BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Susno Duadji lahir dipagar Alam, Sumatera Selatan pada tanggal Kamis, 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Susno Duadji lahir dipagar Alam, Sumatera Selatan pada tanggal Kamis, 1"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Susno Duadji lahir dipagar Alam, Sumatera Selatan pada tanggal Kamis, 1 Juli 1954 yang beragama Islam adalah mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim Polri). Dia mulai meniti karir di kepolisian sebagai perwira polisi lalu lintas. Karirnya makin menanjak setelah menjabat Wakapolres Yogyakarta. Kemudian naik menjadi Kapolres di Maluku Utara, Kapolres Madiun dan Kapolresta Malang. Lalu suami dari Herawati ini ditarik ke Jakarta dan menjadi Kepala Bidang Penerapan Hukum Divisi Pembinaan Hukum di Mabes Polri. Dia pun dipercaya mewakili institusi Polri membentuk KPK pada tahun Saat menjabat Kepala Bidang Penerapan Hukum Divisi Pembinaan Hukum Polri itu dia memperoleh pangkat Kombes. Setelah itu, pada tahun 2004 ditugaskan di Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) hingga menjabat Wakil Ketua PPATK dan pangkatnya menjadi Inspektur Jenderal (Irjen). Selama tiga tahun di PPATK, Susno lalu dilantik sebagai Kapolda Jawa Barat. Hingga pada 24 Oktober 2008, dia menduduki posisi strategis sebagai Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri menggantikan Bambang Hendarso Danuri. Menurut Bambang, Susno adalah sosok yang memiliki 42

2 43 memiliki integritas, konsisten keras, tegas dan tidak kompromis dengan pelaku kejahatan. Nama Susno menjadi bahan pembicaraan masyarakat setelah kasus kriminalisasi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Bibit dan Chandra), maupun kasus pembunuhan berencana yang didakwakan kepada Ketua KPK Antasari Azhar. Susno lah yang mempopulerkan istilah kasus polisi versus KPK sebagai buaya versus cicak. Selain itu namanya juga tersangkut dalam kasus korupsi penanganan perkara PT Salmah Arowana Lestari dan dana pengamanan Pilkada Jawa Barat Susno terbukti menyalahgunakan kewenangannya saat menjabat Kabareskrim Mabes Polri untuk melakukan tindak pidana korupsi dalam kasus Arowana dengan menerima hadiah sebesar Rp500 juta untuk mempercepat penyidikan kasus tersebut. Pendidikan: Akabri Kepolisian (1977), PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian) Sespati Polri Pelatihan: Senior Investigator of Crime Course (1988). Hostage Negotiation Course di Universitas Louisiana AS (2000).

3 44 Studi Perbandingan Sistem Kriminal di Kuala Lumpur, Malaysia (2001). Studi Perbandingan Sistem Polisi di Seoul, Korea Selatan (2003). Training Anti Money Laundering Counterpart di Washington DC, AS. KARIR Pama Polres Wonogiri tahun 1978 Kabag Serse Polwil Banyumas tahun 1988 Waka Polres Pemalang tahun 1989 Waka Polresta Yogyakarta tahun 1990 Kapolres Maluku Utara tahun 1995 Kapolres Madiun tahun 1997 Kapolres Malang tahun 1998 Waka Polwitabes Surabaya tahun 1999 Wakasubdit Gaptid Dit Sabhara Polri tahun 2001 Kabid Kordilum Babinkum tahun 2001 Kabid Rabkum Div Binkum Polri tahun 2001 Kapolda Jawa Barat tahun 2008 Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri

4 HASIL PENELITIAN Dalam BAB III, peneiti memaparkan hasil penelitian dengan pendekatan kuntitatif deskriptif. Data yang peroleh peneliti dengan menyebarkan kuesioner kepada sampel mahasiswa regular Public Relations Universitas Mercu Buana angkatan sebanyak 100 orang yang merupakan perwakilan dari masing-masing angkatan IDENTITAS RESPONDEN Berdasarkan indentitas responden dapat dijelaskan beberapa kriteria sebagai berikut : Table Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Frequency Percent Percent Percent Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample menunjukan bahwa terdapat 79 responden (76%) wanita dan 21 responden (21%) Pria. Dari tabel diatas menunjukan bahwa sampel yang mengisi kuesioner opini mahasiswa Reguer Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana mayoritas adalah berjenis kelamin Perempuan.

5 Table Angkatan Frequency Percent Percent Percent Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample menunjukan bahwa terdapat 41 responden (41%) angkatan 2012, 32 responden (32%) angkatan 2010 dan 27 responden (27%) angkatan Dari tabel tersebut menunjukan bahwa mayoritas sampel yang mengisi kuesioner opini mahasiswa Reguer Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana berasal dari angkatan 2012 dan di ikuti oleh angkatan 2010 dan Table Sumber Informasi TV Surat Kabar Internet Lainny a Frequency Percent Percent Percent Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample menunjukan bahwa terdapat 82 responden (82%) mendapatkan informasi dari TV, 13 responden (13%) memperoleh informasi yang

6 47 bersumber dari internet, 3 responden (3%) memperoleh informasi yang bersumber dari lainnya dan 2 responden (2%) memperoleh informasi yang bersumber dari surat kabar.. Dari tabel tersebut menunjukan bahwa mayoritas sampel yang mengisi kuesioner opini mahasiswa Reguer Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana tentang Susno Duadji memperoleh informasi yang besumber dari TV, diikuti internet, lainnya dan surat kabar PENILAIAN OPINI MAHASISWA REGULER BIDANG STUDY PUBLIC RELATIONS FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI ANGKATAN TAHUN PADA CITRA SUSNO DUADJI SEBAGAI WHISTLEBLOWER PERSEPSI Table Persepsi_1 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Frequency Percent Percent Percent Susno Duadji memiliki tanggung jawab moral akan informasi penyelesaian kasus korupsi yang diketahuinya Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan Susno Duadji memiliki tanggung jawab moral akan informasi penyelesaian kasus korupsi yang diketahuinya menunjukan

7 48 bahwa terdapat 3 responden (3%) yang memilih Sangat Tidak Setuju, 17 responden (17%) memilih Tidak Setuju, 27 responden (27%) memilih Ragu-Ragu, 45 responden (45%) memilih Setuju, dan 8 responden (8%) memilih Sangat Setuju. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample Setuju Susno Duadji memiliki tanggung jawab moral akan informasi penyelesaian kasus korupsi yang diketahuinya. Table Persepsi_2 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Frequency Percent Percent Percent Ada pejabat negara yang ingin Susno Duadji tidak mengungkap kasus yang di ketahuinya. Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan Ada pejabat negara yang ingin Susno Duadji tidak mengungkap kasus yang di ketahuinya, menunjukan bahwa terdapat 8 responden (8%) yang memilih Sangat Tidak Setuju, 9 responden (9%) memilih Tidak Setuju, 26 responden (26%) memilih Ragu-Ragu, 47 responden (47%) memilih Setuju, dan 10 responden (10%) memilih Sangat Setuju.

8 49 Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample Setuju Ada pejabat negara yang ingin Susno Duadji tidak mengungkap kasus yang di ketahuinya. Table Persepsi_3 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Frequency Percent Percent Percent Susno Duadji merupakan mantan pejabat yang mengabdi pada Negara. Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan Susno Duadji merupakan mantan pejabat yang mengabdi pada Negara, menunjukan bahwa terdapat 3 responden (3%) yang memilih Sangat Tidak Setuju, 27 responden (27%) memilih Tidak Setuju, 33 responden (33%) memilih Ragu-Ragu, 29 responden (29%) memilih Setuju, dan 8 responden (8%) memilih Sangat Setuju. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample Ragu- Susno Duadji merupakan mantan pejabat yang mengabdi pada Negara

9 50 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Table Persepsi_4 Frequency Percent Percent Percent Percaya akan kerjasama Susno Duadji akan kemudahan informasi terkait kasus yang Melilit institusi polri Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan Percaya akan kerjasama Susno Duadji akan kemudahan informasi terkait kasus yang Melilit institusi polri, menunjukan bahwa terdapat 2 responden (2%) yang memilih Sangat Tidak Setuju, 16 responden (16%) memilih Tidak Setuju, 44 responden (44%) memilih Ragu-Ragu, 33 responden (33%) memilih Setuju, dan 5 responden (5%) memilih Sangat Setuju. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample Ragu-Ragu Percaya akan kerjasama Susno Duadji akan kemudahan informasi terkait kasus yang Melilit institusi polri.

10 51 Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Table Persepsi_5 Frequency Percent Percent Percent Percaya akan kerjasama Susno Duadji akan kemudahan informasi terkait kasus yang Melilit institusi polri Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan Ada Petinggi diinstitusi Polri yang terlibat dalam kasus yang diungkap Susno Duadji, menunjukan bahwa terdapat 5 responden (5%) yang memilih Tidak Setuju, 24 responden (24%) memilih Ragu-Ragu, 51 responden (51%) memilih Setuju, dan 20 responden (20%) memilih Sangat Setuju. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample Setuju Ada Petinggi diinstitusi Polri yang terlibat dalam kasus yang diungkap Susno Duadji.

11 52 Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Table Persepsi_6 Frequency Percent Percent Percent Percaya bahwa ada ke khawatiran Petinggi Polri terhadap Susno Duadji (Petinggi Polri Yang terlibat pada kasus tersebut) Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan Percaya bahwa ada ke khawatiran Petinggi Polri terhadap Susno Duadji (Petinggi Polri Yang terlibat pada kasus tersebut), menunjukan bahwa terdapat 12 responden (12%) yang memilih Tidak Setuju, 24 responden (24%) memilih Ragu-Ragu, 49 responden (49%) memilih Setuju, dan 15 responden (15%) memilih Sangat Setuju. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample Setuju, Percaya bahwa ada ke khawatiran Petinggi Polri terhadap Susno Duadji (Petinggi Polri Yang terlibat pada kasus tersebut).

12 53 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Table Persepsi_7 Frequency Percent Percent Percent Susno Duadji memiliki Informasi yang akurat Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan Susno Duadji memiliki Informasi yang akurat, menunjukan bahwa terdapat 2 responden (2%) yang memilih Sangat Tidak Setuju, 6 responden (6%) memilih Tidak Setuju, 51 responden (51%) memilih Ragu-Ragu, 33 responden (33%) memilih Setuju, dan 8 responden (8%) memilih Sangat Setuju. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample Ragu-Ragu, Susno Duadji memiliki Informasi yang akurat ditunjukan dengan 51% merasa Ragu-Ragu.

13 Sikap (Attitude) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Table Attitude_8 Frequency Percent Percent Percent Susno Duadji memiliki kredibilitas yang positif terhadap informasi yang diberikannya Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan, Susno Duadji memiliki kredibilitas yang positif terhadap informasi yang diberikannya, menunjukan bahwa terdapat 3 responden (3%) yang memilih Sangat Tidak Setuju, 18 responden (18%) memilih Tidak Setuju, 40 responden (40%) memilih Ragu-Ragu, 35 responden (35%) memilih Setuju, dan 4 responden (4%) memilih Sangat Setuju. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample Ragu-Ragu, Susno Duadji memiliki kredibilitas yang positif terhadap informasi yang diberikannya.

14 55 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Table Attitude_9 Frequency Percent Percent Percent Susno Duadji telah menjadi saksi yang baik Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan, Susno Duadji telah menjadi saksi yang baik, menunjukan bahwa terdapat 4 responden (4%) yang memilih Sangat Tidak Setuju, 19 responden (19%) memilih Tidak Setuju, 38 responden (38%) memilih Ragu-Ragu, 33 responden (33%) memilih Setuju, dan 6 responden (6%) memilih Sangat Setuju. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample Ragu-Ragu, Susno Duadji telah menjadi saksi yang baik.

15 56 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Table Attitude_10 Frequency Percent Percent Percent Susno Duadji Memiliki Informasi yang cukup terhadap kasus Korupsi diinstitusi polri Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan, Susno Duadji Memiliki Informasi yang cukup terhadap kasus Korupsi diinstitusi polri, menunjukan bahwa terdapat 2 responden (2%) yang memilih Sangat Tidak Setuju, 10 responden (10%) memilih Tidak Setuju, 31 responden (31%) memilih Ragu-Ragu, 49 responden (49%) memilih Setuju, dan 8 responden (8%) memilih Sangat Setuju. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample percaya bahwa Susno Duadji Memiliki Informasi yang cukup terhadap kasus Korupsi diinstitusi polri dengan kepercayaan sebanyak 49%.

16 57 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Table Attitude_11 Frequency Percent Percent Percent Susno Duadji Menjalankan tugasnya sebagai saksi sesuai dengan aturan yang berlaku Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan, Susno Duadji Menjalankan tugasnya sebagai saksi sesuai dengan aturan yang berlaku, menunjukan bahwa terdapat 3 responden (3%) yang memilih Sangat Tidak Setuju, 15 responden (15%) memilih Tidak Setuju, 38 responden (38%) memilih Ragu-Ragu, 36 responden (36%) memilih Setuju, dan 8 responden (8%) memilih Sangat Setuju. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample Ragu-Ragu dengan Susno Duadji Menjalankan tugasnya sebagai saksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

17 58 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Table Attitude_12 Frequency Percent Percent Percent Susno Duadji adalah orang yang tepat untuk memperbaiki citra Institusi Polri Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan, Susno Duadji adalah orang yang tepat untuk memperbaiki citra Institusi Polri, menunjukan bahwa terdapat 12 responden (12%) yang memilih Sangat Tidak Setuju, 10 responden (10%) memilih Tidak Setuju, 51 responden (51%) memilih Ragu-Ragu, 20 responden (20%) memilih Setuju, dan 7 responden (7%) memilih Sangat Setuju. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample Ragu-Ragu dengan Susno Duadji adalah orang yang tepat untuk memperbaiki citra Institusi Polri di tunjukan dengan 51% responden memilih Ragu-Ragu.

18 59 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Table Attitude_13 Frequency Percent Percent Percent Kesaksian Susno Duadji sangat dibutuhkan untuk mengungkap kasus-kasus korupsi di institusi Polri pada saat dia mejabat Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan, Kesaksian Susno Duadji sangat dibutuhkan untuk mengungkap kasus-kasus korupsi di institusi Polri pada saat dia mejabat, menunjukan bahwa terdapat 1 responden (1%) yang memilih Sangat Tidak Setuju, 6 responden (6%) memilih Tidak Setuju, 26 responden (26%) memilih Ragu-Ragu, 48 responden (48%) memilih Setuju, dan 19 responden (19%) memilih Sangat Setuju. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample percaya bahwa Kesaksian Susno Duadji sangat dibutuhkan untuk mengungkap kasus-kasus korupsi di institusi Polri pada saat dia mejabat, ditunjukan dengan 48% responden seteju dengan pertanyaan.

19 KEPERCAYAAN Table Kepercayaan_14 Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Frequency Percent Percent Percent Susno Duadji dapat dipercaya dalam penyelesaian kasus yang melilit Institusi Polri Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan, Susno Duadji dapat dipercaya dalam penyelesaian kasus yang melilit Institusi Polri, menunjukan bahwa terdapat, 15 responden (15%) memilih Tidak Setuju, 48 responden (48%) memilih Ragu-Ragu, 32 responden (32%) memilih Setuju, dan 5 responden (5%) memilih Sangat Setuju. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample masih Ragu-Ragu dengan Susno Duadji dapat dipercaya dalam penyelesaian kasus yang melilit Institusi Polri ditunjukan dengan 48% responden memilih Ragu-Ragu.

20 61 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Table Kepercayaan_15 Frequency Percent Percent Percent Susno Duadji adalah individu yang dapat dipercaya dalam pemberantasan kasus-kasus korupsi di institusi polri Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan, Susno Duadji adalah individu yang dapat dipercaya dalam pemberantasan kasus-kasus korupsi di institusi polri,, menunjukan bahwa terdapat 2 responden (2%) yang memilih Sangat Tidak Setuju, 14 responden (14%) memilih Tidak Setuju, 47 responden (47%) memilih Ragu-Ragu, 31 responden (31%) memilih Setuju, dan 6 responden (6%) memilih Sangat Setuju. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample masih Ragu-Ragu dengan, Susno Duadji adalah individu yang dapat dipercaya dalam pemberantasan kasus-kasus korupsi di institusi polri di tunjukan dengan sebagian besar responden 47% memilih Ragu-Ragu.

21 62 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Table Kepercayaan_16 Frequency Percent Percent Percent Kepercayaan Terhadap Informasi yang di berikan Susno Duadji kepada penegak hukum Penegak Hukum Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan, Kepercayaan Terhadap Informasi yang di berikan Susno Duadji kepada penegak hukum, menunjukan bahwa terdapat 1 responden (1%) yang memilih Sangat Tidak Setuju, 15 responden (15%) memilih Tidak Setuju, 46 responden (46%) memilih Ragu-Ragu, 35 responden (35%) memilih Setuju, dan 3 responden (3%) memilih Sangat Setuju. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample masih Ragu-Ragu apabila Kepercayaan Terhadap Informasi yang diberikan Susno Duadji kepada penegak hukum Penegak Hukum ditunjukan dengan 46% responden merasa Ragu-Ragu.

22 63 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Table Kepercayaan_17 Frequency Percent Percent Percent Susno Duadji telah memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengungkap kasuskasus korupsi di institusi Polri Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan, Susno Duadji telah memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengungkap kasus-kasus korupsi di institusi Polri, menunjukan bahwa terdapat 1 responden (1%) yang memilih Sangat Tidak Setuju, 17 responden (17%) memilih Tidak Setuju, 38 responden (38%) memilih Ragu-Ragu, 41 responden (41%) memilih Setuju, dan 3 responden (3%) memilih Sangat Setuju. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample Setuju dengan Susno Duadji telah memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengungkap kasus-kasus korupsi di institusi Polri ditunjukan dengan 41% responden memilih Setuju.

23 64 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Table Kepercayaan_18 Frequency Percent Percent Percent Susno Duadji bersedia memberikan informasi untuk mengungkap sampai tuntas kasus di institusi Polri Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan, Susno Duadji bersedia memberikan informasi untuk mengungkap sampai tuntas kasus di institusi Polri, menunjukan bahwa terdapat 3 responden (3%) yang memilih Sangat Tidak Setuju, 13 responden (13%) memilih Tidak Setuju, 39 responden (39%) memilih Ragu-Ragu, 35 responden (35%) memilih Setuju, dan 10 responden (10%) memilih Sangat Setuju. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample merasa Ragu-Ragu dengan Susno Duadji yang bersedia memberikan informasi untuk mengungkap sampai tuntas kasus di institusi Polri, ditunjukan dengan 39% responden merasa Ragu-Ragu.

24 65 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Table Kepercayaan_19 Frequency Percent Percent Percent Informasi yang di berikan Susno Duadji dapat dipercaya Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden yang dijadikan sample dengan pertanyaan, Informasi yang di berikan Susno Duadji dapat dipercaya menunjukan bahwa terdapat 4 responden (4%) yang memilih Sangat Tidak Setuju, 8 responden (8%) memilih Tidak Setuju, 53 responden (53%) memilih Ragu-Ragu, 32 responden (32%) memilih Setuju, dan 3 responden (3%) memilih Sangat Setuju. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sample merasa Ragu-Ragu akan Informasi yang di berikan Susno Duadji dapat dipercaya ditunjukan dengan 53% responden merasa Ragu-Ragu.

25 66 Table Gambaran dari seluruh dimensi. No Dimensi B B Q1 Q2 Q3 B A Data Empiris Ket 1 Persepsi Positif 2 Kepercayaan Positif 3 Sikap Positif JUMLAH Positif Opini Positif Opini Positif Opini Positif Opini Laki-Laki Positif Opini Perempuan Positif Sumber : Diolah dan dianalisa oleh peneliti Dari data diatas setiap dimensi berada diantara quartil 2 dan quartil 3 Ini membuktikan bahwa Opini Mahasiswa Reguler Bidang Study Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Angkatan Tahun Pada Citra Susno Duadji Sebagai Whistleblower berada diatas rata-rata. Untuk dimensi presepsi hasil keseluruhan data diatas menunjukan nilai (2407) berada diatas rata-rata yang dapat diartikan memiliki nilai positif dimana responden memiliki presepsi tentang Opini Mahasiswa Reguler Bidang Study Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Angkatan Tahun Pada Citra Susno Duadji Sebagai Whistleblower yang dapat diartikan bahwa opini Positif sehingga dimensi Presepsi efektif dapat meningkatkan citra Susno Duadji sebagai whistleblower.

26 67 Untuk dimensi Sikap keseluruhan data diatas menunjukan nilai (1997) berada diatas rata-rata yang dapat diartikan memiliki nilai positif dimana responden memiliki presepsi tentang Opini Mahasiswa Reguler Bidang Study Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Angkatan Tahun Pada Citra Susno Duadji Sebagai Whistleblower yang dapat diartikan bahwa opini Positif sehingga dimensi sikap efektif dapat meningkatkan citra Susno Duadji sebagai whistleblower. Untuk dimensi Kepercayaan keseluruhan data diatas menunjukan nilai (1962) berada diatas rata-rata yang dapat diartikan memiliki nilai positif dimana responden memiliki presepsi tentang Opini Mahasiswa Reguler Bidang Study Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Angkatan Tahun Pada Citra Susno Duadji Sebagai Whistleblower yang dapat diartikan bahwa opini Positif sehingga dimensi kepercayaan efektif dapat meningkatkan citra Susno Duadji sebagai whistleblower Berdasarkan hasil perhitungan jumlah nilai dari setiap jawaban responden, maka jumlah penilaian yang didapat adalah : Table DIMENSI JUMLAH PRESEPSI 2407 KEPERCAYAAN 1962 SIKAP 1997 JUMLAH 6366 Sumber : Diolah dan dianalisa oleh peneliti

27 68 Dari hasil penlitian tersebut diatas, dapat ditentukan apakah opini mahasiswa public relations reguler angkatan tahun dalam peningkatan pengetahuan dengan uraian sebagai berikut : Untuk batas bawah atau B = 100 x 1 x 19 = 1900 Untuk batas atas atau A = 100 x 5 x 19 = 9500 Untuk range atau n = = 7600 Untuk makasimum masing-masing quartile adalah Quartil 1 (Q1) = Quartil 2 (Q2) = = 2850 = Error! Bookmark not defined. = 3000 Quartil 3 (Q3) = x 3 4 = 8550 Dengan bagan sebagai berikut : BB = 1900 Q1 = 2850 Q2 = 5700 Q3 = 8550 BA = Dari ketiga dimensi tersebut apabila di jumlahkan dan diambil nilai tengahnya atau rata-rata dari jumlah keseluruhannya (6366) dapat disimpulkan bahwa dari segi opini Mahasiswa Reguler Bidang Study Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Angkatan Tahun Pada Citra Susno Duadji Sebagai Whistleblower dinilai memiliki citra yang positif karena berada di antara quartil 2 dan quartil 3.

28 69 OPINI ANGKATAN TAHUN 2010 BB = 608 Q1 = 912 Q2 = 1824 Q3 = 2736 BA = Dari ketiga dimensi apabila di jumlahkan dan di ambil nilai tengahnya atau rata-rata dari jumlah keseluruhan (2074) dapat disimpulkan bahwa dari variabel opini mahasiswa regular bidang studi Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi angkatan tahun 2010 pada citra Susno Duadji sebagai whistle blower dinilai memiliki citra yang positif karena berada diantara quartil 2 dan quartil 3.

29 70 OPINI ANGKATAN TAHUN 2011 BB = 513 Q1 = 769 Q2 = 1539 Q3 = 2308 BA = Dari ketiga dimensi apabila di jumlahkan dan di ambil nilai tengahnya atau rata-rata dari jumlah keseluruhan (1759) dapat disimpulkan bahwa dari variabel opini mahasiswa regular bidang studi Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi angkatan tahun 2011 pada citra Susno Duadji sebagai whistle blower dinilai memiliki citra yang positif karena berada diantara quartil 2 dan quartil 3.

30 71 OPINI ANGKATAN TAHUN 2012 BB = 779 Q1 = 1168 Q2 = 2337 Q3 = 3505 BA = Dari ketiga dimensi apabila di jumlahkan dan di ambil nilai tengahnya atau rata-rata dari jumlah keseluruhan (2533) dapat disimpulkan bahwa dari variabel opini mahasiswa regular bidang studi Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi angkatan tahun 2012 pada citra Susno Duadji sebagai whistle blower dinilai memiliki citra yang positif karena berada diantara quartil 2 dan quartil 3. OPINI JENIS KELAMIN LAKI-LAKI ANGKATAN TAHUN BB = 399 Q1 = 598 Q2 = 1197 Q3 = 1795 BA = Dari ketiga dimensi apabila di jumlahkan dan di ambil nilai tengahnya atau rata-rata dari jumlah keseluruhan (1454) dapat disimpulkan

31 72 bahwa dari variabel opini mahasiswa regular bidang studi Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi angkatan tahun di jenis kelamin Laki-laki pada citra Susno Duadji sebagai whistle blower dinilai memiliki citra yang positif karena berada diantara quartil 2 dan quartil 3. OPINI JENIS KELAMIN PEREMPUAN ANGKATAN TAHUN BB = 1505 Q1 = 2251 Q2 = 4503 Q3 = 6754 BA = Dari ketiga dimensi apabila di jumlahkan dan di ambil nilai tengahnya atau rata-rata dari jumlah keseluruhan (4911) dapat disimpulkan bahwa dari variabel opini mahasiswa regular bidang studi Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi angkatan tahun di jenis kelamin Perempuan pada citra Susno Duadji sebagai whistle blower dinilai memiliki citra yang positif karena berada diantara quartil 2 dan quartil 3.

32 PEMBAHASAN Berdasarkan judul penelitian diatas opini Mahasiswa Reguler Bidang Study Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Angkatan Tahun Pada Citra Susno Duadji Sebagai Whistleblower, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana bentuk opini yang terjadi di mahasiswa khususnya mahasiswa reguler Public relations angkatan tahun Ada tiga dimensi yang digunakan untuk melihat opini adalah, Kepercayaan mengenai sesuatu (belief),apa yang sebenarnya dirasakan atau menjadi sikapnya (attitude),(persepsi). Suatu pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi serta menafsirkan pesan dan persepsi merupakan pemberian makna pada stimuli inderawi. Dari dimensi Presepsi, nilai indikator yang tertinggi ada pada poin 5 dimana responden percaya Ada Petinggi diinstitusi Polri yang terlibat dalam kasus yang diungkap Susno Duadji dengan nilai (3,8600) ini dapat disimpulkan dari segi presepsi mahasiswa Reguler Bidang Study Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Angkatan Tahun merasa yakin ada petinggi di institusi polri ada yang terlibat dalam kasus yang di ungkapkan oleh Susno Duadji.

33 74 BUTIR TERTINGGI DIMENSI PRESEPSI BB = 100 Q1 = 150 Q2 = 300 Q3 = 450 BA = Dari Butir Dimensi Presepsi no 5 dengan pertanyaan Ada Petinggi diinstitusi Polri yang terlibat dalam kasus yang diungkap Susno Duadji, batas akhir dan quartil yang ada maka dapat dilihat posisi jumlah nilai untuk keseluruhan butir 5 nilai quartilnya setuju Berada diatas quartil 2 dengan jumlah 386 sehingga dapat di sumpulkan dari segi Ada Petinggi diinstitusi Polri yang terlibat dalam kasus yang diungkap Susno Duadji keseluruhan mahasiswa Public relations reguler angkatan Setuju, Butir 5 juga merupakan quartil tertinggi dari keseluruhan quartil dimensi.

34 75 BUTIR TERENDAH DIMENSI PRESEPSI Indikator Nilai terendah dimensi Presepsi ada pada poin 3, pada dimensi ini responden menilai Susno Duadji merupakan mantan pejabat yang mengabdi pada Negara dengan nilai (3.1200) walaupun mendapat nilai terendah pada dimensi presepsi nilai yang ditunjukan pada Poin 3 masih di atas nilai ratarata,dan responden masih memiliki presepsi bahwa Susno Duadji merupakan Mmantan pejabat yang mengabdi pada negara. BB = 100 Q1 = 150 Q2 = 300 Q3 = 450 BA = Dari Butir Dimensi Presepsi no 3 dengan pertanyaan Susno Duadji merupakan mantan pejabat yang mengabdi pada Negara, batas akhir dan quartil yang ada maka dapat dilihat posisi jumlah nilai untuk keseluruhan butir 3 nilai quartilnya setuju Berada diatas quartil 2 dengan jumlah 312 sehingga dapat di sumpulkan dari segi Susno Duadji merupakan mantan pejabat yang mengabdi pada Negara keseluruhan mahasiswa Public relations reguler angkatan Setuju,

35 76 BUTIR TERTINGGI DIMENSI SIKAP Dari dimensi attitude nilai indikator yang tertinggi ada pada poin 13 dimana responden menilai Kesaksian Susno Duadji sangat dibutuhkan untuk mengungkap kasus-kasus korupsi di institusi Polri pada saat dia mejabat, dengan nilai (3.7800) menunjukan kecendrungan responden yakin bahwa kesaksian yang diberikan akan mengungkapkan kasus-kasus korupsi di institusi polri. BB = 100 Q1 = 150 Q2 = 300 Q3 = 450 BA = Dari Butir Dimensi sikap no 13 dengan pertanyaan Kesaksian Susno Duadji sangat dibutuhkan untuk mengungkap kasus-kasus korupsi di institusi Polri pada saat dia mejabat, batas akhir dan quartil yang ada maka dapat dilihat posisi jumlah nilai untuk keseluruhan butir 13 nilai quartilnya setuju Berada diatas quartil 2 dengan jumlah 378 sehingga dapat di sumpulkan dari segi Kesaksian Susno Duadji sangat dibutuhkan untuk mengungkap kasuskasus korupsi diinstitusi Polri pada saat dia mejabat Institusi Polri keseluruhan mahasiswa Public relations reguler angkatan Setuju.

36 77 BUTIR TERENDAH DIMENSI SIKAP Indikator Nilai terendah dimensi attitude ada pada poin 12 dimana responden marasa ragu-ragu dengan Susno Duadji adalah orang yang tepat untuk memperbaiki citra Institusi Polri dengan nilai (3.0000). BB = 100 Q1 = 150 Q2 = 300 Q3 = 450 BA = Dari Butir Dimensi sikap no 12 dengan pertanyaan Susno Duadji adalah orang yang tepat untuk memperbaiki citra Institusi Polri,nilai-nilai batas bawah, batas akhir dan quartil yang ada maka dapat dilihat posisi jumlah nilai untuk keseluruhan butir 12 nilai quartilnya Ragu-Ragu Berada di quartil 2 dengan jumlah 300 sehingga dapat di sumpulkan dari segi Susno Duadji adalah orang yang tepat untuk memperbaiki citra Institusi Polri keseluruhan mahasiswa Public relations reguler angkatan ragu ragu, butir 12 merupakan nutir dengan quartil terendah dari seluruh dimensi.

37 78 BUTIR TERTINGGI DIMENSI KEPERCAYAAN Dari dimensi Kepercayaan nilai indikator yang tertinggi ada pada poin 18 responden yakin Susno Duadji bersedia memberikan informasi untuk mengungkap sampai tuntas kasus di institusi Polri dengan nilai (3.3600). BB = 100 Q1 = 150 Q2 = 300 Q3 = 450 BA = Dari Butir Dimensi kepercayaan no 18 dengan pertanyaan Susno Duadji bersedia memberikan informasi untuk mengungkap sampai tuntas kasus di institusi Polri, batas akhir dan quartil yang ada maka dapat dilihat posisi jumlah nilai untuk keseluruhan butir 18 nilai quartilnya setuju Berada diatas quartil 2 dengan jumlah 336 sehingga dapat di sumpulkan dari segi Susno Duadji bersedia memberikan informasi untuk mengungkap sampai tuntas kasus di institusi Polri, keseluruhan mahasiswa Public relations reguler angkatan Setuju,

38 79 BUTIR TERNDAH DIMENSI KEPERCAYAAN Indikator Nilai terendah dimensi kepercayaan ada pada poin 19 Informasi yang di berikan Susno Duadji dapat dipercaya dengan nilai (3.2200) responden percaya informasi yang diberikan benar. BB = 100 Q1 = 150 Q2 = 300 Q3 = 450 BA = Dari Butir Dimensi kepercayaan no 18 dengan pertanyaan Informasi yang di berikan Susno Duadji dapat dipercaya, batas akhir dan quartil yang ada maka dapat dilihat posisi jumlah nilai untuk keseluruhan butir 18 nilai quartilnya setuju Berada diatas quartil 2 dengan jumlah 322 sehingga dapat disimpulkan dari segi Informasi yang diberikan Susno Duadji dapat dipercaya, keseluruhan mahasiswa Public relations reguler angkatan Setuju,

39 80 DIMENSI PRESEPSI BB = 700 Q1 = 1050 Q2 = 2100 Q3 = 3150 BA = Dari seluruh butir dimensi presepsi,nilai-nilai batas bawah, batas akhir dan quartil yang ada maka dapat dilihat posisi jumlah nilai untuk keselurhan nilai dimensi presepsi dinilai positif Berada diatas quartil 2 dengan jumlah 2407 sehingga dapat disimpulkan dari segi presepsi Opini Mahasiswa Reguler Bidang Study Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Angkatan Tahun Pada Citra Susno Duadji Sebagai Whistleblower dinilai positif mempercayai Susno Duadji sebagai whistleblower.

40 81 DIMENSI KEPERCAYAAN BB = 600 Q1 = 900 Q2 = 1800 Q3 = 2700 BA = Dari seluruh butir dimensi Kepercayaan,nilai-nilai batas bawah, batas akhir dan quartil yang ada maka dapat dilihat posisi jumlah nilai untuk keselurhan nilai dimensi kepercayaan dinilai positif Berada diatas quartil 2 dengan jumlah 1962 sehingga dapat disimpulkan dari segi Kepercayaan Opini Mahasiswa Reguler Bidang Study Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Angkatan Tahun Pada Citra Susno Duadji Sebagai Whistleblower dinilai positif mempercayai Susno Duadji sebagai whistleblower.

41 82 DIMENSI SIKAP BB = 600 Q1 = 900 Q2 = 1800 Q3 = 2700 BA = Dari seluruh butir dimensi Sikap,nilai-nilai batas bawah, batas akhir dan quartil yang ada maka dapat dilihat posisi jumlah nilai untuk keselurhan nilai dimensi Sikap dinilai positif Berada diatas quartil 2 dengan jumlah 1962 sehingga dapat disimpulkan dari segi Sikap Opini Mahasiswa Reguler Bidang Study Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Angkatan Tahun Pada Citra Susno Duadji Sebagai Whistleblower dinilai positif Sikap Susno Duadji sebagai whistleblower. Jadi secara keseluruhan Opini Mahasiswa Reguler Bidang Study Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Angkatan Tahun Pada Citra Susno Duadji Sebagai Whistleblower masih positif walaupun masih ada jawaban Ragu - Ragu diantara butir butir dimensi presepsi,sikap dan kepercayaan namun secara keseluruhan opini mahasiswa masih positif. Opini sangat penting bagi kehidupan Public Relations karena opini sangat berdampak langsung pada eksistensi pada citra suatu objek, Opini publik dapat

42 83 mempengaruhi eksistensi atau keberadaan sebuah organisasi/individu/objek. Jika opini publik adalah negatif terhadap sebuah objek, maka mereka tidak akan mengimempercayai objek tersebut, opini juga dapat dijadiakn dukungan moril, tidak selamanya suatu pemberitaan buruk di media massa akan berdampak buruk juga bagi objek terkadang pemberiataan yang buruk akan menghasilkan opini yang posiif di kalangan masyarakat tertentu dalam penelitian ini terjadi di kalangan mahasiswa dimana mahasiswa tidak terpengaruh media dalam pembentukan opini, terutama mahasiswa komunikasi public relations universitas Mercu Buana angkaan tahun

Babak Baru Mafia Pajak?

Babak Baru Mafia Pajak? Babak Baru Mafia Pajak? Contributed by Administrator Monday, 20 December 2010 Harian Kompas, 20 Desember 2010 Â Dugaan kasus mafia pajak yang â diledakkanâ mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Korupsi adalah suatu perbuatan untuk menguntungkan diri sendiri, dan secara tidak langsung dapat merugikan negara dan orang banyak. Korupsi menurut Mahzar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia selalu erat kaitannya dengan etika, baik ketika manusia

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia selalu erat kaitannya dengan etika, baik ketika manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata etika sudah melekat dalam setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya. Sebagai suatu subyek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berfungsi secara efektif sebagai salah satu alat penyebar informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berfungsi secara efektif sebagai salah satu alat penyebar informasi kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa disamping dijadikan sebagai referensi oleh masyarakat juga digunakan untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. Media massa telah berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Berita adalah proses simbolis di mana realitas diproduksi, diubah, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Berita adalah proses simbolis di mana realitas diproduksi, diubah, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Berita adalah proses simbolis di mana realitas diproduksi, diubah, dan dipelihara (Carey, 1999, h.243). Media massa memiliki kekuatan dalam membentuk persepsi

Lebih terperinci

2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No

2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No No.757, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Sistem Informasi Penyidikan. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengeledahan, penangkapan, penahanan dan lain-lain diberi definisi dalam. Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),

I. PENDAHULUAN. pengeledahan, penangkapan, penahanan dan lain-lain diberi definisi dalam. Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Pidana formal mengatur tentang bagaimana Negara melalui alatalatnya melaksanakan haknya untuk memindana dan menjatuhkan pidana. Hukum acara pidana ruang lingkupnya

Lebih terperinci

RINGKASAN PUTUSAN. LP/272/Iv/2010/Bareskrim tanggal 21 April 2010 atas

RINGKASAN PUTUSAN. LP/272/Iv/2010/Bareskrim tanggal 21 April 2010 atas RINGKASAN PUTUSAN Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 42/PUU-VIII/2010 tanggal 24 September 2010 atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Personil Polri adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Personil Polri adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Personil Polri adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah memiliki kedudukan sebagai pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, hal ini diatur tegas dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara hukum asas taat dan hormat

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYADAPAN PADA PUSAT PEMANTAUAN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYADAPAN PADA PUSAT PEMANTAUAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYADAPAN PADA PUSAT PEMANTAUAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecurangan tersebut menjadi berita utama (Mesmer-Magnus dan. Viswesvaran, 2005). Kasus kecurangan yang menghebohkan dunia pasar

BAB I PENDAHULUAN. kecurangan tersebut menjadi berita utama (Mesmer-Magnus dan. Viswesvaran, 2005). Kasus kecurangan yang menghebohkan dunia pasar BAB I PENDAHULUAN Bab I menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1

Lebih terperinci

PRAKTIK-PRAKTIK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA Dl INDONESIA. Oleh: KOMBESPOL. DRS. SUSNO DUAJI, S.H.

PRAKTIK-PRAKTIK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA Dl INDONESIA. Oleh: KOMBESPOL. DRS. SUSNO DUAJI, S.H. PRAKTIK-PRAKTIK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA Dl INDONESIA Oleh: KOMBESPOL. DRS. SUSNO DUAJI, S.H. PRAKTIK-PRAKTIK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA Dl INDONESIA Oleh: Kombespol. Drs. Susno Duaji, S.H. I.

Lebih terperinci

Presiden, DPR, dan BPK.

Presiden, DPR, dan BPK. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG KPK adalah lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK Maupun Hasil 3.8 Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK Maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat yang dilakukan oleh beberapa teroris serta bom bunuh diri.

BAB I PENDAHULUAN. Pusat yang dilakukan oleh beberapa teroris serta bom bunuh diri. BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Kasus teroris tidak pernah habis untuk dibahas dan media merupakan sebuah sarana atau alat untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat mengenai peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2013 KEPOLISIAN. Pelapor. Pelanggaran Hukum. Perlindungan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP

Lebih terperinci

KPK vs Budi Gunawan.

KPK vs Budi Gunawan. KPK vs Budi Gunawan http://www.gatra.com/fokus-berita/131582-denny-indrayana-kpk-vs-budi-gunawan.html 29 January 2015 09:49 Denny Indrayana (ANTARA/Rosa Panggabean) Jakarta, GATRAnews - Hukum itu memperjuangkan

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4.1 Kewenangan KPK Segala kewenangan yang

Lebih terperinci

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENANGANAN PENGADUAN (WHISTLEBLOWER SYSTEM) TINDAK PIDANA KORUPSI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA

Lebih terperinci

Temuan Survei Pandangan Masyarakat terhadap Keberadaan KPK dalam pemberantasan Korupsi

Temuan Survei Pandangan Masyarakat terhadap Keberadaan KPK dalam pemberantasan Korupsi Temuan Survei Pandangan Masyarakat terhadap Keberadaan KPK dalam pemberantasan Korupsi Indonesia Corruption Watch (ICW) www.antikorupsi.org Jakarta, 26 November 2015 Latar Belakang Proses seleksi calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERBAIKAN DR SETUM 13 AGUSTUS 2010 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid) terhadap perkara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang auditor internal memiliki beberapa peran, salah satu peran auditor internal ialah sebagai Whistleblower, dimana Whistleblower bertugas untuk melakukan Whistleblowing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual

Lebih terperinci

Kondisi Hukum SETELAH KASUS BG LSI DENNY JA FEBRUARI 2015

Kondisi Hukum SETELAH KASUS BG LSI DENNY JA FEBRUARI 2015 Kondisi Hukum SETELAH KASUS BG LSI DENNY JA FEBRUARI 2015 Setelah Kasus BG Pencalonan Budi Gunawan (BG) sebagai Kapolri merupakan salah satu isu paling menarik dan paling menyita perhatian publik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.

BAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sebagai lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa pada dasarnya sudah menyatu dengan kehidupan manusia. Manusia menyampaikan gagasan, ide, pikiran, harapan dan keinginan lewat bahasa. Bahasa yang digunakan

Lebih terperinci

NOMOR : M.HH-11.HM.03.02.th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

NOMOR : M.HH-11.HM.03.02.th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KETUA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI No. Pol.:Kep/ 16 /VII/2005 Nomor : 07 / POLRI - KPK/VII/2005 TENTANG KERJASAMA ANTARA POLRI DAN KPK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPOLISIA TENTANG PROSEDUR PIDANA. pidana. Peraturan...

PERATURAN KEPOLISIA TENTANG PROSEDUR PIDANA. pidana. Peraturan... PERATURAN KEPALA BADAN RESERSE KRIMINAL KEPOLISIA AN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGORGANISASIAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. korupsi yang telah dilakukan oleh institusi kelembagaan pemerintah selama ini

BAB I PENDAHULUAN. korupsi yang telah dilakukan oleh institusi kelembagaan pemerintah selama ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kasus korupsi di Indonesia seakan tidak pernah ada habisnya. Pemberantasan korupsi yang telah dilakukan oleh institusi kelembagaan pemerintah selama ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri.

I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan lembaga yang menjalankan tugas kepolisian sebagai profesi, maka membawa konsekuensi adanya kode etik profesi maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya hukum dalam masyarakat oleh aparat penegak hukum. Sebagai anggota polisi harus mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan terhadap saksi pada saat ini memang sangat mendesak untuk dapat diwujudkan di setiap jenjang pemeriksaan pada kasus-kasus yang dianggap memerlukan perhatian

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Utusan Polri dengan inisial AA dan AD, datang ke Gedung Komisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Utusan Polri dengan inisial AA dan AD, datang ke Gedung Komisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Utusan Polri dengan inisial AA dan AD, datang ke Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Kamis 4 Oktober, pukul 20.00. Alasan mereka datang adalah untuk meminta salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat kian tergantung dengan media massa, yang menjadi salah satu sumber informasi yang sangat dibutuhkan khalayak. Terlebih dengan kecanggihan teknologi di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena korupsi yang terjadi di Indonesia selalu menjadi persoalan yang hangat untuk dibicarakan. Salah satu hal yang selalu menjadi topik utama sehubungan

Lebih terperinci

ROBOHNYA MK KAMI. Lingkaran Survei Indonesi Oktober

ROBOHNYA MK KAMI. Lingkaran Survei Indonesi Oktober ROBOHNYA MK KAMI Lingkaran Survei Indonesi Oktober 2013 1 Kata Pengantar Robohnya MK Kami Tepat 10 tahun setelah Mahkamah Konstitusi (MK) didirikan pada tahun 2003, MK mengalami musibah maha dahsyat. Ketua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka akan dikenakan sanksi, dalam proses inilah hukum harus ditegakkan. upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum

BAB I PENDAHULUAN. maka akan dikenakan sanksi, dalam proses inilah hukum harus ditegakkan. upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hukum pada prinsipnya adalah sebuah aturan yang wajib ditaati dan dilaksanakan guna terwujudnya ketentraman dan keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Keberhasilan Dahlan Iskan dalam memimpin perusahaan. membawanya dalam kesuksesan. Dahlan Isakan mengawali karir

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Keberhasilan Dahlan Iskan dalam memimpin perusahaan. membawanya dalam kesuksesan. Dahlan Isakan mengawali karir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mencari sosok yang berjiwa kepemimpinan serta memiliki sifat kesederhanaan dalam era modern saat ini sangat sulit ditemui. Dahlan Iskan adalah salah satu sosok pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pejabat, baik pejabat pemerintah maupun para pengusaha. Hal itu terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. pejabat, baik pejabat pemerintah maupun para pengusaha. Hal itu terjadi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaku korupsi merupakan setiap orang yang melakukan usaha untuk memperoleh berbagai keuntungan dengan mengorbankan hak orang lain. Masyarakat sering menggambarkan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 SKRIPSI PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 Oleh ALDINO PUTRA 04 140 021 Program Kekhususan: SISTEM PERADILAN PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokratis yang menjujung tinggi hak asasi manusia seutuhnya, hukum dan

BAB I PENDAHULUAN. demokratis yang menjujung tinggi hak asasi manusia seutuhnya, hukum dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya Indonesia merupakan Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila dan dan Undang-undang Dasar 1945 menghendaki adanya persamaan hak,tanpa membeda-bedakan Ras,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari segi hukum ada perilaku yang sesuai dengan norma dan ada pula perilaku yang tidak sesuai dengan norma. Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5374 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOMISI. KPK. Manajemen. SDM. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 268) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG Draft Final 10-12-2009 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN EKSTERNAL PENERIMAAN CALON ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 3 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK I. UMUM Dengan semakin

Lebih terperinci

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Oleh : PROF.DR.H.M. SAID KARIM, SH. MH. M.Si. CLA

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Oleh : PROF.DR.H.M. SAID KARIM, SH. MH. M.Si. CLA TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG Oleh : PROF.DR.H.M. SAID KARIM, SH. MH. M.Si. CLA B I O D A T A 1. Nama lengkap : Prof.DR.H.M. Said Karim, SH. MH. M.Si. CLA 2. Tempat/ Tgl Lahir : Pare-Pare, 11 Juli 1962

Lebih terperinci

LEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL

LEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL KETIDAKPERCAYAAN PUBLIK PADA LEMBAGA PEMBERANTASAN KORUPSI SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL 10-22 OKTOBER 2010 Latar Belakang Sejak reformasi, penegakan hukum yang berkaitan dengan pemberantasan korupsi menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kekuasaan manapun (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002). Sebagai lembaga

I. PENDAHULUAN. kekuasaan manapun (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002). Sebagai lembaga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan suatu lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. 01/KB/I-XIII.

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. 01/KB/I-XIII. KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DAN KEPOLISIAN NEGARA NO. 01/KB/I-XIII.2/11/2008 NO. POL. : B/11/XI/2008 TENTANG TINDAK LANJUT PENEGAKAN HUKUM TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, menjunjung. harus berdasarkan atas hukum. Peraturan hukum sifatnya mengikat dan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, menjunjung. harus berdasarkan atas hukum. Peraturan hukum sifatnya mengikat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah negara hukum yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin segala

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Tinjauan hukum..., Benny Swastika, FH UI, 2011.

BAB IV PENUTUP. Tinjauan hukum..., Benny Swastika, FH UI, 2011. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan semua uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab terdahulu, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaturan mengenai pembuktian terbalik/pembalikan

Lebih terperinci

Aliran Janggal Rekening Jenderal

Aliran Janggal Rekening Jenderal Aliran Janggal Rekening Jenderal MEMEGANG saku kemeja lengan panjang batiknya, Komisaris Jenderal Ito Sumardi bertanya, "Berapa gaji jenderal bintang tiga seperti saya?" Sambil tersenyum, Kepala Badan

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 52 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) -------------------------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.983, 2013 KEPOLISIAN. Penyidikan. Tindak Pidana. Pemilu. Tata Cara. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Kepolisian Republik Indonesia Sejarah Singkat Kepolisian Republik Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Kepolisian Republik Indonesia Sejarah Singkat Kepolisian Republik Indonesia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kepolisian Republik Indonesia 4.1.1 Sejarah Singkat Kepolisian Republik Indonesia Terbentuknya Polri tidak lepas dari sejarah perjuangan kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tindak pidana kejahatan dari hari ke hari semakin beragam. Tindak pidana kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anton Djajan, Pengantar Metode Statistik, Jilid 1, Jakarta, Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta, 2005.

DAFTAR PUSTAKA. Anton Djajan, Pengantar Metode Statistik, Jilid 1, Jakarta, Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta, 2005. 83 DAFTAR PUSTAKA Anton Djajan, Pengantar Metode Statistik, Jilid 1, Jakarta, 1986. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta, 2005. Darmastuti, Rini, Etika PR dan E-PR,Gava Media,Yogyakarta,

Lebih terperinci

DAFTAR PIRANTI LUNAK PADA SAT RESKRIM LOMBOK TENGAH

DAFTAR PIRANTI LUNAK PADA SAT RESKRIM LOMBOK TENGAH KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TENGAH DAFTAR PIRANTI LUNAK PADA SAT RESKRIM LOMBOK TENGAH SUMBER NO JENIS PIRANTI LUNAK UNDANG MABES POLDA KET UNDANG PERKAP

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tipe dan Manfaat Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif sebagai metode

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP LEMBAGA KEPOLISIAN PASCA PEMBERITAAN KASUS GAYUS TAMBUNAN

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP LEMBAGA KEPOLISIAN PASCA PEMBERITAAN KASUS GAYUS TAMBUNAN PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP LEMBAGA KEPOLISIAN PASCA PEMBERITAAN KASUS GAYUS TAMBUNAN (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap Lembaga Kepolisian Dalam Penanganan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Peneliti akan menjelaskan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA INTRA GARUDA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI KARYAWAN PT. GARUDA INDONESIA PERSERO DI CENGKARENG SKRIPSI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA INTRA GARUDA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI KARYAWAN PT. GARUDA INDONESIA PERSERO DI CENGKARENG SKRIPSI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA INTRA GARUDA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI KARYAWAN PT. GARUDA INDONESIA PERSERO DI CENGKARENG SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Perolehan Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.253, 2010 KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA. Penerimaan Calon Anggota. Pengawasan. Eksternal. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 24 Oktober Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 24 Oktober Indeks P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 24 Oktober 2011 Indeks 1. Lengser Sebulan, Bekas Bupati Ditahan 2. Penangkapan Pejabat Kemenakertrans Dadong siap buka-bukaan dipersidangan 3. Penangkapan

Lebih terperinci

1. Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Anang Iskandar

1. Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Anang Iskandar KOPI,Jakarta - Awal tahun depan Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo akan memasuki masa pensiun. Namun Presiden Republik Indonesia Dr. Haji Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah berencana mengganti Kapolri

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYIDIKAN PELANGGARAN PIDANA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH DAN DEWAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan korupsi yang terjadi di Indonesia selalu menjadi hal yang hangat dan menarik untuk diperbincangkan. Salah satu hal yang selalu menjadi topik utama

Lebih terperinci

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 15 September Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 15 September Indeks P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 15 September 2011 Indeks 1. suap Wisma Atlet KPK usut uang ke kogkres Demokrat 2. Korupsi Kemenkes Polri periksa 30 kepala rumah sakit 3. Kasus

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KRIMINOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA. Kuesioner Penelitian

DEPARTEMEN KRIMINOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA. Kuesioner Penelitian DEPARTEMEN KRIMINOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA Kuesioner Penelitian Selamat pagi/siang/sore/malam, Bapak/Ibu yang budiman, Saya adalah seorang mahasiswa pada Departemen

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keuangan negara sebagai bagian terpenting dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keuangan negara sebagai bagian terpenting dalam pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keuangan negara sebagai bagian terpenting dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang pengelolaannya diimplemantasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 3 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Melihat perkembangan kepolisian dari hari ke hari memang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Melihat perkembangan kepolisian dari hari ke hari memang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat perkembangan kepolisian dari hari ke hari memang tidak akan pernah ada habisnya. Pertama, polisi selalu menarik untuk disajikan dan diamati bidang tugas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB III FAKTOR PENYEBAB TERJADI KORBAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DI KABUPATEN ACEH BARAT

BAB III FAKTOR PENYEBAB TERJADI KORBAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DI KABUPATEN ACEH BARAT 38 BAB III FAKTOR PENYEBAB TERJADI KORBAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DI KABUPATEN ACEH BARAT A. Faktor Penyebab Terjadi Korban 1. Faktor Internal a. Faktor Aparat Penegak Hukum Penegakan hukum

Lebih terperinci

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 18 Oktober Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 18 Oktober Indeks P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 18 Oktober 2011 Indeks 1. Kasus Korupsi Djufri Diijinkan Hakim 2. Korupsi Wisma Atlet I Wayan Koster bantah terima uang 3. Diduga Korupsi, Eks Staf

Lebih terperinci

KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH

KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH I. Pendahuluan. Misi yang diemban dalam rangka reformasi hukum adalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat ditarik. 1. Lembaga Negara independen adalah lembaga yang dalam pelaksanaan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat ditarik. 1. Lembaga Negara independen adalah lembaga yang dalam pelaksanaan 1 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Lembaga Negara independen adalah lembaga yang dalam pelaksanaan fungsinya tidak

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.3 Tahun 2016

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.3 Tahun 2016 PERTIMBANGAN YURIDIS PENYIDIK DALAM MENGHENTIKAN PENYIDIKAN PERKARA PELANGGARAN KECELAKAAN LALU LINTAS DI WILAYAH HUKUM POLRESTA JAMBI Islah 1 Abstract A high accident rate makes investigators do not process

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK) -------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) DITRESKRIMSUS POLDA KEPRI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) DITRESKRIMSUS POLDA KEPRI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN RIAU DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KHUSUS LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) DITRESKRIMSUS POLDA KEPRI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.806, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Informasi. Permintaan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-08/1.02/PPATK/05/2013

Lebih terperinci

Lagi, Cerita Lama Tentang Upaya Pelemahan KPK. Mariska Estelita

Lagi, Cerita Lama Tentang Upaya Pelemahan KPK. Mariska Estelita Lagi, Cerita Lama Tentang Upaya Pelemahan KPK Mariska Estelita Permasalahan korupsi masih menjadi pekerjaan rumah yang belum bisa diselesaikan oleh pemerintah sekaligus menjadi penyakit yang menggerogoti

Lebih terperinci

STRATEGI KHUSUS PEMULIHAN ASET DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

STRATEGI KHUSUS PEMULIHAN ASET DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI STRATEGI KHUSUS PEMULIHAN ASET DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI PENDAHULUAN Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lahir karena perubahan jaman. Dari Orde Baru yang tertutup menuju Orde Reformasi yang sangat terbuka.

Lebih terperinci

BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT POLDA D.I.YOGYAKARTA

BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT POLDA D.I.YOGYAKARTA BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT POLDA D.I.YOGYAKARTA Berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 22 tahun 2010 tanggal 28 September 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Daerah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyidikan tindak pidana merupakan serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pakar hukum maupun pakar politik adalah permasalahan KPK melawan Polri.

BAB I PENDAHULUAN. pakar hukum maupun pakar politik adalah permasalahan KPK melawan Polri. BAB I PENDAHULUAN Permasalahan politik hukum Indonesia yang paling banyak dibicarakan para pakar hukum maupun pakar politik adalah permasalahan KPK melawan Polri. Permasalahan tersebut muncul kembali pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 91 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Pada bab ini diuraikan kesimpulan yang ditarik berdasarkan hasil analisa persepsi kredibilitas terhadap data variabel kredibilitas endorser dalam penelitian.

Lebih terperinci