Perception Of Impecunious Family At The Education Of Child Pra School Dinagari Kambang District Of Lengayang Sub- Coastal Area Of South By:

Transkripsi

1 Perception Of Impecunious Family At The Education Of Child Pra School Dinagari Kambang District Of Lengayang Sub- Coastal Area Of South By: Fuji Hamsak Melka* Dr. Helma, M.Pd** Rahma Wira Nita, M.Pd., Kons** *Student **Lecturers Guidance and Counseling Study Program, STKIP PGRI West Sumatera ABSTRACT This research background by parents who often apashetic the pra-education of their children, while the economic factor is bad. The purpose of this research is to describe about impecunious family perception at target and education function of pra-school. This research represent descriptive research qualitative, consist of information lock three impecunious family which have pra-school and additional informan, that is, family member of differ from key informan. Data collected through guidance of documentation and interview with data analysis, that is data discount, presentation of data, and verification. Result of research expressed that 1) Perception of impecunious family at target of pra-school education, seen from their opinion that pra-school education aim to educate children early, possible to form child to be protected from problem, can trace child potency and talent early on, and also to preparing children before entering school 2) Perception of impecunious family at education function of the pra-school seen from their view which of opinion that pra- school education have function for their children in add experience of child, making child more active, child pushed to be able communicate with goodness, and also add children growh variation. Have recommended to parent, to payimore attention of children education, constituted with education of school pre expected by child can expand follow to better to education hereinafter. Keywords: Perception of Impecunious Family At The Education Of Child Pra School PENDAHULUAN Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Selanjutnya, pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing serta memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik (Mukhtar, 2009:159). Pendidikan sebagai bagian dalam proses pembangunan bangsa dibangun atas paradigma pendidikan untuk semua warga masyarakat. Artinya pendidikan itu dirasakan seluruh lapisan masyarakat sehingga pendidikan berperan dalam membangun masyarakat dan tumbuh atas kesadaran dan kebutuhan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi kelangsungan hidupnya (Mukhtar, 2009:4). Undang-Undang Negara Repulik Indonesia tahun 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan atau pengajaran. Pasal tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam UU NO. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut pasal 5 ayat (1) menyatakan setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan ayat (5) setiap warga negara berhak mendapat kesempatan pendidikan sepanjang hayat. Perlu ada waktu dan tempat khusus bagi anak untuk mewujudkan itu semua, maka dituntut adanya lembaga sosial atau di kenal juga dengan lembaga kemasyarakatan. Salah satu lembaga kemasyarakatan tersebut biasa kita kenal dengan lembaga pendidikan. Lembaga

2 pendidikan terdiri dari lembaga formal yaitu pendidikan sekolah, informal yaitu pendidikan yang didapat di luar sekolah, misalnya di lingkungan keluarga dan masyarakat setempat, sedangkan pendidikan non formal yaitu pendidikan diperoleh dari kursus-kursus. Secara global definisi sekolah dapat diartikan sebagai institusi sosial yang diciptakan untuk masyarakat untuk melaksanakan sejumlah fungsi sosial yang berhubungan dengan pendidikan anak menuju kearah kedewasaan (Ahmadi, 2007:162). Pendidikan merupakan usaha sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang tua yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik misalnya guru sekolah, orang dalam lingkungan keagamaan, dan sebagainya (Syah, 2010:11). Anak mendapatkan pendidikan dari guru. Pengajaran di sekolah yang baik adalah yang mampu memberikan dukungan besar kepada para siswa dalam menyelesaikan tugastugas perkembangan mereka. Dengan hal tersebut guru sekolah akan memahami seluruh proses dan tugas perkembangan manusia (Syah, 2010:81). Pendidikan dari sekolah akan membantu seorang anak, bukan hanya mengerti teori dari mata pelajaran yang diajarkan, namun yang terpenting yaitu cara belajar yang terstruktur, sikap dan kepribadian yang baik. Pendidikan yang berjalan baik, maka masa depan seorang anak akan lebih terencana dan terjamin tidak terlepas dari peran keluarganya. Pendidikan pra sekolah sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan anak ke tingkat pendidikan selanjutnya. Dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 28 Ayat (1) menyebutkan Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan, dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup. Selanjutnya dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 28 Ayat (2) dinyatakan bahwa, Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Kemudian pada ayat (3,4,5) disebutkan bahwa, Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanakkanak (TK) atau bentuk lain yang sederajat, Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat, Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga, atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Keluarga merupakan lembaga pertama yang dikenal oleh seorang individu dalam masa pertumbuhannya. Di dalam pelaksanaan pendidikan peranan keluarga juga tidak kalah pentingnya. Keluarga adalah unit sosial terkecil yang paling efektif menanamkan nilai-nilai budaya, karena di dalam lingkungan keluarga hubungan emosional terjalin dengan akrab dan intensif, sehingga memungkinkan terjadinya proses pendidikan. Melalui proses pendidikan dalam lingkungan keluarga anak-anak dapat disiapkan dan dilatih untuk memenuhi fungsi dan peranannya dan dapat dipersiapkan untuk memasuki lingkungan yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat. Peranan orang tua adalah membesarkan, melindungi, dan membantu anak dalam perkembangannya menjadi orang dewasa yang tangguh. Orang tua menyediakan perhatian langsung kepada anak selama masa perkembangan. Pemberian kekuasaan penuh kepada orang tua untuk menentukan tingkah laku anak karena mereka sangat bergantung pada orang tuanya dan belum dapat membuat suatu keputusan (Lucy, 2009:22). Fungsi sosialisasi menunjuk pada peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui fungsi ini, keluarga berusaha mempersiapkan bekal selengkap-lengkapnya kepada anak dengan memperkenalkan pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan yang diharapkan akan dijalankan mereka (Suhendi, 2001:45). Anak sebagai anggota keluarga harus tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang baik yang bisa mengurus dirinya sendiri, dan tidak bergantung atau menimbulkan masalah pada orang lain, pada keluarga atau masyarakatnya (Suhendi, 2001:75). Untuk tercapainya maksud tersebut, yang bertanggung

3 jawab terhadap pendidikan anak adalah orang tua. Anak dalam tahap perkembangnya mempunyai beberapa tahap. Empat tahap perkembangan kognitif dari setiap anak yang berkembang secara kronologis (menurut usia kalender) yaitu: 1) tahap sensorimotor, dari lahir sampai umur 2 tahun, 2) tahap praoperasional, dari umur 2 tahun sampai umur 7 tahun, 3) tahap operasional konkret, dari umur 7 tahun sampai umur 11 tahun dan 4) tahap operasional formal dari umur 11 tahun sampai 15 tahun. Pada setiap tahapnya anak memerlukan peran yang berbeda dari orang tuanya (Hurlock, 2009:151). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sosialisasi anak dalam keluarga, salah satunya adalah keadaan sosial ekonomi keluarga. Keadaan ekonomi keluarga dapat berpengaruh terhadap sosialisasi, dimana anak kurang mendapatkan perhatian dan perawatan. Sebaliknya anak sudah dibiasakan bekerja oleh karna itu dalam keterampilan kerja anak dalam keluarga miskin lebih unggul dari pada anak yang berasal dari keluarga kaya. Ia tidak canggung lagi menerima pekerjaan dan mengurusi keperluan sendiri bahkan keperluan orang tuanya. Hubungan perkembangan pendidikan dengan perkembangan sosial ekonomi atau pekerjaan secara khusus adalah terdapatnya hubungan yang bersifat timbal balik antara ekonomi dengan pendidikan. Perkembangan pendidikan memerlukan pembiayaan dari sebuah sistem ekonomi, sebaliknya pembangunan ekonomi memerlukan pengembangan sumber daya manusia yang makin tinggi kualitas pendidikannya. Berdasarkan kondisi awal yang peneliti temukan di Nagari Kambang, orang tua sering mengabaikan pendidikan pra sekolah anaknya, dengan alasan faktor ekonomi keluarga yang kurang mampu atau miskin. Kebutuhan ekonomi sering memaksa para orang tua mengabaikan pendidikan anak mereka karena tenaga anak sangat dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Anak telah disosialisasikan dengan suatu pekerjaan sehingga anak mereka banyak hidup mandiri tanpa bantuan orang lain dalam mengerjakan perkerjaan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dikategorikan dalam jenis penelitian kualitatif. Prinsip dasar pendekatan kualitatif adalah penelitian yang dimulai dengan persoalan seperti mengapa, bagaimana, apa, dimana, dan bilamana tentang suatu fenomenafenomena atau gejala-gejala yang terjadi di lapangan dan peneliti dapat memberi suatu makna kepada suatu peristiwa. Penelitian kualitatif antara lain bersifat deskriptif, data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata atau gambar dari pada angkaangka. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini penulis berupaya mendeskripsikan, mengungkapkan, dan menafsirkan data yang berhubungan dengan, Persepsi Keluarga Miskin pada Pendidikan Anak Pra Sekolah di Nagari Kambang Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Informan penelitian di dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan langkah-langkah yang ditempuh peneliti agar data atau informasi dapat diperoleh. Paling penting adalah peneliti menentukan informan dan bagaimana mendapatkan informan. Menentukan informan bisa dilakukan oleh peneliti apabila peneliti memahami masalah umum penelitian serta memahami pula anatomi masyarakat di mana penelitian itu dilaksanakan. Pemilihan informan dipilih dengan teknik bola salju ( snow ball) dengan cara peneliti mencari relawan dilapangan, yaitu orang-orang yang mampu diajak untuk berbicara dan dari mereka data akan diperoleh. Selanjutnya dari mereka pula akan ada penambahan sampel atau subjek, atas rekomendasinya itu, peneliti segera meneruskan ke subjek yang lain. Jumlah sampel tidak ada batas minimal dan maksimalnya, yang penting telah mencapai data jenuh, yaitu tidak ditemukan informasi baru lagi dari subjek penelitian (Moleong, 2010:206). Maka dari itu, peneliti telah menentukan dahulu informan kunci dan informan tambahan agar proses penelitian dilapangan nantinya lebih mudah dilaksanakan. Adapun kriteria informan kunci yang dipilih yaitu; 3 keluarga miskin yang mempunyai anak pra sekolah di Nagari Kambang. Sedangkan untuk informan tambahan, peneliti telah memilih beberapa orang informan yang dirasa dapat memberikan informasi berkaitan dengan penelitian, yang antara lain adalah; anggota keluarga lain seperti kakak, tante dan lainnya yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan informan kunci.

4 Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan September Adapun penelitian ini dilaksanakan di Nagari Kambang Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan, hal tersebut dikarenakan fenomena awal ditemukan di lokasi ini. HASIL DAN IDE PENELITIAN Pada penelitian ini temuan data yang peneliti kemukakan adalah data yang bersifat deskriptif, yaitu data yang disajikan sesuai dengan apa yang dikemukakan informan dari hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap informan, yaitu persepsi keluarga pada miskin pada pendidikan anak pra sekolah di Nagari Kambang Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Wawancara dilakukan terhadap informan kunci yaitu tiga keluarga miskin yang mempunyai anak pra sekolah di Nagari Kambang dan informan tambahan tiga orang, yaitu, anggota keluarga lain dari informan kunci. Analisis data hasil temuan penelitian ditujukan untuk mendeskripsikan persepsi keluarga miskin pada tujuan dan manfaat Ide penelitian ini berawal dari Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya arti pendidikan di Nagari Kambang masih rendah, hal itu terlihat dari tingkat pendidikan masyarakat yang masih relatif rendah, pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang layak masih rendah, dan peran pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat masih rendah. Namun ada juga beberapa masyarakat yang telah menyadari bahwa pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sehingga minat untuk mendapat pendidikan pada beberapa lembaga pendidikan di berbagai jenjang pendidikan cukup baik. 1.Persepsi Keluarga Miskin Pada Tujuan Pendidikan Pra Sekolah Hasil temuan peneliti mengenai persepsi keluarga miskin pada tujuan bertujuan untuk mendidik anak sedini mungkin yang dapat membentuk prilaku anak agar terhindar dari prilaku bermasalah, dapat menelusuri bakat dan potensi anak sejak dini, serta untuk menyiapkan mental anak sebelum memasuki dunia sekolah. Adapun tujuan bimbingan dan konseling di pra sekolah, menurut Suyadi (2009: ), sebagai berikut: a) Menjaga dan melindungi sifat unik anak, agar anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan jati dirinya; b) Menyiapkan mental anak-anak agar siap memasuki sekolah lanjutannya; c) Mengidentifikasi kemungkinan munculnya gangguan mental di kemudian hari. Jadi semaca tindakan preventif untuk mencegah berbagai perilaku bermasalah yang akan muncul dikemudian hari; d) Menelusuri bakat, minat, dan potensi anak sejak dini, setiap anak mempunyai kecendrungan yang berbeda-beda. Sedangkan kecendrungan itu sendiri mengindikasikan bakat, minat, dan potensi tertentu pada anak; e) Menjaga stabilitas keseimbangan tumbuh kembangnya anak, baik aspek fisik-motorik, bahasa, sosio-emosional, kognitif, maupun moral-keagamaan. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, pada umumnya persepsi keluarga miskin pada tujuan pendidikan pra sekolah di Nagari Kambang, bertujuan untuk mendidik anak sedini mungkin yang dapat membentuk prilaku anak agar terhindar dari prilaku bermasalah, dapat menelusuri bakat dan potensi anak sejak dini, serta untuk menyiapkan mental anak sebelum memasuki dunia sekolah. 2.Persepsi Keluarga Miskin Pada Manfaat Pendidikan Pra Sekolah Hasil temuan peneliti mengenai persepsi keluarga miskin pada manfaat Mempersiapkan anak menuju bangku sekolah, maka penyelenggaraan kegiatan pembelajaran prasekolah memiliki beberapa manfaat. Menurut Solehuddin (Nurdiana, 2000:79), bahwa: Ada manfaat dasar pembelajaran bagi usia anak pra-sekolah sebagai berikut: a) Anak secara aktif terlibat dalam melakukan sesuatu menyenangkan, terutama

5 melalui pusat-pusat belajar; b) Kegiatan pembelajaran dibangun berdasarkan pengalaman dan minat anak; c) Mendorong terjadinya komunikasi serta belajar secara bersama dan individual; d) Mendorong anak untuk berani mengambil resiko dan belajar dari kesalahan; e) Memperhatikan variasi perkembangan anak; f) Bersifat fleksibel dan tidak terstuktur, proses pembelajaran demikian sesuai dengan kondisi dan cara belajar anak yang memang tidak terstruktur dan dari mana dia suka. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, Selanjutnya persepsi keluarga miskin pada manfaat pendidikan pra sekolah di Nagari Kambang, KESIMPULAN DAN SARAN Pembahasan temuan mengenai penelitian disimpulkan bahwa, 1) persepsi keluarga miskin pada tujuan pendidikan pra sekolah di Nagari Kambang, terlihat dari pandangan mereka yang beranggapan bahwa pendidikan pra sekolah bertujuan untuk mendidik anak sedini mungkin yang dapat membentuk prilaku anak agar terhindar dari prilaku bermasalah, dapat menelusuri bakat dan potensi anak sejak dini, serta untuk menyiapkan mental anak sebelum memasuki dunia sekolah. 2) persepsi keluarga miskin pada manfaat Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Orang tua, agar lebih memperhatikan pendidikan anak-anak disebabkan pendidikan anak juga lebih penting, walaupun nantinya anak akan dididik menjadi seorang petani, namun dengan mengikuti pendidikan yang didasari dengan pendidikan pra sekolah diharapkan anak mampu menjadi berkembang lebih baik untuk mengikuti pendidikan selanjutnya. 2. Pemuka masyarakat, agar lebih memperhatikan kondisi masyarakat yang kurang mampu salah satunya masyarakat (buruh tani), untuk dapat memberikan bantuan terutama bagi anak-anak mereka dalam mengikuti pendidikan seperti 3. Peneliti selanjutnya, agar hasil penelitian ini dapat menjadi landasan atau pedoman, dan diharapkan dapat melakukan penelitian tentang persepsi keluarga miskin pada pendidikan anak pra sekolah dalam variasi yang berbeda. 4. Pengelola program studi bimbingan dan konseling, agar dapat mempersiapkan mahasiswa bimbingan dan konseling serta mengembangkan ilmu pengetahuan tentang persepsi keluarga miskin terhadap 5. Pengelola pendidikan pra sekolah, agar senantiasa memberikan informasi yang jelas tentang keberadaan, guna, dan manfaat pendidikan pra sekolah bagi anak. KEPUSTAKAAN Ahmadi, Abu Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Hurlock, Elizabeth B Perkembangan Anak (Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Lucy, Bunda Mendidik Sesuai dengan Minat Bakat Anak. Jakarta: Tangga Pustaka. Moleong, Lexy Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Mukhtar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada. Suhendi, Hendi Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung: Pustaka Setia. Syah, Muhibbin Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Undang-Undang RI No 20 Tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Cipta Jaya.