FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MENSTRUASI PADA SISWI SMPN 87 JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MENSTRUASI PADA SISWI SMPN 87 JAKARTA SELATAN TAHUN 2014"

Transkripsi

1 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MENSTRUASI PADA SISWI SMPN 87 JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Marella Matta 1, Caroline Endah Wuryaningsih 2 1. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2. Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, marella.matta@ui.ac.id Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku menstruasi pada siswi SMPN 87 Jakarta Selatan tahun Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel 252 siswi yang menstruasi dan kuesioner sebagai alat ukur penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 64,3% responden telah memiliki perilaku menstruasi yang baik. Berdasarkan uji chi-square, variabel pengetahuan memiliki hubungan dengan perilaku menstruasi (p-value =0,002). Sekolah dapat memanfaatkan mata ajaran Bimbingan Konseling dan kegiatan PMR sebagai wadah pemberian informasi mengenai perilaku menstruasi ataupun membuat pelatihan peer educator. Pelatihan peer educator dapat dilakukan melalui kerjasama dengan pihak yang bergerak di bidang kesehatan reproduksi remaja. Selain itu perlu adanya peningkatan kualitas sarana dan prasarana sekolah terutama ketersediaan sumber air yang lancar dan sabun. Abstract The purpose of this study was to determine the factors associated with menstruation behaviors of female students in SMPN 87 South Jakarta Year This study used cross-sectional design with a sample taken are 252 students who has had menstruation and the questionnaire as a measure of research. The results of this study showed that 64,3% of respondents have a good menstruation behaviors. Based on statistical tests with chi-square test, variabel that has a significant association with menstruation behaviors is knowledge (p-value =0,002). This School can use BK and PMR activities to provide information of menstruation behaviours and also training for peer educators. Peer educator trainings can be done through cooperation with organisations operating in adolescent reproductive health fields. Furthermore, quality of school facilities and infrastructures requires improvement, especially in clean running water and soap. Keywords : Menstruation; Behavior;Adolescent; Female Pendahuluan Masa remaja merupakan masa perkembangan atau transisi antara anak-anak dan dewasa (Feldman,2007). Masa remaja sebagai masa transisi mungkin menjadi penyebab adanya berbagai batasan rentang usia remaja. World Health Organization (WHO) membatasi usia remaja antara 10 hingga 19 tahun. Departemen Kesehatan RI (2009) membuat batasan usia 1

2 2 remaja menjadi dua kelompok yaitu remaja awal dan remaja akhir. Batasan usia remaja awal adalah usia 12 hingga 16 tahun, sedangkan remaja akhir adalah usia 17 hingga 25 tahun. Populasi remaja di seluruh dunia semakin bertambah dari waktu ke waktu. Berdasarkan data WHO tahun 2014, 1 dari 6 orang di dunia adalah remaja. Melalui perbandingan tersebut dapat diperkirakan ada 1,2 milyar remaja usia 10 hingga 19 tahun di seluruh dunia. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta diantaranya adalah remaja usia 10 hingga 19 tahun. Di DKI Jakarta, jumlah penduduk usia 10 hingga 19 tahun adalah jiwa dengan jumlah perempuan jiwa dan laki-laki 738,358 jiwa. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang banyak sehingga perlu adanya perhatian khusus dalam masa perkembangan atau masa transisi ini. Pada masa perkembangan remaja, terjadi berbagai perubahan fisik, kognitif, dan sosial emosional (Santrock,2012). Perubahan fisik terjadi ketika remaja mencapai kematangan seksual dan fisik. Pada remaja laki-laki perubahan fisik yang terjadi antara lain adalah perubahan suara, tumbuh bulu kemaluan, testis membesar, serta tumbuh bulu dada. Pada remaja perempuan perubahan fisik yang terjadi adalah payudara membesar, tumbuh bulu kemaluan, serta tumbuh bulu ketiak. Selain perubahan fisik tersebut, para remaja juga mencapai kematangan seksual dimana remaja laki-laki mengalami ejakulasi pertama (keluarnya air mani) dan remaja perempuan mengalami menarche (menstruasi pertama) (Sarwono,2012). Menstruasi atau menarche (menstruasi pertama) merupakan tanda pubertas pada perempuan. Remaja perlu untuk memiliki pengetahuan yang baik mengenai menstruasi, karena pengetahuan seseorang terhadap suatu hal akan mempengaruhi perilaku orang tersebut (Notoatmodjo,2012). Perilaku kesehatan yang kurang baik nantinya akan mempengaruhi status kesehatan seseorang. Saat seseorang mengalami menstruasi, perilaku yang perlu diperhatikan adalah perilaku higiene menstruasi. Hal ini disebabkan karena saat menstruasi risiko penyakit infeksi lebih tinggi dibandingkan saat keadaan normal (UNESCO,2014). Perilaku higiene menstruasi dapat dilihat melalui hasil penelitian yang dilakukan Tarigan (2012) pada remaja perempuan kelas 7 dan 8 di SMPN 141 Jakarta Selatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa 50,8% remaja perempuan kelas 7 dan 8 di SMPN 141 Jakarta Selatan memiliki perilaku higiene menstruasi kurang baik. Hal serupa ditemukan pada penelitian yang

3 3 dilakukan oleh Walangitan (2010) pada siswi SMPN dan MTs di Kota Depok yang menunjukkan 45% responden SMPN memiliki perilaku menstruasi yang kurang baik dan pada siswi MTs menunjukkan 20% responden memiliki perilaku higiene menstruasi yang kurang baik. Persentase perilaku menstruasi yang masih banyak ditemukan pada para remaja perempuan perlu diperhatikan karena selain menimbulkan infeksi pada alat reproduksi, jika tidak segera ditangani akan menyebabkan kemandulan yang dapat menurunkan kualitas hidup yang bersangkutan. Remaja perlu untuk memiliki pengetahuan yang baik mengenai menstruasi, karena pengetahuan seseorang terhadap suatu hal akan mempengaruhi perilaku orang tersebut (Notoatmodjo,2012). Perilaku kesehatan yang kurang baik nantinya akan mempengaruhi status kesehatan seseorang. Saat seseorang mengalami menstruasi, perilaku yang perlu diperhatikan adalah perilaku higiene menstruasi. Hal ini disebabkan karena saat menstruasi risiko penyakit infeksi lebih tinggi dibandingkan saat keadaan normal (UNESCO,2014). Jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan jenjang pendidikan remaja usia 11 hingga 14 tahun yang tergolong remaja awal dan memasuki masa pubertas. Pada usia ini rata-rata remaja putri mengalami menarche. Masa ini merupakan masa idealnya remaja perempuan membutuhkan pendampingan dan informasi yang tepat agar siap menghadapi perubahan yang terjadi dalam dirinya khususnya remaja perempuan yang telah mengalami mentsruasi agar memiliki perilaku menstruasi yang baik. SMPN 87 Jakarta Selatan merupakan salah satu sekolah yang sudah standar nasional (SSN) di Jakarta Selatan dengan murid yang heterogen dari segi status sosial ekonomi sehingga dapat mewakili gambaran umum remaja putri di Jakarta Selatan. Jumlah murid perempuan SMPN 87 Jakarta Selatan juga lebih banyak dibandingkan murid laki-laki yaitu 359 murid perempuan dan 290 murid laki-laki. Melalui wawancara dengan wakil kepala sekolah SMPN 87 Jakarta Selatan diketahui bahwa belum pernah dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku menstruasi pada siswi SMPN 87 Jakarta Selatan. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku menstruasi pada siswi SMPN 87 Jakarta Selatan tahun Tujuan khususnya adalah mengetahui gambaran perilaku menstruasi; gambaran faktor predisposisi (usia, usia menarche, pengetahuan, sikap, mitos); gambaran faktor pemungkin (kelengkapan sarana dan

4 4 prasarana sekolah); gambaran faktor penguat (keterpaparan informasi); dan hubungan faktorfaktor tersebut dengan perilaku menstruasi pada siswi SMPN 87 Jakarta Selatan tahun Tinjauan Teoritis Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam atau endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina (Kemenkes RI, 2011). Selama masa menstruasi memperhatikan higiene adalah hal yang sangat penting, karena bila penanganan selama menstruasi tidak benar atau tidak steril maka dapat mengakibatkan infeksi alat reproduksi. Infeksi alat reproduksi bila tidak diberi tindakan medis akan memberikan dampak yang buruk seperti kemandulan (Depkes RI,1996). Personal Hygiene adalah suatu tindakan seseorang untuk memelihara kebersihan dan kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Hidayat,2007). Higiene Menstruasi adalah higiene personal saat menstruasi. Selama masa menstruasi memperhatikan higiene adalah hal yang sangat penting, karena bila penanganan selama haid tidak benar atau tidak steril maka dapat mengakibatkan infeksi alat reproduksi. Infeksi alat reproduksi bila tidak diberi tindakan medis akan memberikan dampak yang buruk seperti kemandulan (Depkes RI,1996) Risiko infeksi termasuk infeksi menular seksual lebih tinggi saat menstruasi dibandingkan saat keadaan normal. Hal tersebut dikarenakan gumpalan lendir yang biasanya ditemukan pada pembukaan leher rahim lepas dan leher rahim akan terbuka untuk darah ke luar dari tubuh. Hal tersebut memungkinkan bakteri untuk masuk kedalam uterus dan ruang panggul. Selain itu, ph di vagina pada saat menstruasi menjadi kurang asam sehingga memungkinkan infeksi jamur terjadi seperti Kandidiasis. Risiko tersebut menunjukkan bahwa memastikan higiene yang baik saat menstruasi merupakan hal yang sangat penting (House dkk,2012). Menurut Pusat Informasi Psikologi (Psychologymania, 2012), perilaku higiene menstruasi yang perlu diperhatikan oleh remaja putri yaitu perawatan kulit dan wajah, kebersihan rambut, kebersihan tubuh, kebersihakan pakaian sehari-hari, dan penggunaan pembalut. Sebaiknya saat menstruasi pembalut diganti secara teratur 4 hingga 5 kali dalam sehari atau sesudah buang air kecil atau besar.

5 5 Menurut Sommer (2009) dalam House,dkk (2012) perilaku menstruasi yang baik antara lain adalah tidak memasukkan bahan apapun ke dalam vagina, mengganti pembalut atau bahan yang digunakan secara berkala yaitu 2 hingga 6 jam atau lebih sering ketika darah yang keluar sudah terasa banyak, sebelum membuang pembalut bekas pakai cucilah pembalut dan bungkus dengan kertas, setiap hari bersihkan alat kelamin dengan sabun dan air, jangan menyeka dari belakang ke depan setelah buang air besar, dan jangan pernah melakukan douching. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku higiene menstruasi antara lain adalah usia, usia menarche, pengetahuan, sikap, mitos, keterpaparanan informasi, dan kelengkapan sarana prasarana sekolah. Semakin bertambahnya usia seseorang, diyakini bahwa pengalamam serta keterpajanan mengenai suatu informasi juga semakin bertambah, sehingga pengetahuannya meningkat (Widiyanta, 2002 dalam Adelia, 2009) Usia menarche pada remaja berpengaruh pada perilaku terkait menstruasi. Remaja yang mengalami menarche pada masa remaja awal, dengan pengetahuan yang masih kurang terhadap higiene menstruasi bisa menyebabkan kurang menyadari pentingnya higiene menstruasi. Mereka yang mengalami menarche pada usia remaja tengah dan akhir memungkinkan sudah mendapatkan informasi yang lebih memadai mengenai higiene menstruasi sehingga perilaku higiene menstruasi lebih baik (Anita,2002) Pemberian informasi yang lebih awal mengenai perubahan fisiologis, psikologis, karakteristik, serta pemeliharaan kebersihan pada saat menstruasi akan menyebabkan perilaku anak remaja putri terhadap higiene menstruasi lebih baik. engetahuan higiene menstruasi diperoleh remaja melalui berbagai sumber(ariyani,2009). Sikap menggambarkan suka atau tidak sukanya seseorang terhadap obejk. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2012), sikap berhubungan dengan perilaku higiene menstruasi. Sikap terhadap menstruasi biasanya dipengaruhi oleh sikap ibunya (Llewelyn, 1989 dalam Fauziah, 2014). Mitos merupakan suatu bentuk kepercayaan dalam masyarakat mengenai hal tertentu. Pada masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai adat istiadat, budaya, dan kepercayaan terdapat berbagai mitos yang berkaitan dengan menstruasi. Berdasarkan Survei penelitian

6 6 yang dilakukan oleh Pusat Kajian Gender dan Seksualitas FISIP UI yang berjudul Hak Seksual Perempuan dan HIV/AIDS: Studi pada Perempuan Muda ( usia 15 hingga 24 tahun) di Tiga Kota di Jawa Barat tahun 2010, ditemukan berbagai mitos yang dipercayai oleh para remaja perempuan seperti dilarang mengkonsumsi buah nanas, ketimun,dan air es. Kelengkapan sarana dan prasarana sekolah berpengaruh terhadap praktik higiene menstruasi remaja putri. Remaja putri menghabiskan sebagian waktu di sekolah. Jika tidak terdapat sumber air yang memadai atau kurang maka akan menghambat remaja putri melakukan praktek higiene menstruasi. Tidak adanya tempat sampah di dalam toilet perempuan di sekolah juga akan menghambat remaja putri untuk membuang pembalut yang berpengaruh pada kuantitas penggantian pembalut saat menstruasi. Sumber informasi mengenai higiene menstruasi dapat diperoleh dari orangtua, keluarga, teman sebaya, guru, tenaga kesehatan, dan media massa. Masing-masing memberikan pengaruh terhadap perilaku higiene menstruasi remaja. Informasi yang didapat dari sumber yang mereka percaya akan menuntun remaja putri dalam perilaku higiene menstruasi yang baik. Salah satu teori yang menjelaskan mengenai determinan perilaku adalah Green (2005). Teori Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non-behavior causes). Selanjutnya perilaku ditentukan atau dibentuk dari tiga faktor yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya), faktor pemungkin (fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya), dan faktor penguat. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian potong lintang atau cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 hingga Desember 2014, dengan populasi penelitian siswi SMPN 87 Jakarta Selatan tahun Sampel pada penelitian berjumlah 284 responden. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang diisi secara mandiri oleh responden setelah dilakukan uji coba oleh peneliti.

7 7 Dari 284 responden hanya 252 yang dapat diikutsertakan pada analisis data karena terdapat 3 responden yang tidak lengkap mengisi kuesioner dan 29 belum menstruasi. Variabel yang diukur meliputi variabel independen dan dependen. Variabel independen pada penelitian adalah faktor predisposisi (usia, usia menarche, pengetahuan, sikap, dan mitos), faktor pemungkin (kelengkapan sarana dan prasarana sekolah), dan faktor penguat (keterpaparan informasi. Variabel dependen pada penelitian ini adalah perilaku menstruasi siswi SMPN 87 Jakarta Selatan tahun Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan uji chisquare pada analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan independen. Hasil Penelitian Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa 64,3% responden telah memiliki perilaku menstruasi yang baik. Tabel 1 menunjukkan responden yang berusia < 13 tahun sebanyak 20,6% masuk dalam kategori remaja awal dan responden yang berusia 13 tahun sebanyak 79,4% masuk dalam kategori remaja tengah dari seluruh responden Rata-rata responden pertama kali menstruasi pada usia 12 tahun. Responden yang menarche pada usia < 12 tahun sebanyak 40,1% dan responden yang menarche pada usia 12 tahun sebanyak 59,9%. Hasil dari nilai pengetahuan responden sebanyak 53,2% responden memiliki pengetahuan tinggi, sedangkan 46,8% responden memiliki pengetahuan yang rendah. Selain itu, untuk variable mitos dapat dikatakan hampir seluruh responden memiliki mitos mengenai menstruasi yaitu 78,2% dari keseluruhan responden. Hasil lain yang didapat adalah sebanyak 43,7% responden memiliki sikap positif terhadap menstruasi, sedangkan 56,3% responden memiliki sikap negatif terhadap menstruasi. Untuk sarana dan prasarana sekolah dikatakan baik atau lengkap apabila setidaknya memiliki kamar mandi, sumber air lancar, dan tersedia tempat sampah. Jika ketiga hal tersebut tidak tersedia maka masuk dalam kategori kurang lengkap. Berdasarkan pernyataan 7,5% responden sarana dan prasarana di sekolah termasuk dalam

8 8 kategori lengkap, sedangkan 92,5% responden menyatakan sarana dan prasarana di sekolah termasuk dalam kategori kurang lengkap. Untuk variabel keterpaparan informasi, sebanyak 73,8% responden memiliki paparan tinggi dan 26,2% responden memiliki paparan rendah Tabel 2 menunjukkan hasil uji chi-square dari variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji chi-square menunjukkan hanya variabel pengetahuan yang berhubungan signifikan dengan perilaku menstruasi. Tabel 1. Distribusi Perilaku Menstruasi berdasarkan Variabel Dependen dan Independen di SMPN 87 Jakarta Selatan tahun 2014 No Variabel Kategori Persen (%) 1. Perilaku Baik Kurang Baik 64,3 35,7 2. Usia < 13 tahun 13 tahun 20,6 79,4 3. Usia menarche < 12 tahun 12 tahun 40,1 59,9 4. Pengetahuan Tinggi Rendah 53,2 46,8 5. Mitos Tidak ada Ada 21,8 78,2 6. Sikap Positif Negatif 43,7 56,3 7. Kelengkapan sarana dan prasarana sekolah Lengkap Kurang lengkp 7,5 92,5 8. Keterpaparan informasi Tinggi Rendah 73,8 26,2

9 9 Tabel 2. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan perilaku menstruasi siswi SMPN 87 Jakarta Selatan tahun 2014 Usia Variabel Perilaku Menstruasi (%) Nilai-p OR (95% CI) Baik Kurang Baik < 13 tahun 13 tahun 63,5 64,5 36,5 35,5 0,873 0,956 Usia menarche < 12 tahun 12 tahun 59,4 67,5 40,6 32,5 0,227 0,703 Pengetahuan Tinggi Rendah 73,1 54,2 26,9 45,8 0,002* 2,297 Sikap Positif Negatif 67,3 62,0 32,7 38,0 0,427 1,261 Mitos Tidak Ada Ada Sarana dan Prasarana Sekolah 69,1 62,9 30,9 37,1 0,430 1,316 Lengkap Tidak Lengkap 68,4 63,9 31,6 36,1 0,807 1,221 Keterpaparan Informasi Tinggi Rendah 61,8 71,2 38,2 28,8 0,182 0,655 Pembahasan Melalui hasil penelitian ini, diketahui bahwa 64,3% responden yang memiliki perilaku menstruasi baik dan 35,7% memiliki perilaku menstruasi kurang baik. Proporsi responden yang memiliki perilaku menstruasi baik lebih besar dibanding yang kurang baik. Perilaku menstruasi yang baik (64,3%) pada sebagian besar responden didukung dengan dengan tingkat pengetahuan tinggi (53,2%) yang juga ada pada sebagian besar responden. Distribusi normal yang didapat pada hasil uji statistik dengan nilai modus 4 menandakan bahwa sebagian besar responden yang berperilaku menstruasi baik memiliki nilai sama dengan atau diatas nilai mean. Hal ini juga didukung dengan hasil uji statistik yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku

10 10 menstruasi. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Green (2005) bahwa pengetahuan merupakan faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang. Persentase perilaku menstruasi yang paling tinggi telah dilakukan baik oleh responden adalah perilaku sesudah mengganti membalut, dimana 96,4% responden mencuci tangan dengan sabun sesudah mengganti mengganti pembalut. Hal ini sudah sesuai dengan perilaku yang dianjurkan saat menstruasi yaitu mencuci tangan sesudah mengganti pembalut agar mencegah penyebaran infeksi (House dkk,2012). Namun perilaku mencuci tangan dengan sabun sebelum mengganti pembalut tidak setinggi persentase mencuci tangan dengan sabun setelah mengganti pembalut yaitu sebanyak 71,4% responden. Mencuci tangan dengan sabun dahulu sebelum mengganti pembalut penting untuk kebersihan alat kelamin perempuan namun hal ini memang merupakan kesalahan yang masih sering dilakukan (Psychologymania,2012). Perilaku menstruasi yang juga memiliki persentase yang tinggi yaitu perilaku cara membuang pembalut bekas pakai. Sebanyak 81,7% responden sebelum membuang pembalut bekas pakai mencuci dahulu pembalut lalu membungkus dengan plastik atau kertas setelah itu dibuang ke tempat sampah. Cara membuang pembalut bekas pakai yang sembarang dapat meningkatkan risiko menularkan penyakit infeksi kepada orang lain. Untuk perilaku cara membersihkan alat kelamin dan bahan yang digunakan untuk membersihkan alat kelamin lebih dari 50% responden telah memiliki perilaku yang baik. Sebanyak 57,5% telah melakukan cara membersihkan alat kelamin yang baik yaitu membasuh dari arah depan ke belakang dan 42,5% masih kurang baik cara membersihkan alat kelaminnya yaitu membasuh dari belakang ke depan, hanya disiram air, ataupun hanya dilap dengan kain atau handuk. Cara membersihkan alat kelamin yang kurang baik dapat menyebabkan kuman masuk ke dalam alat kelamin dan dapat berdampak pada kesehatan. Perilaku yang paling rendah persentasenya adalah frekuensi mengganti pembalut. Hanya 19,8% responden yang frekuensi mengganti pembalut per hari 4 kali. Penggantian pembalut yang benar adalah secara teratur 4 sampai 5 kali atau setelah mandi dan buang air. Frekuensi penggantian pembalut yang kurang dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan dapat menjadi tempat perkembangan bakteri dan jamur. Kurangnya frekuensi mengganti pembalut pada responden dapat dipengaruhi oleh keadaan sarana dan prasarana di Sekolah.

11 11 Sebagian besar responden menyatakan bahwa ketersediaan sabun dan sumber air yang lancar masih kurang. Air dan sabun merupakan hal yang dibutuhkan bagi perempuan saat mengganti pembalut. Tanpa adanya air dan sabun maka perempuan tidak dapat melakukan perilaku menstruasi yang baik. Sebaiknya Sekolah sebagai salah satu tempat dimana para responden melakukan kegiatan sehari-hari lebih memperhatikan ketersediaan air dan sabun untuk mendukung perilaku menstruasi responden yang lebih baik. Melihat hasil penelitian ini, perlu adanya upaya agar perilaku menstruasi yang baik pada sebagian responden dapat dipertahankan dan ditingkatkan serta perilaku menstruasi yang kurang baik pada sebagian responden dapat diubah. Perilaku menstruasi menjadi hal yang penting untuk diperhatikan karena kaitannya terhadap kesehatan. Penyakit yang dapat berisiko terjadi karena perilaku menstruasi yang tidak baik antara lain adalah Bacterial Vaginosis, Vulvovaginal Candidiasis (Thrush), Chlamydia,Trichomonas Vaginalis, Gonorrhoea, Syphilis, Hepatitis B, HIV, Urinary tract infections, Pelvic Inflammatory Disease, dan Vaginitis (House,dkk, 2012). Upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah ketersediaan sarana dan prasarana sekolah yang mendukung perilaku menstruasi yang baik serta pemberian informasi yang baik dan benar mengenai menstruasi untuk meningkatkan pengetahuan para siswi sehingga diharapkan pada akhirnya perilaku menstruasi yang baik dapat dilakukan oleh seluruh responden. Hasil analisis univariat menunjukkan proporsi responden yang berusia 13 tahun (79,4%) lebih besar daripda responden yang berusia < 13 tahun (20,6%). Sebagian besar responden sudah masuk pada masa remaja tengah. Hubungan antara usia dan perilaku menstruasi secara statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna ( p-value=0,873). Melalui hasil tersebut, dapat dikatakan siswi yang berusia lebih tua memiliki perilaku menstruasi yang cenderung lebih baik dibandingkan yang berusia lebih muda. Hasil analisis univariat menunjukkan proporsi responden yang menarche pada usia 12 tahun (59,9%) dan pada usia < 12 tahun (40,1%). Proporsi perilaku menstruasi yang baik lebih banyak pada responden yang menarche pada usia 12 tahun (67,5%) dibandingkan yang menarche < 12 tahun (59,4%). Semakin muda usia menarche seorang perempuan makan semakin kecil kemungkinan remaja perempuan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai

12 12 menstruasi. Selain kemungkinan remaja belum memiliki pengetahuan yang cukup, remaja belum tentu siap dalam menghadapi menstruasi dan bisa memiliki perilaku menstruasi yang kurang baik. Hasil analisis univariat menunjukkan 21,8% tidak memiliki mitos mengenai menstruasi dan 78,2% responden memiliki mitos mengenai menstruasi. Sebagian dari mitos yang ada pada responden bertentangan dengan perilaku menstruasi yang baik. Mitos mengenai larangan atau pantangan mencuci rambut atau keramas saat menstruasi tidak sejalan dengan perilaku menstruasi yang baik. Pada saat menstruasi seharusnya tetap mencuci rambut atau keramas karena kulit kepala menjadi lebih berminyak dan berkeringat saat menstruasi sehingga memudahkan timbulnya ketombe dan mikroorganisme lain di kulit kepala (Psychologymania,2012). Hasil analisis univariat kelengkapan sarana dan prasarana sekolah menunjukkan hampir seluruh responden (92,5%) menyatakan sarana dan prasarana sekolah masih kurang lengkap. Hanya 7,5% yang menyatakan sarana dan prasarana sekolah sudah lengkap. Tersedianya sarana yang memadai akan memungkinkan seseorang melakukan perilaku yang baik. Masih kurangnya ketersediaan sabun dan sumber air yang lancar perlu diperhatikan agar mendukung para siswi melakukan perilaku menstruasi yang baik Variabel lain yang perlu diperhatikan adalah sikap. Hasil analisis univariat menunjukkan 43,7% responden memiliki sikap positif terhadap menstruasi dan 56,3% memiliki sikap negatif terhadap menstruasi. Responden yang memiliki sikap negatif terhadap menstruasi lebih besar dibandingkan yang memiliki sikap positif. Sikap negatif terbanyak (78,6%) ada pada pernyataan menstruasi membuat aktifitas saya terganggu. Pernyataan responden bahwa menstruasi membuat aktifitas responden terganggu dapat timbul karena adanya hal lain yang memicu sikap tersebut seperti responden merasa terganggu dengan gangguan yang dialami responden saat menstruasi seperti rasa nyeri saat menstruasi. Hasil analisis univariat keterpaparan informasi menunjukkan 73,8% responden memiliki paparan tinggi informasi mengenai menstruasi dan 26,2% memiliki paparan rendah. Responden yang paparannya tinggi mengenai informasi menstruasi lebih besar dibandingkan yang paparannya rendah. Sumber informasi mengenai menstruasi paling banyak berasal dari

13 13 keluarga yaitu 92,5%. Setelah itu teman sebaya (73,4%), guru (67,5%), dan media massa (55,2%). Keluarga sebagai sumber informasi mengenai menstruasi yang paling banyak perlu diperhatikan agar informasi yang diberikan merupakan informasi yang tepat dan terpercaya. Teman sebaya sebagai sumber informasi mengenai menstruasi terbanyak kedua dapat dijadikan dasar untuk membentuk peer educator atau pendidik teman sebaya mengenai menstruasi. Peran media massa yang juga menjadi sumber informasi terbanyak keempat perlu dipertimbangkan untuk digunakan sebagai media penyampain informasi mengenai menstruasi kepada para responden. Kesimpulan Proporsi siswi SMPN 87 yang memiliki perilaku menstruasi yang baik (64,3%) lebih banyak dibandingkan siswi dengan perilaku menstruasi yang kurang baik (35,7%). Pada faktor predisposisi terbukti adanya hubungan antara variabel pengetahuan dengan perilaku menstruasi (nilai p-value = 0,002). Hasil uji statistik didapatkan OR = 2,297 yang berarti siswi yang berpengetahuan tinggi berpeluang untuk melakukan perilaku menstruasi yang baik 2,297 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi yang berpengetahuan rendah. Variabel lainnya yaitu usia, usia menarche, sikap, dan mitos tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku menstruasi. Pada faktor pemungkin yaitu kelengkapan sarana dan prasarana sekolah, serta faktor penguat yaitu keterpaparan informasi tidak terdapat hubungan antara faktor pemungkin ataupun faktor penguat dengan perilaku menstruasi. Saran Pemanfaatan mata ajaran atau kegiatan seperti Bimbingan Konseling sebagai wadah untuk penyampaian pesan atau informasi mengenai kesehatan reproduksi khususnya mengenai cara berperilaku sehat saat menstruasi. Penyampaian materi ini sebaiknya diberikan oleh guru perempuan agar menciptakan rasa nyaman bagi para siswi.

14 14 Teman sebaya sebagai sumber informasi menstruasi terbanyak kedua bagi responden dapat dimanfaat untuk membangun peer educator. Pelatihan peer educator sebagai sarana penyampaian informasi mengenai perilaku menstruasi dapat meminta bantuan dari Dinas Kesehatan, Puskesmas ataupun lembaga yang bergerak dalam bidang kesehatan reproduksi remaja. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekolah yang lebih mendukung perilaku menstruasi yang baik khususnya ketersediaan sumber air yang lancar dan sabun. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat lebih mengeksplorasi hasil dari variabel yang diteliti pada penelitian ini seperti meneliti faktor yang menjadi penyebab sikap negatif para siswi terhadap menstruasi. Peneliti lain dapat menggunakan metode observasi untuk memperkaya hasil penelitian dan memberikan saran yang sesuai dengan keadaan lokasi penelitian. Metode observasi dapat juga digunakan untuk melengkapi data kuantitatif. Daftar Referensi Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Fauziah, Ida. (2014). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Praktik Hygiene Menstruasi pada Siswi SMP Negeri dan MTS Negeri di Kota Jakarta Selatan Tahun Skripsi. FKM UI. Depok Felldman. (2007). Essesntial of Psychology. Felldman. 7th Ed Green, L, W, et,al (2005). Health Promotion Planning, A Diagnostic Approach. Mayfield Publishing Company. California House, Mahon, dan Sue. (2012). Menstrual hygiene matters : A resource for improving menstrual hygiene around the world. Ed. Pertama. WaterAid. Kemenkes RI. (2011). Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Puskesmas. Indonesia. Notoatmodjo, Soekidjo.(2012).Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Ed. Revisi. Jakarta:Rineka Cipta.

15 15 Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan BKKBN. (2011). Kajian Profil Penduduk Remaja (10-24 Thn) : Ada Apa Dengan Remaja?. Policy Brief Seri I No.6/Pusdu- BKKBN/Desember 2011 Santrock, John. (2013). Adolescence. Ed.14th. USA : Mc Graw Hill.. Sarwono, Sarlito. (2012). Psikologi Remaja. Ed. Revisi. Cetakan Ke-15. Jakarta: Rajawali Pers. Sutanto, dan Sabri. (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers. Tarigan, W.J. (2012). Gambaran tentang hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Praktek Higiene Menstruasi pada Remaja Putri Kelas 7 dan 8 di SMPN 141 Jakarta Selatan. Skripsi. FKM UI. Depok. UNESCO. (2014). Booklet 9, Puberty Education & Menstrual Hygiene Management. Perancis.

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi sebagai proses dalam mempersiapkan diri meninggalkan dunia anak-anak untuk memasuki dunia orang dewasa. Pada masa ini terjadi banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional pada hakekatnya bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tentang kesehatan reproduksi perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Upaya untuk menuju reproduksi yang sehat sudah harus dimulai terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Personal hygiene atau kebersihan diri berasal dari bahasa Yunani yakni suatu tindakan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan individu dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015 Oom Komalassari ABSTRAK Menstruasi adalah pengeluaran darah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA Skripsi ini disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konferensi di tingkat nasional (International Conference on Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan pada saat menstruasi adalah cara yang sangat penting bagi wanita untuk memelihara tingkat kebersihan selama menstruasi. Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran orang tua baik ayah maupun ibu, dalam pertumbuhan dan perkembangan anak menuju dewasa sangat berpengaruh dan dapat menentukan bagaimana kesehatan anak di masa

Lebih terperinci

WINDURENNY JACINTA TARIGAN ANWAR HASSAN PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT DEPOK ABSTRAK

WINDURENNY JACINTA TARIGAN ANWAR HASSAN PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT DEPOK ABSTRAK GAMBARAN TENTANG HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTEK HIGIENE MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS 7 DAN 8 DI SMPN 141 JAKARTA SELATAN TAHUN 2012 WINDURENNY JACINTA TARIGAN ANWAR HASSAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Nita Rahman 201310104343 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara berkesinambungan dan saling berkaitan yang berlangsung secara teratur dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting sekali dalam perkembangan seseorang remaja putri. Pada tahap ini remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi pertama (menarche) merupakan peristiwa penting dalam kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan seksual pada remaja putri. Usia rata-rata

Lebih terperinci

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Remaja akan mengalami suatu perkembangan fisik, seksual dan psikososial sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan unsur dasar yang penting dalam kesehatan umum, baik pada laki-laki maupun perempuan. Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN Hafriani 1, Defiyani 2 1 Dosen Program Studi D III Kebidanan STIKes Bina Nusantara

Lebih terperinci

Maria Ulfa dan Ika Agustina STIKes Patria Husada Blitar

Maria Ulfa dan Ika Agustina STIKes Patria Husada Blitar PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENARCHE TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI PRA MENSTRUASI ( The Effectiveness Of Menarche Health Promotion to the Pre Menstrual Female Adolescents Knowledge And Attitude

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual adalah bagian dari infeksi saluran reproduksi (ISR) yang disebabkan oleh kuman seperti jamur, virus, dan parasit yang masuk dan berkembang biak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku adalah tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa dalam masa transisi ini perilaku

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SELAMA MENSTRUASI PADA SISWI SMP N I KEBONARUM KABUPATEN KLATEN Skripsi ini disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama dan bukan hanya individu yang bersangkutan. Kesehatan reproduksi menurut WHO (World Health Organization)

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi PERBEDAAN SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA PELAJAR PUTRI DI SMP NEGERI 14 KOTA MANADO Novira Emanuela Bontong*, Sulaemana Engkeng*, Afnal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO), 2007 menyebutkan Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peran Ibu a. Definisi Ibu Ibu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, maka anak harus menyayangi ibu, sebutan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menarche merupakan perdarahan pertama kali dari uterus yang terjadi pada wanita di masa pubertas sekitar usia 10-16 tahun. Menarche merupakan perubahan yang menandakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama di kalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan alat-alat reproduksi berperan penting dalam menunjang terlaksananya fungsi reproduksi yang optimal pada wanita. Dengan alat reproduksi yang sehat, wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa atau suatu proses tumbuh ke arah kematangan yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 PENELITIAN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 Vivin Sabrina Pasaribu*, El Rahmayati*, Anita Puri* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang *Dosen

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Febra Ayudiah 1610104457 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan masyarakat. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan,

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang atau haid merupakan suatu kondisi yang dialami oleh setiap perempuan. Biasanya seorang gadis dikatakan sudah menginjak remaja bila telah mengalami haidnya yang pertama

Lebih terperinci

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN : 2337-9952 Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Maya Maulida Fitri 1, Masyudi 2 1,2) Fakultas Kesehatan Masyarakat USM Email: masyudi29@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang kini sedang menghadapi masalah kebersihan dan kesehatan. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gaya hidup yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa anakanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis maupun

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif, moral dan perkembangan seksual. Perubahan fisiologis pada masa remaja merupakan hasil aktivitas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI II

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI II UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI II NI PUTU ENIK ERNAWATI PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization remaja merupakan mereka yang berada pada tahap transisi antara anak-anak dan dewasa pada rentang usia 10-19 tahun dan menurut Badan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Reproduksi remaja adalah suatu kondisi atau keadaan sehat secara menyeluruh baik kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Menurut beberapa ahli, selain istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas

BAB I PENDAHULUAN. usia tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Menarche adalah menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang   ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 2 TELUKNAGA TANGERANG Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang Email : atnesia.ajeng@gmail.com

Lebih terperinci

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING Perilaku Personal Hygiene Remaja Puteri pada Saat Menstruasi PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING STIKES RS. Baptis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN DENGAN PERSONAL HYGIENE MENSTRUASI PADA RMAJA PUTRI DI SMP NEGERI SATAP BUKIT ASRI KABUPATEN BUTON TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN DENGAN PERSONAL HYGIENE MENSTRUASI PADA RMAJA PUTRI DI SMP NEGERI SATAP BUKIT ASRI KABUPATEN BUTON TAHUN HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN DENGAN PERSONAL HYGIENE MENSTRUASI PADA RMAJA PUTRI DI SMP NEGERI SATAP BUKIT ASRI KABUPATEN BUTON TAHUN 2016 Novianti 1 Yasnani, S.Si., M.Kes 2 Putu Eka Meiyana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas adalah masa ketika seseorang anak

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI UNIVERSITAS UDAYANA PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (KRR) PADA SEKOLAH DENGAN PUSAT INFORMASI KONSELING REMAJA (PIK-R) DAN TANPA PIK-R DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016

Lebih terperinci

Gambaran Perilaku Hygiene Menstruasi pada Siswi SMKN 8 Kota Bekasi

Gambaran Perilaku Hygiene Menstruasi pada Siswi SMKN 8 Kota Bekasi 35 Gambaran Perilaku Hygiene Menstruasi pada Siswi SMKN 8 Kota Bekasi Noor Latifah A Program Studi Kesehatan Masyrakat Fakultas Kedokteran dan kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak setiap individu untuk melangsungkan kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku hidup bersih dan sehat. Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV (Human Immune Deficiency Virus), relatif mudah menular dan mematikan.

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI SAPA KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN SUMBER INFORMASI DENGAN TINDAKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP NEGERI 9 MANADO. Junita Ch. Wenas*, Adisti A. Rumayar*, Grace D. Kandou* *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai

Lebih terperinci

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KB KONDOM DI DESA BANGSALAN KECAMATAN TERAS KABUPATEN BOYOLALI The Relationship Between The Knowledge Level And Men s Participation In Family

Lebih terperinci

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo Bebas Pada (Role Of Peers Relations With Adolescent Sexual Behavior In Smk Bina Patria 1 Sukoharjo) Abstract :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) (2017), masa remaja ada dalam rentang usia 10-19 tahun. Sedangkan menurut Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB), remaja disebut

Lebih terperinci

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2) P R O S I D I N G ISBN:978-602-8047-99-9 SEMNAS ENTREPRENEURSHIP Juni 2014 Hal:209-217 PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN SEKS BEBAS DI SEKOLAH

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA Latar Belakang: Virus Hepatitis B atau (HBV) adalah virus DNA ganda hepadnaviridae. Virus Hepatitis B dapat

Lebih terperinci

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Guna Bangsa Yogyakarta   ABSTRACT THE RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE ABOUTH PUBERTY WITH ADOLESCENTS ATTITUDE IN THE FACE OF PUBERTY IN ADOLESCENTS IN JUNIOR HIGH SCHOOL 3 DEPOK, MAGUWOHARJO, SLEMAN, YOGYAKARTA Dwi Agustiana Sari, Wiwin Lismidiati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur 10-19 tahun (WHO, 2015 a ). Jumlah

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 1 Bandung terhadap Penularan dan Pencegahan HIV/AIDS Tahun 2016 Relationship Between Knowledge

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PRE MENARCHE DI SMPN 1 BRATI

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PRE MENARCHE DI SMPN 1 BRATI 16 HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PRE MENARCHE DI SMPN 1 BRATI Yuli Irnawati 1 Yulia Diana 2 Anik Siti Juariyah 3 Email : billa_yuli@yahoo.com Akademi Kebidanan Bakti Utama Pati Jl. Ki

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO Renaldi S. Sondakh*, Sulaemana Engkeng*, Christian R. Tilaar*

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MENARCHE PADA SISWI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MENARCHE PADA SISWI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010 ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MENARCHE PADA SISWI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010 Arief Budiman, 2010; Pembimbing I : dr. Dani, M.Kes Pembimbing II : dr. Rimonta F. Gunanegara,

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN DAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 4 MANADO Anggreany T. C. Pamaruntuan*, Budi T. Ratag*, Joy

Lebih terperinci

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 Firina Adelya Sinaga, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked Pembimbing II : Cherry

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Remaja dalam beberapa literatur biasanya merujuk pada usia 10-19 tahun. Badan Koordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016 HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016 Karina AS 1) Nurlina dan Siti Novianti 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas 1 dan kelas 2 SMP : Perilaku personal hygiene

cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas 1 dan kelas 2 SMP : Perilaku personal hygiene FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SISWA KELAS VII-VIII PADA SAAT MENARCHE DI SMPN 2 MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Tresna Komalasari ABSTRAK Salah satu upaya mengurangi gangguan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011. ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011. Rika Prastiwi Maulani,2012. Pembimbing I : Dani, dr., M.kes Pembimbing II

Lebih terperinci

PENGETAHUAN MENSTRUASI REMAJA YANG MENGALAMI SUBSTITUSI POLA ASUH PADA KELUARGA TKI. Hery Ernawati

PENGETAHUAN MENSTRUASI REMAJA YANG MENGALAMI SUBSTITUSI POLA ASUH PADA KELUARGA TKI. Hery Ernawati PENGETAHUAN MENSTRUASI REMAJA YANG MENGALAMI SUBSTITUSI POLA ASUH PADA KELUARGA TKI Hery Ernawati Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Ponorogo heryernwati@gmail.com, 08125967858 ABSTRAK Remaja

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS X TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MEANTRUASI DI SMKN 02 BANGKALAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS X TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MEANTRUASI DI SMKN 02 BANGKALAN HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS X TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MEANTRUASI DI SMKN 02 BANGKALAN ANALIZE THE RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE YOUNG WOMEN CLASS X ABOUT MENSTRUATION

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA SMP NEGERI X DI KOTA BOGOR TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA SMP NEGERI X DI KOTA BOGOR TAHUN 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA SMP NEGERI X DI KOTA BOGOR TAHUN 2014 Eneng Vini Widianti, Tri Yunis Miko Wahyono Departemen Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI TUNAGRAHITA DI SLB N 2 YOGYAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI TUNAGRAHITA DI SLB N 2 YOGYAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI TUNAGRAHITA DI SLB N 2 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NANIK TRY KUSUMA WARDANI 201210201121 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan personal sangat penting untuk mengurangi bau badan, mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat kurang menjaga kebersihan

Lebih terperinci

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2) HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG Meity Asshela 1), Swito Prastiwi 2), Ronasari Mahaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan hidup, manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Anik Lia Suryati 201510104056 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang berisiko di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk dunia merupakan remaja dengan rentang umur 10-19 tahun. 1 Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai

Lebih terperinci