Analisis Risiko K3 di PLTA Berdasarkan Hazard Identification Risk Analysis and Risk Control (HIRARC)
|
|
- Leony Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Petunjuk Sitasi: Sari, R. A., & Budi, K. Y. (2017). Analisis K3 di PLTA Berdasarkan Hazard Identification Risk Analysis and Risk Control (HIRARC). Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B ). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya. Analisis K3 di PLTA Berdasarkan Hazard Identification Risk Analysis and Risk Control (HIRARC) Ratih Ardia Sari (1), Kartika Yanuar Budi (2) (1), (2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl MT Haryono no 167 Malang, Indonesia (1) ABSTRAK Dalam perkembangan industri yang semakin pesat, perusahaan menggunakan berbagai modern. Namun seiring dengan penggunaan dan perkembangan alat berat dan modern ini, resiko keselamatan dan kesehatan kerja juga kian meningkat. Begitu pun di PLTA yang menghasilkan produk berupa pasokan listrik. Dalam mengoperasikan pembangkit, terdapat banyak risiko yamg akan muncul terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan pekerja. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode untuk mengelola risiko tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi, mengukur dan mengevaluasi risiko kesehatan dan keselamatan kerja yang terjadi di waduk, ruang turbin, switchgear, dan bengkel di PLTA. Pada penelitian ini pengelolaan risiko dilakukan melalui metode Hazard Identification, Risk Analysis and Risk Control (HIRARC). Dalam metode HIRARC, risiko akan diidentifikasi melalui bahaya yang mungkin muncul (hazard identification) yang dapat terjadi seluruh aktifitas yang terjadi di perusahaan. Dari hazard identification maka selanjutnya dilakukan penilaian risiko (risk assessment) dari bahaya tersebut yang selanjutnya dilakukan pengendalian bahaya (risk control). Dari metode HIRARC didaptakan nilai risiko tertinggi berada pada lokasi turbin, dengan nilai 72 (kategori risiko IV) selanjutnya pada lokasi waduk dengan nilai 36 (kategori risiko III), lokasi switchgear dan bengkel masing-masing dengan nilai risiko 19.2 (kategori risiko II). Dari masingmasing risiko di beberapa lokasi dianaalisis dengan root cause analysis dan diberikan pengendalian risikonya. Kata kunci HIRARC, kesehatan dan keselamatan kerja, PLTA, risiko I. PENDAHULUAN Keselamatan dan kesehatan kerja dunia industri saat ini memiliki peranan yang penting. Dalam perkembangan dunia industri yang semakin pesat, perusahaan saat ini menggunakan berbagai modern yang dapat memudahkan pekerjaan manusia serta dapat meningkatkan produktivitas. Manusia sebagai faktor utama penentu tingkat produktivitas kegiatan industri saat ini dihadapkan pada dan alat berat demi mengikuti perkembangan teknologi. Namun seiring dengan penggunaan dan perkembangan alat berat dan modern ini, resiko keselamatan dan kesehatan kerja juga kian meningkat. Tenaga kerja yang ditugaskan untuk mengoperasikan alat berat harus memenuhi standar keamanan dan kesehatan lingkungan kerja sehingga produktivitasnya tetap terjaga. Namun pada kenyataannya, masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih tinggi. PLTA merupakan perusahaan yang menghasilkan produk berupa pasokan listrik dengan kegiatan inti adalah pembangkitan tenaga listrik. Perusahaan ini mengoperasikan 13 Pembangkitan Listrik Tenaga Air (PLTA). Dalam mengoperasikan pembangkit ini, terdapat banyak risiko yamg akan muncul terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan pekerja. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode untuk mengelola risiko tersebut. Pengelolaan risiko dapat dilakukan melalui manajemen risiko. Manajemen risiko dilakukan melalui beberapa tahap yaitu mengidentifikasi risiko, mengukur risiko dan merespon risiko tersebut. Pada penelitian ini manajemen risiko dilakukan melalui metode Hazard Identification, Risk Analysis and Risk Control (HIRARC). Pada HIRARC, risiko diidentifikasi berdasarkan lokasi dan pengukuran risiko dilakukan melalui nilai severity / dampak dan likelihood / kemungkinan terjadi. B-285
2 Sari dan Budi Dari pengukuran risiko akan didapatkan risiko tertinggi yang kemudian akan dianalisa lebih lanjut sehingga dapat diketahui akar masalah serta dapat dibuat risk respon planning. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi, mengukur dan mengevaluasi risiko kesehatan dan keselamatan kerja yang terjadi di waduk, ruang turbin, switchgear, dan bengkel di PLTA. Dengan mengetahui risiko maka perusahaan dapat meminimalisir kemungkinan serta dampak risiko tersebut sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas dan profitabilitas perusahaan. II. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan inti PLTA adalah pembangkitan tenaga listrik yang mengoperasikan 13 Pembangkitan Listrik Tenaga Air (PLTA) yang tersebar di sepanjang aliran tiga sungai dengan total daya terpasang sekitar 281 Megawatt (MW) dan mampu memproduksi energi listrik rata-rata Gwh pertahun. Banyaknya yang dipergunakan pada pembangkit ini, maka risiko terhadap kesehatan dan kecelakaan kerja juga akan semakin meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode untuk mengelola risiko tersebut. Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode HIRARC. Dalam metode HIRARC, risiko akan diidentifikasi melalui bahaya yang mungkin muncul (hazard identification) yang dapat terjadi seluruh aktifitas yang terjadi di perusahaan. Dari hazard identification maka selanjutnya dilakukan penilaian risiko (risk assessment) dari bahaya tersebut yang selanjutnya dilakukan pengendalian bahaya (risk control). Risk control dilakukan agar dapat meminimalisir tingkat risiko baik dengan mengurangi severity maupun likelihood. Identifikasi hazard dilakukan pada waduk, turbin, switchgear, dan bengkel melalui metode HIRARC. Dari masing-masing data HIRARC pada lokasi tersebut, diurutkan potensi dampak risiko tertinggi berdasarkan kategori risiko seperti pada tabel 1 berikut ini. Sedangkan dampak pada masing-masing lokasi dapat dilihat pada tabel 2. No Tingkat Kategori 1 85 V IV III II I Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Keparahan Sangat parah. Cacat permanen, kematian, terdapat jam kerja hilang lebih dari 1x24 jam. Total kerugian kecelakaan kerja lebih dari Rp ,- Parah. Memerlukan tindakan medis lanjut/ rujukan, cacat sementara, terdapat jam kerja hilang 1x24 jam. Total kerugian kecelakaan kerja antara Rp ,- - Rp ,- Sedang. Mendapat P3K atau tindakan medis, tidak ada hilang jam kerja lebih dari 1x24 jam. Total kerugian kecelakaan kerja antara Rp ,- - Rp ,- Ringan. Cedera ringan, tenaga kerja dapat langsung bekerja kembali. Total kerugian kecelakaan kerja antara Rp ,- - Rp ,- Sangat ringan. Tidak terdapat cedera/penyakit, tenaga kerja dapat langsung bekerja kembali. Sedang. Total kerugian kecelakaan kerja kurang dari Rp ,- Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa pada tiap-tiap lokasi memiliki nilai risiko dan kategori risikonya. yang akan dianalisa pada penelitian ini merupakan risiko yang memiliki nilai risiko tertinggi atau masuk kategori yang tinggi di masing-masing lokasi. Pada waduk, dampak tertinggi disebabkan karena kerusakan peralatan pada proses dengan nilai risiko 36 dan termasuk pada kategori risiko III. Dampak ini disebabkan diantaranya karena yang digunakan rentan dan sering digunakan melewati batas kemampuan -nya, serta faktor lingkungan misalnya cuaca dan bencana. Pada lokasi turbin, kerusakan peralatan dan bahaya kesehatan pada proses memiliki nilai risiko tertinggi dengan nilai 72 dan termasuk pada kategori risiko IV. Dampak ini disebabkan diantaranya karena sering terjadi benturan dengan alat lain, tidak disiplin meletakkan barang (kurangnya 5S), dan kecelakaan manusia pada itu sendiri. Dampak tertinggi pada lokasi switchgear adalah B-286
3 Analisis K3 di PLTA berdasarkan Hazard Identification Risk Analysis and Risk Control (HIRARC) kerugian tenaga kerja pada proses dengan nilai risiko 19.2 dan termasuk pada kategori risiko II. Dampak ini disebabkan diantaranya karena kemungkinan terjadinya ledakan, korslet, penerangan ruangan kurang, bocor pada case trafo, kesalahan pada manusia (human error), maintenance, dan tindakan pencegahan terhadap kecelakaan. Sedangkan dampak tertinggi pada lokasi bengkel adalah kerugian tenaga kerja pada proses dengan nilai risiko 19.2 dan termasuk pada kategori risiko II. Dampak ini disebabkan diantaranya karena kemungkinan terjadinya ledakan, kebisingan, penerangan ruangan kurang, bocor pada case trafo, kesalahan pada manusia (human error), maintenance, dan tindakan pencegahan terhadap kecelakaan. Tabel 2. Kategori pada tiap lokasi Lokasi Dampak Waduk Turbin Switchgear Bengkel Nilai Kategori Kerusakan peralatan pada proses yang berakibat pada kecelakaan kerja 36 III 24 II Kerusakan alat dan kecelakaan karyawan pada pemeliharaan sistem peralatan 19,2 II Kerugian Tenaga Kerja pada pemeliharaan sistem peralatan 16,2 II Kerugian Tenaga Kerja 14,4 II Kerusakan peralatan & bahaya kesehatan pada proses 72 IV 15 II Kerusakan peralatan pada proses 12 II 19,2 II Kerusakan peralatan pada proses 10,8 II Kerugian Tenaga Kerja pada pemeliharaan sistem peralatan 19,2 II 16,8 II Dari risiko yang memiliki nilai tinggi maka akan dilakukan analisis penyebab terjadinya resiko tersebut dengan menggunakan root cause analysis. Pembuatan root cause analysis dilakukan dengan menggunakan data-data HIRARC, wawancara dengan kepala dan karyawan bidang LK3 di perusahaan serta pengamatan ke lapangan. Root cause dari masing-masing lokasi serta rekomendasi untuk mengurangi kemungkinan serta dampak risiko dapat dilihat pada table 3, 4, 5, dan 6. Tabel 3 Root Cause Analysis pada Waduk Kerusakan peralatan pada proses dan dapat menyebab kan kecelakaan kerja Mesin yang digunakan rentan Kerusakan peralatan atau kebakaran di ruang panel listrik Mesin- tidak dilengkapi pelindung, seperti case Short circuit/ hubungan pendek Bencana alam seperti tanah longsor dan gempa bumi Banjir dari hulu Penjagaan pada pos menyebabkan debit pengamat sering air waduk melebihi kosong. ambang batas. Penambahan pelindung trashrack, pengukur banjir dan pada spillway. Pelatihan penanganan keadaan tanggap darurat dan pemadaman api. Desain kabel listrik yang dapat meminimasi terjadinya hubungan pendek Pelatihan penanganan keadaan tanggap darurat dan evakuasi. Penggunaan fungsi spillway yang tepat waktu dan optimal dengan penjadwalan yang lebih terstruktur untuk penjagaan pada pos pengamat di area waduk. B-287
4 Sari dan Budi Pembagian debit air ke waduk terdekat oleh penjaga di pos pengamat. Tabel 4 Root Cause Analysis pada Turbin Kerusakan peralatan & bahaya kesehatan pada proses pengoperas ian Ledakan/ bocor pada penstock akibat benturan udara dan air Kecelakaan manusia pada Terbakarnya tube oil dan hydraulic system Pecahnya glass casing turbine Udara panas Operator terkena paparan panas dari udara dan turbin Operator terkena ledakan atau percikan api Perubahan beban, tekanan statik pada aliran air di pipa (waterhammer) Operator tidak memakai APD lengkap saat mengoperasikan Instruksi kerja tidak dipahami dengan jelas terlalu panas Over differential pressure Banyaknya yang beroperasi dan ruangan tertutup. Kurang pendingin udara. Terlalu lama berada di area melebihi batas waktu yang diberikan Operator tidak memakai APD lengkap saat mengoperasikan Metode alerting bahaya belum ada untuk beberapa kasus tertentu Pengingat / poka yoke belum ada Penggunaan pipa surge tank untuk mengalirkan udara di pipa ke udara luar Patrol check Pelatihan penanganan ledakan, penanganan kondisi darurat, dan pengendalian alat pemadam untuk seluruh karyawan. Regulasi dan monitoring ketat untuk penggunaan APD selama jam kerja Pelatihan setiap 6 bulan sekali dan transisi yang maksimal Menyediakan sistem pendingin, diantaranya adalah oil cooler generator untuk thrust bearing, untuk governour, untuk turbine bearing, dan air cooler generator. Perawatan berkala 20 tahun sekali (preventive maintenance), dan peremajaan Pelatihan penanganan ledakan, penanganan kondisi darurat, dan pengendalian alat pemadam untuk seluruh karyawan. menyediakan bantalan di sekitar casing turbine untuk meredam tekanan maupun getaran yang dialami gelas casing turbine menyediakan pendingin udara ruangan sehingga sirkulasi udara tetap berjalan Administrasi untuk penjadwalan kerja sesuai dengan batas waktu dan paparan panas Pengendalian suhu udara dengan AC dan ventilasi udara Regulasi dan monitoring ketat untuk penggunaan APD selama jam kerja Menetapkan metode alerting untuk setiap kemungkinan kasus baru yang muncul Memasang lampu indikasi bahwa sedang bekerja dan pintu yang tertutup otomatis ketika menyala yang dapat mencegah operator terjatuh ke nya Salah satu akar masalah kerusakan peralatan di waduk adalah debit air waduk melebihi ambang batas akibat dari hujan atau debit air tinggi dari hulu sungai, sehingga debit harus dibatasi dengan membagi debit air ke berbagai bendungan terdekat sehingga tidak menyebabkan banjir maupun merusak turbin, serta mengalirkan kembali volume air berlebihan pada waduk ke sungai alami melalui spillways. Hal ini bisa dilakukan dengan optimal dan tepat apabila penjagaan di pos B-288
5 Analisis K3 di PLTA berdasarkan Hazard Identification Risk Analysis and Risk Control (HIRARC) pengamat ketat dan siaga serta operator penjaga mengetahui waktu yang tepat untuk membuka pintu spillways maupun ketika trashrack telah penuh dan mengganggu aliran air menuju power intake. Selain itu, - yang digunakan waduk seperti gate spillways, trashrack, dan pengukur debit air juga sebaiknya dipasangkan pelindung atau case sehingga terlindung, mengurangi kerentanan, dan lebih tahan lama. Selain itu, potensi risiko akibat dari kebakaran pada ruang panel listrik di area turbin dapat dikurangi dengan melatih seluruh karyawan untuk keadaan tanggap darurat dan evakuasi, serta pemadaman api. Tabel 5 Root Cause Analysis pada Switchgear Ledakan menyediakan resistor yang dapat mencegah Kelebihan beban listrik trafo terjadinya ledakan ketika beban listrik berlebih Korslet Bocoran air memperbaiki casing trafo dan maintenance yang baik Mengganti jenis lampu yang standar untuk Ruangan gudang di industri, yaitu dengan temperatur Kurangnya penerangan gelap warna cool white atau daylight dan kuat penerangan lux Kerugian Tenaga Kerja pada proses pengoperas ian Bocor di casing trafo Human error Tersengat listrik Kawat trafo kering dan meretak, atau kabel catu daya kering dan pecah Tidak melaksanakan instruksi kerja Operator tidak memakai APD lengkap saat mengoperasikan Metode poka yoke belum ada memperbaiki casing trafo dan penggantian apabila sudah tidak layak pakai. Pelatihan setiap 6 bulan sekali dan transisi yang maksimal Regulasi dan monitoring ketat untuk penggunaan APD selama jam kerja Menambahkan alat pendeteksi yang mampu mencegah operasi yang tidak memungkinkan dan membatalkan perintah dari operator. Tabel 6 Root Cause Analysis pada Bengkel Kerugian Tenaga Kerja pada proses pengoperas ian Tabung las meledak Mesin bising Ruangan gelap Tanda samarsamar Luka terpotong, tertusuk, terjepit, tergores saat workshop beroperasi Gangguan pengelihatan dan pendengaran Nyala api balik Tidak ada isolasi Tidak ada casing Jenis lampu yang digunakan kurang terang Warna pada tanda sudah memudar Tidak melaksanakan instruksi kerja Operator tidak memakai APD lengkap saat mengoperasikan Melaksanakan aktivitas lebih dari waktu yang diizinkan Pelapisan tabung dengan tabung pengaman Menyediakan isolator Menyediakan casing Mengganti jenis lampu yang standar untuk gudang di industri, yaitu dengan temperatur warna cool white atau daylight dan kuat penerangan lux Pengecatan ulang Pelatihan setiap 6 bulan sekali dan transisi yang maksimal Regulasi dan monitoring ketat untuk penggunaan APD selama jam kerja Administrasi untuk penjadwalan kerja sesuai dengan batas waktu dan paparan panas Tersandung Berjalan di lajur yang salah Meyediakan jalur pejalan kaki dengan garis neon terang B-289
6 Sari dan Budi Terbentur, kejatuhan Metode poka yoke belum ada saat membersihkan workshop penjadwalan operasi dan tenaga kerja tidak tepat Memberikan SOP dan pelatihan setiap 6 bulan sekali serta transisi yang maksimal Memberi peringatan sederhana seperti petunjuk di tempat-tempat yang mudah dilihat. Tempat penyimpanan alat bengkel bentuk tertentu yang dikhususkan dan sengaja disesuaikan dengan bentuk barang yang akan disimpan sehingga operator tidak akan salah meletakkan barang. Melakukan pembaharuan penjadwalan operasi dan tenaga kerja Akar masalah dari kerusakan alat dan gangguan kesehatan pada area turbin pada risiko ledakan dan kebocoran di penstock karena terjadinya waterhammer atau benturan udara dengan air yaitu karena terjadinya perubahan beban dan tekanan statik di aliran airnya. Hal ini masih terkendali dengan penggunaan pipa surge tank untuk mengeluarkan udara dan menstabilkan tekanan di pipa dengan udara luar, serta seluruh karyawan diberikan pelatihan mengenai penanganan untuk kondisi darurat, pengendalian alat pemadam. Sementara itu, kecelakaan manusia pada disebabkan karena penggunaan APD yang tidak lengkap saat jam kerja dan karyawan tidak memahami instruksi kerja dengan jelas. Masalah ini dapat ditangani dengan adanya regulasi dan monitoring yang ketat dari perusahaan agar karyawan selalu mengenakan APD dan pelatihan serta transisi yang maksimal setiap 6 bulan sekali. pada kebakaran pada tube oil dan hydraulic system akibat terlalu panasnya dikendalikan dengan penyediaan sistem pendingin seperti oil cooler generator untuk thrust bearing, governour, dan air cooler generator. Sedangkan udara panas dari dan paparan panas pada operator dapat ditangani dengan penyediaan pendingin ruangan dan ventilasi yang cukup. Percikan api yang dapat mengenai operator dapat diatasi dengan pemakaian APD lengkap selama jam kerja. Selain itu, metode alerting untuk beberapa kasus yang baru muncul perlu diterapkan. IV. PENUTUP Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa risiko yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja pada lokasi waduk, turbin, switchgear dan bengkel pada PLTA. Dari metode HIRARC didapakan bahwa nilai risiko tertinggi berada pada lokasi turbin, dengan nilai 72 (kategori risiko IV) selanjutnya pada lokasi waduk dengan nilai 36 (kategori risiko III), lokasi switchgear dan bengkel masing-masing dengan nilai risiko 19.2 (kategori risiko II). Dari masing-masing risiko di beberapa lokasi dianalisis dengan root cause analysis dan diberikan pengendalian risikonya. DAFTAR PUSTAKA Djatmiko, Riswan Dwi, 2016, Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Deepublish. Ferdosi, M., Torkan, M., & Abbasi, S., 2014, Risk management to control needle stick injuries Case report of Hazrate Zahra Hospital ( ) Volume 2. Research Institute of Shakhes Pajouh. Ishamulladien, R.L., Tama, I.P. Riawati, L., 2016, Upaya Reduksi Hazard Untuk Meningkatkan Keselamatan Kerja Pada Sarana Pendidikan Dengan Metode HIRARC Jurnal Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri 4 (8), Malang Paul, F. Wilson, Dell, Larry D., & Anderson, Gaylord, 1993, Root cause Analysis: A Tool for Total Quality Management. Wisconsin: American Society for Quality. Sahab, Syukri, 1997, Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: PT. Bina Sumber Daya Manusia. Suma mur, P.K.,1989, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung. B-290
Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy
Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy di Industri Kapal Andri Kurniawan 1, Mardi Santoso 2, Mey Rohma Dhani 1 1 Program Studi Teknik
Lebih terperinciANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG)
ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG) Rani Rumita *, Susatyo Nugroho W.P., Sari Veronica Jantitya
Lebih terperinciPENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran
Lebih terperinciIdentifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)
Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Maesaroh, Yayan Harry Yadi, Wahyu Susihono,, Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan tulang punggung suksesnya pembangunan bangsa dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri yang pesat tidak hanya ditandai dengan adanya persaingan yang ketat antar perusahaan. Namun, penggunaan teknologi dan material yang berbahaya
Lebih terperincicommit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau
Lebih terperinciUSULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL
USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL Retno Fitri Wulandari 36412165 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN METODE HIRADC PADA PERUSAHAAN PENGOLAHAN KAYU
Journal Industrial Manufacturing Vol. 2, No. 2, Juli 2017, pp.70-76 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN METODE HIRADC PADA PERUSAHAAN
Lebih terperinciSISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN
LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN
Lebih terperinciStrategi Minimisasi Potensi Bahaya Berdasarkan Metode Hazard and Operability (HAZOP) di PT. Agronesia
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Teknik Industri Itenas No.1 Vol. 1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juni 2013 Strategi Minimisasi Potensi Bahaya Berdasarkan Metode Hazard and Operability (HAZOP)
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja memiliki risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung pada jenis industri, teknologi yang digunakan serta pengendalian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan industri digunakan berbagai tingkat teknologi sederhana atau tradisional sampai teknologi maju dan sangat maju. Semakin tinggi teknologi yang digunakan
Lebih terperinciHazard Identification Risk Assessment and Risk Control dan Pemilihan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis
Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control dan Pemilihan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis (Studi Kasus: PT. Pelindo Marine Service) Ragil Aji Samudra 1*, Mey Rohma dhani
Lebih terperinciSMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4
1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat
Lebih terperinciVII. TATA LETAK PABRIK
VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara dinamis seiring dengan kebutuhan manusia yang selalu berubah dan bertambah pula. Perkembangan
Lebih terperinciNaskah Publikasi Ilmiah PERBAIKAN KONDISI KERJA BERDASARKAN PENDEKATAN HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESMENT (HIRA) UNTUK MENGURANGI
Naskah Publikasi Ilmiah PERBAIKAN KONDISI KERJA BERDASARKAN PENDEKATAN HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESMENT (HIRA) UNTUK MENGURANGI KECELAKAAN KERJA KARYAWAN DI UNIT PENGGILINGAN PT MADU BARU YOGYAKARTA
Lebih terperinciAnalisis Risiko Pekerjaan Pemindahan Barang Dengan Forklift Menggunakan Metode HIRARC Dan Penentuan Risk Ranking Menggunakan Fuzzy Logic Control
Analisis Risiko Pekerjaan Pemindahan Barang Dengan Forklift Menggunakan Metode HIRARC Dan Penentuan Risk Ranking Menggunakan Fuzzy Logic Control (Studi Kasus : Pada Perusahaan Distributor Minuman) Alverda
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI
IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI Azham Umar Abidin 1, Fahmi R. Putranto 2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Departemen
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang
Lebih terperinciDIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA 0,8 0,6 0,4 0,2. Ringan Berat Mati 0,69
1 200 150 100 50 0 0 1 2008 2 2009 Ringan Berat Mati 3 2010 4 2011 5 2012 6 2013 No. Tahun RINGAN BERAT MATI TOTAL 1 2008 162 74 19 285 2 2009 176 83 44 303 3 2010 100 94 15 209 4 2011 94 101 22 217 5
Lebih terperinciMEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT KOMATSU INDONESIA
MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT KOMATSU INDONESIA Nama : Fidhini Nurfidiah Firanti NPM : 33413439 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Asep Mohamad Noor, MT. PENDAHULUAN
Lebih terperinciSoal K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Soal K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja BAGIAN A : beri tanda silang pada lembar jawaban yang tersedia KESELAMATAN KERJA 1. Kecelakaan kerja disebabkan oleh perbuatan tidak aman dan kondisi tidak aman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu organisasi baik besar ataupun kecil ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berperan merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan
Lebih terperinciSeminar Nasional Riset Terapan 2015 SENASSET 2015 ISBN: Serang, 12 Desember 2015
Seminar Nasional Riset Terapan 2015 SENASSET 2015 ISBN: 9786027367203 IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO K3 PADA TINDAKAN PERAWATAN & PERBAIKAN MENGGUNAKAN METODE HIRARC (HAZARD IDENTIFICATION AND
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I 1.1 Latar Belakang Dalam sistem PLTA, turbin air tergolong mesin konversi energi yang mengubah energi translasi gerak lurus menjadi energi gerak rotasi. Energi air tergolong energi terbarukan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktivitasnya. Standar operasional perusahaan pun otomatis mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri pada era globalisasi saat ini terlihat semakin pesat, beberapa perusahaan dan institusi berupaya untuk meningkatkan kinerja maupun produktivitasnya.
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah
BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU
IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU Dibuat Oleh, Direview oleh, Disahkan oleh Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh Daftar
Lebih terperinciRancangan Sistem Keselamatan Kerja Stasiun Kerja Induksi Fumace berdasarkan Metode SWIFT (The Structured What-If Analysis)
Rancangan Sistem Keselamatan Kerja Stasiun Kerja Induksi Fumace berdasarkan Metode SWIFT (The Structured What-If Analysis) (Studi Kasus di Unit PRASKA PT.PINDAD Persero Bandung) Hendro Prassetiyo Jurusan
Lebih terperinciKUISIONER PENELITIAN
Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KARYAWAN PT PDSI RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2014 I.
Lebih terperinciKUISIONER PENELITIAN PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD. Pengantar
KUISIONER PENELITIAN No : PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD Pengantar Kuesioner ini disusun untuk melihat dan mengetahui tingkat penerapan
Lebih terperinciMITIGASI DAMPAK KEBAKARAN
LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.
Lebih terperinciMakalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS SISTEM OPERASI DAN PRODUKSI PADA PT. INDONESIA POWER UBP MRICA SUB UNIT PLTA JELOK - SALATIGA
Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS SISTEM OPERASI DAN PRODUKSI PADA PT. INDONESIA POWER UBP MRICA SUB UNIT PLTA JELOK - SALATIGA Agung Suharwanto (L2F008102) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciSecara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban
HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Fasilitas Fisik saat ini yang ada pada ruangan motion capture adalah: Meja komputer Kursi komputer Pintu ruangan Kondisi fasilitas fisik yang tidak ergonomis
Lebih terperinciBAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih
BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan di setiap tempat kerja sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, merupakan kewajiban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaaan manusia telah dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin. Bantuan mesin
Lebih terperinciGLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN
GLOSSARY GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN Bangunan Sipil Adalah bangunan yang dibangun dengan rekayasa sipil, seperti : bangunan
Lebih terperinciPerumusan Masalah : Tujuan Batasan dan Asumsi LANDASAN TEORI Pengertian Risiko Pengendalian Risiko
PT Laban Raya Cakrawala, merupakan perusahaan yang memproduksi lilin dengan berbagai type dan jenis yang bermacam macam seperti lilin penerangan, lilin hias, lilin angka, lilin hotel dan lilin peribadatan.
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi responden
Lampiran 1. Persetujuan Responden LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Sarjana
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7 1. Usaha mengurangi resiko bencana, baik pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
Lebih terperinciCreated by: Esa Rahmanda H Click to edit Master title style
MEMPELAJARI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. INDOLAKTO JAKARTA Created by: Esa Rahmanda H 32410439 Click to edit Master title style Latar Belakang Kebutuhan Manusia Meningkat Perusahaan
Lebih terperinciPROSEDUR OPERASIONAL STANDAR UNIT AIR BAKU
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 26/PRT/M/2014 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR UNIT AIR BAKU
Lebih terperinciSOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TUJUAN Memelihara lingkungan kerja yang sehat. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja. Mencegah dan mengobati
Lebih terperinciCONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi
CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi KEBIJAKAN K3 Konstruksi VISI PERUSAHAAN MENJADI BADAN USAHA TERKEMUKA DIBIDANG KONSTRUKSI, yang mengandung arti Menduduki posisi 3 besar dalam pencapaian
Lebih terperinciVII. TATA LETAK PABRIK
VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan
Lebih terperinciRISK ASSESSMENT KECELAKAAN KERJA PADA PENGOPERASIAN BOILER DI PT. INDONESIA POWER UNIT PEMBANGKITAN SEMARANG
RISK ASSESSMENT KECELAKAAN KERJA PADA PENGOPERASIAN BOILER DI PT. INDONESIA POWER UNIT PEMBANGKITAN SEMARANG Eliza Marceliana Zeinda, Sho im Hidayat Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas
Lebih terperinciBAB III PEMILIHAN TURBIN DAN PERANCANGAN TEMPAT PLTMH. Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari
BAB III PEMILIHAN TURBIN DAN PERANCANGAN TEMPAT PLTMH 3.1 Kriteria Pemilihan Jenis Turbin Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari jenis-jenis turbin, khususnya untuk
Lebih terperinci1.1 ISOLASI Gagal Mengisolasi
1.1 ISOLASI 1.1.1 Gagal Mengisolasi Sebuah pompa sedang dipreteli untuk perbaikan. Ketika tutupnya dibuka, minyak panas di atas temperatur nyala-otomatis, menyembur dan terbakar. Tiga orang terbunuh, dan
Lebih terperinciSeminar Nasional IENACO ISSN: PENILAIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC DI PT. X PASURUAN JAWA TIMUR
PENILAIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC DI PT. X PASURUAN JAWA TIMUR Reza Anggara Putra 1), Minto Basuki 2) 1,2 Magister Teknik Industri, Institut Teknologi Adhi Tama, Surabaya Jl.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO DAN TINDAKAN PENGENDALIAN
RESIKO DAN TINDAKAN Dibuat Oleh, Direview oleh, Disahkan oleh Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh Daftar Isi 1. Tujuan...4 2. Ruang Lingkup... 4 3. Referensi... 4 4. Definisi...
Lebih terperinciLAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA - 2 - CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI Kejadian Awal Terpostulasi No. Kelompok
Lebih terperinciCONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI Kejadian Awal Terpostulasi No. Kelompok
Lebih terperinciTUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK
TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman
Lebih terperinciIdentifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel Umum Unit 1-4 Dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT.Indonesia Power UBP Suralaya
Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel Umum Unit 1-4 Dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT.Indonesia Power UBP Suralaya Brian Hadi W 1, Ade Sri Mariawati 2 12 Jurusan Teknik Industri
Lebih terperinciAnalisis Kecelakaan Kerja di Stasiun Pengisian Tabung LPG
Analisis Kecelakaan Kerja di Stasiun Pengisian Tabung LPG Afan Kurniawan Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan Jl. Prof. Dr. Soepomo, Janturan, Yogyakarta pakafan@gmail.com
Lebih terperinciPANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI
PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. Cadasari Kab. Pandeglang Banten DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,
BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai
Lebih terperinci128 Universitas Indonesia
BAB 8 PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap audit keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan gedung
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional adalah bidang ekonomi khususnya pada sektor industri. Pada sektor ini telah terjadi peningkatan
Lebih terperinciSESSION 12 POWER PLANT OPERATION
SESSION 12 POWER PLANT OPERATION OUTLINE 1. Perencanaan Operasi Pembangkit 2. Manajemen Operasi Pembangkit 3. Tanggung Jawab Operator 4. Proses Operasi Pembangkit 1. PERENCANAAN OPERASI PEMBANGKIT Perkiraan
Lebih terperinciPENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI
PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
Lebih terperinciLOGO. Lingkungan Fisik Area Kerja
LOGO Lingkungan Fisik Area Kerja LOGO Identifikasi Lingkungan Kerja Fisik No Jenis Area Temperatur Kebisingan Pencahayaan Udara Ruang Gerak Lantai Dinding Atap 1 Buffer area 27-30 C 85 dba Tidak ada bau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi telah tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat
Lebih terperinciTabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi, atau dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lainnya termasuk
Lebih terperinciadalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak
Lebih terperinciHIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)
HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT. Hazard Identification Pengalaman menunjukkan
Lebih terperinciMateri 6. Oleh : Agus Triyono, M.Kes. td&penc. kebakaran/agust.doc 1
Materi 6 Oleh : Agus Triyono, M.Kes td&penc. kebakaran/agust.doc 1 TETRA HEDRON KESELAMATAN MENGENALI MENGHINDARI BAHAYA PELATIHAN KESEHATAN FISIK PERLENGKAPAN PELINDUNG TUBUH td&penc. kebakaran/agust.doc
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu penghasil karet yang ada di Indonesia yang memiliki areal perkebunan yang cukup luas. Badan Pusat Statistik propinsi Sumatera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia ditandai dengan adanya bermunculan proyek yang dibangun baik oleh pemerintah maupun oleh swasta.
Lebih terperinciMAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)
MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Di Susun Oleh: 1. VENDRO HARI SANDI 2013110057 2. YOFANDI AGUNG YULIO 2013110052 3. RANDA MARDEL YUSRA 2013110061 4. RAHMAT SURYADI 2013110063 5. SYAFLIWANUR
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS
ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS Disusun Oleh: Okky Oksta Bera (35411444) Pembimbing : Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.
Lebih terperinciFORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI
FORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI Penerapan Formulir Prosedur Operasi Standar Risiko Tinggi disarankan untuk proses, eksperimen, atau manipulasi yang mengandung risiko tinggi dan yang memerlukan
Lebih terperinciBAB IX ASURANSI ANEKA
BAB IX ASURANSI ANEKA Jika di depan telah dipaparkan tentang asuransi jiwa dan asuransi kerugian secara panjang lebar, berikut ini akan dipaparkan asuransi aneka. Uraian-uraian berikut ini mencakup macam-macam
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan
Lebih terperinciLAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK
LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK UNTUK PLTM...... X... MW PROVINSI... LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK DAFTAR ISI 1. Definisi 2. Informasi Umum Pembangkit 3. Informasi Finansial Proyek 4. Titik Interkoneksi 1. Definisi
Lebih terperinciINSTALASI PERMESINAN
INSTALASI PERMESINAN DIKLAT MARINE INSPECTOR TYPE-A TAHUN 2010 OLEH MUHAMAD SYAIFUL DITKAPEL DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT KEMENTRIAN PERHUBUNGAN INSTALASI LISTRIK PELAYANAN LISTRIK HARUS MAMPU
Lebih terperinciAnalisis Kecelakaan Kerja Untuk Meminimisasi Potensi Bahaya Menggunakan Metode Hazard and Operability dan Fault Tree Analysis (Studi Kasus Di PT X) *
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2014 Analisis Kecelakaan Kerja Untuk Meminimisasi Potensi Bahaya Menggunakan
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control
148 BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control Questionnaires (ICQ), observasi, inspeksi dokumen, dan reperforming terhadap pelaksanaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu persoalan dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Kesehatan dan keselamatan kerja
Lebih terperinciKumpulan gambar pemeriksaan dan perbaikan dari hal yang mudah terlenakan Bab Perindustrian
Kumpulan gambar pemeriksaan dan perbaikan dari hal yang mudah terlenakan Bab Perindustrian Institut Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Dewan Eksekutif Yuan Berdasarkan data 5 tahun terakhir dari pemeriksaan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya
BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan teknologi dan industri di Indonesia mendorong munculnya industriindustri berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya kompetisi
Lebih terperinci#7 PENGELOLAAN OPERASI K3
#7 PENGELOLAAN OPERASI K3 Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat beberapa persyaratan yang dapat dijadikan suatu rujukan, yaitu: 1. OHSAS 18001 2. Permenaker 05/MEN/1996 Persyaratan OHSAS 18001
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan kerja agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempat
Lebih terperinciPROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH JL. BRIGJEND. SUDIARTO NO. 347 SEMARANG 2014 PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN A. Pendahuluan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di pabrik paralon PVC X, berikut adalah kesimpulan yang di dapatkan : 1. Pabrik paralon PVC X kurang memperhatikan
Lebih terperinciJUDUL : Managemen Tanggap Darurat
JUDUL : Managemen Tanggap Darurat DESKRIPSI : Bagian ini menjelaskan identifikasi kompetensi yang dibutuhkan dalam mengelola operasional tanggap darurat, memeriksa peralatan dan fasilitas tanggap darurat,
Lebih terperinciANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY
ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY Pengendalian Bahaya berguna agar terjadinya incident, accident penyakit akibat hubungan kerja ditempat kerja berkurang atau tidak
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah
Lebih terperinciINFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT
INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT Kecelakaan kerja di Indonesia telah menghabiskan uang negara sebesar 280 triliun rupiah (Kemenkes RI 2014). Dalam rangka memberikan
Lebih terperinciMITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran
K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.
Lebih terperinciDefinisi dan Tujuan keselamatan kerja
Definisi dan Tujuan keselamatan kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan & proses pengolahannya, landasan tempat kerja & lingkungannya serta cara-cara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA
BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA 3.1 Bendungan Gambar 3.1 Ilustrasi PLTMH cinta mekar (sumber,ibeka, 2007) PLTMH Cinta Mekar memanfaatkan aliran air irigasi dari sungai Ciasem yang berhulu di Gunung
Lebih terperinciBAB VII PEMBAHASAN. 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh
BAB VII PEMBAHASAN 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh Prosedur kerja yang diterapkan oleh pekerja las asetilin di bagian Rangka Bawah PT. Kereta Api belum sesuai dengan
Lebih terperinciEvaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001:2007 pada Perusahaan Perkebunan di Sumatera Utara
Petunjuk Sitasi: Delvika, Y. (2017). Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001:2007 pada Perusahaan Perkebunan Di Sumatera Utara. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp.
Lebih terperinci