BAB I PENDAHULUAN. Sejak revolusi industri, perusahaan-perusahaan telah berusaha keras
|
|
- Lanny Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak revolusi industri, perusahaan-perusahaan telah berusaha keras menemukan langkah terobosan untuk mendapatkan keuntungan kompetitif dan meningkatkan penjualan. Tipe umum perusahaan pada abad 20 adalah perusahan besar terintegrasi yang dapat memiliki, mengatur, dan mengontrol secara langsung semua asetnya. Pada tahun 1960-an berbagai himbauan dalam berbagai pertemuan ekonomi dilakukan untuk mengadakan diversifikasi (Penggolongan), memperbesar basis perusahaan, serta mengambil keuntungan dari perkembangan ekonomi. Pada tahun 1970 dan 1980, perusahaan berusaha dalam persaingan global, tetapi banyak yang mengalami kesulitan karena kurangnya persiapan akibat struktur manajemen yang membengkak. Akibatnya, risiko usaha dalam segala hal termasuk risiko ketenagakerjaan pun meningkat. Tahap ini merupakan awal timbulnya pemikiran outsourcing pada dunia usaha. Untuk meningkatkan keluwesan dan kretifitasnya, banyak perusahaan besar yang membuat strategi baru dengan konsentrasi pada bisnis inti (core bussines), mengidentifikasi proses yang kritikal, dan memutuskan hal-hal yang harus di outsource. 1 Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, dunia usaha dituntut untuk mampu bersaing demi tercapainya pemenuhan kebutuhan di segala 1 Chandra Suwono, Outcourcing Implementasi di Indonesia, 2003, Elex Media Komputindo, Jakarta, hlm 4. 1
2 aspek. Berkaitan dengan hal itu, perusahaan-perusaan di Indonesia dituntut pula untuk meningkatkan produksinya agar dapat bersaing di era pasar bebas ini. Dalam usaha aspek pekerja (human resource) mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan tingkat produktivitas suatu perusahaan, karena dengan adanya pengelolaan pekerja yang baik serta diimbangi dengan penerapan teknologi yang mutakhir tingkat produksi suatu peruasahaan akan jauh lebih baik. Perubahan dalam penerapan hasil teknologi modern dewasa ini banyak disebut sebagai salah satu penyebab bagi terjadinya perubahan sosial, termasuk di bidang hukum ketenagakerjaan. Menurut Robert A. Nisbet dalam bukunya Social Change and History, bahwa dengan timbul perubahan di dalam susunan masyarakat yang disebabkan oleh munculnya golongan buruh. Pengertian hak milik yang semula mengatur hubungan yang langsung dan nyata antara pemilik dan barang juga mengalami perubahan karenanya. Sifatsifat kepemilikan menjadi berubah, oleh karena sekarang barang siapa yang memiliki alat-alat produksi bukan lagi hanya menguasai barang, tetapi juga menguasai nasib ribuan manusia yang hidup sebagai buruh. 2 Pada dasarnya, pola perjanjian kerja dalam bentuk outsourcing secara umum adalah ada beberapa pekerjaan kemudian diserahkan ke perusahaan lain yang telah berbadan hukum, dimana perusahaan yang satu tidak berhubungan secara langsung dengan pekerja tetapi hanya kepada perusahaan 2 Robert A. Nisbet, 1972, Social Change and History Aspects of the Western tehory of Development, London, Oxford University Press, Dalam Satjipto Rahardjo, 1980, Hukum dan Masyrakat, Angkasa, Bandung, hlm 97 2
3 penyalur atau pengerah pekerja. Pendapat lain menyebutkan bahwa outsourcing adalah pemberian pekerjaan dari satu pihak kepada pihak lainnya dalam 2 (dua) bentuk, yaitu : 3 a. Mengerahkan dalam bentuk pekerjaan. b. Pemberian pekerjaan oleh pihak I dalam bentuk jasa pekerja. Di Indonesia sendiri, mengenai outsourcing pada dasarnya belum dijelaskan secara jelas. Namun, jika dikaitkan dengan pengertian secara harfiah, dapat dikaitkan dengan Pasal 64, 65 dan 66 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang mengatur tentang hubungan kerja yang hampir sama dengan konsepsi outsourcing. Dimana Outsourcing diartikan sebagai salah satu perjanjian kerja yang dibuat dengan antara pengusaha dengan pekerja, dimana perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis. Dengan demikian, terdapat tiga pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Outsourcing, yaitu perusahan penyedia jasa, perusahaan pengguna jasa, dan pekerja, dimana hubungan hukum pekerja/buruh bukanlah dengan perusahaan pengguna tetapi dengan perusahaan penyedia jasa (vendor). 4 Pada perkembangannya, sistem outsourcing tersebut banyak dimanfaaatkan oleh pengusaha dan menjadi trend (kecendrungan / gaya) 3 Hendro Yuono, dalam Laksanto Utomo, Permasalahan Outsourcing Dalam Sistem Ketanagakerjaan di Indonesia, Jurnal Lex Publica, Vol 1, No 1, Januari 2014, hlm 3 4 Jehani, 2008, Hak-hak Karyawan Kontrak, Forum Sahabat, Jakarta, hlm 23 3
4 dalam proses produksi. Dimana sejak adanya UU ketenagakerjaan nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, secara massif terjadi gerakan pergantian status kerja dari pekerja tetap menjadi pekerja kontrak, melalui sistem outsourcing. Proses tersebut jelas sangat rentan akan terjadinya praktek eksploitasi terhadap pekerja yang dilakukan oleh perusahaan, tidak hanya pada perusahaan pengguna jasa, tetapi juga pengusaha penyedia jasa. Dimana pekerja harus menyalurkan beberapa persen dari gaji mereka yang minim untuk disalurkan pada perusahaan yang membawa mereka. Apalagi Undangundang tersebut menjadi dasar hukum bagi pengusaha untuk mengganti status pekerja tanpa mengikuti prosedur yang ada, beberapa kasus memunculkan pemutusan hubungan kerja tanpa diberi hak-hak yang seharusnya mereka terima. Pada dasarnya kewajiban buruh terhadap pengusaha yaitu melakukan pekerjaan, menaati peraturan dan petunjuk pengusaha serta membayar ganti rugi/denda apabila melakukan perbuatan yang merugikan perusahaan. Adapun kewajiban pengusaha terhadap buruh yaitu memberikan istirahat/cuti, mengurus perawatan dan pengobatan, memberikan surat keterangan dan membayar upah secara tepat waktu. Dimana hak dan kewajiban tersebut dicantumkan ke dalam perjanjian kerja sebagai dasar pelaksanaan hubungan kerja yang berisi hak dan kewajiban tersebut. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara seorang buruh dengan majikan, perjanjian mana ditandai oleh ciri-ciri adanya suatu upah atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), 4
5 yaitu suatu yang berdasarkan mana pihak yang satu (pengusaha) berhak memberikan perintah perintah yang harus ditaati oleh pihak lain. 5 Berbeda dengan konteks pekerja yang sistemnya langsung pada perusahaan pengguna, dalam sistem outsourcing untuk pelaksanaan kewajibannya, di satu sisi pekerja outsourcing harus mematuhi peraturanperaturan yang ditetapkan oleh perusahaan penyalur, di sisi lain pekerja outsourcing juga harus mematuhi peraturan-peraturan yang diterapkan pada perusahaan tempat karyawan outsourcing bekerja, misal karyawan outsourcing harus mengikuti ketentuan jam kerja, target produksi, peraturan bekerja, dan lain-lain di perusahaan tempat karyawan outsourcing bekerja. Setelah mematuhi proses itu, baru karyawan outsourcing bisa mendapat upah dari perusahaan penyalur. Adapun peraturan-peraturan yang diterapkan perusahaan tersebut bertujuan untuk meningkatkan komitmen karyawan sehingga Karyawan yang berkomitmen tinggi mempunyai peluang yang lebih besar untuk mencapai tujuan yang diharapkan vendor maupun perusahaan pengguna jasa. Pekerja dengan komitmen tinggi tersebut biasanya memiliki rasa kesetiaan dan rasa suka terhadap perusahaan atau pekerjaannya. Rasa kesetiaan dan suka terhadap perusahaan atau pekerjaan secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja karyawan dalam memberikan hasil yang terbaik sehingga dapat memunculkan prestasi kerja karyawan dalam perusahaan. 5 Lalu Husna, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Edisi Revisi, Raja Grafindo, Jakarta, hlm 53 5
6 Perusahaan akan lebih mudah mencapai sasaran dan tujuannya apabila karyawan mempunyai komitmen terhadap perusahaan. Keberhasilan perusahaan dapat dinilai dari kekuatan perusahaan itu sendiri. Besarnya peluang bisnis di bidang penyedia jasa pekerja membuat persaingan di bisnis ini semakin ketat dalam berkompetisi dengan perusahaan lainnya. Dimana berdasarkan tingginya persaingan tersebut, mendorong para vendor untuk tetap bertahan dan tumbuh untuk tetap menjadi pemain besar di bisnis ini dengan memberikan kinerja perusahaan yang baik (good performance). Good corporate performance dihasilkan dari fungsi sumber daya manusia yang efektif dan dengan pengelolaan penilaian kinerja yang teratur sehingga akan berimbas kepada kinerja finansial perusahaan yang lebih baik. 6 Proses penilaian kinerja tersebutlah yang kemudian dikenal dengan performance appraisal. Terkait Performance Appraisal sendiri, pengertiannya dapat dilihat dari penjelasan dari Alberto Bayo-Morienes, dkk, yang menyatakan : 7 Formal performance appraisal is a human resource management (HRM) practice that has attracted considerable attention from both practitioners and scholars (see Fletcher, 2001). The interest in the implementation of formal performance appraisal systems stems from the fact that such practice may accomplish a wide variety of functions. These functions may include the monitoring of employees, the communication of organisational values and objectives to workers, the evaluation of hiring and training strategies, and the validation of other HRM practices (see Baron and Kreps, 1999). 6 Asrini Mutiasari Murdianto, Pengaruh Sistem Penilaian Kinerja Terhadap Motivasi Karyawan Kantor Pusat PT Infomedia Nusantara di Jakarta, diakses dari pada Jum at, 2 September Alberto Bayo-Morienes, etc, Performance appraisal: Dimensions and Dterminants, Iza Disucssions Paper Series No. 5623, Bonn,
7 Selain itu juga ditambahkan bahwa: 8 In addition, the design of a performance appraisal system is complex due to the multiple dimensions involved and because of the various interests in evaluation outcomes among different agents. As a result, research on the issue is extensive and has focused on a broad range of aspects (see Levy and Williams, 2004) Pada prakteknya, bagi pekerja outsourcing adanya konsepsi performance appraisal tersebut, menjadikan posisi pekerja semakin rentan untuk di eksploitasi serta terjadinya diskriminasi, hal ini dikarenakan, penilaian kinerja dapat menjadi salah satu alasan adanya pemutusan hubungan kerja bagi pekerja outsourcing, apalagi jika dibuat tanpa tolak ukur yang jelas dan pasti bagi pekerja outsourcing. Dan lebih dari itu, penilaian kinerja tersebut kebanyakan tidak dimasukkan di dalam perjanjian kerja outsourcing, namun secara tidak langsung ditetapkan melalui peraturan perusahaan. Sebagai contoh misalnya sebanyak 21 dari 80 orang pekerja kontrak (TKK) di Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Lebong, Bengkulu, dipecat alias diputus kontrak, karena kinerja buruk dan tidak disiplin. 9 Selain itu, dalam kasus lainnya, Dinas Pekerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Bekasi, Jawa Barat telah menanggapi permasalah 8 Ibid 9 Puluhan TKK Dishutbun Lebong Dipecat, berita tanggal 3 Februari 2016, diakses dari pada 21 Desember
8 pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh perusahaan daerah setempat karena melemahnya kinerja karyawan. 10 Pemutusan hubungan kerja tersebut menurut Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Persyaratan Kerja pada Dinas Tenagakerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Bekasi, Nurhidayah, disebabkan oleh melemahnya kinerja oleh para karyawan di semua perusahaan. Selanjutnya, dalam pemutusan ini sudah banyak laporan yang diterima terjadi karena permasalahan ketenagakerjaan seperti indispliner dan adanya persoalan di internal perusahan. Adapun bila dikaitkan dengan jumlah perusahaan yang ada di daerah setempat itu banyak. Dan yang di PHK juga banyak pula, tetapi jangan hanya menyudutkan pengusahanya semata. Melainkan juga harus melihat dasarnya, agar dapat mengambil solusi terbaiknya. Permasalahan tersebut tidak hanya dikarenakan ego, tetapi dasarnya harus jelas diawal seperti isi kontrak kerja, atau surat keputusan perusahaan yang mengaturnya. agar setiap sengketa persoalan ketenagakerjaan bisa dilakukan mediasi terlebih dulu antara serikat pekerja dengan manajemen perusahan. Tujuannya untuk mencari solusinya, sehingga PHK bisa dihindari. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sendiri menyebutkan bahwa salah satu tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah memberikan perlindungan kepada pekerja dalam mewujudkan kesejahteraan (Pasal 4 huruf c), kemudian disebutkan setiap pekerja/buruh berhak 10 PHK Karena Melemahnya Kinerja Karyawan, berita tanggal 26 september 2016, diakses dari pada 21 desember
9 memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha (Pasal 6). Selain hal tersebut terkait dengan pemberlakuannya pada pekerja outsourcing, menurut Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jamsos Kementerian Pekerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), R. Irianto Simbolon, menjelaskan praktik outsourcing sudah ditetapkan melalui Putusan MK No. 27 Tahun 2011 mengenai pengujian Pasal 59, 64, 65 dan 66 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terhadap UUD Selanjutnya menurut R. Irianto Simbolon, perusahaan penerima pekerjaan harus meningkatkan kualitas SDM pekerja atau buruh outsourcing. Namun, perusahaan penerima pekerjaan juga harus memberikan imbalan yang proporsional kepada pekerja atau buruh outsourcing sesuai dengan masa kerjanya. Sedangkan untuk perusahaan pemberi pekerjaan, Irianto mengharapkan beberapa hal. Pertama, menetapkan standar kepada pekerja atau buruh yang dapat dipekerjakan di perusahaan pemberi pekerjaan, Kedua, memastikan adanya kelangsungan kerja berupa pengalihan hak-hak pekerja atau buruh outsourcing dalam hal perusahaan penerima pekerjaan tidak lagi mendapatkan pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan. Ketiga, membuat akses pengawasan terhadap pelaksanaan perjanjian kerja antara perusahaan 11 Perlu Solusi Tepat Atasi Persoalan Outsourcing, berita/baca/lt4ffc094901da7/perlu-solusi-tepat-atasi-persoalan-ioutsourcing-i, diakses pada 21 Desember
10 penerima pekerjaan dengan pekerja atau buruh yang dituangkan di dalam perjanjian pemborongan atau perjanjian penyediaan jasa. 12 Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti kemudian tertarik untuk menelusuri secara lebih mendalam bagaimana perlindungan terhadap pekerja outsourcing dalam penerapan performance appraisal, melalui penelitian dengan tema Sistem Penilaian Kinerja dan Dampaknya Terhadap Perlindungan Hak-Hak Pekerja Outsourcing Dari Perspektif Undang-Undang Ketenagakerjaan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperoleh beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah Standarisasi Sistem Penilaian Kinerja Terhadap Pekerja/Buruh outsourcing telah sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan? 2. Bagaimana dampak pelaksanaan penilaian kinerja jika dikaitkan dengan aspek-aspek perlindungan hukum pekerja/buruh outsourcing? C. Tujuan Penelitian Melalui penjabaran secara deskiptif, dengan menggambarkan refleksi dari permasalahan yang telah dijelaskan diatas, penelitian ini kemudian bertujuan untuk: 12 Ibid 10
11 a. Mengetahui dan mengkaji kesesuaian standar sistem penilaian kinerja terhadap buruh outsourcing dengan pengaturan di dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan b. Untuk mengetahui dan mengkaji objektivitas pelaksanaan penilaian kinerja jika dikaitkan dengan aspek-aspek perlindungan hukum terhadap pekerja outsourcing. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak terkait, antara lain : 1. Manfaat Teoritis Dari penelitian ilmu pengetahuan, khususnya ilmu Hukum Bisnis, tulisan ini dapat dijadikan penambah literatur dalam memperluas pengetahuan hukum masyarakat serta dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Hukum Bisnis, khususnya pengetahuan mengenai Penerapan standarisasi penilaian kinerja terhadap pekerja outsourcing dan kesesuaiannya dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan. 2. Manfaat Praktis Secara praktis bagi penulis, dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis dengan mengembangkan cakrawala berpikir penulis. Dalam hal ini menyangkut pentingnya perlindungan hukum bagi pekerja outsourcing, berkaitan dengan implementasi standari penilaian kinerja. Kemudian Bagi masyarakat dan khalayak 11
12 umum, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran hukum mayarakat dalam perlindungan bagi pekerja outsourcing secara lebih menyeluruh. Adapun bagi Lembaga Negara hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam upaya penguatan perlindungan pekerja outsourcing. Dan bagi Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam proses pembuatan undang-undang agar produk hasi proses legislasi tersebut dikeluarkan dengan memuat perlindungan bagi pekerja outsourcing. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran terhadap judul penelitian yang ada pada Program Magister Hukum Universitas Gadjah Mada ditemukan beberapa penelitian yang cukup berkaitan dengan pembahasan berkaitan Pekerja Outsourcing, yakni penelitian yang dilakukan oleh Vania Eriza yang membahas tentang Praktek Outsourcing Pekerja Satuan Pengamanan (Satpam) Pada PT. Krakatau Bandar Samudera Pasca Penerbitan Surat Edaran Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Pekerja Kementerian Pekerja dan Transmigrasi Nomor B31/PHIJSK/I/2012 tentang Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-IX/2011. Dimana penelitian yang dilakukan oleh Vania Eriza mengambil permasalahan terkait dengan bagaimana praktek outsourcing pekerja khususnya pekerja 12
13 Satuan Pengamanan di PT. Krakatau Banda pasca dikeluarkannya Putusan MK nomor 27/PUU-IX/ Mohamad Yusup mengkaji tentang terhadap pengaturan Outsourcing pasca dikeluarkanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-IX/2011, yang berfokus pada permasalahan tentang bagaimana pengaturan yang berkaitan dengan Outsourcing setelah Mahkamah Konstitusi menguji konstitusionalitas norma yang mengatur tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 14 Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan pada karya tulis tersbut, didapatkan bahwa kedua penelitian tersebut meskipun juga membahas terkait sistem pekerja outsourcing, namun berbeda secara substantif dan variabel penelitiannya. Adapun penelitian ini lebih menekankan penelitian yang akan membahas mengenai bagaimana pengaruh penilaian kinerja pada pekerja yang berdasarkan pada sistem outsourcing. Berdasarkan hal tersebut, dikatakan penilitian ini memenuhi kaedah keaslian penelitian. 13 Vania Eriza, Praktek Outsourcing Pekerja Satuan Pengamanan (Satpam) Pada PT. Krakatau Bandar Samudera Pasca Penerbitan Surat Edaran Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Pekerja Kementerian Pekerja dan Transmigrasi Nomor B31/PHIJSK/I/2012 tentang Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU- IX/2011, Tesis, Universitas Gadjahmada, Yogyakarta 14 Mohamad Yusup, Kajian Terhadap Pengaturan Outsourcing Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-IX/2011, Tesis, Universitas Gadjahmada, Yogyakarta 13
BAB I PENDAHULUAN. terperinci dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar baik dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Falsafah Pancasila menghendaki tercapainya keadilan sosial, yang lebih terperinci dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar 1945 1 baik dalam Pembukaannya maupun dalam Pasal
Lebih terperinciBAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN
34 BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN 3.1 Pelaporan Perjanjian Kerja Antara Perusahaan Pemberi Pekerjaan Dengan Perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi pekerja melalui serikat pekerja/serikat buruh. Peran serikat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlindungan pekerja tidak lepas dari peran penting dari serikat pekerja/serikat buruh. Aksi-aksi pemogokan yang dilakukan pekerja dalam menuntut hak-hak pekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu elemen penting dalam dunia usaha adalah masalah. dalam ketenagakerjaan, dan hal tersebut harus dapat diatasi secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Salah satu elemen penting dalam dunia usaha adalah masalah ketenagakerjaan. Tenaga kerja sebagai penggerak sektor usaha memerlukan perhatian khusus dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya menuntut setiap orang untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu pelaksanaan pekerjaan untuk kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum ketenagakerjaan merupakan keseluruhan peraturan baik tertulis
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum ketenagakerjaan merupakan keseluruhan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur mengenai ketenagakerjaan. 1 Ruang lingkup dari ketenagakerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia usaha di Indonesia semakin berkembang dan berdaya saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk meningkatkan kualitas kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerja, perusahaan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerja merupakan aset utama dalam sebuah perusahaan karena tanpa adanya pekerja, perusahaan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam menghasilkan barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun antar negara, sudah sedemikian terasa ketatnya. 3
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi dan pasar bebas belum berjalan sepenuhnya. Akan tetapi aroma persaingan antar perusahaan barang maupun jasa, baik di dalam negeri maupun antar negara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Salah satunya UU No.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Sebagai Negara hukum yang dengan tegas dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945, Indonesia mempunyai asas dari Negara hukum yang mana melindungi kehidupan individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara berkembang adalah pembangunan disegala bidang kehidupan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang sedang berkembang. Salah satu ciri dari negara berkembang adalah pembangunan disegala bidang kehidupan. Pengembangan dunia usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cepat membawa dampak baik yang bersifat positif maupun negatif. Era globalisasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang sedemikian cepat membawa dampak baik yang bersifat positif maupun negatif. Era globalisasi sekarang ini, telah
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Wahyu Septyan dan PT
124 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Perlindungan hukum yang diberikan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan outsourcing (= alih daya) di Indonesia. Bahkan aksi ini disambut aksi serupa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akhir-akhir ini di bundaran HI Jakarta Pusat marak dengan aksi demo yang dilakukan para buruh yang meminta pemerintah mencabut ketentuan masalah pelaksanaan outsourcing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negaranya termasuk hak ekonomi, sosial dan budaya yang di dalamnya terdapat hak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia semenjak lahir memiliki hak asasi, yaitu hak yang tidak dapat dirampas oleh siapapun. Sebagai negara hukum, Indonesia menjamin hak dari setiap warga negaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dibuat sendiri maupun berkerja pada orang lain atau perusahaan. Pekerjaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. Untuk memenuhi semua kebutuhannya, manusia dituntut untuk memiliki pekerjaan, baik pekerjaan yang dibuat sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan memperkerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan berusaha meningkatkan kinerja usahanya melalui pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memperkerjakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengusaha maupun pekerja/buruh. Fakta menunjukkan bahwa PHK seringkali
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) selalu mejadi hal yang sulit baik bagi pengusaha maupun pekerja/buruh. Fakta menunjukkan bahwa PHK seringkali menimbulkan ketidakpuasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan kerja yang dianut di Indonesia adalah sistem hubungan industrial yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hubungan kerja yang dianut di Indonesia adalah sistem hubungan industrial yang mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pelaksanaan pembangunan nasioal karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebaik mungkin dengan cara menyediakan lapangan atau kesempatan kerja
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumber daya yang melimpah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, sebagai negara yang berkembang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN SERTA PEMBUATAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN KERJA
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN KEDUA PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 27/PUU-IX/2011 Tentang Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Outsourching)
RINGKASAN PERBAIKAN KEDUA PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 27/PUU-IX/2011 Tentang Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Outsourching) I. PEMOHON Didik Suprijadi, dalam hal ini bertindak atas nama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tenaga kemampuannya sedangkan pengusaha memberikan kompensasi lewat
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan sebagai suatu badan usaha yang dibuat untuk mencari keuntungan atau laba, dimana setiap perusahaan dibuat berdasar dan mempunyai kekuatan hukum. Di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kontribusi wajib ini bersifat memaksa dan diatur dengan undang-undang.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU KUP merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan. Kontribusi wajib ini bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara. pernyataan tersebut menjelaskan bahwa negara wajib memberikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Untuk dapat mempertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan jasa dari para pekerja dan pekerja mengharapkan upah dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia saat ini berkembang secara pesat. Perusahaan-perusahaan bermunculan dan bersaing secara ketat di pasar global. Perusahaan-perusahaan berupaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai karyawannya. Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena buruh kontrak semakin terlihat menaik secara grafik, hampir 70 % perusahaan-perusahaan di Indonesia telah memanfaatkan tenaga kontrak ini sebagai karyawannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang. uang yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup mereka akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan hidup yang layak. Pada dasarnya manusia selalu berjuang dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketenagakerjaan dan pelaksanaannya di dalam kehidupan nyata.
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan praktek outsourcing yang saat ini yang terus terjadinya salah satunya adalah tidak dilaksanakannya ketentuan di mana pekerjaan yang boleh dioutsource-kan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa kerja maupun karena di putus masa kerjanya. Hukum ketenagakerjaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum ketenagakerjaan bukan hanya mengatur hubungan antara pekerja/buruh dengan pengusaha dalam pelaksanaan hubungan kerja tetapi juga termasuk seorang yang akan mencari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri sangat tergantung pada kualitas dan kwantitas tenaga kerja/buruh.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat industri memiliki peran yang penting dalam kelangsungan proses peradaban suatu bangsa bahkan dunia. Tenaga kerja/buruh merupakan elemen terpenting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konstitusi bangsa Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan suatu negara berkembang yang mempunyai tujuan dalam sebuah konstitusi yang dijunjung tinggi oleh warga negaranya. Konstitusi bangsa
Lebih terperinciMENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo *
MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo * Dalam KTT Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) ke-9 yang diselenggarakan di Provinsi Bali tahun 2003, antar
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 3/PUU-XIV/2016 Nota Pemeriksaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Sebagai Dokumen Yang bersifat Rahasia
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 3/PUU-XIV/2016 Nota Pemeriksaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Sebagai Dokumen Yang bersifat Rahasia I. PEMOHON 1. Agus Humaedi Abdillah (Pemohon I); 2. Muhammad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional untuk mewujudkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Lebih terperinci2017, No Tahun 2015 Nomor 237, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747); 3. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kemen
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.441, 2017 KEMENAKER. Struktur dan Skala Upah. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG STRUKTUR DAN SKALA UPAH DENGAN
Lebih terperinciI. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA
I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA Oleh : Basani Situmorang SH,Mhum Dampak dan Trend Outsourcing Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi terpenting. Dilihat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang dengan jumlah penduduk yang
11 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak, sehingga membutuhkan lapangan pekerjaan seluas-luasnya untuk menyerap tenaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diatur tegas di dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun penghidupan yang layak bagi kemanusian.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia harus berupaya memperoleh penghasilan untuk membiayai kebutuhan hidupnya. Bekerja merupakan salah satu upaya manusia dalam rangka memperoleh
Lebih terperinciA. MAKNA DAN HAKIKAT PENYEDIAAN TENAGA KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING
makalah outsourcing BAB I PENDAHULUAN Kecenderungan beberapa perusahaan untuk mempekerjakan karyawan dengan sistem outsourcing pada saat ini, umumnya dilatarbelakangi oleh strategi perusahaan untuk melakukan
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 23/PUU-XIV/2016 Perselisihan Hubungan Industrial
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 23/PUU-XIV/2016 Perselisihan Hubungan Industrial I. PEMOHON 1. Joko Handoyo, S.H.,.. Pemohon I 2. Wahyudi, S.E,. Pemohon II 3. Rusdi Hartono, S.H.,. Pemohon III 4. Suherman,.....
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu berkebutuhan dan selalu memiliki keinginan untuk dapat memenuhi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sesuai kodratnya menjadi seseorang yang dalam hidupnya selalu berkebutuhan dan selalu memiliki keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya perusahaan multinasional yang masuk dan ikut berperan dalam kancah perekonomian. Hal ini tentu saja menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memengaruhi, bahkan pergesekan kepentingan antarbangsa terjadi dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menjadi suatu kenyataan yang dihadapi setiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Proses interaksi dan saling pengaruh memengaruhi, bahkan pergesekan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsekuensi yang ditanggung oleh masyarakat, komunitas, pelaku bisnis, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan konsekuensi yang ditanggung oleh masyarakat, komunitas, pelaku bisnis, dan pekerja serta
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. dengan kebutuhan perusahaan. Melalui peranan SDM pada perusahaan turut
I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal yang penting dalam agenda suatu perusahaan. Mereka yang berhasil adalah mereka yang mampu melihat
Lebih terperinciHubungan Industrial, Outsourcing dan PKWT
Hubungan Industrial, Outsourcing dan PKWT Oleh : Prof.Dr. Payaman J. Simanjuntak (Ahli peneliti utama keteganakerjaan) Disampaikan pada Business Gathering Pasca Putusan MK Yogyakarta, 27 Maret 2012 DPP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberi kerja, sedangkan pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahan-perusahaan mulai tumbuh seiring berkembangnya zaman. Salah satunya adalah pertumbuhan perusahaan di Indonesia. Perusahaan besar ataupun perusahaan
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM HAK PEKERJA OUTSOURCING PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
PERLINDUNGAN HUKUM HAK PEKERJA OUTSOURCING PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI Oleh : Syarifa Mahila, SH.MH Abstract Outsourcing in Indonesia's labor law is defined as the contracted work and the provision
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2 Hadi Setia Tunggul, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta, Harvarindo, 2009, hal. 503
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia sekarang yang menitikberatkan pada pembangunan dalam bidang ekonomi, hukum mempunyai fungsi yang sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namanya menjadi BPJS Ketenagakerjaan. 1 Jaminan Sosial adalah salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya jaminan sosial ketenagakerjaan terus berubah dan berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja. Pada era tahun dua ribuan sistem penjaminan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan, "Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan pancasila dan Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945, untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa dampak timbulnya persaingan usaha yang begitu ketat yang terjadi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang demikian pesat membawa dampak timbulnya persaingan usaha yang begitu ketat yang terjadi di semua lini. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan konstitusi. Di dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan konstitusi. Di dalam Konstitusi terdapat peraturan peraturan yang mengatur mengenai hak hak seorang warga Negara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia adalah suatu hal yang penting dalam kegiatan usaha apapun karena kualitas dari hal tersebut sangatlah menentukan kinerja dari suatu perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, manusia selalu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, manusia selalu berhubungan satu sama lain. Kehidupan bersama itu menyebabkan adanya interaksi atau hubungan satu sama lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas (PT) Telkom Cabang Solo merupakan salah satu badan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perseroan Terbatas (PT) Telkom Cabang Solo merupakan salah satu badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang telekomunikasi. Permintaan layanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah ketenagakerjaan adalah bagian integral dari masalah ekonomi, maka masalah pembangunan ketenagakerjaan, juga merupakan bagian dari pembangunan ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan ekonomi saat sekarang ini yang tidak menentu dan akibat perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam menghadapi perkembangan era globalisasi pekerja dituntut untuk saling berlomba mempersiapkan dirinya supaya mendapat pekerjaan yang terbaik bagi dirinya sendiri.
Lebih terperincidiperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian kerja merupakan awal dari lahirnya hubungan industrial antara pemilik modal dengan buruh. Namun seringkali perusahaan melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era perekonomian global ditandai dengan adanya kecenderungan gerakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Era perekonomian global ditandai dengan adanya kecenderungan gerakan perekonomian suatu negara tidak terbatas, kemajuan teknologi informasi, lalu lintas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara normatif sebelum diatur dalam Undang-Undang Nomor 13
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara normatif sebelum diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan), sistem outsoucing ini sebenarnya sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyambung hidupnya.untuk bisa mendapatkan biaya tersebut setiap orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang hidup sudah pasti membutuhkan biaya untuk dapat menyambung hidupnya.untuk bisa mendapatkan biaya tersebut setiap orang harus mencari dan
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HAK KONSTITUSIONAL BURUH DALAM OUTSOURCING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN. abstract
PERLINDUNGAN HAK KONSTITUSIONAL BURUH DALAM OUTSOURCING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN Oleh Dr. Fanny Tanuwijaya, S.H.,M.Hum 1 Dosen Fakultas Hukum Universitas Jember abstract Penerapan outsourcing
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bagi negara-negara yang sedang berkembang khususnya di Indonesia,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi negara-negara yang sedang berkembang khususnya di Indonesia, pembangunan nasional merupakan salah satu alternatif untuk meningkatan taraf hidup suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di bidang ketenagakerjaan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pekerja, pengusaha dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bidang ketenagakerjaan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pekerja, pengusaha dan pemerintah akan menimbulkan terselenggaranya hubungan industrial. Tujuan
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA OUTSOURCING (Alih Daya) PADAA PT. SUCOFINDO CABANG PADANG SKRIPSI
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA OUTSOURCING (Alih Daya) PADAA PT. SUCOFINDO CABANG PADANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Andalas
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN INDIVIDU PEMENUHAN DAN PELINDUNGAN HAK PEKERJA PEREMPUAN. (Studi di Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Riau) Sali Susiana
LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU PEMENUHAN DAN PELINDUNGAN HAK PEKERJA PEREMPUAN (Studi di Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Riau) Sali Susiana PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DPR RI JAKARTA 2016 1 EXECUTIVE
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tam
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1895, 2016 KEMENAKER. Pemagangan Dalam Negeri. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Kenyataan telah membuktikan bahwa faktor ketenagakerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat penting dalam suatu kegiatan produksi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan produksinya tidak akan dapat menghasilkan produk tanpa adanya pekerja. Pekerja tidak dapat diabaikan eksistensinya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak bertentangan dengan Undang-undang dan Peraturan-peraturan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Suatu perusahaan memiliki peraturan dan tata tertib yang mengatur jalannya suatu perusahaan tersebut. Dengan kata lain setiap perusahaan diwajibkan adanya kepemilikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerja/buruh adalah tulang punggung perusahaan adagium ini nampaknya biasa saja, seperti tidak mempunyai makna. Tetapi kalau dikaji lebih jauh akan kelihatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan jasa penyedia tenaga kerja menjadi tren di tengah. perkembangan persaingan bisnis yang semakin kompetitif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan jasa penyedia tenaga kerja menjadi tren di tengah perkembangan persaingan bisnis yang semakin kompetitif. 1 Pengusaha berlomba untuk mencari cara bagaimana
Lebih terperinciSISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA
SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA Sistem Penentuan Upah (pengupahan) yang berlaku di Indonesia adalah sistem yang berbasis indeks biaya hidup dan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per Kapita sebagai proksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan terus mengedepankan pembangunan guna meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28 UUD 1945 yang menyatakan: Tiap-tiap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak negara ini didirikan, bangsa Indonesia telah menyadari bahwa pekerjaan merupakan kebutuhan asasi warga negara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 27
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 6, Ta
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1435, 2014 KEMENAKERTRANS. Mediator. Mediasi. Pengangkatan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki pekerjaan. Pada dasarnya, memiliki pekerjaan merupakan hak yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hakikat manusia adalah menggerakkan hidup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini dapat terjadi apabila manusia memiliki
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce
No.1753, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Pengawasan Ketenagakerjaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
Lebih terperinciPeran Serikat Pekerja Dalam Dinamika
Peran Serikat Pekerja Dalam Dinamika Hubungan Industrial Purwanto HCS Expert PT. Angkasa Pura I Jakarta, 16 Desember 2016 Agenda : 1. Referensi 2. Organisasi Profesi dan Organisasi Pekerja 3. Hubungan
Lebih terperinciBAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN
BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN 2.1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Dalam pasal 1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Replubik Indonesia Nomor Kep.100/Men/VI/2004
Lebih terperinciMENTERIKETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
I SALINAN I MENTERIKETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURANMENTERIKETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENT ANG UANG SERVIS PADA USAHA HOTEL DAN USAHA RESTORAN DI HOTEL DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara berkembang yang sedang giat melakukan pembangunan. Pembangunan di Indonesia tidak dapat maksimal jika tidak diiringi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Negara Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatannya dengan pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat, itu adalah demi mencapai sebuah cita-cita yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia mengisi kegiatannya dengan pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat, baik itu pembangunan infrastruktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia sudah berjalan dua dekade lebih. Hal ini ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karyawan bekerja untuk mendapatkan penghasilan demi penghidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan bekerja untuk mendapatkan penghasilan demi penghidupan yang lebih baik. Selain penghasilan karyawan juga bekerja dengan motivasi untuk mempertahankan
Lebih terperinciKUASA HUKUM Dra. Endang Susilowati, S.H., M.H., dan Ibrahim Sumantri, S.H., M.Kn., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 26 September 2013.
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XI/2013 Pemenuhan Perjanjian Pekerjaan Waktu Tertentu, Perjanjian Pekerjaan Pemborongan, dan Lembaga Penyelesaian Hubungan Industrial I. PEMOHON Asosiasi
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu
RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu I. PEMOHON Hery Shietra, S.H...... selanjutnya disebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya
1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya pekerjaan yang harus dilakukan dimana ada unsur perintah, upah dan waktu. Hubungan kerja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2013:10), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif
Lebih terperinciINVENTARISASI PUTUSAN/KETETAPAN MAHKAMAH KONSTITUSI PENGUJIAN UNDANG-UNDANG DALAM BIDANG KETENAGAKERJAAN
INVENTARISASI PUTUSAN/KETETAPAN MAHKAMAH KONSTITUSI PENGUJIAN UNDANG-UNDANG DALAM BIDANG KETENAGAKERJAAN I. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun 1 13/10/2011 25/PUU-IX/2011 Menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan merupakan sebuah kebutuhan asasi bagi manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) mempunyai kebutuhan hidup
Lebih terperinci