WIDYA NUR ANGGRAINI P.13057

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "WIDYA NUR ANGGRAINI P.13057"

Transkripsi

1 PEMBERIAN TINDAKAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. W DENGAN POST PARTUM DI RUANG NIFAS RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI DI SUSUN OLEH : WIDYA NUR ANGGRAINI P PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

2 PEMBERIAN TINDAKAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. W DENGAN POST PARTUM DI RUANG NIFAS RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DI SUSUN OLEH : WIDYA NUR ANGGRAINI P PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 i

3 ii

4 iii

5 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-nya, sehingga penulisa dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan Judul Pemberian Pijat Oksitosin Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Asuhan Keperawatan Ny. W Dengan Post Partum Di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep, selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ns. Meri Oktariani M.Kep, selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ns. Alfyana Nadya R. M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D III Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 4. Ns. Siti Mardiyah, S. Kep, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masuka-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 5. Diyah Ekarini, S.Kep, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masuka-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 6. Semua dosen Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. iv

6 7. Kedua orangtua, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin. Surakarta, Mei 2016 Penulis v

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penulisan... 4 C. Manfaat Penulisan... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Post Partum Konsep Asuhan Keperawatan Air Susu Ibu (ASI) Pijat Oksitosin B. Kerangka Teori BAB III METODE APLIKSAI RISET A. Subyek Aplikasi Jurnal B. Tempat dan waktu C. Media dan alat D. Prosedur tindakan E. Alat ukur BAB IV LAPORAN KASUS A. Identitas Klien B. Pengkajian C. Diagnosa Keperawatan D. Intervensi Keperawatan vi

8 E. Implementasi Keperawatan F. Evaluasi Keperawatan BAB V PEMBAHASAN A. Pengkajian Keperawatan B. Diagnosa Keperawatan C. Intervensi Keperawatan D. Implementasi Keperawatan E. Evaluasi Keperawatan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP vii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Reflek Oksitosin 38 Gambar 2.2 Pijat Oksitosin 40 Gambar 2.3 Kerangka Teori 42 viii

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Usulan Judul Lampiran 2. Lembar Konsultasi Dosen Lampiran 3. Lembar Konsultasi CI Lampiran 4. Surat Pernyataan Lampiran 5. Jurnal Utama Lampiran 6. Asuhan Keperawatan Lampiran 7. Log Book Lambiran 8. Format Pendelegasian Lampiran 9. Lembar Observasi Lampiran 10. Riwayat Hidup ix

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu, akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan ( Hanifa, 2002 ) Jumlah bayi di Indonesia yang mengalami gizi buruk berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 sebanyak 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0% gizi kurang. Angka ini sudah mengalami penurunan 0,5% dari Riskesdas tahun 2007 sebesar 18,4%, namun peningkatan status kesehatan pada bayi membutuhkan perhatian dan kerjasama dari berbagai pihak baik tenaga kesehatan, pemerintah maupun keluarga. Masalah kematian dan gizi buruk pada balita dapat ditanggulangi apabila bayi mendapatkan asupan makanan yang cukup dan gizi yang baik melalui pemberian ASI. Bayi yang diberikan ASI pada awal tahun kehidupannya mampu menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi, seperti diare, penyakit pernafasan, infeksi telinga, penyakit alergi, serta kemungkinan obesitas (The American Academy Pediatrics, 2012). Hal yang sama juga disampaikan beberapa organisasi seperti American College of Obstetrician and Gynecologists (ACOG), Assosiation of Women's Health, Obstetric and 1

12 2 Neonatal Nurses (AWHONN) yangmenyatakan bahwa ASI mempunyai keuntungan dalam hal perkembangan, nutrisi dan imunologi. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayi dapat memberikan sumber gizi yang baik sehingga dapat meningkatkan stasus kesehatan bayi.menyusui dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak, menguatkan ikatan ibu dan anak, mengurangi risiko penyakit pencernaan dan pernafasan, mengurangi alergi dan penyakit infeksi, serta meningkatkan perkembangan visual, bicara dan kognitif (Walker, 2011). Manfaat ASI bagi ibu antara lain untuk membantu dalam involusi uterus, mengurangi jumlah darah yang hilang setelah proses melahirkan, mempercepat pengembalian berat badan ke semula sebelum hamil, bermanfaat untuk memperlambat kesuburan, serta mengurangi risiko osteoporosis saat menopause (DiFrisco, et al, 2011). Pada minggu-minggu awal postpartum sering terjadi masalah dalam pemberian ASI. Masalah yang sering terjadi di masa laktasi antara lain puting susu lecet, payudara bengkak, air susu tersumbat, pengeluaran ASI tidak lancar. Keberhasilan pemberian ASI di awal pospartum akan mempengaruhi praktik ibu dalam pemberian ASI eksklusif (DiFrisco, et al, 2011). Sebaliknya ibu yang tidak dapat mengatasi masalah dalam menyusui pada minggu-minggu awal postpartum akan cenderung melakukan penghentian dini menyusui. Sehingga akan mempengaruhi dalam masa menyusui khususnya dalam program ASI eksklusif (Huang et al, 2011).

13 3 Hal-hal yang dapat mempengaruhi kelancaran ASI antara lain tingkatkan frekuensi menyusui atau memompa atau memerah ASI. Jika anak belum mau menyusu karena masih kenyang, perahlah atau pompalah ASI. Ibu harus dalam keadaan rileks, kondisi ibu menyusui sangat menentukan keberhasilan ASI eksklusif. Ibu mengonsumsi makanan yang bergizi khususnya yang dapat meningkatkan produksi ASI seperti sayur katuk dan melakukan perawatan payudara serta melakukan pijat oksitosin (Marmin, 2012). Pijat merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Yohmi & Roesli, 2009). Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar. Pijat oksitosin, bisa dibantu pijat oleh ayah atau nenek bayi. Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let down. Selain untuk merangsang refleks let down manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007, hlm. 42). Pemberin tindakan pijat oksitosin pada ibu yang produksi ASInya belum lancar atau sedikit tersebut sesuai dengan penelitian Sarwinanti pada

14 4 tahun 2014 yang berjudul Terapi Pijat Oksitosin Meningkatkan Produksi ASI Pada Ibu Post Partum. Dan hasil dari penelitian tersebut pijat oksitosin sangat efektif untuk melancarkan ASI yang tidak lancar ataupun ASI yang sedikit. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan tindakan Pemberian Pijat Oksitosin pada ibu post partum untuk melancarkan ASI di rumah sakit. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mengaplikasikan tindakan pemberian pijat oksitosin terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu post partum spontan di Rumah Sakit 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien post partum b. Penulis mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien post partum c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada pasien post partum d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien post partum e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien post partum f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian terapi pijat oksitosin terhadap peningkatan produksi ASI pada pasien dengan post partum

15 5 C. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Bagi Penulis Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan khususnya dalam bidang aplikasi penelitian serta memberi bahan masukan dan perbandingan bagi pengaplikasian lanjut yang serupa. Penulis diharapkan dapat memberikan tambahan data baru yang relevan terkait dengan pijat ASI terhadap produksi ASI pada ibu, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan penulis tentang produksi ASI pada ibu dan penggunaan pijat ASI. 2. Manfaat Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Apliasi penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada tenaga kesehatan atau instansi kesehatan lainnya sebagai salah satu bekal alam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya produksi ASI pada ibu dengan pemberian pijat oksitosin dan menjadi salah satu contoh intervensi mandiri tenaga meis dalam penatalaksanaan untuk merangsang produksi ASI pada ibu dengan menggunakan pijat. 3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan bagi isnstitusi untuk pengembangan pendidikan di masa yang akan datang dan menambah literature perpustakaan.

16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Post Partum a. Pengertian Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Bobak, 2010). Masa nifas(puerperium)adalah masa 6-8 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal seperti sebelum hamil (Bahiyatun, 2009). Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Batas waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batas maksimumnya adalah 40 hari. 6

17 7 b. Tahap Masa Post Partum Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha (2009) adalah sebagai berikut : 1) Periode Immediate Post Partum Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena antonia uteri. 2) Periode Early Post Partum Fase ini berlangsung 24 jam 1 minggu dan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk dan tidak demam. 3) Periode Late Post Partum Fase ini berlangsung 1 minggu 5 minggu. Pada periode ini perlu dilakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas 1) Sistem Reproduksi a) Proses involusi Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelahmelahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluarakibat kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus, pada waktu hamilpenuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadikira-kira 500 gr 1

18 8 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus beradadi dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60gr. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormone menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil (Bobak, 2010). b) Kontraksi Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjarhipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir (Suherni, 2009).

19 9 c) Lochea Menurut (Saleha, 2009), lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama nifas. Lochea terbagi menjadi empat jenis, yaitu : (1) Lochea Rubra berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa selaput ketuban. Keluar selama 2-3 hari postpartum. (2) Lochea Sanguilenta berwarna kuning berisi darah dan lender yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan. (3) Lochea Serosa berbentuk serum dan berwana merah jambu kemudian menjadi kuning. Lochea ini keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan (4) Lochea Alba adalah lochea yang terakhir. Dimulai hari ke-14 kemudian makin lama makin berkurang hingga sama sekali berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya. d) Vagina dan Perineum Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul ruggae (lipatan-lipatan atau kerutan) kembali. Pada perineum, terjadi robekan perineum pada semua persalinan pertama. Robekan perineum umunya terjadi di garis tengah

20 10 dan bisa meluas apabila kepala janin terlalu besar (Suherni, 2009). Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan. Tindakan episiotomy adalah mengiris atau menggunting perineum menurut arah irisan ada tiga :medialis, mediolaeralis dan lateralis dengan tujuan agar tidak terjadi robekan perineum yang tidak teratur dan robekan musculus princter ani (Rukiyah, 2009) e) Payudara Menurut Waryana (2010), Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payudara selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. (1) Ibu tidak menyusui Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba.

21 11 (2) Ibu yang menyusui Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu. 2) Sistem Pencernaan Menurut Waryana (2010) yaitu a) Nafsu makan Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu merasa sangat lapar b) Mortilitas Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. c) Defekasi Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. 3) Sistem Perkemihan Setelah persalinan, terjadi diuresis fisiologis akibat pengurangan volume darah dan peningkatan produk sisa. Beberapa ibu khususnya setelah persalinan yang menggunakan bantuan alat, mengalami kesulitan saat mulai berkemih. Ada

22 12 pula ibu yang mengalami kesulitan menahan lebih lama aliran urinnya saat ada dorongan berkemih. Banyak ibu mengeluarkan urinnya saat batuk, tertawa, bersin atau melakukan gerakan yang tiba-tiba. Gejala ini dikenal dengan inkontinensia stress (Brayshaw, 2008). 4) Sistem Muskuloskeletal Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi (Waryana, 2010). Stabilisasisendi lengkap pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah wanita melahirkan. Akan tetapi, walaupun sendi kembali ke keadaan normal seperti sebelum hamil, kaki wanita tidak mengalami perubahan setelah melahirkan (Bobak, 2010) 5) Sistem Endokrin a) Hormon plasenta Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta Placental Enzyme Insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan

23 13 diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil (Walyani, 2014). b) Hormon Hipofisis Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar Folikel-Stimulating Hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Walyani, 2014). c) Hormon Oksitosin Oksitosin dikeluarkan dari kelenja, bekerja terhadap bawah otak bagian belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Pada wanita yang memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin dan sangat membantu uterus kembali seperti keadaan normal (Ambarwati dan Wulandari, 2010) 6) Sistem Kardiovaskular Denyut jantung, volume darah dan curah jantung meningkat segera setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban jantung meningkat. Cardiac output tetap tinggi dalam beberapa waktu

24 14 sampai 48 jam post partum dan diikuti dengan bradicardi (Walyani, 2014). 7) Sistem Haematologi Leukositosis mungkin terjadi selama persalinan, sel darah merah berkisar selama persalinan. Peningkatan sel darah putih berkisar antara yang merupakan manifestasi adanya infeksi dari proses persalinan. Hal ini dapat meningkat pada awal nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah serta volume plasma dan volume sel darah merah. Pada 2-3 hari post partum, konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau lebih. Total kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas kira-kira ml (200 ml saat persalinan, ml hilang pada minggu pertama post partum, dan 500 ml hilang pada saat nifas) (Bahiyatun, 2009). 8) Sistem Integumen Penurunan melanin umunya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya hipetrpigmentasi kulit dan perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun (Walyani, 2014).

25 15 d. Perubahan Psikologis Masa Nifas 1) Fase taking in Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua melahirkan. Pada fase ini ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Hal ini membuat ibu cenderung lebih pasif terhadap lingkungannya. 2) Fase taking hold Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung dan marah. 3) Fase letting go Periode dimana ibu telah menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. (Walyani, 2014)

26 16 2. Konsep Asuhan Keperawatan Asuhan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari setelah bayinya lahir sampai dengan kembalinya tubuhdalam keadaan sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009). a. Pengkajian 1) Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama 2) Adakah kesulitan atau gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, misalnya pola makan, pola eliminasi, kebutuha n istirahan dan mobilisasi. 3) Riwayat Persalinan meliputi adakah komplikasi, laserasi atau episiotomi. 4) Obat atau suplemen yang dikonsumsi saat ini. 5) Perasaan ibu berkaitan dengan kelahiran bayi, penerimaan peran baru sebagai orang tua termasuk suasana hati yang ibu rasakan, kecemasan dan kekhawatiran. 6) Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan sehari-hari. 7) Bagaimana dukungan suami dan keluarga tehadap ibu. 8) Pengetahuan ibu tentas masa nifas. 9) Status Maternal

27 17 Meliputi usia dan maturitas, riwayat kedekatan sebelumnya, payudara (Pengkajian daerah areola, kaji adanya nyeri tekan, kaji adanya abses, pembengkakan atau ASI terhenti, kaji pengeluaran ASI), tingkat kenyamanan atau nyeri (Nyeri tekan payudara/ pembesaran dapat terjadi antara hari ke-3 sampai hari ke -5 post partum) 10) Status psikososial Meliputi tingkat pemahaman, citra tubuh dan persepsi, stressor seperti keluarga dan karier, pandangan sosiokultural tentang menyusui, dukungan emosional dari orang lain 11) Status neonatal Meliputi kepuasan dan kesenangan, laju pertumbuhan, hubungan usia dengan berat badan, status neurologik, status pernafasan, reflex mengisap, adanya faktor-faktor yang menghambat pengisapan yang benar ( celah bibir, celah palatum), pemberian makan sebelumnya. b. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan umum, kesadaran 2) Tanda tanda vital : tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan 3) Payudara : pembesaran, putting susu (menonjol atau mendatar, adakah nyeri atau lecet pada putting), ASI atau kolostrum sudah keluar, adakah pembengkakan, radang atau benjolan abnormal. 4) Abdomen : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.

28 18 5) Kandung kemih kosong atau penuh. 6) Genetalia dan perineum : pengeluaran lochea (jenis, warna, jumlah, bau), odema, peradangan, keadaan jahitan, nanah, tandatanda infeksi pada luka jahitan, kebersihan perineum dan hemmoroid pada anus. (Suherni, 2008) c. Diagnosa Keperawatan 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (tindakan episiotomi) 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis ( asupan nutrisi zat besi tidak adekuat) (Ujiningtyas, 2009) 3) Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan suplay air susu ibu tidak adekuat ( Taylor, 2010). d. Intervensi Keperawatan 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (tindakan episiotomi) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperwatan diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil : a) Pasien tidak meringis kesakitan menahan nyeri b) Skala nyeri berkurang (skala 1-3)

29 19 c) Pasien tampak nyaman dan rileks d) Tanda tanda vital dalam batas normal Rencana Keperawatan a) Kaji pola nyeri dengan skala PQRST Rasional : Untuk mengetahui penyebab nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri, skala nyeri dan waktu terjadinya nyeri (durasi). b) Berikan tindakan yang memberikan rasa nyaman, misalnya kompres hangat Rasional : Untuk melancarkan sirkulasi darah, mengurangi nyeri dan pembengakakan payudara serta melancarkan produksi ASI (Ujiningtyas, 2009). c) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam Rasional : Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri karena respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan fisiologis, kognitif dan stimulus perilaku. Relaksasi membantu seseorang untuk membantu membangun keterampilan kognitif serta mengurangi cara yang negatif dalam merespon situasi dalam lingkungan mereka (Solehati dan Kosasih, 2015).

30 20 d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik Rasional : analgetik berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis ( asupan nutrisi zat besi tidak adekuat) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil : a) Pasien mengatakan nafsu makan meningkat b) Pasien mengatakan tidak mual muntah c) Pasien tidak mengalami penurunan berat badan d) Pemeriksaan hemoglobin dalam batas normal Rencana Keperawatan a) Kaji pola nutrisi dengan pola ABCD Rasional : untuk mengetahui status nutrisi pasien b) Anjurkan klien makan porsi sedikit tapi sering Rasional : untuk mengurangi mual muntah c) Anjurkan klien makan dalam keadaan makanan hangat Rasional : untuk mengurangi mual muntah d) Anjurkan klien makan makanan yang tinggi zat besi dan vitamin Rasional : menambah zat besi dan vitamin dalam tubuh

31 21 e) Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi terkait diet yang diberikan Rasional : mengetahui porsi dan jenis makanan yang bisa dikonsumsi 3) Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan suplay air susu ibu tidak adekuat Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan menyusui atau pemberian ASI menjadi efektif dengan kriteria hasil : a) Tidak terjadi pembengkakan payudara b) ASI keluar c) Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri saat ditekan d) Bayi mau menetek e) Ibu memahami cara memberikan ASI, proses menyusui berjalan lancar f) Bayi mencapai keadaan nutrisi yang cukup ditunjukkan dengan penurunan berat badan awal dibawah batas normal, tumbuh kembang dalam batas normal, atau batas yang diharapkan, bayi tidak rewel Rencana Keperawatan a) Kaji pengetahuan pasien tentang menyusui sebelumnya. Rasional : Untuk mengidentifikasi pengalaman klien tentang menyusui

32 22 b) Beri informasi mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui,dan faktor-faktor yang memudahkan atau menggangu keberhasilan menyusui. Rasional : Membantu menangani permasalahanklien tentang menyusui sehingga dapat meningkatkan pengetahuan klien. c) Ajarkan teknik untuk mendapatkan let-down reflex : (1) Shower air hangat (2) Massage (Pijat Oksitosin) (3) Pengisapan bayi, mendekatkan dengan payudara Rasional : Untuk merangsang produksi air susu dan pengeluaran air susu d) Demonstrasikan tentang teknik-teknik menyusui. Rasional : Agar klien mengerti dan memahami serta mampu melaksanakan tindakan yang direncanakan e) Anjurkan pada klien untuk menyusui bayinya secara teratur dan sesering mungkin Rasional : Untuk merangsang produksi air susu dan mengurangi resiko terjadinya pembengkakan pada payudara. f) Anjurkan pada klien untuk tidak menggunakan Bra yang terlalu kencang.

33 23 Rasional : Dengan pelindung puting dapat menyebabkan tekanan sehingga menggangu proses laktasi. 3. Air Susu Ibu (ASI) a. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mamae pada manusia. ASI merupakan salah satu makanan alami berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bagi bayi sejak lahir hingga berusia 2 tahun atau lebih (Siregar, 2006). ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikososial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2004). Pada persalinan normal seringkali ibu mengalami tidak lancar dalam memberikan ASI kepada bayinya segera setelah lahir. Ibu relatif tidak dapat menyusui bayinya di jam pertama setelah bayi lahir. Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima

34 24 keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Yohmi & Roesli, 2009). Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau let down reflex. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007) b. Komposisi ASI ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan kimianya, mempunyai nilai biologis tertentu, dan mengandung substansia yang spesifik. Ketiga sifat itulah yang membedakan ASI dengan susu formula. Pengeluaran ASI bergantung pada umur kehamilan sehingga ASI yang keluar dari ibu dengan kelahiran prematur akan berbeda dengan ibu yang bayinya cukup bulan. Dengan demikian pengeluaran ASI sudah diatur sehingga sesuai dengan tuanya kehamilan (Manuaba, 2010). Kandungan yang terkandung dalam ASI diantaranya : 1) Kolostrum Berwarna kuning kental dengan protein berkadar tinggi. Mengandung immunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Z, Fe), vitamin (A, E, K, dan D), lemak dan rendah laktosa.

35 25 Pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar dua tiga hari dan diikuti ASI yang mulai berwarna putih. 2) Karbohidrat Laktosa ialah karbohidrat primer di dalam ASI. Laktosa juga merupakan jenis karbohidrat yang jumlahnya paling banyak dalam diet bayi sampai usia 6 bulan (Bobak, 2004). 3) Protein Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu formula. Selain itu, komposisi asam amino ASI sangat sesuai untuk kemampuan metabolisme bayi baru lahir. 4) Taurin Adalah suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI. Taurin berfungsi sebagai neuro transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. 5) Lemak Lemak pada ASI lebih mudah dicerna dan diabsorbsi daripada lemak di dalam susu sapi. Kandungan lemak dalam ASI sekitar 70-78%. 6) Mineral dan vitamin Kebanyakan mineral dan vitamin yang direkomendasikan terkandung dalam jumlah adekuat dalam ASI. Susu ibu memiliki kandungan kalsium dan zat besi yang rendah, tetapi rasio

36 26 kalsium terhadap fosfat adalah 2:1. Rasio ini optimal untuk mineralisasi tulang. Kandungan vitamin C dan E dalam ASI dalam jumlah yang adekuat namun kandungan vitamin K lebih rendah. c. Proses laktasi Menyusui tergantung pada gabungan kerja hormone, reflek dan perilaku yang dipelajari ibu dan bayi baru lahir dan terdiri dari faktor-faktor berikut ini : 1) Laktogenesis Laktogenesis (permulaan produksi susu) dimulai pada tahap akhir kehamilan. Kolostrum disekresi akibat stimulasi sel-sel alveolar mamalia oleh laktogen plasenta, suatu substansi yang menyerupai prolaktin. Produksi susu berlanjut setelah bayi lahir sebagai proses otomatis selama susu dikeluarkan dari payudara. 2) Produksi susu Kelanjutan sekresi susu terutama berkaitan dengan (1) jumlah produksi hormone prolaktin yang cukup di hipofisis anterior dan (2) pengeluaran susu yang efisien. Nutrisi maternal dan masukan cairan merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah dan kualitas susu. 3) Ejeksi susu Pergerakan susu dan alveoli (dimana susu disekresi oleh suatu proses ekstrusi dari sel) kemulut bayi merupakan proses yang

37 27 aktif di dalam payudara. Proses ini tergantung pada let-down reflex atau reflex ejeks susu. Let-down reflex secara primer merupakan respon terhadap isapan bayi. Isapan menstimulasi kelenjar hipofisis posterior untuk menyekresi oksitosin. Di bawah pengaruh oksitosin, sel-sel di sekitar alveoli berkontraksi, mengeluarkan susu melalui system duktus ke dalam mulut bayi. 4) Kolostrum Kolostrum kuning kental secara unik sesuai untuk kebutuhan bayi baru lahir, kolostrum mengandung antibodi vital dan nutrisi padat dalam volume kecil, sesuai sekali untuk makanan awal bayi. Menyusui dini yang efisien berkorelasi dengan penurunan kadar bilirubin darah. Kadar protein yang tinggi di dalam kolostrum mempermudah ikatan bilirubin dan kerja laksatif kolostrum untuk mempermudah perjalanan mekonium. Kolostrum secara bertahap berubah menjadi ASI antara hari ketiga dan kelima masa nifas. 5) ASI Pada awal setiap pemberian makan, susu pendahulu mengandung lebih sedikit lemak dan mengalir lebih cepat daripada susu yang keluar pada bagian akhir menyusui. Menjelang akhir pemberian makan, susu sisa ini lebih putih dan mengandung lebih banyak lemak. Kandungan lemak yang lebih tinggi pada akhir pemberian makan memberikan bayi rasa puas.

38 28 Pemberian makan yang cukup lama, untuk setidaknya membuat satu payudara menjadi lebih lunak, memberi cukup kalori yang dibutuhkan untuk meningkatkan jarak antar menyusui, dan mengurangi pembentukkan gas dan kerewelan bayi karena kandungan lemak yang lebih tinggi ini akan dicerna lebih lama (Bobak, 2005). Dalam proses laktasi, pada bayi terjadi 3 macam refleks, yaitu : (1) Rooting reflex, yaitu refleks mencari putting. Bila pipi bayi disentuh, ia akan menoleh ke arah sentuhan. Bila bibir bayi disentuh ia akan membuka mulut dan berusaha untuk mencari puting untuk menyusu. Lidah keluar dan melengkung menangkap puting dan areola. (2) Sucking reflex, yaitu refleks menghisap. Refleks terjadi karena rangsangan puting pada pallatum durum bayi bila aerola masuk ke dalam mulut bayi. Areola dan puting tertekan gusi, lidah dan langit-langit, sehingga menekan sinus laktiferus yang berada di bawah areola. Selanjutnya terjadi gerakan peristaltik yang mengalirkan ASI keluar atau ke mulut bayi. (3) Swallowing reflex, yaitu reflex menelan ASI dalam mulut bayi menyebabkan gerakan otot menelan. Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai menghisap payudara, maka produksi ASI bertambah secara cepat.

39 29 d. Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI menurut Lawrence (2004) antara lain : 1) Faktor bayi Kurangnya usia gestasi bayi pada saat bayi dilahirkan akan mempengaruhi refleks hisap bayi. Kondisi kesehatan bayi seperti kurangnya kemampuan bayi untuk bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat struktur mulut dan rahang yang kurang baik, bibir sumbing, metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI, juga mempengaruhi produksi ASI, selain itu semakin sering bayi menyusui dapat memperlancar produksi ASI. 2) Faktor ibu a) Faktor fisik Faktor fisik ibu yang mempengaruhi produksi ASI adalah adanya kelainan endokrin ibu, dan jaringan payudara hipoplastik. Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI adalah usia ibu, ibu ibu yang usianya lebih muda atau kurang dari 35 tahun lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu-ibu yang usianya lebih tua. Produksi ASI juga dipengaruhi oleh nutrisi ibu dan asupan cairan ibu. Ibu yang menyusui membutuhkan kalori tambahan selama masa menyusui.

40 30 b) Faktor psikologis Ibu yang berada dalam keadaan stress, kacau, marah dan sedih, kurangnya dukungan dan perhatian keluarga serta pasangan kepada ibu dapat mempengaruhi kurangnya produksi ASI. Selain itu ibu juga khawatir bahwa ASInya tidak mencukupi untuk kebutuhan bayinya serta adanya perubahan maternal attainment, terutama pada ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai bayi atau primipara. c) Faktor sosial budaya Adanya mitos serta persepsi yang salah mengenai ASI dan media yang memasarkan susu formula, serta kurangnya dukungan masyarakat menjadi hal-hal yang dapat mempengaruhi ibu dalam menyusui. Ibu bekerja serta kesibukan sosial juga mempengaruhi keberlangsungan pemberian ASI. e. Masalah Dalam Menyusui Dalam buku yang ditulis Retna dan Diah (2009) mengemukakan bahwa terdapat beberapa masalah yang dapat menghambat proses menyusui. Permasalahan yang sering terjadi dan cara mengatasinya antara lain : a) Masalah menyusui masa antenatal b) Kurang atau salah informasi

41 31 Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatan pun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh, banyak ibu/petugas kesehatan yang tidak mengetahui bahwa: (1) Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering, sehingga dikatakan bayi menderita diare dan seringkali petugas kesehatan menyuruh menghentikan menyusui. (2) ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan minuman lain, padahal yang lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari. (3) Karena payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang karena ukuran ditentukan oleh banyaknya lemak pada payudara sedangkan kelenjar penghasil ASI sama banyaknya walaupun payudara kecil dan produksi ASI dapat tetap

42 32 mencukupi apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar. c) Putting susu datar atau terbenam Sejak kehamilan trisemester terakhir, ibu yang tidak mempunyai resiko kelahiran premature, dapat diusahakan mengeluarkan putting susu datar atau terbenam dengan : (1) Teknik atau gerakan Hoffman yang dikerjakan 2 x sehari. (2) Dibantu dengan pompa ASI Setelah bayi lahir putting susu datar atau terbenam dapat dikeluarkan dengan cara : (1) Susui bayi secepatnya segera setelah lahir saat bayi aktif dan ingin menyusu. (2) Susui bayi sesering mungkin (misalnya tiap 2-3 jam), ini akan menghindarkan payudara terisi terlalu penuh dan memudahkan bayi untuk menyusu. (3) Massage payudara dan mengeluarkan ASI secara manual sebelum menyusui dapat membantu bila terdapat bendungan payudara dan putting susu tertarik kedalam. f. Masalah menyusui pada masa nifas dini 1) Puting susu nyeri Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila

43 33 pol,lsisi mulut bayi dan puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera hilang. 2) Puting susu lecet Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang kadang mengeluarkan darah. Putting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui salah, tapi dapat pula disebabkan oleh rush (candidates) atau dermatitis. 3) Payudara bengkak Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah banyak, penyebab bengkak : (1) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah (2) Produksi ASI berlebihan (3) Terlambat menyusui (4) Pengeluaran ASI yang jarang (5) Waktu menyusui yang terbatas Perbedaan payudara penuh dengan payudara bengkak adalah : (1) Payudara penuh : rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa ASI keluar, dan tidak ada demam. (2) Payudara bengkak : payudara oedema, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan bila

44 34 diperiksa/ diisap ASI tidak keluar. Badan biasanya demam setelah 24 jam g. Mastitis atau abses payudara Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa ada masa padat, dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/ dikeluarkan atau pengisapan yang tak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/bra. h. Masalah menyusui pada masa nifas lanjut a) Sindrom ASI kurang Sering kenyataannya ASI tidak benar-benar kurang, tandatanda yang mungkin saja ASI benar-benar kurang antara lain: (1) Bayi tidak puas setiap setelah menyusu, sering sekali menyusu, menyusu dengan waktu yang sangat lama. Tapi juga kadang bayi lebih cepat menyusu. Disangka produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusu. (2) Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu

45 35 (3) Payudara tidak membesar selama kehamilan, atau ASI tidak datang, pasca lahir (4) BB bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram perbulan (5) BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali (6) Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam, cairan urin pekat, bau dan warna kuning. (7) Ibu yang bekerja Seringkali alasan pekerjaan membuat seorang ibu berhenti menyusui. Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja seperti mengeluarkan ASI ditempat kerja dan ASI disimpan di lemari pendingin, serta banyak menyusui di malam hari. i. Masalah menyusui pada keadaan khusus 1) Ibu melahirkan dengan bedah sesar Posisi menyusui yang dianjurkan adalah sebagai berikut : a) Ibu dapat dalam posisi berbaring miring dengan bahu dan kepala di topang bantal, sementara bayi disusukan dengan kakinya kearah ibu. b) Apabila ibu sudah dapat duduk bayi dapat ditidurkan di bantal di atas pangkuan ibu dengan posisi kaki bayi mengarah ke belakang ibu di bawah lengan ibu.

46 36 c) Dengan posisi memegang bola (football position) yaitu ibu terlentang dan bayi berada di ketiak ibu dengan kaki ke arah atas dan tangan ibu memegang kepala bayi. d) Ibu sakit Ibu yang menderita hepatitis atau HIV tidak diperkenankan untuk menyusui bayinya karena dapat menularkan kebayinya. 4. Pijat Oksitosin a. Definisi Oksitosin (Oxytocin) adalah salah satu dari dua hormone yang dibentuk oleh sel-sel neuronal nuklei hipotalamik dan disimpan dalam lobus posterior pituitary, hormon lainnya adalah vasopressin. Ia memiliki kerja mengontraksi uterus dan menginjeksi ASI (Suherni, Hesty & Anita, 2009). ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Selama kehamilan, perubahan pada hormon berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Segera setelah melahirkan, bahkan mulai pada usia kehamilan 6 bulan akan erjadi perubahan pada hormon yang menyebabkan payudara mulai memproduksi ASI. Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks pada ibu yang akan menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dan jumlah yang tepat pula (Bobak, 2005). Dua reflex tersebut adalah :

47 37 1) Refleks Prolaktin Refleks pembentukan atau produksi ASI. Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam aliran darah. Prolaktin memacu sel kelenjar untuk sekresi ASI. Makin sering bayi menghisap makin banyakprolaktin dilepas oleh hipofise, makin banyak pula ASI yang diproduksi oleh sel kelanjar, sehingga makin sering isapan bayi, makin banyak produksi ASI,sebaliknya berkurang isapan bayi menyebabkan produksi ASI kurang. Mekanisme ini disebut mekanisme supply and demand. Efek lain dari prolaktin yang juga penting adalah menekan fungsi indung telur (ovarium). Efek penekanan ini pada ibu yang menyusui secara eksklusif adalah memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid. Dengan kata lain, memberikan ASI eksklusif pada bayi dapat menunda kehamilan. 2) Refleks oksitosin Reflek pengaliran atau pelepasan ASI (let down reflex) setelah diproduksi oleh sumber pembuat susu, ASI akan dikeluarkan dari sumber pembuat susu dan dialirkan ke saluran susu. Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot halus di sekitar kelenjar payudara mengerut sehingga memeras ASI untuk keluar. Penyebab otot-otot itu mengerut adalah suatu hormon

48 38 yang dinamakan oksitosin. Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf memacu hipofise posterior untuk melepas hormon oksitosin dalam darah. Oksitosin memacu sel-sel myoepithel yang mengelilingi alveoli dan duktus untuk berkontraksi, sehingga mengalirkan ASI dari alveoli ke duktus menuju sinus dan puting. Dengan demikian sering menyusui penting untuk pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement (payudara bengkak), tetapi justru memperlancar pengaliran ASI. Gambar 2.1 Reflek Oksitosin (Bobak, 2005) Selain itu oksitosin berperan juga memacu kontraksi otot rahim, sehingga mempercepat keluarnya plasenta dan mengurangi perdarahan setelah persalinan. Hal penting adalah bahwa bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup bila hanya mengandalkan refleks pembentukan ASI atau reflex prolaktin saja. Ia harus dibantu refleks oksitosin. Bila refleks ini tidak bekerja maka bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup. Refleks oksitosin lebih rumit

49 39 dibanding refleks prolaktin. Pikiran, perasaan dan sensasi seorang ibu akan sangat mempengaruhi refleks ini. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan juga menghambat pengeluaran oksitosin. Hormon ini akan menyebabkan sel-sel otot yang mengelilingi saluran pembuat susu mengerut atau berkontraksi sehingga ASI terdorong keluar dari saluran produksi ASI dan mengalir siap untuk dihisap oleh bayi. Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Biancuzzo, 2003; Indiyani, 2006; Yohmi & Roesli, 2009). Gambar 2.2 Pijat Oksitosin (Suherni, Hesty & Anita,2009) Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau let down reflex. Selain untuk merangsang let

50 40 down reflex manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007). Persiapan ibu sebelum dilakukan pijat oksitosin : 1) Bangkitkan rasa percaya diri ibu (menjaga privacy) 2) Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya Alat alat yang digunakan : 1) 2 buah handuk besar bersih 2) Air hangat dan air dingin dalam baskom 3) 2 buah Waslap atau sapu tangan dari handuk 4) Minyak kelapa atau baby oil pada tempatnya Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut (Depkes RI, 2007) : 1) Melepaskan baju ibu bagian atas 2) Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal atau bisa juga dengan posisi duduk 3) Memasang handuk 4) Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil 5) Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan

51 41 6) menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan 7) Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakangerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya 8) Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah bawah, dari leher ke arah tulang belikat, selama 2-3 menit 9) Mengulangi pemijatan hingga 3 kali 10) Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara bergantian.

52 42 B. Kerangka Teori Post partum Perubahan fisiologi pada payudara Faktor yang mempengaruhi produksi ASI - Faktor bayi - Faktor Ibu : a. Fisik b. Psikologis c. Sosial Budaya Masalah dalam menyusui : - ASI belum dapat keluar Ketidakefektifan pemberian ASI Pijat oksitosin ASI lancar Gambar. 2.3 Kerangka Teori

53 BAB III METODE APLIKASI RISET A. Subjek Aplikasi Jurnal Subyek dari aplikasi jurnal ini adalah ibu post partum, usia 40 tahun dengan riwayat obstretikus P 4 A 0 di ruang Nifas RSUD Soediran Mangun Sumarso Wonogiri B. Tempat dan waktu Aplikasi riset keperawatan maternitas dilakukan di ruang Nifas RSUD Wonogiri, pada tanggal 7-9 Januari C. Media dan Alat Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang digunakan adalah : 1. Lembar observasi dan pre test yang digunakan pada ibu post partum untuk mengetahui tingkat kelancaran ASI 2. buah handuk besar bersih 3. Air hangat dan air dingin dalam baskom 4. 2 buah Waslap atau sapu tangan dari handuk 5. Minyak kelapa atau baby oil pada tempatnya 6. Kursi 7. Meja 8. Bra khusus menyusui 43

54 44 D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset 1. Persiapan perawat a. Menyiapkan alat dan mendekatkannya ke pasien b. Membaca status pasien c. Mencuci tangan 2. Persiapan Lingkungan a. Menutup ordien atau pintu b. Pastikan privacy pasien terjaga 3. Bantu ibu secara psikologis a. Bangkitkan rasa percaya diri b. Cobalah membantu mengurangi rasa sakit dan rasa takut c. Bantu pasien agak mempunyai pikiran dan perasaan baik entang bayinya 4. Pelaksanaan a. Melepaskan baju ibu bagian atas b. Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal atau bisa juga dengan posisi duduk c. Memasang handuk d. Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil e. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan b. menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan

55 45 c. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya d. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah bawah, dari leher kearah tulang belikat, selama 2-3 menit e. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali f. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin 5. Evaluasi a. Menanyakan kepada ibu tentang seberapa ibu paham dan mengerti tehnik refleksi oksitosin (perawatan payudara) b. Evaluasi perasaan ibu c. Simpulkan hasil kegiatan d. Lakuakn kontrak kegiatan selanjutnya e. Akhiri kegiatan f. Cuci tangan 6. Dokumentasi Catat hasil tindakan di catatan perawat (tanggal, jam, paraf, nama terang, kegiatan, hasil pengamatan)

56 46 E. Alat Ukur Evaluasi dari Aplikasi Tindakan Berdasarkan Riset Menurut Astutik (2015), penilaian peningkatan produksi ASI pada tanggal januari 2016 dapat diukur dengan 2 cara, yaitu : 1. Tiap menyusu, bayi menyusu dengan kuat tetapi kemudian melemah dan teridur pulas minimal 8 12 kali dalam 24 jam 2. Payudara akan terasa lunak setelah menyusui dibanding sebelumnya 3. Bayi akan BAB dan BAK dengan normal Popok bayi merupakan salah satu indikator apakah bayi mendapat cukup ASI atau tidak, yaiu dengan cara melihat seberapa sering dia BAB dan BAK, dikatakan normal apabila : 1. Bayi BAK paling tidak 6 8 kali sehari atau lebih (setiap kali habis menyusu) dan warna urin kekuningan. 2. Bayi akan BAB paling tidak 2 5 kali sehari (bayi berusia kurang dari 6 minggu). Dengan bertambahnya usia bayi (lebih dari 6 minggu) frekuensi BAB nya semakin jarang. 3. Bayi mempunyai BB dan TB yang ideal. a. Selama minggu pertama kehidupan, bayi akan kehilangan 10% dari berat waktu lahir (yaitu gram pada bayi yang lahir cukup bulan). b. Pada akhir minggu kedua, BB bayi harus kembali ke BB sewaktu lahir. Jika asupan ASI cukup, bayi akan mengalami kenaikan BB 20 gram sehari selama 3 bulan pertama. Oleh karena itu bayi sebaiknya ditimbang 1 2 minggu sekali.

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian 1. Air Susu Ibu (ASI) Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang dikeluarkan

Lebih terperinci

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Niken Andalasari Periode Post Partum Periode post partum adalah masa enam minggu sejak bayi baru lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas mengenai aplikasi pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S di Ruang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Nifas Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan parous yang artinyamelahirkan atau berari masa setelah melahirkan. Masa nifas

Lebih terperinci

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS DI SUSUN OLEH: KELOMPOK : 10 1. REVIA MONALIKA 2. RIA PRANSISKA 3. RENI 4. RIKA DOSEN PEMBIMBING : VERA YUANITA, SST SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ reproduksi

Lebih terperinci

Referat Fisiologi Nifas

Referat Fisiologi Nifas Referat Fisiologi Nifas A P R I A D I Definisi Masa Nifas ialah masa 2 jam setelah plasenta lahir (akhir kala IV) sampai 42 hari/ 6 bulan setelah itu. Masa Nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan atau kognitif

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN 43 BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas mengenai pengaruh pijat punggung atau pijat oksitosin menggunakan minyak esensial lavender terhadap produksi ASI pasca

Lebih terperinci

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Perawatan Masa Nifas Hari Tanggal : Waktu : Sasaran : Ibu nifas Tempat : I. Latar belakang Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

Lebih terperinci

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA PERTEMUAN II * Persalinan - Tanda - tanda persalinan - Tanda bahaya pada persalinan - Proses persalinan - Inisiasi Menyusui Dini (IMD) * Perawatan Nifas - Apa saja

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2016 Husnul Muthoharoh* *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan suatu indikator penting untuk menggambarkan kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu parameter utama kesehatan anak.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Air Susu Ibu Air susu ibu (ASI) adalah makanan pertama alami untuk bayi yang memberikan energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi pada

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Definisi ASI Menurut WHO (2005) dalam Kementerian Kesehatan (2014), ASI eksklusif berarti pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lain (bahkan

Lebih terperinci

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH Jadwal kunjungan di rumah Manajemen ibu post partum Post partum group Jadwal Kunjungan Rumah Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas, dilakukan untuk menilai keadaan

Lebih terperinci

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF ASI EKSKLUSIF A. PENGERTIAN Menurut WHO, ASI Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan pada enam bulan pertama bayi baru lahir tanpa adanya makanan pendamping lain. ( www.tabloid- nakita.com, 2005 )

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ASI 2.1.1.1 Definisi ASI Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) menyediakan nutrisi lengkap bagi bayi. ASI mengandung protein, mineral, air, lemak, serta laktosa. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan suatu keadaan yang alamiah. Dimulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas yang secara berurutan berlangsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Involusi uterus adalah suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. bagus guna meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit. ASI adalah

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. bagus guna meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit. ASI adalah BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian 1. Air Susu Ibu (ASI) Air Susu Ibu (ASI) merupakan salah satu sumber makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir karena memiliki begitu banyak zat penting yang

Lebih terperinci

MANFAAT ASI BAGI BAYI

MANFAAT ASI BAGI BAYI HO4.2 MANFAAT ASI BAGI BAYI ASI: Menyelamatkan kehidupan bayi. Makanan terlengkap untuk bayi, terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA A. å B. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA Jln. Ringroad Barat Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta 59242 Telp. (0274)4342000, Fax. (0274)434542 Email : info@stikesayaniyk.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih rendah. Pada tahun 2006, WHO mengeluarkan Standar Pertumbuhan Anak yang kemudian diterapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu untuk mencapai tujuan. Perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Untuk Menyusui Tinjauan tentang menyusui meliputi definisi menyusui, manfaat menyusui, karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. 2.1.1 Definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI 1. Definisi ASI Air susu ibu (ASI) adalah suatu lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu (Ambarwati.,

Lebih terperinci

LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diani Nurcahyaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2015

LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diani Nurcahyaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2015 LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diani Nurcahyaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2015 SATUAN ACARA PENYULUHAN MASA NIFAS Disusun oleh : DIANI NURCAHYANINGSIH 1211030043 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi. Kandungan gizi yang tinggi dan adanya zat kebal didalamnya membuat ASI tidak tergantikan oleh susu formula yang paling

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS I. PENGUMPULAN DATA A. Identitas Nama Ibu : Marni Umur : 26 Tahun Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Alamat : Jl. Tebing

Lebih terperinci

LEMBAR PENDELEGASIAN

LEMBAR PENDELEGASIAN LEMBAR PENDELEGASIAN Nama Klien Ruang : Ny. Sutini : Bougenville Diagnosa Tgl/Jam Keperawatan 9-1-07 Gangguan rasa nyaman b/d adanya trauma pembedahan Intervensi Implementasi TTD - Tentukan lokasi - Anjurkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Masa nifas, perubahan fisiologis dan psikologis masa nifas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Masa nifas, perubahan fisiologis dan psikologis masa nifas 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masa nifas, perubahan fisiologis dan psikologis masa nifas 2.1.1 Masa Nifas Masa nifas dimulai sejak bayi dilahirkan dan setelah plasenta keluar dari rahim, kemudian berakhir

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG Rifatul Bafiroh Farida Arintasari *) *) Akademi Kebidanan Abdi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. A. Tujuan Umum Agar klien dapat mengetahui dan mengerti tentang tanda-tanda bahaya kehamilan.

SATUAN ACARA PENYULUHAN. A. Tujuan Umum Agar klien dapat mengetahui dan mengerti tentang tanda-tanda bahaya kehamilan. Lampiran 2 SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Asuhan Pelayanan Kebidanan Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Kehamilan Waktu : 16.00 WIB Sasaran : Ny.M Tanggal : 15 Agustus 2015 Tempat : Klinik Sumiariani A.

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM PENELITIAN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM Helmi Yenie* dan Mugiati* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah-masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting susu lecet, payudara

Lebih terperinci

1

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Post Partum merupakan keadaan dimana dimulainya setelah plasenta lahir dan berakhir ketika organ kandungan kembali seperti keadaan semula dan sebelum hamil yang

Lebih terperinci

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI 1 AIR SUSU IBU A. PENDAHULUAN Dalam rangka pekan ASI (Air Susu Ibu) yang jatuh pada minggu I bulan Agustus Tahun 2012 ini, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur berupaya untuk memberikan informasi yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode post partum merupakan masa lahirnya plasenta, selaput janin, dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita yang hamil akan

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG IBU MENYUSUI. RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

GIZI SEIMBANG IBU MENYUSUI. RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes GIZI SEIMBANG IBU MENYUSUI RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes Menyusui adalah : Memberikan makanan dan minuman kepada bayi pada awal masa kehidupannya Di Indonesia kurang populer??? Ibu yang memberi ASI ekslusif

Lebih terperinci

Mata Kuliah Askeb III (Nifas)

Mata Kuliah Askeb III (Nifas) No Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok/Sub Pokok Bahasan Waktu Sumber T P K Pada akhir perkuliahan mahasiswa dapat : Menjelaskan konsep dasar masa nifas. Pengertian masa nifas. tujuan masa nifas. peran dan

Lebih terperinci

1.1 Konsep Dasar Nifas Masa nifas (puerperium) merupakan masa 2 jam setelah persalinan sampai 42 hari paska partum (6 minggu) (Manuaba, 2007).

1.1 Konsep Dasar Nifas Masa nifas (puerperium) merupakan masa 2 jam setelah persalinan sampai 42 hari paska partum (6 minggu) (Manuaba, 2007). 1.1 Konsep Dasar Nifas Masa nifas (puerperium) merupakan masa 2 jam setelah persalinan sampai 42 hari paska partum (6 minggu) (Manuaba, 2007). Menurut Bobak (2005) periode post partum merupakan jangka

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian seksio sesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan 19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif diberikan sampai 6 bulan pertama kehidupan. Manfaat dari pemberian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa pascapartum (nifas) merupakan suatu masa antara melahirkan sampai organorgan reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini dimulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI 1. Defenisi ASI ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu, yang berguna bagi makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak hanya memberikan kesempatan pada bayi untuk

Lebih terperinci

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS 1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kirakira 6 minggu. Anjurkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post partum episiotomi di ruang B3 Gynekologi RS. Kariadi Semarang. Dari tanggal 7 Mei 2008 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian ibu yang cukup tinggi. Angka kematian ibu di Indonesia mencapai 248 kematian per 100.000 kelahiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa disebut masa puerperineum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Definisi Nifas Nifas disebut juga post partum atau puerpurium adalah masa atau waktu sejak bayi lahir dan plasenta keluar sampai enam minggu disertai dengan pulihnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu (Ambarwati.,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu (Ambarwati., BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI 1. Defenisi ASI Air susu ibu (ASI) adalah suatu lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu (Ambarwati.,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Definisi Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi menyusu dini (early initiation/ the best crawl) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri

Lebih terperinci

NIFAS NORMAL MASA NIFAS 11/15/2010. Tujuan asuhan masa nifas

NIFAS NORMAL MASA NIFAS 11/15/2010. Tujuan asuhan masa nifas MASA NIFAS NIFAS NORMAL Defenisi dan Tujuan Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama. masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998).

BAB I KONSEP DASAR. persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama. masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998). BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi janin yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir (Mochtar, 1998: 91). Masa nifas atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin (Suherni, 2009).

BAB II LANDASAN TEORI. meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin (Suherni, 2009). digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pijat Oksitosin a. Pengertian Pijat oksitosin adalah tindakan yang dilakukan pada ibu menyusui yang berupa back massage pada punggung ibu

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS MASALAH MASA NIFAS Disusun Oleh : MUHAMMAD JAMAL MISHBAH NIM : 6143027 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS 2015/2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusui Dini 1. Pengertian Inisiasi menyusui dini (early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Cara bayi melakukan

Lebih terperinci

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: a. Menentukan diagnosa kehamilan dan kunjungan ulang. b. Memonitori secara akurat dan cermat tentang kemajuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA IBU POST PARTUM. Mimatun Nasihah* Dina Mahaijiran** ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA IBU POST PARTUM. Mimatun Nasihah* Dina Mahaijiran** ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA IBU POST PARTUM Mimatun Nasihah* Dina Mahaijiran** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Kontrasepsi adalah cara untuk menghindari/mencegah terjadinya kehamilan akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu 1. Pengertian ASI ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garamgaram organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menyusui merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi ibu (Yuliarti, 2010). Laktasi mencakup dua periode penting yaitu periode memproduksi ASI dan mengeluarkan ASI (PERINASIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Nifas Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak et al, 2005: 492). Masa

Lebih terperinci

FIFIN HERDIANA HESTIYOWATI NIM. P.13024

FIFIN HERDIANA HESTIYOWATI NIM. P.13024 PEMBERIAN KOMPRES PANAS TERHADAP INTENSITAS NYERI PEMBENGKAKAN PAYUDARA PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. L DENGAN POST PARTUM DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DISUSUN OLEH : FIFIN HERDIANA HESTIYOWATI NIM. P.13024

Lebih terperinci

PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS

PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI Involusi uterus 1. Proses involusi uterus karena adanya retraksi dan kontraksi pd otot uterus setelah plasenta lahir, masing-masing sel mjd kecil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Untuk hidup dan meingkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin dan Mineral) dalam jumlah yang cukup,

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut laporan WHO (2014) angka kematian ibu di Indonesia menduduki

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut laporan WHO (2014) angka kematian ibu di Indonesia menduduki BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia seutuhnya serta pembangunan seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa cairan atau makanan lain,

Lebih terperinci

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV )

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV ) PERSALINAN NORMAL ( KALA IV ) Pengertian Bagian kebidanan dan kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo masih mengenal kala IV, yaitu satu jam setelah placenta

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Air Susu Ibu (ASI) Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengalami puerperium disebut puerperal. Periode pemulihan pascapartum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengalami puerperium disebut puerperal. Periode pemulihan pascapartum BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Post Partum Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok BAB V PEMBAHASAN A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa rerata tinggi fundus uteri awal pada kelompok eksperimen sebesar 14,47

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindunginya dalam melawan serangan penyakit. Keseimbangan zat zat gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindunginya dalam melawan serangan penyakit. Keseimbangan zat zat gizi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Pengertian ASI ASI adalah makanan alami pertama untuk bayi dan menyediakan semua vitamin, nutrisi dan mineral yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Sekitar 25 50% bayi baru lahir menderita ikterus pada minggu

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN ASUHAN INTRANATAL ASUHAN INTRANATAL Standar pelayanan kebidanan Persiapan bidan Persiapan rumah dan lingkungan Persiapan alat/bidan kit Persiapan ibu dan keluarga Manajemen ibu intranatal STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil), dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian, yaitu : anatomi payudara, ASI, laktasi dan keefektifan proses menyusui.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian, yaitu : anatomi payudara, ASI, laktasi dan keefektifan proses menyusui. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep-konsep yang terkait dengan penelitian ini dikelompokan menjadi 4 bagian, yaitu : anatomi payudara, ASI, laktasi dan keefektifan proses menyusui. 1. Anatomi Payudara Payudara

Lebih terperinci

PERSALINAN KALA I. 1. kala 1 persalinan

PERSALINAN KALA I. 1. kala 1 persalinan PERSALINAN KALA I Persalinan normal yaitu proses pengeluaran buah kehamilan cukup bulan yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban, dengan presentasi kepala (posisi belakang kepala),

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF Pokok Bahasan : Keperawatan Maternitas Sub Pokok Bahasan : ASI Eksklusif Tempat : Puskesmas Turen Sasaran : Masyarakat yang berobat di Puskesmas Turen Tanggal : Waktu

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE- DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN Andri Tri Kusumaningrum Program Studi D Kebidanan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Ibu post

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukiyah (2011) dalam Prawirohardjo (2002) masa nifas. pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukiyah (2011) dalam Prawirohardjo (2002) masa nifas. pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kunjungan Nifas Pada Ibu Nifas (Post Partum) 1. Pengertian Masa Nifas (Puerperium) Menurut Rukiyah (2011) dalam Prawirohardjo (2002) masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. NIFAS 1. Definisi Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal, masa nifas berlangsung selama 6 minggu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Senam nifas a. Pengertian nifas Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Marmi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan di bahas yang pertama mengenai ASI Eksklusif, air susu ibu yang meliputi pengertian ASI, komposisi asi dan manfaat asi. Kedua mengenai persepsi yang meliputi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 06.45

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG Nur Sholichah ABSTRAK Perawatan payudara adalah suatu tindakan

Lebih terperinci