TINJAUAN SINGKAT SAMBILOTO UNTUK FITOTERAPI

Transkripsi

1 TINJAUAN SINGKAT SAMBILOTO UNTUK FITOTERAPI PENDAHULUAN Sambiloto merupakan salah satu tanaman obat yang paling populer digunakan secara tradisional untuk pengobatan berbagai penyakit seperti kanker, diabetes, tekanan darah tinggi, maag, kusta, Bronchitis, penyakit kulit, perut kembung, kolik, influenza, disentri, dispepsia dan malaria selama berabad-abad di Asia, Amerika dan benua Afrika (Okhuarobo et al, 2014). Sambiloto yang juga dikenal sebagai King of Bitters bukanlah tumbuhan asli Indonesia, tetapi diduga berasal dari India. Menurut data spesimen yang ada di Herbarium Bogoriense di Bogor, sambiloto sudah ada di Indonesia sejak Di India, sambiloto adalah tumbuhan liar yang digunakan untuk mengobati penyakit disentri, diare, atau malaria. Hal ini ditemukan dalam Indian Pharmacopeia dan telah disusun paling sedikit dalam 26 formula Ayurvedic. Dalam Traditional Chinese Medicine (TCM), sambiloto diketahui penting sebagai tanaman cold property dan digunakan sebagai penurun panas serta membersihkan racun-racun di dalam tubuh. Tanaman ini kemudian menyebar ke daerah tropis Asia hingga sampai di Indonesia (Tri Widyawati, 2007). Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) ialah tumbuhan semusim yang termasuk dalam suku Acanthaceae. Sambiloto ialah herba tegak, yang tumbuh secara alami di daerah dataran rendah hingga ketinggian ± 1600 dpl. Habitat sambiloto ialah di tempat terbuka seperti ladang, pinggir jalan, tebing, saluran atau sungai, semak belukar, di bawah tegakan pohon jati atau bambu. Tumbuhan sambiloto dipanen dari habitat aslinya oleh masyarakat untuk sumber bahan obat tradisional. Pengambilan sambiloto yang dilaksanakan terus menerus tanpa upaya budidaya yang tepat maka akan mengancam keberadaan plasma nutfah sambiloto. Tumbuhan sambiloto memiliki daya adaptasi pada lingkungan ekologi setempat. Tumbuhan tersebut terdapat di seluruh Nusantara karena dapat tumbuh dan berkembang baik pada berbagai topografi dan jenis tanah. Tumbuh baik pada curah hujan mm per tahun, suhu udara C serta kelembaban yang dibutuhkan antara %. Tumbuhan sambiloto dapat tumbuh pada semua jenis tanah, ialah yang subur, mengandung banyak humus, tata udara dan pengairan yang baik. Sambiloto tumbuh optimal pada ph tanah 6 7 (netral). Pada tingkat kemasaman tersebut, unsur hara yang dibutuhkan tanaman cukup tersedia dan mudah diserap oleh tanaman. Kedalaman perakaran sambiloto dapat mencapai 25 cm dari permukaan tanah (Pujiasmanto et al, 2007). 1

2 TAKSONOMI Secara taksonomi, sambiloto dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Subkelas : Gamopetalae Ordo : Personales Famili : Acanthaceae Subfamili : Acanthoidae Genus : Andrographis Spesies : Andrographis paniculata Nees Di beberapa daerah di Indonesia, sambiloto (A. Paniculata) dikenal dengan berbagai nama. Masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur menyebutnya dengan bidara, sambiroto, sandiloto, sadilata, takilo, paitan, dan sambiloto. Di Jawa Barat disebut dengan ki oray, takila, atau ki peurat. Di Bali lebih dikenal dengan samiroto. Masyarakat Sumatera dan sebagian besar masyarakat Melayu menyebutnya dengan pepaitan atau ampadu. Sementara itu, namanama asing sambiloto diantaranya chuan xin lian, yi jian xi, dan lan he lian (Cina), kalmegh, kirayat, dan kirata (India), xuyen tam lien dan congcong (Vietnam), quasabhuva (Arab), nainehavandi (Persia), green chiretta dan king of bitter (Inggris) (Tri Widyawati, 2007). KANDUNGAN KIMIA A. Paniculata diketahui memiliki berbagai senyawa metabolit. Faktor-faktor yang beragam seperti wilayah geografis, waktu panen dan metode pengolahan bisa menyebabkan variabilitas kandungan kimianya. Di antara metabolit ini sebagian besar komponennya adalah terpenoid (entalabdane diterpen lakton) yang memiliki aktivitas terapeutik. Senyawa lain yang juga telah diisolasi yaitu flavonoid (flavones), noriridoides, xanthones, polifenol, trace dan makro elemen. Menurut Okhuarobo et al, 2014 secara lengkap kandungannya berupa: 1. Terpenoid Hasil isolasi dari A. Paniculata adalah senyawa terpenoid, umumnya berupa lakton diterpenoid. Diterpenoid terdistribusi pada bagian di atas tanah (aerial parts) dan akar (root) tanaman ini, dan dari diterpenoid yang telah diidentifikasi dan diisolasi, Andrographolide 2

3 adalah yang paling menonjol dalam kejadian dan kuantitas. Andrographolide memiliki rasa sangat pahit, tidak berwarna, dan berbentuk Kristal, pertama kali diisolasi dalam bentuk murni oleh Gorter pada tahun Diterpenoid lainnya yang cukup dominan adalah deoxyandrographolide dan neoandrographolide. Berikut tabel kandungan terpenoid dalam A. Paniculata: 2. Flavonoid Flavon adalah flavonoid utama yang berhasil diisolasi pada bagian tanaman di atas tanah (aerial parts), akar (root) dan seluruh tanaman (whole plant) A. Paniculata. Berikut tabel kandungan flavonoid dalam A. Paniculata: 3. Senyawa lainnya Beberapa senyawa lain telah berhasil diisolasi, terutama didapat dari akar A. Paniculata. Empat xanthone didapat dari isolasi pada akar yaitu 1, 8 dihidroksi-3-,7-dimetoksi- xanthone; 4,8- dihidroksi-2,7-dimetoksi- xanthone; 1,2 dihidroksi-6-,8-dimethoxyxanthone dan 3,7,8- trimethoxy-1-hidroksi-xanthone. Lima noriridoids langka berupa andrographolide A-E bersama dengan curvifloruside juga diisolasi dari akar A. Paniculata. Protein 3

4 arabinogalactan diisolasi dari herba keringnya. Trace elements (Cr, Mn, Co, Ni, Zn, Cu, Se, Rb, Sr, dan Pb) dan makro-elemen (kalium dan kalsium) diidentifikasi terdapat dalam akar. Sedangkan asam sinamat, asam caffeic, asam ferulat dan asam chlorogenic diisolasi dari seluruh bagian tanaman. Berikut tabel senyawa lain yang terdapat pada A. Paniculata: PENGGUNAAN Penggunaan sambiloto secara tradisional diantaranya sebagai obat antikanker. Setelah dilakukan penelitian diketahui bahwa senyawa Andrographolide dalam sambiloto merupakan senyawa yang berpotensi memiliki aktivitas antikanker. Struktur Andrographolide (Panossian et al, 2000) Bukti penelitian terhadap A. Paniculata yang sudah dilakukan diantaranya: 1. Pada pengujian senyawa andrographolide hasil isolasi dari tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Nees) terhadap sel kanker HeLa, diketahui Andrographolide memiliki aktivitas antikanker melalui mekanisme apoptosis dengan harga IC 50 sebesar 109,90 μg/ ml. (Sukardiman et al, 2005). 2. Ekstrak metanol, kemudian fraksi petroleum eter, fraksi dichlomethane dan fraksi air dari ekstrak metanol tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Nees) diuji anti-proliferasi terhadap sel HT-29 (kanker colon). Ekstrak metanol menghambat proliferasi sel HT-29 sebesar 50% pada konsentrasi 10 mg/ml, sedangkan fraksi petroleum eter dan fraksi diklorometana menghambat proliferasi sel HT-29 dengan GI 50 dengan nilai 46 mg/ml 4

5 dan 10 mg/ml. Pemberian ekstrak air tidak menghambat proliferasi sel HT-29 (Kumar et al, 2004). 3. Penelitian lain secara in vitro anti-kanker Andrographolide dan semisintetik analog-3, 19- isopropylideneandrographolide; 14-asetil-3, 19-isopropylideneandrographolide dan 14- acetylandrographolide diuji untuk aktivitas anti-tumor terhadap sel kanker payudara MCF-7human cell line dan sel kanker usus besar HCT-116 cell line, didapatkan 19- isopropylideneandrographolide dan 14-acetylandrographolide menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap kedua jenis sel yang diuji, dan mereka sama-sama ampuh bila dibandingkan dengan andrographolide (Okhuarobo et al, 2014). PUSTAKA Kumar RA, Sridevi K, Kumar NV, Nanduri S, Rajagopal S. Anticancer and immunostimulatory compounds from Andrographis paniculata. J Ethnopharmacol 2004;92: Okhuarobo A, Falodun JE, Erharuyi O, Imieje V, Falodun A, Langer P. Harnessing the medicinal properties of Andrographis paniculata for diseases and beyond: a review of its phytochemistry and pharmacology. Asian Pac J Trop Dis 2014; 4(3): Panossian A, Hovhannisyan A, Gukassyan N, Gukasova G, Mamikonyan G, Gabrielian E, et al. Pharmacokinetic and oral bioavailability ofandrographolide from Andrographis paniculata fixed combination Kan Jang in rats and human. Phytomedicine 2000; 7(5): Pujiasmanto B, Moenandir J, Syamsulbahri, Kuswanto. Kajian Agroekologi dan Morfologi Sambiloto (Andrographis Paniculata Ness.) pada Berbagai Habitat. Biodiversitas 2007; 8(4): Sukardiman, Rahman A, Ekasari W, Sismindari. Induksi Apoptosis Senyawa Andrographolide dari Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) terhadap Kultur Sel Kanker. Media Kedokteran Hewan 2005; 21(3): Triwidyawati. Aspek Farmakologi Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Majalah Kedokteran Nusantara 2007; 40(3):