan yang terdapat dalam

10 22 (4) dan (5). Demikian pula tuturan temboknya baru dicat dalam (6) berbeda dalam (7). (3) + Kita berangkat dari Sanur hari Minggu, ya? Letaknya jauh dari kota. Rumahku kosong. Orang tuaku sedang tidak di rumah. (4) Telah dibuka warung sate Tegal. Letaknya jauh dari kota. Hawanya segar. Tempat parkir luas. (5) + Kamu tinggal dimana? - Di Bantul. + Naik apa kamu ke fakultas? - Naik sepeda motor. + Mengapa tidak naik bus saja? - Letaknya jauh dari kota. (6) Rumah Ali yang ada di puncak, temboknya baru dicat. (7) Temboknya baru dicat, lin tadi celananya kotor. Tuturan letaknya jauh dari kota dalam (3) berfungsi untuk secara tidak langsung menolak ajakan lawan tutur, sedangkan dalam (4) membujuk lawan tutur dalam hal ini calon konsumen dengan secara tidak langsung mengatakan bahwa warung sate itu tenang, jauh dari keramaian kota, bebas polusi, dsb. Dalam (5) menginformasikan tanpa potensi untuk membujuk atau menyuruh lawan tuturnya. Informasi yang disampaikan

11 dalam dalam (5) bahwa (-) tidak naik bus ke fakultas karena tempat tinggalnya jauh dari kota, tidak ada bus yang lewat tempat itu. Tuturan temboknya baru dicat dalam (6) cenderung berfungsi untuk menginformasikan sesuatu, tanpa ada pretensi untuk mempengaruhi lawan tutur, sedangkan dalam (7) berfungsi untuk memberi peringatan kepada lawan tutur agar jangan menyentuh tembok itu karena tembok itu baru dicat. Rustono berpendapat bahwa situasi tutur adalah sebagai berikut: 23 Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Pernyataan ini sejalan dengan pandangan bahwa tuturan merupakan akibat, sedangkan situasi tutur merupakan sebabnya. Di dalam komunikasi tidak ada tuturan tanpa situasi tutur. Situasi tutur sangat penting didalam pragmatik. Maksud tuturan yang sebenarnya hanya dapat diidentifikasi melalui situasi tutur yang mendukungnya. Tidak selamanya tuturan itu secara langsung menggambarkan makna yang dikandung oleh unsur-usnurnya (Rustono, 1999: 25) Dari apa yang terurai dalam beberapa alinea di atas jelaslah bahwa sebuah tuturan tidak senantiasa merupakan potensi langsung elemen makna unsur-unsurnya, aspek-aspek yang menjadi pertimbangan dalam studi pragmatik adalah sebagai berikut: a. Penutur dan Lawan Tutur Konsep penutur dan lawan tutur ini juga mencakup penulis dan pembaca bila tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur

12 24 ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dsb. b. Konteks Tuturan Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau setting social yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks yang bersifat fisik lazim disebut konteks (context), sedangkan konteks setting social disebut konteks. Di dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya dalah semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur. c. Tujuan Tuturan Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan. Dalam hubungan itu bentukbentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau sebaliknya, sebagai macam maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama. Di dalam pragmatik, berbicara merupakan aktivitas yang berorientasi pada tujuan (goal oriented activities). Bentuk-bentuk tuturan pagi, selamat pagi, dan met pagi dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama, yakni menyapa lawan bicara (teman, guru, kolega dan sebagainya) yang dijumpai pada pagi hari. Selain itu, selamat pagi dengan berbagai variasi bila diucapkan dengan nada tertentu, dan situasi yang berbeda-beda dapat pula digunakan untuk mengecek guru

13 25 yang terlambat masuk kelas, atau kolega (sahabat) yang datang ke pertemuan dsb. Jadi, ada perbedaan yang mendasar antara pandangan pragmatik yang bersifat fungsional dengan pandangan gramatika yang bersifat formal. Di dalam pandangan yang bersifat formal, setiap bentuk lingual yang berbeda memiliki makna yang berbeda. Selain itu, dengan kriteria yang ketiga itu kalimat-kalimat anomaly, seperti Jono dipermainkan bola dan Mobil saya hanya gerobak dapat diterangkan. Kalimat-kalimat ini secara berturut-turut digunakan untuk mengungkapkan maksud bahwa Jono tidak pandai bermain bola dan merendahakan diri agar kedengaran sopan di telinga lawan tuturnya. Tuturan Mobil saya hanya gerobak dipandang jauh lebih sopan dalam situasi petuturan berikut ini: - Mobil saya bagus sekali. - Mobil saya Mercy. Di dalam bahasa inggris juga terdapat kalimat anomali My car is a lemon, atau Golf plays John. Kalimat-kalimat tersebut secara berturut-turut diutarakan untuk mengungkapkan maksud bahwa Mobil saya sangat buruk, dan John tidak pandai bermain golf. Dengan kenyataan ini jelaslah kalimat anomaly melanggar kaidah semantik unutk menanyakan maksud tertentu.

14 26 d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas Bila gramatika menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai entitas yang abstrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi semantic, dsb. Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi dalam situasi tertentu. Dalam hubungan ini pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang lebih konkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang konkret jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraanya. e. Tuturan sebagai produk tindak verbal Tuturan yang digunakan dalam rangka pragmatik, seperti yang dikemukakan dalam kriteria ke empat merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karena itu, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal. Sebagai contoh kalimat, Apakah rambutmu terlalu panjang? dapat ditafsirkan sebagai pertanyaan atau perintah. Dalam hubungan ini dapat ditegaskan ada perbedaan mendasar antara kalimat (sentence) dengan tuturan (utturance). Kalimat adalah entitas gramatikal sebagai hasil kebahasaan yang diidentifikasikan lewat penggunaannya dalam situasi tertentu. 3. Prinsip Kerja sama Di dalam komunikasi yang wajar dapat diasumsikan bahwa seorang penutur mengartikulasikan ujaran dengan maksud untuk

15 27 mengomunikasikan sesuatu kepada lawan bicara, dan berharap lawan bicaranya dapat memahami apa yang hendak dikomunikasikan itu. Untuk itu penutur selalu berusaha agar tuturannya selalu relevan dengan konteks, jelas dan mudah dipahami, padat dan ringkas (concise) serta selalu pada persoalan (straight foward), sehinggga tidak menghabiskan waktu lawan bicaranya. Misalnya, orang yang menggunakan bentuk tuturan tolong dan Dapatkah Anda menolong saya? untuk situasi dan keperluan yang berbeda. Di dalam keadaan darurat orang akan cenderung menggunakan bentuk ujaran yang pertama, sedangkan orang yang memohon bantuan orang lain di dalam situasi yang tidak begitu mendesak, ia akan cenderung menggunakan ujaran yang kedua. Akan sangat aneh jika seseorang yang akan tenggelam di kolam renang, misalnya, meminta ujaran yang kedua. Sebaliknya, orang yang memohon bantuan tidak selayaknya menggunakan ujaran yang pertama dengan volume suara dan intonasi yang sama dengan orang yang tenggelam. Bila terjadi penyimpangan ada implikasi-implikasi tertentu yang hendak dicapai oleh penuturnya. Bila implikasi itu tidak ada, maka penutur yang bersangkutan tidak melaksanakan kerja sama atau tidak bersifat kooperatif. Jadi, secara ringkas dapat diasumsikan bahwa ada semacam prinsip kerja sama yang harus dilakukan pembicara dan lawan bicara agar proses komunikasi itu berjalan secara lancar. Konsepsi prinsip kerja sama oleh Grice diartikan suatu percakapan biasanya membutuhkan kerja sama antara penutur dan mitra tutur untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Prinsip yang mengatur

16 28 kerja sama antara penutur dan mitra tutur dalam suatu percakapan dinamakan prinsip kerja sama (cooperative principle). (Grice, 1975: 45). Prinsip kerja sama Grice dirumuskan sebagai berikut Make your conversational coontibution such as required, at the stage at which it accurs, by the accepted purpose or direction of the talk exchange in which you are engaged! Buatlah sumbangan informasi Anda seinformatif yang dibutuhkan pada saat berbicara, berdasarkan tujuan percakapan yang disepakati atau arah percakapan yang sedang diikuti. Di dalam rangka melaksanakan prinsip kerja sama, setiap penutur harus menaati empat maksim percakapan (conversational maxim), yaitu maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim pelaksanaan (maxim of manner). 1. Maksim Kuantitas (Maxim of Quantity) Dalam maksim kuantitas terdapat dua aturan, yaitu: a. Make your contribution as informative as required, b. Do not make your contribution more informative than required (Grice, 2006: 68). Aturan yang kedua dalam maksim kuantitas Grice tidak perlu, hal ini dikarenakan tidak ada salahnya kelebihan informasi. Akan tetapi, selain hal ini membuang waktu, informasi yang berlebihan akan dianggap sengaja dilakukan untuk mencapai efek tertentu atau tujuan tertentu, dan dengan demikian bisa terjadi salah pengertian (Nababan,

17 : 31). Di dalam maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif mungkin. Informasi demikian tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya dibutuhkan mitra tutur. Tuturan yang tidak mengandung informasi yang sungguh-sungguh diperlukan mitra tutur, dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas dalam prinsip kerja sama Grice. Berhubungan dengan maksim kuantitas, Wijana (2009: 45 46) memberikan contoh sebagai berikut : (8) Tetangga saya hamil. (9) Tetangga saya yang perempuan hamil. Ujaran (8) di atas disamping lebih ringkas juga tidak menyimpang dari nilai kebenaran. Setiap orang pasti tahu bahwa hanya kaum perempuan yang mungkin hamil. Dengan demikian, elemen yang perempuan dalam tuturan (9) sifatnya berlebih-lebihan. Kehadiran kata yang perempuan dalam (9) justru menerangkan sesuatu yang sudah jelas, hal ini bertentangan dengan maksim kuantitas. Sebagai contoh lain dapat dipertimbangkan wacana berikut : (10) A : Siapa namamu? B : Ani. A : Rumahmu di mana? B : Klaten, tepatnya di Pedan. A : Sudah bekerja? B : Belum, masih mencari-cari

18 30 (11) A : Siapa namamu? B : Ani, rumah saya di Klaten, tepatnya di Pedan. Saya belum bekerja. Sekarang saya masih mencari pekerjaan. Saya anak bungsu dari lima bersaudara. Saya pernah kuliah di UGM, tetapi karena tidak ada biaya, saya berhenti kuliah. Bila (10) dan (11) dibandingkan, terlihat (B) dalam (10) bersifat kooperatif, memberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai pada setiap tahapan komunikasi. Sementara itu, peserta tuturan (B) dalam (11) tidak kooperatif karena memberikan kontribusi yang berlebih-lebihan. 2. Maksim Kualitas (Maxim of Quality) Seperti maksim kuantitas, maksim kualitas juga mempunyai dua aturan, yaitu: a. Do not say what you belive to be false, b. Do not say that for which you lack adequate evidence (Grice, 2006: 68). Dalam maksim kualitas, seorang peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya di dalam bertutur. Fakta itu harus didukung dan didasarkan pada buktibukti yang jelas. Wijana (2009: 47) mengemukakan bahwa maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan hendaknya didasarkan pada

19 31 bukti-bukti yang memadai. Berhubungan dengan hal ini dapat diperhatikan wacana sebagai berikut : (12) Guru : Coba kamu Andi, apa ibu kota Bali? Andi : Surabaya, Pak guru. Guru : Bagus, kalau begitu ibu kota Jawa Timur Denpasar ya? Dalam wacana (12) di atas tampak guru memberikan kontribusi yang melanggar maksim kualitas karena guru mengatakan bahwa Ibu Kota Jawa Timur adalah Denpasar, bukan Surabaya. Jawaban yang tidak mengindahkan maksim kualitas itu diutarakan sebagai reaksi terhadap jawaban Andi yang salah. Dengan jawaban ini Andi yang memiliki kompetensi komunikatif akan mencari jawaban mengapa gurunya membuat pernyataan yang salah jadi ada alasan pragmatis mengapa guru dalam (12) memberikan kontribusi yang melanggar maksim kualitas. Rahardi (2005: 55) memberikan contoh lain mengenai maksim kualitas, yaitu sebagai berikut : (13) Silakan menyontek saja biar nanti saya mudah menilainya! (14) Jangan menyontek, nilainya bisa E nanti! Tuturan (13) dan (14) dituturkan oleh dosen kepada mahasiswanya di dalam ruang ujian pada saat dia melihat ada seorang mahasiswa yang sedang berusaha menyontek. Tuturan (14) jelas lebih memungkinkan terjadinya kerja sama antara penutur dengan mitra tutur. Tuturan (13) dikatakan melanggar maksim kualitas kerena penutur mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak sesuai dengan

20 32 sesuatu yang seharusnya dilakukan seseorang. Akan merupakan suatu kejanggalan bila di dalam dunia pendidikan terdapat seorang dosen yang mempersilakan para mahasiswanya untuk menyontek pada saat ujian berlangsung. Rahardi (2005: 55) mengemukakan bahwa dalam komunikasi sebenarnya, penutur dan mitra tutur sangat lazim menggunakan tuturan dengan maksud yang tidak senyatanya dan tidak disertai dengan bukti-bukti yang jelas. Bertutur yang terlalu langsung dan tanpa basa-basi dengan disertai bukti-bukti yang jelas dan apa adanya justru akan membuat tuturan menjadi kasar dan tidak sopan. Dengan kata lain, untuk bertutur yang santun maksim kualitas ini seringkali tidak dipatuhi. 3. Maksim Relevansi (Maxim of Relevance) Berbeda dengan dua maksim sebelumnya yang terdiri atas dua aturan, maksim relevansi hanya terdiri atas satu aturan saja, yaitu : Be relevant yang artinya Perkataan Anda harus relevan Grice (2006: 68). Sehubungan dengan aturan dalam maksim relevansi, Nababan (1987: 32) mengemukakan bahwa walaupun aturan ini kelihatan kecil, namun ia mengandung banyak persoalan, misalnya: apa fokus dan macam relevansi itu, bagaimana kalau fokus relevansi berubah selama suatu percakapan, bagaimana menangani perubahan topik percakapan, dan lain sebagainya. Aturan relevansi sangat penting, karena

21 33 berpengaruh terhadap makna suatu ungkapan yang menjadi inti dari implikatur dan juga merupakan faktor yang penting dalam penginterpretasian suatu kalimat atau ungkapan. Dalam maksim relevansi, dinyatakan bahwa agar terjadi kerja sama yang baik antara penutur dan mitra tutur, masing-masing hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang dipertuturkan. Bertutur dengan tidak memberikan kontribusi yang demikian dianggap tidak mematuhi dan melanggar prinsip kerja sama. Berhubungan dengan maksim ini, Wijana (2009: 48 49) memberikan contoh sebagai berikut : (15) A : Pak ada tabrakan motor lawan truk di pertigaan depan. B : Yang menang apa hadiahnya? Dialog di atas adalah percakapan antara seorang ayah dengan anaknya. Bila sang ayah sebagai peserta percakapan yang kooperatif, maka tidak selayaknya ia mempersamakan peristiwa kecelakaan dengan sebuah pertandingan atau kejuaraan. Agaknya, di luar maksud untuk melucu, kontribusi (B) dalam (15) sulit dicarikan hubungan implikasionalnya. Untuk itu bandingkan dengan percakapan di bawah ini : (16) A : Pukul berapa sekarang, Bu? B : Tukang Koran baru lewat. Jawaban (B) dalam (16) di atas bila dilihat sekilas tidak berhubungan, tetapi bila dicermati ada hubungan implikasional yang

22 34 dapat diterangkan. Jawaban (B) dalam (16) memang tidak secara eksplisit menjawab pertanyaan (A). Akan tetapi, dengan memperhatikan kebiasaan tukang koran mengantar surat kabar atau majalah pada mereka, (A) dalam (16) dapat membuat inferensi pukul berapa ketika itu. Dalam (16) terlihat bahwa penutur dan lawan tutur memiliki asumsi yang sama, sehingga hanya dengan mengatakan tukang koran baru lewat (A) sudah merasa terjawab pertanyaannya. Fenomena (16) mengisyaratkan bahwa kontribusi peserta tindak ucap relevansinya tidak selalu terletak pada makna ujarannya, tapi mungkin pula pada apa yang diimplikasikan ujaran tersebut. Kecenderungan adanya keterkaitan antara bagian-bagian ujaran di dalam dialog secara eksplisit ditegaskan oleh Grice sebagai berikut:. Our talk exchanges do not normally consist of a succession of disconnected remarks, and would not be rational if they did. They are charaacteristycally, or to some degree at least, cooperative efforts; and each participants recognizes is them (dalam Wijana, 2009: 49) 4. Maksim Pelaksanaan (Maxim of Manner) Dalam maksim pelaksanaan, hal yang ditekankan bukan mengenai apa yang dikatakan, tetapi bagaimana cara mengungkapkan. Sebagai aturan utama, Grice (2006: 68) menyebutkan Be perspicacious atau Anda harus berbicara jelas. Selanjutnya Grice

23 35 menguraikan aturan utama di atas menjadi empat aturan khusus, yaitu : a. Avoid obscurity of expression. b. Avoid ambiguity. c. Be brief (avoid unnecessary prolixity). d. Be orderly. Dalam maksim pelaksanaan, peserta tutur harus bertutur secara langsung, jelas, dan tidak kabur. Orang yang bertutur dengan tidak mempertimbangkan hal-hal di atas dapat dikatakan melanggar prinsip kerja sama Grice karena tidak mematuhi maksim pelaksanaan. Berkenaan dengan maksim ini, Rahardi (2005: 57 58) memberikan contoh sebagai berikut : (17) A : Ayo, cepat dibuka! B : Sebentar dulu, masih dingin. Wacana (17) di atas memiliki kadar kejelasan yang rendah, karena berkadar kejelasan rendah dengan sendirinya kadar kekaburannya tinggi. Tuturan (A) sama sekali tidak memberikan kejelasan tentang apa yang sebenarnya diminta oleh si mitra tutur. Dapat dikatakan demikian karena tuturan itu dimungkinkan untuk ditafsirkan bermacam-macam. Demikian pula tuturan yang disampaikan (B) mengandung kadar ketaksaan yang cukup tinggi. Tuturan-tuturan demikian dapat dikatakan melanggar prinsip kerja

24 36 sama karena tidak mematuhi maksim pelaksanaan. Berikut ini adalah contoh lain yang diberikan oleh Wijana : (18) Nanti kalau di Gardena jangan lewat di tempat b-o-n-e-k-a ya! Dengan maksim ini seorang penutur diharuskan menafsirkan kata-kata yang digunakan oleh lawan bicaranya secara taksa berdasarkan konteks-konteks pemakaiannya. Hal ini didasari prinsip bahwa ketaksaan tidak akan muncul bila kerja sama antara peserta tindak tutur selalu dilandasi oleh pengamatan yang seksama terhadap kriteria-kriteria pragmatik. Menurut Wijana (2009: 50-51) dalam pertuturan yang wajar, percakapan seperti contoh di bawah ini tidak akan ditemui: (19) A : Masak Peru Ibu Kotanya Lima Banyak amat. B : Bukan jumlahnya, tetapi namanya. (20) A : Saya ini pemain gitar solo. B : Kebetulan saya orang Solo. Coba hibur saya dengan lagulagu daerah Solo. Bila konteks pemakaian dicermati, kata Lima yang diucapkan (A) tidak mungkin ditafsirkan atau diberi makna nama bilangan dan solo yang bermakna tunggal tidak akan ditafsirkan nama kota di Jawa Tengah karena di dalam pragmatik konsep ketaksaan atau (ambiguity) tidak dikenal. Grice (2006: 69) membuat analogi bagi kategorikategori maksim percakapannya sebagai berikut:

25 37 a. Quantity. If you are asissting mend a car, I expect your contribution to be neither more nor less than is required; if, for example, at a particular stage I need four screws, I expect you to hand me four, rather than two or six. b. Quality. I expect your contributions to be genuine and not spurious. If I need sugar as an ingredient in the cake you are assisting me to make, I do not expect you to hand me salt, If I need a spoon, I do not expect a trick spoon made of rubber. c. Relation. I expect a partners contribution to be appropriate to immediate needs at each stage of the transaction; if I am mixing ingredients for a cake, I do not expect to be handed a good book, or even an oven cloth (though this might be an appropriate contribution at later stage). d. Manner. I expect a partner to make it clear what contribution he is making, and to execute his performance with reasonable dispatch. Analogi maksim-maksim yang dikemukakan Grice di atas kurang lebih memiliki arti sebagai berikut : a. Maksim kuantitas. Jika anda membantu saya memperbaiki mobil, saya mengharapkan kontribusi anda tidak lebih atau tidak kurang dari apa yang saya butuhkan. Misalnya, jika pada tahap tertentu saya membutuhkan empat obeng, saya mengharapkan anda mengambilkan empat bukannya dua atau enam.

26 38 b. Maksim kualitas. Saya mengharapkan kontribusi anda sungguhsungguh, bukan sebaliknya. Jika saya membutuhkan gula sebagai bahan adonan kue, saya tidak mengharapkan anda memberi saya garam. Jika saya membutuhkan sendok, saya tidak mengharapkan anda mengambilkan sendok-sendokan atau sendok karet. c. Maksim relevansi. Saya mengharapkan kontribusi teman kerja saya sesuai dengan apa yang saya butuhkan pada setiap tahapan transaksi. Jika saya mencampur bahan-bahan adonan kue, saya tidak mengharapkan diberikan buku yang bagus, atau bahkan kain oven meskipun benda yang terakhir ini saya butuhkan pada tahapan berikutnya. d. Maksim pelaksanaan. Saya mengharapkan teman kerja saya memahami kontribusi yang harus dilakukannya dan melaksanakannya secara rasional. 4. Sejarah Perkembangan Toko Online Toko online di Indonesia baru mulai populer di tahun Pada akhir tahun 2008 jumlah toko online di Indonesia meningkat puluhan hingga ratusan persen dari tahun sebelumnya. Faktor pendukungnya adalah makin banyaknya pengguna internet di Indonesia, hanya sekitar orang pada tahun 2000 menjadi pengguna pada tahun 2008 (internetworldstats.com, data hingga Juni 2008). Faktor kedua yang menyebabkan hal tersebut, karena semakin mudah dan murahnya

27 39 koneksi internet di Indonesia, ketiga semakin banyak pendidikan dan pelatihan pembuatan toko online dengan harga sangat terjangkau. Perkembangan online shopping atau belanja online seperti halnya Tokopedia.com, blibli.com, tokobagus.com, kini semakin ramai dengan berbagai jenis produk mulai dari fashion, makanan, keperluan rumah tangga, sampai gadget dll. Saat ini diperkirakan jumlah toko online di Indonesia telah berjumlah ratusan. Semakin banyak e-commerce (layanan untuk sarana jual/beli online) yang berkembang di Indonesia membuat banyak perubahan pola belanja masyarakat yang awal bersifat konvensional kini berbelanja cukup dengan memilih produk yang ada di web/blog. Website depkominfo telah mempunyai halaman sistem informasi pemetaan e-commerce Indonesia, namun sistem tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya. Beberapa toko online memiliki data web yang selalu terupdate dan memiliki informasi kontak yang jelas. Toko online lainnya ada yang datanya tidak update (informasi terakhir adalah data antara 1 bulan hingga 12 bulan sebelumnya), ada pula yg tidak memiliki informasi kontak secara jelas, dan fitur e-commerce yang tidak lengkap. Saat ini diperkirakan jumlah toko online di Indonesia telah berjumlah ratusan, Menurut data statistik: jumlah masyarakat online di seluruh dunia (data tahun 2007) adalah 1,2 milyar dan diperkirakan bertumbuh menjadi 1,9 milyar pada tahun Pertumbuhan pengguna internet yang amat pesat tampak di seluruh benua, benua Asia tertinggi

28 40 dari benua-benua lainnya. Data Jurnal Bisnis Internasional: para pebisnis kecil yang menggunakan internet marketing bertumbuh 46 % lebih cepat dibanding mereka yang belum menggunakan internet marketing. Media digital seperti internet telah merajai seluruh area bisnis dan komunikasi, mengalahkan media print (cetak). Toko online sangat indentik dengan UMKM, baik dari segi permodalan hingga manajemennya, bedanya hanya medianya saja. UMKM menganut media offline, sedangkan toko online menggunakan cara online. Namun satu hal yang cukup penting adalah belum adanya lembaga yang mewadahi dan mampu melindungi toko online Indonesia. Untuk komunitas toko atau bisnis online sendiri ada beberapa yang sudah terbentuk diharapkan dapat menumbuhkan bisnis online di Indonesia.

29 41 C. Kerangka Pikir Kerangka pikir merupakan sebuah cara kerja yang dilakukan oleh peneliti untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Kerangka pikir terkait dalam penelitian ini secara garis besar dilukiskan pada bagan di bawah ini. Sumber data penelitian ini adalah percakapan atau dialog dalam bahasa transaksi jual beli online di Tokopedia.com. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui data dalam penelitian ini adalah tuturan antara penjual dan pembeli beserta konteksnya yang mengandung prinsip kerja sama. Keseluruhan tuturan beserta konteksnya yang terdiri atas beberapa pematuhan dan pelanggaran jenis tuturan dianalisis menggunakan kajian pragmatik yakni teori prinsip kerja sama Grice. Kemudian setelah diketahui beberapa pematuhan dan pelanggaran yang terdapat dalam bahasa transaksi jual beli di Tokopedia.com, terlihat prinsip kerja sama yang mendominasi dan mengapa pelanggaran atau pematuhan tersebut mendominasi. Setelah itu penulis dapat memperoleh hasil simpulan dari pembahasan dalam penelitian ini.

30 42 Bagan 1. Kerangka Pikir Penelitian Tokopedia.com di media sosial pada bulan Januari sampai Maret 2015 Tuturan Antara Penjual dan Pembeli dalam Proses Jual Pragmatik Teori Prinsip Kerja Sama Grice Konteks Pelanggaran Pematuhan Pembahasan untuk menghasilkan simpulan

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang II. LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu salah satunya yaitu tentang pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi dengan media tulisan, seperti SMS (Short Message Service), surat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi dengan media tulisan, seperti SMS (Short Message Service), surat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam masyarakat. Bahasa ditinjau dari segi fungsinya, memiliki fungsi beraneka ragam. Salah satu diantaranya yang paling menonjol

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru harus menerapkan pendekatan komunikatif. Dengan pendekatan komunikatif

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA Ratna Susanti, S.S.,M.Pd. Politeknik Indonusa Surakarta ratnasusanti19@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini membahas

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab III ini dikemukakan mengenai metode penelitian yang peneliti gunakan. Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya agar apa yang disampaikan dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS 9 BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengantar Sehubungan dengan masalah yang ditemukan pada penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan wujud Prinsip Kerja Sama di dalam dialog antartokoh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sejenis Sebelumnya Penelitian tentang humor mengenai prinsip kerjasama sudah penah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, antara lain Rini Devi Ellytias (2013)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule

BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY 2.1 Pragmatik Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule (1996) dalam Makyun Subuki (http://tulisanmakyun.blogspot.com/2007/07/linguistikpragmatik.html)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA TAYANGAN GALAU NITE DI METRO TV: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA TAYANGAN GALAU NITE DI METRO TV: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA TAYANGAN GALAU NITE DI METRO TV: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat berkomunikasi antara sesama manusia lainnya. Salah satu media yang digunakan dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi, digunakan oleh anggota masyarakat untuk berinteraksi, dengan kata lain interaksi atau segala macam kegiatan komunikasi di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK

PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK Indah Riyanti Pascasarjana UNNES indahriyantipps@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan jalan yang ditempuh peneliti dalam menuju ke pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur kerja bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi dengan yang lain, manusia memiliki emosi yang dapat diekspresikan melalui banyak hal. Salah satu contoh emosi tersebut ialah perasaan kebencian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Teori yang menjadi dasar dalam penelitian ini meliputi konsep mengenai (1) pengertian pragmatik, (2) pengertian prinsip kerja sama, (3) pengertian maksim kuantitas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia.tanpa bahasa kehidupan manusia akan lumpuh dalam komunikasi atau beinteraksi antarindividu maupun kelompok.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang telekomunikas. Saat ini untuk berkomunikasi dengan orang lain sangatlah

Lebih terperinci

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). Komunikasi merupakan suatu hal penting dalam membangun relasi antarindividu. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur merupakan gejala individual, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa si penutur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesan secara cepat dan ringkas, situasi atau kejadian-kejadian tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi Pena pppp Vol.7,m,m[Type No.2 text]njnj Desember 2017 ISSN 2089-3973 PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi ABTRACT The results of this

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian diperlukan dalam pencapaian sasaran penelitian, seperti yang ditegaskan oleh Sudaryanto (1992:25) bahwa metode dalam penelitian sangat dibutuhkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan manusia salah satunya yaitu sebagai alat komunikasi dengan lingkungannya. Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media massa baik lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Diajukanoleh

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan dalam drama seri House M.D. di mana tuturantuturan dokter Gregory House

Lebih terperinci

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan atau dihindari dari kehidupan manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya,

Lebih terperinci

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU 194 PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU Titje Puji Lestari, M.Pd. Dosen Bahasa Indonesia Universitas Dehasen Bengkulu titjepujilestari90@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi atau melakukan tindak tutur jika sedang berinteraksi dengan sesamanya. Searle mengatakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian tertentu, berdasarkan teknik pendekatannya dapat dikaji melalui 2 cara yakni melalui metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna

BAB I PENDAHULUAN. dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna ucapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi jual-beli. Hal ini dapat ditemukan dalam setiap transaksi jual-beli di

BAB I PENDAHULUAN. interaksi jual-beli. Hal ini dapat ditemukan dalam setiap transaksi jual-beli di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mendengar kata pasar tidak lebih dari anggapan bahwa adanya pembeli dan penjual harus bertemu secara langsung untuk mengadakan interaksi jual-beli. Hal ini dapat ditemukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi)

I. PENDAHULUAN. komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia, bahkan bahasa selalu digunakan oleh manusia dalam segala kegiatan. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam setiap melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang tepat sehingga

III. METODE PENELITIAN. Dalam setiap melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang tepat sehingga III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Dalam setiap melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang tepat sehingga penelitian dapat bermanfaat bagi pembaca. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang dirilis pada 10 Mei 2013, banyak pro dan kontra dalam pembuatanya, seperti yang dikutip oleh penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur

Lebih terperinci

ERIZA MUTAQIN A

ERIZA MUTAQIN A IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA BAHASA IKLAN PRODUK (STUDI KASUS DI RADIO GSM FM) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah EKO CAHYONO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan memberikan informasi kepada sesama. Dalam hal ini, keberadaan bahasa diperlukan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi

Lebih terperinci

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia   ABSTRAK REALISASI PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN SMA MUHAMMADIYAH PURWOREJO TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMA Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media pembentuk kebahasaan yang menjadi kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena melalui bahasa baik verbal maupun non verbal manusia

Lebih terperinci

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7 Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya ISSN 2527-4104 Vol. 1 No.1, 1 April 2016 REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7 Haswinda Harpriyanti dan Helda Safitri Oktani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari komunikasi. Manusia memerlukan bahasa baik secara lisan maupun tertulis sebagai sarana mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang tersebut diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik dan sebagainya. Berbeda

Lebih terperinci

BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN

BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN 12 BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN Pada bab ini peneliti menguraikan beberapa landasan teori yang akan diperlukan untuk menganalisis data sesuai dengan

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung verianingtias@gmail.com Abstrak Penelitian ini mengkaji prinsip kerja sama pada sinetron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antar sesama dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menyampaikan maksud dan tujuan kepada orang lain sehingga dapat

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Disarikan dari buku:

PRAGMATIK. Disarikan dari buku: PRAGMATIK Disarikan dari buku: Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Graha Ilmu: Yogyakarta. Cutting, Joan. 2006. Pragmatics and Discourse 2 nd Edition. New York: Rouledge. Wijana, I Dewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara

BAB I PENDAHULUAN. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tentu sering melakukan percakapan. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara (speaker) dan seorang

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS Tinjauan Pragmatik Skripsi diusulkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Diajukan oleh: Ardison 06184023 JURUSAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman pada saat ini banyak menuntut masyarakat untuk memahami berbagai macam penggunaan bahasa yang digunakan sebagai suatu alat untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret: satu istilah dapat mengandung

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR WACANA HUMOR DALAM RUBRIK MESEM SURAT KABAR HARIAN WARTA JATENG

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR WACANA HUMOR DALAM RUBRIK MESEM SURAT KABAR HARIAN WARTA JATENG PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR WACANA HUMOR DALAM RUBRIK MESEM SURAT KABAR HARIAN WARTA JATENG NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif adalah metode penelitian dengan cara menggambarkan atau menuliskan keadaan subjek

Lebih terperinci

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sosiolinguistik sebagai cabang linguistik memandang atau menempatkan kedudukan bahasa di dalam masyarakat, karena dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbagai peristiwa yang terjadi di negeri ini, termasuk kisruh di lingkungan pemerintahan tak lepas dari sorotan masyarakat. Hal itu ditandai oleh semakin

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk percakapan yang mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di kelas. Dengan

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan

Lebih terperinci

BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR. Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas

BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR. Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas 8 BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas koperasi saat melakukan transaksi dengan nasabah atau sebaliknya

Lebih terperinci