STRATEGI KETAHANAN KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM ASIAN CITIES CLIMATE CHANGE RESILIENCE NETWORK (ACCCRN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI KETAHANAN KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM ASIAN CITIES CLIMATE CHANGE RESILIENCE NETWORK (ACCCRN)"

Transkripsi

1 STRATEGI KETAHANAN KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM ASIAN CITIES CLIMATE CHANGE RESILIENCE NETWORK (ACCCRN) i

2

3 STRATEGI KETAHANAN KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM Disusun oleh: Tim Kerja Kota (City Working Group) Asian Cities Climate Change Resilience Network (ACCCRN) iii

4 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim ( (Bandar Lampung City Resilience Strategy to Climate Change ): Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim merupakan rencana adaptasi Kota Bandar Lampung terhadap dampak perubahan iklim. Dokumen merupakan bagian dari pelaksanaan Program Jejaring Ketahanan Kota-Kota Asia terhadap Perubahan Iklim (Asian Cities Climate Change Resilience Network / ACCCRN) yang telah dilaksanakan di Kota Bandar Lampung sejak Agustus 2009, atas dukungan Yayasan Rockefeller (The Rockefeller Foundation) dan bekerjasama dengan Mercy Corps, URDI (Urban and Regional Development Institute), dan CCROM SEAP IPB (Center for Climate Risk and Opportunity Management in Southeast and Asia Pacific, Institut Pertanian Bogor). Dokumen disingkat CRS, atau City Resilience Strategy (Strategi Ketahanan Kota). Tim Kerja Kota untuk Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim (City Working Group for CRS): Dokumen disusun oleh: Maulana Mukhlis, S.Sos, MIP (Universitas Lampung), Desti Mega Putri, SP, MT (BAPPEDA Kota Bandar Lampung), dan Dini Purnamawaty, SE, M.Si (BPMP Kota Bandar Lampung). Tim Koordinasi Ketahanan Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung L ( (City Team of Bandar Lampung City): Susunan personil Tim Koordinasi Ketahanan Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung meliputi: Sekretaris Daerah Kota Bandar Lampung (selaku ketua), Asisten II Sekretariat Kota Bandar Lampung (selaku wakil ketua), Kepala BAPPEDA Kota Bandar Lampung (selaku sekretaris), dan sejumlah anggota dari berbagai unsur yang meliputi: Lembaga Penelitian Universitas Lampung, akademisi Universitas Lampung, Mitra Bentala, WALHI, PUSSBIK, WATALA, PNPM Mandiri Perkotaan, Dinas Sosial, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata Kota, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Peternakan, dan Kehutanan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, BPMP, BAPPEDA, dan PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung. Foto sampul: Kelurahan Kota Karang, Bandar Lampung, Indonesia (Atas) Courtesy: Erwin Nugraha/Mercy Corps, 2010 Banjir di Kelurahan Pasir Gintung pada tahun 2008, Bandar Lampung, Indonesia (Bawah) Courtesy: Putri Bangsa, 2010 Mohon pergunakan referensi berikut untuk mengutip: Asian Cities Climate Change Resilience Network (ACCCRN) Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim Disusun oleh Kelompok Kerja Kota: Maulana Mukhlis, Desti Mega Putri, dan Dini Purnamawaty. Bandar Lampung. Sekretariat ACCCRN Kota Bandar Lampung: Jl. Dr. Susilo No. 2, Gedung F Lantai 2, BAPPEDA Kota Bandar Lampung, Kota Bandar Lampung, Indonesia Tel: Fax: acccrn.bandarlampung@gmail.com iv

5 KATA PENGANTAR Perubahan iklim adalah tantangan nyata masa kini dan masa depan yang dihadapi seluruh kota di dunia, termasuk kota pesisir Bandar Lampung. Kecenderungan kenaikan suhu rata-rata yang signifikan, peningkatan curah hujan musiman yang tajam, dan peluang terjadinya curah hujan melebihi ambang batas pada musim hujan khususnya di daerah pesisir Bandar Lampung (CCROM SEAP IPB, 2010) menjadi landasan dibutuhkannya perangkat yang kuat dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Terutama karena sebagian besar dampaknya akan sangat berpengaruh (merugikan) bagi masyarakat paling miskin dan rentan. Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim merupakan rencana adaptasi Kota Bandar Lampung terhadap dampak perubahan iklim. Dokumen merupakan bagian dari pelaksanaan Program Jejaring Ketahanan Kota-Kota Asia terhadap Perubahan Iklim (Asian Cities Climate Change Resilience Network / ACCCRN) yang dilaksanakan di Kota Bandar Lampung sejak Agustus Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim bersama dengan berbagai kegiatan yang telah dan akan diimplementasikan sampai 2013 adalah sejalan dengan RPJPD (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah) Kota Bandar Lampung dan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kota Bandar Lampung untuk mewujudkan Bandar Lampung sebagai kota yang aman, nyaman, dan berkelanjutan. Dalam hal ini, upaya pengurangan kerentanan terhadap perubahan iklim, khususnya bagi masyarakat miskin dan rentan di Bandar Lampung adalah prioritas utama Pemerintah Kota Bandar Lampung. Penyusunan Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim ini dapat terlaksana atas dukungan The Rockefeller Foundation melalui program ACCCRN yang dilaksanakan Mercy Corps di Indonesia. Program ACCCRN di Kota Bandar Lampung didukung penuh oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung, dan berbagai pemangku kepentingan termasuk Tim Koordinasi Ketahanan Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung dan pihak-pihak terkait telah memberikan berbagai masukan yang sangat berharga dalam penyusunan dokumen. Strategi ketahanan kota ini, bersama dengan upaya-upaya yang telah diinisiasi, diharapkan dapat mendukung bagi terciptanya ketahanan kota terhadap perubahan iklim di Bandar Lampung. Bandar Lampung, Januari 2011 Penyusun v

6

7 DAFTAR ISI halaman Kata Pengantar... v Daftar Isi... vii Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... x Singkatan dan Akronim... xi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Esensi Strategi Ketahanan Kota Metode dan Tahapan Penyusunan Strategi Ketahanan Kota Hubungan CRS dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Sistematika Dokumen Strategi Ketahanan Kota BAB B II KAJIAN KERENTANAN Tren Perubahan Iklim di Kota Bandar Lampung Variabilitas Curah Hujan Angin Ekstrim Tren Curah Hujan Tren Suhu Proyeksi Perubahan Iklim Pemetaan Wilayah Rentan BAB III ISU STRATEGIS Bencana yang Diakibatkan Perubahan Iklim Isu Strategis terkait dengan Perubahan Iklim Banjir Erosi dan Longsor Kekeringan Abrasi dan Kenaikan Muka Air Laut Puting Beliung BAB IV Kebijakan dan Skenario Perubahan Iklim Kebijakan Nasional Kebijakan Daerah Kawasan Rawan Bencana Alam Kawasan Bencana Tanah Longsor dan Gerakan Tanah Kawasan Rawan Gelombang Pasang dan Tsunami Kawasan Rawan Banjir Asumsi yang Digunakan Pengembangan Skenario Perubahan Iklim di Kota Bandar Lampung Skenario Musim Kemarau...48 A. Skenario Musim Kemarau Setelah Pengembangan PDAM Way Rilau Melalui Penambahan Air Baku dari Way Sekampung...48 B. Skenario Musim Kemarau Setelah Pengembangan PDAM Way Rilau Melalui Penambahan Air Baku dari Way Sekampung vii

8 dan Rehabilitasi Lahan Kritis Hulu Sungai Way Kuripan Skenario Musim Hujan...50 A. Skenario Musim Hujan Setelah Perbaikan Sistem Drainase...50 B. Skenario Musim Hujan Setelah Penanganan Sampah Terpadu...51 C. Skenario Musim Hujan Setelah Pembangunan Sistem Air Limbah Perkotaan...51 BAB V Strategi dan Aksi Prioritas Tujuan dan Strategi Ketahanan Perubahan Iklim Strategi Ketahanan Sektor Air Bersih Strategi Ketahanan Sektor Lingkungan Hidup Strategi Ketahanan Sektor Infrastruktur Strategi Ketahanan Sektor Kelautan, Pesisir, dan Perikanan Strategi Ketahanan Pengembangan Sumber Daya Manusia Strategi Ketahanan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Kriteria Strategi Ketahanan Kegiatan Prioritas Strategi dan Aksi Prioritas BAB VI Pemantauan dan Evaluasi Prioritas Tindakan Pemantauan dan Evaluasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

9 DAFTAR TABEL halaman Tabel 2.1 Korelasi Curah Hujan Musiman dengan DMI dan Anomali SST Nino Tabel 2.2 Konsentrasi Gas (PPMV)...18 Tabel 2.3 Suhu ( O C) dan Kenaikan Muka Air Laut (cm), Mengacu pada Tahun Tabel 2.4 Indikator Yang Digunakan Untuk Mendefinisikan Kerentanan dan Kapasitas dan Bobotnya...20 Tabel 2.5 Klasifikasi Kelurahan Rentan...22 Tabel 3.1 Wilayah dan Masyarakat yang Rentan terhadap Perubahan Iklim...27 Tabel 3.2 Matriks Bahaya Iklim Terhadap Kelompok Resiko dan Sektor Yang Terkena Dampak Dari Perubahan Iklim di Kota Bandar Lampung...28 Tabel 4.1 Pelaksanaan Rencana Aksi di Bidang Adaptasi...37 Tabel 4.2 Daerah Rawan Banjir di Kota Bandar Lampung...45 Tabel 4.3 Skenario Musim Kemarau di Kota Bandar Lampung...50 Tabel 4.4 Skenario Musim Hujan di Kota Bandar Lampung...52 Tabel 5.1 Kriteria Ketahanan Usulan Aksi Adaptasi terhadap Perubahan Iklim...61 Tabel 5.2 Matriks Kegiatan Prioritas...64 Tabel 5.3 Manfaat (Benefit) Kegiatan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim...66 Tabel 5.4 Analisis Biaya Manfaat...68 Tabel 5.5 Tahapan Pelaksanaan Prioritas Tindakan Strategi Ketahanan Kota...70 Tabel 6.1 Prioritas Tindakan berdasarkan Nilai B/C Ratio...78 Tabel 6.2 Rancangan Monev Kegiatan Adaptasi Perubahan Iklim...79 ix

10 DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 1.1 Esensi Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung... 8 Gambar 1.2 Tahapan Proses Penyusunan Strategi Ketahanan Kota... 9 Gambar 1.3 Keterkaitan Dokumen CRS dengan Dokumen Kota Lainnya Gambar 2.1 Plot Time Series Curah Hujan Musiman di Kota Bandar Lampung Gambar 2.2 Kecepatan Angin Harian di Stasiun Pengamatan Teluk Betung, Lampung Gambar 2.3 Tren Curah Hujan Musiman di Bandar Lampung Gambar 2.4 Tren Suhu Maksimum Musiman di Kota Bandar Lampung Gambar 2.5 Peluang Curah Hujan Melebihi Dari Q3 Pada Musim Hujan (Desember Februari / DJF) dan Kurang dari Q3 Pada Musim Kemarau (Uni Agustus / JJA) dengan Dua Skenario Emisi Gambar 2.6 Pengelompokan Kelurahan Berdasarkan Indikator Kapasitas dan Kerentanan Gambar 2.7 Indeks Kerentanan dan Kapasitas Kelurahan (A) Baseline, (B) 2025, dan (C) Gambar 2.8 Jumlah Kelurahan Menurut Kategori Indeks Resiko Iklim Gambar 4.1 Diagram Skenario Musim Kemarau Gambar 4.2 Diagram Skenario Musim Hujan x

11 SINGKATAN DAN AKRONIM ACCCRN Asian Cities Climate Change Resilience Network (Jejaring Ketahanan Kota Kota Asia terhadap Perubahan Iklim) APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BPPLHD Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah BPMP Badan Penanaman Modal dan Perizinan CBA Cost Benefit Analysis (Analisis Biaya Manfaat) CCROM SEAP IPB Center for Climate Risk and Opportunity Management in Southeast and Asia Pacific, Institut Pertanian Bogor (Pusat Studi untuk Resiko Iklim dan Pengelolaan Peluang di Asia Tenggara dan Asia Pasifik) CRS City Resilience Strategy (Strategi Ketahanan Kota) CWG City Working Group (Kelompok Kerja Kota) DKP Dinas Kelautan dan Perikanan ENSO El Nino Southern Oscillation EWS Early Warning System (Sistem Peringatan Dini) FGD Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) GCM Global Climate Model (Model Iklim Global) ICCTF Indonesia Climate Change Trust Fund IOD Indian Ocean Dipole IPCC Intergovernmental Panel on Climate Change (Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim) IPLT Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu ISET Institute for Social and Environmental Transition (Institut untuk Transisi Sosial dan Lingkungan) LSM Lembaga Swadaya Masyarakat PDAM Perusahaan Daerah Air Minum PDRB Produk Domestik Regional Bruto PU Dinas Pekerjaan Umum RAN Rencana Aksi Nasional RCM Regional Climate Model (Model Iklim Regional) RF The Rockefeller Foundation (Yayasan Rockefeller) RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJP Rencana Pembangunan Jangka Panjang RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah SLD Shared Learning Dialogue (Dialog Pembelajaran Bersama) URDI Urban and Regional Development Institute (Institut Pembangunan Wilayah dan Kota) VA Vulnerability Assessment (Kajian Kerentanan) 3R Reduce, Reuse, Recycle (Pengurangan, Penggunaan Kembali, Daur Ulang) xi

12

13 BAB I1 PENDAHULUAN Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

14 Foto Sampul Bab 1 : Salah satu sudut pemandangan Kota Bandar Lampung Courtesy : Erwin Nugraha/Mercy Corps, Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

15 1. 1 L A T A R B E L A K A N G Kota Bandar Lampung sebagai ibu kota Provinsi Lampung secara geografis terletak pada 5 o 20' 5 o 30 lintang dan bujur 105 o 28' 105 o 37'. Dengan luas wilayah hektar (ha) yang terdiri dari 13 kecamatan dan 98 kelurahan. Kota ini dilalui oleh dua sungai besar yaitu Way Kuala dan Way Kuripan serta 23 sungai kecil. Semua sungai-sungai ini membentuk daerah aliran sungai (DAS) yang terletak di daerah Bandar Lampung dan sebagian besar mengarah ke Teluk Lampung. Beberapa jaringan drainase buatan menghubungkan sistem sungai di wilayah ini. Fungsi jaringan drainase adalah untuk mengurangi aliran permukaan sebagai akibat dari air hujan yang berlebihan. Sistem jaringan drainase yang telah ada di Bandar Lampung meliputi Teluk Betung, Tanjung Karang, Panjang dan Kandis. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Bandar Lampung mencapai jiwa dengan kepadatan penduduk sekitar 42 orang per ha dan tidak tersebar merata. Kecamatan dengan kepadatan penduduk tinggi adalah Tanjung Karang Pusat dan Teluk Betung Selatan. Berdasarkan kelompok umur, proporsi terbesar penduduk Bandar Lampung adalah kelompok umur dengan populasi orang, diikuti oleh kelompok usia dengan populasi orang. Usia produktif (usia tahun) di Bandar Lampung mencapai jumlah atau 64,75% dari total penduduk. Sumber pendapatan penduduk bervariasi. Perdagangan adalah mata pencaharian utama penduduk. Sebagian besar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bandar Lampung berasal dari transportasi dan komunikasi (19,6%), industri pengolahan (17,6%), jasa (16,9%) dan perdagangan, hotel, restoran (16,6%), sedangkan pertanian hanya berkontribusi sebesar 5% terhadap PDRB. Bandar Lampung merupakan salah satu kota pelabuhan yang penting di kawasan Sumatera. Sebagai kota pelabuhan, Kota Bandar Lampung terletak di suatu pantai berbentuk teluk sehingga gelombang tinggi sebagai akibat angin kencang tidak sepenuhnya langsung mengenai kawasan pantai. Meskipun demikian, di beberapa tempat kawasan pantai, Bandar Lampung sudah terjadi abrasi oleh gelombang air laut. Wilayah pesisir merupakan kawasan padat penduduk dan untuk memenuhi kebutuhan akan tempat Orientasi Lokasi Kota Bandar Lampung, Indonesia Sumber: Google Maps, 2010 tinggal, penduduk membangun rumah di lahan hasil penimbunan pantai (reklamasi) sehingga terjadi akresi. Banyak dari para pemukim tidak memiliki bukti kepemilikan tanah secara hukum, kondisi ini akan menjadi salah satu masalah serius dalam upaya Pemerintah Kota Bandar Lampung mewujudkan Water Front City. Indonesia adalah negara yang rawan terhadap bencana alam seperti banjir, kekeringan, badai, tanah longsor, letusan gunung berapi, dan kebakaran pada berbagai lahan hutan. Indonesia telah mengalami bencana terkait iklim yang lebih sering dan parah dalam beberapa tahun terakhir. Bencana terkait banjir dan angin kencang mencakup sekitar 70% dari total bencana dan sisanya 30% terkait dengan bencana kekeringan, tanah longsor, kebakaran hutan, gelombang panas, badai, rob, dan lain-lain. Dalam periode saja, ada sekitar kejadian bencana di Indonesia. Sekitar 53,3 persennya terkait bencana hidro-meteorologi (BAPPENAS dan Bakornas PB, 2006) Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

16 Serpihan Bongkahan Es Larsen B. Selama 35 hari di awal tahun 2002, bongkahan es Larsen B di Antartika kehilangan total mil persegi, salah satu pengurangan luas terbesar yang pernah dicatat. Foto di atas diambil dari sensor satelit NASA MODIS pada 23 Februari, menggambarkan kehancuran, menyebarkan sekumpulan gumpalan es terapung-apung di Laut Weddell (Sumber: National Geographic, 2010; Courtesy: NASA). Kenaikan permukaan laut menimbulkan risiko, saat ini sekitar 24 pulau-pulau kecil Indonesia sudah terendam (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007). Rentang kepulauan Indonesia yang luas ini dengan lebih dari pulau dan lebih dari km garis pantai dan mayoritas penduduk yang tinggal di wilayah pesisir di mana sebagian besar kegiatan ekonomi negara sangat rentan terhadap kenaikan permukaan laut. Saat ini, sekitar 42 juta orang di Indonesia tinggal di daerah dengan ketinggian kurang dari 10 meter di atas permukaan laut (Pemerintah Indonesia, 2007). Sebagian besar rumah tangga yang tinggal di daerah pesisir memiliki pendapatan antara US $ 2 dan US $ 1 per hari, yang merupakan batas garis kemiskinan (Indonesia Poverty Analysis Program, 2006). Mereka merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kondisi ini juga terjadi pada kelompok masyarakat pesisir di Kota Bandar Lampung. Kepadatan penduduk yang tinggi serta banyaknya penduduk di wilayah pesisir meningkatkan kerentanan terhadap bencana iklim. Berdasarkan analisis terhadap data iklim historis, di Kota Bandar Lampung terjadi perubahan trend dan variabilitas variabel iklim seperti suhu dan curah hujan. Hal tersebut dapat dilihat dari trend peningkatan suhu permukaan rata-rata selama 100 tahun terakhir di kota ini. Perubahan curah hujan musiman juga ditemukan, yaitu pergeseran awal musim dan perubahan frekuensi curah hujan ekstrim. Berdasarkan 14 model iklim global (GCM), diindikasikan bahwa curah hujan musim basah (musim hujan) Kota Bandar Lampung (Desember Februari) di masa depan mungkin sedikit meningkat, terutama di kawasan pesisir. Sebaliknya, curah hujan musim kering (Juni Agustus) akan menurun. Namun, analisis iklim di masa mendatang mungkin perlu disempurnakan dengan menggunakan model iklim dengan resolusi tinggi seperti Model Iklim Regional (RCM). Penggunaan model global seperti GCM tidak akan mampu menangkap efek lokal, sehingga analisis lebih lanjut mengenai cuaca ekstrim di bawah perubahan iklim juga harus dilakukan. Selain itu, banyak penelitian menunjukkan bahwa pemanasan global akan mendatangkan kejadian lebih ekstrim (ACCCRN, 2010a). Di masa depan, perubahan iklim yang ditimbulkan oleh pemanasan global diperkirakan akan menciptakan pola-pola risiko baru, dan risiko yang lebih tinggi secara umum. Kenaikan permukaan laut akibat mencairnya gletser dan es kutub dan ekspansi termal akan memberikan kontribusi pada peningkatan banjir pesisir. Bandar Lampung sebagai kota pesisir akan terpengaruh secara serius oleh perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut. 4 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

17 Kota Bandar Lampung sangat rawan terhadap bencana alam. Jenis bencana alam yang melanda Kota Bandar Lampung meliputi banjir, tanah longsor, air pasang menyebabkan rob, tsunami, gempa bumi dan kekeringan. Juga terdapat resiko abrasi, erosi dan sedimentasi yang terjadi di wilayah pesisir. Untuk mengevaluasi dampak sosial-ekonomi bencana terkait iklim, survei dan wawancara melalui dukungan Jejaring Ketahanan Kota-Kota Asia terhadap Perubahan Iklim (Asian Cities Climate Change Resilience Network / ACCCRN) pernah dilakukan di enam (6) kelurahan, yaitu: tiga (3) di kelurahan non-pantai (Batu Putu, Pasir Gintung, dan Sukabumi Indah), dan tiga (3) di kelurahan pesisir (Kangkung, Kota Karang, Panjang Selatan). Survei ini melibatkan 256 orang, terdiri dari laki-laki 62,28% dan perempuan 36,72%. Selain survei, informasi juga dipertajam melalui diskusi kelompok terfokus (FGD) di empat (4) kelurahan: Panjang Selatan, Kota Karang, Batu Putu, dan Pasir Gintung serta melalui studi literatur. Permukiman nelayan di Kota Karang. Sebagai kelurahan padat penduduk yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan; dampak perubahan iklim mengancam kehidupan dan mata pencaharian penduduk Kota Karang. pencurian. Dari studi (ACCCRN, 2010a) terungkap bahwa terjadinya bencana iklim (banjir dan kekeringan) mempunyai potensi untuk mengubah urutan nilai-nilai sosial masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kerja sama penduduk atau kekerabatan dalam menangani masalah-masalah yang terjadi di masyarakat, hubungan kerja, transaksi pola produksi dan nilai-nilai sosial lainnya. Hubungan sosial antara orang-orang pada saat bencana masih berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan saling membantu saat terjadi bencana. Dalam hal hubungan kerja, dampak dari bencana menyebabkan penurunan hubungan patron-klien yang sebelumnya merupakan bagian kehidupan sosial masyarakat pesisir. Bencana juga dapat menyebabkan meningkatnya insiden kejahatan seperti Dampak bencana terhadap ekonomi dapat dievaluasi dari pengaruhnya terhadap pekerjaan utama, dan harga beberapa komoditas. Bencana mengurangi produktivitas kerja terutama jika pekerjaan utama masyarakat rentan terhadap dampak bencana, seperti pertanian, perikanan dan lain-lain. Banjir di wilayah pesisir dapat mengurangi orang yang bekerja di sektor perikanan. Berdasarkan sektor ekonomi, dampak banjir menyebabkan kerugian untuk sektor infrastruktur, perumahan dan sektor perikanan. Sementara itu, kekeringan menyebabkan kerugian di bidang pertanian, perikanan dan ketersediaan air minum atau air bersih. Bencana ini juga menyebabkan kenaikan harga beberapa produk pertanian seperti beras, tanaman dan ternak, tetapi ini terjadi hanya di daerah sekitar bencana tersebut. Berdasarkan sektor ekonomi, bencana banjir memberikan dampak terbesar pada sektor kesehatan, sektor air minum, perumahan, perikanan, dan pekerjaan umum (kerusakan fasilitas drainase dan infrastruktur lainnya). Sedangkan sektor yang paling terkena dampak kekeringan adalah air minum atau air bersih, kesehatan, dan pertanian. Masalah kekurangan air minum atau air bersih meningkat pada musim kemarau panjang atau selama bencana banjir. Dampak bencana terhadap kesehatan adalah meningkatnya jumlah orang yang terinfeksi penyakit, terutama malaria, dan batuk atau flu atau pilek. Berdasarkan studi (ACCCRN, 2010a) juga terungkap, bahwa potensi terulangnya kejadian iklim ekstrim yang dapat menyebabkan bencana di masa depan, kondisi perumahan padat penduduk dengan Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

18 lingkungan relatif kurang nyaman, dan rencana pemerintah untuk membangun Water Front City di daerah pesisir, penduduk di daerah pesisir bersedia untuk pindah sepanjang mereka diberikan fasilitas dan rumah-rumah yang layak dan relokasi tidak jauh dari laut, sehingga mereka masih bisa melakukan pekerjaan mereka saat ini (nelayan). Sementara beberapa warga di daerah bukan pesisir merasa enggan pindah karena mereka khawatir kehilangan pekerjaan. Namun, jika bencana parah dan memaksa mereka untuk pindah, mereka mengharapkan pemerintah untuk menyediakan perumahan dan pekerjaan baru. Dalam kehidupan sehari-hari dampak dari perubahan iklim yang dialami oleh masyarakat Kota Bandar Lampung baik pada wilayah pesisir dan permukiman lainnya adalah (ACCCRN, 2010b): Pertama; sulit diprediksinya musim hujan-kemarau sehingga mempengaruhi musim tanam bagi sebagian petani di sebagian wilayah kota. Kedua, banjir yang diakibatkan oleh cuaca yang ekstrem seperti hujan lebat dengan intensitas yang tinggi pada periode yang pendek sedangkan kondisi dan kapasitas lingkungan tidak siap menerimanya, seperti adanya konversi lahan, penyempitan badan sungai, serta penduduk yang bermukim di bantaran sungai dan pinggir laut. Pada lingkungan perkotaan dengan pemukiman yang padat dan halaman rumah dengan betonisasi atau aspal (berbeda dengan paving block yang menyisakan ruang untuk air meresap) menyebabkan aliran air (hujan) tidak terserap oleh tanah, hal tersebut diperparah dengan sanitasi lingkungan, pengelolaan sampah yang buruk serta macetnya saluran alir (drainase). Ketiga, air bersih semakin sulit didapat akibat minimnya sumber-sumber air baku seperti menurunnya debit air sungai, menghilangnya banyak mata air, menurunnya permukaan air tanah, intrusi air laut, dan penurunan kualitas air tanah, ini berhubungan dengan rusaknya kawasan tangkapan air di pegunungan dan dataran tinggi, berubahnya kawasan tangkapan air menjadi pemukiman, industri, dan lain sebagainya. Keempat, akibat perubahan iklim dengan meningkatnya suhu air laut diprediksikan koloni ikan akan bermigrasi ke arah kutub, sehingga nelayan di daerah tropis akan semakin kesulitan mendapatkan hasil tangkapan yang cukup, sehingga akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan nelayan di belahan negara tropis termasuk Indonesia dan juga Bandar Lampung. Kelima, kondisi lingkungan dan suhu lingkungan yang tercipta sangat cocok membuat nyamuk dapat berkembang biak dan menyebarkan penyakit demam berdarah, malaria, kaki gajah dan penyakit lainnya, serta banyak lagi dampak yang dapat ditimbulkan akibat perubahan iklim. Dampak bencana yang mengakibatkan perubahan perilaku merupakan suatu bentuk adaptasi 1. Adaptasi selama banjir disikapi oleh penduduk beragam, mulai dari tinggal di rumah, pindah ke daerah yang tidak terkena banjir, pembuatan tanggul, memperdalam saluran air, meninggikan lantai, menambah pasokan makanan, dan mengurangi penggunaan bahan bakar. Adaptasi terhadap kekeringan dilakukan dengan membeli air untuk kebutuhan sehari-hari, mengurangi konsumsi air, memompa air dari sumber terdekat, relokasi ke daerah yang tidak mengalami kekeringan dan melakukan ritual untuk meminta hujan. Untuk lebih mempersiapkan diri dalam mengelola risiko bencana, masyarakat berharap di tempat tersedia sistem peringatan dini bencana. Namun, sebagian besar warga mengaku bahwa mereka tidak pernah mendapat informasi tentang iklim atau peringatan dini dari Pemerintah, sistem peringatan dini (EWS), atau instansi terkait lainnya dan baru terbentuknya lembaga penanganan bencana di kota ini. Hal ini menggambarkan kurangnya respon Pemerintah untuk bencana yang terjadi di masyarakat. Sebagian besar penduduk memperoleh informasi tentang prakiraan iklim secara tradisional dari para pemimpin tradisional dan para pemuka masyarakat. Warga juga menerima ramalan informasi melalui 1 Adaptasi (adaptation) adalah penyesuaian dalam sistem alam maupun manusia dalam merespon atau memberikan tanggapan terhadap kondisi aktual atau pemicu iklim yang diperkirakan atau dampaknya, baik berupa kerugian moderat atau untuk mengeksploitasi peluang-peluang manfaat (IPCC, 2007a). Adaptasi meliputi berbagai sektor seperti: air, pertanian, infrastuktur dan permukiman (termasuk zona-zona pesisir), kesehatan, pariwisata, transportasi, dan energi (IPCC, 2007b). 6 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

19 media televisi. Berdasarkan beberapa jenis informasi yang terkait dengan bencana, informasi tentang peringatan bencana lebih berguna daripada informasi lainnya. Mengantisipasi dampak perubahan iklim yang semakin dikhawatirkan tersebut, sepanjang tahun , Kota Bandar Lampung bersama dengan Kota Semarang di Indonesia serta kota-kota lain dari Thailand, Vietnam dan India mendapatkan dukungan melalui Program Jejaring Ketahanan Kota-Kota Asia terhadap Perubahan Iklim (ACCCRN) yang di dukung oleh Mercy Corps Indonesia untuk mendukung kota-kota tersebut menyusun dan melakukan strategi adaptasi terhadap dampak perubahan iklim secara partisipatif dan terlembaga. Program Jejaring Ketahanan Kota-Kota Asia terhadap Perubahan Iklim (ACCCRN) di Kota Bandar Lampung telah melampaui sejumlah tonggak capaian. Capaian tersebut diawali dengan dihasilkannya kajian kerentanan (vulnerability assesment), penerapan proyek percontohan (pilot project) adaptasi perubahan iklim, studi sektoral (sector studies) dan disisipi dengan sejumlah dialog pembelajaran bersama (SLD) secara kontinu. Sebelum dilakukannya implementasi perubahan iklim dalam skala kota, semua capaian tersebut sangat penting untuk dikaji lebih mendalam dan ditindaklanjuti melalui penyusunan Strategi Ketahanan Kota (City Resilience Strategy / CRS). Oleh karena itu, dokumen CRS dalam kerangka ACCCRN merupakan landasan dasar bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan implementasi peningkatan ketahanan 2 terhadap perubahan iklim di masa depan. Pada dasarnya, sistem ketahanan kota diharapkan mampu memelihara fungsi utama kota dari berbagai bentuk tekanan dan kejutan yang dihasilkan dari dampak-dampak perubahan iklim serta mampu membuat kota pulih dengan cepat dari dampak tersebut. Dokumen strategi ketahanan dari sisi lain juga dapat dilihat sebagai suatu jalur yang harus ditempuh (roadmap) untuk menyiapkan kota dalam menghadapi skenario terburuk (the worst scenario) yang mungkin timbul dari adanya perubahan iklim. Tanpa adanya dokumen strategi ketahanan, fungsi sistem perkotaan akan terancam begitu pula dengan kelompok-kelompok rentan yang ada. Sebenarnya harus diakui bahwa Pemerintah Kota Bandar Lampung telah melaksanakan berbagai program dan juga mengembangkan strategi jangka menengah dan panjang untuk mengelola bencana. Rencana untuk meningkatkan infrastruktur untuk pengendalian bencana iklim seperti sistem drainase dan tanggul telah disiapkan. Namun, dengan meningkatnya perubahan iklim pada frekuensi dan intensitas kejadian iklim yang ekstrim, desain saat ini mungkin sudah tidak efektif untuk mengelola bencana iklim pada masa mendatang. Oleh karena itu juga sangat penting untuk mempertimbangkan perubahan iklim dalam merancang sistem kontrol bencana iklim M A K S U D D A N T U J U A N Maksud dan tujuan dari dokumen Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim adalah: Dihasilkannya sebuah dokumen sebagai pedoman umum pemangku kepentingan (stakeholders) dan Pemerintah Kota yang memberikan rekomendasi untuk merumuskan strategi ketahanan kota terhadap dampak perubahan iklim. 2 Ketahanan (resilience) adalah upaya membangun kapasitas sistem untuk bertahan dari goncangan, bangkit kembali dan berupaya untuk berubah, termasuk terhadap perubahan yang tidak diantisipasi (The Resilience Alliance dalam The Rockefeller Foundation, 2009). Sedangkan ketahanan terhadap perubahan iklim (climate change resilience) adalah kapasitas dari individu, komunitas, atau institusi untuk secara dinamis dan efektif memberikan respon atau tanggapan terhadap kondisi perubahan dari dampak iklim dan terus melakukan fungsinya dalam tingkat yang dapat diterima; secara sederhana ketahanan adalah kemampuan untuk bertahan dan bangkit kembali dari dampak perubahan iklim (The Rockefeller Foundation, 2009). 3 Disingkat Strategi Ketahanan Kota atau City Resilience Strategy (CRS). Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

20 Membuat prioritas strategi untuk kegiatan ketahanan kota terhadap dampak perubahan iklim yang konsisten dengan dokumen perencanaan eksisting yang pernah dan telah ada sehingga dapat digunakan oleh instansi pemerintah secara terintegrasi dan berkesinambungan. Memberikan pedoman untuk sektor swasta dan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan adaptasi dengan kapasitas yang mereka miliki. Sebagai dokumen kota untuk menghubungkan dan mengkoordinasikan kegiatan tambahan untuk pendanaan donor baik dari pemerintah pusat maupun lembaga-lembaga internasional yang berkomitmen terhadap dampak perubahan iklim E S E N S I S T R A T E G I K E T A H A N A N K O T A Esensi dari Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim adalah sebagai dokumen untuk menunjukkan komitmen Kota Bandar Lampung dalam adaptasi perubahan iklim, hubungan dengan rencana kota dan rencana pembangunan Kota Bandar Lampung, yang memaparkan mekanisme koordinasi dan pembelajaran, dan pelibatan kelompok rentan dalam mengidentifikasi dan melaksanakan tindakan adaptasi. Kemudian, Strategi Ketahanan Kota juga memaparkan rencana implementasi mengenai mekanisme pertanggungjawaban dan koordinasi, pemantauan mengenai bagaimana jika suatu tujuan ketahanan sudah dicapai di masa depan. Strategi Ketahanan Kota (CRS) merupakan suatu dokumen yang disusun berdasarkan hasil dari rangkaian kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya, seperti penyusunan kajian kerentanan (vulnerability assessment), proyek percontohan (pilot project), studi sektor (sector studies), dan dialog pembelajaran bersama (shared learning dialogue). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini. GAMBAR 1.1 ESENSI STRATEGI KETAHANAN KOTA BANDAR LAMPUNG Sumber: Mercy Corps Indonesia, 2010 Maka dalam hal ini, dokumen Strategi Ketahanan Kota mencakup juga kesimpulan, tindakan terkait, rencana implementasi dan pemantauan sebagai suatu kesatuan rencana yang koheren dengan rencana pembangunan Kota Bandar Lampung secara umum baik dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandar Lampung maupun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Bandar Lampung Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

21 1. 4 M E T O D E D A N T A H A P A N P E N Y U S U N A N S T R A T E G I K E T A H A N A N K O T A Penyusunan Strategi Ketahanan Kota dilakukan melalui berbagai kegiatan dan alur pelaksanaan. Hal ini untuk memperoleh keluaran (output) tindakan yang mempertimbangkan hal-hal utama, seperti pertimbangan terhadap masyarakat dan lokasi yang rentan, pertimbangan terhadap gender dan isu sosial, prioritisasi tindakan untuk memperoleh capaian yang efektif dan efisien, perbandingan biaya manfaat, dan sebagainya. Pada Gambar 1.2 dapat dilihat diagram alir tahapan kegiatan CRS yang dilakukan oleh Tim Koordinasi Ketahanan Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung 4. GAMBAR 1.2. TAHAPAN PROSES PENYUSUNAN STRATEGI KETAHANAN KOTA Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan dan Evaluasi Kajian Kerentanan Studi Sektor Proyek Percontohan Dialog Pembelajaran Bersama Konsultasi Pemangku Kepentingan Pengembangan skenario Analisis biaya manfaat kualitatif Konsultasi Pemangku Kepentingan dalam Prioritisasi Daftar isu dan bahaya Inventaris kerentanan dan tindakan potensial Tindakan potensial: Manajemen persampahan kota Perbaikan sistem drainase Pemeliharaan cadangan air Kolam penampungan air Konstruksi Tindakan: Matriks Ketahanan Kerentanan: Sektor yang rentan Wilayah yang rentan Kelompok rentan Redundansi, flesksibilitas, responsivitas, dan pembelajaran Tindakan Prioritas yang Diidentifikasi Matriks Ketahanan (Resilience Matrices) Tindakan Prioritas Perencanaan Tindakan Analisis biaya manfaat (Cost benefit analysis) Curah hujan ekstrem Kekeringan Tren temperatur yang menarik Banjir Tanah longsor Hujan badai Proposal Tindakan Intervensi Mekanisme Perencanaan Pemerintah o Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) o Perencanaan tahunan (sektoral) o Anggaran Pemerintah Yayasan Rockefeller Donor lain STEP Tahap 1 1 Tahap 2 STEP 2 Tahap 3 STEP 3 Sumber: Mercy Corps Indonesia, 2010 Implementasi Pendanaan STEP Tahap 4 4 Di dalam penyusunan Strategi Ketahanan Kota digunakan dua (2) alat analisis, yaitu: (1). Matriks ketahanan (resilience matrices); dan (2). Analisis biaya manfaat (cost benefit analysis / CBA). Kedua analisis tersebut digunakan untuk menentukan jenis intervensi yang akan menjadi prioritas. Matriks ketahanan (ISET, 2010a), terbagi atas analisis: redudansi, fleksibilitas, reorganisasi atau responsivitas, dan pembelajaran. Sedangkan dalam analisis biaya manfaat (ISET, 2010b), faktor pertimbangan yang digunakan dalam intervensi ialah untuk memprioritaskan kegiatan atau proyek yang memiliki keuntungan (benefit) lebih besar daripada biaya (cost) yang dibutuhkan. Kegiatan ini diterapkan pada tahap-tahap awal dan terus dilakukan untuk semua langkah penyusunan CRS. Analisis biaya manfaat terdiri dari dua (2) tipe, yakni: kualitatif dan kuantitatif: a. Kualitatif; yang digunakan untuk menentukan keuntungan dari suatu intervensi strategi ketahanan kota dengan melakukan pembobotan. Dengan melakukan pembobotan tersebut maka dapat 4 Disingkat Tim Kota (Bandar Lampung). Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

22 diketahui perbandingan antara biaya dan keuntungan suatu strategi ketahanan kota atau intervensi yang akan dilakukan. b. Kuantitatif; sistem kuantitatif ini memerlukan banyak data yang akurat dan analisis yang lebih rumit dibandingkan dengan sistem kualitatif. Sistem ini dapat disesuaikan dengan cara yang biasa dilakukan oleh institusi, organisasi atau pemerintahan. Sama seperti metoda kualitatif, analisis digunakan untuk menilai suatu intervensi dalam kota H U B U N G A N C R S D E N G A N D O K U M E N P E R E N C A N A A N L A I N N Y A Keberadaan dokumen Strategi Ketahanan Kota (CRS) tidak dapat dilepaskan dan harus berintegrasi dengan keberadaan dokumen perencanaan pembangunan lainnya sebagai dasar penyelenggaraan pemerintahan, terutama Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Dokumen CRS disusun dengan mempertimbangkan berbagai kondisi dan rekomendasi yang ada dalam studi atau dokumen perencanaan kota lainnya. Pada akhirnya dokumen CRS juga menjadi bagian dari salah satu strategi pembangunan kota yang termaktub di dalam RPJMD Kota Bandar Lampung GAMBAR 1.3. KETERKAITAN AN DOKUMEN CRS DENGAN DOKUMEN KOTA LAINNYA RTRW RPJP Skenario Design Mitigasi Bencana Kajian Kerentanan (VA) Studi Sektor Dialog Pembelajaran Bersama (SLD) STRATEGI KETAHANAN KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM (CRS) RPJMD BANDAR LAMPUNG S I S T E M A T I K A D O K U M E N S T R A T E G I K E T A H A N A N K O T A Sistematika pembahasan Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim meliputi enam (6) bab, sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan Pembahasan pada Bab 1 meliputi paparan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, esensi Strategi Ketahanan Kota, metode dan tahapan penyusunan Strategi Ketahanan Kota, dan hubungan CRS dengan dokumen perencanaan lainnya. Bab 2 Kajian Kerentanan Pembahasan pada Bab 2 merupakan penjabaran dari hasil kajian kerentanan kota serta studi lain yang mendukung dalam analisis perubahan iklim. Bab ini menggambarkan mengenai tren perubahan iklim 10 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

23 di Kota Bandar Lampung seperti variabilitas curah hujan, angin ekstrem, tren curah hujan, dan tren suhu. Kemudian dipaparkan juga mengenai proyeksi perubahan iklim dan pemetaan wilayah rentan. Bab 3 Isu Strategis Pembahasan Bab 3 adalah mengenai bencana yang diakibatkan perubahan iklim mencakup bahaya iklim, kelompok resiko, dampak langsung dan tidak langsung serta sektor yang terkena dampak. Selain itu, dirumuskan isu-isu yang berkaitan dengan dampak perubahan iklim di Kota Bandar Lampung, yang meliputi paparan isu: banjir, erosi dan longsor, kekeringan, abrasi dan kenaikan muka air laut serta puting beliung. Bab 4 Kebijakan dan Skenario Perubahan Iklim Pembahasan Bab 4 adalah mengenai kebijakan Pemerintah Pusat dan Kota, dan skenario perubahan iklim dikaitkan dengan isu dan prediksi (estimasi) bahaya perubahan iklim yang terjadi di Kota Bandar Lampung serta estimasi perkembangan infrastruktur yang ada di daerah. Bab 5 Strategi dan Aksi Prioritas Pembahasan Bab 5 adalah mengenai prioritas tindakan dalam rangka adaptasi perubahan iklim di Kota Bandar Lampung. Penentuan prioritas tindakan dilakukan dengan menggunakan analisis matriks ketahanan dan analisis biaya manfaat. Bab 6 Pemantauan dan Evaluasi Pembahasan Bab 6 sebagai bagian penutup mencakup dua subbab, yakni prioritas tindakan serta pemantauan dan evaluasi. Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

24

25 BAB 2 KAJIAN KERENTANAN Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

26 Foto Sampul Bab 2 : Salah satu sudut wilayah pesisir di Kelurahan Kota Karang, Bandar Lampung Courtesy : Erwin Nugraha/Mercy Corps, Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

27 2.1. T R E N P E R U B A H A N I K L I M D I K O T A B A N D A R L A M P U N G Skenario perubahan iklim yang terjadi di Kota Bandar Lampung memperhatikan kondisi angin ekstrim, tren curah hujan, tren suhu, dan proyeksi perubahan iklim dengan menggunakan skenario emisi 5 : SRESA2 dan SRESB1. Tren perubahan iklim adalah ringkasan dari Kajian Kerentanan dan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim di Kota Bandar Lampung 6 yang disusun oleh CCROM SEAP IPB, Mercy Corps, dan URDI V A R I A B I L I T A S C U R A H H U J A N Berdasarkan analisis fenomena iklim berskala besar seperti El Nino-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap variabilitas curah hujan di Kota Bandar Lampung, ditunjukkan bahwa curah hujan memiliki dampak signifikan selama musim kemarau (Juni Agustus / JJA) dan musim transisi (September November / SON). Hal tersebut menunjukkan kemungkinan terjadinya musim kering yang berkepanjangan dan penundaan awal musim hujan, khususnya selama episode ENSO hangat. Adapun koefisien korelasi antara curah hujan musiman di Kota Bandar Lampung dengan DMI dan Anomali SST Nino 3..4 dapat dilihat pada Tabel l 2.1 berikut. TABEL 2.1. KORELASI CURAH HUJAN MUSIMAN DENGAN DMI DAN ANOMALI SST NINO 3.4 DJF Sumber: ACCCRN, 2010a MAM JJA SON DMI Nino GAMBAR 2.1. PLOT TIME SERIES CURAH MUSIMAN DI KOTA BANDAR AR LAMPUNG Curah Hujan Musiman (mm) Sesaonal Rainfall (mm) - Lampung Mar-01 Mar-07 Mar-13 Mar-19 Mar-25 Sumber: ACCCRN, 2010a Mar-31 Mar-37 Mar-43 Mar-49 Mar-55 Mar-61 Mar-67 Mar-73 Mar-79 Mar-85 Mar-91 Mar-97 Kurun Seasonal Waktu Musiman Time 5 Skenario emisi (emission scenario) adalah gambaran yang masuk akal mengenai perkembangan substansi emisi di masa depan yang secara radiaktif potensial aktif (sebagai contoh: gas rumah kaca dan aerosol), didasarkan pada seperangkat asumsi yang secara internal konsisten dan koheren mengenai faktor-faktor pendorong (seperti perkembangan demografi dan sosio-ekonomi, perubahan teknologi) dan keterkaitan kunci diantaranya (IPCC, 2007b). 6 Disingkat Kajian Kerentanan (Vulnerability Assessment). Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

28 A N G I N E K S T R E M Analisis tren angin ekstrem di Kota Bandar Lampung tidak menunjukkan dampak yang signifikan, dimana tidak ditemukan kejadian angin ekstrim yang melebihi ambang batas 60 km/jam. Namun hal tersebut dengan memperhatikan keterbatasan data yang dimiliki dan hasil pengamatan cuaca harian yang hanya dilakukan pada satu stasiun. GAMBAR 2.2. KECEPATAN ANGIN HARIAN DI STASIUN PENGAMATAN TELUK BETUNG, LAMPUNG (PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 1999) Kecepatan Angin Harian (m/s) Sumber: ACCCRN, 2010a T R E N C U R A H H U J A N Hasil studi (IPCC, 2007 dalam ACCCRN, 2010a) menunjukkan bahwa secara global curah hujan di wilayah tropis mengalami tren penurunan. Kemudian, berdasarkan Kajian Kerentanan (ACCCRN, 2010a) diketahui bahwa curah hujan musiman di Kota Bandar Lampung mengalami kecenderungan menurun di semua musim. Kecenderrungan terjadinya peningkatan curah hujan dari waktu ke waktu selama musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau terdapat kecenderungan perlahan kondisi yang semakin kering. GAMBAR 2.3. TREN CURAH HUJAN MUSIMAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG Sumber: ACCCRN, 2010a 16 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

29 T R E N S U H U Hasil studi (ACCCRN, 2010a) mengindikasikan terjadinya peningkatan suhu harian yang semakin tinggi dari waktu ke waktu. Hal ini diperkirakan akan mempengaruhi berbagai sektor, seperti sektor pertanian, kesehatan maupun sektor lainnya. GAMBAR 2.4. TREN SUHU MAKSIMUM MUSIMAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG Sumber: ACCCRN, 2010a P R O Y E K S I P E R U B A H A N I K L I M Proyeksi perubahan iklim didasarkan pada dua (2) skenario emisi, yaitu SRESA2 dan SRESB1. Kedua skenario tersebut dipilih karena keduanya mencerminkan pemahaman dan pengetahuan tentang ketidakpastian yang mendasari dalam emisi. SRESA2 menggambarkan dunia yang heterogen, populasi global meningkat, pembangunan ekonomi berorientasi regional dan pertumbuhan ekonomi serta perubahan teknologi lebih terfragmentasi dan lambat. Sedangkan SRESB1 menggambarkan suatu dunia yang konvergen dengan populasi global yang sama dan terus menurun, perubahan cepat dalam struktur dan informasi ekonomi dengan pengurangan intensitas material serta pengenalan teknologi bersih dan sumber daya yang efisien. Dengan karakteristik tersebut, SRESA2 (skenario acuan) akan menyebabkan emisi gas rumah kaca (greenhouse gas / GHG) lebih tinggi di masa depan, sedangkan SRESB1 (skenario kebijakan) mengarah ke emisi GHG yang lebih rendah di masa depan. Berdasarkan skenario tersebut, dalam 100 tahun ke depan diperkirakan konsentrasi CO 2 di atmosfer akan menjadi lebih dari dua (2) kali di bawah skenario acuan dan satu setengah (1,5) kali di bawah skenario kebijakan; demikian juga dengan SO 2 dan gas lainnya. Lebih rinci mengenai hal tersebut dapat di lihat pada Tabel 2.1 (halaman 18). Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

30 TABEL 2.2. KONSENTRASI GAS (PPMV) CO : 2 SRESA2: nilai dugaan terbaik : kisaran SRESB1:nilai dugaan terbaik :kisaran CH : 4 SRESA2: nilai dugaan terbaik :kisaran SRESB1: nilai dugaan terbaik :kisaran N O: 2 SRESA2: nilai dugaan terbaik SRESB1: nilai dugaan terbaik Sumber: ACCCRN, 2010a Selain itu, berdasarkan skenario tersebut juga akan terjadi peningkatan muka air laut dan suhu di Kota Bandar Lampung. TABEL 2.3. SUHU ( o C) DAN KENAIKAN MUKA AIR LAUT (cm cm), MENGACU PADA TAHUN Temperatur (suhu): SRESA2: Nilai dugaan terbaik : Kisaran SRESB1: Nilai dugaan terbaik : Kisaran Kenaikan muka air laut: SRESA2: Nilai dugaan terbaik : Kisaran SRESB1: Nilai dugaan terbaik : Kisaran Sumber: ACCCRN, 2010a Berdasarkan data tersebut di atas, dugaan peluang resiko iklim di Kota Bandar Lampung terkait dengan curah hujan ekstrim pada kondisi iklim saat ini dan masa depan. Curah hujan ekstrim berarti curah hujan dengan intensitas yang melebihi ambang batas kritis (melebihi Q3), sehingga mengakibatkan bahaya iklim banjir dan longsor, sebaliknya pada musim kering kondisi intensitas hujan kurang dari ambang batas kritis (kurang dari Q3) sehingga mengakibatkan bahaya kekeringan. 18 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

31 GAMBAR 2.5. PELUANG CURAH HUJAN LEBIH DARI Q3 PADA MUSIM HUJAN (DESEMBER ( FEBRUARI / DJF) DAN KURANG DARI Q3 PADA MUSIM KEMARAU (JUNI ( AGUSTUS / JJA) DENGAN DUA SKENARIO EMISI DJF-Q3 DJF-Q DJF-Q Base Line Base Line B A A DJF-Q DJF-Q DJF-Q B JJA-Q Base Line JJA-Q Base Line JJA-Q3 JJA-Q A A JJA-Q3 JJA-Q B B Sumber: ACCCRN, 2010a P E M E T A A N W I L A Y A H R E N T A N Berdasarkan data survei sosio ekonomi tahun 2005 tingkat kelurahan dari Badan Pusat Statistik (BPS), dan beberapa data biofisik maka dilakukan pemetaan wilayah rentan dengan dua (2) indikator, yaitu indikator kapasitas dan kerentanan. Adapun indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.4 (halaman 20). Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

32 TABEL 2.4. INDIKATOR YANG DIGUNAKAN UNTUK MENDEFINISIKAN KERENTANAN DAN KAPASITAS DAN BOBOTNYA A Kapasitas Bobot B Kerentanan Bobot A1 Fasilitas listrik 0.05 B1 Jumlah rumah tangga yang tinggal di bantaran sungai 0.05 A2 Pendidikan 0.25 B2 Jumlah bangunan pada bantaran sungai 0.05 A21 TK 0.07 B3 Layanan air dari PDAM 0.10 A22 SD 0.13 B4 Kepadatan penduduk 0.10 A23 SMP 0.20 B5 Kemiskinan 0.20 A24 SMA 0.27 B6 Fraksi pantai 0.10 A25 Universitas 0.30 B7 Fraksi sungai 0.10 A3 Sumber utama pendapatan 0.30 B8 Fasilitas non-drainase 0.20 A4 Fasilitas kesehatan 0.20 B9 Bukan area terbuka hijau 0.10 A41 Puskesmas 0.20 A42 Poliklinik 0.30 A43 Posyandu 0.20 A44 Praktek bidan 0.10 A45 Praktek dokter 0.20 A5 Infrastruktur jalan 0.20 Sumber: ACCCRN, 2010a Berdasarkan olahan data tersebut (Tabel 2.3), maka diklasifikasikan kelurahan berdasarkan indeks kerentanan dan kapasitas yang terbagi dalam lima (5) kuadran, sebagaimana Gambar 2.6 berikut. GAMBAR 2.6. PENGELOMPOKAN KELURAHAN BERDASARKAN INDIKATOR KAPASITAS DAN KERENTANAN Indeks High Kerentanan Vulnerability Tinggi (High Vulnerability Index Index) Indeks Kapasitas Low rendah Capacity (Low Capacity Index) Index 3 Indeks Kapasitas Tinggi High Capacity (High Capacity Index) Index Low Vulnerability Indeks Kerentanan Index Rendah (Low Vulnerability Index) Sumber: ACCCRN, 2010a Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

33 Berdasarkan kompilasi dan olahan data yang dilakukan dalam Kajian Kerentanan (Sumber: ACCCRN, 2010a), maka disimpulkan indeks kerentanan dan kapasitas masing-masing kelurahan pada Gambar 2.7 berikut (dan dilanjutkan pada halaman 22). GAMBAR 2.7. INDEKS KERENTANAN ENTANAN DAN KAPASITAS KELURAHAN (A) BASELINE (2005) (B) 2025 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

34 (C) 2050 Berdasarkan hasil studi (Sumber: ACCCRN, 2010a), klasifikasi kelurahan berdasarkan tingkat eksposur resiko iklim dapat disimpulkan bahwa tidak ada kelurahan yang masuk dalam kategori iklim yang sangat tinggi, kategori tertinggi adalah hanya menengah ke tinggi, dengan rincian sebagaimana di Tabel 2.5. TABEL 2.5. KLASIFIKASI KELURAHAN RENTAN No. Kategori Kelurahan* Keterangan 1. Menengah ke Tinggi (M-H) Kota Karang dan Perwata (Kecamatan Teluk Betung Barat), Gunung Terang (Kecamatan Tanjung Karang Barat), Tanjung Senang dan Way Kandis (Kecamatan Tanjung Senang), Waydadi (Kecamatan Sukarame), Sepang Jaya dan Kedaton (Kecamatan Kedaton), Kangkung, Bumi Waras dan Teluk Betung (Kecamatan Teluk Betung Selatan), dan Panjang Selatan dan Srengsem (Kecamatan Panjang) 14 Kelurahan (14,2%) 2. Menengah (M) Detail dalam dokumen * 5 kelurahan (5,1%) 3. Rendah ke Medium (L-M) Detail dalam dokumen * 36 kelurahan (36,7%) 4. Rendah (L) Detail dalam dokumen * 5. Sangat rendah (VL) Detail dalam dokumen * 22 Kelurahan (22,4%) 21 kelurahan (21,4%) * Lebih detail dapat dilihat dalam dokumen Kajian Kerentanan dan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim di Kota Bandar Lampung (ACCCRN, 2010a) 22 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

35 Adapun klasifikasi wilayah rentan berdasarkan dua (1) skenario emisi (SRESA2 dan SRESB1) dapat dilihat pada Gambar 2.8. GAMBAR 2.8. JUMLAH KELURAHAN MENURUT KATEGORI INDEKS RESIKO IKLIM Resiko Iklim di Kota Bandar Lampung (SRES A2) Resiko Iklim di Kota Bandar Lampung (SRES B1) Jumlah Kelurahan Jumlah Kelurahan Sumber: ACCCRN, 2010a Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

36

37 BAB II KAJIAN KERENTANAN BAB 3 ISU STRATEGIS Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

38 Foto Sampul Bab 3 : Permukiman nelayan di Kelurahan Kota Karang, Bandar Lampung Courtesy : Erwin Nugraha/Mercy Corps, Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

39 3.1. B E N C A N A Y A N G D I A K I B A T K A N P E R U B A H A N I K L I M Dalam studi Skenario Design Mitigasi Bencana Kota Bandar Lampung (BAPPEDA, 2009) dan Kajian Kerentanan (ACCCRN, 2010a), Kota Bandar Lampung merupakan wilayah rawan bencana. Dari kedua kajian tersebut, setelah dilakukan kompilasi dan verifikasi data serta prediksi bahaya perubahan iklim, maka dapat dirumuskan wilayah dan masyarakat yang terkena dampak perubahan iklim. Adapun wilayah dan masyarakat rentan dapat dilihat pada Tabel 3.1. TABEL 3.1. WILAYAH DAN MASYARAKAT YANG RENTAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM Elemen-Elemen Perubahan Iklim Wilayah Komponen Kerusakan atau Kerugian Lingkup Subjek Peningkatan suhu udara Seluruh wilayah Kota Bandar Lampung Pertanian, nelayan, kesehatan, dan air bersih. Masyarakat miskin, nelayan, kaum tua, anak-anak, dan perempuan Genangan (immersion) akibat banjir Genangan (immersion) akibat kenaikan muka air laut Wilayah pesisir dan sempadan sungai, serta permukiman padat Wilayah pesisir (26 kelurahan) Seluruh masyarakat kota, nelayan dan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai atau kali Masyarakat miskin, perempuan dan anak-anak Kekeringan di musim kemarau Seluruh wilayah Kota Bandar Lampung Pertanian, sumberdaya air, persediaan air dan kesehatan Petani, penduduk miskin, perempuan, dan anak-anak Longsor di sekitar gunung atau bukit Gunung atau bukit Lingkungan tempat tinggal, sumberdaya air, infrastruktur, kesehatan, ekonomi, dan pendidikan. Masyarakat miskin yang tinggal di kaki gunung atau bukit Angin puting beliung Seluruh wilayah Kota Bandar Lampung Lingkungan tempat tinggal, infrastuktur, pertanian dan ketahanan pangan, transportasi, energi listrik Penduduk, khususnya masyarakat rentan, anakanak, dan perempuan 3.2. I S U S T R A T E G I S T E R K A I T D E N G A N P E R U B A H A N I K L I M Semua level pemerintahan baik di tingkat pusat hingga ke daerah perlu mempertimbangkan dampak perubahan iklim ke dalam rencana program pembangunan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Berbagai persoalan besar seperti pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, perencanaan tata ruang, ketahanan pangan, pemeliharaan infrastruktur, pengendalian penyakit, perencanaan perkotaan, semuanya harus ditinjau ulang dari perspektif perubahan iklim. Tantangannya adalah bagaimana membuat perencanaan pembangunan yang beradaptasi terhadap perubahan iklim. Dampak perubahan iklim terhadap ekonomi dan pembangunan manusia harus dievaluasi dan dipetakan, selanjutnya strategi adaptasi harus diintegrasikan dalam rencana dan anggaran, baik di tingkat pusat maupun daerah. Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

40 Kepedulian dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesinambungan lingkungan saat ini masih sangat minim. Kearifan budaya lokal untuk menjaga keseimbangan lingkungan terkadang masih dikalahkan oleh kebutuhan ekonomi, keserakahan, serta inefisiensi dalam pemanfaatan sumberdaya. Ditambah lagi dengan lemahnya penegakan hukum, ketidakdisiplinan. Selain itu, penggalian sumberdaya alam yang tidak bertanggung jawab mendorong terjadinya perubahan iklim, yang tanpa disadari dapat membahayakan kehidupan masyarakat saat ini dan masa mendatang. TABEL 3.2. MATRIKS BAHAYA IKLIM TERHADAP KELOMPOK RESIKO DAN SEKTOR TERKENA DAMPAK DARI PERUBAHAN IKLIM DI KOTA BANDAR LAMPUNG Bahaya Iklim Kelompok Resiko Dampak Langsung Dampak Tidak Langsung Sektor terkena Dampak Banjir Kenaikan air laut dan abrasi Kekeringan Erosi dan Longsor Puting Beliung Masyarakat miskin (orang tua, anak-anak dan perempuan) di kawasan pesisir (26 kelurahan) Masyarakat yang tinggal di bantaran sungai Masyarakat di pusat kota (permukiman padat) Masyarakat miskin di pesisir (termasuk perempuan dan anakanak) Nelayan Masyarakat miskin Masyarakat di bantaran sungai Masyarakat di sekitar kaki gunung atau bukit Masyarakat Kota Bandar Lampung Kerusakan pada rumah Kerusakan dan hilangnya harta benda Gagal panen Kerugian material dan immaterial Kerusakan pada rumah Gangguan terhadap mata pencaharian nelayan Rusaknya biota laut Sulit dan mahalnya mendapatkan air bersih Penyakit Gagal panen Kehilangan tempat tinggal Kerugian materiil & immaterial Kerusakan dan kehilangan rumah tinggal Kematian Kehilangan mata pencaharian Kehilangan pekerjaan Petani sawah pindah menjadi buruh Kriminalitas Kenaikan harga komoditas Wabah penyakit Ekonomi masyarakat Ekonomi masyarakat Mahalnya air bersih Intrusi air laut Ternak dan tumbuhan kering dan mati Ekonomi masyarakat Ekonomi masyarakat Listrik dan telekomunikasi terganggu atau putus Sistem drainase kota Sistem kesehatan masyarakat Layanan darurat Layanan sosial kota Sektor persampahan Sektor jalan Sektor ekonomi Sektor kesehatan Sektor pendidikan Sektor perikanan Sektor lingkungan hidup Sektor air bersih Sektor Pertanian Sektor Kesehatan Sektor lingkungan hidup Sektor drainase Sektor kesehatan Sektor Lingkungan hidup Sektor pendidikan Ekonomi 28 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

41 Banjir di Bandar Lampung Hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan banjir di sejumlah tempat di Bandar Lampung. Foto paling atas menunjukkan dampak banjir pada Desember 2008 (Courtesy: Putri Bangsa, 2010) Perilaku manusia yang semena-mena mendorong iklim semakin tidak menentu dan membahayakan lingkungan sekitar. Masyarakat miskin merupakan masyarakat yang paling rentan terhadap perubahan lingkungan. Untuk itu, maka perubahan iklim harus diatasi secara bersama-sama baik oleh pemerintah, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan swasta, karena pada hakekatnya setiap pihak dapat memberikan kontribusinya terhadap ancaman perubahan iklim. Berdasarkan kondisi tersebut dan perubahan yang terjadi di masa mendatang, maka isu strategis yang berkaitan dengan perubahan iklim di Kota Bandar Lampung adalah: 1. Banjir 2. Erosi dan Longsor 3. Kekeringan 4. Abrasi dan kenaikan muka air laut 5. Puting beliung B A N J I R Salah satu permasalahan di Kota Bandar Lampung adalah banjir. Banjir di Kota Bandar Lampung diakibatkan oleh berbagai faktor, yaitu sistem drainase yang tidak terintegrasi dengan baik, rusaknya wilayah tangkapan air seperti gunung dan bukit, perubahan fungsi guna lahan, serta tingkat curah hujan yang tinggi dengan intensitas waktu yang panjang. Pada saat tingkat curah hujan tinggi dan sistem drainase tidak mampu menampung curah hujan ditambah lagi banyaknya sampah dan sedimen di gorong-gorong serta kurangnya kawasan hijau (penghijauan) yang dapat menyimpan air sehingga run off air lebih cepat. Kondisi tersebut jika tidak segera diantisipasi sejak dini akan mengakibatkan kerugian material bagi penduduk, khususnya masyarakat rentan. Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

42 E R O S I DAN LONGSOR Rusaknya lereng, gunung, dan bukit di Kota Bandar Lampung mendorong terjadinya erosi dan longsor terutama di wilayah permukiman sekitar gunung dan bukit. Umumnya penduduk yang tinggal di sekitar kaki gunung dan bukit adalah masyarakat miskin. Topografi Kota Bandar Lampung yang berbukit dengan pemandangan alam laut, mendorong penduduk dengan tingkat pendapatan menengah ke atas memanfaatkan gunung dan bukit sebagai alternatif tempat tinggal untuk melihat pemandangan (view) laut. Umumnya Longsor di Pidada, Bandar Lampung. Salah satu pengembang memanfaatkan rumah warga di Kelurahan Pidada, Kecamatan Panjang hancur diterjang tanah longsor pada tanggal 22 Juli pemandangan tersebut sebagai daya tawar Ratusan rumah di Kelurahan Panjang Utara, Panjang dan daya tarik bagi masyarakat, yang Selatan, dan Pidada juga dilaporkan terendam (Sumber terkadang tidak memperhitungkan dan Courtesy Foto: Tribun Lampung, 2010). koefisien daerah hijau dan kesinambungan lingkungan. Namun, jika terjadi musim hujan apalagi dengan intensitas yang tinggi, bencana longsor dan erosi akan menjadi bencana yang secara nyata berdampak bagi penduduk yang tinggal di sekitar perbukitan atau gunung K E K E R I N G A N Perubahan iklim mempengaruhi pola petani dalam musim tanam, terjadinya perubahan iklim dapat langsung dirasakan oleh masyarakat karena pola musim yang semakin tidak teratur, musim panas yang lebih panjang dibanding musim hujan, serta jika terjadi musim hujan intensitas curah hujan kadang melebihi batas normal. Bencana lain yang timbul dari perubahan iklim adalah kekeringan. Meskipun sektor pertanian bukanlah mata pencaharian utama penduduk, namun keterbatasan sumber air baku mengakibatkan Kota Bandar Lampung harus mengambil air dari kabupaten lain. Apalagi PDAM Way Rilau sebagai institusi pelayanan air bersih di Kota Bandar Lampung, baru mampu melayani 30% penduduk. Hal tersebut berarti hampir 70% penduduk masih menggantungkan hidupnya dari air bawah tanah dan air permukaan. Jika pengambilan air bawah tanah dieksploitasi secara berlebihan akan mengakibatkan penurunan muka air tanah A B R A S I DAN KENAIKAN MUKA AIR LAUT Salah satu dampak langsung dari perubahan iklim adalah mencairnya es di kutub utara dan selatan yang berakibat terhadap peningkatan permukaan air laut (sea level rise). Kenaikan muka air laut dan abrasi berdampak langsung terhadap nelayan atau penduduk yang bermukim di wilayah pesisir. Apalagi permukiman penduduk yang tinggal di wilayah pesisir umumnya memiliki rumah yang semipermanen, sehingga amat rentan terhadap perubahan cuaca. Di Kota Bandar Lampung, masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir jumlahnya cukup besar yang tersebar di tiga (3) kecamatan, yakni Panjang, Teluk Betung Selatan dan Teluk Betung Barat. Jika resiko abrasi dan kenaikan muka air laut sebagai akibat dari perubahan iklim terjadi, maka masyarakat yang 30 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

43 tinggal di sekitar pesisir dengan jumlah yang banyak tersebut akan menjadi komunitas yang rentan terkena dampak P U T I N G B E L I U N G Bencana angin puting beliung mulai sering terjadi akibat intensitas curah hujan yang semakin tinggi disertai angin, karena rusaknya pohon sebagai pelindung jika terjadi angin kencang. Beberapa waktu yang lalu angin puting beliung 7 mengakibatkan tumbangnya beberapa pohon penghijauan dan rusaknya rumah penduduk. Penataan ruang sangat berperan penting dalam kesinambungan lingkungan. Salah satu masalah utama dalam pengendalian atas pemanfaatan ruang di Kota Bandar Lampung adalah kurangnya ruang terbuka hijau (RTH). Dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, ditetapkan bahwa 30% wilayah perkotaan merupakan kawasan hijau. Namun berdasarkan evaluasi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung, Kota Bandar Lampung baru memiliki 10% kawasan hijau. Salah satu tantangan dalam penataan ruang di Kota Bandar Lampung adalah terjadinya Walikota Bandar Lampung, Herman HN, meninjau lokasi perubahan fungsi ruang yang semula dampak angin puting beliung. Dilaporkan dua rumah rusak parah dan 18 rusak ringan di Kampung Beringin, Kelurahan merupakan wilayah tangkapan air atau Campang Raya, Kecamatan Tanjungkarang Timur akibat angin resapan air menjadi kawasan perumahan puting beliung pada tanggal 11 Januari 2011 (Sumber dan atau perdagangan dan jasa. Untuk itu, maka Courtesy Foto: Tribun Lampung, 2011). ke depan pengendalian dan pengawasan atas pemanfaatan ruang merupakan salah satu prioritas utama. Penambahan kawasan penghijauan di Kota Bandar Lampung tidak hanya harus memenuhi dari aspek kuantitas sebesar 30% dari luas wilayah, tetapi juga kualitas dari jenis penghijauan itu sendiri yang harus mampu menyerap karbon dioksida (CO2), menciptakan kenyamanan bagi lingkungan serta menciptakan jaminan ketersedian air di Kota Bandar Lampung. 7 Sepanjang tahun 2010 dan 2011, kejadian angin puting beliung tercatat terjadi pada tanggal 2 Agustus 2010, 19 Oktober 2010, dan 11 Januari 2011 (Sumber: Tribun Lampung, 2010 dan 2011). Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

44

45 BAB 4 KEBIJAKAN DAN SKENARIO PERUBAHAN IKLIM Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

46 Foto Sampul Bab 4 : Anak kecil diatas gerobak air bersih keliling di Kelurahan Kangkung, Bandar Lampung Courtesy : Erwin Nugraha/Mercy Corps, Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

47 4.1. K E B I J A K A N N A S I O N A L Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam upaya mengatasi perubahan iklim diatur dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang ditetapkan sebagai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun , dan secara lebih rinci diakomodir dalam Rencana Aksi Nasional dalam Menghadapi Perubahan Iklim (KLH, 2007). Rencana Aksi Nasional (RAN) dalam Menghadapi Perubahan Iklim disusun dengan tujuan agar dijadikan sebagai pedoman oleh berbagai instansi dalam melaksanakan upaya-upaya terkoordinasi dan terintegrasi untuk mitigasi 8 dan adaptasi terhadap perubahan iklim, karena penanganan terhadap dampak perubahan iklim tidak dapat dilakukan oleh segelintir sektor saja. Oleh karena itu, koordinasi antar instansi mutlak diperlukan demi menjamin keberhasilan Indonesia dalam melakukan upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim dan dampaknya merupakan masalah yang kompleks dan dinamis. Dalam RAN tersebut, strategi pembangunan nasional dalam mengantisipasi perubahan iklim adalah meliputi: Strategi tiga jalur (triple track strategy) 9, yakni pro-poor, pro-job, dan pro-growth ditambah proenvironment sehingga terlaksananya pembangunan berkelanjutan sebagai dasar dalam strategi nasional menghadapi masalah perubahan iklim. Tujuan politik atau kebijakan yang hendak dicapai oleh strategi pembangunan nasional berkelanjutan, serta RAN hendak merespons perubahan iklim lewat pengendalian emisi gas rumah kaca, memperkuat kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim, mempromosikan pengembangan pengetahuan ilmiah dan teknologi yang berkaitan dengan perubahan iklim, meningkatkan kesadaran publik, dan memperkuat kapasitas kerja kelembagaan serta mekanisme pengelolaan informasi dan data yang menyangkut perubahan iklim. Untuk mencapai tujuan dan manfaat ganda tersebut di atas, RAN harus terus-menerus dipantau dan diperbaiki ketaatannya pada asas kebijakan atau ketentuan publik pembangunan nasional, sebagai berikut: 1. Penyelarasan semua instrumen kebijakan dan hukum agar perluasan kegiatan ekonomi dan pemeliharaan daya saing dari sistem-sistem produksi utama taat pada ketiga syarat kelayakan sosial ekologis pembangunan berkelanjutan (keselamatan manusia atau alam, produktivitas, dan kelangsungan layanan alam). 2. Instrumen utama dari kepatuhan tersebut adalah integrasi dan penyelarasan penggunaan ruang beserta penggunaan sumberdaya-sumberdaya publik, untuk mengatasi status quo ego sektoral yang menjadi penghambat cita-cita pembangunan berkelanjutan di Indonesia. 3. Pencapaian sasaran-sasaran mitigasi perubahan iklim beserta sasaran-sasaran sosial ekologis yang menyertainya, harus dilakukan lewat penyesuaian pola konsumsi dan produksi berkelanjutan dari segenap pelaku perubahan. 8 Mitigasi (mitigation) adalah perubahan dan penggantian teknologi yang mampu mengurangi sumber input atau masukan dan emisi per unit dari keluaran atau output (IPCC, 2007b). Mitigasi didefinisikan sebagai intervensi antropogenik untuk mengurangi sumber atau meningkatkan penurunan dari gas rumah kaca (IPCC, 2001 dalam IPCC, 2007a). 9 Strategi pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi (pro-growth), pengentasan kemiskinan (pro-poor), dan pembukaan lapangan kerja (pro-job); dan dipadukan dengan pembangunan berwawasan lingkungan (pro-environment) (KLH, 2007). Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

48 4. Integrasi setiap sasaran mitigasi dan adaptasi dengan aspek-aspek sosial budaya melalui persiapan sosial dan rekayasa sosial yang dilakukan berbasiskan pada kekhasan masyarakat dan lingkungan setempat. Adapun tujuan dari adaptasi terhadap perubahan iklim adalah untuk menciptakan sistem pembangunan yang tahan (resilience) terhadap dampak perubahan iklim dan gangguan variabilitas iklim (anomali iklim) yang terjadi saat ini serta melaksanakan pola pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan sehingga dapat menghambat laju kerusakan lingkungan. Untuk itu, perlu dilakukan upaya adaptasi untuk kegiatan pertanian, perikanan, penyediaan air, pemulihan daerah aliran sungai (DAS), pengelolaan lahan gambut, kesehatan dan infrastruktur (pemukiman dan akses jalan). Adapun rencana aksi nasional di bidang adaptasi dalam upaya menghadapi dampak perubahan iklim dapat dilihat pada Tabel 4.1 (di halaman 37). 36 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

49 TABEL 4.1. PELAKSANAAN RENCANA AKSI DI BIDANG ADAPTASI Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim No Kegiatan 1 Sumber Daya Air Upaya pemulihan DAS secara bertahap 2. Perubahan pola operasi dan pemeliharaan waduk dan bangunan pelengkap/penunjangnya untuk menyesuaikan dengan perubahan iklim 3. Melakukan penelitian geohidrologi untuk mengetahui cekungancekungan air tanah 4. Gerakan hemat air 5. Melakukan monitoring tutupan lahan pada DAS 2 Pertanian 1. Mengembangkan sistem deteksi dini kekeringan 2. Meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya air alternatif 3. Memberdayakan kelembagaan P3A 4. Penguatan kelembagaan petani pemakai air 5. Memberdayakan kelompok tani dalam mengatur jadwal tanam dan menentukan awal musim tanam 6. Pengembangan kebijakan diversifikasi pangan 7. Pengembangan jaringan dan sistem informasi iklim (JSII) pertanian di berbagai Penanggung Jawab Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), Departemen Pekerjaan Umum (Dept. PU), Kementrian Ristek, Bakosurtanal, Pemda Dept. Pertanian, Kementrian Ristek, KLH, Dept. PU, Bakosurtanal, Pemda Kerangka Waktu Mengembangkan teknologi dam parit 2. Pengembangan teknologi yang dapat memanfaatkan air laut menjadi air yang dapat diminum 3. Melakukan rehabilitasi pengelolaan air di daerah lahan gambut 4. Upaya pemulihan DAS secara bertahap 5. Gerakan hemat air 1. Melakukan analisis dampak anomali iklim terhadap pergeseran musim untuk menentukan awal musim tanam 2. Melakukan penelitian tentang bibit unggul yang tahan terhadap perubahan iklim 3. Pengembangan galur ternak adaptif 4. Program penelitian konsorsium kebijakan dan strategi pemerintah menghadapi perubahan iklim di sektor pertanian 5. Membuat perencanaan yang mendetail tentang kebijakan pengembangan Penanggung Jawab KLH, Dept. PU, Dept. Kehutanan, Kementrian Ristek, Pemda Dept. Pertanian, Kementrian Ristek, KLH, Dept. PU, Pemda Melaksanakan program pembangunan situ, embung, dan waduk 2. Upaya pemulihan DAS secara bertahap 3. Gerakan hemat air 1. Penyempurnaan berbagai langkah dan strategi yang telah diterapkan berdasarkan evaluasi terhadap berbagai konsep, strategi, upaya dan teknologi yang telah diterapkan periode sebelumnya 2. Mengembangkan berbagai inovasi teknologi adaptif, terutama varietas unggul adaptif dan teknologi pengelolaan lahan dan air yang dihasilkan pada periode sebelumnya Penanggung Jawab KLH, Dept. PU, Dept. Kehutanan, Kementrian Ristek, Pemda Dept. Pertanian, Kementrian Ristek, KLH, Dept. PU, Pemda Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

50 38 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim No Kegiatan 3 Kelautan, Pesisir, dan Perikanan tingkat dan daerah, termasuk pengembangan Sekolah Lapang Pertanian (SLP), sebagai pengembangan dari SLPHT dan SLI (Sekolah Lapang Iklim) 1. Melaksanakan Integrated Coastal Management (ICM) 2. Pengembangan sarana penangkapan (yakni kapal) yang tahan terhadap perubahan cuaca dan besarnya ombak 3. Penelitian tentang pengaruh perubahan iklim terhadap budidaya ikan 4. Melakukan penelitian nasional untuk mengkaji potensi dan peningkatan penyerapan emisi CO 2 dari sektor kelautan 5. Pemasangan alat pemecah ombak Penanggung Jawab Dept. Kelautan dan Perikan, KLH, Dept. PU, Bakosurtanal, Pemda Kerangka Waktu pertanian 6. Pengembangan program peningkatan pendapatan petani 1. Pembangunan permukiman nelayan yang desainnya telah mengantisipasi kenaikan muka air laut Penanggung Jawab Dept. Kelautan dan Perikanan, KLH, Dept. PU, Pemda Melanjutkan kebijakan diversifikasi pangan yang telah dievaluasi 4. Peningkatan pendapatan petani minimal setara dengan rata-rata pendapatan karyawan di Indonesia melalui penerapan berbagai inovasi teknologi dan kelembagaan dan pengembangan berbagai komoditas komersial Penanggung Jawab 4 Infrastruktur 1. Pembuatan sistem drainse dan sumur resapan dan atau tampungan air di bawah badan jalan Dept. PU, KLH, Kement. Permukiman, Pemda 38 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim Pembuatan sistem drainase dan sumur resapan dan atau tampungan air di bawah badan jalan Dept. PU, KLH, Kement. Perumahan, Pemda 1. Membangun permukiman penduduk dengan sistem rumah susun Dept. PU, KLH, Kement. Perumahan, Pemda

51 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim No Kegiatan Pembuatan jalan-jalan untuk pejalan kaki dan sepeda serta penanaman jalan dengan tanaman penenuh 3. Membangun permukiman penduduk dengan sistem rumah susun 5 Kesehatan 1. Melakukan penyuluhan kesehatan untuk seluruh masyarakat khususnya upaya preventif untuk perbaikan sanitasi lingkungan 2. Melakukan penelitian untuk mengidentifikasi jenis-jenis penyakit yang bisa ditimbulkan sebagai dampak perubahan iklim 3. Meningkatkan pengendalian vektor penyakit menular 4. Mengembangan sistem peringatan dini 6 Kehutanan dan Keanekaragam an Hayati 1. Inventarisasi keanekaragaman hayati di Indonesia 2. Usaha perlindungan thp ekosistem hutan 7 Lintas Sektor 1. Penyediaan peta rawan bencana 2. Penelitian atau pengkajian kerentanan dan dampak perubahan iklim lokal dan regional 3. Pelaksanakan Strategi Penanggung Jawab Depkes, KLH, Pemda KLH, Dept. Kehutanan, Pemda Kementrian Ristek, DESDM, KLH Kerangka Waktu Pembuatan jalan-jalan untuk pejalan kaki dan sepeda serta penanaman jalan dengan tanaman peneduh 3. Membangun permukiman penduduk dengan sistem rumah susun 1. Memperkuat surveillance penyakit dan perlindungan kesehatan 1. Inventarisasi keanekaragaman hayati di Indonesia 2. Usaha perlindungan thp ekosistem hutan 1. Penelitian dari sisi ilmu kemasyarakatan dan kepemerintahan dengan tujuan peningkatan kemampuan beradaptasi (adaptive capacity) 2. Pengembangan sistem Penanggung Jawab Depkes, KLH, Pemda KLH, Dept. Kehutanan, Pemda Usaha perlindungan terhadap ekosistem hutan Depdagri, KLH Penanggung Jawab KLH, Dept. Kehutanan, Pemda Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

52 40 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim No Kegiatan Sumber: KLH, Nasional Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Penanggung Jawab Kerangka Waktu peringatan dini Penanggung Jawab Penanggung Jawab 40 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

53 4.2. K E B I J A K A N D A E R A H Secara umum, kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam mengelola wilayah dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung (Pemerintah Kota Bandar Lampung, 2011). Penyusunan RTRW mengacu pada Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Berdasarkan hasil kajian, maka kawasan yang rentan terhadap perubahan iklim diklasifikasikan ke dalam kawasan rawan bencana alam, kawasan rawan longsor dan gerakan tanah, kawasan gelombang pasang dan tsunami serta kawasan rawan banjir K A W A S A N R A W A N B E N C A N A A L A M Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung dan Studi Skenario Design Mitigasi Bencana Kota Bandar Lampung pada tahun 2009 (BAPPEDA, 2009), wilayah Kota Bandar Lampung saat ini memiliki beberapa kawasan yang diidentifikasi sebagai kawasan rawan bencana alam, seperti gempa bumi, tanah longsor dan banjir. Perlindungan terhadap kawasan rawan bencana alam dilakukan untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara langsung tidak langsung oleh perbuatan manusia. Arahan pemanfaatan dan pengelolaan ruang kawasan bencana alam dilaksanakan melalui: 1. Pengurangan dampak bencana karena abrasi pantai, intrusi air laut, dan amblesan (land subsidence), banjir, gempa dan kebakaran. 2. Pemanfaatan ruang mempertimbangkan karakteristik, jenis ancaman bencana. 3. Pengurangan dampak bencana melalui penentuan jalur evakuasi dari permukiman penduduk dan pusat-pusat kegiatan perkotaan. 4. Pengurangan dan pengendaliaan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman dan fasilitas umum penting lainnya. 5. Pengembangan ruang terbuka hijau dan pembangunan fasilitas umum. 6. Rekayasa teknik dan penyediaan fasilitas guna mengantisipasi terjadinya bencana R A W A N B E N C A N A T A N A H L O N G S O R D A N G E R A K A N T A N A H Kawasan rawan tanah longsor di Kota Bandar Lampung terdapat di daerah yang kondisi tanahnya sangat miring sampai curam di wilayah bagian barat, yaitu kawasan gunung betung, gunung Balau serta perbukitan serampok dibagian timur. Beberapa wilayah di Bandar Lampung juga memiliki potensi gerakan tanah kategori menengah di Kecamatan: Sukarame, Tanjung Karang Timur, Panjang, Teluk Betung Utara, Teluk Betung Barat, Tanjung Karang Pusat, dan Tanjung Karang Barat. Peta Rawan Longsor Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada gambar di halaman 43. Arahan perlindungan terhadap kawasan rawan bencana longsor, sebagai berikut: 1. Pembatasan pengembangan prasarana dan sarana umum di kawasan rawan bencana longsor khusunya pada kawasan dengan kemiringan lereng > 40%. 2. Menutup dan melarang kegiatan penambangan di seluruh bukit dan gunung serta revitalisasi kawasan lindung lainnya. 3. Penerapan sanksi yang tegas bagi kegiatan maupun pelaku yang merusak kawasan lindung. Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

54 4. Pengenaan kewajiban kepada pemanfaat ruang di kawasan rawan bencana longsor (penghijauan, pembangunan talud penahan longsor atau retaining wall, dan sebagainya) dalam cakupan yang lebih luas daripada lahan yang dikuasai. 5. Pemberian prefensi kepada pemanfaat ruang yang tersedia untuk membebaskan dan menghutankan lahan kawasan rawan bencana longsor R A W A N R A W A N G E L O M B A N G P A S A N G D A N T S U N A M I Berdasarkan analisis tektonik kawasan yang rawan terhadap bencana tsunami di Kota Bandar Lampung dan sekitarnya terletak di bagian utara komplek hunjaman Sunda dan di barat-utara Gunung Krakatau yang berpotensi menimbulkan gelombang tsunami. Kondisi eksisting menunjukan beberapa kawasan di Bandar Lampung berbatasan langsung dengan Teluk Lampung dan memiliki topografi landai, yaitu wilayah-wilayah Kecamatan Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Barat, dan Panjang dimana daerah ini teridentifikasi sebagai kawasan terhadap rawan bencana gelombang tsunami. Jumlah penduduk di kawasan rawan tsunami ini diperkirakan berjumlah jiwa dengan kepadatan sekitar 70 jiwa/hektar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar (di halaman 43) mengenai Peta Rawan Tsunami Kota Bandar Lampung K A W A S A N R A W A N B A N J I R Kawasan rawan banjir adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi terjadi banjir. Kawasan rawan banjir terjadi disebabkan oleh tersumbatnya sungai maupun karena penggundulan hutan disepanjang sungai, bencana banjir terjadi hampir disetiap musim penghujan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam berupa curah hujan yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor lainnya adalah ulah manusia juga seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (permukiman bantaran sungai, daerah resapan, penggundulan hutan dan sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai, dan permukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya. Beradasarkan analisis, kawasan rawan banjir di Kota Bandar Lampung tersebar di beberapa lokasi. Arahan pegembangan daerah rawan bencana banjir diantaranya : 1. Memperbaiki kondisi fisik saluran drainase yang ada dengan meningkatkan kualitas pelayananya dan segala jenis kegiatan yang mempengaruhi kelancaran tata drainase di kawasan banjir dilarang 2. Pembangunan fisik berupa pengembangan saluran drainase diutamakan 3. Pembuatan tanggul pada sungai-sungai 4. Pembuatan kolam penampung air pada daerah-daerah yang memiliki potensi banjir 5. Dilakukanya kegiatan-kegiatan reboisasi atau penghijauan dan penyuluhan terhadap masyarakat yang tinggal pada wilayah yang memiliki potensi bahaya banjir 42 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

55 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

56 44 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim

57 No Kelurahan Labuhan Dalam: Jl. Untung Suropati (sebelah Pasar Tempel) dan Jl. Kamboja Rajabasa: Jl. Indra Bangsawan (depan pasar loak) Kompleks Terminal Jurusan Metro dan Natar Pasir Gintung: Di depan Pasar Smep Palapa: Jl. Way Madang (depan masjid) Durian Payung: Jl. Cut Nyak Dien (depan kuburan) TABEL 4.2 DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA BANDAR LAMPUNG Tinggi Banjir (m) 0,15 0,15 0,15 0,20 0,20 0,15 Jl. Kartini (samping halte BHS) 0,30 Enggal: Jl. Tulang Bawang (pertigaan Jl. Singosari) Pengajaran: Jl. WR. Moginsidi (Garuda) Gulak-Galik: Galik: Jl. Btu RT 24 dan Jl. Cut Meutia Sumur Batu: Gg Hi Rebo Kupang Kota: Kampung aren dan belakang Masjid Al Mashur Gg Pesagi (belakang Taman Siswa) Kupang Raya: Gg Hairbras, Jl. Ikang Baung dan Way Kupang 0,15 Lama banjir Sama dengan waktu hujan Sama dengan waktu hujan Sama dengan waktu hujan Sama dengan waktu hujan Sama dengan waktu hujan Sama dengan waktu hujan Sama dengan waktu hujan Sama dengan waktu hujan Luas Areal 1 ha Penyebab Saluran belum permanen dan gorong-gorong terlalu rendah 0,15 0,20 ha Siring gading tidak berfungsi 0,15 0,20 ha Limpasan air 0,20 Sampah, genangan lumpur dan siring gading tidak berfungsi Sampah pasar menyumbat saluran Gorong-gorong tidak dapat menampung air dari Jl. Ratu Dipuncak 80 m 2 Siring pasangan buntu dan tidak ada siring gading 0,06 Pertemuan air dari dua arah 1,00 30,00 2 jam 1,00 0,51 1 jm 0,15 Belum ada siring pasangan, gorong-gorong terlalu rendah Saluran yang mampet oleh sampah Hujn, belum ada siring dan air meluap menit 0,04 Hujan, belum ada siring 0,50 30 menit 0,60 0,50 1 jam 0,30 0,50 2 jam 0,65 Gg Wakap dan Gg Kaca Piring 0,50 2 jam 0,65 Gunung Ms: Gg Pancor Mas Bumi Waras: Jl. Slamet Riadi s.d Nila Kandi Teluk Betung: Jl. Ikan Pari, Gg Mawar, dan Gg Taman Kangkung: Jl. Cumi-cumi dan sebagian Jl. Gurita (Gg Abdul Mukti, Melati dan Gg Cempaka) Jl. WR Supratman dan Jl. Ikan Duyung 16 Jl. Pesawarahan: Hujan dan saluran meluap karena tidak mampu menampung Hujan dan saluran meluap karena tidak mampu menampung Hujan, belum ada siring dan luapan air Way Kupang Hujan, belum ada siring dan luapan Way Kupang 0,80 2 jam 4,00 Hujan, belum ada siring 1,00 2 hari 3,00 Hujan, dan air laut pasang 0,50 15 s.d. 30 menit 0,40 1,00 2 jam 0,15 0,70 2 jam 0,15 Hujan, dan saluran meluap karena tidak mampu menampung Hujan, saluran melupa karena tidak mampu menampung air Hujan, dan saluran meluap karena tidak mampu menampung air Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

58 No Kelurahan Tinggi Banjir Lama banjir Luas Areal Penyebab (m) Jl. Ikan Lumba-lumba 1,00 30 s.d. 60 menit 0,25 Hujan, dan saluran meluap karena tidak mampu menampung air Jl. Ikan Kakap 0,70 30 s.d 60 menit 0,10 Hujan, dan saluran meluap karena tidak mampu menampung air Umbul Ceper RT 03 RW 03 Lingkungan I 1,00 1 jam 0,50 Hujan, dan luapan Kali Balok Sukaraja: Hujan, gorong-gorong Jl. Yos Sudarso (RW 01, LK II, 0,50 2 jam 1,00 tersumbat, saluran tidak RW 02 LK I, dan RW 03 LK II) berfungsi Pecoh Raya: RT 02, RW 02, LK II 0,50 2 hari 1,00 Hujan, dan siring tidak ada Kedaton: Jl. Sultan Agung (sekitar Sama dengan 0,25 perlintasan kereta api) waktu hujan 160m 2 Siring gading tidak berfungsi Jl. Kiai Maja (sekitar kuburan Sama dengan Siring tersumbat dan pipa PDAM 0,40 0,50 dan depan ruko Way Halim) waktu hujan sering pecah Perumnas Way Halim: Sama dengan 0,50 Jl. Malabar waktu hujan 0,4 s.d. 1,0 Sampah dan endapan lumpur Sukarame I: Perumahan Prasanti, Griya Penyempitn saluran induk di 0,50 1 s.d. 2 jam 6,00 Sukarame dan Permata Biru jembatan Jl. P. Singkep Perempatan Jl. Urip Limpasan siring Jl. Soekarno Sumoharjo dan Soekarno 0,70 1 s.d. 3 jam 5,00 Hatta Hatta LK IV, LK V dan terusan Jl. Sultan Agung 1,00 7,00 10 s.d. 30 Sluran tidak berfungsi Gunung Sulah: Tidak ada siring di sekitar 0,20 30 menit 0,01 Jembatan Jl. Urip Sumoharjo jembatan Kedamaian: Sama dengan Gorong-gorong tidak tepat Gg Tunggal terusan Jl. Hayam 0,30 0,01 waktu hujan posisinya Wuruk Ketapang: Hujan, siring mampet dan 1,70 2 hari 1,00 Lingkungan I sebagian belum ada siring Way Lunik: Jl. KH Moh Salim (Umbul 1,00 2,4 jam 2,00 Hujan, dan air laut pasang Jengkol) LK I Pidada: Jl. Yos Sudarso (depan kantor 0,80 3 jam 1,00 Hujan, dan air laut pasang Batu Raja) Panjang Utara: Pidada II 1,00 2 hari 1,00 Hujan dan luapan Way Pidada Kampung Karang Anyar 1,00 1 hari 1,00 Hujan, saluran meluap karena tidak mampu menampung Kampung Baru 0,50 5 jam 0,50 Hujan, dan air laut pasang Kampung Suka Baru 0,25 1 hari 0,50 Siring tidak mampu menampung air hujan Jl. Yos Sudarso (depan kantor Siring tidak mampu menampung 0,50 2 hari 6,00 kelurahan s.d. Jl. Bahari) air hujan Kuripan: Siring meluap karena tidak Jl. Pramuka, Perumahan 1,00 2 jam 2,00 mampu menampung air hujan Kuripan Permai, Jl. Timor Bakung: Siring meluap karena tidak 0,50 1 jam 0,30 Perumahan Bakung mampun menampung air hujan 30 Perwata: Perumahan Perwata dan sekitarnya 0,30 1 jam 0,60 Siring meluap karena tidak mampu menampun air hujan 46 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

59 No. Kelurahan Suka Maju: 31 Jl. RE Martadinata Kel. Sukabumi: 32 Jl. Ridwan Rais Perum Karunia Indah Tanjung Karang Timur: 33 Jl. Ridwan Rais Kel. Pidada: 34 Jl. Suban Sukarame: 35 Jl. Endro Suratmin Sidodadi: 36 Jl. Onta Sukarame: 37 Jl. P. Sebesi, Perum Permata Biru Way Dadi, Sukarame: 38 Jl. Pembangunan Tanjung Karang Timur: 39 Jl. P. Antasari depan Toko Besi Mega Jaya Sumber: BAPPEDA, 2009 Tinggi Banjir (m) Lama banjir Luas Areal 0,50 1 jam 0, , , Penyebab Siring meluap karena tidak mampu menampun air hujan Luapan Sungai Campang, karena longsor pada badan jalan Rusaknya trust road ada jembatan I Siring meluap karena tidak mampu menampung air hujan Siring meluap karena tidak mampu menampung air hujan Siring meluap karena tidak mampu menampung air hujan Siring meluap karena tidak mampu menampung air hujan Siring meluap karena tidak mampu menampung air hujan Saluran drainase rusak dan belum ada gorong-gorong 4.3. A S U M S I Y A N G D I G U N A K A N Berdasarkan kondisi, potensi, dan hasil kajian kerentanan terhadap perubahan iklim, maka beberapa data dan asumsi yang digunakan untuk melakukan pengembangan skenario iklim di Kota Bandar Lampung sampai tahun 2030 adalah sebagai berikut: 1. Luas Kota Bandar Lampung 197,22 km 2, sedangkan panjang pesisir Kota Bandar Lampung 27 km; 2. Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 sebesar jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk selama sepuluh tahun terakhir ( ) adalah 1,59% dan tingkat kepadatan penduduk jiwa per km 2 ; 3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandar Lampung berdasarkan harga berlaku pada tahun 2009 adalah sebesar 17,067 triliun rupiah; 4. Pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung pada tahun 2009 adalah sebesar 6,01 persen; 5. Pendapatan per kapita pada tahun 2009 sebesar 7,38 juta rupiah; 6. Tingkat curah hujan musiman mengalami penurunan di semua musim, pada musim hujan intensitas curah hujan sangat tinggi sehingga menyebabkan banjir (>Q3) sedangkan pada musim kemarau peluang terjadinya curah hujan semakin rendah (<Q3) sehingga mengakibatkan kekeringan; 7. Terjadinya peningkatan suhu yang semakin tinggi dari tahun ke tahun yaitu sebesar 0,5 (SRESA2) dan atau 0,7 (SRESB1) pada tahun 2025; 8. Terjadinya peningkatan muka air laut (sea level rise) sebesar 10 cm (SRESA2 dan SRESB1) pada tahun 2025; 9. Cakupan pelayanan air bersih oleh PDAM Way Rilau pada tahun 2009 adalah sebesar 28% dari jumlah RT (rumah tangga) di kota Bandar Lampung; 10. Rencana penambahan kapasitas air bersih melalui pengembangan jaringan air baku sepanjang 21 kilometer dari Way Sekampung Tegineneng sampai dengan Bandar Lampung dengan memanfaatkan debit air Way Sekampung sebesar 500 lt/detik untuk menambah tingkat pelayanan PDAM Way Rilau sebanyak rumah tangga sehingga pelayanan PDAM menjadi 60%. Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

60 4.4. P E N G E M B A N G A N S K E N A R I O P E R U B A H A N I K L I M D I K O T A B A N D A R L A M P U N G S K E N A R I O M U S I M K E M A R A U Berdasarkan hasil analisis data historis, musim kemarau di Kota Bandar Lampung rata-rata berlangsung selama empat (4) bulan. Seiring dengan perubahan iklim, kemarau diperkirakan akan semakin panjang menjadi lima (5) bulan. Jika saat ini penduduk Kota Bandar Lampung adalah Jiwa, maka dalam 20 tahun yang akan datang jumlah penduduk diperkirakan akan menjadi 1,3 juta jiwa. Musim kemarau yang semakin panjang akan memberikan efek pada ketersediaan ketersediaan air bawah tanah dan ketersediaan air oleh PDAM Way Rilau. Hasil analisis terhadap tingkat pemakaian air bersih di Kota Bandar Lampung menunjukan bahwa telah terjadi penurunan volume pemakaian air bersih yang menggunakan jasa PDAM Way Rilau. Distribusi air yang tidak merata menyebabkan masyarakat lebih memilih membuat sumur bor sendiri, sehingga jumlah konsumen yang menggunakan sumber air tanah (diluar PDAM) semakin meningkat. Bila tidak diimbangi dengan pengisian kembali, maka daerah yang kekurangan air pada musim kemarau meluas. Selain air ledeng dari PDAM dan sumur bor, masyarakat di Kota Bandar Lampung mengkosumsi air dari sumur gali. Air tersebut merupakan air tanah dangkal yang dapat digali dengan kedalaman kurang dari 30 meter. Jumlah pengguna sumur bor yang meningkat mengakibatkan sumur gali (air tanah dangkal) lebih cepat mengering pada musim kemarau. Kondisi kualitas air tanah di Kota Bandar Lampung cukup baik, namun kualitas air tanah tersebut dari waktu ke terus mengalami penurunan. Terutama di kawasan daerah pesisir dimana air tanah yang digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan air minum telah terkena instrusi air laut yang menyebabkan air tanah menjadi payau. Studi Potensi Air Tanah yang pernah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung menunjukan bahwa potensi air tanah dangkal dan dalam Kota Bandar Lampung sekitar m 3 atau sekitar liter, dengan demikian Kota Bandar Lampung dimasa mendatang atau sekurangkurangnya 20 tahun mendatang tidak dapat memenuhi kebutuhan air bagi penduduknya jika hanya mengandalkan dari air bawah tanah. Jika saat ini penduduk Kota Bandar Lampung yang tidak dilayani oleh PDAM Way Rilau sebanyak 72%, maka tanpa ada tambahan air baku dan lama musim kemarau tetap berkisar 4 (empat) bulan maka dalam 20 tahun yang akan datang ada sekitar 81% penduduk yang tidak akan mendapatkan layanan PDAM. Jika dalam waktu yang dekat musim kemarau menjadi satu bulan lebih lama, maka jumlah orang yang tidak dilayani PDAM akan meningkat menjadi 77% sedangkan dalam 20 tahun yang akan datang penduduk kota Bandar Lampung yang tidak mendapatkan pelayanan PDAM Way Rilau diprediksi sebanyak 85%. A. S K E N A R I O M U S I M K E M A R A U S E T E L A H P E N G E M B A N G A N P D A M W A Y R I L A U M E L A L U I P E N A M B A N G A N S U M B E R A I R B A K U D A R I W A Y S E K A M P U N G PDAM Way Rilau melayani kebutuhan air bersih bagi penduduk Kota Bandar Lampung. Distribusi air bersih dilakukan melalui sistem perpipaan, mobil tangki dan hidran umum. Sistem distribusi perpipaan air bersih dibagi menjadi tujuh zona pelayanan yang berdasarkan pada letak dan ketinggian daerah pelayanan dari permukaan laut. Dalam pembangunan dan pengembangan air minum Kota Bandar Lampung, cakupan pelayanan masih merupakan tujuan utama. Oleh karena itu, pembangunan konstruksi prasarana dan sarana air minum 48 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

61 menjadi kegiatan utama sedangkan kegiatan pemeliharaan dan rehabilitasi masih cenderung terabaikan. Kebijakan pengembangan air minum harus mampu menjangkau semua daerah kawasan permukiman perkotaan, khususnya daerah rawan air serta mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan rendah. Kondisi pelayanan penyediaan air minum Kota Bandar Lampung saat ini masih sangat memprihatinkan. Cakupan pelayanan PDAM yang masih belum mampu menjangkau seluruh wilayah kota Bandar dan tingkat pelayanan yang belum mencapai 80% menjadi permasalahan yang perlu diatasi. Selain itu, pengembangan pelayanan sistem pelayanan air minum (SPAM) masih terkendala persoalan menyangkut persediaan air baku. Oleh karena itu rencana pengambilan air baku dari Way Sekampung akan berpengaruh terhadap tingkat pelayanan PDAM Way Rilau. Penambahan sumber air baku tersebut diperuntukkan bagi kawasan "brownfeel" dan "greenfeel". Brownfeel adalah wilayah eksisting dimana sudah ada sebagian masyarakat yang mendapat akses air minum PDAM yakni Kecamatan Kedaton, sedang greenfeel adalah wilayah pengembangan yang belum mendapat pelayanan air minum PDAM yakni Kecamatan Sukarame, Rajabasa, Tanjungseneng dan Sukabumi. Jika pembangunan instalasi dan pemasangan pipa air baku dari Way Sekampung selesai pada tahun 2015, maka jumlah pelanggan dan cakupan pelayanan PDAM akan bertambah. Jika saat ini penduduk Kota Bandar Lampung yang tidak dilayani oleh PDAM Way Rilau sebanyak 72%, maka dengan adanya tambahan air baku dan lama musim kemarau tetap berkisar 4 (empat) bulan maka dalam 20 tahun yang akan datang jumlah penduduk yang tidak mendapatkan pelayanan PDAM menjadi sekitar 47%. B. S K E N A R I O M U S I M K E M A R A U S E T E L A H P E N G E M B A N G A N P D A M W A Y R I L A U M E L A L U I P E N A M B A H A N S U M B E R A I R B A K U D A R I W A Y S E K A M P U N G D A N R E H A B I L I T A S I L A H A N K R I T I S H U L U S U N G A I W A Y K U R I P A N ( W A Y J E R N I H D A N W A Y B E T U N G ) Saat ini salah satu sumber air baku utama dari PDAM Way Rilau adalah dari hulu sungai Way Kuripan yaitu mata air Way Jernih dan Way Betung. Pada musim kemarau, debit kedua mata air tersebut berkurang sehingga sangat berpengaruh terhadap pelayanan ke konsumen. Way Jernih dan Way Betung termasuk dalam area kawasan lindung Register 19 Taman Hutan Raya Wan Abdurahman (TAHURA WAR), namun saat ini kondisi hutan lindung tersebut cukup memprihatinkan karena lahan kritisnya sudah semakin luas. Oleh karena itu, jika dilakukan rehabilitasi lahan kritis pada kawasan TAHURA WAR terutama pada lokasi sekitar mata air Way Jernih dan Way Betung maka akan berpengaruh terhadap debit air yang dihasilkan pada kedua lokasi tersebut. Jika saat ini penduduk Kota Bandar Lampung yang tidak dilayani oleh PDAM Way Rilau sebanyak 72%, maka dengan adanya tambahan air baku Way Sekampung dan rehabilitasi lahan kritis pada hulu sungai Way Kuripan, dan lama musim kemarau tetap berkisar 4 (empat) bulan maka dalam 20 tahun yang akan datang jumlah penduduk yang tidak mendapatkan pelayanan PDAM menjadi sekitar 59%, sedangkan jika musim kemarau menjadi 5 bulan maka yang tidak mendapatkan pelayanan PDAM sekitar 50%. Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

62 TABEL 4.3. SKENARIO MUSIM KEMARAU DI KOTA BANDAR LAMPUNG Populasi 0,87 juta Skenario Musim Kemarau jiwa (2010) Populasi 1,3 Juta Jiwa (2030) Penduduk Tidak Terlayani PDAM Musim kemarau 4 Bulan 72% 81% Musim Kemarau 5 Bulan 77% 85% Penambahan sumber air Penambahan sumber Setelah pengembangan baku Way sekampung dan - air baku Way PDAM Way Rilau rehabilitasi lahan kritis di Sekampung hulu sungai Way Kuripan Musim Kemarau 4 Bulan - 47% 45% Musim Kemarau 5 Bulan - 59% 50% S K E N A R I O M U S I M H U J A N Berdasarkan tren data musim hujan di Kota Bandar Lampung rata-rata berlangsung dalam 6-7 bulan. Seiring dengan perubahan iklim, musim hujan diperkirakan akan semakin panjang menjadi 8-9 bulan. Jika saat ini masterplan drainase kota baru terealisasi 20%, maka pada kondisi curah hujan normal wilayah kota Bandar Lampung yang tergenang banjir sebanyak 42 titik dengan lama banjir rata-rata 2 jam atau sama dengan waktu hujan dan total hari banjir 15 hari pertahun. Dalam 20 tahun yang akan datang jika 75% masterplan drainase terealisasi maka masih terdapat 11 titik wilayah yang tergenang banjir dengan lama banjir rata-rata 0,75 jam atau sama dengan waktu hujan dan total hari banjir 6 hari pertahun. Musim hujan yang semakin panjang akan memberikan efek pada semakin luasnya daerah genangan. Jika capaian masterplan drainase tidak berubah sebagaimana kondisi saat ini maka titik banjir meningkat menjadi 56 titik dengan total hari banjir 20 hari pertahun seiring dengan musim hujan yang semakin panjang. A. S K E N A R I O M U S I M H U J A N S E T E L A H P E R B A I K A N S I S T E M D R A I N A S E Sebagian besar sistem jaringan saluran drainase Kota Bandar Lampung memanfaatkan saluran alami dan sebagian kecil saluran dari pasangan batu kali yang didukung oleh topografi yang menguntungkan untuk pengaliran. Sungai- sungai yang ada di Bandar Lampung merupakan jenis sungai yang bercabang, ruas-ruas sungai atau anak sungai yang menyusun alur aliran yang terbesar dan terpanjang diklasifikasikan sebagai saluran drainase primer. Sedangkan anak sungai atau cabang sungai yang bermuara ke alur tersebut disebut saluran drainase sekunder, dan seterusnya sebagai saluran drainase kuarter. Secara garis besar kapasitas tampung saluran drainase Kota Bandar Lampung masih mampu untuk menampung debit banjir yang terjadi, tetapi ada beberapa saluran eksisting yang perlu mendapat perhatian serius karena sudah tidak mampu menampung debit banjir yang terjadi. Perbaikan sistem drainase dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain normalisasi saluran drainase, perbaikan design dan pola aliran serta peresapan air hujan kedalam drainase (air hujan masuk ke dalam tanah). Hal tersebut bertujuan memotong puncak banjir yang terjadi sehingga dimensi saluran lebih ekonomis, dapat juga membantu menambah sumber-sumber air baku. 50 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

63 Jika saat ini sistem drainase belum optimal, maka pada kondisi curah hujan normal wilayah kota Bandar Lampung yang tergenang banjir sebanyak 42 titik dengan lama banjir rata-rata 2 jam atau sama dengan waktu hujan dan total hari banjir 15 hari pertahun. Dalam 20 tahun yang akan datang jika sistem drainase sudah optimal 60% maka masih terdapat 18 titik wilayah yang tergenang banjir dengan lama banjir rata-rata 0,83 jam dan total hari banjir 6 hari per tahun. B. S K E N A R I O M U S I M H U J A N S E T E L A H P E N A N G A N A N S A M P A H T E R P A D U Selain drainase, salah satu penyebab banjir di Bandar Lampung adalah sampah. Pada tahun 2010 diprediksikan penduduk Bandar Lampung akan memproduksi sampah sebesar m 3 /kapita/hari. Dari jumlah produksi sampah ini, baru sekitar 609,15 m 3 (28.08%) yang dapat dikelola, sisanya dibuang ke tempat terbuka, sungai, saluran drainase, laut, ditimbun, dan di bakar. Dengan sistem pengelolaan sampah saat ini (sistem kumpul-angkut-buang), masih dibutuhkan 133 unit truk sampah, 1 fasilitas tempat penampungan sampah (TPS) dan 1 TPS kontainer disetiap kelurahan, dan 487 unit gerobak satuan operasi kebersihan lingkungan (SOKLI) serta 487 petugas SOKLI untuk dapat mengangkut semua sampah (2.169 m 3 /hari) ke tempat pembuangan akhir (TPA) Bakung. Jika saat ini sistem pengananan sampah belum optimal, maka pada kondisi curah hujan normal wilayah kota Bandar Lampung yang tergenang banjir sebanyak 42 titik dengan lama banjir rata-rata 2 jam atau sama dengan waktu hujan dan total hari banjir 15 hari pertahun. Dalam 20 tahun yang akan datang jika sistem penanganan sampah sudah mencapai 50% maka masih terdapat 21 titik wilayah yang tergenang banjir dengan lama banjir rata-rata 1 jam atau sama dengan waktu hujan dan total hari banjir 8 hari per tahun. C. S K E N A R I O M U S I M H U J A N S E T E L A H P E M B A N G U N A N S I S T E M A I R L I M B A H P E R K O T A A N Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa diperkirakan volume air limbah di Kota Bandar Lampung pada tahun 2030 akan mencapai liter/hari atau sekitar 80% dari kebutuhan air bersih penduduk Kota Bandar Lampung. Makin meningkatnya volume air limbah yang dihasilkan dari aktivitas penduduk sampai saat ini belum dibarengi dengan peraturan sebagai bentuk pengendalian dan pengawasan mengingat Pemerintah Kota Bandar Lampung belum memiliki peraturan dan belum melaksanakan pengawasan terhadap dimensi atau standar ukuran septictank dan sistem rembesan setempat. Kondisi tersebut berimplikasi pada penurunan kualitas air permukaan dikarenakan alur sungai alami masih menjadi tempat pembuangan effluen dari septictank serta limbah rumah tangga. Limbah (cair dan padat) dari rumah tangga, limbah dari pusat bisnis/pertokoan dan industri secara langsung ikut mempengaruhi kapasitas debit saluran drainase di Kota Bandar Lampung. Untuk mengantisipasi peningkatan volume air limbah tersebut, sampai 20 tahun mendatang Pemerintah Kota Bandar Lampung harus dapat menyediakan sekurang- kurangnya 7 unit Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu (IPLT) pada masing-masing kawasan (1 kawasan dapat mencakup 1 atau 2 kecamatan). Jika diasumsikan air limbah tersebut sebanyak 50% dibuang kedalam saluran drainase maka akan menambah volume air yang masuk kedalam drainase sehingga jika intensitas hujan meningkat maka volume air limbah tersebut akan menambah luasan dan volume banjir di Bandar Lampung. Jika saat ini sistem air limbah perkotaan belum ada, maka pada kondisi curah hujan normal wilayah kota Bandar Lampung yang tergenang banjir sebanyak 42 titik dengan lama banjir rata-rata 2 jam atau sama dengan waktu hujan dan total hari banjir 15 hari pertahun. Dalam 20 tahun yang akan datang jika sistem air limbah perkotaan sudah terealisasi 40% maka masih terdapat 25 titik wilayah yang Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

64 tergenang banjir dengan lama banjir rata-rata 1,2 jam atau sama dengan waktu hujan dan total hari banjir 9 hari pertahun. TABEL 4.4 SKENARIO MUSIM HUJAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG Kondisi Eksisting (2010) Perbaikan Sistem Penanganan Sampah Drainase 60% Terpadu 50% (2030) (2030) Total Hari Banjir Per Tahun Pembangunan IPLT 40% (2030) Musim hujan bulan 15 hari 6 hari 8 hari 9 hari Musim hujan bulan 23 hari 8 hari 12 hari 14 hari Jumlah Titik Banjir Musim hujan bulan 42 titik 17 titik 21 titik 25 titik Musim hujan bulan 56 titik 22 titik 28 titik 34 titik Lama Genangan Musim hujan bulan 2 jam 0,83 jam 1 jam 1,2 jam Musim hujan bulan 3,5 jam 2,1 jam 2 jam 1,4 jam 52 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

65 Gambar 4.1. DIAGRAM SKENARIO MUSIM KEMARAU (Penduduk yang belum terlayani oleh PDAM dengan 2 Skenario) Musim kemarau 4 bulan 50 % 59 % Pelayanan PDAM setelah penambahan air baku Way Sekampung dan rehabilitasi lahan kritis Pelayanan PDAM setelah penambahan air baku Way Sekampung 45 % 47 % Musim kemarau 5 bulan Gambar 4.2. DIAGRAM SKENARIO MUSIM HUJAN 17 TITIK DRAINASE 60% 6 HARI DRAINASE 60% 21 TITIK SAMPAH 50% 8 HARI SAMPAH 50% 25 TITIK IPLT 40% 9 HARI IPLT 40% MUSIM HUJAN 8-9 BULAN MUSIM HUJAN 6-7 BULAN 22 TITIK DRAINASE 60% 8 HARI DRAINASE 60% 28 TITIK SAMPAH 50% 12 HARI SAMPAH 50% 34 TITIK IPLT 40% 14 HARI IPLT 40% Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

66

67 BAB 5 STRATEGI DAN AKSI PRIORITAS Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

68 Foto Sampul Bab 5 : Talud penahan longsor di Lingkungan III Kelurahan Panjang Selatan, Bandar Lampung Courtesy : Erwin Nugraha/Mercy Corps, Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

69 5.1. T U J U A N D A N S T R A T E G I K E T A H A N A N P E R U B A H A N I K L I M Sebagaimana hasil Kajian Kerentanan (ACCCRN, 2010a), Kota Bandar Lampung merupakan wilayah perkotaan yang rawan bencana, ditambah dengan adanya dampak perubahan iklim menjadikan Pemerintah, masyarakat dan seluruh unsur yang ada di Kota Bandar Lampung untuk berperan dalam mengurangi risiko dan melakukan adaptasi terhadap bahaya perubahan iklim. Berdasarkan hal tersebut, maka ada enam (6) strategi ketahanan dalam menghadapi perubahan iklim di Kota Bandar Lampung, yang meliputi enam (6) sektor utama, yaitu: (1). Air bersih; (2) Lingkungan hidup; (3). Infrastruktur; (4). Kelautan, pesisir, dan perikanan: (5). Pengembangan sumber daya manusia, dan; (6). Pengembangan kapasitas kelembagaan. Strategi ketahanan untuk masing-masing sektor dipaparkan sebagai berikut: S T R A T E G I K E T A H A N A N S E K T O R A I R B E R S I H Berdasarkan Kajian Kerentanan (ACCCRN, 2010a), terjadi peningkatan suhu atau temperatur setiap tahun di Kota Bandar Lampung. Pada saat musim kemarau suhu semakin panas, sehingga terjadi resiko kekeringan. Peningkatan suhu harian yang semakin tinggi dari waktu ke waktu akan berpengaruh terhadap kegiatan lain, seperti pertanian, kesehatan maupun aktivitas lain. Berkenaan dengan hal tersebut, maka sektor air bersih menjadi sangat penting sebagai salah satu strategi ketahanan dalam menghadapi bahaya perubahan iklim. Berdasarkan hal tersebut, maka strategi ketahanan air bersih ditujukan untuk menjamin ketersediaan air bersih di Kota Bandar Lampung bahkan jika terjadi dalam kondisi ekstrim. Strategi ini diprioritaskan pada kelompok yang tidak terlayani oleh PDAM dan jauh dari sumber air baku. Strategi ketahanan di sektor sumber air bersih meliputi: 1. Peningkatan cakupan layanan air bersih, yang dilakukan melalui: pengadaan air baku, pemeliharaan dan pembangunan sarana dan prasarana air bersih, pengadaan hidran umum dan tangki air, dan pengembangan teknologi pengolahan air bersih. 2. Penghematan air dan pemanfaatan kembali, yang dilakukan melalui: pengandaan lahan lokasi dam dan embung, pembangunan dan pemeliharaan dam dan embung, penerapan rainwater harvesting (pemanenan air hujan atau tabungan air hujan), dan penyimpanan air di drainase primer (main drain) S T R A T E G I K E T A H A N A N S E K T O R L I N G K U N G A N H I D U P Meskipun berdasarkan Kajian Kerentanan (ACCCRN, 2010a) belum ditemukan kejadian angin ekstrim yang melebihi ambang batas 60 km/jam, namun tidak berarti tidak terjadi dampak penting terhadap bahaya perubahan iklim di sektor lingkungan hidup. Karena beberapa tahun terakhir ini terjadi angin puting beliung yang mengakibatkan kerugian materi bahkan kehilangan nyawa akibat tumbangnya pohon. Selain itu, bencana longsor menjadi kejadian rutin apabila terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi. Semuanya bersumber dari rusaknya wilayah tangkapan air dan hulu serta eksploitasi gunung dan bukit di Kota Bandar Lampung. Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

70 Berdasarkan hal tersebut, maka strategi ketahanan sektor lingkungan hidup ditujukan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Strategi ketahanan di sektor lingkungan hidup meliputi: 1. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis, yang dilakukan melalui: penyusunan rencana pengelolaan hutan dan lahan kritis, inventarisasi ruang terbuka hijau, penghijauan gunung, bukit, wilayah resapan air dan bantaran sungai, penanaman mangrove, pengadaan lahan untuk ruang terbuka hijau dan wilayah tangkapan air, serta pemantauan pengawasan. 2. Pembuatan sumur resapan dan biopori, yang dilakukan melalui: kajian wilayah wajib sumur resapan dan biopori, pembuatan peraturan daerah, dan pembuatan sumur resapan dan biopori serta pemantauan dan pengawasan. 3. Pengelolaan limbah rumah tangga, pasar, dan industri secara terpadu, yang dilakukan melalui: penyusunan Master Plan Air Limbah dan detail engineering design (DED) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terpadu, pengadaan lahan lokasi pembangunan IPAL, pembuatan IPAL terpadu untuk rumah tangga dan industri, dan pengawasan S T R A T E G I K E T A H A N A N S E K T O R I N F R A S T R U K T U R Berdasarkan hasil Kajian Kerentanan (ACCCRN, 2010a), terjadi kecenderungan peningkatan curah hujan dari waktu ke waktu di Kota Bandar Lampung. Pada saat kondisi ekstrem, musim hujan terjadi dengan intensitas curah hujan yang sangat tinggi, sehingga bahaya longsor dan banjir dapat terjadi di Kota Bandar Lampung. Bahaya banjir semakin bertambah dengan tidak terlayaninya sampah secara optimal. Strategi kerentanan di sektor infrastruktur ditujukan untuk mengurangi dampak negatif dari kejadian banjir, terutama di wilayah hilir (dengan topografi rendah), bantaran sungai, dan pesisir. Strategi ketahanan di sektor lingkungan hidup meliputi: 1. Pembangunan talud di sekitar wilayah rawan longsor, yang dilakukan melalui: pembangunan dan pemeliharaan talud. 2. Pembangunan dan pemeliharaan drainase terpadu, yang dilakukan melalui: evaluasi Master Plan Drainase, penyusunan DED, pembangunan jaringan drainase, pemeliharaan jaringan drainase, dan pengerukan sungai. 3. Pengelolaan sampah secara terpadu, yang dilakukan melalui: studi manajemen sampah, pemberdayaan SOKLI (Satuan Operasi Kebersihan Lingkungan), pengembangan pengelolaan sampah rumah tangga melalui 4R + P (reduce, reuse, recycle, replace, dan participation) Penataan permukiman yang tahan terhadap perubahan iklim dan bencana, yang dilakukan melalui: inventarisai permukiman rawan bencana, penyusunan DED, permukiman kembali (resettlement), pembangunan rusunawa (rumah susun sewa) atau rusunami (rumah susun milik), rumah panggung, dan penyediaan infrastruktur pada lokasi evakuasi bencana S T R A T E G I K E T A H A N A N S E K T O R K E L A U T A N, P E S I S I R, D A N P E R I K A N A N Sebagai wilayah pesisir, Kota Bandar Lampung menghadapi bahaya perubahan iklim seperti peningkatan muka air laut (sea level rise), dimana berdasarkan hasil Kajian Kerentanan (ACCCRN, 2010a) resiko peningkatan muka air laut mencapai 10 cm pada tahun Hal ini juga akan mempengaruhi kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam mewujudkan kota yang 10 Reduce = pengurangan, reuse = penggunaan kembali, recycle = daur ulang, replace = penggantian, dan participation = partisipasi. Konsep 4 R + P merujuk pada rekomendasi hasil studi sektor mengenai persampahan (ACCCRN, 2010c). 58 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

71 menghadap pantai (Water Front City). Berdasarkan hal tersebut, maka strategi ketahanan di sektor kelautan, pesisir, dan perikanan meliputi: 1. Pembangunan tanggul pemecah ombak, yang dilakukan melalui: kajian penerapan tanggul pemecah ombak dan pembangunan dan pemeliharaan tanggul. 2. Pengendalian intrusi air laut, yang dilakukan melalui: studi intrusi air laut, pengendalian pemanfaatn air bawah tanah, serta pemantauan dan pengawasan. 3. Penyaringan air payau, yang dilakukan melalui: pengembangan teknologi pengolahan air payau dan penyaringan air payau. 4. Penyelamatan biota laut, yang dilakukan melalui: inventarisasi kondisi biota laut, penyelamatan biota laut, pengendalian limbah, serta pemantauan dan pengawasan S T R A T E G I K E T A H A N A N P E N G E M B A N G A N S U M B E R D A Y A M A N U S I A Kelompok yang rentan terhadap bahaya perubahan iklim adalah masyarakat miskin, perempuan yang menjadi kepala keluarga, anak-anak, dan orang tua. Untuk itu, pengembangan sumber daya manusia menjadi sesuatu yang mutlak harus dilakukan dalam upaya adaptasi terhadap perubahan iklim. Strategi ketahanan dalam pengembangan sumber daya manusia meliputi: 1. Pemberdayaan masyarakat, yang dilakukan melalui: sosialisasi tentang dampak dan upaya adaptasi perubahan iklim, penyusunan kurikulum pendidikan adaptasi perubahan iklim, pelatihan kurikulum kepada tenaga pendidik, implementasi kurikulum menjadi muatan lokal dalam pendidikan formal, pelatihan keterampilan kepada masyarakat rentan, nelayan, perempuan dan pemuda, fasilitasi akses permodalan, pengembangan sistem peringatan dini (early warning system), serta pembentukan dan pengembangan kelembagaan dan jejaring ketahanan perubahan iklim multi-stakeholder (pemangku kepentingan). 2. Pengembangan asuransi uransi S T R A T E G I K E T A H A N A N P E N G E M B A N G A N K A P A S I T A S K E L E M B A G A A N Pengembangan kapasitas kelembagaan dilakukan untuk menghasilkan adaptasi perubahan iklim secara optimal sehingga strategi ketahanan lain dapat bersinergi dan menghasilkan adaptasi perubahan iklim. Strategi ketahanan dalam pengembangan kapasitas kelembagaan meliputi: 1. Penegakan peraturan daerah (perda), yang dilakukan melalui: evaluasi terhadap pelaksanaan perda yang berkaitan dnegan lingkungan hidup, penyusunan perda baru, serta penegakan dan pengawasan perda. 2. Pembentukan unit pelaksana teknis (UPT), yang dilakukan melalui: pembentukan UPT, pengadaan sarana dan prasarana UPT, dan fasilitasi kerjasama dengan instansi lain K R I T E R I A S T R A T E G I K E T A H A N A N Dalam mengusulkan kegiatan-kegiatan adaptasi perubahan iklim untuk meningkatkan kapasitas ketahanan kota, strategi ketahanan disesuaikan dengan kriteria ketahanan berdasarkan panduan dari Yayasan Rockefeller dan ISET, yang meliputi: 1. Redundansi, yaitu: berbagai cara untuk mencapai tugas-tugas sistem yang esensial yang harus dikembangkan dalam perumusan aksi-aksi peningkatan ketahanan. Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

72 2. Fleksibilitas, yaitu: aksi-aksi yang dikembangkan harus memiliki fleksibilitas karena sistem diharapkan juga dapat mengakomodasi kondisi tanpa kesalahan. Selain itu, jika kesalahan terjadi dibawah kondisi ekstrim, dapat diprediksi, dapat dikendalikan, dan dapat pulih dengan cepat. 3. Reorganisasi, yaitu: aksi-aksi yang dikembangkan diharapkan dapat menunjang sistem dalam membentuk kembali dirinya dengan cepat dalam kondisi yang tidak diharapkan. 4. Pembelajaran, yaitu: aksi-aksi yang dikembangkan diupayakan untuk memanfaatkan mekanisme dari pengalama-pengalaman yang telah ada untuk mempercepat proses akumulasi pengetahuan. Berdasarkan enam (6) strategi ketahanan diatas, maka akan dikelompokkan masing-masing dalam matriks ketahanan kota terhadap perubahan iklim. Adapun matriks ketahanan dapat dilihat pada Tabel 5.1. (halaman 61). 60 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

73 TABEL 5.1. KRITERIA KETAHANAN USULAN AKSI ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM SEKTOR KEGIATAN REDUNDANSI FLEKSIBILITAS REORGANI-SASI PEMBELA- JARAN 1.Peningkatan cakupan layanan air bersih 1. Pengadaan air baku dari luar Bandar Lampung, penyediaan hidran umum serta mobil tangki air 2. Kerjasama dengan Pemerintah Daerah kabupaten lain dalam rangka menjaga debit sumber air baku Penyediaan air bersih ditujukan terutama untuk masyarakat miskin seperti masyarakat pesisir yang airnya payau. Peningkatan cakupan layanan dilakukan oleh PDAM dan swasta Pada musim kemarau hidran umum dan mobil tanki air bermanfaat bagi masyarakat 1. Air Bersih 2.Penghematan air dan pemanfaatan kembali (reuse) 1. Pembuatan dam atau embung 2. Sosialisasi hemat air 3. Penyimpanan air melalui rainwater harvesting (pemanenan air hujan atau tabungan air hujan) dan main drain Hasil tangkapan air hujan atau yang tersimpan bisa digunakan pada waktu musim kemarau dan pada musim transisi bisa dijadikan wisata kota. Penyediaan air di musim kemarau Kampanye manfaat penghematan air dan sudah banyak yang berhasil 3. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis Penanaman pohon di wilayah tangkapan air, gunung atau bukit, bantaran sungai dan pesisir (bakau) Jenis pohon disesuaikan dengan kondisi tanah Memberikan nilai tambah kepada pemilik gunung dan masyarakat sekitar Tidak mudah dilakukan karena banyak gunung dan bukit sudah jadi milik perorangan 2. Lingkungan Hidup 4.Pembuatan sumur resapan dan biopori Penyimpanan air tanah melalui sumur resapan dan biopori Dilakukan secara individu maupun kelompok Pengawasan oleh aparat harus lebih ditingkatkan Sudah ada peraturan tapi sanksi lemah 5.Pengolahan limbah terpadu (rumah tangga, pasar, dan industri) 1. Mengelola limbah cair dan limbah padat. 2. Pengolahan limbah diklasifikasikan menurut jenis usaha dan dampaknya Penerapan pada berbagai jenis industri Mengurangi kerusakan lingkungan danefek kontaminasi limbah Peraturan ada tapi sanksi tidak tegas 3. Infrastruktur 6. Pembangunan talud di wilayah rawan longsor Talud dibuat sesuai dengan kontur/ kemiringan atau dapat berupa terasiring Melindungi masyarakat rentan di sekitar wilayah longsor Talud menahan limpasan tanah dan sedimen terutama pada saat cuaca ekstrim 3. Infrastruktur 7. Pembangunan dan Pemeliharaan 1. Revisi Masterplan Drainase 2. Pembangunan dan Untuk daerah hilir, dibuat dimensi drainase Pengalaman penerapan di di beberapa Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

74 SEKTOR KEGIATAN drainase terpadu 8. Pengelolaan sampah secara terpadu 9. Penataan permukiman yang tahan terhadap perubahan iklim dan bencana REDUNDANSI pemeliharaan saluran drainase baik dimensi maupun kedalaman mengikuti kontur tanah 1. Perbaikan manajemen persampahan. 2. Pemberdayaan SOKLI, 3. 4R (reduce, reuse, recycle & Replace), 4. Pengolahan Tempat Penampungan Akhir (TPA) 1. Ressetlement 2. Pembangunan Rusunawa atau rusunami 3. Rumah panggung 4. Penyediaan infrastruktur pada lokasi evakuasi bencana FLEKSIBILITAS besar (main drain) yang bisa menahan limpahan air pada saat cuaca ekstrim Sampah dimanfaatkan sebagai penambah nilai ekonomi masyarakat (composting dan recycling) Permukiman mampu beradaptasi terhadap bencana bahkan dalam kondisi ekstrim REORGANI-SASI Penanganan sampah diklasifikasikan berdasarkan wilayah dan volume sampah Tanggapan balik terhadap perubahan disesuaikan sepanjang waktu PEMBELA- JARAN lokasi 3R sudah pernah dilakukan di satu kelurahan tetapi tidak berlanjut Pembangunan Rusunawa sudah dilakukan 10.Pemeliharaan dan pembangunan tanggul pemecah ombak Pembangunan dan pemeliharaan tanggul Tanggul selain sebagai pemecah ombak juga berfungsi sebagai akses jalan menuju laut Melindungi kawasan pesisir dari bahaya kenaikan muka air laut (SLR) Sudah diterapkan pada beberapa wilayah di luar negeri 4. Sektor Perikanan, Pesisir, dan Kelautan 11.Pengendalian intrusi air laut 1. Penegakan peraturan daerah dan pengawasan 2. Kajian intrusi air laut Perusahaan wajib memberikan akses air bersih kepada masyarakat rentan Kewenangan pemungutan pajak air bawah tanah diberikan kepada kab/kota (UU 28/2009) 12.Penyaringan air payau 13. Penyelamatan biota laut Penggunaan teknologi sederhana dan dapat dilakukan oleh masyarakat Penyelamatan terhadap ekosistem laut untuk melindungi mata pencaharian nelayan Pemetaan kualitas air bersih di wilayah pesisir Pembentukan kelompok untuk pengelolaan air payau Pengelolaan biota laut disesuaikan dengan kondisi ekosistem Sudah dilakukan terutama di negara maju 5. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) 6. Sektor Pengembangan Kapasitas Kelembagaan 14.Pemberda-yaan masyarakat 15.Asuransi 16.Penegakan Peraturan Daerah 1. Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan 2. Fasilitasi akses modal 1. Pengawasan lebih ditingkatkan 2. Penegakan hukum 3. Penyiapan sumber daya manusia (SDM) Masyarakat memiliki alternatif pekerjaan pada saat cuaca ekstrim Masyarakat rentan mendapat jaminan kesehatan dan pekerjaan jika terjadi dampak perubahan iklim Evaluasi terhadap substansi dan penerapan peraturan daerah yang ada Besarnya angsuran disesuaikan dengan kemampuan masyarakat Sudah dilakukan dibeberapa wilayah di Bandar Lampung Pernah dilakukan di negara lain Sudah diterapkan untuk beberapa peraturan daerah 62 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

75 SEKTOR KEGIATAN 17.Pembentukan UPT (unit pelaksana teknis) REDUNDANSI 1. Penyiapan kelembagaan 2. Pembuatan struktur organisasi 3. Pembentukan UPT Sungai, Embung dan Drainase FLEKSIBILITAS Memecahkan masalah lebih cepat dan upaya preventif jika ada masalah REORGANI-SASI Untuk memperpendek rentang birokrasi antara pemerintah dan masyarakat PEMBELA- JARAN 5.3. K E G I A T A N P R I O R I T A S Untuk menentukan prioritas kegiatan, maka dilakukan dengan menggunakan alat biaya manfaat (CBA). Alat analisis tersebut digunakan untuk menentukan jenis intervensi yang menjadi prioritas. Pertimbangan yang digunakan dalam intervensi ialah untuk memprioritaskan kegiatan atau proyek yang memiliki keuntungan (benefit) yang lebih besar daripada biaya (cost) yang dibutuhkan. Kegiatan ini dapat diterapkan pada tahap-tahap awal CRS dan dapat terus dilakukan untuk semua langkah pembentukan CRS. Analisis biaya manfaat terdiri dari dua (2) tipe, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif, adapun rincian dari kedua tipe tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kualitatif; metode CBA kualitatif digunakan untuk menentukan keuntungan dari suatu intervensi strategi ketahanan kota. Metode dilakukan dengan membagi biaya dan manfaat jika kita melaksanakn kegiatan. Masing-masing baik manfaat maupun biaya terbagi atas biaya atau manfaat secara ekonomi, sosial dan lingkungan. 2. Kuantitatif; berdasarkan penjabaran pada metode kualitatif, maka dilakukan pemberian bobot kepada masing-masing baik aspek biaya maupun manfaat untuk aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan. Bobot dijumlahkan untuk biaya dan manfaat, selanjutnya menghitung rasio biaya manfaat (benefit cost rasio) dengan membagi jumlah manfaat dan biaya. Selanjutnya akan ditemukan rasio biaya manfaat, angka tersebut menentukan prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan. Adapun matriks prioritas kegiatan dapat dilihat pada Tabel 5.2 (halaman 64). Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

76 TABEL 5.2. MATRIKS KEGIATAN PRIORITAS KEGIATAN STRATEGI KETAHANAN IKLIM EKONOMI SOSIAL BIAYA ( COST) (COST LINGKUNGAN LAIN-LAIN 1.Peningkatan cakupan pelayanan air bersih Penyediaan dana besar untuk pembuatan DED, penyediaan dan pemasangan jaringan pipa air bersih. Memberikan pemahaman kepada mayarakat untuk memlihara infrastruktur air bersih Biaya pemeliharaan di sekitar sumber mata air 2.Penghematan air dan re-use Biaya pembebasan tanah untuk pembuatan dam Sosialisasi dan biaya pemeliharaan Biaya untuk pemeliharaan dam/embung. Paradigma dan merubah perilaku masyarakat tidak mudah 3. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis Penghijauan bukit yang sudah rusak, catchment area, penyediaan taman dan RTH (ruang terbuka hijau) kota. 1. Mengurangi run-off air terutama jika musim hujan. 2. Menambah cadangan air tanah Dapat dilakukan secara kelompok maupun individu. Penghijauan dapat mengurangi resiko bencana 4.Pembuatan sumur resapan dan biopori Penyimpanan air tanah bisa dilakukan melalui sumbur resapan dan bio pori Menjaga cadangan air tanah. Dilakukan secara individu atau industri Sebagian sdh dilakukan di BL 5.Pengolahan limbah terpadu (RT, pasar, dan industri) Pembuatan limbah komunal baik RT maupun industri agar air baku atau air permukaan tidak terkontaminasi Teknologi yang digunakan utk limbah RT bisa sederhana dan sosialisasi terhadap masy dan pengusaha ttg bahaya limbah Dilakukan secara individu atau industri Pengolahan limbah dapat mencegah terjadinya polusi atau limbah berbahaya 6.Pembangunan talud di wilayah rawan longsor Pembuatan talud atau bronjong terutama di bantaran sungai dan di kaki bukit Pembuatan talud permanen mencegah terjadinya longsor 7.Pembangunan dan pemeliharaan drainase terpadu 1. Revisi Masterplan Drainase Kota Bandar Lampung 2. Pembangunan & pemeliharaan drainase dari hulu hingga hilir, bebas sedimentasi dan sampah Drainase juga bisa dirancang untuk menampung limpahan air jika terjadi cuaca ekstrim Pembangunan dilakukan secara bertahap Sudah dilakukan namun belum terpadu 8.Pengelolaan sampah secara terpadu Kajian manajemen sampah, pemberdayaan SOKLI, 4R, peningkatan sarana dan prasarana persampahan Sampah dikelola tidak hanya sebagai limbah tapi akan menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat dan pemda (recycling, kompos dan penghasil gas metan) Pengolahan sampah mulai dilakukan di tingkat RT, TPS atau TPA Belum dilakukan secara optimal 64 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

77 KEGIATAN STRATEGI KETAHANAN IKLIM 9. Penataan permukiman yang tahan terhadap perubahan iklim dan bencana EKONOMI 1. Rencana Rancang Bangun (DED) Kawasan Permukiman Rawan Bencana 2. Biaya perbaikan permukiman yang tinggi seiring meningkatnya dampak perubahan iklim SOSIAL BIAYA ( COST) (COST Adaptasi masyarakat terhadap lingkungan baru, dan potensi penolakan dari masyarakat. LINGKUNGAN LAIN-LAIN 10.Pembangunan tanggul pemecah ombak 1. Pembuatan DED 2. Pembangunan tanggul atau breaking water. Tanggul laut bisa untuk mencegah bencana apabila cuaca ekstrim Melindungi masyarakat pesisir 11.Pengendalian intrusi air laut 1. Kajian intrusi air laut 2. Pengendalian eksploitasi air bawah tanah di pesisir Pemberian disinsentif bagi industri yang mengekploitasi air bawah tanah. Saat ini sedang di rancang Perda Pemanfaatan Air Bawah Tanah 12.Penyaringan air payau Menyuling air dari air payau menjadi air bersih, atau air payau menjadi air minum Perangkat teknologi mahal, perlu rancangan oleh tenaga ahli lokal Dilakukan secara kelompok Sudah dilakukan di wilayah pilot project ACCRN 13.Pemberdayaan masyarakat Meningkatkan kapasitas masyrakat terhadap bahaya perubahan iklim, memberikan alternatif mata pencaharian, fasilitasi dalam akses permodalan Dalam kondisi cuaca ekstrim masyarakat memiliki alternatif pekerjaan untuk mendukung ekonomi keluarga dan diberi kemudahan untuk akses ke lembaga keuangan Sebagaian sudah dilakukan oleh instansi terkait 14.Asuransi Alternatif dukungan kesehatan bagi masyarakat rentan jika mereka terkena bencana Besar kecilnya asuransi disesuaikan dengan kemampuan masyarakat Sudah berhasil dilakukan di negara lain 15. Penyelamatan biota laut Kebutuhan pendanaan yang besar bagi pelaksanaannya Tanggungjawab sosial untuk menjaga kualitas biota laut Tantangan pemeliharaan yang berkelanjutan 16.Penegakan Perda Pengawasan, penegakan peraturan, pemberian sanksi. Konsistensi pemerintah daerah dalam penegakan peraturan Diprioritaskan pemberian sanksi yang berat bagi yang melanggar Sebagian aturan sdh ada tetapi penegakan aturan Belem optimal 17.Pembentukan UPT Pembuatan Keputusan Walikota, pembentukan struktur organisasi, pembangunan kantor Pembentukan dilakukan oleh SKPD terkait UPT efektif untuk pengendalian awal dan upaya preventif Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

78 TABEL 5.3. MANFAAT AAT ( BENEFIT) (BENEFIT ) KEGIATAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM KEGIATAN STRATEGI KETAHANAN IKLIM EKONOMI MANFAAT (BENEFIT) SOSIAL LINGKUNGAN LAIN-LAIN 1.Peningkatan cakupan pelayanan air bersih Meningkatkan IPM Kota Bandar Lampung Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Terciptanya kesehatan lingkungan dan masyarakat 2.Penghematan air dan reuse Mengurangi biaya pembelian air oleh masyarakat Melatih masyarakat untuk berhemat dan produktif Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan 3. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis Mengurangi resiko bencana dan biaya akibat bencana Upaya mitigasi bencana Meningkatkan kalitas lingkungan 4.Pembuatan sumur resapan dan biopori Menciptakan pembangunan yang berkelanjutan Memberikan kesadaran kpd masyarakat untuk menyimpan air ke dalam tanah Menjaga kesinambungan air tanah 5.Pengolahan limbah terpadu (RT, pasar, dan industri) Mengurangi biaya resiko kerusakan lingkungan Meningkatkan keperdulian masyarakat terhadap lingkungan Mengurangi pulusi dan limbah berbahaya 6.Pembangunan talud di wilayah rawan longsor Mencegah terjadinya bencana longsor Menciptakan rasa aman dan nyaman di masyarakat Tidak timbul resiko longsor 7.Pembangunan dan pemeliharaan drainase terpadu Mencegah terjadinya banjir Mengurangi resiko banjir dan luapan air Menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan indah 8.Pengelolaan sampah secara terpadu Menciptakan kebersihan dan keindahan kota Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kesehatan Mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan Budaya hidup bersih dan sehat 9. Penataan permukiman yang tahan terhadap perubahan iklim dan bencana Menjaga keberlangsungan kehidupan masyarakat selama terkena dampak perubahan iklim Memberikan perlindungan pada masyarakat akibat perubahan iklim 10.Pembangunan tanggul pemecah ombak Mencegah terjadinya abrasi pantai Melindungi masyarakat dari resiko perubahan iklim (SLR) 11.Pengendalian intrusi air laut Mengurangi biaya/resiko kontaminasi air laut Meningkatkan kepedulian sosial Mencegah terjadinya penurunan kualitas air tanah 66 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

79 KEGIATAN STRATEGI KETAHANAN IKLIM EKONOMI MANFAAT (BENEFIT) SOSIAL LINGKUNGAN LAIN-LAIN 12.Penyaringan air payau Meningkatkan kualitas air bersih Pemanfaatan teknologi pengolahan air Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat 13.Pemberdayaan masyarakat Meningkatkan kualitas SDM Meningkatkan ketahanan masy terhadap resiko perubahan iklim Meningkatkan adaptasi mayarakat rentan terhadap bahaya perubahan iklim Memfasiltasi dan membuka akses masyarakat terhadap permodalan 14.Asuransi kesehatan Meningkatkan kapasitas & adaptasi masyarakat rentan Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat rentan 15.Penyelamatan biota laut Memberikan dukungan bagi pengembangan mata pencaharian penduduk Menjaga ekosistem laut yang berkelanjutan 16.Penegakan Perda Meningkatkan kepatuhan mayarakat & pengusaha Menjaga kesinambungan lingkungan Meningkatkan pengawasan 17.Pembentukan UPT Rentang kendali lebih pendek antara birokrasi dan masyarakat Harmonisasi dan interaksi masyarakat dan birokrasi Masalah dapat cepat terpecahkan & Upaya preventif dapat dilakukan 5.4. S T R A T E G I D A N A K S I P R I O R I T A S Berdasarkan penjelasan kualitatif di atas, maka dikonversikan menjadi kuantitatif sehingga analisis biaya manfaat dapat menentukan kegiatan atau aksi prioritas yang akan dilakukan. Adapun hasil perhitungan analisis terdapat di Tabel 5.4 (halaman 68). Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

80 TABEL 5.4. ANALISIS BIAYA MANFAAT KEGIATAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM 1.Peningkatan cakupan pelayanan air bersih 2.Penghematan air dan re-use 3. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis 4.Pembuatan sumur resapan dan biopori 5.Pengolahan limbah terpadu (RT, pasar, dan industri) 6.Pembangunan talud di wilayah rawan longsor 7.Pemeliharaan dan pembangunan drainase terpadu 8.Pengelolaan sampah secara terpadu 9. Penataan permukiman yang tahan terhadap perubahan iklim dan bencana 10.Pembangunan tanggul pemecah ombak 11.Pengendalian intrusi air laut 12.Penyaringan air payau 13.Pemberdayaan masyarakat BIAYA (C) Ekonomi Sosial Lingkungan TOTAL BIAYA MANFAAT (B) Ekonomi Sosial Lingkungan Lainlain Lainlain TOTAL BIAYA , , , , , , , , , , , , ,00 14.Asuransi ,10 15.Penyelamatan biota laut ,6 16.Penegakan Perda ,25 17.Pembentukan UPT ,33 Rentang (range) penilaian: - Kolom biaya (cost / C), nilai 1 untuk biaya yang rendah atau murah dan 5 untuk biaya mahal atau tinggi - Kolom manfaat (benefit / B), nilai 1 untuk manfaat rendah atau sedikit dan 5 untuk manfaat banyak tau tinggi Berdasarkan matriks di atas, maka dapat ditentukan prioritas aksi kegiatan dalam upaya ketahanan terhadap perubhan iklim di Kota Bandar Lampung, yaitu: 1. Pemberdayaan masyarakat dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim (2,00). 2. Pembuatan sumur resapan dan biopori (1,50) B/C Rasio 68 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

81 3. Pemeliharaan dan pembangunan drainase terpadu (1,50) 4. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis (1,44) 5. Pengolahan sampah secara terpadu (1,43) 6. Pembentukan UPT (1,33) 7. Penegakan Perda (1,25) 8. Penghematan air dan re-use (1,23) 9. Asuransi (1,1) 10. Peningkatan cakupan layanan air bersih (1,00) 11. Pengolahan limbah terpadu (rumah tangga, pasar, dan industri) (1,00) 12. Pembangunan talud di wilayah rawan longsor (0,9) 13. Penyaringan air payau (0,86) 14. Pembangunan tanggul pemecah ombak (0,83) 15. Pengendalian intrusi air laut (0,80) 16. Penataan permukiman yang tahan terhadap perubahan iklim dan bencana (0,6) 17. Penyelamatan biota laut (0,6) Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

82 70 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim No Prioritas Tindakan Pemberdayaan masyarakat, dilakukan melalui: a. Sosialisasi tentang dampak dan upaya adaptasi perubahan iklim; b. Penyusunan kurikulum pendidikan adaptasi perubahan iklim; c. Pelatihan kurikulum kepada tenaga pendidik; d. Implementasi kurikulum menjadi muatan lokal dalam 1. pendidikan formal; e. Pelatihan keterampilan kepada masyarakat rentan, nelayan, perempuan dan pemuda; f. Fasilitasi akses permodalan; g. Pengembangan sistem peringatan dini (early warning system) h. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan dan jejaring ketahanan perubahan iklim multistakeholder Pembuatan sumur resapan dan biopori, dilakukan melalui: - Kajian wilayah wajib sumur resapan dan atau bipori Pembuatan Perda - Pembuatan sumur resapan dan biopori - Pemantauan dan pengawasan 3. Pembangunan dan pemeliharaan drainase terpadu melalui: - Evaluasi Master Plan Drainase - Penyusunan DED (detail engineering design) TABEL 5.5 TAHAPAN PELAKSANAAN PRIORITAS TINDAKAN STRATEGI KETAHANAN KOTA Tahun ke Pagu Indikatif X X X X X X X X X X 10 miliar x x x x x x x x x x x x x x x 5 miliar 50 miliar 70 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

83 No Prioritas Tindakan - Pembangunan jaringan drainase - Pemeliharaan drainase - Pengerukan sungai Tahun ke Pagu Indikatif Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim Rehabilitasi hutan dan lahan kritis, dilakukan melalui: - Penyusunan rencana pengelolaan hutan dan lahan kritis - Inventarisasi ruang terbuka hijau 4. - Penghijauan gunung, bukit, wilayah resapan air, dan bantaran sungai - Penanaman mangrove - Pengadaan lahan untuk ruang terbuka hijau dan wilayah tangkapan air - Pemantauan dan pengawasan Pengelolaan sampah secara terpadu, dilakukan melalui : - Studi Manajemen sampah - Pemberdayaan SOKLI - Pengembangan pengelolaan sampah rumah tangga melalui 5. 4R + P (reduce, reuse, recycle, replace, participation) - Perbaikan pengelolaan TPA Bakung - Penyediaan sarana dan prasarana persampahan - Pengadaan TPA baru melalui kerjasama antar wilayah 6. Pengembangan UPT (sungai, embung, dan drainase), dilakukan melalui: - Pembentukan UPT - Pengadaan sarana dan prasarana UPT x x x x x 10 miliar x x x x x x x x x x 30 miliar x 500 juta Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

84 72 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim No Prioritas Tindakan - Fasilitasi kerjasama dengan instansi lain Penegakan Peraturan Daerah (PERDA), dilakukan melalui: - Evaluasi terhadap pelaksanaan Perda yang berkaitan dengan lingkungan hidup - Penyusunan Perda baru - Penegakan dan pengawasan Perda Penghematan air dan pemanfaatan kembali (reuse), dilakukan melalui: - Pengadaan lahan lokasi dam dan embung; - Pembangunan dan pemeliharaan dam dan embung; - Penerapan rainwater harvesting (pemanenan air hujan atau tabungan air hujan), - Penyimpanan air di drainase primer (main drain) Pengembangan asuransi 10. Peningkatan cakupan layanan air bersih, dilakukan melalui: - Pengadaan air baku; - Pemeliharaan dan pembangunan sarana dan prasarana air bersih; - Pengadaan hidran umum dan tangki air - Pengembangan teknologi pengolahan air bersih Tahun ke- Pagu Indikatif x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x 5 miliar x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x 3 miliar x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x 10 miliar x x x x x x x x x x 500 miliar 72 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

85 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim No Prioritas Tindakan 11. Pengolahan limbah terpadu (rumah tangga, pasar, dan industri), dilakukan melalui: - Penyusunan Master Plan Air Limbah dan DED IPAL terpadu - Pengadaan lahan lokasi pembangunan IPAL - Pembuatan IPAL terpadu untuk rumah tangga dan industri - Pengawasan Pembangunan talud di wilayah rawan longsor, dilakukan melalui: Pembangunan dan pemeliharaan talud Penyaringan air payau, dilakukan melalui: Pengembangan teknologi pengolahan air payau - Penyaringan air payau Pembangunan tanggul pemecah ombak, dilakukan melalui: - Kajian penerapan tanggul 14. pemecah ombak - Pembangunan dan pemeliharaan tanggul Pengendalian intrusi air laut, dilakukan melalui: - Studi intrusi air laut Pengendalian pemanfaatan air bawah tanah - Pemantauan dan pengawasan 16. Penataan permukiman yang tahan terhadap perubahan iklim dan bencana, dilakukan melalui: - Inventarisasi permukiman rawan bencana - Penyusunan DED - Ressetlement (permukiman Tahun ke- Pagu Indikatif x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x 25 miliar x x x x x 20 miliar x x x x x x x x x x 5 miliar x x x x x 20 miliar x x x x x 3 miliar x x x x x x x x x x 25 miliar Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

86 74 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim No 17. Prioritas Tindakan kembali) - Pembangunan rusunawa/rusunami - Rumah panggung - Penyediaan infrastruktur pada lokasi evakuasi bencana Penyelamatan biota laut, dilakukan melalui: - Inventarisasi kondisi biota laut - Penyelamatan biota laut - Pengendalian limbah - Pemantauan dan pengawasan Tahun ke- Pagu Indikatif x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x 10 miliar 74 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

87 BAB 6 PEMANTAUAN DAN EVALUASI Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

88 Foto Sampul Bab 6 : Bagan penjaring ikan di Kelurahan Kota Karang, Bandar Lampung Courtesy : Erwin Nugraha/Mercy Corps, Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

89 6.1. P R I O R I T A S T I N D A K A N Dokumen Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim ini disusun untuk jangka waktu dua puluh (20) tahun, yaitu tahun Dalam proses penyusunan dokumen telah melalui tahapan-tahapan mulai dari sosialisasi draft Strategi Ketahanan Kota kepada Tim Kota (Tim Koordinasi Ketahanan Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung), sosialisasi kepada pemangku kepentingan (stakeholders) terkait dan dalam prosesnya, Mercy Corps, dan ISET terus memberikan pendampingan dan koreksi terhadap dokumen. Dokumen bersifat terbuka bagi berbagai pihak pemangku kepentingan (stakeholders) yang akan melaksanakan maupun memberikan dukungan pendanaan terhadap aksi prioritas yang telah disusun. Meski demikian, semua aksi dan pembiayaan yang akan disumbangkan harus tetap dikoordinasikan oleh BAPPEDA Kota Bandar Lampung dengan dibantu oleh Tim Kerja Kota (CWG) dan Tim Koordinasi Ketahanan Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung atau Tim Kota sebagai bagian dari mekanisme pemantauan (monitoring) capaian pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi dan pendanaan aksi prioritas dapat dilakukan oleh berbagai pihak, baik Pemerintah Daerah (APBD), Pemerintah Pusat (APBN, ICCTF 11 ), Pemerintah Provinsi (APBD), sektor swasta (CSR 12 ), lembaga swadaya masyarakat (LSM), universitas, dan lembaga donor nasional maupun internasional. Pendekatan implementasi yang berbasis masyarakat (community-based) akan tetap menjadi fokus perhatian dari rencana aksi sebagaimana telah dibangun dalam proses perencanaan. Pengalaman pelibatan masyarakat sebagaimana telah didemonstrasikan dalam proyek percontohan (pilot project) ACCCRN dalam Tahap I telah memberikan pengaruh yang signifikan pada keberhasilan aksi adaptasi yang dilaksanakan. Aksi adaptasi perubahan iklim yang telah dirumuskan pada dasarnya ada yang bersifat jangka panjang, karena memerlukan pembiayaan dan waktu yang lebih lama dalam merealisasikannya. Disamping itu juga terdapat aksi adaptasi yang bisa segera direalisasikan dalam kurun waktu yang lebih cepat. Setiap aksi adaptasi tidak dimiliki oleh satu lembaga tertentu, tetapi memungkinkan kolaborasi aksi dalam merealisasikan aksi adaptasi sesuai dengan kewenangan masing-masing atau berbasis pada perwilayahan penanganan. Lebih lanjut, Tabel 6.1 (halaman 77) merupakan matriks yang menjabarkan aksi prioritas adaptasi perubahan iklim di Kota Bandar Lampung ditinjau dari kerangka waktu (timeframe), kebutuhan dana, dan potensi kolaborasi pelaksanaan dengan dukungan berbagai pihak. 11 Indonesia Climate Change Trust Fund 12 Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

90 TABEL 6.1 PRIORITAS TINDAKAN BERDASARKAN NILAI B/C RATIO Prioritas Tindakan yang Diusulkan Kerangka Waktu (Timeframe rame) Kebutuhan Dana Peluang Kolaborasi SKPD terkait :(Dinas pendidikan, dinas Pemberdayaan masyarakat Tenaga kerja, Dinas Dapat dilakukan melalui : 10 Miliar Perindag, Dinas -Penyusunan kurikulum pendidikan 10 tahun Kelautan dan adaptasi perubahan iklim (Sumber : APBD, APBN dan Perikanan). - pelatihan donor, NGO serta CRS) Pemerintah Pusat - fasilitasi akses permodalan Lembaga donor Swasta Pembuatan sumur resapan dan biopori 5 tahun 5 miliar BPPLH, PDAM, Distako Pemeliharaan dan pembangunan drainase terpadu Dilakukan melalui : - DED - pembangunan jaringan drainase -pemeliharaan drainase Rehabilitasi hutan dan lahan kritis, termasuk melalui penghijauan dan penanaman mangrove Pengolahan sampah secara terpadu Dapat dilakukan melalui : - Studi Manajmen sampah - Pemberdayaan SOKLI - pola 3R - Perbaikan di TPA Bakung - Penyediaan sarana dan prasarana persampahan - Pengadaan TPA Baru Pembentukan UPT (Sungai, Drainase, dan Embung), termasuk juga melalui pelaksanaan evaluasi, penyusunan SDM. Penegakan peraturan daerah (Perda) Penghematan air dan re-use (pemanfaatan kembali), termasuk melalui: pengadaan dan pemeliharaan dam dan embung, sosialiasi, rainwater harvesting (pemanenan air hujan atau tabungan air hujan), dan penyimpanan di main drain Asuransi Peningkatan cakupan layanan air bersih, melalui: pengadaan air baku, pemeliharaan dan pembangunan sarana dan prasarana air bersih, dan hidran serta tangki air Pengolahan limbah terpadu (RT dan industri) Pembangunan Talud di wilayah rawan longsor 10 tahun 5 tahun 10 tahun 50 miliar Sumber : APBN, APBD dan Donor 10 miliar Sumber : APBD, APBN, donor dan CRS 30 miliar 1 tahun 500 juta 20 tahun 20 tahun 20 tahun 10 tahun 20 tahun 5 tahun Sumber : APBD, APBN, donor dan CRS 5 miliar Sumber : APBD Kota 3 miliar Sumber : APBD dan donor 10 miliar Sumber : APBD dan APBN 500 miliar Sumber : APBD, APBN, donor, swasta 25 miliar Sumber :APBD, APBN dan swasta 20 miliar Sumber :APBD, APBN dan lembaga donor Bappeda, Dinas PU Kota, Provinsi Departemen Pekerjaan Umum BPPLH, LSM dan Swasta Bappeda, Dinas Kebersihan dan Keindahan Dinas Pasar Kecamatan/Kelurahan Universitas Swasta LSM Bagian Hukum dan Bagian Organisasi Tim Penegakan Perda BPPLH Dinas Kesehatan Kecamatan/kelurahan Dinas Kesehatan Kecamatan Kelurahan Swasta dan LSM Bappeda, BPMP, PDAM, Dinas PU, Departemen PU BPPLH dan LSM Swasta dan Universitas Dinas PU 78 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

91 Prioritas Tindakan yang Diusulkan Kerangka Waktu (Timeframe rame) Kebutuhan Dana Peluang Kolaborasi Penyaringan air payau Pembangunan tanggul pemecah ombak Pengendalian intrusi air laut Penataan permukiman yang tahan terhadap perubahan iklim dan bencana Penyelamatan biota laut 10 tahun 5 tahun 5 tahun 10 tahun 20 tahun 5 miliar Sumber :APBD, APBN, donor, LSM dan swasta 20 miliar Sumber : APBD dan APBN serta donor 3 miliar Sumber : APBD dan APBN, swasta, donor 25 miliar Sumber : APBN, APBD, swasta, donor 10 miliar Sumber : APBN, APBD, swasta, donor BPPLH, Bappeda LSM, Universitas, Swasta Dinas PU, DKP BPPLH, LSM, Universitas, Swasta, donor BPPLH, Dinas Tata Kota, Dinas PU, BAPPEDA BPPLH, Dinas Kelautan dan Perikanan, LSM 6.2. P E M A N T A U A N D A N E V A L U A S I Pemantauan dan evaluasi (monitoring and evaluation / monev) kegiatan adaptasi yang dibiayai oleh dana APBD dan APBN dilakukan mengikuti proses monev yang telah ditetapkan dalam undangundang dan peraturan yang berlaku. Kegiatan adaptasi yang dibiayai oleh dana non-pemerintah seperti dana hibah dari donor internasional, LSM internasional, dan sektor swasta disesuaikan dengan siklus pemantauan dan evaluasi penyandang dana. BAPPEDA, CWG, dan Tim Koordinasi Ketahanan Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung bersama-sama dengan inisiator, pelaksana, dan penyedia dana kegiatan adaptasi menyusun indikator pemantauan dan evaluasi sebelum pelaksanaan kegiatan adaptasi dilakukan. Pemantauan dilaksanakan secara berkala, dan evaluasi dilaksanakan minimal dilaksanakan setiap tahun. Adapun komponen penting dari kegiatan pemantauan dan evaluasi yang perlu disepakati dapat dilihat pada Tabel 6.2. TABEL 6.2 RANCANGAN MONEV KEGIATAN ADAPTASI ASI PERUBAHAN IKLIM No Pokok Monev Indikator Monev 1 Capaian pelaksanaan kegiatan Persentase kegiatan yang telah dilakukan 2 3 Pendekatan pelaksanaan kegiatan Dampak atau pengaruh kegiatan 4 Pemanfaatan Dana 5 Keberlanjutan 6 Refleksi keseluruhan kegiatan adaptasi - Proses pelibatan target group - Intensitas pelibatan target group - Peran dan kontribusi aktor lain (di luar target group) - Jumlah dan sebaran masyarakat miskin dan masyarakat rentan dalam mendapatkan manfaat - Pengaruh kegiatan dalam penguatan ketahanan sistem perkotaan - Kesesuaian antara rencana pendanaan dengan implementasi pendanaan - Perlunya modifikasi alokasi untuk pendanaan komponen lainnya - Strategi penyebarluasan keberhasilan pada lokasi atau target group lain - Strategi keberlanjutan pendanaan pada masa mendatang - Peningkatan kesadaran adaptasi di masa mendatang - Faktor kesuksesan pelaksanaan kegiatan - Faktor ketidaksuksesan pelaksanaan kegiatan - Faktor penyebab ketidaksuksesan - Saran bagi penyempurnaan kegiatan di masa depan Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

92

93 DAFTAR PUSTAKA Asian Cities Climate Change Resilience Network (ACCCRN). 2010a. Kajian Kerentanan dan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim di Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung: Publikasi ACCCRN. Asian Cities Climate Change Resilience Network (ACCCRN). 2010b. Proyek Percontohan Lampung Ikhlas: Participatory Design Adaptasi Ketahanan Masyarakat Kelurahan Kangkung dan Kota Karang, Kota Bandar Lampung terhadap Perubahan Iklim. Bandar Lampung: Laporan ACCCRN. Asian Cities Climate Change Resilience Network (ACCCRN). 2010c. Studi Sektor: Studi dan Model Pengelolaan Sampah Terpadu dalam Upaya Penanggulangan Kerentanan terhadap Dampak Perubahan Iklim. Bandar Lampung: Publikasi ACCCRN. BAPPEDA Kota Bandar Lampung Laporan Akhir Skenario Design Mitigasi Bencana Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung: Pemerintah Kota Bandar Lampung. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). 2007a. Climate Change 2007: Impacts, Adaptation and Vulnerability (Perubahan Iklim 2007: Dampak, Adaptasi, dan Kerentanan). Contribution of Working Group II to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, M.L. Parry, O.F. Canziani, J.P. Palutikof, P.J. van der Linden and C.E. Hanson, Eds., Cambridge University Press, Cambridge, UK, 976pp. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). 2007b. Climate Change 2007: Synthesis Report (Perubahan Iklim 2007: Laporan Sintesis). Contribution of Working Groups I, II and III to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change [Core Writing Team, Pachauri, R.K and Reisinger, A. (eds.)]. IPCC, Geneva, Switzerland, 104 pp. Institute for Social and Environmental Transition (ISET). 2010a. Module: Using Matrices to Identify Potential Resilience Actions (Modul: Penggunaan Matriks untuk Mengidentifikasi Tindakan Ketahanan Potensial). Asian Cities Climate Change Resilience Network, Cities Resilience Planning Workshop on March 9 13 th, 2010, Bangkok, Thailand. Institute for Social and Environmental Transition (ISET). 2010b. Module: Cost Benefit Analysis of Adaptation Strategies (Modul: Analisis Biaya Manfaat dari Strategi Adaptasi). Asian Cities Climate Change Resilience Network, Cities Resilience Planning Workshop on March 9 13 th, 2010, Bangkok, Thailand. Kementrian Negara Lingkungan Hidup (KLH) Rencana Aksi Nasional dalam Menghadapi Perubahan Iklim. Jakarta: Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Pemerintah Kota Bandar Lampung Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung Bandar Lampung: Pemerintah Kota Bandar Lampung. The Rockefeller Foundation (RF) Rockefeller Foundation White Paper (Buku Putih Yayasan Rockefeller). Diunduh di: pada 16 November Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

94

95 LAMPIRAN Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

96

97 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

98

99 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

100 ASIAN CITIES CLIMATE CHANGE RESILIENCE NETWORK (ACCCRN) Sekretariat ACCCRN Kota Bandar Lampung: Jl. Dr. Susilo No. 2, Gedung F Lantai 2, BAPPEDA Kota Bandar Lampung, Kota Bandar Lampung, INDONESIA Tel: Fax: acccrn.bandarlampung@gmail.com 90 Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap Perubahahan Iklim

Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012

Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012 Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012 Supriyanto (MercyCorps), Erwin Nugraha (MercyCorps) Kamis, 9 Agustus 2012 di ruang rapat BAPPEDA Kota Bandar Lampung 1 1. Pendahuluan: skema

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2001 mengenai perubahan iklim, yaitu perubahan nilai dari unsur-unsur iklim dunia sejak tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana dapat datang secara tiba-tiba, dan mengakibatkan kerugian materiil dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan menanggulangi dan memulihkan

Lebih terperinci

Kementerian PPN/Bappenas

Kementerian PPN/Bappenas + Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) Kementerian PPN/Bappenas Perubahan Iklim dan Dampaknya di Indonesia 2013 + OUTLINE 2 I. LATAR BELAKANG II. III. IV. HISTORI KONDISI IKLIM INDONESIA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa II. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa penelitian dan kajian berkaitan dengan banjir pasang antara lain dilakukan oleh Arbriyakto dan Kardyanto (2002),

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR KAJIAN KERENTANAN DAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DI KOTA BANDAR LAMPUNG

LAPORAN AKHIR KAJIAN KERENTANAN DAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DI KOTA BANDAR LAMPUNG LAPORAN AKHIR KAJIAN KERENTANAN DAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DI KOTA BANDAR LAMPUNG 2010 RINGKASAN Di masa depan, perubahan iklim yang ditimbulkan oleh pemanasan global diperkirakan akan menciptakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara wilayah laut dan wilayah darat, dimana daerah ini merupakan daerah interaksi antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang

Lebih terperinci

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR Oleh: NUR HIDAYAH L2D 005 387 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN Deputi Bidang SDA dan LH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P. Nasoetion, Pemanasan Global dan Upaya-Upaya Sedehana Dalam Mengantisipasinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1 P. Nasoetion, Pemanasan Global dan Upaya-Upaya Sedehana Dalam Mengantisipasinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim atau Climate change adalah gejala naiknya suhu permukaan bumi akibat naiknya intensitas efek rumah kaca yang kemudian menyebabkan terjadinya pemanasan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

PEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan PEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Disampaikan pada Rapat Koordinasi ProKlim Manggala Wanabakti, 26 April

Lebih terperinci

Perubahan iklim dan dampaknya terhadap Indonesia

Perubahan iklim dan dampaknya terhadap Indonesia Perubahan iklim dan dampaknya terhadap Indonesia Haneda Sri Mulyanto Bidang Mitigasi Perubahan Iklim Kementerian Negara Lingkungan Hidup Bogor, 16 Januari 2010 Keterkaitan antara Pembangunan dan Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total panjang keseluruhan 95.181

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA 30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan

Lebih terperinci

1) Sumber Daya Air, 2) Pertanian dan Ketahanan Pangan, 3) Kesehatan Manusia, 4) Ekosistem daratan,

1) Sumber Daya Air, 2) Pertanian dan Ketahanan Pangan, 3) Kesehatan Manusia, 4) Ekosistem daratan, SUMBER DAYA AIR Perubahan iklim akibat pemanasan global bukan lagi dalam tataran wacana, namun secara nyata telah menjadi tantangan paling serius yang dihadapi dunia di abad 21. Pada dasarnya perubahan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kementerian PPN/Bappenas Dalam kasus perubahan iklim, kota menjadi penyebab, sekaligus penanggung

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda

Lebih terperinci

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim mengacu pada variasi signifikan variabel pada iklim

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim mengacu pada variasi signifikan variabel pada iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim mengacu pada variasi signifikan variabel pada iklim yang terjadi dalam periode jangka panjang. Perubahan iklim dapat disebabkan karena faktor internal

Lebih terperinci

Penataan Kota dan Permukiman

Penataan Kota dan Permukiman Penataan Kota dan Permukiman untuk Mengurangi Resiko Bencana Pembelajaran dari Transformasi Pasca Bencana Oleh: Wiwik D Pratiwi dan M Donny Koerniawan Staf Pengajar Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE KAJIAN RISIKO IKLIM FOKUS ANAK

PENGEMBANGAN METODE KAJIAN RISIKO IKLIM FOKUS ANAK PENGEMBANGAN METODE KAJIAN RISIKO IKLIM FOKUS ANAK Temuan Kunci 1. Perubahan iklim dapat berdampak terhadap capaian Kota Surabaya sebagai Kota Layak Anak 2. Diperlukan sebuah metode untuk menilai tingkat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar populasi dunia bermukim dan menjalani kehidupannya di kawasan pesisir (Bird, 2008), termasuk Indonesia. Kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Makassar,

Lebih terperinci

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Amalia, S.T., M.T. Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Perubahan komposisi atmosfer secara global Kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor perekonomian dan bisnis menjadi daya tarik masyarakat dari berbagai

I. PENDAHULUAN. sektor perekonomian dan bisnis menjadi daya tarik masyarakat dari berbagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota yang menjadi pusat lokasi pelaksanaan fungsi administrasi pemerintahan dan perekonomian Republik Indonesia. Hal ini memicu pesatnya pembangunan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang terbentang luas, area pertanian di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia sebagian besar berprofesi

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya Oleh : Prof. Dr., Ir. Moch. Sodiq Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Sintesis Dasar: Adaptasi Perubahan Iklim, Pengurangan Risiko Bencana, dan Pembangunan Daerah

Sintesis Dasar: Adaptasi Perubahan Iklim, Pengurangan Risiko Bencana, dan Pembangunan Daerah Sintesis Dasar: Adaptasi Perubahan Iklim, Pengurangan Risiko Bencana, dan Pembangunan Daerah Sumber: BPBD Kabupaten Selayar, 2012 Wilmar Salim, Ph.D. Pusat Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung Disampaikan

Lebih terperinci

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun laporan dan laporan Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah Propinsi Banten

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global PEMANASAN GLOBAL Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan meningkatkan suhu permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Meski suhu lokal berubah-ubah secara alami, dalam kurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya merupakan kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat dan menyumbang pendapatan Negara yang sangat besar. Surabaya juga merupakan kota terbesar kedua

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 F. Iklim 2.9. Kondisi Iklim di Provinsi DKI Jakarta Dengan adanya perubahan iklim menyebabkan hujan ekstrem di Ibu Kota berdampak pada kondisi tanah yang tidak lagi bisa menampung volume air, dimana tanah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota-kota besar di Indonesia secara umum memiliki ciri-ciri yaitu tingginya intensitas aktivitas dan kegiatan di dalamnya, hal ini dapat terlihat pula dari

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara bahari dan kepulauan terbesar didunia dengan 17.504 pulau dengan panjang garis pantai 95.181 km. Hal ini semakin memperkuat eksistensi Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DAN PERUBAHAN IKLIM ENDAH MURNNINGTYAS DEPUTI SDA DAN LH KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

KETAHANAN PANGAN DAN PERUBAHAN IKLIM ENDAH MURNNINGTYAS DEPUTI SDA DAN LH KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS KETAHANAN PANGAN DAN PERUBAHAN IKLIM ENDAH MURNNINGTYAS DEPUTI SDA DAN LH KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Workshop Mobilizing Support and Strengthening Food Security and Community Resilience againts Shocks and

Lebih terperinci

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagaimana diketahui bahwa Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan gasgas yang terdapat di atmosfer, yang berasal dari alam maupun antropogenik (akibat aktivitas manusia).

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian mitigasi. 2. Memahami adaptasi

Lebih terperinci

ProKlim sbg Penguatan Inisiatip Pengelolaan SDH Berbasis Masyarakat

ProKlim sbg Penguatan Inisiatip Pengelolaan SDH Berbasis Masyarakat ProKlim sbg Penguatan Inisiatip Pengelolaan SDH Berbasis Masyarakat Asdep Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan Deputi Bidang Komunikasi dan Peningkatan Peranserta Masyarakat Kementrerian Lingkungan

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan. oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida (

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan. oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida ( BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida ( ) dan gas metana ( ), mengakibatkan

Lebih terperinci

BASIS SUBSTANSI: RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)

BASIS SUBSTANSI: RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) BASIS SUBSTANSI: RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) Jakarta, 4 Juli 2013 Kementerian PPN/Bappenas Outline I. Ketahanan (Resiliensi) terhadap Perubahan Iklim sebagai Dasar Pembangunan

Lebih terperinci

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262, Tromol Pos. 7019 / Jks KL, E-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

Propinsi Banten dan DKI Jakarta BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Iklim merupakan rata-rata dalam kurun waktu tertentu (standar internasional selama 30 tahun) dari kondisi udara (suhu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global (global warming) merupakan isu lingkungan yang hangat diperbincangkan saat ini. Secara umum pemanasan global didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PESERTA JADWAL DAN LOKASI PELAKSANAAN. Lampiran Surat Nomor : Tanggal :

LATAR BELAKANG PESERTA JADWAL DAN LOKASI PELAKSANAAN. Lampiran Surat Nomor : Tanggal : Lampiran Surat Nomor : Tanggal : LATAR BELAKANG Sehubungan dengan pelaksanaan studi Master Plan Program NCICD (National Capital Integrated Coastal Development), salah satu aspek penting yang perlu dilakukan

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

Mengapa Isu Adaptasi Perubahan Iklim (API) dan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Sangat Penting untuk Kita?

Mengapa Isu Adaptasi Perubahan Iklim (API) dan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Sangat Penting untuk Kita? APIK Maluku 1 Mengapa Isu Adaptasi Perubahan Iklim (API) dan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Sangat Penting untuk Kita? 2 Latar belakang Sebagian besar jumlah bencana yang terkait iklim dalam 7 tahun

Lebih terperinci

Membangun Ketahanan Kota terhadap Dampak Perubahan Iklim: Studi Kasus Kota Bandar Lampung

Membangun Ketahanan Kota terhadap Dampak Perubahan Iklim: Studi Kasus Kota Bandar Lampung Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota (Journal of Regional and City Planning) vol. 27, no. 3, pp. 190-207, December 2016 DOI: 10.5614/jrcp.2016.27.3.2 Membangun Ketahanan Kota terhadap Dampak Perubahan Iklim:

Lebih terperinci

MODUL 8: MEMPRIORITASKAN KERENTANAN SERTA STRATEGI DAN PROYEK YANG POTENSIAL. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 8: MEMPRIORITASKAN KERENTANAN SERTA STRATEGI DAN PROYEK YANG POTENSIAL. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 8: MEMPRIORITASKAN KERENTANAN SERTA STRATEGI DAN PROYEK YANG POTENSIAL University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung Sejauh ini Kita Sudah Mendiskusikan Ancaman, Paparan, Sensitivitas,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

ProKlim Asdep Adaptasi Perubahan Iklim Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkugan dan Perubahan Ikllim Kementerian Lingkungan Hidup Maret 2012

ProKlim Asdep Adaptasi Perubahan Iklim Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkugan dan Perubahan Ikllim Kementerian Lingkungan Hidup Maret 2012 ProKlim Asdep Adaptasi Perubahan Iklim Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkugan dan Perubahan Ikllim Kementerian Lingkungan Hidup Maret 2012 Krisdinar.wordpress.com Latar belakang Bencana di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis,hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Perubahan Iklim Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi seperti sekarang, maka diperkirakan pada tahun

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 APRIL 2015 TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR BAB I TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN

Lebih terperinci

RIZALDI BOER. Rizaldi Boer MENUJU SISTEM PERTANIAN YANG CLIMATE SMART (CLIMATE RESILIENCE AGRICULTURE)

RIZALDI BOER. Rizaldi Boer MENUJU SISTEM PERTANIAN YANG CLIMATE SMART (CLIMATE RESILIENCE AGRICULTURE) MENUJU SISTEM PERTANIAN YANG CLIMATE SMART (CLIMATE RESILIENCE AGRICULTURE) RIZALDI BOER 1 Centre for Climate Risk and Opportunity Management in South East Asia and Pacific, Bogor Agriculture University

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geologis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan berbagai lempeng tektonik

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kawasan Pantai Utara Surabaya merupakan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik topografi rendah sehingga berpotensi terhadap bencana banjir rob. Banjir rob ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantara dua benua, dan dua samudra serta berada di sekitar garis equator yang

BAB I PENDAHULUAN. diantara dua benua, dan dua samudra serta berada di sekitar garis equator yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terbentang dari 6 o lintang utara (LU) sampai 11 o lintang selatan (LS) dan 9 o sampai 141 o bujur timur (BT). Indonesia secara geografis terletak diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Potensi longsor di Indonesia sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008, tercatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumberdaya alam wilayah kepesisiran dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangat beragam. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi ekosistem hutan mangrove,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S. i REDAKSI KATA PENGANTAR Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si Penanggung Jawab : Subandriyo, SP Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S. Kom Editor : Idrus, SE Staf Redaksi : 1. Fanni Aditya, S. Si 2. M.

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai karakteristik alam yang beragam. Indonesia memiliki karakteristik geografis sebagai Negara maritim,

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1. ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1. TINJAUAN UMUM 1.1. Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA Agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan Indikator

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana? Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana? Oleh : Imam Hambali Pusat Kajian Kemitraan & Pelayanan Jasa Transportasi Kementerian Perhubungan Pada awal Februari 2007 yang lalu Intergovernmental Panel on Climate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap berbagai jenis bencana, termasuk bencana alam. Bencana alam merupakan fenomena alam yang dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang terdapat di permukaan bumi, meliputi gejala-gejala yang terdapat pada lapisan air, tanah,

Lebih terperinci

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta

Lebih terperinci

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Climate Summit 2014 merupakan event penting dimana negara-negara PBB akan berkumpul untuk membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang terletak pada wilayah ekuatorial, dan memiliki gugus-gugus kepulauan yang dikelilingi oleh perairan yang hangat. Letak lintang Indonesia

Lebih terperinci