BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan erat dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Trianto, 2007:99). Carin dan Sund dalam Puskur (2007:3), mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. 2. Hakikat IPA Hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu 1) sikap : rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended; 2) proses; prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; 3) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; 4) aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Unsur-unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

2 digilib.uns.ac.id Karakteristik Pembelajaran IPA Trianto (2007:103) mengemukakan bahwa pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam ser melalui proses mencari tahu dan berbuat, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya : (1) memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (2) menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis), (3) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah. 4. Pembelajaran Terpadu Implementasi pembelajaran IPA terpadu ada dua macam,yaitu:(1) pembelajaran IPA terpadu intra disiplin ilmu, dan (2) pembelajaran IPA terpadu antar disipin ilmu. Pembelajaran IPA terpadu dikatakan intra disiplin ilmu jika hal yang dipadukan adalah materi-materi (pokok bahasan, konsep, keterampilan, atau nilai-nilai) dalam satu disiplin ilmu, misalnya biologi. Sementara itu, IPA terpadu yang memadukan konsep atau pokok bahasan disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu lainnya dikatakan pembelajaran IPA

3 digilib.uns.ac.id 13 terpadu antardisiplin ilmu. Pembelajaran IPA terpadu jenis ini juga dapat terjadi antara fisika dan kimia, atau biologi dan kimia, serta ilmu bumi dan kimia. Fogarty (1991) mengemukakan bahwa terdapat 10 model pembelajaran terpadu. Namun dengan mempertimbangkan berbagai teknis penerapannya, studi IPA memilih tiga model pembelajaran IPA terpadu untuk diterpakan, yaitu: (a) model keterhubungan (connected), (b) model jaring-jaring laba-laba (webbed), dan (c) model keterpaduan (integrated). Tabel 2.1. menjelaskan deskripsi karakteristik kelebihan, dan keterbatasan model integrated, connected dan webbed, yaitu: Tabel 2.1. Deskripsi karakteristik kelebihan, dan keterbatasan model integrated, connected dan webbed. Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan Keterpaduan Membelajarkan Pemahaman KD-KD yang (integrated) konsep pada terjadap konsep konsepnya beberapa KD lebih utuh (holistic) beririsan tidak yang beririsan Lebih efisien selalu dalam atau tumpang Sangat kontekstual semester atau tindih kelas yang sama Hanya konsep Menurut wawasan yang beririsan dan penguasaan yang materi yang luas dibelajarkan Sarana-prasarana, misalnya buku belum mendukung.

4 digilib.uns.ac.id 14 Lanjutan tabel 2.1. Jaring laba- Membelajarkan Pemahaman laba beberapa KD terhadap konsep (Webbed) yang berkaitan utuh melalui sebuah Kontekstual KD-KD yang Tema tema Dapat dipilih tematema menarik yang konsepnya berkaitan tidak dekat dengan selalu dalam kehidupan semester atau kelas yang sama Tidak mudah menemukan tema pengait yang tepat keterhubungan membelajarkan Melihat Kaitan antara (connected) sebuah KD, permasalahan tidak bidang kajian konsep-konsep hanya dari satu sudah tampak pada KD bidang kajian tetapi masih tersebut Pembelajaran dapat didominasi oleh dipertautkan mengikuti KD-KD bidang kajian dengan konsep dalam SI tertentu. pada KD yang lain 5. Teori Belajar Ada beberapa teori belajar yang dikembangkan oleh aliran psikologi belajar yang mendukung dalam penulisan tesis ini, yaitu teori belajar konstruktivisme, teori belajar Ausubel, teori belajar Bruner, teori belajar Bandura, dan teori belajar Gagne.

5 digilib.uns.ac.id 15 a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara sederhana, konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan manusia merupakan konstruksi (bentukan) dari manusia yang mengetahui sesuatu. Jadi pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja, tetapi harus dibentuk dan dibangun sendiri oleh setiap individu. Pengetahuan bukan merupakan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Keaktifan seseorang amat berperan dalam perkembangan pengetahuan tersebut. Pembentukan pengetahuan terjadi akibat subjek aktif menciptakan struktur-struktur kognitifnya dalam interaksinya dengan lingkungan. Struktur kognitif harus senantiasa diubah dan disesuaikan dengan kondisi dan tuntutan lingkungan. Proses pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme menekankan pada kualitas dari keaktifan siswa dalam menginterpretasikan dan membangun pengetahuannya. Setiap siswa menyusun pengalamannya dengan jalan menciptakan struktur mental dan menerapakan dalam pembelajaran. Suatu proses aktif yang melibatkan siswa untuk berinteraksi dengan lingkungannya dan mentransformasikan ke dalam pikirannya dengan bantuan struktur kognitif yang telah ada dalam pikirannya. Proses belajar menurut konstruktivisme bercirikan: (1) belajar berarti membentuk makna baik yang diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami, (2) terjadi proses terus menerus. setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, (3) belajar bukan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pikiran dengan membuat pengertian yang baru, (4) proses belajar yang sebenarnya

6 digilib.uns.ac.id 16 terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut, (5) hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya, (6) hasil belajar seseorang tergantung pada yang diketahui siswa, antara lain konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi. Modul Pembelajaran berbasis proyek sejalan dengan teori konstruktivisme. Melalui modul pembelajaran berbasis proyek siswa dapat mengemukakan isu-isu atau masalah yang ada di masyarakat atau mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa dengan materi yang akan dibahas, sehingga apa yang diungkapkan siswa merupakan apa yang mereka lihat, rasakan, dengar, alami dan terjadi secara terus menerus. Apabila siswa mengalami keraguan maka akan merangsang pemikiran lebih lanjut. Keadaan tersebut akan mengembangkan pemikiran yang baru yang sesuai dengan lingkungan yang mengelilingi mereka. Teori belajar konstruktivisme dibagi ke dalam dua aliran, yaitu konstruktivisme psikologis personal yang dikemukakan oleh Piaget dan konstruktivisme sosial yang dikemukakan oleh Vygotsky. 1) Konstruktivisme Psikologis Personal (Teori Piaget) Piaget cit. Dahar (2011) menyatakan bahwa ketika anak berusaha membangun pemahaman dunia, otak berkembang membentuk skema (schema). Inilah tindakan atau representasi mental yang mengatur pengetahuan. Skema perilaku merupakan ciri dari masa bayi, dan skema mental berkembang pada masa kanak-kanak.

7 digilib.uns.ac.id 17 Piaget memberikan konsep asimilasi dan akomodasi untuk menjelaskan proses anak-anak menggunakan dan menyesuaikan skema mereka. Asimilasi terjadi ketika anak-anak memasukkan informasi baru ke dalam skema mereka yang sudah ada sebelumnya. Akomodasi terjadi ketika anak-anak menyesuaikan skema mereka agar sesuai dengan informasi dan pengalaman baru mereka. Menurut Piaget proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap, yaitu tahap sensori-motor, tahap pra-operasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasi formal. Tahap-tahap tersebut saling berkaitan dan urutan tahap-tahap tidak dapat ditukar atau dibalik. Akan tetapi, umur terbentuknya tahap tersebut dapat berubah-ubah menurut situasi seseorang. 2) Konstruktivisme Sosial (Teori Vygotsky) Teori Vygotsky sekarang ini disadari sebagai salah satu teori penting dalam psikologi perkembangan. Sumbangan penting dari teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat sosio-kultural dari pembelajaran. Vygotsky menekankan pada pentingnya keterlibatan siswa dalam suatu interaksi sosial untuk membangun bersama makna suatu pengetahuan. Salah satu catatan Vygotsky bahwa penerapan pembelajaran yang sesuai dengan hakikat sosio-kultural adalah peer collaboration. Siswa diharapkan berkolaborasi dan berdiskusi untuk menyelesaikan tugas secara bersama. b. Teori Belajar menurut Jerome Bruner Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Menurut Bruner, belajar meliputi tiga proses kognitif yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji

8 digilib.uns.ac.id 18 relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangannya terhadap belajar yang disebutkan sebagai konseptualisme instrumental itu didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang dibanguannya. Model-model itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, dan kemudian diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu. Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome S. Bruner yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Menurut Bruner cit. Dahar (2011), siswa akan menjadi lebih paham konsep suatu materi apabila dalam proses pembelajaran tersebut siswa mengalami secara langsung dan berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar memperoleh pengalaman baik melalui eksperimen ataupun dengan metode yang lain yang bisa memberikan suatu kebebasan bagi siswa untuk menemukan sendiri konsep dan prinsip suatu materi itu sendiri. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan yaitu: (1) pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari denga cara yang lain, (2) hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik, dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru, (3) secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berpikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. c. Teori Sosial Albert Bandura

9 digilib.uns.ac.id 19 Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta faktor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, faktor sosial mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Albert Bandura merupakan salah satu perancang teori kognitif sosial. Menurut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor personal Bandura tidak punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan. Inti dari pembelajaran sosial ini adalah proses belajar melalui peniruan dan pukulan dari luar, contoh tingkah laku (modeling), sehingga dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak-anak untuk menirukan tingkah laku membaca. d. Teori Gagne Menurut Gagne cit. Sagala (2010), belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus berupa timbulnya stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Perubahan yang terjadi adalah perubahan mengenai

10 digilib.uns.ac.id 20 segala aspek kepribadian yang meliputi perubahan pengetahuan, sikap, kebiasaan, kecakapan, minat, penyesuaian diri terhadap lingkungan sebagainya. Perubahanperubahan tersebut terjadi melalui pengalaman atau latihan-latihan. Gagne mengemukakan bahwa satu tindakan belajar meliputi delapan fase belajar yang merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau guru, dan fase ini dipasangkan dengan satu proses internal yang terjadi dalam pikiran siswa. Kedelapan fase tersebut antara lain: 1) fase motivasi, peserta didik harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan bahwa belajar akan memperoleh hadiah, misalnya kegunaan pokok bahasan atau nilai yang baik; 2) fasepengenalan, peserta didik harus memperhatikan bagian-bagian yang esensial, yang bisa berupa gagasan utama dalam buku teks maupun penekanan yang pendidik katakan; 3) fase perolehan, peserta didik dikatakan telah siap memperoleh pelajaran bila telah memperhatikan informasi yang relevan, karena selanjutnya dapat terjadi asosiasi antara informasi atau pengetahuan lama dengan yang baru; 4) fase retensi, agar informasi yang diperoleh tidak mudah hilang, maka informasi yang baru diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang, untuk mendapatkan hasil kembali peserta didik harus memperhatikan informasi yang telah dipelajari sebelumnya yaitu dengan cara mengelompokkan informasi menjadi kategori-kategori atau konsepkonsep dan memperhatikan kaitan antara konsep-konsep tersebut; 6) fase generalisasi, fase ini fase pengubah informasi. Informasi yang didapat tidak berkurang nilainya bila peserta didik dapat memecahkan masalah-masalah nyata; 7) fase penampilan, peserta didik harus dapat memperlihatkan atau

11 digilib.uns.ac.id 21 mengungkapkan dengan bahasa yang baik bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui suatu hal yang nampak penampilannya; 8) fase umpan balik, peserta didik mendapat kesempatan untuk memperoleh umpan balik dari apa yang telah dipelajari, yang menunjukkan apakah mereka telah mengerti apa yang diajarkan, selain dapat berfungsi sebagai penguatan untuk penampilan yang berhasil. 6. Modul Pembelajaran IPA Terpadu a. Pengertian Modul Modul merupakan bahan belajar yang dapat digunakan oleh siswa untuk belajar secara mandiri dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain. Modul merupakan media atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasanbatasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai standar kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkal kompleksitasnya (Munadi, 2008: 99). Menurut Dick dan Carey dalam Wina (2009: 231) modul diartikan sebagai unit pembelajaran berbentuk cetak yang fungsinya sebagai media belajar mandiri dan isinya berupa satu unit materi pembelajaran. b. Tujuan Penulisan Modul Menurut Subdit Pembelajaran Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (2008), tujuan penulisan modul adalah :1) memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal; 2) mengatasi ketcrbatasan waktu, ruang, dan daya indera peserta didik dan pendidik; 3) meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi peserta didik atau peserta diktat. 4) mengembangkan kemampuan peserta commit didik to user dalam berinteraksi langsung dengan

12 digilib.uns.ac.id 22 lingkungan dan sumber belajar lainnya; 5) memungkinkan peserta didik belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya: 6) memungkinkan peserta didik dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya. c. Penulisan Modul Beberapa hal untuk diperhatikan dalam penulisan modul antara lain sebagai berikut 1) konsistensi dalam penggunaan font, sopasi dan tata letak (lay out); 2) bentuk dan ukuran huruf meliputi bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca, perbandingan huruf yang proporsional dan dihindari penggunaan huruf capital untuk seluruh teks; 3) format yang meliputi format kolom tungga; atau multi, format kertas vertikal atau horizontal dan ikon yang mudah dipahami; 4) pengorganisasian yang meliputi tampilan peta / bagan : urutan dan susunan yang sistematis : penempatan naskah, penempatan gambar dan ilustrasi yang menarik : antar bab, antar unit dan antar paragraph dengan susunan dan alur yang mudah dipahami; judul, sub judul dan uraian yang mudah diikuti; 5) daya tarik yang mencakup mengkombinasikan warna, gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi; menempatkan rangsangan-rangsangan berupa gambar / ilustrasi : pencetakan hruf tebal, miring, gairs bawah atau warna : tugas dan latihan yang dikemas sedimikan rupa; 6) ruang (spasi kosong). Penggunaan spasi atau ruang kosong tanpa naskah atau gambar untuk menambah kontras penampilan modul. d. Kerangka Modul Hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan modul adalah kerangka modul. Depdiknas (2008) meyebutkan bahwa modul berisi: 1) petunjuk belajar(petunjuk siswa/guru), 2) kompetensi yang akan dicapai, 3) isi materi, 4)

13 digilib.uns.ac.id 23 informasi pendukung, 5) latihan-latihan, 6) petunjuk kerja atau lembar kerja, 7) evaluasi, 8) balikan terhadap evaluasi. Penyusunan modul mengikuti prosedur sebagai berikut; Menurut Direktorat Jenderal Pndidikan Dasar Menengah (2008), menulis bahan ajar khsusnya modul terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui, yaitu: 1) Tahap persiapan Tahap persiapan meliputi pengkajian kurikulum, standar kompctensi yang meliputi Kompetensi dasar, Indikator materi kegiatan belajar dan penilaian. Tahap persiapan dapat dilihat pada Gambar 2.1. Kurikulum Standar Kompetensi Perumusan judul modul - Kompetensi dasar - Indikator - Materi - Kegiatan pembalajaran Rambu rambu pemilihan judul Pemilihan judul modul Perumusan unit modul Gambar 2.1. Diagram Tahap Persiapan Pembuatan Modul 2) Tahap Penyusunan Tahap penyusunan modul dimulai dengan penentuan judul modul dengan cara mengidentitikasi Kompetensi dasar, aspek materi pcmbelajaran. kegiatan pembelajaran, indikator dan penilaian. Pengkajian referensi yang dibutuhkan dan

14 digilib.uns.ac.id 24 format penulisan modul dilaksanakan, kemudian disusun draft penyusunan modul. Tahap penyusunan modul dapat dilihat pada Gambar 2.2. JUDUL MODUL REFERENSI Identifikasi Kompetensi Dasar Aspek materi Identifikasi Indikator Format penulisan modul Penyusunan Draft Modul Gambar 2.2. Diagram Tahap Penyusunan Modul 7. Kelayakan Modul Untuk menghasilkan modul pembelajaran yang mampu memerankan fungsi dan perannya dalam pembelajaran ang efektif, maka modul sebaiknya berkualitas. Kualitas modul dinilai dari 4 aspek, yaitu aspek-aspek yang didasarkan pada standar penilaian bahan ajar oleh Badan Standar Nasional Pndidikan (2008) antara lain adalah: a) Aspek Kelayakan Isi Kelayakan isi mencakup: 1) Kesesuaian uraian materi dengan SK dan KD 2) Keakuratan materi 3) Kemutakhiran materi

15 digilib.uns.ac.id 25 4) Mendorong keingintahuan b) Aspek Kelayakan Bahasa Kelayakan Bahasa mencakup: 1) Lugas 2) Komunikatif 3) Dialogis dan interaktif 4) Kesesuaian dan perkembangan siswa c) Aspek Kelayakan Penyajian Kelayakan penyajian mencakup: 1) Teknik penyajian 2) Pendukung penyajian 3) Penyajian pembelajaran 4) Koherensi dan keruntutan alur pikir c) Aspek Kelayakan Kegrafikan Kelayakan kegrafikan mencakup: 1) Ukuran modul 2) Desain kulit modul 3) Desain isi modul 8. Berpikir Kritis a. Pengertian Berpikir Kritis Menurut Webster s New Encyclopedic All New 1994 Edition (dalam Amri et.al,2010:62) kritis (critical) adalah menerapkan atau mempraktikkan

16 digilib.uns.ac.id 26 penilaian yang teliti dan obyektif sehingga berpikir kritis dapat diartikan sebagai berpikir yang membutuhkan kecermatan dalam membuat keputusan. Menurut Dewey cit. Fisher (2009: 2) berpikir kritis merupakan berpikir reflektif yaitu pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulankesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya. Berpikir kritis merupakan proses aktif siswa mengenai sebuah pengetahuan yang bisa diterima. Ennis (1995: 396) mendefinisikan berpikir kritis sebagai reasonable, reflective thinking that is focused on deciding what to believe or do. Berpikir kritis dapat diartikan sebagai pemikiran reflektif yang difokuskan pada cara seseorang untuk menentukan yang harus dipercaya atau dilakukannya. Dalam meyakini sebuah pengetahuan tidak serta-merta atau begitu saja tetapi melalui proses, melaui jeda dan berpikir untuk mempertimbangkan kebenaran alasannya. Jadi berpikir kritis merupakan proses berpikir aktif, logis, reflektif, terus-menerus mempertimbangkan segala sesuatu yang harus dipercaya hingga yang harus dilakukan oleh seseorang. b. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Bonnie dan Potts dalam Amri et.al,(2010: 63) kemampuan menyeluruh untuk berpikir kritis, yaitu: menemukan analogi-analogi dan macam hubungan antara potongan-potongan informasi, menentukan kerelevanan dan kevalidan informasi yang dapat digunakan untuk pembentukan dan peyelesaian atau cara-cara lain dalam menyelesaikan masalah.

17 digilib.uns.ac.id 27 Enam elemen dasar dari berpikir kritis menurut Ennis (1995: 4) adalah: 1) Focus: menemukan pikiran utama dalam argumen, pertanyaan maupun masalah. 2) Reasons: mengetahuai kebenaran alasan yang digunakan untuk mendukung kesimpulan atau argumen sebelum menerima kesimpulan atau argumen tersebut. 3) Inference: langkah berpikir dari sebuah alasan menuju kesimpulan. 4) Situation: situasi luas yang mempengaruhi ketika seseorang berpikir pada sesuatu yang harus dipercaya dan diputuskan. Situasi ini meliputi keadaan orang yang terlibat (tujuan, latar belakang, loyalitas, pengetahuan, emosi, prasangka, keanggotaan dalam suatu kelompok, dan kepentingan) dan lingkungan fisik (keluarga, pemerintah, institusi, agama, kelompok, dan tetangga). 5) Clarity: kejelasan dalam menyampaikan informasi secara tertulis maupun lesan. 6) Overview: memeriksa sesuatu yang ditemukan, diputuskan, dipertimbangkan, dipelajari, dan disimpulkan.. Menurut Watson dan Glaser dalam Amri et.al (2010: 65) untuk menilai kemampuan berpikir kritis dilakukan pengukuran melalui tes yang mencakup lima buah indikator, yaitu: 1) mengenal asumsi, 2) melakukan inferensi, 3) melakukan deduksi, 4) melakukan interpretasi, 5) mengevaluasi argumen. Kemampuan critical thinking sebagaimana yang telah dikemukakan, merupakan sebuah kompetensi di luar peta kompetensi yang dikembangkan Bloom dan pencapaiannya tidak melalui level-level kognitif, walaupun tetap memerlukan basis pengetahuan pada bidang keilmuannya, karena tidak mungkin melakukan pengembangan pemikiran kritis tanpa berbasis dasar pengetahuan

18 digilib.uns.ac.id 28 pada bidang mana seseorang mengembangkan kreativitas berpikirnya (Dede Rosyada, 2004 : 171). 9. Modul Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Berpikir Kritis Keterpaduan materi IPA pada modul IPA terpadu berbasis berpikir kritis tema ventilator menggunakam model Keterpaduan (integrated) dapat dilihat pada Gambar 2.3. IPA Seni Budaya VENTILATOR Gambar 2.3. Model Keterpaduan Tipe Integrated Materi IPA Terpadu dengan Tema Ventilator. Modul ini disusun dengan cara menggabungkan disiplin ilmu dengan cara menetapkan prioritas dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa disiplin ilmu.

19 digilib.uns.ac.id Ventilator Ventilator adalah suatu alat sistem bantuan nafas secara mekanik yang di desain untuk menggantikan/menunjang fungsi pernapasan. Alat ini digunakan untuk membantu pasien yang mengalami gagal napas. Pada prinsipnya ventilator adalah suatu alat yang bisa menghembuskan gas (dalam hal ini oksigen) ke dalam paru-paru pasien. Saat menghembuskan gas, ventilator bisa tidak tergantung otot pernapasan (ventilator menggantikan sepenuhnya kerja otot pernapasan), atau ventilator bersifat membantu otot pernapasan sehingga kerja otot pernapasan diperkuat. Ventilator berfungsi untuk membantu pernapasan pasien dengan cara memompakan udara ke paru- paru dan memonitor udara yang dihembusklan lagi. Keadaan pasien yang mungkin dapat dibantu oleh Ventilator yaitu; (1) pasien yang sama sekali tidak menunjukan usaha menarik nafas, dengan bantuan pesawat ini nafas pasien dapat dikontrol sepenuhnya; (2) pasien menarik nafas tapi lemah, pesawat ini dapat membantu misalnya dengan memberikan tekanan udara tertentu pada pasien. (3) pasien yang hanya kadang menarik nafas, pesawat ini dapat membantu memberikan tekanan udara kalau jangka waktu tertentu pasien tidak menarik nafas, pesawat memberikan tekanan udara dengan volume tertentu pada pasien. Beberapa hal pokok yang berhubungan dengan pernapasan dan ventilator yaitu; (1) inspirasi, merupakan gerak aktif otot yang paling banyak pengaruhnya adalah diafragma. Hal lain berpengaruh dalam proses inspirasi ini adalah elastisitas dinding paru- paru dan dinding dada. Pada proses inspirasi, lengkungan

20 digilib.uns.ac.id 30 diafragma bergerak kebawah kearah perut dan menjadi datar, sehingga pada paruparu terjadi penurunan tekanan udara, yang mengakibatkan udara dari luar paruparu tertarik masuk kedalam paru-paru. Pada proses pernapasan biasa lengkungan diafragma bergerak sekitar 1 cm, tapi pada tarikan napas dalam gerakan tersebut bisa mencapai 10 cm. Otot lain pendukung proses inspirasi adalah otot-otot luar dada yang menghubungkan tulang-tulang iga, yang menarik dinding dada keatas dan keluar; (2) humidifier, Salah satu hal penting dalam proses pernapasan dan dalam alat bantu pernapasan adalah kelembaban udara pernapasan. Kelembaban ini penting untuk menjaga agar organ-organ pernapasan baik trakea, bronkus maupun alveolus tetap lembab dan tidak menjadi kering. Proses pelembaban udara pernapasan menjadi lebih penting dengan dinaikannya kadar oksigen pada udara inspirasi. Pernapasan juga dihangatkan sampai mendekati temperatur tubuh, untuk mencegah paru-paru terlalu dingin atau terlalu panas. Proses pelembaban dan penghangatan pada pernapasan normal terjadi di rongga hidung. Seseorang jika memakai ventilator maka rongga hidung dilompati dan udara langsung ke trakea, sehingga pada ventilator perlu adanya humidifier dan penghangat. Ketika udara berada dalam paru-paru maka terjadi keadaan diam dimana katup inspirasi dan ekspirasi tertutup. Paru-paru dalam keadaan ini akan mengembang dan terjadi pertukaran oksigen dengan karbondioksida. 11. Sistem Pernapasan Pada Manusia a. Pengertian Sistem Pernapasan Sistem Pernapasan adalah proses yang menghasilkan energi dari glukosa yang terjadi di dalam sel. Respirasi adalah proses penggunaan oksigen di dalam

21 digilib.uns.ac.id 31 sel untuk menghasilkan energi. Pada akhir proses ini, dihasilkan limbah berupa gas karbondioksida. Gas tersebut akan dibawa darah ke paru-paru. b. Organ-organ Respirasi Manusia Sistem pernapasan terdiri dari bagian-bagian tubuh yang disebut organorgan pernapasan. Organ-organ ini membantu terjadinya proses pernapasan yaitu memasukkan udara ke paru-paru dan mengeluarkannya dari paru-paru. Organ sistem pernapasan ditunjukkan pada Gambar 2.4. Gambar 2.4. Organ Sistem Pernapasan Pada Manusia Sumber : chezchawan.wordpress.com diunduh jumat, 5 September 2014 Pearce (2011: ) mengemukakan organ-organ pernapasan meliputi rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan paru-paru. Udara memasuki tubuh melalui dua lubang hidung yang terbuka. Rambut-rambut di dalam rongga hidung menangkap debu yang terdapat di udara. Lubang hidung berhubungan dengan rongga hidung. Rongga hidung merupakan tempat udara dilembabkan dan dihangatkan. Kelenjar mukus menghasilkan lapisan lendir. Lapisan tersebut menangkap debu dan serbuk halus yang lain. Proses ini membantu menyaring

22 digilib.uns.ac.id 32 udara yang dihirup. Pada dinding rongga hidung juga terdapat struktur seperti rambut kecil yang disebut silia yang menggerakkan mukus dan menangkap bendabenda yang menuju ke belakang kerongkongan. Dari rongga hidung, udara yang hangat dan lembab selanjutnya masuk ke faring. Faring adalah suatu saluran yang menyerupai tabung sebagai persimpangan tempat lewatnya makanan dan udara. Faring terletak di antararongga hidung dan kerongkongan. Pada bagian ujung bawah faring terdapat katup yang disebut epiglotis. Epiglotis merupakan katup yang mengatur agar makanan dari mulut masuk ke kerongkongan, tidak ke tenggorokan. Pada saat menelan, epiglotis menutup laring. Dengan cara ini, makanan atau cairan tidak bisa masuk ke tenggorokan. Antara faring dan tenggorokan terdapat struktur yang disebut laring. Laring merupakan tempat melekatnya pita suara. Pada saat berbicara, pita suara akan mengencang atau mengendor. Suara dihasilkan apabila udara bergerak melewati pita suara dan menyebabkan terjadinya getaran. Pita suara pada laki-laki lebih panjang dibanding pita suara perempuan. Panjang tenggorokan mempunyai panjang sekitar 12 cm. Tenggorokan tersusun dari cincin tulang rawan berbentuk C. Susunan tulang tersebut menjaga supaya dinding tenggorokan tetap terbuka dan tidak saling berlekatan. Pada dinding dalam tenggorokan terdapat lapisan lendir dan silia untuk menangkap debu. Pada ujung bawah tenggorokan terdapat dua percabangan yang disebut bronkus yang membawa udara menuju ke paru-paru. Paru-paru menempati sebagian besar ruangan rongga dada. Di dalam paru-paru bronkus bercabangcabang membentuk saluran yang semakin kecil ukurannya. Saluran yang terkecil

23 digilib.uns.ac.id 33 disebut bronkiolus. Pada setiap bronkiolus terdapat segerombol kantung kecil seperti anggur, berdinding tipis yang disebut alveolus. Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida terjadi di antara alveolus dengan kapiler darah. Oksigen diikat oleh hemoglobin dan diedarkan ke seluruh tubuh. Gas karbondioksida dikembalikan oleh sel-sel tubuh melalui kapiler darah. Karbondioksida meninggalkan tubuh pada saat mengeluarkan napas. Susunan alveolus dalam paru-paru manusia disajikan pada gambar 2.5. Gambar 2.5 Susunan Alveolus dalam Paru-paru Manusia Sumber : imranramli2poeloeh.wordpress.com diunduh jumat, 5 September 2014 c. Pertukaran Oksigen Dan Karbondioksida Menurut Martini (2006: 6) Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida antara udara alveolar dan darah pulmoner terjadi melalui difusi pasif. peristiwa ini mengikuti dua hukum gas, yaitu commit Hukum to user Dalton dan Hukum Henry. Hukum

24 digilib.uns.ac.id 34 Dalton penting untuk memahami peristiwa penurunan tekanan gas melalui proses difusi, sedangkan hukum Henry menjelaskan bahwa kelarutan gas mempengaruhi kecepatan difusinya. Menurut hukum Dalton, setiap gas dalam campuran gas memiliki tekanannya sendiri yang disebut tekanan parsial. Tekanan parsial dilambangkan dengan Px, dengan x adalah rumus molekul gas bersangkutan. Tekanan total campuran gas merupakan penjumlahan tekanan parsial komponen-komponen gasnya. Udara atmosfer mengandung nitrogen, oksigen, uap air, karbon dioksida, dan gas-gas lain dalam jumlah yang sangat kecil. Tekanan parsial gas-gas tersebut menentukan pergerakan oksigen dan karbon dioksida antara atmosfer dan paruparu, antara paru-paru dan darah, dan antara darah dengan sel-sel tubuh. Setiap gas berdifusi melalui membran permeabel dari daerah dengan tekanan parsial lebih tinggi ke daerah dengan tekanan parsial lebih rendah. semakin besar perbedaan tekanan parsial, maka laju difusi gas akan semakin cepat. Dibandingkan dengan udara yang masuk ke paru-paru, udara alveolar memiliki lebih sedikit O 2 dan lebih banyak CO 2. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, pertukaran gas di alveoli meningkatkan komposisi CO 2 dan menurunkan konsentrasi O 2 udara alveolar. Kedua, ketika udara masuk melalui saluran pernapasan, udara tersebut dilembabkan. peningkatan konsentrasi uap air menyebabkan penurunan konsentrasi O 2. Udara yang dikeluarkan dari paru-paru mengandung lebih banyak O 2 dan lebih sedikit CO 2 daripada udara alveolar karena udara yang dikeluarkan sebagian bercampur dengan udara pada dead space yang tidak ikut berpartisipasi dalam pertukaran gas.

25 digilib.uns.ac.id 35 Hukum Henry menyatakan bahwa kuantitas gas yang terlarut pada cairan adalah proporsional terhadap tekanan parsial dan kelarutan gas tersebut. Pada cairan tubuh, kemampuan gas untuk tetap berada di dalam larutan lebih besar ketika tekanan parsial dan kelarutannya di dalam cairan tubuh besar. CO 2 terlarut lebih banyak di dalam plasma darah karena kelarutan CO 2 24 kali lebih besar daripada kelarutan O 2, dan walaupun kuantitas N 2 paling banyak pada udara atmosfer, gas ini tidak memberikan pengaruh yang begitu signifikan terhadap tubuh karena kelarutannya di dalam plasma darah sangat rendah. Laju pertukaran gas sistemik dan pulmoner dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (1) perbedaan tekanan parsial gas-gas; semakin besar perbedaan tekanan parsial gas-gas, maka laju difusi semakin cepat. (2) luas permukaan pertukaran gas; jika luas permukaan pertukaran gas semakin besar, maka laju difusi akan bertambah dan sebaliknya. (3) jarak difusi; laju difusi akan semakin besar jika jarak difusinya semakin kecil. (4) berat molekul dan kelarutan gas; kelarutan gas yang besar akan mempercepat laju difusi, sedangkan besar molekul yang besar memperlambat laju difusi. d. Mekanisme Pernapasan Gerakan pernapasan diatur oleh pusat pernapasan (medulla oblongata) yang terdapat di otak. Sedangkan keinginan bernapas adalah karena adanya rangsangan dari konsentrasi CO 2 dalam darah. Bila menahan napas dalam waktu tertentu, maka dorongan untuk bernapas semakin besar. Ini terjadi karena kadar CO 2 dalam darah semakin meningkat dan akan memacu pusat pernapasan agar organ pernapasan melakukan gerakan bernapas.

26 digilib.uns.ac.id 36 Despopaulus (2000: 80) Mekanisme pernapasan yang dilakukan manusia, ada dua yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Organ yang terlibat pada pernapasan dada adalah tulang rusuk, otot antar rusuk (intercostae), dan paruparu. Tahapan pernapasan dada yaitu : (1) inspirasi, bila otot antar tulang rusuk berkontraksi, maka tulang rusuk terangkat, volume rongga dada akan membesar sehingga tekanan udara di dalamnya menjadi lebih kecil daripada tekanan udara luar, sehingga udara masuk ke paru-paru. (2) ekspirasi : bila otot antar tulang rusuk relaksasi, maka posisi tulang rusuk akan menurun, akibatnya volume rongga dada akan mengecil sehingga tekanan udara membesar, akibatnya udara terdorong ke luar dari paru-paru.. Organ yang terlibat pada pernapasan perut yang terlibat adalah diafragma, otot perut, dan paru-paru. Tahapan pernapasan perut yaitu: (1) inspirasi : bila otot diafragma berkontraksi, maka posisi diafragma akan mendatar, akibatnya volume rongga dada bertambah besar, tekanan mengecil, sehingga udara masuk ke paruparu. (2) ekspirasi, bila otot diafragma relaksasi, maka posisi diafragma naik/melengkung, sehingga rongga dada mengecil, tekanan membesar, akibatnya udara terdorong keluar. Ekspirasi bukan saja akibat otot-otot antar tulang rusuk dan diafragma yang berelaksasi, tetapi juga karena kontraksi otot dinding perut. e. Volume Udara Pernapasan Pearce (2011: 267) Volume udara pernapasan sangat bervariasi, sebab dipengaruhi oleh cara dan kekuatan seseorang melakukan respirasi. Udara pernapasan dalam tubuh dapat digolongkan menjadi 6, yaitu (1) Volume Tidal (VT) : Volume udara yang keluar masuk paru-paru sebagai akibat aktivitas

27 digilib.uns.ac.id 37 pernapasan biasa (500 cc); (2) Volume Komplemen (VK) : Volume udara yang masih dapat dimasukkan secara maksimal ke dalam paru-paru setelah inspirasi biasa (1500 cc); (3) Volume Suplemen (VS) : Volume udara yang masih dapat dihembuskan secara maksimal dari dalam paru-paru setelah melakukan ekspirasi biasa (1500 cc); (4) Volume Residu (VR) : Volume udara yang selalu tersisa di dalam paru-paru setelah melakukan ekspirasi sekuat-kuatnya (1000 cc); (5) Kapasitas Vital (KV) : Volume udara yang dapat dihembuskan sekuat-kuatnya setelah melakukan inspirasi sekuat-kuatnya (KV = VT + VK + VS); (6). Kapasitasi Total (KT) : Volume total udara yang dapat tertampung di dalam paru-paru (KT = KV + VR). f. Frekuensi Pernapasan Pada umumnya setiap menit manusia mampu bernapas antara kali. Cepat atau lambatnya manusia bernapas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain, (1) Umur, umumnya makin bertambah umur seseorang akan makin rendah frekuensi pernapasannya. (2) Jenis kelamin, umumnya laki-laki lebih banyak gerak, sehingga lebih banyak memerlukan energi. (3) Suhu tubuh, makin tinggi suhu tubuh semakin cepat frekuensi pernapasannya. (4) Posisi tubuh, ini berpengaruh terhadap mekanisme inspirasi dan ekspirasi. (5) Kegiatan, karena orang yang giat melakukan kegiatan memerlukan lebih banyak energi dari pada orang yang sedang santai. g. Proses Bernapas Proses bernapas adalah proses pertukaran gas O 2 dengan CO 2 dalam ruangan tertutup yaitu alveolus dalam paru-paru. O 2 akan bergerak menembus

28 digilib.uns.ac.id 38 alveolus paru-paru pada saat inspirasi, kemudian diikat dan diangkut oleh darah menuju ke seluruh jaringan tubuh. oksigen yang masuk ke dalam darah sekitar 97% akan diangkut oleh hemoglobin/eritrosit, sedangkan yang 2-3 % lagi akan larut dan diangkut oleh plasma darah. Oksigen yang terikat dalam Hb dikenal dengan oksihemoglobin (HbO 2 ). Persamaan reaksi oksigen dengan hemoglobin adalah sebagai berikut: Hb + O 2 -> HbO 2 (pengikatan oksigen oleh darah di alveolus paru-paru) HbO 2 > Hb + O 2 (pelepasan oksigen oleh darah, selanjutnya oksigen diambil oleh sel-sel tubuh) Perpindahan oksigen dari atmosfer ke alveolus paru-paru, lalu ke darah, dan selanjutnya ke dalam jaringan tubuh dapat terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial oksigen. Tekanan udara adalah satu atmosfer atau 760 mmhg, sedangkan tekanan parsial oksigennya adalah 150 mmhg. Tekanan parsial oksigen pada kapiler darah adalah 100 mmhg, sedangkan tekanan parsial oksigen dalam jaringan tubuh antara 0 sampai 40 mmhg. Perbedaan tekanan yang memungkinkan oksigen berdifusi dari luar ke darah lalu ke jaringan. Tekanan parsial CO 2 yang tertinggi adalah jaringan tubuh. Berturut-turut semakin rendah pada darah dan di luar tubuh. Dengan cara yang sama CO 2 dapat berpindah secara difusi dari jaringan hingga keluar tubuh. h. Proses pengangkutan CO 2 Proses oksidasi biologi di dalam sel dan jaringan akan menghasilkan zat-zat sisa seperti CO 2 dan H 2 O. Zat-zat ini harus segera dikeluarkan dari dalam tubuh. CO 2 yang dihasilkan oleh jaringan akan keluar dari sel dan masuk ke dalam darah

29 digilib.uns.ac.id 39 untuk beredar bersama darah. Di dalam darah CO 2 akan diangkut ke paru-paru dalam tiga bentuk, yaitu (1) Diangkut dalam bentuk HCO - 3 (bikarbonat) oleh plasma darah (60%-70%). CO 2 bereaksi dengan H 2 O plasma (cairan sel) dari eritrosit dengan bantuan enzim karbonat anhidrase menyebabkan terbentuknya asam karbonat (H 2 CO 3 ). H 2 CO 3 lalu terurai menjadi ion H + dan HCO - 3 (bikarbonat). Ion H + dapat menyebabkan perubahan ph (keasaman), oleh sebab itu segera diikat oleh Hb menjadi HHb (asam hemoglobin). Ion HCO - 3 meninggalkan eritrosit masuk ke plasma darah. Kedudukan ion HCO - 3 di dalam eritrosit diganti oleh ion klor (Cl). Di dalam paru-paru reaksi yang berkebalikan terjadi. HCO - 3 yang telarut dalam plasma darah akan bergabung kembali dengan H + yang semula diikat Hb membentuk H 2 CO 3 kembali, juga dengan bantuan karbonat anhidrase. H 2 CO 3 lalu terurai kembali menjadi CO 2 dan H 2 O, kemudian akan dikeluarkan dari dalam paru-paru. Sementara itu Hb yang telah melepaskan H + akan mengikat kembali O 2 di alveolus. (2) CO 2 diikat oleh Hb membentuk karbominohemoglobin (25%) dengan persamaan reaksi CO 2 + Hb > HbCO 2. (3) CO 2 diangkut oleh plasma darah dalam bentuk senyawa asam karbonat / H 2 CO 3 (6% 10%). i. Pernapasan Buatan Menurut Despopaulus (2000: 82) pernapasan buatan diperlukan apabila ventilasi spontan tidak mencukupi atau gagal sama sekali. Pernapasan buatan selalu harus diusahakan karena jantung tetap berfungsi walaupun rangsangan pernapasan telah terhenti. Kekurangan oksigen selama beberapa detik menyebabkan kerusakan susunan saraf pusat yang irreversibel dan kematian.

30 digilib.uns.ac.id 40 Pernapasan dari mulut ke mulut merupakan suatu tindakan darurat sampai pernapasan spontan dapat dipulihkan. Dalam semua usaha pernapasan buatan, saluran udara udara harus dibersihkan. B. Penelitian Yang Relevan 1. Nuroso et.al.(2010) melakukan penelitian tentang keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh kesesuaian tingkat berpikir dengan materi yang diajarkan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menyelidiki tingkat perkembangan kognitif (kemampuan berpikir abstrak) siswa SMP di kota Semarang mendesain model pengembangan modul IPA Terpadu berdasarkan perkembangan kognitif. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada guru IPA untuk menyusun modul berdasarkan perkembangan kognitif dan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya penyusunan bahan ajar terutama modul yang disesuaikan berdasarkan perkembangan kognitif siswa. Penelitian ini adalah R & D (Research and Development), dan dilakukan sampai pada mendesain model pengembangan modul berdasarkan perkembangan kognitif. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan: (1) perkembangan kognitif (kemampuan berpikir abstrak) siswa-siswi SMP di kota Semarang rata-rata masih rendah, (2) kemampuan berpikir abstrak rendah menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar IPA, (3) telah berhasil didesain model pengembangan modul IPA Terpadu berdasarkan perkembangan kognitif siswa yang langkah-langkahnya terdiri dari penentuan mata pelajaran yang menjadi objek pengembangan,

31 digilib.uns.ac.id 41 analisis kebutuhan modul, penyusunan dan pengembangan draft modul IPA Terpadu, tinjauan ahli dan uji coba. 2. Hasil Penelitian Sohibi et.al. (2012) bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah memberikan pengaruh lebih baik dari pada model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. eberapa faktor yang menyebabkan adanya perbedaan kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol adalah pada kelas eksperimen 1 siswa dituntut untuk berikir tingkat tinggi menyelesaikan masalah yang telah diberikan oleh guru melalui terlibat langsung dalam praktikum dengan mengamati, memahami, dan mencari sendiri jawaban permasalahan tersebut secara berdiskusi sehingga siswa merasa senang dalam pembelajaran. Dalam menyelasaikan masalah, siswa bekerja secara mandiri guru hanya sebagai fasilitator saja, dengan begitu siswa akan selalu berpikir bebas untuk memecahkan masalah tersebut. Pada kelas eksperimen 2 siswa juga dituntut untuk menyelesaikan masalah tetapi siswa dibimbing oleh guru dengan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa maupun guru sendiri yang memancing siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada pemecahan masalah, siswa juga mendapatkan bimbingan dengan LKS yang dipersiapkan oleh guru sehingga siswa kurang maksimal untuk berfikir sacara mandiri. Sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran yang dialami siswa adalah siswa hanya mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru, siswa

32 digilib.uns.ac.id 42 cenderung pasif dalam pembelajaran sehingga kemampuan berpikir kritis siswa menjadi pasif. 3. Hasil Penelitian Wibawa et.al. (2013) siswa merasa terbantu memahami materi dengan menggunakan bahan ajar IPA terpadu berbasis pendidikan karakter pada proses pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai KKM. Sebelum pembelajaran berlangsung, setiap siswa difasilitasi satu bahan ajar sehingga dapat belajar mandiri. Bahan ajar dibagikan lebih awal dengan tujuan agar siswa mempunyai cukup waktu untuk mempelajari bahan ajar tersebut. Menurut Putri (2010), melalui belajar mandiri siswa akan 1) secara mandiri dapat memperbaiki kemampuannya untuk belajar melalui pemanfaatan strategi metakognisi dan motivasi; 2) secara proaktif dapat memilih, menentukan struktur dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif; 3) dan dapat berperan penting dalam memilih bentuk dan jumlah pengajaran yang ditentukan yang ditentukan. 4. Hasil penelitian dari Demirhan et.al. (2011) yang mereview bahwa kemampuan akademik seseorang mempengaruhi tingkat kemampuan berpikir kritisnya. Telah dilakukan tes terhadap 60 orang relawan guru. Pada tes yang pertama, kemampuan berpikir kritis belum terlihat signifikan. Selanjutnya diadakan pembinaan dan penambahan pengetahuan selama beberapa waktu dan di akhir pembinaan dilakukan tes yang kedua. Setelah mendapatkan pengetahuan tambahan, ternyata tingkat kemampuan berpikir kritis dari 60 relawan guru tersebut mengalami peningkatan.

33 digilib.uns.ac.id Hasil penelitian dari Nizam (2014) tentang penelitian terhadap siswa dengan metode kuasi eksperimen, dimana terdapat kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan siswa yang diberi keterampilan berpikir. Hasilnya bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan diantara kelas control dan kelas eksperimen tentang tingkat kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif. 6. Hasil penelitian dari Chaplin (2007) yang menjelaskan bahwa dengan menggunakan pelatihan model pembelajaran aktif, siswa akan lebih terlatih untuk lebih percaya diri dan semakin aktif mencari sumber-sumber pengetahuan baru. Sikap ini akan berdampak pada kemampuan berpikir tingkat tingginya. Setelah dilakukan tes pada akhir semester, kelas dengan siswa yang mendapatkan pelatihan mendapatkan nilai yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelas kontrol. 7. Hasil penelitian Forawi (2012) yang mengemukakan bahwa di Dubai telah dikembangkan kurikulum 2012 atau K-12 yang menggunakan CTAS (Critical Thinking Attribute Survey) semacam tes untuk mengukur kemampuan tingkat berpikir. Sehingga diharapkan setelah selesai menggunakan kurikulum ini tingkat kemampuan berpikir kritis menjadi bertambah. Telah diujikan pada 120 guru dan menunjukkan hasil bahwa semua objek memiliki kemampuan berpikir kritis. 8. Hasil penelitian dari Arlias (2012) yang mengembangkan suatu modul fisika berdasarkan gaya belajar dan menggunakan desain dari Isman. Dengan pembelajaran menggunakan modul, ketika di akhir pembelajaran diadakan tes, ternyata modul sangat sesuai digunakan untuk pebelajar bergaya visual, aktif,

34 digilib.uns.ac.id 44 dan reflektif, namun tidak begitu sesuai untuk pebelajar bergaya verbal. Sedangkan untuk gender, ada tidaknya modul tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. 9. Hasil penelitan dari Friedel et.al. (2008), penelitian menggunakan model kuasi eksperimen antara kelas yang diberikan model pembelajaran dengan model berpikir kritis dan model inkuiri. Ternyata pembelajaran dengan model inkuiri tidak berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis responden, sedangkan kelas dengan model berpikir kritis tentunya unggul dalam skor kemampuan tersebut. Namun untuk masalah gender, baik untuk dengan menggunakan model berpikir kritis maupun inkuiri tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. 10. Hasil penelitian anonim (2010) dalam International Journal of Science Education yang menunjukkan bahwa dengan menggunakan modul, pembelajaran sains akan lebih berarti. Mempunyai efek yang signifikan terhadap perilaku aktif responden, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. 11. Hasil penelitian dari Pummawan (2007) yang menghasilkan suatu e-modul dan produk yang dihasilkan mampu menunjang kemampuan akademik dan kemampuan ICT subjek penelitiannya. Namun untuk ketercapaian tujuan pembelajaran tetap tergantung setiap individu, tidak hanya semata-mata dikarenakan modul saja. 12. Hasil penelitian dari Oroh (2011) yang menghasilkan bahwa pola belajar dengan menggunakan modul ajar, relatif dapat meningkatkan sikap

35 digilib.uns.ac.id 45 kemandirian dan efektifitas belajar siswa. Penelitian ini dilakukan pada siswa SMK untuk mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung saja dan modul ajarnya tidak berbasis berpikir kritis. A. Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah diuraikan, dapat disusun kerangka pemikiran guna memperoleh jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan. Guru memegang peranan penting dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Peranan ini membuat guru harus mampu menguasai dan mengembangkan materi yang dibutuhkan siswa. Pengembangan modul diperlukan untuk membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran. Pembelajaran IPA Terpadu dengan menggnakan modul merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang diharapkan dapat diimplementasikan di SMP/MTs. Adanya bahan ajar yang bersifat terpadu sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan pembelajaran IPA Terpadu di SMP/MTs, tetapi saat ini bahan ajar yang bersifat terpadu masih kurang. Kemampuan critical thinking sebagaimana yang telah dikemukakan, merupakan sebuah kompetensi di luar peta kompetensi yang dikembangkan Bloom dan pencapaiannya tidak melalui level-level kognitif, walaupun tetap memerlukan basis pengetahuan pada bidang keilmuannya, karena tidak mungkin melakukan pengembangan pemikiran kritis tanpa berbasis dasar pengetahuan pada bidang mana seseorang mengembangkan kreativitas berpikirnya.

36 digilib.uns.ac.id 46 Indikator-indikator yang mewarnai modul IPA terpadu merupakan suatu inovasi yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Indikatorindikator berpikir kritis yang digunakan adalah focus, reasons, inference, situation, clarity dan overview. Pembelajaran IPA secara terpadu mencakup dimensi sikap, proses, produk, aplikasi, dan kreativitas. KD-KD dalam pembelajaran IPA Terpadu mengandung konsep yang saling beririsan/tumpang tindih dan berkaitan tetapi tidak beririsan. Konsep-konsep atau KD-KD dalam pembelajaran IPA Terpadu harus dikaitkan dengan suatu tema tertentu agar dapat menghasilkan kompetensi yang utuh. Tema dalam pembelajaran IPA Terpadu dimunculkan dalam modul agar siswa menjadi tertarik untuk membaca modul tersebut. Penggunaan tema dalam pembelajaran IPA terpadu memiliki beberapa kekuatan dan manfaat, yaitu: penggabungan berbagai bidang kajian sehingga terjadi penghematan waktu. Pola belajar dengan menggunakan modul ajar, relatif dapat meningkatkan sikap kemandirian dan efektifitas belajar siswa. Modul yang dikembangkan adalah modul IPA terpadu berbasis berpikir kritis dengan tema ventilator bertujuan agar dapat membantu memberikan informasi yang jelas dan sistematis kepada siswa yang pada akhirnya dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Pembelajaran dengan menggunakan modul memberikan kesempatan kepada siswa lebih banyak untuk belajar mandiri, membaca uraian, petunjuk di dalam lembaran kegiatan, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan serta tugas-tugas yang harus diselesaikan. Berdasarkan uraian tentang masalah dan harapan dari peningkatan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMAN 1 SUMBER Mata Pelajaran : BIOLOGI Kelas / Semester : XI/2 Topik : SISTEM RESPIRASI Sub Topik : SISTEM RESPIRASI PADA MANUSIA Pertemuan Ke

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1 1. Urutan organ pernapasan yang benar dari dalam ke luar adalah... paru-paru, tenggororkan mulut paru-paru kerongkongan, hidung

Lebih terperinci

TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2. Sistem Respirasi Manusia

TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2. Sistem Respirasi Manusia TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2 Sistem Respirasi Manusia Sistem Respirasi Manusia Isilah bernapas, seringkali diarikan dengan respirasi, walaupun secara hariah sebenarnya kedua isilah tersebut berbeda. Pernapasan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Perhatikan gambar berikut! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL Bagian yang ditunjukan nomor 2 dan 4 adalah... Bronkiolus dan alveolus Bronkus danalveolus Bronkus

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18 1. Perhatikan gambar berikut! Image not found http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio9-18-01.png Bagian yang ditunjukkan

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER RPP KOMIK SISTEM PERNAFASAN KELAS XI

UJIAN TENGAH SEMESTER RPP KOMIK SISTEM PERNAFASAN KELAS XI UJIAN TENGAH SEMESTER RPP KOMIK SISTEM PERNAFASAN KELAS XI Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri Mata Kuliah : Inovasi Pembelajaran Biologi Dosen Pengampu : Ipin Arifin, M.Pd Disusun oleh: Nurul Syiam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori BAB II KAJIAN TEORITIS 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang berkaitan dengan kependidikan, yang pada dasarnya belajar merupakan proses menuju perubahan yang lebih baik.

Lebih terperinci

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Rahmy Sari S.Pd PERNAPASAN/RESPIRASI Proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida (CO 2 ), dan menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh) Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Pernapasan

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Sistem pernapasan untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN KOTA

Lebih terperinci

Sistem Pernafasan Manusia

Sistem Pernafasan Manusia Sistem Pernafasan Manusia Udara masuk kedalam sepasang rongga hidung melalui lubang hidung. Rongga hidung dilengkapi oleh rongga-rongga kecil (silia) dan selaput lendir. Dalam rongga hidung, udara dilembabkan,

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3 1. Bagian paru-paru yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida adalah... Alveolus

Lebih terperinci

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea 1. Terjadinya inspirasi pada proses pernapasan manusia adalah karena diafragma.... a. melengkung, tulang rusuk dan dada terangkat b. melengkung, tulang rusuk dan dada turun c. mendatar, tulang rusuk dan

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM PERNAPASAN

BAB VII SISTEM PERNAPASAN BAB VII SISTEM PERNAPASAN PERNAPASAN / RESPIRASI PROSES PERTUKARAN GAS OKSIGEN DAN KARBON DIOKSIDA DALAM TUBUH ORGANISME FUNGSI Mensuplai oksigen ke dalam sel-sel jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida

Lebih terperinci

Pendidikan Fisika IPA TERPADU Pengikatan O2 dan Pelepasan CO2 pada Paru-paru

Pendidikan Fisika IPA TERPADU Pengikatan O2 dan Pelepasan CO2 pada Paru-paru i Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-nya kami dapat menyusun buku ajar IPA Terpadu tema Pengikatan O2 dan Pelepasan untuk siswa SMP/MTs kelas VIII sebagai pemenuhan

Lebih terperinci

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Pernapasan manusia meliputi proses inspirasi dan ekspirasi Inspirasi : pemasukan udara luar ke dalam tubuh melalui alat pernapasan Ekspirasi :pengeluaran udara pernapasan

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Bab 4 Sumber: www.brighamandwomans.org Sistem Pernapasan pada Manusia Hasil yang harus kamu capai: memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Setelah mempelajari bab ini, kamu harus mampu: mendeskripsikan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Mata Pelajaran : Biologi Kelas / Semester : XI / Semester 2 Sub Materi Pokok : Sistem Pernapasan Alokasi Waktu : 2 x 10

Lebih terperinci

Bab. Peta Konsep. Gambar 4.1 Orang sedang melakukan pernapasan. Pernapasan dada. terdiri dari. - Inspirasi - Ekspirasi. Mekanisme pernapasan

Bab. Peta Konsep. Gambar 4.1 Orang sedang melakukan pernapasan. Pernapasan dada. terdiri dari. - Inspirasi - Ekspirasi. Mekanisme pernapasan Bab 4 Sistem Pernapasan Sumber: Dokumen Penerbit Gambar 4.1 Orang sedang melakukan pernapasan Hidung merupakan salah satu alat pernapasan. Melalui hidung, udara dapat keluar atau masuk ke dalam tubuh.

Lebih terperinci

Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O

Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O Apersepsi Kegiatan Siswa menarik napas kemudian menghembuskan napas Pertanyaan Melalui kegiatan bernapas yang telah kamu lakukan, dapatkah kamu memprediksikan organ apa

Lebih terperinci

Kamu dapat mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Sistem Pernapasan. artinya

Kamu dapat mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Sistem Pernapasan. artinya Bab V SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Tujuan Pembelajaran Kamu dapat mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Peta Konsep Sistem Pernapasan artinya Proses perolehan

Lebih terperinci

BAB VI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

BAB VI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA BAB VI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Sistem pernapasan didasarkan pada keteraturan yang rumit. Udara dingin atau kotor yang kita hirup dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Oleh karena itu, udara harus

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.4

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.4 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.4 1. Pasang yang tepat antara alat ekskresi dan zat yang dikeluarkan adalah... Hati menghasilkan hormon Paru-paru mengeluarkan uap air

Lebih terperinci

Anatomi & Fisiologi Sistem Respirasi II Pertemuan 7 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

Anatomi & Fisiologi Sistem Respirasi II Pertemuan 7 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN Anatomi & Fisiologi Sistem Respirasi II Pertemuan 7 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan

Lebih terperinci

menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas.

menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas. Bab 6 Sumber: Biology: Sumber: Realm www.legevakten.no of Life, 2006 Pada proses inspirasi, tulang-tulang rusuk akan terangkat ke atas untuk memperbesar rongga dada. Sistem Pernapasan Hasil yang harus

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST. Ranah Kognitif Deskripsi Soal Jawaban

KISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST. Ranah Kognitif Deskripsi Soal Jawaban KISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST No Tujuan Pembelajaran 1 1. Menjelaskan pengertian sistem. 2. Menuliskan organ-organ 3. Menjelaskan fungsi organorgan yang terlibat dalam sistem Ranah Kognitif Deskripsi

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Ajar

Pengertian Bahan Ajar Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai hasil pengalaman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai hasil pengalaman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah perubahan tingkah laku yang bersifat permanen sebagai hasil pengalaman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dapat

Lebih terperinci

Sistem Pernapasan - 2

Sistem Pernapasan - 2 Anatomi sistem pernapasan Proses inspirasi dan ekspirasi Definisi pernapasan Eksternal Internal Mekanik pernapasan Inspirasi dan ekspirasi Peran otot pernapasan Transport gas pernapasan Ventilasi, difusi,

Lebih terperinci

- - SISTEM PERNAFASAN MANUSIA

- - SISTEM PERNAFASAN MANUSIA - - SISTEM PERNAFASAN MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dlp4nafas Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara

Lebih terperinci

SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA Drs. Refli., MSc PENDAHULUAN HIDUNG CO2 O 2 SISTEM PERNAFASAN PARU-PARU Respirasi Eksternal O 2 CO2 SISTEM PEREDARAN DARAH SEL ENERGI Respirasi Internal ALAT PERNAFASAN Hidung/rongga

Lebih terperinci

SURAT IJIN PENELITIAN. NIP : Pangkat/Gol. Ruang : Pembina, IV/a

SURAT IJIN PENELITIAN. NIP : Pangkat/Gol. Ruang : Pembina, IV/a 45 Lampiran 1 PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA UPTD KECAMATAN TULIS SEKOLAH DASAR NEGERI SEMBOJO Alamat: Desa Sembojo kec. Tulis Batang 51261 SURAT IJIN PENELITIAN Yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar merupakan proses perubahan dalam

Lebih terperinci

Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan

Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan SISTEM PERNAFASAN Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan 1. Pernafasan Eksternal 2. Pernafasan Internal EXIT Mengapa harus bernafas? Butuh energi Butuh Oksigen C 6 H 12 O

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 2011 Perencanaan Mengkaji dan memetakan

Lebih terperinci

Sistem Respirasi Pada Hewan

Sistem Respirasi Pada Hewan Sistem Respirasi Pada Hewan Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat 02 dapat berdifusi masuk dan sebaliknya C02 dapat berdifusi keluar. Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang

Lebih terperinci

REFERAT WSD. Oleh : Ayu Witia Ningrum Pembimbing : Dr. Fachry, Sp.P

REFERAT WSD. Oleh : Ayu Witia Ningrum Pembimbing : Dr. Fachry, Sp.P REFERAT WSD ( Water Seal Drainage ) Oleh : Ayu Witia Ningrum 2007730022 Pembimbing : Dr. Fachry, Sp.P Tugas Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Islan Jakarta Utara, Sukapura Stase Ilmu Penyakit Dalam 2012

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif BAB II LANDASAN TEORI Interaksi berkaitan erat dengan istilah komunikasi. Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media (Sardiman

Lebih terperinci

Kurnia Eka Wijayanti

Kurnia Eka Wijayanti Kurnia Eka Wijayanti Pernafasan dibagi menjadi beberapa peristiwa: 1. Ventilasi paru 2. Difusi oksigen dan co2 di alveoli 3. Transpor oksigen dari darah ke dalam sel Udara masuk ke paru-paru karena ada

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA. Laporan. Disusun untuk memenuhi tugas. Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia.

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA. Laporan. Disusun untuk memenuhi tugas. Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Laporan Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia Oleh SAUSAN NAZHIRA 1206103010064 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian analisis kesinambungan konsep dalam buku pelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian analisis kesinambungan konsep dalam buku pelajaran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian analisis kesinambungan konsep dalam buku pelajaran Tematik pada jenjang SD, buku pelajaran IPA pada jenjang SMP, dan buku Biologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah

Lebih terperinci

BAB III SISTEMA RESPIRASI A. PENDAHULUAN

BAB III SISTEMA RESPIRASI A. PENDAHULUAN BAB III SISTEMA RESPIRASI A. PENDAHULUAN Pokok bahasan sistema respirasi yang dibahas kali ini meliputi anatomi dan fungsi dari organ dan respirasi dimulai sejak mulut hingga alveoli. Selanjutnya akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS. Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS. Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai BAB II KAJIAN TEORI A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai bahan ajar. Dalam Prastowo (2015: 17), bahan ajar merupakan segala bahan

Lebih terperinci

Peta Konsep. Kata Kunci. respirasi udara pernapasan pernapasan dada udara cadangan pernapasan perut udara residu. 68 IPA SMP/MTs Kelas VIII.

Peta Konsep. Kata Kunci. respirasi udara pernapasan pernapasan dada udara cadangan pernapasan perut udara residu. 68 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Peta Konsep Alat-alat pernapasan Hidung Pernapasan Manusia Mekanisme pernapasan Volume pernapasan Trakea Pangkal tenggorok Paru Udara pernapasan Udara komplementer Udara cadangan Pernapasan dada Pernapasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

Lebih terperinci

TUGAS BIOLOGI (SISTEM PERNAPASAN MANUSIA)

TUGAS BIOLOGI (SISTEM PERNAPASAN MANUSIA) TUGAS BIOLOGI (SISTEM PERNAPASAN MANUSIA) DISUSUN OLEH: 1. Diki Nanda Pratama 2. M. Rizky Wahyudi 3. Maulana Fadhli 4. M. Zazili 5. Randhika Wiweka KELAS : XI IPA. 3 GURU PEMBIMBING : Karimah S.Pd SMA

Lebih terperinci

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN Kompetensi yang hendak dicapai: Siswa dapat memahami bagian tubuh manusia dan hewan, menjelaskan fungsinya, serta mampu mengidentifikasi

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 2/17/2016 2 2/17/2016 3 2/17/2016

Lebih terperinci

Lampiran : 1 77

Lampiran : 1 77 76 76 Lampiran : 1 77 Lampiran : 2 78 Lampiran : 3 79 Lampiran : 4 80 81 Lampiran : 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus I Nama Sekolah : SDN Mangunsari 03 Mata Pelajaran : Ilmu Pendidikan Alam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkontruksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN Mauizatil Rusjiah, M. Arifuddin J, dan Andi Ichsan M Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua mahluk hidup pasti bernapas dan butuh bernapas. Bernapas. sederhana, mulai menghirup udara sampai menghembuskannya lagi hanya

BAB I PENDAHULUAN. Semua mahluk hidup pasti bernapas dan butuh bernapas. Bernapas. sederhana, mulai menghirup udara sampai menghembuskannya lagi hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua mahluk hidup pasti bernapas dan butuh bernapas. Bernapas merupakan suatu hal yang sangat sederhana. Prosesnya pun sangat sederhana, mulai menghirup udara sampai

Lebih terperinci

O 2 + Zat Makanan CO 2 + H 2 O + Energi

O 2 + Zat Makanan CO 2 + H 2 O + Energi ALAT PERNAFASAN PADA MANUSIA Oleh : Maulana Hudan Daromi, S.Pd Reaksi kimia pernafasan O 2 + Zat Makanan CO 2 + H 2 O + Energi Energi berfungsi untuk memberikan kekuatan manusia dalam beraktifitas Alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang sistematis dan menyeluruh. Ilmu pengetahuan yang holistik, bukan merupakan ilmu yang parsial antara

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. A. Studi Literatur

BAB II PEMBAHASAN. A. Studi Literatur A. Studi Literatur BAB II PEMBAHASAN 1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kata IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa Inggris,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan dengan baik yang berkaitan dengan peningkatan kuantitas maupun kualitasnya. Dalam prakteknya, upaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13) 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Keterampilan Berkomunikasi Sains Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai proses dan sekaligus sebagai produk. Seseorang mampu mempelajari IPA jika

Lebih terperinci

BAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA

BAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA BAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA PENDAHULUAN DESKRIPSI SINGKAT : Bab ini membicarakan tentang sistema respiratoria yang melibatkan organ-organ seperti hidung, pharynx, larynx, trachea, bronchus, bronchiale,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan

Lebih terperinci

melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat ini pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan,

melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat ini pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, 2 melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat ini pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, dengan cara menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dimana objeknya adalah benda benda alam. Ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dimana objeknya adalah benda benda alam. Ilmu pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan dimana objeknya adalah benda benda alam. Ilmu pengetahuan alam lahir dari pengamatan terhadap

Lebih terperinci

RESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI

RESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI RESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara keluar-masuk paru-paru), respirasi eksternal (pertukaran

Lebih terperinci

DESAIN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN TOPIK PERISTIWA RESPIRASI MANUSIA

DESAIN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN TOPIK PERISTIWA RESPIRASI MANUSIA DESAIN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN TOPIK PERISTIWA RESPIRASI MANUSIA Oleh: CINTYA DAMAYANTI PURBA NIM : 192009021 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara. Anatomi Sistem Respirasi

Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara. Anatomi Sistem Respirasi Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara keluar-masuk paru-paru), respirasi eksternal (pertukaran gas antara darah dan ruang paru-paru yang terisi udara), transport gas respirasi

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA IKAN

MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA IKAN MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA IKAN OLEH : MUSTAIN FAKULTAS BUDIDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PERIKANAN PONTIANAK 2012 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memerlukan

Lebih terperinci

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian. 9 Ada beberapa ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen & Kauchak (Warsita, 2008) adalah: 1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi untuk mulai secara sungguhsungguh dan berkelanjutan

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada :

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada : KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan pengetahuan tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, semua infomasi dengan sangat mudah masuk ke dalam diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa harus berpikir secara

Lebih terperinci

SILABUS (Kelas eksperimen)

SILABUS (Kelas eksperimen) Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran 57 SILABUS (Kelas eksperimen) Sekolah : SMA Negeri 2 Metro Mata Pelajaran : Biologi Kelas : XI Semester : 2 (Genap) Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Konstruktivis Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan

A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas seharihari dengan giat dan penuh kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan dengan energi yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan. Kegiatan pendidikan berfungsi membantu

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan. Kegiatan pendidikan berfungsi membantu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan terdiri dari interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber-sumber pendidikan lain, dan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar, - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangatlah penting bagi manusia karena didalam pendidikan, maka akan mendapatkan berbagai macam pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN MODUL IPA 1 TERPADU BERDASARKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA 1) Abstrak

MODEL PENGEMBANGAN MODUL IPA 1 TERPADU BERDASARKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA 1) Abstrak MODEL PENGEMBANGAN MODUL IPA 1 TERPADU BERDASARKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA 1) Oleh : Harto Nuroso 2) dan Joko Siswanto 3) Abstrak Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh kesesuaian tingkat berfikir

Lebih terperinci

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra CREATIVE THINKING MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra HIDUNG Hidung merupakan panca indera manusia yang sangat penting untuk mengenali bau dan juga untuk bernafas. Bagian-Bagian Hidung Dan Fungsinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared

Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared Noeraida, S.Si., M.Pd., Widyaiswara PPPPTK IPA noeraida67@yahoo.co.id Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

SISTEM PERNAPASAN MANUSIA SISTEM PERNAPASAN MANUSIA Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Biologi Umum Di Susun oleh : Rukayah NPM : 3061424062 Dosen Pengasuh : Taufik Rahman, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAAN NASIONAL

Lebih terperinci