BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep Teori Legitimasi Teori legitimasi adalah suatu kondisi yang ada ketika suatu sistem nilai perusahaan sejalan dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar dimana perusahaan merupakan bagiannya (Ghozali dan Cariri, 2007:411). Legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh entitas adalah merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai, kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995). Legitimasi didapatkan jika apa yang dijalankan oleh perusahaan telah selaras dengan apa yang juga diinginkan oleh masyarakat. Jika tidak terjadi keselarasan antara sistem nilai perusahaan dengan nilai masyarakat maka perusahaan akan kehilangan legitimasinya sehingga dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. O Donovan (2002) berpendapat legitimasi organisasi saling berkaitan dan saling memengaruhi antara masyarakat dan perusahaan. Teori legitimasi bila dikaitkan dengan kepatuhan wajib pajak sangat berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Dimana suatu kondisi nilai perusahaan sejalan dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar dimana perusahaan merupakan bagiannya. Dalam kepatuhan wajib pajak, pemerintah telah mengeluarkan 12

2 kebijakan tax amnesty yang hadir bagi wajib pajak yang masih belum atau kurang melaporkan hartanya diharapkan dapat mengikuti kebijakan tax amnesty karena kebijakan tersebut memberikan pengampunan bagi masyarakat yang belum mengungkapkan hartanya tanpa dibebani sanksi bunga yang tinggi. Dengan dikeluarkannya kebijakan tersebut diharapkan wajib pajak dapat mengikuti kebijakan tersebut dan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak yang pada nantinya dapat membantu pemerintah untuk membangun Negara demi kesejahteraan masyarakat bersama Pengertian Pajak Selama ini pengertian pajak menurut para ahli berbeda-beda akan tetapi memiliki inti dan tujuan yang sama. Berikut ini akan disajikan beberapa pengertian pajak menurut Undang-undang dan para ahli : 1) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2009:1). 2) Sedangkan berdasarkan UU No. 28 Tahun 2007 Perubahan Ketiga atas UU No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 13

3 3) Ruyadi (2009), mengatakan pajak merupakan sumber pendanaan bagi Pemerintah untuk melaksanakan tanggung jawab Negara untuk mengatasi masalah sosial, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran serta menjadi kontrak sosial antar warga negara dengan pemerintah. Berdasarakan beberapa pengertian pajak diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara yang sifatnya dapat dipaksakan sesuai Undang-Undang dan tidak mendapat timbal balik secara langsung (kontraprestasi) dan digunakan untuk keperluan-keperluan pengeluaran negara guna mengatasi masalah sosial, meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Fungsi Pajak Bagi Negara pajak merupakan hal yang sangat penting karena pajak salah satu penyumbang pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk pembiayaan pengeluaran-pengeluaran negara guna menjalankan pemerintahan. Terdapat dua fungsi pajak (Mardiasmo, 2011:1) yaitu: 1) Fungsi anggaran (budgetair) Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Misalnya, pajak dimasukan kedalam APBN sebagai penerimaan Negara. 2) Fungsi mengatur (regulerend) Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Misalnya, pajak yang tinggi dikenakan pemerintah dalam bidang sosial untuk mengurangi konsumsi 14

4 minuman keras di masyarakat, tarif pajak yang tinggi dikenakan kepada pemilik kendaraan pribadi seperti mobil yang dikenakan tarif pajak progresif untuk mengurangi kepemilikan mobil pribadi dan akan berdampak langsung pada berkurangnya kemacetan. Tarif pajak rendah yang dikenakan pemerintah untuk barang ekspor guna meningkatkan ekspor yang nantinya dapat menambah devisa negara Kepatuhan Wajib Pajak Menurut kamus umum bahasa Indonesia (Jatmiko, 2006), kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam hal pajak, aturan yang berlaku adalah aturan perpajakan. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungutan pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Mardiasmo, 2011). Dalam hubungannya dengan kepatuhan perpajakan, Rahayu (2011) mengatakan bahwa, pada prinsipnya kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajaknnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara. Teori tentang tax compliance pertama kali dikemukakan oleh Allingham and Sandmo ( Allingham dan Sadmo 1972, dalam Hamonangan dan Mukhlis, 2012). Teori ini mengasumsikan sedemikian tingginya tingkat ketidakpatuhan dari sisi ekonomi. Teori ini berkeyakinan tidak ada individu bersedia membayar pajak secara sukarela (voluntary compliance). Oleh sebab itu individu akan selalu 15

5 menentang untuk membayar pajak (risk aversion). Untuk menjelaskan teorinya tersebut, Allingham dan Sadmo merumuskan suatu model : D = D (I,t,p,f) (1) Keterangan : D : Declared income I : Pendapatan tetap t : Tarif pajak p : Probabilitas untuk diaudit f : penalty rate Menurut teori ini, faktor utama yang mempengaruhi kepatuhan pajak antara lain : pendapatan tetap (I), tarif pajak (t), probabilitas dilakukan audit (p), dan besarnya sanksi yang mungkin dikenakan (f). Individu diasumsikan memiliki endowment pendapatan yang tetap yang harus dilaporkan ke pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayarkannya. Declared Income merupakan tingkat pendapatan wajib pajak yang dilaporkan pada tingkat tarif pajak t. Pendapatan yang tidak dilaporkan tidak dikenai pajak, tetapi konsekuensinya individu dimungkinkan untuk di audit dengan denda sanksi sebesar f yang harus di bayar untuk setiap pendapatan yang tidak dikenakan pajak. Menurut Nurmantu (2010:148) dijelaskan bahwa terdapat dua macam kepatuhan yaitu: (1) Kepatuhan Formal. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan. Dalam hal ini kepatuhan formal meliputi: (a) wajib pajak membayar pajak dengan tepat waktu, (b) wajib pajak 16

6 membayar pajak dengan tepat jumlah, (c) wajib pajak tidak memiliki tunggakan pajak (2) Kepatuhan Material. Kepatuhan material adalah dimana suatu keadaan wajib pajak secara substansi/hakekat memenuhi semua ketentuan perpajakan, yakni sesuai dengan isi dan jiwa undang-undang perpajakan Tax Amnesty Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak, menyebutkan bahwa pengampunan pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkapkan harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur didalam Undang-undang ini. Kebijakan Tax Amnesty sebenarnya pernah dilakukan Indonesia pada tahun Pada hakekatnya implementasi tax amnesty secara psikologis sangat tidak memihak pada wajib pajak yang selama ini taat membayar pajak. Kalaupun kebijakan itu diterapkan di suatu negara, harus ada kajian mendalam mengenai karakteristik wajib pajak yang ada di suatu negara tersebut karena karakteristik wajib pajak tentu saja berbeda-beda. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah karakteristik wajib pajak memang banyak yang tidak patuh, sehingga tax amnesty tidak akan menyinggung para WP yang taat membayar pajak. Selain itu, pola tax amnesty seperti model sunset policy hanya bisa diterapkan sekali dalam seumur hidup wajib pajak. Pengampunan pajak tersebut diberikan atas pajakpajak yang belum pernah atau belum sepenuhnya dikenakan atau dipungut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun bentuk 17

7 pengampunannya dikenakan tebusan dengan tarif: (1) 1% (satu persen) dari jumlah kekayaan yang dijadikan dasar untuk menghitung jumlah pajak yang dimintakan pengampunan, bagi Wajib Pajak yang pada tanggal ditetapkannya Keputusan Presiden ini telah memasukkan Surat Pemberitahuan Pajak Pendapatan/Pajak Perseroan tahun 1983 dan Pajak Kekayaan tahun 1984; (2) 10% (sepuluh persen) dari jumlah kekayaan yang dijadikan dasar untuk menghitung jumlah pajak yang dimintakan pengampunan, bagi Wajib Pajak yang pada tanggal ditetapkannya Keputusan Presiden ini belum memasukkan Surat Pemberitahuan Pajak Pendapatan/Pajak Perseroan tahun 1983 dan Pajak Kekayaan tahun Tujuan Tax Amnesty Menurut Undang-undang No. 11 Tahun 2016 Pasal 2 (butir 2) Tentang Pengampunan Pajak menyebutkan bahwa pengampunan pajak bertujuan untuk: 1) Mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan harta, yang antara lain akan berdampak pada peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar rupiah, perbaikan suku bunga dan peningkatan investasi. 2) Mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komperhensif dan terintegritas. 3) Meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain untuk pembiayaan pembangunan. 18

8 2.1.7 Subjek dan Objek Pengampunan Pajak Sesuai Undang-undang No.11 Tahun 2016 Pasal 3 Tentang Pengampunan Pajak menyebutkan bahwa subjek dan objek pengampunan pajak adalah : 1) Setiap wajib pajak berhak mendapatkan pengampunan pajak. 2) Pengampunan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada wajib pajak melalui pengungkapan harta yang dimilikinya dalam surat pernyataan. 3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu wajib pajak yang sedang: a. Dilakukan penyidikan dan berkas penyidikannya telah dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan b. Dalam proses peradilan c. Menjalani hukuman pidana, atas tindakan pidana di bidang perpajakan. 4) pengampunan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengampunan atas kewajiban perpajakan sampai dengan akhir tahun pajak terakhir, yang belum atau belum sepenuhnya diselesaikan oleh wajib pajak. 5) kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas kewajiban: a. Pajak Penghasilan b. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 19

9 2.1.8 Rancangan Tax Amnesty Tax amnesty diluncurkan tidak semata - mata untuk mencapai penerimaan pajak jangka pendek, namun tujuan utamanya adalah untuk membangun database wajib pajak yang lebih baik. Besar harapannya dengan database wajib pajak yang telah disusun dari program tax amnesty mampu memunculkan potensi pajak kedepannya (InsideTax Magazine - 36, 2015:75). Tax amnesty yang merupakan rekonsiliasi nasional bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki hubungan yang kurang harmonis antara wajib pajak dengan Direktorat Jendral Pajak (InsideTax Magazine -36, 2015:81). Diharapkan pengembalian modal yang tersimpan di bank luar negeri bersifat opsional dalam tax amnesty. Pandangan Misbakhun yang terdapat dalam InsideTax Magazine 36 ( 2015:85-89) beranjak dari turunnya penerimaan pajak yang merupakan penurunan penerimaan pajak terbesar sepanjang sejarah, alternatif kebijakan yang paling sesuai adalah tax amnesty. Tax amnesty akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan basis pajak dan meningkatkan tax ratio yang selama ini hanya berada pada angka 12%. Kekhawatiran pemerintah juga semakin mendorong penerapan tax amnesty untuk menghindari wajib pajak menyimpan uangnya di luar negeri. Besaran tarif tebusan 2% sampai dengan 6% atas pengampunan pajak pelaporan harta bersih, ketentuan ini tidak bisa menerapkan tarif umum karena terminologinya adalah uang tebusan. Fitur repatriasi modal akan sangat bermanfaat untuk perbaikan basis pajak kedepannya. Berkembang isu melalui UU Pengampunan Nasional segala sanksi yang terkait dengan pengampunan pajak akan diampuni, namun sesuai dengan 20

10 perkembangan pembahasan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sanksi yang diampuni hanya yang terkait pajak saja (InsideTax Magazine - 36, 2015:85). Bercermin dari berhasilnya kebijakan Sunset Policy pada tahun 2008, namun pemerintah kecolongan dalam membedakan Surat Pemberitahuan (SPT) yang mana dilaporkan secara normal dan yang mana dilaporkan dengan memanfaatkan Sunset Policy. Penyusunan kebijakan tax amnesty diharapkan mampu menutupi kelemahan sebelumnya. Wajib pajak yang memanfaatkan tax amnesty, segala aset yang dilaporkan wajib disusun dalam suatu database yang lebih baik. Database tersebut merupakan potensi pajak kedepannya. Menjadi tantangan berikutnya bagaimana menjamin kerahasiaan sumber dari aset yang dilaporkan dalam program tax amnesty, apakah ada jaminan kepada wajib pajak untuk tidak mengusut asal muasal aset tersebut sesuai dengan Pasal 41 ayat (3) UU KUP. Untuk menjamin semua aset dari wajib pajak telah dilaporkan maka, diupayakan wajib pajak melakukan deklarasi aset secara penuh (full disclosure). Wajib pajak yang memanfaatkan tax amnesty mempunyai hak untuk mengadukan jika terjadi pembocoran rahasia oleh tim pemeriksa atau pegawai Direktorat Jendral Pajak Tax Amnesty di Berbagai Negara Di beberapa negara sebenarnya sudah pernah melaksanakan tax amnesty akan tetapi ada yang berhasil melaksanakan program tersebut dan juga ada yang gagal. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari keseriuan pemerintah untuk melaksakan program tersebut sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Penelitian Togler & Schaltegeer (2001) menyatakan bahwa negara yang berhasil 21

11 melaksanakan program tax amnesty adalah India dan Afrika Selatan. Dalam Inside Tax Magazine 37 (2016) mengulas mengenai kebijakan tax amnesty yang merupakan awal dari reformasi perpajakan di Indonesia. Reformasi yang dilakukan di Argentina dan Filipina termasuk dalam penerapan tax amnesty yang tidak berhasil karena seringnya pemberian tax amnesty yang mengakibatkan wajib pajak mengaharapkan program yang sama dikemudian hari sehingga wajib pajak bersifat menunggu, hal ini merupakan salah satu kelemahan kebijakan tax amnesty jika terlalu sering dilakukan sehingga wajib pajak berharap mendapat pengampunan pajak pada program tax amnesty berikutnya. Hasil penelitian Boniello, Polacco, Florenzano dan Jaret (2003) dan karya Widodo, Djefris dan Wardhani (2010) dalam Bagiada (2016) menjelaskan bahwa program kebijakan tax amnesty berhasil diterapkan di India pada tahun 1997 yang telah mampu menambah pendapatan pajaknya sebesar 8,05% dari keseluruhan pajak di India pada masa itu. Afrika Selatan juga dianggap berhasil melaksanakan kebijakan tax amnesty ini yang dilaksanakan pada tahun yang berhasil mengumpulkan dana hingga 8000 dollar. Keberhasilan India pada tahun 1997 dan Afrika Selatan tahun tidak diikuti oleh Rusia. Menurut penelitian Martinez-Vazquez dan Wallace (2009) penerapan kebijakan tax amnesty yang diterapkan oleh Rusia bukan merupakan solusi untuk meningkatkan pendapatan negara secara permanen. Karena penggunaaan fiskal gimmick seperti tax amnesty ini juga akan membebankan biaya tambahan bagi negara untuk mendukung jalannya program ini selain itu belum tepatnya program tax amnesty dengan karakter wajib pajak di Rusia dianggap sebagai penyebab gagalnya tax amnesty. 22

12 Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan kebijakan tax amnesty seharusnya diikuti dengan reformasi kebijakan perpajakan secara nasional dan harus dapat melihat karakter wajib pajak agar kebijakan tax amnesty ini dapat berhasil dijalankan Tax Amnesty di Indonesia Sebelunya Indonesia sudah pernah menerapkan kebijakan tax amnesty ini yakni pada tahun 1964 melalui Penetapan Presiden No.5 tahun 1964 dan tahun 1984 melalui Keputusan Presiden No. 26 Tahun 1984 Tentang Pengampunan Pajak dan Kepres No.72 Tahun 1984 tentang Perubahan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1984 Tentang Pengampunan Pajak. Menurut Ragimun (2015) penyebab kedua tax amnesty ini tidak berhasil adalah karena kurangnya sarana prasarana pendukung dan masih belum jelasnya tujuan dari kebijakan tax amnesty ini. Ditambahkan kembali oleh Tambunan (2015) bahwa kegagalan dari kedua tax amnesty tersebut karena kurang tegasnya penegak hukum (law-enforcement) pasca penerapan kebijakan tersebut. Tax amnesty yang dilakukan pada masa itu adalah pengampunan pajak model investigation amnesty. Melalui pengampunan pajak ini Direktorat Jendral Pajak tidak akan menyelidiki dan menginvestigasi sumber penghasilan yang dilaporkan pada periode historis. Biaya pengampunan yang harus dibayar oleh wajib pajak adalah sebesar 10% dan 5% dari total objek pengampunan Sanksi Perpajakan Terdapat undang-undang yang mengatur tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Sanksi adalah suatu hukuman yang diberikan kepada orang- 23

13 orang yang melanggar peraturan. Sanksi diperuntukan agar peraturan atau undang-undang tidak dilanggar. Agar peraturan pajak dapat dipatuhi maka harus ada sanksi perpajakan bagi para pelanggarnya. Definisi sanksi perpajakan menurut Mardiasmo (2009:57) adalah sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati. Atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Menurut M. Zain (2007:35) mengatakan bahwa sesungguhnya tidak diperlukan suatu tindakan apapun, apabila dengan rasa takut dan acaman hukuman (sanksi dan pidana) saja wajib pajak sudah memenuhi kewajiban perpajakannya. Perasaan takut tersebut cukup ampuh untuk mengurangi penggelapan pajak dan kelalaian pajak. Jika ini sudah berkembang dikalangan wajib pajak maka hal ini akan berdampak pada kesadaran dan kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Dalam Mardiasmo (2009:57) undang-undang perpajakan dikenal ada dua macam sanksi, yaitu sanksi pidana dan sanksi administrasi. Sanksi pidana merupakan siksaan atau penderitaan, suatu alat pencegah atau banteng hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi. Sedangkan sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada negara khususnya yang berupa bunga dan kenaikan. Pandangan tentang sanksi perpajakan tersebut diukur dengan indikator (Yadnyana, 2009 dalam Muliari dan Setiawan, 2010) sebagai berikut : 24

14 1) Sanksi pidana yang dikenakan untuk pelanggar aturan pajak cukup berat. 2) Sanksi administrasi yang dikenakan untuk pelanggar aturan pajak sangat ringan. 3) Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan sarana untuk mendidik wajib pajak. 4) Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi. 5) Pengenaan sanksi atas pelanggaran pajak dapat dinegosiasikan. Sesuai Undang-Undang No. 11 Tahun 2016 Pasal 18 Tentang Pengampunan Pajak pada ayat (1) dan (3) menjelaskan tentang sanksi yang dikenakan, yaitu : 1) Dalam hal wajib pajak telah memperoleh surat keterangan kemudian ditemukan adanya data atau informasi mengenai harta yang belum atau kurang diungkapkan dalam surat pernyataan, atas harta yang dianggap sebagai tambahan penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak. 2) Atas tambahan penghasilan tersebut dikenai Pajak Penghasilan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang Pajak Penghasilan dan ditambah dengan sanksi administrasi perpajakan berupa kenaikan sebesar 200 persen dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang bayar. 25

15 2.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 1013:9). Hipotesis dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu variabel tax amnesty dan sanksi perpajakan Pengaruh Penerapan Kebijakan Tax Amnesty Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Menurut (Suchman,1995) menyebutkan bahwa legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh entitas adalah merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai dan kepercayaan. Dalam hal ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Tax Amensty bagi masyarakat, dimana pemerintah melaksanakan kebijakan pengampunan ini dengan harapan kepatuhan wajib pajak dapat ditingkatkan lagi. Tax amnesty adalah pengampunan pajak yang diberikan oleh pemerintah bagi orang pribadi atau badan yang terindikasi melakukan penghindaran pajak dengan cara menyimpan uangnya di luar negeri dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan dengan tarif yang rendah sehingga mereka mau menarik uangnya untuk dibawa kembali ke Indonesia dan sekaligus untuk memudahkan pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak untuk mendata kembali wajib pajak yang ada. Tujuan dari tax amnesty ini selain untuk menarik kembali dana yang disimpan diluar negeri, tujan dari tax amnesty adalah untuk meningkatkan pendapatan negara dari sektor pajak yang nantinya dapat meningkatkan perekonomian Indonesia. 26

16 Tax amnesty pada kesempatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat baik yang masih menahan uang diluar negeri untuk ditarik kembali ke Indonesia tanpa rasa takut dikenakan tarif pajak yang tinggi. Pengampunan ini tidak saja bagi warga negara yang masih menahan uangnya diluar negeri tetapi meliputi pengampunan atas kewajiban perpajakan sampai akhir tahun pajak terakhir, yang belum atau belum sepenuhnya diselesaikan wajib pajak. Sampai saat ini pemerintah masih terus mengajak bagi para pengusaha yang masih melakukan penghindaran pajak dengan menyimpan dana mereka diluar negeri akan tetapi pada tahun 2018 nanti akan diberlakukannya kesepakatan bersama tentang pertukaran data dan informasi (automatic exchange of information) di berbagai negara sehingga pemerintah akan mudah melacak informasi warga negara yang masih melakukan pengindaran pajak dengan menyembunyikan hartanya diluar negeri. Masyarakat diharapkan dapat mengambil momentum ini sebagai kesempatan untuk menghindari pengenaan tarif pajak yang normal dari 20% untuk badan dan 30% untuk orang pribadi. Selain itu dengan berbagai keuntungan mengikuti tax amnesty yang ditawarkan oleh pemerintah diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan warga negara terhadap kewajiban perpajaknnya. Hasil dari tax amnesty diharapkan akan membawa dampak yang positif bagi dunia perpajakan di Indonesia khususnya dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak di Indonesia. Pada penelitian Jacques (2009) yang menunjukan bahwa tax amnesty secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat 27

17 kepatuhan wajib pajak dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Junpath (2013) meneliti mengenai multi tax amnesty dan kepatuhan pajak di Afrika Selatan. Penelitian kuantitatif menggunakan metode kuesioner ini menyimpulkan bahwa tax amnesty meningkatkan penerimaan pajak dan kepatuhan di Afrika Selatan, sejalan dengan penelitian Ngadiman dan Huslin (2015) yang meneliti tentang pengaruh sunset policy dan tax amnesty terhadap kepatuhan wajib pajak mendapatkan hasil bahwa tax amnesty berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H 1 : Penerapan kebijakan tax amnesty berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam teori legitimasi dijelaskan bahwa legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan entitas adalah tindakan yang diinginkan yang artinya pemerintah dalam mengeluarkan sebuah sanksi perpajakan haruslah sesuai peraturan dan juga tidak terlalu memberatkan wajib pajak sehingga tujuan bersama bisa tercapai baik tujuan wajib pajak untuk bisa membayar kewajiban perpajakannya maupun tujuan pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Di Indonesia sudah terdapat undang-undang yang berisikan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi. Pada bidang perpajakan sudah terdapat undang-undang yang mengatur ketetentuan umum dan tata cara perpajakan sehingga setiap wajib pajak harus dapat melaksanakan peraturan- 28

18 peraturan tersebut. Ketika suatu peraturan tidak dilaksanakan dengan baik atau dilanggar maka haruslah ada sebuah sanksi yang dapat dikenakan sehingga dapat menimbulkan efek jera. Pada penerapan kebijakan tax amnesty kali ini sanksi denda yang akan dikeluarkan oleh pemerintah hingga 200 persen untuk pajak penghasilan (PPh) jika dengan atau tanpa sengaja tidak mengungkapkan keseluruhan asetnya. Sanksi ini diahrapkan akan cukup efektif untuk dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Menurut Nugroho (2006), wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya apabila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya. Di samping itu, menurut Faisal (2009: 37) menyatakan bahwa walaupun ada potensi penerimaan negara pada setiap sanksi, namun motivasi penerapan sanksi adalah agar wajib pajak patuh melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hasil penelitian Muliari dan Ery (2010), dan Arabella (2013) mengungkapkan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan pelaporan wajib pajak. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H 2 : Penerapan kebijakan sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. 29

RechtsVinding Online

RechtsVinding Online PENGAMPUNAN PAJAK (TAX AMNESTY) SUATU SOLUSI MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK Oleh: Wiwin Sri Rahyani * Naskah diterima: 31 Agustus 2016; disetujui: 15 September 2016 Dalam rapat paripurna DPR RI 28 Juni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Sinyal (Signaling Theory) Signaling Theory adalah suatu hubungan antara manajemen yang memberikan informasi atau sinyal mengenai perusahaan dengan persepsi

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Pajak. Pengampunan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5899) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Pajak menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau

Lebih terperinci

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG: a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia`yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang berkelanjutan, guna mencapai tujuan masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang berkelanjutan, guna mencapai tujuan masyarakat yang adil dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia membutuhkan modal yang besar dalam menciptakan pembangunan nasional yang berkelanjutan, guna mencapai tujuan masyarakat yang adil dan makmur. Muttaqin (2013),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Pajak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu faktor penting yang berperan bagi kelangsungan hidup negara. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pembangunan negara. Meskipun pendapatan negara dari

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pembangunan negara. Meskipun pendapatan negara dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi terbesar pemasukan negara yang digunakan untuk pembangunan negara. Meskipun pendapatan negara dari sektor pajak paling tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

Tax Amnesty. Ungkap Tebus Lega - - PERSEK SALAKI & SALAKI Ph.: (021) / 49906

Tax Amnesty. Ungkap Tebus Lega - - PERSEK SALAKI & SALAKI  Ph.: (021) / 49906 Tax Amnesty Ungkap Tebus Lega - - 1 Lingkup Pembahasan hal. 3? Apa itu Tax Amnesty Subjek Tax Amnesty Waktu Tax Amnesty Tarif Tax Amnesty hal. 8 hal. 4-5 hal. 9 hal. 6 hal. 7 hal. 10 hal. 12 Tatacara Tax

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak KONDISI EKONOMI GLOBAL MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL PEREKONOMIAN AMERIKA YANG BELUM STABIL PERLAMBATAN PERTUMBUHAN TIONGKOK KETIDAKPASTIAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Dengan kemampuan kapasitas fiskal tinggi suatu negara akan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Dengan kemampuan kapasitas fiskal tinggi suatu negara akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak sebagai pendapatan utama untuk pembangunan ekonomi suatu negara. Dengan kemampuan kapasitas fiskal tinggi suatu negara akan dapat memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang mendukung faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, yaitu : 1. Kepatuhan Wajib Pajak Menurut kamus

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 1.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Teori Kepatuhan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti suka dan taat terhadap peraturan.

Lebih terperinci

-32- RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

-32- RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK -32- DRAFT RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK I. UMUM Pertumbuhan ekonomi nasional dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami perlambatan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5899 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I EKONOMI. Pajak. Pengampunan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 131) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Salah satu sumber pembiayaan Negara adalah dari sektor perpajakan. Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undangundang Nomor 6 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modernisasi seperti sekarang ini semakin banyak orang yang tertarik pada dunia bisnis dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Namun tidak

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL PEREKONOMIAN AMERIKA YANG BELUM STABIL PERLAMBATAN PERTUMBUHAN TIONGKOK KETIDAKPASTIAN KEBIJAKAN MONETER HARGA KOMODITAS YANG NAIK-TURUN RISIKO GEOPOLITIK:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang berkaitan dengan masa pajak sebelumnya atau periode tertentu tanpa takut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang berkaitan dengan masa pajak sebelumnya atau periode tertentu tanpa takut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Syarat dan Fasilitas Program Pengampunan Pajak Pengampunan Pajak merupakan suatu kesempatan waktu yang terbatas pada kelompok pembayar pajak tertentu untuk membayar sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik di tahun kedepannya. Dengan keyakinan tersebut, pemerintah membuat

BAB I PENDAHULUAN. baik di tahun kedepannya. Dengan keyakinan tersebut, pemerintah membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Merosotnya perekonomian Indonesia pada tahun 2015 mendorong pandangan positif pemerintah untuk dapat mencapai perekonomian yang lebih baik di tahun kedepannya. Dengan

Lebih terperinci

PENGAMPUNAN PAJAK (TAX AMNESTY) SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI FUNGSI PAJAK. Agus Iwan Kesuma Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman Indonesia

PENGAMPUNAN PAJAK (TAX AMNESTY) SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI FUNGSI PAJAK. Agus Iwan Kesuma Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman Indonesia PENGAMPUNAN PAJAK (TAX AMNESTY) SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI FUNGSI PAJAK Agus Iwan Kesuma Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman Indonesia ABSTRACT Tax Amnesty program could be obtain additional

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL PEREKONOMIAN AMERIKA YANG BELUM STABIL PERLAMBATAN PERTUMBUHAN TIONGKOK KETIDAKPASTIAN KEBIJAKAN MONETER

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DAFTAR INVENTARISASI MASALAH TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK No. 1. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman

ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Persepsi atas Efektivitas Sistem Perpajakan, Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kemauan Ikut Tax Amnesty Nama : Ni Luh Elya

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL PEREKONOMIAN AMERIKA YANG BELUM STABIL PERLAMBATAN PERTUMBUHAN TIONGKOK

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL PEREKONOMIAN AMERIKA YANG BELUM STABIL PERLAMBATAN PERTUMBUHAN TIONGKOK LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL PEREKONOMIAN AMERIKA YANG BELUM STABIL PERLAMBATAN PERTUMBUHAN TIONGKOK KETIDAKPASTIAN KEBIJAKAN MONETER HARGA KOMODITAS MENURUN RISIKO GEOPOLITIK: TIMUR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN MASALAH

BAB II LANDASAN MASALAH 9 BAB II LANDASAN MASALAH 2.1 Tinjauan Pustaka Pembangunan di Indonesia sangatlah penting untuk mensejahterakan masyarakat. Dalam pembangunan, tidak akan tercapai apabila tidak ada kerja sama antara pemerintah

Lebih terperinci

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang notabenenya masih tergolong sebagai negara berkembang tentunya masih berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori yang Relevan 1. Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory) Teori pembelajaran sosial mengatakan bahwa seseorang dapat belajar lewat pengamatan dan pengalaman langsung

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERPAJAKAN DAMPAK TAX AMNESTY TERHADAP PELAPORAN KEUANGAN SESUAI DENGAN PSAK 70

AKUNTANSI PERPAJAKAN DAMPAK TAX AMNESTY TERHADAP PELAPORAN KEUANGAN SESUAI DENGAN PSAK 70 AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: DAMPAK TAX AMNESTY TERHADAP PELAPORAN KEUANGAN SESUAI DENGAN PSAK 70 Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin diandalkan dalam kepentingan pembangunan serta pembiayaan pemerintah adalah pajak. Pajak merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tahun 2009 (KUP) pasal 1 ayat 1 bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tahun 2009 (KUP) pasal 1 ayat 1 bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak 8 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir kali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PAJAK 1. Pengertian Pajak Menurut S.I.Djajadiningrat (Resmi,2009:1) Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,

Lebih terperinci

Judul : Tata Cara Pengajuan Tax Amnesty Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Nama : Gusti Ayu Dwi Antari NIM : ABSTRAK

Judul : Tata Cara Pengajuan Tax Amnesty Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Nama : Gusti Ayu Dwi Antari NIM : ABSTRAK Judul : Tata Cara Pengajuan Tax Amnesty Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Nama : Gusti Ayu Dwi Antari NIM : 1406043033 ABSTRAK Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak dijelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mendapat dukungan dari masyarakat wajib Pajak. Sektor Pajak merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. mendapat dukungan dari masyarakat wajib Pajak. Sektor Pajak merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembiayaan pembangunan infrastruktur yang menunjang kemajuan ekonomi dan kesejehteraan bangsa Indonesia sangat diperlukan, maka dari itu pemerintah selalu berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Semakin tinggi pemasukan pajak

BAB I PENDAHULUAN. uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Semakin tinggi pemasukan pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak dilihat dari sudut pandang pemerintah merupakan salah satu sumber penerimaan untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN PAJAK Pengertian Pajak menurut Waluyo dan Ilyas adalah sebagai berikut : Pajak adalah iuran wajib kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang kepada wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. materiil maupun spiritual. Dalam merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak

BAB I PENDAHULUAN. materiil maupun spiritual. Dalam merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Pajak Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Tentang Wajib Pajak 2.1.1 Pengertian Wajib Pajak Wajib Pajak adalah Orang Pribadi dan Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1. Pajak 2.1.1.1. Definisi Pajak Pajak merupakan iuran yang dipungut oleh pemerintah kepada rakyat yang sifatnya dipaksakan, tanpa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Tarif Pajak (Tax Rate) Definisi tarif pajak menurut Siti Resmi (2011:119) sebagai berikut : Tarif Pajak merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pajak Secara umum pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah. Beradasarkan peraturan perundang-undangan yang hasilnya

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PENGAMPUNAN PAJAK (Tax Amnesty)

BAB III DESKRIPSI PENGAMPUNAN PAJAK (Tax Amnesty) BAB III DESKRIPSI PENGAMPUNAN PAJAK (Tax Amnesty) A. Pengertian Pengampunan Pajak Pengertian pajak menurut Prof. Dr.Rochmat Soemitro, S.H: Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) : BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pajak a. Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam bukunya Mardiasmo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintahan dan pembangunan. Pajak bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintahan dan pembangunan. Pajak bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk pembiayaan pemerintahan dan pembangunan. Pajak bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut pasal 1 angka 1 Undang-undang perpajakan No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Indonesia. Dominan dimaksud karena sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pajak pada hakikatnya memiliki peran yang sangat penting bagi sebuah Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan karena pajak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang dianggap paling potensial, oleh karena itu pajak digunakan sebagai sumber pembiayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung yang diperoleh dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat dengan usaha pemerintah dalam melakukan pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah

Lebih terperinci

FIAT JUSTITIA MS & PARTNERS LAW OFFICE NEWSLETTER. 09 Agustus TAX AMNESTY SELUK BELUK DAN DASAR HUKUM

FIAT JUSTITIA MS & PARTNERS LAW OFFICE NEWSLETTER. 09 Agustus TAX AMNESTY SELUK BELUK DAN DASAR HUKUM e FIAT JUSTITIA MS & PARTNERS LAW OFFICE NEWSLETTER 09 Agustus 2016 www.msp-lawoffice.com TAX AMNESTY SELUK BELUK DAN DASAR HUKUM [1] Presiden Indonesia, Joko Widodo menunjukkan keseriusannya dalam mensukseskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Di Indonesia salah satu penerimaan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 PT. AMK merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa ekspor impor barang. Kewajiban perpajakan PT.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak Pengertian pajak menurut Prof. Rochmat Soemitro, SH dalam Mardiasmo (2011), menyatakan: Pajak adalah iuran rakyat

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KETENTUAN MENGENAI SANKSI PERPAJAKAN DI INDONESIA

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KETENTUAN MENGENAI SANKSI PERPAJAKAN DI INDONESIA BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KETENTUAN MENGENAI SANKSI PERPAJAKAN DI INDONESIA 3.1. Gambaran Singkat Operasi Perusahaan Agar perencanaan pajak dapat dilakukan dengan baik dan dipahami oleh pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut memberikan berbagai definisi tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor internal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai keperluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalangan awam memahami pajak sebagai sebuah pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai keperluan Pemerintah dan

Lebih terperinci

Pengaruh Program Pengampunan Pajak Terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak di Indonesia

Pengaruh Program Pengampunan Pajak Terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak di Indonesia Akuntabilitas: Jurnal Ilmu Akuntansi Volume 10 (1), April 2017: 61-70 P-ISSN: 1979-858X; E-ISSN: 2461-1190 DOI: 10.15408/akt.v10i1.6115 Pengaruh Program Pengampunan Pajak Terhadap Efektivitas Penerimaan

Lebih terperinci

PENGAMPUNAN PAJAK (TAX AMNESTY) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN NASIONAL DARI SEKTOR FISKAL. Lukman Hakim Siregar *

PENGAMPUNAN PAJAK (TAX AMNESTY) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN NASIONAL DARI SEKTOR FISKAL. Lukman Hakim Siregar * HIJRI - Jurnal Manajemen Pendidikan dan Keislaman Vol. 6. No. 1. Januari Juni 2017. ISSN: 1979-8075. Halaman 97 105 PENGAMPUNAN PAJAK (TAX AMNESTY) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN NASIONAL DARI SEKTOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal atau kontraprestasi yang langsung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Perpajakan Sejarah Pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan dengan beragamnya cara pandang penduduk Indonesia, maka diperlukan suatu peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, sangat bertumpu pada pembangunan nasional demi mewujudkan kemakmuran rakyatnya. Dalam menjalankan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Aturan Perbankan II.1.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah: Bank adalah bidang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Soemitro (dalam Sumarsan, 2013:3) pajak adalah iuran rakyat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Soemitro (dalam Sumarsan, 2013:3) pajak adalah iuran rakyat 25 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Definisi Pajak Menurut Soemitro (dalam Sumarsan, 2013:3) pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 80% dari penerimaan negara. Direktorat Jenderal Pajak sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 80% dari penerimaan negara. Direktorat Jenderal Pajak sebagai bagian dari BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan tumpuan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan, penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan Negara terbesar saat ini yaitu mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan Wajib Pajak membutuhkan teori sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan Wajib Pajak membutuhkan teori sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA D. Landasan Teori Penelitian tentang Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi, Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran Perpajakan, Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo (2011: 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo (2011: 1) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak menyatakan: Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo (2011: 1) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 TEORI II.1.1. Definisi pajak UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN memberikan definisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat. untuk menyelenggarakan pemerintahan.

BAB II KAJIAN TEORI. menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat. untuk menyelenggarakan pemerintahan. BAB II KAJIAN TEORI A. Pajak Menurut Waluyo (2009), pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus-menerus dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan selama ini, bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil dan spiritual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perpajakan memiliki bermacam peraturan yang telah diatur dalam perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami semua aturan perpajakan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panama papers yang merupakan fenomena bocornya kumpulan 11,5 juta

BAB I PENDAHULUAN. Panama papers yang merupakan fenomena bocornya kumpulan 11,5 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Panama papers yang merupakan fenomena bocornya kumpulan 11,5 juta dokumen rahasia yang dibuat oleh penyedia jasa perusahaan (firma) asal Panama, Amerika Latin yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting. Pendapatan tersebut nantinya digunakan untuk pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting. Pendapatan tersebut nantinya digunakan untuk pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rendahnya tingkat penerimaan pajak di Indonesia merupakan fenomena yang terus menerus terjadi. Padahal pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pajak Menurut Pasal 1 ayat 1 UU No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

Lebih terperinci

TAX AMNESTY PENGAMPUNAN PAJAK 30/06/2016. Sumber: RUU RI tentang Pengampunan Pajak Kompilasi oleh Julianto Salim

TAX AMNESTY PENGAMPUNAN PAJAK 30/06/2016. Sumber: RUU RI tentang Pengampunan Pajak Kompilasi oleh Julianto Salim 30/06/2016 TAX AMNESTY PENGAMPUNAN PAJAK Sumber: RUU RI tentang Pengampunan Pajak Kompilasi oleh Julianto Salim PENGAMPUNAN PAJAK Penghapusan pajak yang seharusnya terutang Tidak dikenai sanksi administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1,019 trilyun atau sebesar 79% (http://www.anggaran.depkeu.go.id) berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. 1,019 trilyun atau sebesar 79% (http://www.anggaran.depkeu.go.id) berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semua Negara termasuk Indonesia dalam menjalankan pembangunan memerlukan pendanaan yang sangat besar. Dana didapat dari berbagai sektor penerimaan APBN, salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. seluruh wilayah negara Indonesia secara adil dan merata, dengan demikian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. seluruh wilayah negara Indonesia secara adil dan merata, dengan demikian BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Pembangunan ekonomi diarahkan pada upaya untuk mewujudkan perekonomian negara yang mandiri dan andal untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dan ketertiban negara. Upaya untuk memenuhi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dan ketertiban negara. Upaya untuk memenuhi pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara berkembang yang tidak henti-hentinya melakukan pembangunan di segala bidang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan masyarakat, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya juga ditemui di negara lain, misalnya rendahnya kepatuhan pajak, rendahnya penerimaan pajak,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar Dasar Perpajakan 1. Definisi Pajak Dalam memahami mengapa seseorang harus membayar pajak untuk membiayai pembangunan yang terus dilaksanakan, maka perlu dipahami terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang masih memerlukan pembangunan pada berbagai aspek. Sumber pendanaan aktivitas pembangunan negara diperoleh

Lebih terperinci