PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI ULANG. Studi Kasus pada Konsumen Mirota Batik SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI ULANG. Studi Kasus pada Konsumen Mirota Batik SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI ULANG Studi Kasus pada Konsumen Mirota Batik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Oleh Leonardus Manuntun NIM: PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011 i

2 ii

3 iii

4 Halaman Persembahan Kupersembahkan karya kecil ini untuk mereka yang aku cintai : Yesus Kristus sumber kekuatan & penghiburanku Bapak & Ibu Tercinta Adikku Irenius Melvin dan Yohana Alfionita Keluarga besar Eyang Soegiharjo Aik yang selalu ada di hatiku Teman-Teman Manajemen 2008 Satu Hati Almamaterku Universitas Sanata Dharma iv

5 Halaman Motto Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-nya (Matius 6:8) Jadi mulai sekarang, hilangkan kerisauan mengenai masa depan yang kualitasnya ditentukan oleh kualitas yang kita lakukan hari ini. (Mario Teguh) v

6 UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN-PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul : PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI ULANG Studi Kasus pada Konsumen Mirota Batik Yogyakarta Dan diajukan untuk diuji pada tanggal 25 September 2012 adalah hasil karya saya. Saya juga menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, saya tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya. Bila di kemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi, yaitu skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang saya peroleh (S.E.) dibatalkan serta diproses sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku (UU No 20 Tahun 2003, pasal 25 dan pasal 70). Yogyakarta, 29 September 2012 Yang membuat pernyataan, Leonardus Manuntun NIM: vi

7 LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Leonardus Manuntun Nomor Mahasiswa : Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI ULANG Studi Kasus pada Konsumen Mirota Batik Yogyakarta beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk perangkat data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Tanggal 15 Februari 2013 Yang Menyatakan, Leonardus Manuntun NIM: vii

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan segala berkat, rahmat dan kasih karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Store Atmophere Terhadap Minat Beli Ulang yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terwujud. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis ingin secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Bapak Dr. Herry Maridjo M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak Dr. Lukas Purwoto selaku Kaprodi Manajemen Universitas Sanata Dharma. 4. Bapak Drs. A. Triwanggono, M.S. selaku Dosen Pembimbing I yang telah begitu baik bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan bimbingan, masukan dan kritik yang sangat berharga, dengan penuh perhatian dan kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. viii

9 5. Ibu Lucia Kurniawati SPd., M.S.M. selaku Dosen Pembimbing II yang telah begitu baik bersedia meluangkan waktu tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, masukan dan kritik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Segenap Dosen dan Staff pengajar Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada saya. 7. Bapak dan Mama yang tercinta, Ig. Supriyono dan Emmy Sitanggang yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan, nasehat, kebahagiaan, dan memberikan pendidikan yang baik kepada saya. 8. Adikku Irenius Melvin dan Yohana Alfionita yang selalu menjadi motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. Keluarga besar Eyang Soegiharjo yang selalu memberikan keceriaan, semangat. 10. Kekasihku Riska Brigitta Hapsari Kojongian yang selalu memberiku semangat, cinta dan kasih sayang, kesabaran, kesetiaan, dan perhatian selama ini. Walaupun sering buat jengkel, I will always love you Pakde dan bude di Beneran Pakem, FX Suhartono dan Sri Yulianti yang selalu memberi dukungan dan doa. 12. Mas Danang yang telah banyak memberikan kesempatan dan kemudahan untuk melakukan penelitian di Mirota Batik Yogyakarta. 13. Seluruh responden Mirota Batik Yogyakarta yang telah bersedia mengisi kuesioner sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. 14. Seluruh temanku Manajemen angkatan Satu Hati ix

10 15. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan bagi rekan-rekan dalam menyusun skripsi. Yogyakarta, 10 September 2012 Penulis x

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... i ii iii iv v vi HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI... vii HALAMAN KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi HALAMAN ABSTRAK... xvii HALAMAN ABSTRACT... xviii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Batasan Masalah... 5 D. Tujuan Penelitian... 6 E. Manfaat Penelitian... 6 xi

12 F. Sistematika Penulisan... 7 BAB II. LANDASAN TEORI... 9 A. Pengertian Pemasaran... 9 B. Pengertian Manajemen Pemasaran C. Manajemen Ritel D. Store Atmosphere E. Minat Beli Ulang F. Review Penelitian Terdahulu G. Kerangka Konseptual Penelitian H. Hipotesis BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Subyek dan Obyek Penelitian C. Waktu dan Lokasi Penelitian D. Variabel Penelitian E. Definisi Operasional F. Populasi dan Sampel G. Teknik Pengambilan Sampel H. Sumber Data I. Teknik Pengumpulan Data J. Teknik Pengujian Instrumen K. Alat Analisis Data xii

13 BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Umum Perusahaan B. Tujuan Pendirian Mirota Batik C. Visi dan Falsafah Perusahaan D. Pengembangan Manajemen dan Perencanaan Strategis E. Promosi F. Struktur Organisasi BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data B. Pengujian Instrumen C. Analisis Deskriptif D. Analisis Data E. Pembahasan BAB VI. KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan B. Saran C. Keterbatasan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR TABEL Tabel Judul Halaman III.1 Tabel Judgement Permasalahan III.2 Tabel Judgement Permasalahan V.1 Tabel Hasil Uji Validitas V.2 Tabel Hasil Uji Reliabilitas V.3 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan 88 V.4 Tabel Karakteristik Responden Berdasarakan Teman Berkunjung 89 V.5 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Kendaraan V.6 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin V.7 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Umur V.8 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan V.9 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Uang Saku V.10 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan V.11 Tabel Profil Umum Masing-Masing Karakteristik V.12 Tabel Penentuan Tingkat Komunikatifan Bagian exterior V.13 Tabel Penentuan Tingkat Kenyamanan Bagian interior V.14 Tabel Hasil Uji Multikolinieritas V.15 Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas V.16 Tabel Hasil Uji Normalitas V.17 Tabel Hasil Uji t V.18 Tabel Hasil Uji F xiv

15 DAFTAR GAMBAR Gambar Judul Halaman II.1 Pengelompokan Bisnis Ritel II.2 Bauran Ritel II.3 Elemen Store Atmosphere IV.1 Struktur Kepengurusan Mirota Batik V.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas V.2 Hasil Uji Normalitas Histogram V.3 Hasil Uji Normalitas Probability Plot xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Lampiran Judul Halaman Lampiran 1 Kusioner Lampiran 2 Data Tabulasi Kuesioner Lampiran 3 Output SPSS xvi

17 ABSTRAK PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI ULANG Studi Kasus pada Konsumen Mirota Batik Jalan Jendral Ahmad Yani, No. 09, Malioboro Yogyakarta Leonardus Manuntun Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2012 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) seberapa tinggi tingkat komunikatif exterior Mirota Batik menurut persepsi konsumen; (2) seberapa tinggi tingkat kenyamanan interior Mirota Batik menurut persepsi konsumen; dan (3) apakah exterior yang komunikatif dan interior yang nyaman menurut persepsi konsumen berpengaruh secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap minat beli ulang. Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada konsumen Mirota Batik Yogyakarta dengan jumlah sampel 100 responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara yang dilakukan pada bulan Mei - Juli Teknik pengambilan sampel yang digunakan purposive convenience sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1)exterior Mirota Batik komunikatif; (2)interior Mirota Batik nyaman; dan (3) variabel store atmosphere yang meliputi exterior dan interior secara sendiri-sendiri dan bersama-sama berpengaruh positif terhadap minat beli ulang. xvii

18 ABSTRACT THE INFLUENCE OF STORE ATMOSPHERE ON REPURCHASE INTEREST Case study on the Consumers of Mirota Batik Jalan Jenderal Ahmad Yani, 09, Malioboro Yogyakarta Leonardus Manuntun Sanata Dharma University Yogyakarta 2012 The purpose of this research is to identify: (1) the level of exterior communicativeness of Mirota Batik; (2) the level of interior comfort of Mirota Batik based on consumer perception; (3) whether the exterior communicativeness and the interior comfort have influence on repurchase interest both partially and simultaneously. This type of research is case study on the consumers of Mirota Batik Yogyakarta with as many as 100 respondents. Data collection technique used was questionnaires and interview. The data was collected from May to July The sampling technique used was purposive convenience sampling. The data was analyzed using Multiple Linear Regression analyses. The result of data analysis showed that : (1) the exterior of Mirota Batik was communicative; (2) the interior of Mirota Batik was comfortable; (3) the variable of store atmosphere consisting of exterior and interior both partially and simultaneously had positive influence on repurchase interest. xviii

19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia setelah menjadi bagian dari AFCTA akan semakin menarik terutama pada sektor retail karena kemungkinan pesaing dari luar negeri akan melakukan kegiatannya di Indonesia. Pengusaha Indonesia pada saat ini secara agresif melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah usahanya guna menyaingi pengusaha retail dari luar negeri dan ini menjadi salah satu indikator bahwa perkembangan industri retail memiliki prospek yang cukup baik. Indikator lain yang menjadi tolak ukur berkembangnya bisnis retail adalah berkembangnya ritel di Indonesia yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan jumlah anggota Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) yang semakin bertambah dari 340 angggota tahun 2008 menjadi 510 anggota pada 2010 ( Sumber : Jakarta, Kompas 15 Juli 2011 ). Disuatu sisi keadaan ini tentunya akan memberikan keuntungan bagi pihak konsumen, karena banyaknya pilihan yang ditawarkan, sehingga memungkinkan konsumen untuk memilih toko yang benar - benar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Agar perusahaan dapat unggul bahkan dapat bertahan dan terus berlangsung, perusahaan memerlukan strategi dan filosofi baru. Hanya perusahaan yang berwawasan konsumen yang dapat bertahan hidup, karena mereka bisa memberikan nilai lebih baik dari pada pesaingnya. Memuaskan keinginan konsumen sendiri merupakan hal yang sulit, mengingat konsumen yang merasa puas diharapkan akan berkunjung ke toko, 1

20 2 melakukan kunjungan kembali, bahkan memberitahukan kepada orang lain, sehingga akhirnya dapat menempatkan pesaing diurutan paling rendah atau sebaliknya. Hal ini jelas akan mempengaruhi hasil penjualan, tingkat kunjungan, dan kelangsungan hidup usaha dalam jangka panjang. Tidak bisa dipungkiri bahwa akhir akhir ini Yogyakarta menjadi salah satu tujuan wisata terpenting bagi wisatawan domestik, terutama untuk urusan liburan keluarga ataupun Study Tour. Kehadiran FO (Factory Outlet), BO (Boutique Outlet), DISTRO (Distribution Outlet), dan toko toko batik dan pernak-pernik khas Yogyakarta disepanjang Malioboro terus bertambah dan menjadi salah satu daya tarik utama. Dari sekian banyak pilihan toko-toko yang ada, banyak hal yang menjadi bahan pertimbangan konsumen dalam memilih toko tertentu. Masing - masing konsumen memiliki harapan berbeda mengenai produk apa yang akan dibeli, di mana mereka akan membelinya, dengan harga berapa produk tersebut dibeli dan Store Atmosphere seperti apa yang konsumen harapkan sehingga nantinya dapat mempengaruhi konsumen berkunjung kembali dikemudian hari. Store Atmosphere merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatkan oleh retailer. Para retailer harus berfikir kritis dalam memahami kepuasan konsumen. Dalam hal ini retailer harus memperhatikan suasana exterior dan interior toko. Semakin komuinikatif suasana exterior toko akan berpengaruh positif terhadap minat konsumen berkunjung ke toko tesebut, dan semakin nyamannya interior toko akan membuat konsumen betah berlama-lama di dalam toko. Jika retailer dapat memahami dan menerapkannya di toko yang dikelola

21 3 bukan hal yang tidak mungkin konsumen yang pernah berkunjung ke tokonya akan melakukan kunjungan ulang dikemudian hari. Minat berkunjung ulang adalah perilaku pelanggan dimana pelanggan berespons positif terhadap kualitas pelayanan suatu swalayan/toko dan berniat melakukan kunjungan kembali ke swalayan bersangkutan (Cronin, et.al.,1992). Tahapan ini merupakan tahapan dimana konsumen dalam hal ini pelanggan swalayan memberikan penilaian terhadap pelayanan fasilitas,dan atmosphere yang diberikan oleh pihak swalayan. Penelitian yang lain dilakukan oleh Howard dan Sheth memperihatkan bahwa ada variabel tanggapan yaitu untuk membeli, dimana konsumen yang puas akan melakukan kunjungan ulang pada waktu yang akan datang dan memberitahukan kepada orang lain atas kinerja produk atau jasa yang dirasakan. Dari teori diatas dapat dikatakan bahwa konsumen akan melakukan kunjungan ulang jika mereka merasa terpuaskan. Dalam penelitian ini retailer harus dapat memahami maksud yang diharapkan konsumen mengenai suasana yang diterapkan oleh tokonya yang nantinya diharapkan bahwa penerapan desain exterior dan interior dapat mempengaruhi minat konsumen berkunjung kembali dikemudian hari. Mirota Batik yang terletak di Jl. Jend. A. Yani No. 9, Yogyakarta, merupakan salah satu toko batik yang berada di kota Jogja sadar betul kalau tempatnya bukan semata mata diposisikan sebagai tujuan berbelanja, melainkan juga sebagai tujuan wisata. Oleh karena itulah tempatnya didesain sedemikian rupa sehingga memberikan rasa nyaman, yang pada akhirnya akan menciptakan

22 4 citra yang baik. Bapak Hamsah selaku pemilik Mirota Batik mendesain tokonya sebagai tempat belanja sekaligus tempat berwisata yang nyaman dan ingin menonjolkan suasana Jawa pada umumnya dan ciri khas Jogja pada khususnya. Hal ini dilakukannya agar tokonya bisa menarik perhatian konsumen untuk berkunjung ke Mirota Batik. Layout interior Mirota Batik juga didesain sedemikian rupa agar pengunjung merasa nyaman dan tidak bingung ketika berada di dalam Mirota Batik. Store Atmosphere sebagai salah satu sarana komunikasi dapat berdampak positif dan menguntungkan, sehingga harus dibuat semenarik mungkin. Tetapi sebaliknya mungkin malah bisa menjadi penghambat suatu proses pemasaran yang dilakukan retail karena konsumen akan merasa nyaman berbelanja jika Store Atmosphere atau suasana lingkungan tokonya mendukung paling tidak konsumen atau calon konsumen akan merasa betah berlama lama berbelanja di dalam toko dan semakin memperbesar peluang konsumen melakukan pembelian yang nantinya diharapkan konsumen berminat melakukan pembelian ulang dan kunjungan kembali. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan Store Atmosphere yang dilakukan Mirota Batik sebagai salah satu bentuk komunikasi pemasaran agar konsumen tertarik melakukan kunjungan kembali sekaligus memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen akan suasana berbelanja yang enak dan nyaman. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk memilih judul penelitian PENGARUH

23 5 STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI ULANG. Studi Kasus pada Konsumen Mirota Batik Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Seberapa kekomunikatifan exterior Mirota Batik menurut persepsi konsumen? 2. Seberapa nyaman suasana interior Mirota Batik menurut persepsi konsumen? 3. Apakah Kekomunikatifan exterior dan interior yang nyaman menurut persepsi konsumen berpengaruh secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama terhadap minat minat beli ulang? C. Batasan Masalah Mengingat luasnya masalah yang akan diteliti serta keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, maka penulis membatasi penelitian ini : 1. Konsumen yang menjadi responden penelitian adalah konsumen yang berkunjung di Mirota Batik yang melakukan pembelian dengan usia minimum 17 tahun. Dengan pertimbangan bahwa konsumen yang berusia minimum 17 tahun sudah mampu melakukan penilaian sendiri tentang sesuatu sesuai dengan apa yang dirasakan. 2. Variabel Kekomunikatifan yang diteliti meliputi bagian luar toko(eksterior) dan kenyamanan meliputi General Interior, Store Layout, Interior POP Display.

24 6 3. Dalam penelitian ini persepsi konsumen meliputi kekekomunikatifanan dan kenyamanan. Kekekomunikatifan yaitu seberapa unik, menarik, menonjol bagian luar Mirota Batik. Sedangkan kenyamanan yaitu seberapa unik, menarik, khas bagian dalam Mirota Batik. 4. Minat beli ulang dalam penelitian ini maksudnya adalah setiap konsumen yang melakukan pembelian ulang pasti akan melakukan kunjungan ulang ke Mirota Batik. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kekomunikatifan exterior Mirota Batik menurut persepsi konsumen. 2. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kenyamanan suasana interior Mirota batik menurut persepsi konsumen. 3. Untuk mengetahui apakah exterior yang kekomunikatifan dan interior yang nyaman menurut persepsi konsumen berpengaruh secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap minat beli ulang konsumen di Mirota Batik. E. Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak terutama pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu :

25 7 1. Bagi Manajemen Mirota Batik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan masukan bagi manajemen Mirota batik dalam mengelola suasana toko, baik itu bagian exterior maupun interior toko, dan nantinya diharapkan dapat menjadi pilihan strategi Mirota batik dalam menghadapi persaingan dan meningkatkan penjualan. 2. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan berguna sebagai salah satu referensi bagi pembaca yang tertarik untuk meneliti topik yang serupa dalam bidang pemasaran. 3. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis sebagai sarana penerapan teori-teori sekaligus menambah pengetahuan dan wawasan. F. Sistematika Penelitian BAB I. PENDAHULUAN Bab ini mengemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan penelitian. BAB II. KAJIAN PUSTAKA Bab ini mengemukakan tentang kajian teori, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir yang mendukung penelitian dilakukan.

26 8 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang waktu dan wilayah penelitian, metode penelitian, variabel, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, teknik pengujian instrument dan alat analisis data. BAB IV. GAMBARAN UMUM SUBYEK PENELITIAN Berisi tentang sejarah perusahaan, profil perusahaan dan informasi tentang perusahaan. BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang gambaran umum penelitian, uji instrument penelitian, data karakteristik responden, dan pembahasan. BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN Berisi tentang kesimpulan, yang diambil dari hasil penelitian dan saran kepada pihak perusahaan yang disertai pernyataan penuis akan keterbatasan peneitian yang dilakukan.

27 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan yang diperlukan dalam suatu perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Kegiatan pemasaran juga sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan, untuk berkembang dan untuk mendapatkan laba. Pemasaran bukan hanya berarti menjual produk atau mempromosikan produk tetapi memiliki arti yang lebih luas. Menurut Kotler dan Gary (2008:6) menyebutkan bahwa : Pemasaran adalah proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Cannon, Perreault dan McCarthy (2008:8) menyebutkan bahwa: Pemasaran adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencapai sasaran perusahaan, dilakukan dengan cara mengantisipasi kebutuhan pelanggan atau klien serta mengarahkan aliran barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan atau klien dari produsen. 9

28 10 Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pemasaran adalah proses dimana perusahaaan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. B. Pengertian Manajemen Pemasaran Dalam sebuah perusahaan diperlukan adanya kegiatan-kegiatan pemasaran yang mampu mendukung perkembangan kinerja perusahaan. Kegiatan-kegiatan pemasaran tersebut harus dikoordinasi dan dikelola dengan cara yang baik yang dikenal dengan istilah manajemen pemasaran. Menurut Kotler dan Armstrong (2008:10) dinyatakan sebagai berikut : Manajemen Pemasaran adalah seni dan ilmu memilih target pasar dan membangun hubungan yang menguntungkan dengan target pasar itu. Menurut Boyd, Walker dan Larreche (2000:18) dinyatakan sebagai berikut: Manajemen Pemasaran adalah Proses menganalisis, merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan program-program yang mencakup pengkonsepan, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari produk, jasa dan gagasan yang dirancang untuk menciptakan dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pasar sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan.

29 11 Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah proses menganalisis, merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan program yang telah dirancang untuk menciptakan dan mempertahankan pertukaran dengan membangun hubungan yang menguntungkan pada target pasar yang bertujuan untuk pencapaian tujuan perusahaan. C. Manajemen Ritel Salah satu perantara dalam saluran pemasaran adalah pengecer. Usaha Eceran (retailing) mempunyai peranan penting dalam perekonomian dengan menyediakan banyak jenis dan keragaman barang maupun pelayanan. 1. Pengertian Ritel Menurut Stanton (dalam Alma, 2009:54) menyebutkan bahwa: Retailling includes all activities directly related to the sale of goods and service to the ultimate consumer for personal, non business use. Menurut Berman dan Evan (dalam Alma, 2009:55) menyebutkan bahwa: Retailing consists of those business activities involved in the sale of goods and services to consumers for their personal, family, or household use. It s the final stage in the distribution process.

30 12 Dari definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa perdagangan eceran adalah suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir dan ini merupakan mata rantai terakhir dalam penyaluran barang dan jasa. 2. Klasifikasi Ritel Menurut Berman dan Evan oleh Foster (2008:71) menyebutkan bahwa: a. Kepemilikan Pengecer dapat diklasifikasikan secara luas menurut bentuk kepemilikan independent, bagian dari rantai atau toko waralaba. 1) Pengecer independent adalah pengecer yang dimiliki oleh seseorang atau suatu kemitraan dan tidak dioperasikan sebagai bagian dari lembaga eceran yang lebih besar. 2) Toko berantai, (chain store) adalah toko yang dimiliki dan dioperasikan sebagai satu kelompok oleh satu organisasi. 3) Waralaba (franchise) dimiliki dan dioperasikan oleh individu tetapi memperoleh lisensi dari organisasi pendukung yang lebih besar.

31 13 b. Tingkat pelayanan Tingkat pelayanan yang disediakan oleh pengecer dapat diklasifikasikan sepanjang suatu rangkaian dari pelayanan penuh (full service) sampai pelayanan sendiri (self service) c. Keragaman produk Dasar ketiga untuk memposisikan atau mengklasifikasikan toko-toko adalah berdasarkan keluasan dan kedalaman lini produk mereka. Sebagai contoh adalah toko khusus (specialty store) merupakan toko-toko yang paling terkosentrasi dalam keragaman produk mereka, biasanya menjual lini produk tunggal atau sempit tetapi dengan tingkat kedalaman yang tinggi d. Harga Harga merupakan cara ke empat untuk memposisikan tokotoko eceran. Toko diskon, factory outlet dan pengecer obral adalah toko yang menggunakan harga rendah. 3. Jenis Toko Ritel Menurut Levy dan Weitz (2007:39) ritel dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu food retailer, general merchandise retailer, dan non store retailer.

32 14 a. Food retailers 1) Supermarkets Supermarkets konvensional biasanya mempersilahkan pengunjung untuk melayani dirinya sendiri dalam mencari kebutuhan seperti perlengkapan sehari-hari, daging, perlengkapan yang bukan termasuk makanan seperti perawatan kesehatan dan lain-lain. Contoh : Hero, Superindo. 2) Hypermarkets Hypermarkets mempunyai luas m2 hypermarkets juga termasuk salah satu ritel yang cepat berkembang. Contoh : Hypermart, Giant. 3) Convenience stores Convenience stores atau toko kebutuhan sehari-hari memberikan aneka ragam barang kebutuhan yang terbatas dengan lokasi yang terjangkau. Contoh : Mini Market, Indo Mart, Cirkle K. b. General merchandise retailers 1) Department store Menangani beberapa bagian penjualan produk di bawah satu atap, sebuah department store menyediakan

33 15 variasi produk belanja dan produk-produk khusus secara luas termasuk pakaian, kosmetik, peralatan rumah tangga, alat-alat elektronik dan kadang-kadang mebel. Pembelian biasanya dilakukan masing-masing bagian diperlakukan sebagai pusat pembelian terpisah agar ekonomis dalam promosi, pembelian, pelayanan dan pengawasan. Contoh : Yogya, Ramayana. 2) Specialty stores Toko khusus adalah toko eceran yang mengkhususkan diri pada jenis barang dagangan tertentu. Format toko khusus memungkinkan pengecer memperhalus strategi segmentasi mereka dan menempatkan barang dagangan mereka di target pasar yang spesifik. Sebuah toko khusus tidak hanya merupakan sejenis toko, tetapi juga merupakan metode operasi eceran, yaitu mengkhususkan diri pada jenis barang dagangan tertentu. Contoh : Toko Buku Gramedia, Aquarius. 3) Drugstores Toko obat (drug store) menawarkan produk-produk dan jasa yang berkaitan dengan farmasi sebagai daya tarik utama mereka. Konsumen paling sering tertarik dengan

34 16 sebuah toko obat oleh farmasinya atau ahli farmasinya, kenyamanan atau karena ia mempertahankan rencana resep pihak ketiga mereka. Contoh : Apotik Kimia Farma. 4) Category specialist Category specialist adalah toko diskon dengan ukuran yang besar. Ritel ini dasarnya adalah discount specialty stores. Dengan menawarkan barang-barang yang lengkap dengan harga yang rendah. Contoh : Toy R, Old Navy 5) Extreme Value Retailers Extreme Value Retailers adalah sebuah toko kecil dan termasuk toko diskon dengan lini penuh yang menawarkan barang dagangan yang terbatas dengan harga yang sangat murah Contoh : Toko Serbu (serba lima ribu). c. Non Store Retailers 1) Electronic Retailers Electronic Retailers atau sering dikenal dengan e- tailling, online tailing, dan internet tailing adalah format ritel di mana peritel berkomunikasi dengan konsumen dan menawarkan barang dan jasa yang dijual melalui internet. Contoh : Nixon watch, E-bay.

35 17 2) Catalog and Direct Mail Retailers Catalog retailling adalah format ritel bukan toko di mana peritel menawarkan produknya menggunakan katalog. Contoh : Oriflame (produk kecantikan), Sophie Martin 3) Direct Selling Direct selling atau penjualan langsung adalah system pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih media iklan untuk menghasilkan tanggapan dan atau transaksi yang dapat diukur pada suatu lokasi penjualan tertentu. Bentuk pemasaran ini memainkan peranan yang lebih luas, yaitu membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan. 4) Television Home Shopping Television home shopping adalah format ritel di mana konsumen menonton suatu program TV yang mendemontrasikan produk yang mereka tawarkan. Contoh : inovation Store. 5) Services retailing Service retailing adalah jenis ritel yang lebih banyak menyediakan pelayanan daripada barang yang

36 18 dijual, atau bahkan hanya menjual jasa. Contoh : Garda Otto. FORMAT RITEL STORE Nonstore Katalog Penjualan elektronik Penjualan melalui surat Mesin penjualan (vending machine) Penjualan langsung Penjualan melalui telepon Penjualan maya/ E- Commerce Ritel Barang Dagangan Umum Speciality Store Variety Store Department Store Off Price Store Factory Outlet Ritel Berorientasi Makanan Convenience store Supercenter Hypermarket Supermarket Grosir 1. Strategi Pemasaran Ritel Gambar II.1 Pengelompokan Bisnis Ritel (Levy dan Weitz, Retailing Management, 2004) Istilah strategi sering digunakan dalam bisnis ritel. Contohnya tentang strategi barang, stategi promosi, strategi lokasi, dan strategi penetapan merek yang dikeluarkan oleh pihak ritel itu sendiri (private label). Strategi tersebut mempengarhi keputusan ritel terutama pengambilan keputusan yang strategis.

37 19 a. Definisi Strategi Pemasaran Ritel Strategi ritel adalah pernyataan yang menjelaskan beberapa hal berikut : 1) Pasar sasaran (target market), yaitu segmen-segmen pasar yang direncanakan untuk dilayani terkait dengan aktivitas memfokuskan sumber daya yang harus disiapkan oleh ritel. 2) Format yang direncanakan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan target pasar. Format ritel adalah gabungan ritel didasarkan pada sifat atau ciri barang dan jasa yang ditawarkan, kebijakan penentuan harga, pemasangan iklan, dan program promosi, desain toko, dan lokasi khusus. 3) Dasar perencanaan ritel untuk memperoleh keunggulan bersaing yang dapat dipertahankan (sustainable competitive advantage), atau keuntungan dari persaingan yang dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Dengan demikian tiap strategi ritel akan meliputi; pemilihan segmen target pasar dan penentuan format ritel, pengembangan keunggulan bersaing yang memungkinkan ritel untuk mengurangi tingkat kompetnsi yang dihadapi.

38 20 2. Target Pasar dan Format Ritel Konsep ritel adalah orientasi manajemen yang memfokuskan ritel dalam menentukan kebutuhan target pasar serta memenuhi kebutuhannya dengan lebih efektif dan efisien. Ritel yang berhasil harus memenuhi kebutuhan pelanggan pada segmen pasar yang dilayani secara lebih baik dari pada yang dilakukan oleh pesaing. Pasar ritel (retail market) bukan merupakan tempat khusus dimana para pembeli dan penjual bertemu, tetapi sebagai sekelompok konsumen dengan kebutuhan-kebutuhan yang sama (segmen pasar) dan sekelompok ritel yang menggunakan format ritel yang sama untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumen tersebut. Pemahaman format ritel disini adalah gabungan atau sekelompok ritel didasarkan pada karakteristik tertentu misalnya ciri barang atau jasa yang ditawarkan, kebijakan penetapan harga, desain toko, dan lain-lain. Tugas utama dalam mengembangkan strategi ritel adalah menetapkan pasar sasaran. Proses ini diawali dengan menetapkan segmentasi pasar. Ritel yang sukses selalu mendasarkan upaya untuk mengenali pelanggannya. Pasar sasaran dalam ritel sering kali ditetapkan berdasarkan faktor demografis, geografis, dan psikografis. Menetapkan pasar sasaran merupakan prasyarat untuk menetapkan bauran ritel.

39 21 PRODUK Keluasan dan kedalaman PERSONALIA Pelayanan pelanggan dan penjualan pribadi PRESENTASI Tataletak dan suasana PASAR SASARAN PROMOSI Periklanan, publisitas, dan hubungan LOKASI Site dan lokasi perdagangan HARGA Gambar II. Bauran Ritel D. Store atmosphere Store atmosphere merupakan salah satu unsur dari retailing mix yang juga harus diperhatikan oleh suatu bisnis ritel. Dengan adanya store atmosphere yang baik, perusahaan dapat menarik konsumen untuk berkunjung dan melakukan pembelian. 1) Pengertian Store atmosphere Pengertian store atmosphere menurut Berman dan Evan (2007:454) adalah : Atmosphere refers to the store s physical characteristics that project an image and draw customer.

40 22 pengertian Store atmosphere menurut Levy dan Weitz (dalam Bob Foster, 2008 ; 576) yaitu : Atmosphereics refers to the design of environment via visual communications, lighting, colors, music, and scent to stimulate customers perceptual and emotional responses and ultimately to affect their purhase behavior. Dari definisi diatas dapat diartikan : Suasana adalah mendesain suatu lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan penciuman untuk merangsang persepsi dan emosi dari pelanggan dan pada akhirnya untuk mempengaruhi perilaku pembelanjaan mereka. Pengertian store atmosphere menurut Utami (2006:238) mengatakan bahwa : Store atmosphere adalah desain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan wangi-wangian untuk merancang respon emosional dan persepsi pelanggan dan untuk mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang Dari ketiga pengertian di atas, penulis dapat mengambil keputusan bahwa store atmosphere adalah suatu karakteristik fisik dan sangat penting bagi setiap bisnis ritel hal ini berperan sebagai penciptaan suasana yang nyaman untuk konsumen dan membuat konsumen ingin berlama-lama berada

41 23 di dalam toko dan secara tidak langsung merangsang konsumen untuk melakukan pembelian yang nantinya berdampak positif dimana konsumen akan melakukan kunjungan ulang. 2) Tujuan dan Faktor faktor Store atmosphere Store atmosphere mempunyai tujuan tertentu. Tujuan store atmosphere dapat disimpulkan sebagai berikut : a) Penampilan eceran toko membantu menentukan citra toko, dan memposisikan eceran toko dalam benak konsumen. b) Tata letak toko yang efektif tidak hanya akan menjamin kenyamanan dan kemudahan, melainkan juga mempunyai pengaruh besar pada pola lalu lintas pelanggan dan perilaku berbelanja. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam menciptakan suasana toko yaitu: (1) Jenis karyawan Karakteristik umum karyawan, sebagai contoh ; rapi, ramah, berwawasan luas atau berorientasi pada pelayanan. (2) Jenis barang dagangan dan kepadatan Jenis barang dagangan yang dijual dan bagaimana berang tersebut disusun menentukan suasana yang ingin diciptakan.

42 24 (3) Jenis perlengkapan tetap Perlengkapan tetap bisa elegan (dari kayu jati), trendi (dari krom atau kaca tembus pandang). Perlengkapan tetap harus konsisten dengan suasana umum yang ingin diciptakan. Contoh: The Gap menciptakan suasana santai dan teratur dengan memajang barang dagangan di atas meja dan rak, memungkinkan pelanggan lebih mudah melihat dan menyentuh barang dagangan dengan mudah. (4) Bunyi suara Bunyi suara bisa menyenangkan atau menjengkelkan bagi seorang pelanggan. Musik juga bisa membuat konsumen tinggal lebih lama di toko dan membeli lebih banyak atau makanan dengan cepat dan meninggalkan meja bagi pelanggan lainnya. Musik dapat mengontrol lalu lintas toko, menciptakan suatu citra, dan menarik. (5) Aroma Bau bisa merangsang maupun mengganggu penjualan. Penelitian menyatakan bahwa orang-orang menilai barang dagangan secara lebih positif, menghabiskan waktu yang lebih untuk berbelanja, dan umumnya bersuasana hati lebih baik bila ada aroma yang sesuai dengan suasana hati.

43 25 (6) Faktor visual Warna dapat menciptakan Susana hati atau memfokuskan perhatian. Warna merah, kuning, orange dianggap sebagai warna yang hangat dan kedekatan diinginkan. Warna-warna yang menyejukan seperti biru, hijau, dan violet digunakan untuk membuka tempat-tempat yang tertutup dan menciptakan suasana yang elegan dan bersih. 3) Elemen-Elemen Store atmosphere Menurut Berman dan Evans (2001;604) Store atmosphere terdiri dari empat elemen sebagai berikut : a) Exterior Karakteristik ini mempunyai pengaruh yang kuat pada citra toko tersebut, sehingga harus direncanakan sebaik mungkin. Kombinasi dari exterior ini dapat membuat bagian luar toko menjadi terlihat unik, menarik, menonjol dan mengundang orang untuk berkunjung ke dalam toko. Elemenelemen exterior ini terdiri dari sub elemen-elemen sebagai berikut : (1) Storefront Bagian depan toko meliputi kombinasi dari marquee, pintu masuk dan konstruksi gedung. Storefront harus

44 26 mencerminkan keunikan, kemantapan, kekokohan, atau hal-hal lain sesuai dengan citra toko tersebut. Konsumen baru sering menilai toko dari penampilan luarnya terlebih dahulu sehingga exterior meruakan faktor penting untuk mempengaruhi konsumen mengunjungi toko. Ada beberapa alternatif bagi retailer untuk mempertimbangkan perencanaan dasar storefront : (a) Modular structure Berbentuk persegi atau lingkaran yang terdiri dari beberapa toko ditempat tersebut. (b) Prefabricated structure (struktur rumah pabrikan) Toko terletak dalam suatu lokasi yang bersebelahan dengan pabrik. (c) Prototype store Digunakan oleh franchisor. Storefronts seragam dengan cabang toko lain dan merupakan bagian dari atmosphere yang sudah ditentukan dalam perjanjian franchisornya.

45 27 (d) Unique building design Storefronts mempunyai desain gedung yang unik lain dari pada yang lain. Untuk semakin menarik konsumen sterofront dapat ditambahkan dengan pohon-pohon, air mancur hal ini akan menciptakan lingkungan yang santai di sekitar toko. (2) Marquee Marquee adalah suatu tanda yang digunakan untuk memajang nama atau logo suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik pewarnaan, penulisan huruf atau penggunaan lampu neon. Marquee dapat terdiri dari nama atau logo saja atau dikombinasikan dengan slogan dan informasi lainnya. Supaya efektif Marquee harus letakan di luar, terlihat berbeda dan menarik atau mencolok dari toko lain. (3) Entrances (pintu masuk) Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin, sehingga dapat mengundang konsumen unutk masuk melihat ke dalam toko dan mengurangi lalu-lintas kemacetan keluar masuk konsumen. Pintu masuk

46 28 mempunyai tiga masalah utama yang harus diputuskan yaitu: (a) Jumlah pintu masuk, disesuaikan dengan besar kecilnya bangunan salah satu faktor yang membatasi jumlah pintu masuk adalah masalah keamanan. (b) Jenis pintu masuk yang akan digunakan, apakah akan menggunakan pintu otomatis atau pintu tarik dorong. (c) Lebar pintu masuk, pintu masuk yang lebar akan menciptakan suasana dan kesan yang berbeda dengan pintu masuk yang sempit, kecil, dan berdesak-desakan. Menghindari kemacetan arus lalu lintas orang yang masuk dan keluar toko. (4) Height and size of building Tinggi dan luasnya bangunan dapat mempengaruhi kesan tertentu terhadap toko tersebut, misalnya tingginya langitlangit toko dapat membuat ruangan seolah-olah terlihat lebih luas.

47 29 (5) Uniqueness Dapat dicapai melalui desain toko yang lain dari pada yang lain, seperti marquee yang mencolok, etalase yang dekoratif, tinggi dan ukuran gedung yang berbeda dari sekitarnya. (6) Surrounding stores Citra toko dipengaruhi oleh keadaan lingkungan masyarakat dimana toko itu berada. (7) Parking Tempat parkir merupakan hal yang sangat penting bagi konsumen. Konsumen biasanya bekerja untuk kebutuhan akan fashion sehingga mereka pada umumnya selalu membawa kendaraan. Tempat parkir yang luas, aman, gratis, dan mempunyai jarak yang dekat dengan toko akan menciptakan suasana yang positif bagi toko. b) General interior General interior dari suatu toko harus dirancang untuk memaksimalkan visual merchandising. Seperti kita ketahui, iklan dapat menarik pembeli untuk datang ke toko, tetapi yang paling utama yang dapat membuat penjualan setelah pembelian berada di toko adalah kenyamanan display. Display yang tingkat

48 30 keyamanannya dikelola semaksimal mungkin dapat menarik perhatian pengunjung dan membantu mereka agar mudah mengamati, memeriksa, dan memilih barang-barang yang ada di dalam toko. Ketika konsumen masuk ke dalam toko, ada banyak hal yang akan mempengaruhi persepsi mereka pada toko tersebut. (1) Elemen-elemen General interior terdiri dari : (a) Flooring Penetuan jenis lantai (kayu, keramik, karpet) ukuran, desain, dan warna lantai penting karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang mereka lihat. (b) Colors and lighting Setiap toko harus mempunyai pencahayaan yang cukup untuk mengarahkan atau menarik perhatian konsumen ke daerah tertentu dari toko. Tata cahaya yang baik mempunyai kualitas dan warna yang dapat membuat produk-produk yang ditawarkan terlihat lebih menarik, terlihat berbeda bila dibandingkan dengan keadaan sebenarnya.

49 31 (c) Fixtures Memilih peralatan penunjang dan cara penyusunan barang harus dilakukan dengan baik agar didapat hasil yang sesuai dengan kenginan karena barang-barang tersebut berbeda bentuk, karakter maupun harganya, sehingga penempatannya berbeda. (d) Temperature Pengelola toko harus mengatur suhu udara, agar udara di dalam toko jangan terlalu panas atau dingin. Memasang AC harus mengatur jumlah AC yang akan dipasang, yang mana hal ini harus disesuaikan dengan luas atau ukuran toko. Mengatur bagian toko mana saja yang akan dipasangi AC. (e) Width of aisles Jarak antara rak barang harus diatur sedemikian rupa agar cukup lebar dan merasa membuat konsumen nyaman dan betah tinggal di toko. (f) Dead areas Merupakan ruangan di dalam toko yang dimana display yang normal tidak bisa diterapkan karena akan terasa janggal, misalnya pintu masuk, toilet, dan sudut

50 32 ruangan. Pengelola harus dapat menerapkan barangbarang pajangan bisa memperindah ruangan seperti tanaman, dan cermin. (g) Personnel Karyawan yang sopan, ramah, berpenampilan menarik dan mempunyai wawasan yang luas mengenai produk yang dijual akan meningkatkan citra perusahaan dan loyalitas konsumen dalam memilih toko untuk belanja. (h) Merchandise Pengelola toko harus memutuskan mengenai variasi, warna, ukuran, kualitas, lebar dan kedalaman produk yang akan dijual. Mereka harus memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. (i) Prices (levels and display) Label harga harus dicantumkan pada kemasan produk tersebut, pada rak tempat produk tersebut dipajang atau kombinasi dari keduanya.

51 33 (j) Cleanliness Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk berbelanja di toko. Pengelola toko harus mempunyai rencana yang baik dalam pemeliharaan kebersihan toko. Walaupun interior dan eksterior baik tetapi tidak dirawat kebersihannya, akan menimbulkan kesan yang negatif dari konsumen. c) Store Layout Store Layout akan mengundang masuk atau menyebabkan pelanggan menjauhi toko tersebut ketika konsumen melihat bagian dalam toko melalui jendela etalase atau pintu masuk. Store Layout yang baik akan mampu mengundang konsumen untuk betah berkeliling lebih lama dan membelanjakan uangnya lebih banyak. (1) Elemen-elemen yang diperlukan adalah : (a) Allocation of floor space for selling, merchandise, personnel and customers. Dalam suatu toko, ruangan yang ada harus dialokasikan untuk :

52 34 1) Selling space Ruang untuk memajang barang dan tempat berinteraksi antara konsumen dan karyawan toko atau pramuniaga. 2) Mechandise Space Ruang untuk menyimpan barang yang baik tidak dipajang atau biasa disebut gudang 3) Personnel space Ruang yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan karyawan seperti tempat istirahat dan makan. 4) Customer space Ruang yang disediakan untuk meningkatkan kenyamanan konsumen seperti toilet, kafe, dan ruang tunggu. (b) Product Groupings Barang yang dipajang dapat dikelompokan sebagai berikut : 1) Functional Product Groupings Pengelompokan barang berdasarkan penggunaan akhir yang sama.

53 35 a) Purchase Motivation Product Groupings Pengelompokan barang yang ada menimbulkan dorongan pada konsumen untuk membeli dan menghabiskan waktu yang lebih banyak dalam berbelanja. b) Market Segment Product Groupings Pengelompokan barang bedasarkan pasar sasaran yang sama. c) Strobability Product Groupings Pengelompokan barang berdasarkan cara penanganannya yang khusus. d) Traffic Flow 1) Straight (gridiron) traffic flow Pengaturan ini mengarahkan pelanggan sesuai dengan ganggang dan perabot di dalam toko.

54 36 2) Curving (free - flowing) traffic flow Pengaturan ini memungkinkan pelanggan membentuk pola lalu lintasnya sendiri. e) Interior (Point of Purchase) Display Setiap jenis Point of Purchase Display menyediakan informasi kepada pelanggan untuk mempengaruhi suasana lingkungan toko. Tujuan utama interior display ialah untuk meningkatkan penjualan dan laba toko tersebut. Interior (Point of Purchase) Display terdiri dari : 1) There - setting Dalam satu musim atau peringatan tertentu retailer dapat mendesain dekorasi toko atau ditetapkan untuk menarik perhatian konsumen. 2) Rack and cases Rak mempunyai fungsi utama untuk memajang dan meletakan barang dagangan secara rapi. Case digunakan untuk memajang barang yang lebih berat atau besar dari pada barang di rak.

55 37 3) Cut cases and dump bins Cut cases adalah kotak yang digunakan untuk membawa atau membungkus barang-barang yang berukuran kecil. Dump bins adalah kotak yang berisi tumpukan barang yang telah diturunkan harganya. 4) Posters, signs, and cards Tanda-tanda yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang lokasi barang di dalam toko. Iklan yang mendorong konsumen untuk berbelanja barang adalah iklan promosi barang baru atau diskon khusus untuk barang tertentu. Tujuan dari tanda-tanda ini sendiri untuk meningkatkan penjualan barang melalui informasi yang diberikan konsumen secara baik dan benar. Daerah belanja yang kurang diminati biasanya dibuat menarik dengan tampilan tanda-tanda yang sifatnya komunikatif pada konsumen

56 38 Exterior General Interior Store Layout Interior POP Display Storefront Marquee Entrances Height and size of building Uniquenss Surrounding stores Flooring Colors and lighting Fixtures Temperature Width of aisles Dead areas Personnel Allocation of floor space for selling, merchandise, personnel and customers. Product Groupings Traffic Flow There-setting Rack and cases Cut cases and dump bins Posters, signs, and cards Parking Merchandise Prices (levels and display) Cleanliness E. Minat Beli Ulang Gambar II.3 Elemen Store atmosphere Menurut penelitian Doods (dalam Sutantio, 2004:252) minat beli adalah kemungkinan pembeli berminat untuk membeli suatu produk. Sementara itu menurut penelitian Howard (dalam Sutantio, 2004:256) mengartikan intention to buy sebagai pernyataan yang berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode waktu tertentu. Menurut penelitian Ferdinand (2002:129) menyatakan bahwa indikator minat beli antara lain; 1) minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk,

57 39 2) minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain, 3) minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut, preferensi ini dapat berubah bila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya, 4) minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut. Menurut penelitian Howards (dalam Sutantio 2004 hal:253) dikatakan bahwa dalam ekstensi merek, apabila calon pembeli sudah mempunyai cukup informasi mengenai merek induk dan sudah terbentuk persepsi, apabila persepsi tersebut positif maka calon pembeli tersebut biasanya akan tertarik untuk membeli produk ekstensi yang ditawarkan, terutama apabila mereka melihat bahwa produk ektensi tersebut mempunyai kaitan yang logis dengan produk dari merek induk. Oleh karena itu minat beli konsumen sering digunakan sebagai indikator kesuksesan suatu produk di pasar. Sementara itu minat beli ulang pada dasarnya adalah perilaku pelanggan dimana pelanggan merespon positif terhadap kulitas pelayanan suatu perusahaan dan berniat melakukan kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali produk perusahaan tersebut.

PENGARUH DESAIN ATMOSFER TOKO TERHADAP TANGGAPAN EMOSIONAL KONSUMEN ABSTRAK

PENGARUH DESAIN ATMOSFER TOKO TERHADAP TANGGAPAN EMOSIONAL KONSUMEN ABSTRAK PENGARUH DESAIN ATMOSFER TOKO TERHADAP TANGGAPAN EMOSIONAL KONSUMEN Mohammad Najib najib_muhammad@rocketmail.com Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji: 1) Apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan dunia usaha dewasa ini terasa semakin ketat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan dunia usaha dewasa ini terasa semakin ketat seiring 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tingkat persaingan dunia usaha dewasa ini terasa semakin ketat seiring dengan mulai stabilnya perekonomian Indonesia setelah bertahun-tahun ditimpa krisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Store Atmosphere Store atmosphere adalah suasana toko yang sangat berpengaruh bagi sebuah toko untuk membuat pelanggan merasa betah dan nyaman memilihmilih jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis moneter melanda Indonesia di akhir tahun 1997, yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis moneter melanda Indonesia di akhir tahun 1997, yang kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada saat krisis moneter melanda Indonesia di akhir tahun 1997, yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi, perekonomian Indonesia banyak tertolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 (www.about;retail 8/10/2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30  (www.about;retail 8/10/2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha eceran (retail) tumbuh dengan sangat pesat, jumlah dan lokasi. usahanya cenderung mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha eceran (retail) tumbuh dengan sangat pesat, jumlah dan lokasi. usahanya cenderung mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha eceran (retail) tumbuh dengan sangat pesat, jumlah dan lokasi usahanya cenderung mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin besarnya antusiasme dan agresifitas para pelaku bisnis baik di sektor industri, jasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Kondisi ini menuntut setiap perusahaan untuk mampu bersaing dengan perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Kondisi ini menuntut setiap perusahaan untuk mampu bersaing dengan perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan yang terjadi dalam dunia perekonomian di Indonesia saat ini menjadi semakin ketat. Kondisi ini menuntut setiap perusahaan untuk mampu bersaing dengan

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 2, Juni 2016 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 2, Juni 2016 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK ABSTRAK Clara Meirista Email: Clarameirista@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya kondisi persaingan yang ada menuntut setiap perusahaan untuk mampu mempertahankan usahanya. Hal ini merupakan suatu peluang dan tantangan bisnis

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 3, Juli 2016 KEBIJAKAN STORE ATMOSFER PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA MINI MARKET BINTANG TIMUR DI SOSOK

Bisma, Vol 1, No. 3, Juli 2016 KEBIJAKAN STORE ATMOSFER PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA MINI MARKET BINTANG TIMUR DI SOSOK KEBIJAKAN STORE ATMOSFER PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA MINI MARKET BINTANG TIMUR DI SOSOK Yuliandery Yuliandery_cen@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

Struktur Dasar Bisnis Ritel

Struktur Dasar Bisnis Ritel Struktur Dasar Bisnis Ritel Pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa secara umum kepada masyarakat dan secara khusus kepada pembeli potensial. Pedagang Besar dan Pedagang Eceran dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman keberadaan bisnis eceran ditengahtengah masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan dalam pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis ritel, merupakan bisnis yang menjanjikan karena dapat memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia di akhir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial budaya, dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumen. Pengaruh tersebut

Lebih terperinci

ABSTRAK. retail marketing mix, loyalitas konsumen, harga, tata letak, dan personalia

ABSTRAK. retail marketing mix, loyalitas konsumen, harga, tata letak, dan personalia ABSTRAK Persaingan untuk mendapatkan pelanggan yang loyal membuat retail berusaha untuk memberikan layanan belanja yang memuaskan. Pelanggan berharap retail mampu memberikan pengalaman yang positif bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaman era globalisasi sekarang ini, tingkat kesibukan dalam bekerja semakin

BAB I PENDAHULUAN. Jaman era globalisasi sekarang ini, tingkat kesibukan dalam bekerja semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jaman era globalisasi sekarang ini, tingkat kesibukan dalam bekerja semakin tinggi dan persoalanpun semakin meningkat selain itu tingkat aktifitas semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ritel dewasa ini di Indonesia semakin pesat, data terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ritel dewasa ini di Indonesia semakin pesat, data terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ritel dewasa ini di Indonesia semakin pesat, data terakhir hingga tahun 2001 jumlah ritel di Indonesia sudah mencapai 2072 gerai (Foster, 2008:7).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, pasar bisnis serta segala jenis usaha di Indonesia mengalami metamorfosa seiring dengan berkembangnya laju perekonomian, perubahan teknologi,

Lebih terperinci

INTRODUCTION What is Retailing?

INTRODUCTION What is Retailing? INTRODUCTION What is Retailing? Retailing is a set of business activities that adds value to the products and services sold to consumers for their personal or family use (Levy, Weith, 2001) Retailing consists

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata atau tourism secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

PENGARUH SUASANA TOKO TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA SWALAYAN JADI BARU DI KEBUMEN

PENGARUH SUASANA TOKO TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA SWALAYAN JADI BARU DI KEBUMEN PENGARUH SUASANA TOKO TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA SWALAYAN JADI BARU DI KEBUMEN Ayu Purwaningsih Manajemen UrwaayuBi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang terjadi dalam dunia perkonomian di Indonesia saat ini menjadi semakin ketat, terutama dalam bidang retail dengan persaingan yang semakin ketat ini kemungkinan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Faktor-Faktor Suasana Toko, Kualitas Pelayanan yang Dipersepsikan, Perilaku Pendekatan

ABSTRAK. Kata Kunci: Faktor-Faktor Suasana Toko, Kualitas Pelayanan yang Dipersepsikan, Perilaku Pendekatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari Faktor-Faktor Suasana Toko dan Kualitas Pelayanan yang Dipersepsikan pada Perilaku Pendekatan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh 4 fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat pariwisata yang menarik. Berdasarkan data. Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, hingga bulan September 2011 sudah

BAB I PENDAHULUAN. tempat pariwisata yang menarik. Berdasarkan data. Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, hingga bulan September 2011 sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan kota pariwisata yang didalamnya terdapat berbagai tempat pariwisata yang menarik. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Industri ini merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berikut hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh store

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berikut hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh store BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berikut hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh store atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen di the Summit Boutique Outlet Bandung. Hasil uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini seringkali disebabkan oleh keseragaman target market yang dimiliki bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini seringkali disebabkan oleh keseragaman target market yang dimiliki bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya bisnis kafe dewasa ini, telah menyebabkan semakin tinggi tingkat persaingan dalam memperebutkan dan mempertahankan konsumennya. Hal ini seringkali disebabkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA & KERANGKA PEMIKIRAN. banyak jenis dan keragaman barang maupun pelayanan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA & KERANGKA PEMIKIRAN. banyak jenis dan keragaman barang maupun pelayanan. 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA & KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Ritel Salah satu perantara dalam saluran pemasaran adalah pengecer. Eceran (retailing) mempunyai peranan penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Disadari atau tidak bisnis ritel kini telah menjamur dimana-mana baik

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Disadari atau tidak bisnis ritel kini telah menjamur dimana-mana baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis di indonesia terus berkembang dengan pesat setiap tahunnya, khususnya bagi bisnis ritel. Bisnis ritel secara umum adalah kegiatan usaha menjual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ini, semakin banyak pula pesaing yang dihadapi. Pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ini, semakin banyak pula pesaing yang dihadapi. Pada zaman sekarang ini BAB I PENDAHULUAN - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan manusia telah dan akan semakin kompleks. Kebutuhan manusia yang mendasar atau disebut dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009:6), konsep pemasaran adalah pencapaian tujuan organisasi tergantung pada pengetahuan akan kebutuhan dan keinginan target pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bisnis ritel menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan

I. PENDAHULUAN. Bisnis ritel menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bisnis ritel menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, bisnis ritel memperluas pasar produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup pesat pada beberapa tahun terakhir ini dengan berbagai macam bentuk dan jenisnya. Hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaman yang semakin modern, membuat gaya hidup masyarakat berubah mengikuti perkembangan zaman yang ada. Gaya hidup masyarakat yang konsumtif membuat banyak peritel

Lebih terperinci

Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian

Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian I. Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Solomon (2000), perilaku konsumen adalah studi yang meliputi proses ketika individu atau kelompok tertentu membeli,

Lebih terperinci

PENGARUH ATMOSFER TOKO TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF

PENGARUH ATMOSFER TOKO TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF PENGARUH ATMOSFER TOKO TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF (Survei pada Konsumen yang Melakukan Pembelian Impulsif pada Giant Hypermarket Mall Olympic Garden Kota Malang) Chandra Agung Wijaya Achmad Fauzi Sunarti

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Micky Mouse merupakan salah satu bentuk industri pengecer toko (store retailing), tepatnya termasuk ke dalam jenis Toko Serba Ada (Departement Stores) yaitu toko yang menjual berbagai lini produk,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap consumer purchase intention Mega Prima swalayan. Korelasinya

BAB V PENUTUP. terhadap consumer purchase intention Mega Prima swalayan. Korelasinya BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Cleanliness (kebersihan) memberikan pengaruh yang positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat saat ini, dapat dilihat bahwa sektor dunia usaha saat ini telah menjadi suatu arena persaingan yang sengit dan tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Retail (Eceran) Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha menjual barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen

BAB II URAIAN TEORITIS. Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Purba (2008), melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen Toserba Carrefour Plaza

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi persaingan yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi persaingan yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi persaingan yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk mampu bertahan hidup. Hal ini merupakan suatu peluang dan tantangan bisnis bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pendidikan. Pertumbuhan pendidikan dan pariwisata yang semakin meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pendidikan. Pertumbuhan pendidikan dan pariwisata yang semakin meningkat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan pariwisata dan pendidikan. Pertumbuhan pendidikan dan pariwisata yang semakin meningkat dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang semakin ketat baik antar perusahaan domestik

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang semakin ketat baik antar perusahaan domestik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengertian atmosfer toko adalah gambaran suasana keseluruhan dari sebuah toko yang

BAB I PENDAHULUAN. pengertian atmosfer toko adalah gambaran suasana keseluruhan dari sebuah toko yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kata atmosphere, berasal dari bahasa Inggris yang berarti suasana. Secara umum, pengertian atmosfer toko adalah gambaran suasana keseluruhan dari sebuah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya. pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya. pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir, toko berkonsep swalayan banyak bermunculan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengajukan pertanyaan pada responden. Metode survei dalam

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengajukan pertanyaan pada responden. Metode survei dalam 36 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Teknik pengumpulan datanya dilakukan melalui survei, yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada responden. Metode survei dalam penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan (Studi pada Indomaret Denpasar Barat) Nama : Made Arly Dwi Cahyana Nim : 1215251165 ABSTRAK Loyalitas pelanggan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri ritel merupakan salah satu industri yang cukup kuat untuk bisa bertahan dalam segala situasi dan kondisi ekonomi apapun, dalam krisis ataupun keadaan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku (Nazir,

III. METODE PENELITIAN. lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku (Nazir, III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbelanjaan. Hal ini terlihat dari semakin banyak bermunculannya pusat UKDW

BAB I PENDAHULUAN. perbelanjaan. Hal ini terlihat dari semakin banyak bermunculannya pusat UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Masyarakat kota Yogyakarta kini dimanjakan oleh kehadiran berbagai pusat perbelanjaan. Hal ini terlihat dari semakin banyak bermunculannya pusat perbelanjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, ritel modern dan ritel tradisional. Ritel modern sebenarnya merupakan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat persaingan yang terjadi di dunia usaha dan industri saat ini berkembang semakin ketat. Hal tersebut terutama disebabkan oleh adanya perkembangan teknologi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan berbagai barang konsumsi sehari-hari, mengalami. peningkatan dalam waktu-waktu belakangan ini.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan berbagai barang konsumsi sehari-hari, mengalami. peningkatan dalam waktu-waktu belakangan ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat akan berbagai barang konsumsi sehari-hari, mengalami peningkatan dalam waktu-waktu belakangan ini. Karena itu, konsumen membutuhkan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komposisi produk buku dengan Focal Point meliputi 68 persen buku dan 32

BAB I PENDAHULUAN. komposisi produk buku dengan Focal Point meliputi 68 persen buku dan 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Perkembangan ekonomi Indonesia di sektor ritel semakin meningkat. Hal ini terjadi karena pengusaha, baik dari dalam maupun luar negeri yang terus menerus melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Pada era globalisasi sekarang ini industri sedang berkembang cukup pesat terutama industri di bidang retail. Produsen yang memproduksi barang tidak hanya memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini belum juga menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini belum juga menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini belum juga menunjukkan kemajuan yang lebih baik dalam usaha pemulihan keadaan perekonomian saat ini. Hal ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam laju pertumbuhan perekonomian yang sangat ketat di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam laju pertumbuhan perekonomian yang sangat ketat di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam laju pertumbuhan perekonomian yang sangat ketat di Indonesia, menuntut perusahaan untuk terus berinovasi dan berimprovasi dalam mempertahankan pelanggan. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Indonesia sedang berada pada sistem perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Indonesia sedang berada pada sistem perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada saat ini Indonesia sedang berada pada sistem perekonomian yang tidak menentu yang diakibatkan dampak dari krisis moneter beberapa tahun lalu. Banyaknya

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Jenis Industri Kreatif Fashion di Kota Bandung

Tabel 1.1 Jenis Industri Kreatif Fashion di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung ini sudah dikenal sebagai kota pariwisata yang di dalamnya terdapat banyak pelaku-pelaku bisnis, salah satunya dalam bisnis industry clothing. Persaingan

Lebih terperinci

DESAIN INTERIOR I PERANCANGAN RUANG PENJUALAN D W I R E T N O S A., M. S N

DESAIN INTERIOR I PERANCANGAN RUANG PENJUALAN D W I R E T N O S A., M. S N DESAIN INTERIOR I PERANCANGAN RUANG PENJUALAN D W I R E T N O S A., M. S N PENTINGNYA PERANCANGAN TOKO Desain interior yang menunjang menjadi sangat penting bahkan dapat menjadi keunggulan kompetitif bagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Ritel adalah kegiatan pemasaran yang mendistribusikan barang dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Ritel adalah kegiatan pemasaran yang mendistribusikan barang dan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Ritel Ritel adalah kegiatan pemasaran yang mendistribusikan barang dan jasa ke konsumen akhir. ritel merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian pemasaran Perusahaan-perusahaan yang sukses saat ini memiliki persamaan dalam satu hal, yaitu mereka sangat fokus pada pelanggan dan mempunyai komitmen yang kuat

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Display Dalam Meningkatkan Minat Beli Konsumen Pada Batik Kemukten.

BAB II URAIAN TEORITIS. Display Dalam Meningkatkan Minat Beli Konsumen Pada Batik Kemukten. BAB II URAIAN TEORITIS A. Peneliti Terdahulu Handayani Srimurni (2007) skripsi berjudul Peranan Kebijakan Display Dalam Meningkatkan Minat Beli Konsumen Pada Batik Kemukten. Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perdagangan pada pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan dan persaingan yang sangat ketat. Pada saat ini perkembangannya diperkirakan tiap tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Istilah perilaku erat hubungannya dengan permasalahan manusia. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH RETAIL MIX TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI SWALAYAN MENARA YOGYAKARTA

ANALISIS PENGARUH RETAIL MIX TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI SWALAYAN MENARA YOGYAKARTA ANALISIS PENGARUH RETAIL MIX TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI SWALAYAN MENARA YOGYAKARTA ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF RETAIL MIX TOWARD CONSUMERS SATISFACTION AT SWALAYAN MENARA YOGYAKARTA Oleh AMALINA YULITA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perdagangan eceran (retailing) adalah perpenjualan barang atau jasa secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau keluarga. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan usaha bisnis dalam era globalisasi saat ini semakin pesat ditandai dengan tingkat persaingan antar perusahaan yang semakin tinggi dan ketat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri ritel merupakan salah satu dari sekian banyak industri yang mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo)

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 4, Agustus 2016 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA CITY HOME CENTRE DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 4, Agustus 2016 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA CITY HOME CENTRE DI PONTIANAK PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA CITY HOME CENTRE DI PONTIANAK Maria Margaretha Email: Maria.margaretha123@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya dharma Pontianak ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH STORE ATMOSPHERE (SUASANA TOKO) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA TOKO BUKU GRAMEDIA PADANG

SKRIPSI PENGARUH STORE ATMOSPHERE (SUASANA TOKO) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA TOKO BUKU GRAMEDIA PADANG SKRIPSI PENGARUH STORE ATMOSPHERE (SUASANA TOKO) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA TOKO BUKU GRAMEDIA PADANG Mahasiswa Program Strata Satu ( S-1 ) Jurusan Manajemen Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri modern ritel dewasa ini semakin pesat, baik pemain lokal maupun asing semakin agresif bermain dalam pasar yang empuk tersebut. Prospek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha sektor jasa di Indonesia berlangsung cukup pesat, meskipun keadaan perekonomian Indonesia sedang mengalami masa yang cukup sulit pada saat sekarang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bicara mengenai bisnis, akhir-akhir ini marak bermunculan yang namanya bisnis

I. PENDAHULUAN. Bicara mengenai bisnis, akhir-akhir ini marak bermunculan yang namanya bisnis I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bicara mengenai bisnis, akhir-akhir ini marak bermunculan yang namanya bisnis ritel atau dalam bahasa inggris disebut retail. Ritel merupakan kegiatan bisnis yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam Suprapti (2010:2) adalah aktivitas yang dilakukan seseorang ketika

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam Suprapti (2010:2) adalah aktivitas yang dilakukan seseorang ketika BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Perilaku konsumen Kotler dan Armstrong (2008:158) menyatakan bahwa konsumen adalah semua individu dan rumah tangga yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Daryanto (2011) mendefinisikan pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan

Lebih terperinci

BAGIAN 2 STORE-BASED RETAILING

BAGIAN 2 STORE-BASED RETAILING BAGIAN 2 STORE-BASED RETAILING TIPE RETAILER Retailer dibagi berdasarkan: Tipe barang dan jasa yang ditawarkan kepada konsumen Retail Mix (Bauran Retail) untuk memuaskan kebutuhan konsumen Tingkatan (level)

Lebih terperinci

PENGARUH MERCHANDISE, STORE ATMOSPHERE, DAN SERVICE TERHADAP PEMILIHAN FORMAT TOKO PADA TOKO PAKAIAN POLO DI SURABAYA

PENGARUH MERCHANDISE, STORE ATMOSPHERE, DAN SERVICE TERHADAP PEMILIHAN FORMAT TOKO PADA TOKO PAKAIAN POLO DI SURABAYA PENGARUH MERCHANDISE, STORE ATMOSPHERE, DAN SERVICE TERHADAP PEMILIHAN FORMAT TOKO PADA TOKO PAKAIAN POLO DI SURABAYA OLEH : DEVILIA MELINA CHRISTHIE 3103010161 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH SUASANA TOKO TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (SURVAI PADA KONSUMEN YANG BERBELANJA DI SWALAYAN LUWES PATI)

PENGARUH SUASANA TOKO TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (SURVAI PADA KONSUMEN YANG BERBELANJA DI SWALAYAN LUWES PATI) PENGARUH SUASANA TOKO TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (SURVAI PADA KONSUMEN YANG BERBELANJA DI SWALAYAN LUWES PATI) Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran dapat didefinisikan secara sosial dan manajerial. Definisi sosial menunjukaan peran yang dimainkan

Lebih terperinci

Workshop Selling and Financing BAB 1 PENDAHULUAN

Workshop Selling and Financing BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Berkembangnya dunia bisnis dan perdagangan di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan pada periode pasca krisis moneter yang diawali sekitar pertengahan tahun 1997. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi

BAB II KERANGKA TEORI. atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi BAB II KERANGKA TEORI 2.6 Definisi Ritel Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang berarti memotong, memecah, atau membagi sesuatu menjadi bagian yang lebih kecil. Bisnis ritel dapat dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situasi ekonomi dewasa ini sangat berkembang pesat. Persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Situasi ekonomi dewasa ini sangat berkembang pesat. Persaingan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Situasi ekonomi dewasa ini sangat berkembang pesat. Persaingan yang terjadi dalam dunia perekonomian di Indonesia saat ini menjadi semakin ketat, terutama

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Store Atmosphere, Exterior, General Interior, Store Layout, Interior Design, Interests Buy, and Circle K

ABSTRACT. Keywords: Store Atmosphere, Exterior, General Interior, Store Layout, Interior Design, Interests Buy, and Circle K ABSTRAK Circle K adalah sebuah convenience store yang beroperasi 24 jam penuh. Circle K menjadi trend-setter bagi banyak minimarket sejenis yang muncul saat ini. Saat ini Circle K populer di kota besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pembelian. Kebutuhan adalah hal-hal dasar yang harus dipenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pembelian. Kebutuhan adalah hal-hal dasar yang harus dipenuhi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Konsumen sebagai seorang manusia mempunyai kebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhinya, dan sering kali dalam memenuhi kebutuhan ini mereka harus melakukan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Persaingan yang terjadi dalam dunia perekonomian di Indonesia saat ini menjadi

Bab 1 PENDAHULUAN. Persaingan yang terjadi dalam dunia perekonomian di Indonesia saat ini menjadi Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang terjadi dalam dunia perekonomian di Indonesia saat ini menjadi semakin ketat, terutama dalam bidang retail. Selama empat tahun terakhir, pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersaingi atau bahkan tergeser oleh adanya bisnis eceran modern atau biasa disebut

BAB I PENDAHULUAN. tersaingi atau bahkan tergeser oleh adanya bisnis eceran modern atau biasa disebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan globalisasi mengakibatkan keberadaan pasar tradisional mulai tersaingi atau bahkan tergeser oleh adanya bisnis eceran modern atau biasa disebut bisnis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dan keinginan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dan keinginan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda-beda antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Keinginan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Store Atmosphere, Exterior, Interior, Store Layout, Display Interior and buying interest. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Store Atmosphere, Exterior, Interior, Store Layout, Display Interior and buying interest. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Clothing store business business development in Indonesia growing rapidly, looks more and more fashion stores are present where - where particularly in the cities - big cities like Jakarta, Bandung,

Lebih terperinci

PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO)

PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO) PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO) Oleh: Agus Prio Budiman Manajemen satriobungsu@rocketmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan Retailing (eceran) adalah kegiatan menyalurkan barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan Retailing (eceran) adalah kegiatan menyalurkan barang dan jasa BAB I 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan Retailing (eceran) adalah kegiatan menyalurkan barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang didalamnya terdapat aktivitas penjualan barang dan jasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka ini penulis akan memaparkan teori-teori yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi. Disesuaikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam suatu proses distribusi. Melalui bisnis ritel, suatu

Lebih terperinci

PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI KUBIK KOFFIE PADANG

PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI KUBIK KOFFIE PADANG PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI KUBIK KOFFIE PADANG Vionny Ocktavia Azhari 1, Dahnil Johar 2, Lindawati 3 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta E-mail: vionny.ocktavia@yahoo.com,

Lebih terperinci

PENGARUH CONSUMER S PERCEPTIONS DAN ATTITUDE TERHADAP PURCHASE INTENTION PRIVATE LABEL FOOD PRODUCTS PADA GIANT HYPERMARKET DI SURABAYA SKRIPSI S-1

PENGARUH CONSUMER S PERCEPTIONS DAN ATTITUDE TERHADAP PURCHASE INTENTION PRIVATE LABEL FOOD PRODUCTS PADA GIANT HYPERMARKET DI SURABAYA SKRIPSI S-1 PENGARUH CONSUMER S PERCEPTIONS DAN ATTITUDE TERHADAP PURCHASE INTENTION PRIVATE LABEL FOOD PRODUCTS PADA GIANT HYPERMARKET DI SURABAYA SKRIPSI S-1 OLEH : GRACIA TIFANY SUSANTO 3103011151 JURUSAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN

DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN Modul ke: DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN MANAJEMEN SALURAN DAN RANTAI SUPLAI Fakultas FIKOM Dra. Tri Diah Cahyowati, Msi. Program Studi Marcomm & Advertising http://www.mercubuana.ac.id Definisi Dari

Lebih terperinci