kelangsungan hidup perusahaan tersebut dalam persaingan global. Setiap perusahaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "kelangsungan hidup perusahaan tersebut dalam persaingan global. Setiap perusahaan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin majunya tekhnologi dari jaman ke jaman dan derasnya arus tekhnologi informasi menuntut perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut dalam persaingan global. Setiap perusahaan saat ini di hadapkan dengan persaingan. Bagi perusahaan manufaktur dituntut untuk dapat menciptakan produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Pengalokasian biaya dan penentuan harga produk dalam perusahaan merupakan hal yang penting, agar tidak terjadi overcosting atau undercosting dalam penentuan harga pokok. Metode perhitungan yang tradisional sering memberi hasil yang kurang akurat jika melihat kondisi perusahaan yang memiliki banyak aktivitas (Rotikan, 2013). Oleh sebab itu salah satunya berdampak pada organisasi yang bergerak pada bidang jasa pendidikan seperti sekolahan, baik sektor swasta maupun sektor pemerintah. Organisasi yang bergerak pada bidang jasa pendidikan ini juga dituntut untuk mengikuti perkembangan tekhnologi dan informasi untuk memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik, karena mengikuti perkembangan tekhnologi dan informasi sangat penting bagi kemajuan suatu organisasi. Tujuan mengikuti perkembangan tekhnologi dan informasi tersebut adalah meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat akan perhitungan biaya-biaya. Perhitungan biayabiaya sering tidak akurat dikarenakan masih menggunakan metode perhitungan

2 2 tradisional. Untuk menghindari perhitungan yang tidak akurat, maka diperlukan suatu metode yang lebih baik dan tepat. Metode Activity Based Costing merupakan metode baru yang tepat untuk melakukan perhitungan biaya-biaya agar lebih akurat. Metode ini memiliki penerapan penelusuran biaya-biaya yang lebih menyeluruh dibanding dengan metode tradisional. Metode ini juga mengakui bahwa banyak biaya-biaya lain yang pada kenyataannya dapat ditelusuri tidak ke unit output, tetapi ke aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi output. Activity Based Costing System ini dapat menyediakan informasi perhitungan biaya yang lebih baik dan dapat membantu manajemen mengelola perusahaan secara efisien serta memperoleh pemahaman yang lebih baik atas keunggulan kompetitif, kekuatan, dan kelemahan perusahaan. Sehingga dengan metode Activity Based Costing System dapat menyajikan informasi harga pokok produk atau jasa secara cermat dan akurat bagi kepentingan manajemen perusahaan. Menurut Sumilat (2013), Activity Based Costing System memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas yang dikerjakan untuk memproduksi, menjalankan, dan mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan. Activity Based Costing System menganggap bahwa timbulnya biaya disebabkan oleh aktivitas yang menghasilkan produk. Pendekatan ini menggunakan penggerak biaya pada aktivitas yang menimbulkan biaya dan akan lebih akurat diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan beraneka ragam jenis produk serta sukar untuk mengidentifikasi biaya tersebut ke setiap produk secara individual. Activity Based Costing System dapat di simpulkan sebagai pendekatan penentuan

3 3 biaya produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas. Sedangkan menurut Rahmaji (2013), Activity Based costing System merupakan metode akuntansi biaya dimana pembebanan harga pokok produksi merupakan penjumlahan seluruh biaya aktivitas yang menghasilkan (produk) barang atau jasa. Dasar alokasi yang digunakan adalah jumlah aktivitas dalam setiap Cost Pool tersebut. Metode ini menggunakan jenis pemicu biaya yang lebih banyak sehingga dapat mengukur sumber daya yang digunakan oleh produk secara lebih akurat. Untuk mengetahui perbedaan utama perhitungan harga pokok produksi antara akuntansi biaya tradisional dengan metode Activity Based Costing System adalah jumlah cost driver (pemicu biaya) yang digunakan. Dalam sistem penentuan harga pokok produk dengan metode Activity Based Costing System menggunakan cost driver dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam sistem akuntansi biaya tradisional yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit. Bersadarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wijayanti (2011) tentang Penerapan Activity Based Costing System Untuk Menentukan Harga Pokok Produksi Tekstil, sehingga atas dasar pemikiran ini maka si penulis melakukan penelitian yaitu apakah dengan Activity Based Costing System dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif metode penentuan harga pokok produksi dalam mencapai tujuan dari perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil objek pada SMA Institut Indonesia Semarang, khususnya pada satu level saja. Pengambilan objek tersebut dikarenakan pada objek tersebut masih menggunakan sistem perhitungan tradisional. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode Activity

4 4 Based Costing System. Penelitian ini tertuju pada Biaya Pendidikan yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan pendidikan yaitu Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP). Metode Activity Based Costing System dapat digunakan pihak sekolah untuk menelusuri aktivias apa saja yang terjadi dalam memberikan pelayanan jasa, sehingga dapat diketahui jumlah biaya yang wajar. Dengan informasi biaya yang akurat mengenai biaya tarif Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dapat membantu instansi dalam menganalisis profitabilitas sekolah (Tinangon, 2014). Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) adalah salah satu pendapatan sekolah yang menunjang kegiatan belajar-mengajar. Salah satu faktor yang mempengaruhi menunjangnya kegiatan belajar-mengajar yaitu fasilitas yang terdapat di dalam sekolahan. Guru-guru dan murid-murid harus mendapatkan fasilitas yang baik atau memadai, karena fasilitas mempengaruhi tingginya semangat belajar-mengajar guruguru dan murid-murid di dalam sekolahan. Penelitian ini mereplika dari Tinangon Jantje J (2014) Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap pada BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO. Namun terdapat perbedaan antara penelitian terdahulu dan sekarang terletak pada objek penelitian dan sasaran penerapan metode Activity Based Costing System. Adapun persamaan pada penelitian yaitu sama-sama menggunakan metode Activity Based Costing System. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Yayasan Pendidikan SMA Institut Indonesia Semarang, dan mengimplementasikannya menjadi judul penelitian mengenai PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK

5 5 MENGHITUNG TARIF SUMBANGAN PEMBINAAN PENDIDIKAN PADA SMA INSTITUT INDONESIA SEMARANG. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan alternatif pilihan kepada Yayasan Pendidikan Institut Indonesia mengenai penentuan tarif SPP pada SMA Institut Indonesia Semarang berdasarkan metode Activity Based Costing (ABC). Peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui perhitungan tarif SPP pada SMA Institut Indonesia Semarang menggunakan metode Activity Based Costing ( ABC). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana perhitungan tarif SPP pada SMA Institut Indonesia Semarang? 2. Bagaimana perhitungan tarif SPP pada SMA Insitut Indonesia Semarang dengan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC)? 3. Adakah perbedaan antara perhitungan yang selama ini digunakan SMA Institut Indonesia Semarang dengan metode Activity Based Costing (ABC)? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan atas penelitian yang dilakukan adalah : 1. Untuk menganalisis perhitungan tarif SPP pada SMA Institut Indonesia Semarang. 2. Untuk menganalisis perhitungan tarif SPP pada SMA Institut Indonesia Semarang dengan metode Activity Based Costing (ABC).

6 6 3. Untuk membandingkan perhitungan metode terdahulu dengan metode Activity Based Costing (ABC) dalam perhitungan tarif SPP pada SMA Intitut Indonesia Semarang. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapakan dari penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagi Yayasan Pendidikan Institut Indonesia a. Sebagai bahan pertimbangan manajemen dalam mengambil keputusan atau kebijakan dalam penentuan tarif SPP dengan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC). b. Sebagai acuan atau sumber referensi jika membutuhkan metode Activity Based Costing (ABC) dalam penentuan tarif SPP. 2. Bagi Universitas Dian Nuswantoro Semarang a. Sebagai tambahan informasi dan referensi bagi perpustakaan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. b. Sebagai sumber atau bahan perbandingan bagi mahasiswa yang akan membuat tugas akhir atau skripsi mengenai perhitungan dengan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC). 3. Bagi Penulis a. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya dalam penerapan metode Activity Based Costing (ABC) menurut teori dan kondisi nyata dilapangan. b. Dapat mengetahui perbandingan, kelebihan, dan kekurangan antara menggunakan metode Activity Based Costing (ABC) dengan keadaan sebenarnya.

7 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2012), Biaya merupakan objek yang di proses oleh akuntansi. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang dihitung dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak semua sumber ekonomi disebut dengan istilah biaya. Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan pengorbanan sumber ekonomi, baik yang sudah terjadi maupun yang secara potensial akan terjadi adalah kos dan rugi. Dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk membedakan pengertian biaya dalam arti luas pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva ini disebut dengan istilah kos. Istilah kos juga digunakan untuk menunjukkan pengorbanan sumber ekonomi dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Menurut Hongren, Charles T (2002), Mendefinisikan biaya (cost) sebagai sumber daya yang dikorbankan (sacrificed) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya (seperti bahan langsung atau iklan) biasannya diukur dalam jumlah uang yang harus dibayarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa. Biaya actual (actual cost) adalah biaya yang terjadi (biaya historis atau masa lalu), yang dibedakan dari biaya yang di anggarkan(budgeted cost), yang merupakan biaya yang di prediksi atau diramalkan(biaya masa depan).

8 8 Untuk memandu keputusan yang akan dibuatnya, manajer ingin mengetahui berapa biaya suatu hal (seperti biaya produk, mesin, layanan, atau proses). Kita menyebut hal ini sebagai objek biaya (cost object), untuk menunjukkan sesuatu yang biayanya ingin diukur. Sistem kalkulasi biaya secara tipikal akan menghitung biaya dalam duia tahap dasar yaitu akumulasi (accumulation) yang dilanjutkan dengan pembebanan (assignment). Akumulasi biaya (cost accumulation) adalah kumpulan data biaya yang diorganisir dalam beberapa cara dengan menggunakan sarana berupa sistem akuntansi. Sebagai contoh, penerbit yang membeli gulungan kertas untuk mencetak majalah mengumpulkan (mengakumulasi) biaya dari setiap gulungan kertas yang digunakan selama satu bulan untuk mendapatkan total biaya yang kertas per bulan. Setelah mengakumulasi biaya, manajer dibantu akuntan manajemen membebankan biaya ke objek biaya yang telah dirancang (seperti majalah yang berbeda diterbitkan penerbit) untuk membantunya membuat keputusan strategis (seperti penetapan harga untuk majalah yang berbeda). Manajer juga membebankan biaya ke objek biaya untuk mengimplementasikan strategi. Sebagai contoh, biaya yang dibebankan ke suatu departemen dapat membantu membuat keputusan tentang tingkat efisiensi departemen. Biaya yang dibebankan ke konsumen akan membantu manajer memahami laba yang dihasilkan dari beberapa pelanggan dan membantunya membuat keputusan tentang cara mengalokasikan sumber daya untuk membantu pelanggan. Pembebanan biaya (cost assignment) adalah istilah umum yang meliputi (1) menelusuri akumulasi biaya mempunyai hubungan langsung dengan objek biaya dan (2) mengalokasikan akumulasi biaya yang mempunyai hubungan tidak langsung dengan objek biaya.

9 9 Hansen dan Mowen (2009), mendefinisikan biaya sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa datang bagi organisasi. Dikatakan sebagai ekuivalen kas karena sumber non-kas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang di inginkan. Jadi, kita dapat menganggap biaya sebagai ukuran dollar dari sumber daya yang digunakan untuk mencapai keuntungan tertentu Klasifikasi Biaya Menurut Mulyadi (2012), pada umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep different costs for different purposes. Biaya dapat digolongkan menurut : 1. Objek pengeluaran Objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar. Contoh biaya atas dasar objek pengeluaran adalah biaya gaji, biaya bunga dan upah, dan biaya asuransi. 2. Fungsi pokok dalam perusahaan Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu di dalam perusahaan manufaktur, biaya di kelompokkan menjadi tiga kelompok :

10 10 a. Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi siap untuk di jual. Contoh : biaya bahan baku dan biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian. b. Biaya Pemasaran Biaya Pemsaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contoh : biaya iklan dan biaya promosi c. Biaya Administrasi dan umum Biaya Administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh : biaya gaji karyawan bagian keuangan 3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Sesuatu yang di biayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang di biayai, biaya dapat di golongkan menjadi dua golongan : a. Biaya Langsung (direct cost) Biaya Langsung adalah biaya yang terjadi,yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) Biaya Tidak Langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. 4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan

11 11 Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi empat antara lain : a. Biaya Variabel Biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh : Biaya bahan baku dan Biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya Semivariabel Biaya Semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. c. Biaya Semifixed Biaya Semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. d. Biaya Tetap Biaya Tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh : Gaji direktur produksi 5. Jangka waktu manfaatnya Atas dasar jangka waktu pemanfaatannya, biaya dapat dibagi menjadi dua pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditures) Pengeluaran Modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun

12 12 kalender). Contoh : Pengeluaran untuk pembelian aktiva, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, dan untuk promosi besar-besaran. b. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures) Pengeluaran Pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Contoh : Biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja. Klasifikasi biaya sangat diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat membantu pihak manajemen dalam mencapai tujuannya. Untuk tujuan perhitungan biaya produk dan jasa, biaya dapat di klasifikasikan menurut tujuan khusus atau fungsi-fungsi. Keberhasilan dalam merencanakan dan mengendalikan biaya bergantung pada pemahaman yang menyeluruh atas hubungan antara biaya dengan aktivitas bisnis. Studi dan analisis yang hati-hati atas dampak aktivitas bisnis terhadap biaya umumnya akan menghasilkan klasifikasi dari setiap pengeluaran sebagai biaya tetap, variabel, atau biaya semivariabel. Carter (2009) menjelaskan biaya umum diklasifikasikan ke dalam 3 kategori, sebagai berikut : 1. Biaya Tetap di definisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah ketika aktivitas bisnis meningkat atau menurun. 2. Biaya Variabel di definisikan sebagai biaya yang totalnya meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. 3. Biaya Semivariabel di definisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik karakteristik-karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel.

13 Klasifikasi Aktivitas Sistem Activity Based Costing (ABC) pada dasarnya mencari suatu mode atau cara untuk menghasilkan informasi biaya yang lebih akurat dengan melakukan identifikasi atas berbagai aktivitas. Untuk mengidentifikasi biaya sumber daya pada berbagai aktivitas, perusahaan perlu mengelompokkan seluruh aktivitas menurut cara bagaimana aktivitas-aktivitas tersebut mengkonsumsi sumber daya. Sistem Activity Based Costing membagi aktifitas kedalam 4 tingkatan, yaitu sebagai berikut : 1. Aktivitas tingkat unit (Unit-Level Activities) Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut cenderung di konsumsi secara proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi. 2. Aktivitas tingkat kelompok unit (Batch-Level Activities) Aktivitas dilakukan setiap kelompok unit diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang ada pada kelompok unit tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi dan pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas berlevel kelompok unit. 3. Aktivitas pendukung produk/jasa (Product/Service-Sustaining Activities) Aktivitas ini mendukung produksi produk/jasa spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi atau dijual. Aktivitas ini dibutuhkan karena dibutuhkan untuk menopang produksi

14 14 setiap jenis produk/jasa yang berlainan. Sebagai contoh, merancang produk atau mengiklankan produk. 4. Aktivitas pendukung fasilitas (Facility-Sustaining Activities) Aktivitas ini tidak dapat dihubungkan langsung dengan produk/jasa yang dihasilkan tetapi untuk mendukung organisasi secara keseluruhan. Pengelompokkan untuk level ini sulit dicari hubungan sebab akibatnya dengan produk/jasa yang dihasilkan tetapi dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan proses produksi produk/jasa, Contoh : biaya keamanan dan biaya kebersihan Pengertian Activity Based Costing System Activity Based Costing System merupakan sistem yang menerapakan konsepkonsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok yang lebih akurat. Namun, dari prespektif manajerial, sistem Activity Based Costing tidak hanya menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk, misalnya pelanggan dan saluran distribusi. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas merupakan pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek biaya seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya tersebut. Blocher, (2011) menyatakan bahwa fokus utama Activity Based Costing System adalah aktivitas. Mengidentifikasi biaya aktivitas dan kemudian ke produk merupakan langkah dalam menyusun Acitivity Based Costing System (Hansen dan

15 15 Mowen, 2009). Activity Based Costing System mengakui hubungan sebab akibat atau hubungan langsung antara biaya sumber daya, penggerak biaya, aktivitas, dan objek biaya dalam membebankan biaya pada aktivitas dan kemudian pada objek biaya. Pengertian Activity Based Costing System menurut Hongren (2009), mendefinisikan Activity Based Costing System sebagai suatu sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada diperusahaan. Sistem ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan didalam suatu perusahaan, sehingga wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak langsung dilakukan berdasarkan aktivitas tersebut Konsep-Konsep Activity Based Costing System Activity Based Costing System (ABC) adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa. Activity Based Costing System menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau kegiatan yang memicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai fator penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem Activity Based Costing System, biaya di telusuri ke aktivitas dan kemudian ke produk. Sistem Activity Based Costing mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk. Ada dua dimensi sistem Activiy Based Costing menurut Hansen dan Mowen (2009), yaitu :

16 16 1. Dimensi biaya (cost dimension), menyediakan informasi biaya mengenai sumber daya, aktivitas-aktivitas, produk, dan pelanggan (dari objek biaya lainnya yang mungkin menjadi perhatian perusahaan). 2. Dimensi proses (process dimension), menyediakan informasi mengenai aktivitas apa yang dilakukan, mengapa, dan sebaik apa aktivitas tersebut dilakukan. Dimensi ini memungkinkan perusahaan melakukan peningkatan-peningkatan kinerja yang berkesinambungandengan mengukur hasilnya. Process View Resources Cost Driver Activities Performance Cost Object Sumber : Hansen, Don R. dan Maeyanne, M. Mowen, 2009 Gambar 2.1 Konsep Dasar Activity Based Costing Keunggulan Activity Based Costing System Menurut Mulyadi (2003) keunggulan dari Activity Based Costing System adalah sebagai berikut :

17 17 1) Activity Based Costing System memperlakukan semua biaya sebagai biaya variabel, sehingga dapat digunakan sebagai alat perencanaan dan pembuat keputusan strategis jangka panjang pada perusahaan. 2) Activity Based Costing System merupakan sistem informasi yang powerful untuk meningkatkan kemampuan kinerja personel di setiap perusahaan, baik perusahaan jasa, perusahaan dagang, maupun perusahaan manufaktur. 3) Activity Based Costing System merupakan penentuan biaya berbasis aktivitas yang sangat bermanfaat untuk mengurangi distorsi yang disebabkan oleh alokasi biaya tradisional, serta penentuan kos produk atau jasa yang dihasilkan. 4) Activity Based Costing System merupakan sistem unggulan dikarenakan keakuratan dalam perhitungan biaya, baik itu dalam perusahaan manufaktur ataupun jasa Manfaat Penerapan Activity Based Costing System Manfaat Penerapan Activity Based Costing System adalah : 1. Menentukan harga pokok produk secara lebih akurat, terutama untuk menghilangkan adanya subsidi silang sehingga tidak ada lagi pembebanan harga pokok jenis tertentu terlalu tinggi (overcosting) dan harga pokok jenis produk lain terlalu rendah (under costing). 2. Mempertinggi pembuatan keputusan Dengan menggunakan Activity Based Costing System tidak hanya menyajikan informasi yang lebih akurat mengenai biaya produk, tetapi juga memberikan informasi bagi manajer tentang aktivitas-aktivitas yang menyebabkan

18 18 timbulnya biaya khususnya biaya tidak langsung, yang merupakan hal penting bagi manajemen dalam pengambilan keputusan baik mengenai produk maupun dalam mengelola aktivitas-aktivitas sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha. 3. Mempertinggi pengendalian terhadap biaya overhead. Biaya overhead disebabkan oleh aktivitas-aktivitas yang terjadi di perusahaan. Sistem Activity Based Costing memudahkan manajer dalam mengendalikan aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya overhead tersebut. Menurut Dunia dan Abdullah (2012), Manfaat penerapan Activity Based Costing System adalah sebagai berikut : 1. Membantu mengidentifikasi ketidakefisien yang terjadi dalam proses produksi, baik per departemen, per produk, ataupun per aktivitas. 2. Membantu pengambilan keputusan dengan lebih baik karena perhitungan biaya atas suatu objek biaya menjadi lebih akurat. 3. Membantu mengendalikan biaya (terutama biaya overhead pabrik) kepada level individual dan level departemental Perbandingan metode Activity Based Costing dengan Metode Konvensional Menurut Dunia dan Abdullah (2012), Perbandingan antara metode Activity Based Costing dengan Metode Konvensional adalah sebagai berikut :

19 19 1. Sistem biaya Activity Based Costing menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemicu biaya (cost driver) untuk mentukan seberapa besar konsumsi biaya overhead dari setiap produk. Sedangkan sistem biaya Konvensional mengalokasikan biaya overhead hanya berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non representative. 2. Sistem biaya Activity Based Costing memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya konvensional terfokus pada peforma keuangan jangka pendek seperti laba. Apabila sistem konvensional digunakan untuk penentu harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak bisa diandalkan. 3. Sistem biaya Activity Based Costing memerlukan masukkan dari seluruh departemen persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai organisasi. 4. Sistem biaya Activity Based Costing mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian daripada sistem konvensional, karena kelompok biaya (cost pools) dan pemicu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan jelas, selain itu sistem Activity Based Costing dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk menghilang biaya aktual apabila kebutuhan muncul Tahapan untuk menerapkan Activity Based Costing System Tahap-tahap dalam penerapan Activity Based Costing adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas

20 20 Pengidentifikasian aktivitas-aktivitas menghendaki adanya daftar jenis-jenis pekerjaan yang terdapat dalam perusahaan yang berkaitan dengan proses produksi. 2. Membebankan biaya ke aktivitas-aktivitas Setiap kali suatu aktivitas ditetapkan, maka biaya pelaksanaan aktivitas tersebut ditentukan. 3. Menentukan activity driver Langkah berikutnya adalah menentukan activity driver untuk masing-masing aktivitas yang merupakan faktor penyebab pengendali dari aktivitas-aktivitas tersebut. 4. Menentukan tarif Dalam menentukan tarif ini, total biaya dari setiap aktivitas dibagi dengan total activity driver yang digunakan untuk aktivitas tersebut 5. Membebankan biaya ke produk Langkah selanjutnya adalah mengkalikan tarif yang diperoleh untuk setiap aktivitas tersebut dengan aktivitas driver yang dikonsumsi oleh tiap-tiap jenis produk yang diproduksi kemudian membaginya dengan jumlah unit yang diproduksi untuk tiap produk. Mekanisme penerapan metode Activity Based Costing System menurut Dunia dan Abdullah (2012) adalah sebagai berikut : 1. Memeriksa ulang seluruh informasi keuangan perusahaan. 2. Menentukan tujuan penerapan Activity Based Costing System. 3. Menetapkan aktivitas utama yang menyebabkan perubahan pada beban tidak langsung/overhead.

21 21 4. Menghubungkan biaya tidak langsung dengan aktivitas sehingga dapat dihitung tarif (rate) setiap dasar alokasi yang digunakan untuk membebankan biaya tidak langsung. 5. Menghitung biaya tidak langsung yang dibebankan pada setiap objek biaya. 6. Menghitung total biaya untuk setiap objek. 7. Menggunakan hasil perhitungan Activity Based Costing System tersebut untuk melakukan perbaikan dan pengambilan keputusan yang relevan Pengertian Sekolah Pengertian sekolah pada umumnya adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran/pengetahuan. Sekolah di pimpin oleh seorang kepala sekolah. Kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah. Bangunan sekolah disusun meninggi untuk memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas yang lain. Ketersediaan sarana dalam suatu sekolah mempunyai peran penting dalam terlaksananya proses pendidikan. Menurut Tirtarahardja (2008), tingkatan pendidikan dibagi menjadi dua macam, yaitu : Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik serta keluasaan dan kedalaman bahan pengajaran (UU RI No. 2 Tahun 1989 Bab I, Pasal 1 Ayat 5). Jalur pendidikan sekolah dilaksanakan secara berjenjang yang terdiri atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sebagai persiapan untuk memasuki pendidikan dasar diselenggarakan kelompok belajar yang

22 22 disebut pendidikan prasekolah (UU RI No. 2 Tahun 1989 Bab V, Pasal 2). Pendidikan prasekolah belum termasuk jenjang pendidikan formal, tetapi baru merupakan kelompok sepermainan yang menjembatani anak antara kehidupannya dalam keluarga dengan sekolah. 1. Jenjang Pendidikan Dasar Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar. Di samping itu juga berfungsi mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Oleh karena itu pendidikan dasar menyediakan kesempatan bagi seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan yang bersifat dasar, dan tiap-tiap warga negara diwajibkan menempuh pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. UU RI No. 2 Tahun 1989 menyatakan dasar dan wajib belajar pada Pasal 14 Ayat 1 bahwa, Warga negara yang berumur 6 tahun berhak mengikuti pendidikan dasar, dan ayat 2 menyatakan bahwa, Warga negara yang berumur 7 tahun berkewajiban mengikuti pendidikan dasar atau setara sampai tamat. Dalam pengertian setara ini termasuk juga pendidikan luar biasa (PLB), pendidikan keagamaan, dan pendidikan luar sekolah. 2. Jenjang Pendidikan Menengah Pendidikan menengah yang lamanya 3 tahun sesudah pendidikan dasar, diselenggarakan di SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) atau satuan pendidikan yang sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan ke

23 23 bawah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dan dalam hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah terdiri atas : a. Pendidikan Umum Pendidikan umum adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan ketrampilan peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan. Pendidikan umum berfungsi sebagai acuan umum bagi jenis pendidikan lainnya. Yang termasuk pendidikan umum adalah SD, SMP, SMA, dan Universitas. b. Pendidikan Kejuruan Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu seperti bidang tekhnik, jasa boga, dan busana, perhotelan, kerajinan, administrasi perkantoran, dan lain-lain. Lembaga pendidikannya seperti STM, SMTK, SMIP, SMIK, SMEA. c. Pendidikan Luar Biasa Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik atau mental. Yang termasuk pendidikan luar biasa adalah SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) untuk jenjang pendidikan menengah masing-masing memiliki program khusus yaitu program untuk anak tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa serta tunagrahita. Untuk pengadaan

24 24 gurunya disediakan SGPLB (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa) setara dengan Diploma III. d. Pendidikan Kedinasan Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon pegawai suatu departemen pemerintahan atau lembaga pemerintahan non-departemen. Pendidikan kedinasan dapat terdiri dari pendidikan tingkat menengah dan pendidikan tinggi. Yang termasuk pendidikan tingkat menengah seperti SPK (Sekolah Perawat Kesehatan), dan yang termasuk pendidikan tinggi seperti APDN (Akademi Pemerintah Dalam Negeri). e. Pendidikan Keagamaan Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat melaksanakan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama. Pendidikan keagamaan terdiri dari tingkat pendidikan dasar, tingkat pendidikan menengah, dan tingkat pendidikan tinggi. Yang termasuk tingkat pendidikan dasar misalnya Madrasah ibtidaiyah, tingkat pendidikan menengah tsanawiyah, PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) dan yang tingkat pendidikan tinggi seperti IAIN (Institut Agama Islam Negeri), IHD (Institut Hindu Dharma). 3. Jenjang Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah, yang diselenggarakan untuk mempersiapkan untuk peserta didik menjadi

25 25 anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan mencipatakan ilmu pengetahuan, tekhnologi atau kesenian. Pendidikan tinggi juga berfungsi sebagai jembatan antara pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional dan pengembangan internasional. Untuk itu dengan tujuan kepentingan nasional, pendidikan tinggi secara terbuka dan selektif mengikuti perkembangan kebudayaan yang terjadi diluar Indonesia untuk diambil manfaatnya bagi pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional. Untuk dapat mencapai tujuan dan kebebasan akademik, melaksanakan misinya, pada lembaga pendidikan tinggi berlaku kebebasan mimbar akademik serta otonomi keilmuan dan otonomi dalam pengelolaan lembaganya. Menurut Statusnya, pada umumnya sekolah terdiri dari dua macam : 1) Sekolah Negeri : yaitu sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah, mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Perguruan Tinggi. 2) Sekolah Swasta : yaitu sekolah yang diselenggarakan oleh nonpemerintah/swasta, penyelenggara berupa badan yayasan pendidikan yang sampai saat ini badan hukum penyelenggara pendidikan masih berupa rancangan peraturan pemerintah. Sekolah swasta mungkin untuk anakanak dengan kebutuhan khusus ketika pemerintah tidak bisa memberi sekolah khusus bagi mereka seperti sekolah keagamaan Islam, sekolah Kristen, dan lain-lain.

26 Penelitian Terdahulu Adapun data dan hasil atas penelitian terdahulu sebagai berikut : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti 1. Putri (2011) 2. Wijayanti (2011) Judul Penelitian Analisis Penggunaan Metode Activity Based Costing System sebagai Alternatif dalam Menentukan Tarif SPP pada SMP- SMA YPI Nasima Semarang 2010 Penerapan Activity Based Costing System untuk Menentukan Harga Pokok Produksi pada PT.Industri Sandang Nusantara Unit Patal Secang Hasil Penelitian Dengan menggunakan metode Activity Based Costing System, Sekolah Nasima dapat merencanakan anggaran secara tepat, terperinci, dan terprogram sehingga memudahkan manajemen dalam menyetarakan pendapatan dan pengeluaran Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan diterapkannya metode Activity Based Costing System, terjadi perbedaan hasil harga pokok produksi. Hal ini dikarenakan cost driver yang digunakan. Sistem Tradisional hanya menggunakan satu cost driver, sedangkan metode Activity Based Costing System menggunakan lebih dari satu cost driver.

27 27 3. Rahmaji (2013) 4. Rotikan (2013) 5. Sumilat (2013) Penerapan Activity Based Costing System untuk Menentukan Harga Pokok Produksi PT.Celebes Mina Pratama Penerapan Metode Activity Based Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi pada PT.Tropica Cocoprima Penentuan Harga Pokok Penjualan Kamar Menggunakan Activity Based Costing System pada RSU Pancaran Kasih GMIM 1. Perhitungan harga pokok produksi menggunakan Activity Based Costing System memberikan hasil yang lebih mahal dari sistem tradisional adalah Ikan Kayu, Hana Katsuo dan Fish Meal. Sistem tradisional memberikan perhitungan laba yang lebih besar. 2. Perbedaan yang terjadi antara harga pokok produksi dengan menggunakan sistem tradisional dengan Activity Based Costing System disebabkan karena pembebanan biaya overhead pabrik pada masing-masing produk. Diterapkannya Metode Activity Based Costing System dalam perhitungan harga pokok produksi pada PT.Tropica Cocoprima dapat di lihat adanya perbedaan hasil. Perbedaan hasil ini menunjukkan bahwa produk Tepung Kelapa Biasa tergolong undercost sedangkan Tepung Kelapa Halus overcost. Hal ini disebabkan karena perbedaan dasar pembebanan biaya overhead pabrik. Sistem tradisional hanya menggunakan unit produksi sebagai cost driver, sedangkan metode Activity Based Costing System menggunakan lebih dari satu cost driver sehingga pembebanannya menjadi lebih tepat. Hasil perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing System, apabila dibandingkan dengan tarif jasa rawat inap yang digunakan oleh rumah sakit saat ini terlihat bahwa untuk Kelas VVIP dan Kelas VIP memberikan hasil yang lebih kecil, sedangkan Kelas I, Kelas II, dan Kelas III memberikan hasil yang lebih besar. Perbedaan tarif yang terjadi disebabkan karena pembebanan biaya cost driver pada masing-masing produk

28 28 6. Lepar (2014) 7. Tinangon (2014) Penetapan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Activity Based Costing pada PT.Fortuna Inti Alam Di Manado Sulawesi Utara Penerapan Metode Activity Based Costing System Dalam Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap pada BLU RSUP PROF. DR. R. D. Kandou Manado Terdapat perbandingan antara sistem tradisional dengan Activity Based Costing System. Activity Based Costing System memberikan hasil yang lebih besar untuk produk Formula-1 dan Fortorang, sedangkan produk Fortuna-1 memberikan hasil yang lebih kecil. Manado tidak perlu menggunakan sistem Acitivity Based Costing untuk menentukan harga jasa rawat inap. Perhitungan menggunakan metode Activity Based Costing System tidak tepat diterapkan di rumah sakit pemerintah karena harga jual yang ditetapkan pemerintah diputuskan berdasarkan pertimbangan kepada masyarakat yang kurang mampu. Dari penelitian terdahulu diatas, semuanya memberikan informasi bahwa Activity Based Costing System sangat penting untuk di terapkan dalam suatu perusahaan, karena ada hasil penelitian yang didapat bahwa ketika suatu perusahaan menerapkan Activity Based Costing System maka metode tersebut sangat penting bagi perusahaan untuk meningkatkan akurasi harga menjadi lebih efisien, baik di bidang manufaktur maupun jasa.

29 Kerangka Pemikiran Agar penelitian ini mudah di pahami maka digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut : Yayasan Pendidikan SMA Institut Indonesia Data Keuangan SPP SMA Institut Indonesia Perhitungan Sistem Tradisional Aktivitas sesuai Cost Driver Aktivitas Tingkat Unit Aktivitas Tingkat Bacth Aktivitas Tingkat Produk Aktivitas Tingkat Fasilitas Hasil perhitungan secara Tradisional Hasil perhitungan ABC System Hasil Perbandingan Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

30 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek Penelitian pada penelitian ini adalah Yayasan SMA Institut Indonesia Semarang untuk menentukan tarif Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dengan menggunakan metode Activity Based Costing System. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Institut Indonesia Semarang, bertempat di Jl. Maluku No.25,Kelurahan Karang Tempel, Kecamatan Semarang Timur, Semarang. Waktu dari penelitian ini di mulai dari bulan Mei 2015 sampai dengan selesai. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data Menurut Indriantoro (2004), Jenis-jenis data dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Data Kuantitatif, yaitu data atau informasi yang diberikan oleh perusahaan dalam bentuk angka. Dalam penelitian ini yang dipakai sebagai data kuantitatif yaitu seperti laporan keuangan, laporan biaya-biaya, laporan penggunaan listrik dan laporan penggunaan air. 2. Data Kualitatif, yaitu data atau informasi yang diberikan oleh perusahaan dalam bentuk lisan maupun tulisan seperti gambaran umum perusahaan,

31 31 serta tugas departemen-departemen dalam sekolahan. Dalam penelitian ini data kualitatif yang digunakan adalah info langsung dari pihak SMA Institut Indonesia Semarang yang diwakilkan oleh Kepala Sekolah dan juga Tata Usaha Sumber Data Menurut Indirantoro dan Supomo (2009) sumber data yang digunakan yaitu : 1. Data Primer Mengemukakan bahwa data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Dalam hal ini peneliti menggunakan data primer yang berasal dari bagian Administrasi Keuangan SMA Institut Indonesia Semarang. 2. Data Sekunder Data Sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain), Indriantoro dan Supomo (2009). Data Sekunder yang digunakan peneliti dalam penelitian ini berasal dari buku-buku dan artikelartikel yang berhubungan dengan judul penelitian. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode Pengumpulan Data dalam penelitian ini adalah : 1) Wawancara Di dalam metode ini wawancara dilakukan menggunakan pertanyaan secara lisan mengenai permasalahan yang terkait dalam penelitian ini

32 32 kepada pihak Sekolahan. Pada wawancara ini peneliti mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan penelitian. Wawancara ini dilakukan dengan cara bertanya jawab secara langsung kepada Kepala Sekolah dan juga pihak Tata Usaha. 2) Dokumentasi Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data secara tertulis adalah berupa Dokumen dan Arsip-arsip (mengenai Visi dan Misi sekolahan, mengenai Tenaga Administrasi, mengenai Penggunaan Data) perusahaan yang berkaitan dengan penelitian. 3) Penelitian Kepustakaan 3.5 Metode Analisis Data Dalam menganalisa data yang terkumpul penulis menggunakan metode analisis deskriptif yang bertujuan untuk memahami data dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisa dan menginterpretasikan data-data yang di peroleh dari SMA Institut Indonesia Semarang dengan menghitung Tarif Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dengan sistem yang digunakan sekolahan saat ini dan membandingkan hasil perhitungan dengan metode Activity Based Costing System dengan metode yang digunakan saat ini. 3.6 Tekhnik Analisis Data berikut : Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

33 33 1. Menghitung Tarif Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) pada SMA Institut Indonesia Semarang. 2. Menghitung Tarif Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dengan menggunakan metode Activity Based Costing System. 3. Menarik kesimpulan dan memberikan saran untuk dijadikan sebagai bahan masukan bagi manajemen perusahaan.

34 34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian Gambaran Objek Penelitian Yayasan Pendidikan Institut Indonesia Semarang berdiri sejak tahun 1949, tepatnya tanggal 17 Agustus Yayasan Pendidikan yang dibangun oleh (alm) Bapak Soetyono Koesoewida ini berada pada Jl. Maluku No.25, Kelurahan Karang Tempel, Kecamatan Semarang Timur, Semarang. Yayasan Pendidikan Institut Indonesia Semarang berdiri berdasarkan status menurut SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 229/D/4/1974 tanggal 20 September 1974 merupakan SMA Bersubsidi dan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah No. 007/C/Kep/I.85 tanggal 17 Januari 1985 merupakan SMA Disamakan. Yayasan Pendidikan Institut Indonesia Semarang merupakan salah satu sekolah swasta untuk kalangan menengah keatas. Tentunya kegiatan belajar mengajar dari Yayasan Pendidikan Insitut Indonesia Semarang ini mempunyai sistem yang sama pada sekolah-sekolah lainnya, baik itu sekolah negeri ataupun sekolah swasta. Pada penelitian ini terfokuskan pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

35 Visi dan Misi Perusahaan Visi : Berpikir Global dan Berbudaya Lokal. Misi : 1. Menerima puncak-puncak kebudayaan, ilmu pengetahuan dan tekhnologi dunia. 2. Mendidik dan membimbing siswa menjadi pribadi yang mandiri, berdisiplin tinggi, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3. Mengoptimalkan penggunaan PAKEM (Pembelajaran, Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan) 4. Nguri-uri budaya local (Menjaga dan Melestarikan)

36 Struktur Organisasi Adapun Struktur Organisasi pada SMA Institut Indonesia Semarang pada tahun 2014 adalah sebagai berikut : YAYASAN DINAS KEPALA SEKOLAH Wakasek Urusan Kurikulum Wakasek Urusan Kesiswaan Wakasek Urusan Sarana Prasarana Wakasek Urusan Humas Koordinator Mata Pelajaran Wali Kelas BP/BK Guru Siswa Gambar 4.1 Struktur Organisasi Sumber : Data Sekunder 2014

37 Job Diskripsi Dalam struktur organisasi sebuah perusahaan, dalam hal ini SMA Institut Indonesia memiliki pembagian tugas tau jobs sendiri-sendiri dengan tanggung jawabnya, antara lain : 1. Dinas Perwakilan dari pemerintahan yang bertugas mengontrol serta member kebijakan dan info-info terbaru terkait pendidikan. 2. Yayasan Pihak yang mempunyai saham/ikut serta dalam pemberian dana dan juga pengambilan keputusan secara global dalam kepemilikan sekolahan tersebut. 3. Kepala Sekolah Bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan program-program sekolahan. 4. Wakil Kepala Sekolah Pembuat keputusan bila kepala sekolah berhalangan atau untuk back up kepala sekolah. 5. Kurikulum Bagian yang mengurus secara langsung mengenai hal-hal yang berkaitan tentang pembelajaran. 6. Humas Bagian yang mengurus hubungan antara sekolahan dengan pihak luar baik itu di bidang pendidikan maupun non pendidikan.

38 38 7. Sarana Prasarana Bagian yang mengurus sarana prasarana yang berguna untuk mendukung kegiatan pembelajaran. 8. Kesiswaan Bagian yang bertanggungjawab untuk menjadikan siswa menjadi siswa yang disiplin. 9. Koordinator BK Bertanggungjawab akan penilaian atau tingkah laku siswa, baik itu yang baik maupun yang buruk. 10. Wali Kelas Menjembatani langsung kepada murid mengenai segala info yang berkaitan dengan segala info terbaru mengenai sistem belajar. 11. Guru Bertanggung jawab untuk menyampaikan sebuah ilmu pengetahuan dan mendidik kepada siswa. 4.3 Perhitungan Tarif SPP dengan Metode Konvensional Menentukan biaya tetap untuk menentukan SPP Biaya tetap menurut manajemen Yayasan Institut Indonesia adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam periode satu tahun. Klasifikasi biaya tersebut adalah sebagai berikut : a. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji karyawan tetap dan gaji karyawan tidak tetap dalam satu tahun.

39 39 b. Biaya Listrik dan Air Biaya listrik dan air merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pemakaian listrik dan air pada sekolahan. Biaya listrik dan air dibebankan berdasarkan jumlah listrik yang dipakai untuk setiap ruangan dan berapa kali dalam 1 (satu) tahun membayar listrik dan air. c. Biaya Telepon dan Internet Biaya telepon dan internet merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pemakaian telepon dan internet yang digunakan oleh para siswa. Biaya ini dibebankan berdasarkan menit pemakaian telepon dan internet. d. Biaya Pengembangan Profesi Guru Biaya pengembangan profesi guru merupakan biaya yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan guru, meliputi kegiatan kepelatihan. Tabel 4.1 Jumlah Siswa SMA Institut Indonesia Semarang No Tingkatan Jumlah Siswa 1 X XI XII 167 Total 537 Sumber : Data Sekunder 2014 Pada Tabel 4.1 dijelaskan jumlah siswa SMA Institut Indonesia Semarang pada tahun ajaran 2014/2015. Pada penelitian ini, peneliti akan meneliti jumlah tarif SPP pada SMA Institut Indonesia kelas X.

40 40 Tabel 4.2 Pengeluaran Tetap SMA Institut Indonesia Semarang No Jenis Pengeluaran Keterangan Jumlah 1 Biaya Tenaga Kerja Pegawai Tetap Guru bulan Karyawan bulan Pegawai Tidak Tetap Guru /jam 30 jam 12 bulan Biaya Listrik 2 dan Air 12 kali setahun Biaya Telepon dan Internet 12 kali setahun Biaya Pengembangan SDM 1 kali setahun Total Pengeluaran Tetap Sumber: Data Sekunder 2014 Dalam SMA Institut Indonesia, untuk pengklasifikasian guru dan karyawan tetap didasarkan pada lama bekerja pada Yayasan Intitut Indonesia, setidaknya telah bekerja selama 4 tahun dan masuk ke dalam kriteria lain yang dibutuhkan oleh Yayasan Institut Indonesia. Untuk sistem penggajian guru tidak tetap, dihitung sebanyak lama jam mengajar. Untuk tiap jam mengajar guru mendapat gaji sebesar dan semua karyawan merupakan pegawai tetap, sedangkan untuk guru tetap ada tunjangan lain yang membuat gaji guru tersebut lebih besar. Untuk pengembangan profesi guru dilakukan setahun sekali yaitu kepelatihan yang dilakukan oleh manajemen Institut Indonesia.

41 41 Tabel 4.3 Tarif SPP SMA Intitut Indonesia Semarang No Tingkatan Tarif SPP (Rp) 1 Kelas X Kelas XI Kelas XII Sumber : Data Sekunder, 2014 Pada Tabel 4.3 dijelaskan jumlah tarif SPP masing-masing angkatan siswa SMA Institut Indonesia Semarang pada tahun ajaran 2014/2015. Pada penelitian ini tertuju pada tarif SPP siswa kelas X yaitu Rp untuk dibandingkan dengan tarif SPP yang dihitung dengan metode Activity Based Costing (ABC). Tabel 4.4 Penentuan Tarif SPP SMA Intitut Indonesia Semarang Pengalokasian Siswa Jumlah Yang Dialokasi Tarif SPP (Rp) SPP Dibebankan (Rp) SPP Kelas X 50% x Bulan Sumber : Data Sekunder, 2014 Pembebanan dana 50 % merupakan kebijakan sekolahan yang menjadi dasar perhitungan tarif SPP pada SMA Insitut Indonesia Semarang. Hal tersebut merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak sekolahan, mengenai penentuan tarif SPP pada SMA dengan melihat pengeluaran yang diperoleh pada tahun sebelumnya.

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MENGHITUNG TARIF SUMBANGAN PEMBINAAN PENDIDIKAN PADA SMA INSTITUT INDONESIA SEMARANG

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MENGHITUNG TARIF SUMBANGAN PEMBINAAN PENDIDIKAN PADA SMA INSTITUT INDONESIA SEMARANG PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MENGHITUNG TARIF SUMBANGAN PEMBINAAN PENDIDIKAN PADA SMA INSTITUT INDONESIA SEMARANG Disusun oleh : Ocky Satrya Wicaksono B12.2011.01848 ABASTRACT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.PENGERTIAN BIAYA Biaya memiliki berbagai macam arti tergantung pada tingkat kegunaanya. Biaya diartikan sebagai nilai yang harus kita keluarkan untuk mendapatkan suatu barang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan berbagai macam teknologi dewasa ini semakin canggih. Hal ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan dunia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 6 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Penggolongan Biaya Menurut Mulyadi (2011:8) Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Biaya Menjalankan suatu usaha membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan agar perusahaan mampu terus berkualitas. Biaya sendiri merupakan hal yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit usaha (baik milik pemerintah maupun swasta), dimana lembaga

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit usaha (baik milik pemerintah maupun swasta), dimana lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah suatu lembaga pelayanan kesehatan dan sekaligus sebagai suatu unit usaha (baik milik pemerintah maupun swasta), dimana lembaga kesehatan ini dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENELITIAN TERDAHULU Telah ada beberapa penelitian-penelitian terdahulu mengenai penetapan harga pokok produk dengan metode biaya yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam penerapan activity based costing, pemahaman konsep dan klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk suatu proses produksi. Untuk mendefinisikan biaya secara jelas, penulis akan memberikan

Lebih terperinci

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI PENDEKATAN BARU UNTUK MENGHITUNG TARIF SUMBANGAN PEMBINAAN PENDIDIKAN PADA SMP SETIABUDHI SEMARANG

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI PENDEKATAN BARU UNTUK MENGHITUNG TARIF SUMBANGAN PEMBINAAN PENDIDIKAN PADA SMP SETIABUDHI SEMARANG PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI PENDEKATAN BARU UNTUK MENGHITUNG TARIF SUMBANGAN PEMBINAAN PENDIDIKAN PADA SMP SETIABUDHI SEMARANG Ria Sandi Purwoadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014 1 PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Biaya 1. Pengertian Biaya Biaya menurut Atkinson dan Kaplan (2009 : 33) adalah nilai moneter barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat sekarang atau masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kos adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diharapkan akan membawa manfaat sekarang atau di masa depan bagi organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencatatan. 2.1.1 Pengertian Pencatatan pada suatu saat tertentu suatu usaha pasti memerlukan suatu alat untuk dapat mengukur hasil operasi arus kas dan posisi keuangan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Harga Pokok Produksi 2.1.1 Pengertian harga pokok produksi Harga pokok produksi adalah harga pokok produk yang sudah selesai dan ditransfer ke produk dalam proses pada periode

Lebih terperinci

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA - Jurusan Teknik Industri TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA Teknik Industri Lesson 1 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah : Kode : TID 4019 Semester : 3 Beban Studi : 3 SKS Capaian Pembelajaran (CPL): 1. Menguasai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Activity-Based Costing Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsepkonsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang membahas mengenai penentuan harga pokok produk. Akuntansi biaya secara khusus berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan 9 BAB II LANDASAN TEORI II.1. SISTEM AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan dalam mengelola biaya produksi suatu produk. Teknologi yang bermunculan

Lebih terperinci

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan. Biaya per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi global menuntut perusahaan menata manajemennya, mengingat ketatnya persaingan dan segala bentuk perubahan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menghadapi persaingan global terutama terkait dengan sistem perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus bertahan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Studi sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. Yang dimana

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK ABSTRAK Vivi Parita Sari email: vivi.paritasari@yahoo.com Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari wawancara mendalam dengan informan, observasi di lapangan dan data-data sekunder menghasilkan analisa penelitian

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos Mulyadi (2003: 4) menjelaskan bahwa kos (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya 2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi sebagai salah satu ilmu terapan mempunyai dua tipe, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Salah satu yang

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA Anang Fachroji Teknik Industri-FTI-UPN Veteran Jawa Timur INTISARI Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menerapkan sistem Activity

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Activity Based Costing

Pertemuan 3 Activity Based Costing 1 Pertemuan 3 Activity Based Costing A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Biaya 1. Pengertian Biaya Konsep dan istilah biaya telah dikembangkan selaras dengan kebutuhan para akuntan, ekonom, dan insinyur. Para akuntan telah mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih popular dengan singkatan UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness center,

BAB I PENDAHULUAN. hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness center, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin banyaknya perusahaan jasa terutama yang bergerak di bidang pariwisata dan perhotelan menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar hotel. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang modern, dimana perkembangan dunia usaha berkembang dengan pesat. Setiap perusahaan saling bersaing dan beradu strategi dalam menarik konsumen.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu : BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Pengertian biaya yang dikemukakan oleh Mulyadi, dalam bukunya akuntansi Biaya ialah sebagai berikut : - Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang

Lebih terperinci

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Penentuan tarif merupakan salah satu bagian dari tujuan akuntansi biaya yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen, oleh karena itu sebelum

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya berikut : Menurut Mulyadi (2000: 6) pengertian Akuntansi Biaya adalah sebagai Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam praktik bisnis, konsumen menginginkan produk yang sesuai dengan selera kebutuhan mereka, di mana produk tersebut memiliki kualitas tinggi serta harga yang terjangkau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan profitabilitas dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut. Pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan profitabilitas dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut. Pada zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan perusahaan adalah dapat menjaga kelangsungan hidupnya secara terus menerus. Dalam hal ini perusahaan diharapkan untuk dapat semakin berkembang dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh peningkatan perekonomian di seluruh dunia dan didorong oleh kemajuan teknologi menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Ada beberapa penafsiran mengenai pengertian Akuntansi Biaya seperti yang dikemukakan oleh : Menurut Mulyadi (2005:7) dalam bukunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting karena biaya sangat berpengaruh dalam mendukung kemajuan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memasukkan bagian-bagian akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan tentang bagaimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. II.1.1. Konsep Biaya Identifikasi Biaya Definisi biaya menurut Krismiaji (2002), Cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan

Lebih terperinci

METODE PEMBEBANAN BOP

METODE PEMBEBANAN BOP METODE PEMBEBANAN BOP ~ Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas ~.[metode tradisional] Kalkulasi biaya atau costing, adalah cara perhitungan biaya, baik biaya produksi maupun biaya nonproduksi. Yang dimaksud

Lebih terperinci

KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN

KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN AKUNTANSI MANAJEMEN MATERI-1 KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN Novera KM UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN Tiga Tujuan Umum Sistem Informasi Akuntansi Manajemen:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 2. Diskripsi CV. Jawa Dipa CV. Jawa Dipa merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dibidang permebelan yang ada di Desa Bondo, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan suatu perusahaan adalah untuk dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta dapat meningkatkan profitabilitas dari waktu ke waktu

Lebih terperinci

Gloria S.Rotikan, Penerapan Metode Activity... PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT.

Gloria S.Rotikan, Penerapan Metode Activity... PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. TROPICA COCOPRIMA Oleh: Gloria Stefanie Rotikan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya Rayburn, L. G. yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) menyatakan, Biaya mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk suatu produk,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost)

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost) BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Biaya II.1.1 Definisi Biaya Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost) adalah pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia bisnis menuju era pasar bebas, membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam menetapkan kebijakan-kebijakan terutama dalam memasarkan produknya.

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Sistem Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya marupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SYSTEM PADA PT. ARTA MAKMUR INDUSTRI DI MAKASSAR

ANALISIS PENERAPAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SYSTEM PADA PT. ARTA MAKMUR INDUSTRI DI MAKASSAR ANALISIS PENERAPAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SYSTEM PADA PT. ARTA MAKMUR INDUSTRI DI MAKASSAR Hj. RUSDIAH HASANUDDIN STIE YPUP Makassar ABSTRAK Tujuan dari dilaksanakannya

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM Nugroho Noto Susanto, Mochammad Chaeron, Sutrisno Jurusan Teknik Industri, FTI Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Akuntansi Biaya Akuntansi dalam suatu organisasi atau perusahaan dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu akuntansi keuangan (financial accounting) dan akuntansi manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perkembangan Konsep Biaya Pengertian Biaya menurut pendapat beberapa ahli adalah sebagai berikut : a. Usry dan Hammer (1995:25) mendefinisikan biaya sebagai suatu nilai tukar

Lebih terperinci

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING) PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING) PENDAHULUAN Activity-based costing (ABC) membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi terhadap aktivitas. Sistem ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam

BAB II BAHAN RUJUKAN. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2005:8) menyatakan bahwa pengertian biaya dalam arti luas adalah : Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis akan menguraikan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang akan digunakan sebagai landasan dalam menganalisa permasalahan yang ada diperusahaan PT

Lebih terperinci

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN MINIMUM BIAYA OPERASIONAL LEMBAGA PENDIDIKAN SWASTA

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN MINIMUM BIAYA OPERASIONAL LEMBAGA PENDIDIKAN SWASTA 25 PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN MINIMUM BIAYA OPERASIONAL LEMBAGA PENDIDIKAN SWASTA Novy Karmelita Indrawati Email : Nov_karmel@yahoo.com STIE INDOCAKTI Jl. Besar Ijen No. 90-92 Malang,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Akuntansi Manajemen 1. Pengertian Akuntansi Manajemen Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah suatu kegiatan yang menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi setiap orang. Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Dalam sebuah hadist juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya Menurut Mulyadi (2003) Akuntansi Biaya adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini dimana perindustrian semakin maju dan didukung dengan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat sangat dirasakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ)

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ) 19 Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ) Riadi Budiman Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi Biaya merupakan hal yang penting bagi perusahaan manufaktur dalam mengendalikan suatu biaya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN Kelancaran atau keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang dapat dipercaya sebagai dasar untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Pada dasarnya informasi dari suatu perusahaan terutama informasi keuangan dibutuhkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik pihak

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA Nurul Aini Fanny Dwi Septiana Fakultas Ekonomi Universitas Narotama Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan beradu strategi dalam usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Definisi Biaya Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai: Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1.1 Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing. a. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost

BAB II LANDASAN TEORI. 1.1 Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing. a. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya II.1.1 Pengertian Biaya Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000) mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten) Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40).

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40). BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA II.1. Pengertian Biaya Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat

Lebih terperinci

BAGIAN 1 KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN. STIE MAHARDIKA 2016 Prepared by Yuli Kurniawati

BAGIAN 1 KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN. STIE MAHARDIKA 2016 Prepared by Yuli Kurniawati BAGIAN 1 KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN STIE MAHARDIKA 2016 Prepared by Yuli Kurniawati BAB 1 PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN TYPE AKUNTANSI Akuntansi Keuangan Tipe Akuntansi Suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing -1- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing perusahaan adalah penentuan harga jual produk yang ditawarkan. Perusahaan yang dapat

Lebih terperinci