PENERAPAN TARIF, PEMOTONGAN SERTA PELAPORAN SPT UNTUK PAJAK SEWA HARTA PADA PT UNI BATAM ABADI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN TARIF, PEMOTONGAN SERTA PELAPORAN SPT UNTUK PAJAK SEWA HARTA PADA PT UNI BATAM ABADI"

Transkripsi

1 PENERAPAN TARIF, PEMOTONGAN SERTA PELAPORAN SPT UNTUK PAJAK SEWA HARTA PADA PT UNI BATAM ABADI TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Diploma III Oleh: SUTINA PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN MANAJEMEN BISNIS POLITEKNIK NEGERI BATAM 2012 i

2 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar Nama : SUTINA NIM : Tanda Tangan : Tanggal : 17 Juli 2012 ii

3 LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PENERAPAN TARIF, PEMOTONGAN SERTA PELAPORAN SPT UNTUK PAJAK SEWA HARTA PADA PT UNI BATAM ABADI Oleh: SUTINA BATAM, Dosen Pembimbing ARNIATI, SE., MSI., AK NIK Dosen Penguji I Dosen Penguji II ELY KARTIKANINGDYAH, M.SI. NIK CHICI RAMDHANIAH, SE NIK iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan tugas akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya pada Program Studi Akuntansi Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Batam. Tugas akhir ini dengan judul PENERAPAN TARIF, PEMOTONGAN SERTA PELAPORAN SPT UNTUK PAJAK SEWA HARTA TERHADAP PT UNI BATAM ABADI. Tugas Akhir ini, penulis mendapat banyak dukungan baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Keluarga tercinta yang menjadi sumber inspirasi, dorongan semangat dan atas semua doa restu yang telahdiberikan. 2. Sahabat baik Juli dan Vira yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan yang menunjang penyusunan Tugas Akhir ini. 3. Bapak DR. Priyono Eko Sanyono, selaku Direktur Politeknik Batam. 4. Bapak Muhammad Zaenuddin Sholeh, MSc selaku Ketua Prodik Akuntasi. 5. Ibu Arniati, SE.AK, selaku Dosen Pembimbing. 6. Ibu Ely Kartikaningdyah, M.SI dan Ibu Chici Ramdhaniah, SE, selaku Dosen Penguji. 7. Seluruh Staf politeknik Batam. 8. Rekan rekan mahasiswa, khususnya teman se-angkatan yang telah menemami penulis di dalam penyusunan Tugas Akhir ini. 9. Pihak pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap penulisan Tugas Akhir ini dapat sebagai saran penunjang dan informasi tambahan bagi pihak-pihak yang lain dengan mengeliminasi keterbatasan yang ada. Untuk itu diharapkan adanya saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan dikemudian hari. Penulis memohon maaf iv

5 apabila terdapat kesalahan-kesalahan di dalam penulisan Tugas Akhir ini dan semoga bermanfaat bagi para pembaca. Batam, 17 Juli 2012 Penulis, SUTINA v

6 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Politeknik Negeri Batam, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Sutina NIM : Program Studi : Akuntansi Jenis karya : Tugas akhir/skripsi/karya Ilmiah demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Politeknik Negeri Batam Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : PENERAPAN TARIF, PEMOTONGAN, SERTA PELAPORAN SPT UNTUK PAJAK SEWA HARTA PADA PT UNI BATAM ABADI beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Politeknik Negeri Batam berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Batam Pada tanggal : 17 Juli 2012 Yang menyatakan SUTINA vi

7 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernyataan Orisinalitas... ii Lembar Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Lembar Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah... v Daftar Isi... vi Daftar Tabel... vii DaftarGambar... viii Daftar Lampiran... ix Abstrak... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pajak Pengertian PPh Pengertian PPh Pasal 4 Ayat Tata cara Pemotongan, pembayaran, serta pelaporan pajak PPh Tata cara Pemotongan, pembayaran, serta pelaporan pajak PPh 4(2) vii

8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Metodologi Penelitian Gambaran Umum Perusahaan BAB IV PEMBAHASAN Penerapan tarif pajak pada PT UBA Cara pemotongan pajak oleh PT UBA Cara pembayaran serta pelaporan SPT Oleh PT UBA BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

9 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Data Penjualan dan Penyewaan Bangunan Selama Periode Tabel 4.1 Daftar Tarif Pajak PPh Pasal 23 dan Pasal 4 (2) ix

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Grafik Penjualan & Sewa Selama Tahun Gambar 3.1 Struktur Organisasi Gambar 4.1 Bukti Potong PPh Gambar 4.2 Bukti Potong PPh 4(2) Gambar 4.3 SPT PPh Pasal Gambar 4.4 Daftar Bukti Potong PPh Pasal Gambar 4.5 SPT Masa PPh Pasal 4(2) Gambar 4.6 Daftar Bukti Potong PPh Masa Pasal 4(2) Gambar 4.7 Surat Setoran Pajak Lembar Ke Gambar 4.8 Surat Setoran Pajak Lembar Ke Gambar 4.9 Surat Setoran Pajak Lembar Ke Gambar 4.10 Surat Setoran Pajak Lembar Ke Gambar 4.11 Flowchart Prosedur Pembayaran tagihan sampai pelaporan Pajak x

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Bukti Potong PPh Pasal Lampiran 2 Bukti Potong PPh Pasal 4(2) Lampiran 3 SPT Masa PPH Pasal Lampiran 4 Daftar Bukti Potong PPh Pasal Lampiran 5 SPT Masa PPH Pasal 4(2) Lampiran 6 Daftar Bukti Potong PPh Pasal 4(2) Lampiran 7 Surat Setoran Pajak Lembar ke Lampiran 8 Surat Setoran Pajak Lembar ke Lampiran 9 Surat Setoran Pajak Lembar ke Lampiran 10 Surat Setoran Pajak Lembar ke xi

12 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Sutina : Akuntansi : PENERAPAN TARIF, PEMOTONGAN, SERTA PELAPORAN SPT UNTUK PAJAK SEWA HARTA TERHADAP PT UNI BATAM ABADI PT UBA merupakan perusahaan yang bergerak dibidang sewa menyewa bangunan termasuk membangun gudang dan menjual gudang, kesulitan yang dialami oleh perusahaan adalah membedakan jenis pajak sewa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan, pemotongan, pembayaran, serta pelaporan pajak berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian penerapan tarif, pemotongan, pembayaran serta pelaporan pajak oleh perusahaan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku oleh pemerintah Kata kunci: Pajak sewa, peraturan-peraturan, Pemerintah x

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT UBA bergerak di bidang sewa menyewa bangunan termasuk membangun gudang dan menjual gudang. Namun dalam kegiatan sehari-hari perusahaan bukan hanya dalam menyewakan bangunan tetapi juga ada transaksi penyewaan harta dari perusahaan lain seperti sewa kendaraan, alat berat dan juga termasuk penyewaan bangunan guna untuk operasional perusahaan. Terkadang perusahaan akan sulit membedakan jenis pajak yang seharusnya dipotong berdasarkan jenis sewa yang telah diterima maupun yang telah dibayarkan oleh perusahaan kepada perusahaan pengguna ataupun perusahaan pemberi jasa tersebut. Karena dalam pelaksanaannya pajak sewa final tidak bisa dikreditkan sedangkan pajak pasal 23 bisa dikreditkan oleh karena itu perusahaan sering kali perusahaan merasa kesulitan akan pengolongan pph Pasal 23 dan pph Pasal 4 Ayat 2, sehingga diperlukan peraturan perundangan untuk mengetahui perbedaan penggolongan pajak dan tarif pajak yang seharusnya dipotong dan dibayarkan. Adapun beberapa Undang-Undang yang berkaitan dengan perpajakan yaitu: - Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan; - Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan; 1

14 2 - Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang- Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang bea perolehan hak atas tanah dan atau bangunan; - Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang- Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang penagihan pajak dengan surat paksa. Salah satu jenis pajak yang dikenal di Indonesia saat ini adalah pajak penghasilan (pph) yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Apapun kegiatan usaha, profesi atau pekerjaan yang dilakukan oleh subyek pajak sepanjang menerima atau memperoleh penghasilan yang merupakan obyek pajak penghasilan (pph) akan dikenakan pajak penghasilan (pph) sesuai dengan Undang-Undang No 36 Tahun Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang PENERAPAN TARIF, PEMOTONGAN SERTA PELAPORAN SPT UNTUK PAJAK SEWA HARTA TERHADAP PT UNI BATAM ABADI 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana penerapan Undang-Undang Perpajakan untuk tarif pajak masingmasing jenis sewa. b. Bagaimana cara pemotongan pajak oleh PT Uni Batam Abadi. c. Bagaimana pembayaran serta pelaporan SPT oleh PT Uni Batam Abadi.

15 3 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini mengarah pada tujuan yang diharapkan, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut: a. Batasan data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data perusahaan untuk transaksi sewa kendaraan dan bangunan selama bulan juni b. Batasan lapangan Batasan lapangan meliputi cara perhitungan, penerbitan bukti potong PPh pasal 23, dan pasal 4 ayat 2 yang diperlukan dalam penelitian ini 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui apakah penerapan tarif pajak sudah berdasarkan Undang- Undang perpajakan. b. Untuk mengetahui cara pemotongan pajak yang benar menurut aturan Undang Undang perpajakan. c. Untuk mengetahui cara pembayaran, serta cara pelaporan SPT yang seharusnya sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: a. Bagi perusahaan atau industri agar memudahkan perusahaan membedakan jenis dan tarif pajak sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemotongan pajak sewa harta.

16 4 b. Bagi penulis sebagai masukan pengetahuan bagi penulis tentang sewa harta, memperluas wawasan penulis dari penerapan ilmu yang telah diperoleh dalam perkuliahan. c. Bagi perguruan tinggi untuk menambah referensi tentang analisis kinerja perusahaan dan berguna bagi penelitian selanjutnya. 1.6 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, waktu tempat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab ini menjelaskan teori-teori megenai pengertian pph pasal 23, pph pasal 4 ayat 2, tata cara pembayaran, serta pelaporan pajak BAB III Metodologi Penelitian dan Gambaran Umum Perusahaan Pada bab ini dipaparkan tentang lokasi dan waktu penelitian, ruang lingkup penelitian, metode analisis data, populasi, jenis dan sumber penelitian dan teknik pengumpulan data serta gambaran umum perusahaan. BAB IV Pembahasan Pada bab ini menguraikan penulis akan menjelaskan jawaban dari seluruh rumusan masalah tentang analisis penerapan tarif, cara

17 5 pemotongan, pembayaran, serta pelaporan pajak sewa harta PT UBA. BAB V. Penutup Pada bab ini diuraikan kesimpulan dan saran dari penulis yang berkaitan dengan penulisan penelitian.

18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Menurut Para Ahli : Prof.Dr Rochmat Soemitro, S.H Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mandapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan,dan dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Prof. DR. PJA. Adriani seorang mantan guru besar dalam hukum pajak di Universitas Amsterdam (Belanda) memberikan pendapatnya bahwa : Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya ntuk membiayai pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Dari definisi yang penulis kemukakan terakhir ini rupanya banyak dikutip dalam merumuskan pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang selanjutnya akan disebut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) yaitu dalam pasal 1 butir 1 disebutkan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang, dengan tidak 6

19 7 mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 2.2 Pengertian PPh 23 Menurut pasal 23 ayat (1) UU PPh no.36 tahun 2008, yang dimaksud dengan PPh pasal 23 adalah pajak atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan. Terdapat pengecualian bahwa tidak dilakukan pemotongan pph pasal 23 atas penghasilan-penghasilan sebagaimana diatur dalam pasal 23 ayat (4).pemotongan pph pasal 23 ini bagi penerima penghasilan atau pihak yang dipotong pada umumnya merupakan pembayaran pajak dimuka dan dapat dikreditkan atau diperhitungkan dengan pajak terutang pada akhir tahun pajak. tetapi untuk penghasilan-penghasilan tertentu pemotongan pph pasal 23 merupakan pemotongan pph yang bersifat final: a. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas: 1. dividen 2. bunga 3. royalti; dan 4. hadiah, penghargaan, bonus, dan 5. sejenisnya selain yang telah dipotong 7

20 8 b. Pajak penghasilan sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas: 1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai pajak sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan persewaan tanah dan atau bangunan yang telah dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final berdasarkan peraturan pemerintah no.29 tahun 1995 dan sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta khusus kendaraan angkutan darat. 2. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong pajak penghasilan dalam hal wajib pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tidak memiliki nomor pokok wajib pajak, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif sebagaimana, ketentuan lebih lanjut mengenai jenis jasa lain diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 3 Orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri dapat ditunjuk oleh direktur jenderal pajak untuk memotong pajak pemotongan pajak tidak dilakukan atas: a. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank; b. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi; c. dividen dimaksud dividen yang diterima oleh orang pribadi. d. Pembagian laba 8

21 9 e. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya; f. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. 2.3 Pengertian PPh Pasal 4 Ayat 2 Menurut pasal 4 ayat (2) UU PPh no.36 tahun 2008, yang dimaksud dengan PPh pasal 4 ayat (2) adalah PPh atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungantabungan lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan tertentu lainnya, yang pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Penghasilan berupa sewa atas tanah dan atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, gedung pertokoan, atau gedung pertemuan termasuk bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan bangunan industri, dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final. Besarnya pajak penghasilan yang terutang bagi wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan atau bangunan. 2.4 Tata cara Pemotongan, pembayaran, serta pelaporan pajak pph pasal 23 Berdasarkan Ketentuan pasal 2 peraturan menteri keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 tanggal 1 April 2010 yang merupakan perubahan atas peraturan 9

22 10 menteri keuangan Nomor 184/PMK.03/2007: Penghasilan berupa sewa atas penggunaan harta berupa kendaraan, alat berat dan lainnya selain bangunan dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat tidak final. Besarnya Pajak Penghasilan yang terutang bagi Wajib Pajak orang pribadi maupun Wajib Pajak badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari persewaan sehubungan dengan penggunaan harta lainnya pasal 23 adalah 2% (dua persen) dari jumlah bruto nilai persewaan sehubungan dengan pengunaan harta. Tata cara pemotongan, pembayaran serta pelaporan pajak penghasilan dari persewaan atas penggunaan harta lainnya dilakukan melalui: a. PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh yang memotong Pajak Penghasilan yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya sewa, tergantung peristiwa mana lebih dahulu terjadi; b. Menyetor Pajak penghasilan yang terutang ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwin berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya sewa; c. Melaporkan pemotongan dan penyetoran Pajak penghasilan yang terutang ke Kantor Pelayanan Pajak paling lambat tanggal 20 (dua puluh) bulan takwin berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya sewa 2.5 Tata cara pemotongan, pembayaran, serta pelaporan pajak pph pasal 4(2) Berdasarkan Keputusan direktur jenderal pajak nomor KEP-227/PJ./2002 tentang tata cara pemotongan dan pembayaran, serta pelaporan pajak penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan 10

23 11 Dalam Keputusan ini, yang dimaksud dengan jumlah bruto nilai persewaan adalah semua jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh pihak yang menyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan tanah dan atau bangunan yang disewa, termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanaan dan service charge baik yang perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang disatukan dengan perjanjian persewaan yang bersangkutan. Penghasilan berupa sewa atas tanah dan atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, gedung pertokoan, atau gedung pertemuan termasuk bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan bangunan industri, dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final. Besarnya Pajak Penghasilan yang terutang bagi Wajib Pajak orang pribadi maupun Wajib Pajak badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan atau bangunan. Tata cara pelunasan Pajak Penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan dilakukan melalui: (1) Pemotongan oleh penyewa dalam hal penyewa adalah Badan Pemerintah, Subjek Pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, kerjasama operasi, perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, dan orang pribadi yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. (2) Penyetoran sendiri oleh yang menyewakan dalam hal penyewa adalah orang pribadi atau bukan Subjek Pajak, selain yang tersebut pada ayat (1). 11

24 12 Tata cara pemotongan pajak penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan dilakukan: (1) Dalam melaksanakan pemotongan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), pihak penyewa wajib: a. Memotong Pajak Penghasilan yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya sewa, tergantung peristiwa mana lebih dahulu terjadi. b. Menyetor Pajak penghasilan yang terutang ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwin berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya sewa. c. Melaporkan pemotongan dan penyetoran Pajak penghasilan yang terutang ke Kantor Pelayanan Pajak paling lambat tanggal 20 (dua puluh) bulan takwin berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya sewa. (2) Dalam melaksanakan penyetoran sendiri Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), pihak yang menyewakan wajib: a. Menyetor Pajak penghasilan yang terutang ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan takwin berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya sewa. b. Melaporkan pemotongan dan penyetoran Pajak penghasilan yang terutang ke Kantor pelayanan Pajak paling lambat tanggal 20 (dua puluh) bulan takwin berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya sewa. 12

25 13 (3) Dalam hal kontrak atau perjanjian sewa ditandatangani sebelum bulam Mei 2002 dan pelaksanaannya dimulai sebelum bulan Mei 2002, maka atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak badan dari persewaan tanah dan atau bangunan dikenakan tarif sebesar 6% (enam persen) dari jumlah bruto nilai persewaan. (4) Dalam hal kontrak atau perjanjian sewa ditandatangani sebelum bulan Mei 2002 tetapi pelaksanaannya setelah bulan April 2002, maka atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak badan dari persewaan tanah dan atau bangunan dikenakan tarif sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai persewaan. (5) Dalam hal kontrak atau perjanjian sewa ditandatangani dan pelaksanaannya setelah bulan April 2002, maka atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak badan dari persewaan tanah dan atau bangunan dikenakan tarif sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai persewaan. Berikut prosedur pelaksanaan pemotongan, pembayaran serta pelaporan SPT masa pada PT UBA: a. Menerima daftar pembayaran dari bagian keuangan b. Melakukan penelitian mengenai akurasi dan kelengkapannya c. Menginput daftar pembayaran ke dalam format PPh 23 untuk perhitungan pajak dengan menggunakan tarif pajak yang telah ditentukan d. Input data tersebut ke dalam SPT masa PPh Pasal 23 e. Mencetak laporan SPT masa ke PPh 23 13

26 14 f. Mencetak daftar pemotongan dan bukti potong pajak PPh 23 g. Mencetak SSP h. Menyerahkan kepada Direktur PT UBA untuk ditanda tangani dan di stempel dengan cap perusahaan i. Menyetor pajak atau membayar pajak ke Kantor Pos atau Bank Persepsi j. Menyerahkan bukti pembayaran dan lembar ke 1, 3, dan 5 ke KPP setempat k. Mengarsipkan berdasarkan tanggal, nomor pelaporan 14

27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Metodologi Penelitian Objek Penelitian Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah seluruh bentuk kegiatan yang dilakukan oleh PT UBA yang berhubungan dengan segala sewa harta bangunan dan kendaraan Metode Pengumpulan Data Di dalam pengumpulan data data dan informasi informasi yang menunjang penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode Penelitian Lapangan, antara lain sebagai berikut: 1. Wawancara Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik wawancara yang dilakukan dilapangan untuk mengetahui perilaku responden dengan bertatapan langsung. Penulis mewawancarai narasumber, dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan cara penentuan jenis pajak, tarif pajak, pembayaran serta pelaporan pajak. 2. Observasi Merupakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan subjek penelitian (orang), objek (benda), atau kejadian yang sistematis tanpa pertanyaan atau komunikasi langsung terhadap individu melainkan secara langsung diamati. 15

28 16 3. Dokumentasi Penulis secara langsung meminta data ke bagian akuntan untuk pengumpulan dokumen-dokumen kwitansi, voucher, bukti bayar dan bukti penerimaan pajak Metode Analisis data Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis Deskriptif meneliti bagaimana penerapan Tarif pajak pph pasal 23 dan pasal 4 ayat 2 atas sewa harta oleh perusahaan. 3.2 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan PT.Uni Batam Abadi (PT UBA) merupakan salah satu perusahaan di Batam yang bergerak dibidang pembangunan gudang dan persewaan gudang. PT UBA beralamat Komplek Union Industri Park Blok AA No. 07 & 08 Batu Ampar Batam. PT UBA ini didirikan pada tahun 2001 dengan modal dasar sebesar Rp 2,500,000, (dua miliar lima ratus juta rupiah). Dalam menghasilkan produksinya, PT UBA selalu berusaha yang terbaik untuk memenuhi spesifikasi yang diinginkan oleh pelanggan, selain penyewa dalam Negeri PT UBA juga menyewakan kepada perusahaan Luar Negeri Visi dan Misi Perusahaan a. Visi Perusahaan adalah menjadi Perusahaan yang dibutuhkan oleh penanam modal akan tempat usaha. b. Misi Perusahaan Menuju kesejahteraan karyawan, 16

29 17 Menghasilkan Gudang yang berkualitas tinggi Produk dan jasa yang dihasilkan oleh PT UBA adalah a. Penjualann Gudang b. Persewaan Gudang Berikut ini data penjualan selama tiga tahun oleh PT UBA Tabel. 3.1 Data Penjualan dan penyewaan Bangunan selama periode No Tahun Keterangan Total Penjualan Gudang Pendapatan Sewa Penjualan Gudang Pendapatan Sewa Penjualan Gudang Pendapatan Sewa Rp. 640,000, Rp. 3,600,187, Rp. 1,093,120, Rp. 3,632,391, Rp. 7,355,500, Rp. 3,967,475, Sumber: PT UBA Grafik 3.1 Penjualan & sewa selama Tahun E+09 7E+09 6E+09 5E+09 4E+09 3E+09 2E+09 1E+09 0 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Penjualan Sewa

30 Struktur Organisasi Perusahaan Direktur Wakil Direktur General Manager Finance Manager Accounting Manager Purchasing Manager site Supervisor Supervisor Engineering Supervisor Accounting HRD Purchasing Mandor Admin Tukang Office Boy Supir Gambar 3.1 Struktur Organisasi 18

31 19 Deskripsi Pekerjaan 1. Direktur Menetapkan Kebijakan Perusahaan Bertanggung jawab kepada pemegang saham Menetapkan Sasaran mutu Berkomitmen melaksanakan Sistem manajemen kebijakan yang sudah ditentukan Menetapkan Struktur organisasi perusahaan serta tugas dan wewenang masing-masing personel 2.Wakil Direktur Melaksanakan Kebijakan yang di tetapkan oleh perusahaan Melaporkan hasil dari pelaksanaan kebijakan kepada manajemen puncak Mengangkat manajer Bertanggung jawab terhadap Direktur 3. Manager Keuangan Merencanakan dan menganalisa pengeluaran perusahaan Mengatur strukrur aktiva (struktur kekayaan perusahaan Mengatur struktur financial Mengatur struktur modal Menyediakan laporan keuangan 4. Manager Purchasing Mengatur pembelian agar barang dan kedatangannya sesuai dengan yang diharapkan oleh department terkait Mengatur pekerjaan bawahan agar dapat dilakukan lebih efisien 19

32 20 Mencari dan membandingkan beberapa supplier untuk mendapatkan harga dan kualitas yang baik Memberikan beberapa altenative pengganti untuk barang/jasa Melakukan negosiasi harga dan mengontrol kegiatan pembelian 5. Manager Site Menjadwalkan proyek, merencankan pelaksanaan proyek agar selesai tepat waktu Mengimplementasikan rencana proyek Mengontrol kerja sampai selesai Membina hubungan kooperatif Melakukan inovasi Memperkirakan durasi tugas Menentukan ketergantungan antar tugas Mengintergrasikan sumber daya sesuai posisi dan jadwal yang sudah dibuat dalam perencanaan Mengarah usaha tim Menilai dan mengontrol perkembangan selama proyek Menilai hasil dan pengalaman proyek aktivitas final 6. Finance Menyusun anggaran belanja perusahaan setiap bulannya Mengawasi keuangan perusahaan, baik yang ada di bank maupun kas di perusahaan. Menyiapkan cek dan voucher untuk semua transaksi ekonomi perusahaan. 20

33 21 Melakukan penyetoran dan penarikan dana ke bank. Melakukan pembayaran hutang kepada supplier. Membuat laporan kas kecil harian dan bulanan. Membuat laporan rekonsiliasi bank. 7. Accounting Menyusun laporan keuangan, perpajakan Mencatat semua transaksi ekonomi yang terjadi di perusahaan seperti: menjurnal, memposting dan lain-lain. Berwewenang untuk membuat dokumen seperti: invoice, surat kuasa untuk rekening bank perusahaan, membuat surat-surat yang berhubungan dengan perbankan dan kemampuan perusahaan, dan dokumen lain sebagainya Bertanggungjawab mengarsipkan dan menyimpan semua dokumen transaksi yang berkaitan dengan transaksi ekonomi perusahaan. Menyiapkan gaji untuk seluruh karyawan setiap bulan sebelum tanggal 10 awal bulan. Membuat dan melaporkan pajak bulanan, menyusun laporan keuangan setiap bulannya. 8. HRD Membuat dan mengawasi semua peraturan dan prosedur perusahaan. 21

34 22 Menyeleksi, menerima dan mengangkat karyawan sesuai dengan kebutuhan. Menghitung gaji, lembur dan tunjangan seluruh karyawan. Membuat laporan karyawan tentang kehadiran, cuti dan pengunduran diri. 9. Supervisor Mengontrol kehadiran bawahannya Memeriksa kelengkapan peralatan kerja Menyampaikan pengumuman / pemberitahuan yang di dapat dari manajer Membahas rencana kerja, merencanakan penyelesaian kerja Menyampaikan tingkat penyelesaian kerja kepada manajer Menampung permasalahan yang terjadi dan segera mencari solusinya 10. Admin Mengatur arus dokumen Melakukan surat menyurat Menyiapkan bahan presentasi jika diperlukan 11. Office Boy Menjaga kebersihan area-area perusahaan Mengecek konsumsi kantor seperti air minum 12. Purchasing Mencari dan meminta quotation dari supplier yang berbeda untuk perbandingan harga barang. Melakukan pembelian barang yang dibutuhkan oleh perusahaan, mulai dari bahan baku, sparepart dan alat-alat kebutuhan kantor. 22

35 23 Membuka Purchase Order kepada supplier untuk pembelian semua kebutuhan produksi dan opersional perusahaan. Memastikan barang sampai di perusahaan tepat pada waktunya. Menyiapkan laporan purchase setiap bulannya. 13.Engineering Merincikan kandungan material yang diperlukan oleh setiap produk biji plastik. Memperbaiki dan mengembangkan proses prosuksi supaya menjadi lebih lancar dan meningkat hasil output. Jelas dengan setiap tahapan dan prosedur produksi. Membantu menjaga sumber daya perusahaan supaya tetap dalam keadaan yang baik. 14. Mandor Mencari dan mengawasi agar tukang bisa segera menyelesaikan pekerjaan yang di berikan 15. Tukang Menyelesaikan pekerjaan yang di berikan secepatnya sebelum deadline sampai. 23

36 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Penerapan tarif pajak pada PT UBA Berdasarkan penelitian penulis penerapan tarif pajak untuk pph pasal 23 ayat (1) UU No.36 Tahun 2008 tentang sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2). Dalam hal menerima atau memperoleh penghasilan jika tidak memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP), besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif bagaimana dimaksud pada ayat (1), oleh PT UBA telah dilaksanakan dengan berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku, tarif yang berlaku untuk pajak sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta sebesar 2% (dua persen), PPh 23 bersifat tidak final dan merupakan pajak penghasilan yang dapat dikreditkan. Pajak penghasilan bersifat final merupakan pajak penghasilan yang pengenaanya sudah bersifat final (berakhir) sehingga tidak dapat dikreditkan (dikurangkan) dari total pajak penghasilan terutang pada akhir tahun pajak. Untuk penerapan tarif pajak PPh Pasal 4(2) telah diatur dalam keputusan direktur jenderal pajak nomor KEP-227/PJ./2002 tentang tata cara pemotongan dan pembayaran, serta pelaporan pajak penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan tarif pajak yang berlaku sebesar 10% (sepuluh persen) walaupun pihak penyewa maupun pihak pemilik tidak memiliki NPWP. 24

37 25 Tabel 4.1 Daftar tarif Pajak PPh Pasal 23 dan Pasal 4 (2) PPh Pasal 23 Tarif PPh Pasal 4 (2) Tarif Deviden, Bunga, Royalti 15% Persewaan Tanah dan/atau Bangunan 10% Hadiah Dan Penghargaan 15% Hadiah Undian 25% Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta 2% Transaksi Penjualan Saham Saham Pendiri Bukan Saham Pendiri 0,5% 0,1% Jasa Teknik 2% Jasa Konstruksi Kualifikasi usaha Kecil Kualifikasi Usaha Besar & menengah Pelaksana Tidak memiliki kualifikasi Jasa perencanaan atau pengawasan Tidak memiliki kualifikasi Jasa Manajemen 2% Wajib Pajak yang Usaha Pokoknya Melakukan Pengalihan Hak atas Tanah/Bangunan Jasa Konsultan 2% Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi kepada Anggota Wajib Pajak Orang Pribadi Jasa lain 2% Dividen yang Diterima/Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri 2% 3% 4% 6% 5% 10% 10% Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/ Cara pemotongan pajak oleh PT UBA Cara pemotongan Pph pasal 23 dimulai ketika Bagian keuangan telah membayar tagihan kepada supplier, ketika membayar bagian keuangan akan mengeluarkan voucher pembayaran, menerima kwitansi. Setelah dikumpulkan dokumen pembayaran tersebut dan akan dibuatkan daftar pembayaran. Dokumen tersebut merupakan sumber bagi petugas pembukuan untuk menghitung pajak yang haru 25

38 26 dipotong, dan dibuat surat setoran pajak (SSP) dan mempersiapkan Surat Pemberitahuan (SPT) masa. Pelaksanaan pemotongan Pph 4(2) sebenarnya hampir sama dengan pelaksanaan pemotongan PPh 23 yang berbeda adalah pemotongan dilakukan saat perusahaan menerima pendapatan atas sewa bangunan kepada penyewa, dimana perusahaan hanya menerima nilai sewa setelah dipotong oleh penyewa atau istilah tenant Contoh cara Perhitungan PPh Pasal 23: PT Putra Batam Jasa Mandiri Utama merupakan perusahaan yang bergerak di bidang persewaan kendaraan. Perusahaan telah menyewa mobil crane dari perusahaan tersebut dan memakainnya selama 12 jam dan tagihan yang harus dibayar perusahaan selama 12 jam adalah Rp.6,500, dan belum termasuk pajak Maka perhitungan PPh Pasal 23 atas penghasilan PT Putra Batam Jasa Mandiri Utama adalah : PPh 23 terutang = Penghasilan Bruto x Tarif Pajak = Rp. 6,500, x 2% = RP.130, Dikarenakan perusahaan memiliki NPWP maka tarif pajak yang dikenakan hanya 2 % Contoh cara perhitungan Pph pasal 4 (2): PT Accord mandiri merupakan salah satu perusahaan yang menyewa bangunan di PT UBA guna sebagai office maupun sebagai gudang, pada awal bulan juni perusahaan menerima pendapatan sebesar Rp. 221,210, dan 26

39 27 belum dipotong oleh PT Accord maka pendapatan yang seharusnya diterima oleh PT UBA adalah: PPh Pasal 4(2) = Peredaran Bruto x Tarif Pajak = Rp 221,210, x 10% = Rp. 22,121, Pendapatan yang seharusnya di terima oleh PT UBA adalah setelah dikurangi pajak sewa yaitu Rp. 221,210, Rp 22,121, = Rp 199,089, Setelah diketahui pajak terutangnya, maka dilakukan pemotongan baik PPh 23 maupun PPh 4(2) setiap terjadinya transaksi pembayaran maupun penerimaan perusahaan dan melaporkan SPT Masa tepat waktu Tata cara pengisian formulir bukti potong Pph 23 A. Secara umum : 1. Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP) 2. Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Pemotong Pajak 3. Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang di potong PPh Pasal Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan Pajak 5. Diisi dengan identitas lengkap Pemotong Pajak 6. Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak B. Secara Khusus: Sesuai ketentuan Pasal 23 UU Pajak Penghasilan, bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Badan Dalam Negeri yang 27

40 28 membayar penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 UU PPh, berkewajiban memotong PPh Pasal 23. Bukti Pemotongan ini dibuat rangkap 3 (tiga) : Lembar ke 1 : Untuk Wajib Pajak Lembar ke 2 : Untuk KPP sebagai lampiran pada saat pelaporan SPT Masa Pasal 23. Lembar ke 3 : Untuk Pemotong Pajak Kolom 1 : Nomor urut, cukup jelas Kolom 2 : Jenis Penghasilan, yang menjadi obyek PPh Pasal 23 Kolom 3 : Jumlah Penghasilan Bruto, diisi dengan besarnya penghasilan yang dibayarkan Kolom 4 : Perkiraan Penghasilan Neto Diisi dengan persentase perkiraan penghasilan neto obyek PPh Pasal 23 berdasarkan ketentuan yang berlaku Kolom 5 : Tarif, berdasarkan tarif yang berlaku umum maupun tarif khusus sesuai ketentuan yang berlaku. Kolom 6 : PPh yang dipotong Diisi dengan jumlah PPh Pasal 23 yang dipotong, yaitu sebesar Tarif x Jumlah Penghasilan Bruto, kecuali untuk jasa lain adalah sebesar Jumlah Penghasilan Bruto x Persentase Perkiraan Penghasilan Neto x Tarif. 28

41 29 Gambar 4.1 Bukti Potong PPh 23 Sumber Form Pajak Masa PPh Pasal Tata cara pengisian formulir bukti potong Pph 4(2) a.secara umum : 1. Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP) 2. Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Pemotong Pajak 3. Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang di potong PPh Pasal 4 (2) 4. Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan Pajak 5. Diisi dengan identitas lengkap Pemotong Pajak 29

42 30 6. Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak b. Secara Khusus: Sesuai ketentuan Pasal 4 (1) UU Pajak Penghasilan, bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Badan Dalam Negeri yang membayar penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4(2) UU PPh, berkewajiban memotong PPh Pasal 4 (2). Bukti Pemotongan ini dibuat rangkap 3 (tiga) : Lembar ke 1 : Untuk Yang Menyewakan Lembar ke 2 : Untuk KPP sebagai lampiran pada saat pelaporan SPT Masa Pasal 4(2). Lembar ke 3 : Untuk Penyewa Kolom 1 : Jumlah Penghasilan Bruto, diisi dengan besarnya nilai sewa Kolom 2 : Tarif, berdasarkan tarif yang berlaku umum sesuai ketentuan yang berlaku. Kolom 3 : PPh yang dipotong, diisi dengan jumlah PPh Pasal 4 (2) yang dipotong, yaitu sebesar Tarif x Jumlah Bruto nilai sewa. 30

43 31 Gambar 4.2 Bukti Potong PPh Pasal 4(2) Sumber Form Pajak Masa PPh Pasal 4 (2) 4.3 Cara pembayaran serta pelaporan SPT Oleh PT UBA Cara pembayaran Pajak Untuk PPh Pasal 23 setelah SSP dan SPT masa selesai disiapkan oleh petugas pembukuan yang dilampiri bukti pemotongan dan daftar pemotongan PPh 23, dokumen tersebut diserahkan kepada Direktur untuk ditanda tangani. Lembar 1-5 yang sudah ditanda tangani dipakai sebagai dokumen pembayaran pajak ke Bank, lembar 2 dan 4 diambil oleh Bank persepsi sedangkan lembar 1, 3, 5 dikembalikan sebagai tanda pembayaran dan arsip oleh perusahaan. 31

44 32 Untuk pph 4(2) sebenarnya sama cara pembayaran dan pelaksanaan pelaporan pajak dengan PPh 23 akan tetapi yang berbeda disini adalah perusahaan tidak perlu melaporkan sendiri pendapatan sewa yang diperoleh melainkan oleh penyewa bangunan, dan diberikan bukti potong sebagai tanda telah terpenuhi kewajiban perusahaan kepada negara Cara Pelaporan SPT Setelah selesai disetor pajaknya, Bank akan mengembalikan SSP lembar 1, 3, dan 5 guna untuk keperluan dilaporkan kekantor pajak. SSP lembar ke-3(tiga) akan dilampirkan di SPT masa, bukti pembayaran dari kantor pos maupun bank persepsi disertai bukti dan daftar pemotongan PPh 23 tersebut akan dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat tepatnya KPP Pratama Batam yang berkedudukan di Batu Ampar. Lembar ke-1 dikembalikan lagi kepada Wajib Pajak sebagai tanda bukti wajib pajak sudah melaporkan SPT Masa. Dokumen yang sudah kembali kemudian diarsipkan berdasarkan tanggal pelaporannya Tata cara pengisian SPT (surat pemberitahun) masa pph pasal 23 a. Secara umum : 1. Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Pemotong Pajak terdaftar. 2. Diisi dengan identitas lengkap (NPWP, nama, dan alamat) Pemotong Pajak. 3. Diisi dengan masa dan tahun pajak dilakukannya pemotongan. 4. Diisi dengan tanggal penyetoran pajak yang telah dipotong. Dalam hal penyetoran dilakukan lebih dari satu kali, diisi dengan tanggal penyetoran yang terakhir. 32

45 33 5. Beri tanda X dalam ( ) sesuai yang dilampirkan. Dalam hal SPT ditandatangani oleh Bukan Pemotong Pajak, harap dilampirkan Surat Kuasa Khusus bermeterai cukup. 6. Diisi dengan tempat dan tanggal dibuatnya SPT. 7. Coret yang tidak perlu. 8. Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak atau Kuasanya. b. Secara Khusus: SPT disampaikan oleh Pemotong Pajak PPh Pasal 23 dan atau Pasal 26. Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak dan wajib melaporkan penyetoran pajak ke KPP setempat selambat-lambatnya 20 hari setelah akhir Masa Pajak dengan menggunakan SPT. Kolom 1 : Kolom 2 : Cukup Jelas. Kode MAP dan Kode Jenis Setoran yang harus diisi pada Surat Setoran Pajak (SSP) Kolom 3 : Kolom 4 : Cukup Jelas. Diisi dengan prosentase perkiraan penghasilan neto sesuai ketentuan yang berlaku. Kolom 5 : Kolom 6 : Diisi dengan tarif sesuai ketentuan yang berlaku. Diisi dengan mengalikan kolom (3)x(4)x(5) atau kolom (3)x(5). 33

46 34 Gambar 4.3 SPT PPh Pasal 23 Sumber Form PPh Masa Pasal Tata cara pengisian daftar bukti potong pph pasal 23 a. Secara umum : 1. Diisi dengan masa dan tahun pajak dilakukannya pemotongan. 2. Diisi dengan tempat dan tanggal dibuatnya SPT. 3. Coret yang tidak perlu. 4. Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak atau Kuasanya. b. Secara Khusus: Kolom 1 : Kolom 2 : Cukup Jelas Diisi dengan NPWP Wajib Pajak yang di potong PPh Pasal 23 34

47 35 Kolom 3 : Kolom 4 : Diisi dengan nama wajib pajak yang di potong Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Pemotong Pajak. Kolom 5 : Kolom 6 : Diisi dengan tanggal pemotongan pajak. Diisi dengan nilai bruto, besarnya penghasilan yang dibayarkan Kolom 7 : Diisi dengan jumlah PPh Pasal 23 yang dipotong, yaitu sebesar Tarif x Jumlah Penghasilan Bruto, kecuali untuk jasa lain adalah sebesar Jumlah penghasilan Bruto x Prosentase Perkiraan Penghasilan Neto x Tarif. Gambar 4.4 Daftar Bukti Potong PPh Pasal 23 Sumber Form PPh Masa Pasal 23 35

48 Tata cara pengisian SPT (surat pemberitahuan) masa pph pasal 4(2) a. Secara umum : 1. Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Pemotong Pajak terdaftar. 2. Diisi dengan identitas lengkap (NPWP, nama, dan alamat) Pemotong Pajak. 3. Diisi dengan masa dan tahun pajak dilakukannya pemotongan. 4. Diisi dengan tanggal penyetoran pajak yang telah dipotong. Dalam hal penyetoran dilakukan lebih dari satu kali, diisi dengan tanggal penyetoran yang terakhir. 5. Beri tanda X dalam ( ) sesuai yang dilampirkan. Dalam hal SPT ditandatangani oleh Bukan Pemotong Pajak, harap dilampirkan Surat Kuasa Khusus bermeterai cukup. 6. Diisi dengan tempat dan tanggal dibuatnya SPT. 7. Coret yang tidak perlu. 8. Diisi dengan tanda tangan, nama direktur dan cap Pemotong Pajak atau Kuasanya. b. Secara Khusus: SPT disampaikan oleh Pemotong Pajak PPh Pasal 4 (2). Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak dan wajib melaporkan penyetoran pajak ke KPP setempat selambatlambatnya 20 hari setelah akhir Masa Pajak dengan menggunakan SPT. Kolom 1 : Cukup Jelas. 36

49 37 Kolom 2 : Kode MAP dan Kode Jenis Setoran yang harus diisi pada Surat Setoran Pajak (SSP) Kolom 3 : Diisi dengan prosentase perkiraan penghasilan neto sesuai ketentuan yang berlaku Kolom 4 : Kolom 5 : Diisi dengan tarif sesuai ketentuan yang berlaku. Diisi dengan mengalikan kolom (3)x(4) Gambar 4.5 SPT Masa PPh Pasal 4(2) Sumber Form PPh Masa Pasal 4(2) 37

50 Tata cara pengisian daftar bukti potong pph pasal 4 (2) a. Secara umum : 1. Diisi dengan masa dan tahun pajak dilakukannya pemotongan. 2. Diisi dengan tempat dan tanggal dibuatnya SPT. 3. Coret yang tidak perlu. 4. Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak atau Kuasanya. b. Secara Khusus: Kolom 1 : Kolom 2 : Cukup Jelas. Diisi dengan NPWP Wajib Pajak yang di potong PPh Pasal 4 (2) Kolom 3 : Diisi dengan nama wajib pajak yang di potong PPh 4 (2) Kolom 4 : Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Pemotong Pajak. Kolom 5 : Kolom 6 : Diisi dengan tanggal pemotongan pajak. Diisi dengan nilai bruto, besarnya penghasilan yang dibayarkan Kolom 7 : Diisi dengan jumlah PPh Pasal 4 (2) yang dipotong, yaitu sebesar Tarif x Jumlah Penghasilan Bruto, kecuali untuk jasa lain adalah sebesar Jumlah Penghasilan Bruto x Prosentase Perkiraan Penghasilan Neto x Tarif. 38

51 39 Gambar 4.6 Daftar Bukti Potong PPh Masa Pasal 4(2) Sumber Form PPh Masa Pasal 4(2) Tata cara pengisian Surat Setoran Pajak (SSP) adalah: 1. Diisi dengan identitas lengkap (NPWP, nama, dan alamat) Pemotong Pajak. 2. Diisi Kode MAP dan Kode Jenis Setoran 3. Diisi dengan keterangan. 4. Masa pajak dan tahun, cukup jelas 5. Jumlah pembayaran, diisi sesuai pajak yang akan disetorkan ke kas negara. 39

52 40 6. Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak SSP ini dibuat rangkap 4 (Empat) : Lembar ke 1 : Untuk Arsip Wajib Pajak Lembar ke 2 : Untuk KPPN Lembar ke 3 : Lembar ke 4 : Untuk Dilaporkan Wajib Pajak Ke KPP Untuk Bank Persepsi / Kantor Pos dan Giro Gambar 4.7 Surat Setoran Pajak Lembar Ke-1 Sumber Form Surat Setoran Pajak 40

53 41 Gambar 4.8 Surat Setoran Pajak Lembar Ke-2 Sumber Form Surat Setoran Pajak Gambar 4.9 Surat Setoran Pajak Lembar Ke-3 Sumber Form Surat Setoran Pajak 41

54 42 Gambar 4.10 Surat Setoran Pajak Lembar Ke-4 Sumber Form Surat Setoran Pajak Tata cara pembayaran Pajak dengan Surat Setoran Pajak (SSP) adalah: 1. SSP ditanda tangani oleh wajib pajak dan distempel dengan cap perusahaan dibawa ke Bank Persepsi ataupun kantor pos 2. SSP diterima oleh petugas 3. Diisi dengan keterangan. 4. Masa pajak dan tahun, cukup jelas 5. Jumlah pembayaran, diisi sesuai pajak yang akan disetorkan ke kas negara. 6. Diisi dengan tanda tangan, nama dan stempel pemotong pajak SSP ini dibuat rangkap 4 (Empat) : Lembar ke 1 : Untuk Arsip Wajib Pajak 42

55 43 Lembar ke 2 : Untuk KPPN Lembar ke 3 : Lembar ke 4 : Untuk Dilaporkan Wajib Pajak Ke KPP Untuk Bank Persepsi / Kantor Pos dan Giro PROSEDUR PEMBAYARAN TAGIHAN SAMPAI PELAPORAN PAJAK Start Invoice Proses Pembayaran Hutang Disetujui SPT Masa SPT,Bukti Lapor,Bukti Potong,SSP Pebayaran ke Bank Voucher Pengeluaran Kas/Bank Daftar Bukti Pot Lengkap Proses Perhitungan Pajak SSP Masa Sesuai dengan UU Bukti Lapor Menerim a daftar pajak Proses Pembayaran Pajak ke Arsip Bukti Potong Gambar 4.11 Flowchart Prosedur Pembayaran tagihan sampai pelaporan Pajak 43

56 BAB V PENUTUP 5.1. KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah disebutkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan Penerapan Tarif, Pemotongan, Pembayaran, serta Pelaporan SPT pada PT UBA adalah sebagai berikut: a. PT UBA telah menerapkan tarif pajak sesuai dengan peraturan undangundang yang berlaku oleh negara. b. Cara pembayaran dan pemotongan pajak sudah benar dan sesuai dengan undang-undang nomor 36 Tahun 2008 c. Cara pelaporan pajak telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku SARAN Untuk menghindari terjadinya kesalahan : a. Sebaiknya PT UBA melakukan check kembali atas dokumen yang telah dilaporkan ke kantor pajak, meskipun konsultan merupakan tenaga ahli dibidang perpajakan, kemungkinan terjadi kesalahan pengembalian dokumen pajak ke perusahaan. b. Perlu adanya sosialisasi dari pemerintah dalam hal ini Dirjen Pajak atau Kantor Pelayanan pajak setempat kepada pengurus PT UBA tentang pajak dan dapat dilaksanakan dengan baik oleh PT UBA 44

57 DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Pajak, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007., Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Pajak penghasilan Nomor 36 Tahun 2008., Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang bea perolehan hak atas tanah dan atau bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000., Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang penagihan pajak dengan surat paksa telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2000., Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang pengadilan pajak. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 227/PJ./2002. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 tanggal 1 April 2010 yang merupakan perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009 merupakan perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-49/PJ/2009 Waluyo, Perpajakan Indonesia tahun Lembaga Penerbit Selemba Empat. 1

58 46

59 47

60 48

61 49

62 50

63 51

64 52

65 53

66 54

67 55

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 394/KMK.04/1996 TENTANG PELAKSANAAN PEMBAYARAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

Apakah Pemilik Indekos Harus Bayar Pajak Juga?

Apakah Pemilik Indekos Harus Bayar Pajak Juga? Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Apakah Pemilik Indekos Harus Bayar Pajak Juga? Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi: Account Representative Aspek Perpajakan bagi Pemilik Indekos Panduan

Lebih terperinci

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V BAB V BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V BAB V BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS

Lebih terperinci

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP adalah sebagai berikut : 1. Menyampaikan Surat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Perlakuan Pajak Penghasilan dalam Transaksi Jasa Lelang oleh Balai Lelang Swasta Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa transaksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008 LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008 LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008 Umum : PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak 2.1.1 Menurut Para Ahli a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang

Lebih terperinci

BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23. Jenis Penghasilan. Jumlah Penghasilan Bruto

BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23. Jenis Penghasilan. Jumlah Penghasilan Bruto Lampiran I Perturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-42/PJ/2008 Tanggal : 20 Oktober 2008 Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak Lembar ke-3 untuk : Pemotong Pajak

Lebih terperinci

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018 KEWAJIBAN PERPAJAKAN BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018 BENDAHARA PENGELUARAN Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) Kita telah memasuki masa milenium dan akan memasuki perdagangan bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN PPH PASAL 23 PADA PT. BIN (PERSERO) DI TAHUN 2012

EVALUASI PENERAPAN PPH PASAL 23 PADA PT. BIN (PERSERO) DI TAHUN 2012 EVALUASI PENERAPAN PPH PASAL 23 PADA PT. BIN (PERSERO) DI TAHUN 2012 Marina Rachmat Kurniawan Lukas Tarigan Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, Indonesia Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

Modul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI

Modul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah

Lebih terperinci

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah Iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (Wajib Pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan Menurut Undang-Undang no. 28 th. 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bisa ditarik apa yang telah dibahas dan dianalisis oleh penulis dalam skripsi ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bisa ditarik apa yang telah dibahas dan dianalisis oleh penulis dalam skripsi ini 88 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis pembahasan pada bab sebelumnya kesimpulan yang bisa ditarik apa yang telah dibahas dan dianalisis oleh penulis dalam skripsi ini adalah

Lebih terperinci

SURAT SETORAN PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SSP. 25 April STIE Widya Praja Tanah Grogot

SURAT SETORAN PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SSP. 25 April STIE Widya Praja Tanah Grogot STIE Widya Praja Tanah Grogot Tanggal Penerbitan 25 April 2016 Pertemuan SURAT SETORAN PAJAK Wajib Pajak dapat membayar pajak yang terutang dengan 2 (dua) cara, yaitu: 1. Dengan menggunakan Surat Setoran

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Aturan Perbankan II.1.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah: Bank adalah bidang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Secara umum pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak memiliki dimensi atau pengertian yang berbeda-beda menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) menyatakan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap perlakuan perpajakan dan perhitungan Pajak Penghasilan atas penghasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN MAKSUD DAN TUJUAN

I. PENDAHULUAN MAKSUD DAN TUJUAN I. PENDAHULUAN Mengingat pentingnya masalah Perpajakan dalam pengelolaan Dana Pensiun, maka perlu adanya pedoman mendasar tentang Perpajakan. Peraturan Perpajakan Dana Pensiun mengacu pada Undang-undang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN.

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN. BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN. 3.1 Teori Tentang Pajak 3.1.1 Definisi Pajak Secara umum pajak dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 12 BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang pelaksanaan kerja praktek Selama melaksanakan praktek kerja lapangan penulis di tempatkan di bagian pemasaran dan bagian umum. Di bagian ini pula penulis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

KUESIONER Responden yang terhormat, Dalam usaha pengumpulan data yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi, maka penulis sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i meluangkan waktu untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Hukum pajak disebut juga hukum fiskal yaitu keseluruhan dari peraturanperaturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk

Lebih terperinci

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-01/PJ/2015 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-01/PJ/2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-01/PJ/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 53/PJ/2009

Lebih terperinci

EVALUASI MEKANISME PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA PT.HUTAMA KARYA (Persero)

EVALUASI MEKANISME PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA PT.HUTAMA KARYA (Persero) EVALUASI MEKANISME PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA PT.HUTAMA KARYA (Persero) Dewi Ramdhani Sutrimo, Lintje Kalangi, Novi Budiarso Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA NEGARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK-PAJAK NEGARA 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang 1) Undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

PEMOTONGAN/ PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGGUNAAN DANA DESA

PEMOTONGAN/ PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGGUNAAN DANA DESA KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SOSIALISASI PEMOTONGAN/ PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGGUNAAN DANA DESA KPP PRATAMA TIMIKA MEI 2015 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa Latar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan. Menurut Prof. Dr. H. Rachmat Soemitro, S.H yang dikutip dalam buku karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitan ini menggunakan beberapa sumber dari penelitian terdahulu sebagai dasar penelitiannya, penelitian-penelitian yang terdahulu adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu wujud nyata serta partisipasi masyarakat dalam rangka ikut membiayai pembangunan nasional.

Lebih terperinci

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pajak 2.1.1.1. Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB III METODOLOGI ANALISIS 59 BAB III METODOLOGI ANALISIS 3.1 Kerangka Pemikiran Pembahasan tesis ini, didasarkan pada langkah-langkah pemikiran sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi objek pajak perusahaan dan menganalisis proses

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ilyas dan Richard Burton (2010:6), Pajak adalah prestasi yang dapat dipaksakan

BAB II LANDASAN TEORI. Ilyas dan Richard Burton (2010:6), Pajak adalah prestasi yang dapat dipaksakan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Pajak Menurut Mr. Dr. N. J. Feldmann yang telah diterjemahkan oleh Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton (2010:6), Pajak adalah prestasi yang dapat dipaksakan sepihak

Lebih terperinci

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB V PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 4 AYAT (2)

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB V PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 4 AYAT (2) 109 BAB V PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 4 AYAT (2) PENGERTIAN Pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat (2) adalah cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan antara lain melalui pemotongan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak Penghasilan 1) Pengertian Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak orang pribadi, badan, Bentuk Usaha

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci

Repositori STIE Ekuitas

Repositori STIE Ekuitas Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2015-12-22 Tinjauan Atas Penerapan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN II.1. Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan (PPh) menurut Liberti Pandiangan (2010:v) adalah salah

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Pelaksanaan Kerja Praktek 3.1.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Bidang pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan penulis yaitu divisi pajak dan asuransi, dan ditempatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Waluyo, 2013:2). digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Waluyo, 2013:2). digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 19 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut UU No.28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Selain mendapat imbalan atas jasa pelaksanaan konstruksi yang diberikan, PT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai pengeluaran yang berkaitan dengan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai pengeluaran yang berkaitan dengan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Pajak merupakan sumber penerimaan negara

Lebih terperinci

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011 Pajak Penghasilan Pasal 23 Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011 http://elearning.pnb.ac.id www.nyomandarmayasa.com Sub Topik 1. UU No. 36 Tahun 2008-Pasal 23 2. Pemotong

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.1 SPT MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) (F )

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.1 SPT MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) (F ) PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.1 SPT MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) (F.1.1.32.04) 1. Bagian Judul - Beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris SPT Normal jika SPT yang disampaikan merupakan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Pajak Menurut Para Ahli

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Pajak Menurut Para Ahli BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Pajak Menurut Para Ahli Dibawah ini adalah beberapa pengertian pajak menurut para ahli, diantaranya: 1. Menurut P.J.A Adriani (2005), Pajak adalah Iuran kepada Negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada jaman sekarang ini sistem otonomi daerah sudah diberlakukan dan semakin berkembang, maka pada sistem otonomi daerah ini secara tidak langsung akan membahas

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. karena sumber-sumber penerimaan yang lain, selain pajak seperti pendapatan

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. karena sumber-sumber penerimaan yang lain, selain pajak seperti pendapatan BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Pengertian dan Definisi Pajak Pajak sebagai sumber penerimaan negara harus menjadi penerimaan utama karena sumber-sumber penerimaan yang lain, selain

Lebih terperinci

Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa dalam sengketa banding ini terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak, dengan rincian sebagai berikut:

Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa dalam sengketa banding ini terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak, dengan rincian sebagai berikut: Putusan Nomor : Put- 87938/PP/M.XVIB/25/2017 Jenis Pajak : PPh Final Pasal 4 ayat (2) Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa dalam sengketa banding ini terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak, dengan

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/ Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/2014-00 Apa yang dimaksud Emas Perhiasan? Emas perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-34/PJ/2010

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Perpajakan 1. Pengertian pajak Menurut Rochmat Soemitro seperti dikutip oleh Waluyo ( 2007 : 3 ) mengemukakan bahwa : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG Menimbang: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG PELAKSANAAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Daftar Pajak Penghasilan Pasal 23 yang Dipotong PT.PLN (Persero) Area Garut Periode Tahun 2010

BAB IV ANALISIS. Daftar Pajak Penghasilan Pasal 23 yang Dipotong PT.PLN (Persero) Area Garut Periode Tahun 2010 BAB IV ANALISIS 4.1 Pelaksanaan Perhitungan, Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 atas Jasa Teknik pada PT PLN (Persero) Area Garut Sebelum membahas lebih lanjut mengenai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI II.1. Perpajakan II.1.1. Definisi Pajak Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dipotong atas penghasilan penghasilan yang berasal dari modal penyerahan jasa hadiah dan penghargaan SIAPA PEMOTONG PPH Wajib Pajak

Lebih terperinci

Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26

Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26 Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26 Pertemuan 5 41 P5.1 Teori Pajak Penghasilan 23, 25, 26 & Pasal 4 ayat 2 A. Pengertian PPh Pasal 23 Pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Wajib Pajaknya adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar

BAB II LANDASAN TEORI. Wajib Pajaknya adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar 11 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori II.1.1 Wajib Pajak Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 yang menjadi Wajib Pajaknya adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : pengenaan, pemotongan pajak penghasilan pasal 23

ABSTRAK. Kata Kunci : pengenaan, pemotongan pajak penghasilan pasal 23 Judul : Analisis Pengenaan dan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 oleh Rumah Sakit X atas Jasa Pengolahan Limbah salah satu klien pada Kantor Konsultan Pajak I Wayan Sutha Naya, SH. Nama : Ni Made Rika

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rochmat Soemitro yang dikutip oleh Mardiasmo, (2003:1) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rochmat Soemitro yang dikutip oleh Mardiasmo, (2003:1) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Secara Umum 2.1.1 Definisi Pajak Para ahli di bidang perpajakan mendefinisikan pengertian pajak dengan berbagai pendapat yang berbeda antara lain : Menurut Rochmat Soemitro

Lebih terperinci

Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Jumlah Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25. Peredaran Usaha (Perdagangan) Alamat

Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Jumlah Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25. Peredaran Usaha (Perdagangan) Alamat Lampiran I Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25 No. NPWP tempat usaha/ gerai (outlet) KPP Lokasi Alamat Peredaran Usaha (Perdagangan) Penghasilan Penghasilan

Lebih terperinci

DAFTAR FORMULIR SPT MASA PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 DAN BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26

DAFTAR FORMULIR SPT MASA PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 DAN BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-04/PJ/2017 TENTANG : BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.03/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.03/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.03/2012 TENTANG BATASAN DAN TATA CARA PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Para ahli di bidang perpajakan mendefinisikan pengertian pajak dengan berbagai pendapat yang berbeda antara lain :

BAB II BAHAN RUJUKAN. Para ahli di bidang perpajakan mendefinisikan pengertian pajak dengan berbagai pendapat yang berbeda antara lain : BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung dan tidak langsung dari masyarakat, guna membiayai pengeluaran

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 16 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pajak Pajak menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 yang berbunyi : "Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat di paksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 79/PJ/2010 TENTANG : STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN DAFTAR 16 (ENAM BELAS) JENIS LAYANAN UNGGULAN BIDANG

Lebih terperinci

PPh Pasal 21. Maksud. Dasar Hukum. Objek Pemotongan Pemotong PPh Pasal 21. Bukan Pemotong PPh Pasal 21. Penerima Penghasilan

PPh Pasal 21. Maksud. Dasar Hukum. Objek Pemotongan Pemotong PPh Pasal 21. Bukan Pemotong PPh Pasal 21. Penerima Penghasilan Maksud Objek Pemotongan Pemotong PPh Pasal 21 Bukan Pemotong PPh Pasal 21 Penerima Penghasilan PPh Pasal 21 Pemotongan pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada orang pribadi sehubungan dengan pekerjaan,

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK Yulia Chandra ABSTRAK Restitusi atau pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai merupakan Hak semua Wajib

Lebih terperinci

Penghasilan Lainnya Bulan... Tahun... Biaya (Rp) Jumlah Bruto (Rp) (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Penghasilan Lainnya Bulan... Tahun... Biaya (Rp) Jumlah Bruto (Rp) (1) (2) (3) (4) (5) (6) LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-4/PJ/2009 Bentuk dan Tata Cara Pencatatan Yang Diterima Dari Luar Kegiatan Usaha dan/atau Pekerjaan Bebas Yang Merupakan Objek Pajak Yang Tidak Dikenai

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh pribadi atau badan, sebagai salah satu sumber dana yang berasal dari dalam Negara untuk membiayai kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan negara. Karena pajak mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan negara. Karena pajak mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu pendapatan negara yang terbesar dan berperan penting dalam pembangunan negara. Karena pajak mempunyai kontribusi yang tinggi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci