Aspek Farmakologi Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Aspek Farmakologi Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)"

Transkripsi

1 Aspek Farmakologi Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) Tri Widyawati Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) merupakan salah satu dari sembilan obat tradisional yang diunggulkan untuk dikaji sampai tahap uji klinis. Kandungan kimia terdiri dari flavonoid dan lakton. Zat aktif utama tanaman ini adalah andrographolide, yang berasal dari komponen lakton. Setelah pemberian per oral, 20 mg andrographolide segera diabsorbsi, kadar puncak plasma tercapai dalam waktu 1,5 2 jam, dan waktu paruhnya 6,6 jam. Distribusinya luas di jaringan dan organ tubuh. Efek farmakologi sambiloto di antaranya sebagai antioksidan, antidiabetik, antifertilitas, anti HIV-1, antiflu, anti adhesi intraperitoneal, antima-laria, antidiare, hepatoprotektif, koleretik, dan kolekinetik. Berdasarkan uji toksikologi pada hewan percobaan menunjukkan bahwa andrographolide dan senyawa lain yang terdapat pada sambiloto memiliki toksisitas yang sangat rendah. Kata kunci: sambiloto, andrographolide, efek farmakologi Abstract: Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) is one of nine priority traditional medicine that should be examined in a good clinical trial. The chemistry constituents consist of flavonoide and lactone. It major constituents are lactones known as andrographolide. Following an oral administration of 20 mg andrographolide, maximum plasma levels were reached after 1,5 2 hours, and half life were 6,6 hours. This compound will be widely distributed in the body. Pharmacology effect of sambiloto are as antioxidant, antidiabetic, antifertility, antihiv, antiinfluenza, antiintraperitoneal adhesion, antimalaria, antidiarrhea, hepatoprotektive, choleretic and cholekynetic. Based on various toxicology studies in animal and human, it is confirmed that andrographolide and other compounds of this plant have a very low toxicity. Keywords: sambiloto, andrographolide, pharmacology effect PENDAHULUAN Penggunaan obat tradisional serta pengobatan tradisional telah lama dipraktekkan di seluruh dunia, baik di negara berkembang maupun negara maju. Menurut WHO, sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal sebagai obat tradisional. Du-kungan WHO terhadap konsep back to nature dibuktikan dengan adanya reko-mendasi untuk menggunakan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeli-haraan kesehatan masyarakat, dan pencegahan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. 1 Indonesia merupakan potensi pasar obat herbal dan fitofarmaka karena saat ini memiliki lebih kurang spesies tumbuhan dan 940 di antaranya ter-masuk tumbuhan berkhasiat. Sampai saat ini ada 180 spesies yang telah di-manfaatkan oleh industri jamu tradisional. 1 Salah satu upaya meningkatkan pemanfaatan bahan alam Indonesia yang terjamin mutu, khasiat dan keamanannya sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, saat ini Badan POM bekerjasama dengan beberapa perguruan tinggi sedang meneliti 9 tanaman obat unggulan nasional sampai ke tahap uji klinis, salah satu diantaranya adalah sambiloto (Andrographis paniculata Nees). 2 Khasiat sambiloto sebenarnya sudah dikenal luas sejak zaman dulu, baik oleh orang Indonesia maupun bangsa-bangsa di dunia. 3 Sejak pertengahan akhir abad ke-20, berbagai Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 No. 3 September

2 Tinjauan Pustaka studi telah dilakukan yang sebagian besar konsentrasinya untuk mengetahui komposisi, keamanan, khasiat dan mekanisme kerja sambiloto. 4,5,6 Di Indonesia sendiri, sambiloto dipasarkan baik dalam sediaan tunggal atau gabungan dengan bahan alami lain dalam bentuk tablet, yang masih tergolong sediaan jamu. GAMBARAN UMUM SAMBILOTO Sambiloto yang juga dikenal sebagai King of Bitters bukanlah tumbuhan asli Indonesia, tetapi diduga berasal dari India. Menurut data spesimen yang ada di Herbarium Bogoriense di Bogor, sambiloto sudah ada di Indonesia sejak Di India, sambiloto adalah tumbuhan liar yang digunakan untuk mengobati penyakit disentri, diare, atau malaria. Hal ini ditemukan dalam Indian Pharmacopeia dan telah disusun paling sedikit dalam 26 formula Ayurvedic. 7 Dalam Traditional Chinese Medicine (TCM), sambiloto diketahui penting sebagai tanaman cold property dan digunakan sebagai penurun panas serta membersihkan racunracun di dalam tubuh. 8 Tanaman ini kemudian menyebar ke daerah tropis Asia hingga sampai di Indonesia. Sambiloto dapat tumbuh di semua jenis tanah sehingga tidak heran jika tanaman ini terdistribusi luas di belahan bumi. 9 Habitat aslinya adalah tempat-tempat terbuka yang teduh dan agak lembab, seperti kebun, tepi sungai, peka-rangan, semak, atau rumpun bambu. 3 Sambiloto memiliki batang berkayu berbentuk bulat dan segi empat serta memiliki banyak cabang (monopodial). Daun tunggal saling berhadapan, berben-tuk pedang (lanset) dengan tepi rata (integer) dan permukaannya halus, berwarna hijau. Bunganya berwarna putih keunguan, berbentuk jorong (bulan panjang) de-ngan pangkal dan ujungnya yang lancip. Di India, bunga dan buah bisa dijumpai pada bulan Oktober atau antara Maret sampai Juli. Di Australia bunga dan buah antara bulan Nopember sampai bulan Juni tahun berikutnya, sedang di Indonesia bunga dan buah dapat ditemukan sepanjang tahun. 9 Di beberapa daerah di Indonesia, sambiloto dikenal dengan berbagai nama. Masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur menyebutnya dengan bidara, sambiroto, sandiloto, sadilata, takilo, paitan, dan sambiloto. Di Jawa Barat dise-but dengan ki oray, takila, atau ki peurat. Di Bali lebih dikenal dengan samiroto. Masyarakat Sumatera dan sebagian besar masyarakat Melayu menyebutnya dengan pepaitan atau ampadu. 3,9 Sementara itu, nama-nama asing sambiloto diantaranya chuan xin lian, yi jian xi, dan lan he lian (Cina), kalmegh, kirayat, dan kirata (India), xuyen tam lien dan congcong (Vietnam), quasabhuva (Arab), nainehavandi (Persia), green chiretta dan king of bitter (Inggris). 3 Semua bagian tanaman sambiloto, seperti daun, batang, bunga, dan akar, terasa sangat pahit jika dimakan atau direbus untuk diminum. Diduga ini berasal dari andrographolide yang dikandungnya. Sebenarnya, semua bagian tanaman sambiloto bisa dimanfaatkan sebagai obat, termasuk bunga dan buahnya. Namun bagian yang paling sering digunakan sebagai bahan ramuan obat tradisional adalah daun dan batangnya. 3 TAKSONOMI 3 Secara taksonomi, sambiloto dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Subkelas : Gamopetalae Ordo : Personales Famili : Acanthaceae Subfamili : Acanthoidae Genus : Andrographis Spesies : Andrographis paniculata Nees KIMIA DAN KANDUNGAN BAHAN AKTIF Secara kimia mengandung flavonoid dan lakton. Pada lakton, komponen utamanya adalah andrographolide, yang juga merupakan zat aktif utama dari tanaman ini. Andrographolide sudah diisolasi dalam bentuk murni dan menunjuk-kan berbagai aktivitas farmakologi. Zat aktif herba ini dapat ditentukan dengan metode gravimetrik atau dengan high performance liquid chromatography [HPLC]. 10 Berdasarkan penelitian lain yang telah dilakukan, kandungan yang di-jumpai pada tanaman sambiloto diantaranya diterpene lakton dan glikosidanya, seperti andrographolide, 217 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 No. 3 September 2007

3 Tri Widyawati Aspek Farmakologi Sambiloto... deoxyandrographolide, 11,12-didehydro-14- eoxyandro-grapholide, dan neoandrographolide. Flavonoid juga dilaporkan ada terdapat pa-da tanaman ini. 3,11 Daun dan percabangannya lebih banyak mengandung lakton sedangkan komponen flavonoid dapat diisolasi dari akarnya, yaitu polimetok-siflavon, androrafin, panikulin, mono-0-metilwithin dan apigenin- 7,4 dimetileter. Selain komponen lakton dan flavonoid, pada tanaman sambiloto ini juga terdapat komponen alkane, keton, aldehid, mineral (kalsium, natrium, kalium), asam kersik dan damar. 3 Di dalam daun, kadar senyawa andrographolide sebesar 2,5-4,8% dari berat keringnya. 3 Ada juga yang mengatakan biasanya sambiloto distandarisasi dengan kandungan andrographolide sebesar 4-6%. 12 Senyawa kimia lain yang sudah diisolasi dari daun yang juga pahit yaitu diterpenoid viz. deoxyandro-grapholide-19β-d-glucoside, dan neo-andrographolide. 13 FARMAKOKINETIK Beberapa studi sudah dilakukan untuk melihat disposisi andrographolide dalam berbagai organ tubuh. 14 Dalam suatu penelitian pada hewan percobaan menunjukkan bahwa 48 jam setelah pemberian andrographolide, komponen ini dijumpai tersebar luas ke seluruh organ tubuh. Konsentrasi yang dijumpai di otak sebesar 20,9%, limpa 14,9%, jantung 11,1%, paruparu 10,9%, rektum 8,6%, ginjal 7,9%, hati 5,6%, uterus 5,1%, ovarium 5,1%, dan usus halus sebesar 3,2%. 15 Menurut penelitian terakhir, andrographolide memiliki bioavailabilitas tinggi pada manusia. Setelah pemberian peroral, 20 mg andrographolide segera diabsorbsi, mencapak nilai puncak plasma dalam waktu 1,5 sampai 2 jam dengan waktu paruh 6,6 jam. 16 Sementara pada penelitian lainnya menunjukkan waktu paruh andrographolide relatif singkat, lebih kurang dalam waktu 2 jam. Setelah 72 jam, hampir 90% andrographolide dieksresikan. Sebagian besar eksresinya ini melalui urin, 17 sebagian lainnya melalui saluran cerna. Pada beberapa studi dikatakan bahwa 80 persen dari dosis andrographo-lide yang dikonsumsi akan dieksresikan dari tubuh dalam waktu 8 jam. 7 FARMAKODINAMIK Distribusi yang luas di jaringan dan organ tubuh serta adanya khasiat yang mengatur dan meningkatkan sistem imun menyebabkan sambiloto menjadi calon ideal untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Pemberian sambiloto menunjukkan efek protektif terhadap aktivitas en-zim superoxide dismutase, catalase, glutathione peroxidase dan glutathione yang menurun dengan pemberian hexachloro cyclohexane (BHC). Hasilnya menunjuk-kan adanya khasiat antioksidan dan hepatoprotektif dari sambiloto. 18 Shukla, dkk. 19 mengkaji efek hepatoprotektif ekstrak daun sambiloto terhadap kerusakan hati yang diinduksi karbon tetraklorida. Ekstrak dengan dosis 300 mg/kg (1/6 dari LD50) diperoleh dengan maserasi dingin. Hasilnya, ekstrak ini dijumpai efektif dalam mencegah kerusakan hati dengan parameter penilaian-nya mencakup morfologi, biokimia dan fungsional. Andrographolide juga mence-gah menurunnya jumlah empedu yang disebabkan toksisitas acetaminophen. 20 Efek hipoglikemik sambiloto sudah diteliti dengan berbagai cara. Salah satunya, penelitian Borhanuddin, dkk. 21 pada kelinci menunjukkan bahwa ekstrak air sambiloto dengan dosis 10 mg/kg berat badan dapat mencegah hiperglikemia yang diinduksi dengan pemberian glukosa per oral dengan dosis 2 mg/kg berat badan secara signifikan. Mekanismenya kemungkinan sambiloto mencegah absorpsi glukosa dari usus. Zoha, dkk. 22 mengkaji efek antifertilitas sambiloto pada mencit. Ketika serbuk sambiloto dicampur dengan makanan hewan (Rats Pelletts) dengan dosis 2 gram per kilogram berat badan per hari, kemudian diberikan pada mencit betina setiap hari selama enam minggu, tidak seekorpun (100%) yang hamil ketika dika-winkan dengan mencit jantan. Ini dilakukan untuk membuktikan fertilitas yang tidak diberi obat. Sebaliknya, sebagian besar mencit kelompok kontrol (95.2%) yang tidak diberi obat, menjadi hamil ketika dikawinkan dengan jantan dengan jenis yang sama seperti pada kelompok perlakuan, dan melahirkan dalam jumlah normal (ratarata 5 sampai 6 ekor) setelah 6 perkawinan berikutnya. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 No. 3 September

4 Tinjauan Pustaka Wang, dkk. 23 mengobservasi efek komponen sambiloto terhadap nitric oxide, endothelin, cyclic guanosine monophosphate, lipid peroxide dan super-oxide dismutase, pada model kelinci percobaan yang memiliki aterosklerotik dengan cara memberi diet tinggi kolesterol. Kesimpulannya, sambiloto memiliki efek antioksidan, menjaga fungsi endothelial, dan mempertahankan keseimbangan nitric oxide/endothelin. Studi psikofarmakologi sudah dilakukan Mandal, dkk. 24 dengan menggunakan ekstrak herba sambiloto. Hasilnya menunjukkan adanya perubahan yang signifikan pada pola tingkah laku dan berkurangnya pergerakan spontan. Ekstrak ini juga memperlama waktu tidur hewan percobaan yang diinduksi pentobarbitone dan menurunkan suhu tubuh. Calabrese, dkk. 25 melakukan uji klinis fase I andrographolide yang bera-sal dari sambiloto pada relawan sehat, yaitu 13 orang positif HIV dan 5 orang tidak terinfeksi HIV. Objektifnya terutama untuk menilai keamanan dan to-lerabilitas serta menilai efek andrographolide terhadap kadar plasma RNA virus HIV-1 dan kadar limfosit CD4 (+). Selama penelitian, tidak satu subjekpun yang menggunakan pengobatan antiretroviral. Bila terdapat kelainan hati dan ginjal, maka akan dikeluarkan dari penelitian. Regimen yang direncanakan adalah 5 mg/kg berat badan selama 3 minggu, ditingkatkan menjadi 10mg/kg berat badan selama 3 minggu dan akhirnya sampai 20 mg/kg berat badan selama 3 minggu. Penelitian dihentikan pada minggu keenam karena adanya reaksi yang tidak diinginkan termasuk reaksi anafilaktik pada satu orang relawan. Semua kejadian yang tidak diinginkan diatasi dengan menghentikan pengamatan. Peningkatan yang signifikan pada rata-rata kadar limfosit CD4 (+) pada subjek HIV terjadi se-telah pemberian 10 mg/kg berat badan andrographolide (dari 405 sel/mm menjadi 501 sel/mm). Tidak ada perubahan statistik yang signifikan pada ratarata kadar plasma RNA HIV-1 selama penelitian. Andrographolide mungkin menghambat disregulasi siklus sel yang diinduksi HIV, seiring dengan peningkatan kadar lim-fosit CD4 (+) pada penderita yang terinfeksi HIV-1. Satu studi yang dilakukan oleh Caceres, dkk. 26 satu kelompok pelajar di sekolah pedesaan diberi plasebo dan kelompok lainnya diberi Kan Jang (sambiloto), kemudian diobservasi untuk melihat kejadian flu setelah tiga bulan. Dosis yang diberikan pada kelompok studi sebesar 200 mg per hari. Hasilnya, se-telah satu bulan tidak ada perbedaan yang signifikan, tetapi setelah tiga bulan, ter-jadi perbedaan yang signifikan, yaitu kelompok Kan Jang yang menderita flu, 2,1 kali lebih rendah dibanding kelompok plasebo, dengan laju insidennya 30 persen, sedangkan kelompok plasebo sebesar 62 persen. Pada studi lainnya, Caceres, dkk. 27 mengukur keefektifan ekstrak Andrographis, dibandingkan dengan plase-bo, dalam mengurangi gejala yang berhubungan dengan common cold. Kelompok pasien dewasa terdiri dari 158 orang laki-laki dan perempuan. Efek Andrographis diukur pada hari 0, 2, dan 4 setelah pengobatan. Pada hari ke-2, kelompok pasien yang mendapatkan Andrographis menunjukkan adanya pengurangan beberapa gejala, dan pada hari ke-4, kelompok yang sama menunjukkan pengurangan gejala yang signifikan dibandingkan dengan kelompok plasebo. Kesimpulannya, sambi-loto menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam menurunkan prevalensi dan inten-sitas gejala common cold tanpa komplikasi dimulai hari kedua pengobatan. Pada penelitian ini, tidak ada efek samping yang dilaporkan. Darwin 28 membuktikan ekstrak sambiloto pada dosis 10 mg/kg berat badan yang diberi peroral mampu mengurangi kejadian adhesi intra-peritonium pada hewan percobaan tikus (86%). Sambiloto dapat menghambat edema sebesar 60% dalam waktu tiga jam pada dosis 200 mg/kg berat badan, dan pada dosis 400 mg/kg berat badan sebesar 62,7%. 29 Khasiat antiinflamasi ini kemungkinan melalui mekanisme yang meli-batkan kelenjar adrenal. Efek ini hilang bila kelenjar adrenal diangkat dari binatang percobaan. 30 Andrographolide menunjukkan adanya efek koleretik (4.8-73%) tergantung dosis (1,5-12 mg/kg) yang ditunjukkan dengan adanya aliran empedu, garam empedu, dan asam empedu pada tikus dalam keadaan sadar dan guinea pig yang teranastesi. 31 Kajian Zulkarnain Rangkuty 32 menunjukkan adanya efek kole-kinetik 250 mg simplisia akar, 219 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 No. 3 September 2007

5 Tri Widyawati Aspek Farmakologi Sambiloto... batang, dan daun sambiloto pada relawan sehat. Selain yang tersebut di atas, khasiat sambiloto yang lain yang sudah dite-liti diantaranya, sebagai antimalaria 33,34 dan anti diare. 35 INTERAKSI OBAT Ekstrak sambiloto kemungkinan memiliki efek sinergis dengan isoniazide. 12 Selain itu, sampai saat ini belum diketahui interaksi obat lain dengan sambiloto. EFEK SAMPING Sakit kepala, fatique, rasa pahit, dan peningkatan enzim hati dilaporkan terjadi pada uji klinis pada pasien yang terinfeksi HIV yang diberi andrographolide dosis tinggi. 25 Hal ini tidak ada dilaporkan pada orang yang menggunakan andrographis atau ekstrak terstandard pada jumlah yang direkomendasikan. Seperti semua herba yang pahit, sambiloto mungkin menyebabkan ulkus dan adanya rasa terbakar. Keamanan terhadap wanita hamil dan menyusui sampai saat ini belum diketahui. TOKSISITAS Dalam pengobatan tradisional China, Thailand dan India, sambiloto sudah menunjukkan keamanannya. Uji toksikologi pada hewan coba dan manusia menunjukkan bahwa andrographolide dan senyawa lain yang terdapat pada sambiloto memiliki toksisitas yang sangat rendah. Pada mencit yang diberi ekstrak sambiloto secara oral (10 gr/kgbb) sekali sehari selama 7 hari, tidak ada seekorpun tikus yang mati. 36 Jantung, ginjal, hati, dan limpa dijumpai dalam keadaan normal pada hewan percobaan ini. Ketika sambiloto dengan dosis 500 mg/kg berat badan diberikan selama 10 hari setiap hari pada mencit, tidak ada efek pada pertumbuhan, selera makan dan produksi feses. Hewan coba tersebut tetap energik dan hasil jumlah darah lengkapnya berada pada batas normal. Pada kelinci yang diberi andrographolide (10 mg/kg berat badan) secara intravena, menunjukkan tidak ada respons kardiovaskuler yang abnormal. Uji enzim hati, jantung, ginjal dan limpa juga berada dalam keadaan normal pada hewan coba ini. 37 Pada uji toksisitas lainnya, tikus atau kelinci yang diberi andrographolide atau neoandrographolide dengan dosis 1 gr/kg berat badan secara oral selama 7 hari, menunjukkan tidak ada pengaruh terhadap berat badan, jumlah darah, fungsi hati dan ginjal, serta organ penting lainnya. 30 PENUTUP Berdasarkan uraian di atas dapat kita ketahui bahwa efek farmakologi sambiloto yang menunjukkan khasiat dan keamanannya sebagai salah satu obat tradisional sudah banyak didukung bukti ilmiah baik uji pre klinik maupun uji klinis. Khasiat yang sudah dibuktikan melalui uji pre klinik hendaknya dilanjutkan ke tahap uji klinis untuk mendukung keilmiahan penggunaannya pada pengobatan formal. DAFTAR PUSTAKA 1. Sukandar, E. Y. Tren dan Paradigma Dunia Farmasi: Industri-Klinik-Teknologi Kesehatan. Available from: itb.ac.id. 2. Sukandar, E. Y. (2004). Sembilan Tanaman Obat Unggulan Hasil Uji Klinis Badan POM. Available from: http//www. beritabumi.or.id. 3. Prapanza, E. Dan Marianto, L.M. (2003). Khasiat & Manfaat Sambiloto: Raja Pahit Penakluk Aneka Penyakit. AgroMedia Pustaka. Hal: Wang, Y. H. (1983). The Pharmacology and Application of Traditional Chinese Medicine. Beijing: People s Health Press. 5. Sandberg, F. (1994). Andrographidis Herba Chuanxinlian: A Review. Gothenburg, Sweden: Swedish Herbal Institute. In: The American Botanical Council (USA). 6. Weibo, L. (1995). Prospect for Study on Treatment of AIDS with Traditional Chinese Medicine. J. Trad. Chinese Med. 15(1): Weibo, L. (1995). Andrographis, in-depth review. Available from: Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 No. 3 September

6 Tinjauan Pustaka 8. Lukas, R. (1998). Rahasia Herbalis Cina, Ramuan Tanaman Obat Cina. Pustaka Delapratasa. Jakarta. 9. Yusron, M., Januwati dan Rini, E. P. Budidaya Tanaman Sambiloto. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika. Sirkuler. 11. Available from: Hu, C. Q. dan Zhou B. N. (1982). Isolation and Structure of Two New Diterpenoid Glucosides from Andrographis paniculata Nees. Yao Xue Xue Bao. 17(6): Siripong, P., B. Kongkathip, K. Preechanukool, P. Picha, K. Tunsuwan dan W.C. Taylor. (1992). Cytotoxic Diterpenoid Constituents from Andrographis paniculata, Nees leaves. J. Sci. Soc. Thailand. 18(4): Siripong, P., B. Kongkathip, K. Preechanukool, P. Picha, K. Tunsuwan dan W.C. Taylor. (2003). Andrographis paniculata. Available from: vitamin-herbuniversity.com. 13. Weiming, C. dan Xiaotion, L. (1982). Deoxyandrographolide 19β-D-glucoside from the leaves of A. paniculata. Planta Medica. 15: Tang, W. dan Eisenbrandt, G. (1992). Chinese Drugs of Plants Origin: Chemistry, Pharmacology, and Use in Traditional and Modern Medicine. New York: Springer-Verlag. 15. Zheng, Z. Y. (1982). Pharmakokinetic Studies on 3H-andrographolide. Chinese Herbal Med. 13(9): Panossian, A., Ovhannisyan, A. dan Mamikonyan, G. (2000). Pharmakokinetic and Oral Bioavailability of Andrographolide from Andrographis pani-culata Fixed Combination Kan Jang in Rats and Human. Phytomedicine. 7(5): Panossian, A., Ovhannisyan, A. dan Mamikonyan, G. (1979). Wuxi Medicine Institute. Ushow Medical Academy. Acta Bioche-mica Biophysica Sinica Trivedi, N. P. dan Rawal, U.M. (2001). Hepatoprotective and Antioxidant Property of Andrographis paniculata (Nees) in BHC Induced Liver Damage in Mice. Indian J Exp Biol. 39 (1): Shukla, B., Visen, P. K., Patnaik, G. K. dan Dhawan, B.N. (1992). Choleretic Effect of Andrographolide in Rats and Guinea Pigs. Planta Med. 58 (2): Holt, S. dan Comac, L. (1998). Miracle Herbs: How Herbs Combine with Modern Medicine to Treat Cancer, Heart Disease, AIDS, and More, Caro Publishing Group. 21. Borhanuddin, M., Shamsuzzoha, M. dan Hussain A.H. (1994). Hypoglycaemic effects of Andrographis paniculata Nees on Non-diabetic Rabbits. Bangladesh Med Res Counc Bull. 20 (1): Zoha, M. S., Hussain, A. H. dan Choudhury, S. (1989). Antifertility Effect of Andrographis paniculata in Mice. Bangladesh Med Res Counc Bull. 15 (1): Wang, H. W., Zhao, H.Y. dan Xiang, S. Q. (1997). Effects of Andrographis paniculata Component on Nitric Oxide, Endothelin and Lipid Peroxidation in Experimental Atherosclerotic Rabbits. Zhongguo Zhong Xi Yi Jie He Za Zhi. 17 (9): Mandal, S. C., Dhara, A. K. dan Maiti, B. C. (2001). Studies on psychopharmacological activity of Andrographis paniculata extract. Division of Pharmacognosy, Department of Pharmaceutical Technology, Jadavpur University, Calcutta, India. Phytother Res. 15 (3): Calabrese, C., Berman, S.H., Babish, J.G., Ma, X., Shinto, L., Dorr, M., Wells, K., Wenner, C. A. dan Standish, L.J. (2000). A Phase I Trial of Andro-grapholide in HIV Positive Patients and Normal Volunteers. Bastyr University Research Institute, Bastyr University, Washington 98028, USA. Phytother Res. 14 (5): Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 No. 3 September 2007

7 Tri Widyawati Aspek Farmakologi Sambiloto Caceres, D. D., Hancke, J. L., Burgos, P. A. dan Wikman, G. K. (1997). Prevention of Common Colds with Andrographis paniculata Dried Extract. A Pilot double blind trial. Phytomedicine. 4(2): Caceres, D. D., Hancke, J. L., Burgos R. A., Sandberg, F. dan Wikman, G. K. (1999). Use of visual analogue scale measurements (VAS) to asses the effectiveness of standardizing Andrographis paniculata extract SHA-10 in reducing the symptoms of common cold. A randomized double blind-placebo study. Phytomedicine. 6(4): Darwin. (2005). Efek Antiadhesi Ekstrak Sambiloto dan Meloksikam Pascalaparatomi pada Tikus Putih. Thesis. Pasca Farmasi Manez, S., Alcaraz, J. J., Paya., Rios, J. L. dan Hancke, J. L. (1990). Selected Extracts from Medicinal Plants as Antiinflammatory Agents. 30. Yin, J. dan Guo, L. (1993). Contemparory traditional Chinese medicine. Bei-jing:Xie Yuan. 31. Shukla, B., Visen, P. K., Patnaik, G. K. dan Dhawan, B.N. (1992). Choleretic Effect of Andrographolide in Rats and Guinea Pigs. Planta Med. 58 (2): Rangkuty, Z. (2006). Efek Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) terhadap Kontraksi Kantong Empedu Manusia. Thesis. Pasca Farmasi. Universitas Sumatera Utara. 33. Misra, P., Pal, L., Guru, P. Y., Katiyar, J. C., Srivastava, V. dan Tandon, J. S. (1992). Antimalarial Activity of Andrographis paniculata (Kalmegh) Against Plasmodium Berghei NK 65 in Mastomys natalensis. Int. J. Pharmacog. 30(4): Zein, U., Ginting, Y., Saragih, A., Hadisahputra, S., Arrasyid, N. K., Yulfi, H. dan Sulani, F. (2004). Antimalaria effect of Chloroquin-Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) Combination Compared Chloroquin Alone in Adult Patients of Uncomplicated Malaria Falciparum. e-usu Repository. 35. Deng, W. L. (1978). Outline of Current Clinical and Pharmacological Research on Andrographis paniculata in China. Newsletters of Chinese Herbal Med. 10: Chung, Y. (1979). Andrographis paniculata. Handbook of traditional Chinese Medicine. Guangzhou. 37. Guo, S. Y., Li, D. Z., Li, W. S., Fu A. H. dan Zhang L. F. (1988). Study of The Toxicity of Andrographolide in Rabbits. J. Beijing Med. Univ. 5: Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 No. 3 September

TINJAUAN SINGKAT SAMBILOTO UNTUK FITOTERAPI

TINJAUAN SINGKAT SAMBILOTO UNTUK FITOTERAPI TINJAUAN SINGKAT SAMBILOTO UNTUK FITOTERAPI PENDAHULUAN Sambiloto merupakan salah satu tanaman obat yang paling populer digunakan secara tradisional untuk pengobatan berbagai penyakit seperti kanker, diabetes,

Lebih terperinci

INTERAKSI SAMBILOTO (Andrographis paniculata)

INTERAKSI SAMBILOTO (Andrographis paniculata) INTERAKSI SAMBILOTO (Andrographis paniculata) Oleh : AMINAH DALIMUNTHE S.Si., M.Si., Apt DEPARTEMEN FARMAKOLOGI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 DAFTAR ISI Bab I. Pendahuluan...1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan salah satu pemicu dan ini dialami oleh %

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan salah satu pemicu dan ini dialami oleh % BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit jantung adalah pembunuh nomor 1 di Indonesia dan dunia. Hipertensi merupakan salah satu pemicu dan ini dialami oleh 20-30 % populasi di dunia (Delles

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat herbal telah lama dipraktikkan di seluruh dunia. Diperkirakan sebanyak 75 80 % masyarakat di negara berkembang dan 25 % di negara maju menggunakan obat

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) Klasifikasi sambiloto adalah sebagai berikut: Phylum : Plantae Divisio : Magnoliophyta Sub Divisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes adalah penyakit tertua didunia. Diabetes berhubungan dengan metabolisme kadar glukosa dalam darah. Secara medis, pengertian diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia sebagai negara berkembang memiliki berbagai masalah kesehatan antara lain masih banyak dijumpai penyakit-penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) dikenal dengan sebutan King of Bitters yang merupakan tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulkus gaster tersebar diseluruh dunia dengan prevalensi yang berbeda tergantung pada sosial ekonomi, demografi, dijumpai lebih banyak pada pria, meningkat pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun. temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun. temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya mempertahankan kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sindroma yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. DM, secara klinik dikarakterisasi oleh gejala intoleransi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan yang telah banyak dikenal dan dimanfaatkan dalam kesehatan adalah

I. PENDAHULUAN. tumbuhan yang telah banyak dikenal dan dimanfaatkan dalam kesehatan adalah I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang telah dikenal sejak lama dan dimanfaatkan menjadi obat tradisional sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara mutlak maupun relatif (Schoenfelder, et al., 2006). Terapi insulin dan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara mutlak maupun relatif (Schoenfelder, et al., 2006). Terapi insulin dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan gejala yang dapat dikarakterisasi melalui hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang berhubungan

Lebih terperinci

Tanaman yang lazim digunakan sebagai obat tradisional dalam pengobatan asam urat adalah sambiloto, kumis kucing, sembung, dan brotowali.

Tanaman yang lazim digunakan sebagai obat tradisional dalam pengobatan asam urat adalah sambiloto, kumis kucing, sembung, dan brotowali. BAB 1 PENDAHULUAN Dalam upaya mengatasi hiperurisemia, digunakan obat-obatan, baik obat medis, obat tradisional maupun pengaturan pola makan. Keanekaragaman hayati merupakan kekayaan yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) sampai saat ini masih menjadi suatu masalah, baik di negara maju maupun negara berkembang dan merupakan penyebab kematian nomor satu

Lebih terperinci

ABSTRAK. UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL SAMBILOTO (Andrographis panicdata Nees) PADA MENCIT

ABSTRAK. UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL SAMBILOTO (Andrographis panicdata Nees) PADA MENCIT ABSTRAK UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL SAMBILOTO (Andrographis panicdata Nees) PADA MENCIT Elza Sundari, 2003; Pembimbing I : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. Pembimbing II : Rosnaeni, Dra., Apt. Dengan

Lebih terperinci

Suharmiati Betty Roosihermiatie Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Jl. Indrapura 17 Surabaya

Suharmiati Betty Roosihermiatie Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Jl. Indrapura 17 Surabaya Suharmiati Betty Roosihermiatie Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Jl. Indrapura 17 Surabaya Saat ini DM menduduki peringkat ke 4, sebagai epidemik dunia yang menyebabkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN OBAT BARU

PENGEMBANGAN OBAT BARU PENGEMBANGAN OBAT BARU Pengembangan dan penemuan obat baru diperlukan untuk menjawab tantangan pelayanan kesehatan, baik untuk tujuan promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Obat modern dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik kronik yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik kronik yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik kronik yang terjadi ketika pankreas memproduksi insulin cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara

Lebih terperinci

dapat dimanfaatkan untuk mengatasi gangguan kurangnya nafsu makan adalah Curcuma xanthorrhiza atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah et

dapat dimanfaatkan untuk mengatasi gangguan kurangnya nafsu makan adalah Curcuma xanthorrhiza atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah et BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nafsu makan merupakan keadaan yang mendorong seseorang untuk memuaskan keinginannya untuk makan selain rasa lapar (Guyton, 1990; Hall, 2011). Gangguan nafsu makan sendiri

Lebih terperinci

BAD I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAD I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAD I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di negara-negara berkembang akibat peningkatan kemakmuran, akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan perkapita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Prevalensi penyakit terkait inflamasi di Indonesia, seperti rematik (radang sendi) tergolong cukup tinggi, yakni sekitar 32,2% (Nainggolan, 2009). Inflamasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat disebabkan karena faktor genetik, kekurangan produksi insulin oleh sel beta pankreas, maupun karena ketidakefektifan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

Lebih terperinci

Tanaman Penghalau Kanker

Tanaman Penghalau Kanker Sa m b i l o t o Andrographis paniculata Sambiloto telah banyak digunakan di Asia untuk menyembuhkan infeksi, demam, herpes, sakit tenggorokan, dan berbagai penyakit infeksi lain. Anggota famili Acanthaceae

Lebih terperinci

Ini Penyebab Mengapa Daun Yakon Digunakan Sebagai Obat Anti Diabetes

Ini Penyebab Mengapa Daun Yakon Digunakan Sebagai Obat Anti Diabetes Ini Penyebab Mengapa Daun Yakon Digunakan Sebagai Obat Anti Diabetes Karakteristik Obat Anti Diabetes Pada Daun Yakon Daun Insulin disebut juga dengan Yakon, nama botaninya Smallanthus sonchifolia, tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah sekumpulan gejala yang ditandai oleh gangguan metabolisme dan kenaikan kadar glukosa darah (hiperglikemik), sebagai akibat penurunan kadar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian dan pengembangan tumbuhan obat saat ini berkembang pesat. Oleh karena bahannya yang mudah diperoleh dan diolah sehingga obat tradisional lebih banyak digunakan.

Lebih terperinci

2016 PENGARUH BUBUK RIMPANG TEMU PUTIH

2016 PENGARUH BUBUK RIMPANG TEMU PUTIH 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Transisi epidemiologi penyakit merupakan pola pergeseran dan perubahan penyakit. Perubahan tersebut dapat berupa dengan berkurangnya jumlah penderita penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan perubahan-perubahan dalam profil lipid yang terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density

Lebih terperinci

kontrasepsi untuk kaum pria supaya kaum pria memiliki alternatif penggunaan alat kontrasepsi sesuai dengan pilihannya. Berdasarkan fakta di atas,

kontrasepsi untuk kaum pria supaya kaum pria memiliki alternatif penggunaan alat kontrasepsi sesuai dengan pilihannya. Berdasarkan fakta di atas, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Populasi penduduk semakin meningkat sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Badan Pusat Statistik, bahwa kenaikan jumlah penduduk Indonesia dari tahun 2000

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN Tia Afelita 1, Indah Permata Sari 1, Rizki Chairani Zulkarnain

Lebih terperinci

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid, BAB 1 PENDAHULUAN Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan tersebut yang secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, atau campuran bahan bahan tersebut yang secara tradisional telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme tubuh, termasuk dalam mekanisme keseimbangan kadar glukosa darah yang berperan penting dalam aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makan tradisional ke pola makan yang tinggi lemak. 1, 2 Akibat konsumsi makan

BAB I PENDAHULUAN. makan tradisional ke pola makan yang tinggi lemak. 1, 2 Akibat konsumsi makan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kemajuan teknologi informasi dan ekonomi telah membawa perubahan pada gaya hidup masyarakat terutama pada perubahan pola makan. Karena pengaruh budaya asing, kebiasaan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Tumbuhan Obat Dalam Upaya Pemeliharaan Kesehatan

Pemanfaatan Tumbuhan Obat Dalam Upaya Pemeliharaan Kesehatan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Dalam Upaya Pemeliharaan Kesehatan Umar Zein Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Indonesia

Lebih terperinci

Tradisional Bagian Daun dan Buah

Tradisional Bagian Daun dan Buah Tanaman Obat Diabetes Tradisional Bagian Daun dan Buah Tanaman obat diabetes tradisional bisa anda temukan di sekitar lingkungan anda. Sadarkah kalau tanaman tersebut berkhasiat? Mungkin ada diantara kalian

Lebih terperinci

Daun Yakon Studi Efek Antidiabetes

Daun Yakon Studi Efek Antidiabetes Daun Yakon Studi Efek Antidiabetes Daun Yakon (Smallantus sonchifolius) adalah ramuan yang telah menjadi populer dalam beberapa tahun terakhir karena beberapa penelitian medis dikendalikan menunjukkan

Lebih terperinci

pengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor

pengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman akan alamnya. Keanekaragaman alam tersebut meliputi tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral. Negara berkembang termasuk indonesia banyak

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena terjadinya gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang termasuk dalam sepuluh besar penyakit di Indonesia. Perkiraan terakhir menunjukkan ada 171 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala penyakit degeneratif kronis yang disebabkan karena kelainan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan hormon Insulin baik

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK SAMBILOTO (AndrographispaniculataNees.) TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA EJAKULAT MENCIT (Musmusculus L.) SWISS WEBSTER ABSTRACT

PENGARUH EKSTRAK SAMBILOTO (AndrographispaniculataNees.) TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA EJAKULAT MENCIT (Musmusculus L.) SWISS WEBSTER ABSTRACT PENGARUH EKSTRAK SAMBILOTO (AndrographispaniculataNees.) TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA EJAKULAT MENCIT (Musmusculus L.) SWISS WEBSTER Oleh: Rahmapela Zaima 1, Ramadhan Sumarmin 2, Rina Widiana 1. 1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era ini, masyarakat Indonesia mulai memanfaatkan berbagai tanaman sebagai ramuan obat seperti zaman dahulu yang dilakukan oleh nenek moyang kita. Munculnya kembali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria A. Diare BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lipoprotein merupakan gabungan dari lipid nonpolar (triasilgliserol dan ester kolesteril) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta protein yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM), merupakan penyakit yang dikenal di masyarakat awam dengan sebutan kencing manis. Sebutan tersebut bermula dari penderita DM yang kadar glukosa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Nilai Rendemen Ekstrak Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). 2. Deskripsi Organoleptik Ekstrak Ekstrak berbentuk kental, berasa pahit, berwarna hitam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Indonesia memiliki sekitar 25.000-30.000

Lebih terperinci

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR* Intisari

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR* Intisari EFEK TOKSISITS SUBKRONIK EKSTRK ETNOL KULIT BTNG SINTOK PD TIKUS PUTIH GLUR WISTR* Sri di Sumiwi, nas Subarnas, Rizki Indriyani, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, e-mail: sri.adi@unpad.ac.id Intisari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia (tingginya kadar glukosa dalam darah). Diabetes mellitus dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK ANALGETIK EKSTRAK ETANOL SAMBILOTO (Andrographis paniculata, (Burm f) Nees) PADA MENCIT BETINA GALUR Swiss-Webster

ABSTRAK. EFEK ANALGETIK EKSTRAK ETANOL SAMBILOTO (Andrographis paniculata, (Burm f) Nees) PADA MENCIT BETINA GALUR Swiss-Webster ABSTRAK EFEK ANALGETIK EKSTRAK ETANOL SAMBILOTO (Andrographis paniculata, (Burm f) Nees) PADA MENCIT BETINA GALUR Swiss-Webster Fitriyani Yunita, 2007, Pembimbing I Pembimbing II : Sugiarto Puradisastra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serta meningkatkan daya tahan tubuh. Tingginya permintaan obat herbal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serta meningkatkan daya tahan tubuh. Tingginya permintaan obat herbal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat herbal telah banyak berperan bagi kesehatan masyarakat terutama kontribusinya untuk mengobati berbagai penyakit antara lain hipertensi, diabetes, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman herbal merupakan minuman yang berasal dari bahan alami yang bermanfaat bagi tubuh. Minuman herbal biasanya dibuat dari rempah-rempah atau bagian dari tanaman,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara subtropis yang kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk di dalamnya adalah tanaman yang banyak digunakan untuk pengobatan. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah / hiperglikemia. Secara

Lebih terperinci

Aktivitas Hipoglisemik Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees, Acanthaceae)

Aktivitas Hipoglisemik Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees, Acanthaceae) JMS Vol. 4 No. 2, hal. 62-69 Oktober 1999 Aktivitas Hipoglisemik Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees, Acanthaceae) Soediro Soetarno, Elin Yulinah Sukandar, Sukrasno dan Agung Yuwono Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fast food atau makanan cepat saji. Makanan ini telah populer di masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. fast food atau makanan cepat saji. Makanan ini telah populer di masyarakat karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah menuntut manusia beraktifitas dengan serba cepat di segala bidang kehidupan, termasuk dalam hal inovasi dan kreasi. Hasil inovasi dan kreasi telah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Christina., Pembimbing: 1. Laella K. Liana, dr., Sp.PA, M.Kes 2. Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt

ABSTRAK. Christina., Pembimbing: 1. Laella K. Liana, dr., Sp.PA, M.Kes 2. Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt ABSTRAK EFEK EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata Ness) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ULKUS GASTER PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN YANG DIINDUKSI ASETOSAL Christina., 0810149. Pembimbing:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkurang disebabkan oleh adanya kelainan genetik dan metabolik. Selain

I. PENDAHULUAN. berkurang disebabkan oleh adanya kelainan genetik dan metabolik. Selain I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperurisemia merupakan suatu keadaan yang menunjukkan kadar asam urat dalam darah meningkat dan mengalami kejenuhan. Hiperurisemia bisa timbul akibat produksi asam urat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya hayati Indonesia sangat berlimpah dan beraneka ragam. Sumbangsih potensi sumber daya alam yang ada di Indonesia terhadap kekayaan keanekaragaman sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang ditandai kadar glukosa darah yang tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup. WHO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu ciri budaya masyarakat di negara berkembang adalah masih dominannya unsur-unsur tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan ini didukung

Lebih terperinci

PRODUKTIFITAS DAN KADAR ANDROGRAPHOLID SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) PADA NAUNGAN DAN PENAMBAHAN GIBERELIN B2P2TO2T

PRODUKTIFITAS DAN KADAR ANDROGRAPHOLID SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) PADA NAUNGAN DAN PENAMBAHAN GIBERELIN B2P2TO2T PRODUKTIFITAS DAN KADAR ANDROGRAPHOLID SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) PADA NAUNGAN DAN PENAMBAHAN GIBERELIN B2P2TO2T PENDAHULUAN Pemanfaatan obat tradisional meningkat karena pergeseran pola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

Pengetahuan tentang overweight dan obesitas, baik yang menyangkut penyebab, maupun akibatnya perlu diketahui orang banyak khususnya bagi remaja, guna

Pengetahuan tentang overweight dan obesitas, baik yang menyangkut penyebab, maupun akibatnya perlu diketahui orang banyak khususnya bagi remaja, guna BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan sangat penting bagi manusia dan harus dijaga. Apabila kesehatannya tidak diperhatikan, maka menimbulkan masalah yang merugikan. Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dengan efek analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik yang digunakan secara luas pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia, dan menduduki urutan kedua setelah Brazil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

2007, prevalensi minum alkohol di Indonesia pada laki-laki dan perempuan

2007, prevalensi minum alkohol di Indonesia pada laki-laki dan perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alkohol merupakan zat psikotropika yang saat ini paling luas penggunannya (Halim et al., 2006). Pada tahun 2010, konsumsi alkohol murni di seluruh dunia mencapai 6,2

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga. Penyebab menurunnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa negara-negara di Afrika, Asia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi saat ini telah menjadi masalah kesehatan yang serius di dunia. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin majunya zaman, mulai timbul berbagai macam penyakit tidak menular, yang berarti sifatnya kronis, dan tidak menular dari orang ke orang. Empat jenis penyakit

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari risiko terjadinya luka. Luka dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu luka yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan modernisasi yang terus terjadi saat ini menyebabkan perubahan pola dan gaya hidup masyarakat indonesia terutama di daerah perkotaan. Perubahan

Lebih terperinci

Daun Yakon Antidiabetes Herbal dan Resistensi Insulin

Daun Yakon Antidiabetes Herbal dan Resistensi Insulin Daun Yakon Antidiabetes Herbal dan Resistensi Insulin Daun Insulin memiliki nama latin Smallanthus Sonchifolius atau sinonim nya: Polymnia edulis, P. sonchifolia. daun insulin dikenal juga dengan nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal diabetes merupakan penyakit

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

Obat tradisional 11/1/2011

Obat tradisional 11/1/2011 Disampaikan oleh: Nita Pujianti, S.Farm.,Apt.,MPH Obat tradisional Bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik (sarian) atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air besar) lebih dari biasanya atau tiga kali sehari (World Health

BAB I PENDAHULUAN. air besar) lebih dari biasanya atau tiga kali sehari (World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Diare secara klinis didefinisikan sebagai berubahnya konsistensi feses (menjadi lembek atau cair) disertai bertambahnya frekuensi defekasi (buang air besar)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya semua manusia memiliki sistem imun. Sistem imun diperlukan oleh tubuh sebagai pertahanan terhadap berbagai macam organisme asing patogen yang masuk ke

Lebih terperinci

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR. Intisari

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR. Intisari EFEK TOKSISITS SUKRONIK EKSTRK ETNOL KULIT TNG SINTOK PD TIKUS PUTIH GLUR WISTR Sri di Sumiwi, nas Subarnas, Rizki Indriyani, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, e-mail: sumiwi@yahoo.co.id Intisari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingkat gula darah tinggi (glukosa). Diabetes melitus dikenal juga dengan kencing manis, pertama kali

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini prospek pengembangan produk tanaman obat semakin meningkat, hal ini sejalan dengan perkembangan industri obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuh-tumbuhan mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke alam (back to nature),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan tumbuhan. Sekitar 30.000 jenis tumbuhan diperkirakan terdapat di dalam hutan tropis Indonesia. Dari jumlah tersebut, 9.600 jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang kaya akan sumber daya alamnya, sehingga menjadi negara yang sangat potensial dalam bahan baku obat, karena

Lebih terperinci

Tanaman sambiloto telah lama terkenal digunakan sebagai obat, menurut Widyawati (2007) sambil oto dapat memberikan efek hepatoprotektif, efek

Tanaman sambiloto telah lama terkenal digunakan sebagai obat, menurut Widyawati (2007) sambil oto dapat memberikan efek hepatoprotektif, efek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas atau gangguan kesuburan dapat dimengerti sebagai ketidakmampuan sepasang suami istri untuk mendapatkan keturunan setelah satu tahun menikah tanpa menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu sebagai obat bahan alam,

BAB I PENDAHULUAN. antara lain jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu sebagai obat bahan alam, 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia telah dikenal berbagai macam sediaan yang berasal dari bahan alam antara lain jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu sebagai obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahoni (Swietenia macrophylla, King) termasuk pohon tropis yang berasal dari Amerika Tengah. Tanaman ini merupakan salah satu spesies terbesar dari genus Swietenia

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : DHYNA MUTIARASARI PAWESTRI J

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : DHYNA MUTIARASARI PAWESTRI J UJI EFEK ANTIINFLAMASI INFUSA BUAH SEMU JAMBU METE (Anacardium occidentale L.) TERHADAP EDEMA PADA TELAPAK KAKI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI KARAGENIN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan penyakit yang umum dialami oleh masyarakat. Faktor

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan penyakit yang umum dialami oleh masyarakat. Faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diare merupakan penyakit yang umum dialami oleh masyarakat. Faktor penyebab terjadinya diare antara lain infeksi kuman penyebab diare (Escherichia coli,

Lebih terperinci