SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DICKY BUDI NURCAHYA G

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DICKY BUDI NURCAHYA G"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA DI DUSUN DIRO DENGAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DICKY BUDI NURCAHYA G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

2 digilib.uns.ac.id PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul: Perbedaan Tingkat Depresi antara Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga di Dusun Diro dengan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur Dicky Budi Nurcahya, NIM: G , Tahun: 2012 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari Jumat, Tanggal 09 November 2012 Pembimbing Utama Nama : Suparman, dr., M.Kes NIP : (...) Pembimbing Pendamping Nama : Lilik Wijayanti, dr., M.Kes NIP : (...) Penguji Utama Nama : Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes NIP : (...) Anggota Penguji Nama : Prof. Dr. Santoso, dr., MS., Sp.OK NIP : (...) Surakarta,.. Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., SpPD-KR-FINASIM NIP ii NIP

3 digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, 09 November 2012 Dicky Budi Nurcahya NIM. G iii

4 digilib.uns.ac.id ABSTRAK Dicky Budi Nurcahya, G , Perbedaan Tingkat Depresi antara Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga di Dusun Diro dengan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang: Populasi penduduk lansia semakin meningkat. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan bahwa pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2025 penduduk lansia di dunia meningkat hingga 77,37% dan Indonesia merupakan negara penyumbang tingginya angka persentase tersebut. Depresi merupakan gangguan psikiatri yang paling sering terjadi pada lansia. Tempat dimana lansia tinggal merupakan salah satu faktor yang dapat memicu timbulnya depresi. Lansia ada yang bertempat tinggal di rumah bersama keluarganya dan ada pula yang bertempat tinggal di panti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi antara lansia yang tinggal bersama keluarga di Dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada anggota keluarga dan petugas panti tentang kondisi psikologis pada lansia. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian adalah lansia di Dusun Diro dan Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjawab kuesioner penelitian. Skor depresi diukur dengan menggunakan GDS-SF. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Diperoleh data sebanyak 35 sampel di Dusun Diro dan 35 sampel di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. Sampel kemudian dianalisis dengan uji t tidak berpasangan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for Window. Hasil Penelitian: Data perbedaan tingkat depresi antara lansia yang tinggal bersama keluarga di dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur diuji dengan uji t tidak berpasangan, didapatkan p = 0,028 (p < 0,05). Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat depresi pada lansia yang tinggal bersama keluarga di Dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur dengan p = 0,028 (p < 0,05). Kata Kunci: lansia, depresi, GDS-SF iv

5 digilib.uns.ac.id ABSTRACT Dicky Budi Nurcahya, G , The Difference in the Level of Depression between the Elders Who Living with a Family in Diro Village and Elders Who Staying in Tresna Werdha Nursing House the Unit of Budi Luhur, Yogyakarta. Mini Thesis. Faculty of Madicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Background: The population of elders is gradually increasing. The United Nation stated that the elders population is increasing around 77,37% during 2005 till 2025 and Indonesia is the country which is contribute to the high number of its percentage. Depression is a psychiatric disorder that most commonly occurs to the elders. The place where they are living is one factor that may lead to the depression. Some elders are residing in the home with his family and some others are residing within a nursing house. This study is aimed to determine the differences in rates of depression between the elders who living with a family in Diro Village and elders who staying in Tresna Werdha Nursing House the Unit of Budi Luhur, Yogyakarta. The study is expected to provide useful input to family members and nursing staff about the psychological condition of the elders. Method: This study was observational analytic cross-sectional approach. The subjects were elders in Diro village and Tresna Werdha Nursing House the Unit of Budi Luhur, Yogyakarta that met the inclusion criteria and were willing to answer the questionnaire study. Depression scores measured using the GDS-SF. Sampling is done by simple random sampling. Data obtained in a total of 35 samples in Diro Village and 35 samples in Tresna Werdha Nursing House the Unit of Budi Luhur, Yogyakarta. Samples were then analyzed by unpaired t test using Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 17.0 for Window. Result: Data differences in rates of depression between elders living with a family in Diro Village and those living in Tresna Werdha Nursing House the Unit of Budi Luhur, Yogyakarta tested by unpaired t test, it was found p = 0,028 (p < 0,05). Conclusion: There were significant differences between the rates of depression in elders living with a family in the Diro Village and Tresna Werdha Nursing House the Unit of Budi Luhur, Yogyakarta with p = 0,028 (p < 0,05). Keywords: elders, depression, GDS-SF v

6 digilib.uns.ac.id PRAKATA Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta ala yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran. Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul Perbedaan Tingkat Depresi antara Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga di Dusun Diro dengan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat diatasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., SpPD-KR-FINASIM., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Suparman, dr., M.Kes., selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat. 4. Lilik Wijayanti, dr., M.Kes., selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat. 5. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes., selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasihat. 6. Prof. Dr. Santoso, dr., MS., Sp.OK., selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan nasihat. 7. Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur serta seluruh Staf yang telah membantu pelaksanaan penelitian, terutama Drs. Tulus Suseno H selaku pembimbing lapangan. 8. Orang tuaku tercinta Ayahanda Maridjo, SE dan Ibunda Sarjiyem, Mas Nugroho Budi Nurcahyo, S.IP, Mbak Ika Damayanti, S.Si, dan seluruh keluarga atas doanya. 9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis pun menyadari bahwa penulisan laporan penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dari para pembaca yang budiman. Akhir kata, semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, 09 November 2012 Dicky Budi Nurcahya vi

7 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI PRAKATA... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR SKEMA... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Manfaat Penelitian... 5 BAB II. LANDASAN TEORI... 6 A. Tinjauan Pustaka Lansia a. Definisi b. Proporsi Penduduk Lansia c. Teori Proses Menua d. Permasalahan pada Lansia Depresi pada Lansia a. Definisi b. Epidemiologi c. Faktor Penyebab Depresi d. Dampak Depresi pada Lansia e. Skrining Depresi pada Lansia dengan Geriatric Depression Scale Keluarga a. Definisi b. Fungsi Keluarga vii

8 digilib.uns.ac.id c. Tugas Keluarga d. Karakteristik Keluarga Sehat e. Peran Anggota Keluarga terhadap Lansia Panti Sosial Tresna Werdha a. Definisi b. Tujuan c. Fungsi Perbedaan Tingkat Depresi antara Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga dengan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha.. 28 B. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Lokasi Penelitian C. Waktu Penelitian D. Subjek Penelitian E. Teknik Pengambilan Sampel F. Rancangan Penelitian G. Identifikasi Variabel H. Definisi Operasional Variabel I. Instrumen Penelitian J. Cara Kerja K. Teknik Analisis Data BAB IV. HASIL PENELITIAN BAB V. PEMBAHASAN BAB VI. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

9 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Karakteristik Sampel di Dusun Diro Tabel 4.2 Karakteristik Sampel di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur Tabel 4.3 Nilai Normalitas Data Tabel 4.4 Hasil Uji T Tidak Berpasangan Skor GDS-SF ix

10 digilib.uns.ac.id DAFTAR SKEMA Skema 2.1 Kerangka Konsep Skema 3.1 Rancangan Penelitian. 33 x

11 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Informed Consent Lampiran 2. Lembar Data Responden Lampiran 3. Lembar GDS-SF Lampiran 4. Lembar Analisis Statistik Lampiran 5. Lembar Data Responden Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian dan Pengambilan Data dari Fakultas Kedokteran Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari Bakesbangpol dan Linmas Jawa Tengah Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian dari Bappeda Kabupaten Bantul Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian dari Lurah Desa Pendowoharjo Lampiran 12. Surat Jawaban Ijin Penelitian dari Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur xi

12 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk lansia merupakan bagian masyarakat yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan orang karena pada dasarnya setiap orang akan mengalami fase lansia (Subijanto dkk, 2011). Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan bahwa pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2025 penduduk lansia di dunia meningkat hingga 77,37% dan Indonesia merupakan negara penyumbang tingginya angka persentase tersebut (Bantulkab, 2010). Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah lansia di Indonesia mencapai 9,77% atau 23,9 juta jiwa pada tahun 2010 dan akan meningkat secara signifikan menjadi 11,4% atau 28,8 juta jiwa pada tahun Hal ini berkorelasi positif dengan peningkatan kesejahteraan yang dialami oleh masyarakat Indonesia, khususnya dibidang kesehatan yang ditunjukkan dengan semakin tinginya angka harapan hidup (Subijanto dkk, 2011). Angka harapan hidup di Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 73,7 tahun. Selain itu, Indonesia diperkirakan dapat menekan angka kelahiran total (Total Fertility Rate-TFR) dan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate-IMR) serta meningkatkan proporsi penduduk lansia (Bappenas, 2005). Lansia sangat berkaitan dengan berbagai perubahan anatomi dan fisiologi akibat proses menua, penyakit atau keadaan patologik akibat penuaan, serta pengaruh psikososial commit pada to user fungsi organ. Hal ini berhubungan 1

13 digilib.uns.ac.id 2 dengan berbagai kemunduran yang dialami lansia baik fisik, psikologis, dan sosial. Kemunduran secara fisik antara lain ditandai dengan penurunan panca indera, kulit keriput, dan menurunnya imunitas sehingga memunculkan berbagai penyakit. Kemunduran sosial di antaranya adalah ketiadaan sanak saudara yang dapat memberikan bantuan, kurang mampu dalam hal ekonomi, tidak produktif, dan tidak mampu lagi berperan di masyarakat. Kemunduran psikologis yang sering dijumpai pada lansia antara lain perasaan tidak berguna, mudah sedih, insomnia, stres, anxietas, demensia, delirium, dan depresi (Darmojo, 2009a). Depresi merupakan gangguan psikiatri yang paling sering terjadi pada lansia. Depresi pada lansia merupakan akibat dari interaksi faktor biologi, fisik, psikologis, dan sosial (Privitera and Lyness, 2007). Berbagai persoalan hidup yang dialami lansia, seperti kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stres yang berkepanjangan, konflik dengan keluarga, tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya, punya keturunan tapi telah meninggal, anak tidak mau direpotkan untuk mengurus orang tua, dan anak terlalu sibuk, dapat memicu timbulnya depresi (Depsos, 2006). Menurut Alexopoulos (2005) depresi pada lansia dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang kronis, gangguan kognitif, masalah keluarga, kecacatan, dan meningkatkan risiko kematian. Salah satu faktor yang dapat memicu timbulnya depresi pada lansia adalah tempat dimana lansia tersebut tinggal. Lansia ada yang bertempat tinggal di rumah bersama keluarganya dan ada pula yang bertempat tinggal di Panti werdha. Sebagaimana yang

14 digilib.uns.ac.id 3 dijelaskan oleh Darmojo (2009b) dan Martono (2009) bahwa sebagian besar penduduk lansia di Indonesia hidup bertempat tinggal bersama keluarganya, namun di sisi lain terdapat pula panti werdha yaitu suatu institusi hunian bersama dari para lansia. Perbedaan tempat tinggal ini memunculkan perbedaan lingkungan fisik, sosial, ekonomi, psikologis, dan spiritual religius sehingga dapat mempengaruhi status kesehatan penduduk lansia yang tinggal di dalamnya. Hal tersebut juga disebutkan sebagai faktor risiko terjadinya depresi pada lansia (Karakaya et al., 2009; Chung, 2008). Fungsi keluarga terhadap lansia yang ada di dalamnya sangatlah penting untuk mengatasi masalah kemunduran fisik, psikologis, dan sosial. Masalah kesehatan anggota keluarga saling terkait dengan berbagai masalah anggota keluarga lainnya. Secara teoritis jika terdapat gangguan fungsi keluarga maka akan terjadi masalah kesehatan anggota keluarga. Untuk dapat menjalankan fungsi keluarga dengan baik diperlukan informasi dan edukasi kepada anggota keluarga oleh pemberi pelayanan kesehatan. Pemberi pelayanan kesehatan dituntut untuk menerapkan sistem pelayanan berbasis pendekatan keluarga. Pada sistem pendidikan sekarang ini mahasiswa kedokteran sebagai calon pemberi pelayanan kesehatan juga telah dibekali ilmu untuk melakukan proses identifikasi, intervensi, dan evaluasi dengan pendekatan pada keluarga (Family Oriented Medical Education) (Murti dkk., 2012). D.I Yogyakarta adalah provinsi dengan angka harapan hidup tertinggi di Indonesia yaitu 76 tahun pada tahun 2010 dan diperkirakan tahun-tahun berikutnya akan mengalami peningkatan. Sejalan dengan tingginya angka

15 digilib.uns.ac.id 4 harapan hidup, persentase penduduk lansia juga tertinggi yaitu 14,02% (BPS, 2011). Provinsi D.I Yogyakarta mempunyai panti werdha dengan nama Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur yang menampung sekitar 80 lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Puji (2010) didapatkan hasil bahwa lebih dari 50% lansia yang tinggal di panti ini mengalami depresi. Tidak jauh dari panti werdha ini terdapat Dusun Diro yang di dalamnya ada Posyandu lansia sehingga memiliki data administrasi lansia yang baik. Ada sekitar 70 lansia di dusun ini yang tinggal bersama keluarganya. Belum ada data tentang depresi pada lansia di dusun ini. Sejauh ini prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8%-15% dan hasil metaanalisis dari laporan negara-negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,15% (Evy, 2008). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berjudul perbedaan tingkat depresi antara lansia yang tinggal bersama keluarga di Dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogykarta Unit Budi Luhur. B. Rumusan Masalah Adakah perbedaan tingkat depresi antara lansia yang tinggal bersama keluarga di Dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur?

16 digilib.uns.ac.id 5 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi antara lansia yang tinggal bersama keluarga di Dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. D. Manfaat Penelitian 1. Aspek Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat: a. membuktikan secara empiris dari teori yang sudah ada tentang depresi pada lansia. b. menjadi salah satu bahan pertimbangan peneliti lain yang tertarik untuk meneliti masalah depresi pada lansia. 2. Aspek Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat: a. memberikan bahan pertimbangan kepada keluarga sebelum memasukkan anggota keluarganya yang lansia ke panti werdha. b. memberikan masukan kepada petugas panti untuk lebih memperhatikan kondisi psikologis pada lansia. c. memberikan masukan kepada masyarakat untuk dapat memahami kondisi psikologis pada lansia sehingga dapat memperlakukannya dengan bijak.

17 digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lansia a. Definisi Batasan usia untuk lansia pada setiap negara berbeda-beda. Menurut WHO lansia adalah orang yang memiliki usia 60 tahun atau lebih (Komnas lansia, 2010). Lansia dikelompokkan menjadi sebagai berikut (Nugroho, 2008 ): 1) Usia pertengahan (middle age ), antara tahun. 2) Usia lanjut (elderly), antara tahun. 3) Usia lanjut tua (old), antara tahun. 4) Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun. Sedangkan menurut Depkes RI (2009) penduduk lansia dikelompokkan menjadi sebagai berikut: 1) Kelompok usia prasenilis tahun. 2) Kelompok usia lanjut 60 tahun ke atas. 3) Kelompok usia risiko tinggi 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan. 6

18 digilib.uns.ac.id 7 b. Proporsi Penduduk Lansia Jumlah lansia di dunia meningkat dengan pesat. Diperkirakan proporsi penduduk lansia yang berusia 60 tahun atau lebih menjadi dua kali lipat, dari 11% ditahun 2006 menjadi 22% pada tahun Populasi lansia di dunia yang pada tahun 2006 sekitar 650 juta, akan mencapai 2 miliar pada tahun Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, pada saat itu akan ada lebih banyak orang tua dari pada anak-anak usia 0-14 tahun di populasi. Negara-negara berkembang akan mengalami tingkat penuaan yang jauh lebih cepat dari negara-negara maju. Pada tahun 2005 sekitar 60% lansia di dunia tinggal di negara berkembang. Dalam lima dekade mendatang kondisi ini akan meningkat menjadi lebih dari 80%. Penuaan penduduk dunia di negara berkembang dan negara maju sebenarnya merupakan indikator meningkatnya kesehatan global (Depkes, 2012). Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 11,3 juta jiwa (6,4%) meningkat menjadi 15,3 juta (7,4%) pada tahun Pada tahun 2010 akan sama dengan jumlah Balita yaitu sekitar 24 juta jiwa atau 9,77% dari seluruh jumlah penduduk. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia akan meningkat menjadi 28,8 juta atau 11,34% dari total jumlah penduduk (Depkes, 2012). c. Teori Proses Menua Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang

19 digilib.uns.ac.id 8 hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Dalam Maryam dkk. (2011) disebutkan ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, teori pikologis, teori sosial, dan teori spiritual. 1) Teori biologi Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang. a) Teori genetik dan mutasi Menurut teori ini menua terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. b) Immunology slow theory Menurut teori ini sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh. c) Teori stres Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan

20 digilib.uns.ac.id 9 internal, kelebihan usaha, dan stres yang menyebabkan sel- sel tubuh lelah terpakai. d) Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahanbahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel sel tidak dapat melakukan regenerasi. e) Teori rantai silang Pada teori ini diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat khususnya kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel. 2) Teori psikologis Pada lansia, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan inteligensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada, ditunjang dengan status sosialnya. Adanya penurunan dari intelektualisasi yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif,

21 digilib.uns.ac.id 10 memori, dan belajar pada lansia menyebabkannya sulit untuk dipahami dan berinteraksi. 3) Teori sosial Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu teori interaksi sosial, teori penarikan diri, teori aktivitas, teori kesinambungan, dan teori perkembangan. a) Teori interaksi sosial Pada lansia kekuasaannya berkurang sehingga menyebabkan interaksi sosialnya juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuannya mengikuti perintah. b) Teori penarikan diri Kemiskinan dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya. c) Teori aktifitas Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dari aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun akan tetapi dilain sisi dapat dikembangkan, misalnya peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau nenek, ketua RT, seorang duda atau commit janda. to user

22 digilib.uns.ac.id 11 d) Teori kesinambungan Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambaran kelak pada saat orang menjadi lansia. Hai ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun dirinya telah menjadi lansia. e) Teori perkembangan Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua adalah suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tentangan tersebut yang dapat bernilai positif maupun negatif. f) Teori spiritual Komponen spiritual dan tubuh kembang merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. d. Permasalahan pada Lansia Masalah-masalah yang berhubungan dengan lansia adalah masalah kesehatan baik kesehatan fisik maupun mental, masalah sosial, masalah ekonomi, dan masalah psikologis (Maryam dkk, 2011). Banyak orang menghadapi proses penuaan dengan keprihatinan. Di banyak negara penuaan dikaitkan dengan ketidakmampuan, defisit kognitif, dan kesendirian commit (Hoyer to user and Roodin, 2003). Menurut Setiati

23 digilib.uns.ac.id 12 dkk. (2006), proses menua merupakan sebuah waktu untuk berbagai kehilangan seperti kehilangan peran sosial akibat pensiun, kehilangan mata pencaharian, kehilangan teman, dan keluarga. Ketika manusia semakin tua, manusia cenderung untuk mengalami masalah-masalah kesehatan yang lebih menetap dan berpotensi menimbulkan ketidakmampuan. Kebanyakan lansia memiliki satu atau lebih keadaan atau ketidakmampuan fisik yang kronis (Papalia et al., 2003). Masalah kesehatan kronik yang paling sering terjadi pada lansia adalah artritis, hipertensi, gangguan pendengaran, penyakit jantung, katarak, deformitas atau kelemahan ortopedik, sinusitis kronik, diabetes, gangguan penglihatan (Sadock and Sadock, 2007). Ketidakmampuan fungsional akibat dari beberapa penyakit medis yang terjadi bersama-sama dan ketidakmampuan ortopedik maupun neurologik pada pada lansia merupakan suatu kehilangan yang besar. Dalam Blazer (2009) disebutkan bahwa ketidakmampuan fisik merupakan permasalahan utama yang mempengaruhi kehidupan lansia. Ketidakmampun fisik dapat menyebabkan keterbatasan untuk melakukan aktivitas sosial atau aktivitas di waktu luang (leisure activities) yang bermakna, isolasi, dan berkurangnya kualitas dukungan sosial.

24 digilib.uns.ac.id 13 Dalam Maryam dkk. (2011) disebutkan bahwa berbagai kehilangan dan kejadian hidup yang merugikan merupakan penentu utama penyakit-penyakit psikiatrik pada lansia. Kehilangan temanteman dan orang-orang yang dicintai menyebabkan terjadinya isolasi sosial. Kehilangan anak atau yang lebih sering kehilangan pasangan merupakan faktor resiko penting untuk depresi, hipokondriasis dan penurunan fungsi lainnya. Lansia lebih mudah mengalami isolasi sosial. Dalam Hoyer and Roodin (2003) disebutkan bahwa lansia memiliki jaringan dukungan sosial yang lebih kecil daripada orang yang lebih muda, dan jaringan ini didominasi oleh sanak saudara. Menurut Maryam dkk. (2011) pensiun atau kehilangan fungsi utama di rumah, terutama ketika hal tersebut tidak direncanakan atau diinginkan berhubungan dengan kelesuan, infolusi (degenerasi progresif), dan depresi. Pensiun berhubungan dengan pengurangan pendapat personal sebesar sepertiga sampai setengahnya. Perubahan peran akan berdampak langsung pada penghargaan diri. Pensiun juga akan menyebabkan perubahan gaya hidup pada pasangannya dan menyebabkan beberapa adaptasi dalam hubungan dengan pasangannya. Dalam Hoyer and Roodin (2003) disebutkan bahwa sekitar 15% lansia mengalami kesulitan-kesulitan besar dalam penyesuaian diri terhadap pensiun.

25 digilib.uns.ac.id 14 Hal-hal di atas menyebabkan lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami masalah kesehatan mental. Gangguan yang sering terjadi meliputi kecemasan, alkoholisme, ganguan dalam penyesuaian terhadap kehilangan atau stabilitas fungsional, dan depresi (Hoyer and Roodin, 2003). 2. Depresi pada Lansia a. Definisi Depresi merupakan gangguan mood. Mood adalah suasana perasaan yang meresap dan menetap yang dialami secara internal dan yang mempengaruhi perilaku seseorang serta persepsinya terhadap dunia (Sadock and Sadock, 2007). Menurut Hawari (2006) depresi memiliki arti sebagai salah satu bentuk gangguan pada alam perasaan (affective/mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa, dan lain sebagainya. b. Epidemiologi Depresi adalah masalah kesehatan utama pada lansia dengan prevalensi lebih dari 45% terjadi di panti (Smoliner et al., 2009). Gejala depresi lebih sering terjadi pada lansia yang mempunyai ketidakmampuan fisik, gangguan kognitif, dan status sosial ekonomi rendah. Hubungan antara usia dangan depresi sangat kompleks, ketika faktor-faktor tersebut terkontrol, tidak ada hubungan antara gejalagejala depresi dan usia (Wu et al., 2012).

26 digilib.uns.ac.id 15 Wanita memiliki risiko untuk depresi lebih tinggi daripada pria, bahkan di masa tua (Gallo and Gonzales, 2001). Hal ini karena adanya perbedaan hormonal, efek-efek dari melahirkan, perbedaan stressor psikososial (Sadock and Sadock., 2007). Pada penelitian oleh Schoever et al. (2000) didapati prevalensi depresi pada pria sebesar 6,9% dan sebesar 16,5% pada wanita. Pada penelitian oleh Schoever tersebut dapat dilihat pada subjek penelitian bahwa disabilitas fungsional lebih sering terjadi pada wanita dan lebih banyak wanita yang tidak atau tidak lagi menikah. Dalam Hoyer and Rodin (2003) disebutkan bahwa angka depresi per tahun paling rendah pada lansia yang menikah yaitu sebesar 1,5%. Angka depresi tertinggi terdapat pada lansia yang telah bercerai sebanyak 2 kali, yaitu sebesar 5,8%. Angka depresi pada lansia yang bercerai satu kali adalah 4,1% sedangkan lansia yang tidak pernah menikah memiliki angka depresi tahunan sebesar 2,4%. Dalam Gallo and Gonzales (2001) disebutkan bahwa angka depresi pada pasien lansia dengan penyakit medis serius lebih tinggi. Depresi dialami oleh sekitar 40% pasien dengan sroke, 35% pasien dengan kanker, 25% pasien dengan penyakit parkinson, 29% pasien dengan penyakit kardiovaskular, dan 10% pasien dengan diabetes.

27 digilib.uns.ac.id 16 c. Faktor Penyebab Depresi Depresi pada lansia bukan merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh patologi tunggal, tetapi biasanya bersifat multifaktorial (Hughes, 2005). Faktor-faktor yang menyebabkan depresi antara lain : 1) Faktor genetik Dalam dua dekade terakhir, teknologi genetik molekuler sangat berkembang. Beberapa penelitian yang dilakukan semenjak beberapa tahun lalu telah memberikan informasi tentang transmisi genetik gangguan mood alam perasaan (Amir, 2005). 2) Susunan kimia otak dan tubuh Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh tampaknya memegang peranan yang besar dalam mengendalikan emosi. Pada wanita perubahan hormon dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi. Norepinerfin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood, selain itu dopamin juga telah diperkirakan memiliki peranan dalam depresi (Kaplan et al., 2010). 3) Kepribadian depresif Orang yang mempunyai kepribadian depresif (terus-menerus bersikap sedih dan putus asa) membuat individu terasing dalam masyarakan dan mengakibatkan terjadinya depresi (Cule and Dendukuri, 2003).

28 digilib.uns.ac.id 17 4) Stres Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pindah rumah, atau stres yang berat diangap dapat menyebabkan depresi. Reaksi terhadap stres seringkali ditangguhkan dan depresi dapat terjadi beberapa bulan sesudah peristiwa itu terjadi (Cole and Dendukuri, 2003). 5) Penyakit fisik Lansia yang menderita fisik atau kondisi kelumpuhan yang lama seperti arthritis rematoid dapat berakhir dengan depresi (Cole and Dendukuri, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Cole and Dendukuri (2003) menyimpulkan bahwa faktor risiko penting terjadinya depresi pada lansia adalah kehilangan pasangan hidup, gangguan tidur, riwayat depresi sebelumnya, dan jenis kelamin wanita. Selain itu Hughes (2005) juga menuliskan beberapa faktor risiko lain yaitu kemiskinan, tinggal di panti, kurangnya dukungan sosial, pengobatan, alkohol, dan perubahan di dalam otak. Penelitian yang dilakukan Tsopelas et al. (2011) menyimpulkan bahwa depresi pada lansia berhubungan dengan hilangnya jaringan saraf di subkortikal hipokampus. d. Dampak Depresi pada Lansia Pada lansia, depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan dengan penyakit lain hendaknya ditangani dengan sungguh-

29 digilib.uns.ac.id 18 sungguh karena bila tidak diobati dapat memperburuk perjalanan penyakit dan memperburuk prognosis (Dewi dkk, 2007). Pada depresi dapat dijumpai hal-hal seperti di bawah ini (Mudjaddid, 2003; Pan et al., 2011): 1) Depresi dapat meningkatkan angka kematian pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler dan diabetes melitus. 2) Pada depresi timbul ketidakseimbangan hormonal yang dapat memperburuk penyakit kardiovaskular. Misalnya peningkatan hormon adrenokortikotropin akan meningkatkan kadar kortisol. 3) Metabolisme serotonin yang terganggu pada depresi akan menimbulkan efek trombogenesis. 4) Perubahan suasana hati (mood) berhubungan dengan gangguan respons imunitas termasuk perubahan fungsi limfosit dan penurunan jumlah limfosit. 5) Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas sel natural killer. 6) Pasien depresi menunjukkan kepatuhan yang buruk pada program pengobatan maupun rehabilitas. Depresi pada lansia yang tidak ditangani dapat berlangsung bertahun-tahun dan menyebabkan berkurangnya kualitas hidup, kesulitan dalam fungsi sosial dan fisik, berkurangnya kepatuhan terhadap terapi, dan meningkatnya morbiditas serta mortalitas akibat bunuh diri (Unutzer, 2007). Beberapa peneliti menunjukkan bahwa

30 digilib.uns.ac.id 19 depresi pada lansia menyebabkan peningkatan penggunaan rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan (Blazer, 2009). Lansia mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih dari depresi dan memiliki waktu untuk relapse yang lebih singkat daripada orang-orang yang lebih muda (Gallo and Gonzales, 2001). e. Skrining Depresi pada Lansia dengan Geriatric Depression Scale Skrining depresi pada lansia untuk layanan kesehatan primer sangat penting. Hal ini karena tingginya frekuensi depresi dan gagasan untuk bunuh diri pada lansia (Blazer, 2009). Skrining juga perlu dilakukan untuk membantu edukasi tentang depresi pada pasien dan perawat, serta untuk mengikuti perjalanan gejala-gejala depresi seiring dengan waktu (Gallo and Gonzales, 2011). Skrining tidak ditujukan untuk membuat diagnosis depresi, namun untuk mendokumentasikan gejala-gejala depresi pada lansia apapun penyebabnya (Blazer, 2009). Menurut Yesavage et al. (1983) skrining depresi pada lansia memiliki kekhususan tersendiri. Gejala-gejala depresi seperti kesulitan-kesulitan tidur, energi yang berkurang, dan libido yang menurun secara umum ditemukan pada lansia yang tidak mengalami depresi. Pemikiran tentang kematian dan keputusasaan akan masa depan mempunyai makna penting baginya yang berada pada fase terakhir kehidupan. Kondisi medis yang kronik merupakan hal yang umum pada pasien geriatri dan dapat berhubungan dengan retardasi

31 digilib.uns.ac.id 20 motorik serta berkurangnya tingkat aktifitas. Komorbiditas dengan demensia dapat mempengaruhi konsentrasi dan proses kognitif. Banyak instrumen yang tersedia untuk mengukur depresi, salah satunya Geriatric Depression Scale (GDS) yang pertama kali diperkenalkan oleh Yesavage et al. (1983). GDS telah diuji dan digunakan secara luas pada penduduk usia lanjut di dunia, baik untuk praktek klinis maupun penelitian. GDS memiliki sensitivitas 92% dan spesifikasi 89% (Kurlowich and Greeberg, 2007). Selain GDS, screening scale lain yang telah terstandardisasi adalah Center for Epidemiologic Studies Depression Scale, Revised (CES-DR). Selain itu masih ada instrumen skrining lain seperti Hamilton Rating Scale for Depression, Zung Self-Rating Depression Scale, Montgomery Asberg Depression Rating Scale (Holroyd and Clayton, 2000). Geriatric Depression Scale Long Form (GDS-LF) terdiri dari 30 pertanyaan singkat dan peserta diminta untuk menanggapi dengan jawaban ya atau tidak. Sheikh and Yesevage (1986) mengembangkan Geriatric Depression Scale Short Form (GDS-SF) yang terdiri 15 pertanyaan dari GDS-LF yang memiliki korelasi tertinggi dengan gejala depresi. Dari 15 pertanyaan tersebut, 10 pertanyaan menunjukkan adanya depresi jika menjawab ya sementara sisanya (pertanyaan nomor 1, 5, 7, 11, 13) menunjukkan depresi jika menjawab tidak. Skor 0-4 dianggap normal, 5-8 menunjukkan depresi ringan, 9-11 menunjukkan depresi sedang, dan

32 digilib.uns.ac.id menunjukkan depresi berat (Kurlowicz and Greenberg, 2007). Dalam sebuah studi validasi perbandingan GDS-LF dan GDS-SF yang dilakukan Mui (1996), keduanya berhasil membedakan antara depresi dan tidak depresi dengan korelasi tinggi (r =.93, p<.0001). Penelitian yang dilakukan oleh Cheah et al. (2011) menyimpulkan bahwa GDS- SF lebih mudah digunakan, lebih efisien, dan lebih mudah dikelola. 3. Keluarga a. Definisi Keluarga adalah lembaga sosial satu-satunya yang terdiri dari beberapa orang (dua atau lebih) yang terlibat dalam emosi satu sama lain dan hidup dekat dalam unit terkecil dari masyarakat yang terdiri ayah, ibu, dan anak yang mempunyai ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal dalam satu rumah (Horton, 1999). Setyowati dan Murwani (2008), menegaskan bahwa dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak, atau ayah, ibu, dan anak. b. Fungsi Keluarga Friedmann dalam Ali (2010), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga sebagai berikut: 1) Fungsi afektif Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.

33 digilib.uns.ac.id 22 2) Fungsi sosialisasi Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya bayi yang baru lahir bayi akan menatap ayah, ibu, orang-orang yang di sekitarnya. 3) Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan, tujuan membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan. 4) Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal. 5) Fungsi perawatan Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit.

34 digilib.uns.ac.id 23 c. Tugas Keluarga Friedman dalam Ali (2010), menyebutkan beberapa tugas kesehatan keluarga sebagai berikut: 1) Mengenal masalah kesehatan. 2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat. 3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. 4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat. Tugas perkembangan keluarga dengan lansia dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realita yang tidak dapat dihindari sebagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan, serta perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi kesehatan. Dengan memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase ini diharapkan orang tua mampu beradaptasi menghadapi stressor tersebut. Adapun tugas keluarga dengan usia lanjut yaitu, mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan, adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan, mempertahankan keakraban suami-istri dan saling merawat, mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

35 digilib.uns.ac.id 24 d. Karakteristik Keluarga Sehat Jika keluarga dapat melakukan tugas dan fungsi keluarga dengan benar maka akan tercipta keluarga sehat. Karakteristik keluarga sehat menurut Prasetyawati (2010) yaitu : 1) Komunikasi yang sehat, anggota keluarga mempunyai kebebasan untuk mengeluarkan perasaan dan emosinya. 2) Otonomi individu, saling terbuka di antara suami-istri. 3) Fleksibilitas saling memberi dan menerima dengan adaptasi kebutuhan-kebutuhan pribadi dan penggantian situasi. 4) Apresiasi saling menegur dan memuji atau memberikan hadiah, sehingga anggota keluarga dapat mengembangkan perasaan dari perasaan menghargai dirinya sendiri. 5) Pemberian semangat di dalam keluarga akan menimbulkan rasa aman jauh dari stres dan meningkatkan kesehatan lingkungan. a) Waktu keluarga, kepedulian, dan mengerjakan sesuatu bersama. b) Kepentingan dari hubungan suami-istri dalam perkawinan menjadi nyata apabila pendekatan keluarga selalu diusahakan. c) Pertumbuhan kebutuhan-kebutuhan untuk pertumbuhan masing-masing individu anggota keluarga selalu mendapatkan dorongan dalam suasana yang membesarkan hati. d) nilai-nilai spiritual dan keagamaan kepercayaan kepada Tuhan dan spiritual diketahui berhubungan dengan kepositifan

36 digilib.uns.ac.id 25 kesehatan keluarga, mendorong dan memperkuat suatu ucapan keluarga adalah berdoa bersama dan tinggal bersama. e. Peran Anggota Keluarga terhadap Lansia Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga pada lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia (Maryam dkk. 2011). Maryam dkk. (2011) menyebutkan ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perannya terhadap lansia, yaitu: melakukan pembicaraan terarah, mempertahankan kehangatan keluarga, membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia, membantu dalam hal transportasi, membantu memenuhi sumber-sumber keuangan, memberikan kasih sayang, menghormati dan menghargai, bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia, memberikan kasih sayang, menyediakan waktu serta perhatian, jangan menganggap sebagai beban, memberikan kesempatan untuk tinggal bersama, meminta nasihatnya dalam peristiwa-peristiwa penting, mengajaknya dalam acara-acara keluarga, membantu mencukupi kebutuhannya, memberikan dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah termasuk pengembangan hobi, commit membantu to user pengaturan keuangan, dan

37 digilib.uns.ac.id 26 memeriksakan kesehatan secara teratur. Keberadaan lansia dalam keluarga mencerminkan besarnya perhatian anak terhadap orang tua (Depsos, 2006). Berbagai persoalan hidup yang dialami lansia dapat membuatnya tidak dapat menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama keluarga tercinta dengan penuh kasih sayang sehingga dapat mempengaruhi kesehatan lansia terutama mental yang berujung dengan timbulnya depresi. Persoalan itu seperti kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stres yang berkepanjangan, konflik dengan keluarga atau anak, tidak punya keturunan yang bisa merawatnya, keturunannya telah lebih dulu meninggal, anak tidak mau direpotkan untuk mengurus orang tua, dan anak terlalu sibuk dengan urusannya (Depsos, 2006). Penelitian Lena et al. (2009) di India menyebutkan bahwa meskipun orang lansia tidak terlalu bahagia dalam kehidupannya atau tidak memiliki hunbungan yang baik dengan anak-anak (keluarga), lansia lebih suka tinggal di rumah daripada di panti. 4. Panti Sosial Tresna Werdha a. Definisi Panti Sosial Tresna Werdha adalah suatu institusi hunian bersama dari para lansia yang secara fisik masih mandiri, akan tetapi (terutama) mempunyai keterbatasan di bidang sosial-ekonomi (Darmojo, 2009).

38 digilib.uns.ac.id 27 b. Tujuan Pemerintah mendirikan Panti Sosial Tresna Werdha atas dasar rasa kasih sayang pihak lain terhadap para lansia yang tidak mendapatkan kasih sayang di luar panti baik dari keluarganya maupun warga masyarakat (Ihromi, 2004). Institusi ini dimaksudkan untuk menampung lansia miskin dan terlantar agar mendapatkan fasilitas yang layak, mulai dari kebutuhan makan minum sampai kebutuhan aktualisasi. Namun lambat laun dirasakan bahwa orang yang berkecukupan dan mapan juga membutuhkan pelayanan tersebut (Mariani dan Kadir, 2007). c. Fungsi Menurut Ihromi (2004) fungsi panti werdha adalah sebagai berikut: 1) Tempat bagi lansia miskin yang tidak mempunyai tempat tinggal untuk hidup dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia. 2) Tempat bagi lansia yang tidak mempunyai keluarga atau saudara yang dapat dan mau merawatnya. 3) Tempat bagi lansia untuk mencari ketenangan di hari tua yang tidak bisa didapatkan di luar panti.

39 digilib.uns.ac.id Perbedaan Tingkat Depresi antara Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga dengan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sebesar 90% penghuni panti werdha di Jakarta merasa bahagia tinggal di panti, tetapi ini tidak dapat digunakan sebagai bukti bahwa panti werdha merupakan tempat ideal bagi para lansia karena kebahagiaan itu sendiri merupakan fenomena yang sangat luas, sulit diukur, dan berbedabeda dari waktu ke waktu. Lansia bisa menyatakan bahagia karena dipanti merasa bebas, tidak pernah merasa lapar, tempat tidurnya nyaman, dan tidak ada pilihan lain untuk tinggal selain di panti (Ihromi, 2004). Lebih lanjut Jost (2009) menyebutkan, umumnya lansia yang memilih untuk tinggal di panti karena bisa berkumpul dengan teman segenerasi dan tidak mau merepotkan keluarga. Santoso dan Ismail (2009) mengutarakan bahwa segala pembicaraan akan lebih nyambung jika dilakukan dengan teman satu generasi. Ihromi (2004) menyebutkan hanya sebagian kecil penghuni panti yang tidak suka tinggal di tempat tersebut sehingga bisa menyebabkan depresi. Lansia merasa bahwa panti merupakan tempat pengasingan dan pembuangan untuk menanti ajal sehingga mengirim ke panti merupakan tindakan yang tidak dibenarkan secara budaya. Jost (2009) juga menyebutkan bahwa panti merupakan produk individualis dan cermin ketidakpedulian pada lansia. Ada yang tinggal di panti karena dipaksa oleh anaknya sendiri yang berpendapat lebih baik membayar panti untuk mengurus orangtuanya daripada harus mengurus sendiri di rumah.

40 digilib.uns.ac.id 29 Hasil studi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa tempat terbaik bagi lansia untuk mendapatkan perawatan adalah tempat tinggal sendiri bersama anggota keluarga lainnya. Perawatan yang dilakukan oleh anak sendiri diduga lebih memberikan rasa nyaman dan aman dibandingkan kerabat atau orang lain (Ihromi, 2004). Jost (2009) menuliskan pooling lansia dengan merujuk tiga kota besar di Indonesia (Jakarta, Surabaya, dan Medan) didapatkan hasil 92% memilih untuk menjadikan rumahnya sebagai tempat tinggal favorit dan hanya 4% yang memilih panti sebagai tempat tinggal favorit. Menetap tinggal di panti tampaknya menjadi solusi terbaik bagi lansia yang kehidupannya sepi dan membosankan sehingga dapat menimbulkan depresi karena anggota keluarga (anak) sibuk dengan kepentingannya masing-masing. Namun sejujurnya hal itu tidak menyelesaikan masalah karena akan timbul perasaan terbuang atau teringkirkan dari lingkungan kasih sayang keluarga (Sutarto dan Ismulcokro, 2008). Hasil penelitian Klug et al. (2010) di Austria menyimpulkan bahwa perawatan di rumah lebih efektif dan menghemat biaya pada lansia yang depresi.

41 digilib.uns.ac.id 30 B. Kerangka Pemikiran Lansia Rumah Panti kelebihan kekurangan kelebihan kekurangan 1. rasa nyaman dan aman 2. nilai kekeluargaan 3. rasa kasih sayang 4. rasa dihormati 5. rasa penghargaan a. masalah ekonomi b. kurangnya kegiatan dan aktifitas 1) banyak teman satu generasi 2) banyak kegiatan dan aktifitas a) perasaan terbuang b) perasaan tidak berguna c) tidak dibenarkan secara budaya tingkat depresi rendah tingkat depresi tinggi Skema 2.1 Kerangka Konsep C. Hipotesis Ada perbedaan tingkat depresi antara lansia yang tinggal bersama keluarga di Dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.

42 digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Dalam penelitian ini faktor pengaruh dan hal yang dipengaruhi diukur satu kali dalam waktu yang bersamaan. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Dusun Diro dan di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. C. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal Agustus Tahun D. Subjek Penelitian 1. Populasi Populasi yang diteliti adalah lansia di Dusun Diro dan Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjawab kuesioner penelitian. 2. Besar sampel Besar sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus sampel indipenden untuk menaksir perbedaan rerata antara 2 populasi (Arief, 2008). 31

43 digilib.uns.ac.id 32 na = nb = 2 = 2 b, = 30,7328 Keterangan na = besar sampel minimal di dusun nb = besar sampel minimal di panti Zα = nilai pada distribusi normal standar untuk uji dua sisi pada tingkat kemaknaan α (ditetapkan peneliti sebesar 1,96) s = simpang baku standar populasi dari Masturin (2010) d = tingkat ketepatan absolut dari beda rerata (ditetapkan peneliti) Berdasarkan hasil pada rumus di atas maka peneliti menetapkan bahwa besar sampel untuk kedua populasi adalah Kriteria inklusi dan eksklusi a. Kriteria inklusi : 1. umur 60 tahun 2. bersedia berpartisipasi 3. untuk lansia di panti, lama tinggal 6 bulan Hanifawati (2011) b. Kriteria eksklusi : Mengkonsumsi alkohol dan NAPZA E. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah simple random sampling sehingga setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Santjaka, 2011).

44 digilib.uns.ac.id 33 F. Rancangan Penelitian Populasi Simple random sampling Sampel Mengisi GDS-SF Uji statistik Skema 3.1 Rancangan Penelitian G. Identifikasi Variabel 1. Variabel bebas : Tinggal di dusun, Tinggal di panti werdha 2. Variabel terikat : Tingkat depresi 3. Variabel luar a. terkendali : usia, jenis kelamin, pendidikan tertinggi, status pernikahan, jumlah anak, pekerjaan, lama tinggal di panti, frekuensi kunjungan keluarga b. tidak terkendali : faktor genetik, kepribadian H. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel bebas a. Tinggal bersama keluarga Tinggal bersama keluarga adalah tinggal satu rumah dengan keluarganya yang masih mempunyai hubungan darah. Batasan hubungan darah di sini adalah keturunan sampai generasi kedua,

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia dan Permasalahannya Dewasa akhir (late adulthood) atau lanjut usia, biasanya merujuk pada tahap siklus kehidupan yang dimulai pada usia 65 tahun. Ahli gerontologi

Lebih terperinci

PERBEDAAN DEPRESI ANTARA GURU SMA BERJENIS KELAMIN PRIA YANG BEKERJA DENGAN TUGAS TAMBAHAN DAN YANG BEKERJA SECARA REGULER DI SMA NEGERI SURAKARTA

PERBEDAAN DEPRESI ANTARA GURU SMA BERJENIS KELAMIN PRIA YANG BEKERJA DENGAN TUGAS TAMBAHAN DAN YANG BEKERJA SECARA REGULER DI SMA NEGERI SURAKARTA PERBEDAAN DEPRESI ANTARA GURU SMA BERJENIS KELAMIN PRIA YANG BEKERJA DENGAN TUGAS TAMBAHAN DAN YANG BEKERJA SECARA REGULER DI SMA NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA 3 SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA 3 SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA 3 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran OGI KURNIAWAN G 0009164 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia sejak lahir dibagi dalam beberapa masa, yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa serta masa lansia. Keberhasilan pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, depresi masih sering terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena seringkali pasien depresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Populasi warga lanjut usia (lansia) di Indonesia semakin bertambah setiap tahun, hal tersebut karena keberhasilan pembangunan di berbagai bidang terutama bidang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN ANGKATAN 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN ANGKATAN 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN ANGKATAN 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur

Lebih terperinci

HUBUNGAN KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KLECO I SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KLECO I SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KLECO I SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran MUHAMMAD HAYDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara urutan ke-4 dengan jumlah lansia paling banyak sesudah Cina, India dan USA. Peningkatan jumlah lansia di negara maju relatif lebih cepat

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun oleh:

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN 1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan meraih derajat Sarjana Keperawatan Disusun Oleh : ATIK ARYANI J 210

Lebih terperinci

PERBEDAAN STATUS INSOMNIA ANTARA ORANG DEWASA YANG MELAKUKAN YOGA DENGAN YANG TIDAK MELAKUKAN YOGA

PERBEDAAN STATUS INSOMNIA ANTARA ORANG DEWASA YANG MELAKUKAN YOGA DENGAN YANG TIDAK MELAKUKAN YOGA PERBEDAAN STATUS INSOMNIA ANTARA ORANG DEWASA YANG MELAKUKAN YOGA DENGAN YANG TIDAK MELAKUKAN YOGA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Muhammad Syukri Kurnia Rahman G0011129

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu negara, keberhasilan pembangunan adalah citacita suatu bangsa yang dilihat dari peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Lanjut usia di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan karena meningkatnya usia harapan hidup. Pada tahun 1980 usia harapan hidup di Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH ANDROPAUSE TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PRIA DI KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

PENGARUH ANDROPAUSE TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PRIA DI KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan PENGARUH ANDROPAUSE TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PRIA DI KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran IRIYANTI MAYA SARI BARUTU G0011116 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya akan dialami oleh seseorang bila berumur panjang. Di Indonesia istilah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup hampir di seluruh negara di dunia menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dan terjadi transisi demografi ke arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

SKRIPSI. Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran PERBEDAAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET YANG BERPACARAN DENGAN YANG TIDAK BERPACARAN SKRIPSI Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk upaya kuratif yang dapat dilakukan untuk membantu proses penyembuhan penyakit karena lingkungan berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia atau angka harapan hidup penduduk Indonesia telah meningkat secara bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun pada tahun

Lebih terperinci

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Icha Dithyana G0010096 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS DI RSUD DR MOEWARDI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS DI RSUD DR MOEWARDI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANEMIA DENGAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Ardiningsih G0009026 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih cepat kelompok usia lainnya. Antara tahun 1970 dan 2025 pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

BAB I PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDIKATOR OBESITAS DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SD SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN INDIKATOR OBESITAS DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SD SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN INDIKATOR OBESITAS DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SD SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SRI RETNOWATI G0011200 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia (lansia) disamping usia yang semakin bertambah tua terjadi pula penurunan kondisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENGUDAP DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PROGAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENGUDAP DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PROGAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENGUDAP DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PROGAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SATRIYA TEGUH

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia dan Permasalahannya Menurut Sadock (2007), dewasa akhir (late adulthood) atau lanjut usia, biasanya merujuk pada tahap siklus kehidupan yang dimulai pada usia 65 tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penuaan merupakan tahap akhir siklus kehidupan dari perkembangan normal yang akan dialami individu dan tidak dapat dihindari (Sutikno, 2011). Seseorang mulai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan suatu keadaan atau proses alamiah yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Memasuki usia tua terjadi banyak perubahan baik itu perubahan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan besar dalam kehidupan modern saat ini. Jumlah penderitanya semakin meningkat setiap tahun, tidak hanya menyerang usia tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANGTUA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK REMAJA DI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANGTUA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK REMAJA DI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANGTUA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK REMAJA DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Pritha Fajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga terhadap lansia (

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga terhadap lansia ( BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan telah meningkatkan kesejahteraan sosial dan derajat kesehatan masyarakat, yang dampak positifnya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI USIA 0-2 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari yang merupakan salah satu rumah sakit umum milik pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) merupakan seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASISTENSI SKILLS LAB DENGAN NILAI OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION (OSCE) DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI

HUBUNGAN ASISTENSI SKILLS LAB DENGAN NILAI OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION (OSCE) DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI HUBUNGAN ASISTENSI SKILLS LAB DENGAN NILAI OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION (OSCE) DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dari 72 tahun di tahun 2000 (Papalia et al., 2005). Menurut data Biro Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dari 72 tahun di tahun 2000 (Papalia et al., 2005). Menurut data Biro Pusat Statistik BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang, khususnya bidang perekonomian, kesehatan, dan teknologi menyebabkan meningkatnya usia harapan hidup. Peningkatan

Lebih terperinci

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan RATIH

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KAPASITAS MEMORI KERJA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KAPASITAS MEMORI KERJA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KAPASITAS MEMORI KERJA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Ardian Pratiaksa G0011034 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Kelurahan Pedurungan Kidul RW IV Semarang. RW IV ini terdiri dari 5 RT dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Usia lanjut atau lanjut usia merupakan kelompok usia yang mengalami peningkatan paling cepat dibanding kelompok usia lainnya. Dalam bidang kesehatan, hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN AWITAN MENOPAUSE PADA GURU WANITA DI SMA NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN AWITAN MENOPAUSE PADA GURU WANITA DI SMA NEGERI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN AWITAN MENOPAUSE PADA GURU WANITA DI SMA NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CANDA ARDITYA G0012046 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia. Semua individu pasti

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KELEMBABAN UDARA YANG TINGGI DENGAN RASIO FEV 1 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KELEMBABAN UDARA YANG TINGGI DENGAN RASIO FEV 1 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KELEMBABAN UDARA YANG TINGGI DENGAN RASIO FEV 1 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran IVAN JAZID ADAM G.0009113 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Karla Kalua G0011124 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia (Nugroho, 2008).

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian usia (geriatri). Penelitian ini mencakup disiplin ilmu penyakit dalam sub bagian lanjut 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua individu mengikuti

Lebih terperinci

para1). BAB I PENDAHULUAN

para1). BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi tua merupakan suatu proses perubahan alami yang terjadi pada setiap individu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 60 tahun sampai 74 tahun sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN NILAI ANATOMI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN NILAI ANATOMI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN NILAI ANATOMI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RIFQI HADYAN G0011171

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN KEJADIAN SERUMEN OBTURANS PADA MAHASISWA TINGKAT SATU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN KEJADIAN SERUMEN OBTURANS PADA MAHASISWA TINGKAT SATU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN KEJADIAN SERUMEN OBTURANS PADA MAHASISWA TINGKAT SATU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

NI PUTU AYU UTARI LAKSMI G

NI PUTU AYU UTARI LAKSMI G PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF DAN LANSIA TANPA PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF DI PANTI WERDHA TRESNA WANA SERAYA KESIMAN DENPASAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA TAHUN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA 19-24 TAHUN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran INES APRILIA

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SHEILLA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. G Harldy Parendra G

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. G Harldy Parendra G PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OBSESIF KOMPULSIF DAN DEPRESI PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OBSESIF KOMPULSIF DAN DEPRESI PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OBSESIF KOMPULSIF DAN DEPRESI PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang, khususnya bidang perekonomian, kesehatan, dan teknologi menyebabkan peningkatan usia harapan hidup. Meningkatnya usia harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa, terdiri dari fase prasenium yaitu lanjut usia yang berusia antara 55-65 tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi merupakan masalah psikologis yang banyak terjadi pada lanjut usia. Masalah tersebut ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berdampak pada gangguan interaksi

Lebih terperinci

PERBEDAAN TEKANAN DARAH ANTARA AKSEPTOR KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI DAN INJEKSI PROGESTIN SKRIPSI

PERBEDAAN TEKANAN DARAH ANTARA AKSEPTOR KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI DAN INJEKSI PROGESTIN SKRIPSI PERBEDAAN TEKANAN DARAH ANTARA AKSEPTOR KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI DAN INJEKSI PROGESTIN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Resti Nurfadillah G0012177 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia sejak lahir dibagi dalam beberapa masa, yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa serta masa usia lanjut. Keberhasilan pemerintah

Lebih terperinci

PERBEDAAN KUALITAS TIDUR ANTARA WANITA DEWASA YANG MELAKUKAN YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN YOGA SKRIPSI

PERBEDAAN KUALITAS TIDUR ANTARA WANITA DEWASA YANG MELAKUKAN YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN YOGA SKRIPSI PERBEDAAN KUALITAS TIDUR ANTARA WANITA DEWASA YANG MELAKUKAN YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN YOGA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran TRIA MULTI FATMAWATI G0012222 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan sebuah proses yang terjadi secara alami dan tidak dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari tantangan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia adalah seseorang yang mengalami usia lanjut. Para ahli membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia biologis (Nawawi, 2009). Pada lansia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang- Undang RI No. 13, Tahun 1998) di Indonesia adalah sebesar 7,28% dari jumlah penduduk. Diperkirakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi demografi sedang terjadi di seluruh dunia, sehingga terjadi penambahan proporsi penduduk lanjut usia, sedangkan proporsi penduduk berusia muda menetap atau berkurang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan menjadikan lansia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN digilib.uns.ac.id 1 PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan aset yang paling berharga bagi manusia, karena dengan sehat manusia bisa terus menjalankan aktivitas kehidupan tanpa mengalami masalah.

Lebih terperinci

Hubungan antara Anemia dan Kejadian Inersia Uteri di RSUD Dr.Moewardi SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Hubungan antara Anemia dan Kejadian Inersia Uteri di RSUD Dr.Moewardi SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Hubungan antara Anemia dan Kejadian Inersia Uteri di RSUD Dr.Moewardi SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Dhyani Rahma Sari G0010056 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi 3 yakni young old (70-75 tahun), old ( laporan PBB, populasi lansia meningkat sebesar dua kali lipat hanya

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi 3 yakni young old (70-75 tahun), old ( laporan PBB, populasi lansia meningkat sebesar dua kali lipat hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia pasal 1 ayat 1 menetapkan, bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun keatas. Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, juga dapat diukur

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ISTRI TENTANG VASEKTOMI DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI DALAM PROGRAM KB (MOP) DI KECAMATAN JATEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ISTRI TENTANG VASEKTOMI DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI DALAM PROGRAM KB (MOP) DI KECAMATAN JATEN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ISTRI TENTANG VASEKTOMI DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI DALAM PROGRAM KB (MOP) DI KECAMATAN JATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Dea Fiesta

Lebih terperinci

IRMA MUSTIKA SARI J

IRMA MUSTIKA SARI J HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PERSONAL DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN USIA IBU HAMIL KURANG DARI 20 TAHUN DAN LEBIH DARI 35 TAHUN SKRIPSI. Untuk memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN USIA IBU HAMIL KURANG DARI 20 TAHUN DAN LEBIH DARI 35 TAHUN SKRIPSI. Untuk memenuhi Persyaratan HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN USIA IBU HAMIL KURANG DARI 20 TAHUN DAN LEBIH DARI 35 TAHUN SKRIPSI Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Raka Aditya Pradana G0012175 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN

PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Margaretta

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN KECEMASAN PADA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) B-C BAGASKARA SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN KECEMASAN PADA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) B-C BAGASKARA SRAGEN HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN KECEMASAN PADA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) B-C BAGASKARA SRAGEN SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan EKA FEBRIYANTI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses menua (aging process) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA ANAK DI SDN CEMARA DUA SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA ANAK DI SDN CEMARA DUA SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA ANAK DI SDN CEMARA DUA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran WAHYU APRILLIA G0010194 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci