sarana ketahanan sekolah, maka dalam rangka usaha meningkatkan pembinaan ketahanan sekolah bagi sekolah-sekolah di lingkungan pembinaan Direktorat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "sarana ketahanan sekolah, maka dalam rangka usaha meningkatkan pembinaan ketahanan sekolah bagi sekolah-sekolah di lingkungan pembinaan Direktorat"

Transkripsi

1 SEJARAH SINGKAT TENTANG OSIS OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) adalah suatu organisasi yang bera da di tingkat sekolah di Indonesia yang dimulai dari Sekolah Menengah yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). OSIS diurus da n dikelola oleh murid-murid yang terpilih untuk menjadi pengurus OSIS. Bi asanya organisasi ini memiliki seorang pembimbing seorang guru yang dipilih ol eh pihak sekolah. Anggota OSIS adalah seluruh siswa yang berada pada satu sekolah tempat OSIS itu berada. Seluruh anggota OSIS berhak untuk memilih calonnya untuk k emudian menjadi pengurus OSIS. A. Latar Belakang berdirinya OSIS Tujuan nasional Indonesia, seperti yang tercantum pada Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945, adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan selur uh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarka n kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dan secara operasional diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pembangunan Nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan pendidikan merupakan bagian dari Pembangunan Nasional. Di dalam garis-garis besar haluan Negara ditetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang ma ha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Garis-garis Besar Haluan Negara juga menegaskan bahwa generasi muda yang di dalamnya termasuk para siswa adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan undang-undang dasar Mengingat tujuan pendidikan dan pembinaan generasi muda yang ditetapkan baik di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 maupun di dalam garis-garis besar Haluan Negara amat luas lingkupnya, maka diperlukan sekolah sebag ai lingkungan pendidikan yang merupakan jalur pendidikan formal yang sangat penting dan strategis bagi upaya mewujudkan tujuan tersebut, baik melalui prose s belajar mengajar maupun melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. B. Wawasan Wiyatamandala Dengan memperhatikan kondisi sekolah dan masyarakat dewasa ini yang

2 umumnya masih dalam taraf perkembangan, maka upaya pembinaan kesiswaan perlu diselenggarakan untuk menunjang perwujudan sekolah sebagai Wawasan Wiyatamandala. Berdasarkan surat Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah nomor: 13090/CI.84 tanggal 1 Oktober 1984 perihal Wawasan Wiyatamandala sebagai sarana ketahanan sekolah, maka dalam rangka usaha meningkatkan pembinaan ketahanan sekolah bagi sekolah-sekolah di lingkungan pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, mengeterapkan Wawasan Wiyatamandala yang merupakan konsepsi yang mengandung anggapan-anggapan sebagai berikut. 1. Sekolah merupakan Wiyatamandala (lingkungan pendidikan) sehingga tidak boleh digunakan untuk tujuan-tujuan diluar bidang pendidikan. 2. Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh proses pendidikan dalam lingkungan sekolahnya, yang harus berdasarkan Pancasila dan bertujuan untuk: 1) Meningkatkan ketakwaan teradap Tuhan yang maha Esa, 2) Meningkatkan kecerdasan dan keterampilan, 3) Mempertinggi budi pekerti, 4) Memperkuat kepribadian, 5) Mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air. 3. Antara guru dengan orang tua siswa harus ada saling pengertian dan kerjasama yang baik untuk mengemban tugas pendidikan. 4. Para guru, di dalam maupun di luar lingkungan sekolah, harus senantiasa menjunjung tinggi martabat dan citra guru sebagai manusia yang dapat digugu (dipercaya) dan ditiru, betapapun sulitnya keadaan yang melingkunginya. 5. Sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya, namun harus mencegah masuknya sikap dan perbuatan yang sadar atau tidak, dapat menimbulkan pertientangan antara kita sama kita. Untuk mengimplementasikan wawasan Wiyatamandala perlu diciptakan suatu situasi di mana siswa dapat menikmati suasana yang harmonis dan menimb ulkan kecintaan terhadap sekolahnya, sehingga proses belajar mengajar, kegiatan kokurikuler, dan ekstrakurikuler dapat berlangsung dengan mantap. Upaya untuk mewujudkan wawasan Wiyatamandala antara lain dengan menciptakan sekolah sebagai masyarakat belajar, pembinaan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstra-kurikuler, s erta menciptakan suatu kondisi kemampuan dan ketangguhan yakni memiliki tingk at keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, dan kekeluargaan yang mantap Kegiatan Pengembangan Diri yang termasuk ke dalam Pembinaan Wawasan Wiyatamandala yaitu: 1. Bekerja sama dengan Bimbingan dan Konseling, melakukan penyuluhan dan Bimbingan karier bagi seluruh peserta didik 2. Mengadakan/mengikuti Lomba Tata Laksana dan kebersihan kelas 3. Berkebun dan memelihara taman sekolah 4. Kerja Bakti kebersihan lingkungan sekolah dan sekitar sekolah 5. Mengadakan/mengikuti Olahraga bersama antara peserta didik dan seluruh Guru dan karyawan sekolah 6. Berperan sebagai Pengasuh pada program Pengasuhan sebagai Mentor

3 (kakak asuh), Leader dan Pembimbing Siswa (Bingsis) 7. Mengikuti ceramah dan seminar Ketahan Sekolah. C. Struktur Organisasi Pada dasarnya setiap OSIS di satu sekolah memiliki struktur organisasi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun, biasanya struktur keorganisasian dalam OSIS terdiri atas: a) Ketua Pembina (Biasanya Kepala Sekolah) b) Wakil Ketua Pembina (Biasanya Wakil Kepala Sekolah) c) Pembina (Biasanya Guru yang ditunjuk oleh Sekolah) d) Ketua Umum e) Wakil Ketua I f) Wakil Ketua II g) Sekretaris Umum h) Sektetaris I i) Sekretaris II j) Bendahara k) Wakil Bendahara l) Ketua dan Sekretaris Bidang (sekbid) yang mengurusi setiap kegiatan siswa yang berhubungan dengan tanggung jawab bidangnya. Dan biasanya dalam struktur kepengurusan OSIS memiliki beberapa pengurus yang bertugas khusus mengkoordinasikan masing-masing kegiatan ekstrakuriku ler yang ada di sekolah LAMBANG OSIS A. Pencipta Lambang OSIS Lambang OSIS diciptakan oleh Idik Sulaeman. Idik menghabiskan masa kecil di daerah kelahirannya, sampai tamat SMP di Purwakarta dan pindah ke Jakarta saat masuk SMA. Sejak kecil, jiwa seni sudah terlihat dalam dirinya. Tak h eran bila setamat SMA Idik memilih seni rupa sebagai pilihan profesinya dengan menamatkan pendidikan sebagai sarjana seni rupa di Departemen Ilmu Teknik Institut Teknolog i Bandung ITB pada 9 April Idik Sulaeman memulai kariernya di Balai Penelitian Tekstil ( ). Pada 1 Februari 1965 ia diangkat menjadi Kepala Biro Menteri Perindustrian dan Kerajina n yang saat itu dijabat Mayjen TNI dr. Azis Saleh. Dunia seni dan tekstil harus ditinggalkan ketika Idik pindah kerja ke Departemen

4 Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan pada 1 Desember Saat inilah, ia banyak membantu Hus ein Mutahar dalam mewujudkan gagasannya membentuk Paskibraka. Pada 30 Juni 1975, ia diangkat menjadi Kepala Sub Direktorat (Kasubdit ) Pembinaan Kegiatan di Direktorat Pembinaan Generasi Muda (Ditbinmud). Pada 9 Maret 1977, ia mencapai posisi puncak di Ditbinmud setelah ditunjuk se bagai Pelaksana Harian Direktur Pembinaan Generasi Muda, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga (Ditjen PLSOR). Tiga tahun penuh ia benarbenar menjadi â komandanâ dalam latihan Paskibraka, yakni Paskibraka 1977, 1978 dan Pada 24 November 1979, Idik ditarik ke Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Dikdasmen) dan menjabat Direktur Pembinaan Kesiswaan sampai 15 November Selama empat tahun itu, dengan latar belakang pendidikan seni ru pa dan pengalaman kerja di bidang tekstil, Idik mencatat sejarah dalam penciptaan serag am sekolah yang kita kenal sampai sekarang: SD putih-merah, SMP putih-biru dan SMA putih-abu-abu, lengkap dengan lambang sekolah dasar (SD) dan OSIS yang kini selalu melekat di saku kiri seragam sekolah. B. Arti Lambang OSIS Arti Lambang OSIS berdasarkan Kepala Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah No.206/C/Kep. E.81 : 1. Bunga bintang sudut lima dan lima kelopak daun bunga Generasi muda adalah bunga harapan bangsa dengan bentuk bintang sudut lima menunjukkan kemurnian jiwa siswa yang berintikan Pancasila. Para si swa berdaya upaya melalui lima jalan dengan kesungguhan hati, agar menjadi warga negara yang baik dan berguna. Kelima jalan tersebut dilukiskan dalam b entuk lima kelopak daun bunga, yaitu: abdi, adab, ajar, aktif, dan amal (5A). a. Abdi yang berasal dari kata mengabdi b. Adab yang berasal dari kata sopan dan santun c. Ajar yang berasal dari kata mengajar d. Aktif yang berarti orang yang melakukan kegiatan atau suatu ivent tertentu e. Amal yang berasal dari kata beramal 2. Buku terbuka Belajar keras menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi, merupakan sumbangsih siswa terhadap pembangunan bangsa dan negara. 3. Kunci pas Kemauan bekerja keras akan menumbuhkan rasa percaya pada kemampuan diri dan bebas dari ketergantungan pada belas kasihan orang lain, menyebabkan siswa berani mandiri. Kunci pas adalah alat kerja yang dap at membuka semua permasalahan dan kunci pemecahan dari segala kesulitan. 4. Tangan terbuka

5 Kesediaan menolong orang lain yang lemah sesama siswa dan masyarakat yang memerlukan bantuan dan pertolongan, yang menunjukkan adanya sikap mental siswa yang baik dan bertanggung jawab. 5. Biduk/Perahu Lesung Biduk / perahu lesung, yang melaju di lautan hidup menuju masa depan yang lebih baik, yaitu tujuan nasional yang dicita â citakan. 6. Pelangi merah putih Tujuan nasional yang dicitaâ citakan adalah masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sejahtera baik material maupun spiritual. 7. Tujuh belas butir padi, delapan lipatan pita, empat buah kapas, lima daun ka pas Pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah peristiwa penegakan jembatan emas kemerdekaan Indonesia mengandung nilaiâ nilai perjuangan â 45 yang harus dihayati para siswa sebagai kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional. Kemerdekaan yang telah ditebus dengan mahal perlu diisi dengan partisipasi penuh para siswa. 8. Warna kuning Sebagai dasar lambang yaitu warna kehormatan/agung. Suatu kehormatan bila generasi muda diberi kepercayaan untuk berbuat baik dan bermanfaat melalui organisasi, untuk kepentingan dirinya dan sesama mereka, sebagai salah satu sumbangsih nyata kepada tanah air, bangsa dan negara. 9. Warna coklat Dapat berarti sifat kedewasaan dan sikap rela berkorban bagi tanah air. 10. Warna merah putih Warna kebangsaan Indonesia yang menggambarkan hati yang suci dan berani membela kebenaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasion al, berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan diriny a, masyarakat, bangsa dan negara. Penyelenggaraan pendidikan yang dikembangkan mencakup empat aspek kecerdasan, yaitu kecerdasan spiritual (untuk memperteguh keimanan dan ketaqwaan, meningkatkan akhlak mulia, budi pekerti atau moral dan

6 kewirausahaan); kecerdasan intelektual (membangun kompetensi dan kemandirian ilmu pengetahuan dan teknologi); kecerdasan emosional (meningkatkan sensitivitas, daya apresiasi, daya kreasi, serta daya ekspresi seni dan budaya), dan kecerdasa n kinestetis (meningkatkan kesehatan, kebugaran, daya tahan, kesigapan fisi k, dan keterampilan). Dalam mewujudkan tujuan pendidikan tersebut di atas, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan. Pada tingkat teknis, peraturan tersebut dijabarkan dalam bentuk Pedoman Pembinaan Kesiswaan yang menjadi panduan dalam pengembangan berbagai kegiatan siswa di sekolah. Pelaksanaan pembinaan kesiswaan di sekolah adalah men jadi tanggung jawab kepala sekolah. Dengan demikian kepala sekolah dalam kapasitas sebagai manajer maupun leader seharusnya dapat memberdayakan seluruh potensi yang dimilikinya. Dalam pembinaan dan pengembangan potensi, bakat serta minat siswa, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan pembina OSIS harus berperan dalam menyusun rencana program kegiatan pembinaan kesiswaan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler di sekolah sangat tergantung pada komponen warga sekolah dalam merencanakan dan melaksanakan program yang telah dibuat bersama komite sekolah berdasarkan prinsipprinsip manajemen berbasis sekolah. Fenomena di lapangan dalam hal ini di tingkat sekolah, kabupaten/ kota, ataupun provinsi menunjukkan masih terdapat banyak perbedaan dalam penyusunan program kegiatan kesiswaan baik dari segi manajemen maupun teknis operasionalnya. Oleh sebab itu, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Departemen Pendidikan Nasional memandang perlu adanya Panduan Teknis Pembina OSIS. Dengan adanya panduan ini, Pembina OSIS sebagai bagian penting dalam menunjang keberhasilan pembinaan kesiswaan di sekolah, diharapkan memiliki kompetensi manajerial dan teknis operasional yang memadai dalam pengelolaan dan pengembangan program tentang Guru dan Dosen; 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi; 3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan; 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia 6. Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pembinaan Prestasi Siswa yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa; 7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Ta hun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan; 8. Buku Pedoman Pembinaan Kesiswaan. B. Dasar Hukum

7 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4496 ); 2. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 3. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 125/N/2002 tentang Kalender Pendidikan dan Jumlah Jam Belajar Di sekolah; 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 34 Ta hun 2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik Yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan atau Bakat Istimewa; 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan; 6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Ta hun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan. C. Tujuan 1. Pembina OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) memiliki persepsi yang sama dalam memahami dan mengimplementasikan program-program kegiatan kesiswaan di sekolah. 2. Meningkatkan kemampuan teknis manajerial dan operasional bagi pembina OSIS dalam mengoptimalkan bakat dan minat siswa sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. 3. Membantu pembina OSIS dan siswa untuk melaksanakan 0 (sepuluh) mate ri jenis kegiatan kesiswaan. 4. Menumbuhkembangkan sikap kerjasama, nasionalisme, rasa persatuan dan kesatuan bangsa. 5. Pembina OSIS mampu melaksanakan evaluasi dan pelaporan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dokumentasi, laporan hasil belajar dan pemetaan kegiatan kesiswaan di sekolah. D. Hasil Yang Diharapkan 1. Pembina OSIS dapat merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai panduan teknis. 2. Meningkatnya kemampuan teknis manajerial dan operasional bagi pembina OSIS dalam mengoptimalkan bakat dan minat siswa sesuai dengan kondisi sekola h masing-masing. 3. Pembina OSIS dan siswa dapat melaksanakan 0 (sepuluh) materi jenis kegiatan kesiswaan. 4. Tumbuhkembangnya sikap kerjasama, nasionalisme, rasa persatuan dan kesatuan bangsa. 5. Terlaksananya evaluasi dan pelaporan oleh guru pembina OSIS sebagai bahan dokumentasi dan pemetaan kegiatan kesiswaan di sekolah. E. Manfaat Ada beberapa manfaat yang diharapkan dari buku panduan teknis ini baik bagi sekolah secara khusus mapun bagi pemangku kepentingan pendidikan secara umum. 1. Bagi Sekolah a. Memberikan pemahaman kepada warga sekolah tentang arti pentingnya penyelenggaraan pendidikan yang seimbang dan saling menunjang serta

8 saling melengkapi antara kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. b. Menjadi acuan guru pembina OSIS dalam melakukan kegiatan kesiswaan yang mampu menumbuhkembangkan bakat, minat dan berbagai potensi siswa berdasarkan 0 (sepuluh) materi jenis kegiatan. c. Sebagai panduan bagi guru pembina OSIS untuk mengusulkan rencana program kegiatan kesiswaan yang kreatif, inovatif, proporsional, efektif dan efisien. d. Sebagai acuan dalam membangun kultur sekolah menuju wawasan wiyata mandala dan ketahanan sekolah. e. Sebagai panduan dalam melakukan evaluasi dan pelaporan terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dengan hasil-hasilnya. 2. Bagi Pemangku Kepentingan Pendidikan a. Menjadi panduan untuk melakukan langkah-langkah pembinaan kesiswaan melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. b. Menjadi panduan dalam upaya meningkatkan koordinasi dan komunikasi tentang pelaksanaan dan pengembangan program kegiatan kesiswaan di sekolah. c. Sebagai panduan untuk memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan sekolah dalam penyelenggaraan kegiatan kesiswaan. d. Sebagai panduan dalam melakukan supervisi tentang keterlaksanaan program kegiatan kesiswaan di sekolah yang dapat dijadikan pemetaan kegiatan kesiswaan pada tingkat sekolah, kabupaten/kota, provinsi dan nasional. BAB II PRINSIP DAN TEKNIS PELAKSANAAN A. Prinsip Pelaksanaan Upaya-upaya yang dilakukan sekolah dalam rangka meningkatkan prestasi akademis antara lain Olimpiade Sains, lomba-lomba keilmuan, LPIR, Debat Bahasa Inggris, maupun nonakademis antara lain: Olahraga, Seni, Kepribadian, Be la Negara, Wawasan Kebangsaan berdasarkan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Untuk itu sangat dibutuhkan peran dan kreativitas warga sekolah terutama wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru pembina OSIS, pelatih dan siswa. Pembina OSIS sebagai salah satu perangkat pembinaan kesiswaan di sekolah, diharapkan mampu merencanakan dan melaksanakan program kegiatan baik secara manajerial maupun teknis operasional. Pembina OSIS dalam menyusun dan

9 melaksanakan program kegiatan perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Mudah dan Bermanfaat Pelaksanaan pembinaan kesiswaan dibuat dalam program kegiatan yang mudah dilaksanakan, sederhana, terukur dan dapat dilakukan sesuai waktu yang telah direncanakan. Kegiatan yang dilaksanakan harus berdampak positif (bermanfaat), yaitu dapat membawa perubahan pada sikap, perilaku dan perbuatan siswa yang semakin cerdas secara intelektual, emosional, spiri tual dan kinestetik. 2. Normatif dan Bernilai Pelaksanaan pembinaan kesiswaan harus didasarkan pada aturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh warga sekolah. Norma dan nilai-nilai harus menjadi ukuran dan acuan dalam penyusunan program kegiatan kesiswaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi sampai dengan pelaporan. 3. Fleksibel dan Berkembang Program kegiatan pembinaan kesiswaan dikemas dalam bentuk yang dinamis sehingga dapat menyesuaikan dengan situasi, kondisi dan fasilita s sekolah. Program kegiatan yang telah dirancang harus dapat dikembangkan untuk kepentingan penyaluran bakat dan minat siswa, baik kegiatan yang bersifat situasional sampai pada tahap tertentu maupun kegiatan pada jenjang berkelanjutan (kabupaten/kota, provinsi, nasional, internasional). 4. Tidak Diskriminatif Pelaksanaan program kegiatan pembinaan kesiswaan harus dapat dirasakan dan dinikmati oleh semua warga sekolah. Sekolah memberi kesempatan dan keleluasaan untuk menentukan program kegiatan yang direncanakan. 5. Kreatif dan Menyenangkan Setiap program kegiatan kesiswaan yang dilaksanaan sekolah menuntut peran aktif dari pelaksana kegiatan. Program kegiatan sedapat mungkin menumbuhkan kreativitas dan inovasi di kalangan siswa. Pelaksanaan suatu program kegiatan sesungguhnya merupakan aspirasi siswa yang selalu diupayakan agar dapat membangkitkan keceriaan dan penuh semangat. 6. Mengembangkan Minat dan Bakat Siswa Dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program kegiatan harus memperhatikan potensi, minat dan bakat siswa. Hal ini penting karena s uatu program kegiatan yang disusun dan dilaksanakan sudah merupakan hasil penelusuran potensi, minat dan bakat siswa. 7. Terprogram dan Berkelanjutan Dalam pembinaan kesiswaan diperlukan perencanaan yang terprogram dengan baik dan berkelanjutan agar hasil yang diharapkan setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat terukur dan menunjang mutu pendidikan. Program kegiatan juga harus berkesinambungan. 8. Koordinatif dan Kolaboratif Program kegiatan diselenggarakan melalui koordinasi dengan semua pelaksana kegiatan baik dalam tahap persiapan maupun pelaksanaan. Dalam koordinasi diperlukan upaya menggabungkan beberapa unsur yang relevan dan saling menunjang.

10 9. Akuntabel Penyusunan dan pelaksanaan suatu program kegiatan kesiswaan harus dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan aturan dan moral, baik kepada warga sekolah maupun pemangku kepentingan. B. Teknis Pelaksanaan 1. Waktu dan Tempat Pada saat penyusunan suatu program kegiatan, masalah waktu dan tempat harus dipilih secara cermat. Pemilihan waktu, harus berpedoman pada kalender pendidikan dan kegiatan tahunan sekolah. Untuk kepentingan pemilihan wak tu dan tempat, agar dikoordinasikan terlebih dahulu dengan para wakil kepa la sekolah. Pengaturan alokasi waktu dan tempat harus disesuaikan dengan jenis kegiatan, alokasi dana yang tersedia, akses dan mobilitas, serta memenu hi unsur-unsur keamanan dan kenyamanan. 2. Pelaksana Kegiatan Pelaksana kegiatan (panitia) baik dari unsur pimpinan, guru maupun siswa agar sejak persiapan, pelaksanaan sampai dengan pelaporan selalu diikutsertakan. Jika menginginkan suatu kegiatan dapat terlaksana sesuai rencana, maka sejak awal pembentukan kepanitiaan, semua memiliki komitmen yang jelas dan mampu bekerja dalam tim (team work) sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (the right man on the right place). Wujudkan iklim yang kondusif dalam koordinasi, komunikasi, demokrasi, dan sosialisasi serta junjung t inggi transparansi. Para pelaksana kegiatan harus mampu menunjukkan dedikasi, loyalitas dan pengabdian yang tinggi agar setiap program kegiatan yang dilaksanakan selalu sukses, baik sukses dalam penyelenggaraan maupun sukses hasil. 3. Sarana dan Prasarana Pendukung Sarana dan prasarana merupakan bentuk fisik yang menjadi pendukung dalam setiap pelaksanaan suatu program kegiatan baik yang dilakukan di sekitar areal sekolah maupun di luar sekolah. Betapapun suatu perencanaan kegia tan telah disusun dengan baik, namun jika tidak ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai maka hasilnya tidak akan optimal. Oleh karena itu, upayakan sejak persiapan suatu kegiatan agar terlebih dahulu diinventarisir apa yang m enjadi kebutuhan pokok dan penunjang selama kegiatan berlangsung. Sebelum kegiatan dilaksanakan, lakukan check and recheck tentang kelayakan, keamanan dan kenyamanannya baik untuk kepentingan panitia (petugas pelaksana) maupun peserta. Perlu dipikirkan sejak awal alternatif solusi yang dapat diambil jika dalam pelaksanaan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. 4. Pendanaan Masalah pendanaan merupakan salah satu unsur penting yang akan menentukan terlaksana atau tidaknya suatu kegiatan, besar kecilnya jumla h peserta dan meriah tidaknya suatu kegiatan berlangsung. Sebaiknya sejak awal penyusunan program kegiatan harus dengan jelas tertulis sumber dana yan g akan masuk dan rincian penggunaanya. Bila dana dari sekolah dan komite sekolah tidak memadai perlu dikembangkan kreativitas dalam menggalang dana untuk mencari pembiayaan alternatif.

11 Demi baiknya pengelolaan dana, bendahara harus orang yang memiliki komitmen tentang ketelitian, kejujuran, akuntabilitas dan transparansi. BAB III PENGERTIAN, FUNGSI, TUJUAN, TUGAS OSIS DAN STRUKTUR OSIS Dalam upaya mengenal, memahami, dan mengelola Organisasi Siswa Intera Sekolah (OSIS) perlu kejelasan mengenai pengertian, fungsi dan tujuan s erta Organisasi Siswa Intera Sekolah (OSIS). Dengan mengetahui pengertian, fungsi dan tujuan serta struktur OSIS yang jelas, maka akan membantu para pembina, pengurus, dan perwakilan kelas untuk mendayagunakan OSIS ini sesuai dengan fungsi dan tujuannya. A. Pengertian OSIS 1. Secara Semantis Didalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan disebutkan bahwa organisasi kesiswaan di sekolah berbentuk Organisasi Siswa Intera Sekolah (OSIS) d an merupakan oraganisasi resmi di sekolah. OSIS adalah Organisasi Siswa Intera Sekolah. Masing-masing kata mempunyai pengertian: a. Oganisasi Secara umum adalah kelompok kerjasama antara pribadi yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam hal ini dimaksudkan sebagai satuan atau kelompok kerjasama para siswa yang dibentuk dalam usaha mencapai tujuan bersama, yaitu mendukung terwujudnya kesiswaan. b. Siswa Adalah peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah. c. Intera Berarti terletak didalam. Sehingga OSIS merupakan suatu oraganisasi siswa yang ada didalam dan di lingkungan sekolah yang bersangkutan. d. Sekolah Adalah satuan pendidikan tempat menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, yang dalam hal ini sekolah menengah atas atau madrasah yang sederajat. 2. Secara Organisatoris OSIS merupakan satu-satunya oraganisasi siswa yang resmi disekolah. Oleh karena itu setiap sekolah wajib membentuk Organisasi Siswa Intera Sekol

12 ah (OSIS), yang tidak mempunyai hubungan organisatoris dangan oraganisasi kesiswaan disekolah lainn dan tida menjadi bagian/ alat dari organisasi lain yan g ada diluar sekolah. 3. Secara Fungsional Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan, khususnya di bidang pembinaan kesiswaan, arti yang terkangdung lebih jauh dalam pengertian OSIS adalah sebagai jalur pembinaan kesiswaan. 4. Secara Sistemik Apabila OSIS dipandang sebagai suatu sistem, berarti OSIS sebagai tempat kehidupan berkelompok siswa yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini OSIS dipandang sebagai sebuah sistem, dimana para siswa mengadakan koordinasi dalam upaya menciptakan sutatu organisasi yang mampu mencapai tujuan. Oleh karena itu, OSIS sebagai suatu sistem ditandai dengan beberapa ci ri pokok yaitu: a. Berorientasi pada tujuan; b. Memiliki susunan kehidupan berkelompok; c. Memiliki sejumlah peranan; d. Terkoordinasi; e. Berkelanjutan dalam waktu tertentu; B. Fungsi Salah satu ciri pokok suatu organisasi ialah memiliki sebagai macam fungsi. Demikian pula OSIS sebagai suatu organisasi memiliki beberapa fungsi da lam mencapai tujuan. Sebagai jalur pembinaan kesiswaan, fungsi OSIS adalah: 1. Sebagai wadah Organisasi Siswa Intera Sekolah merupakan organisasi resmi disekolah dan sebagai wadah kegiatan para siswa di sekolah dengan jalur pembinaan yang lain untuk mendukung tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan. 2. Sebagai Motivator Motivator adalah pendorong lahirnya keinginan dan semangat para siswa untuk berbuat dan melakukan kegiatan bersama dalam mencapai tujuan. OSIS sebagai motivator berperan untuk menggali dan mengembangkan potensi siswa, yaitu minat dan bakat siswa serta mengembangkannya melalui kegiatan-kegiatan OSIS dan ekstrakulikuler. 3. Sebagai Preventif Apabila fungsi yang bersifat intelek dalam arti secara internal OSIS dapat menggerakan sumberdaya yang ada dan secara eksternal. OSIS mampu mengadaptasi dengan lingkungan, seperti menyelesaikan persoalan perilaku menyimpang siswa dan sebagainya. Dengan demikian secara preventif OSIS ikut mengamankan sekolah dari segala ancaman yang datang dari dalam maupun luar. Fungsi preventif OSIS akan terwujud apabila fungsi OSIS sebagai motivator lebih dahulu harus dapat diwujudkan. C. Tujuan Setiap organisasi selalu memilki tujuan yang ingin dicapai, begitu pula dengan

13 OSIS, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain: 1. Memahami, mengahargai lingkungan hidup dan nilai-nilai dalam mengambil keputusan yang tepat. 2. Membangun landasan kepribadian yang kuat dan mengahargai Hak Azasi Manusia (HAM) dalam konteks kemajuan budaya bangsa. 3. Membangun, mengembangkan wawasan kebangasaan dan rasa cinta tanah air dalam era globalisasi. 4. Memperdalam sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan kerjasama secara mandiri, berfikir logis dan demokratis. 5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta menghargai karya artistik, budaya, dan intelektual. Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani, memantapkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. D. Perangkat OSIS Perangkat OSIS terdiri dari Pembina OSIS, Perwakilan Kelas, dan Pengu rus OSIS. 1. Pembina OSIS a. Pembina OSIS terdiri dari : 1) Kepala Sekolah, sebagai ketua 2) Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan, sebagai wakil ketua. 3) Guru, sebagai anggota, sedikitnya 5 (lima) orang dan dapat berganti an setiap tahun pelajaran. b. Rincian Tugas 1) Kepala Sekolah Sebagai ketua: a) Bertanggung jawab atas seluruh pengelolaan, pembinaan dan pengembangan OSIS disekolahnya; b) Memberikan nasihat kepada perwakilan kelas dan pengurus; c) Mengesahkan keanggotaan perwakilan kelas dengan surat keputusan kepala sekolah; d) Mengesahkan dan melantik pengurus OSIS dengan surat keputusan kepala sekolah; e) Mengarahkan penyusunan anggaran rumah tangga dan program kerja OSIS; f) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pengurus OSIS. 2) Wakil Kepala Sekolah sebagai wakil ketua. a) Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan pengeloaan, pembinaan dan pengembangan OSIS di sekolahnya; b) Memberikan bimbingan dan latihan kepada perwakilan kelas dan pengurus; c) Menyusun dan memproses rekruitmen keanggotaan perwakilan kelas untuk ditindak lanjuti dengan surat keputusan kepala sekolah; d) Memfasilitasi pengesahan dan pelantikan pengurus OSIS oleh kepala sekolah; e) Memfasilitasi dan membimbing penyusunan anggaran rumah tangga dan program kerja OSIS; f) Mefasilitasi dan membina dan penyusunan program kerja OSIS; g) Mengahadiri rapat-rapat OSIS; h) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pengurus OSIS secara berkala setiap tiga bulan sekali; i) Memberikan laporan seluruh kegiatan OSIS secara berkala setiap

14 bulan kepada kepala sekolah (program yang dilaksanakan serta daftar hadir kegiatan serta sasaran yang dicapai). 3) Guru, sebagai anggota. a) Bertanggung jawab atas seluruh operasional pelaksanaan pengelolaan pembinaan dan pengembangan OSIS di sekolahnya; b) Memberikan bimbingan dan latihan kepada perwakilan kelas dan pengurus; c) Membantu Wakesek kesiswaan menyusun dan memproses rekruitmen keanggotaan perwakilan kelas untuk ditindak lanjuti dengan surat keputusan kepala sekolah; d) Membantu dan memfasilitasi pelaksanaan pengesahan dan pelantikan pengurus OSIS; e) Memfasilitasi dan membina secara teksnis penyusunan anggaran rumah tangga dan program kerja OSIS; f) Memfasilitasi dan membina secara teknis pelaksanaan program kerja OSIS; g) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pengurus OSIS secara berkala setiap tiga bulan sekali; h) Memberikan laporan seluruh kegiatan OSIS secara berkala setiap bulan kepada wakil kepala sekolah (program yang dilaksanakan serta daftar hadir kegiatan serta sasaran yang dicapai). 2. Perwakilan Kelas a) Terdiri atas 2 (dua) orang dari setiap kelas. b) Perwakilan kelas bertugas memilih pengurus OSIS, mengajukan usul-usul untuk dijadikan program kerja OSIS dan menilai laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS pada akhir masa jabatannya. c) Perwakilan kelas bertanggung jawab langsung kepada Pembina OSIS d) Masa kerja perwakilan kelas selama satu tahun pelajaran. e) Rincian tugas 1) Mewakili kelasnya dalam rapat perwakilan kelas; 2) Mengajukan usul kegiatan untuk dijadikan program kerja OSIS; 3) Mengajukan calon pengurus OSIS berdasarkan hasil rapat kelas; 4) Memilih pengurus OSIS dari daftar calon yang telah disiapkan; 5) Menilai laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS pada akhir jabatannya; 6) Mempertanggungjawabkan segala tugas kepada kepala sekolah selaku ketua pembina; 7) Bersama-sama pengurus menyusun anggaran rumah tangga. 3. Pengurus OSIS a. Syarat Pengurus OSIS 1) Taqwa tehadap tuhan yang Maha Esa; 2) Memiliki budi pekerti luhur atau akhlaq mulia dan sopan santun; 3) Memiliki bakat sebagai pemimpin; 4) Tidak terlibat penyalahgunaan narkoba; 5) Memiliki kemauan, kemampuan pengetahuan yang memadai; 6) Dapat mengatur waktu dengan sebaik-sebaiknya, sehigga pelajarannya tidak terganggu karena menjadi pengurus OSIS; 7) Pengurus dicalonkan oleh perwakilan kelas; 8) Tidak duduk dikelas terakhir; 9) Syarat lain disesuaikan dengan ketentuan sekolah. b. Kewajiban Pengurus OSIS 1) Menyusun dan melaksanakan program kerja sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga OSIS; 2) Selalu menjunjung tinggi nam baik, kehormatan dan martabat sekolahnya;

15 3) Kepemimpinan pengurus OSIS bersifat kolektif; 4) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Pembina OSIS dan Tembusannya kepada perwakilan kelas pada akhir masa jabatannya; 5) Selalu berkonsultasi dan berkoordinasi dengan Pembina OSIS. c. Struktur dan Rincian Tugas Pengurus OSIS 1) Ketua a) Memimpin Organisasi dengan baik dan bijaksana; b) Mengkoordinasikan semua aparat kepengurusan; c) Menetapkan kebijaksanaan yang telah dipersiapkan dan direncanakan oleh aparat kepengurusan; d) Memimpin rapat; e) Menetapkan kebijaksanaan dan mengambil keputusan berdasarkan musyawarah dan mufakat; f) Setiap saat mengevaluasi kegiatan aparat kepengurusan. 2) Wakil Ketua a) Bersama-sama ketua menetapkan kebijaksanaan; b) Memberi saran kepada ketua dalam rangka mengambil keputusan; c) Menggantikan ketua jika berhalangan; d) Membantu ketua dalam melaksanakan tugasnya; e) Bertanggung jawab kepada ketua; f) Wakil ketua bersama dengan wakil sekretaris mengkoordinasikan seksi-seksi 3) Sekretaris a) Memberi saran/masukan kepada ketua dalam mengambil keputusan; b) Mendampingi ketua dalam memimpin setiap rapat; c) Menyiarkan, mendistribusikan dan menyimpan surat serta arsip yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan; d) Menyiapkan laporan, surat, hasil rapat dan evaluasi kegiatan; e) Bersama ketua menandatangani setiap surat; f) Bertanggungjawab atas tertib administrasi organisasi; g) Bertindak sebagai notulis dalam rapat, atau diserahkan kepada wakil sekretaris; 4) Wakil Sekretaris a) Aktif membantu pelaksanaan tugas sekretaris b) Menggantikan sekretaris jika sekretaris berhalangan; c) Wakil sekretaris membantu wakil ketua mengkoordinir seksi-seksi. 5) Bendahara dan Wakil Bendahara a) Bertanggungjawab dan mengetahui segala pemasukan pengeluaran uang /biaya yang diperlukan; b) Membuat tanda bukti kwitansi setiap pemasukan/pengeluaran uang untuk pertanggungjawaban; c) Bertanggungjawab atas inventaris dan perbendaharaan; d) Menyampaikan laporan keuangan secara berkala. 6) Ketua Seksi a) Bertanggungjawab atas seluruh kegiatan seksi yang menjadi tanggungjawabnya; b) Melaksanakan kegiatan seksi yang telah diprogramkan; c) Memimpin rapat seksi; d) Menetapkan kebijaksanaan seksi dan mengambil keputusan berdasarkan musyawarah dan mufakat; e) Menyampaikan laporan, pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan kepada ketua melalui koordiator.

16 4. Pokok-Pokok Kegiatan Seksi 1) Seksi Keimanan dan Ketakwaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, antara lain : a) Melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama masingmasing; b) Memperingati hari-hari besar keagamaan; c) Melaksanakan perbuatan amaliah sesuai dengan norma agama; d) Mebina toleransi kehidupan antar umat beragama; e) Mengadakan kegiatan lomba yang bernuansa keagamaan; f) Mengembangkan dan memperdayakan kegiatan keagamaan di sekolah; g) Kegiatn lainnya; 2) Seksi Budi Pekerti Luhur/ Akhlaq Mulia, antara lain: a) Melaksanakan tata tertib dan kultur sekolah; b) Melaksanakan gotong royong dan kerja bakti (bakti social); c) Melaksanakan norma-norma yang berlaku dan tata karma pergaulan; d) Menumbuhkembangkan kesadaran untuk rela berkorban terhadap sesama; e) Menumbuhkembangkan sikap hormat dan mengahargai warga sekolah; f) Melaksanakan kegiatan 7K (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kedamaian dan kerindangan); g) Kegiatan lainnya. 3) Seksi Kepribadian Unggul, Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara, anatara lain: a) Melaksanakan upacara bendera pada hari Senin dan atau Sabtu, serta hari-hari besar nasional; b) Menyanyikan lagu-lagu nasional (Mars dan Hymne); c) Melaksanakan kegiatan kepramukaan; d) Mengunjungidan mempelajari tempat-tempat bernilai sejarah; e) Mempelajari dan meneruskan nilai-nilai luhur, kepeloporan, dan semangat perjuangan para pahlawan; f) Melaksanakan kegiatan bela negara; g) Melakukan pertukaran siswa antar daerah dan antar Negara; h) Kegiatan lainnya. 4) Seksi Prestasi Akademik, Seni, dan atau Olahraga, antara lain: a) Mengadakan lomba mata pelajaran /program keahlian; b) Menyelengarakan kegiatan ilmiah; c) Mengikuti kegiatan kegiatan workshop, seminar, diskusi panel yang bernuansa iptek; d) Mengadakan studi banding dan kunjungan (studi wisata) ke tempattempat sumber belajar; e) Mendesain dan memproduksi media pembelajaran; f) Mengadakan pameran karya inovatif dan hasil penelitian; g) Mengoptimalkan pemanfaatan perpusatakaan sekolah; h) Membentuk klub sains, seni dan olaharaga; i) Menyelenggarakan festival lomba seni; j) Menyelenggarakan lomba dan pertandingan olahraga; k) Kegiatan lainnya; 5) Seksi Demokrasi, HAM, Pendidikan Politik, Lingkungan Hidup, Kepekaan dan Toleransi Sosial, antara lain : a) Memantapkan dan mengembangkan peran siswa didalam OSIS sesuai degan tugasnya masing-masing; b) Melaksanakan latihan kepemimpinan siswa; c) Melakasanakan kegiatan dengan prinsip kejujuran, transparan, dan professional;

17 d) Melaksanakan kewajiban dan hak sendiri dan orang lain dalam pergaulan masyarakat; e) Melaksanakan kegiatan kelompok belajar, diskusi, debat dan pidato; f) Melaksanakan kegiatan orientasi siswa baru yang bersifat akademik dan pengenalan lingkungan tanpa kekerasan; g) Melaksanakan penghijauan dan perindangan lingkungan sekolah; h) Kegiatan lainnya. 6) Seksi Kreativitas, keterampilan dan Kewirausahaan, antara lain: a) Menigkatkan kreativitas dan keterampilan dalam menciptakan suatu barang menjadi lebih berguna; b) Meningkatkan kreativitas dan keterampilan di bidang barang dan jasa; c) Meningkatkan usaha koperasi siswa dan unit produksi; d) Menigkatkan kemampuan keterampilan siswa melalui sertifikasi kompetensi siswa berkebutuhan khusus; e) Kegiatan lainnya. 7) Seksi Kualitas Jasmani, Kesehatan dan Gizi, antara lain: a) Melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat; b) Melaksanakan usaha kesehatan sekolah (UKS); c) Melaksanakan pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (narkoba), minuman keras, merokok, dan HIV/AIDS; d) Menigkatkan kesehatan reproduksi remaja; e) Melaksanakan hidup aktif; f) Melakukan diversifikasi pangan; g) Melaksanakan pengamanan jajan anak sekolah; h) Kegiatan lainnya; 8) Seksi Sastra dan Budaya, antara lain: a) Mengembangkan wawasan dan keterampilan siswa di bidang sastra; b) Menyelenggarakan festival/lomba, sastra dan budaya; c) Meningkatkan daya cipta sastra; d) Meningkatkan apresiasi budaya; e) Kegiatan lainnya. 9) Seksi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), antara lain: a) Memanfaatkan TIK untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran; b) Menjadikan TIK sebagai wahana kreativitas dan inovasi; c) Memanfaatkan TIK untuk meningkatkan integritas kebangsaan; d) Kegiatan lainnya. 10) Seksi Komunikasi dalam Bahasa Inggris, antara lain : a) Melaksanakan lomba debat dan pidato; b) Melaksanakan lomba menulis dan korespondensi; c) Melaksanakan English Day; d) Melaksanakan kegiatan berceritera dalam Bahasa Inggris (Storry Telling); e) Melaksanakan lomba puzzies words/ scrabble; f) Kegiatan lainnya. Pokok-pokok kegiatan seksi tersebut di atas dapat dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi daerah dan sekolah masing-masing. E. Forum Organisasi 1. Rapat-rapat a. Rapat Pleno Perwakilan Kelas adalah rapat yang dihadiri seluruh anggota perwakilan kelas. Rapat ini diadakan untuk : 1) Pemilihan pimpinan rapat perwakilan kelas yang terdiri dari seorang ketua, seorang wakil ketua, dan seorang sekretaris; 2) Pencalonan pengurus 3) Memimpin pelaksanaan pemilihan pengurus OSIS; 4) Penilaian laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS pada akhir masa jabatannya;

18 5) Acara, waktu, dan tempat rapat dikonsultasikan dengan Ketua Pembina. b. Rapat Pengurus 1) Rapat pleno pengurus adalah rapat yang dihadiri seluruh anggota pengurus OSIS, untuk membahas : a) penyusunan program kerja tahunan OSIS; b) penilaian pelaksanaan program kerja pengurus OSIS tengah tahunan dan tahunan; c) membahas laporan pertanggungjawaban OSIS pada akhir masa jabatan. 2) Rapat pengurus harian adalah rapat pengurus yang dihadiri oleh ketua, wakil-wakil ketua, sekretaris, wakil-wakil sekretaris, bendahara dan wakil bendahara, untuk membicarakan dan mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan sehari-hari. 3) Rapat koordinasi terdiri dari : Rapat yang dihadiri oleh Ketua, wakil ketua, Sekretaris, wakil sekretaris Bendahara dan wakil Bendahara serta seksi-seksi; 4) Rapat seksi adalah rapat yang dipimpin oleh ketua seksi; 5) Rapat luar biasa dapat diadakan dalam keadaan yang mendesak atas usul pengurus OSIS atau perwakilan kelas, setelah terlebih dahulu dikunsultasikan dan disetujui pembina OSIS. 2. Tata Cara Pemilihan Tata cara pemilihan Perwailan Kelas dan pemilihan Pengurus OSIS adalah sebagai berikut; a. Pemilihan Perwakilan Kelas. 1) Pemilihan perwakilan kelas diselenggarakan pada awal tahun pelajaran baru, hari pertama masuk sekolah, semua siswa yang duduk di kelas yang bersangkutan memilih ketua dan wakil ketua kelas. 2) Anggota perwakilan Kelas terdiri dari 2 (dua) orang siswa tiap kelas yang dipilih secara langsung oleh anggota kelasnya yang dihadiri oleh wali kelas. 3) Anggota perwakilan kelas dapat dirangkap oleh Ketua dan wakil ketua kelas. 4) Kepala Sekolah selaku Ketua Pembina atau menunjuk wakil kepala sekolah segera mengundang semua anggota perwakilan kelas untuk membentuk dan mengesahkan pengurus perwakilan kelas. b. Pemilihan atau pembentukan pengurus OSIS 1) Pemilihan/pembentukan pengurus OSIS diselenggarakan selambatlambatnya 1 (satu) bulan setelah terbentuknya perwakilan kelas. 2) Penyelenggara Pemilihan atau Pembentukan pengurus OSIS dibentuk oleh Kepala sekolah, dengan unsur-unsur panitia pemilihan OSIS terdiri dari : a) Pembina OSIS. b) Pengurus OSIS lama c) Perwakilan Kelas. d) Siswa. Jumlah anggota panitia pemilihan OSIS sekurang-kurangnya 5 (Lima) orang dan sebanyak-bantaknya 10 (sepuluh) orang. 3) Ketua dan wakil ketua OSIS dipilih secara langsung dalam satu paket oleh seluruh siswa dalam waktu 1 (satu) hari dan hasilnya diumumkan secara langsung. 4) Ketua dan wakil ketua terpilih segera melengkapi kepengurusan OSIS

19 selambat-lambatnya 1 (minggu) setelah pemilihan. 3. Pengesahan dan Pelantikan a. Berdasarkan hasil laporan panitia pemilihan OSIS, Kepala Sekolah sebagai pembina OSIS mengeluarkan surat keputusan tentang pengangkatan dan pengambilan sumpah pengusus OSIS yang baru terbentuk. b. Pelantikan pengusus OSIS dikalsanakan pada saat upacara bendera Senin pagi atau Sabtu sore, dengan susunan upacara pelantikan yang diatur oleh sekolah. F. Anggaran Dasar OSIS Secara Struktural Anggaran Dasar OSIS, terdiri dari 7 (tujuh) Bab dan Pasal-pasa l. 1. Bab I. Nama, Waktu dan Tempat Kedudukan 2. Bab II. Asas, Tujuan, dan Sifat 3. Bab III. Keanggotaan dan Keuangan 4. Bab IV. Hak dan Kewajiban Anggota 5. Bab V. Perangkat OSIS. 6. Bab VI. Masa Jabatan 7. Bab VII. Penutup. G. Strategi Pelaksanaan Keberhasilan OSIS sangat ditentukan oleh strategi pelaksanaan dan pembinaan dari elemen pendukungnya. Strategi pelaksanaan OSIS dimulai dari tingkat sekolah â kabupaten/kota â provinsi, dan nasional harus berkesinambungan dan konsisten serta tidak ada tumpang-tindih program kegiatan di tingkat tersebut. 1. Di Tingkat Sekolah Pada tingkat sekolah, komponen-komponen yang mendukung keberhasilan OSIS, yakni kepala sekolah, guru pembina, tenaga kependidikan dan komite sekolah. Peran Kepala Sekolah sebagai pengambil kebijakan di sekolah akan berpengaruh pada keberhasilan OSIS. a. Peran kepala sekolah dapat berupa : 1) Penyediaan ruang OSIS dan fasilitasnya. 2) Kebijakan sekolah yang mendukung keberhasilan OSIS. 3) Memberi kemudahan pada berbagai kegiatan OSIS. 4) Penyertaan pengurus OSIS dalam kegiatan rapat kerja sekolah. b. Peran guru pembina, antara lain: 1) Membimbing pengurus OSIS dalam berbagai Kegiatan OSIS. 2) Membantu tantangan/hambatan yang dihadapi pengurus OSIS. c. Peran tenaga kependidikan, antara lain : Membantu pelaksanaan kegiatan secara teknis operasional. d. Peran komite sekolah, antara lain ; 1) Memberikan fasilitas baik dana maupun dukungan materi lainnya yang dibutuhkan OSIS. 2) Membantu terciptanya hubungan yang harmonis dengan orangtua siswa, atau pun pihak sponsor dalam penggalangan dana untuk kegiatan OSIS. 2. Di Tingkat Kabupaten/Kota/Provinsi

20 Di tingkat kabupaten/kota keberhasilan OSIS juga ditunjang oleh peran aktif dari Kepala Dinas Pendidikan tingkat Kota/Kabupaten/Provinsi. Peran dan kegiatan pembinaan terhadap OSIS dan guru pembina dapat berupa : 1) Pelatihan pengurus OSIS dalam kegiatan keorganisasian. 2) Kegiatan bersama antar OSIS seperti ; karya wisata, gerak jalan, napak tilas sejarah, dll. 3) Pembentukan Badan Koordinasi OSIS Tingkat Kabupaten/Kota. 4) Pelatihan ketrampilan keahlian atau kewirausahaan; seperti perbengkelan, pertanian/pertanaman/tata boga dan tata busana, dll. 3. Di Tingkat Nasional Pada tingkat nasional keberhasilan OSIS sangat ditentukan berbagai kebijakan yang dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini Direktorat Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Peranannya, antara lain ; 1) Pelatihan/TOT/Workshop/Pengurus OSIS dan Pembina OSIS seluruh Indonesia dalam hal keorganisasian OSIS. 2) Pertukaran Pengurus OSIS antar provinsi. 3) Pertukaran Pengurus OSIS dengan OSIS di tingkat regional (ASEAN ) dan internasional. 4) Pagelaran seni budaya nusantara. 5) Kerjasama dengan departemen terkait. 6) Kerjasama dengan Komnas HAM dalam kaitannya dengan desiminasi pelaksanaan HAM di Indonesia. H. Indikator Keberhasilan Keberhasilan kegiatan OSIS di sekolah dapat dilihat dari beberapa indik ator antara lain: 1. Adanya ruang OSIS yang di dalamnya terdapat struktur organisasi dan kepengurusan OSIS, program kerja, sarana dan prasarana yang memadai serta berbagai macam piagam penghargaan yang diperoleh sebagai hasil prestasi yang dicapai. 2. Keterlibatan pengurus OSIS, anggota OSIS/siswa dalam berbagai kegiatan sekolah dengan masyarakat, seperti memperingati hari-hari besar nasional, macam-macam kegaiatan lomba, kegiatan sosial, seni budaya, dan sebagainya. 3. Terselenggarakannya pelatihan kepemimpinan bagi para pengurus, perwakilan kelas, dan anggota, baik di lingkungan sekolah maupun kabupaten/provinsi. 4. Terselenggaranya berbagai kerjasama antar sekolah dalam berbagai macam kegiatan olah raga, seni, pramuka, dan sebagainya. 5. Terbentuknya kelompok-kelompok belajar, forum ilmiah di tingkat sekol ah maupun antar sekolah. 6. Terbinanya dengan baik pelatihan upacara bendera di sekolah. 7. Terselenggaranya latihan/lomba baris-berbaris pada hari-hari tertentu secara terencana dan terus menerus. 8. Dilaksanakannya materi dan jenis kegiatan pembinaan kesiswaan secara terencana dan berkelanjutan. 9. Terbinanya hubungan yang penuh kekeluargaan antar sesama siswa, antar pejabat, hubungan dengan guru, kepala sekolah, orang tua siswa dan masyarakat. 10. Terwujudnya sekolah sebagai Wawasan Wiyatamandala

21 I. Fungsi dan Tugas OSIS 1. Wadah untuk menampung dan menyalurkan aspirasi siswa serta menetapkan garis-garis program; 2. Pelaksanaan kegiatan kesiswaan; 3. Sarana komunikasi antar siswa; 4. Wadah pengembangan potensi diri siswa, sebagai calon seorang ilmuan dan intelektual yang berguna di masa depan; 5. Pengembangan pelatihan keterampilan organisasi, manajemen, dan kepemimpinn siswa; 6. Pembinaan pengembangan dan pemberdayaan kecakapan hidup (Life Skills) Pembinaan, pengembangan dan permberdayaan kader-kader bangsa; J. Bidang-bidang kegiatan 1. Bidang pembinaan, keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2. Bidang pembinaan budi pekerti luhur dan akhlak mulia; 3. Bidang pembinaan kepribadian unggul, wawasan kebangsaan dan bela negara; 4. Bidang pembinaan peningkatan prestasi pendidikan kesehatan jasmani 5. Bidang pembinaan kehidupan berdemokrasi, hak azasi manusia, pendidika n politik dan lingkungan hidup; 6. Bidang pembinaan keterampilan dan kewirausahaan; 7. Bidang pembinaan kualitas jasmani dan kesehatan; 8. Bidang pembinaan Apresiasi dan persepsi karya seni 9. Bidang pembinaan teknologi informasi dan komunikasi; 10. Bidang pembinaan bahasa inggris; BAB IV ADMINISTRASI PEMBINAAN OSIS A. Maksud dan Tujuan Maksud pembinaan kesiswaan adalah mengusahakan agar para siswa dapattumbuh dan berkembang sebagai manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila. Tujuan pembinaan kesiswaan adalah meningkatkan peranserta dan inisiatif para siswa untuk menjaga dan membina sekolah sebagai Wiyatamandala sehingga terhindar dari usaha pengaruh yang bertentangan dengan kebudayaan nasion al; menumbuhkan daya tangkal pada diri siswa terhadap pengaruh negatif yang datang dari luar lingkungan sekolah; memantapkan kegiatan kurikuler dan ekstrakur ikuler

MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS )

MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS ) MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS ) A. Pendahuluan Tujuan nasional Indonesia, seperti yang tercantum pada Pembukaan Undangundang Dasar 1945, adalah melindungi

Lebih terperinci

1. Seksi Pembinaan Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan YME, antara lain: a. Melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama masing-masing.

1. Seksi Pembinaan Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan YME, antara lain: a. Melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama masing-masing. - A. Program Seksi / Bidang Pokok-pokok kegiatan seksi: 1. Seksi Pembinaan Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan YME, antara lain: a. Melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama masing-masing.

Lebih terperinci

Syarat dan Tugas Pengurus OSIS SMAK PENABUR Cirebon Tahun Ajaran 2016/2017

Syarat dan Tugas Pengurus OSIS SMAK PENABUR Cirebon Tahun Ajaran 2016/2017 BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR SMA KRISTEN PENABUR Jalan Ciptomangunkusumo No. 24 Cirebon Telp. (0231) 206024 Fax. (0231) 245119 E-mail : smak1@penaburcirebon.sch.id www.smak1.penaburcirebon.sch.id Syarat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRSALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

SEJARAH SINGKAT TENTANG OSIS

SEJARAH SINGKAT TENTANG OSIS SEJARAH SINGKAT TENTANG OSIS OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) adalah suatu organisasi yang berada di tingkat sekolah di Indonesia yang dimulai dari Sekolah Menengah yaitu Sekolah Menengah Pertama

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRSALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

Oleh : RUSLAN EFFENDI Bahan Materi Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa SMK MAKMUR 1 CILACAP

Oleh : RUSLAN EFFENDI Bahan Materi Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa SMK MAKMUR 1 CILACAP Oleh : RUSLAN EFFENDI Bahan Materi Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa SMK MAKMUR 1 CILACAP Email : putrasawangan73@yahoo.co.id ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) ORGANISASI = KUMPULAN DARI ORANG ORANG

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA OSIS SMP NEGERI 01 PONDOK KUBANG PERIODE

PROGRAM KERJA OSIS SMP NEGERI 01 PONDOK KUBANG PERIODE ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) SMP NEGERI 01 PONDOK KUBANG Jl. Taman Hutan Raya Desa Tanjung Terdana Kec. Pondok Kubang PROGRAM KERJA OSIS SMP NEGERI 01 PONDOK KUBANG PERIODE 2017 2018 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Oleh : RUSLAN EFFENDI Bahan Materi Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa SMK MAKMUR 1 CILACAP

Oleh : RUSLAN EFFENDI Bahan Materi Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa SMK MAKMUR 1 CILACAP Oleh : RUSLAN EFFENDI Bahan Materi Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa SMK MAKMUR 1 CILACAP Email : putrasawangan73@yahoo.co.id ORGANISASI Pengertian : 1. Etimologi (Bahasa): Organisasi berasal dari kata

Lebih terperinci

ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) SMP NEGERI 1 JATIROTO Alamat : Jln. Jatiroto Jatisrono, Wonogiri Tlp. (0273) blog : -

ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) SMP NEGERI 1 JATIROTO Alamat : Jln. Jatiroto Jatisrono, Wonogiri Tlp. (0273) blog : - KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat Rahmat, nikmat, dan karunia- Nya lah kami dapat menyelesaikan Proposal Program kerja ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Proposal

Lebih terperinci

Program Pembinaan Kesiswaan MAN 1 Kota Bandung

Program Pembinaan Kesiswaan MAN 1 Kota Bandung Program Pembinaan Kesiswaan MAN 1 Kota Bandung A. Latar Belakang Upaya peningkatan mutu kualitas Sumber Daya Manusia yang cerdas, terampil, berakhlak mulia dan mampu hidup bersaing adalah tuntutan dari

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR, Menimbang : a. bahwa program kepemudaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS 4 IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Dasar (UUD) 1945 maupun didalam Garis-Garis Besar Haluan Negara dalam

Dasar (UUD) 1945 maupun didalam Garis-Garis Besar Haluan Negara dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang merupakan jalur pendidikan formal yang sangat penting dan strategis bagi upaya mewujudkan tujuan pendidikan dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, 1 WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANDUNG, Menimbang : a. bahwa pembangunan manusia

Lebih terperinci

RANCANGAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH SMK NEGERI 1 BOJONGPICUNG

RANCANGAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH SMK NEGERI 1 BOJONGPICUNG RANCANGAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH SMK NEGERI 1 BOJONGPICUNG DISUSUN OLEH: PENGURUS OSIS PERIODE 2008/2009 BOJONGPICUNG 2009 LEMBAR PENGESAHAN ANGGARAN DASAR

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM Pasal 1 Pengertian Umum Pendidik dan peneliti adalah ilmuwan berprofesi pendidik dan peneliti

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA WAKIL REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN PEROIDE

PROGRAM KERJA WAKIL REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN PEROIDE PROGRAM KERJA WAKIL REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN PEROIDE 2015-2019 Tema : REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DAN KARAKTER AKA DI LINGKUNGAN KAMPUS Dr. H. Suherna,.M.Si Pendahuluan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah unsur penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, Untuk melindungi

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 ANGGARAN DASAR Halaman 1 dari 2 halaman 2 IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Lebih terperinci

SEJARAH TERBENTUKNYA OSIS DI INDONESIA

SEJARAH TERBENTUKNYA OSIS DI INDONESIA SEJARAH TERBENTUKNYA OSIS DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1. Sejarah Terbentuknya OSIS Sebelum lahirnya OSIS, di sekolah-sekolah tingkat SLTP dan SLTA terdapat organisasi yang bebagai macam corak bentuknya.

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 15 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan menengah di wilayah kota Jakarta Barat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 10 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan menengah di wilayah kota Jakarta Barat berdasarkan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OSIS : MENGUPAS TUNTAS TENTANG OSIS LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN OSIS TINGKAT KOTA MAGELANG

PENGELOLAAN OSIS : MENGUPAS TUNTAS TENTANG OSIS LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN OSIS TINGKAT KOTA MAGELANG PENGELOLAAN OSIS : MENGUPAS TUNTAS TENTANG OSIS LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN OSIS TINGKAT KOTA MAGELANG Jumat, 04 Januari 008 PERSAHABATAN, YANG MERUPAKAN IKATAN SUCI, AKAN LEBIH SAKRAL DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB II HASIL SURVEY. bertempat di Jl. Jenggolo Gg. III No. 61, Sidoarjo. Sekolah ini memiliki 4

BAB II HASIL SURVEY. bertempat di Jl. Jenggolo Gg. III No. 61, Sidoarjo. Sekolah ini memiliki 4 BAB II HASIL SURVEY 2. Gambaran Umum SMK PGRI 2 Sidoarjo SMK PGRI 2 Sidoarjo adalah sekolah menengah kejuruan swasta yang bertempat di Jl. Jenggolo Gg. III No. 6, Sidoarjo. Sekolah ini memiliki 4 program

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR

Lebih terperinci

ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS)

ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) adalah satu-satunya organisasi siswa yang ada di sekolah. OSIS di suatu sekolah tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014-2018 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG DINAS PENDIDIKAN JALAN DR. SUTOMO 36 TEMANGGUNG 56212 TELEPON/FAX (0293) 491148 Maret 2014 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013 aminhaedari@yahoo.com PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013 DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN ORGANISASI LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

OSIS, EKSTRAKURIKULER, DAN WAWASAN WIYATA MANDALA

OSIS, EKSTRAKURIKULER, DAN WAWASAN WIYATA MANDALA OSIS, EKSTRAKURIKULER, DAN WAWASAN WIYATA MANDALA EMPAT JALUR PEMBINAAN KESISWAAN 1. Organisasi Kesiswaan 2. Latihan Kepemimpinan 3. Kegiatan Ekstrakurikuler 4. Kegiatan Wawasan Wiyata Mandala ORGANISASI

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L No. 1449, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPORA. Sentra Pemberdayaan Pemuda. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG SENTRA PEMBERDAYAAN PEMUDA DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 3 SERI E TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN ORGANISASI LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT KELURAHAN,

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KEPPRES 76/1993, PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

KEPPRES 76/1993, PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA KEPPRES 76/1993, PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 76 TAHUN 1993 (76/1993) Tanggal: 18 AGUSTUS 1993 (JAKARTA)

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG TATA LAKSANA ORGANISASI KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG TATA LAKSANA ORGANISASI KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS GADJAH MADA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG TATA LAKSANA ORGANISASI KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS GADJAH MADA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2010 PENDIDIKAN. Kepramukaan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12

Lebih terperinci

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP.19651216 198903 2 012 Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

Lebih terperinci

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA LANGSA,

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEBAGAI SALAH SATU JALUR PEMBINAAN KESISWAAN

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEBAGAI SALAH SATU JALUR PEMBINAAN KESISWAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEBAGAI SALAH SATU JALUR PEMBINAAN KESISWAAN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Pendidikan Dan Latihan JARDIKNAS Yang Diselenggarakan Oleh ICT Kabupaten Cianjur DISUSUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 9 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

OSIS, EKSTRAKURIKULER, DAN WAWASAN WIYATA MANDALA

OSIS, EKSTRAKURIKULER, DAN WAWASAN WIYATA MANDALA EMPAT JALUR PEMBINAAN KESISWAAN OSIS, EKSTRAKURIKULER, DAN WAWASAN WIYATA MANDALA 1. Organisasi Kesiswaan 2. Latihan Kepemimpinan 3. Kegiatan Ekstrakurikuler 4. Kegiatan Wawasan Wiyata Mandala ORGANISASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA GUNUNGREJO, Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 1 PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA Penyelenggaraan pendidikan pada perguruan tinggi tidaklah semata-mata ditujukan pada upaya menyiapkan mahasiswa menjadi lulusan yang berilmu

Lebih terperinci

MUKADIMAH. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa

MUKADIMAH. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa Bahwa PDI Perjuangan sebagai partai nasionalis yang berasaskan Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci