BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia pada kodratnya diciptakan oleh Sang Pencipta dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil, dikarenakan kondisi fisik, diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat. Ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan satu sama lain. Diskriminasi terhadap penyandang cacat, baik di dunia pendidikan maupun cara penerimaan karyawan dalam suatu perusahaan, masih kerap terjadi di Indonesia. Cacat bukan akhir segalanya, dan penyandang cacat bukanlah produk gagal Tuhan. Setiap manusia memang diciptakan berbeda dalam bentuk fisiknya, dan memiliki kemampuan yang berbeda pula. Penyandang cacat pun mempunyai hak yang sama seperti manusia normal lainnya. Hak pendidikan, hak pekerjaan, hak bersosialisasi, hak berkarya dan sebagainya. Justru penyandang cacat mempunyai semangat yang lebih dibanding manusia normal umumnya yang terkadang menyiakan waktu dan kemampuan lebihnya untuk berkarya dalam hidup. Seorang penyandang cacat fisik, menginspirasi banyak orang khusunya di kota Semarang. Mempunyai keterampilan di bidang seni rupa yang menjadikannya mampu menafkahi keluarga serta keterampilan bermusik yang cukup memotori pemuda lingkungannya untuk mencintai musik keroncong. Meskipun berlatar belakang pendidikan yang kontras dengan profesinya saat ini, membuat ijazah pendidikan formalnya sebagai sarjana hukum, hanya sejajar dengan tumpukan kertas-kertas bekas. Wibowo sanjaya akhirnya memutuskan untuk menuangkan ide kreatif sebagai seorang pelukis beraliran realis. Dengan amanat sang ayah yang selalu memotivasinya untuk mengasah skill, Wibowo Sanjaya menjadi sosok teladan dan bukan olokan di masyarakat. Kemampuan bersosialisasi yang tinggi dengan menjadi ketua

2 komunitas Raden Saleh di Semarang dan pernah menjabat beberapa kali sebagai ketua RT maupun RW di wilayah beliau bermukim, merupakan bukti nyata bahwa seorang penyandang cacat jauh dari keminderan dapat menjadi pemimipin dan tokoh masyarakat yang bijak. Pelajaran hidup yang dipegang teguh adalah selalu bersyukur dan terus menambah atau melebihkan kemampuan untuk menjadi sosok yang lebih di masyarakat. Berkegiatan positif, berperilaku postif meskipun dengan keterbatasan fisik. Sebagai broadcaster, penulis mempunyai sudut pandang dalam permasalahan ini. Perlu adanya sorotan media untuk mengangkat kisah perjalanan hidup seseorang dengan segala konflik hidup. Dengan melihat sisi lain serta memahami karakter kekurangan dan kelebihan orang lain. Mendorong masyarakat untuk tidak hanya melihat orang lain dari sisi kekurangannya, namun juga menghargai dari segi kemampuan dan kelebihannya. Meskipun definisi dari konflik biasanya mengarah pada suatu hal negatif, tapi sejatinya dengan adanya konflik, maka suatu permasalahan sebenarnya akan terkupas secara detail dan titik terang atau sumber dari konflik itu sendiri dapat terbuka. Sehingga dapat memunculkan ide baru yang mungkin bisa dijadikan solusi. Tentu dengan menerobos ruang baru dalam beberapa program televisi yang sudah ada. Meninjau beberapa jenis program acara yang beragam, penulis memilih progam feature untuk mengangkat kisah seorang penyandang cacat dengan segala kemampuannya. Dengan unsur human interest yang kental, feature mampu menawarkan informasi ringan yang cenderung santai untuk disimak tanpa perlu berpikir terlalu berat untuk mengerti isi dari feature itu sendiri. Obyek feature kali ini menceritakan proses perjalanan hidup seorang pelukis yang menyandang cacat yang mampu menjadi pemimpin untuk keluarga maupun masyarakat di lingkungannya. Mengulas kisah semasa kecil hingga kini proses pendewasaan yang menjadikannya bersyukur akan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Cerita mengenai sisi kehidupan seseorang, tidak hanya sukses saja, tetapi juga cerita kegagalan. Tujuannya agar masyarakat dapat bercermin lewat kehidupan orang lain.

3 Sebuah acara yang memberi banyak manfaat, tapi dikemas dalam sebuah format yang menarik, dan tidak monoton. Karena Selain bisa dijadikan sebuah hiburan feature juga merupakan salah satu media untuk belajar dan menggali informasi-informasi baru. Dengan demikian penonton program ini, dapat menyaring hikmahnya dan termotivasi untuk menjadi manusia yang lebih bijak. Alasan penulis memilih tema sosial dikarenakan sebagai suatu penekanan unsur human interest yang sesuai dengan karakteristik program feature. Bermaksud memberikan informasi yang menginspirasi serta motivasi terhadap masyarakat melalui tontonan bertemakan sosial, yang mana tema ini dekat sekali dengan kehidupan sehari-hari manusia. Tema sosial memang menarik untuk diperbincangkan. Tema sosial biasanya membawa dampak tersendiri untuk khalayak umum. Penulis pun berharap, pembuatan program televisi dengan tema sosial dapat lebih memberi dampak positif bagi penikmatnya. Biasanya tema sosial berpengaruh terhadap masyarakat, yaitu respon untuk melakukan hal yang sama. Tentunya penulis menginginkan respon yang positif dari masyarakat melalui program acara ini. Feature seorang penyandang cacat yang mengulas dan terbukti sanggup memberi contoh bersosial masyarakat kepada khalayak. 1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana tampilan estetis program feature bertemakan sosial, dengan mengusung cerita seorang penyandang cacat yang mampu menjadikan dirinya sebagai tokoh di lingkungan 2. Bagaimana cara menyutradarai sebuah program feature yang mengangkat tema sosial 1.3 Tujuan 1. Membuat program feature dengan mengangkat tema sosial dalam permasalahan sisi kehidupan narasumber menjadikan sebuah konten acara yang menarik dan memberikan pesan moral bagi khalayak. Dengan mengangkat seorang narasumber yang menyandang cacat, namun mampu menjadikan dirinya sebagai panutan di masyarakat.

4 2. Menyutradarai program feature yang bertemakan sosial dengan mengemas cerita, mengarahkan narasumber, juga berkewajiban memberikan sudut pandang obyektif untuk masyarakat. Sehingga memberikan informasi yang ringan untuk dikonsumsi. 1.4 Batasan Masalah Bagaimana memproduksi program feature dalam tugas penyutradaraan dengan mengkoordinir semua aspek, dari mengatur dan mengarahkan talent didepan kamera, mengatur posisi kamera berserta gerak kamera, suara, pencahayaan, dan hal-hal lain yang menyumbang kepada hasil akhir sebuah program feature dengan baik. 1.5 Manfaat Manfaat Akademis Menambah referensi bagi mahasiswa, bahwa program feature merupakan bagian dari berita ringan namun tetap informative dan mendidik Manfaat Praktis Memberikan inspirasi para broadcaster untuk menciptakan karyakarya yang berbobot Manfaat Sosial Masyarakat dapat mengambil pesan-pesan moral, yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. 1.6 Metode Pengumpulan Data Metode - metode 1). Observasi Melakukan pengamatan terhadap narasumber, dari segi kehidupan sehari-hari dan sosial bermasyarakatnya. Seperti menelusur kegiatan pameran, kegiatan di rumah, dan kegiatan diluar pekerjaan sebagai seorang pelukis. Serta mengumpulkan foto-foto dan data riwayat hidup narasumber. 2). Wawancara

5 Penulis mewawanncarai langsung narasumber utama, dan narasumber lain yang terkait dengan kehidupan narasumber utama. 3). Studi Pustaka Mendapatkan bahan-bahan dari menbaca buku dari perpustakaan, maupun bangku perkuliahan serta referensi yang diperoleh selama mengikuti kerja praktek maupun teori yang berkaitan dengan penyandang difable Pemilihan Responden/Target Audien Pembuatan program feature berjudul MOZAIK SISI KEHIDUPAN ini ditujukan kepada semua lapisan masyarakat khusunya kepada kawula muda, supaya dapat bercermin dan menuju kesuksesan dengan kemampuan keterampilan yang wajib dimiliki. Dengan berbagai alasan yang mendasar tersebut diatas, maka penulis memilih narasumber sebagai berikut : Nama Usia Pendidikan Profesi : Wibowo Sanjaya : 55 tahun : sarjana : pelukis Pemilihan Lokasi Lokasi yang dipilih penulis untuk indoor adalah rumah narasumber dengan sett figura, kanvas, lukisan narasumber sebagai background. Alamat : pondok Raden Patah blok G2 no 21 RT 07/ RW 05 Desa Sriwulan, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Dan lokasi outdoor yang dipilih adalah tempat-tempat kegiatan narasumber.

6 BAB II TINJUAN PUSTAKA Dalam jurnalistik ada penggolongan berita menurut penyajiannya, yaitu : [1] a. Hard news, merupakan keterangan mengenai kejadian atau peristiwa baru yang mengandung unsur penting, menarik, aktual, ringkas dan singkat, namun tidak mengabaikan kelengkapan data dan obyektivitas. Contohnya seperti breaking news, straight news, Spot news. b. Soft news, adalah berita yang dari segi struktur penulisan relatif lebih luwes, dan dari segi isi tidak terlalu berat serta tidak terikat oleh waktu. Contohnya seperti feature. 2.1 Definisi feature Feature merupakan format acara yang memaparkan peristiwa secara objektif. Dengan format yang khas,dan penggarapan secara luwes menjadikan penayangan feature tidak harus diburu-buru seperti berita biasa yang bersifat aktual. Sisi kemanusiaan merupakan aspek dominan dalam feature, memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu memunculkan empati. Tidak ada aturan yang mengikat mengenai berapa persisnya panjang sebuah feature, selama feature itu masih menarik untuk disimak. Feature tidak terikat pada aturan 5w+1H. Dalam penulisan feature kita dapat memakai teknik mengisahkan sebuah cerita. Gaya penulisan dan kemasan feature berbeda dengan berita biasa (hard news). Unsur subyektifitas lebih terasa dalam format feature. Sebaliknya, dalam format berita biasa, subyektifitas adalah satu hal yang sangat dihindari [2] Ciri-ciri feature 1. Lengkap

7 Sebuah feature disebut lengkap bila menyatukan bagian-bagian fakta dari suatu peristiwa, dan memadukan jalan pikiran penulisnya dalam bagian pendahuluan, rincian atau uraian, dan kesimpulan atau penutup. 2. Melawan Kebasian Dengan feature, sebuah berita dapat dipoles menjadi menarik kembali dan tetap aktual. 3. Non Fiksi Feature merupakan pengungkapan fakta-fakta yang dirangkai menjadi satu kesatuan dan memberikan gambaran yang jelas dan utuh kepada pembaca mengenai suatu peristiwa atau suatu objek. 4. Bagian Dari Media Massa Sebuah feature harus disajikan dalam media massa, baik cetak (surat kabar, majalah dan buletin) maupun elektronik (televisi dan radio). 5. Panjang tak Tentu Belum ada ketentuan mengenai panjang pendeknya sebuah feature, sehingga tulisan feature sangat bervariasi tergantung penulisnya. Panjang pendeknya sebuah feature tergantung pada penting-tidaknya peristiwa, menariknya aspek yang diungkap, dan bagaimana penulis berusaha mewarnai feature sehingga memikat dari awal sampai akhir Sifat-sifat Feature 1. Kreatif Feature membutuhkan kreativitas penulisnya, dalam mencari objek tulisan yang khas, yang kadang-kadang merupakan peristiwa biasa, namun belum pernah atau jarang terungkap. 2. Variatif Sebuah feature ditulis dengan gaya penulisan yang variatif dengan mampu membangkitkan imajinasi pembacanya. Diksi

8 atau pilihan kata, komposisi atau rangkaian kata-kata, kalimat dan paragrafnya, dari fakta-fakta yang diperoleh ditulis tidak monoton, hidup dan variatif. 3. Subyektif Feature bersifat subyektif. Yakni sangat tergantung sudut pandang, wawasan, intelektual, ketrampilan, dan karakter penulisnya. 4. Informatif Feature membantu pembaca dengan memperjelas suatu keadaan untuk merasakan gambaran dari suaru kejadian, atau mempengaruhinya bertindak atau percaya. Nilai informatif feature berbeda dengan berita langsung yang benarbenar menyajikan informasi. Informasi dalam feature lebih mendalam dan lengkap Jenis-jenis Feature 1. Feature Sejarah (Historical) 2. Feature Tokoh (Personality Profile) 3. Feature Perjalanan (Travel) 4. Feature keahlian/tuntunan Ketrampilan (How-to-do-it) 5. Feature Ilmiah/Ilmu pengetahuan Populer (Sciene Report) Fungsi Feature Fungsi feature mencakup lima hal: 1. Melengkapi sajian berita langsung (straight news) 2. Memberikan informasi tentang suatu situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi 3. Menghibur dengan sajian-sajian informasi ringan yang menarik 4. Sarana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau peristiwa. 5. Sarana ekspresi yang paling efektif dalam mempengaruhi lingkungan sosial (masyarakat).

9 2.1.5 Tahapan Produksi Feature Pembuatan sebuah program acara dengan format feature, dilakukan secara deskriptif. Hal ini digunakan untuk melukiskan suatu profil atau cerita tertentu sesuai dengan tema yang diangkat pada feature itu. Feature merupakan sebuah cerita, namun cerita yang dimaksudkan bukan suatu cerita fiksi, melainkan sebuah fakta realita. A feature is a story about facts, not about fiction (feature adalah cerita tentang fakta, bukan tentang fiksi). Feature tidak terpaku pada struktur penyampaian informasi berbentuk piramida terbalik. Pada struktur piramida terbalik, inti informasi disampaikan di awal, barulah keterangan serta kronologi cerita disampaikan pada bagian akhir. Sedangkan pada format feature, justru penonton dibuat mengikuti alur cerita dari awal sampai akhir. Point of view / sudut pandang pada feature ditentukan terlebih dulu guna memberikan arahan informasi [3] Pra Produksi (pre production) Pra produksi meliputi : 1. Persiapan Naskah Dalam proses ini dibuat sebuah naskah oleh penulis naskah yang dipersiapkan melalui beberapa tahap sebagai berikut : a. Ide / Gagasan Proses memunculkan tema dan pokok permasalahan dari garis besar naskah yang akan dibuat. b. Riset Mencari tahu dengan observasi langsung kepada pihak terkait yang disinggung dalam naskah.

10 c. Sinopsis Ringkasan dari keseluruhan jalan cerita pada naskah. d. Treatment Detail tiap-tiap adegan / babak yang akan membentuk alur cerita. e. Script Susunan lengkap alur cerita secara mendetail. f. Review Naskah Menelaah ulang naskah, apakah sudah sesuai dengan konsep yang direncanakan. 2. Pemilihan Crew Pemilihan kru dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi keahlian masing masing personal sesuai job description dalam kerja tim nanti. 3. Pemilihan Narasumber Pemilihan narasumber dilakukan sesuai dengan hasil riset, narasumber manakah yang cocok dengan konsep karya. 4. Pemilihan Lokasi Pemilihan narasumber dilakukan sesuai dengan riset, lokasi mana yang sesuai dengan konsep karya. Lokasi yang berbeda tentu memiliki konten kehidupan sosial yang berbeda satu sama lain. 5. Perencanaan Waktu Manajemen waktu yang baik diperlukan agar kinerja tim produksi saat proses dapat berlangsung efektif dan efisien. Dengan perencanaan yang matang maka proses produksi akan terasa lebih tertata dan mengantisipasi adanya pemoloran waktu. 6. Memeriksa Peralatan

11 Pemeriksaan peralatan penting dilakukan agar tahu peralatan mana yang siap pakai, butuh perawatan, butuh penambahan, atau penggantian. Sebagai contoh, pengecekan kamera sebelum pengambilan gambar, agar hasil gambar bisa dipersiapkan untuk memperoleh yang terbaik. 7. Persiapan Peralatan Cadangan Peralatan cadangan berkesan seolah ini pemborosan sumber daya, namun sistem back up seperti ini bermanfaat saat terjadi kesalahan di lapangan. Terutama pada lokasi yang jauh, adanya peralatan cadangan akan meminimalisir kesalahan teknis yang fatal, dan menghambat proses produksi. 8. Peninjauan Ulang Lokasi Peninjauan ulang lokasi dilakukan mendekati hari-h masa produksi. Dengan peninjauan yang lebih detail, dapat dipastikan semua persiapan yang ada sesuai dengan lokasi yang dipilih. Apakah lokasi tersebut sama atau berbeda seperti saat pertama survey, apakah urusan perijinan pada lokasi lokasi tertentu terutama tempat umum bisa dikendalikan, ataupun perubahan lain yang tidak terduga. 9. Perhitungan Anggaran Penghitungan anggaran diperlukan agar dana yang dibutuhkan tidak melebihi perkiraan. Dana diperhitungkan secara detail, mulai dari kebutuhan alat, akomodasi, kebutuhan kru dan narasumber, juga yang lainnya. 10. Pengecekan Perijinan Terkadang terdapat lokasi tertentu yang membutuhkan perijinan khusus. Hal ini biasanya ditemui pada tempat

12 tempat umum, maupun instansi terkait. Dengan perijinan yang telah sah, maka proses produksi tidak akan mengalami kendala berkaitan dengan lokasi. 11. Kontrak Kontrak Kontrak dalam hal ini dimaksudkan pada perjanjian kesepakatan, seperti kontrak kru, atau kesepakatan dengan narasumber Produksi (production) Proses produksi adalah kegiatan shooting, atau mengubah naskah menjadi bentuk audio visual, untuk kemudian diubah sesuai dengan format yang diinginkan (seperti format avi atau video CD atau DVD atau yang lainnya). Didalam proses ini membutuhkan beberapa crew dan staff untuk menangani setiap peralatan dan masing-masing memiliki tanggungjawab yang berbeda-beda. Crew yang dibutuhkan dalam proses produksi antara lain adalah sebagai berikut: a. Sutradara Pengertian sutaradara adalah karyawan yang mengkoordinir segala unsur teater dengan paham, kecakapan, serta daya khayal yang inteligen sehingga mencapai sesuatu yang berhasil. Sutradara menempati posisi yang tertinggi dari segi artistik. Sutradara memimpin pembuatan film tentang Bagaiman harus tampak oleh penonton. Tanggung jawabnya meliputi aspek-aspek kraetif, baik interpreatif maupun teknis, dari sebuah produksi film. Selain mengatur laku didepan kamera dan mengarahkan akting serta dialog, sutradara juga mengontrol posisi kamera berserta gerak kamera, suara, pencahayaan, disamping hal-hal

13 lain yang menyumbang kepada hasil akhir sebuah film. Dalam praktek kerja, tugas sutradara melaksanakan apa yang diistilahkan dalam bahasa Perancis mise en scene yang kurang lebih berarti Menata Dalam adegan. Tugas ini berurusan dengan penciptaan ruang-ruang filmis berupa jenis-jenis shot. b. Cameraman Cameraman atau penata fotografi adalah tangan kanan sutradara dalam kerja dilapangan. Cameraman berkerjasama dengan sutradara untuk menentukan jenis-jenis shot. Termasuk menentukan jenis lensa (apakah lensa normal, tele, lensa sudut lebar atau wide lens, atau zoom) maupun filter lensa yang digunakan. Selain itu juga menentukan bukaan diafragma kamera dan mengatur lampu untuk mendapatkan efek pencahayaan yang diinginkan. Disamping itu, cameraman bertanggung jawab memeriks hasil syuting dan menjadi pengawas pada proses film di laboratorium agar mendapatkan hasil akhir yang sebagus-bagusnya. c. Penyunting atau editor Hasil syuting setelah diproses dilaboratorium, kini memasuki tahap editing atau penyuntingan. Tenaga pelaksanaanya disebut penyunting atau editor. Editor bertugas menyusun hasil syuting hingga membentuk pengertian cerita sesuai dengan naskah yang telah dibuat. Editor berkerja dibawah pengawasan sutradara tanpa mematikan kreativitas sebab pekerjaan editor berdasarkan konsepsi.

14 Editor akan menyusun segala materi di meja editing menjadi pemotongan kasar (rough cut), dan pemotongan halus (fine cut). Hasil pemotongan halus disempurnakan lagi dan akhirnya dicetak bersama suara dan efek-efek transisi optik unutk menunjukan pergantian waktu maupun adegan. d. Penata artistic Tata artistik berarti penyusunan segala sesuatu yang melatar belakangi cerita film, yakni menyangkut pemikiran tentang setting. Yang dimaksud dengan setting adalah tempat dan waktu berlangsungnya cerita film. Setting harus memberi informasi lengkap tentang peristiwa-peristiwa yang sedang disaksikan oleh penonton. e. Penata suara atau audio Sebagai media audio visual, pengembangan film sama sekali tidak boleh hanya memikirkan aspek visual, sebab suara juga merupakan aspek kenyataan hidup. Tata suara dikerjakan distudio suara. Tenaga ahlinya disebut penata suara, yang dalam tugasnya dibantu tenaga-tenaga pendamping seperti perekam suara dilapangan maupun distudio. Perpaduan unsur-unsur suara ini nantinya akan menjadi jalur suara, yang letaknya bersebelahan dengan jalur gambar dalam hasil akhir film yang siap diputar di bioskop. Fungsi suara yang terpokok adalah memberikan informasi lewat dialog dan narasi. Fungsi penting lain dengan menjaga kesinambungan gambar. Sejumlah shot yang dirangkai dan diberi suara, seperti musik, dialog dan efek suara akan terikat dalam satu kesatuan.

15 Secara garis besar audio dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu : 1) Sound Effect, yaitu suara yang muncul baik dari efek suara benda, atau untuk men dubbing bunyi yang muncul pada adegan tertentu. 2) Atmosfer, yaitu suara suasana lingkungan kehidupan riil. 3) Musik Ilustrasi, yaitu suara yang muncul ditujukan untuk dapat membangun suasana seperti yang diinginkan oleh sutradara. 4) Narasi, yaitu suara manusia yang ditujukan untuk memberikan keterangan terhadap suatu adegan tertentu. 5) Dialog, yaitu suara manusia yang muncul akibat dari suatu percakapan baik satu orang (bicara dalam hati), maupun dua orang atau lebih. f. Penata musik Kewajiban seseorang penata musik yaitu menata paduan musik (yang bukan efek suara), yang mampu menambah nilai dramatis seluruh cerita film. Jika dirinci, ternyata ada delapan fungsi musik film, yaitu: 1) Membantu merangkai adegan. 2) Menutupi kelemahan atau cacat dalam film. 3) Menunjukkan suasana batin tokoh-tokoh utama film. 4) Menunjukan suasana waktu dan tempat. 5) Mengiringi kemunculan susunan kerabat kerja atau nama-nama pendukung produksi (credit title). 6) Mengiringi adegan dengan ritme cepat.

16 7) Mengatisipasi adegan mendatang dan menbentuk ketegangan dramatis. 8) Menegaskan karakter lewat musik Pasca Produksi (post production) Pada tahap ini yang paling utama adalah melakukan editing, compositing serta memberi efek-efek yang diperlukan untuk menjadikan hasil syuting yang telah dilakukan menjadi suatu format audio visual yang enak dan menarik untuk ditonton. Tahapan yang dilakukan dalam pasca produksi adalah : Video Compositing Special Effect Recording Audio Mixing Video dan Audio Final 2.2 Penyutradaraan Tahapan Pasca Produksi Compositing Gambar2.1 Salah satu yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah tayangan program audio visual baik film maupun televisi adalah ketika program tersebut dikemas secara menarik, dan enak ditonton. kolaborasi dari aspek teknis, sinematografi dan isi pesan yang disampaikan dalam sebuah tayangan merupakan faktor penentu sebuah tayangan dikatakan menarik atau tidak. Sebetulnya siapa yang sangat berperan dalam menetukan hasil akhir sebuah

17 program audio visual. Dalam sebuah produksi program tayangan baik film maupun televisi peran sutradara begitu sangat dominan, karena menentukan hasil akhir baik secara artistik maupun teknis produksi program tayangan. Istilah Sutradara atau Director menurut kamus film diartikan sebagai seseorang yang memegang tanggung jawab tertinggi terhadap aspek kreatif baik yang bersifat penafsiran maupun teknik pada pembuatan film. Disamping mengatur permainan dalam acteing dan dialog ia juga menetapkan posisi kamera, suara, prinsip penatacahayaan serta segala bumbu yang mempunyai efek dalam penciptaan film secara utuh. Dari difinisi diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup kerja seorang sutradara meliputi aspek teknis, artistik dan content. Sebagian sutradara mengutamakan kerja kamera. Disini keindahan gambar diutamakan. Sementara ada pula sutradara yang mengatakan bahwa seni film atau program televisi terletak pada proses editing, yang semua proses pada akhirnya berujung pada editing. Ada juga sutradara yang mengutamakan aspek cerita, dan aktor. Tugas seorang sutradara adalah menerjemahkan atau menginterpretasikan sebuah skenario dalam bentuk imaji/gambar hidup dan suara. Tugas sutradara adalah pada tahap produksi. Namun bukan berarti sutradara tidak perlu mengetahui aspek pra produksi dan pasca produksi. Pemahaman pra produksi akan mencegah sikap arogan dan tuntutan yang berlebih atas peralatan dan aspek-aspek penunjang produksi yang merupakan tugas tim pra produksi. Pemahaman pasca produksi akan mencegah sutradara menginstruksikan pengambilan gambar dengan komposisi atau angle yang penyambungannya mustahil dilakukan oleh editor. Seorang sutradara harus mengambil posisi terpisah dari unsurunsur produksi. Sutradara, mengawasi semua bidang kerja kreatif. Visi artistiknya akan menciptakan karakter film secara keseluruhan. Peran

18 sentral seorang sutradara pada proses pembuatan film mau tidak mau memaksanya untuk memberi perhatian secara langsung atau tidak langsung pada keseluruhan film. Sutradara memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Di lapangan seorang sutradara berperan sebagai manajer, kreator, dan sekaligus inspirator bagi anggota tim produksi dan para pemeran. Peran yang sedemikian besar mengharuskan sutradara memahami benar konsep cerita, memahami situasi lingkungan maupun psikologis para pelibat produksi, dan juga harus memahami bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan semua pelibat produksi. Seorang sutradara profesional harus bisa membuat ide-ide kreatif bersama seluruh pimpinan produksi. Mereka harus berkolaborasi. Karena masing-masing pimpinan produksi pastilah memiliki keahlian masingmasing. Sehingga masukan ide kreatif dari masing-masing ahli itu akan sangat membantu untuk menciptakan film yang baik [4]. Di dalam produksi film, sutradara harus memiliki keterikatan komunikasi dengan semua elemen, yaitu antara lain [5]: 1. Sutradara DOP D.O.P atau Director of Photography adalah seorang seniman yang melukis dengan cahaya. D.O.P harus familiar dengan komposisi dan semua aspek teknik pengendalian kamera dan biasanya dipanggil untuk menyelesaikan permasalahan teknis yang muncul selama perekaman film. Kerja D.O.P sangat dekat dengan sutradara untuk mengarahkan teknik pencahayaan dan jangkauan kamera untuk setiap pengambilan gambar. D.O.P bertangung jawab untuk semua hal yang berkaitan dengan fotografi pencahayaan film, exposure, komposisi, kebersihan, dll. D.O.P juga menciptakan jiwa dan perasaan dalam gambar dengan pencahayaan. Sutradara dan D.O.P secara konstan berdiskusi tentang angle kamera, warna, pencahayaan, blocking dan pergerakan kamera.

19 2. Sutradara Asisten Sutradara (Rundown, Koordinator Talent, Akting Trainer) Sutradara bekerja sama dengan Clapper (Continuity script), koordinator talent, dan akting trainer dalam proses produksi untuk memperingan pekerjaannya. 3. Sutradara Penata Artistik (Set, Property, Wardrobe, Make-Up, Musik, lighting) Sutradara harus selalu berdiskusi dengan para Chip (kepala divisi) artistik yang membawahi bagian set, property, wardrobe, make-up, music, dan lighting. Tujuannya adalah agar konsep dan keinginan sutrdara dapat diwujudkan melalui elemen-elemen tersebut. Penata Lighting Orang yang berhak dan memiliki konsep tentang tata cahaya sesuai dengan script atau nuansa film yang diinginkan sutradara. Penata Set/ Property Orang yang bertugas merancang, mengatur, menata, dan menyediakan set dan property di lokasi syuting. Penata Wardrobe/ Kostum Orang yang bertugas mendesain, menyediakan, dan memasang kostum/ wardrobe untuk para aktor. Penata Make-Up dan Hair Do Orang yang menyediakan dan memasangkan rias wajah dan rambut aktor. Penata Musik/ Sound Desainer Orang yang bertanggung jawab atas segala aspek suara yang terdapat dalam sebuah film. Ia bekerja sama dengan sutradara dari tahap praproduksi, berdiskusi untuk membuat konsep dan desain suara. 4. Sutradara Aktor

20 Sutradara memberikan pengarahan, briefing, dan pelatihan kepada aktor dalam memerankan tokoh sesuai dengan script yang telah diinterpretasikan. Pelatihan dapat mengacu pada pengkarakteran, dialog, intonasi, moving, dan ekspresi. 5. Sutradara Editor Editor adalah bagian penting dalam proses pasca produksi. Seorang editor bertanggung jawab untuk menggabungkan semua gambar dengan cara dan urutan sesuai dengan script dengan pendampingan sutradara. 6. Rumus 5-C Sebelum seorang sutradara mengarahkan semua pemain dalam sebuah produksi, ada baiknya sutradara memiliki kepekaan terhadap Rumus 5-C, yakni close up (pengambilan jarak dekat), camera angle (sudut pengambilan kamera), composition (komposisi), cutting (pergantian gambar), dan continuity (persambungan gambar-gambar). Kelima unsur ini harus diperhatikan oleh sutradara berkaitan dengan tugasnyadi lapangan. 1. Close Up Unsur ini diartikan sebagai pengambilan jarak dekat. Sebelum produksi (shooting di lapangan) sutradara harus mempelajari dahulu skenario, lalu diuraikan dalam bentuk shooting script, yakni keterangan rinci mengenai shot-shot yang harus dijalankan juru kamera. Terhadap unsur close up,sutradara harus betul-betul memperhatikan, terutama berkaitan dengan emosi tokoh. Gejolak emosi, kegundahan sering harus diwakili dalam shot-shot close up. 2. Camera Angle Unsur ini sangat penting untuk memperlihatkan efek apa yang harus muncul dari setiap scene (adegan). Jika unsur ini

21 diabaikan bisa dipastikan film yang muncul cenderung monoton dan membosankan sebab camera angle sebagai unsur visualisasi yang menjadi bahan mentah dan harus diolah secermat mungkin. Pada film-film opera sabun sering ada pembagian kerja antara pengambilan gambar yang long shot dan close up untuk kemudian diolah dalam proses editingnya. Variasi camera angle dapat mengayakan unsur filmis sehingga film terasa menarik. 3. Composition Unsur ini berkaitan erat dengan bagaimana membagi ruang gambar dan pengisiannya untuk mencapai keseimbangan dalam pandangan. Composition merupakan unsur visualisasi yang akan memberikan makna keindahan terhadap suatu film. Pandangan mata penonton sering harus dituntun oleh komposisi gambar yang menarik. Jika aspek ini diabaikan, jangan harap penonton akan menilai film ini indah dan enak ditonton. 4. Cutting Diartikan sebagai pergantian gambar dari satu scene ke scene lainnya. Cutting termasuk dalam aspek pikturisasi yang berkaitan dengan unsur penceritaan dalam urutan gambargambar. Sutradara harus mampu memainkan imajinasinya ketika menangani proses shooting. Imajinasi yang berjalan tentunya bagaimana nantinya jika potongan-potongan scene ini diedit dan ditayangkan di monitor. 5. Continuity Unsur terakhir yang harus diperhatikan sutradara adalah continuity, yakni unsur persambungan gambar-gambar. Sejak awal, sutradara bisa memproyeksikan pengadegan dari satu scene ke scene lainnya. Unsur ini tentunya sangat berkaitan erat dengan materi cerita.

22 7. Unsur Visual (visual element) Selanjutnya masih dalam tahap persiapan penyutradaraan, seorang sutradara juga harus memahami unsur-unsur visual (visual element) yang sangat penting dalam mengarahkan seluruh krunya. Ada enam unsur visual yang harus diperhatikan, yaitu sikap pose (posture), gerakan anggota badan untuk memperjelas (gesture), perpindahan tempat (movement), tindakan/perbuatan tertentu (purpose action), ekspresi wajah (facial expression), dan hubungan pandang (eye contact). 1. Sikap/Pose Hal pertama yang menjadi arahan sutradara adalah sikap/pose (posture) pemainnya. Ini sangat erat kaitannya dengan penampilan pemain di depan kamera. Dengan monitor yang tersedia, sutradara harus mampu memperhatikan pose pemainnya secara wajar dan memenuhi kaidah dramaturgi. Apalagi untuk kalangan indie yang cenderung pemainnya masih baru atau belum pernah bermain di depan kamera sama sekali. 2. Gerakan Anggota Badan Sesuai dengan shooting script, tentunya seorang atau beberapa pemain harus menggerakkan anggota tubuhnya. Namun, gesture yang mereka mainkan harus betul-betul kontekstual. Artinya, harus betul-betul nyambung dengan gerakan anggota tubuh sebelumnya. Misalnya, setelah seorang pemain minum air dari gelas tentunya gerakan berikutnya mengembalikan gelas tersebut dengan baik. Jangan sampai ada gerakan-gerakan tubuh yang secara filmis dapat menimbulkan kejanggalan. 3. Perpindahan Tempat Seorang sutradara dengan jeli akan memperhatikan dan mengarahkan setiap perpindahan pemain pendukungnya. Perpindahan pemain ini tentunya dalam rangka mengikuti shooting script yang dibuat sang sutradara sendiri. Di sini,

23 sutradara yang baik harus mampu mengarahkan pemainnya melakukan perpindahan secara wajar dan tidak dibuat-buat. Untuk itu, menonton pertunjukan teater bagi seorang sutradara dapat mengasah ketrampilan penyutradaraan. 4. Tindakan Tertentu Aspek ini tentunya dikaitkan dengan casting yang diberikan kepada seseorang. Casting disini diartikan peran yang dijalankan pemain film dalam menokohkan karakter seseorang yang terlibat dalam cerita film tersebut. Selain ada casting ada juga yang disebut cameo, yakni penampilan seseorang dalam sebuah film tetapi membawakan dirinya sendiri (tidak menokohkan orang lain). Dalam hubungan dengan casting, seorang pemain film harus diarahkan sang sutradara agar melakukan tindakan sesuai dengan tuntunan skenario. 5. Ekspresi Wajah Unsur ini sering berkaitan dengan penjiwaan terhadap naskah. Wajah merupakan cermin bagi jiwa seseorang. Konsep inilah yang mendasari aspek ini harus diperhatikan betul oleh sutradara. Terutama untuk genre film drama, unsur ekspresi wajah memegang peran penting. Shot-shot close up yang indah dan pas dapat mewakili perasaan sang tokoh dalam sebuah film. Contoh kecil sering ditampilkan dalam perfilman India. Jika seseorang sedang jatuh cinta ukuran gambar big close up bergantian antara pria dan wanita. Namun sutradara juga harus memperhatikan penempatannya serta waktu yang tepat. Jika tidak tepat, komunikasi dalam film tersebut gagal. Di sini, ada pedoman time is key, waktu adalah kunci. 6. Hubungan Pandang Hampir sama dengan ekspresi wajah, hubungan pandang di sini diartikan adanya kaitan psikologis antara penonton dan yang ditonton. Untuk membuat shot-shot-nya, biasanya sutradara

24 selalu memberikan arahan kepada pemain film agar menganggap kamera sebagai mata penonton. Dengan cara seperti ini, biasanya kaidah hubungan pandang ini akan tercapai. Dengan mengibaratkan kamera sebagai mata penonton, berarti pemain harus berlakon sebaik mungkin untuk berkomunikasi dengan penonton lewat lensa kamera. Dengan menguasai Rumus 5-C dan Visual Element secara baik dan benar bisa dipastikan seorang sutradara akan mampu membuat karyanya menjadi tontonan menarik dan munculnya situasi komunikatif antara tontonan dan penonton. [6] Hasil akhir dari sebuah karya televisi merupakan kesimpulan dari tiga tingkat pekerjaan produksi yaitu Pra Produksi ( Pre Production ), Produksi ( Production ) dan Paska Produksi( Post Production ). Ketiganya menyatu dan tidak boleh terlewatkan. Apabila salah satu tingkat pengerjaan produksi ini hilang atau belum selesai, tugas sang sutradara masih belum tuntas. Istilah Sutradara Televisi mungkin tidak begitu populer bila dibanding dengan sutradara, dalam pengertian Sutradara Film. Dunia pertelevisian di negara barat umumnya menggunakan istilah Program Director atau Television Director, yang kemudian sering kali diterjemahkan dalam bahasa indonesia sebagai Pengarah Acara Televisi (pertama kali diperkenalkan oleh TVRI) [7] Adapan tugas seorang Sutradara Televisi secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut : [8] Pada saat Pra Produksi bersama-sama produser, script writer, dan tim kreatif lainnya, membahas mengenai isi program hingga perencanaan produksinya. Pada saat Produksi, memimpin jalanya proses pengambilan gambar dan suara, termasuk merancang konsep visual dan tata cahaya. Saat Paska Produksi mendampingi editor untuk menentukan hasil akhir sebuah tayangan.

25 BAB III METODE PENCIPTAAN KARYA 3.1 Deskripsi Karya Deskripsi Program : 1. Judul Program : MOZAIK SISI KEHIDUPAN 2. Tema : Penyandang difable dengan sejuta kemampuan 3. Media : TV 4. Kategori Program : Hiburan 5. Format Program : feature 6. Format Produksi : indoor / outdoor 7. Sifat Produksi : Taping 8. Unsur Produksi : Video 9. Sasaran : Umum 10. Durasi : 15 menit 11. Segmentasi : semua umur 3.2 Obyek Karya dan Analisis Obyek Wibowo Sanjaya, seorang pelukis beraliran realis yang lahir di Semarang ini mempunyai kekurangan yang justru membangkitkan semangatnya untuk membuktikan pada dunia jika dia mampu mandiri. Pelukis sengan title sarjana hukum ini menunjukan ke masyarakat bahwa seorang penderita cacat fisik dapat memberikan perubahan disekitarnya. Sebagai broadcaster yang mana melihat fenomena ini ingin memberikan contoh pada khalayak spirit yang dimiliki Wibowo Sanjaya ini. Varian

26 karya dokudrama ketat menganut pembatasan kode etik jurnalistik dan prinsip nilai berita. Dokudrama merupakan jabaran identitas seorang tokoh yang bercerita di segala sisi kehidupan si tokoh tersebut yang tentunya memiliki nilai historis atau riwayat yang beberapa bagiannya disisipi pengarahan supaya terlihat lebih menarik. Perpaduan di segala aspek seni baik dari artistik, teknologi, dan karya, penulis mencoba membuat ketiganya seimbang. 1. Artistik, penulis ingin menampilkan estetika atau keindahan dari sett lokasi produksi. 2. Teknologi, penulis sendiri ingin mengemas sisi kehidupan sosok ini dalam bentuk program acara berupa dokurama. 3. Karya, dalam proyek tugas akhir penulis ingin mengupas tuntas sisi kehidupan seorang pelukis realis di kota Semarang dengan keterbatasan fisiknya, dan tentunya penulis mencoba mentransformaikan karya-karya pilihan si pelukis yang menjadi master piece. Menginspirasi sekitar melalui media televisi merupakan jurus jitu yang saat ini marak dilakukan oleh broadcaster dalam bentuk dokudrama. Program televisi yang dikemas secara informatif, educatif dan mampu memberi cerminan kepada khalayak tentunya, penulis berharap program acara ini bermanfaat bagi masyarakat 3.3 Komparasi Program Program Televisi Sebuah Nama Sebuah Cerita Kompas TV Program yang mengangkat kisah selebritis terkenal ataupun public figure Indonesia, menceritakan kembali perjalanan hidup dan karier mereka, termasuk skandal ataupun hal-hal yang tidak pernah diungkapkan sebelumnya, dan bagaimana kehidupan mereka saat ini. Dilengkapi dengan interview mendalam dengan sosok yang diangkat

27 kisahnya, ataupun narasumber yang mengetahui dengan jelas fakta dibalik sosok tersebut. - Kelebihan: Dalam program SEBUAH NAMA SEBUAH CERITA terdapat poin-poin positif yang memberi contoh untuk masyarakat supaya mampu menghadapi segala macam cobaan dengan tabah dan usaha yang maksimal serta bersyukur dengan kehidupan yang Tuhan berikan. - Kekurangan: Penonton hanya disuguhkan cerita yang tercurhat dari narasumber tanpa ada sisipan gambar menarik. Dengan durasi 60 menit yang dirasa membosankan Program acara Resah TVKU Program acara yang mengangkat cerita dari orang-orang dengan nasib kurang beruntung. Dikemas dengan format interaktif, yaitu adanya host yang berdialog dengan narasumber untuk mewawancarai. - Kelebihan Dalam program RESAH terdapat unsur-unsur humanist nya yang memberikan contoh untuk saling peduli terhadap sesama. - Kekurangan Kurang adanya cerita yang real, atau terkesan dibuat-buat untuk mendapat dramatisasi 3.4 Perencanaan Konsep Kreatif dan Konsep Teknik Konsep Kreatif Program acara berformat feature dengan tema yang mengangkat sisi kehidupan seorang publik figur dikemas secara santai, dan menonjolkan sisi kenyamanan narasumber dalam bercerita. Program in terbagi menjadi 3 segmen dalam satu alur yang sama. Mengulas

28 semua sisi kehidupan narasumber. Format bercerita dari narasumber dengan gaya yang santai dimaksud mampu membawa audiens terbawa dalam suasana alur masa lalu kehidupan narasumber. Topik kali ini yang mengulas sisi kehidupan seorang penyandang cacat yang menjadi sarjana hukum kemudian banting setir menjadi seorang pelukis karena mengalami praktek diskriminasi SINOPSIS Dia penyandang cacat yang sedari kecil sudah terkena polio yang menyebabkan dia harus menerima kaki yang kurang sempurna untuk berjalan. Kekurangan ini bukanlah penghambat untuk nya terus meraih yang diinginkan. Tercatat lulus dari mahasiswa jurnalistik yang kemudian melanjutkan kuliah di bidang hukum dan mendapatkan gelar sebagai sarjana hukum adalah prestasi yang bisa dia persembahkan. Terlahir sebagai orang yang kurang sempurna fisiknya bukan pilihan. Dan mendapatkan seseorang yang sempurna mau menerima kebanyakan kekurangan kita adalah berkah diluar nalar. Tidak pernah meminta lebih, namun akhirnya dipertemukan. Karena mereka tidak pernah meminta lain, selain hidup bahagia. Memilih sepertinya bukanlah jalan hidup nya. karena semenjak lahir pun dia tidak diberikan pilihan untuk meminta menjadi sempurna. Sampai seperti pekerjaan pun dia tidak di berikan pilihan. Penolakan yang selalu menjawab semua lamaran yang di ajukan, karena sadar diri sepertinya sudah menjadi aturan tak tertulis. Apalah arti sebuah ijasah jika kita tidak punya fisik yang bagi orang lain tidak sempurna. Yang mereka tahu hanya harus berpenampilan menarik. Mereka tidak pernah tahu, bagaimana dia sudah belajar semenjak lahir untuk tidak

29 menyusahkan orang dengan keterbatasan nya. Toh, otak kan yang bekerja. Karena kaki hanya pelengkap dan tangan penyeimbang. Bukan lagi berusaha menerima, tapi sepertinya dia sudah menerima kejadian-kejadian yang bahkan belum di lakukan. Karena dengan kondisi seperti ini menjadi lebih bisa melihat apa yang jauh berada di depan tanpa harus kecewa akan harapan yang kadang meninggi tapi di berhentikan sebelum sempat melakukannya. Dikatakan menyerah akan konsep dunia yang mengesampingkan orang-orang seperti nya ya tidak. Tapi berhenti mencari dan mulai membuat sendiri hal hal baru yang di yakini akan di car. Pekerjaan baru yang di tekuni tidak begitu elit, tapi cukup untuk biaya makan keluarga nya. Ya, keluarga nya yang tidak pernah lepas mendukung setiap apa yang dilakukan. Menekuni dunia seni mungkin menjadi terapi sendiri bagi nya. Melukis yang kemudian dia pilih. Membuat kanvas kosong menjadi sebuah cerita dalam bahasa yang tak tertulis sugguh membuat ketenangan sendiri dalam jiwa nya. Apa yang di yakinipun mulai berbuah terang. Dia yang akhirnya dipercaya menjadi ketua komunitas seni di raden saleh di kota dimana dia sempat kesulitan mencari pegangan. Kepercayaan yang timbul dari orang orang di sekitar membuat nya tidak ingin berhenti berkarya. Alih alih mengisi waktu luang,dia membuat grup keroncongan di rumah. Dan tak segan mengajak pemuda pemudi sekitaran rumah nya untuk bergabung dan ikut melestarikan kesenian ini. Siapa yang menyangka, lagi lagi mereka menyambut nya dengan baik dan tangan terbuka. Bahkan dia di angkat menjadi rukun tetangga sampai rukun warga. Cacat fisik bukanlah halangan kita

30 untuk menjadi sesuatu yang berguna bagi orang di sekitar kita. Cacat fisik bukanlah alasan kita untuk hidup menyusahkan orang lain. Dengan cacat fisik, dia ingin membuktikan bahwa kita yang di pandang sebelah mata begitu bisa jauh melampaui orang-orang yang mempunyai fisik yang jauh lebih sempurna dari kita. Dengan keterbatasan yang dapat membuat orang bahagia dengan hasil yang tidak dengan mudah kita lakukan dan perjuangkan. Yang membuat setiap proses dari perjalanan hidup kita begitu berkesan untuk menjadi pelajaran yang dapat kita bagikan sebagai cerita untuk anak cucu kita kelak. Ini tentang seorang ayah. Seseorang yang dituntut untuk dapat bertanggung jawab dan melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Sosok yang terkadang kita kesampingkan dan tidak kita pernah tau sebesar apa pengorbanannya, tidak perduli bagaimana dia harus berjuang hanya untuk anak-anak dan keluarganya TREATMENT SEGMENT 1 Segment 1 merupakan awal untuk perkenalan narasumber dalam program ini. Menunjukan kondisi fisiknya yang cacat dan sang istri yang dengan setia menjadi kaki bagi Wibowo Sanjaya. SEGMENT 2 Segment 2 merupakan bagian inti yang mana sang narasumber secar langsung menuturkan sisi kehidupannya. Mulai dari lahir, bersosialisasi hingga pilihan hidupnya menjadi pelukis. SEGMENT 3

31 Segment terakhir dalam acara ini tentu berisikan konklusi atau kesimpulan serta harapan berupa dukungan moril dari sang istri terhadap narasumber Konsep Teknik Alat dan Bahan Pada pembuatan program acara feature, harus diperhatikan alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan selama proses produksi. Adapun alat dan bahan yang dipergunakan pada feature MOZAIK SISI KEHIDUPAN ini adalah sebagai berikut : 1. Video NO JENIS JUMLAH 1 Kamera Canon SLR 550D 2 unit 2 Lensa fix camera SLR 550D 2 unit 2 Baterai kamera 4 unit 3 Tripod Kamera 1 unit Tabel 3.1 : Tabel Alat dan Bahan Pembuatan Video 1. Editing : NO JENIS JUMLAH 1 Komputer Editing 1 unit Processor intel core i5 Memory 4GB.

32 VGA 2 GB. Hard disk 190 GB. PERLENGKAPAN 1 Kaset DVD 3 keping Table 3.2: Tabel Alat dan Bahan Pendukung Editing 3.5 Proses Berkarya Pra Produksi Pada masa pra produksi penulis melakukan interview dan mengumpulkan data-data berupa foto narasumber. Mengamati keseharian di rumah narasumber. 1) Penggagasan Ide Merupakan awal dari proses pembuatan feature ini. Penulis terinspirasi sisi kehidupan sang ayah. Dan ingin menunjukkan kepada orang-orang yang pernah mengolok dan meremehkan sang ayah karena kondisi fisik. Munculah ide kreatif berupa dedikasi kepada sang ayah melalui program feature. 2) Survey dan Riset Penulis terjun secara langsung untuk mencari informasi mengenai kehidupan sang ayah dengan melakukan interview secara mendalam dan tentunya mengamati kegiatan sehari-hari serta mengikuti kegiatan pameran sang ayah guna mengetahui sisi sosialnya. 3) Penulisan Naskah

33 Naskah yang ditulis berdasarkan fakta yang ada. Dan sebenarnya naskah narasi ini untuk memperkuat gambar slide foto narasumber. 4) Menentukan Tim Produksi Produser menentukan dan memilih tim produksi sesuai dengan kebutuhan kelompok kerja yang telah disusun, yaitu : NO NAMA JOB DESCRIPTION 1 RULITA VEDA. PRODUSER 2 RULITA VEDA. DIRECTOR 3 RULITA VEDA. SCRIPWRITTER 4 DIMAS BAYU. CAMERA PERSON 5 AHMAD MASHUDI ART DIRECTOR 5 ARI KURNIAWAN EDITOR PENDUKUNG ACARA 1 WIBOWO SANJAYA DIFABLE/ - PELUKIS Tabel 3.3 : Tim Produksi MOZAIK SISI KEHIDUPAN 5) Pengecekan Alat. Sebelum proses produksi dilaksanakan, pengecekan kesiapan dan kelengkapan alat sangat diperlukan. Sekalipun menggunakan konsep feature, guna memperoleh hasil yang natural perlu adanya kesiapan kamera sewaktu-waktu mengambil moment Produksi Proses produksi yang cukup mudah karena narasumber merupakan ayah dari penulis sendiri. Mengarahkan sang ayah dan ibu untuk memperkuat kesan natural. Proses produksi pun hanya satu hari untuk pengambilan gambar kedua obyek Pasca Produksi 1) Logging and Capturing

34 Proses memilih gambar sesuai dengan editing list kemudian mentransfernya ke dalam peralatan editing pada komputer. 2) Editing Proses pengolahan gambar dengan cara memotong dan menyambung gambar sesuai jalan cerita. 3) Musik & Sound Effect Penambahan musik atau efek suara khusus untuk memberikan penguatan audio pada hasil gambar. 4) Desain Grafis Membuat desain grafis opening, transisi, closing serta bagian lain yang diperlukan. 5) Mixing Proses memadukan antara gambar dan suara menjadi satu kesatuan yang saling mendukung. 6) Color Correction Proses mengoreksi warna yang ada pada gambar agar sesuai dengan yang direncanakan. 7) Titling Proses membuat text/tulisan seperti judul, nama pemain, nama kru, dan sebagainya. 8) Preview

35 Proses mengevaluasi hasil editing yang dibuat oleh editor sebelum dinyatakan layak tayang. 9) Mastering Proses transfer hasil editing kedalam pita kaset, keping VCD, DVD atau ke dalam media lain.

36 BAB IV IMPLEMENTASI & ANALISA KARYA 4.1 Implementasi Karya Program acara berformat feature dengan tema yang mengkangkat tentang sisi kehidupan seseorang yang memiliki kekurangan namun mampu menutupi kekurangan itu dengan skill yang dipunyai. Dengan gaya bercerita dari narasumber, tanpa presenter yang mengantarkan informasi, menjadikan program feature MOZAIK SISI KEHIDUPAN ini terlihat lebih dekat dengan penonton. Gambar yang diperoleh dari narasumber berikut hasil interview guna mengantarkan kesesuaian alur yang direncanakan. Program acara MOZAIK SISI KEHIDUPAN ini akan ditayangkan pada hari Minggu dengan durasi 15 menit, mulai pukul WIB. Program ini disiarkan secara taping. Dalam 1 program acara dibagi menjadi 3 segment, dengan tiap segment memiliki konteks pembahasan yang berbeda, tetap dalam satu alur yang ditentukan. Program acara MOZAIK SISI KEHIDUPAN tentu tetap menonjolkan sisi human interest feature yang mampu membawa atmosfer suasana ke penonton. 4.2 Analisa Karya Feature bertemakan sosial ini berjudul MOZAIK SISI KEHIDUPAN yang mana merupakan susunan-susunan gambar yang menceritakan sisi kehidupan atau ragam kehidupan narasumber dengan format berita ringan namun informatif. Karya ini tentunya penulis dedikasikan kepada orang tua yang sekaligus sebagai narasumber di dalam proyek ini. Menceritakan tentang kisah hidup seorang penyandang cacat yang ternyata mampu tidak menjadi minor dan minder. Kelebihan khusus dari karya ini adalah mengulas tuntas dari segala aspek narsumber. Serta menonjolkan sisi kenyamanan. Keuntungan karya ini sendiri bagi khalayak adalah, memotivasi lewat cerita haru yang dapat mempengaruhi

37 penontonnya untuk menjadi lebih baik dalam hidup. Karya ini merupakan bentuk dedikasi penulis kepada sang ayah yang dengan segala kekurangannya namun mampu menjadi tokoh di lingkungan yang dihormati Objective Program acara berformat feature dengan tema yang mengkangkat tentang segala aspek kehidupan narasumber, memiliki beberapa spesifikasi, diantaranya: 1. Menampilkan program acara dengan format feature melalui media televisi. 2. Program acara yang ditampilkan berjudul MOZAIK SISI KEHIDUPAN, dengan tema yang mengkangkat tentang penyandang difable dengan sejuta kemampuan. 3. Memberikan wacana yang diperoleh dari cerita inspiratif seorang penyandang cacat. 4. Program acara berformat feature ini lebih dominan dalam sisi human interest selaku ciri khas format feature, dikemas dalam penyampaian ringan. 5. Menampilkan aktifitas objek sesuai tema, berisi kisah-kisah yang dipaparkan oleh narasumber Prospek Program acara MOZAIK SISI KEHIDUPAN dengan berbagai macam kekurangan serta kelebihannya tersebut, memiliki begitu besar prospek untuk direalisasikan pada episode-episode selanjutnya. Karena cerita mozaik dari kehidupan nyata dengan narasumbernarusmber yang tentunya inspiratif

38 4.3 Laporan Penciptaan No Expectation Reality 1 Take tanggal 18 Febuari 2013 Take tanggal 22 Febuari Terdapat opini orang-orang Mengkerucutkan statement terdekat narasumber dari narasumber 3 Editing tanggal Editing tanggal Tabel 4.1 : Laporan Penciptaan Behind The Scene Gambar 4.1 : proses produksi Gambar 4.2 : proses produksi Gambar 4.3: proses editing

39 4.4 Karya Pendukung dan strategi Promo Poster : Gambar 4.4

40 Tabel Print Out Hasil Karya NO SUBJECT DURASI VIDEO AUDIO KETERANGAN 1 BUMPER ACARA 6 2 SEGMENT 1 Opening Act Backsound Dramatisasi sepasang suami istri mengendarai motor - kamera dari mata obyek - MCU : kemudi - long Gambar two shoot - CU : ban motor - two shoot Introducing NARASI : Slide foto Gambar 4.6 Dia penyandang cacat. Ya dari kecil dia sudah terkena polio yang menyebabkan dia harus menerima kaki yang kurang sempurna untuk berjalan. Kekurangan ini bukanlah penghambat untuk nya terus meraih yang diinginkan. Tercatat lulus dari mahasiswa

41 jurnalistik, yang kemudian melanjutkan kuliah di bidang hukum dan mendapatkan gelar sebagai sarjana hukum adalah prestasi yang bisa dia persembahkan. Terlahir sebagai orang yang kurang sempurna fisiknya bukan pilihan. Dan mendapatkan seseorang yang sempurna mau menerima kebanyakan kekurangan kita adalah berkah diluar nalar. Tidak pernah meminta lebih, namun akhirnya dipertemukan. Karena mereka tidak pernah meminta lain, selain hidup bahagia. 3 SEGMENT 2 1. Awal mula Backsound melukis? - still camera - insert gerakan narasumber - insert foto Gambar 4.7

42 2. Pengalaman mengikuti pameran dari pertama kali sampai sekarang? 3. Aliran lukisan? Gambar 4.8 Backsound Backsound 4. Sosialisasi dengan lingkungan? Gambar 4.9 Backsound Gambar 4.10

43 Slide foto Narasi : Slide show foto narasumber Memilih sepertinya bukanlah jalan hidup nya. Karena semenjak lahir pun dia tidak diberikan pilihan untuk Gambar 4.11 meminta menjadi sempurna. Sampai seperti pekerjaan pun dia tidak di berikan pilihan. Penolakan yang selalu menjawab semua lamaran yang di ajukan, karena sadar diri sepertinya sudah menjadiaturan tak tertulis. Apalah arti sebuah ijasah jika kita tidak punya fisik yang bagi orang lain tidak sempurna. Yang mereka tahu hanya harus berpenampilan menarik. Mereka tidak pernah tahu, bagaimana dia sudah belajar semenjak lahir untuk tidak menyusahkan orang dengan keterbatasan nya. Toh, otak kan yang bekerja. Karena kaki hanya pelengkap dan tangan penyeimbang 4 SEGMENT 3

44 Opini masyarakat: 1. Teman komunitas 2. Tetangga 3. Tetangga - MCU - Still camera Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14

45 Opini istri : Ada perasaan terganggu dengan padangan orang terhadap fisik sang suami? Gambar 4.15 Opini istri : Suka duka? foto Gambar 4.16 Gambar 4.17 Narasi : Ini tentang seorang ayah.. Seseorang yang dituntut untuk dapat bertanggung jawab dan melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Sosok yang terkadang kita kesampingkan dan tidak kita pernah tau sebesar apa pengorbanannya,

46 Opini istri : harapan kedepan tidak perduli bagaimana dia harus berjuang hanya untuk anak-anak dan keluarganya. Gambar Credit title Tabel 4.2 : Print out hasil karya

Bagaimana Membuat Film Dokumenter

Bagaimana Membuat Film Dokumenter Bagaimana Membuat Film Dokumenter Diposkan oleh KHOIRUL NASIHIN oleh Jennifer Steinberg Sebagai kurator sebuah festival film dokumenter, saya sering ditanya tentang bagaimana seharusnya seseorang membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA

BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA A. Deskripsi Kegiatan Kuliah Kerja Media (KKM) Selama melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Media, penulis didampingi oleh Ine Yudhawati selaku PA (production assistant)

Lebih terperinci

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Camera Person

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Camera Person BAB 5 EVALUASI 5.1 Camera Person Sebuah program acara, seorang camera person sangat berperan penting dan bertanggung jawab atas semua aspek saat pengambilan gambar. Seperti pergerakan kamera, ukuran gambar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat menjadikannya sebagai sarana hiburan utama. Hampir di setiap rumah memiliki televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menyebarkan sebuah motivasi, ide gagasan dan juga penawaran sebuah sudut pandang dibutuhkan sebuah media yang cukup efektif. Menurut Javandalasta (2011:1), dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari menjadi kebutuhan untuk bersosialisasi dengan individu atau masyarakat. Komunikasi menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan.

Lebih terperinci

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya.

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya. ABSTRAK Televisi memiliki potensi yang besar sebagai sarana untuk menyampaikan isu-isu sejarah yang cenderung membosankan melalui penyajian tayangan news feature, yang bertujuan menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 FEATURE Feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian,

Lebih terperinci

Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer)

Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer) Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer) Karya Bidang Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

Program. TatapMuka. Kode MK. Broadcasting A31415EL. Abstract. Kompetensi

Program. TatapMuka. Kode MK. Broadcasting A31415EL. Abstract. Kompetensi MODUL PERKULIAHAN TV PROGRAMMING PRODUKSI PROGRAM TELEVISI Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting TatapMuka 03 Kode MK A31415EL DisusunOleh Gunanto Abstract Kompetensi Pembahasan Suatu program

Lebih terperinci

EDITOR ORANG YANG TERLATIH DAN TERDIDIK UNTUK MENGEDIT FILM DAN REKAMAN VIDEO

EDITOR ORANG YANG TERLATIH DAN TERDIDIK UNTUK MENGEDIT FILM DAN REKAMAN VIDEO TEKNIK EDITING EDITING Menggabungkan beberapa hasil pengambilan gambar dan suara dengan urutan urutan yang benar sesuai dengan naskah / script, dan juga menurut panjang dan irama tertentu yang tepat dengan

Lebih terperinci

Produksi suatu program acara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1. Praproduksi (perencanaan) 2. Produksi (eksekusi program out door/in door) 3.

Produksi suatu program acara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1. Praproduksi (perencanaan) 2. Produksi (eksekusi program out door/in door) 3. Produksi suatu program acara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1. Praproduksi (perencanaan) 2. Produksi (eksekusi program out door/in door) 3. Pasca Produksi (penyuntingan program) 1. Menemukan Ide/gagasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Program Urban Street Food merupakan program feature yang sudah ada di televisi saat ini. Program Urban Street Food merupakan program food & travel yang dikemas

Lebih terperinci

Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari

Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari segi visual berkualitas? Herman Effendy (Jurkam) : Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu merefleksikan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang sudah semakin maju ini, perkembangan teknologi dan komunikasi membuat semua lapisan masyarakat dunia mengikuti perkembangan tersebut dan menjadikan mereka

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. sesuai dengan tujuannya program tersebut dibuat. Program news feature adalah

BAB IV PENUTUP. sesuai dengan tujuannya program tersebut dibuat. Program news feature adalah BAB IV PENUTUP Sebuah stasiun televisi membutuhkan karya karya kreatif setiap hari untuk mengisi slot jam tayangnya. Karya karya program televisi yang dibuat harusnya sebuah program yang berbeda, unik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai agar data yang dikirim oleh pengirim bisa sampai ke penerima. Media yang dipakai bisa melalui

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan

Lebih terperinci

Finishing Audio Visual dengan Analisa Editing

Finishing Audio Visual dengan Analisa Editing Finishing Audio Visual dengan Analisa Editing ADA DUA MACAM EDITING LINEAR EDITING Proses pasca produksi yang masih menggunakan banyak peralatan editing profesional, player, recorder, monitor, ECU ( editing

Lebih terperinci

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser 1 ABSTRAK Film pendek memiliki banyak genre mulai drama cerita, documenter, kartun, bisu, animasi, boneka, stop-motion, dll, dengan waktu yang pendek. Film ANTOMIME bergenre bisu atau silent movie. Proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, negara kepulauan yang menghubungkan dari Sabang sampai Merauke. Hasil atau produk Indonesia pun sebenarnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Ilmu Multimedia memiliki cakupan yang sangat luas, oleh sebab itu

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Ilmu Multimedia memiliki cakupan yang sangat luas, oleh sebab itu BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA 3.1 Metode Penelitian Ilmu Multimedia memiliki cakupan yang sangat luas, oleh sebab itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi semakin berkembang dengan cepat dan pesat. Semakin maju kemampuan teknologi maka juga berpengaruh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan media massa masyarakat dapat mengetahui apa saja yang sedang terjadi disekitarnya. Media massa

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini. 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap

Lebih terperinci

BAB V PASCA PRODUKSI

BAB V PASCA PRODUKSI BAB V PASCA PRODUKSI 5.1 Editing dan Mixing Setelah melakukan proses produksi, tahap selanjutnya adalah pasca produksi. Pasca produksi yang dilakukan meliputi editing dan mixing. Pembuat karya yang bertugas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas karya akhir atau program sebelumnya. 1. Wisata Malam *Traveling ke tempat tempat yang eksotis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas karya akhir atau program sebelumnya. 1. Wisata Malam *Traveling ke tempat tempat yang eksotis BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tugas karya akhir atau program sebelumnya NO Judul Program Isi Program 1. Wisata Malam *Traveling ke tempat tempat yang eksotis *Dipresenteri oleh satu presenter laki laki yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang padat akan aktifitas membutuhkan hiburan dan informasi yang cepat, mudah dan murah. Ketat dan pesatnya persaingan dalam industri televisi khususnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stasiun televisi menayangkan berbagai jenis program acara setiap harinya dalam jumlah yang banyak dan beragam. Ada program berita yang terbagi menjadi hardnews dan

Lebih terperinci

BAB 3 PRA PRODUKSI 3.1 Ide dan Pengembangan Konsep

BAB 3 PRA PRODUKSI 3.1 Ide dan Pengembangan Konsep BAB 3 PRA PRODUKSI 3.1 Ide dan Pengembangan Konsep Awal mula tim terbentuk, produser memiliki ide untuk membuat sebuah program kreativitas untuk menjalin hubungan erat antara ibu dan anak, dengan judul

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : TEKNIK BROADCASTING KOMPETENSI KEAHLIAN :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangatlah pesat, salah satu buktinya adalah banyak stasiun televisi yang bermunculan. Stasiun televisi

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi II. METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Kerangka berpikir studi diatas merupakan tahap dari konsep berpikir penulis, berikut penjelasan secara singkat: 1. Passing note Judul dari film pendek yang diangkat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran

BAB III LANDASAN TEORI. 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan merupakan proses perubahan sikap seseorang untuk menjadi lebih baik baik dari segi pengetahuan dan segi moral atau tingkah laku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan media massa. Pesatnya perkembangan industri media

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan media massa. Pesatnya perkembangan industri media 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media komunikasi yang dapat mencangkup banyak penerima pesan biasa disebut dengan media massa. Pesatnya perkembangan industri media yang didukung dengan majunya teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Jawa Barat atau dikenal dengan Pantura yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses, produksi dan pasca produksi dalam pembuatan film AGUS. Berikut ini adalah penjelasan proses pembuatan film yang berjudul AGUS, sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPTIF PROSES DAN HASIL PRODUKSI. Profil Tayangan Feature Dibalik Wanita adalah sebagai berikut:

BAB IV DESKRIPTIF PROSES DAN HASIL PRODUKSI. Profil Tayangan Feature Dibalik Wanita adalah sebagai berikut: BAB IV DESKRIPTIF PROSES DAN HASIL PRODUKSI 4.1 Profil Tayangan Profil Tayangan Feature Dibalik Wanita adalah sebagai berikut: Judul Tayangan : Dibalik Wanita Jenis Tayangan : Feature Durasi : 15 menit

Lebih terperinci

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Animasi Pipeline A. Pengertian Tahapan proses animasi (Animation pipeline) Adalah prosedur atau langkah langkah yang harus dijalani seorang animator ketika membuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan Film Pendek Passing note merupakan salah satu media Audio Visual yang menceritakan tentang note cinta yang berlalu begitu saja tanpa sempat cinta itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan dan memiliki peran untuk menyampaikan apa yang disebut dengan pesan. Pesan bisa menjadi sebuah informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari 3.1 Metodologi BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari informasi lebih mendalam tentang eksistensi Ludruk sebagai seni tradisional.

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Tujuan Komunikasi Film dokumenter ini menceritakan mengenai kehidupan masyarakat suku Baduy yang dimana terdapat problematika sosial budaya dalam konteks kepercayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut kamus besar bahasa Indonesia KBBI pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN. Tujuan peneliti dalam film dokumenter SENJANG ini, peneliti ingin

BAB III KONSEP PERANCANGAN. Tujuan peneliti dalam film dokumenter SENJANG ini, peneliti ingin 48 BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Tujuan Komunikasi Tujuan peneliti dalam film dokumenter SENJANG ini, peneliti ingin menunjukan mengaplikasikan teori yang sudah penulis pelajari sebelumnya. Melalui produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Karena manusia menjalankan

Lebih terperinci

Ketentuan Penulisan. Skripsi/Kajian Komunikasi

Ketentuan Penulisan. Skripsi/Kajian Komunikasi Skripsi / Kajian Komunikasi Skripsi/Kajian merupakan Tugas Akhir Mahasiswa yang berbentuk Karya Tulis Ilmiah dari hasil penelitian dan atau studi kepustakaan yang disusun menurut kaidah keilmuan Komunikasi

Lebih terperinci

BAB 5 EVALUASI. Gambar 5.1 Editing imovie

BAB 5 EVALUASI. Gambar 5.1 Editing imovie BAB 5 EVALUASI 5.1 Editing dan Mixing Setelah selesai tahapan pra produksi dan tahapan produksi maka tahapan selanjutnya adalah pasca produksi. Dimana dalam tahapan pasca produksi ini adalah sebuah tahapan

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI. Gambar 5.1 Final Cut Pro

BAB V EVALUASI. Gambar 5.1 Final Cut Pro 64 BAB V EVALUASI 5.1 Editing dan Mixing Setelah melewati proses pra produksi dan produksi, tahap selanjutnya adalah pasca produksi. Dalam tahap ini shooting dan stock shoot diseleksi dan di pisahkan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa pada saat ini sangat berpengaruh untuk mempengaruhi persepsi, pikiran serta tingkah laku masyarakat. Media massa pada saat ini sangat berpengaruh untuk

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Advertising Project Management-

Mata Kuliah - Advertising Project Management- Modul ke: 13 Fakultas FIKOM Mata Kuliah - Advertising Project Management- Eksekusi Konsep Kreatif Periklanan (1) Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising Tujuan penulisan

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN Faslitasi Pembuatan Film Pendek dan Dokumenter 2012

KRITERIA PENILAIAN Faslitasi Pembuatan Film Pendek dan Dokumenter 2012 KRITERIA PENILAIAN Faslitasi Pembuatan Film Pendek dan Dokumenter 2012 A. Dasar Pemikiran Pada dasarnya film dapat dimaknai atau dilihat memiliki fungsi sebagai berikut: Sebagai media ekspresi seni Sebagai

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendakian gunung atau yang disebut mountaineering adalah olahraga, profesi, dan rekreasi. Ada banyak alasan mengapa orang ingin mendaki gunung, terutama di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah sarana informasi yang menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia saat ini. Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Budaya atau kebudayaan merupakan identitas suatu bangsa. Identitas ini yang membedakan kebiasaan, sifat, dan karya-karya seni yang dihasilkan. Indonesia memiliki berbagai

Lebih terperinci

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Modul ke: Program Dokumenter Drama Fakultas 12FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Program Dokumenter Drama Dokumentasi drama (drama dokumenter), yakni suatu film atau drama televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mengelola bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mengelola bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mengelola bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling sulit dan paling menantang dibandingkan dengan jenis industri lainnya. Mengelola media

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Televisi Sebagai Media Massa Elektronik. berwarna yang mempunyai berbagai jenis pemancar (TV kabel).

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Televisi Sebagai Media Massa Elektronik. berwarna yang mempunyai berbagai jenis pemancar (TV kabel). BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Televisi Sebagai Media Massa Elektronik Televisi merupakan perkembangan dari berbagai penemuan di dunia sebelumnya, yang mulai di awali dari penemuan teleskop, telegraf, telefon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan batiniah maupun lahiriah. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya tidak selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap individu berusaha untuk mengenal dan mencari jati dirinya, mengetahui tentang orang lain, dan mengenal dunia luar atau selalu mencari tahu mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya dapat dilihat sepintas, juga sangat mempengaruhi cara-cara penyampaian

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya dapat dilihat sepintas, juga sangat mempengaruhi cara-cara penyampaian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Televisi tumbuh dan berkembang menjadi salah satu bentuk media massa audio visual dengan ciri dan sifatnya yang berbeda dengan media yang telah ada sebelumnya, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV Penutup. sebuah kebutuhan yang penting untuk dipenuhi. Melalui media massa seperti

BAB IV Penutup. sebuah kebutuhan yang penting untuk dipenuhi. Melalui media massa seperti BAB IV Penutup A. Kesimpulan Media massa merupakan suatu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa media massa mempunyai fungsi penting dalam kehidupan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 5 EVALUASI. Gambar 5.1 Offline Editing 1

BAB 5 EVALUASI. Gambar 5.1 Offline Editing 1 BAB 5 EVALUASI 5.1 Pasca Produksi Setelah melalui tahapan pra produksi dan produksi, tahap selanjutnya adalah pasca produksi. Dalam tahapan ini hasil shooting dan kumpulan hasil stock shoot dipilih dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Wawancara dengan Eksekutif Produser (Endan Syafardan) Hasil wawancara dengan eksekutif produser program berita Warta Malam

LAMPIRAN 1. Wawancara dengan Eksekutif Produser (Endan Syafardan) Hasil wawancara dengan eksekutif produser program berita Warta Malam LAMPIRAN 1 Wawancara dengan Eksekutif Produser (Endan Syafardan) Hasil wawancara dengan eksekutif produser program berita Warta Malam Tanya : Apa tugas dan tanggung jawab anda sebagai eksekutif produser?

Lebih terperinci

JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah

JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah KODE UNIT : TIK.MM02.004.01 JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah DESKRIPSI UNIT : Unit ini menjelaskan keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk membaca naskah, identifikasi elemen dasar yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Key Informan. Produser Program Idenesia, Rojih Azka

LAMPIRAN. 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Key Informan. Produser Program Idenesia, Rojih Azka LAMPIRAN 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Key Informan Produser Program Idenesia, Rojih Azka 2. Daftar Pertanyaan Wawancara Informan Asisten Produksi Program Idenesia, Ardhy Yanus & Deta Putri Setyanto Kreatif

Lebih terperinci

BAB II PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

BAB II PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) BAB II PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) 2.1 Kegiatan Kerja Praktek Lapangan Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan sejak tanggal 02 September sampai dengan 01 Oktober penulis telah melaksanakan

Lebih terperinci

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV) ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN ) Fathania Pritami Prodi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perfilman di Indonesia akhir-akhir ini berkembang sangat pesat seiring dengan majunya era globalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia memiliki orang-orang kreatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia pertelevisian semakin meningkat setiap tahunnya. Dengan makin bermunculannya stasiun-stasiun televisi baru, baik lokal maupun nasional, bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk face to face maupun menggunakan alat (media). Media

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk face to face maupun menggunakan alat (media). Media BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semua orang tentu melakukan yang namanya komunikasi, baik dalam bentuk face to face maupun menggunakan alat (media). Media komunikasi massa sangatlah bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas dari proses komunikasi, dimulai sejak perolehan bahasa dan tulisan yang digunakan sebagai alat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI. 5.1 Editing dan Mixing

BAB V EVALUASI. 5.1 Editing dan Mixing BAB V EVALUASI 5.1 Editing dan Mixing Dalam tahap pasca produksi ini dilakukan tahap editing dan mixing. Hasil shooting yang sebelumnya dilakukan selama 3 hari, disortir dan dibuat list yang setelah itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk sebagai kesenian tradisional Jawa Timur semakin terkikis. Kepopuleran di masa lampau seakan hilang seiring

Lebih terperinci

PT. NUSANTARA MEDIA MANDIRI JOBDESK PRODUCTION FACILITIES DEPARTEMENT NO. PSM/JKO-HRD/04 DISAHKAN. Pada tanggal Randy Monthonaro Tampubolon

PT. NUSANTARA MEDIA MANDIRI JOBDESK PRODUCTION FACILITIES DEPARTEMENT NO. PSM/JKO-HRD/04 DISAHKAN. Pada tanggal Randy Monthonaro Tampubolon PT. NUSANTARA MEDIA MANDIRI JOBDESK PRODUCTION FACILITIES DERTEMENT NO. PSM/JKO-HRD/04 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal... 2015 Randy Monthonaro Tampubolon DIREKTUR UTAMA 1 PT NUSANTARA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berkembangnya teknologi media massa pada zaman modern ini semakin memudahkan masyarakat untuk mendapat informasi. Membuat masyarakat untuk dituntut serba cepat untuk

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Setelah melakukan persiapan dalam proses pra produksi, dimulainya tahap observasi tempat yang sesuai dengan tema lalu memilih lokasi pengambilan gambar. Setelah melakukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan tinjauan pustaka pada bab dua, dalam kajian komunikasi. menurut Laswel terdapat lima unsur komunikasi.

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan tinjauan pustaka pada bab dua, dalam kajian komunikasi. menurut Laswel terdapat lima unsur komunikasi. 144 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kajian dari Ilmu Komunikasi Berdasarkan tinjauan pustaka pada bab dua, dalam kajian komunikasi menurut Laswel terdapat lima unsur komunikasi. Yaitu: (1) komunikator dalam program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Hal tersebut merupakan representasi psikologis masing-masing orang yang dibangun dari latar belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENCIPTAAN KARYA

TUGAS AKHIR PENCIPTAAN KARYA TUGAS AKHIR PENCIPTAAN KARYA Tugas Akhir Penciptaan Karya merupakan perwujudan konsep dan ide berdasarkan teori-teori yang telah diterima oleh Mahasiswa selama melaksanakan tugas Perkuliahan. Penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi telekomunikasi saat ini sangat dirasakan semakin cepat dan menjadi bagian terpenting dari suatu masyarakat, Komunikasi pun dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara spektakuler. Film merupakan cabang seni yang paling muda, tetapi juga yang paling dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yang akhirnya semakin meningkat kebutuhan-kebutuhan hidup. meningkat seiring perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yang akhirnya semakin meningkat kebutuhan-kebutuhan hidup. meningkat seiring perkembangan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas dari proses komunikasi, dimulai sejak perolehan bahasa dan tulisan yang digunakan sebagai alat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN Premise Penyesalan seorang anak atas apa yang telah dilakukannya terhadap ibunya.

BAB 4 KONSEP DESAIN Premise Penyesalan seorang anak atas apa yang telah dilakukannya terhadap ibunya. BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Fakta Kunci Banyak orang tua yang salah dalam cara mendidik anaknya, sehingga seringkali membuat anak menjadi sangat nakal dan tidak sesuai dengan apa yang

Lebih terperinci

Modul ke: Divisi Produksi. Fakultas FIKOM. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting.

Modul ke: Divisi Produksi. Fakultas FIKOM. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting. Modul ke: Divisi Produksi Fakultas FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Departemen Operasional Produksi Stasiun televisi sekaligus menjadi provider content merupakan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI (AWAL) PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI (AWAL) PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU Mata Kuliah Jenjang : Broadcasing : SMK/MA KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI (AWAL) PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU A. KOMPETENSI PROFESIONAL Kompetensi Inti Guru 1) Menguasai teknik dasar elektronika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam bidang teknologi dan informasi, hampir semua masyarakat baik yang berada di daerah pekotaan maupun yang

Lebih terperinci