Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan urusan kami (tidak ada contohnya) maka (amalan tersebut) tertolak (Riwayat Muslim)

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan urusan kami (tidak ada contohnya) maka (amalan tersebut) tertolak (Riwayat Muslim)"

Indra Setiawan
6 tahun lalu
Tontonan:

1 BILA CINTA BERTEPUK SEBELAH TANGAN Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad J ), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Ali Imran : 31) TIMBANGAN CINTA Setiap muslim ketika ia ditanya; Apakah kamu mencintai Allah? Tentu dengan mantap ia akan mengatakan; Ya. Tetapi yang jadi permasalahannya adalah apakah cinta kita itu terbalas? Ataukah cinta kita hanya bertepuk sebelah tangan? Maksudnya adalah Apakah Allah juga mencintai kita? Bagaimanakah hakikat cinta kita Kepada Allah? Al Hafidz Ibnu Katsir, ketika menafsirkan ayat diatas berkata; Ayat ini merupakan suatu cambukan keras bagi orang yang mengaku mencintai Allah namun tidak mau ittiba kepada sunnah Muhammad J. Dia dianggap sebagai orang yang berdusta dalam pengakuannya ini sebelum ia ittiba kepada Nabi Muhammad J dalam seluruh perkataan dan perbuatannya. Hal ini ditegaskan dalam hadits: Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan urusan kami (tidak ada contohnya) maka (amalan tersebut) tertolak (Riwayat Muslim) Kemudian beliau melanjutkan perkataannya; Firman Allah ; Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad J) niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Jadi kamu akan memperoleh suatu hasil yang ada dibalik tuntutan terhadapmu supaya kamu mencintai-nya, yaitu kecintaan Allah kepadamu yang lebih besar dari pada cinta kamu kepada-nya. Para ahli hikmah mengatakan; Persoalannya bukan kamu mencintai, namun kamu dicintai. (Tafsir Ibnu Katsir) Syeikh Abdurrahman As Sa di berkata; Ayat diatas merupakan timbangan untuk mengetahui orang yang cinta kepada Allah dengan sebenarnya dan orang yang hanya sekedar mengaku-ngaku. Sedangkan tanda mencintai Allah adalah jika dia mengikuti sunnah Nabi J dan menjadikannya sebagai panutan, memenuhi apa yang menjadi seruannya dan meninggalkan apa yang menjadi larangannya. Tidak mungkin seseorang dicintai Allah, diridhoi dan diberi pahala melainkan bila dia membenarkan apa yang datang kepada Rasulullah J berupa Al Qur an, As Sunnah, dan mengamalakan apa yang menjadi perintah dan meninggalkan larangannya. Barangsiapa yang melaksanakan hal ini semua, dia dicinta Allah, diberi balasan, diampuni dosanya dan ditutupi aibnya (Tafsir Karimur Rahman 1/268) 1

2 HAKIKAT CINTA KEPADA ALLAH Hakikat cinta kepada Allah adalah haruslah ittiba da menerima dengan mencintai semua yang dicintai dan membenci semua yang dibenci, sebagaimana firman Allah : Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan- Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik (At Taubah : 24) Juga firman Allah sebagaimana dalam muqodimah tulisan ini: ( ) ( ) Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad J), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang Katakanlah: "Ta`atilah Allah dan Rasul- Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang kafir". (Ali Imran: 31-32) Rasulullah J bersabda: :,, "Ada tiga perkara, barangsiapa yang tiga perkara itu ada di dalam diri seseorang, maka orang itu dapat merasakan manisnya keimanan iaitu: jikalau Allah dan RasulNya lebih dicintai olehnya daripada yang selain keduanya, jikalau seseorang itu mencintai orang lain dan tidak ada sebab kecintaannya itu melainkan kerana Allah, dan jikalau seseorang itu membenci untuk kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah dari kekafiran itu, 2

3 sebagaimana bencinya kalau dilemparkan ke dalam api neraka." (Muttafaq 'alaih) Rasulullah J bersabda: 3 Jagalah Allah, niscaya dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah (Riwayat Tirmidzi, dengan sanad hasan) Imam An Nawawi berkata; Jagalah Allah, niscaya dia akan menjagamu, yaitu jagalah perintah-perintah-nya taatilah, serta hindarilah laranganlarangan-nya, maka Dia (Allah ) akan menjagamu dalam berbagai keadaanmu didunia dan diakhiratmu (Syarh Arbain An Nawawiyah) SATUAN YANG TAK TERPISAHKAN Dari beberapa ayat dan hadits diatas telah nampak jelas sekali kecintaan kepada Allah dan kepada Rasulullah J adalah suatu kesatuan yang tak dapat terpisahkan. Dalam ayat lain Allah berfirman: Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk dita`ati dengan seizin Allah (An Nisa :64) Oleh karena itu barangsiapa yang mengaku cinta kepada Allah maka ia juga harus mencintai Rasulullah J. Yang konsekuensi dari cinta tersebut adalah harus ittiba kepada apa-apa yang telah menjadi ketentuan Allah dan Rasul-Nya J. Hatinya harus benar-benar mencintai apa-apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, dan membenci apa yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Dia juga harus meridhoi apa yang diridhoi oleh Allah dan Rasul-Nya, dan memurkai apa yang dimurkai Allah dan Rasul-Nya. Anggota badannya harus mengamalkan apa yang dicintai-nya dan meninggalkan apa yang dibenci-nya. Jika anggota badannya melakukan atau mengamalkan sesuatu yang dibenci Allah dan Rasul-Nya J, yaitu mengamalkan sesuatu yan dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya atau menyalahi perintah-nya padahal ia mampu mengerjakannya, maka ini merupakan seatu pertanda berkurangnya nilai kecintaan dia Kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan wajib bagi dia untuk segera menyempurnakan kecintaanya yang wajib kepada Allah dan Rasul-Nya Mencintai Allah dan Rasulullah J bagaikan gambar pada selembar uang, tidak akan bernilai jika hilang salah satunya. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa tujuan inti dari penciptaan kita di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah, sebagaimana firman-nya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-ku. (Adz Dzariyat : 56)

4 Sedangkan pilar ibadah ada dua hal yaitu: 1. Ikhlash, syarat yang pertama ini merupakan wujud realisasi dari kalimat syahadat yang memiliki makna (Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah). Masalah keikhlasan ini terkait dengan hati dan masalah hati tidak bisa dipisahkan dengan niat. Perkara ini terkadang banyak diremehkan oleh manusia, sehingga menganggap tidak perlu lagi mengoreksi hati. Allah telah berfirman: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus (Al Bayyinah : 5) Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya... (Riwayat Bukhari-Muslim) Dalam Hadits lain disebutkan Sesungguhnya Allah tidak menerima satu amalan, kecuali amalan yang diikhlaskan untuk Nya dan untuk mencari wajah Nya.(Riwayat. An-Nasa i) 2. Ittiba (mengikuti sunnah Rasululloh ), syarat tersebut merupakan wujud realisasi dari kalimat syahadat maknanya adalah (tidak ada seorang yang patut diikuti kecuali Rasulullah). Artinya amal ibadah itu harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Beliaulah utusan Allah yang diperintahkan untuk menyampaikan risalah-nya. Sebagai utusan-nya, beliau merupakan manusia yang paling mengetahui tentang Risalah-Nya. Dan semuanya sudah disampaikan oleh beliau. Sehingga cinta kepada Allah dan Rasulullah J adalah suatu kesatuan yang tidak bisa kita pisahkan. SALAH KAPRAH DALAM MENGEKSPRESIKAN CINTA Ada sebagian kaum muslimin yang salah kaprah dalam mengungkapkan kecintaannya terhadap Allah dan Rasul-Nya. Diantara mereka ada yang menyenandungkan bait-bait syair dan nyanyian. Ada pula yang mengekspresikannya dengan melafadzkan dzikir tertentu dalam jumlah tertentu yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah J, ada pula yang dengan menggelar berbagai seremonial, dan berbagai amalan bid ah lainnya. Mereka berdalih, hal itu tidaklah mengapa karena yang penting adalah niatnya. Yaitu ikhlash semata-mata untuk Allah. 4

5 Padahal, sebagaimana diungkapkan diatas, pilar ibadah tidaklah cukup dengan niat yang ikhlash saja akan tetapi haruslah ditimbang dengan timbangan kedua yaitu haruslah ittiba kepada Rasulullah J, tidak dengan membuat-buat amalan yang tidak dicontohkan Nabi J berdasarkan perasaan kita semata. Akhirnya, kita memohon kepada Allah semoga kita termasuk orang yang benar dalam mengekspresikan cinta kita kepada Allah. Wallahu A lam,... Kontribusi: Mas Heru Yulias Wibowo Redaktur Buletin Da wah An Nashihah Cikarang Baru, - Bekasi. Untuk berlangganan bulletin An Nashihah hubungi bag. Sirkulasi: Mas Arifin

dokumen-dokumen yang mirip

JIKA WAKTU TERSIA-SIAKAN..

JIKA WAKTU TERSIA-SIAKAN.. : 1 Manfaatkanlah lima (keadaan) sebelum (datangnya) lima (keadaanyang lain): Hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, masa mudamu sebelum