BAB I PENDAHULUAN. mungkin juga timbul secara perlahan-lahan tanpa tanda-tanda atau riwayat
|
|
- Hartono Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN Frozen shoulder merupakan rasa nyeri yang mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu. Mungkin timbul karena adanya trauma, mungkin juga timbul secara perlahan-lahan tanpa tanda-tanda atau riwayat trauma. Keluhan utama yang dialami adalah nyeri, penurunan kekuatan otot, penurunan kemampuan fungsional penggerak sendi bahu dan keterbatasan LGS yang terjadi baik secara aktif atau pasif. Biasanya nyeri ini akan timbul saat melakukan aktivitas seperti mengangkat tangan ke atas waktu menyisir rambut, menggosok punggung sewaktu mandi, menulis di papan tulis, mengambil sesuatu dari saku belakang celana dan kesulitan saat memakai atau melepas baju. Hal ini akan menyebabkan pasien enggan menggerakkan sendi bahunya yang akhirnya dapat memperberat kondisi yang ada sehingga dapat menimbulkan gangguan dalam gerak dan aktivitas fungsional keseharian. 1-2 Frozen shoulder secara pasti belum diketahui penyebabnya. Namun kemungkinan terbesar penyebab dari frozen shoulder antara lain tendinitis, rupture rotator cuff, capsulitis, post immobilisasi lama, trauma serta diabetes mellitus. Respon autoimmunal terhadap rusaknya jaringan lokal juga diduga menyebabkan penyakit tersebut. 1 Dalam mengatasi masalah ini maka diperlukan kerjasama yang baik dari semua unsur yaitu pasien dan dokter dalam hal ini dikhususkan peranan dari rehabilitasi medik di dalam upaya mengatasi nyeri yang berdampak langsung terhadap kualitas hidup, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. 1
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sindroma frozen shoulder adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya suatu reaksi peradangan kronik dan kekakuan bahu yang didahului dengan bursitis, tendonitis dan kapsulitis pada daerah persendian glenohumeral sehingga pergerakkannya terganggu dan timbul nyeri (sakit). 3 Anatomi Bahu terdiri dari 7 sendi, yaitu glenohumeralis, suprahumeralis, acromioclavicularis, scapulocostalis, sternoclavicularis, costosternalis dan costovertebralis. Sendi glenohumeral mempunyai peranan yang penting dan merupakan sendi yang paling mobile dari ketujuh sendi tersebut. 3 Gerakan-gerakan pada sendi bahu terdiri dari fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi dan endorotasi-eksorotasi. Lingkup gerak sendi bahu dalam keadaan normal yaitu fleksi 180, ekstensi 60, abduksi 180, adduksi 75, endorotasi 90 dan eksorotasi Epidemiologi Onset frozen shoulder terjadi sekitar usia tahun. Dari 2-5 % populasi sekitar 60 % dari kasus frozen shoulder lebih banyak mengenai perempuan dibanding laki-laki. Frozen shoulder juga terjadi pada % dari penderita diabetes mellitus yang merupakan salah satu faktor resiko frozen shoulder. 2 2
3 Etiologi Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan respon auto immobilisasi terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan lokal. Meskipun penyebab utamanya idiopatik, banyak yang menjadi predisposisi frozen shoulder, selain dugaan adanya respon auto immobilisasi seperti yang dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi lainnya yaitu usia, trauma berulang (repetitive injury), diabetes mellitus, kelumpuhan, pasca operasi payudara atau dada dan infark miokardia, dari dalam sendi glenohumeral (tendonitis bicipitalis, infalamasi rotator cuff, fraktur) atau kelainan ekstra articular (cervical spondylisis, angina pectoris). De Palma (1973) melaporkan bahwa setiap hambatan yang menghalangi gerak scapulohumeral/scapulothoraxic menyebabkan inaktifitas dari otot sehingga merupakan predisposisi terjadinya frozen shoulder. 4 Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS (American Academy of Orthopedic Surgeon) tahun 2007 mengenai frozen shoulder, teori tersebut adalah: 2,5 a. Teori hormonal. Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita bersamaan dengan datangnya menopause. b. Teori genetik. Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder, contohnya ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita pada saat yang sama. 3
4 c. Teori auto immuno. Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan lokal. d. Teori postur. Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu. Patofisiologi Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis menyatakan bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap nyeri yang timbul pada bahu dapat merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini sering timbul bila sendi tidak digunakan terutama pada pasien yang apatis dan pasif atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di mana tidak tahan dengan nyeri yang ringan akan membidai lengannya pada posisi tergantung. Lengan yang imobil akan menyebabkan stasis vena dan kongesti sekunder dan bersama-sama dengan vasospastik, anoksia akan menimbulkan reaksi timbunan protein, edema, eksudasi, dan akhirnya reaksi fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara lapisan bursa subdeltoid, adhesi ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur tendon subskapularis dan bisep, perlekatan kapsul sendi. 3 Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan thrombine dan fibrinogen membentuk protein yang disebut fibrin. Protein tersebut menyebabkan penjedalan dalam darah dan membentuk suatu substansi yang melekat pada sendi. Perlekatan pada sekitar sendi inilah yang menyebabkan perlekatan satu sama lain sehingga menghambat LGS penuh. Kapsulitis adhesiva pada bahu inilah yang disebut frozen shoulder. 3 4
5 Gambaran Klinis Penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta gerakan sendi bahu yang terbatas ke segala arah, terutama gerakan abduksi dan elevasi, sehingga mengganggu lingkup gerak sendi bahu. Rasa nyeri akan meningkat intensitasnya dari hari ke hari. Bersamaan dengan hal ini terjadi gangguan lingkup gerak sendi bahu. Penyembuhan terjadi kurang lebih selama 6-12 bulan, di mana lingkup gerak sendi akan meningkat dan akhir bulan ke 18 hanya sedikit terjadi keterbatasan gerak sendi bahu. 3 Menurut Kisner (1996) frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu: 2,4 a. Pain (Freezing) : ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir ampai minggu. b. Stiffness (Frozen) : ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang di ikuti oleh keterbatasan gerak scapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan. c. Recovery (Thawing) : pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada synovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata. Fase ini berakhir 6-24 bulan atau lebih. Diagnosis a. Anamnesis Hal-hal yang harus ditanyakan kepada pasien adalah sebagai berikut: 3 - Lokasi yang sebenarnya dari nyeri bahu yang dirasakan. - Sudah berapa lama nyeri tersebut dirasakan. 5
6 - Faktor apa saja yang menjadi pencetus timbulnya nyeri bahu tersebut dan yang dapat menguranginya. - Ada tidaknya aktivitas yang berlebihan, terkilir atau trauma pada bahu sebelumnya. - Ada tidaknya masalah atau penyakit pada bahu yang pernah diderita sebelumnya. - Jika mungkin ditanyakan juga diagnosis serta terapi yang pernah diberikan saat itu. - Perlu juga ditanyakan mengenai pekerjaan, kegemaran atau kegiatan waktu senggang yang sering dilakukan pasien. b. Pemeriksaan fisik Pada frozen shoulder merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher, lengan atas dan punggung, perlu dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif terbatas. Pertama-tama pada gerakan elevasi dan rotasi interna lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi bahu. 3 Appley scratch test merupakan tes tercepat untuk mengeveluasi lingkup gerak sendi aktif pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan. 3 6
7 Gambar 1: Appley scratch test Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk muskulotendineus rotator cuff. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff lainnya. 3 Selain appley scratch test, tes provokasi lain yang dapat dilakukan adalah: Appley scarf test Pasien diminta melakukan fleksi bahu sampai 90 dan meletakkan tangan menyilang secara horizontal di depan dada kontralateral di depan bahu yang lain. Pemeriksa melihat apakah ada nyeri atau perubahan pada sendi acromioclavicular. 6 Gambar 2: Appley scarf test 7
8 Lift off test Pasien berdiri dengan posisi bahu di internal rotasi dan siku difleksikan sementara dorsum tangan menyentuh tulang belakang. Kemudian pasien diinstruksikan untuk mengangkat tangan. Positif bila pasien tidak mampu mengangkat tangan dari belakan melawan gravitasi. 6 Gambar 2: Lift off test Empty can test Pasien diminta untuk mengekstensi sendi siku dengan lengan yang abduksi dan jari menunjuk ke bawah, kemudian penderita disuruh untuk melakukan elevasi lengan sambil pemeriksa melakukan tahanan melawan gerakan tersebut. 6 Gambar 3: Empty can test 8
9 Yergason s test Pasien diminta melakukan fleksi aktif sendi siku melawan tahanan sambil pemeriksa melakukan eksorotasi humerus, akan terjadi subluaksi tendon yang dirasakan sebagai lucutan dan kejutan. Positif bila terjadi nyeri di sulcus bisipitalis sewaktu akan melakukan supinasi tangan melawan tahanan. 6 Gambar 4: Yergason s test c. Pemeriksaan penunjang Selain pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan seperti : 3,7 - X-ray, yaitu pemeriksaan untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti fraktur dan osteoartritis. - Arthrografi, yaitu pemeriksan x-ray dengan menggunakan kontras yang di suntikkan ke sendi bahu sebagai tanda pengerutan atau penyusutan kapsul sendi bahu. - MRI, yaitu untuk mengevaluasi jaringan di sekitar sendi. 9
10 8. Penatalaksaan a. Medikamentosa Untuk mengurangi rasa nyeri diberikan analgesik dan obat anti inflamasi nonsteroid. Pemakaian relaksan otot bertujuan untuk mengurangi kekakuan dan nyeri dengan menghilangkan spasme otot. Beberapa penulis menganjurkan pemberian suntikan menghilangkan nyeri secara cepat. Harus diperhatikan kemungkinan ruptur dari tendon pada penyuntikan tersebut, maka penyuntikan tidak boleh lebih dari 2 kali dalam 1 tahun. 8 b. Program rehabilitasi medik Ultrasound (US) Pada frozen shoulder, modalitas yang sering digunakan adalah Ultrasound. Ultrasound merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang secara klinis sering diaplikasikan untuk tujuan terapeutik pada kasus-kasus tertentu termasuk kasus muskuloskeletal. Terapi ultrasound sendiri menggunakan energi gelombang suara dengan frekuensi lebih dari Hz yang tidak mampu ditangkap oleh telinga atau pendengaran. Dengan pemberian modalitas ultrasound dapat terjadi iritan jaringan yang menyebabkan reaksi fisiologis seperti kerusakan jaringan, hal ini disebabkan oleh efek mekanik dan thermal ultra sonik. Pengaruh mekanik tersebut juga dengan terstimulasinya saraf polimedal dan akan dihantarkan ke ganglion dorsalis sehingga memicu produksi P subtance untuk selanjutnya terjadi inflamasi sekunder atau dikenal neurogeic inflammation. Namun dengan terangsangnya P substance tersebut mengakibatkan proses induksi proliferasi akan lebih 10
11 terpacu sehingga mempercepat terjadinya penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan. 9 Transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS) TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik guna merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri. Pemberian TENS dapat menurunkan nyeri, baik dengan cara peningkatan vaskularisasi pada jaringan yang rusak tersebut, maupun melalui normalisasi saraf pada level spinal maupun supra spinal, sehingga dengan berkurangnya nyeri pada bahu didapatkan gerakan yang lebih ringan. Efek TENS terhadap pengurangan nyeri juga dapat mengurangi spasme dan meningkatkan sirkulasi, sehingga memutuskan lingkaran viscous circle of reflex yang pada akhirnya dapat meningkatkan LGS. 9 TENS efektif mengurangi nyeri melalui aktivasi saraf berdiameter besar dan kecil melalui kulit yang selanjutnya akan memberikan informasi sensoris ke saraf pusat. TENS menghilangkan nyeri dikaitkan melalui sistem reseptor nosiseptif dan mekanoreseptor. Sistem reseptor nosiseptif bukan akhiran saraf bebas, melainkan fleksus saraf halus tak bermyelin yang mengelilingi jaringan dan pembuluh darah. 9 Pengurangan nyeri yang ditimbulkan oleh TENS dapat juga meningkatkan kekuatan otot karena menormalkan aktivitas α motor neuron sehingga otot dapat berkontraksi secara maksimal, dan berkurangnya refleks exitability dari beberapa otot antagonis gelang bahu sehingga otot agonis dapat melakukan gerakan, dan karena stabilitas terbesar pada sendi bahu oleh otot, maka hal tersebut meningkatkan mobilitas sendi bahu. 9 11
12 Latihan Latihan merupakan bagian yang terpenting dari terapi frozen shoulder. Pada awalnya latihan gerak dilakukan secara pasif terutama bila rasa nyeri begitu berat. Setelah nyeri berkurang latihan dapat dimulai dengan aktif dibantu. Rasa nyeri yang timbul pada waktu sendi digerakkan baik secara pasif maupun aktif menentukan saat dimulainya latihan gerak. Bila selama latihan pasif timbul rasa nyeri sebelum akhir pergerakan sendi diduga masih fase akut sehingga latihan gerak aktif tidak diperbolehkan. Bila rasa nyeri terdapat pada akhir gerakan yang terbatas, berarti masa akut sudah berkurang dan latihan secara aktif boleh dilakukan. Pada latihan gerak yang menimbulkan/menambah rasa nyeri, maka latihan harus ditunda karena rasa nyeri yang ditimbulkan akan menurunkan LGS. Tetapi bila gerakan pada latihan tidak menambah rasa nyeri maka kemungkinan besar terapi latihan gerak akan berhasil dengan baik. Latihan gerak dengan meggunakan alat seperti shoulder wheel, over head pulleys, finger ladder dan tongkat merupakan terapi standar untuk penderita frozen shoulder. 6 12
13 BAB III LAPORAN KASUS IDENTITAS Nama Umur Alamat Jenis kelamin Agama Pekerjaan : Ny. H.P. : 54 tahun : Kelurahan Mahawu ling. VI : Perempuan : Islam : PNS (perawat) Tanggal periksa : 3 Desember 2012 ANAMNESA Keluhan utama: nyeri pada bahu kanan Riwayat penyakit sekarang: Pasien merasa nyeri pada bahu kanan yang dirasakan sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu, nyeri awalnya tidak terlalu dirasakan tapi lama-kelamaan nyeri semakin bertambah, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, bersifat hilang timbul, nyeri saat digerakkan ke samping, ke atas dan ke belakang sehingga pasien sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti menyisir rambut dan memakai pakaian. Nyeri dirasakan lebih sering dan lebih hebat kurang lebih 1 minggu yang lalu. Saat batuk atau bersin nyeri tidak dirasakan. Pasien mulai merasa cemas dengan penyakitnya. Riwayat penyakit dahulu: Hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asam urat (-), kolesterol (-) 13
14 Riwayat kebiasaan: Sehari-hari pasien bekerja dengan menggunakan tangan kanan dan memakai tas di bahu kanan, di tempat kerja sehari-hari pasien bekerja menulis kurang lebih 2 jam. Pasien di rumah bila menonton TV sambil tiduran di kursi dengan posisi setengah duduk dan sering makan makanan berlemak. Riwayat keluarga: Hanya penderita yang sakit seperti ini. Riwayat sosial ekonomi: Pasien merupakan peserta Askes, bekerja sebagai perawat di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado, suami pasien bekerja sebagai PNS, memiliki 3 orang anak, 2 anak telah menikah, 1 anak telah bekerja. Tinggal di rumah permanen, 2 lantai dengan dinding beton, memiliki 5 kamar tidur, dihuni oleh 5 orang, WC/kamar mandi di dalam rumah dengan WC duduk. Penghasilan untuk kehidupan sehari-hari cukup, biaya pengobatan ditanggung Askes. Visual Analog Scale (VAS) PEMERIKSAAN FISIK Status generalis Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Nadi : Cukup : Compos mentis : 130/70 mmhg : 76 x/menit 14
15 Respirasi Suhu badan : 24 x/menit : 36,5 C Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-) Leher : Pembesaran KGB (-) Thoraks : Bunyi jantung I dan II normal, bising (-), suara pernapasan vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/- Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba Ekstremitas : Akral hangat, edema (-) Status lokalis Pada regio shoulder dekstra: Inspeksi : deformitas (-), edema (-), kemerahan (-) Palpasi : spasme (+) m. supraspinatus dekstra, edema (-) nyeri tekan (+) m. supraspinatus dekstra Status motorik Pemeriksaan Ekstremitas Superior Dekstra Sinistra C5 (fleksor siku) 5 5 C6 (ekstensor pergelangan tangan) 5 5 C7 (ekstensor siku) 5 5 C8 (fleskor jari) 5 5 T1 (abduktor jari kelingking )
16 Status sensorik Pemeriksaan Ekstremitas Superior Dekstra Sinistra C5 (sisi lateral akromioklavikula) 2 2 C6 (ibu jari) 2 2 C7 (jari tengah) 2 2 C8 (jari kelingking) 2 2 T1 (sisi medial fossa antekubiti) 2 2 Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS) Regio Shoulder LGS Bahu Aktif Pasif Aktif Pasif Normal (Dekstra) (Dekstra) (Sinistra) (Sinistra) Fleksiekstensi Abduksiadduksi Rotasi interna- rotasi eksterna (90 ) Tes provokasi Appley scarf test : +/- Appley scratch test : +/- Yergason s test : -/- Moseley : -/- 16
17 Resume Perempuan umur 54 tahun, datang ke poliklinik rehabilitasi medik dengan keluhan nyeri pada bahu kanan sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Nyeri awalnya tidak terlalu dirasakan tetapi lama-kelamaan nyeri semakin bertambah, seperti ditusuk-tusuk, bersifat hilang timbul, nyeri saat digerakkan ke samping, ke atas, dan ke belakang sehingga pasien sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti menyisir rambut dan memakai pakaian. Nyeri dirasakan lebih sering dan lebih hebat kurang lebih 1 minggu yang lalu. Pasien mulai merasa cemas dengan penyakitnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum: tampak baik, kesadaran: kompos mentis. Tanda vital didapatkan tekanan darah: 130/70 mmhg, nadi: 76x/menit, respirasi: 24x/menit, suhu: 36,5 C. Status lokalis regio shoulder dekstra didapatkan pada palpasi: spasme (+) dan nyeri tekan (+) pada m. supraspinatus dekstra. Pemeriksaan status motorik dan status sensorik dalam batas normal. Pada pemeriksaan LGS regio shoulder dekstra terdapat keterbatasan ke segala arah. Pada tes provokasi: appley scarf tes +/-, appley scratch tes +/-. DIAGNOSIS Diagnosis klinis Diagnosis etiologi Diagnosis topis : Frozen shoulder dekstra : Mekanik kronik : Regio shoulder dekstra Diagnosis fungsional : Disabilitas 17
18 PENATALAKSANAAN Problem: - Nyeri bahu dekstra - Keterbatasan LGS shoulder dekstra - Pasien mulai merasa cemas dengan penyakitnya Penanganan: 1. Fisioterapi Evaluasi: - Kontak, pengertian serta komunikasi yang baik - Nyeri bahu dan keterbatasan LGS shoulder dekstra Program: - US pada regio shoulder dekstra 2. Okupasi terapi Evaluasi: - Kontak, pengertian serta komunikasi yang baik - Nyeri bahu dan keterbatasan LGS shoulder dekstra Program: - Latihan peningkatan LGS shoulder dekstra dengan aktivitas 3. Ortotik Prostetik Evaluasi: - Kontak, pengertian serta komunikasi yang baik - Nyeri bahu dan keterbatasan LGS shoulder dekstra 18
19 Program: - Pada saat ini program belum diperlukan 4. Psikolog Evaluasi: - Kontak, pengertian serta komunikasi yang baik - Pasien mulai cemas dengan penyakitnya Program: - Support mental pada pasien dan keluarga 5. Sosial medik Evaluasi: - Kontak, pengertian serta komunikasi yang baik - Pasien merupakan peserta Askes, bekerja sebagai perawat di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado, suami pasien bekerja sebagai PNS, memiliki 3 orang anak, 2 anak telah menikah, 1 anak telah bekerja. Tinggal di rumah permanen, 2 lantai dengan dinding beton, memiliki 5 kamar tidur, dihuni oleh 5 orang, WC/kamar mandi di dalam rumah dengan WC duduk. Penghasilan untuk kehidupan sehari-hari cukup, biaya pengobatan ditanggung Askes. Program: - Memperbaiki lingkungan rumah 19
20 6. Home program Evaluasi: - Kontak, pengertian serta komunikasi yang baik - Nyeri bahu dan keterbatasan LGS shoulder dekstra Program: - Finger ladder - Latihan tongkat Prognosis Quo ad vitam Quo ad fungtionam Quo ad sanationam : ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam 20
21 DAFTAR PUSTAKA 1. Nurul S. Penatalaksanaan Fisioterapi padakasus Capsulitis Adhesiva Dekstra dengan Menggunakan Short Wave Diathermy (SWD) dan Terapi Manipulasi di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta. 5 Desember Available from: 2. Miharjanto K, Kuntono H, Setiawan D. Perbedaan Pengaruh Antara Latihan Konvensional Ditambah Latihan Plyometrics dan Latihan Konvensional Terhadap Pengurangan Nyeri dan Disabilitas Penderita Frozen Shoulder. 5 Desember Available from: 3. Hanako S. Frozen Shoulder. 5 Desember Available from: 4. Anonymous. Frozen Shoulder (Capsulitis Adhesiva). 5 Desember Available from: 5. Hidayat S. Nyeri Bahu/ Frozen Shoulder. 5 Desember Available from: 6. Anonymous. Frozen Shoulder (Kapsulitis Adhesiva/Adhesive Capsulitis). 5 Desember Available from: 7. Nasir Y. Kenali Gejala Frozen Shoulder. 5 Desember Avaible from : 8. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative Joint Disease. In : Harrison s Manual of Medicine 15th Ed. Boston: McGraw-Hill, P Irfan. Frozen Shoulder (Kaku Bahu). 5 Desember Avaible from : 21
BAB I PENDAHULUAN. trauma, over use, repetitive injury, operasi pada sendi, hypertiroidisme,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Frozen shoulder merupakan suatu istilah untuk semua gangguan pada sendi bahu. Dengan karakteristik nyeri dan keterbatasan gerak, penyebabnya ideopatik yang sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu negara, seperti pada kehidupan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada usia di bawah 40 dan 65 tahun. Frozen shoulder sering dijumpai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Frozen shoulder biasanya terjadi pada dekade kelima atau keenam, jarang dijumpai pada usia di bawah 40 dan 65 tahun. Frozen shoulder sering dijumpai pada wanita
Lebih terperinciOleh: NURUL SAKINAH J KARYA TULIS ILMIAH
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DENGAN MENGGUNAKAN SHORT WAVE DIATHERMY (SWD) DAN TERAPI MANIPULASI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SARDJITO YOGYAKARTA Oleh: NURUL SAKINAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh umur, psikis dan keadaan lingkungan sosial individu. Banyak. terhadap gerak dan fungsi tubuh. (Depkes RI, 1999).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Republik Indonesia menetapkan kebijakan nasional mengenai pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia sehat 2010
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA
KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA Disusun oleh : WURI RAHMAWATI NIM : J100 070 O26 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan perlu mendapat perhatian adalah masalah kesehatan. Pembangunan
15 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan memiliki beberapa bidang sasaran, salah satu yang penting dan perlu mendapat perhatian adalah masalah kesehatan. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dewasa ini meliputi seluruh aspek kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, tak terkecuali bidang kesehatan. Pembangunan bidang kesehatan pada hakekatnya adalah membangun
Lebih terperinciOleh: ARIF FI AM J KARYA TULIS ILMIAH
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI PADA KONDISI FROZEN SHOULDER CAPSULITIS ADHESIVE SINISTRA DENGAN MENGGUNAKAN MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI MANIPULASI Oleh: ARIF FI AM J 100 050 020 KARYA TULIS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Glenohumeral joint merupakan sendi joint yang paling luas gerakannya di tubuh kita. Glenohumeral joint termasuk sendi peluru dengan mangkok sendi yang sangat dangkal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka setiap warga Indonesia berhak memperoleh derajat sehat yang setinggitingginya
BAB I PENDAHULUAN Dalam upaya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya, maka setiap warga Indonesia berhak memperoleh derajat sehat yang setinggitingginya yang meliputi sehat jasmani, rohani,
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DENGAN MODALITAS SHORT WAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DENGAN MODALITAS SHORT WAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN Disusun Oleh : KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN Beraktivitas merupakan hal yang mutlak dilakukan semua makhluk hidup. Terlebih lagi bagi manusia yang aktivitasnya lebih beragam dibandingkan makhluk hidup yang lain. Tulang, otot, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu gerak dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya. tersebut, salah satu diantaranya adalah frozen shoulder.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu keadaan bebas dari penyakit, baik penyakit fisik maupun penyakit mental dan juga bebas dari kecacatan, sehingga keadaan tubuh secara biologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk hidup, salah satu ciri makhluk hidup. dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup, salah satu ciri makhluk hidup adalah bergerak. Manusia bergerak untuk memenuhi kebutuhan hidup dan melakukan aktifitas sehari-hari.
Lebih terperinciPERBEDAAN PENGARUH INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI MANIPULASI DENGAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN LATIHAN PENDULUM
PERBEDAAN PENGARUH INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI MANIPULASI DENGAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN LATIHAN PENDULUM DALAM MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI GLENOHUMERAL PENDERITA ADHESIVE CAPSULITIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain olahraga dan pekerjaan maupun aktivitas sehari-hari. Dalam olahraga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahu merupakan salah satu sendi yang sering digunakan untuk melakukan aktivitas. Aktivitas yang banyak melibatkan sendi bahu antara lain olahraga dan pekerjaan maupun
Lebih terperinciSecara anatomi ada 7 sendi yang kita dapatkan pada gelang bahu, yaitu: 2, 3
Laporan Kasus Sindroma Frozen shoulder adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya suatu reaksi peradangan kronik dan kekakuan bahu yang didahului dengan bursitis, tendo nitis dan kapsulitis pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integrasi penuh dari sistem tubuh. Munculnya beberapa keluhan juga sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari penggunaan kapasitas fisik maupun kemampuan fungsionalnya yang merupakan suatu integrasi penuh dari sistem tubuh.
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER DEXTRA AKIBAT CAPSULITIS ADHESIVE DI RSUD KARANGANYAR
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER DEXTRA AKIBAT CAPSULITIS ADHESIVE DI RSUD KARANGANYAR Naskah Publikasi Ilmiah Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, manusia dituntut untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan tersebut,
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CAPSULITIVE ADHESIVA SINISTRA DI RSUD SALATIGA
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CAPSULITIVE ADHESIVA SINISTRA DI RSUD SALATIGA Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Pogram Pendididkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh secara biologis maupun psikologis sehat, dalam arti bahwa tubuh dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu keadaan bebas dari penyakit, baik penyakit fisik maupun penyakit mental dan juga bebas dari kecacatan, sehingga keadaan tubuh secara biologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cita cita bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa
BAB I PENDAHULUAN Cita cita bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya untuk memajukan bangsa dan negara didukung oleh. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta faktor ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam upaya untuk memajukan bangsa dan negara didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta faktor ekonomi mendorong manusia untuk dituntut mengikuti
Lebih terperinciBAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI. dilakukan pada tanggal 5 Februari 2016 secara auto anamnesis yaitu
BAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI A. Pengkajian Fisioterapi 1. Anamnesis Pada kasus fraktur collum humerus dekstra ini, anamnesis dilakukan pada tanggal 5 Februari 2016 secara auto anamnesis yaitu anamnesis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Setiap orang mendambakan bebas dari penyakit, baik fisik maupun mental serta terhindar dari kecacatan. Sehat bukan suatu keadaan yang sifatnya statis tapi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perilaku hidup sehat, sehingga tuntunan masyarakat akan layanan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari berbagai bidang sasaran pembangunan, salah satu yang penting dan perlu mendapat perhatian adalah masalah kesehatan. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan
Lebih terperinciTeksbook reading. Tessa Rulianty (Hal 71-80)
Teksbook reading Tessa Rulianty (Hal 71-80) Tes ini sama dengan tes job dimana lengan diputar ke arah yang berlawanan. Jika terdapat nyeri dan pasien mengalami kesulitan mengatur posisi mengindikasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Myalgia cervical atau sering dikenal dengan nyeri otot leher adalah suatu kondisi kronis dimana otot mengalami ketegangan atau terdapat kelainan struktural tulang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis. Pemelihara kesehatan
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER e / c Ca MAMAE DI RSUP. Dr SARDJITO YOGYAKARTA
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER e / c Ca MAMAE DI RSUP. Dr SARDJITO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : EKO PRASETYO J100100050 PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam melakukan aktivitasnya sehari hari manusia harus bergerak,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melakukan aktivitasnya sehari hari manusia harus bergerak, karena gerak menentukan seberapa kemampuan manusia melakukan aktifitas fungsionalnya dan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciCASE REPORT SESSION OSTEOARTHRITIS. Disusun oleh: Gisela Karina Setiawan Abednego Panggabean
CASE REPORT SESSION OSTEOARTHRITIS Disusun oleh: Gisela Karina Setiawan 1301-1210-0072 Abednego Panggabean 1301-1210-0080 Pembimbing: Vitriana, dr., SpKFR BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,7% hingga 66,7%. Keluhan tentang keluhan bahu juga sering terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluhan pada bahu merupakan masalah yang paling sering terjadi di masyarakat luas. Keluhan tentang masalah pada bahu tercatat dirasakan 0,9% hingga 2,5% yang dialami
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER SINISTRA AKIBAT CAPSULITIS ADHESIVE DI RSUD Dr. HARJONO PONOROGO
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER SINISTRA AKIBAT CAPSULITIS ADHESIVE DI RSUD Dr. HARJONO PONOROGO Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan sumber daya manusia/human Development Index. disamping faktor pendidikan dan pendapatan (Depkes RI, 2002).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian dari kebutuhan manusia yang sangat mendasar dan disamping itu setiap individu berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi dirinya
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN. gerakannya, dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan aktifitas atau
BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggota gerak atas merupakan anggota gerak tubuh yang paling luas gerakannya, dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan aktifitas atau pekerjaannnya manusia sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas adalah berjalan. Untuk dapat menghasilkan mekanisme pola berjalan yang harmonis, maka kita
Lebih terperinciBAB III LAPORAN KASUS REHABILITASI MEDIK DOKUMEN MEDIK
BAB III LAPORAN KASUS REHABILITASI MEDIK DOKUMEN MEDIK A. Identitas Pasien Nama : Ny. F Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 51 tahun Suku : Jawa Agama : Islam Pekerjaan : Pedagang Pakaian Alamat : Bojonegoro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat
Lebih terperinciCASE REPORT SESSION LOW BACK PAIN OLEH : Dani Ferdian Nur Hamizah Nasaruddin PRESEPTOR: Tri Damiati Pandji,dr.,Sp.
CASE REPORT SESSION LOW BACK PAIN OLEH : Dani Ferdian 130112110127 Nur Hamizah Nasaruddin 130110082001 PRESEPTOR: Tri Damiati Pandji,dr.,Sp.KFR (K) BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI RSUP DR.
Lebih terperinciHasil Evaluasi Nyeri Tekan Menggunakan Skala VDS
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Permasalahan- permasalahan yang timbul pada pasen bernama Ny. N, usia 62 tahun dengan kondisi Post Fraktur 1/3 proksimal Humerus sinistra adalah adanya nyeri tekan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertambahan usia dan atau mengalami gangguan akibat dari injuri atau sakit.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Peran fisioterapi memberikan layanan kepada individu atau kelompok individu untuk memperbaiki, mengembangkan, dan memelihara gerak dan kemampuan fungsi yang maksimal
Lebih terperinciBAB I REKAM MEDIS I. IDENTIFIKASI
BAB I REKAM MEDIS I. IDENTIFIKASI Nama : Tn. A Umur : 28 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Status : Belum Menikah Bangsa : Indonesia Alamat : Luar Kota Pekerjaan : Pedagang MRS : 1 Agustus
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. De Quervain Syndrome Dextra, meliputi: (1) pengkajian data, (2) pelaksanaan
43 BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS Proses pemecahan masalah yang harus dihadapi oleh fisioterapi pada kasus De Quervain Syndrome Dextra, meliputi: (1) pengkajian data, (2) pelaksanaan terapi, (3) evaluasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti saat ini, setiap orang dituntut untuk dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini, setiap orang dituntut untuk dapat bersaing dan memiliki produktivitas kerja yang tinggi guna bersaing untuk tercapainya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aktivitas tersebut antara lain memasak, mencuci, menulis, mengetik, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tangan adalah bagian tubuh yang memiliki peran dan fungsi yang penting dalam melakukan berbagai aktivitas baik ringan maupun berat. Aktivitas tersebut antara
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI
PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains
Lebih terperinciLAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN
LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama Umur Negeri asal Suku Agama Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : A : 6 tahun : Jambi : Minang : Islam : Laki-laki : Pelajar : Sungai Penuh, Jambi Seorang pasien anak laki-laki,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas sehari-hari tidak jarang dapat menimbulkan gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga, mengangkat barang, mencuci, ataupun aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otot, perubahan postur, sedemikian rupa sehingga mengakibatkan penekanan atau
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Kehidupan modern yang semakin lama semakin kompleks, membuat banyak orang mengalami berbagai macam ketegangan, yang sering dimanifestasikan sebagai gejala somatik berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang terbentuk antara ventral rami (akar) dari empat nervus cervical (C5-C8) dan nervus thoracal
Lebih terperinciMata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-
PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: baik Kesadaran: compos mentis Tanda vital: TD: 120/80 mmhg Nadi: 84 x/menit Pernapasan: 20 x/menit Suhu: 36,5 0 C Tinggi Badan: 175 cm Berat Badan: 72 kg Status Generalis:
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FROZEN SHOULDER CAPSULITIS ADHESIVE DEXTRA DI RST DR. SOEDJONO MAGELANG
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FROZEN SHOULDER CAPSULITIS ADHESIVE DEXTRA DI RST DR. SOEDJONO MAGELANG Oleh : ANARTYA IKA PRAFITRI J 100 070 036 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Menyelesaikan
Lebih terperinci2.1 Definisi 2.2 Anatomi dan Fisiologi
2.1 Definisi Frozen shoulder, atau adhesive capsulitis adalah suatu kelainan di mana terjadi inflamasi pada kapsul sendi bahu, yaitu jaringan ikat disekitar sendi glenohumeral, sehingga sendi tersebut
Lebih terperinciPERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN WILLIAM S FLEXION EXERCISES PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION PADA
PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN WILLIAM S FLEXION EXERCISES PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION PADA PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH MEKANIK SKRIPSI DISUSUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga ikut mempengaruhi. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering jumpai seseorang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga ikut mempengaruhi perkembangan fisioterapi, dimana telah disebutkan dalam KEPMENKES 1363 tahun 2001 BAB 1, pasal 1 ayat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan saat ini merupakan hal yang sangat penting dikarenakan meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit dan meningkat juga pengguna jasa asuransi kesehatan.
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL SYNDROME DI RSUP. DR. SARDJITO-YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL SYNDROME DI RSUP. DR. SARDJITO-YOGYAKARTA Disusun oleh: DEWI FITRIANI J 100 090 060 Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,
BAB I PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009, kesehatan merupakan hak asasi manusia dan satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur harapan hidup ini dapat
Lebih terperinciBlanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI)
Lampiran 1 Blanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI) 1. Intensitas Nyeri a Saat ini saya tidak merasa nyeri (nilai 0) b. Saat ini nyeri terasa sangat ringan (nilai 1) c. Saat ini nyeri terasa ringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada
BAB I PENDAHULUAN Pembangunan Nasional adalah pembangunan yang meliputi segala aspek kehidupan termasuk salah satunya bidang kesehatan. Pembangunan di bidang kesehatan, pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan
Lebih terperincitrauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus
Asuhan neonatus, bayi, dan balita trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus Oleh: Witri Nofika Rosa (13211388) Dosen Pembimbing Dian Febrida Sari, S.Si.T STIKes MERCUBAKTIJAYA
Lebih terperinci: Pensiunan PNS angkatan laut. : Waru surabaya
PROTOKOL STUDY KASUS Nama Mahasiswa : HETI HERLINA NIM : J.100 080 060 Tempat Praktek : RS.DR.RAMELAN SURABAYA Pembimbing : Bp.DEDY HERMAN. P Tanggal pembuatan laporan : 2 Februari 2011 Kondisi/ kasus
Lebih terperinciPresentasi Kasus Spinal Cord Injury
Presentasi Kasus Spinal Cord Injury Evan Pramudito Mulyadi 1110103000049 Audi Fikri Aulia 1111103000025 Kepanitraan Klinik SMF Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam memasuki era globalisasi, khususnya di bidang kesehatan semakin
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam memasuki era globalisasi, khususnya di bidang kesehatan semakin berkembang pula dampak semakin beragam penyakit yang timbul, kini masyarakat sudah mulai mengenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu keadaan bebas dari penyakit baik penyakit fisik maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah merupakan keadaan statis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisioterapi adalah bentuk pelayanan yang di tunjukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG Karya Tulis Ilmiah Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat,
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Disusun Oleh FITRI ISTIQOMAH NIM. J100.060.056 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF berusia 52 tahun dengan keluhan nyeri pinggang bawah dan menjalar sampai kaki kiri akibat Hernia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di era yang serba modern seperti sekarang ini maka mudah sekali untuk mendapatkan semua informasi baik dalam bidang teknologi, bisnis, serta bidang kesehatan. Setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi tangan dan jari dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik dalam aktifitas kerja, vokasi, olahraga maupun kegiatan hobi dan rekreasi sangatlah penting.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang sangat banyak. cidera atau gangguan sendi yang cukup besar. (Kuntono 2003).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keadaan sehat merupakan dambaan bagi setiap orang,karena pada tubuh yang sehat seseorang dapat melaksanakan aktifitas fungsionalnya secara optimal, dengan demikian produktifitasnyapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan tugas-tugasnya dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. sendi bahu dan mengakibatkan gangguan aktivitas fungsional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Dengan kondisi yang
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FROZEN SHOULDER SINISTRA DI RSUD SRAGEN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FROZEN SHOULDER SINISTRA DI RSUD SRAGEN A NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi. Osteoarthritis tergolong penyakit
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER AKIBAT CAPSULITIS ADHESIVA SINISTRA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER AKIBAT CAPSULITIS ADHESIVA SINISTRA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang amat penting dalam melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas dari penyakit,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsional. Banyak faktor yang dapat menimbulkan gangguan aktifitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia sebagai mahluk biopsikososial membutuhkan suatu kondisi atau keadaan tubuh yang optimal untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang (Helmi,2012). Klasifikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang (Helmi,2012). Klasifikasi fraktur menurut hubungan dengan jaringan ikat disekitarnya dibagi menjadi 2 yaitu fraktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya pusat rehabilitasi di Surakarta menuntut pengetahuan lebih
1 BAB I PENDAHULUAN Pada tahun 1948 Prof. Dr. Soeharso mendidik tenaga kesehatan dalam rangka kerja besarnya memulihkan korban perang, dibangun Sekolah Perawat Fisioterapi. Semakin berkembangnya pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini semua proses pekerjaan tidak terlepas dari posisi duduk, mulai dari orang kecil seperti murid sekolah sampai orang dewasa dengan pekerjaan yang memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi penting yaitusebagai stabilisasi serta mobilisasi tubuh.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia terbentuk dari banyak jaringan serta organ yang mempunyai fungsi penting yaitusebagai stabilisasi serta mobilisasi tubuh. Salah satunya adalah tulang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian telah banyak di kembangkan untuk mengatasi masalah-masalah penuaan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan pembangunan dan pengetahuan serta teknologi memberikan dampak bagi segala bidang, khususnya dalam bidang ilmu kesehatan dan informasi. Meningkatnya ilmu pengetahun
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN (KONTRAKTUR)
LAPORAN PENDAHULUAN (KONTRAKTUR) I. KONSEP DASAR MEDIS A. Definisi 1. Kontraktur merupakan suatu keadaan patologis tingkat akhir dari suatu kontraksi. Umumnya kontraktur terjadi apabila pembentukan sikatrik
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMBERIAN TRAKSI OSCILASI PADA PASIEN DENGAN FROZEN SHOULDER
NASKAH PUBLIKASI STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMBERIAN TRAKSI OSCILASI PADA PASIEN DENGAN FROZEN SHOULDER (Disusun Sebagai Prasyarat Konversi Nilai Skripsi) Disusun oleh: Triyana NIM J120141037 Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah merupakan kasus yang banyak ditemui. dalam praktek sehari-hari, umumnya menyerang semua orang tanpa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah merupakan kasus yang banyak ditemui dalam praktek sehari-hari, umumnya menyerang semua orang tanpa mengenal perbedaan umur, jenis kelamin,
Lebih terperinciPembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad. Anggota : Monareza Restantia Shirly D.
OSTEOARTHRITIS Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad Anggota : Monareza Restantia Shirly D. C 111 11 178 Uswah Hasanuddin C 111 11 206 Citra Lady
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J
NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS ELBOW DEXTRA POST FRAKTUR SUPRACONDYLAR HUMERI DENGAN K-WIRE DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J 100 090 02
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan bertambahnya usia menyebabkan penurunan fungsi tubuh termasuk sistim Musculuskeletal, diantaranya anggota gerak bawah yang sangat berperan penting sebagai penopang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. untuk membandingkan adakah perbedaan Visual Analog Scale (VAS)
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto yang berguna untuk membandingkan adakah perbedaan Visual Analog Scale (VAS) terapi TENS dan IR dengan TENS,
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI TENDINITIS SUPRASPINATUS DEXTRA DI RS. AL. DR. RAMELAN SURABAYA
KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI TENDINITIS SUPRASPINATUS DEXTRA DI RS. AL. DR. RAMELAN SURABAYA Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Menyelesaikan
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
1 KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI STIFFNESS ANKLE JOINT SINISTRA AKIBAT POST FRACTURE CRURIS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern seperti sekarang, banyak pekerjaan yang dilakukan oleh sebagian besar orang, salah satunya adalah sebagai Pegawai Negeri Sipil. Dimana profesi sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang paling sering ditemui, yang ditandai dengan kerusakan kartilago dan penyempitan celah
Lebih terperinci